ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION : Survei pada Konsumen The Face Shop Paris van Java Bandung.
(Survei pada Konsumen The Face Shop Paris van Java Bandung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Magister Manajemen
Magister Manajemen Bisnis
Oleh:
Maria Ulfah Catur Afriasih 1009694
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
(2)
ii
Maria Ulfah C.A., 2013ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR
Disertai dengan harapan akan ridho Allah Swt, dan rasa syukur atas
nikmat-Nya yang tidak terhingga, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
Tesis yang berjudul Analisis Personality dan Lifestyle Terhadap Socially
Responsible Consumption (Survei pada konsumen The Face Shop di PVJ Bandung) tepat pada waktunya, walaupun dalam bentuk yang sangat
sederhana.
Tesis ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
menempuh ujian poposal program Magister Manajemen pada Program Studi
Magister Manajemen Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis
menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis nantikan.
Atas segala perhatian dan partisipasinya penulis ucapakan terima kasih.
Bandung, Januari 2013
(3)
Maria Ulfah Catur Afriasih (1009694) Magister Manajemen Bisnis 2013,
“Analisis Personality dan Lifestyle terhadap Socially Responsible Consumption
(Survey Pada Konsumen The Face Shop, Paris van Java-Bandung)” di bawah
bimbingan Dr. Hj. Ratih Hurriyati, M.Si dan Dr. Vanessa Gaffar, SE. Ak, MBA
Pertumbuhan industri kosmetik saat ini menunjukkan peningkatan. hal tersebut secara umum dapat dilihat dengan beragamnya jenis kosmetik yang menawarkan produk yang sejenis. Dominasi produk asing untuk produk yang
green atau ramah lingkungan di Indonesia masih sangat terlihat dari besarnya pangsa pasar yang mencapai 80% sedangkan produk lokal hanya menguasai pangsa pasar sebesar 20%. Hal ini menimbulkan kecenderungan faktor emosional yaitu gaya hidup pada pola konsumsi masyarakat sehingga bukan hanya kandungan dan harga produk yang memengaruhi perilaku pembelian konsumen. Karakter kepribadian konsumen juga sangat mempengaruhi terhadap apa yang dibeli oleh konsumen yang nantinya akan menimbulkan rasa tanggung jawab sosial konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Penelitian ini dilakukan untuk mengangkat empat permasalahan penting, yaitu bagaimana
gambaran personality konsumen The Face Shop mall PVJ-Bandung, bagaimana
gambaran lifestyle konsumen The Face Shop mall PVJ-Bandung, bagaimana
gambaran socially responsible consumption konsumen The Face Shop mall
PVJ-Bandung, dan adakah Pengaruh personality dan lifestyle terhadap socially
responsible consumption The Face Shop PVJ-Bandung. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian deskriptif atau survey deskriptif. Sampel
yang diambil sebanyak 100 orang konsumen dari populasi konsumen The Face
Shop pada periode satu bulan. Teknik sampel yang digunakan yaitu deskriptif
survey dan explanatory survey. Teknik analisis data dilakukan dan menggunakan
path analysis (analisis jalur). Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh cukup tinggi antara
personality dan lifestyle terhadap socially responsible consumption The Face Shop PVJ-Bandung dengan kontribusi sebesar 70.5% yang berarti ketiga variabel tersebut mempunyai korelasi dalam kategori kuat, sedangkan 29,5%
perubahan socially responsible consumption dipengaruhi oleh faktor lain. Oleh
karena itu perusahaan harus memberikan sosialisasi dan edukasi terhadap
masyarakat tentang pentingnya produk-produk green cosmetic yang memiliki
manfaat lebih dibandingkan dengan produk non green. Hal tersebut penting
karena harga yang ditawarkan oleh produk green cosmetic biasanya lebih tinggi,
sehingga apabila produknya tidak memberikan manfaat yang maksimal maka konsumen tidak akan melakukan pembelian yang berkelanjutan
Kata kunci: Kepribadian (personality), gaya hidup (lifestyle), socially responsible consumption, green produk, green marketing
(4)
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Rumusan Masalah ... 8
1.4 Tujuan Penilitian ... 9
1.5 Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.1.1 Konsep Perilaku Konsumen ... 11
2.1.2 Konsep Personality... 20
2.1.1.1 Kepribadian Menurut Ahli Psikologi ... 21
2.1.1.2 Pendekatan Dalam Psikologi ... 23
2.1.1.3 Penilaian Kepribadian ... 30
2.1.1.4 Karakteristik Personality ... 32
2.1.3 Konsep Lifestyle ... 35
2.1.2.1 Lifestyle Konsumen Indonesia ... 40
2.1.2.2 Shopping Lifestyle ... 44
2.1 4 Socially Responsible Consumption (SRC) ... 45
2.1.4.1 Konsumsi ... 46
2.1.4.2 Dimensi SRC ... 50
2.2 Kerangka Pemikiran ... 52
2.3 Hipotesis ... 58
BAB III OBJEK DAN METODE PENEITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 60
(5)
3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 68
3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 69
3.2.4.1 Populasi ... 69
3.2.4.2 Sampel ... 70
3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 72
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 74
3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 75
3.2.6.1 Uji Validitas ... 75
3.2.6.2 Uji Reliabilitas ... 80
3.2.6.3 Hasil Pngujian Validitas dan Reliabilitas ... 80
3.2.7 Teknik Analisa Data ... 82
3.2.7.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 83
3.2.7.2 Analisis Verifikatif Menggunakan Path Analysis ... 84
3.2.8 Rancangan Uji Hipotesis ... 94
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 97
4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan The Face Shop ... 97
4.1.2 Profil Perusahaan The Faceshop ... 98
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 99
4.1.4 Karakteristik dan Pengalaman Responden ... 101
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 108
4.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Personality ... 108
4.2.1.1 Tanggapan responden terhadap dimensi Openesstoexperience ... 109
4.2.1.2 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Consciousness ... 111
4.2.1.3 Tanggapan Responden terhadap dimensi Extraversion ... 113
4.2.1.4 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Agreeableness ... 115
4.2.1.5 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Neuroticm ... 116
4.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Lifestyle ... 120
4.2.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Activities ... 121
4.2.2.2 Tanggapan Respoden Terhadap Dimensi Interest ... 122
4.2.2.3 Tanggapan Respoden Terhadap Dimensi opinion ... 123
(6)
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3 Analisis Personality dan Lifestyle terhadap
Socialy Responsible Consumption ... 131 4.4 Implikasi Hasil Penelitian ... 142
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan ... 145 5.2 Rekomendasi ... 146
DAFTAR PUSTAKA ... 149 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(7)
DAFTAR TABEL
1.1 Market Size Industri 2011 ... 2
1.2 Pertumbuhan Dan Nilai Eksport-Import Industry Kosmetik Tahun 2009-2011 Dalam US$ ... 2
1.3 Survey Kepedulian Masyarakat Indonesia Terhadap Lingkungan (dalam %) ... 3
1.4 Perusahan-Perusahan Industri Kosmetik di Indonesia ... 4
2.1 Definisi Perilaku Konsumen Menurut Ahli ... 11
2.2 Definisi Gaya hidup menurut Para Ahli ... 35
2.3 Dimensi gaya Hidup ... 39
3.1 Operasionalisasi Variabel ... 64
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 69
3.3 Koefisien Korelasi ... 78
3.4 Hasil Pengujian Validitas ... 78
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 82
3.6 SKor Alternatif Jawaban ... 83
4.1 Sejarah Perkembangan The Faceshop ... 97
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 101
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 102
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 103
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 104
4.7 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi OpenessToExperience ... 110
4.8 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Consciousness ... 112
4.9 Tanggapan Responden terhadap dimensi Extraversion ... 113
4.10 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Agreeableness ... 115
4.11 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Neuroticm ... 117
4.12 Rekap Variabel Personality ... 118
4.13 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Activities ... 121
4.14 Tanggapan Respoden Terhadap Dimensi Interest ... 123
4.15 Tanggapan Respoden Terhadap Dimensi Opinion ... 124
(8)
viii Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.17 Tanggapan Responden Terhadap Socially Responsible Consumption ... 128
4.18 Rekap Variabel SRC ... 129
4.19 Matriks Korelasi Antar Sub Variabel Personality Dengan SRC ... 133
4.20 Matriks Korelasi Antar Sub Variabel Lifestyle Dengan SRC ... 135
4.21 Matriks Korelasi Antara Kepribadian Dan Gaya Hidup Terhadap ... 135
4.22 Hasil Pengujian Koefisien Jalur ... 138
(9)
2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen ... 13
2.2 Model Perilaku Konsumen Menurut Assael ... 18
2.3 Proses pembentuk gaya hidup ... 38
3.1 Struktur Kausal Antara X1, X2 Dan Y ... 84
3.2 Diagram Jalur Hipotesis I ... 84
3.3 Diagram Jalur Sub Hipotesis I ... 85
3.4 Diagram Jalur Hipotesis II ... 88
3.5 Diagram Jalur Sub Hipotesis II ... 89
3.6 Diagram Jalur Hipotesis III ... 92
3.7 Diagram Jalur Sub Hipotesis III ... 92
4.1 Diagram Jalur Hipotesis ... 133
4.2 Diagram Jalur Hipotesis ... 135
(10)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini semakin meningkat, hal ini
ditandai dengan tingkat Product Domestic Bruto (PDB) pada berita resmi Badan
Pusat Statistik (BPS) No.13/02/Th.2012 per kapita atas dasar harga berlaku
pada tahun 2011 mencapai Rp 30,8 juta (US$3.542,9), meningkat dibandingkan
pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 27,1 juta (US$3.010,1). Dengan angka itu
Indonesia naik peringkat menjadi negara berpenghasilan menengah atau middle
income country.
Perubahan dasar dalam sistem perekonomian tersebut telah
memunculkan dinamika aktivitas perdagangan dan bisnis di Indonesia.
Perusahan-perusahaan yang bergerak dalam sektor industri tumbuh dengan
cepat, sehingga menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara
perusahaan.
Salah satu sektor industri yang potensial adalah Industri kosmetik.
Industri kosmetik tahun 2010 dan 2011 mengalami pertumbuhan sebesar
10%-15%. Besarnya jumlah penduduk Indonesia usia 15-64 tahun menjadi potensi
pasar kosmetik di Indonesia. Jumlah penduduk wanita Indonesia usia 15-64
tahun pada 2010 mencapai 80,09 juta orang, tumbuh rata-rata 1,3%-1,4% per
tahun. Tahun 2011 jumlahnya mencapai 81,24 juta orang, dan akan mencapai
85,61 juta orang pada 2015. Hal tersebut dapat digambarkan melalui Tabel
market size industri sebagaimana tersaji dalam Tabel 1.1 di halaman
(11)
TABEL 1.1
MARKET SIZE INDUSTRI TAHUN 2011
No Industri Market size
1 Makanan dan Minuman 55
2 Gadget 42
3 Telekomunikasi 27
4 Toiletris 29
5 Motor 29
6 Produk Rumah Tangga 16
7 Kosmetik 16
8 Produk Anak 14
9 Farmasi 13
10 Keuangan 13
Sumber: Modifikasi dari Majalah Swa No 12/XXVI/19-12-2011
Berdasarkan market size Industri tahun 2011 tersebut industri kosmetik
menempati urutan ke-tujuh dari 10 besar industri yang mengalami pertumbuhan
tinggi di indonesia. Hal itu mengingat masyarakat Indonesia semakin menyadari
arti penting kosmetik dalam kesehariannya.
Pada tahun 2011 omset kosmetik nasional telah mencapai Rp 7 triliun
sedangkan omzet dari produk herbal nasional mencapai Rp 11 triliun.
Persaingan kosmetik di Indonesia berasal dari produk-produk impor, produk
asing yang diproduksi di Indonesia, serta produk-produk yang sifatnya ilegal.
Menurut data Perkosmi (Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia),
jumlah perusahaan kosmetika dan toiletries yang terdapat di Indonesia berjumlah
sekitar 744. Berikut ini merupakan data pertumbuhan pasar kosmetik di
Indonesia tahun 2007-2011 seperti yang tersaji dalam Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2
Pertumbuhan Dan Nilai Eksport-Import Industry Kosmetik Tahun 2009-2011 Dalam US$
Tahun Eksport Import
2009 103.071.842 96.150.182
2010 129.502.956 124.537.235
2011 148.885.000 179.500.000
(12)
3
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data tersebut menunjukkan bahwa nilai eksport-import industri kosmetik
di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dikarenakan
kosmetik sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia terutama masyarakat
dengan kategori menengah keatas. Selain itu hadir sebuah tren baru mengenai
produk perawatan kulit yaitu mengenai peningkatan permintaan dan lebih
tingginya kesadaran konsumen akan produk spa yang berbasis bahan alami dan
herbal atau yang lebih banyak dikenal dengan green cosmetik.
Dalam situasi seperti itu akhirnya munculah apa yang disebut green
consumerism. Green consumerism adalah kelanjutan dari gerakan
konsumerisme global yang dimulai dengan adanya kesadaran konsumen akan
hak-haknya untuk mendapatkan produk yang layak, aman, dan produk yang
ramah lingkungan (environment friendly) yang semakin kuat. Hal tersebut dapat
terihat dari survey yang dilakukan oleh AC Nielsen seperti berikut ini:
Tabel 1.3
Survey Kepedulian Masyarakat Indonesia Terhadap Lingkungan (dalam %)
Pertanyaan / Keterangan Bagaiman tingkat kepedulian Anda soal lingkungan hidup ? Bagaimana tingkat kepedulian Anda terhadap tingkap kepedulia Air ?
Bagaiman tingkat kepeudlian Anda terhadap
polusi Air ?
Bagaiman tingkat kepedulian Anda terhadap pemanasan global ?
Sangat Peduli 66 72 80 69
Peduli 27 20 16 24
Biasa Saja 6 7 3 6
Tidak Peduli 1 1 - 1
Sangat Tidak Peduli
- 1 1 -
JUMLAH 100 100 100 100
Sumber : AC Nielsen ; 2010
Berdasarkan data diatas, sebenarnya konsumen Indonesia memiliki
perhatian yang cukup besar terhadap beberapa isu lingkungan hidup. Rata–rata
presentase konsumen Indonesia yang memiliki perhatian terhadap isu
(13)
oleh AC Nielsan merupakan para pengguna internet yang mayoritas sudah
teredukasi, namun hal ini merupakan titik awal bagaimana konsumen Indonesia
akan mulai berpikir soal lingkungan hidup. Walaupun kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan meningkat akan tetapi tidak berbanding lurus dengan
kesadaran konsumsi masyarakat akan produk-produk yang ramah lingkungan.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang diperoleh konsumen
dan harga yang cenderung lebih mahal.Namun demikian para para produsen
tetap berupaya untuk memberikan kesadaran terhadap masyarakat melalui
produk-produk yang diproduksi secara ramah lingkungan.
Kosmetik yang menggunakan bahan dasar alami semakin banyak
diproduksi. Selain menggunakan bahan alami, kosmetik ini juga tidak
menggunakan bahan pengawet araben, pewarna buatan, dan bahan kimia
berbahaya seperti merkuri. Ramah lingkungan juga berlaku pada proses
pembuatan kosmetik yang tidak membahayakan lingkungan. Beberapa
perusahaan kosmetik besar yang ada di Indonesia baik lokal maupun produk luar
dapat terlihat dalam Tabel 1.2 berikut:
TABEL 1.4
Perusahan-Perusahan Industri Kosmetik di Indonesia
Perusahaan Merek
PT Martina Bento Tbk Dewi Sri Spa, Biokos, PAC, Caring, Sariayu Marta Tilaar, Belia, Mirabela, Cempaka
PT Mustika ratu Tbk Mustika Ratu kosmetik, Biocel, Putri, Bask, Ratu Mas, Moor
PT Monika Hijau Lestari The Body Shop Indonesia
PT. Perdana Duta Persada The Face Shop Indonesia
PT Asia Bandar Alam L’Occitane Indonesia
PT. Interkos Jaya Bakti Estee Lauder
Sumber: Modifikasi dari berbagai Sumber (hermagz.com)
Tabel 1.2 menunjukkan berbagai macam produk kosmetik yang termasuk
(14)
5
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pasar kosmetik di Indonesia, dengan menjangkau segmen konsumen middle-up.
Sementara produksi kosmetik lokal hanya menguasai 20% pangsa pasar
domestik dengan mencakup produksi oleh produsen Indonesia, seperti PT
Mustika Ratu Tbk dan PT Martina Berto Tbk, dll. Hal ini disebabkan oleh
Kemudahan yang diberikan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
untuk industri kosmetik, yakni produk asing tidak perlu lagi mengurus izin edar
tetapi cukup dengan notifikasi (pemberitahuan) secara online.
Dari 80% pangsa pasar kosmetik import yang ada di Indonesia The Face
Shop (TFS) menguasai 30% pangsa pasar. Angka tersebut meru[akan angka
yang cukup tinggi untuk kosmetik yang tergolong pendatang baru. The Face
Shop merupakan perusahaan kosmetik terbesar ke-3 di Korea yang memiliki
lebih dari 400 gerai di Korea dan lebih dari 100 gerai di dunia termasuk di
Indonesia. The Fase Shop masuk ke Indonesia pada tahun 2005 dengan pasar
sasarannya adalah remaja, perempuan dewasa, dan saat ini sudah terdapat
produk untuk pria. Budaya korea yang sedang menjadi tren remaja saat ini yang
dikenal dengan Korean wave sangat mempengaruhi perilaku pembelian terhadap
produk-produk The faceshop.
Dengan konsep ”natural story” The faceshop menyediakan produk-produk
berkualitas dari head to toe, baik untuk pria, wanita, usia bayi dan hingga dewasa
dengan harga yang terjangkau. Produk The Faceshop terdiri dari banyak pilihan,
dikemas dalam packaging yang menarik, dan telah diuji secara klinis. Produk
The Faceshop selalu terbuat dari bahan-bahan alami berkualitas dan selektif
untuk masing-masing jenis kulit, selain itu TFS merupakan merek kosmetik korea
pertama yang masuk ke Indonesia sehingga menjadi brand yang tertanam di
(15)
Membeli produk asing atau yang berasal dari luar negeri merupakan gaya
hidup masyarakat kelas menengah keatas, karena merasa lebih prestisius. Oleh
sebab itu penjualan produk kosmetik lokal meskipun bagus dan lebih murah
tetapi masih belum mendapatkan tempat di kalangan masyarakat menengah
keatas.
Nielsen Home panel melaporkan bahwa pengeluaran rumah tangga untuk
kategori kesehatan dan gaya hidup telah meningkat sejak tahun 2009.
Mengkonsumsi produk yang reguler tidak cukup lagi untuk konsumen kelas atas.
Mereka akan mencari produk yang memberi manfaat lebih dan memiliki nilai
tambah (value-concious). Pemilihan produk juga dipilih yang dapat menjawab
kebutuhan gaya hidup dan kesehatan.
Faktor lain yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat adalah
kepribadian. Mowen (Ratih Hurriyati, 2008:89) mengemukakan bahwa
kepribadian sebagai pola perilaku khusus termasuk pikiran dan emosi yang
mengkarakteristikkan setiap adaptasi individu terhadap situasi kehidupannya.
Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menggunakan uang dan
waktunya. Terdapat hubungan antara gaya hidup dengan kepribadian seseorang
yaitu kepribadian menggambarkan karakteristik internal sedangkan gaya hidup
menggambarkan perilaku seseorang (eksternal). Gaya hidup biasanya tidak
berlangsung lama dan cepat berubah, sehingga pada gaya hidup itu dapat
mempengaruhi seseorang dalam pola konsumsinya.
Adanya dinamika pasar serta perubahan orientasi dan perilaku konsumen
membuat para pemasar mencari cara-cara baru dalam memasarkan produk.
Klaim-klaim ramah lingkungan tidak lagi terbatas pada komposisi atau
(16)
7
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
produksinya dalam rangka pemenuhan bagi tekanan lingkungan, mendapatkan
keuntungan yang bersahabat dengan lingkungan, meningkatkan citra
perusahaan, mencari pasar dan kesempatan baru, serta meningkatkan nilai
produk.
Mengingat factor kepribadian (personality) dan gaya hidup (lifestyle)
mampu menimbulkan tanggung jawab konsumen akan nilai-nilai konsumsinya,
maka dirasa perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul: Analisis
Kepribadian dan Gaya Hidup Terhadap Socially Responsible Consumption pada konsumen The Face Shop di Paris Van Java Bandung.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut. Pertumbuhan industri kosmetik saat ini
menunjukkan peningkatan. hal tersebut secara umum dapat dilihat dengan
beragamnya jenis kosmetik yang menawarkan produk yang sama dengan
keunikannya tersendiri. Kosmetik saat ini sangat mudah diperoleh dan memiliki
jenis yang beragam juga menawarkan hal yang sama. The Body shop, The Face
Shop, Estee Lauder, Sariayu dan Mustika ratu merupakan beberapa produk
kosmetik yang berusaha menghadirkan produk yang ramah lingkungan dan
tanpa bahan-bahan yang berbahaya.
Dominasi produk asing untuk produk yang green atau ramah lingkungan
di Indonesia masih sangat terlihat dari besarnya pangsa pasar yang mencapai
80% sedangkan produk lokal hanya menguasai pangsa pasar sebesar 20%. Hal
ini menimbulkan kecenderungan faktor emosional yaitu gaya hidup pada pola
(17)
memengaruhi perilaku pembelian konsumen. Karakter kepribadian konsumen
juga sangat mempengaruhi terhadap apa yang dibeli oleh konsumen yang
nantinya akan menimbulkan rasa tanggung jawab sosial konsumen dalam
mengkonsumsi suatu produk.
Dengan melihat perilaku pembelian masyarakat Indonesia diharapkan
produsen Indonesia akan dapat meningkatkan pangsa asarnya melalui angka
penjualan yang tinggi. Secara garis besar identifikasi masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Perkembangan industri yang terjadi saat ini menuntut perusahaan untuk dapat melakukan perubahan, salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan meningkatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan kepribadian dan gaya hidup konsumen. Perusahaan menciptakan produk-produk dengan ciri khas tersendiri dan menawarkannya pada konsumen sehingga pada akhirnya konsumen akan tertarik dan memutuskan
untuk melakukan pembelian. Green cosmetic merupakan suatu tren yang
sedang berkembang di masyarakat, akan tetapi masih belum memiliki
peminat yang begitu tinggi dibandingkan dengan produk non-green.
Sehingga masyarakat memerlukan edukasi yang lebih untuk dapat memiliki
pengetahuan tentang green cosmetic sehingga akan timbul rasa
tanggungjawab dalam berkonsumsi. Tanggungjawab konsumsi tersebut yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar domestik.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yang akan diteliti sebagai berikut:
1) Bagaimana gambaran kepribadia (personality) konsumen The Face Shop
di PVJ Bandung
2) Bagaimana gambaran gaya hidup (lifestyle) konsumen The Face Shop di
PVJ Bandung
3) Bagaimana gambaran Socially Responsible Consumption konsumen The
(18)
9
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Seberapa besar kepribadian dan gaya hidup mempengaruhi Socially
Responsible Consumption The Face Shop di PVJ Bandung.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil temuan
Tentang:
1. Untuk mengetahui Bagaimana kepribadian (personality) konsumen The
Face Shop di PVJ Bandung
2. Untuk mengetahui Bagaimana gambaran gaya hidup (lifestyle) konsumen
The Face Shop di PVJ Bandung
3. Bagaimana Socially Responsible Consumption The Face Shop di PVJ
Bandung
4. Seberapa besar kepribadian (personality) dan gaya hidup (lifestyle)
mempengaruhi Socially Responsible Consumption The Face Shop di PVJ
Bandung.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1) Aspek teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis
(keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu Manajemen khususnya pada Ilmu
Manajemen Pemasaran, melalui pendekatan serta metode-metode yang
(19)
dalam aspek strategi pemasaran yang menyangkut pengaruh pengaruh
kepribadian (personality) dan gaya hidup (lifestyle) serta Socially Responsible
Consumption, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan
sumbangan bagi para akademisi dalam mengembangkan teori pemasaran.
2) Apek Praktis
Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan dalam aspek
praktis (guna laksana) yaitu untuk memberikan masukan bagi perusahaan
untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan strategi
pemasaran untuk menciptakan keputusan memiih green product di masa
yang akan datang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau
acuan dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian
selanjutnya mengenai kepribadian dan gaya hidup konsumen terhadap tanggung
jawab sosial konsumen dalam konsumsi mengingat masih banyak faktor-faktor
(20)
60
BAB IIIOBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisis mengenai personality (kepribadian) dan
lifestyle (gaya hidup) konsumen terhadap socially responsible consumption.
Selanjutnya penelitian ini akan meneliti dua variabel inti yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas (independent variable) pertama yang diteliti yaitu
personality (kepribadian) terdiri dari openes to experience, consciousness,
extraversion, agreeableness, dan emotional stability. Variabel bebas
(independent variable) kedua yaitu lifestyle (gaya hidup) yang terdiri dari tiga sub
variabel yaitu aktifitas (activities), minat (interests), dan pandangan (opinions).
Variabel terikat (dependent variable/) yang diteliti adalah socially responsible
consumption yang meliputi: The firm behavior (perilaku perusahaan terhadap
lingkungan) Buying cause- related product (pembelian produk cause-related)
Taking account of the geographical origin of product (pertimbangan asal produk
berdasarkan lokasi) Reducing the volume of consumption(mengurangi jumlah
konsumsi).Objek penelitian yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen The Face Shop di Mall PVJ Bandung.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1Jenis dan Metode yang Digunakan
Berdasarkan tingkat kejelasan dan kedalaman, penelitian ini
dikategorikan sebagai penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut William G.
(21)
characteristics of a population or phenomenon.” Artinya riset deskriptif adalah
riset yang dirancang untuk menguraikan karakteristik suatu populasi atau
peristiwa.
Pendapat lainnya diungkapkan oleh Aaker et. al. (2004:755) sebagai
berikut: “Descriptive research is research that usually is designed to provide a summary of some aspects of the environment when the hypotheses are tentative and speculative in nature.” Artinya: Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
pada umumnya dirancang untuk menyediakan suatu ringkasan dari beberapa
aspek lingkungan ketika hipotesis bersifat untung-untungan dan sementara
secara alami.
Menurut Travers (dalam Husain Umar 2007:21) menjelaskan bahwa,
Penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai-nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan
variabel lain.
Pendapat yang lebih jelas disampaikan oleh Asep Hermawan (2006:82)
bahwa:
Penelitian deskriptif dilakukan untuk menjelaskan karakteristik berbagai variabel penelitian dalam situasi tertentu. Penelitian ini dapat pula disebut sebagai penelitian yang menjelaskan fenomena apa adanya. Tujuan dari penelitian ini adalah menyajikan suatu profil atau menjelaskan aspek-aspek relevan dengan suatu fenomena yang diteliti dari persfektif individual organisasi, industri, dan aspek lainnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk mendeskripsikan
karakteristik dari sebuah populasi atau fenomena apa adanya. Penelitian
(22)
62
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(kepribadian) dan lifestyle (gaya hidup) konsumen terhadap socially responsible
consumption.
Dalam penelitian ini akan diuji mengenai kebenaran hipotesis melalui
pengumpulan data di lapangan, dalam hal ini dilaksanakan melalui survei
terhadap pengunjung The Face Shop di Mall PVJ Bandung.
Berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif
yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode descriptive survey dan metode
explanatory survey.
Menurut Ker Linger yang dikutip oleh Sugiyono (2008:7), bahwa yang
dimaksud dengan metode survei adalah:
metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Aaker et. al. (2004:755) berpendapat bahwa metode survey adalah “A method of data collection, such as a telephone or personal interview, a mail
survey, or any combination there of”, Artinya: Metode pengumpulan data seperti melalui telepon atau wawancara, survei melalui surat atau kombinasi di
antaranya. Menurut Zikmund (2003:123) metode survei adalah “Experience survey is an explanatory research technique in which individuals who are knowledgeable about particular research problem are questioned.” Artinya:
Survei pengalaman merupakan teknik yang bersifat menjelaskan dari setiap
individu yang mengetahui seputar permasalahan penelitian yang ditanyakan.
Descriptive survey merupakan metode penelitian survei yang memiliki
(23)
tertentu. Sedangkan explanatory survey adalah metode survei yang memiliki
tujuan menjelaskan hubungan antar variabel penelitian atau menjelaskan
sebab-sebab terjadinya suatu fenomena (Masri Singarimbun, 1991:4)
Penelitian yang menggunakan descriptive survey dan metode explanatory
survey dilakukan melalui kegiatan pengumpulan informasi dari sebagian populasi
secara langsung di tempat kejadian (empirik) melalui alat kuesioner dengan
tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi yang diteliti terhadap
permasalahan penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, maka
metode pengembangan yang dipergunakan adalah cross-sectional. Menurut
Uma Sekaran (2006: 315), “Penelitian cross-sectional adalah penelitian dimana data dikumpulkan hanya sekali (yang dilakukan selama periode hari, minggu,
atau bulan) untuk menjawab pertanyaan penelitian.”
Sebagaimana dikemukakan oleh Ronny Kountur (2007:109) bahwa
”Cross sectional survey adalah metode pengumpulan data (yang juga merupakan salah satu metode pengumpulan dari dari penelitian deskripsi) di mana informasi
yang dikumpulkan hanya pada saat tertentu”. 3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Penelitian ini meliputi dua variabel inti, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Menurut Sugiyono (2008:33), yang dimaksud dengan variabel bebas dan
variabel terikat yaitu:
Variabel bebas (independent variable/ predictor variable) merupakan
variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel terikat (dependent
variable/ criterion variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
(24)
64
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti selanjutnya dijelaskan
sebagai berikut:
1. Variabel Kepribadian (X1) sebagai variabel bebas pertama yang meliputi:
yang terdiri dari yaitu oppenes to experience (x1.1), consciousness (x1.2),
extraversion, (x1.3), greeableness (x1.4), emotional stability (x1.5).
2. Variabel Gaya Hidup (X2) sebagai variabel bebas kedua yang meliputi:
Aktifitas (activities) (x2.1), Minat (interest) (x2.2), Pandangan (option) (x2.3).
3. Variabel Socially Responsible Consumption (SRC) yang meliputi disebut
sebagai variabel terikat (Y) yang meliputi: The firm behavior (perilaku
perusahaan) (y1), Buying-cause related product (alasan membeli yang
berkaitan dengan produk) (y2), Taking account of the geographical original
of product (mempertimbangkan asal geografis produk) (y3), Reducing the
volume of consumption(mengurangi jumlah konsumsi) (y4).
Keseluruhan variabel, baik variabel X dan Y dalam kuesioner ini
menggunakan skala ordinal. Penjabaran operasionalisasi dari variabel-variabel
yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
TABEL 3.1
OPERASIONALISASI VARIABEL
Variabel/sub variabel
Konsep Variabel/
Sub Variabel Indikator Ukuran skala
No. Item
Personality (X1)
Personality are define as enduring, cross situational consistencies in behavioral and response pattern
Kepribadian
didefinisikan sebagai sesuatu yang abadi, lintas konsistensi situasional dalam perilaku dan pola respon.
Goldberg dalam Azoulay, (2003 :148)
(25)
Variabel/sub variabel
Konsep Variabel/
Sub Variabel Indikator Ukuran skala
No. Item
Openess to experience
(X1.1)
Menilai usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi kepentingannya sendiri. Menilai bagaimana
ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa
Goldberg dalam Azoulay, (2003)
Imajinatif - Tingkat Imajinasi yang kuat
- Tingkat kreatifitas yang tinggi
Ordinal
Ordinal
Inovatif - Tingkat kepemilikan
ide untuk perubahan
- Tingkat kejelian dalam mengidentifikasi peluang Ordinal Ordinal Kemampuan dalam
beradaptasi
Tingkat
kemampuan untuk beradaptasi
- Tingkat kesiapan terhadap perubahan Ordinal Ordinal Concientious-ness
(X1.2)
Menilai kemampuan individu didalam organisasi, baik mengenai ketekunan dan motivasi dalam mencapai tujuan sebagai perilaku langsungnya. Goldberg dalam Azoulay, (2003)
Kompetensi - Tingkat ketepatan
dalam
menyelesaikan tugas/pekerjaan
- Tingkat keahlian dalam bidang yang ditekuni
Ordinal
Ordinal
Terorganisir - Tingkat
perencanaan yang matang
- Tingkat keteraturan dalam pelaksanaan kegiatan yang sudah terencana
Ordinal
Ordinal
Pencapaian target - Tingkat pencapaian target
Ordinal
Proaktif - Tingkat keaktifan
dalam
menyumbangkan ide-ide baru
Ordinal
Extraversion
(X1.3)
Menilai kuantitas dan intensitas
interaksi interpersonal, level aktivitasnya , kebutuhan untuk didukung, kemampuan untuk berbahagia Goldberg dalam Azoulay, (2003) Keramahan terhadap
orang lain
Tingkat keramahan terhadap orang lain
Ordinal Kemampuan
bersosialisasi
Tingkat kemudahan dalam
bersosialisasi
Ordinal
Tegas/dominan - Tingkat dominasi diantara orang lain
Ordinal
Aktivitas - Tingkat kepadatan
aktifitas sehari-hari
- Tingkat
kesenangan dalam menjalankan aktifitas Ordinal Ordinal Agreeableness
(X1.4)
Menilai kualitas orientasi individu
Memiliki kepercayan terhadap orang lain
Tingkat kepercayaan
(26)
66
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel/sub variabel
Konsep Variabel/
Sub Variabel Indikator Ukuran skala
No. Item
dari lemah lembut sampai antagonis didalam berpikir, perasaan dan perilaku Goldberg dalam Azoulay, (2003)
Keterusterangan - Tingkat
keterbukaan untuk berbicara apa adanya terhadap orang lain
Ordinal
Perhatian - Tingkat kepedulian
terhadap orang lain
- Tingkat kemauan untuk
mendengarkan pendapat orang lain
Ordinal
Ordinal
Kesopanan - Tingkat keramahan
terhadap orang lain
Ordinal
Emotional stability/
Stabilitas emosi
(X1.5)
Trait ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi kecenderungan individu apakah mudah mengalami stres, mempunyai ide-ide yang tidak realistis,
mempunyai coping
response yang maladaptif
Goldberg dalam Azoulay, (2003)
Perasaan santai - Tingkat kemampuan mengatur emosi
Ordinal
Perasaan puas - Tingkat kepuasan terhadap
pencapaian pribadi
Ordinal
Percaya diri - Tingkat kepercayaan terhadap diri sendiri
Ordinal
Perasaan senang - Tingkat perasaan senang
Ordinal
Consumer Lifestyle (gaya hidup
konsumen) (X2)
Lifestyle is personal pattern living as expressed in activities, interest, and opinion.
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat. Kotler & Keller (2012:179)
Activities
(akrivitas) (X2.1)
Mengungkapkan apa yang dikerjakan respon berupa tindakan terhadap rangsangan, kegiatan yang dilakukan di waktu luang, dll Kotler & Keller (2012:179)
- Menghabiskan aktifitas melalui kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan
- Kepedulian terhadap
lingkungan sekitar
- Tingkat keinginan untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan
- Tingkat kepedulian terhadap
lingkungan
Ordinal
Interest (Minat) (X2.2)
Mengemukakan apa yang menjadi minat, keinginan, kesukaan, kegemaran, dan prioritas dalam hidup
- Kesadaran terhadap produk-produk yang ramah lingkungan
- Tingkat kesadaran produk-produk yang ramah lingkungan
(27)
Variabel/sub variabel
Konsep Variabel/
Sub Variabel Indikator Ukuran skala
No. Item Kotler & Keller
(2012:179)
- Ketertarikan terhadap produk yang ramah lingkungan
- Tingkat ketertarikan terhadap produk yang ramah lingkungan
Opinion
(Pendapat) (X2.3)
Pandangan dan perasaan yang menanggapi rangsangan ekternal Kotler & Keller (2012:179))
- Kepercayaan terhadap konsep sadap lingkungan
- percaya terhadap orang lain tentang konsep sadar lingkungan
- percaya terhadap pendapat media tentang konsep sadar lingkungan
- Tingkat kepercayaan terhadap konsep sadar lingkungan
- Tingkat kepercayaan terhadap orang lain tentang konsep sadar lingkungan
- Tingkat kepercayaan terhadap pendapat media tentang sadar lingkungan Ordinal Ordinal Ordinal Socially Responsible Consumption (Y)
The purchase of products and service perceived as having a positive (or least bad) on the physical environment or on society and / or use of the purchashing power to express social or environmental concern
Pembelian produk dan jasa yang dirasa positif (atau paling tidak
buruk) dalam
lingkungan psikologis dan lingkungan social,
dan atau
mengggunakan kekuatan pembelian untuk
mengekspresikan kepedulain terhadap social atau lingkungan
(François-Lecompte and Valette-Florence (2005:44)
The firm behavior
(perilaku perusahaan terhadap lingkungan)
- Tingkat kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup Ordinal Buying cause- related product (pembelian produk cause-related)
- Tingkat kepedulain perusahaan untuk menyisihkan sebagian hasil penjualan yang bertujuan untuk amal Ordinal
(28)
68
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel/sub variabel
Konsep Variabel/
Sub Variabel Indikator Ukuran skala
No. Item
Taking account of the geographical origin of product
(pertimbangan asal produk berdasarkan lokasi)
- Tingkat pertimbangan tentang asal produk
- Tingkat kemudahan untuk menjangkau lokasi penjualan produk
Ordinal
Ordinal
Reducing the volume of consumption
(mengurangi jumlah konsumsi)
- Tingkat kesadaran untuk mengurangi jumlah konsumsi
Ordinal
3.2.3 Jenis dan Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Suharsimi Arikunto,
2006:129). Berdasarkan jenis dan sumbernya data dibedakan menjadi dua yaitu
data primer dan data sekunder. Menurut Husain Umar (2002: 64) “Data primer
adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada
pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan menggunakan teknik
pengumpulan data tertentu” atau data primer diperoleh secara langsung. Menurut Uma Sekaran (2006: 60), “Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk
tujuan spesifik studi. Sedangkan data sekunder menurut Husain Umar (2002: 84)
adalah “data yang diperoleh dari pihak lain atau hasil penelitian pihak lain atau
data yang sudah tersedia sebelumnya diperoleh dari pihak lain yang berasal dari
buku-buku, literatur, artikel dan ilmiah-ilmiah”
Secara lebih jelasnya mengenai data dan sumber data yang digunakan
(29)
TABEL 3.2
JENIS DAN SUMBER DATA
No Data Jenis
Data Sumber Data
Digunakan untuk Tujuan Penelitian
T1 T2 T3
1 Market Size Industri Tahun 2011
Sekunder Modifikasi dari Majalah Swa No
12/XXVI/19-12-2011
- 2 Pertumbuhan dan nilai eksport
import industry kosmetik tahun 2009-2011
Sekunder Data Spire research and consulting market
analysis -
3 Survei kepedulian masyarakat tentang lingkungan
Sekunder AC Nielsen 2010
4 Perusahan-Perusahan Industri
green Kosmetik di Indonesia
Sekunder Modifikasi dari berbagai
Sumber
Sumber: Berdasarkan hasil pengolahan data.
Keterangan:
T1= Mendeskripsikan karakter kepribadian konsumen the Face shop PVJ
Bandung.
T2= Mendeskripsikan Gaya Hidup pada konsumen The Face Shop di PVJ
bandung.
T3= Mendeskripsikan Socially responsible consumption kosmetik di PVJ
bandung
3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.4.1 Populasi
Menurut Rony Kountur (2007:145) “populasi adalah suatu kumpulan
menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti”. Menurut Sugiyono (2008:72) bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakterisrik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Dalam mengumpulkan dan menganalisa suatu data menentukan populasi
merupakan langkah yang penting. Populasi bukan hanya sekedar orang, tetapi
juga benda, sistem dan prosedur, fenomena atau yang lainnya. Populasi juga
(30)
70
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki objek atau subjek itu” (Uma Sekaran,
2006:121).
Langkah awal, seorang peneliti harus menentukan secara jelas mengenai
populasi yang menjadi sasaran penelitiannya yang disebut dengan populasi
sasaran (target population) yaitu populasi yang nantinya akan menjadi cakupan
kesimpulan penelitian. Jadi apabila dalam sebuah hasil penelitian dikeluarkan
kesimpulan, maka menurut etika penelitian, kesimpulan tersebut hanya berlaku
untuk populasi sasaran yang telah ditentukan.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung The Face Shop di Mall
PVJ Bandung. Populasi ini dihitung berdasarkan rata-rata pengunjung harian
yang datang ke counter The Face Shop dengan rata-rata 50 pengunjung pada
hari senin-jumat dan 100 orang pada hari sabtu dan minggu, sehingga bila
dijumlahkan rata-rata perbulan adalah 450 orang.
3.2.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:73).
Menurut Suharsimi Arikunto (2009:109), “Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti”.
Asep Hermawan (2004:47) memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
pengertian sampel.
Sampel merupakan suatu bagian (subset) dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan demikian, sebagian elemen dari populasi merupakan sampel. Dengan mengambil sampel peneliti ingin menarik kesimpulan yang akan digeneralisasi terhadap populasi.
(31)
Berdasarkan beberapa definisi sampel di atas dapat disimpulkan bahwa
sampel merupakan sub kelompok atau sebagian dari populasi. Dengan
mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan terhadap populasi penelitian. Dalam suatu penelitian tidak
mungkin semua populasi diteliti, dalam hal ini disebabkan beberapa faktor antara
lain faktor keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Oleh karena itu
peneliti diperkenankan untuk mengambil sebagian saja dari objek populasi yang
ditentukan.
Berdasarkan beberapa definisi sampel di atas dapat disimpulkan bahwa
sampel merupakan sub kelompok atau sebagian dari populasi. Dengan
mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan terhadap populasi penelitian. Dalam suatu penelitian tidak
mungkin semua populasi diteliti, dalam hal ini disebabkan beberapa faktor antara
lain faktor keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Oleh karena itu
peneliti diperkenankan untuk mengambil sebagian saja dari objek populasi yang
ditentukan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002,102), yang dimaksud dengan sampel
adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut Sugiyono
(2006:73), yang dimaksud dengan sampel adalah “bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu”
Husain Umar (2002: 59), mengemukakan bahwa ukuran sampel dari
suatu populasi dapat menggunakan bermacam-macam cara, salah satunya
adalah dengan menggunakan teknik Slovin. Berdasarkan teknik tersebut maka
jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak n orang,
(32)
72
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Di mana :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran populasi
e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat
ditolerir
Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel adalah sebagai berikut:
n = 2
)
1
,
0
(
450
1
450
n = 450/4.51
n = 99,78
99Jadi dalam penelitian ini ukuran sampel minimal yang digunakan adalah
99 orang. Untuk mempermudah perhitungan dan memperkecil taraf kesalahan
maka jumlah sampel ditambah 1, sehingga sampel yang akan diambil berjumlah
100 orang dari sebagian total populasi.
Berdasarkan perhitungan di atas, maka ukuran sampel minimal dalam
penelitian ini ditetapkan dengan α= 0.05 maka diperoleh ukuran sampel (n)
minimal sebesar 99. menurut Winarno Surakhmad (1998:100) bahwa ”untuk
jaminan ada baiknya sampel selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah matematik”.
Kemudian agar sampel yang digunakan representatif, maka pada penelitian ini
ditentukan sampel yang berjumlah 100 orang.
3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat
2
1 Ne
N n
(33)
diperoleh nilai karakteristik perkiraan (estimate value). Sugiyono (2008:73)
mengemukakan bahwa: “Teknik sampling merupakan teknik pengambilan
sampel”. Menurut Suharsimi Arikunto (2009:111) teknik pengambilan sampel
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang
benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau menggambarkan keadaan
populasi yang sebenarnya. Menurut Asep Hermawan (2004:48) “Penarikan
sampel merupakan suatu proes pemilihan sejumlah elemen dari populasi
sehinggga dengan mempelajari sampel, suatu pemahaman karakteristik subyek
sampel akan memungkinkan untuk menggeneralisasikan karakteristik populasi”.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah systematic
random sampling. Menurut Uma Sekaran (2006:128), teknik pengambilan sampel
sistematis (systematic sampling) meliputi menarik tiap elemen ke–n dalam
populasi yang dimulai dengan elemen yang dipilih secara acak antara 1 dan n.
Sugiyono (2008:77) memberikan pengertian yang lebih jelas mengenai
teknik pengambilan sampel cara sistematik, “sampling sistematik adalah teknik
pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang diberi
nomor urut”.
Menurut Harun Al – Rasyid (1994:66) langkah-langkah yang dilakukan
dalam cara ini adalah:
1. Tentukan populasi sasaran. Dalam penelitian ini yang menjadi Pengunjung
The Face Shop di Mall PVJ Bandung.
2. Tentukan tempat tertentu sebagai checkpoint, dalam penelitian ini yang
menjadi tempat checkpoint adalah Counter The Face Shop di Mall PVJ
(34)
74
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Tentukan waktu yang akan digunakan untuk menentukan sampling. Dalam
penelitian ini waktu yang digunakan oleh peneliti adalah pukul 08.00 – 18.00
WIB hari Senin-Minggu.
4. Lakukan orientasi lapangan, terutama pada checkpoint. Orientasi ini akan
dijadikan dasar menentukan interval pemilihan pertama, atau dasar
kepadatan pembeli. Dengan menggunakan rumus:
I = N
n
I = 450 = 1.1875=2
99
Pada hari yang ditentukan pada checkpoint, konsumen ke 1 untuk
selanjutnya adalah konsumen yang memiliki nomor urut ganjil diberi
kuesioner untuk diisi hingga ukuran sampel terpenuhi.
5. Menghitung besarnya proporsi pada sampel yang terpilih.
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data mengacu pada cara yang dilakukan untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Kaitannya dalam hal
tersebut, serta dengan melihat konsep analitis dari penelitian ini, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dapat dengan cara langsung maupun tidak
langsung.
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi literatur, yaitu suatu teknik untuk mendapatkan data teoritis dari para
ahli melalui sumber bacaan berupa buku-buku, jurnal ilmiah, artikel online dll,
(35)
dalam penelitian ini mengenai personality (kepribadian), lifestyle (gaya
hidup), dan SRC.
2. Wawancara, sebagai teknik komunikasi langsung dengan pihak manajemen
dan konsumen The Face Shop di Mall PVJ Bandung
3. Observasi, yaitu pengamatan dan peninjauan langsung terhadap objek yang
sedang diteliti yaitu Pengunjung The Face Shop di Mall PVJ Bandung yang
memasuki counter.
4. Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada konsumen
The Faceshop mall PVJ Bandung untuk dijawab. Angket berisi pertanyaan
mengenai karakteristik responden, pengalaman responden, serta tanggapan
responden terhadap personality (kepribadian), lifestyle (gaya hidup), dan
SRC.
3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Data mempunyai kedudukan paling tinggi dalam penelitian karena data
merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan fungsinya sebagai
pembentukan hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data sangat menentukan
mutu hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data tergantung dari baik
tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi
dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan
(36)
76
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan alat ukur”. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006:145), yang dimaksud dengan “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki validitas rendah.
Masri Singarimbun (2006:124) mengemukakan bahwa, “Validitas
merupakan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin
diukur”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan kemampuan alat ukur untuk mengukur secara benar (bebas dari bias).
Instrumen yang sahih memiliki validitas yang tinggi. Untuk memperoleh instrumen yang valid harus diperhatikan langkah-langkah dalam menyusun instrumen, yaitu memecah variabel menjadi sub variabel dan indikator, setelah itu memasukannya ke dalam butir-butir pertanyaan. Apabila langkah tersebut dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas yang logis. Dikatakan logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki.
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment.
Pada penghitungan validitas dengan menggunakan rumus Pearson
Product Moment, memiliki syarat bahwa data berskala interval. Penelitian ini menggunakan skala ordinal seperti yang telah dijelaskan dalam operasionalisasi variabel, maka semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu akan ditransformasi menjadi skala interval.
Mentransformasi data ordinal menjadi interval gunanya untuk memenuhi sebagain dari syarat analisis parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala interval. Teknik transformasi yang paling sederhana dengan
menggunakan MSI (Method of Successive Interval). Langkah-langkah
transformasi data ordinal ke data interval menurut Riduwan (2008:30) adalah sebagai berikut:
(37)
1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan;
2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 dan 5 yang disebut sebagai frekuensi
3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi;
4. Tentukan nilai kumulatif dengan cara menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor;
5. Gunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh;
6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan tabel Tinggi Densitas);
7. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:
8. Tentukan nilai transformasi dengan rumus: Y NS
1 NSmin
+Peneliti menggunakan bantuan program software SUCC’97 pada
Microsoft office excell untuk proses pengolahan data MSI tersebut.
Adapun cara untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus
Pearson Product Moment yaitu:
2 2
2
2
. .
. X X n Y Y
n Y X XY n rxy (Riduwan, 2008:217) keterangan: xy
r
= koefisien korelasin
= jumlah responden dalam uji coba instrumen
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total (seluruh item)Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:
2 1 2 r n r thitung (Riduwan, 2008:217)
NS = (Dencity at Lower Limit) - (Dencity at Upper Limit) (Are Below Upper Limit) – (Area Below Lower Limit)
(38)
78
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
t
= Nilai thitungr= Koefisien korelasi hasil rhitung
n
= Jumlah respondenDistribusi (Tabel t) untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan: Jika thitung≥ ttabel berarti valid, sebaliknya
thitung < ttabel berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks
korelasinya (r) dengan menggunakan Tabel 3.5 berikut ini.
TABEL 3.5 KOEFISIEN KORELASI
Besarnya Nilai Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup tinggi
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tidak valid)
Sumber: Riduwan (2008:217)
Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel attribute brands
berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan dengan
bantuan program SPSS 21 for windows. menunjukkan bahwa item-item
pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika dibandingkan
dengan rtabel yang bernilai 0,374. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 3.6
berikut ini.
TABEL 3.6
HASIL PENGUJIAN VALIDITAS
No Item Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
Personality (kepribadian)
Oppeness to experience
1
Suasana outlet sangat imajinatif (membuat sayamemiliki impian tentang sesuatu hal) 0.694 0.374 Valid
2
Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang produk 0.544 0.374 Valid3
Menghasilkan ide-ide yang berbeda dari orang lain 0.634 0.374 Valid4
Memberikan solusi terhadap suatu permasalahan 0.624 0.374 Valid5
Mencoba cara-cara baru dalam melakukantugas/pekerjaan 0.401 0.374 Valid
(39)
No Item Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
7
Mudah menyesuaikan diri dengansituasi/lingkungan baru 0.586 0.374 Valid
Conciousness
8 Menyelaikan tugas-tugas/pekerjaan dengan tepat
waktu 0.552 0.374 Valid
9 Pekerjaan /kegiatan yang saya lakukan sudah
sesuai dengan latar belakang yang saya miliki 0.570 0.374 Valid
10 Melakukan kegiatan/pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian dan latar belakang saya 0.582 0.374 Valid
11 Merencanakan segala hal yang akan dilakukan 0.694 0.374 Valid
12 Berusaha menjalankan semua kegiatan sesuai
rencana/agenda 0.716 0.374 Valid
13 Memastikan untuk mencapai target yang sudah
direncanakan 0.821 0.374 Valid
14 Berperan aktif dalam suatu organisasi atau
perkumpulan 0.578 0.374 Valid
Extraversion
15 Mudah bersosialisasi/bergaul dengan orang dengan
berbagai karakter 0.628 0.374 Valid
16 Perduli dengan kondisi orang lain 0.665 0.374 Valid
17 Saya ingin orang lain mengikuti apa yang saya
inginkan 0.540 0.374 Valid
18 Senang memberikan perintah kepada orang lain 0.685 0.374 Valid
19 Melakukan banyak aktifitas yang sesuai dengan
kesenangan/hobi 0.612 0.374 Valid
20 Memiliki banyak aktifitas/kesibukan 0.680 0.374 Valid Agreeableness
21 Mudah percaya terhadap orang lain 0.593 0.374 Valid
22 Menghabiskan waktu luang dengan pergi bersama
teman/keluarga 0.568 0.374 Valid
23 Berbicara terus terang/apa adanya 0.552 0.374 Valid
24 Mau mendengarkan pendapat/ide orang lain 0.683 0.374 Valid
25 Bersikap ramah dan sopan terhadap orang lain
bahkan yang baru dikenali 0.662 0.374 Valid
Emotional Stability
26 Bersikap tenang dalam menghadapi berbagai
persoalan 0.634 0.374 Valid
27 Tidak mudah terpengaruh oleh keadaan (factor
ekternal) 0.608 0.374 Valid
28 Melakukan segala sesuatu yang terbaik demi
mencapai kepuasan 0.659 0.374
V
alid29 Percaya terhadap kemampuan diri sendiri 0.628 0.374
V
alid30 Mengeluarkan joke/humor saat berkumpul dengan
teman/kerabat /keluarga 0.464 0.374
V
alidPersonality (kepribadian)
Lifestyle (gaya hidup)
Activity (aktifitas) Valid
31 Menghabiskan waktu luang dengan mengikuti
(40)
80
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Item Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
menjaga lingkungan (seperti greenpeace dll)
32 Saat berbelanja, berupaya mengurangi penggunaan
kantong plastik 0.442 0.374 Valid
33 Mematika lampu dan peratan elektronik saat akan
pergi keluar rumah 0.445 0.374 Valid
34 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar (contohnya
tidak membuang sampah sembarangan dll) 0.649 0.374
Interest (minat)
35 Menyadari dampak penggunaan produk yang tidak
ramah lingkungan 0.663 0.374 Valid
36 Tertarik dengan produk yang ramah lingkungan
0.703 0.374 Valid
37 Memilih kandungan produk yang ramah lingkungan
0.659 0.374 Valid
Opinion (pendapat)
38 Percaya akan konsep produk ramah lingkungan
0.712 0.374 Valid
39 Orang lain mempengaruhi kesadaran akan produk
ramah lingkungan 0.555 0.374 Valid
40 Media mempengaruhi kesadaran akan konsep
produk ramah lingkungan 0.669 0.374 Valid
Socially Responsible Consumption 41 Tidak membeli produk dari perusahaan yang tidak
memperdulikan lingkungan hidup 0.537 0.374 Valid
42 Membeli produk dari perusahaan yang memiliki
reputasi baik 0.633 0.374 Valid
43 Ketika membeli produk, saya memperhatikan
apakah sebagian hasil penjualan disisihkan untuk amal
0.676
0.374 Valid
44 Memperhatikan lokasi asal pembuatan produk
0.699 0.374 Valid
45 Membeli produk yang ada di lokasi terdekat
0.659 0.374 Valid
46 Melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan
0.592 0.374 Valid
47 Berusaha untuk tidak membeli barang secara
berlebihan 0.664 0.374 Valid
48 Membeli produk yang memberikan manfaat
maksimal 0.682 0.374 Valid
3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan
(keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
(41)
Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukan tingkat keterandalan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006:247)
Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya. Adapun rumus yang digunakan untuk
mengukur reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan uji Cronbach’s Alpha
karena alternatif jawaban pada instrumen penelitian lebih dari dua. Rumusnya adalah sebagai berikut:
22 11 1 1 t b s s k k r
(Husein Umar, 2008:170)
Di mana:
11
r
: reliabilitas instrumenk
: banyak butir pertanyaan2
t
s : deviasi standar total
2b
s : jumlah deviasi standar butir
Jumlah varian butir ditetapkan dengan cara mencari nilai varian tiap butir, kemudian jumlahkan seperti yang dipaparkan berikut ini. Rumus deviasi standar yang digunakan adalah sebagai berikut
1 ) ( 2 2 2 n n X X s
(Husein Umar, 2008:172)
Di mana:
n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)
Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika koefisien internal seluruh item (ri) r tabel dengan tingkat signifikasi 5%
(42)
82
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Jika koefisien internal seluruh item (ri) r tabel dengan tingkat signifikasi 5%
maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan
bantuan program SPSS 21 for windows diketahui bahwa semua variabel reliabel,
hal ini disebabkan nilai rhitung lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel yang
bernilai 0,374 hal ini dapat dilihat dalam Tabel 3.8 berikut ini.
TABEL 3.8
HASIL UJI RELIABILITAS INSTRUMEN PENELITIAN
No VARIABEL rhitung rtabel KETERANGAN
1. Personality 0,949 0,374 reliabel 2. Lifestyle 0,876 0,374 reliabel
3 Socially Responsible
Cosumption 0,879 0,374 reliabel
3.2.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara untuk mengukur, mengolah dan menganalisis data dalam rangka pengujian hipotesis. Tujuan pengolahan data adalah untuk memberikan keterangan yang berguna, serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian. Dengan demikian, teknik analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis serta menjawab masalah yang diajukan.
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket ini disusun oleh penulis berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif analisis data dilakukan setelah data seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menyusun data
Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden, serta mengecek kelengkapan data yang diisi oleh responden untuk mengetahui karakteristik responden digunakan rumus persentase sebagai berikut:
% =
N
n
X 100
Dimana:
(43)
N = jumlah seluruh nilai 100 = konstanta
2. Menyeleksi data untuk memeriksa kesempurnaan dan kebenaran data yang terkumpul
3. Tabulasi data
Tabulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Memberi skor pada setiap item. Salah satu persyaratan dalam
menggunakan skala ordinal adalah peringkat jawaban diberikan skor
antara 1 sampai dengan 5. Setiap variabel yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan ke dalam lima alternatif jawaban (numerical scale), di mana setiap option terdiri dari lima kriteria skor sebagai berikut:
TABEL 3.9
SKOR ALTERNATIF JAWABAN Alternatif
Jawaban
Sangat
Tinggi Tinggi
Cukup tinggi
Tidak Tinggi
Sangat Tidak Tinggi
Positif 5 4 3 2 1
Sumber: Modifikasi dari Uma Sekaran (2006:51)
b. Menjumlahkan skor pada setiap item
c. Menyusun ranking skor pada setiap variabel penelitian
d. Menganalisis dan menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari perhitungan statistik. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan verifikatif.
3.2.7.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Analisis deskriptif dapat digunakan untuk mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi dan membuat perbandingan dengan membandingan rata-rata data sampel atau populasi tanpa perlu diuji signifikansinya (Sugiyono, 2006:144). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendiskripsikan variabel-variabel penelitian, antara lain:
(44)
84
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Analisis Deskriptif personality terfokus pada: openess to experience, conciousness, extraversion, agreebleness, dan emotional stablity
2. Analisis Deskriptif Gaya Hidup yang terdiri dari tigasub variabel yaitu aktifitas (activities), minat (interests), dan pandangan (opinions).
(1)
2) Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
3) Jika thitung = ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika hal tersebut terjadi
maka dinilai sama dengan thitung ≥ ttabel.
Rumus uji t yang digunakan dengan taraf kesalahan sebesar 5% adalah sebagai berikut :
2 1 2 r n r t
; dk = n-2 (Suharsimi Arikunto, 2002:157)
Keterangan :
r = Koefisien korelasi validitas n = Jumlah sampel
Secara statistik hipotesis yang akan diuji berada pada taraf kesalahan 0,05 dengan derajat kebebasan dk (n-2) serta pada uji satu pihak, yaitu pihak kanan. Kriteria penerimaan atau penolakan sub hipotesis utama pada penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut:
1. H0 :
≤ 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif antara kepribadiandan gaya hidup terhadap Socially Responsible Consumption baik secara parsial maupun simultan.
H0 :
> 0, artinya terdapat pengaruh yang positif antara kepribadian dangaya hidup terhadap Socially Responsible Consumption baik secara parsial maupun simultan.
H0 :
≤ 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif antara kepribadiandan gaya hidup terhadap Socially Responsible Consumption baik secara parsial maupun simultan
H0 :
> 0, artinya terdapat pengaruh yang positif antara kepribadian dangaya hidup terhadap Socially Responsible Consumption baik secara parsial maupun simultan
2. H0 :
≤ 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif antara kepribadiandan gaya hidup terhadap Socially Responsible Consumption baik secara parsial maupun simultan.
(2)
96
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H0 :
> 0, artinya terdapat pengaruh yang positif antara kepribadian dangaya hidup terhadap Socially Responsible Consumption baik secara parsial maupun simultan.
(3)
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui analisis deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan path analysis, maka berdasarkan penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Personality (X1) sesuai dengan data penelitian yang telah diperoleh
termasuk dalam kategori tinggi. Skor tertinggi dari variabel personality
adalah sub variabel agreeableness dan yang memperoleh skor terendah yaitu openness to experience.
2. Lifestyle (X2) sesuai dengan data penelitian yaitu termasuk dalam kategori
rendah dan cukup, dengan demikian dapat dikatakan bahwa lifestyle
konsumen The Faceshop berada dalam kategori cukup. Sub variabel yang memperoleh skor tertinggi adalah opinion dan yang memperoleh skor terendah adalah activity.
3. Socially Responsibel Consumption (SRC) sesuai dengan data penelitian yaitu termasuk dalam kategori cukup dan tinggi, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Socially Responsible Consumption (SRC) konsumen The Face Shop berada dalam kategori cukup.
4. Personality (X1) secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap
Socially Responsible Consumtion (Y) melalui Lifestyle (X2) dengan memberikan kontribusi yang berada paa kategoti tinggi. artinya varibael-variabel tersebut akan berpengaruh lebih baik terhadap variable Y apabila diteliti secara bersama-sama.
(4)
143
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka berdasarkan penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Personality (kepribadian) merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kesadaran konsumen akan tanggung jawab terhadap konsumsinya atau disebut juga SRC. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dimensi openness to experience memiliki tanggapan yang paling rendah dibandingkan dengan dimensi lainnya. Dimensi ini mengukur keinginan untuk mencari dan menghargai pengalaman baru, senang mengetahui sesuatu yang tidak familiar, akan cenderung menjadi imajinatif, benar-benar sensitif dan intelek. Dengan melihat ini perusahaan dapat memanfaatkan faktor emotional dari konsumen dalam berbelanja melalui pemberian sampel produk tertentu yang diberikan ke pengunjung yang sedang melintas sehingga nantinya pengunjung merasa tertarik untuk mencoba, selain itu perusahaan juga bisa membuat promosi berupa demo make up atau semacam beauty class untuk lebih mearik pengunjung.
2. Lifestyle (gaya hidup) merupakan faktor lain yang dapat meningkatkan SRC. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dimensi Activity
(aktivits) memiliki tanggapan yang paling rendah dibandingkan dengan dimensi interes (minat), dan Opinion (opini). Konsep ramah lingkungan belum sepenuhnya diterima dan dipahami dengan baik oleh konsumen. Sosialisasi yang kurang juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi akan ketertarikan terhadap produk ramah lingkungan. Hal
(5)
itu dapat terlihat dari jumlah konsumsi produk non green yang lebih besar, selain karena harga yang ditawarkan biasanya lebih murah. Akan tetapi perusahaan bisa menggunakan media, internet dan sumber-sumber lain untuk meningkatkan ketertarikan konsumen akan produk yang ramah akan lingkungan. Media memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap sosialisasi akan produk ramah lingkungan. Rata-rata orang akan membaca maupun menonton media setiap harinya, sehingga informasi yang diberikan akan lebih cepat masuk dan diterima oleh konsumen.
3. Socially Responsible Consumtion (SRC) merupakan pola konsumsi yang
bertanggung jawab secara social , untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya SRC tersebut perusahaan harus memberikan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat tentang pentingnya produk-produk green cosmetic yang memiliki manfaat lebih dibandingkan dengan produk non green. Hal tersebut penting karena harga yang ditawarkan oleh produk
green cosmetic biasanya lebih tinggi, sehingga apabila tidak ada kesadaran dari konsumen dan produknya tidak memberikan manfaat yang maksimal maka konsumen tidak akan melakukan pembelian yang berkelanjutan.
4. Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk lebih menggali tentang dimensi SRC dilihat dari berbagai dimensi lainnya selain
personality dan lifestyle. Selain itu dikarenakan populasi yang penulis ambil dalam penelitian ini begitu terbatas maka perlu dilaksanakan penelitian lain dengan populasi yang lebih luas tidak hanya di PVJ saja. Penelitian tentang SRC juga masih sangat terbatas jumlahnya sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih agar menghasilkan
(6)
penemuan-145
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penemuan baru yang lebih bermanfaat untuk menambah reverensi dan literatur . SRC juga memiliki potensi yang besar untuk berkembang di masa yang akan datang, karena isu-isu mengenai lingkungan semakin tinggi dan green cosmetic maupun green produk lainnya semakin bertambah banyak.