BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

Kabupaten Halmahera Utara diresmikan pada tanggal 31 Mei 2003 berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2003 dengan ibu kota terletak di Tobelo yang dibagi menjadi 9 kecamatan dan 174 Desa.

Selanjutnya berdasarkan PERDA No. 1-2/2006, wilayah kabupaten dimekarkan menjadi 22 kecamatan dan 260 desa. Dan terakhir dengan dibentuknya Kabupaten Pulau Morotai (UU No.53/2008), wilayah kabupaten menjadi 17 kecamatan dan 196 desa. Secara umum Kabupaten Halmahera Utara adalah wilayah kepulauan di selatan Samudera Pasifik yang merupakan konstelasi pulau-pulau besar dan kecil sebanyak 115 pulau.


(2)

2.1.1 Letak Geografis dan Administratif

Secara astronomis kabupaten halmahera utara terletak antara 1057’ Lintang Utara - 3000’ Lintang Selatan dan 127017’ Bujur Timur - 129008’ Bujur Timur, dan secara geografis batas wilayah kabupaten halmahera utara berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Samudera Pasifik/Kab. Pulau Morotai

Sebelah Selatan : Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat

Sebelah Barat : Kecamatan Loloda, Sahu, Ibu dan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat Sebelah Timur : Kecamatan Wasile Kabupaten Halmahera Timur dan Laut Halmahera

Secara administratif luas keseluruhan wilayah Kabupaten Halmahera Utara adalah 22.507,32 kilometer persegi yang terdiri dari luas Laut kurang lebih 17.555,71 Km2 (78%), sedangkan luas daratan kurang lebih 4.951,61 Km2 (22%). Saat ini Kabupaten Halmahera Utara terdiri dari 17 Kecamatan dan 196 Desa. Luas wilayah administratif berdasarkan kecamatan sebagaimana tabel 1

Tabel 2.1

Luas Wilayah Administratif Kab. Halmahera Utara

Kecamatan District Jumlah Desa Luas Wilayah

(Km2)

Persentase Kecamatan

Malifut 22 374,10 11.94

Kao 19 111,20 3.55

Kao Utara 11 128,80 4.11

Kao Barat 20 596,70 19.05

Kao Teluk 11 135,40 4.32

Tobelo 10 33,0 1.05

Tobelo Tengah 9 56,0 1.79

Tobelo Utara 11 100,40 3.21

Tobelo Selatan 13 204,30 6.52

Tobelo Timur 6 120,0 3.83

Tobelo Barat 5 294,70 9.41

Galela 6 138,70 4.43

Galela Utara 12 255,30 8.15

Galela Selatan 7 84,50 2.70

Galaela Barat 9 45,50 1.45

Loloda Utara 15 390,40 12.46

Loloda Kepulauan 10 63,30 2.02

Jumlah Total

Daratan / Land 196 4.951,61 13.82

Lautan / Sea 17.555,71 86.18


(3)

Gambar 2.1

Peta Administratif Kabupaten Halmahera Utara

2.1.2 Kondisi Fisik Wilayah

Topografi Berdasarkan peta eksisting lereng, dapat dilihat bahwa wilayah daratan Halmahera Utara didominasi oleh lahan dengan kemiringan lereng 0 – 8 %. Daerah Loloda Utara dan Galela Utara adalah wilayah yang memiliki lahan dengan kemiringan 26 – 40 % terluas dibandingkan dengan wilayah lainnya di daratan Halmahera Utara. Daerah dengan kemiringan lereng curam yaitu > 40 % tersebar di Sebagian wilayah Galela, Tobelo Utara, Tobelo dan Tobelo Tengah.


(4)

Gambar 2.2

Peta Kemiringan dan Ketinggian Lereng di Kab. Halmahera Utara

Geologi, antara lain terdiri dari: a) Struktur dan karakteristik;

Struktur dan karakteristik tanah di Kabupaten Halmahera Utara antara lain :

 Tanah Litosol terdapat di dataran Galela

 Tanah Rendzina terdapat di dataran Loloda Utara

 Tanah Mediteran terdapat di dataran Loloda dan Gelela

 Tanah Alluvial terdapat di hampir semua kecamatan dalam wilayah Kabupaten Halmahera Utara

 Tanah Regosol terdapat di Kecamatan Loloda Utara, Galela, Kao dan Malifut

 Tanah Latosol terdapat di Kecamatan Loloda Utara, Galela, Tobelo, Tobelo Selatan, Kao dan Maifut.


(5)

b) Potensi;

Potensi geologi yang ada di Kabupaten Halmahera Utara antara lain : (1) Emas terdapat di Loloda Utara, Galela dan Kao

(2) Mangan terdapat di Loloda Utara dan Galela (3) Nikel terdapat di Galela dan Kao

(4) Pasir besi terdapat di Loloda Utara da Galela (5) Tembaga terdapat di Loloda Utara dan Galela (6) Semen terdapat di Galela

(7) Kaolin terdapat di Galela dan

(8) Batubara terdapat di Loloda Utara, Galela, Kao dan Malifut. Klimatologi, antara lain terdiri dari:

a) Tipe;

Kabupaten Halmahera Utara merupakan daerah kepulauan yang beriklim Tropis b) Curah hujan;

Data curah hujan pada bulan Juni adalah merupakan bulan dengan curah hujan terendah di tahun 2012 yaitu 3,6 mm dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2012 dengan curah hujan sebesar 553,6 mm. Jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus dengan 17 hari hujan, sementara hari hujan terbanyak jatuh pada bulan Maret dan April dengan jumlah hari hujan sebanyak 25 hari selama satu bulan. c) Suhu;

Suhu rata-rata kabupaten Halmahera Utara selama tahun 2012 berkisar antara 21˚C – 26,4˚C.

d) Kelembaban

Kelembaban udara rata-rata sesuai dengan data BPS Kabupaten Halmahera Utara pada tahun 2012 berkisar antara 78% - 119%.


(6)

Tabel 2.2

Temperatur, Penyinaran Matahari dan Tekanan Udara di Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2011

Bulan Month

Temperatur Temperature

(0C)

Penyinaran Matahari Solar Intencity

(%)

Tekanan Udara Air Pressure

(mb) Rata-Rata

Average

Maks Max

Min Min

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Januari 25,8 33,0 20,0 49 1039,4

Februari 23,5 32,4 20,0 40 1006,7

Maret 25,6 32,6 21,0 49 1007,7

April 25,9 32,4 20,2 64 908,3

Mei 26,4 33,4 21,2 53 1008,8

Juni 21,8 32,2 19 43 1008,1

Juli 26 33,2 20 48 1008,0

Agustus 25,8 33,0 19,8 43 1008,0

September 25,9 32,8 19,8 100 1008,0

Oktober 26,0 34,4 18,0 68 1008,0

Nopember 26,3 33,4 20,0 - 1008,4

Desember 23,5 33,0 21,8 32 1007,8


(7)

Tabel 2.3

Curah Hujan, Kelembaban dan Kecepatan Angin

Tahun 2012

Bulan

Month

Curah Hujan

Kelembaban Nisbi

Humidity

Angin

Hari Hujan

Rains Day

Kapasitas

Capacity

(mm)

Kec. Rata-Rata (Knot)

Arah Terbanyak

Direction

Kec. Max (Knot)

Arah Kec. Max

(1) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Januari 24 128,2 83 25 110 25 110

Februari 22 459,2 90 20 110 20 110

Maret 25 553,6 89 - 110 15 270

April 25 209,2 86 12 250 25 290

Mei 16 144,8 119 12 110 15 110

Juni 17 3,6 78 06 060 25 280

Juli 17 12,3 85 06 250 14 240

Agustus 17 133,6 85 06 110 13 290

September 19 225,1 86 06 110 12 290

Oktober 19 225,1 6 06 110 12 250

Nopember 19 207,7 87 05 280 15 280

Desember 22 500,0 88 08 260 20 260

Sumber : Stasiun Meteorologi Gamar Malamo Galela 2012

Hidrologi: Kabupaten Halmahera Utara memiliki 61Daerah Aliran Sungai yang terdiri dari DAS Supu, DAS Melalomo, DAS Lelei, DAS Pusu, DAS Pakawani, DAS Tapi, DAS Pitau, DAS Saeo, DAS Dodowo, DAS Limau, DAS Tohaki, DAS Togowa, DAS Lututo, DAS Lobe, DAS Popila, DAS Gorua, DAS Upa, DAS Walaloe, DAS Mawea, DAS Gongamicik, DAS Tunuo, DAS Boing, DAS Daru, DAS Jati, DAS Soasangaji, DAS Kao, DAS Wangeotak, DAS Taolas, DAS Domudomu, DAS Tabanoma, DAS Pip, DAS Kosidi, DAS Goluk, DAS Domera, DAS Lakara, DAS Doman, DAS Ngajam, DAS Asimiro, DAS Dorume, DAS Puru, DAS Doitia, DAS Satu, DAS Tolalo, DAS Ilafameko, DAS Kamupa, DAS Gisi, DAS Pocao, DAS Salangadeke, DAS Gandasuli, DAS Dama, DAS Tulunuo, DAS Kokara Besar, DAS Tagalaya, DAS Miti, DAS Magalinu, DAS Gomolamo, DAS Ngolo, DAS Loloda, DAS Tosomolo, DAS Kahatola, dan DAS Bobale.


(8)

2.2. Demografi

Penduduk merupakan sumberdaya yang potensial dalam proses pembangunan suatu bangsa. Hal ini dapat terjadi bila jumlah penduduk yang besar dapat dikembangkan sebagai tenaga kerja yang produktif sehingga berfungsi sebagai pengelola sumber daya alam. Namun penduduk yang besar juga dapat menimbulkan permasalahan sosial dalam proses pembangunan itu sendiri seperti pengangguran, kemiskinan dan sebagainya, bila potensi itu sendiri tidak mendapat perhatian dan penanganan yang serius.

Demografi merupakan gambaran ringkas kondisi kependudukan di tingkat kecamatan, Rumus untuk menghitung proyeksi penduduk 5 tahun:

Pt = Po (1 + r )t Keterangan:

Pt = jumlah penduduk pada tahun t (2017). Po = jumlah penduduk pada tahun awal (2012) r = angka pertumbuhan penduduk


(9)

Tabel 2.4

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kab. Halmahera Utara Tahun 2008 - 2012

NO KECAMATAN JUMLAH

DESA

JUMLAH PENDUDUK KEPADATAN

PENDUDUK (JIWA/Km2)

2012

2008* 2009* 2010 2011 2012

1 TOBELO 10

170.061 179.366

29.377 30.036 33.564 1.017

2 TOBELO UTARA 10 9.714 9.932 10.895 109

3 TOBELO TENGAH 9 12.543 12.824 12.704 227

4 TOBELO SELATAN 13 13.054 13.347 13.499 66

5 TOBELO TIMUR 6 6.283 6.424 5.901 49

6 TOBELO BARAT 5 4.358 4.456 4.874 17

7 GALELA 7 7.390 7.556 7.844 57

8 GALELA SELATAN 7 7.491 7.659 7.732 92

9 GALELA BARAT 9 9.283 9.491 8.175 180

10 GALELA UTARA 12 7.053 7.211 7.502 29

11 LOLODA UTARA 18 8.627 8.821 9.673 25

12 LOLODA KEP. 10 5.964 6.098 8.682 137

13 K A O 14 7.513 7.682 8.436 76

14 KAO UTARA 12 10.509 10.745 10.564 82

15 KAO BARAT 21 8.092 8.274 8.678 15

16 KAO TELUK 11 3.590 3.670 4.370 32

17 MALIFUT 22 11.006 11.253 9.559 26

JUMLAH 196 170.061 179.366 161.847 165.479 172.652 55

Sumber : BPS Kab. Halmahera Utara


(10)

Tabel 2.5

Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kab. Halmahera Utara Tahun 2013 - 2017

NO KECAMATAN JUMLAH

DESA

PROYEKSI PENDUDUK KEPADATAN

PENDUDUK (JIWA/Km2)

2012

2013 2014 2015 2016 2017

1 TOBELO 10 34.571 35.578 36.585 37.760 38.934 1.180

2 TOBELO UTARA 10 11.222 11.549 11.876 12.257 12.638 126

3 TOBELO TENGAH 9 13.085 13.466 13.847 14.292 14.737 263

4 TOBELO SELATAN 13 13.904 14.309 14.714 15.186 15.659 77

5 TOBELO TIMUR 6 6.078 6.255 6.432 6.639 6.845 57

6 TOBELO BARAT 5 5.020 5.166 5.313 5.483 5.654 19

7 GALELA 7 8.079 8.315 8.550 8.825 9.099 66

8 GALELA SELATAN 7 7.964 8.196 8.428 8.699 8.969 106

9 GALELA BARAT 9 8.420 8.666 8.911 9.197 9.483 208

10 GALELA UTARA 12 7.727 7.952 8.177 8.440 8.702 34

11 LOLODA UTARA 18 9.963 10.253 10.544 10.882 11.221 29

12 LOLODA KEPULAUAN 10 8.942 9.203 9.463 9.767 10.071 159

13 K A O 14 8.689 8.942 9.195 9.491 9.786 88

14 KAO UTARA 12 10.881 11.198 11.515 11.885 12.254 95

15 KAO BARAT 21 8.938 9.199 9.459 9.763 10.066 17

16 KAO TELUK 11 4.501 4.632 4.763 4.916 5.069 37

17 MALIFUT 22 9.846 10.133 10.419 10.754 11.088 30

JUMLAH 196 177.832 183.011 188.191 194.234 200.276 64 Sumber: Hasil Analisis Tim Pokja


(11)

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

2.3.1. Kondisi Keuangan Daerah

Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Dalam kebijakan fiskal pada sisi Belanja, Pemerintah Pusat tidak melimpahkan kuasa atau kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan yang bersifat pengelolaan sumber – sumber Pendapatan Negara dengan azas otonomi yang seluas – luasnya. Pemerintah Pusat menggunakan instrumen perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah untuk mengatur ketimpangan fiskal secara horizontal, karena sumber – sumber Pendapatan Negara yang tidak merata antar Pemerintah Daerah. Pemusatan penerimaan Pendapatan Negara pada Pemerintah Pusat secara inheren akan menimbulkan ketimpangan fiskal secara vertikal antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang menghasilkan Sumber Penerimaan Negara.

Pemerintah Pusat menyerahkan sebagian urusan pengelolaan Pendapatan Negara kepada Pemerintah Daerah, dengan memberikan kewenangan untuk mengelola Pendapatan negara dalam bentuk memungut Pajak dan Retribusi yang disebut dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Basis Pajak Daerah yang diberikan berdasarkan peraturan perundangan – undangan yang berlaku, dengan tidak memberikan ruang untuk dilakukan suatu perluasan Basis Pajak Daerah. Perluasan basis pemungutan Retribusi Daerah dimungkinkan oleh Pemerintah, akan tetapi hal tersebut dapat menimbulkan hambatan berupa ekonomi biaya tinggi serta eksploitasi terhadap sistem pelayanan. Akan menjadi suatu hal yang kontraproduktif jika peningkatan investasi daerah akan menimbulkan beban sosial yang tinggi, apabila fungsi restribusi daerah untuk mengatur kerusakan lingkungan serta peningkatan pelayanan umum dikalahkan oleh kepentingan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Berdasarkan hal tersebut, maka azas umum dalam menyusun APBD yang ditentukan oleh peraturan perundangan - undangan selalu menekankan bahwa Belanja Daerah disusun dengan memperhatikan kemampuan Pendapatan Daerah atau harus didukung dengan adanya kepastian ketersediaan penerimaan daerah dalam jumlah yang cukup. Berdasarkan kondisi inilah Kerangka Anggaran Pembangunan Daerah dibangun, dimana Pemerintah Daerah memiliki otonomi yang luas dalam menyusun rencana kinerja yang akan menimbulkan Belanja Daerah dengan tetap memperhatikan kemampuan Pendapatan Daerah.

Keterbatasan kemampuan Pendapatan Daerah akan menimbulkan permasalahan dalam proses mengalokasikan belanja daerah pada program dan kegiatan yang layak. Berdasarkan prinsip “value for money system”, maka alokasi belanja akan diberikan pada program dan


(12)

kegiatan yang akan mendukung pencapaian target kinerja, karena sudah memiliki indikator kinerja dengan target yang terukur.

Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan pendapatan yang akan ditempuh, yaitu sebagai berikut :

Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah;

Implementasi Undang-Undang Nomor : 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;

Mendorong partisipasi masyarakat dalam pencapaian target Pendapatan Daerah melalui kesadaran dan tanggung jawab membayar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

Mendorong peningkatan Investasi sumberdaya alam pada sektor Pertambangan , Pertanian dan Perikanan;

Validasi Data untuk proses bargaining DAU, DAK dan Sumber Dana lainnya;

Membangun kemitraan dengan Pihak Ketiga untuk memberikan kontribusi berupa Sumbangan Sukarela tanpa tekanan.

Arah Kebijakan Belanja Daerah

Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan belanja yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut : Gaji dan Insentif;

Efektifitas dan Efisiensi Subsidi dan Bansos; Efisiensi kegiatan operasional pemerintahan;

Menjamin ketersediaan Infrastruktur Dasar sebagai pendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat;

Prioritas penuntasan Kegiatan Multiyears; Shearing Dana TP / DAK;

Jaminan Kualitas Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan; Kelistrikan dan Air Bersih Perdesaan;


(13)

Tabel 2.6

Rekapitulasi Realisasi APBD Tahun 2010-2013 Kabupaten Halmahera Utara

No Anggaran 2010 2011 2012 2013

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

A. Pendapatan

1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp 67.053.727.758 Rp 115.917.369.500 Rp 155.413.393.565 Rp 126.422.969.200 2 Dana Perimbangan (Transfer) Rp 293.194.351.700 Rp 381.307.900.000 Rp 423.645.221.000 Rp 490.221.021.000 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah Rp 2.141.200.000 Rp 37.420.946.924 Rp 14.190.500.924 Rp 28.245.705.343 Jumlah Pendapatan Rp 362.389.279.458 Rp 534.646.216.424 Rp 593.249.115.489 Rp 644.889.695.543

B. Belanja

1 Belanja Tidak Langsung Rp 205.206.231.520 Rp 203.250.101.976 Rp 226.383.348.143 Rp 241.474.888.476 2 Belanja Langsung Rp 175.657.621.507 Rp 349.039.729.141 Rp 406.057.503.204 Rp 404.714.555.529 Jumlah Belanja Rp 380.863.853.027 Rp 552.289.831.118 Rp 632.440.851.347 Rp 646.189.444.005 Surplus/Defisit Anggaran Rp (18.474.573.569) Rp (17.643.614.694) Rp (39.191.735.858) Rp (1.229.748.462)

Sumber : DPPKAD tahun 2013

Gambaran Keuangan Sektor Sanitasi

Dalam tabel 2.7, dapat dilihat struktur belanja pembangunan kabupaten Halmahera Utara di sektor sanitasi menunjukan hal yang cukup positif, hal ini terlihat dari rasio belanja modal sanitasi terhadap total APBD rata-rata di atas 1,00 persen. Sedangkan rasio belanja modal sanitasi per satuan jumlah penduduk juga cukup baik, walaupun masih terjadi fluktuasi.

Tabel 2.7

Rekapitulasi Belanja Sanitasi Per SKPD Tahun 2009-2013 Kabupaten Halmahera Utara

NO SKPD TAHUN (Rp)

2009 2010 2011 2012 2013

1 Dinas PU

4.405.760.472 798.600.000 4.575.578.000 3.701.010.000 5.579.592.000

2 Dinas Kesehatan

28.130.000 21.800.000 213.000.000 161.222.000 189.342.000 3 Dinas Tatakota & Kebersihan 1.152.552.000 1.025.660.000 3.302.780.000 2.935.440.000 4.884.756.000

4 BLH

1.578.582.500 1.384.738.200 1.500.108.600 1.717.654.500 304.194.000

5 BAPPEDA 0 0 0 0

329.925.000 Jumlah Belanja 7.165.024.972 3.230.798.200 9.591.466.600 8.515.326.500 11.287.809.000 Jumlah Total APBD 452.479.775.901 380.863.853.027

552.289.831.118 631.050.524.347

646.189.444.005 Proporsi Belanja Sanitasi 1,58

0,85 1,74 1,35

1,75 Sumber: Bappeda , DPKKAD & Olahan Tim Pokja


(14)

Tabel 2.8

Rekapitulasi Belanja Sanitasi Per Satuan Penduduk Tahun 2009-2013 Kabupaten Halmahera Utara

NO DESKRIPSI TAHUN

2009 2010 2011 2012 2013

1 Belanja Modal Sanitasi

(Rp) 7.165.024.972 3.230.798.200 9.591.466.600 8.515.326.500 11.287.809.000 2 Jumlah Penduduk

(Jiwa) 179.366 161.847 165.479 172.652 177.832

3 Belanja Modal Sanitasi

Per Pendududuk (Rp) 39.946 19.962 57.962 49.321 63.475 Sumber: Bappeda , DPKKAD & Olahan Tim Pokja

2.3.2. Perekonomian Daerah

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkat kan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi; dengan kata lain mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dengan pemerataan yang sebaik mungkin.

Pendapatan regional perkapita masyarakat merupakan indikator untuk mengetahui tingkat pendapatan orang per orang dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Tingkat pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 4.937.426,- sedangkan atas dasar harga konstannya mencapai Rp. 2.340.976,- Bila dibandingkan tahun sebelumnya pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Halmahera Utara mengalami sedikit kenaikan, baik atas dasar harga yang berlaku maupun atas dasar harga konstan. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Halmahera Utara juga mengalami peningkatan berarti, yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan pendapatan lain-lain mencapai Rp. 126.422.969.200 atau 19 % dari Total APBD Kab. Halmahera Utara . Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Utara pada Tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang positif yakni sebesar 7,72.%. Struktur perekonomian di Kabupaten Halmahera Utara masih didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 42,12 %, disusul sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar 20,36.%. selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(15)

Tabel 2.9a

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Manurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Halmahera Utara (Jutaan Rp) Tahun 2008 - 2012

No. Sektor/Lapangan

Usaha

TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012*

1. Pertanian 135.650 149.830 166.730 180.059 196.959

2. Pertambangan

dan Penggalian 18.329 16.011 17.528 18.823 20.118

3 Industri

Pengolahan 66.981 67.389 68.211 71.682 75.153

4 Listrik, Gas dan

Air Minum 1.031 1.122 1.211 1.304 1.397

5 Konstruksi 2.768 2.696 2.899 3.266 3.633

6

Perdagangan , Hotel dan Restoran

69.369 75.527 79.907 87.034 94.161

7 Pengangkutan

dan Komunikasi 23.629 26.622 28.063 30.440 32.817

8

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

10.294 11.630 12.782 13.901 15.020

9. Jasa-Jasa 16.218 18.003 19.516 20.972 22.428


(16)

Tabel 2.9.b

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Manurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

Kabupaten Halmahera Utara (Jutaan Rp) Tahun 2008 - 2012

No. Sektor/Lapangan

Usaha TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012*

1. Pertanian 215.107,45 261.950,71 322.835,55 370.559,46 418.283,37

2. Pertambangan dan

Penggalian 28.992,62 35.954,72 53.172,52 60.988,89 68.805,26

3 Industri Pengolahan 87.172,54 117.021,28 123.228,33 134.881,34 146.534,35 4 Listrik, Gas dan Air

Minum 2.410,97 2.989,68 3.962,56 4.383,38 4.804,20

5 Konstruksi 4.779,01 6.532,84 10.129,33 12.612,44 15.095,55

6 Perdagangan , Hotel

dan Restoran 91.222,63 125.387,38 145.845,30 165.614,55 185.383,80

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 46.552,03 54.645,62 71.257,65 80.599,46 89.941,27

8

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

15.938,24 21.374,58 28.550,20 32.311,48 36.072,76

9. Jasa-Jasa 22.080,85 29.688,19 35.732,16 39.671,78 43.611,40

PDRB 514.256,34 655.545,00 794.714 901.623 1.008.532

2.4. Tata Ruang Wilayah

RTRW Kabupaten Halmahera Utara yang ada saat ini, merupakan review RTRW tahun 2006 yang disesuaikan berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 dan telah ditetapkan lewat PERDA RTRW Kab.Halmahera Utara Nomor: 09 Tahun 2012

Dalam rencana tata ruang wilayah nasional, sistem perkotaan merupakan rencana susunan kota dan kawasan perkotaan dalam suatu wilayah yang menunjukkan keterkaitan fungsi secara serasi yang membentuk hirarki pelayanan sebagai Pusat Kegiayan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).

Dalam RTRW Provinsi, kota yang dikembangkan sebagai PKW di Kabupaten Halmahera Utara yaitu Kota Tobelo yang berada pada gugus pulau wilayah pengembangan 3 (tiga). Ibukota


(17)

kabupaten tersebut berperan sebagai daerah perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan mencakup beberapa kawasan. Kebijakan pengembangan PKW meliputi:

(1)Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

(2)Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan jaringan jalan darat, laut dan udara;

(3)Peningkatan aksesibilitas ke wilayah regional, nasional maupun internasional yang dilayani melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara, khususnya bagi pusat-pusat pengembangan wilayah di masing-masing Gugus Pulau yang berfungsi sebagai Pintu Jamak (Multy Gate);

(4)Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

2.4.1.Tujuan dan Kebijakan Penataan Ruang kabupaten Halmahera Utara

Penataan ruang Kabupaten Halmahera Utara bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman dan produktif melalui pengembangan sektor pertanian, pertambangan, kelautan, industri dan kepariwisataan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Sedangkan Kebijakan penataan ruang Kabupaten Halmahera Utara terdiri atas :

a. pengembangan kawasan-kawasan perkotaan dalam suatu sistem hirarki kota yang harmonis, nyaman, efisien dalam pengelolaan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan;

b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah; c. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup;

d. pengembangan dan perwujudan kegiatan budidaya unggulan (pertanian, pertambangan dan kelautan) yang secara optimal mampu meningkatkan perekonomian Kabupaten dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan


(18)

(19)

(20)

2.5. Sosial dan Budaya

Kondisi sosial budaya menggambarkan keadaan prasarana pendidikan, prasarana kesehatan, dan budaya masyarakat di Kabupaten Halmahera Utara.

Pendidikan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan bekal manusia untuk mampu bertahan hidup. Pendidikan dapat diperoleh melalui cara formal maupun informal baik dari lingkungan keluarga dan sekolah.

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila di segi lain bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan serta cinta tanah air agar dapat menciptakan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Sehubungan dengan itu Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara selalu berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di seluruh wilayahnya untuk berbagai jenjang pendidikan.Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah Sekolah Dasar di Halmahera Utara sebanyak 197 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 26.391 orang, Sekolah Menengah Pertama sebanyak 46 sekolah dengan jumah murid sebanyak 10.336 orang, Madrasah Tsanawiyah sebanyak 21 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 2.610 orang,Sekolah Menengah Atas sebanyak 17 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 6.047 orang, Madrasah Aliyah sebanyak 8 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 748 orang, Sekolah Menengah Kejuruan sebanyak 14 dengan jumlah murid sebanyak 2.908 orang.

Perguruan tinggi yang ada di Halmahera Utara pada tahun 2011 sebanyak 2 buah yaitu Universitas Halmahera yang dulunya bernama STT-GMIH dengan jumlah mahasiswa sebanyak 1070 orang dan jumlah dosen sebanyak 115 orang dan Politeknik Perdamaian Halmahera (Padamara) dengan jumlah dosen sebanyak 54orang dengan jumlah mahasiswa sebanyak 436 orang.


(21)

Tabel 2.9a fasilitas Pendidikan

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Halmahera Utara

Kesehatan

Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan Nasional bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Upaya penyediaan sarana dan prasarana kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dalam peningkatan taraf kesehatan masyarakat.

Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Halmahera Utara sebagaimana sampai dengan tahun 2012 sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.9b

Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kab. Halmahera Utara

Tahun Rumah Sakit

Puskesmas

Puskesmas

Pembantu Polindes Pusling Rawat Jalan Rawat

Inap

2005 1 8 2 31 18 90

2006 1 8 2 37 18 90

2007 1 8 2 39 18 125

2008 2 10 2 39 20 125

2009 2 12 2 39 22 105

2010 2 15 2 39 26 105

2011 3 15 2 39 28 112

2112 3 13 4 39 37 112

0 20 40 60 80 100 120 140

SD MI SMP MTS SMA MA SMK

Gambar 4.1 Rekapitulasi Sekolah di Kabupaten Halmahera Utara

Figure 4.1 Recapitulation of Schools in North Halmahera Regency

NEGERI SWASTA


(22)

Rumah Keluarga Miskin

Pada tahun 2011 di Kabupaten Halmahera Utara tercatat jumlah keluarga miskin sebanyak 3.867 KK atau sebesar 9,12 % persen . Sedang kondisi rumah masyarakat miskin berjumlah 3.567 buah rumah, Jumlah KK miskin dan kondisi rumah disajikan pada table 2.10 berikut ini.

Tabel 2.10

Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kab. Halmahera Utara

No Nama Kec.

Jumlah Jumlah Jumlah

Prosentase KK Miskin

KK KK Miskin Rumah

KK Miskin

1. Kao Teluk 1,144 91 89 7.95

2. Malifut 2,587 665 233 25.71

3. Kao 2,14 240 240 11.21

4. Kao Barat 2,037 226 221 11.09

5. Kao Utara 2,767 289 268 10.44

6. Tobelo Barat 1,441 242 212 16.79

7. Tobelo Timur 1,559 269 253 17.25

8. Tobelo Selatan 3,408 213 208 6.25

9. Tobelo Tengah 3,045 107 103 3.51

10. Tobelo 7,664 247 225 3.22

11. Tobelo Utara 2,66 133 122 5.00

12. Galela 1,633 114 114 6.98

13. Galela Selatan 1,776 111 111 6.25

14. Galela Barat 2,206 136 136 6.17

15. Galela Utara 1,995 339 339 16.99

16. Loloda Utara 2,46 414 414 16.83

17. Loloda Kep. 1,871 278 279 14.86

JUMLAH 42,393 3,867 3,567 9.12

Budaya

Secara administrasi, sentra sepuluh hoana saat ini berada di Kabupaten Halmahera Utara yaitu mulai dari Teluk Kao sampai Loloda Kepulauan,Penyebaran sepuluh hoana ini sebagai berikut:

a. HOANA MODOLE

Kata Modole berasal dari induk bahasa Tobelo yang diesbut madoolenge yang artinya buah yang matang di pohon atau yang tertua dari sebuah kumpulan. Sehingga Hoana Modole disebut juga sebagai hoana tertua yang tetap memilih tinggal disekitar Talaga Lina dan hanya sedikit saja yang bermigrasi ke bagian Tengah dan Selatan Halmahera. Hoana Modole juga


(23)

dikenal sebagai komunitas yang menggunakan bahasa dengan dialek sendiri yang belum bercampur dengan dialek bahasa lain. Sehingga dialek mereka disebut dengan dialek Modole. Secara geografis hoana Modole berada di wilayah Kao Barat. Dan saat ini tersebar di kampung Leleseng, Soa Sangaji, Soa Hukum, Tuguis, Parseba, Soamaetek, Pitago, Bailengit dan Kai. Namun pengguna bahasa Modole juga ditemukan di beberapa kampung Selatan Kao Barat seperti Tolabit, Toliwang, Popon, Ngoali, Momodang, dan Gagaapok walaupun dikampung-kampung ini dialek bahasa Modelenya sudah sedikit bercampur dengan dialek bahasa Tobaru dan Pagu. Masih juga ditemukan pengguna dialek bahasa Modole di pedalaman Halmahera Tengah, yakni di wilayah Ake Tayawi dan Payahe.

b. HOANA PAGU

Kata Pagu berasal dari dialek induk bahasa Pagu yang disebut ya paga artinya membatasi. Sehingga bisa disebut juga hoana Pagu adalah hoana pembatas. Dalam berbagai penuturan lisan dari orang-orang yang berada di kampung-kampung Kao Selatan sampai dengan Teluk Dalam, tepatnya di kampung Pasir Putih, mengatakan bahwa komunitas masyarakat yang secara geografis mendiami wilayah Kao Teluk dan sebagian Kao Barat-Selatan mengakui bahwa wilayah yang mereka tempati pertama kali disebut sebagai wilayah dari Sangaji yang bernama Pagu. Sehingga dialek bahasa yang berada di wilayah Sangaji Pagu terdiri dari berbagai macam dialek sesuai dengan asal-usul komunitas masyarakat kampung-kampung tersebut. Misalnya, Kampung Pasir Putih dan Tetewang mereka menggunakan dialek bahasa Tobelo, karena asal-usulnya berasal dari salah satu hoana Tobelo yaitu hoana Boeng. Kemudian kampung Bobane Igo, Dodinga dan Boso menggunakan diaelek bahasa campuran dari bahasa Tobelo, Galela, Ternate, Tidore, bahkan bercampur dengan bahasa Papua, Buton, China dan Arab yang dikenal dengan sebutan bahasa Gorap. Saat ini wilayah Hoana Pagu dapat dikatakan mulai dari Gol-Gol, Dim-Dim, Gayok, Wangeotak, Sosol, Tomabaru menggunakan dialek bahasa Pagu, Ngai Madodera dan Tabobo menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Pagu, Dum-Dum menggunakan dialek campuran bahasa Galela, Tobelo dan Pagu, Akelamo dan Ake Sahu menggunakan dialek campuran bahasa Tobelo, Galela, Pagu dan Ternate. Secara admistrasi saat ini hoana Pagu berada di wilayah Kecamatan Malifut dan Kao Teluk.

c. HOANA BOENG

Kata Boeng berasal dari induk bahasa Tobelo yaitu boenge (boenge oko/bianga ika) artinya menghadap ke arah laut. Hoana boeng adalah komunitas kaum Tobelo yang berada di wilayah pesisir. Komunitas yang kemudian dikenal dengan sebutan hoana Boeng adalah komunitas kaum Tobelo yang berada di wilayah pesisir yang dalam sejarahnya mereka menguasai dunia maritim dan lebih banyak melakukan pelayaran membawa panji-panji canga dari Tobelo menembus samudra. Tersebutlah kampung-kampung hoana Boeng mulai dari pesisr Wasile, Teluk Maba-Buli, Teluk Weda sampai jazirah Gane Timur, Pulau Bacan dan Obi, Pulau Mangoli dan Taliabo, Seram Barat sampai ke Timur, Kepulauan Raja Ampat di Papua, Buton dan Banggai di Sulawesi, sampai di Davao Philipina Selatan bahkan Madagaskar di Afrika Selatan. Semua kampung-kampung yang menjadi wilayah hoana Boeng menggunakan dialek boeng (campuran bahasa Tobelo dengan bahasa suku lain yang berada di tempat tersebut). Saat ini sentra hoana boeng di Halmahera Utara berada di pesisir Kao bagian Utara mulai dari Kampung Biang sampai kampung Dowongi Maiti dengan memnggunakan dialek bahasa Tobelo.


(24)

d. HOANA TOWILIKO

Towiliko berasal dari kata induk bahasa Tobelo yang artinya saling mengikat. Kata Towiliko sendiri pertama kali disebut pada saat Sangaji Kao bersama tokoh-tokoh masyarakat beberapa kampung sepakat bersama melawan penjajah Jepang. Perlawanan yang heroik itu mengakibatkan tewasnya beberapa tokoh pejuang lintas agama. Sejak saat itu kekerabatan kampung-kampung tersebut sepakat dengan sebutan hoana Towiliko. Yang merupakan bagian dari wilayah hoana Pagu, hoana Modole dan hoana Boeng yang secara administrasi sentranya ada di Kao. Saat ini penyebaran hoana Towiliko meliputi kampung Patang menggunakan dialek bahasa Tobelo dan Modole, Kukumutuk menggunakan dialek bahasa Modole, Sasur menggunakan dialek campuran bahasa Pagu, Tobelo dan Modole, Kusu menggunakan dialek bahasa Tobelo, Jati menggunakan dialek Kao (campuran bahasa Tobelo dan Ternate).

e. HOANA LINA

Lina adalah nama kampung awal di Talaga Lina yang berada di Tobelo dalam, merupakan pemukiman awal dari kampung-kampung Tobelo yang dikenal dengan nama hoana ngimoi (sepuluh hoana). Sejak di pemukiman awal kampung Lina mempunyai tugas dalam kekerabatan kampung-kampung Tobelo di Talaga Lina sebagai hoana magogoana (penjaga kawasan), tugas ini diemban karena orang-orang dari kampung Lina secara turun-temurun bertugas sebagai pengaman teritori dari kampung-kampung yang tersebar di Talaga Lina. Di kampung Lina juga menjadi tempat dilatihnya para muda kaum Tobelo untuk berburu dan berperang melawan musuh. Hoana Lina terbentuk ketika masyarakat kampung Lina eksodus secara bergelombang keluar dari Talaga Lina dan menempati kampung-kampung di pesisir Tobelo Timur samapi Tobelo Utara. Saat ini kampung-kampung hoana Lina mulai dari Paca, Leleoto, Yaro, Mawea, Meti, Katana, Gonga dan Pitu yang menggunakan dialek bahasa Tobelo. Tobe, Talaga Paca, Birinoa, Kusuri, Wangongira dan Wateto menggunakan dialek campuran bahasa Tobelo dan Modole.

f. HOANA HUBOTA

Kata Huboto berasal dari induk bahasa Tobelo yaitu hibo’otoka artinya sudah menyelesaikan pekerjaan. Hoana Huboto berasal dari beberapa kelompok marga yang berada di sekitar kampung-kampung rimba Talaga Lina dengan tugas yang diemban sebagai o wowango madoya atau mengurus kesejahteraan. Karena kebiasaan orang Huboto dengan bercocok tanam sehingga penyebarannya menembus hutan-hutan di Talaga Lina sampai ke pesisir bahkan mengikuti jejak orang-orang dari hoana boeng untuk mengibarkan panji-panji kaum canga dan bercocok tanam di tempat-tempat yang baru didiami. Orang hubuto juga dikenal sebagai penyedia logistik dalam pertarungan kaum canga di samudra. Dalam pembagian tugas orang huboto juga mengurus soal kesejahteraan bersama. Sebut saja kampung-kampung hoana huboto yakni mulai dari kampung Pintatu, Ekor, Minamin, Saolat, Waijoi, Loleba, dan Wasile sebagai kawasan yang subur untuk bercocok tanam. Orang huboto juga bertualang menembus gelombang dan berdiam di Pulau Bacan dan Mandioli serta Pulau Obi. Sebagian lagi bermukim di Pulau Morotai bagian Selatan (Sabatai, Wawama, Juanga dan Pandanga). Saat ini secara adminstrasi setra hoana huboto berada di Tobelo yaitu kampung Wosia, Upa, Gamhoku, Efi-Efi, Tomahalu, Kupa-Kupa dan Pulau Tagalaya yang menggunakan dialek bahasa Tobelo.

g. HOANA MUMULATI

Mumulati adalah sebutan untuk pemukiman yang menjadi pusat kampung-kampung Tobelo di Talaga Lina. Orang Mumulati juga merupakan campuran dari orang-orang yang berasal


(25)

dari kampung Lina dan pulau Gura yang berada di tengah-tengah Talaga Lina. Kebiasaan orang Mumulati untuk berkomunikasi dengan para pendatang seperti pedagang dari China dan Arab membuat orang Mumulati lebih menguasai system kekerabatan serta mengatur pemerintahan bersama (yo popareta ino). Hoana Mumulati terbentuk setelah masyarakatnya keluar dari Talaga Lina dan menempati pesisir pantai Tobelo. Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki oleh orang Mumulati membuat mereka menjadi mediator pasca perang saudara antara orang Tobelo dan orang Galela yang dikenal dengan rekonsiliasi tragedi Tona Malangi. Sampai saat ini penyebaran hoana Mumulati berada di kampung-kampung mulai dari Gamsungi dan Gosoma di pusat kota Tobelo yang menggunakan dialek bahasa Tobelo, Pulau Tolonou, Gorua, Popilo, Mede, Ruko dan Luari menggunakan diaelek campuran bahasa Tobelo dan Galela, karena merupakan penjaga kawasan rekonsiliasi pasca tragedi Tona Malangi. Dalam berbagai penuturan lisan menyebut bahwa hoana Mumulati tersebar juga sampai ke semenanjung Halmahera Selatan-Barat Pulau Bacan dan Obi, mereka selalu menyebut dengan nama orang Tobelo-Galela. Orang Mumulati juga dalam sejarah perang kesultanan Ternate dan Tidore berada di armada laut sampai ke kepulauan Sula, Mangole dan Taliabo.

h. HOANA GURA

Sebutan Gura identik dengan nama Pulau yang berada di tengah-tengah Talaga Lina. Hoana Gura mempunyai tugas sebagai o niata mangale yaitu melakukan berbagai ritual sesuai dengan kepercayaan orang Tobelo pada waktu berada di kampung-kampung awal Talaga Lina. Seperti ritual gomatere, untuk membuka lahan kebun, panen, membangun rumah sampai pada situasi perang. Kemampuan spiritual dari orang-orang hoana Gura juga selalu membaca tanda-tanda alam seperti musim hujan, kemarau dan bencana lainnya. Hal ini dapat dibuktikan ketika sebelum terjadi gempa tektonik yang menegelamkan pulau Gura, beberapa saat sebelumnya, orang-orang dari pulau Gura telah berpindah ke sebuah tempat dekat talaga Lina yang namanya Kanaba. Di Kanaba itulah dikenal sebagai tempat transit orang-orang dari hoana Gura dan melanjutkan perjalanan mereka ke pesisir Utara setelah menyaksikan pulau Gura Tenggelam karena gempa. Kemudian mereka menuju ke pesisir Utara dan menempati atau berdiam di beberapa Pulau di depan Tobelo. Kemampuan berkomunikasi secara spiritual meyakinkan semangat juang orang-orang hoana Gura bahwa di manapun mereka berada selalu di bawa lindungan Juo Madutu. Spirit ini yang membuat hoana Gura bertualang menuju libuku iata (empat penjuru bumi) mereka juga bermukim diberbagai pulau bersama-sama dengan kaum Tobelo lainnya

i. HOANA MORODINA

Kata Morodina berasal dari induk bahasa Galela yaitu moro dan kadina. Moro adalah sebutan orang-orang Portugis terhadap kerajaan yang ada di Halmahera Utara tepatnya di Mamuya, Tolo dan Mede sedangkan kadina adalah sebutan untuk menunjukan arah matahari terbenam atau bagian Barat. Hal ini berkaitan besar dengan pengelompokan masyarakat yang disebabkan oleh pengaruh kesultanan Ternate dan kesultanan Tidore yang pada saat itu ingin merebut wilayah di Halmahera Utara dengan membangun kekuatan bersama didukung oleh Portugis dan Spanyol. Di mana wilayah Galela serta sebagian Loloda dan Tobaru berada di bawah pengaruh kesultanan Ternate yang membangun kekuatan dengan Portugis. Sehingga dalam versi yang lain disebut juga bahwa wilayah ini dengan nama Morotia. Namun secara tradisi lisan dan peneturan sumber-sumber lokal bahwa komunitas masyarakat Galela sendiri terbagi dalam dua kelompok besar berdasarkan dialek induk bahasa Galela. Kampung-kampung awal yang berada di Galela terdiri dari sepuluh komunitas yang disebut dengan


(26)

nama soa mogiowo, masing-masing Pune, Towara, Barataku, Toweka, Togawa, Igobula, Ori, Liate, Ngidiho dan Limau. Dari sisi dialek bahasa, maka kampung Togawa, Igobula, Ori, Liate, dan Ngidiho yang berada di pedalaman menggunakan dialek bahasa Galela dan bahasa Tobaru sehingga percampuran dialek bahasa ini disebut dengan dialek kadina. Setelah penjajah Belanda masuk di wilayah Halmahera Utara di mana Portugis dan Spanyol telah menuju ke Ambon, maka kekerabatan masyarakat yang telah terbagi dari kerajaan Moro tetap mempertahankan system kekerabatannya dengan orang-orang Tobaru dan Loloda. Sehingaa dialek kadinanya membuat perbedaan sangat jelas dengan pengguna dialek lain yang berada di pesisir Galela. Hal inilah yang memperkuat sehingga keberadaan mereka identik dengan Morodina. Sebutan morodina memperjelaskan kepada Belanda dan dunia luar bahwa system kekerabatan yang telah terbangun akan tarsus dipertahankan dengan membuka atau membangun kampung-kampung baru yang terdiri dari orang-orang Tobaru, Gamkonora dan Loloda dalam. Dengan demikian maka atas kesepakatan mereka bersama semua kampung-kampung yang berada di pedalaman Galela menyebut kampung-kampung-kampung-kampung mereka dengan nama soa Morodina (Kata soa adalah sebutan Hoana dalam bahasa Galela). Pada saat ini secara geografis Hoana Morodina terdiri dari kampung Seki menggunakan dialek bahasa Galela, Togawa menggunakan dialek campuran bahasa Tobelo, Galela dan Tobaru, Soakonora menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Tobaru, Kampung Igobula menggunakan dialek bahasa Galela, kampung Ori menggunakan dialek bahasa Galela, kampung Soatobaru menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Tobaru, kampung Dokulamo, Gotalamo dan Ngidiho menggunakan dialek bahasa Galela, kampung Roko menggunkan dialek campuran bahasa Galela, Loloda dan Tobaru.

j. HOANA MORODAI

Kata Morodai berarti moro dari matahari terbit atau moro yang berada di bagian Timur (lihat morodina). Sama dengan hoana mrordina maka hoana morodai juga terbentuk karena kerajaan Moro yang terbagi dua. Sehingga kekerabatan masyarakat yang berada di pesisir Galela dengan masyarakat Tobelo pasca rekonsiliasi Tona Malangi membentuk kampung-kampung baru di pulau Morotai sebagai wilayah teritori mereka yang kemudian dikenal dengan sebutan Morodai, karena berdasarkan pengguna dialek kadai (yaitu campuran dialek bahasa Galela dan Tobelo). System kekerabatan yang telah terbangun ini membuat kelompok masyarakat yang berasal dari kampung-kampung pesisir Galela bersama-sama dengan orang-orang dari Tobelo menggunakan Morotai sebagai batu loncatan untuk mengibarkan panji-panji canga serta ikut juga sebagai pasukan perang kesultanan Ternate dan yang lainnya sebagai pasukan perang kesultanan Tidore. Sehingga komunitas masyarakat Galela yang tersebar mulai dari pulau Maorotai pantai Timur dan Selatan Halmahera Bacan, Obi, Seram Barat sampai ke Seram Timur, Buton, Banggai bahkan sampai ke Filiphina Selatan berasal dari komunitas kerajaan moro matahari terbit


(27)

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utar dapat dilihat dalam struktur organisasi, sebagaimana Perda Nomor 8 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok Dan Fungsi Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Halmahera Utara, Perda Nomor 9 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas-dinas daerah kabupaten halmahera utara. Perda Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok Dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Halmahera Utara.

Bagan struktur organisasi perangkat daerah Kabupaten Halmahera Utara yang terlibat dalam PPSP, selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

a. Bagan Struktur Organisasai Bappeda Kab. Halmahera Utara

KEPALA BADAN

SEKRETARIS

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PROGRAM, EVALUASI & PELAPORAN

BIDANG PERENCANAAN BIDANG PENELITIAN & BIDANG

PEMBANGUNAN DAERAH PENGEMBANGAN STATISTIK

SUB BIDANG FISIK PRASARANA & SUB BIDANG PEMERINTAHAN & SUB BIDANG PENDATAAN, PERENCANAAN TATA RUANG

WILAYAH KEUANGAN DAERAH DOKUMENTASI & ICT

SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG NERACA


(28)

b. Bagan Struktur Organisani Dinas Kesehatan Kab. Halmahera Utara

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

SUBBAG UMUM & KEPEGAWAIAN KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG PROGRAM, EVALUASI &

PELAPORAN

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG

PELAYANAN KESEHATAN

PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN

PENEGEMBANGAN SDM KESEHATAN

JAMINAN & SARANA KESEHATAN

SEKSI SEKSI PENGENDALIAN SEKSI PEMBERDAYAAN

REG

SEKSI JAMINAN KESEHAT KESEHATAN DASAR &

RUJUKAN

PEMBERANTASAN

PENYAKIT & AKREDITASI AN & KEFARMASIAN

SEKSI SEKSI KESEHATAN

LINGKUNGAN SEKSI

SEKSI SARAN PERALATAN KESEHATAN KHUSUS WABA & BENCANA PENDIDIKAN & LATIHAN KESEHATAN

c. Bagan Struktur Organisani Dinas Pekerjaan Umum Kab. Halmahera Utara

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

SUBBAG UMUM & KEPEGAWAIAN KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG PROGRAM, EVALUASI &

PELAPORAN

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG

BINA MARGA CIPTA KARYA

PENGAIRAN SUMBER DAYA AIR

TATA RUANG & PERALATATAN

SEKSI SEKSI BANGUNAN GEDUNG SEKSI SEKSI

JALAN & JEMBATAN & PERUMAHAN PENGAIRAN & IRIGASI PELAKSANAAN TATA

RUANG

SEKSI SEKSI AIR BERSIH SEKSI SEKSI

OPERASIONAL JALAN & JEMBATAN

& PRASARANA


(29)

d. Bagan Struktur Organisani Dinas Tata Kota & Kebersihan Kab. Halmahera Utara

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PROGRAM, EVALUASI & PELAPORAN

BIDANG BIDANG BIDANG

PENATAAN KOTA KEBERSIHAN PERTAMANAN, PENERANGAN

SEKSI SEKSI SEKSI

TATA BANGUNAN PENGELOLAAN KEBERSIHAN PERTAMANAN & PENERANGAN

JALAN

SEKSI SEKSI SEKSI

TATA PERUMAHAN & REG TRANSPORTASI & KEBERSIHAN PENGELOLAAN PEMAKAMAN

e. Bagan Struktur Organisani Badan Lingkungan Hidup Kab. Halmahera Utara

KEPALA BADAN

SEKRETARIS

SUBBAG UMUM & KEPEGAWAIAN KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG PROGRAM, EVALUASI &

PELAPORAN

BIDANG ANALISIS

DAMPAK BIDANG PENGAWASAN, BIDANG BIDANG

LINGKUNGAN

PEMANTAUAN & PENGENDALIAN LING

KELEMBAGAAN &

KAPASITAS PENATAAN HUKUM

SUB BIDANG SUB BIDANG

PENGENDALIAN SUB BIDANG

SUB BIDANG PENYELESAIAN ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN KERUSAKAN & PENCEMARAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN SENGKETA LINGKUNGAN

SUB BIDANG SUB BIDANG

PEMANTAUAN & SUB BIDANG SUB BIDANG

PERIZINAN PEMULIHAN KUALITAS


(1)

d. HOANA TOWILIKO

Towiliko berasal dari kata induk bahasa Tobelo yang artinya saling mengikat. Kata Towiliko sendiri pertama kali disebut pada saat Sangaji Kao bersama tokoh-tokoh masyarakat beberapa kampung sepakat bersama melawan penjajah Jepang. Perlawanan yang heroik itu mengakibatkan tewasnya beberapa tokoh pejuang lintas agama. Sejak saat itu kekerabatan kampung-kampung tersebut sepakat dengan sebutan hoana Towiliko. Yang merupakan bagian dari wilayah hoana Pagu, hoana Modole dan hoana Boeng yang secara administrasi sentranya ada di Kao. Saat ini penyebaran hoana Towiliko meliputi kampung Patang menggunakan dialek bahasa Tobelo dan Modole, Kukumutuk menggunakan dialek bahasa Modole, Sasur menggunakan dialek campuran bahasa Pagu, Tobelo dan Modole, Kusu menggunakan dialek bahasa Tobelo, Jati menggunakan dialek Kao (campuran bahasa Tobelo dan Ternate).

e. HOANA LINA

Lina adalah nama kampung awal di Talaga Lina yang berada di Tobelo dalam, merupakan pemukiman awal dari kampung-kampung Tobelo yang dikenal dengan nama hoana ngimoi (sepuluh hoana). Sejak di pemukiman awal kampung Lina mempunyai tugas dalam kekerabatan kampung-kampung Tobelo di Talaga Lina sebagai hoana magogoana (penjaga kawasan), tugas ini diemban karena orang-orang dari kampung Lina secara turun-temurun bertugas sebagai pengaman teritori dari kampung-kampung yang tersebar di Talaga Lina. Di kampung Lina juga menjadi tempat dilatihnya para muda kaum Tobelo untuk berburu dan berperang melawan musuh. Hoana Lina terbentuk ketika masyarakat kampung Lina eksodus secara bergelombang keluar dari Talaga Lina dan menempati kampung-kampung di pesisir Tobelo Timur samapi Tobelo Utara. Saat ini kampung-kampung hoana Lina mulai dari Paca, Leleoto, Yaro, Mawea, Meti, Katana, Gonga dan Pitu yang menggunakan dialek bahasa Tobelo. Tobe, Talaga Paca, Birinoa, Kusuri, Wangongira dan Wateto menggunakan dialek campuran bahasa Tobelo dan Modole.

f. HOANA HUBOTA

Kata Huboto berasal dari induk bahasa Tobelo yaitu hibo’otoka artinya sudah menyelesaikan pekerjaan. Hoana Huboto berasal dari beberapa kelompok marga yang berada di sekitar kampung-kampung rimba Talaga Lina dengan tugas yang diemban sebagai o wowango madoya atau mengurus kesejahteraan. Karena kebiasaan orang Huboto dengan bercocok tanam sehingga penyebarannya menembus hutan-hutan di Talaga Lina sampai ke pesisir bahkan mengikuti jejak orang-orang dari hoana boeng untuk mengibarkan panji-panji kaum canga dan bercocok tanam di tempat-tempat yang baru didiami. Orang hubuto juga dikenal sebagai penyedia logistik dalam pertarungan kaum canga di samudra. Dalam pembagian tugas orang huboto juga mengurus soal kesejahteraan bersama. Sebut saja kampung-kampung hoana huboto yakni mulai dari kampung Pintatu, Ekor, Minamin, Saolat, Waijoi, Loleba, dan Wasile sebagai kawasan yang subur untuk bercocok tanam. Orang huboto juga bertualang menembus gelombang dan berdiam di Pulau Bacan dan Mandioli serta Pulau Obi. Sebagian lagi bermukim di Pulau Morotai bagian Selatan (Sabatai, Wawama, Juanga dan Pandanga). Saat ini secara adminstrasi setra hoana huboto berada di Tobelo yaitu kampung Wosia, Upa, Gamhoku, Efi-Efi, Tomahalu, Kupa-Kupa dan Pulau Tagalaya yang menggunakan dialek bahasa Tobelo.

g. HOANA MUMULATI

Mumulati adalah sebutan untuk pemukiman yang menjadi pusat kampung-kampung Tobelo di Talaga Lina. Orang Mumulati juga merupakan campuran dari orang-orang yang berasal


(2)

dari kampung Lina dan pulau Gura yang berada di tengah-tengah Talaga Lina. Kebiasaan orang Mumulati untuk berkomunikasi dengan para pendatang seperti pedagang dari China dan Arab membuat orang Mumulati lebih menguasai system kekerabatan serta mengatur pemerintahan bersama (yo popareta ino). Hoana Mumulati terbentuk setelah masyarakatnya keluar dari Talaga Lina dan menempati pesisir pantai Tobelo. Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki oleh orang Mumulati membuat mereka menjadi mediator pasca perang saudara antara orang Tobelo dan orang Galela yang dikenal dengan rekonsiliasi tragedi Tona Malangi. Sampai saat ini penyebaran hoana Mumulati berada di kampung-kampung mulai dari Gamsungi dan Gosoma di pusat kota Tobelo yang menggunakan dialek bahasa Tobelo, Pulau Tolonou, Gorua, Popilo, Mede, Ruko dan Luari menggunakan diaelek campuran bahasa Tobelo dan Galela, karena merupakan penjaga kawasan rekonsiliasi pasca tragedi Tona Malangi. Dalam berbagai penuturan lisan menyebut bahwa hoana Mumulati tersebar juga sampai ke semenanjung Halmahera Selatan-Barat Pulau Bacan dan Obi, mereka selalu menyebut dengan nama orang Tobelo-Galela. Orang Mumulati juga dalam sejarah perang kesultanan Ternate dan Tidore berada di armada laut sampai ke kepulauan Sula, Mangole dan Taliabo.

h. HOANA GURA

Sebutan Gura identik dengan nama Pulau yang berada di tengah-tengah Talaga Lina. Hoana Gura mempunyai tugas sebagai o niata mangale yaitu melakukan berbagai ritual sesuai dengan kepercayaan orang Tobelo pada waktu berada di kampung-kampung awal Talaga Lina. Seperti ritual gomatere, untuk membuka lahan kebun, panen, membangun rumah sampai pada situasi perang. Kemampuan spiritual dari orang-orang hoana Gura juga selalu membaca tanda-tanda alam seperti musim hujan, kemarau dan bencana lainnya. Hal ini dapat dibuktikan ketika sebelum terjadi gempa tektonik yang menegelamkan pulau Gura, beberapa saat sebelumnya, orang-orang dari pulau Gura telah berpindah ke sebuah tempat dekat talaga Lina yang namanya Kanaba. Di Kanaba itulah dikenal sebagai tempat transit orang-orang dari hoana Gura dan melanjutkan perjalanan mereka ke pesisir Utara setelah menyaksikan pulau Gura Tenggelam karena gempa. Kemudian mereka menuju ke pesisir Utara dan menempati atau berdiam di beberapa Pulau di depan Tobelo. Kemampuan berkomunikasi secara spiritual meyakinkan semangat juang orang-orang hoana Gura bahwa di manapun mereka berada selalu di bawa lindungan Juo Madutu. Spirit ini yang membuat hoana Gura bertualang menuju libuku iata (empat penjuru bumi) mereka juga bermukim diberbagai pulau bersama-sama dengan kaum Tobelo lainnya

i. HOANA MORODINA

Kata Morodina berasal dari induk bahasa Galela yaitu moro dan kadina. Moro adalah sebutan orang-orang Portugis terhadap kerajaan yang ada di Halmahera Utara tepatnya di Mamuya, Tolo dan Mede sedangkan kadina adalah sebutan untuk menunjukan arah matahari terbenam atau bagian Barat. Hal ini berkaitan besar dengan pengelompokan masyarakat yang disebabkan oleh pengaruh kesultanan Ternate dan kesultanan Tidore yang pada saat itu ingin merebut wilayah di Halmahera Utara dengan membangun kekuatan bersama didukung oleh Portugis dan Spanyol. Di mana wilayah Galela serta sebagian Loloda dan Tobaru berada di bawah pengaruh kesultanan Ternate yang membangun kekuatan dengan Portugis. Sehingga dalam versi yang lain disebut juga bahwa wilayah ini dengan nama Morotia. Namun secara tradisi lisan dan peneturan sumber-sumber lokal bahwa komunitas masyarakat Galela sendiri terbagi dalam dua kelompok besar berdasarkan dialek induk bahasa Galela.


(3)

Kampung-nama soa mogiowo, masing-masing Pune, Towara, Barataku, Toweka, Togawa, Igobula, Ori, Liate, Ngidiho dan Limau. Dari sisi dialek bahasa, maka kampung Togawa, Igobula, Ori, Liate, dan Ngidiho yang berada di pedalaman menggunakan dialek bahasa Galela dan bahasa Tobaru sehingga percampuran dialek bahasa ini disebut dengan dialek kadina. Setelah penjajah Belanda masuk di wilayah Halmahera Utara di mana Portugis dan Spanyol telah menuju ke Ambon, maka kekerabatan masyarakat yang telah terbagi dari kerajaan Moro tetap mempertahankan system kekerabatannya dengan orang-orang Tobaru dan Loloda. Sehingaa dialek kadinanya membuat perbedaan sangat jelas dengan pengguna dialek lain yang berada di pesisir Galela. Hal inilah yang memperkuat sehingga keberadaan mereka identik dengan Morodina. Sebutan morodina memperjelaskan kepada Belanda dan dunia luar bahwa system kekerabatan yang telah terbangun akan tarsus dipertahankan dengan membuka atau membangun kampung-kampung baru yang terdiri dari orang-orang Tobaru, Gamkonora dan Loloda dalam. Dengan demikian maka atas kesepakatan mereka bersama semua kampung-kampung yang berada di pedalaman Galela menyebut kampung-kampung-kampung-kampung mereka dengan nama soa Morodina (Kata soa adalah sebutan Hoana dalam bahasa Galela). Pada saat ini secara geografis Hoana Morodina terdiri dari kampung Seki menggunakan dialek bahasa Galela, Togawa menggunakan dialek campuran bahasa Tobelo, Galela dan Tobaru, Soakonora menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Tobaru, Kampung Igobula menggunakan dialek bahasa Galela, kampung Ori menggunakan dialek bahasa Galela, kampung Soatobaru menggunakan dialek campuran bahasa Galela dan Tobaru, kampung Dokulamo, Gotalamo dan Ngidiho menggunakan dialek bahasa Galela, kampung Roko menggunkan dialek campuran bahasa Galela, Loloda dan Tobaru.

j. HOANA MORODAI

Kata Morodai berarti moro dari matahari terbit atau moro yang berada di bagian Timur (lihat morodina). Sama dengan hoana mrordina maka hoana morodai juga terbentuk karena kerajaan Moro yang terbagi dua. Sehingga kekerabatan masyarakat yang berada di pesisir Galela dengan masyarakat Tobelo pasca rekonsiliasi Tona Malangi membentuk kampung-kampung baru di pulau Morotai sebagai wilayah teritori mereka yang kemudian dikenal dengan sebutan Morodai, karena berdasarkan pengguna dialek kadai (yaitu campuran dialek bahasa Galela dan Tobelo). System kekerabatan yang telah terbangun ini membuat kelompok masyarakat yang berasal dari kampung-kampung pesisir Galela bersama-sama dengan orang-orang dari Tobelo menggunakan Morotai sebagai batu loncatan untuk mengibarkan panji-panji canga serta ikut juga sebagai pasukan perang kesultanan Ternate dan yang lainnya sebagai pasukan perang kesultanan Tidore. Sehingga komunitas masyarakat Galela yang tersebar mulai dari pulau Maorotai pantai Timur dan Selatan Halmahera Bacan, Obi, Seram Barat sampai ke Seram Timur, Buton, Banggai bahkan sampai ke Filiphina Selatan berasal dari komunitas kerajaan moro matahari terbit


(4)

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Halmahera Utar dapat dilihat dalam struktur organisasi, sebagaimana Perda Nomor 8 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok Dan Fungsi Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Halmahera Utara, Perda Nomor 9 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas-dinas daerah kabupaten halmahera utara. Perda Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok Dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Halmahera Utara.

Bagan struktur organisasi perangkat daerah Kabupaten Halmahera Utara yang terlibat dalam PPSP, selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

a. Bagan Struktur Organisasai Bappeda Kab. Halmahera Utara

KEPALA BADAN

SEKRETARIS

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PROGRAM, EVALUASI & PELAPORAN

BIDANG PERENCANAAN BIDANG PENELITIAN & BIDANG

PEMBANGUNAN DAERAH PENGEMBANGAN STATISTIK

SUB BIDANG FISIK PRASARANA & SUB BIDANG PEMERINTAHAN & SUB BIDANG PENDATAAN, PERENCANAAN TATA RUANG

WILAYAH KEUANGAN DAERAH DOKUMENTASI & ICT

SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG NERACA


(5)

b. Bagan Struktur Organisani Dinas Kesehatan Kab. Halmahera Utara

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

SUBBAG UMUM & KEPEGAWAIAN KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG PROGRAM, EVALUASI &

PELAPORAN

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG

PELAYANAN KESEHATAN

PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN

PENEGEMBANGAN SDM KESEHATAN

JAMINAN & SARANA KESEHATAN

SEKSI SEKSI PENGENDALIAN SEKSI PEMBERDAYAAN

REG

SEKSI JAMINAN KESEHAT KESEHATAN DASAR &

RUJUKAN

PEMBERANTASAN

PENYAKIT & AKREDITASI AN & KEFARMASIAN

SEKSI SEKSI KESEHATAN

LINGKUNGAN SEKSI

SEKSI SARAN PERALATAN KESEHATAN KHUSUS WABA & BENCANA PENDIDIKAN & LATIHAN KESEHATAN

c. Bagan Struktur Organisani Dinas Pekerjaan Umum Kab. Halmahera Utara

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

SUBBAG UMUM & KEPEGAWAIAN KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG PROGRAM, EVALUASI &

PELAPORAN

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG

BINA MARGA CIPTA KARYA

PENGAIRAN SUMBER DAYA AIR

TATA RUANG & PERALATATAN

SEKSI SEKSI BANGUNAN GEDUNG SEKSI SEKSI

JALAN & JEMBATAN & PERUMAHAN PENGAIRAN & IRIGASI PELAKSANAAN TATA RUANG

SEKSI SEKSI AIR BERSIH SEKSI SEKSI

OPERASIONAL JALAN & JEMBATAN

& PRASARANA


(6)

d. Bagan Struktur Organisani Dinas Tata Kota & Kebersihan Kab. Halmahera Utara

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PROGRAM, EVALUASI & PELAPORAN

BIDANG BIDANG BIDANG

PENATAAN KOTA KEBERSIHAN PERTAMANAN, PENERANGAN

SEKSI SEKSI SEKSI

TATA BANGUNAN PENGELOLAAN KEBERSIHAN PERTAMANAN & PENERANGAN JALAN

SEKSI SEKSI SEKSI

TATA PERUMAHAN & REG TRANSPORTASI & KEBERSIHAN PENGELOLAAN PEMAKAMAN

e. Bagan Struktur Organisani Badan Lingkungan Hidup Kab. Halmahera Utara

KEPALA BADAN

SEKRETARIS

SUBBAG UMUM & KEPEGAWAIAN KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SUBBAG KEUANGAN

SUBBAG PROGRAM, EVALUASI &

PELAPORAN

BIDANG ANALISIS

DAMPAK BIDANG PENGAWASAN, BIDANG BIDANG

LINGKUNGAN

PEMANTAUAN & PENGENDALIAN LING

KELEMBAGAAN &

KAPASITAS PENATAAN HUKUM

SUB BIDANG SUB BIDANG

PENGENDALIAN SUB BIDANG

SUB BIDANG PENYELESAIAN ANALISA DAMPAK

LINGKUNGAN

KERUSAKAN & PENCEMARAN

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

SENGKETA LINGKUNGAN

SUB BIDANG SUB BIDANG

PEMANTAUAN & SUB BIDANG SUB BIDANG

PERIZINAN PEMULIHAN KUALITAS