S PPB 1100024 Chapter3

(1)

3.1 Desain Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk data numerikal atau angka, sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannyadengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistika.

Data hasil penelitian yang berupa sangka-angka kemudian diolah melalui pengolahan statistik dan selanjutnya dikorelasikan antara dua variabel untuk mendapatkan hasil adakah hubungan adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar melalui studi korelasi. “Studi korelasi mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel” (Haryanto, 2012).

Penelitian ini mengkaji hubungan antara dua variabel, yakni variabel X dan Y. Variabel X dalam penelitian ini yaitu Adiksi situs jejaring sosial dan variabel Y dalam penelitian ini yaitu kebiasaan belajar. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam desain pada penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1. Desain Penelitian Konsep

Variabel X Variabel Y

Adiksi Situs Jejaring Sosial Kebiasaan Belajar

3.2Partisipan

Penelitian dilakukan di kelas XI SMA Negeri 1 Cicalengka. Pertimbangan peneliti melakukan penelitian di kelas XI SMA Negeri 1 Cicalengka sebagai berikut:


(2)

1) Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di SMA Negeri 1 Cicalengka yang menyatakan bahwa adanya kecenderungan siswa mengakses situs jejaring sosial saat jam pelajaran berlangsung.

2) Belum ada yang melakukan penelitian mengenai adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar pada peserta didik di SMAN 1 Cicalengka.

3) Masa remaja merupakan masa yang mempunyai wawasan yang lebih luas dalam berfikir dan mencari identitas diri (jati diri). Seberapa efektif remaja menghadapi beberapa faktor yang telah dipaparkan akan menentukan perilakunya dalam mengakses situs jejaring sosial-apakah akan mengalami adiksi atau tidak.

4) Kelas XI sudah menempuh masa belajar selama setahun di SMA, sehingga mempunyai pengalaman belajar selama di SMA.

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Furqon (2013, hlm. 146) “populasi adalah sekumpulan objek, orang, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama”. Populasi dalam penelitian adalah peserta didik SMA Negeri 1 Cicalengka kelas XI tahun ajaran 2015/2016.

“Sampel adalah bagian dari suatu populasi. Besarnya sampel di samping dipengaruhi oleh besarnya populasi juga dipengaruhi oleh variasi variabel (karakteristik) yang diteliti dan tingkat kecermatan yang diinginkan” (Furqon, 2013, hlm. 146-147).

Anggota populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI di SMAN 1 Cicalengka dengan jumlah anggota 435 orang, sehingga dari jumlah tersebut peneliti mengambil anggota sampel sebanyak 178 siswa. Anggota populasi dan sampel dalam penelitian dijelaskan pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2. Jumlah Anggota Populasi. Siswa kelas XI SMAN 1 Cicalengka Tahun Ajaran 2015/2016

No. Kelas Anggota

1 XI IBB 33

2 XI MIPA 1 46


(3)

No. Kelas Anggota

4 XI MIPA 3 44

5 XI MIPA 4 47

6 XI MIPA 5 46

7 XI IPS 1 41

8 XI IPS 2 46

9 XI IPS 3 42

10 XI IPS 4 43

Populasi 435

Sampel 178

3.4Definisi Operasional Variabel 3.4.1 Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar merupakan suatu kegiatan belajar sebagai hasil tindakan atau usaha yang berlangsung pada waktu yang lama dan cenderung dilakukan secara berulang-ulang sehingga mengakibatkan perilaku yang menetap dan berlangsung secara otomatis. Kebiasaan belajar dalam penelitian ini adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa kelas XI SMAN 1 Cicalengka Tahun Ajaran 2015/2026 secara terus-menerus dalam mengerjakan tugas, membaca, mencatat pelajaran disekolah, mengamati guru yang sedang mengajar, konsentrasi, mengatur waktu belajar, dan berinteraksi dengan guru.

Aspek-aspek kebiasaan belajar, yaitu:

a. Homework and Assignment: mencakup kebiasaan murid yang belajar di luar jam kelas, menilai bagaimana siswa mengatur jadwal akademis di rumah untuk memfasilitasi belajar.

b. Time allocation to work: menilai kebiasaan siwa untuk menghindari faktor-fajtir yang mungkin mengalihkan perhatian siswa dalam proses belajar. c. Reading and note-taking: dimensi yang menilai kebiasaan siswa dalam

membaca dan mencatat.

d. Concentration: menilai kebiasaan siswa telah dibentuk untuk menghindari gangguan selama belajar.


(4)

secara teratur dengan memperhatikan kerapian dan kesalahannya.

f. Teacher concultation: kebiasaan siswa berinteraksi dengan guru dalam belajar secara efektif.

3.4.2 Adiksi Situs Jejaring Sosial

Adiksi situs jejaring sosial dalam penelitian merupakan kecenderungan siswa dalam mengakses situs jejaring sosial secara berlebihan yang mendominasi pikiran dan tingkah laku, mendapatkan kesenangan, adanya konflik dalam individu maupun intrapersonal, adanya perasaan cemas ketika tidak mengakses situs jejaring sosial, dan sulit untuk menghentikan kegiatan mengakses situs jejaring sosial. Adapun aspek-aspek situs jejaring sosial, diantaranya:

a. Salience, dominasi situs jejaring sosial pada pikiran dan tingkah laku peserta didik

b. Mood modification, peserta didik mendapatkan kesenangan dari aktivitas online situs jejaring sosial

c. Tolerance, aktivitas online situs jejaring sosial mengalami peningkatan secara progresif selama rentang periode untuk mendapatkan efek kepuasan d. Withdrawal, perasaan tidak menyenangkan pada saat peserta didik tidak

melakukan aktivitas online situs jejaring sosial

e. Conflict, pertentangan yang muncul dari diri peserta didik sendiri tentang tingkat kegemarannya online situs jejaring sosial yang berlebihan maupun konflik yang terjadi antara peserta didik dengan orang lain sebagai akibat perilakunya online situs jejaring sosial

f. Relapse, kecenderungan perilaku peserta didik untuk mengulangi pola yang sempat dilakukan pada awal rnengenal situs jejaring sosial meskipun telah mencoba melakukan kontrol atas dirinya.

3.5 Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini, ada beberapa tahap pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan studi pendahuluan ke lokasi penelitian. 2. Mengumpulkan data awal penelitian.


(5)

3. Menyusunan dan mengembangan instrumen penelitian melalui judgement

dari pakar dan pihak yang kompeten.

4. Mengumpulan data melalui penyebaran instrumen penelitian. 5. Analisis data hasil penyebaran instrumen.

6. Menyusunan laporan hasil penelitian.

7. Menarik kesimpulan dari penelitian dan rekomendasi untuk pihak-pihak terkait.

3.6 Instrumen Angket Penelitian

Penyebaran data dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket untuk memperoleh gambaran adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar siswa. Angket dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup berupa pernyataan-pernyataan yang sudah disediakan alternatif jawabannya. Dalam pengisian angket tertutup responden hanya dapat menjawab sesuai dengan alternatif jawaban yang telah disediakan.

Angket yang dikembangkan menggunakan alternatif jawaban dalam bentuk force-Choice menggunakan format skala Ya dan Tidak. Berikut pedoman skor penilaian setiap item pernyataan dalam instrumen adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar, pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4

Tabel 3.3

Skor Penilaian Instrumen Adiksi Situs Jejaring Sosial Alternatif Jawaban Skor

Ya 1

Tidak 0

Tabel 3.4

Skor Penilaian Instrumen Kebiasaan Belajar

Alternatif Jawaban Skor

Favorable Un-favorable

Ya 1 0


(6)

3.7 Pengembangan Instrumen Penelitian

Pengembangan instrumen diawali dengan menentukan definisi operasional variabel setiap variabel yakni adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar. Setiap variabel ditentukan indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur setiap variabel.

Indikator-indikator tersebut kemudian dikembangkan ke dalam bentuk kisi-kisi intrumen. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat adiksi situs jejaring sosial peserta didik dikembangkan berdasarkan enam aspek. Instrumen tersebut disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman peserta didik. Sedangkan instrumen untuk mengetahui kebiasaan belajar dikembangkan oleh peneliti berdasarkan aspek dari kebiasaan belajar. Berdasarkan proses pengembangan teori dan perumusan indikator tentang adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar, maka peneliti menyusun kisi–kisi instrumen yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Angket Adiksi Situs Jejaring Sosial (Sebelum dan Sesudah Uji Kelayakan)

Variabel Aspek Indikator No Item

Sebelum Sesudah Adiksi Situs

Jejaring Sosial

Salience Mengakses situs

jejaring sosial menjadi keharusan bagi peserta didik

1, 2, 3, 4, 5, 6

1, 2, 3, 4, 5, 6

Situs jejaring sosial mendominasi pikiran peserta didik

7, 8 7, 8

Situs jejaring sosial mendominasi perilaku peserta didik

9,10, 11 9,10, 11


(7)

menerus memikirkan cara untuk mengakses situs jejaring sosial

14 14

Mood Modification

Peserta didik merasa senang ketika mengakses situs jejaring sosial 15,16,17, 18,19,20 15,16,17, 18,19,20 Peserta didik memanfaatkan situs jejaring sosial sebagai strategi coping atas masalah yang dihadapinya

21, 22 21, 22

Tolerance Terjadi peningkatan

intensitas mengakses situs jejaring sosial secara progresif

23, 24 23, 24

Peserta didik merasakan kepuasan ketika menambah intensitas mengakses situs jejaring sosial 25, 26, 27 25, 26, 27

Peserta didik tidak mampu mengatur waktunya sendiri 28, 29, 30, 31, 32 28, 29, 30, 31, 32

Withdrawal Peserta didik menjadi cemas ketika tidak dapat mengakses situs jejaring sosial

33, 34, 35, 36

33, 34, 35, 36

Peserta didik menjadi mudah marah ketika tidak dapat mengakses


(8)

situs jejaring sosial

Conflict Adanya konflik dengan teman karena peserta didik terus-menerus mengakses situs jejaring sosial

42, 43,44,45, 46,47,48

39, 40,41

Adanya konflik dengan keluarga karena peserta didik terus-menerus mengakses situs jejaring sosial

49, 50,51,52, 53,54

42, 43,44,45, 46

Adanya konflik dalam bidang pendidikan karena peserta didik terus-menerus mengakses situs jejaring sosial

55, 56, 57, 58

47, 48, 49, 50

Adanya konflik di dalam diri peserta didik karena peserta didik terus-menerus mengakses situs jejaring sosial

59,60,61 51,52,53

Relapse Muncul perasaan ingin

mengakses situs jejaring sosial kembali meskipun sebelumnya sudah mencoba untuk menghentikan

kebiasaan ini

62,63,64 54,55

Mengulangi kembali ketergantungan


(9)

mengakses sistus jejaring sosial setelah sebelumnya berhasil untuk menghentikan ketergantungan tersebut.

Tabel 3.6

Kisi-kisi Angket Kebiasaan Belajar (Sebelum dan Sesudah Uji Kelayakan)

Variabel Aspek Indikator No Item

Sebelum Sesudah

(+) (-)

Kebiasaan Belajar (Y)

Pekerjaan Rumah dan tugas

(Homework and

Assignment)

Memiliki fasilitas belajar

1, 2, 3, 4 1, 2, 3, 4

Intensitas subjek melakukan aktivitas belajar dalam

kehidupan sehari-hari

5, 6, 7 5, 6, 7

Siswa berupaya meluangkan waktu untuk bisa belajar

8, 9, 10, 11

8, 9, 10

Alokasi waktu untuk bekerja

(Time allocation to work)

Jika dihadapkan pada dua pilihan yaitu belajar atau aktivitas lain maka subjek akan memilih aktivitas belajar

12, 13, 14, 15


(10)

Siswa menunda aktivitas lain jika sedang belajar

16, 17 15, 16

Membaca dan Mencatat (Reading and note-taking)

Siswa melakukan kegiatan untuk

membaca dan mencatat

18, 19, 20, 21, 22 17, 18, 19, 20, 22 21 Konsentrasi (consentration)

Intensitas siswa dalam memperhatikan guru di kelas

26,27,28 26 23, 24, 25

Respon keluarga dan teman mengenai aktivitas belajar yang dilakukan 29, 30, 31,32,33 27, 28, 29,30 31 Karya tulis (Written work)

Siswa merasa

bersemangat pada saat belajar

34,35,36 33 32, 34

Berinteraksi dengan guru (Teacher concultation)

Intensitas siswa dalam berinteraksi dengan guru dalam belajar

37, 38, 39, 40, 41, 42,43 35, 37, 38, 39 36, 40,41

3.7.1 Judgement Pakar

Judgement pakar dilakukan oleh Dr. Ipah Saripah, M.Pd., Dr. H. Mubiar Agustin, M.Pd., dan Dra. S.A. Lilly Nurillah, M.Pd. Tujuan dilakukannya

judgement pakar untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian dari segi isi, konstruk dan bahasa. Judgement yaitu dengan meminta pendapat dosen ahli untuk menilai setiap item dalam instrumen kriteria M (memadai) dan TM (Tidak Memadai). Jika sudah memadai item instrumen sudah layak digunakan sedangkan item dengan kriteria tidak memadai artinya item tersebut perlu diperbaiki.


(11)

Hasil judgement yang dilakukan ketiga dosen secara rinci disajikan dalam Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Hasil Judgement Angket Adiksi situs jejaring sosial

Kesimpulan No. Item Total

Memadai 1, 2, 3, 7, 9, 10, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40,

41,42,45,46,47,48,49,50,51

37

Revisi 4,5,6,8,11,12,13,14,15,21,26,30,43,44,52,53,54,55,56,57, 58

21

Hasil judgement menunjukkan terdapat 37 item memadai artinya item tersebut sudah dapat digunakan, dan sebanyak 21 item direvisi. Berdasarkan hasil

judgement yang telah dilakukan, untuk jumlah item pernyataan instrumen adiksi situs jejaring sosial yang dapat digunakan dalam uji coba instrumen sebanyak 58 item. Adapun kisi-kisi instrumen setelah judgement pakar dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut.

Instrumen kebiasaan belajar setelah judgement pakar dapat dilihat pada tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.8

Hasil Judgement Angket Kebiasaan Belajar

Kesimpulan No. Item Total

Memadai 1, 2, 5, 7, 10, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36,37,38,39,40,41

28

Revisi 3, 4,6,8,9,11,12,13,17,19,27,28,35 13

Hasil judgement menunjukkan terdapat 28 item yang memadai artinya item tersebut sudah dapat digunakan, dan sebanyak 13 item. Berdasarkan hasil

judgement yang telah dilakukan, jumlah item pernyataan instrumen kebiasaan belajar yang dapat digunakan dalam uji coba instrumen sebanyak 38 item.


(12)

3.7.2 Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden. Uji keterbacaan instrumen adiksi situs jejaring sosial dan instrumen kebiasaan belajar dilakukan 20 peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Cicalengka. Uji keterbacaan dapat membantu mengetahui redaksi penulisan kata yang salah atau pernyataan yang sulit dipahami oleh responden, sehingga dapat diperbaiki sebelum dilaksanakan penyebaran angket untuk penelitian. Hasil uji keterbacaan yang telah dilaksanakan, responden dapat memahami bahasa dan makna yang terkandung dalam seluruh pernyataan instrumen baik instrumen adiksi situs jejaring sosial maupun instrumen kebiasaan belajar siswa.

3.7.3 Uji Validitas Instrumen

Uji validitas instrumen dilakukan untuk menguji kesahihan instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang akan diukur. Instrumen yang dimiliki ukuran validitas tinggi menunjukkan kesahihan suatu instrumen yang baik, artinya instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas instrumen yang dilakukan menggunakan data yang dikumpulkan secara built-in, artinya responden untuk uji validitas merupakan sampel yang akan digunakan sebagai data yang akan di analisis.

Uji validitas butir item pernyataan dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS 23.0 for windows dan microsoft excel 2007 menggunakan rumus

Point Biserial Correlation α0,5, dengan rumus sebagai berikut.

�� = � − �


(13)

Keterangan:

� = Koefisien korelasi point biserial

Mp= mean skor dari sampel yang menjawab benar pada butir item yang dicari validitasnya

Mt = rata-rata total skor

p= proporsi sampel yang menjawab benar

= ℎ � � � �

ℎ � ℎ �

q = proporsi sampel yang menjawab salam (q=1-p)

Untuk mengetahui suatu item pernyataan valid atau tidak valid yaitu dengan patokan, jika thitung lebih besar dari ttabel, maka butir instrumen dianggap valid, sedangkan jika thitung lebih kecil atau sama dengan ttabel maka butir instrumen dianggap tidak valid. T hitung didapatkan dengan rumus sebagai berikut:

= √� − √ −

(Riduwan, 2013: 140)

Setelah perhitungan uji validitas menggunak an perangkat lunakSPSS 23.0 for windows dan microsoft excel 2007, terdapat 2 dari 58 item pernyataan adiksi situs jejaring sosial yang tidak valid, artinya item instrumen untuk mengukur adiksi situs jejaring sosial hanya terdapat 56 butir penyataan yang valid. Sedangkan terdapat 4 dari 41 item pernyataan kebiasaan belajar yang tidak valid, artinya item instrumen untuk mengukur kebiasaan belajar hanya terdapat 36 item pernyataan yang valid. Berikut item-item setelah validasi pada tabel berikut.

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Item Angket Adiksi Situs Jejaring Sosial

Signifikansi No Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58

56


(14)

Tabel 3.10.

Hasil Uji Validitas Item Angket Kebiasaan Belajar

Signifikansi No Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41

37

Tidak Valid 22, 23, 26, 34 4

3.7.4 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan tingkat ketepatan atau kemantapan (Rakhmat dan Solehuddin, 2006, hlm. 21). Bila suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel. Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistennya suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1989, hlm. 140). Uji reliabilitas instrumen dilakukan menggunakan teknik Rumus Kuder Richardson-20 (KR-20).

(Arikunto, 2009, hlm. 100) Keterangan:

= reliabilitas tes secara keseluruhan

n = banyaknya butir item

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1 – p)

pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

S = standar deviasi dari tes (akar devians)

Sebagai acuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan klasifikasi dari Guilford (1956), pada tabel berikut:


(15)

Tabel 3.11

Kriteria Reliabilitas Instrumen -1,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat Rendah

0,200 < r ≤ 0,40 Rendah

0,400 < r ≤ 0,60 Sedang

0,600 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Setelah dilakukan pengujian reliabilitas instrumen adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar menggunakan aplikasi lunak SPSS for windows 23.0

diperoleh hasil pada tabel berikut:

Tabel 3.12

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Adiksi Situs Jejaring Sosial

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,887 56

Tabel 3.13

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kebiasaan Belajar

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,805 37

Berdasarkan hasil pengujian reliabitas menunjukkan instrumen yang mengukur adiksi situs jejaring sosial memiliki nilai reliabilitas 0,887 dengan memiliki daya ketepatan dengan kriteria sangat tinggi. Sedangkan untuk instrumen kebiasaan belajar memiliki nilai reliabilitas 0,805 dengan memiliki daya ketepatan kriteria tinggi.


(16)

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik mengumpulan data yang digunakan untuk dapat menggambarkan adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar siswa adalah dengan menggunakan angket, peneliti dapat mengumpukan data pada waktu yang bersamaan dengan sampel yang cukup besar. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 199)

angket merupakan “teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari

responden.”. Bentuk angket yang digunakan yaitu angket tertutup yang sudah di

sediakan alternatif jawabannya dan responden hanya menjawab setiap pernyataan dengan cara memilih alternatif jawaban dengan format Ya dan Tidak.

3.9 Teknik Analisis Data 3.9.2 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari hasil penyebaran instrumen kemudian diolaha dan dianalisis. Analisis data dalam penelitian dilakukan untuk melihat gambaran umum perilaku adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar peserta didik kelas XI SMAN 1 Cicalengka tahun ajaran 2015/2016 sehingga dapat dilihat apakah terdapat hubungan antara adiksi situs jejaring sosial dengan kebiasaan belajar siswa.

Data yang akan diolah terlebih dahulu diberi skoring. Skoring data dilakukan untuk menentukan kategori tingkat adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar peserta didik kelas XI di SMAN 1 Cicalengka pada kategori tinggi (T), dan rendah (R). Untuk menentukan kategori tinggi dan rendah ditempuh dengan cara menggunakan nilai tengah ideal, yaitu nilai tertinggi ideal ditambah nilai terendah ideal lalu dibagi dua. Kategorisasi skor untuk perilaku adiksi situs jejaring sosial dengan nilai tertinggi ideal 41 ditambah nilai terendah 0 (nol) dibagi 2 yaitu 20,5, sedangkan untuk kebiasaan belajar siswa dengan nilai tertinggi 36 ditambah 7 (nol) dibagi 2 yaitu 21,5. Berikut kategorisasi skor untuk adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar pada tabel berikut:


(17)

Tabel 3.14

Kategori Skor untuk Gambaran Umum Adiksi Situs Jejaring Sosial Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cicalengka Tahun Ajaran 2015/2016

No. Skor Kategori Keterangan

1 ≥ 22 Tinggi Peserta didik memiliki tingkat adiksi situs jejaring sosial tinggi

2 ≤ 21 Rendah Peserta didik memiliki tingkat adiksi situs jejaring sosial rendah

Tabel 3.15

Kategori Skor untuk Gambaran Umum Kebiasaan Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cicalengka Tahun Ajaran 2015/2016

No. Skor Kategori Keterangan

1 ≥ 23 Tinggi Peserta didik memiliki tingkat kebiasaan belajar tinggi

2 ≤ 22 Rendah Peserta didik memiliki tingkat kebiasaan belajar rendah

a. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas X (Adiksi mengakses situs jejaring sosial) dengan variabel terikat Y (kebiasaan belajar), sehingga diketahui seberapa besar hubungan variabel X terhadap Y.

Rumus korelasi menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson

sebagai berikut:

= � ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ }{� ∑ − ∑ }

(Sugiyono, 2013, hlm. 255) Keterangan:

= Koefisien Korelasi

� = banyaknya sampel X = Nilai variabel 1


(18)

Y = Nilai variabel 2

∑ = Jumlah

Setelah diperoleh koefisien korelasi, dilakukan interpretasi terhadap koefisien korelasi tersebut dengan menggunakan pedoman berikut:

Tabel 3.16

Kriteria Tingkat korelasi

Kriteria Tingkat korelasi

0,80 - 1,000 Sangat kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Sedang

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

(Sugiyono, 2013, hlm. 257)

b. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah derajat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi dapat dihitungkan dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan, dan selanjutnya dikalikan dengan 100%. Koefisien determinasi (penentu) ini dinyatakan dalam persen.

KD = r x %

(Sugiono, 2007:259) Keterangan:

KD = Koefisien determinasi

r = Kuadrat koefisien korelasi c. Pengujian Hipotesis

Untuk penelitian ini, tingkat kesalahan yang dapat ditolerir atau tingkat

signifikan (α) ditetapkan sebesar 5% (0,05) pada dua tes sisi. Jika nilai signifikan (Sig) < α (0,05)Ho ditolak dan H diterima berarti terdapat hubungan antara kecanduan mengakses situs jejaring sosial dengan kebiasaan belajar, jika nilai signifikan (Sig) >α (0,05)H diterima dan H ditolak.


(19)

H (Hipotesis 0)

Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan mengakses situs jejaring sosial dengan kebiasaan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cicalengka

H (Hipotesis 1)

H = Terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan mengakses situs jejaring sosial dengan kebiasaan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cicalengka


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6. Jakarta : Rineka Cipta.

Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGraw Hill. 145.

Rakhmat, Solehudin. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Andira.

Singarimbun. (1989). Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA. Haryanto. (2012). Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan. [Online].

Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/ (17 Januari 2016)

Furqon. 2013. Statistik Terapan untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta


(1)

Tabel 3.11

Kriteria Reliabilitas Instrumen

-1,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat Rendah 0,200 < r ≤ 0,40 Rendah 0,400 < r ≤ 0,60 Sedang 0,600 < r ≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Setelah dilakukan pengujian reliabilitas instrumen adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar menggunakan aplikasi lunak SPSS for windows 23.0

diperoleh hasil pada tabel berikut:

Tabel 3.12

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Adiksi Situs Jejaring Sosial

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

,887 56

Tabel 3.13

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kebiasaan Belajar

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

,805 37

Berdasarkan hasil pengujian reliabitas menunjukkan instrumen yang mengukur adiksi situs jejaring sosial memiliki nilai reliabilitas 0,887 dengan memiliki daya ketepatan dengan kriteria sangat tinggi. Sedangkan untuk instrumen kebiasaan belajar memiliki nilai reliabilitas 0,805 dengan memiliki daya ketepatan kriteria tinggi.


(2)

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik mengumpulan data yang digunakan untuk dapat menggambarkan adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar siswa adalah dengan menggunakan angket, peneliti dapat mengumpukan data pada waktu yang bersamaan dengan sampel yang cukup besar. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 199) angket merupakan “teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.”. Bentuk angket yang digunakan yaitu angket tertutup yang sudah di sediakan alternatif jawabannya dan responden hanya menjawab setiap pernyataan dengan cara memilih alternatif jawaban dengan format Ya dan Tidak.

3.9 Teknik Analisis Data 3.9.2 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari hasil penyebaran instrumen kemudian diolaha dan dianalisis. Analisis data dalam penelitian dilakukan untuk melihat gambaran umum perilaku adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar peserta didik kelas XI SMAN 1 Cicalengka tahun ajaran 2015/2016 sehingga dapat dilihat apakah terdapat hubungan antara adiksi situs jejaring sosial dengan kebiasaan belajar siswa.

Data yang akan diolah terlebih dahulu diberi skoring. Skoring data dilakukan untuk menentukan kategori tingkat adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar peserta didik kelas XI di SMAN 1 Cicalengka pada kategori tinggi (T), dan rendah (R). Untuk menentukan kategori tinggi dan rendah ditempuh dengan cara menggunakan nilai tengah ideal, yaitu nilai tertinggi ideal ditambah nilai terendah ideal lalu dibagi dua. Kategorisasi skor untuk perilaku adiksi situs jejaring sosial dengan nilai tertinggi ideal 41 ditambah nilai terendah 0 (nol) dibagi 2 yaitu 20,5, sedangkan untuk kebiasaan belajar siswa dengan nilai tertinggi 36 ditambah 7 (nol) dibagi 2 yaitu 21,5. Berikut kategorisasi skor untuk adiksi situs jejaring sosial dan kebiasaan belajar pada tabel berikut:


(3)

Tabel 3.14

Kategori Skor untuk Gambaran Umum Adiksi Situs Jejaring Sosial Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cicalengka Tahun Ajaran 2015/2016

No. Skor Kategori Keterangan

1 ≥ 22 Tinggi Peserta didik memiliki tingkat adiksi situs jejaring sosial tinggi

2 ≤ 21 Rendah Peserta didik memiliki tingkat adiksi situs jejaring sosial rendah

Tabel 3.15

Kategori Skor untuk Gambaran Umum Kebiasaan Belajar Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Cicalengka Tahun Ajaran 2015/2016

No. Skor Kategori Keterangan

1 ≥ 23 Tinggi Peserta didik memiliki tingkat kebiasaan belajar tinggi

2 ≤ 22 Rendah Peserta didik memiliki tingkat kebiasaan belajar rendah

a. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas X (Adiksi mengakses situs jejaring sosial) dengan variabel terikat Y (kebiasaan belajar), sehingga diketahui seberapa besar hubungan variabel X terhadap Y.

Rumus korelasi menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson

sebagai berikut:

= � ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ }{� ∑ − ∑ }

(Sugiyono, 2013, hlm. 255) Keterangan:

= Koefisien Korelasi

� = banyaknya sampel X = Nilai variabel 1


(4)

Y = Nilai variabel 2 ∑ = Jumlah

Setelah diperoleh koefisien korelasi, dilakukan interpretasi terhadap koefisien korelasi tersebut dengan menggunakan pedoman berikut:

Tabel 3.16

Kriteria Tingkat korelasi

Kriteria Tingkat korelasi

0,80 - 1,000 Sangat kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Sedang

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

(Sugiyono, 2013, hlm. 257)

b. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah derajat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi dapat dihitungkan dengan cara mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan, dan selanjutnya dikalikan dengan 100%. Koefisien determinasi (penentu) ini dinyatakan dalam persen.

KD = r x %

(Sugiono, 2007:259) Keterangan:

KD = Koefisien determinasi

r = Kuadrat koefisien korelasi

c. Pengujian Hipotesis

Untuk penelitian ini, tingkat kesalahan yang dapat ditolerir atau tingkat signifikan (α) ditetapkan sebesar 5% (0,05) pada dua tes sisi. Jika nilai signifikan (Sig) < α (0,05)Ho ditolak dan H diterima berarti terdapat hubungan antara kecanduan mengakses situs jejaring sosial dengan kebiasaan belajar, jika nilai signifikan (Sig) >α (0,05)H diterima dan H ditolak.


(5)

H (Hipotesis 0)

Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan mengakses situs jejaring sosial dengan kebiasaan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cicalengka

H (Hipotesis 1)

H = Terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan mengakses situs jejaring sosial dengan kebiasaan belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cicalengka


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi

6. Jakarta : Rineka Cipta.

Guilford, J.P. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education. New

York: McGraw Hill. 145.

Rakhmat, Solehudin. (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Andira.

Singarimbun. (1989). Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Haryanto. (2012). Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan. [Online]. Tersedia:

http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/ (17 Januari 2016)

Furqon. 2013. Statistik Terapan untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta