Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep energi dan penggunaannya melalui pendekatan konstruktivisme : Penelitan Tindakan Kelas Pada Sekolah MI.Al-Ma’arif Kalibaru Cilincing Jakarta Utara

(1)

MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

( Penelitan Tindakan Kelas Pada Sekolah MI.Al-

Ma’arif

Kalibaru Cilincing Jakarta Utara)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

NURHAYATI

809018300889

PROGRAM ONE MODE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Nurhayati

Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 15 Agustus 1972

NIM : 809018300889

Jurusan / Prodi : PGMI ( One Mode ) Program : Reguler

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA KONSEP ENERGI

Dan PENGGUNAANNYA MELALUI

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME Pembimbing : 1.Erina Hertanti, M.Si

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar- benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana pendidikan ( S1 )

Jakarta, 19 Juni 2014 Mahasiswa Ybs

Nurhayati

NIM.809018300889

Hal : 1/1


(6)

i

Nurhayati (809018300889) Upaya peningkatan hasil belajar siswa pada konsep energi dan penggunaannya dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan konstruktivisme Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014

Tujuan ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada konsep energi dan penggunaannya dengan model pembelajaran pendekatan konstruktivisme penelitian ini dilakukan di kelas IV MI. Al-Ma’arif Kalibaru Cilincing Jakarta Utara Tahun 2013-2014.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, proses pembelajaran pretest dan postest, LKS / tes soal

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran menggunakan model pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI. Al-Ma’arif. Hasil ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata –rata hasil belajar siswa siklus I dengan nilai 71,3 siklus II dengan 77,6. Secara umum kesimpulan ini adalah hasil belajar IPA siswa khususnya konsep energi dan penggunaannya dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran pendekatan konstruktivisnme.

Kata kunci : Pendekatan konstruktivisme hasil belajar IPA konsep energi dan penggunaannya


(7)

ii

Nurhayati ( 8090183008890) efforts The result to Improve student learning outcomes on the concept of energy and its use by using constructivism” learning model. Faculty of Science Education and Teacher Training Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014

The purpose of this is to determine the learning outcome of students on the concept of energy and its use with a constructivist approach of learning models, This research was conducted in the fourth grade MI.Al-Ma’arif Kalibaru Cilincing North Jakarta Yeart 2013-2014.

The method used in this reseach is a classroom action research ( CAR), which consists of four phases: planning, action,observation and reflection. The research instrument used is the observation sheet pretest and posttest learning process, LKS / test question

The results of the study revealed that the learning model constructivist approach, can improve learning outcomes of students in fourth grade science MI.Al-ma’arif. This result is evidenced by an increase in average student learning outcomes of the cycle one (I) with the value of 71.3 and cycle two (II) with 77.6. in general this conclusion is the result of particular students learn science concepts of energy and its use can be improved through learning model constructivist approach.

Keywords : constructivist approach to science learning outcomes concept of energy and it use


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdu lillaahi Robbil’aalamiin. Segala puji kehadirat Illahi Rabbi. Allah SWT. Karena telah memberikan segala Karunia nikmat Iman, nikmat Islam dan nikmat Kesehatan. Karna atas Rahmat dan HidayahNya. Maka skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Energi dan Penggunaannya Melalui Pendekatan Konstruktivisme .

ini dapat diselesaikan.

Shalawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulisan skiripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan, penulis sangat terbatas maka dengan adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam –dalamnya pada yang terhormat: 1. Dra. Nurlena Rifa’i MA. Ph. D Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

( FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Para Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Fauzan, MA sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Erina, M.Si Selaku pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi.

5. Bapak Iwan Permana Swarna, M.Pd Selaku dosen penguji yang telah membantu saya dengan baik

6. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc Selaku dosen penguji yang telah membantu saya dengan baik


(9)

iv

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ( FITK ) yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam lindungan Allah S.W. T. Sehingga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat dikemudian hari .

8. Bapak H. Saeful Bahri S.Pd.I selaku kepala MI Al-Ma’arif yang telah memberikan motivasi dan banyak membantu selama penelitian berlangsung 9. Ibunda dan keluarga tercinta atas motivasi yang luar biasa atas limpahan dan

kasih sayang yang diberikan dan atas kesabarannya.

10.Suami tercinta atas motivasi yang luar biasa atas limpahan dan kasih sayang yang diberikan dan atas kesabarannya.

Jakarta 19 Juni 2014


(10)

v HALA MAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 3

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 4

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 4

E. Tujuan Penelitan ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. AcuanTeori Area dan Fokus yang Diteliti ... 5

1. Pendekatan Konstruktivisme ... 5

a. Pengertian Pendekatan ... 5

b. Pengertian Konstruktivisme ... 8

c. Pendekatan Konstruktivisme ... 9


(11)

vi

pembelajaran IPA ... 12

b. Paradigma Konstruktivisme Dalam Pembelajaran .. 15

c. Implementasi dan Implikasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA ... 16

3. Kajian Toeritik ... 22

a. Pengertian Belajar ... 22

b. Hasil Belajar ... 27

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 29

4. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

B. Kerangka Berfikir ... 32

C. Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metodel Penelitian dan Desain Interverensi Tindakan ... 34

C. Subjek / Partisipan yang terlibatdalam Penelitian ... 35

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 35

E. Tahapan Interverensi Tindakan ... 36

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 37

G. Teknik Pengumpulan Data ... 37

H. Data dan Sumber Data ... 37

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 37

J. Kalibrasi Instrumen ... 41

1. Instrumen Tes ... 42

A.Validitas Soal ... 42

a. Uji Validitas ... 42

b. Uji Reliabilitas Soal Tes ... 43

c. Uji Taraf Kesukaran ... 45


(12)

vii

1. Teknik Analisis Data Tes ... 48

2. Teknik Analisis Data Tes Non Tes ... 48

L. Indikator Keberhasilan ... 49

BAB IV DESKRIPSI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Deskrifsi Data ... 50

1.Temuan Hasil Penelitian ... 50

Siklus I ... 50

a. Perencanaan ... 50

b. Tindakan ... 51

c. Pengamatan ... 53

d. Hasil Tes Belajar IPA ... 53

e. Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 54

f. Hasil Observasi Kegiatan Guru ... 54

g. Refleksi ... 56

h. Keputusan ... 57

Siklus II ... 57

a. Perencanaan ... 58

b. Tindakan ... 58

c. Pengamatan ... 60

d. Hasil Tes Kemampuan Siswa . ... 61

e. Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 61

f. Hasil Kegiatan Observasi Kegiatan Guru ... 62

g. Refleksi ... 63

h. Keputusan ... 64


(13)

viii

B. Saran ... 67 C.

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(14)

ix BAB III

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen IPA ... 38

( Energi dan Kegunaannya ) Siklus I Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen IPA ... 39

( Energi dan Kegunaannya ) Siklus II Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I ... 42

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I ... 42

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilita ... 43

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I ... 44

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II ... 44

Tabel 3.7 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus I…………... 45

Tabel 3.8 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus II…………... 45

Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Pembeda Siklus I……… 46

Tabel 3.10 Hasil Uji Daya Pembeda Siklus II………. 46

Tabel 3.11 Klasifikasi Kegiatan Guru……… 48

Tabel 3.12 Kriteria Nilai Presentase Instrumen Non Tes…………... 49

BAB IV Tabel 4.1.Data Hasil Belajar IPA Siswa Pada Siklus I…………... 54

Tabel 4.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus I…………... 54

Tabel 4.3 Data Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus I……… 55

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar IPA Siswa Pada Siklus I ……… 61

Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus II…………... 62


(15)

x


(16)

xi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )

Lampiran 2 ... 90 Kisi – kisi Penulisan Naskah Soal Beserta Kunci Jawaban

Lampiran 3 ... 99 Uji Instrumen Soal Penelitian Siklus 1

Lampiran 4 ... 102 Uji Instrumen Soal Penelitian Siklus 2

Lampiran 5 ... 105 Daftar Nilai Pretest dan Postest Siklus 1

Lampiran 6 ... 106 Daftar Nilai Pretest dan Postest Siklus 2

Lampiran 7 ... 108

Lembar Observasi Guru Siklus 1

Lampiran 8 ... 109

Lembar Observasi Siswa Siklus1

Lampiran 9 ... 112

Lembar Observasi Guru Siklus 2

Lampiran 10 ... 113

Lembar Observasi Siswa Siklus 2

Lampiran 11 ... 117

Tabel Nilai Hasil Observasi Siswa Siklus 1

Lampiran 12 ... 118

Tabel Nilai Hasil Observasi Guru Siklus 1

Lampiran 13 ... 119

Tabel Nilai Hasil Observasi Siswa Siklus 2

Lampiran 14 ... 120


(17)

xii

Lampiran 16 ... 123 Skor Data Dibobot Siklus 1

Lampiran 17 ... 124 Reliabilitas Tes Siklus 1

Lampiran 18 ... 125 Kelompok Unggul dan kelompok Asor Siklus1

Lampiran 19 ... 127 Daya Pembeda Siklus 1

Lampiran 20 ... 128 Tingkat Kesukaran Siklus 1

Lampiran 21 ... 129 Korelasi Skor Butir Dengan Sekor Total Siklus 1

Lampiran 22 ... 130 Kualitas Pengecoh Siklus 1

Lampiran 23 ... 131 Rekap Nilai Analisis Butir Soal Siklus 1

Lampiran 24 ... 132 Data Mentah Anates Siklus 2

Lampiran 25 ... 133 Skor Data Dibobot Siklus 2

Lampiran 26 ... 134 Reliabilitas Tes Siklus 2

Lampiran 27 ... 135 Kelompok Unggul dan Kelompok Asor Siklus 2

Lampiran 28 ... 136 Daya Pembeda Siklus2

Lampiran 29 ... 137 Tingkat Kesukaran Siklus2


(18)

xiii

Lampiran 31 ... 139 Kualitas Pengecoh Siklus2

Lampiran 32 ... 140 Rekap Nilai Analisis Butir Soal Siklus 2

Lampiran 33 ... 141 Lembar kerja Siswa Siklus 1 dan 2

Lampiran 34 ... 157 Gambar Kegiatan Belajar Mengajar

Lampiran 35 ... 168 Sub Materi Pokok

Lampiran 36………173

Soal LKS Siklus 1 dan 2

Lampiran 37 ... 182 Daftar Uji Reverensi

Lampiran 38 ... 187 Surat Keterangan Izin Penelitian dari UIN

Lampiran 39 ... 188 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari Sekolah

Lampiran 40 ... 189 Daftar Riwayat Hidup


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini teknologi berkembang sangat pesat, maka hal ini harus diikuti dengan peningkatan mutu pendidikan. Pelajaran IPA merupakan salah satu pelajaran yang mendasari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan penting dalam memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan pelajaran IPA sejak dini. Demikian juga halnya dengan pelajaran IPA, peningkatan mutu pendidikan IPA mutlak diperlukan namun perlu disadari bahwa peningkatan mutu pendidikan IPA tidak dapat terwujud tanpa adanya peningkatan proses pembelajaran IPA.

Pembelajaran IPA sangat erat hubungannya dengan memahami dan menanggapi pemahaman fisik dalam lingkungan fisik disekelilingnya. Artinya pada pembelajaran IPA siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuan berdasarkan pengalaman. Namun kenyataannya di lapangan dalam proses pembelajaran IPA terkadang mengalami hambatan –hambatan, misalnya media dan alat peraga, pendukung pembelajaran yang minim serta pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di MI.Al-Ma’arif Kali Baru, Cilincing Jakarta Utara ditemukan bahwa siswa kurang berminat dalam belajar IPA, khususnya pada konsep energi dan kegunaannya dikelas IV semester II. Ini terlihat dari hasil nilai ulangan harian dimana nilainya dibawah 60% ( di bawah nilai KKM ).

Rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama metode yang digunakan oleh guru-guru MI.Al-Ma’arif dalam proses pembelajaran umumnya adalah metode ceramah dan pembelajaran yang hanya meliputi siswa datang, duduk dan menulis materi yang telah dituliskan dipapan tulis atau yang didikte oleh guru,mendengarkan guru menjelaskan materi dan mengerjakan tugas.


(20)

Pembelajaran seperti ini akan menimbulkan kondisi jenuh, membosankan monoton dan kurang direspon oleh siswa yang berujung pada tidak maksimalnya pemahaman siswa terhadap materi. Kedua guru kurang melakukan apersepsi terhadap siswa, sehingga peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya masih kurang bermakna, sehingga perlu adanya kolaboratif antara guru dan siswa. Ketiga kurangnya kemampuan guru untuk menggali pengalaman siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran dengan fakta di lapangan yang sering dijumpai siswa. Serta guru umumnya belum mampu mengunakan metode pembelajaran yang mudah, nyaman, dan menyenangkan, dan tidak melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar sehingga pembelajaran tidak tepat sasaran, dan mengakibatkan tidak tercapainya materi dan tujuan pembelajaran secara optimal.

Berdasarkan fakta- fakta di atas, perlu diciptakan kondisi yang efektif, kondusif dan kreatif, dan bagaimana agar siswa tidak jenuh dan bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Pendekatan konstruktivisme diharapkan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan yang ada di MI.Al-Ma’arif Kalibaru Cilincing Jakarta Utara. Pendekatan konstruktivisme sangat menarik bila diterapkan dalam proses pembelajaran IPA khususnya pada konsep energi dan penggunaannya, karena sesuai dengan karakteristik konstruktivisme itu sendiri. yaitu melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.1 Karena pada dasarnya model pembelajaran

dengan pendekatan konstruktivisme ini sifatnya lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Dengan kata lain kegiatan pada pembelajaran IPA dengan model konstruktivisme selalu mengembangkan mind-onnya artinya memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan dialog dengan guru dan juga temannya serta mengembangkan kemampuan berpikirnya.2 Misalnya, pada konsep energi dan penggunaannya,

1

Hasil observer 2

Nana Djumhana, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Cet.Pertama, 2009), h.58


(21)

siswa didorong untuk mengungkapkan pengetahuan awal terkait sumber energi yang sering digunakan di rumah.

Demikan juga pengembangan hands-on, artinya siswa menjadi terampil mengembangkan kegiatan manipulatif dengan tangan dan keterampilan motorik yang memungkinkan organ indranya melakukan fungsi observasi dan pengalaman secara langsung.3 Misalnya, peserta didik dapat mengamati energi angin yang

dapat menggerakan baling –baling dan model kincir yang dibuat.

Melalui penerapan model konstruktivisme diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat, serta membuat siswa percaya diri dalam mengembangkan kemampuannya secara menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu peneliti perlu mengupayakan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran IPA. Khususnya pada materi energi dan penggunaannya. Berdasarkan masalah diatas maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Energi dan Penggunaannya Melalui Pendekatan Konstruktivisme.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan oleh guru-guru MI.Al-Ma’arif dalam proses pembelajaran umumnya adalah metode ceramah dan pembelajaran yang hanya meliputi siswa datang, duduk dan menulis materi yang telah dituliskan dipapan tulis atau yang didikte oleh guru, mendengarkan guru menjelaskan materi dan mengerjakan tugas.

2. Guru kurang melakukan apersepsi terhadap siswa, sehingga peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya masih kurang bermakna

3


(22)

3. Kurangnya kemampuan guru untuk menggali pengalaman siswa yang berhubungan dengan materi pembelajaran dengan fakta di lapangan yang sering dijumpai siswa

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Karena begitu banyaknya identifikasi area yang ditemukan dalam penelitian maka peneliti hanya akan mengkaji lebih dalam mengenai hasil belajar. Pada penelitian ini hasil belajar hanya dilihat pada ranah kognetif KD.8.1.dan KD.8.2.dengan tingkatan CI - C3 melalui model pembelajaran pendekatan konstruktivisme dengan mengunakan metode diskusi, eksperimen dan tanya jawab untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada konsep energi dan penggunaannya melalui pendekatan konstruktivisme?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada konsep energi dan penggunaannya melalui pendekatan konstruktivisme

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan alternatif pilihan untuk menggunakan metode yang lebih efektif dalam pembelajaran IPA

2. Memberikan informasi tentang pendekatan konstruktivisme sebagai pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.


(23)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN

KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A.

Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pendekatan Konstruktivisme a. Pengertian Pendekatan

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoroitis tertentu1

.

Istilah pendekatan secara harfiah dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai “proses, perbuatan atau cara mendekati”. Pendekatan adalah cara umum seorang guru memandang persoalan atau obyek sehingga diperoleh kesan tertentu. Jadi pendekatan digunakan apabila bersangkut paut dengan cara- cara umum atau asumsi dalam menyingkapi sesuatu masalah kearah pemecahannya. Roy Killen dalam Sanjaya (2006) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu, (1) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (Teacher Centered Approach), (2) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (Student Centered Approach) 2

.

Pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan bersifat aksiomatik dan menggambarkan sifat –sifat dan ciri khas suatu pokok bahasan yang diajarkan. Dalam pengertian pendekatan pembelajaran tergambarkan latar

1

Ahmad Sudrajat, Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model

Pembelajaran. http:// www google com.hk g wt, 9 http/ Word Press Com.12. Sep .2008

2

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 38-39.


(24)

psikologis dan latar pedagogis dari pilihan metode pembelajaran yang akan digunakan dan diterapkan oleh guru bersama siswa.3

Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu.(Sagala, 2003:68). Pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya yang berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip, atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu. Pada dasarnya pendekatan pembelajaran yang umum digunakan atau beberapa pendekatan alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah yaitu, Pendekatan deduktif dan induktif, pendekatan ekspositori, pendekatan heurisrstik, pendekatan konstektual4

.

Selain itu, ada Pendekatan proses, pendekatan konsep, pendekatan discovery atau penemuan terbimbing, pendekatan inquiri, pendekatan histori, pendekatan nilai, pendekatan lingkungan, pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dan pendekatan dengan melalui model pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan dalam pembelajaran IPA (Sains) yang bisa dipertimbangkan dan digunakan pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah, berimplikasi kepada kemampuan guru untuk menerapkan pendekatan itu secara tepat. Pendekatan pembelajaran adalah merupakan upaya yang dilakukan guna membuat siswa terlibat secara aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran5

.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pendidikan dan pengajaran yaitu, Pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional,

3

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.18

4

Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayattullah, 2009), h. 91-92

5

Nana Djumhana, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009 ), h. 146


(25)

pendekatan rasional, pendekatan fungsional, pendekatan keagamaan dan pendekatan kebermaknaan6

.

Dari macam-macam pendekatan di atas dapat disimpulkan, bahwa pendekatan pembelajaran adalah seperangkat asumsi atau pandangan guru tentang hakekat bahasa yang diajarkan kepada siswa dalam suatu proses intraksi belajar mengajar di kelas yang dipasilitasi guru dengan baik, (baik materi, metode, media, atau evaluasi), dan dalam mengajar guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Sehingga pencapaian tujuan pembelajaran bisa dicapai. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik perlu diperhatikan penggunaan pendekatan dalam pembelajaran IPA atau pelajaran lainnya. Secara umum kita harus memahami pendekatan dalam sistem belajar mengajar yang pada gilirannya kita harus menentukan mana yang diperkirakan cocok dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran IPA khususnya pada tingkat SD/MI dan pada materi yang akan diajarkan.7

Maka untuk tercapainya tujuan pembelajaran peneliti merasa cocok dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme khususnya pada pelajaran IPA pada konsep energi dan penggunaannya. Karena dilihat dari segi pengajaran dan pembelajaran konstruktivisme juga diartikan sebagai pendekatan yang memberikan hak dan peluang belajar kepada siswa untuk belajar dengan membina makna dengan kerangkanya masing – masing dengan berdasarkan pengalaman dan lingkungan yang ada.8

6

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 71.

7

Nana Djumhana. Loc .Cit., h.146 8

Palupi Purnamawati, Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran

Kimia Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA


(26)

b. Pengertian Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan mereflesikan pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup. Setiap kita akan menciptakan hukum dan model mental kita sendiri yang kita pergunakan untuk menafsirkan dan menerjemahkan pengalaman belajar, sebagai suatu proses pengaturan model mental seseorang untuk mengakomodasi pengalaman- pengalaman baru. Konstruktivisme melandasi pemikirannya bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang given dari alam karena hasil kontak manusia dengan alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil konstruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Ia membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan (Bettencourt,1989 dalam Suparno, 1997 : 18).9 Konstruktivisme juga disebut suatu paham pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan atau konsep secara aktif, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam proses pembelajaran ini siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterimanya dengan pengetahuan sebelumnya untuk membangun pengetahuan baru.10

Maka berdasarkan pandangan pembelajaran konstruktivisme peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar IPA khususnya pada konsep energi dan penggunaannya. Dengan menggunakan model pembelajaran pendekatan kosntruktivisme.

9

Suyono dan Hariyanto, Op.Cit., h. 105-106 10

Didi Sutardi dan Encep Sudirjo, Model Pembelajaran Konstruktivisme di Sekolah


(27)

c. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang memandang bahwa siswa, belajar sains dengan cara mengkonstruksi pengertian atau pemahaman baru tentang fenomena dari pengalaman yang telah dimilikinya.11

Para peneliti telah berusaha untuk mengidentifikasi bagaimana para siswa mengkonstruksi atau membentuk pemahaman mereka terhadap bahan yang mereka pelajari dan menurut konstruktivisme, melalui proses-proses kognetif. Para siswa menciptakan atau membentuk pengetahuan mereka sendiri melalui tingkatan dan intraksi dengan dunia. Pendekatan konstruktivisme sosial juga mempertimbangkan konteks sosial yang di dalamnya pembelajaran muncul dan menekankan pentingnya interaksi sosial dan negoisasi dalam pembelajaran. Berkenaan praktek kelas pendekatan-pendekatan konstruktivisme mendukung kurikulum dan pengajaran student-centered bukannya teacher-centered. Siswa adalah kunci pembelajaran.12

Konstruktivisme disebut juga sebagai suatu pendekatan pembelajaran berdasarkan kepada penelitian tentang bagaimana manusia belajar. Kebanyakan peneliti berpendapat setiap individu membangun pengetahuan dan bukan hanya menerima pengetahuan dari orang lain. Siswa membangun pengetahuan mereka dengan menguji ide-ide dan pendekatan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada, mengaplikasikannya kepada situasi baru dan mengintegrasikan pengetahuan baru yang diperoleh dengan membangun intelektual yang sebelumnya ada. Sebagaimana dalam teori konstruktivisme dinyatakan bahwa siswa membina makna tentang dunia dengan mensintesis pengalaman baru kepada apa yang mereka telah pahami sebelumnya. Mereka membentuk aturan melalui refleksi tentang intraksi mereka dengan objek dan ide.

Apabila mereka bertemu dengan objek, ide atau hubungan yang tidak bermakna bagi mereka maka mereka akan menginterprestasikan apa yang mereka lihat.13

11

Pudyo Susanto, Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme,

(Malang : FMIPA Universitas Negri Malang, 2002 ), h.6 12

Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 178-179 13


(28)

sesuai dengan aturan yang mereka tetapkan atau mereka akan menyusuaikan aturan mereka agar dapat menerangkan informasi baru ini lebih baik.14

d. Teori konstruktivisme

Bila kita membaca sejarah sains, kemajuan-kemajuan dalam sains telah dicapai karena para ilmuwan mau menyusun gagasan-gagasannya dalam bentuk teori dan meminta orang lain menilai teori-teori yang telah mereka susun itu. Teori lama telah menimbulkan teori-teori baru dan teori baru menyebabkan dilakukannya eksperimen, kemudian eksperimen-eksperimen menghasilkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Snelbecker (1974) berpendapat bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan juga vital bagi psikologi dan pendidikan agar dapat maju atau berkembang, serta memecahkan masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang itu. Sekarang kita menyadari bahwa ilmu apapun untuk dapat berkembang harus di landasi teori. Selain itu Snelbecker (1974) juga mengemukakan bahwa konstruksi teori merupakan suatu bagian proses keberlangsungan dalam psikologi dan pendidikan.15

Teori pembelajaran konstruktivisme dipelopori oleh J.Piaget dan Vygotsky belajar menurut pandangan konstruktivistik berarti membangun, yaitu siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajaran. Teori konstruktivisme merupakan salah satu teori belajar yang berhubungan dengan cara seorang memperoleh pengetahuan, yang menekankan pada penemuan makna (meaning fullness). Perolehan tersebut melalui informasi dalam struktur kognetif yang telah ada dari hasil perolehan sebelumnya yang tersimpan dalam memori dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru.16

14

Ibid, h. 126 15

Ratna Willis Dahar, Teori – teori Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Gelora Aksara Pratama, 2011), h.10-12

16


(29)

Menurut Vygotsky teori konstruktivisme belajar itu harus berlangsung dalam kondisi sosial, dan harus terlihat betul peranan bahasa dalam belajar konstruktif. Mengenai belajar sains, Vygotsky menyarankan bahwa intraksi sosial itu penting saat siswa menginternalisasi pemahaman-pemahaman yang sulit, masalah-masalah dalam proses, selanjutnya proses intrernalisasi melibatkan rekonstruksi aktivitas psikologis dengan dasar penggunaan bahasa. Para konstruktruktivis sosial menekankan bentuk-bentuk bahasa untuk mempermudah konstruksi kebermaknaan anak, antara lain pertanyaan dengan ujung terbuka, menulis kreatif, eksplansi siswa, dialog kelas dan lain-lain. Penelitian-penelitian Piaget meliputi konstruksi pengetahuan personal melalui interaksi individual dengan lingkungan. Sedangkan perspektif baru mengikut sertakan juga proses-proses sosial dalam konstruksi pengetahuan. Dalam konstruksi pengetahuan guru juga harus aktif. 17

Konstruktivisme menurut teori Piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya yang diistilahkan “schema/skema (jamak = schemata/skemata)”, atau konsep jejaring untuk memahami dan menanggapi pengalaman pisik dalam lingkungan disekelilingnya. Menurut teori konstuktivisme pengetahuan tidak dapat ditransper begitu saja dari pikiran guru kepada pikiran siswa. Artinya siswa harus akitif secara mental membangun struktur pengetahuan berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Sehubungan dengan itu Tasker (1992:30) Seperti yang dikutip oleh Hamzah (2008) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut: (1) Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. (2) Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. (3) Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Wheatley (1991:12), pada sumber yang sama mendukung pendapat Tasker tersebut dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran sesuai konstruktivisme yaitu, 18

17

Ratna Willis, Op.Cit., h. 152-153 18


(30)

Pertama Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. kedua Fungsi kognisi bersipat adaptif dan membantu pengorganisasian skema melalui pengalaman nyata anak. Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme. Hanbury (1996) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitan dengan pembelajaran yaitu, (1)Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki. (2) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti. (3) Strategi siswa sendiri lebih bernilai. (4) Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan pengetahuan dengan temannya. Dalam upaya implementasi teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, antara lain: (1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dalam bahasanya sendiri (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamanya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif. (3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru. (4) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. (5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. (6) Menciptakan lingkungan belajar yang kondustif.19

2. Model Pembelajaran Konstruktivisme

a. Model pembelajaran Konstruktivisme dalam pembelajaran IPA

Model pembelajaran konstruktivisme adalah model Pembelajaran yang menciptakan lingkungan yang kondusif artinya suasana yang aman, nyaman, dan tertib sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan, menyenangkan (enjoyable learning). Suasana yang demikian akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna, yang lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know).20

19

Ibid, h. 108-109 20

E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 33


(31)

Belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup bersama secara harmonis.(learning to live together.r21

.

Konstruktivisme dalam model pembelajaran sains perlu diikuti dengan pengembangan perangkat keterampilan dasar mengajar sains yang harus dikuasi oleh guru sains, antara lain: Keterampilan mengajar dengan demonstrasi, keterampilan mengajar dengan eksperimen, keterampilan mengajar dengan

permainan atau simulasi dan keterampilan mengajar di luar ruangan. Karena pengajaran konstruktivisme adalah pengajaran yang menjadikan siswa

sebagai pusat kegiatan belajar untuk menemukan sendiri konsep sains melalui akomodasi konsep lama dengan penomena-penomena baru yang ditemukan dalam pembelajaran.22

.

Sebagaimana diungkapkan oleh peneliti pendidikan sains, bahwa belajar sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa (Piaget dalam Dahar, 1996). Sehingga disini guru berubah dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa. Karena pembelajaran perspektif konstruktivisme mengandung empat bagian inti, yaitu: (1) berkaitan dengan prakonsepsi atau pengetahuan awal (prior knowledge) siswa, (2) mengandung kegiatan pengalaman nyata (experience), (3) melibatkan intraksi sosial (social Interaction) dan terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense making).23.

Demikan pula ketika siswa belajar perspektif konstruktivisme dipandang sebagai upaya perubahan konsep, artinya siswa mau belajar ketika dalam kegiatan yang dilakukannya ada seseorang mau mengubah pikirannya. Secara rasional

konsep tersebut akan terjadi perubahan dengan katagori sebagai berikut: (1) Diferensiasi atau perbedaan, artinya konsep baru muncul dari konsep yang

sudah ada, (2) Perluasan konsep, artinya konsep lama mengalami pengembangan menjadi konsep baru, (3) Konseptualisasi ulang, artinya terjadi perubahan yang24

21

Ibid, h. 33 22

Pudyo Susant, Op. Cit., h. 9-10 23

Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolag Dasar, (Jakarta: Indeks, 2010-2011), h,54

24


(32)

signifikan dalam bentuk dan hubungan antar konsep (restrukturisasi). Semua model konstruktivisme memiliki kekhasan tersendiri dalam setiap tahapan kegiatan pembelajarannya, akan tetapi secara umumnya mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.25

Struktur pembelajaran sains berbasis konstruktivisme ada empat tahap yaitu, eksplorasi, eksplanasi, ekspansi dan evaluasi (Martin dkk,1997) yang dikenal dengan siklus belajar.26

Secara rinci tahapan - tahapan atau langkah - langkah pembalajaran IPA secara konstruktivisme sebagai berikut:

1. Tahap Pengetahuan Awal: Siswa didorong untuk mengungkapkan pengetahuan awal tentang konsep yang akan dipelajari, dengan cara memancing berupa pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering ditemui siswa sehari-hari, dan kaitkan dengan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengomunikasikan, mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut.

2. Tahap Eksplorasi: Siswa diajak untuk menemukan konsep melalui penyelidikan, pengumpulan data, dan interpretasi data melalui suatu kegiatan yang dirancang oleh guru. Kegiatanya berupa pengamatan, percoban, diskusi, tanya jawab, mencari informasi melalui buku atau via internet. Rasa ingin tahu siswa tentang berbagai fenomena alam terpenuhi secara keseluruhan. Guru memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi keingintahuan siswa.

3. Tahap Diskusi dan Penjelasan Konsep: Siswa memberikan penjelasan dan pemecahan masalah dari hasil observasi. Guru memberikan informasi dan penguatan. Siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang telah dipelajari. Bila pengetahuan awalnya benar maka siswa tidak ragu lagi tentang konsepsinya, bila konsep awalnya salah maka ekplorasi merupakan jembatan antara konsepsi siswa dengan konsep baru.27

25

Ibid, h. 57- 58 26

Pudyo Susanto, OP. Cit., h. 31 27


(33)

4. Tahap Pengembangan dan Aplikasi Konsep: Guru menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan konsepnya. Guru memunculkan isu lingkungan yang dapat dipecahkan melalui pemahaman konsep yang telah diperoleh, dengan harapan konsep yang dipelajari menjadi bermakna.28

b.Paradigma Konstruktivisme Dalam Pembelajaran

Jika kita kaji secara cermat perubahan-perubahan paradigma dan pandangan pendidikan, ada tuntutan terhadap perubahan proses pembelajaran yang menuntut terjadinya proses pemberdayaan diri dan pengembangan potensi-potensi peserta didik secara holistik melalui proses pembelajaran yang dilakukan setiap guru. Paradigma konstruktivisme merupakan suatu tuntutan baru ditengah terjadinya perubahan besar dalam memaknai proses pendidikan dan pembelajaran.

Konstruktivisme merupakan respons terhadap perkembangannya harapan-harapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif siswa dalam merekayasa dan memprakarsai kegiatan belajarnya sendiri. Hampir semua kalangan yang terlibat didalam mengkaji masalah-masalah pembelajaran mengetahui bahwa konstruktivisme merupakan paradigma alternatif pembelajaran yang muncul sebagai akibat revolusi ilmiah yang terjadi beberapa dasawarsa belakangan ini. Konstruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Metthews, 1994).29

Dalam sebuah kesimpulannya Glasersfeld dan Kitchener (1987) memberi- kan penekanan tentang gagasan konstruktivisme yaitu: (1) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. (2) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. (3) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang.30

.

28

Ibid, h. .58

29

Aunurrahman , Belajar dan Pembelajaaran, (Bandung : Alfabeta, 2011-2012), h.15-16 30

Didi Sutardi dan Encep Sudirjo, Pembaharuan dalam PBM SD, (Bandung : UPI Press, 2007), h. 140


(34)

Struktur konsepsi membentuk pengetahuan, dan konsepsi itu berlaku bila berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

c. Implementasi dan Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA

a. Implementasi pembelajaran konstruktivisme

Implementasi pembelajaran konstruktivisme pada proses pembelajaran di sekolah dasar saat ini harus sejalan dengan diberlakukannnya kurikulum yang terbaru yakni KTSP. Strategi pembelajaran konstruktivisme di sekolah dasar menghendaki para guru untuk menerapkan strategi pembelajaran yang berpusat pada anak atau child centerd teaching approach. Strategi pembelajaran konstruktivisme di sekolah dasar pada pembelajaran sains mengacu pada, penyiapan benda-benda nyata untuk digunakan oleh siswa, memeperhatikan empat cara berbuat terhadap benda-benda, memperkenalkan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa, menciptakan pertanyaan, masalah, dan pemecahannya. Siswa saling berintraksi dan memperkenalkan kembali materi kegiatan. Hal lain dalam pengelolaan kelas model pembelajaran konstruktivisme memerlukan upaya guru untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu dan kelompok kecil siswa, guru mampu menciptakan hubungan kooperatif antar siswa, saling memunculkan strategi untuk memecahkan masalah yang efektif, pembinaan diarahkan agar siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri.

Strategi pembelajaran dapat dideskrifsikan sebagai berikut :

1. Oreintasi belajar tidak hanya pada segi pencapaian akademik, artinya kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta potensi dasar siswa.

2. Membuat pelajaran bermakna bagi siswa, agar pembelajaran bermakna bagi siswa topik-topik yang dipilih dan dipelajari didasarkan pada pengalaman- pengalaman siswa yang relevan.

3. Metode mengajar mampu melibatkan siswa untuk aktif belajar dan membuat siswa terlibat dalam aktivitas secara langsung dan bersifat menyenangkan.31

31


(35)

4. Memprioritaskan kesempatan siswa untuk bermain dan bekerja sama dengan teman lainnya.

5. Bahan-bahan yang digunakan sebaiknya bahan yang kongkrit agar pemebelajaran sesuai dengan taraf perekembangan anak usia sekolah dasar. 6. Menilai hasil belajar siswa secara komprehensif artinya guru tidak hanya

menekankan kepada aspek kognetif saja dengan menggunakan tes tertulis, melainkan semua aspek prilaku siswa secara menyeluruh, kognetif, afektik dan psikomotorik serta sesuai dengan penilaian berbasis kelas, guru menggunakan berbagai jenis penilaian yang relevan dengan kebutuhan siswa. Baik penilain proses maupun penilain hasil belajar siswa.

7. Guru berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Artinya guru memberikan fasilitas terhadap kegiatan belajar siswa, pada saat siswa membangun pengetahuan dan mengaplikasikannya terhadap kehidupan. Sebagai mediator dikala siswa membutuhkan bimbingan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya dengan mengubah sikap dan strategi pembelajaran yang lebih menekankan kepada aktivitas dan kreatifitas siswa dalam belajar.32

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan jika ingin mengimplemen- tasikan konstruktivisme dalam pembelajaran, prinsip-prinsip tersebut yaitu : 1. Mengajukan masalah yang relevan untuk siswa.

2. Struktur pembelajaran untuk mencapai konsep-konsep esensial.

3. Sadarilah bahwa pendapat (Perspektif ) siswa merupakaan jendela mereka untuk menalar (berfikir) .

4. Adaptasikan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan dan pengembangan siswa. 5. Lakukan asesmen terhadap hasil belajar siswa dalam konteks pemebelajaran.33

32

Ibid, h.140- 147 33

Indrawati dan Wawan Setiawan, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan, (Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga


(36)

Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang akan dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Menurut para konstruktivisme proses belajar bercirikan konstruktivisme adalah sebagai berikut: 1.Belajar berarti membentuk makna.

2.Konstruksi arti sesuatu hal yang sedang dipelajari terjadi dalam proses yang terus menerus.

3.Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih dari itu yaitu mengembangkan pemikiran dengan membuat pengertian baru.

4.Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidak seimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu pelajar.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan lingkungannya.

6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi intraksi dengan bahan yang dipelajari. (Paul Suparno, 1997. 61).34

b.Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran.

Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental siswa secara aktif. Belajar juga merupakan suatu proses mengasimilasikan dan menghubungkan bahan yang dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya tentang obyek tertentu menjadi lebih kokoh. Meskipun menurut konstruktivisme upaya membangun pengetahuan dilakukan oleh siswa melalui kegiatan belajar yang ia lakukan, namun peran guru tetap menempati arti penting dalam proses pembelajaran. Dalam pandangan ini mengajar memang tidak hanya meyampaikan informasi akan tetapi lebih menitik beratkan perannya sebagai mediator dan fasilitator. (Suparno1997:66).35

34

Ibid, h.11 35


(37)

Dalam kegiatan pembelajaran fungsi guru sebagai mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa wujud sebagai berikut:

1.Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses dan penelitian. Dalam fungsi ini Kegiatan pembelajaran hendaknya dapat memberikan kesempatan secara luas kepada siswa agar mereka dapat mengembangkan kemampuan berpikir, memberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembangnya inisiatif dan kreativitas sesuai dengan modalitas belajarnya masing-masing.

2.Memberikan kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya serta ide-ide ilmiahnya. Dalam pandangan konstruktivisme, ukuran keberhasilan belajar utamanya bukan pada banyak informasi atau pengetahuan yang didapatkan, karena bilamana indikator tersebut yang dijadikan patokan, maka pembelajaran menjadi kegiatan yang statik dan kurang bermakna.

3.Memonitor, mengevaluasi dan menunjukan apakah pemikiran- pemikiran siswa dapat didorong secara aktif. Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengukur ketercapaian materi pembelajaran, akan tetapi juga harus memperhatikan perubahan-perubahan cara berpikir siswa.Apakah melalui kegiatan-kegiatan pembelajarn yang dilalui, menjadikan siswa semakin mampu dan terampil dalam memecahkan masalah atau mengatasi kesulitan yang dihadapi. Apakah kemampuan siswa mengkomunikasikan persoalan-persoalan yang dihadapinya semakin baik, sehingga kemampuan dan keterampilan berpikirnya semakin meningkat.36

Selain itu implikasi pandangan kosntruktivisme untuk pembelajaran dapat disarikan beberapa kebaikan pembelajaran berdasarkan konstruktivisme

1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa sendiri, berbagai gagasan dengan temannya mendorong siswa-37

36

Ibid, h. 22-24 37

Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta: Indeks, 2011) , h. 54-55


(38)

memberikan penjelasan tentang gagasannya

2. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki (diberi) kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa didorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menentang siswa.

3. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya agar siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang teori dan model, mengenalkan gagasan sains pada saat yang tepat.

4. Pembelajaran konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

5. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemampuan mereka serta memberi kesempatan untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

6. Pembelajaran konstruktivisme lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan

menghindari kesan selalu ada satu “ jawaban yang benar”.38

Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak menurut Poedjiadi, 1999 : 3 adalah sebagai berikut:

1.Tujuan pendidikan menurut konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.

2.Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta

38


(39)

didik. Selain itu latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari. 3.Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang

sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. 39

Dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong terwujudnya perkembangan peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu proses panjang yang tidak dapat diukur dalam priode tertentu, apalagi dalam waktu yang sangat singkat. Meskipun demikian indikator terjadinya perubahan kearah perkembangan peserta didik dapat dicermati melalui instrument- instrumen pembelajaran yang dapat digunakan guru. Oleh karena itu seluruh proses dan tahapan pembelajaran harus mengarah pada upaya mencapai perkembangan potensi-potensi anak tersebut. Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip–prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar.

Davies (1991:32) ada beberapa hal yang dapat dijadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip – prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu

1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri, tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut.

2. Setiap murid belajar menurut tempo ( kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.

3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segara diberikan penguatan (reinforcement).

4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah –langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.40

39

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi ,Konstruksi Pengembangan Pembelajaran,

(Jakarta: Prestasi Pustaka karya, 2010), h.147 40


(40)

5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar dan mengingat lebih baik.

Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan perencanaan pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan 41

.

3.Kajian Toeritik a. Pengertian Belajar

Mengapa belajar ? Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa menciptakan apa yang ada di langit dan di bumi. Kita yang hidup di bumi diminta-Nya untuk mengamati apa yang diciptakan-Nya. Dengan mengamati itu, kemudian, diharapkan-Nya kita mempertanyakan apa yang kita amati itu. Timbulah pertanyaan: ”Mengapa, bagaimana, dan untuk apa Tuhan menciptakan semua itu? Maka untuk mengetahui jawabannya, kita diminta belajar, baik dari buku-buku, guru, ataupun orang yang lebih tinggi pengetahuannya42

Istilah belajar sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Belajar adalah salah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat, lingkungan akademik seperti dilingkungan sekolah, pelajar, siswa dan siswi serta mahasiswa yang mempunyai tugas untuk belajar. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari mereka. Konsep tentang belajar sendiri telah dibanyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Gagne (1984). Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Definisi belajar dijelaskan oleh Driscol (2000). Yaitu, perubahan yang terus-menerus dalam kinerja atau potensi manusia. Menurut Oemar Hamalik (1995) berpendapat belajar adalah modifikasi atau memperteguh kalakuan melalui pengalaman.43

41

Ibid, h. 114 42

Ratna Wilis dahar, Op. Cit., h. 1 43


(41)

Sedangkan menurut Nana Syaodih (1970), belajar adalah segala perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognetif, afektik maupun psikomotorik dan terjadi melalui proses pengalaman. Pengertian belajar juga dijelaskan oleh James LM ( 2000 ), belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri. Sementara itu Garry dan Kingsley berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan –latihan. Konsep belajar juga dikemukakan oleh Robert dan Davies (1995). Bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen, sebagai suatu fungsi praktis atau pengalaman.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan prilaku yang berbentuk kognetif, afektif dan psikomotor. Pemahaman tentang pengertian belajar terdapat tiga atribut pokok atau ciri utama belajar yaitu: Proses, perubahan tingkah laku, dan pengalaman. Proses: Belajar adalah proses mental dan emosional atau bisa di sebut juga sebagai proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila fikiran dan prasaannya aktif dan aktifitas pikiran dan perasaannya itu sendiri tidak dapat diamati orang lain akan tetapi akan terasa oleh yang bersangkutan.(orang yangsedang belajar itu). Guru tidak dapat melihat aktifitas fikiran dan perasaan siswa yang diamati oleh guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siwa sebagai akibat adanya aktifitas fikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut. Perubahan Tingkah laku: Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah prilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik atau penguasaan nilai-nilai sikap. Pengalaman : Belajar adalah mengalami artinya belajar terjadi dalam intraksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. lingkungan fisik contohnya: Buku, media, perpustakaan, alam sekitar. Lingkungan sosial contohnya: guru, siswa, pustakawan, kepala sekolah. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang dapat menstimulasi dan menantang siswa untuk belajar.44

44


(42)

Menurut Gagne (1984). Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman yaitu: 1. Perubahan perilaku, belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme.

Hal ini berarti bahwa belajar membutuhkan waktu untuk mengukur belajar, kita membandingkan cara organisme itu berperilaku pada waktu satu dengan cara organisme itu berprilaku pada waktu dua dalam suasana yang serupa, bila perilaku dalam suasana serupa itu berbeda untuk waktu itu, kita dapat berkesimpulan bahwa telah terjadi belajar.

2. Perilaku terbuka sebagai suatu yang terjadi dalam pikiran seseorang. Contoh, Perilaku menyangkut aksi atau tindakan.

3. Belajar berpengalaman, suatu hasil pengalaman. Istilah pengalaman membatasi macam –macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar. Biasanya batasan ini dilakukan dengan memperhatikan penyebab –penyebab perubahan dalam perilaku yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman.

4. Belajar kematangan disebabkan oleh perubahan – perubahan yang berlangsung dalam proses pertumbuhan dan pengembangan organisme-organisme secara fisiologis.45

Menurut Oemar Hamalik, terdapat berbagai macam tafsiran tentang belajar antara lain: Belajar adalah melatih daya – daya yang dimiliki oleh manusia dengan latihan tersebut akan terbentuk dan berkembang berbagai daya yang dapat berfungsi sebagai mestinya, seperti : daya ingat, daya fikir, daya rasa, dan sebagainya. Pandangan baru menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkat laku akibat latihan dan pengalam sejalan dengan perumusan ini, Romine berpendapat, bahwa “ learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing”46

45

Ratna wilis, Op.Cit., h. 2-3 46

Oemar Hamalik, Dasar- Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h.106


(43)

Belajar merupakan suatu proses dan bukan hasil yang hendak dicapai semata proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi, berdasar proses (sebagai alat atau means) akan tercapai tujuan (ends), sesuatu hal yang dikehendaki oleh pendidikan.47

Belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pngetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience).48

Menurut Poerwodarminto, belajar adalah berusaha supaya memperoleh kepandaian ( ilmu dan sebagainya). Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku didalam diri manusia. Perubahan itu dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, kemudian dikuasai atau dimilikinya kemudian dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.

Seseorang yang mendapatkan pengetahuan, maka akan tampak perubahan dalam dirinya, misalnya :

1. Perubahan yang disadari dan disengaja yaitu, perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan

Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan meyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.

2.Perubahan yang berkesinambungan yaitu, bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.49

47

Ibid, h.106 48

Suyono dan Haryanto, Op. Cit., h. 9 49

Murniasih, Irpan Shopian, Istianingsih, 101 Tips Belajar Efektif dan Menyenangkan,


(44)

Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan berikutnya.

3.Perubahan fungsional yaitu, setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

4.Perubahan yang bersifat positif yaitu, perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukan kearak kemajuan.

5.Perubahan yang bersifat aktif yaitu, untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.

6.Perubahan yang bersifat permanen yaitu, perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.

7.Perubahan yang bertujuan dan terarah yaitu, sikap individu yang melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuannya yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

8.Perubahan prilaku secara keseluruhan yaitu, perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.50

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.

Tujuan pengajaran tentu saja akan tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan

mentalnya kurang aktif, maka memungkinkan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar.51

50

Ibid, h. 5-6 51


(45)

Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik. Sebenarnya belajar dapat saja terjadi tampak pembelajaran. Namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu aktivitas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya prose belajar dalam diri siswa. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar dapat dilihat secara langsung. Oleh sebab itu agar dapat dikontrol dan berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran dikelas, maka program pembelajaran tersebut harus dirancang terlebih dahulu oleh guru dengan memperhatikan berbagai prinsip yang telah terbukti keunggulannya secara empirik 52

.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan atau sasaran akhir dari suatu proses pembelajaran. Sasaran yang dimaksud adalah suatu yang sebelumnya tidak dimiliki siswa, atau dapat pula merupakan penambahan atau suatu penyempurnaan kemampuan dari apa yang telah dimiliki siswa, misalnya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa karena belajar, yang secara potensial memang sudah dimiliki siswa, baik dalam aspek pengetahuan (kognitif), sikap (apektif) dan keterampilan (psikomotor). Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan yang dimaksud adalah empat unsur utama dalam proses belajar - mengajar yakni, Tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Dalam hal ini tujuan adalah arah dari proses belajar mengajar yang akan dicapai berupa rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman belajarnya.53

52

Aunurrahman, Op. Cit., h. 34 53

Nana Sudjana,Penialain Hasil Prose Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rostakarya, 1989), h. 22 - 23


(46)

Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dalam kurikulum untuk disampaikan dan dibahas dalam proses belajar - mengajar agar sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan, Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognetif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.Ranah kognetif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah Psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekpresif dan interpretatif. 54

Menurut Syaeful Bahri Djamarah Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejarah dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa, suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dikatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)/ (KKM-nya) dapat tercapai.Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK/ KKM, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan intruksional khusus (TIK)/ KKM yang ingin di capai.55

54

Ibid, h. 23 55


(47)

Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka mempebaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus TIK/ KKM dari bahan tersebut.56

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Agar hasil belajar para siswa sedapat mungkin tercapai sesuai dengan target yang dirumuskan dalam kurikulum, maka perlu memperhatikan beberapa faktor – faktor belajar yaitu :

1. Kegiatan belajar : Belajar memerlukan banyak kegiatan, agar anak memperoleh pengalaman guna mengembangkan pengetahuan dan pemahaman, sikap dan nilai serta pengembangan keterampilan

2. Latihan daan ulangan : Hasil belajar akan lebih mantap, jika para siswa sering diberikan ulangan daan latihan secara kontinu, sistematis dan terbimbing. 3. Kepuasan dan kesengan : Dorongan belajar akan bertambah besar jika belajar

tersebut memberikan kepuasan kepada siswa.

4. Asosiasi dan transfer : Berbagai pengalaman yang diperoleh, yaitu pngalaman lama dan pengalaman baru, harus diasosiasikan agar menjadi satu kesatuan 5. Pengalaman masa lampau dan pengertian: Berbagai pengalaman dan

pengertian yang telah dimiliki siswa akan memudahkannya menerima pengalaman baru.

6. Kesiapan dan kesedian belajar : Faktor kesiapan turut menentukan hasil belajar, kesipan disini kesiapan mental, sosial, emosional dan fisik

7. Minat dan usaha : Kegiatan belajar yang disadari dengan penuh minat akan lebih mndorong siswa belajar lebih baik sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.57

56

Ibid, h. 105 57


(48)

8. Fisiologis : Kesehatan dan keseimbangan jasmani siswa perlu mendapat perhatian sepenuhnya, karena kondisi fisiologis ini sangat berpengaruh terhadap konsentrasi, kegiatan hasil belajar.

9. Intelegensi atau kecerdasan : Kemajuan belajar juga ditentukan oleh tingkat perkembangan integensi siswa seperti cerdas, kurang cerdas, atau lamban. Materi kurikulum harus disusun berdasarkan tingkat kecerdasan siswa, Sehingga siswa mampu menyerap materi tersebut, yang akan memberikan hasil belajar yang memadai.58

.

4. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitain tindakan kelas terhadap pembelajaran IPA telah banyak dilakukan oleh pakar peneliti dan praktisi-praktisi pendidikan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar. Berikut ini, peneliti menyertakan beberapa hasil penelitian tindakan kelas yang berhubungan dengan perbaikan pembelajaran IPA dan penggunaan media atau model pembelajaran. Hal itu dilakukan sebagai rujukan kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.

a. Berdasarkan hasil penelitian skripsi Amanah (2012) dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran melalui pendekatan konstruktivisme berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep energi dan perubahannya . Hal ini ditunjukan oleh hasil uji t yaitu thitung (5-.461) < ttabel (2.086). Adapun jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 orang (95%).

b. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian skripsi Zohrotul Hayati (2012)

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme teknik mind map dan siswa yang di ajarkan dengan pembelajaran konstruktivisme teknik concept map pada konsep archae bacteria dan eubacteria di MI At-Taqwa Tangerang.59

58

Ibid, h. 111 59

Amanah. Pengaruh Pendekatan Kontruktuvisme Terhadap Hasil Belajar IPA Pada

Konsep Sumber Energi (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Tarbiyyah UIN Syarif


(1)

v

:

J L Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaaran, (Bandung: Alfabeta,

2011-2 0 1 2011-2 ) . h . t 8

ar

1 a

J J Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaaran, (Bandung: Alfabeta, 2011

2 0 1 2 ) . h . 2 2 - 2 4

o

3 4

Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dosar, (Jakarta: Indeks,

2 0 1 1 ) . h . 5 4 - 5 5

o

3 5

Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasor, (Jakarta: Indeks,

2 0 1 1 ) . h . 5 5

q^

3 6

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelaiaran , (Jakarta : Prestasi Pustaka karya,20l0), h.147

o

3 7

Aunurrahman, Belajar don Pembelajaaran, (Bandung: Alfabeta, 2011

2 0 1 2 ) . h . I l 3

a

3 8

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaaran, (Bandung: Alfabeta,

20ll-2012\.h. I l3 -l l4

q

3 9

Ratna Willis Dahat Teori - teori Belajar dan Pembelajara, (Bandung:

Gelora Aksara Pratama. 201l). h. I

d

40

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009),

h . 3

o

4 1 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009),

h . 3 - 5

q

42

Ratna Willis Dahar, Teori - teori Belajar dan Pembelajara, (Bandung: Gefora Aksara Pratama,20l l), h.2-3

n \

(

43

Oemar Flamalik, Dasar - Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung:

Remaia Rosda Karya ,2009, h.106

q

44 Oemar Hamalik, Dasar - Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung:

Remaia Rosda Karya, 2009), h. 106

q

4 5 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja

Rosdakarya,20ll). h.9

q

46

Murniasih, Irpan Shopian, Istianingsih , 101 Tips Belaiar Efektif dan

Menvenanskon, (Semarans : Sindur Press). h.4-5

(d

47

Murniasih,lrpan Shopian Me nye non gkan, (Semar ang

stianingsih, /0/ Tips Belajar Efektif dan

Sindur Press ). h. 5-6

q

4 8

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Strategi Belajar Mengajar, (

Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 38

t'

49 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaaran, (Bandung: Alfabeta,

2011-2012\.h.34

G

5 0

Nana Sudjana, Penialain Hasil Prose Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja

Rostakarya. 1 989). h. 22-23

d

5 l

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengaiar, (

Jakarta: Rineka Cinta.2006). h. 105

q

5 2

Oemar Hamalik, Dasar - Dasar Pengembangan Kurikulun, (Bandung:

Remaia Rosda Karya ,2009), h. 109-l l1

ai

5 3

Amanah, Pengaruh Pendekqtan Kontruktuvisme IPA Pada Konsep Sumber Energi, (Skripsi: S1

Terhadap Hasil Belajar


(2)

t?

i

Fakultas Tarbivvah UN Svarif Hidavatullah 2012\.h.63

5 4

Palupi Purnamawati, Pengaruh pendekatan konstruktivisme dalom pembelajran IPA terhada kemampuan berfikir kreatif siswa, (Skripsi : S I

Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Tarbivvah UIN Hidavatullah.20 1 0). h.66

Syarif

tc

5 5

Zohrotul Hayati, Perbandingan Hasil Belojar Antara Siswa yang Diajar Dengon Pembelajaran Konstruktivisme Teknik Mind Map Dan Konstruktivisme Concept Ma, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Tarbiyyah UIN Syarif Hidayatullah 2012), h.69

(X

5 6

Sri Putri Pujiarsih,Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Piaget TerhadapPenguqsaon Konsep IPA Pada Materi Pokok Kalor (Skripsi: S1 Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Tarbiyyah UIN Syarif Hidayatullah,

2 0 1 I ) . h . 5 6

(c

5 7

Yunita, Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme Dengan Strategi Generatif Learning Terhadap Hasil Belajar /Pl, (Skripsi: Sl Jurusan Pend idikan IPA Fakultas Tarbivyah UIN Syarif Ilidayatul lah.20 | 2), h.64

ff

BAB III

5 8

Suharsimi Ar (Jakarta : Bum

kunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas

A k s a r a , 2 0 l 0 ) , h . 1 6

at'

5 9

Suharsimi Ar

(Jakarta:Bumkunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan KelasA k s a r a . 2 0 1 0 ) . h . 1 7 - 1 9

'c

60

Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi

Kompetensi, (lembaga ian UIN Jakarata,2006), Ahmad Sofyan, Tonih

Pembelajaran IPA Berbasis H . 1 0 5

f-.t

6 l

Suharsimi Arikunto, Dasar -Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi

Aksara, 2012-2013), h.82

o

62

Anas Sr.rdij ono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2008), h.258 , (

63

Feronika, Burhanudin Milama Evaluasi

Kompetensr, (lembaga ian UIN Jakarata,2006), Ahmad Sofyan, Tonih

Pembelajaron IPA Berbasis

H . 1 0 5

a

64

Suharsimi Arikunto, Dasar -Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi

Aksara,20l2-2013), h. I 15. Ibid,h.223

.x

6 5

Suharsimi Arikunto, Dasar -Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi

Aksara,20l 2-2013), h. 223 lbid,h,228

.h

66

Suharsimi Arikunto, Dasar -Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi

Aksara. 2012-2013\. h.223 lbid h.232

G

67 Suharsimi Arikunto, Dasar -Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2012-2013), h. 232

r*

' (./

6 8 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, ( Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN ( Syarif Hidayatullah Jakara,2008),h32.

r->-V

69 Program Pembelajarn Bioteknologi Untuk

Inkuiri Calon Guru Dalam Metamorfosa Volume Zulfiani, Pengembangan

Menigkatkan Kemampuan ( No.2 Oktober 2007\.h.7

( . J

7 0

Ngalim Purwanto, Prinsif -Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,


(3)

I

':

l

7 1 Ngalim Purwanto, Prinsif -Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengaiaran,

( Bandune : Remaia Rosdakarya.2000). h.102

tr

BAB IV

72

Amanah, Pengaruh Pendekatan Kontruktuvisme IPA Pada Konsep Sumber Energi. (Skripsi S I Faku ltas Tarbivvah UIN Svarif Hidayatu llah, 20 1 2

Terhadap Hasil Belajar Jurusan Pendidikan IPA: ) , h . 6 3

q

n a

I J Pembelojaran Konstruktivisme Piaget

Pada Materi Pokok Kalor (Skripsi S I Tarbiwah UIN Svarif Hidavatullah Sri Putri Pujiarsih, Pengaruh Model

Terhadap Penguasaan Konsep IPA Jurusan Pendidikan IPA : Fakultas

2 0 1 1

) . h . s 6

ai

74

Palupi Purnamawati, Pengaruh pendekatan konstruktivisme dalqm pembelajaran IPA terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa. (Skripsi Sl

Jurusan Pendidikan IPA: Fakultas Tarbiyyah UIN Syarif Hidayatullah 2 0 1 0 ) " h . 6 6 .


(4)

\

v

I

Nomor

: Un.01

lF.1

/KM.O'1.3112/2A18

Lamp. :

Hal :Permohonan

lzin Penelltian

Tembusan: 1. Dekan FITK

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik

Jakarta, 08 Januari 2014

Kepada

Yth.

Kepala

Ml. AL-MA'ARIF

di

Tempat

Assalams'a

I a i ku m wr.wb.

Dengan

hormat

karni

sampaikan

bahwa,

Nama

:Nurhayati

NIM

:809018300889

Jurusan

:PGMI

Semester :Mll(Delapan)

JudulSkripsi : Upaya

Meningkatan

Hasil Belajar

Siswa Pada Konsep

Energi

d an Pengg

unaannya

Melalui

Pendekatan

Kon

struktivisme

adalah benar mahasiswa/i

Fakultas

llmu Tarbiyah

dan Keguruan

UIN Jakarta

yang sedang menyusun

skripsi, dan akan mengadakan

penelitian

(riset) di

instiansi/sekolah/madrasah

yang Saudara

pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan

mahasis$E tersebut

melaksanakan

penelitian

dimaksud.

Atas pefiatian dan kerja sama Saudara,

kami ucapkan

terima

kasih.

Itllassolamu'

a I a i k u m w r. wb.

llusl !\{odc $r'scm

I r07100?0t

f 0ti

KEMENTERIAN

AGAIIA

.Gl i UN.JAKARTA

Uttr

l:,:,::r,.,**r, cl**.tili2**a&

FORM

(FRl

No. Dokumen : FITK-FR-AK[)-0EZ Tgl.Terbit : 'l Maret A)10

No. Revisi: : 0t

1t1 Hal

SURAT PERMOHONAN

IZIN PENELITIAN

rlt

st

il

r,

E I


(5)

SURAT KETERANGAN

NO. 437/P. 8 /MI-AM/01/2014

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah MI.Al-

Ma’

arif Kalibaru Kecamatan

Cilincing Kota Administrasi Jakarta Utara menerangkan bahwa :

Nama

: Nurhayati

NIP

: 197208152007102004

Status Kepegawaian

: Guru PNS

Unit Kerja

: MI.Al-

Ma’arif

Telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka pengumpulan skripsi

dengan

judul “

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Energi dan

Penggunaannya Melalui Pendekatan Konstruktivisme

Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta,08 Januari 2014

Kepala MI Al-

Ma’arif

(H. Saeful Bahri S.Pd.I )

NIP.197712312007101013


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nurhayati Dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 15 Agustust 1972

Anak Tujuh dari pasangan : Bapak M . Yakub ( Almrhm ) dan Ibu

St. Rabae’ah

Pendidikan formal yang pernah ditempuh mulai di SDN Pagadungan II Pandeglang

Banten lulus tahun 1986. Pada tahun yang sama masuk di MTs Al-Falah Karang

Tanjung (Izajah Mts Negri I Pandeglang Banten) lulus tahun 1989 kemudian

melanjutkan ke MA Al- Hidayah ( Izajah MAN Serang Banten) lulus tahun 1991

Pada tahun 2004-2006 melanjutkan pada program strata satu (S-1) STKIP

Purnama Jakarta dalam Program Sekolah Tingggi Kejuruan dan Ilmu Pendidikan

( IPS ) sampai semester enam ( VI ). Kemudian Tahun 2010 -2014 Melanjutkan pada

program strata satu (S-1) jurusan PGMI di Universitas Islam Negri ( UIN ) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pengalaman mengajar yang ditekuni yaitu menjadi guru dengan status Pegawai

Honorer sejak tahun 1994 di MI Al-

Ma’arif Kali Baru Cilincing Jakarta Utara, tahun

2003- 2007 mengajar di Madrasah Diniyah Al-Miftahiyyah status Pegawai Honorer,

tahun 2007 -2008 mengajar di TPA Az-Zahra Marunda Cilincing Jakarta Utara status

Pegawai Honorer, tahun 2012- 2013 mengajar di SDN 06 Petang Cilincing Jakarta

Utara status Pegawai Honorer, Tahun 2007 di angkat Menjadi Pegawai Negri Sipil