REPRESENTASI SEKS BEBAS DALAM LIRIK LAGU ”LAKUKAN DENGAN CINTA” (Studi Semiologi Tentang Representasi Seks Bebas Dalam Lirik Lagu ”Lakukan Dengan Cinta” yang dipopulerkan oleh Mahadewi dan The Law).

(1)

CLEKIT VERSI CICAK VS. BUAYA EDISI 3 NOVEMBER 2009)"

Disusun Oleh :

Dhona Aprin Prayoga

0543010150

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si

NIP. 030203679

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si

NIP. 030 175 349


(2)

Alhamdulillah Hirobbil Alamin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul "PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT

VERSI CICAK VS. BUAYA EDISI 3 NOVEMBER 2009 (STUDI SEMIOTIKA

TENTANG PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT EDISI 3

NOVEMBER 2009)". Penulisan skripsi ini merupakan mata kuliah wajib bagi

mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur.

Begitu banyak kendala dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis

dalam menyusun skripsi ini, mulai dari pengambilan data yang cukup rumit,

molornya waktu pengerjaan skripsi dikarenakan urusan pekerjaan, dan masih

banyak yang lainnya. Namun semuanya dapat teratasi berkat kerjasama dan

bantuan pihak dosen, orangtua, serta teman-temanku semua.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1.

Bpk.Juwito, S.sos, Msi selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur.

2.

Bpk.Didiek Trianggono, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan sangat telaten menghadapi

mahasiswanya, terutama seperti saya. Terimakasih Pak.

3.

Orangtua tercinta. Terimakasih udah men support dengan sangat, maaf sudah

sangat merepotkan, sering dibohongi, dan masih berbesar hati untuk


(3)

5.

Seluruh pegawai Bentoel group, terutama pak Diki Priyatna yang selalu

memberi saya support untuk menyelesaikan kuliah, yang selalu menyanyikan

kepada saya saat briefing “kapan kamu yudisium?, saya tunggu ya..”

Terimakasih banyak pak. You are my inspirations..

6.

Teman-teman senasib seperjuangan yang selalu memberi support dan

mendukung untuk segera menyelesaikan laporan magang dan secepatnya lulus

lalu kerja dan banyak duit, lalu married, (married jare..). thanks a lot friends..

I love you full, hahaha.. (thanks to : theo, fikar, indra, luthung, samm, pennie,

ipeh, bintari, dilla, nadya, mboma, denny, praz, zippo, ngengesh, dan

teman-teman lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.. engko dadine

dowo es..)

7.

Teman-teman FP. / BA. yang selalu memberi semangat untuk nyelesaiin

kuliahku. Terutama tim kepompong. Ayo kapan keluar bareng lagi, jangan

cuman waktu event aja.. hehehe.. (thanks to : aris, rere, natalie, enza, dan

teman-teman FP. yang lain.)

8.

Sarah Larasati, yang sudah ngumbreng-ngumbreng biar ndang cepet lulusnya.

Nemenin ngerjain laporan ini meskipun cuman di telepon plus pake acara

nggondok – nggondo’an tapi akhirnya selesai juga. Makasi sayang.. Hayo, aku

sudah selesai ndukk.. Kapan kamu nyelesaiin kuliahmu? Cayo ya..^^


(4)

  v

lot..

Didalam penyusunan tugas skripsi ini, penulis menyadari bahwa ini semua

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran, kritik dan pendapat dari

pembaca sangat saya nantikan. Terimakasih.

Surabaya,

Maret

2010

Penulis


(5)

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ...xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1

Latar Belakang Masalah... 1

1.2

Perumusan Masalah ... 8

1.3

Tujuan Penelitian ... 9

1.4

Kegunaan Penelitian ... 9

1.5

Teoritis ... 9

1.6

Praktis... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1

Landasan Teori... 10

2.1.1

Media Cetak ... 10

2.1.1.1

Surat Kabar ... 11

2.1.1.2

Kartun Editorial... 14

2.1.1.3

Kartun dan Karikatur... 16

2.1.2

Korupsi di Indonesia ... 19

2.1.2.1

Komisi Pemberantasan Korupsi... 22

2.1.2.2

Konfrontasi Cicak dan Buaya ... 30

2.1.2.3

Cinta Indonesia Cinta Anti Korupsi... 32


(6)

2.1.6

Kritik Sosial ... 50

2.1.7

Karikatur Sebagai Proses Komunikasi ... 54

2.1.8

Semiotika ... 61

2.1.9

Charles Sanders Pierce... 64

2.2

Kerangka Berpikir... 67

BAB III METODE PENELITIAN ... 69

3.1

Devinisi Opersional... 69

3.2

Kerangka Konseptual ... 70

3.3

Korpus ... 71

3.4

Unit Analisis ... 71

3.5

Teknik Pengumpulan Data... 74

3.6

Teknik Analisis Data... 74

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 76

4.1

Editorial Clekit ... 76

4.2

Jawa Pos ... 78

4.3

Penyajian Data ... 80

4.3.1

Tanda, Objek, dan Interpretan ... 80

4.3.2

Ikon, Indeks, Simbol ... 82

4.4

Unit Analisis ... 85

4.4.1

Korupsi di Indonesia ... 86

4.4.2

Komisi pemberantasan korupsi ... 89

4.4.3

Konfirmasi Cicak dan Budaya ... 97

4.4.4

Cinta Indonesia Cinta Anti Korupsi ... 125

4.5

Interpretasi Tanda di Dalam Objek Karikatur Editorial Clekit

Edisi 3 November 2009 Berdasarkan Teori Segitiga Makna ... 129


(7)

Segitiga Makna ... 140

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 143

5.1

Kesimpulan ... 143

5.2

Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

Gambar 1. Istilah Semiotika ... 64

Gambar 2. Model Semiotika ... 65

Gambar 3. Sistematika Kerangka Berpikir Penelitian ... 68

Gambar 4. Objek Karikatur Editorial Clekit Edisi 3 November 2009... 72

Gambar 5. Hubungan Objek, Tanda dan Interpretan ... 82

Gambar 6. Objek Karikatur Editorial Clekit Edisi 3 November 2009... 84


(9)

x


(10)

DHONA APRIN PRAYOGA, (Sudi Semiotika tentang pemaknaan karikatur

editorial clekit edisi 3 November 2009).

Penelitian ini berdasarkan pada munculnya kasus Cicak VS. Buaya. Melihat kasus ini yang lama dan berbelit - belit, membuat banyak kalangan tersedot perhatiannya, salah satunya Jawa Pos. Sebagai media cetak, Jawa Pos memiliki fungsi sebagai kontrol sosial, salah satunya kasus Cicak VS. Buaya ini. Kontrol sosial yang dilakukan Jawa Pos salah satunya melalui Karikatur Editorial Clekit. Pada karikatur Editorial Clekit edisi 3 November 2009 tampak penggambaran dua tokoh yang berbanding terbalik. Kedua tokoh tersebut adalah cicak sebagai para pendukung KPK digambarkan dengan ukuran yang sangat besar sekali. Tokoh kedua adalah buaya berukuran kecil sebagai lembaga kepolisian atau POLRI digambarkan dengan ukuran yang sangat kecil. Penggambaran yang tampak pada POLRI memunculkan suatu pertanyaan, mengapa POLRI digambarkan dengan ukuran yang sangat kecil ? . Padahal POLRI rnerupakan lembaga tinggi negara yang berperan dalam menentukan, menegakkan hukum, dan mengatur stabilitas keamanan di Indonesia. Dengan demikian pemerintah seharusnya memiliki kekuatan yang cukup besar dalam menjaga keamanan di dalam negeri.

Sumber atau teori yang terdapat ada penelitian ini antara lain : teori segitiga makna Charles Sanders Pierce, Kritik sosial, tanda non verbal, kartun editorial, karikatur sebagai proses komunikasi. Sumber atau teori tersebut digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pembahasan penelitian.

Penelitian ini mengarahkan perhatian pada makna yang tersirat di dalam pesan yang disampaikan dalam Karikatur Editorial Clekit edisi 3 November 2009. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisis makna – semiotika terhadap karikatur tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori segitiga makna milik Charles Sanders Pierce yang membahas tentang fenomena makna yang muncul dari sebuah tanda ketika tanda tersebut digunakan individu pada waktu berkomunikasi. Pada teori milik C.S. Pierce muncul tiga kategori yang menjadi objek penelitian, tiga kategori tersebut adalah ikon, indeks, dan simbol.

Di dalam karikatur tersebut digambarkan dua tokoh sebagai simbol dalam percaturan sosial politik dan ekonomi di lndonesia. Kedua tokoh tersebut adalah pendukung KPK dilambangkan sebagai cicak besar dan POLRI dilambangkan sebagai buaya berukuran kecil. Penggambaran yang demikian itu memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang mencolok di antara kedua lembaga tersebut.

Dari hasil intrepretasi, maka karikatur Editorial Clekit edisi 3 November 2009 membentuk makna semiotika symbolic indexical legisign yaitu adanya hubungan sebab akibat antara dua tokoh dalam karikatur, hubungan ini membentuk suatu sifat kurang baik yang berupa rendahnya dan lemahnya kredibilitas kepolisian Indonesia saat ini.


(11)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Arus informasi pasca reformasi deras menerpa setiap individu di negara ini Jurnalistik pers masa kini semakin beragam, diantaranya surat kabar, majalah, tabloid dan sebagainya. Informasi - informasi , dari media - media pers tersebut telah membentuk pola pikir - pola pikir dan wawasan - wawasan baru yang sebelum reformasi tidak terbentuk secara luas. Dengan demikian masyarakat Indonesia semakin cerdas dalam menata kehidupan mereka. Mereka semakin mampu menyaring informasi - informasi yang menerpa meskipun informasi tersebut deras menerpanya. Bebasnya informasi yang menerpa khalayak tersebut tidak lepas dari peran media pers.

Jurnalistik pers pun sebagai institusi media memiliki fungsi, fungsi tersebut guna melayani kebutuhan khalayak terhadap informasi. Fungsi pers itu adalah fungsi pendidikan, salah satu contohnya pers memberikan sumbangsih dalam mengentaskan buta huruf. Fungsi pers yang kedua yaitu informatif, contohnya pers menyebarkan segala informasi seperti politik, Hankam, budaya dan sebagainya hingga ke daerah pelosok desa. Fungsi yang ketiga pers sebagai kontrol sosial terhadap segala permasalahan yang timbul, misalkan pers sebagai pengawas dari kinerja pemerintahan.

Fungsi pers selanjutnya adalah mempengaruhi, pers memberikan pengaruh terhadap pola pikir khalayaknya. Pengaruh tersebut masuk ketika khalayak


(12)

membaca produk pers. Fungsi terakhir pers dalam pengabdiannya kepada khalayak adalah hiburan. Fungsi ini tampak ringan dan santai dari sejumlah fungsi lainnya. Fungsi hiburan memberikan rasa santai, sebagai contoh adanya rubrik lifestyle (Efendy.2000;94).

Fungsi media sebagai kontrol sosial dan persuasif secara sadar atau tidak dapat mengarahkan khalayak untuk mengikuti pola pikir yang disajikan media. Kebutuhan khalayak akan berita yang paling penting adalah nilai "kebaruan", nilai ini pada media cetak terletak pada surat kabar. Melihat ketertarikan khalayak akan informasi terbaru maka media menyajikan informasi berupa visualiasi karikatur. Informasi yang ringan dan humoris namun tetap kritis dan faktual membuat khalayak terhibur dan tertarik dengan informasi tersebut (Efendy.2000;92).

Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita lokal, nasional, maupun internasional, terdapat juga rubrik opini, lifestyle dan sebagainya. Namun demikian surat kabar menjadi media cetak terkini bila dibandingkan media cetak lainnya karena nilai kebaruannya. Adanya isi surat kabar yang variatif, dari berita— berita internasional hingga lokal. Namun secara sederhana isi surat kabar dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun semua fenomena atau peristiwa dalam realitas dilaporkan (Efendy.2000;92).

Dalam pelaporan berita yang dibuat para pekerja media (wartawan dan karikaturis), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang lainnya.


(13)

Karikaturis dikategorikan sebagai wartawan bukan karena karya mereka dimuat di surat kabar. Mereka dikategorikan sebagai wartawan karena karya mereka faktual sesuai dengan permasalahan yang sedang muncul dalam realitas. Para wartawan dan karikaturis membentuk berita berdasarkan interpretasi mereka terhadap realitas yang menjadi bahan pemberitaan. Pemaknaan diantara para pekerja media itu akan berbeda karena nilai — nilai, sudut pandang, pengalaman dan rujukan yang dimiliki para pekerja tersebut (jurnalis) berbeda dengan wartawan atau jurnalis dari media yang berbeda. Perbedaan tersebut juga dipengaruhi ideologi, kebijakan serta segmentasi masing — masing media. Dengan demikian hasil reportase mereka berbeda meskipun objek beritanya sama (Eriyanto.2005;25-26).

Isi surat kabar selanjutnya adaIah iklan dan opini. Iklan merupakan sumber keuangan tidak tetap setiap media, selain itu media sebagai penyebar informasi atas iklan yang bersangkutan. Mengenai opini, surat kabar menyediakan kolom khusus. Kolom opini menjadi tempat, baik tim redaksi maupun khalayak umum untuk berkomentar terhadap suatu fenomena tertentu. Pemikiran atau komentar tersebut disampaikan secara logis, dan faktual serta subjektif berdasarkan sudut pandang penulisnya. Sebenarnya, aturan tersebut dibuat agar opini yang disampaikan penulisnya tertata dan ada dasarnya. Bentuk opini beragam, namun sebagai contoh di surat kabar Jawa pos opini terdiri dari pojok, karikatur, artikel, dan surat pembaca (Effendy.2000;97).

Opini media yang berupa gambar lucu dan menggelitik adalah karikatur. Pesan opini dalam bentuk visual yang tersusun seolah - olah tidak serius membuat karikatur mampu – banyak - berkembang di media massa nasional, misalnya Jawa


(14)

Pos. Karikatur opini Jawa Pos disebut Editorial Clekit, yang arti harfiahnya rasa sakit karena cubitan atau gigitan serangga. Fungsi clekit sebagai opini berbentuk visual adalah mengingatkan khalayak masyarakat dan pemerintah bahwa disekitar mereka terdapat suatu fenomena yang layak dibahas bersama. Clekit muncul secara periodik di Jawa pos mulai bulan Oktober 1994 satu kali seminggu hari Sabtu. Namun pada perkembangannya clekit hadir secara periodik tiga kali dalam satu minggu di hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Kemunculan tiga kali dalam satu minggu itu sejak bulan Januari 1997 (Arthaka.2006;42).

Opini media yang bentuknya visual dan kocak, karikatur membuat khalayak tersenyum, mereka tidak tampak serius menanggapi permasalahan yang ada. Sikap khalayak yang demikian bukan berarti halayak itu tidak peduli atau asal – asalan menanggapi permasalahan, namun karena kehebatan sang pengirim pesan membuat opini dengan gaya karikatur yang selalu membuat banyak individu tersenyum santai. Dengan demikian karikatur memiliki sejumlah syarat agar menjadi karikatur yang baik, yang dapat membuat para individu - individu ini tersenyum bahkan tertawa. Syarat tersebut diantaranya karikatur harus mengandung unsur deformasi. Deformasi itu sendiri adalah penggambaran berlebihan terhadap salah satu fokus dalam objek. Deformasi dikatakan berlebihan dalam arti ukuran, bisa besar dan menonjol namun bisa pula diperkecil sehingga .tampak berbeda dari gambar lainnya di dalam objek.

Objeknya biasanya tokoh terkenal seperti presiden, ketua parpol, ketua DPR dan sebagainya. Biasanya bagian yang di deformasi adalah wajah, perut, hidung mulut, gigi, mata dan sebagainya atau bahkan keseluruhan sosok dari gambar di


(15)

dalam objek. Menurut Sudarta karikatur, merupakan deformasi berlebih atas wajah seseorang atau tokoh, biasanya orang terkenal dengan mempercantik bertujuan mengejek (Sudarta.1987;49 dalam Sobur.2006;138).

Karikatur editorial atau yang disebut juga kartun opini haruslah dilihat dari cara bagaimana karikatur tersebut dibuat, unsur — unsur apa saja yang perlu dan penting. Semua hal tersebut sangat penting agar karikatur editorial benar — benar baik, lucu, cerdas, kritis, dan tentunya proporsional. Sebagai karikatur editorial yang menyampaikan opini redaksi, karikatur harus mengandung teknis karikatur. Pertama, karikatur harus informatif dan komunikatif. Karikatur pada criteria ini berlaku sebagai penyampai pesan atau informasi berkaitan dengan fenomena tertentu. Informasi tersebut disampaikan dengan gaya bahasa non verbal —yang lucu - dan sedikit —satu atau dua kata verbal - disisipkan sebagai penguat sehingga pesan gambar tersebut komunikatif . Tujuannya agar dalam penyampaian pesan gambar tersebut tidak terjadi salah pengertian, walaupun penafsiran terhadap karikatur berbeda - beda dan bila tidak ditafsirkan secara benar maka akan terjadi bias (Sobur.2006;139).

Teknis kedua dalam membuat karikatur yang baik secara proporsional yaitu karikatur harus mengangkat permasalahan yang fenomenal dan sedang ramai dibicarakan publik. Artinya fenomena yang diangkat harus baru. Teknis ini penting sekali karena jika teknis ini tidak ada maka karikatur sama saja dengan komik.

Seperti diketahui, komik adalah kartun humor tentang sesuatu yang tidak mengangkat tema kritis atau pun fenomenal serta tidak akitual, komik hanya


(16)

mengangkat tema tentang hal - hal lucu saja. Dengan demikian komik tampak tersegmentasi pada kalangan anak - anak karena isinya yang ringan dan tidak kritis. Berbeda dengan karikatur, muatan isinya lebih ranah publik yang fenomenal dan sedang ramai diperbincangkan karena pengaruhnya yang begitu besar bagi semua individu, misalnya karikatur tentang lapindo, kasus Bank Century, terorisme, bencana alam dan sebagainya (Sobur.2006;139).

Teknis ketiga supaya karikatur kritis, cerdas dan lucu adalah memuat kandungan humor. Kelucuan menjadi penetral sekaligus identitas karikatur. Sifat atau teknis yang humoris menjadi sarana refreshing atau bersantai khalayak meskipun secara sadar atau tidak mereka tetap kritis, terhadap segala permasalahan yang diangkat. Sedangkan teknis keempat yaitu karikatur memiliki gambar yang baik. Maksud dari gambar yang baik yaitu gambar harus dibuat semirip mungkin dengan tokoh yang disindir dan permasalahan yang diangkat. Karikatur harus benar — benar mirip dengan objek asli meskipun dalam karikatur terdapat deformasi terhadap tokoh — tokohnya (Sobur.2006;139).

Karikatur editorial sebagai opini surat kabar berbentuk humor visual juga memiliki kata - kata sebagai penegas. Kata — kata tersebut onomatopetica, yaitu penggambaran suara dari objek. Onomatopetica itu biasanya suara orang bersiul, harimau mengaum, teriakan orang marah dan lain — lain (Sobur.2006,138).

Karikatur editorial yang sarat dengan muatan kritis, muatan tersebut tersimpan di dalam suatu tanda -- tanda yang kompleks. Apabila dilihat lagi, tanda itu merupakan basis dari setiap bentuk komunikasi. Adanya tanda membuat setiap individu dapat saling berinteraksi, saling memahami sehingga terhindar dari


(17)

kesalahpahaman. Namun pada bentuk komunikasi tingkat tinggi seperti bahasa karikatur yang menggunakan sarana tanda dan lambang membutuhkan pemaknaan yang tepat. Pertautan antara tanda - tanda tersebut tidak dengan mudah ditafsirkan hanya dengan melihat objek saja, namun harus melalui analisis yang tepat. Kajian ilmu yang tepat dalam menganalisis tanda khususnya karikatur adalah analisis semiotik. Hal ini karena menurut salah satu tokoh semiotika yang membahas tentang produksi tanda, Charles Sanders Pierce bahwa subjek ,(intrepretan) sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pemaknaan. Teori segitiga makna yang mengetengahkan tanda, objek, dan intrepretan memperlihatkan peran besar subjek dalam proses tersebut. Intrepretasi (subjek) memiliki fungsi sebagai penafsir terhadap tanda yang ada di dalan objek. Dengan demikian proses produksi antara tanda, objek, dan intrepretannya sebagai penafsir menghasilkan suatu pemaknaan (Sobur,2004;xii-xiii).

Tokoh asal Amerika ini mengatakan, penafsiran terhadap tanda tidak akan berhenti dan terus berlanjut selama diantara tanda — tanda tersebut terdapat penafsir. Pierce menggunakan tanda (sign) yang merupakan representasi dari sesuatu di luar tanda yaitu objek dan dipahami oleh peserta komunikasi (interpretan). Ketiga unsur tersebut harus selalu ada, dengan demikian segala pertandaan apapun dapat ditafsirkan (Sobur.2004 ; 16).

Semiotika dalam pandangan Pierce mengemukakan mengenai proses komunikasi. Pada proses komunikasi terdapat komunikator, pesan, media atau saluran, komunikan dan efek. Pada karikatur Editorial Clekit edisi 3 November 2009 komunikatornya adalah karikarturis. Pesannya adalah karikatur, media Jawa


(18)

Pos sebagai saluran dan komunikannya adalah khalayak pembaca Jawa Pos. Efek yang diharapkan dari khalayak setelah membaca karikatur editorial ini adalah sikap kritis. Sikap kritis tersebut disadari atau tidak telah dipengaruhi oleh karikaturis melalui karikatur itu sendiri. Pengaruh yang diberikan oleh karikaturis berupa penggambaran tokoh yang dimunculkan dalam karikatur tersebut.

Pada Karikatur editorial Clekit 3 November 2009 diperlihatkan sosok seekor cicak yang berubah menjadi besar sebagai representasi dari pendukung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), cicak sendiri merupakan singkatan dari Cinta Indonesia Cinta Antikorupsi. Sedangkan buaya yang berukuran lebih kecil dalam karikatur tersebut sebagai representasi dari sosok POLRI (Kepolisian Republik Indonesia). Dari penggambaran yang demikian, memunculkan banyak pertayaan yang salah satunya mengapa POLRI digambarkan sebagai buaya berukuran lebih kecil ? Padahal POLRI sebagai lembaga tinggi negara mempunyai peran sebagai pengaman stabilitas dalam subuah negara, dengan demikian POLRI seharusnya merniliki kekuasaan yang cukup besar dalam menjaga stabilitas didalam negara.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu bentuk permasalahan, yaitu bagaimanakah pemaknaan gambar karikatur editorial clekit edisi 3 November 2009


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna karikatur dalam Editorial Clekit edisi 2 November 2009 berdasarkan teori segitiga makna.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Teoritis

Menambah, dan memperluas wawasan serta pengetahuan penulis tentang makna yang terkandung dalam karikatur dalam editorial clekit di harian Jawa Pos edisi 3 November 2009.

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa komunikasi yang membutuhkan referensi tentang semiotika. Khususnya tentang karikatur berdasarkan pemahaman teori segitiga makna.


(20)

10

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media Cetak

Perjalanan media hidup oleh kelembagaan media yang menetapkan peranan, tujuan, visi, sikap serta orientasi nilai bagi masyarakat. Dalam bahasa teknis jurnalistiknya, menetapkan dengan baik kebijakan editorial dan kebijakan perusahaannya, dari sana dihasilkan berita, komentar, dan opini. Para jurnalis atau wartawan bekerja dengan kompetensi profesional berdasarkan kode etik profesi dan kebijakan redaksi (Santana,2005:85).

Kehidupan media cetak juga ditentukan oleh "kondisi di mana ia hidup", yaitu sistem politik, sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan. "Dan Indonesia masih amatlah dekat dengan hal itu" tiap presiden punya aroma kekuasan tertentu. Di fase Soekarno yaitu orde lama dan Soeharto dengan orde baru misalnya: hubungan kekuasaan media punya represi yang berbeda - beda. Persmenghirup udara kebebasan (dengan "K") kepengapan, dan kekuasaan silih berganti. Intinya, setiap perubahan sistem politik akan merubah sistem pers, sekaligus dan serentak , sesuai kehendak penguasa (Sananta,2005:85).

Namun di sisi lain, sesuai dengan sifat media yang selalu kenyal, tak mau stagnan, media cetak berkembang di segala sisinya. Selain mengikuti waktu periodik terbitnya setiap pagi atau petang, terbit harian, mingguan, atau bulanan


(21)

dan sesekali menerbitkan edisi khusus, perwajahan surat kabar pun ikut mengadakan perubahan. Perubahan tersebut misalnya, perubahan ukuran pada kolom, gambar, tata letak, tata wajah dan perubahan pada bahasa penyajian dan gaya pelaporannya (Santana,2005:85).

2.1.1.1Surat kabar

"Setiap masyarakat membutuhkan berita," kata penulis Inggris Dame Rebecca West, "seperti orang membutuhkan mata, ia ingin tahu segala sesuatu yang terjadi." Tapi berita tidak selamanya demikian, menurut William Radolf Hearts salah satu tokoh penerbitan di Amerika punya sinisme. Berita, menurutnya ialah seseorang yang menghentikan sesuatu yang hendak dicetak, karena iklan Iebih penting (Santana,2005:86).

Dua hal tersebut menyertai perkembangan dunia persuratkabaran modern. Sejalan dengan daya rengkuhnya terhadap jutaan pembaca di berbagai belahan dunia, serta persaingannya dengan radio dan televisi. Teknologi elektronik yang memasok televisi hampir di setiap rumah, ikut mendorong perkembangan proses pencetakan surat kabar. Kehadiran televisi membuat kemunculan koran atau surat kabar dibagikan secara gratis (di negara — negota eropa dan amerika). Iklan telah menutup biaya produksi cetak ( Santana,2005:86).

Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain, karena kesegarannya, karakteristik headline-nya dan keanekaragaman liputan yang menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa. Hal ini terkait dengan kebutuhan pembaca, akan sisi menarik informasi yang ingin dibacanya dari surat kabar yang menjadi


(22)

langganannya. Walau demikian surat kabar bukan sekedar pelapor kisah — kisah human interest dari berbagai peristiwa (Santana,2005:85).

Pada abad ke-19, surat kabar independent pertama memberikan kontribusi signifikan bagi penyebaran keaksaraan —membuat khalayak keluar dari buta huruf dan berbagai konsep hak asasi manusia d6an kebebasan demokratis. Surat kabar terus menerus mengasah pandangan - pandangan ihwal "global village", perkampungan dunia di akhir abad ke-20. Setiap kejadian international terkait erat dengan kepentingan tiap orang di belahan dunia manapun ia berada. Setiap kisah tragedi perseorangan menjadi milik tiap orang untuk mempersoalkannya ke dalam drama persoalan internasional (Santana,2005:87).

Asumsinya, setiap orang memiliki hak untuk mengetahui segala pernak — pernik kejadian. Karena dari bekal informasi itulah setiap orang dapat turut urun - rembug – berpartisipasi - dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mendapatkan kepastian informasi dan kemampuan urun — rembug tersebut, tiap orang nnembutuhkan wartawan surat kabar yang bertugas sebagai wakil masyarakat untuk mencari dan memberi tahu tentang segala peristiwa yang terjadi dan dibutuhkan masyarakat. Pada sisi inilah, mengapa wartawan memiliki hak untuk "tahu" pada segala informasi publik, dan diberi keleluasaan untuk mencari ke mana pun informasi itu berada. Sebab, wartawan bertanggung jawab pada kebutuhan masyarakat akan informasi yang ada di lingkungannya (Santana,2005:87).

Surat kabar harian sendiri terbit untuk mewadahi keperluan tersebut. Informasi menjadi instrumen penting dari masyarakat industri. Maka itulah, surat


(23)

kabar harian bisa disebut sebagai produk dari industri masyarakat. Di samping itu, dalam bentuknya yang independen (dalam kerandirian), surat kabar biasanya integral dengan perkembangan paham demokrasi di sebuah masyarakat. Hal itu bisa terlihat dari kondisi kebebasan pers yang terdapat pada suatu masyarakat, dan tingkat keaksaraan membuat khalayak keluar dari buta huruf masyarakat (Santana,2005:87).

Perkembangan surat kabar sendiri menurut ENCYCLOPEDIA BRITANNICA bisa dilihat dari tiga fase :

1. Fase pelopor yang mengawali penerbitan surat kabar yang muncul secara

sporadis, dan secara gradual kemudian menjadi penerbitan yang regular, teratur waktu terbit dan materi pemberitaannya, serta khalayak pembacanya. Berbagai surat kabar, ketika awal terbit di masyarakat belum benar - benar memahami fungsi media; ditambah kesulitan membaca huruf - huruf berita cetak karena keterbiasaan retorika oral jadi penghubung antar individu sosial. Namun, perkembangan masyarakat akhirnya membuat pertumbuhan surat kabar menjadi institusi penerbitan mapan yang diakui masyarakat.

2. Pertumbuhan kemapanan jurnal — jurnal reguler yang masih rentan terhadap berbagai tekanan masyarakat. Sistem otokrasi yang masih menguasai masyarakat membuat surat kabar kerap ditekan kebebasan menyampaikan laporan pemberitannya. Penyensoran terhadap berbagai subjek materi informasinya kerap diterima surat kabar. Setiap pendirian surat kabar mesti memiliki izin lisensi pihak yang berkuasa. Semua itu akhirnya mengurangi independensisurat kabar sebagi instrument media informasi.


(24)

3. Masa penyensoran telah tiada namun berganti dengan berbagi bentukkan pengendalian. Kebebasan pers telah memang telah diperoleh, berbagai pemberitaan sudah leluasa disampaikan. Akan tetapi, sistem kapitalisasi industri masyarakat kerap jadi pengontrol. Ini dilakukan antara lain melalui pengenaan pajak, penyuapan, dan sanksi hukum yang dilakukan kepada berbagai media dan pelaku — pelakunya (Santana,2005:87-88).

2.1.1.2Kartun Editorial

Kartun Editorial adalah kolom visual sindiran di media massa yang mengomentari berita dan isu yang sedang ramai dibicarakan masyarakat, karena pengaruhnya -yang signifikan. Sebagai editorial visual, karikatur mencerminkan kebijakan dan garis politik dan ideologi media yang memuatnya (Oetama.2001,158).

Dalam kebanyakan surat kabar Indonesia penulis tajuk dan pojok sering bergantian. Sebaliknya pengisi kartikatur jelas nama dan sosoknya. Karikatur, prosesnya karya kreatif, tetapi barangkali juga bentuk dan sosoknya akhirnya merupakan karya kreasi interaktif. Interaktif kedalam, yakni dengan sesama rekan wartawan, interaktif dengan visi daze nilai bersama lembaga. Interaktif keluar, dengan lingkungan luar, masyarakat, negara, ,Juga dengan pemerintah. Sekalipun prosesnya kreasinya interaktif, bahkan tidak pula dapat dilepaskan dari institusi surat kabar yang merupakan panggungnya, bobot pribadi wartawan hadir kuat dan karena hal itu sang karikaturis menjadi terkenal (Oetama,200I ;159).


(25)

Sejak awal abad ke-18, karikatur dan kartun dikenal sebagai lahan kreatif seniman dan karena sejak semula dimuat di penerbitan, maka karikatur bisa diperdebatkan karena sifatnya yang kritis, menusuk, cerdas, dan tentunya lucu. Sedangkan terdapat pertanyaan antara beda kartun dan karikatur. Maka dapat dijelaskan bahwa karikatur lebih mengarah pada sosok tokoh. Sedangkan kartun Iebih pada kejadian atau persoalan. Acapkali pada kartun, kita melihat semacam summing up, semacam kepadatan dari sosok, peristiwa atau permasalahan. Deskripsi panjang lebar sudah dibaca pada berita, komentar, artikel, dan foto. Namun ketika dijumpai sebuah karikatur, aktualitas dan kepadatan peristiwa dan permasalahan itu, terasa sangat intensif dan mengejutkan (Oetama.2001;160).

Karikaturis atau kartunis dapat dikategorikan sebagai wartawan. Tentu bukan karena karya mereka dimuat di pentas surat kabar, namun karena karya mereka aktual, seperti wartawan lainnya. Karyanya berupa opini atau komentar, yaitu komentar mengenai sosok pribadi seseorang, kejadian atau permasalahan yang aktual, yang sedang berlangsung, yang sedang menjadi pembicaraan, perhatian dan kerisauan banyak pihak. Sosok pribadi maupun kejadian menjadi lahan pemberitaan seperti komentar atau opini, artikel, pojok dan foto - foto jurnalistik juga menjadi lahan bagi karikaturis. Dengan demikianlah maka karikaturis dapat dikategorikan sama dengan wartawan umumnya, hanya karyanya saja berupa humor visual (Oetama.2001;160).

Kelebihan kartun atau karikatur opini adalah visual, padat, berunsur satir, ada nilai kejelian, kecenderungan berlebihan, mengemukakan atau mengeksploitasi segi - segi tertentu yang , khas dan menarik. Ada unsur kritik,


(26)

memperolok, mengajak bercanda, dan bila berhasil ada faktor kejutan, sesuatu yang oleh kebanyakan orang tidak terbayangkan (Oetama.2001;160).

2.1.1.3Kartun atau karikatur

Kartun adalah gambar lucu yang melukiskan kejadian - kejadian (biasanya politik) mutakhir dari suatu pemerintahan atau perilaku kebijakan pejabat negara (Hornby,1961:57 dalam Suhandang,2004:158-159). Dalam gambar tersebut biasanya karikatur memuat gambar tiruan dan tokoh - tokoh yang terlibat dalam peristiwa yang di-kartun-kan itu. Dalam hal ini karikatur dibuat untuk melukiskan ucapan, perilaku, atau rupa yang menekankan ciri khas orang atau tokoh yang disindirnya, sehingga memancing cemoohan pembaca. dari gambar kartun yang dimaksud seseorang dapat memperoleh opini sarat kabar yang bersangkutan dalam bentuk grafis (Suhandang,2004:159)

Kartun menurut Imam Buchori Zainuddin, adalah gambar yang melukiskan adegan tentang perilaku manusia dengan berbagai kiprahnya dalam kehidupan sosial, baik yang diungkapkan secara simbolis atau representasional dengan cara - cara humor, atau cara - cara satiris. Sastrawan Jerman, Erich Kaestner menilai kartun memiliki daya ekspresi yang luar biasa. Sebagai sarana nonaksara, Kaestner menganggap kartun memiliki unsur cerpen (Panuju,2005:85). Sedangkan definisi karikatur menurut Junaedhie berbunyi karikatur adalah gambar kartun yang menggambarkan atau memiripkan subjeknya dengan gaya satiris atau mengolok - olok. Subjeknya bisa gaya seseorang atau tindakan seseorang (Panuju,2005:85). Sedangkan karikatur sendiri adalah produk suatu


(27)

keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi, referensi, bacaan, maupun bagaimana ia memilih topik yang tepat. Karena itu, seseorang bisa mendeteksi tingkat intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. selain itu seorang karikaturis dapat dinilai dari caranya mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur,2004:140).

Penggambaran suara (onomatopetica) merupakan unsur penting dalam bahasa kartun. Teks ini menirukan suara atau gerak yang selama ini tidak mungkin dituliskan, seperti pedang beradu, gerimis, binatang yang tidak ada dalam kamus mengaum, dada kena tinju dan sebagainya (Sobur,2004:141).

Dalam era gambar - minded banyak pembaca yang merasa kekurangan waktu untuk membaca uraian tajuk dan justru sangat gembira serta merasa meperoleh cukup waktu untuk istirahat dengan menikmati karikatur yang disuguhkan dalam halaman tajuk surat kabarnya. Bertahun - tahun karikatur telah mengembankan kekuatannya dalam membentuk opini publik (Suhandang,2004:159).

Benyamin Franklin, seorang pembaharu jurnalistik adalah orang pertama yang menerbitkan sketsa "kerjasama atau mati". sketsa tersebut menggambarkan ukiran kayu yang berbentuk seekor ular dipotong menjadi delapan bagian, dan tiap bagiannya melukiskan kelompok masyarakat pesisir. Kartunis Inggris, David Lowe dan kartunis Amerika Bill Mauldin mengatakan bahwa karikatur menyimpan kekuatan sebagai jenis tajuk yang efektif. Setiap tahun penghargaan bidang jurnalistik yang disebut Pulitzer diberikan kepada kartun terkemuka di


(28)

dunia. Kriteria yang disyaratkan oleh komisi adalah "kartun harus mewujudkan suatu ide yang nyata, memperlihatkan gambar yang bagus, dan memiliki efek gambar yang membongkar, serta memberi pertolongan dalam memecahkan masalah yang dihadapi publik." (Suhandang,2004:159).

Kartun -juga karikatur- menjadi sebagai sesuatu yang unik, multifungsi, dan heterogen. Jean Ramnicianu (1996) mengatakan bahwa seni kartun dan karikatur adalah seni yang sulit, kejam, berbahaya, sekaligus bermanfaat. Disebut sulit karena jenis seni ini menuntut sang seniman untuk mencari kekurangan dan kebutaan suatu masyarakat yang notabene dia sendiri merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Kejam, karena tawa (menertawakan orang lain) seolah - olah tawa bukan manifestasi kesenangan belaka, melainkan pertahanan melawan kepedihan. Berbahaya, karena menghina atau berkomentar secara tajam, namun disini karikatur adalah cara terbaik dan mudah dipahami atas sesuatu yang tidak normal di masyarakat (Suhandang,2004:145).

Besarnya fungsi kartun di media sebagai kontrol sosial, maka harian Jawa Pos menyediakan kolom khusus untuk memperkuat opini. Kolom ini digunakan untuk segala permasalahan yang sedang hangat diperdebatkan dalam masyarakat umum ataupun pada strata elit politik. Opini ini biasa dibuat dalam bentuk artikel, seperti tajuk rencana, dan gambar karikatur. Karikatur di harian Jawa Pos dimuat setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu dan biasa disebut clekit.

(http: //www.jawapos.co.id/cv/l.html/230208.

Clekit merupakan opini redaksi Jawa Pos yang dituangkan dalam bentuk gambar karikatur yang membahas beragam permasalahan masyarakat seperti


(29)

masalah sosial, politik, ekonomi, pertahanan, keamanan, dan lain - lain. Isi pesan dari gambar kartun ataupun karikatur biasanya ditujukan untuk mengkritik kebijakan atau langkah pemerintah atau lembaga lain terkait usaha atau tindakan yang dilakukan lembaga - lembaga tersebut. Opini yang dibuat merupakan opini yang sifatnya membangun. Tujuan redaksi Jawa Pos memberikan kritik agar terjadi perubahan ke arah perbaikan bersama.

(http://www.jawapos co.id/cv/l.html/230208)

2.1.2 Korupsi di Indonesia

Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak

orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan

sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antar negara, Indonesia selalu menempati posisi paling rendah.

Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan

korupsi di Indonesia. Namun hingga kini pemberantasan korupsi di

Indonesia belum menunjukkan titik terang melihat peringkat Indonesia dalam perbandingan korupsi antar negara yang tetap rendah. Hal ini juga ditunjukkan dari banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia.

Pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dibagi dalam 3 periode, yaitu pada masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.


(30)

Orde Lama

Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960

Antara 1951 - 1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti Indonesia Raya yang dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan dugaan korupsi Ruslan Abdulgani menyebabkan koran tersebut kemudian di bredel. Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah peristiwa kegagalan pemberantasan

korupsi yang pertama di Indonesia, dimana atas intervensi PM Ali

Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal ditangkap

oleh Polisi Militer. Sebelumnya Lie Hok Thay mengaku memberikan satu

setengah juta rupiah kepada Ruslan Abdulgani, yang diperoleh dari ongkos cetak kartu suara pemilu. Dalam kasus tersebut mantan Menteri Penerangan kabinet Burhanuddin Harahap (kabinet sebelumnya), Syamsudin Sutan Makmur, dan Direktur Percetakan Negara, Pieter de Queljoe berhasil ditangkap.

Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar justru kemudian dipenjara tahun 1961 karena dianggap sebagai lawan politik Sukarno.

Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda dan asing di Indonesia tahun 1958 dipandang sebagai titik awal berkembangnya korupsi di Indonesia. Upaya Jenderal AH Nasution mencegah kekacauan dengan menempatkan perusahaan-perusahaan hasil nasionalisasi di bawah Penguasa Darurat Militer justru melahirkan korupsi di tubuh TNI.

Jenderal Nasution sempat memimpin tim pemberantasan korupsi pada masa ini, namun kurang berhasil. Pertamina adalah suatu organisasi yang merupakan lahan korupsi paling subur. Kolonel Soeharto, panglima Diponegoro saat itu, yang


(31)

diduga terlibat dalam kasus korupsi gula, diperiksa oleh Mayjen Suprapto, S Parman,MT Haryono, dan Sutoyo dari Markas Besar Angkatan Darat. Sebagai hasilnya, jabatan panglima Diponegoro diganti oleh Letkol Pranoto, Kepala Staffnya. Proses hukum Suharto saat itu dihentikan oleh Mayjen Gatot Subroto, yang kemudian mengirim Suharto ke Seskoad diBandung. Kasus ini membuat DI Panjaitan menolak pencalonan Suharto menjadi ketua Senat Seskoad.

Orde Baru

Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971

Korupsi orde baru dimulai dari penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis.

Reformasi

Dasar Hukum: UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001

Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa institusi: 1. Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi)

2. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) 3. Kepolisian

4. Kejaksaan 5. BPKP

6. Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa (mis: ICW) (http://www.kpk.go.id/modules/news/index.php?storytopic=4)


(32)

2.1.2.1Komisi Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah

komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi,

menanggulangi dan memberantas korupsidi Indonesia. Komisi ini didirikan

berdasarkan kepada Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Visi dan misi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Visi

Mewujudkan Lembaga yang Mampu Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Korupsi

Misi

- Pendobrak dan Pendorong Indonesia yang Bebas dari Korupsi - Menjadi Pemimpin dan Penggerak Perubahan untuk Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Korupsi

(http://www.kpk.go.id/modules/edito/content.php?id=1)

Sejarah Pemberantasan Korupsi di Indonesia Orde Lama

Kabinet Djuanda

Di masa Orde Lama, tercatat dua kali dibentuk badan pemberantasan


(33)

Bahaya, lembaga ini disebut Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran). Badan

ini dipimpin oleh A.H. Nasution dan dibantu oleh dua orang anggota,

yakni Profesor M. Yamin dan Roeslan Abdulgani. Kepada Paran inilah semua pejabat harus menyampaikan data mengenai pejabat tersebut dalam bentuk isian formulir yang disediakan. Mudah ditebak, model perlawanan para pejabat yang korup pada saat itu adalah bereaksi keras dengan dalih yuridis bahwa dengan doktrin pertanggungjawaban secara langsung kepada Presiden, formulir itu tidak diserahkan kepada Paran, tapi langsung kepada Presiden. Diimbuhi dengan kekacauan politik, Paran berakhir tragis, deadlock, dan akhirnya menyerahkan kembali pelaksanaan tugasnya kepada Kabinet Djuanda.

Operasi Budhi

Pada 1963, melalui Keputusan Presiden No. 275 Tahun 1963, pemerintah menunjuk lagi A.H. Nasution, yang saat itu menjabat sebagaiMenteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kasab, dibantu oleh Wiryono Prodjodikusumo dengan lembaga baru yang lebih dikenal dengan Operasi Budhi. Kali ini dengan tugas yang lebih berat, yakni menyeret pelaku korupsi ke pengadilan dengan sasaran utama perusahaan-perusahaan negara serta lembaga-lembaga negara lainnya yang dianggap rawan praktek korupsi dan kolusi.

Lagi-lagi alasan politis menyebabkan kemandekan, seperti Direktur Utama Pertamina yang tugas ke luar negeri dan direksi lainnya menolak karena belum ada surat tugas dari atasan, menjadi penghalang efektivitas lembaga ini. Operasi ini juga berakhir, meski berhasil menyelamatkan keuangan negara


(34)

kurang-lebih Rp 11 miliar. Operasi Budhi ini dihentikan dengan pengumuman pembubarannya olehSoebandrio kemudian diganti menjadi Komando Tertinggi Retooling Aparat Revolusi (Kontrar) dengan Presiden Soekarno menjadi ketuanya

serta dibantu oleh Soebandrio dan Letjen Ahmad Yani. Bohari pada

tahun 2001 mencatatkan bahwa seiring dengan lahirnya lembaga ini,

pemberantasan korupsi di masa Orde Lama pun kembali masuk ke jalur lambat, bahkan macet.

Orde Baru

Pada masa awal Orde Baru, melalui pidato kenegaraan pada 16

Agustus 1967, Soeharto terang-terangan mengkritik Orde Lama, yang tidak mampu memberantas korupsi dalam hubungan dengan demokrasi yang terpusat ke istana. Pidato itu seakan memberi harapan besar seiring dengan dibentuknya Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), yang diketuai Jaksa Agung. Namun, ternyata ketidakseriusan TPK mulai dipertanyakan dan berujung pada kebijakan Soeharto untuk menunjuk Komite Empat beranggotakan tokoh-tokoh tua yang dianggap bersih dan berwibawa, seperti Prof Johannes, I.J. Kasimo, Mr Wilopo, dan A. Tjokroaminoto, dengan tugas utama membersihkan Departemen Agama, Bulog, CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, Pertamina, dan lain-lain.

Empat tokoh bersih ini jadi tanpa taji ketika hasil temuan atas kasus korupsi di Pertamina, misalnya, sama sekali tidak digubris oleh pemerintah. Lemahnya posisi komite ini pun menjadi alasan utama. Kemudian, ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib, dibentuklah Operasi Tertib (Opstib)


(35)

dengan tugas antara lain juga memberantas korupsi. Perselisihan pendapat mengenai metode pemberantasan korupsi yang bottom up atau top down di kalangan pemberantas korupsi itu sendiri cenderung semakin melemahkan pemberantasan korupsi, sehingga Opstib pun hilang seiring dengan makin menguatnya kedudukan para koruptor di singgasana Orde Baru.

Era Reformasi

Di era reformasi, usaha pemberantasan korupsi dimulai oleh B.J.

Habibie dengan mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru, seperti Komisi

Pengawas Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN), KPPU, atau

Lembaga Ombudsman. Presiden berikutnya, Abdurrahman Wahid,

membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2000. Namun, di tengah semangat menggebu-gebu untuk memberantas korupsi dari anggota tim ini, melalui suatu judicial review Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya dibubarkan dengan logika membenturkannya ke UU Nomor 31 Tahun 1999. Nasib serupa tapi tak sama dialami oleh KPKPN, dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi, tugas KPKPN melebur masuk ke dalam KPK, sehingga KPKPN sendiri hilang dan menguap. Artinya, KPK-lah lembaga pemberantasan korupsi terbaru yang masih eksis.


(36)

KPK dibawah Taufiequrachman Ruki (2003 – 2007)

Pada tanggal 16 Desember 2003, Taufiequrachman Ruki, seorang

alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1971, dilantik menjadi Ketua KPK. Di bawah kepemimpinan Taufiequrachman Ruki, KPK hendak memposisikan dirinya sebagai katalisator (pemicu) bagi aparat dan institusi lain untuk terciptanya jalannya sebuah "good and clean governance" (pemerintahan baik dan bersih) di Republik Indonesia. Sebagai seorang mantan Anggota DPR RI dari tahun 1992 sampai 2001, Taufiequrachman walaupun konsisten mendapat kritik dari berbagai pihak tentang dugaan tebang pilih pemberantasan korupsi.

Menurut Taufiequrachman Ruki, pemberantasan korupsi tidak hanya mengenai bagaimana menangkap dan memidanakan pelaku tindak pidana korupsi, tapi juga bagaimana mencegah tindak pidana korupsi agar tidak terulang pada masa yang akan datang melalui pendidikan antikorupsi, kampanye antikorupsi dan adanya contoh "island of integrity" (daerah contoh yang bebas korupsi).

Pernyataan Taufiequrachman mengacu pada definisi korupsi yang

dinyatakan dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001.

Menurutnya, tindakan preventif (pencegahan) dan represif (pengekangan) ini dilakukan dengan "memposisikan KPK sebagai katalisator (trigger) bagi aparat atau institusi lain agar tercipta good and clean governance dengan pilar utama transparansi, partisipasi dan akuntabilitas".

Taufiequrachman mengemukakan data hasil survei Transparency

Internasional mengenai penilaian masyarakat bisnis dunia terhadap pelayanan publik di Indonesia. Hasil survei itu memberikan nilai IPK (Indeks Persepsi


(37)

Korupsi) sebesar 2,2 kepada Indonesia. Nilai tersebut menempatkan Indonesia pada urutan 137 dari 159 negara tersurvei. Survei Transparency International Indonesia berkesimpulan bahwa lembaga yang harus dibersihkan menurut responden, adalah: lembaga peradilan (27%), perpajakan (17%), kepolisian (11%), DPRD (10%), kementerian/departemen (9%), bea dan cukai (7%), BUMN (5%), lembaga pendidikan (4%), perijinan (3%), dan pekerjaan umum (2%).

Lebih lanjut disampaikan, survei terbaru Transparency International yaitu "Barometer Korupsi Global", menempatkan partai politik di Indonesia sebagai institusi terkorup dengan nilai 4,2 (dengan rentang penilaian 1-5, 5 untuk yang terkorup). Masih berangkat dari data tersebut, di Asia, Indonesia menduduki prestasi sebagai negara terkorup dengan skor 9.25 (terkorup 10) di atas India (8,9), Vietnam (8,67), Filipina (8,33) danThailand (7,33).

Dengan adanya data tersebut, terukur bahwa keberadaan korupsi di Indonesia telah membudaya baik secara sistemik dan endemik. Maka Taufiequrachman berasumsi bahwa kunci utama dalam pemberantasan korupsi adalah integritas yang akan mencegah manusia dari perbuatan tercela, entah itu "corruption by needs" (korupsi karena kebutuhan), "corruption by greeds" (korupsi karena keserakahan) atau "corruption by opportunities" (korupsi karena kesempatan). Taufiequrachman juga menyampaikan bahwa pembudayaan etika dan integritas antikorupsi harus melalui proses yang tidak mudah, sehingga dibutuhkan adanya peran pemimpin sebagai teladan dengan melibatkan institusi keluarga, pemerintah, organisasi masyarakat dan organisasi bisnis.


(38)

Pada tahun 2007 Taufiequrachman Ruki digantikan oleh Antasari Azhar sebagai Ketua KPK.

(http://www.kpk.go.id/modules/commissioners/)

KPK dibawah Antasari Azhar (2007 – 2009)

Antasari menghabiskan masa kecilnya di Belitung. Baru setelah

menamatkan pendidikan SD-nya pada tahun 1965, dia melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Jakarta sampai lulus pada tahun 1971. Dia melanjutkan pendidikannya dengan masuk Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Jurusan Tata Negara dan menamatkannya pada tahun 1981. Pada saat kuliah Antasari sangat aktif berorganisasi. Ia menjadi Ketua Senat Mahasiswa dan Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa. Bahkan dia dengan bangga mengakui bahwa dirinya adalah bekas demonstran pada tahun 1978. Selain pendidikan formal tersebut, selama dalam karir kejaksaannya, Antasari juga mengikuti sejumlah kursus di antaranya: Commercial Law di New South Wales University Sydney dan Investigation for environment law, EPA, Melbourne.

Antasari memulai karirnya dengan bekerja di BPHN Departemen Kehakiman (1981-1985). Keinginannya menjadi seorang diplomat pun akhirnya berganti setelah dia diterima menjadi jaksa fungsional di Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat yang dijalaninya dari tahun 1985 sampai 1989. Keinginannya untuk tidak pernah berhenti belajar membuat karirnya semakin meningkat. Tercatat setelah itu, dia menjadi Jaksa Fungsional di Kejaksaan Negeri Tanjung Pinang (1989-1992), Kasi Penyidikan Korupsi Kejaksaan Tinggi Lampung (1992-1994)


(39)

dan kemudian Kasi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Jakarta Barat (1994-1996). Antasari mulai merasakan posisi puncak dengan menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Baturaja (1997-1999).

Setelah itu ia mulai berkarir di jajaran Kejaksaan Agung. Tahun 1999, ia menjadi Kasubdit upaya hukum pidana khusus Kejaksaan Agung, Kasubdit Penyidikan Pidana khusus Kejaksaan Agung (1999-2000) dan terakhir Kepala bidang hubungan media massa Kejaksaan Agung (2000).

Namun sebenarnya jabatannya saat menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan (2000-2007) yang membuat namanya pertama kali dikenal secara luas di publik. Pada saat itu dia gagal mengeksekusi Tommy Soeharto begitu putusan MA turun. Ketika eksekusi paksa hendak dilakukan setelah panggilan pada siang harinya tidak berhasil, Tommy sudah tidak ada lagi di Cendana. Kejadian tersebut memunculkan kesan di masyarakat kesan kalau Antasari sengaja mengulur-ulur waktu eksekusi.

Kontroversi itu tidak menghalangi pengangkatannya menjadi Ketua KPK setelah berhasil mengungguli calon lainnya yaitu Chandra M. Hamzahdengan memperoleh 41 suara dalam pemungutan suara yang dilangsungkan Komisi III DPR. Kiprahnya sebagai Ketua KPK langsung mencuri perhatian setelah KPK mebuat gebrakan di antaranya menangkap Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani dalam kaitan penyuapan kasusBLBI Syamsul Nursalim. Kemudian juga penangkapan Al Amin Nur Nasution dalam kasus persetujuan pelepasan kawasan hutan lindung Tanjung Pantai Air Telang, Sumatera Selatan.


(40)

Mengenai kasus pidana, Antasari diduga bekerja sama dengan pengusaha Sigid Haryo Wibisono untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen , direktur PT Rajawali Putra Banjaran dengan alasan yang belum jelas. Meski Antasari menolak semua tuduhan termasuk bahwa perselingkuhan menjadi motif utama pembunuhan itu dan mengaku tetap setia pada Ida Laksmiwati yang telah menjadi istrinya selama 26 tahun, tetapi statusnya sebagai tersangka membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 4 Mei 2009 memberhentikannya sementara dari jabatannya sebagai ketua KPK. Antasari pun bisa terancam hukuman mati jika benar-benar terbukti sebagai otak dari pembunuhan berencana ini.

(http://www.kpk.go.id/modules/commissioners/)

2.1.2.2Konfrontasi Cicak dan Buaya

Konfrontasi Cicak dan Buaya merupakan timbunan rasa ketidak kepuasan

serta rasa ketidak percayaanterhadap bagian administrasi publik lembaga

penegakan hukum di Indonesia yakni Kejaksaan danKepolisian yang

dipersonifikasi sebagai buayasedangkan pihak yang berlawanan menyebut

dirinya sebagaicicak, kedua personifikasi ini diciptakan oleh Susno Duadji ketika diwawancarai oleh majalah Tempo tercetak pada edisi 20/XXXVIII 06 Juli 2009

dengan mengatakan cicak kok mau melawan buaya… sebagai

personifikasiKPK sebagai cicak sementara Kepolisian sebagai buaya dan dalam perkembangan selanjutnya buaya berubah menjadi pengganti tikus yang dahulu diidentikkan dengan para pelaku korupsi.


(41)

(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/07/06/LU/mbm.20090706.LU1 30792.id.html)

Latar belakang Bermula pada kasus Antasari Azhar beberapa kalangan mulai merasakan bahwa KPK mulai digembosi oleh berbagai pihak dengan mulai menyudutkan KPK antara lain pernyatakan Ahmad Fauzi seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta agar KPK dibubarkan saja, Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta KPK agar libur saja dan tidak mengambil keputusan atau melakukan memproses penyelidikan korupsi sehubungan status salah satu ketuanya dalam hal ini Antasari Azhar, pada 24 Juni 2009, Susilo Bambang Yudhoyono ikut mengatakan bahwa KPK power must not go uncheck. KPK ini sudah power holder yang luar biasa diikuti pula pernyataan Susno Duadji yang mengatakan bahwa ibaratnya, polisi buaya KPK cicak. Cicak (KPK) kok melawan buaya (Polisi), dan pernyataan Dewi Asmara, Ketua Panitia Khusus RUU Pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor) mengatakan bahwa tidak akan

meminta pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang

undang (perppu) jika RUU Pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor) gagal disahkan maka peradilan tindak pidana korupsi (tipikor) akan dikembalikan ke Pengadilan Umum atau pengadilan Tipikor akan dikembalikan ke pengadilan umum padahal masa sidang yang tersisa sampai dengan 30 September 2009 atau sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 012-016-019/PUU-IV/2006 setelah tenggat waktu jatuh pada 19 Desember 2009 pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor) akan bubar dengan sendirinya dan peradilan tindak pidana korupsi (tipikor) akan dikembalikan ke pengadilan umum.


(42)

Pernyataan Susno Duadji, Komjen Pol, Kabareskrim Mabes Polri bahwa ...cicak kok mau melawan buaya...." merupakan pemantik konfrontasi setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dituduh melakukan penyadapan terhadap telepon seluler Susno Duadji yang terindikasi dengan isu uang Rp 10.000.000.000 dan terdapat kaitan atas penanganan kasus Bank Century, sedangkan dari pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjawab bahwasistem penyadapan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lawful interception. Itu digunakan untuk penegakan hukum dan kalau merasa ada yang tersadap dan punya masalah dengan itu, datang saja ke

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).... dan berkaitan dengan kasus Bank Century, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) baru akan melakukan proses penyelidikan setelah adanya hasil audit Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) sedangkan usulan Hak Angket Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) yang berkaitan dengan Bank Century yang diajukan oleh sejumlah anggota secara resmi akan dibahas di Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tanggal 1 Desember 2009.

(http://www.mediaindonesia.com/read/2009/11/19/106814/16/1/Nasib-Angket-Century-Ditentukan-Paripurna-1-Desember)

2.1.2.3Cinta Indonesia Cinta Anti Korupsi

Gerakan Cinta Indonesia Cinta Komisi Pemberantasan Korupsi atau

disingkat CICAK kemudian berubah menjadi Cinta Indonesia Cinta Anti


(43)

CICAK - Cinta Indonesia Cinta KPK (bahasa Inggris: Declaration in Support of the Corruption Eradication Commission (KPK) pada tanggal 12 Juli 2009 bertempat di Tugu Proklamasi adalah sebuah koalisi dari organisasi-organisasi terdiri dari Indonesia Corruption Watch, Transparency International

Indonesia, Lembaga Bantuan Hukum, Konsorsium Reformasi Hukum

Nasional, Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia, Lembaga Bantuan Hukum, Pusat Kajian Antikorupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah

Mada, Kemitraan, Aliansi Jurnalis Independen dan kemudian diikuti oleh

masyarakat perorangan.

(http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/07/12/brk,20090712-186672,id.html)

Sejarah Penggunaan kata cicakdiciptakan oleh Susno Duadji saat

melakukan wawancara khusus dengan majalah Tempo (Tempo edisi 6-12 Juli 2009}, Susno Duadji yang menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Polri dalam

wawancara tersebut mengumpamakan Komisi Pemberantasan

Korupsi bagaikan cicak yang berani-beraninya menyadap telepon polisi yang diistilahkan sebagai ”buaya” ucapan dalam wawancara itu berbunyi Cicak kok melawan buaya.

(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/07/06/LU/mbm.20090706.LU1 30792.id.html)

Munculnya gerakan masyarakat dikarenakan Pendirian CICAK yang saat itu

bertepatan sedang adanya pembahasan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi


(44)

012-016-019/PUU-IV/2006 yang memutuskan agar Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)untuk segera menyusun secara tersendiri Undang Undang Pengadilan Tipikor selambat-lambatnya dalam waktu tiga tahun dan tenggat

waktu jatuh pada 19 Desember 2009 oleh karena itu Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Pemerintah hasil pemilu tahun 2004 didesak harus segera menyelesaikannya dalam masa persidangan tahun 2009 karena Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) masa bakti 2004 - 2009 akan berakhir pada tanggal 1 Oktober 2009 sedangkan nasib RUU Pengadilan Tipikor masih dalam bahasan oleh Panitia Khusus (Pansus) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terdiri dari lima puluh anggota setelah Pemilu 2009 anggota pansus yang tersisa menjadi duapuluh orang yang terpilih kembali melalui Pemilu 2009 dengan masa sidang yang tersisa adalah dari 14 Agustus 2009 sampai dengan 30 September 2009 atau secara otomatis pengadilan tipikor bubar setelah 19 Desember 2009 karena ada

anggapan berupa kekhawatiran bahwa Dewan Perwakilan Rakyat(DPR)

dan Pemerintah hasil Pemilu tahun 2009 tidak cukup waktu untuk menyelesaikan

pembahasan RUU Tipikoratau karena terdapat kemungkinan akan dapat

dilakukan pembahasan ulang dari awal oleh para anggota pansus Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) yang berasal dari hasil Pemilu 2009 walaupun terdapat usulan dapat diselesaikan dengan dikeluarkan perppu oleh presiden.

(http://nasional.kompas.com/read/2009/09/14/18482918/presiden.didesak.ke luarkan.perppu.pengadilan.tipikor)

Dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi


(45)

Rakyat (DPR)mengenai syarat filosofis perancangan undang-undang RUU Pengadilan Tipikor yang berlarut-larut dan tak kunjung selesai bahkan dalam masa persidangan tersebut malah muncul adanya wancana untuk pembubaran lembaga Pengadilan Tipikor sampai dengan pemisahan antara penyidikan dengan penuntutan dan bagi pelapor korupsi bisa ikut dipidana bahkan Indonesia Corruption Watch(ICW) melalui Koordinator Divisi Hukum ICW membuat press release mengenai poin-poin kekhawatiran atas pasal-pasal krusial yang justru mengancam pemberantasan korupsi dan kemudian bermunculan isu-isu mengenai adanya dugaan pelemahkan pemberantasan korupsi di Indonesia dalam hal ini kepada KPK.

(http://nasional.kompas.com/read/2009/11/12/05055065/Dugaan.Pelemahan.KPK. Semakin.Kuat)

Hendarman Supadji, Jaksa Agung memastikan bahwa persidangan kasus korupsi di daerah tetap akan dilakukan di pengadilan umum sebelum dibangunnya

tujuh pengadilan korupsi di ibu kota provinsi yang mendapat tanggapan

dari Tumpak Hatorangan Panggabean, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahwa UU Pengadilan Tipikor akan dapat menghambat proses peradilan korupsi disebabkan tidak semua perkara korupsi bisa di sidang di Jakarta

(http://www.detiknews.com/read/2009/11/05/012534/1235398/10/tumpak-uu-pengadilan-tipikor-hambat-kpk)

Undang-Undang Pengadilan Tipikor akhirnya disahkan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal 29 September 2009 pukul


(46)

tindakan pemberantasan korupsi antara lain pada pasal 1 (4), pasal 26 (3) tentang Komposisi Hakim Pengadilan Tipikor, pasal 28 (1) tentang Penyadapan dan pasal 35 (4) tentang Pembentukan Pengadilan Tipikor.

(http://www.detiknews.com/read/2009/09/29/173935/1211326/10/tanpa-interupsi-ruu-pengadilan-tipikor-disahkan-dpr)

Teks deklarasi Cinta Indonesia Cinta KPK Korupsi adalah kejahatan luar biasa yang telah merampas hak asasi rakyat Indonesia dan merendahkan martabat bangsa; KPK merupakan harapan utama rakyat untuk memberantas korupsi; KPK telah menjadi ujung tombak yang efektif dalam memerangi korupsi yang mengakar di negeri ini Namun, saat ini banyak pihak berusaha mematikan dan melemahkan KPK. Serangan terhadap KPK adalah serangan terhadap kita semua dan kehancuran KPK adalah kehancuran kita semua. Karena itu, pada hari ini Minggu 12 Juli 2009. Kami, Gerakan Cinta Indonesia Cinta KPK: Bertekad mendukung serta mempertahankan KPK demi kelanjutan perang terhadap korupsi. Mengecam semua pihak yang ingin melemahkan dan mematikan KPK Jakarta, 12 Juli 2009 CICAK Cinta Indonesia Cinta KPK

(http://cicak.or.id/baca/2009/11/04/teks-deklarasi-gerakan-cicak.html)

2.1.3 Cecak

Cecak atau cicak adalah hewan reptil yang biasa merayap di dinding atau pohon. Cecak berwarna abu-abu, tetapi ada pula yang berwarna coklat


(47)

kehitam-hitaman. Cecak biasanya berukuran sekitar 10 centimeter. Cecak bersama dengan tokek dan sebangsa nya tergolong ke dalam suku Gekkonidae.

Etimologi Diperkirakan kata 'cecak' berasal dari suara yang dibuat oleh hewan ini yaitu: "cak, cak, cak". Dengan ini bisa dikatakan bahwa kata ini merupakan sebuah onomatope.

Cecak ada banyak jenisnya. Di lingkungan rumah kita saja ada sekitar tiga jenis (spesies) yang sering ditemui. Yakni:

 Cecak tembok (Latin Cosymbotus platyurus), yang kerap ditemui di

tembok-tembok rumah dan sela-sela atap. Cecak ini bertubuh pipih lebar, berekor lebar dengan jumbai-jumbai halus di tepinya. Bila diamati di tangan, dari sisi bawah akan terlihat adanya lipatan kulit agak lebar di sisi perut dan di belakang kaki.

 Cecak kayu (Hemidactylus frenatus), yang bertubuh lebih kurus. Ekornya bulat, dengan enam deret tonjolan kulit serupa duri, yang memanjang dari pangkal ke ujung ekor. Cecak kayu lebih menyukai tinggal di pohon-pohon di halaman rumah, atau di bagian rumah yang berkayu seperti di atap. Terkadang didapati bersama cecak tembok di dinding luar rumah dekat lampu, namun umumnya kalah bersaing dalam memperoleh makanan.

 Cecak gula (Gehyra mutilata), bertubuh lebih kecil, dengan kepala membulat dan warna kulit transparan serupa daging. Cecak ini kerap ditemui di sekitar dapur, kamar mandi dan lemari makan, mencari


(48)

butir-butir nasi atau gula yang menjadi kesukaannya. Sering pula ditemukan tenggelam di gelas kopi kita.

Cicak memiliki kemiripan dengan cicak yang ada dalam realita, misalkan cicak yang ada di rumah - rumah. Selain itu, cicak besar alias kadal (large lizard),

komodo atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus

komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di

pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, danGili Dasami di Nusa

Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan

nama setempat ora. Termasuk anggota famili biawak Varanidae,

dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan merasakannya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar

tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang

mendominasi ekosistem tempatnya hidup. Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. Di alam bebas, komodo


(49)

dewasa biasanya memiliki massa sekitar 70 kilogram, namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya. Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar yang masih hidup, namun

bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua (Varanus

salvadorii). Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam. Yang tampak seperti cicak – cicak rumah.

Perkecualian

Cecak terbang (Draco spp.) sebetulnya bukan 'cecak' (suku Gekkonidae) melainkan termasuk suku kadal agamid (Agamidae), seperti halnyabunglon.


(50)

Cecak biasa memakan serangga dan terutama nyamuk. Biasanya cecak hidup di dinding-dinding dan di atap rumah. Di alam cecak biasanya hidup pada tempat-tempat teduh.

(http://www.kapanlagi.com/h/0000218590.html) (http://cicakkering.com/)

2.1.4 Buaya

Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan (Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku.

Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya buhaya (Sd.);buhaya (bjn); baya atau bajul (Jw.; bicokok (Btw.), bekatk, atau buaya katak untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk; senyulong, buaya jolong-jolong (Mly.), atau buaya julung-julung untuk menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni buaya yang berwarna kehijauan; buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning kecoklatan; dan lain-lain.

Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal

dari penyebutan orangYunani terhadap buaya yang mereka saksikan di

Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Mereka menyebutnya


(51)

‘cacing bebatuan’ karena mengamati kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu.

Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Tak seperti lazimnya reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badan(diafragma) dan cerebral cortex. Pada sisi lain, morfologi luarnya memperlihatkan dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang "streamline" memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya mempertinggi kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang, yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat, selaput ini amat berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai berenang. Kaki berselaput juga merupakan keuntungan manakala buaya perlu bergerak atau berjalan di air dangkal.

Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan juga di luar air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat, yang dapat menggigit dengan kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai hewan dengan kekuatan gigitan yang paling besar. Tekanan gigitan buaya ini tak kurang dari 5.000 psi (pounds per square inch; setara dengan 315 kg/cm²), bandingkan dengan kekuatan gigitan anjing rottweiler yang cuma 335 psi, hiu putih raksasa sebesar 400 psi, atau dubuk (hyena) sekitar 800 – 1.000 psi. Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat berguna untuk memegangi mangsanya. Buaya menyerang mangsanya dengan cara menerkam sekaligus menggigit mangsanya itu, kemudian menariknya


(52)

dengan kuat dan tiba-tiba ke air. Oleh sebab itu otot-otot di sekitar rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat. Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan gigitan tokek. Akan tetapi sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya amat lemah. Para peneliti buaya cukup melilitkan pita perekat besar (lakban) beberapa kali atau mengikatkan tali karet ban dalam di ujung moncong yang menutup, untuk menjaganya agar mulut itu tetap mengatup sementara dilakukan pengamatan dan pengukuran, atau manakala ingin mengangkut binatang itu dengan aman. Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang.

Buaya memangsa ikan, burung, mamalia, dan kadang-kadang juga buaya lain yang lebih kecil. Reptil ini merupakan pemangsa penyergap; ia menunggu mangsanya hewan darat atau ikan mendekat, lalu menerkamnya dengan tiba-tiba. Sebagai hewan yang berdarah dingin, predator ini dapat bertahan cukup lama tanpa makanan, dan jarang benar-benar perlu bergerak untuk memburu mangsanya. Meskipun nampaknya lamban, buaya merupakan pemangsa puncak di lingkungannya, dan beberapa jenisnya teramati pernah menyerang dan membunuh ikan hiu. Perkecualiannya adalah burung cerek Mesir, yang dikenal memiliki hubungan simbiotik dengan buaya. Konon, burung cerek ini biasa memakan hewan-hewan parasit yang berdiam di mulut buaya, dan untuk itu sang raja sungai membuka mulutnya lebar-lebar serta membiarkan si cerek masuk membersihkannya.


(53)

(http://animals.nationalgeographic.com/animals/reptiles/saltwater-crocodile.html?nav=A-Z)

Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau

pasir bercampur dengan serasah dedaunan. Induk tersebut kemudian

menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.

Embrio buaya tak memiliki kromosom seksual, yakni kromosom yang menentukan jenis kelamin anak yang akan ditetaskan. Jadi tak sebagaimana manusia, jenis kelamin buaya tak ditentukan secaragenetik. Alih-alih, jenis kelamin ini ditentukan oleh suhu pengeraman atau suhu sarang tempat telur ditetaskan. Pada buaya muara, suhu sekitar 31,6°C akan menghasilkan

hewan jantan, sedikit lebih rendah atau lebih tinggi dari angka itu akan

menghasilkan buaya betina. Masa pengeraman telur adalah sekitar 80 hari, tergantung pada suhu rata-rata sarang.

(http://www.flmnh.ufl.edu/cnhc/cbd-faq-q3.htm)

Buaya ditengarai memiliki insting untuk kembali ke tempat tinggalnya semula (homing instinct). Tiga ekor buaya yang ganas di Australia Utara telah dipindahkan ke lokasinya yang baru, sejauh 400km, dengan menggunakan helikopter. Akan tetapi dalam tiga minggu hewan-hewan ini diketahui telah tiba kembali di tempat asalnya. Kejadian ini terpantau melalui alat pelacak yang dipasang pada tubuh reptil tersebut.


(54)

(http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/7015561.stm)

Menurut pengetahuan sekarang, buaya memiliki kekerabatan yang lebih

erat dengan burung dandinosaurus, dibandingkan dengan kebanyakan reptil

umumnya. Tiga kelompok yang pertama itu, ditambah dengan kelompok

pterosaurus, digolongkan menjadi grup besar Archosauria (='reptil yang

menguasai).

(http://www.smh.com.au/news/NATIONAL/Homesick-crocs-hightail-it-home/2007/09/26/1190486354196.html)

Tidak ada cara yang meyakinkan untuk menghitung umur buaya, selain dengan mengetahui waktu penetasannya dahulu, meskipun ada beberapa teknik yang telah dikembangkan. Metode yang paling umum digunakan untuk menaksir umur hewan ini ialah dengan menghitung lingkaran tumbuh pada tulang dan gigi. Tiap-tiap lapis lingkaran menggambarkan adanya perubahan pada laju pertumbuhan, yang mungkin disebabkan oleh perubahan musim kemarau dan hujan yang berulang setiap tahun. Dengan tetap mengingat peluang ketidaktepatan metode ini, buaya yang tertua kemungkinan adalah spesies yang terbesar. Buaya muara (C. porosus) diperkirakan dapat hidup rata-rata hingga 70 tahun, dengan sedikit individu yang terbukti dapat melebihi umur 100 tahun. Salah satu buaya tertua yang tercatat, mati di kebun binatangRusia pada usia sekitar 115 tahun. (Zug, G.R. 1993. Herpetology. Academic Press, San Diego. p. 112. ISBN 0-12-782620-3)

Seekor buaya air tawar jantan yang dipelihara di Kebun Binatang Australia diperkirakan berumur 130 tahun. Hewan ini diselamatkan Bob


(55)

Irwindan Steve Irwin dari alam liar setelah ditembak dua kali oleh pemburu. Akibat tembakan senjata itu, buaya tersebut (yang kini dijuluki sebagai "Mr. Freshy") kehilangan mata kanannya.

(http://www.australiazoo.com.au/our-animals/amazing-animals/reptiles/?reptile=crocodilians&animal=freshwater_crocodile#Mr%20Fres hy)

Ukuran tubuh buaya sangat bervariasi dari jenis ke jenis, mulai dari buaya kerdil hingga buaya muara raksasa. Spesies bertubuh besar dapat tumbuh lebih panjang dari 5 m dan memiliki berat melebihi 1.200 kg. Walaupun demikian, bayi-bayi buaya hanya berukuran sekitar 20 cmtatkala menetas dari telur. Spesies buaya terbesar adalah buaya muara, yang hidup di wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara.

Ukuran terbesar buaya muara hingga kini masih diperdebatkan. Buaya terbesar yang pernah tercatat adalah seekor buaya muara raksasa sepanjang 8,6 m, yang tertembak oleh seorang guru sekolah di Australia. Sedangkan buaya terbesar yang masih hidup adalah seekor buaya muara sepanjang 7,1 m di Suaka Margasatwa Bhitarkanika, Orissa, India. Pada bulan Juni 2006, rekornya dicatat pada The Guinness Book of World Records.

(https://amers2.heartbeat.cp.thomsonreuters.com/news/newsArticle.aspx?type=top

News&storyID=2006-06-16T161028Z_01_NOOTR_RTRJONC_0_India-255100-1.xml)

Dua catatan lain yang terpercaya mengenai ukuran buaya terbesar adalah rekor dua ekor buaya sepanjang 6,2 m. Buaya yang pertama ditembak di Sungai


(56)

Mary, Northern Territory, Australia pada 1974 oleh seorang pemburu gelap, yang kemudian diukur oleh seorang petugas kehutanan. Sedangkan buaya yang kedua dibunuh di Sungai Fly, Papua Nugini. Ukuran buaya kedua ini sebetulnya diperoleh dari kulit, yang diukur oleh Jerome Montague, seorang peneliti margasatwa. Dan karena ukuran kulit selalu lebih kecil (menyusut) dari ukuran hewan aslinya, dipercaya bahwa buaya kedua ini sedikitnya berukuran 10 cm lebih panjang ketika hidup.

Buaya terbesar yang pernah dipelihara di penangkaran adalah seekor

blasteran buaya muara denganbuaya Siam yang diberi nama Yai (Th.: ,

berarti besar) (menetas pada 10 Juni 1972) di Kebun Penangkaran Buaya

Samutprakarn yang terkenal di Thailand. Binatang melata ini memiliki panjang tubuh hingga 6 m dan berat mencapai 1.114,27 kg.

Buaya raksasa peliharaan yang lain adalah seekor buaya muara yang bernama Gomek. Hewan ini ditangkap oleh George Craig di Papua Nugini dan kemudian dijual ke St. Augustine Alligator Farm di Florida, Amerika. Buaya ini mati karena penyakit jantung pada Februari 1997 dalam usia yang cukup tua. Menurut catatan penangkaran tersebut, ketika mati Gomek memiliki panjang 5,5 m dan mungkin berusia antara 70–80 tahun.

Buaya Bhitarkanika yang terbesar diperkirakan sepanjang 7,62 m. Dugaan ini diperoleh para ahli berdasarkan ukuran sebuah tengkorak buaya yang disimpan oleh keluarga Kerajaan Kanika. Buaya tersebut kemungkinan ditembak mati di dekat Dhamara sekitar tahun 1926 dan kemudian tengkoraknya diawetkan oleh Raja Kanika ketika itu. Dugaan panjang di atas didapat melalui perhitungan,


(57)

dengan mengingat bahwa panjang tengkorak buaya sekitar sepertujuh panjang total badannya.

Sejauh ini diketahui sekitar tujuh spesies (atau subspesies) buaya yang ditemukan di Indonesia, yakni:

Buaya Mindoro atau buaya Filipina (Crocodylus mindorensis) Buaya Irian (C. novaeguineae)

Buaya muara (C. porosus) Buaya Kalimantan (C. raninus)

Buaya air tawar atau buaya Siam (C. siamensis) Buaya Sahul (Crocodylus sp.nov.), dan

Buaya senyulong (Tomistoma schlegelii)

Keberadaan buaya Mindoro di Indonesia (yakni di Sulawesi timur dan tenggara) baru dilaporkan semenjak 1996. Buaya Kalimantan (diketahui dari Kalimantan Barat dan Selatan) statusnya masih diperdebatkan, mengingat jenis ini serupa bentuk dan habitatnya dengan buaya air tawar, namun dengan beberapa ciri lain yang membedakannya. Demikian pula status buaya Sahul, yang selama ini dianggap identik dengan buaya Irian. Buaya Sahul menyebar terbatas di sebelah selatan Papua, sementara buaya Irian di sebelah utara pegunungan tengah.

(Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini. Penerbit ITB, Bandung. 191 hal. ISBN 979-96100-0-1)

Mengingat banyak populasinya yang terus menurun dan menuju kepunahan, banyak jenis buaya di pelbagai negara yang dimasukkan ke dalam


(58)

status dilindungi. Empat jenis buaya yang ada di Indonesia, yakni Crocodylus novaeguineae (buaya Irian); C. porosus (buaya muara); C. siamensis (buaya Siam); dan Tomistoma schlegelii (buaya sinyulong) telah dilindungi oleh undang-undang.

(Mumpuni. 2001. Reptilia. dalam M. Noerdjito dan I. Maryanto (eds.). Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia. Puslit Biologi LIPI – TNC – USAID, Bogor. hal. 112-113. ISBN 979-579-043-9)

Untuk mengurangi tekanan terhadap populasi buaya di alam, berbagai upaya penangkaran telah dikembangkan. Buaya muara dan buaya Nil adalah jenis-jenis yang paling banyak ditangkarkan. Penangkaran buaya muara cenderung meningkat, terutama di Australia. Di Indonesia pun telah banyak dilakukan upaya penangkaran buaya ini, meskipun masih setengah bergantung ke alam, mengingat stok buaya yang dipelihara masih mengandalkan pemungutan telurnya dari alam, untuk kemudian ditetaskan dan dibesarkan di penangkaran.

2.1.5 Tanda Non Verbal

Definisi harfiah komunikasi non verbal adalah komunikasi tanpa bahasa atau tanpa kata. Maka tanda non verbal berarti tanda minus bahasa atau minus kata. Jadi secara sederhana, tanda non verbal dapat berarti semua tanda yang bukan kata – kata.

(Sobur,2004; 122).


(59)

1. Tanda yang ditimbulkan oleh alam, kemudian diketahui manusia melalui pengalamannya.

2. Tanda yang ditimbulkan oleh binatang. 3. Tanda yang ditimbulkan oleh manusia. (Sobur,2004; 122).

Tanda yang ditimbulkan manusia dibedakan atas tanda yang bersifat verbal dan non verbal. Bersifat verbal artinya tanda — tanda digunakan sebagai alat komunikasi yang dihasilkan alat bicara. Sedangkan alat yang bersifat non verbal berupa :

1. Tanda yang menggunakan anggota badan, lalu diikuti dengan lambang,

misalnya "Mari !"

2. Tanda yang menggunakari suara, misalkan bersiul.

3. Tanda yang diciptakan manusia untuk tujuan tertentu misalkan untuk

menghemat waktu, tenaga, menjaga keranasiaan, seperti lampu lalu lintas untuk mengatur lalu lintas.

(Sobur,2O04;122)

Dalam pengaaplikasian semiotika pada tanda non verbal adalah pernahaman tentang bidang non verbal. Bidang non verbal adalah suatu wilayah yang menekankan pentingnya fenomena yang bersifat empiris, faktual, dan tanpa ujaran bahasa. Ini berarti bidang non - verbal berkaitan dengan benda konkret, nyata, dan dapat dibuktikan rnelalui indera manusia.


(1)

K, Septiawan, 2005, Jurnalisme Kontenporer, Jakarta: Obor.

Wijaya, D, .Lukman, 2004, Perbankan Nasional, Bogor : Ghalia Indonesia.

Non Buku :

(http: //www.jawapos.co.id/cv/l.html/230208)

(http://www.kpk.go.id/modules/news/index.php?storytopic=4) (http://www.kpk.go.id/modules/commissioners/)

(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/07/06/LU/mbm.20090706.LU1 30792.id.html)

(http://www.mediaindonesia.com/read/2009/11/19/106814/16/1/Nasib-Angket-Century-Ditentukan-Paripurna-1-Desember)

(http://korupsi.vivanews.com/news/read/81003-inilah_surat_cabut_cekal_anggoro_yang_palsu)

(http://news.okezone.com/read/2009/08/19/1/249402/penggeledahan-kantor-pt-masaro-radiokom-tertutup)

(http://www.kpk.go.id/modules/news/comment_new.php?com_itemid=2839&co m_order=0&com_mode=nest)

(http://www.detiknews.com/read/2008/08/03/124933/982050/10/kesaksian-hamka-yandhu-harus-dibuktikan-secara-materil)


(2)

(http://korupsi.vivanews.com/news/read/103462-geledah_masaro__kpk_kantongi_surat_pengadilan)

(http://korupsi.vivanews.com/news/read/103507-ary_muladi_susun_testimoni_dalam_tekanan)

(http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=237463)

(http://dutamasyarakat.com/artikel-24195-heboh-dokumen-15-juli.html)

(http://www.sripoku.com/view/20310/Pengakuan_Ari_Muladi_Terima_Uang_Sua p_di_Karaoke)

(http://www.detiknews.com/read/2008/08/04/220301/982829/10/antasari-hitung-aritonang-8-kali-bantah-terlibat-kasus-bi)

(http://dutamasyarakat.com/artikel-24195-heboh-dokumen-15-juli.html) (http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/11/20/brk,20091120-209604,id.html)

(http://www.detiknews.com/read/2008/08/04/220301/982829/10/antasari-hitung-aritonang-8-kali-bantah-terlibat-kasus-bi)

(http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=108981) (http://infografis.tempointeraktif.com/29/21102008.swf)

(http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/16/00482011/kpk.geledah.kantor.ms. kaban.)

(http://www.antaranews.com/berita/1250782876/kpk-geledah-apartemen-anggoro-di-park-royal)


(3)

(http://news.okezone.com/read/2009/08/19/1/249402/1/penggeledahan-kantor-pt-masaro-radiokom-tertutup)

(http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/07/02/1/235135/direktur-pt-masaro-jadi-buronan-kpk)

(http://www.antaranews.com/berita/1250589759/kpk-perpanjang-status-pencegahan-anggoro-widjojo)

(http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/11/14/brk,20091114-208353,id.html)

(http://www.detiknews.com/read/2009/10/11/192500/1219480/10/-eddy-soemarsono-anggodo-ngawur)

(http://wwww.korantempo.com/id/arsip/2009/08/31/HK/mbm.20090831.HK1312 86.id.html)

(http://infografis.tempointeraktif.com/29/21102008.swf)

(http://nasional.kompas.com/read/2009/11/08/18151189/di.bawah.alquran.m.jasin .bersumpah.tak.terima.suap.atau.memeras.Kompas:)

(http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/11/14/brk,20091114-208353,id.html)

(http://www.detiknews.com/read/2009/03/15/100046/1099551/10/nasrudin-zulkarnaen-belum-sadar)

(http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/11/14/brk,20091114-208353,id.html)

(http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=81fe597d3a12c64fb9 370a2e37e09dcb&jenis=c4ca4238a0b923820dcc509a6f75849b)


(4)

(http://www.detiknews.com/read/2009/05/01/184226/1124907/10/antasari-azhar-tersangka-otak-pembunuhan-nasrudin)

(http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=81fe597d3a12c64fb9 370a2e37e09dcb&jenis=c4ca4238a0b923820dcc509a6f75849b)

(http://batampos.co.id/Utama/Utama/KPK_Sadap_Kabareskrim_.html)

(http://www.detiknews.com/read/2009/07/02/160958/1158009/10/kpk-kalau-ada-yang-tersadap-datang-saja-ke-kita)

(http://korupsi.vivanews.com/news/read/80422-antasari_sudah_diperiksa_terkait_suap_di_kpk)

(http://www.detiknews.com/read/2009/10/19/131500/1224151/10/bertemu-susno-di-singapura-buron-kpk-anggoro-telah-di-bap)

(dokumen kronologis 20 Juli 2009 Ari Muladi(Ary Muladi)

(http://www.detiknews.com/read/2009/11/30/142336/1251150/10/susno-duadji-saya-temui-anggoro-atas-perintah-kapolri)

(http://korupsi.vivanews.com/news/read/80894-kpk_tak_pernah_cabut_cekal_anggoro_widjojo) (http://korupsi.vivanews.com/news/read/80889-kpk__testimoni_tidak_bisa_jadi_bukti)

(http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/07/12/brk,20090712-186672,id.html)

(http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/07/12/brk,20090712-186672,id.html)

(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/07/06/LU/mbm.20090706.LU1 30792.id.html)

(http://nasional.kompas.com/read/2009/09/14/18482918/presiden.didesak.keluark an.perppu.pengadilan.tipikor)


(5)

(http://nasional.kompas.com/read/2009/11/12/05055065/Dugaan.Pelemahan.KPK. Semakin.Kuat)

(http://www.detiknews.com/read/2009/11/05/012534/1235398/10/tumpak-uu-pengadilan-tipikor-hambat-kpk)

(http://www.detiknews.com/read/2009/09/29/173935/1211326/10/tanpa-interupsi-ruu-pengadilan-tipikor-disahkan-dpr)

(http://cicak.or.id/baca/2009/11/04/teks-deklarasi-gerakan-cicak.html) (http://www.kapanlagi.com/h/0000218590.html)

(http://cicakkering.com/)

(http://animals.nationalgeographic.com/animals/reptiles/saltwater-crocodile.html?nav=A-Z)

(http://www.flmnh.ufl.edu/cnhc/cbd-faq-q3.htm) (http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/7015561.stm)

(http://www.smh.com.au/news/NATIONAL/Homesick-crocs-hightail-it-home/2007/09/26/1190486354196.html)

(Zug, G.R. 1993. Herpetology. Academic Press, San Diego. p. 112. ISBN 0-12-782620-3

(http://www.australiazoo.com.au/our-animals/amazing-animals/reptiles/?reptile=crocodilians&animal=freshwater_crocodile#Mr%20Fres hy)

(https://amers2.heartbeat.cp.thomsonreuters.com/news/newsArticle.aspx?type=top

News&storyID=2006-06-16T161028Z_01_NOOTR_RTRJONC_0_India-255100-1.xml)

(Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini. Penerbit ITB, Bandung. 191 hal. ISBN 979-96100-0-1)

(http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/africaandindianocean/kenya/138743 2/Crocodile-girl-told-that-lake-was-safe-to-swim-in.html)

(http://www.unep-wcmc.org/species/projects/WorldtradeCrocSkins2000-2002.pdf)


(6)

(Mumpuni. 2001. Reptilia. dalam M. Noerdjito dan I. Maryanto (eds.). Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-undangan Indonesia. Puslit Biologi LIPI TNC – USAID, Bogor. hal. 112-113. ISBN 979-579-043-9)


Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PAPUA DALAM CINTA” (Studi Semiologi Pemaknaan Lirik Lagu “Papua Dalam Cinta” yang dipopulerkan oleh Pay feat. Soa Soa).

1 51 154

PEMAKNAAN LIRIK LAGU “PAPUA DALAM CINTA” (Studi Semiologi Pemaknaan Lirik Lagu “Papua Dalam Cinta” yang dipopulerkan oleh Pay feat. Soa Soa).

1 1 154

Representasi Kebencian dalam lirik lagu “Syair Nurdin Ali” (Studi Semiologi Tentang Representasi Kebencian di dalam lirik lagu “Syair Nurdin Ali yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Sayyidin Band).

1 6 103

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU ” LAGU GITUAN ” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu ” Lagu Gituan ” Yang dipopulerkan Oleh Grup Rap KungPow Chickens Dalam Album ”Alit Da Baong”).

1 6 117

REPRESENTASI KASIH SAYANG DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiotika tentang Representasi Kasih Sayang dalam Lirik Lagu “Ibu” yang dipopulerkan oleh Sulis).

1 6 124

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda).

1 9 99

REPRESENTASI CINTA DAMAI DALAM LIRIK LAGU ” PERDAMAIAN ’’ (Studi Semiologi Representasi Dalam Lirik Lagu ’’ Perdamaian ’’ Oleh Band GIGI).

0 5 64

REPRESENTASI CINTA DAMAI DALAM LIRIK LAGU ” PERDAMAIAN ’’ (Studi Semiologi Representasi Dalam Lirik Lagu ’’ Perdamaian ’’ Oleh Band GIGI)

0 0 15

REPRESENTASI KASIH SAYANG DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiotika tentang Representasi Kasih Sayang dalam Lirik Lagu “Ibu” yang dipopulerkan oleh Sulis)

0 0 21

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda)

0 0 22