PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V MI Al-Huda I Kec. Serangpanjang Kab. Subang Tahun Ajaran 2012 - 2013.

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

IPA DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V MI Al-Huda I Kec. Serangpanjang Kab. Subang Tahun Ajaran 2012 - 2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia

Disusun Oleh : YAYA SUTISNA

NIM. 0810522

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS PURWAKARTA 2012


(2)

(3)

Yaya Sutisna,2013

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR GRAFIK ...viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Klarifikasi Konsep ... 9

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 10

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pendekatan Konstruktivisme ... 12

B. Hasil Belajar ... 21

C. IPA untuk Sekolah Dasar ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 36

C.Desain Penelitian ... 37

D.Prosedur Penelitian ... 38

E. Klarifikasi Konsep ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 47

G.Teknik Pengolahan Data... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Penelitian ... 50

B. Pelaksanaan Tindakan ... 59


(4)

A. Kesimpulan ... 88 B. Rekomendasi ... 89 DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN : Lampiran 1

Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10

Silabus RPP Siklus I RPP Siklus II

SK Bimbingan Skripsi

Permohonan Melakukan Penelitian Surat Ijin dari Sekolah

Surat Keterangan Penelitian

Photo-photo Saat Melakukan Kegiatan Penelitian Hasil Tes Siswa

Bukti Bimbingan


(5)

Yaya Sutisna,2013

Tabel Halaman

4.1 Data Personil Guru MI Al-Huda I ... 53

4.2 Keadaan Siswa MI Al- Huda I ... 54

4.3 Keadaan Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

4.4 Keadaan Siswa Berdasarkan Prestasi Siswa ... 55

4.5 Data Nilai Hasil Analisis Pra-PTK Kelas V MI Al-Huda I ... 57

4.6 Hasil Analisis Aktivitas Siswa Siklus I ... 66

4.7 Hasil Analisis Aktivitas Guru Siklus I ... 67

4.8 Hasil Analisis Nlai Kelompok Siklus I ... 68

4.9 Hasil Analisis Nilai Post Tes Siklus I ... 69

4.10 Temuan Esensial pada Kegiatan Siklus I ... 72

4.11 Hasil Analisis Aktivitas Siswa Siklus II ... 78

4.12 Hasil Analisis Aktivitas Guru Siklus II ... 79

4.13 Hasil Analisis Nilai Kelompok Siklus II ... 80

4.14 Hasil Analisis Nilai Post Tes Siklus II ... 81

4.15 Temuan Esensial pada Kegiatan Siklus II ... 84

4.16 Rekapitulasi Nilai Belajar IPA dengan Penerapan Pendekatan Konstruktivisme ... 86

DAFTAR GRAFIK 4.1 Rata-rata Nilai Belajar Siswa ...87

DAFTAR GAMBAR 3.1 Gambar siklus PTK diadaptasi dari Riset Aksi Model John Elliot ... 38


(6)

(7)

Yaya Sutisna,2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

IPA DI SEKOLAH DASAR

Oleh : YAYA SUTISNA

0810522

Penelitian ini berjudul “Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar” (Penelitian Tindakan Kelas Pokok Bahasan Tumbuhan hijau di Kelas V MI Al-Huda I Kec. Serangpanjang Kab. Subang Tahun Ajaran 2012 - 2013). Penelitian ini dilaksanakan karena sulitnya siswa memahami salah satu materi pada pelajaran IPA dan kurangnya aktifitas belajar siswa pada pelajaran IPA, maka dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA, dan memperoleh hasil yang optimal dari pembelajaran materi tumbuhan hijau dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Metode penelitian yang digunakan adalah model penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan metode spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian dilakukan melalui 2 siklus. Kegiatan pembelajaran setiap siklusnya berbeda-beda agar siswa tidak menjadi bosan dengan kegiatan belajar yang menggunakan pendekatan konstruktivisme. Kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas. Melalui 2 siklus tersebut, aktifitas belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Dari penelitian yang dilakukan, aktifitas belajar siswa menjadi meningkat, siswa yang tadinya tidak berani berpartisipasi dalam pembelajaran menjadi berani dan nampak percaya diri.

Pada siklus I rata-rata nilai siwa adalah 67. Karena indikator keberhasilan masih belum tercapai, maka perlu dilanjutkan dalam siklus II, dan hasilnya cukup menggembirakan yaitu 75,5.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, jika dibandingkan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dengan pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivisme, maka pendekatan konstruktivisme dirasa lebih efektif digunakan dikelas tinggi dan pada materi-materi yang cukup sulit dipahami siswa karena dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dan juga pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Namun dalam pelaksanaannya terkadang masih banyak terkendala oleh sarana dan prasarana. Oleh karena itu diharapkan kepala sekolah dan guru meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan demi meningkatnya kualitas pembelajaran.


(8)

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Berdasarkan peraturan Mendiknas (2006 : 13) “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa rakfa-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi memahami alam sekitar secara ilmiah”.

Sutanto. P dalam Haerani (2010 : 2) Pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan suatu cara mencari tahu tentang alam, bumi dan angkasa secara ilmiah. Pelajaran IPA bagi peserta didik yaitu untuk memahami alam sekitar, hewan, tumbuhan dan diri sendiri sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan sehari-hari sesuai konsep IPA.

Belajar IPA bukan hanya untuk mendengar cerita, membaca buku, menghapalkan teori, tetapi juga proses penemuan. Pada saat belajar IPA peserta didik harus aktif bertanya, mencari tahu, dan melakukan percobaan.


(9)

harus bisa mengolah materi semaksimal mungkin. Guru dituntut terampil, menarik, pintar dalam menyampaikan materi. Guru sebagai motifator harus pandai mengarahkan siswa, sehingga peserta didik dapat menyerap pelajaran seefisien mungkin.

Proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar selama ini lebih ditekankan kepada penguasaan materi sebanyak mungkin sehingga proses belajar bersifat kaku dan terpusat pada satu arah, tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar lebih aktif dengan melakukan eksplorasi terhadap materi yang diajarkan. Kegiatan belajar lebih ditandai dengan budaya hafalan daripada berfikir, akibatnya siswa menganggap materi pelajaran IPA hanya untuk dihapalkan. Kenyataan ini menyebabkan siswa tidak mampu menerapkan konsep dasarnya dari materi IPA dalam kondisi kehidupan mereka.

Pembelajaran IPA di Sekolah dipengaruhi oleh kebutuhan untuk memperoleh hasil evaluasi akhir yang memuaskan. Hal ini bukan saja berdampak pada perilaku siswa yang semata-mata mempelajari IPA dengan menghafalkan saja, tetapi juga pada metode pengajaran guru, kebijakan pimpinan sekolah, dan harapan orangtua terhadap hasil akhir yang dinilai secara kuantitatif saja. Dalam kondisi seperti ini, metode pembelajaran yang digunakan biasanya berupa ceramah yang berjalan satu arah dengan penekanan pada penguasaan materi yang sebanyak-banyaknya.


(10)

IPA merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar yang bagi sebagian siswa terasa membosankan, kurang menarik dan cenderung menoton. Ini terbukti dari hasil pengamatan di kelas V MI. Pada saat proses pembelajaran IPA, sebagian besar siswa terlihat merasa jenuh dan suasana belajar kurang ’hidup’. Hal ini terjadi dikarenakan guru hanya memakai satu metode, yaitu metode ceramah dan proses pembelajaran hampir dari ½ jam pelajaran diisi dengan mencatat. Sehingga proses pembelajaran berpusat pada teacher centered bukan student centered.

Gambaran nilai mata pelajaran IPA di MI Al-Huda I yang dicapai siswa berdasarkan hasil Ulangan Semester pada tahun 2011/2012 hanya mencapai nilai rata- rata 52. Dengan perolehan angka tersebut perlu disikapi secara profesional oleh para pendidik agar dapat mencari solusi dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang studi IPA yang secara langsung akan memberikan dampak terhadap peningkatan hasil belajar.

Untuk memecahkan persoalan di atas penulis mencoba mencari solusi dan upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Yaitu dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Solusi tersebut akan di teliti dalam penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V di MI Al-Huda I.


(11)

IPA karena pendekatan Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis (Damaskus Beny, 2008). Sampai saat ini, perkembangan IPA SD belum mengenai sasaran yang tepat, untuk itu pendekatan Konstruktivisme akan memberi penguatan pembelajaran dalam menyampaikan materi, guru sebagai pemberi informasi harus kreatif dan inovatif dalam pembelajaran IPA SD. Kebiasaan guru dalam pembelajaran IPA terlalu menekankan anak tanpa melihat akibatnya kejenuhan yang dialami siswa sudah menjadi persoalan yang biasa, padahal itu adalah persoalan yang luar biasa, guru dalam menangani permasalahan ini dituntut untuk kreatif dan harus paham dalam situasi pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang handal akan mempermudah guru sebagai pemberi pesan, dimana guru sebagai salah satu faktor penentu berhasil tidaknya proses pembelajaran, selain membimbing dan mengayomi peserta didik guru sebagai fasilitator dan komunikator. Terkadang guru tanpa disadari mengalami kekeliruan dalam proses belajar mengajar, selalu menekankan anak untuk harus bisa menguasai materi pembelajaran tanpa memperhatikan kemampuan peserta didik.


(12)

oleh guru dalam proses belajar mengajar agar tidak mengalami kekeliruan yang fatal adalah :

1. Guru berusaha untuk mengetahui kemampuan awal siswa. 2. Guru mengajak berfikir kepada siswa.

3. Guru berusaha untuk memperoleh umpan balik. 4. Guru harus mampu menguasai pelajaran.

Dewasa ini orang bisa belajar dari sumber belajar. Dengan demikian baik siswa maupun guru dapat menambah pengetahuan atau belajar dimanapun. Dewasa ini guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, akan tetapi banyak sekali media-media yang menyediakan pembelajaran, dalam era informasi ini guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, akan tetapi lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran, guru hanya memfasilitasi peserta didik, guru harus pandai mengelola kelas, tepat memberikan penguatan, tepat menerapkan metode, penguasaan materi lebih profesional.

Widodo Ari, dkk. (2007:50) mengemukakan bahwa Konstruktivis adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan awal siswa sebagai tolak ukur dalam belajar. Prinsip yang paling umum dan paling esensial dari konstruktivis adalah siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah bukan dari bangku sekolah.


(13)

suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh siswa. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar” (Penelitian Tindakan Kelas Pokok Bahasan Tumbuhan hijau di Kelas V MI Al Huda I Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2012 / 2013).

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan masalah yang di uraikan dalam latar belakang, yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas V MI Al Huda I dalam pembelajaran IPA, maka penelitian ini di fokuskan kepada:

1. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas V MI Al Huda I terhadap pembelajaran IPA pada saat diterapkan Pendekatan Konstruktivisme?


(14)

IPA setelah diterapkannya Pendekatan Konstruktivisme?

C.TUJUAN PENELITIAN

Secara khusus tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa kelas V MI Al Huda I dalam pembelajaran IPA dengan diterapkannya Pendekatan Konstruktivisme. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V MI Al Huda I dalam

pembelajaran IPA setelah diterapkannya Pendekatan Konstruktivisme.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan serta sebagai perbaikan proses pembelajaran IPA melalui pendekatan Konstruktivisme di Sekolah Dasar. Namun secara khusus manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa.

a. Dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPA. b. Mendapatkan kesempatan untuk mencapai prestasi optimal. c. Dapat meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran IPA. 2. Bagi Guru.


(15)

diterapkan pada pembelajaran.

c. Menentukan bentuk tindakan dalam setiap proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa.

E. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegiatan mengujicobakan suatu ide ke dalam praktek atau situasi nyata dengan harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

2. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Al Huda I Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek adalah siswa kelas V yang berjumlah 20 orang.

Dalam hal ini yang menjadi sasaran penelitian yaitu pembelajaran IPA dengan menerapkan Pendekatan Konstruktivisme.

Dalam melakukan penelitian tindakan kelas pemilihan tempat yang dilakukan oleh peneliti memperhatikan beberapa pertimbangan sebagai berikut:


(16)

memungkinkan peneliti dapat dengan mudah berkoordinasi dengan pihak sekolah, karena sudah saling mengenal antara guru yang bertugas di MI tersebut.

b. Memudahkan koordinasi dengan guru dan kepala sekolah di tempat penelitian, serta pemahaman terhadap situasi dan kondisi di sekolah tersebut.

F. KLARIFIKASI KONSEP

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap pokok permasalahan yang diteliti, maka akan dijelaskan secara operasional berupa istilah tehnik yang dipandang penting, antara lain :

1. Pembelajaran Konstruktivisme adalah : suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

2. Hasil belajar adalah kemampuan atau pemahaman yang dimiliki siswa dalam membangun pengetahuan baru dari pengalaman sebelumnya dan menemukan pengetahuan atau keterampilan yang dimilikinya dari proses


(17)

nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA ini di fokuskan pada pokok bahasan tumbuhan hijau.

G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Skripsi ini secara garis besar di bagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu sebagai berikut.

1. Bagian awal skripsi

Berisi halaman judul, pernyataan mengenai maksud penulisan karya ilmiah, nama dan kedudukan tim pembimbing, pernyataan tentang keaslian karya ilmiah, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar Tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian isi skripsi

Bagian ini terdiri atas 5 bab, meliputi :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, klarifikasi konsep, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori dikemukakan uraian teoritis teori-teori yang ada hubungannya dengan skripsi.


(18)

Dalam bab ini berisi tentang desain lokasi dan subyek, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, prosedur dan tahapan penelitian.

BAB V : HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini mengetengahkan pengolahan atau analisis data. BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran. 3. Bagian akhir skripsi


(19)

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME 1. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme

Pembelajaran model konstruktivisme menurut Karli dan Margaretha (2002 : 16) adalah proses pembelajaran yang diawali konflik kognitif, yang pada akhirnya pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungannya.

Model pembelajaran konstruktivisme menekankan pada pengembangan kemampuan, keterampilan (hand-on), dan pemikiran siswa (mind-on) Horleys, et al. (Isjoni, 2007 : 22)

Tobin dan Timmons (Isjoni, 2007 : 22) menegaskan bahwa pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme harus memperhatikan empat hal, yaitu: 1) berkaitan dengan pengetahuan awal siswa (prior knowledge), 2) belajar melalui pengalaman (experiences), 3) melibatkan interaksi sosial (social iriteraction), dan 4) kepahaman (sense

making).

Menurut Samsul Hadi (2010) Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak


(21)

konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Adapun implikasi dari pembelajaran model konstruktivisme meliputi empat tahapan, yaitu apersepsi, eksplorasi, diskusi dan penjelasan konsep serta pengembangan konsep dan aplikasi. Berikut penjelasan tahap-tahap model konstruktivisme.

a. Apersepsi, pada tahap ini siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas. Bila perlu guru memancing dan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep.

b. Eksplorasi, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru kemudian secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain.

c. Diskusi dan penjelasan konsep. Pada tahap ini saat siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penjelasan guru, sehingga siswa tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya.

d. Pengembangan dan aplikasi. Pada tahap ini guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran. Yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaiatan dengan isu-isu di lingkungan (Karli H. dan Margaretha, 2004 : 17).

Berdasarkan pandangan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa model konstruktivisme dalam suatu belajar-mengajar di mana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan menyediakan pembelajaran. Penekanan


(22)

tentang belajar mengajar lebih berfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman siswa.

Menurut Morrison Plan (Nasution, 2000 : 16) eksplorasi bisa dilakukan dengan tes atau diskusi menyelidiki pengetahuan yang telah dimiliki anak tentang suatu masalah.

2. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Slavin dalam Nur (Hamzah, 2008 : 16).

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar


(23)

siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut. Nur (Hamzah, 2008:18)

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari fikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (Hamzah, 2008 : 18) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Wheatley (Hamzah, 2008 : 18) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui


(24)

pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (Hamzah, 2008 : 19) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.

3. Ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme

a. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.

b. Mengembangkan ide yang diawali oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.

c. Menyokong pembelajaran secara koperatif d. Membentuk sikap dan pembawaan murid

e. Mengembangkan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide f. Mengembangkan dan menerima usaha dan pribadi murid.

g. Menggairahkan murid bertanya dan berdialog dengan murid dan guru. h. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting

dengan hasil pembelajaran


(25)

4. Prinsip-prinsip konstruktivisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:

a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar

c. Murid aktif megkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah

d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar

e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan

g. Mencari dan menilai pendapat siswa

h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. (Samsulhadi, 2010).

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan


(26)

atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.

5. Kelebihan dan kelemahan konstruktivisme a. Kelebihan

1) Berfikir: Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.

2) Pemahaman: Murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.

3) Mengingat: Murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. melalui pendekatan ini siswa membina sendiri pemahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.

4) Kemahiran sosial: Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.


(27)

5) Motivasi : Siswa terlibat langsung, memahami, ingat, yakin dan saling berinteraksi, mereka akan merasa termotivasi belajar dalam memperoleh pengetahuan baru. (Surianto, 2009)

b. Kelemahan

1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi,

2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda,

3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.

4) Meskipun guru hanya menjadi motivator dan memediasi jalannya proses belajar, tetapi guru harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan.

6. Proses Belajar menurut Konstruktivisme

a. Proses belajar kontruktivistik secara konseptual proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa


(28)

kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi rosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas.

b. Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.

c. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri

d. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.


(29)

e. Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.

B. HASIL BELAJAR

1. Pengertian Hasil Belajar

“Hasil didefinisikan sebagai sesuatu yang menjadi akibat dari

usaha”. (Kamus Bahasa Indonesia (1997:205). Kemudian “belajar dapat

diartikan dengan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan”. (Bahri, Syaiful ( 2002 : 11 ). Sedangkan Dimyati dan Mudjiono

(2008 : 36) menyatakan bahwa:

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar terlihat dari keberhasilan mendidik siswa dan mencapai tujuan pembelajaran dari yang diharapkan.

Hasil belajar berasal dari dua kata dasar yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa definisi tentang prestasi belajar :

a. Muhibbin Syah dalam dalam Sudjana (1997:141) menyatakan prestasi adalah taraf keberhasilan proses belajar mengajar.


(30)

b. Poerwadarmita dalam Kustoro (1996:169) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja.

c. Oemar Hamalik (1985:159) menyatakan prestasi merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Jadi prestasi adalah hasil maksimal dari sesuatu, baik berupa belajar mapun bekerja.

Dari penjelasan beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkahlaku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam pencapaian hasil belajar siswa. Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil menurut Syiful Bahri Syaiful dan Aswan Zain (2002:120) ialah :

1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa.

Setiap proses belajar menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu


(31)

dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkat keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Istimewa / maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

2) Baik sekali / optimal : Apabila sebagian besar (76 % s.d 99 %) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

3) Baik / minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75 % saja dikuasai oleh siswa.

4) Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60 % dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan ungkapan pendapat diatas maka dapat ditegaskan bahwa salah satu fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi yang maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami.

2. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mmencapai pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan pada tingkah laku siswa.


(32)

Evaluasi hasil belajar memilikin tujuan-tujuan tertentu, diantaranya: a. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai

tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.

b. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatankegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu.

c. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remedial (perbaikan).

d. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswadengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untguk melakukan upaya perbaikan.

e. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangnnya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.

f. Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih sekolah, atau jembatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya.

Oemar Hamalik (1985:161-163) menegaskan bahwa sasaran evaluasi hasil belajar yaitu:

a. Ranah Kognitif (Pengetahuan / Pemahaman)

Evaluasi akhir pengajaran terhadap ketercapaian tujuan-tujuan aspek pengetahuan perlu dilakukan secar terpisah di samping evaluasi


(33)

terhadap perilaku. Untuk menilai pengetahuan dapat dipergunakan pengujian sebagai berikut:

1) Sasaran penilaian aspek pengenalan (recognition)

Caranya, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan bentuk pilihan berganda, yang menuntut agar siswa melakukan identifikasi tentang fakta, definisi, contoh-contoh yang betul (correct).

2) Sasaran penilaian aspek mengingat kembali (recal)

Caranya, dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka tertutup langsung untuk mengungkapkan jawaban-jawaban yang unik.

3) Sasaran penilaian aspek pemahaman (comprehention) Caranya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut identifikasi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang betul dan yang klasifikasi; dengan daftar pertanyaan matching (menjodohkan) yang berkenaan dengan konsep, contoh, aturan, penerapan, langkah-langkah dan urutan, dengan pertanyaan bentuk essay (open ended) yang menghendaki uraian, perumusan kembali dengan kata-kata sendiri dan contoh-contoh.

b. Ranah Afektif Sasaran evaluasi ranah afektif (sikap dan nilai) meliputi

aspek-aspek, sebagai berikut:

1) Aspek penerimaan, yakni kesadaran peka terhadap gejala dan stimulus serta menerima atau menyelesaikan stimulus atau gejala tersebut. 2) Sambutan, yakni aktip mengikuti dan melaksanakan sendiri suatu


(34)

3) Aspek penilaian, yakni perilaku yang konsisten, stabil dan mengandung kesungguhan kata hati dan kontrol secara aktif terhadap perilakunya.

4) Aspek organisasi, yakni perilaku menginternalisasi, mengorganisasi dan memantapkan interaksi antara nilai-nilai dan menjadikannya sebagai suatu pendirian yang teguh.

5) Aspek karakteristik diri dengan suatu nilai atau kompleks nilai, ialah menginternalisasikan suatu nilai ke dalam sistem nilai dalam diri individu, yang berprilaku konsisten dengan sistem nilai tersebut. c. Ranah Keterampilan Sasaran evaluasi keterampilan reproduktif, ialah:

1) Aspek keterampilan kognitif, misalnya masalah-masalah yang familier untuk dipecahkan dalam rangka menentukan ukuran-ukuran kecepatan dan ketepatan melalui latihan-latihan (drill) jangka panjang, evaluasi dilakukan dengan metode-metode objektif tertutup.

2) Aspek keterampilan psikomotorik dengan tes tindakan terdapat pelaksanaan tugas yang nyata atau yang disimulasikan, dan berdasarkan kriteria ketepatan, kecepatan, kualitas, penerapan secara objektif. Contoh : latihan mengetik, keterampilan menjalankan nmesin dan lain-lain.

3) Aspek keterampilan reaktif, dilaksanakan secara langsung dengan pengamatan objektif terhadap tingkah laku pendekatan atau penghindaran, secara tak langsung dengan kuesioner sikap.


(35)

4) Aspek keterampilan interaktif, secara langsung dengan menghitung frekuensi dengan kebiasaan dan cara-cara yang baik yang di pertunjukkan pada kondisi-kondisi tertentu.

C. ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK SEKOLAH DASAR a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

IPA berasal dari kata sains yang berarti alam. Menurut Suyoso dalam Haryanto (2004:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, dinamis, berobyek,

bermetode dan berlaku secara universal”.

Ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu yang dimana objeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum alam yang pasti dan umum berlaku kapanpun dimanapun.

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu


(36)

pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan IPA menurut Tohari dalam Sunaryo (1998:3)

merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa

memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

hukum dan teori IPA”. Pendidikan IPA menurut Sumaji dalam Sunaryo

(1998:46) merupakan “suatu ilmu pegetahuan sosial yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi)

antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”.

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Lebih lanjut pengertian IPA menurut Fisher yang dikutip

oleh Muh. Amin dalam Sutarna (2011) mengatakan bahwa “Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalamnya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA (sains) merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam


(37)

semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan. IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam

Pemberian pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa paham dan menguasai konsep alam. Pembelajaran ini juga bertujuan agar siswa dapat menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan persoalan alam tersebut.

Pendidikan IPA atau IPA itu sendiri memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas yang mepunyai pemikiran kritis dan ilmiah dalam menanggapi isu di masyarakat. Perkembangan IPA ini dapat menyesuaikan dengan era teknologi informasi yang saat ini tengah hangat di bicarakan dalam dunia pendidikan.

Menyadari hal ini maka pendidikan IPA perlu mendapat perhatian, sehingga dapat dilakukan suatu usaha yang di sebut modernisasi. Modernisasi sendiri merupakan proses pergeseran sikap, cara berpikir dan bertindak sesuai dengan tuntunan zaman. Dengan demikian modernisasi pendidikan IPA memiliki upaya untuk mengubah sistem menjadi lebih modern dan akan terus berjalan dinamis.


(38)

Modernisasi dalam pendidikan IPA meliputi dua hal yaitu materi IPA dan IPA, serta sistem penyampaian. Modernisasi pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju seperti Amerika, namun untuk Indonesia sendiri belum nampak perkembangannya.

Tujuan IPA secara umum adalah agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari- hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep IPA, untuk menjelaskan gejala alam sekitar, mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kurikulum (2006 : 16) yang dinyatakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dikatakan bahwa pembelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.


(39)

Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya.

Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.

c. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila guru membuat perencanaan dengan mempertimbangkan aspek siswa, materi, urutan sajian materi, rangkaian proses berfikir siswa dan keterampilan siswa, alat peraga dan penilaian. Perencanaan yang dibuat guru bertujuan untuk memberi kemudahan kepada siswa dalam memberikan rangsangan,


(40)

bimbingan, pengarahan dan memberikan dorongan belajar sebaliknya lebih banyak dilakukan oleh siwa (siswa lebih aktif) melalui berbagai kegiatan : mengalami, melakukan, mencari dan menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya.

Dalam proses pembelajaran banyak segi yang seharusnya dicapai sebagai hasil belajar, yang meliputi pengetahuan dan pengalaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menarik kesimpulan serta menilai kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan merespon positif terhadap mata pelajaran IPA.

Selanjutnya, sikap guru pada saat mengajarkan IPA juga sangat berpengaruh terhadap terkuasainya konsep IPA itu sendiri oleh siswa. Sikap guru yang otoriter dan mendominasi kelas, menyebabkan pembelajaran IPA menjadi membosankan. Selain itu guru yang sering menyalahkan dan memarahi siswa apabila salah menjawab, membuat anak semakin takut dan enggan mengikuti pelajaran IPA. Hal tersebut dibuktikan dengan berkembangnya anggapan siswa mengenai IPA sebagai pelajaran yang sukar.

Sebagai upaya untuk memperbaiki citra pelajaran IPA, maka guru perlu membaharui gaya mengajarnya. Pendekatan yang dipilih dan digunakan guru hendaknya merupakan pendekatan mengajar yang dapat mengarahkan dan membimbing siswa senang terhadap pelajaran IPA. Sehingga anggapan IPA sebagai pelajaran yang membosankan dapat berubah menjadi pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Salah satu


(41)

pendekatan mengajar yang dapat menarik minat siswa untuk belajar adalah pendekatan konstruktivisme. Melalui pendekatan konstruktivisme, siswa diajak untuk memasuki dunia IPA dengan cara yang menyenangkan. Dimana siswa dapat beraktifitas dan terlibat secara penuh dalam memperoleh pengetahuannya.

Hal di atas sesuai dengan pernyataan Bruner (Dahar, 1996 : 103) yang mengemukakan bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Perolehan pengetahuan melalui belajar penemuan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik.

Berdasarkan uraian singkat di atas, dalam skripsi ini, peneliti akan membahas penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pelajaran IPA pada pokok bahasan tumbuhan hijau. Sebelum melaksanakan pembelajaran guru mempersiapkan program pembelajaran (silabus) dengan pokok bahasan tumbuhan hijau menggunakan pendekatan konstruktivisme.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengumpulkan, menyusun dan menganalisis data yang terkumpul sehingga diperoleh makna yang sebenarnya.

Berdasarkan permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA, dan rumusan masalahnya: “Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPA siswa MI dengan penerapan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA?”.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini difokuskan pada situasi kelas. Dalam penelitian tindakan kelas ini, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek-praktek pembelajaran yang dilakukan di kelas melalui tindakan-tindakan yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu adanya tindakan-tindakan aksi tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas.

Kemmis and Carr dalam Yuliana (2011:33) mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial yang bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan. Kemmis and Carr memasukan bidang pendidikan didalamnya. Ini berarti diharapkan guru ikut terlibat dalam pelaksanaan.


(43)

Menurut Ebbut (Kasbolah, 1999: 13), penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktek-praktek dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi, penelitian sebagai suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan di dalam dan antara siklus-siklus.

Penelitian ini memiliki karakter sebagai berikut: (1) Diaksanakan oleh guru, (2) Berangkat dari permasalahan praktek pembelajaran yang faktual, (3) Adanya tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas, dan (4) Bersifat kolaboratif (Kasbolah, 1999: 22-25).

Tujuan akhir penelitian tindakan kelas adalah untuk: (1) Meningkatkan kualitas praktek pembelajaran di sekolah, (2) Meningkatkan relevansi pendidikan, (3) Meningkatkan mutu hasil pendidikan, dan (4) Meningkatkan efisiensi pengolahan pendidikan.

Berdasarkan tujuan diatas, jelaslah bahwa penelitian tindakan kelas ditujukan kepada guru, artinya penelitian tindakan kelas ini bisa mendorong dan membangkitkan kinerja para guru dalam mengelola kelasnya agar bisa lebih profesional dalam kinerjanya.


(44)

B. LOKASI DAN SUBYEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah MI Al-Huda Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang. Penelitian dilakukan pada siswa-siswi kelas V tahun ajaran 2012/2013.

Dalam hal ini yang menjadi sasaran penelitian yaitu pembelajaran IPA pada pokok bahasan tumbuhan hijau dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme.

Pemilihan lokasi MI Al-Huda sebagai tempat dilaksanakan penelitian didasarkan atas beberapa hal seperti berikut :

a. Lokasi penelitian adalah tempat bekerja peneliti, sehingga peneliti lebih memahami keadaan, karakteristik, dan permasalahan yang dihadapi sekolah ini dibandingkan dengan mengadakan penelitian di sekolah lain b. Penelitian yang dilaksanakan tidak akan mengganggu tugas utama

peneliti selaku guru. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip penelitian yang dikemukakan Kasbolah (1999 : 26) yaitu “Penelitian kelas atau penelitian tindakan kelas apapun tidak boleh mengganggu tugas mengajar. Guru melakukan tindakan kelas untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar, bukan untuk mengganggu kelancaran pembelajaran di kelas”


(45)

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek adalah siswa kelas V yang populasinya berjumlah 20orang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki.

C. DESAIN PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang bertujuan agar guru dapat memperbaiki kelemahan dan kekurangan didalam menyajikan pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu secara kualititatif dengan menyajikan data hasil penelitian secara deskriftif berupa pemaparan dari data yang diteliti. Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan didalam menyajikan pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari guru di kelas.

Adapun siklus kegiatan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(46)

Gambar 3.1

Gambar siklus PTK diadaptasi dari Riset Aksi Model John Elliot (Kasbolah, 1998/1999)

D. PROSEDUR PENELITIAN 1. Observasi Awal

Observasi, bertujuan untuk memperoleh gambaran awal mengenai kondisi dan situasi MI Al-Huda I, terutama siswa kelas V yang akan dijadikan subjek penelitian. Kegiatan ini difokuskan untuk mengamati kondisi kelas, sikap dan perilaku siswa ketika melakukan pembelajaran di kelas, termasuk kegiatan mengamati kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran.

Penelitaian yang dilakukan didasarkan atas observasi terhadap siswa kelas V MI Al-huda I. Observasi ini dimaksudkan untuk


(47)

mengetahui minat siswa pada saat mengikuti pembelajaran tersebut, serta pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA.

Dari hasil kegiatan observasi tersebut, ditetapkan bahwa pokok bahasan yang akan dijadikan sebagai bahan ajar dalam melakukan penelitian adalah materi tumbuhan hijau. Berdasarkan kompetensi dasar maka peneliti menetapkan bahan ajar sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan, 2. Mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan.

Berdasarkan hasil observasi awal dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya, maka ditentukan beberapa hal yang akan dilakukan dalam penelitian. Secara rinci sudah diuraikan pada bab I, yakni mengenai penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA di kelas V MI Al-Huda I. permasalahan tersebut diperinci sebagai berikut:

a. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas V MI Al Huda I terhadap pembelajaran IPA pada saat diterapkan Pendekatan Konstruktivisme?

b. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V MI Al Huda I dalam pembelajaran IPA setelah diterapkannya Pendekatan Konstruktivisme?


(48)

2. Menyusun Instrumen

Penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme ini, dibutuhkan data-data yang dapat dianalisis dan direfleksikan sehingga terbentuk sebuah perencanaan untuk memperbaiki kondisi awal atau menciptakan situasi belajar yang baru bagi siswa. Dalam pengumpulan data penulis mengumpulkan data dari instrumen penelitian seperti observasi, LKS dan hasil tes.

a. Lembar Observasi

Lembar observasi atau pengamatan digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan pengelolaan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme oleh guru, siswa dan partisipasi siswa pada proses pembelajaran secara keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara individual tentang kreatifitas, keaktifan dan sikap siswa dalam belajar.

b. LKS

LKS diberikan kepada siswa untuk dikerjakan secara berkelompok.

c. Tes

Tes diberikan kepada siswa di setiap akhir siklus, yang berguna untuk mengetahui kemampuan siswa. Tes ini secara umum untuk mengetahui keberhasilan implementasi pembelajaran dengan


(49)

menggunakan pendekatan konstruktivisme terhadap hasil belajar IPA siswa.

Untuk lebih jelas teknik pengumpulan data ini dapat diuraikan dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Jenis Data dan Alat Pengumpulan Data

No Jenis

Data

Metode 1. Perencanaan pembelajaran

dengan menggunakan model konstruktivisme

Wawancara dengan observer tentang kesesuaian antara rencana pembelajaran dengan langkah-langkah model konstruktivisme

2. Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa dalam melaksanakan tahap-tahap pembelajaran yang menggunakan model konstruktivisme

Observasi, dan catatan lapangan

3. Pemahaman siswa setelah

mengalami pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivisme

Tes tertulis bentuk uraian terbatas

3. Studi Pendahuluan

Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan studi pendahuluan. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan kajian pustaka dan studi lapangan. Kajian pustaka bertujuan untuk mengumpulkan landasan-landasan teoretis baik mengenai teori maupun metode-metode pembelajaran. Pada kegiatan ini juga dikaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai permasalahan maupun kebutuhan pembelajaran bagi siswa.


(50)

Uraian mengenai hasil kegiatan kajian pustaka telah disajikan pada bab II yang berfungsi sekaligus sebagai landasan teoritis.

Sedangkan studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi awal sebelum menggunakan pendekatan konstruktivisme. Studi lapangan dilakukan kepada subyek penelitian yang telah di tetapkan yaitu siswa kelas V MI Al-Huda I Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten Subang. Focus kegiatan studi lapangan meliputi proses kegiatan pembelajaran, kondisi anak, kondisi guru, media atau sumber pembelajaran yang digunakan dan evaluasi.

4. Pelaksanaan Tindakan

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini mengembangkan hal yang lajim dalam penelitian tindakan kelas yaitu berupa siklus (cycle) dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menempuh tahapan-tahapan atau prosedur yang berurutan dalam pengembangan setiap siklus. Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan tindakan adalah seperti yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Kasbolah, 1997/1998: 14) yaitu: “penelitian tindakan juga digambarkan sebagai proses yang dinamis dimana keempat aspek, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi”. Keempat aspek tindakan yang merupakan


(51)

langkah-langkah dalam penelitian dilaksanakan dalam satu siklus atau putaran. Empat aspek tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian mulai dari perencanaan (plan), pelaksanaan (acting), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect). Setelah adanya refleksi kemudian diteruskan dengan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam siklus tersendiri. Demikian seterusnya dilakukan berulang seperti spiral atau beberapa siklus sampai perbaikan dan peningkatan hasil belajar dapat tercapai. Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam tindakan itu sebagai berikut:

a. Rencana Tindakan (planning)

Rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini berdasarkan pada upaya peningkatan proses pembelajaran IPA di kelas V Madrasah Ibtidaiyah, dan pelaksanaannya dilakukan secara kolaborasi dengan mitra penelitian yang juga merupakan guru di sekolah yang diteliti serta kepala sekolah.

Rencana tindakan dimulai dengan menentukan fokus masalah yang diteliti, yaitu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah. Untuk menentukan tindakan pembelajaran dibuat rencana pembelajaran yang berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA di kelas V MI Al-Huda Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang.

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)

Pada tahap pelaksanan tindakan dalam penelitian ini adalah implemetasi dari apa yang sudah direncanakan. Langkah-langkah yang


(52)

dilaksanakan oleh peneliti mengacu pada rumusan masalah yang sudah ditentukan.

Bersamaan dengan dilakukannya tindakan, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas yang dirancang secara sistematis digerakan kearah lebih terciptanya keaktifan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, dalam upaya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

c. Observasi (observe)

Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu untuk mengumpulkan data tentang proses yang berupa perubahan kinerja dan hasil kegiatan pembelajaran. Pada tahap observasi ini peneliti bersama dengan mitra penelitian mengumpulkan data dan temuan-temuan selama proses pembelajaran dalam upaya merencanakan kembali tindakan-tindakan yang akan dilakukan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

d. Refleksi

Refleksi adalah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu, menurut Dewey (Wiriaatmadja, 2005: 27) menerangkan konsep refleksi sebagai: “aktif, ulet dan mempertimbangkan dengan hati-hati setiap keyakinan atau bentuk pengetahuan baik yang merupakan landasan yang mendukungnya maupun ke arah mana akhirnya akan dibawa.”


(53)

Kegiatan refleksi merupakan analisis sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap informasi yang didapat dalam pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan apakah sudah tercapai atau tidak, dari hasil refleksi dapat diketahui kelemahan atau kekurangan serta kelebihan yang telah dicapai pada pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran, yang selanjutnya dikaji oleh peneliti dan mitra penelitian.

E. KLARIFIKASI KONSEP

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan definisi operasionalnya, beberapa istilah tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme dirumuskan sebagai satu pemahaman bahwa siswa memperoleh sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang sudah ada untuk memperoleh pengetahuan baru. Implikasi dari teori ini adalah pengajaran dan pembelajaran akan berpusat pada siswa. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa adalah hasil daripada aktivitas yang dilakukan oleh siswa tersebut dan bukan pelajaran yang diterima secara pasif. Guru berperanan sebagai fasilitator yang membantu siswa memperoleh pengetahuan dan menyelesaikan masalah. Guru juga sebagai menyediakan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru.


(54)

b. Hasil Belajar

Menurut Marsun dan Martaniah (dalam Nengsih, 2009) hasil belajar yaitu sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti dengan munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu yang baik.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajar.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian.

c. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Ruang lingkup pembelajaran IPA meliputi dua aspek: kerja ilmiah dan pemahaman konsep dan penerapannya. Kerja ilmiah mencakup penelitian, berkomuikasi, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah. Sedangkan pemahaman konsep dan penerapannya meliputi mahluk hidup dan proses kehidupan, benda/ materi, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta, dan Sains, lingkungan, teknologi, masyarakat (Salingtemas). Pembelajaran IPA ini difokuskan pada pokok bahasan tumbuhan hijau.


(55)

F. INSTRUMEN PENELITIAN

Penyusunan instrument penelitian merupakan alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan. Penyusunan Instrumen juga pada dasarnya sebagai alat evaluasi untuk memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang sedang diteliti yang bertujuan memperoleh dan mengumpulkan suatu data, mencatat informasi tentang kegiatan guru, kegiatan dan aktivitas siswa, cara mengajar guru, media dan sumber yang digunakan, serta kondisi dan suasana sekolah maupun kelas yang mempengaruhi proses pembelajaran.

Lembar pengamatan ini menjelaskan tentang aktivitas siswa dalam lembar observasi. Aspek dan aktivitas siswa, yang diamati adalah hal-hal sebagai berikut:

a. Keaktifan dalam pembelajaran

1) Berdiskusi dalam kelas dan kelompok 2) Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru b. Menunjukan adanya motivasi dalam belajar

1) Bersemangat dalam mengerjakan tugas 2) Sungguh-sungguh dalam diskusi


(56)

c. Perhatian terfokus pada situasi pembelajaran 1) Keseriusan dalam mengerjakan tugas

2) Toleransi terhadap siswa lain dalam kelompok d. Keinginan dan keterampilan dalam bertanya

1) Bertanya dalam pembelajaran di kelas 2) Bertanya pada guru

e. Keberanian mengeluarkan pendapat

1) Mengeluarkan pendapat dalam kelompok dan dalam kelas 2) Menanggapi dan menghargai pendapat orang lain dalam

kelompok 2. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan sebagai gambaran tentang keberhasilan dan penguasaan siswa terhadap pembelajaran IPA pada pokok bahasan tumbuhan hijau dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme serta untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi yang disampaikan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis tes yang terdiri dari tes lisan, tulisan dan perbuatan. Bentuk soal yang digunakan adalah uraian. Soal tes terdapat dalam RPP yang mengacu kepada indikator (tujuan pembelajaran khusus).


(57)

G. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Pada tahap ini peneliti mulai mengolah data sesuai dengan

langkah-langkah yang ditetapkan sebelumnya. Analisis data menurut Patton (dalam Moleong, 1998:103) adalah “Proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.”

Kegiatan peneliti pada tahap ini adalah mengklarifikasi data, kemudian menginterpretasikan serta menyajikannya secara aktual dan sistematis ke dalam seluruh kegiatan penelitian. Sehingga teknik yang digunakan untuk menganalisis data ini sifatnya kualitatif dan kuantitatif.

Dalam proses pengumpulan data, seluruh data yang diperoleh melalui observasi, LKS dan hasil tes evaluasi selanjutnya disimpulkan dan dideskripsikan melalui bentuk metrik data. Melalui analisis data yang akurat, peneliti dapat memperoleh temuan-temuan yang dianggap representatif.


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan dibahas empat permasalahan pokok: Bagian A. Deskripsi penelitian yang meliputi, 1. Lokasi Penelitian, 2. Sarana dan Prasarana, 3. Karakteristik guru, 4. Karakteristik siswa, 5. Deskripsi awal penelitian di kelas V, 6. Analisis, refleksi dan rencana tindakan. Bagian B. Membahas pelaksanaan tindakan penelitian berupa penerapan pendekatan konstruktivisme dari tindakan pertama sampai tindakan kedua. Bagian C. Membahas sikap siswa terhadap pembelajaran konstruktivisme yang meliputi, Hasil Observasi selama penelitian. Dan Bagian D. Membahas hasil penelitian yang meliputi hasil belajar penerapan pendekatan konstruktivisme terhadap peningkatan kualitas pembelajaran IPA di MI.

A. DESKRIPSI PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu MI Al-Huda I Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang. MI Al-Huda I berlokasi di Kp. Nalindung Desa Cintamekar Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang. Madrasah Ibtidaiyah ini berdiri pada tahun 1961 yang telah terakreditasi dengan nilai-B. Kepala yang menjabat MI Al-huda I pada saat ini adalah Ibu Siti Ika Hikayah,S.PdI, MM. Pd.


(59)

Berdasarkan keterangan di atas, Geografis MI Al-Huda I terletak cukup jauh dari pusat kota Subang atau pusat kota kabupaten. Penelitian ini dinilai sangat efektif dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah tersebut, karena letaknya jauh dari keramaian sehingga tidak akan menghambat proses pembelajaran dan siswa akan lebih berkonsentrasi pada saat pelaksanaan pembelajaran dalam proses penelitian.

2. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda I Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang dijabarkan sebagai berikut:

a. Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda I dibangun diatas tanah seluas 644 m2. b. Madrasah Ibtidaiyah Al-huda I terdiri dari 6 buah ruang kelas, 1 ruang

Kepala Sekolah , 1 ruang guru, 2 WC siswa, dan 1 WC guru.

c. Perkakas yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda I adalah sebagai berikut: kursi murid berjumlah 205 dengan 170 kondisi baik, 27 kondisi sedang dan 8 dalam kondisi rusak, meja murid berjumlah 100 dengan 90 kondisi baik, 7 kondisi sedang, dan 3 dalam keadaan rusak, meja guru berjumlah 12 dengan 11 kondisi baik dan 1 kodisi sedang, kursi guru berjumlah 15 dengan 14 kondisi baik dan 1 kondisi sedang, papan tulis dan penghapus berjumlah 6 dan semuanya dalam keadaan baik, kursi tamu berjumlah 2 dengan 1 kondisi baik dan 1 kondisi sedang, lemari berjumlah 4 semuanya dalam kondisi sedang, rak buku berjumlah 7 semuanya dalam kondisi baik, alat peraga berjumlah 6 semuanya dalam kondisi sedang.


(60)

d. Jenis / sifat bangunan Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda I adalah permanen, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, dan WC semuanya permanen.

e. Sarana lain yang menunjang dalam proses pembelajaran adalah: Buku-buku pelajaran, buku-buku cerita, penggaris, papan tulis, kapur, dan alat peraga.

Berdasarkan sarana dan prasarana yang telah di jelaskan diatas, dimungkinkan dinilai sudah sangat cukup untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar.

3. Karakteristik Guru

Pada tahun pelajaran 2012/2013 Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda I mempunyai personil/tenaga pendidik dan kependidikan berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 7 orang guru laki-laki dan 3 orang guru perempuan. Dengan rincian 1 orang Kepala Sekolah dengan kualifikasi akademik S.2. 9 orang guru yang terdiri dari 3 orang PNS dan 6 orang GTT dengan kualifikasi akademik 7 orang Strata-I, dan 1 orang lulusan SLTA, dan 1 orang lulusan SMK. Data keadaan personil dapat dilihat pada tabel berikut :


(61)

Tabel 4.1

Data Personil Guru MI Al-Huda I

No Nama Jabatan Gol/Ruang Pendidikan

1 Siti Ika Hikayah,S.PdI,MM. Pd Kepala

Sekolah IV/a S.2

2 Wasja,S.PdI Guru Kelas IV IV/a S.1

3 Yaya Sutisna Guru Kelas V II/c SLTA

4 Ucu Nina Irawati,S.PdI Guru Kelas I II/b S.1

5 Dede Badrudin, S.PdI Guru Kelas II - S.1

6 Ruya Gunawan,S.PdI Guru Kelas VI - S.1

7 Rahmat,S.PdI Guru Penjas - S.1

8 Saodi,S.PdI Guru Kelas III - S.1

9 Elli Helisyah Guru Mapel - SMK

10 Oyok Ading, S.PdI Guru Mapel - S.1

Sumber : Data Personil Guru MI Al-Huda I Tahun Pelajaran 2012/2013

Berdasarkan data diatas terlihat jelas bahwa kualifikasi guru MI Al-Huda I sebagian besar sudah memenuhi syarat karena semua guru kelas adalah lulusan S 1 tetapi ada 2 orang guru kelas yang masih lulusan SLTA yang saat ini tengah mengikuti kuliah Strata-I PGSD.

4. Keadaan Siswa

Pada tahun pelajaran 2012/2013 Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda I, memiliki 107 orang siswa yang terdiri atas 45 siswa laki-laki dan 62 siswa perempuan. Adapun jumlah siswa pada masing-masing yang dimulai dari kelas I sampai dengan kelas VI dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:


(62)

Tabel 4.2

Keadaan Siswa MI Al-Huda I Kec. Serangpanjang Kab. Subang Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 5 6 11

2 II 13 12 25

3 III 7 10 17

4 IV 10 12 22

5* V* 7* 13* 20*

6 VI 3 9 12

Jumlah 45 62 107

Sumber data: Dokumen MI Al-huda I Tahun Pelajaran 2012/2013

Keterangan : (*) kelas yang dijadikan subyek penelitian

Kelas yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas V (lima) MI Al-Huda I yang berjumlah 20 orang. Berikut ini dapat dilihat data siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda I yang di data berdasarkan jenis kelamin:

Tabel 4.3

Keadaan Siswa Kelas V MI Al-huda I Bedasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Siswa Prosentase (%)

1. Laki-laki 7 35

2. Perempuan 13 65

Jumlah 20 100

Sumber data: Dokumen MI Al-Huda I Tahun Pelajaran 2012/2013

Berdasarkan tabel diatas terdapat 7 orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan 13 orang berjenis kelamin perempuan.

Kondisi siswa MI Al-huda I dilihat dari segi prestasi pada semester sebelumnya dilihat dari tingkat kemampuan siswa yang dikategorikan pandai, sedang dan kurang dapat dilihat pada tabel 4. 4 sebagai berikut:


(63)

Tabel 4.4

Keadaan Siswa Kelas V MI Al-Huda I Berdasarkan Prestasi Siswa No Tingkat Kemampuan Jumlah Siswa Prosentase (%)

1. Pandai 4 20

2. Sedang 6 30

3. Kurang 10 50

Jumlah 20 100

Sumber: Guru Kelas V MI Al-Huda I 2012/2013

Dari tabel diatas menunjukan bahwa 20 % atau sekitar 4 orang siswa di kategorikan pandai, 30 % atau 6 orang siswa di kategorikan sedang dan 50 % atau 10 orang siswa dikategorikan kurang. Anak yang tergolong pandai ternyata mempunyai latar belakang lingkungan yang mendukung terutama lingkungan keluarga. Sedangkan untuk kategori kurang terkadang lingkungan keluarga yang tidak memperhatikan anak untuk mau belajar.

Dengan melihat deskripsi awal di atas, yang di mulai dari lokasi sekolah, sampai kondisi siswa, maka peneliti merasa terpanggil untuk melakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar siswa serta memanfaatkan potensi yang dimiliki sekolah tersebut. Dalam penelitian ini peneliti akan menerapkan suatu pendekatan konstruktivisme agar hasil belajar yang dicapai sesuai harapan.

5. Deskripsi Awal Proses Pembelajaran IPA di Kelas V

Observasi pertama dilaksanakan pada hari pada hari senin tanggal 29 Oktober 2012 pukul 07.15 dengan pokok bahasan tumbuhan hijau. Gambaran awal pembelajaran menunjukan siswa kelas V masih


(64)

mengalami kesulitan dalam soal yang diberikan. Dari hasil evaluasi siswa, di peroleh skor yang masih rendah. Siswa masih kesulitan menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan tumbuhan hijau yang dilaksanakan setelah akhir pelajaran. Studi pendahuluan ini untuk memperoleh gambaran hasil belajar sebelum penerapan model pembelajaran konstruktivisme sekaligus menjawab rumusan masalah pertama yaitu “Bagaimana hasil belajar siswa kelas V MI Al-Huda I dalam pembelajaran IPA sebelum menggunakan

pendekatan konstruktivisme?”.

Berikut Deskripsi proses pembelajaran yang biasa dilakukan di kelas V MI Al-Huda I dalam pembelajaran IPA:

Hal pertama yang dilakukan guru ketika memasuki ruangan kelas adalah menjawab salam yang diucapkan serempak oleh siswa, selanjutnya, guru menginstruksikan kepada ketua kelas untuk memimpin berdo’a, lalu guru dan siswa bersama-sama memanjatkan do’a sebelum memulai pembelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan mengabsen siswa terlebih dahulu di lanjutkan dengan apersepsi tentang materi pembelajaran, hal ini sangat penting untuk dilakukan, karena dengan melakukan tindakan apersepsi terlebih dahulu, siswa akan memiliki gambaran arahan awal mengenai pembelajaran atau materi yang akan disampaikan.

Pada kegiatan inti guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan menjelaskan materi tumbuhan hijau. Setelah itu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang


(65)

belum dipahami. Pada kegiatan Evaluasi guru memberikan soal-soal yang harus dikerjakan secara perorangan.

Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru memeriksa hasil pekerjaan siswa, menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan Pekerjaan Rumah kepada siswa.

6. Analisis dan Refleksi Terhadap Gambaran Awal Pembelajaran a. Analisis

Adapun hasil analisis evaluasi siswa sebelum penerapan pendekatan konstruktivisme yang didalamnya untuk mengetahui prosentase, pencapaian nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata nilai, jumlah siswa yang sudah lulus dan siswa yang dibawah batas kelulusan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.5

Data Nilai Hasil Analisis Pra-PTK Kelas V MI Al-Huda I

No. Nama Siswa Nilai Ket.

1. AS 30 Belum Tuntas

2. DJ 40 Belum Tuntas

3. DM 80 Tuntas

4. DK 30 Belum Tuntas

5. FS 40 Belum Tuntas

6. IS 50 Belum Tuntas

7. IY 70 Tuntas

8. IM 80 Tuntas

9. IR 60 Belum Tuntas

10. KO 50 Belum Tuntas

11. KF 60 Belum Tuntas

12. NF 40 Belum Tuntas

13 MC 40 Belum Tuntas

14. MM 60 Belum Tuntas

15. RI 50 Belum Tuntas

16. RR 60 Belum Tuntas

17. SP 80 Tuntas

18. SI 70 Tuntas

19. SS 60 Belum Tuntas

20. YW 30 Belum Tuntas

Jumlah 1080


(66)

Dari hasil Analisis terhadap pembelajaran IPA dalam pra-PTK diatas diperoleh data bahwa proses pembelajaran di MI Al-huda I masih jauh dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang direncanakan, dari jumlah siswa 20 orang yang dikategorikan lulus menurut KKM adalah 5 orang.

b. Refleksi

Berdasarkan kondisi awal pembelajaran seperti yang dideskripsikan diatas diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran yang rutin dilaksanakan oleh guru, dapat di identifikasi masalah yang terjadi dilapangan yaitu siswa kurang diberi kesempatan untuk lebih aktif dalam mengeksplorasi pembelajaran. Disini pembelajaran menekankan kepada siswa untuk menguasai materi yang di sampaikan oleh guru sebanyak-banyaknya hanya dengan mengandalkan ingatan, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan agar pembelajaran lebih bermakna.

Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar IPA siswa di MI Al-Huda I dengan cara mengadakan refleksi terhadap pendekatan yang telah dilakukan. Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan dan aktivitas siswa dalam pembelajaran serta menentukan pendekatan atau strategi pembelajaran yang tepat guna mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yan optimal.

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa salah satu faktor kurang berhasilnya siswa dalam belajar IPA adalah dalam penggunaan strategi pembelajaran, sehingga siswa belum mencapai hasil belajar yang


(1)

91

Yaya Sutisna,2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR


(2)

92

Yaya Sutisna,2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR


(3)

Yaya Sutisna,2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR GRAFIK ...viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Klarifikasi Konsep ... 9

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 10

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pendekatan Konstruktivisme ... 12

B. Hasil Belajar ... 21

C. IPA untuk Sekolah Dasar ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 36

C.Desain Penelitian ... 37

D.Prosedur Penelitian ... 38

E. Klarifikasi Konsep ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 47

G.Teknik Pengolahan Data... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Penelitian ... 50

B. Pelaksanaan Tindakan ... 59


(4)

Yaya Sutisna,2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 88 B. Rekomendasi ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN : Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Silabus RPP Siklus I RPP Siklus II

SK Bimbingan Skripsi

Permohonan Melakukan Penelitian Surat Ijin dari Sekolah

Surat Keterangan Penelitian

Photo-photo Saat Melakukan Kegiatan Penelitian Hasil Tes Siswa

Bukti Bimbingan


(5)

Yaya Sutisna,2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Data Personil Guru MI Al-Huda I ... 53

4.2 Keadaan Siswa MI Al- Huda I ... 54

4.3 Keadaan Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

4.4 Keadaan Siswa Berdasarkan Prestasi Siswa ... 55

4.5 Data Nilai Hasil Analisis Pra-PTK Kelas V MI Al-Huda I ... 57

4.6 Hasil Analisis Aktivitas Siswa Siklus I ... 66

4.7 Hasil Analisis Aktivitas Guru Siklus I ... 67

4.8 Hasil Analisis Nlai Kelompok Siklus I ... 68

4.9 Hasil Analisis Nilai Post Tes Siklus I ... 69

4.10 Temuan Esensial pada Kegiatan Siklus I ... 72

4.11 Hasil Analisis Aktivitas Siswa Siklus II ... 78

4.12 Hasil Analisis Aktivitas Guru Siklus II ... 79

4.13 Hasil Analisis Nilai Kelompok Siklus II ... 80

4.14 Hasil Analisis Nilai Post Tes Siklus II ... 81

4.15 Temuan Esensial pada Kegiatan Siklus II ... 84

4.16 Rekapitulasi Nilai Belajar IPA dengan Penerapan Pendekatan Konstruktivisme ... 86

DAFTAR GRAFIK 4.1 Rata-rata Nilai Belajar Siswa ...87

DAFTAR GAMBAR 3.1 Gambar siklus PTK diadaptasi dari Riset Aksi Model John Elliot ... 38


(6)

Yaya Sutisna,2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep energi dan penggunaannya melalui pendekatan konstruktivisme : Penelitan Tindakan Kelas Pada Sekolah MI.Al-Ma’arif Kalibaru Cilincing Jakarta Utara

0 37 212

PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV M

1 40 213

Penerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV pada konsep struktur tumbuhan dan fungsinya : penelitian tindakan kelas di MI Miftahul Huda Tebet Jakarta Selatan

0 5 126

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA SEKOLAH DASAR KELAS V POKOK BAHASAN PESAWAT SEDERHANA : Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar Negeri Cikancung Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

0 5 34

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Bukanagara Lembang Semester II Tahun ajaran 2012/ 2013.

0 2 47

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF : Penelitian Tindakan Kelas di SDN Bukit Mulya Kelas IV Semester I Tahun Ajaran 2012/2013 Ke

0 0 44

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN GAYA : Penelitian Tindakan Kelas di SDN Pagadean Kelas IV Semester 2 Kecamatan Subang Kabupaten Subang Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 33

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN TUMBUHAN :Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas IV MI Al-Huda 1 Desa Cintamekar Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang Tahun Pelajaran 201

0 0 24

Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan motivasi belajar pembelajaran IPA materi tumbuhan hijau pada siswa kelas V MI Miftahul Huda Setrohadi.

0 0 89

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli | Santi | Jurnal Kreatif Tadulako Online 3408 18008 1 PB

0 0 15