BAB II Gambaran Umum Wilayah Revisi 2

(1)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 1

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak di jazirah Sulawesi Tenggara meliputi bagian utara Pulau Buton dan Pulau Muna serta pulau-pulau kecil yang tersebar disekitarnya yang berjumlah 237 buah dengan kategori 22 buah pulau berpenghuni, 10 buah pulau berpenghuni sementara dan 205 buah pulau tidak berpenghuni. Secara geografis Kabupaten Muna terletak di bagian Selatan Khatulistiwa pada garis lintang 4006’ sampai 5015’ Lintang Selatan dan 12208’ Bujur Timur sampai dengan 123015’ Bujur Timur. Kabupaten Muna berbatasan pada sebelah utara dengan Selat Tiworo dan Kabupaten Konawe Selatan, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton dan sebelah Barat berbatasan dengan Selat Spelman.

Luas daratan Kabupaten Muna adalah sebesar 2.963,97 km2 atau 296.397 Ha. Luas tersebut dibagi menjadi 33 kecamatan, yang terdiri dari 205 desa, 31 kelurahan, dan 3 (tiga) Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Wilayah Kabupaten Muna memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Bagian Utara Kabupaten Muna berbatasan dengan Selat Spelman,  Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Buton Utara,

 Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Buton, dan  Bagian Barat berbatasan dengan Selat Tiworo.

2.1.2. Kondisi Administrasi

Kabupaten Muna merupakan kabupaten yang berada dibawah administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. Ibu Kota Kabupaten Muna adalah Raha yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Muna Sebelum Pemekaran Wilayah, secara administrasi Kabupaten Muna terdiri 29 kecamatan yang terdiri dari 247 Desa, 39 Kelurahan, 6 desa persiapan, dan 1 unit permukiman transmigrasi (UPT). Setelah pemekaran dibagi menjadi 33 kecamatan, yang terdiri dari 205 desa, 31 kelurahan, dan 3 (tiga) Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) yang berada di Kecamatan Bone sebanyak dua UPT dan yang berada di Kecamatan Wakorumba Selatan 1(satu) UPT

Tabel berikut memberikan informasi mengenai luas wilayah beserta prosentasenya untuk setiap Kecamatan di Kabupaten Muna. Kecamatan Tongkuno adalah Kecamatan terluas dengan luas wilayah 440,98 Km². Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Duruka dengan luas wilayah 11,52 Km²

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH


(2)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 2 Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Muna Menurut Kecamatan Tahun 2012

No Kecamatan Luas (km2) Persentase

1 Tongkuno * 440.98 14.88

2 Tongkuno Selatan 57.26 3.93

3 Parigi 123.76 4.18

4 Bone 130.09 4.39

5 Marobo 41.37 1.40

6 Kabawo 204.94 6.91

7 Kabangka * 97.62 3.29

8 Kontukowuna 70.56 2.38

9 Tiworo Kepulauan * 70.90 2.63

10 Maginti 40.57 1.37

11 Tiworo Tengah 82.35 2.78

12 Tiworo Selatan 66.98 2.26

13 Tiworo Utara 62.05 2.09

14 Lawa * 85.17 2.87

15 Sawarigadi 102.60 3.46

16 Barangka 33.09 1.12

17 Wadaga 175.05 5.91

18 Kusambi 109.33 3.49

19 Kontunaga 50.88 1.72

20 Watopute 100.12 3.38

21 Katobu * 12.88 0,43

22 Lohia 49.81 1,68

23 Duruka * 11.52 0.39

24 Batalaiworu * 22.71 0.77

25 Napabalano * 105.47 3.56

26 Lasalepa 107.52 3.64

27 Napano Kusambi 77.19 2.60

28 Towea * 29.02 0.98

29 Wakarumba Selatan * 85.00 3.21

30 Pasir Putih 89.53 3.02

31 Pasi Kolaga 48.77 1.65

32 Maligano * 98.08 3.31

33 Batukara 69.39 2.24

TOTAL 2.963.97 1.000

Sumber BPS Kab Muna (2012)

* Wilayah Kajian Buku Putih Sanitasi Kab. Muna 2013

Wilayah kajian untuk Buku Putih Sanitasi Kabupaten Muna meliputi 11 Kecamatan yaitu Kecamatan Tongkuno dengan luas wilayah 440.98 Km2 merupakan kecamatan dengan luas


(3)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 3 terbesar yaitu 14.88% dari luas total Kabupaten Muna. Kecamatan Duruka memiliki luas yang terkecil yaitu 11.52 km2 atau 0.39% dari luas wilayah Kabupaten Muna dan juga merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat karena berada pada wilayah kota Kabupaten Muna. Kecamatan Maligano dengan luas 98.08 km2 dan Kecamatan Wakarumba Selatan dengan luas 85.00 km2 merupakan kecamatan yang mewakili daerah kepulauan untuk dijadikan wilayah kajian dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 79.

Tabel. 2.2. Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Muna

No Kecamatan Ibu Kota Jumlah Desa

Jumlah

Kelurahan UPT Total

1 Tongkuno Wakuru 9 3 0 12

2 Tongkuno Selatan Lawama 5 1 0 6

3 Parigi Wasolangka 7 4 0 11

4 Bone Bonekancitala 5 0 2 7

5 Marobo Marobo 5 0 0 5

6 Kabawo Lasehao 10 1 0 11

7 Kabangka Oensuli 9 0 0 9

8 Kontukowuna Bahurata 6 0 0 6

9 Tiworo Kepulauan Kambara 7 2 0 9

10 Maginti Pajala 8 0 0 8

11 Tiworo Tengah Wapae 8 0 0 8

12 Tiworo Selatan Kasimpajaya 5 0 0 5

13 Tiworo Utara Tondasi 7 0 0 7

14 Lawa Lambubalano 6 2 0 8

15 Sawerigadi Kampobalano 10 0 0 10

16 Barangka Bungkolo 8 0 0 8

17 Wadaga Lailangga 7 0 0 7

18 Kusambi Konawe 9 1 0 10

19 Kontunaga Liabalano 6 0 0 6

20 Watopute Wali 6 2 0 8

21 Katobu Raha 8 0 0 8

22 Lohia Lohia 9 0 0 9

23 Duruka Wapunto 5 2 0 7

24 Batalaiworu Laiworu 2 2 0 4

25 Napabalano Tampo 4 2 0 6

26 Lasalepa Bonea 7 0 0 7

27 Napano Kusambi Lahaji 6 0 0 6

28 Towea Moasi 5 0 0 5

29 Wakarumba Selatan Pore 4 1 1 6


(4)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 4

31 Pasikolaga Lambelu 4 0 0 4

32 Maligano Maligano 6 0 0 6

33 Batukara Lano Bake 4 0 0 4

TOTAL 205 31 3 239

Sumber: BPS Kab. Muna (2012)

2.1.3. Hidrologi

Kabupaten Muna mempunyai iklim tropis dengan suhu rara-rata sekitar 25 - 27ºC. Demikian juga dengan musim, di Kabupaten Muna terdapat dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.Musim hujan pada umumnya terjadi pada Bulan November sampai dengan Juni, dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan bulan Oktober, pada bulan ini angin bertiup dari Benua Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air.

Khusus pada bulan April di Kabupaten Muna seperti halnya daerah Sulawesi Tenggara pada umumnya angin bertiup dengan arah yang tidak menentu, yang berakibat pada curah hujan yang tidak menentu pula dan keadaan ini dikenal sebagai musim pancaroba. Pada Tahun 2009, rata-rata hari hujan sekitar 8 hari perbulan dimana bulan Maret, Mei, dan Desember adalah bulan dengan hari hujan terbanyak yaitu 12 hari hujan. Rata-rata curah hujan mencapai 284 mm dengan curah hujan terbesar terjadi pada bulan Juni dengan intensitas 816 mm.

Pada Tabel 2.3 disajikan banyaknya hari hujan diKabupaten Muna pada Tahun 2012, rata-rata hari hujan sekitar 7 hari perbulan dimana bulan Maret adalah bulan dengan hari terbanyak hujan yaitu 12 hari, rata-rata curah hujan mencapai 81 mm dengan curah hujan terbesar terjadi pada bulan April dengan intensitas 155 mm.

Tabel 2..3. Data Curah Hujan Kabupaten Muna Tahun 2012

No Bulan Hari Hujan Curah Hujan

1 Januari 10 87

2 Februari 9 91

3 Maret 12 102

4 April 11 155

5 Mei 11 110

6 Juni 4 149

7 Juli 5 42

8 Agustus 4 32

9 September 3 24

10 Oktober 5 48

11 November 8 71

12 Desember 5 59


(5)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 5 Pengaruh langsung curah hujan terhadap kemantapan lereng, adalah air hujan yang meresap kedalam tanah. Peristiwa ini dapat memperbesar bobot masa tanah dan menaikan tekanan air pori sehingga kekuatan geser (shear strenght) tanah menjadi menurun. Selain itu pada daerah aliran-aliran sungai lebih-lebih pada musim hujan, aliran sungai dapat mengikis pada bagian tebingnya sehingga menyebabkan hilangnya tahanan samping (lateral support) atau tahanan bawah akibatnya tegangan geser bertambah besar dan menjadikan kelongsoran.

Berdasarkan data curah hujan menunjukan bahwa musim penghujan terjadi pada bulan November hingga Maret dengan curah hujan rata-rata bulanan sebesar 356 mm/bulan, musim kemarau terjadi terjadi pada bulan April hingga Oktober. Untuk itu pada musim hujan diharapkan masyarakat meningkatkan kewaspadaan.

2.1.4. Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Cekungan Air Tanah

Prasarana Sumber Daya Air adalah untuk memenuhi berbagai kepentingan utamanya untuk air bersih air irigasi. Pengembangan sumber daya air diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air permukaan, sumber air tanah dan sumber mata air.

Di Kabupaten Muna ada bebetapa Daerah Aliran Sungai yang melintasi wilayah permukiman, pemerintah Kabupaten Muna sangat konsen memperhatikan perencanaan system jaringan irigasi, DAS, waduk dan Cekungan Air Tanah (CAT).Das yang melintas di Kabupaten Muna yang besar adalah DAS Tiworo, DAS Kancitala, DAS Jompi dan DAS Kontu.

Tabel.2.4. Daerah Aliran Sungai (DAS) Wilayah Kabupaten Muna

No Nama DAS Luas (Km2) Panjang (Km) Debit ( m3/dtk)

1 Buru membe 28.75 7.2 Tidak ada

2 Talimbo 52.87 8.7 0.03

3 Umba 63.75 22.3 Tidak ada

4 Lohudu 23.75 9.4 Tidak ada

5 Remba 129.93 21.3 0.25

6 Soga 30.15 13.5 0.03

7 Tiworo 325.2 25.85 Tidak ada

8 Katananga 6.5 7.5 0.5

9 Bone-Bone 139.37 12.45 Tidak ada

10 Lakabu 7.36 2.8 0.02

11 Kasimpa 10.18 5.23 0.05

12 Langsangia 13.4 3.8 Tidak ada

13 Bonengkadia 10.43 3.42 Tidak ada

14 Lamelaiya 11.68 4.2 Tidak ada

15 Wakobalu 37.5 8.3 0.05

16 Lamanu 182.62 19.3 0.33

17 Logmia 9.38 4.7 Tidak ada


(6)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 6

19 Labulubulu 37.5 17.8 0.43

20 Wasolangka 120.15 24.5 0.40

21 Mawasangka 906.25 3.2 Tidak ada

22 Wakuru 14.8 4.5 Tidak ada

23 Tongkuno 14.37 3.4 Tidak ada

25 Komba-komba 32.5 4.3 Tidak ada

26 Wangkoborona 113.75 7.5 Tidak ada

27 Motewe 10.2 4.5 Tidak ada

28 Labungi 31.25 3.22 Tidak ada

29 Bonea 25.6 2.85 Tidak ada

30 Lambiku 118.17 19.6 0.07

Sumber: PU Pengairan Kabupaten Muna (2013)

Berdasarkan Tabel 2.4 diatas tampak bahwa DAS yang memiliki debit air terbesar berada pada DAS Labulubulu, Wasolangka dan Lamanu dengan jumlah debit masing-masing 0.43 m3/dt, 0.40 m3/dt, dan 0.33 m3/dt. Namun jika berdasarkan Luas DAS, maka DAS yang memiliki luas terbesar adalah masing-masing DAS Mawasangka seluas 906.25 Km2, DAS Tiworo seluas 325.2 Km2 dan DAS Lamanu seluas 182.62 Km2.

Untuk sistem pengendalian banjir di Kabupaten Muna terdiri atas :

a. Perlindungan tangkapan air melalui normalisasi sungai direncanakan di DAS Jompi Kelurahan Raha I Kecamatan Katobu dan DAS Labalano Kelurahan Sidodadi Kecamatan Batalaiworu; dan

b. Bangunan tanggul sungai meliputi tanggul Sungai Labalano di Kecamatan Batalaiworu dan tanggul Sungai Tula Kecamatan Katobu.

Sedangkan sistem pengamanan pantaimeliputi kegiatan pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana pengaman pantai pada sepanjang pantai kabupaten ± 519,414 Km terdiri atas:

a. Bangunan pemecah gelombang terdapat di Kelurahan Wamponiki Kecamatan Katobu

dan Desa Pola Kecamatan Pasir Putih;

b. Rehabilitasi kawasan Mangrove tersebar di Kelurahan Wamponiki Kecamatan Katobu, Kelurahan Laiworu Kecamatan Batalaiworu, Desa Bonea Kecamatan Lasalepa, Desa Motewe Kecamatan Lasalepa, Kelurahan Napabalano Kecamatan Napabalano, Desa Tondasi Kecamatan Tiworo Utara, Desa Wambona Kecamatan Wakorumba Selatan, Desa Maligano Kecamatan Maligano, Desa Tampunabale Kecamatan Pasikolaga, Desa Marobo Kecamatan Marobo dan Desa Wadolao Kecamatan Marobo; dan

c. Bangunan talud pantai terdapat di Kecamatan Katobu yaitu di Kelurahan Raha I, Butung- butung, Wamponiki dan Laiworu; dan Desa Lagasa Kecamatan Duruka. Untuk Cekungan Air Tanah (CAT) yang merupakan CAT lintas kabupaten terdiri atas :

a.CAT Muna seluas 213 Km2 terdapat di Kabupaten Muna dan Buton;

b.CAT Bangbong seluas 69 Km2 terdapat di Kabupaten Muna dan Buton Utara; dan


(7)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 7 Peta.2.1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Wilayah Kabupaten Muna

Sumber: RTRW Kabupaten Muna 2011

d.


(8)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 8 Peta.2.2. Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Muna


(9)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 9

2.2. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Muna tahun 2012 sebanyak 279.471jiwa terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 132.133 jiwa, jumlah perempuan 141.503 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Muna selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 2000 sampai tahun 2010 rata-rata sebesar 1,36% pertahun. Pertumbuhan ini lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara yaitu rata-rata 2,07 persen pertahun serta lebih kecil dibandingkan pertumbuhan penduduk Indonesia 1,47 persen pertahun pada periode yang sama.

Persebaran penduduk menurut kecamatan tahun 2012, kecamatan katobu merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat yaitu sebanyak 2.246 jiwa per KM2diikuti oleh Kecamatan Duruka 992 jiwa per KM2dan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Tongkuno, Wadaga dan Batukara yaitu rata-rata 33 per Km2

2.2.1. Proyeksi Jumlah Penduduk

Perkiraan jumlah penduduk penting dalam suatu perencanaan, karena kependudukan merupakan salah satu penentu dalam mengkondisikan perkembangan suatu wilayah baik dari segi fisik maupun non fisik. Dengan mengetahui perkembangan penduduk suatu wilayah maka akan dapat diketahui prediksi kebutuhan fasilitas dan utilitas penunjang serta perkiraan kebutuhan ruangnya, dengan demikian relatif lebih mudah untuk memberikan arahan dan stategi pengembangan wilayah.

Analisis proyeksi penduduk dilakukan untuk menghitung perkiraan jumlah penduduk 5 tahun kedepan dengan menggunakan data jumlah penduduk tahun 2008 sampai tahun 2012. Analisis menggunakan rumus Matematik Geometrik( bunga berganda) Geometric Rate of Growth yaitu:

Pn = Po (1 + r )n Log Pn – Log Po Log (1 + r) = ---

n Log Pn – Log Po

--- = Log (1+r) 2

Keterangan :

Pn = Jumlah Penduduk pada tahun n

P0 = Jumlah Penduduk pada tahun awal/dasar

r = Tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun


(10)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 10 Berdasarkan hasil olahan sensus penduduk 5 tahun terakhir tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Muna pada tahun 2013 adalah sebanyak 285.282 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Muna 5 tahun terakhir rata-rata sebesar 2,10% pertahun. Pertumbuhan ini lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara yaitu rata-rata 2,07% pertahun. Serta lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yaitu 1,47% pertahun pada periode yang sama. Jumlah penduduk terbesar diantara 33 kecamatan se Kabupaten Muna adalah Kecamatan Katobu yaitu sebesar 29.507 Jiwa, Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Kecamatan 2.024 Jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk perkecamatan di Kabupaten Muna menunjukkan peningkatan yang signifikan, laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Marobo dengan rata-rata 3,63%, diikuti Kecamatan Tongkuno 3,21% dan Kecamatan Tiworo Selatan dengan jumlah penduduk rata-rata 2,84%. Sedangkan Kecamatan yang paling lambat pertumbuhannya yaitu Kecamatan Katobu yaitu dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,34% dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Muna di sebabkan oleh factor-faktor tertentu seperti ; Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi. Fertilitas (kelahiran) merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kepadatan penduduk, karena angka kelahiran di Kabupaten Muna tidak di batasi dan kebanyakan penduduk Kabupaten Muna melakukan nikah dini yang menyebabkan angka kelahiran semakin meningkat dan juga laju pertumbuhan yang tidak terkontrol. Sedangkan lawan dari kelahiran, kematian atau Mortalitas merupakan satu dari tiga factor geografis karena moralitas dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk, hal ini biasanya di sebabkan oleh faktor social ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan, serta kemiskinan merupakan faktor individual dan kelompok lainnya yg dapat mempengaruhi moralitas dalam masyarakat. Yang terakhir, migrasi adalah gerak perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lan dengan tujuan untuk menetap di daerah tujuan, yang biasa terjadi secara permanent. Seperti contohnya di beberapa wilayah Kabupaten Muna banyak penduduknya melakukan migrasi ke luar Kabupaten Muna baik skala regional maupun nasional serta ke wilayah internasional. Pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah memiliki banyak pengaruh, seperti perkembangan sosial. Perkembangan sosial terjadi karena pesatnya pertumbuhan penduduk tanpa di ikuti dengan kualitas dan kuantitas yang dimiliki sumber daya manusia.

Untuk itu saat ini Pemerintah Kabupaten Muna melalui BKKBN berupaya untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk, yaitu dengan melaksanakan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum sehingga dapat mengurangi jumlah angka kelahiran, dan menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Muna, yaitu penambahan dan penciptaan lapangan kerja, meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan, mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi, dan meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan. Program-program Pemerintah Daerah Kabupaten Muna saat ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Muna yang ditandai dengan Angka Harapan Hidup yang tinggi dan angka kematian bayi yang rendah. Sehingga perumbuhan penduduk dapat berjalan sinergi dengan peningkatan kualita dan taraf hidup masayarakat Kabupaten Muna


(11)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 11 .

Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Kabupaten Muna 5 Tahun Terakhir

Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK Laju Pertumbuhan pertahun (%)

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012

Tongkuno 14.035 14.174 14.380 14.667 14.842 3.036 3.103 3.229 3.371 3.485 3.21

Tongkuno Selatan 5.031 5.103 5.264 5.369 5.568 1.062 1.117 1.242 1.268 1.379 2,89

Parigi 10.572 10.747 10.904 11.112 11.327 2.231 2.418 2.511 2.566 2.614 1.94

Bone 4.845 5.084 5.113 5.325 5.583 992 1.072 1.177 1.204 1.351 2.60

Marobo 5.899 6.083 6.116 6.237 6.560 950 1.021 1.117 1.201 1.294 3.63

Kabawo 11.973 12.072 12.172 12.414 12.602 2.321 2.474 2.593 2.641 2.721 1.77

Kabangka 8.983 9.063 9.148 9.330 9.549 2.101 2.142 2.179 2.225 2.364 2.19

Kontukowuna 3.527 3.640 3.736 3.810 4.017 713 792 824 839 915 2.76

Tiworo Kepulauan 6.217 6.361 6.406 6.533 6.792 1.364 1.466 1.526 1.558 1.612 2.59

Maginti 8.042 8.126 8.226 8.390 8.464 1.582 1.743 1.867 1.908 1.987 1.45

Tiworo Tengah 6.214 6.318 6.406 6.632 6.738 1.411 1.502 1.617 1.649 1.746 2.59

Tiworo Selatan 4.562 4.732 4.830 4.926 5.104 1.013 1.079 1.166 1.190 1.275 2.84

Tiworo Utara 4.529 4.731 4.863 4.960 5.112 812 853 985 1.004 1.115 2.56

Lawa 7.169 7.336 7.430 7.578 7.718 1.525 1.683 1.756 1.793 1.903 1.94

Sawerigadi 5.942 6.104 6.284 6.409 6.529 1.225 1.326 1.449 1.480 1.562 1.95

Barangka 5.841 5.739 5.978 6.097 6.217 1.149 1.261 1.397 1.427 1.538 2.00

Wadaga 5.474 5.612 5.706 5.819 5.924 1.105 1.282 1.309 1.337 1.452 1.91

Kusambi 10.404 10.529 10.699 10.912 11.083 2.162 2.203 2.344 2.387 2.474 1.79

Kontunaga 7.375 7.524 7.619 7.771 7.916 1.518 1.624 1.756 1.794 1.879 1.95

Watopute 11.352 11.538 11.684 11.917 12.105 2.257 2.401 2.683 2.741 2.869 1.80

Katobu 27.920 28.331 28.360 28.925 29.118 5.640 5.725 5.907 6.020 6.935 1.34

Lohia 13.053 13.115 13.282 13.546 13.717 2.648 2.721 2.892 2.945 3.015 1.64

Duruka 11.040 11.131 11.207 11.430 11.579 2.180 2.273 2.486 2.533 2.668 1.66

Batalaiworu 12.402 12.524 12.640 12.891 13.102 2.361 2.451 2.728 2.778 2.858 1.83

Napabalano 10.428 10.652 10.785 11.000 11.137 2.086 2.156 2.374 2.417 2.574 1.63

Lasalepa 9.721 9.892 10.005 10.204 10.414 2.193 2.204 2.392 2.442 2.603 2.04

Napano Kusambi 4.507 4.629 4.707 4.801 4.936 893 901 992 1.012 1.074 2.43

Towea 4.515 4.613 4.722 4.816 4.976 901 993 1.045 1.064 1.105 2.69

Wakarumba Selatan 2.018 2.151 4.209 4.293 4.527 802 843 906 923 1.016 2.78

Pasir Putih 3.862 3.941 4.071 4.152 4.351 792 810 875 892 1.134 2.44

Pasi Kolaga 3.701 3.853 3.856 3.933 4.132 688 752 842 857 905 2.58

Maligano 4.932 5.057 5.108 5.209 5.378 989 1.059 1.108 1.128 1.793 2.64

Batukara 2.024 2.172 2.244 2.288 2.354 407 482 511 522 559 2.45

TOTAL 257.104 262.677 268.277 273.616 279.471 53.109 55.932 59.845 61.116 65.774 2.10


(12)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 12 Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Saat Ini dan Proyeksi 5 Tahun

Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK

2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017

Tongkuno 15.080 15.319 15.557 15.798 16.034 3.623 3.761 3.899 4.038 4.178

Tongkuno Selatan 5.729 5.890 6.050 6.211 6.372 1.455 1.531 1.607 1.683 1.759

Parigi 11.547 11.766 11.986 12.206 12.426 2.668 2.721 2.775 2.828 2.882

Bone 5.840 6.096 6.353 6.609 6.866 1.451 1.551 1.651 1.750 1.850

Marobo 6.798 7.036 7.274 7.512 7.751 1.397 1.499 1.602 1.704 1.807

Kabawo 12.825 13.047 13.270 13.492 13.715 2.788 2.855 2.922 2.990 3.057

Kabangka 9.756 9.968 10.177 10.386 10.595 2.464 2.565 2.665 2.765 2.866

Kontukowuna 4.186 4.319 4.470 4.621 4.772 966 1.016 1.067 1.117 1.168

Tiworo Kepulauan 6.913 7.087 7.262 7.426 7.611 1.657 1.703 1.748 1.794 1.839

Maginti 8.586 8.709 8.831 8.954 9.076 2.051 2.115 2.179 2.242 2.306

Tiworo Tengah 6.913 7.087 7.262 7.436 7.611 1.816 1.885 1.955 2.025 2.094

Tiworo Selatan 5.249 5.394 5.538 5.683 5.828 1.335 1.394 1.454 1.513 1.573

Tiworo Utara 5.243 5.374 5.505 5.635 5.766 1.189 1.262 1.336 1.409 1.483

Lawa 7.868 8.017 8.167 8.316 8.466 1.983 2.062 2.142 2.222 2.301

Sawerigadi 6.656 6.784 6.911 7.038 7.165 1.623 1.684 1.745 1.806 1.867

Barangka 6.341 6.466 6.590 6.714 6.838 1.616 1.693 1.771 1.848 1.926

Wadaga 6.037 6.150 6.263 6.377 6.490 1.531 1.611 1.690 1.769 1.849

Kusambi 11.282 11.481 11.680 11.879 12.077 2.543 2.611 2.680 2.748 2.817

Kontunaga 8.070 8.225 8.379 8.533 8.687 1.945 2.011 2.076 2.142 2.208

Watopute 12.323 12.541 12.759 12.977 13.195 2.968 3.068 3.167 3.267 3.366

Katobu 29.507 29.896 30.285 30.675 31.064 7.538 8.142 8.745 9.349 9952

Lohia 13.942 14.166 14.391 14.615 14.840 3.079 3.143 3.207 3.217 3.336

Duruka 11.771 11.963 12.156 12.348 12.540 2.766 2.863 2.961 3.059 3.156

Batalaiworu 13.341 13.581 13.820 14.060 14.299 2.926 2.994 3.062 3.130 3.198

Napabalano 11.319 11.500 11.682 11.864 12.046 2.682 2.791 2.899 3.008 3.116

Lasalepa 10.627 10.840 11.053 11.265 11.478 2.718 2.833 2.947 3.062 3.177

Napano Kusambi 5.056 5.176 5.296 5.416 5.536 1.118 1.163 1.207 1.252 1.296

Towea 5.110 5.244 5.377 5.511 5.645 1.137 1.168 1.200 1.232 1.264

Wakorsel 4.698 4.869 5.040 5.211 5.382 1.078 1.139 1.201 1.263 1.324

Pasir Putih 4.501 4.650 4.800 4.950 5.099 994 1.036 1.078 1.120 1.161

Pasi Kolaga 4.280 4.428 4.576 4.724 4.871 939 973 1.007 1.040 1.074

Maligano 5.520 5.662 5.804 5.947 6.089 1.270 1.328 1.385 1.443 1.500

Batukara 2.412 2.469 2.527 2.585 2.642 585 612 638 664 6.90

TOTAL 285.282 291.147 297.011 302.876 308.741 67.454 70.696 73.538 76.380 79.222


(13)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 13

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function).

Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Muna. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

Penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah.Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun berikutnya.

Struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari: a. pendapatan daerah;

b. belanja daerah; dan c. pembiayaan daerah.

Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Klasifikasi APBD menurut urusan pemerintahan dan organisasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Pendapatan daerah dikelompokan atas: a. pendapatan asli daerah;

b. dana perimbangan; dan

c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Dari sudut biaya pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Muna, perlu dilihat kemampuan Kabupaten Muna dalam membiayai belanja pembangunan.Ralisasi Anggaran Pendapatan


(14)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 14 dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Muna dalam 5 tahun terakhir dapat di Lihat pada table 2.5 dibawah ini.

Dari tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan Kabupaten Muna dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 13,04% pertahun. Terutama di poin Lain-Lain Pendapatan yang sah mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2012 yaitu sebesar 73,87%. Pendapatan dari dana perimbangan juga masih tergolong besar, ini menunjukkan bahwa Kabupaten Muna masih membutuhkan dana bantuan dari pusat (APBN) untuk membiayai pembangunannya. Sedangkan dari sisi pembelanjaan juga setiap tahunnya mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,76% belanja tidak langsung memiliki peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan belanja langsung yaitu sebesar 13,22%.

Pada tabel 2.7 menggambarkan sisi belanja sanitasi di Kabupaten Muna dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 45,54%. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan bidang sanitasi mendapatkan perhatian yang cukup baik dari pemerintah Kabupaten Muna.Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7 dibawah ini. Pada table 2.7 juga dapat dilihat bahwa alokasi belanja di APBD Kabupaten Muna masih didominasi oleh belanja gaji. Besarnya Belanja gaji berkisar antar 50-60%. Kondisi ini mengakibatkan beban pembiayaan pada sektor infrastruktur menjadi sedikit berkurang. Namun demikian Pemerintah Daerah berupaya meningkatkan sektor belanja modal khususnya sektor infrastruktur, melalui kebijakan penurunan angka penerimaan PNS. Sejalan dengan hal tersebut juga saat ini Pemerintah Pusat tidak memberikan alokasi penerimaan PNS bagi daer-daerah yang memiliki alokasi Belanja Pegawai masih > 50% termasuk untuk Kabupaten Muna.

Pada sektor Pendapatan Asli Daerah, pemerintah Kabupaten Muna secara bertahap meningkatkan pendapatan asli daerah melalui penerapan UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Selama ini pungutan Daerah yang berupa Pajak dan Retribusi diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut, Daerah diberi kewenangan untuk memungut 11 (sebelas) jenis Pajak, yaitu 4 (empat) jenis Pajak provinsi dan 7 (tujuh) jenis Pajak kabupaten/kota. Selain itu, kabupaten/kota juga masih diberi kewenangan untuk menetapkan jenis Pajak lain sepanjang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Undang-Undang tersebut juga mengatur tarif pajak maksimum untuk kesebelas jenis Pajak tersebut. Terkait dengan Retribusi, Undang- Undang tersebut hanya mengatur prinsip-prinsip dalam menetapkan jenis Retribusi yang dapat dipungut Daerah. kabupaten/kota diberi kewenangan untuk menetapkan jenis Retribusi selain yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Selanjutnya, peraturan pemerintah menetapkan lebih rinci ketentuan mengenai objek, subjek, dan dasar pengenaan dari 11 (sebelas) jenis Pajak tersebut dan menetapkan 27 (dua puluh tujuh) jenis Retribusi yang dapat dipungut oleh Daerah. Hasil penerimaan Pajak dan Retribusi diakui belum memadai dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) khususnya bagi daerah kabupaten dan kota. Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Dalam banyak hal, dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutup seluruh kebutuhan pengeluaran Daerah. Oleh karena itu, pemberian peluang untuk mengenakan pungutan baru yang semula diharapkan dapat meningkatkan penerimaan Daerah, dalam kenyataannya tidak banyak diharapkan dapat menutupi kekurangan kebutuhan pengeluaran tersebut.


(15)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 15 Tabel 2.7.Rekapitulasi realisasi APBD Kabupaten Muna Tahun 2008-2012

No Realisasi Anggaran Tahun Pertumbuhan Rata-Rata

2008 2009 2010 2011 2012

A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3 ) 486,539,882,374 576,043,518,409 558,390,283,298 685,811,570,572 781,796,243,983 13.04

a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 18,540,970,830 15,558,529,436 14,827,227,819 16,202,790,575 20,675,589,616 4.02

a.11 Pajak Daerah 1,506,916,167 1,783,171,967 1,787,754,581 2,853,080,686 2,744,461,924

a.12 Retribusi Daerah 9,294,506,474 6,676,103,557 6,143,588,894 8,331,381,211 7,093,218,289

a.13 Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 2,888,678,373 920,745,112 2,511,002,098 2,179,495,924 3,437,962,628

a.14 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 4,850,869,816 6,178,508,800 4,384,882,246 2,838,832,754 7,399,946,775

a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 426,804,369,677 489,430,473,071 506,261,911,202 515,691,131,319 672,087,940,060 12.58

a.21 Dana bagi hasil 21,429,646,677 21,001,872,071 24,140,181,802 24,544,008,319 29,762,405,060

a.22 Dana alokasi umum 340,333,723,000 396,946,601,000 436,043,204,400 425,401,023,000 561,580,535,000

a.23 Dana alokasi khusus 65,041,000,000 71,482,000,000 46,078,525,000 65,746,100,000 80,745,000,000\

a.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 41,194,541,867 71,054,515,902 37,301,144,277 153,917,648,678 89,032,714,307 73.87

a.31 Dana bagi hasil pajak dari propinsi kpd kabupaten 2,577,752,067 1,440,168,901 4,058,292,959 3,980,107,798 5,515,464,307

a.32 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 18,616,789,800 2,590,168,901 31,516,163,218 146,330,448,880 77,812,598,000

a.33 Bantuan keuangan dari propinsi/pemerintah lainnya 20,000,000,000 67,024,178,100 1,726,688,100 3,607,092,000 5,704,652,000

B Belanja ( b.1 + b.2 ) 517,743,499,473 509,063,613,563 560,005,559,174 646,646,460,895 771,118,581,766 10.76

b.1 Belanja Tidak Langsung 302,432,119,576 335,546,567,132 402,551,673,248 447,569,067,865 495,743,695,583 13.22

b.11 Belanja pegawai 280,233,560,582 319,804,913,398 376,115,707,657 423,841,915,154 469,628,724,186

b.12 Bunga 1,231,878,640 1,508,986,734 1,129,882,591 1,069,168,861 1,044,738,655

b.13 Subsidi 90,800,774 0 0 0 0

b.14 Hibah 9,556,179,580 6,311,944,000 17,126,000,000 12,476,455,250 14,748,742,845

b.15 Bantuan Sosial 300,000,000 271,973,000 0 0 0

b.16 Belanja bagi hasil 17,000,000 0 0 17,000,000 0

b.17 Bantuan Keuangan 10,078,000,000 7,354,250,000 7,880,083,000 9,432,895,500 9,845,734,954

b.18 Belanja tidak terduga 924,700,000 294,500,000 300,000,000 731,633,100 475,754,943

b.2 Belanja Langsung 215,311,379,897 173,517,046,431 157,453,885,926 199,077,393,030 275,374,886,183 9.02

b.21 Belanja pegawai 14,305,547,113 0 9,551,020,778 10,833,114,443 12,785,348,653

b.22 Belanja barang dan jasa 48,194,524,811 0 50,823,550,925 72,985,653,710 87,945,742,785

b.23 Belanja modal 152,811,307,973 173,517,046,431 97,079,314,223 115,258,624,877 174,643,794,745

Surplus/Defisit Anggaran -31,203,617,099 66,979,904,846 -1,615,275,876 39,165,109,677 10,677,662,217


(16)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 16 Tabel 2.8. Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Muna

No SKPD TAHUN Rata-Rata

Pertumbuhan

2008 2009 2010 2011 2012

PU –CK 1,059,866,800 596,615,000 380,569,600 2,281,519,654 3,093,971,000 113.80

Investasi 160,000,000 341,615,000 192,732,600 240,800,000 1,922,426,000

Operasional/Pemeliharaan ( OM ) 899,866,800 255,000,000 187,837,000 2,040,719,654 1,171,545,000

KLH 514,020,000 15,600,000 1,226,898,730 252,115,000 222,479,500 1894.14

Investasi 514,020,000 0 6,400,000 215,810,000 122,479,500

Operasional/Pemeliharaan ( OM ) 0 15,600,000 1,220,498,730 36,305,000 100,000,000

Dinkes 68,050,000 10,915,000 84,680,000 22,410,000 69,540,000 182.16

Investasi 46,355,000 0 17,170,000 12,405,000 34,775,000

Operasional/Pemeliharaan ( OM ) 21,695,000 10,915,000 67,510,000 10,005,000 34,765,000

Bappeda 89,850,000 223,850,000 598,200,000 81,480,000 508,819,000 188.62

Investasi 89,850,000 209,650,000 598,200,000 0 494,019,000

Operasional/Pemeliharaan ( OM ) 0 14,200,000 0 81,480,000 14,800,000

Belanja Sanitasi ( 1+2+3+4+5+6+7) 1,731,786,800 846,980,000 2,290,348,330 2,637,524,654 3,894,809,500 45.54 Pendanaan Investasi Sanitasi Total (

1a+2a+3a+4a+5a+6a+7a)

810,225,000 551,265,000 814,502,600 469,015,000 2,573,699,500 105.53

Pendanaan OM

(1b+2b+3b+4b+5b+6b+7b)

921,561,800 295,715,000 1,475,845,730 2,168,509,654 1,321,110,000 84.76

Belanja Langsung 215,311,379,897 173,517,046,431 157,453,885,926 199,077,393,030 275,374,886,183 9.02 Proporsi Belanja Sanitasi-Belanja

Lansung (8/11)

0.80 0.49 1.45 1.32 1.41 39.13

Proporsi Investasi Sanitasi-Total Belanja Sanitasi (9/8)

46.79 65.09 35.56 17.78 66.08 53.84

Proporsi OM Sanitasi-Total Belanja Sanitasi (10/8)

Proporsi OM Sanitasi-Total Belanja Sanitasi (10/8)

53.21 34.91 64.44 82.22 33.92 4.75


(17)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 17 Tabel 2.9. Belanja Sanitasi Per Kapita Kabupaten Muna Tahun 2008-2012

Sumber : Realisasi APBD tahun 2008-2012, diolah

Biaya belanja sanitasi Kabupaten Muna setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 45,54%. Hal ini menunjukkan perhatian pemerintah daerah Kabupaten Muna terhadap perbaikan kualitas kesehatan masyarakat semakin tinggi. Sedangkan struktur ekonomi Kabupaten Muna pada lima tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2008 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muna mencapai 7.76%. Namun Pada Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muna hanya mencapai 7.46%. Menurunnya angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muna jika dibandingkan pada Tahun 2008 karena pada Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muna disokong secara dominan oleh sektor pertanian, sedangkan pada Tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muna disokong oleh sektor kehutanan. Pada Tahun 2008, pengolahan Kayu Jati di Kabupaten Muna mengalami peningkatan yang signifikan dengan banyaknya izin yang diterbitkan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Muna.

Tabel 2.10. Peta Perekonomian Kabupaten Muna Tahun 2008-2012

Deskripsi Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

PDRB harga konstan ( struktur

perekonomian) (Rp.)

966,291,250,000 1,041,771,560,000 2,083,880,570,000

2,419,107,800,000 2,611,837,800,000 Pendapatan Perkapita Kabupaten Muna (Rp.) 3,927,949 4,192,898 4,053,800 4,849,340 5,297,000 Pertumbuhan

Ekonomi ( %) 7.76

7.81 6.78 7.14 7.46

Sumber : BPS Kabupaten Muna (2013)

Uraian Tahun Rata-Rata

Pertumbuhan

2008 2009 2010 2011 2012

Total Belanja Sanitasi

Kabupaten/Kota 1,731,786,800 846,980,000 2,290,348,330 2,637,524,654 3,894,809,500 45.54

Jumlah Penduduk 257,104 262,677 268,277 273,616 279,471 2.11

Belanja Sanitasi Perkapita ( 1 / 2 )


(18)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 18

2.4 Tata Ruang Wilayah

Arahan Struktur Ruang wilayah Kabupaten Muna berdasarkan hasil revisi secara administratif terdiri dari 33 wilayah Kecamatan yang menyebar pada 2 (dua) wilayah daratan kepulauan yaitu Pulau Muna dan sebagian Pulau Buton terdiri dari 4 Wilayah Pembangunan yang terdiri dari :

1. Wilayah Pengembangan I meliputi Kecamatan Katobu, Lohia, Duruka, Batalaiworu, Watopute, Kontunaga, Napabalano, Lasalepa serta 1 (satu) Kecamatan pemekaran yaitu Kecamatan Towea (Kecamatan Induk Napabalano) dengan Pusat Pengembangan di Kecamatan Lasalepa.

2. Wilayah Pengembangan II meliputi Kecamatan Tikep, Kecamatan Tiworo Tengah, Kecamatan Sawerigadi, Kecamatan Kusambi, Kecamatan Maginti, Kecamatan Barangka , Kecamatan Lawa, Kecamatan Napano Kusambi (Kecamatan Induk Napabalano dan Kusambi), Kecamatan Tiworo Utara ( Kecamatan Induk Tikep dan Tiworo Tengah), Kecamatan Tiworo Selatan (Kecamatan Induk Maginti), Wadaga (Kecamatan Induk Lawa) dengan Pusat Pengembangan di Kecamatan Lawa.

3. Wilayah Pengembangan III meliputi Kecamatan Kabawo, Kecamatan Kabangka, Kecamatan Parigi, Kecamatan Bone, Kecamatan Tongkuno, Kecamatan Marobo (Kecamatan Induk Bone), Kecamatan Tongkuno Selatan (Kecamatan Induk Tongkuno), Kecamatan Wadaga (Kecamatan Induk Kabangka dan Kabawo) dengan Pusat Pengembangan di Kecamatan Tongkuno.

4. Wilayah Pengembangan IV meliputi Kecamatan Maligano, Wakorumba Selatan dan Pasir putih serta 2 (dua) kecamatan hasil pemekaran yaitu Batukara dan Pasikolaga dengan Pusat Pengembangan di Kecamatan Wakorumba Selatan.

2.4.1 Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Muna a. Rencana Sistem Perkotaan

Kriteria umum untuk kawasan permukiman kota adalah memperhatikan perkembangan pembangunan permukiman perkotaan baru, memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas atau prasarana yang dibutuhkan,mempertimbangkanusaha-usaha atau kebijaksanaan yang ada, khususnya tata ruang kota, mengalihkan penggunaan pertanian lahan kering yang berada terjepit di sekitar permukiman perkotaan yang ada menjadi permukiman perkotaan.

Kawasan permukiman perkotaan utama yang ditetapkan adalah pada pusat-pusat Wilayah Pengembangan Pembangunan yang termasuk kedalam wilayah perkotaan ibukota Kabupaten Muna. Selain itu kawasan permukiman kota potensial lainnya adalah seluruh wilayah

pengembangan Ibukota Kecamatan (IKK) sebanyak 33 Kecamatan.

Kebijaksanaan permukiman kota sebagai tempat pemusatan penduduk, beserta peningkatan penyediaan sarana dan prasarana sebagai penunjangnya, yang meliputi:

 Penyediaan sarana pelayanan umum dan fasilitas sosial ekonomi.

 Penyediaan Ruang Terbuka Hijau yang bersifat Privat dan Publik. Penentuan RTH Privat sebesar 10 % dari Ruang Perkotaan Terbangu dan RTH Publik seluas 20 % dari pemanfaatan ruang perkotaan terbuka. (lihat acuan RTH berdasarkan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan


(19)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 19

perkotaan sebagai juklak dari Undang-undang no.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 29 sampai pasal 31)

 Meningkatkan efisiensi penggunaan ruang melalui upaya penyusunan rencana kota bagi kota-kota yang belum memiliki RUTRK ataupun revisi rencana kota bagi kota-kota yang telah memiliki RUTRK.

 Menyiapkan lahan potensial baru untuk pembangunan rumah alternative yang bersifat vertical seperti Pembangunan Rumah Susun Hak Milik (Rusunami) atau Rumah Susun Sewa (Rusunawa) bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

 Menyiapkan lahan baru bagi kegiatan permukiman skala besar atau kota baru bagi daerah yang berdekatan dengan pusat pengembangan industri (Industnal Estate), seperti Pengembangan Kota Terpadu Mandiri.

 Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana bagi kegiatan permukiman untuk

memudahkan pergerakan penduduknya dan menunjang aktivitas ekonomi yang ada.

Rencana perkotaan yang yang masuk dalam rencana pengembangan perkotaan di Kabupaten Muna adalah pengembangan kawasan permukiman Unit PermukimanTransmigrasi atau PermukimanTransmigrasi yang sudah diserahkan dimana pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Kota Terpadu Mandiri ini merupakan konsep pengembangan permukiman transmigrasi yang mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 214 tahun 2007. KTM KANTISAdiKabupaten Munaterletak di Kecamatan Tiworo Kepulauan, Kecamatan Tiworo Tengah, Kecamatan Sawerigadi. Kecamatan Kabangka, Kecamatan Kusambi. KTM Kantisa mempunyai Pusat Pengembangan Ekonomi dengan luas sekitar 120 Ha dan direncanakan dilengkapi dengan fasilitas penunjang sepertiPusat Kegiatan Ekonomi Wilayah; Pusat Kegiatan Industri Pengolahan Hasil; Pusat Pelayanan Jasa Perdagangan; Pusat Pelayanan Kesehatan; Pusat Pendidikan dan Pelatihan; Sarana Pemerintahan; Fasilitas Umum dan Sosial.

Pusat-pusat kegiatan perkotaan di Kabupaten Muna adalah sebagai berikut :

1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)terdapat di Raha Kecamatan Katobu sebagai ibukota kabupaten;

2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP) meliputi Wakuru di Kecamatan Tongkuno; Pure di Kecamatan Wakorumba Selatan; dan Tampo di Kecamatan Napabalano.

3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)terdiri atas Bonea di Kecamatan Lasalepa; Wapae di Kecamatan Tiworo Tengah; Lasehao di Kecamatan Kabawo; Lambubalano di Kecamatan Lawa; Oensuli di Kecamatan Kabangka; Pola di Kecamatan Pasir Putih; dan Barangka di Kecamatan Barangka.

b. Rencana Sistem Pedesaan

Kriteria kawasan ini adalah pengelompokan lokasi permukiman perdesaan yang sudah ada, menghindari sawah irigasi, memperhatikan kebutuhan perumahan, penduduk perdesaan untuk masa yang akan datangdengan usahanya dan memperhitungkan kecenderungan perkembangan dan aksesibilitas. Kawasan ini meliputi seluruh perkampungan yang ada (kecuali perkampungan-perkampungan yang beriokasi di kawasan rawan bencana longsoran yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung) serta arahan bagi perluasannya sebatas tidak mengganggu


(20)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 20 pengembangan kegiatan budidaya pertanian di sekitarnya. Secara umumlokasi kawasan permukiman desa tersebar secara acak dan merata diseluruh wilayah Kabupaten Muna mengikuti sumber produksi masyarakat setempat. Status kawasan permukiman desa adalah desa rural atau desa yang memiliki karakter atau ciri pedesaan yang masih kuat.

Kebijaksanaan pengembangan kawasan permukiman pedesaandi Kabupaten Muna adalah :

 Mengembangkan desa-desa maju sebagai pusat pemukiman perdesaan,

 Meningkatkan ketersediaan dan pelayanan fasilitas sosial ekonomi,

 Meningkatkan aksesibilitas wilayah dengan pembangunan infrastrukturjalan dan komunikasi,

 Integrasi dengan daerah kota yang berdekatan, baik dalam pelayanan, produksi, dan distribusi. Khusus perkampungan-perkampungan pedesaan pada kawasan yang rawan terhadap bencana longsoran perlu relokasi penduduk.

Untuk pusat kegiatan pedesaan di Kabupaten Muna terdiri atas kawasan yang meliputi Lohiadi Kecamatan Lohia; Wapunto diKecamatan Duruka; Wali diKecamatan Watupute;Laiworu diKecamatan Batalaiworu; Liabalano diKecamatan Kontunaga; Kambara diKecamatan Tiworo Kepulauan; Kampobalano diKecamatan Sawerigadi; Konawe diKecamatan Kusambi; Pajala diKecamatan Maginti; Lawama di Kecamatan Tongkuno Selatan; Wasolangka diKecamatan Parigi; Bonekancitala diKecamatan Bone; Maligano diKecamatan Maligano; Marobo di Kecamatan Marobo; Bahutara di Kecamatan Kontu Kowuna; Kasimpajaya di Kecamatan Tiworo Selatan; Tondasi di Kecamatan Tiworo Utara; Lailangga di Kecamatan Wadaga; Lahaji di Kecamatan Napano Kusambi; Moasi di Kecamatan Towea; Lambelu di Kecamatan Pasi Kolaga; dan Lano Bake di Kecamatan Batukara.

2.4.2. Rencana Kawasan Lindung Kabupaten Muna

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Muna meliputi rencana pola pemanfaatan kawasan lindung dan rencana pola pemanfaatan kawasan budidaya.

a. Sempadan Sungai

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kawasan sempadan sungai di Kabupaten Muna yang ditetapkan terutama berlokasi di sepanjang aliran sungai-sungai besar seperti :

1. Sungai Tiworo (Kambara) sepanjang 13 Km dengan luas Daerah Aliran Sungai seluas 189,58

Km2 dengan debit normal 7,480 m3/detik.

2. Sungai Kancitala sepanjang 9,5 Km dengan luas Daerah Aliran Sungai 67 Km2 dan debit normal 0,854 m3/detik.


(21)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 21

3. Sungai Katangana di Kecamatan Tikep sepanjang 12 Km dengan luas Daerah Aliran Sungai

114,58 Km2 dan debit air 1,850 m3/detik.

4. Sungai Lambiku di Kecamatan Napabalano sepanjang 24 Km dengan luas Daerah Aliran

Sungai 41 Km2 dengan debit nosmal 2,102 m3/detik.

5. Sungai Lanoumba di Kecamatan Kusambi dengan debit air 400 liter/detik.

6. Sungai Kabangka Balano di Kecamatan Kabawo bagian hulu debit air 400 liter/detik.

Luas keseluruhan kawasan sempadan sungai adalah 8.409,32 Ha. Kebijaksanaan penunjang pengamanan sempadan sungai antara lain:

 Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya (baru) di sepanjang sungai yang dapat mengganggu ataupun merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya.

 Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai.

 Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir sungai dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

 Pada lingkungan permukiman/daerah terbangun di kawasan sempadan sungai dapat dibangun

jalur jalan lingkungan dengan lebar jalan 10-15 meter, diambil dari tepi paling luar dengan syarat tidak boleh didirikan tempat pemberhentian. Pembangunan Talud di tikungan-tikungan sungai.

 Dapat ditanami tumbuhan besar sebagai barier, yaitu pohon, penahan kelongsoran tanah.

 Dapat dikembangkan sebagai kawasan perkebunan dengan mempertimbangkan, bahwa

tanaman yang dikembangkan tidak mengganggu/merusak air sungai serta mampu menjaga kondisi pingiran sungai.

 Pada kawasan sekitar sungai dapat dikembangkan sebagai kawasan persawahan, dengan syarat tidak mengganggu/merusak air sungai serta mampu menjaga kondisi pinggiran, dasar dan aliran sungai. Oleh karena itu dalam pengembangannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor ketinggian tempat, kelerengan, dan kedalaman efektif lapisan tanah.

Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai. Kriteria kawasan sempadan sungai adalah sekurang-kurangnya (atau sesuai peraturan yang berlaku) :

 ฀ 100 meter kiri – kanan sungai besar dan 50 meter di kiri – kanan anak sungai yang berada di luar permukiman

 50 kiri – kanan sungai besar dan 25 meter kiri kanan anak sungai bila berada di area permukiman

Sesuai Keppres Nomor 32 Tahun 1990, pada sepanjang sungai – sungai tersebut perlu ditetapkan sebagai kawasan sempadan sungai di wilayah permukiman berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi.

b. Sempadan Pantai

Kawasan sekitar Pantai adalah kawasan tertentu disekeliling Pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi Pantai.Kawasan Pantai adalah daerah di sekeliling tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik Pantai (antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah daratan).Kawasan sempadan pantai meliputi kawasan


(22)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 22 pantai sepanjang 519,414 Km yang terdapat di setiap kecamatan. Berdasarkan kriteria tersebut terdapat kawasan pesisir pantai yang perlu dilindungi yaituPesisir Pantai Di Kecamatan Tiworo Kepulauan, Kecamatan Tiworo Tengah, Kecamatan Napabalano, Kecamatan Tongkuno, Kecamatan Lasalepa, Kecamatan Maginti, Kecamatan Kabangka, Kecamatan Parigi, Kecamatan Batalaiworu, Kecamatan Lohia, Kecamatan Katobu, Kecamatan Lohia, Kecamatan Duruka, Kecamatan Pasikolaga, Kecamatan Pasir Putih, Kecamatan Wakorumba Selatan, Kecamatan Maligano. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang di kawasan pesisir pantai adalah :

 Pada lingkungan permukiman atau kawasan terbangun, perlu ada pengendalian kegiatan secara ketat dan terbatas. Pembuatan jalur jalan lingkungan antara pesisir pantai dan jalan perlu ada jalur jalan bagi pejalan kaki hendaknya dilaksanakan dengan lebar 5-10 meter, diambil dari tepi paling luar dengan syarat tidak boleh didirikan tempat pemberhentian.

 Dapat ditanami tumbuhan besar (perkebunan) sebagai barier, yaitu pohon penahan gelombang atau pembatas, penahan longsoran tanah.

 Dapat dikembangkan sebagai kawasan perkebunan dengan mempertimbangkan bahwa

tanaman yang dikembangkan tidak mengganggu atau merusak air Pantai serta mampu menjaga kondisi pinggiran sungai. Pada kawasan sekitar Pantai dapat dikembangkan sebagai kawasan persawahan, dengan syarattidak mengganggu kualitas air, kondisi pinggiran, dasar dan aliran sungai.

 Sebagai peruntukan kawasan wisata harus memperhatikan ketersediaan air, dan menjaga fungsi kawasan serta mempunyai upaya terhadap konservasi.

c. Kawasan Sekitar Mata Air

Merupakan kawasan yang disekeliling sumber atau mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.Tujuan pengembangannya adalah untuk melindungi dan melestarikan potensi air dari berbagai kegiatan yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas airnya.Kawasan sekitar mata air yang ditetapkan berkisar kurang lebih pada radius 200 meter dari sumber mata air yang ada. Beberapa kebijaksanaan yang dapat digunakan untuk melindungi kawasan sekitar mata air adalah:

 Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sekitar mata air yang dapat mengganggu kelestarian fungsi dan kondisi fisik di sekitarnya.

 Pengendalian kegiatan dan pemanfaatan mata air agar kualitas dan kuantitasnya tidak turun.Pada kawasan sekitar mata air dapat dikembangkan sebagai kawasan persawahan, dengan syarat tidak mengganggu kualitas air, kondisi pinggiran, dasar, dan aliran sungai. Pada sekitar mata air dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata dengan syarat hanya untuk kegiatan menikmati pemandangan alam yang indah.

Berdasarkan kriteria di atas di Kabupaten Muna terdapat dua sumber air yang perlu

dilindungi keberadaannya dari kerusakan lingkungan yaitu diantaranya dengan

menetapkansempadan mata air di Kecamatan :

1. Kecamatan Tongkuno terdapat 4 mata air yang dapat menjadi sumber air bersih yaitu mata air Lia, Wasonta, Langkeba, Lohontohe dan Oe Kandoli;

2. Di Kecamatam Kabawo & Kabangka terdapat lima mata air yaitu Oe Balano, Larubani, Laano Sania, Owula Moni, dan Tolu Laano;


(23)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 23 3. Di Kecamatan Lawa dan Sawerigadi terdapat 8 mata air yaitu Tobi, Ghulu, Mata Kidi,

Lasoropa, Wakombou, Kaaghi, Lamoriri dan Oe Barakati;

4. Di Kecamatan Katobu dan Lohia terdapat 5 mata air yaitu Lasunapa, Jompi, Motonuno, Ghova, dan La Ende;

5. Di Kecamatan Parigi terdapat mata air Fotuno Rete;

6. Di Kecamatan Kusambi terdapat mata air Rawa Wakadia dan air fotuno Pure; 7. Di Kecamatan Napabalano terdapat mata air Lambiku, mata dan Tolimbo;

8. Di Kecamatan Tikep dan Maginti terdapat mata air Kambara Katangana dan Langku- Iangku 9. Di Kecamatan Wakorumba Selatan terdapat mata air Pure, Wambona, Liwu Metinggi, Sangia

dan Labunia

2.4.3. Kawasan Rawan Bencana a. Kawasan Rawan Tanah Longsor

Gerakan tanah yang dijumpai di lapangan berukuran kecil (lebar kurang dari 5 meter) hingga agak besar (lebar dari 15 meter). Kejadian gerakan tanah pada beberapa lokasi pengamatan tidak selalu sama, hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor seperti kemiringan lereng, sifat fisik dan keteknikan tanah/batuan, kondisi keairan dan penggunaan lahan yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Untuk itu perlu dilakukan pengamatan sebaran dan jenis gerakan tanah serta faktor penyebabnya.Kawasan yang rentan bencana Tanah Longsor ditemukan Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Desa Mata Indaha di Kecamatan Pasir Putih.

 Pengaruh Sifat Fisik Tanah dan Batuan

Sifat fisik tanah dan batuan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tanah berbutir/sedikit halus butiran kasar dan tanah berbutir halus mengandung butiran kasar. Dari pengamatan lapangan dan hasil pengujian mekanika tanah terhadap beberapa contoh tanah pelapukan di daerah stidi menunjukan bahwa :

a. Tanah berbutir halus tanpa/sedikit butiran kasa, merupakan hasil lapukan dari batuan dasar yang berbutir sangat halus seperti batu lempung dan Formasi Bongka (Tmpd).

b. Tanah berbutir halus mengandung butiran kasar, merupakan hasil lapukan batuan dasar berbutir kasar, seperti konglomerat dari Formasi Kintom (Tmpk), batu gamping dari teumbu koral (QI).

Adanya perbedaan sifat fisik tanah ini tentunya akan berpengaruh terhadap sifat tanah untuk meluluskan air. Apabila tanah bersifat meluluskan air terletak di atas tanah/batuan kedap air, dan kemudian terjadi resapan air permukaan, maka keadaan demikian dapat mengakibatkan terjadinya gerakan tanah.

 Keairan dan Curah Hujan

Pengaruh langsung curah hujan terhadap kemantapan lereng, adalah air hujan yang meresap kedalam tanah. Peristiwa ini dapat membesar bobot masa tanah dan menaikan tekanan air pori sehingga kekuatan geser (shear strenght) tanah menjadi menurun. Selain itu pada daerah aliran-aliran sungai lebih-lebih pada musim hujan, aliran sungai dapat mengikis pada bagian tebingnya sehingga menyebabkan hilangnya tahanan samping (lateral support) atau tahanan bawah akibatnya tegangan geser bertambah besar dan menjadikan kelongsoran.


(24)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 24 Berdasarkan data curah hujan menunjukan bahwa musim penghujan terjadi pada bulan November hingga Maret dengan curah hujan rata-rata bulanan sebesar 356 mm/bulan, musim kemarau terjadi terjadi pada bulan April hingga Oktober. Untuk itu pada musim hujan diharapkan masyarakat meningkatkan kewaspadaan.

 Pengaruh Penggunaan Lahan

Pengaruh penggunaan lahan yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah lahan untuk tegalan dan hutan terutama pada daerah-daerah berkemiringan lereng terjal hingga sangat terjal dan tanah pelapukan tipis (<1,5 meter).

 Strategi Penataan Ruang pada Kawasan Rawan Gerakan Tanah:

1. Menghindari aktifitas permukiman pada kawasan rawan gerakan tanah.

2. Menghindari aktivitas penambangan galian C pada kawasan rawan longsor, karena dapat memperparah kerusakan lingkungan dan membahayakan penambangnya.

b. Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Abrasi dan Rawan Banjir

Kawasan rawan gelombang pasang biasanya terjadi pada wilayah pesisir pantai, kawasan rawan gelombang pasang di Kabupaten Muna terdapat pada pesisir barat Kabupaten Muna meliputi Kecamatan Napabalano Kusambi, Kusambi, Sawerigadi, Tiworo Kepulauan, Tiworo Utara, Tiworo Tengah, Tiworo Selatan, Maginti, Kabangka, Kabawo, Parigi dan Marobo.

Kemudian Abrasi yang terjadi akibat gelombang dan arus laut yang menabrak garis pantai.Abrasi dapat diakibatkan oleh kondisi alamiah, misalnya terjadinya kenaikan muka air laut yang bersifat global.Abrasi juga dapat terjadi akibat perubahan arus laut sepanjang pantai karena aktifitas manusia mengubah morfologi pantai seperti reklamasi, pembuatan pelabuhan besar, pengerukan dan penggalian bahan galian golongan C di tepi pantai.

Strategi Penataan Ruang pada Kawasan Rawan Bencana Abrasi :

a. Menghindari aktivitas pengerukan dan penggalian bahan galian golongan C di tepi pantai; dan

b. Membuat pemecah gelombang pada kawasan yang rawan abrasi.

Kawasan yang rentan mengalami bencana abrasi di Kabupaten Muna ditemukan di kawasan pesisir pantai Pulau Muna dan Pulau Buton serta kepulauan Tiworo dan Napabalano. Sedangkan wilayah yang berpotensi terjadinya banjir merupakan daerah dataran rendah yang berdekatan dengan daerah aliran sungai.Banjir umumnya terjadi pada waktu musim hujan, dimana internsitas hujan cukup tinggi dan kondisi sungai tidak mampu menampung air yang cukup besar sehingga luapan air sungai mengenang beberapa persawahan dan pemukiman.

Pada daerah penyelidikan kemungkinan untuk terjadi banjir bandang dapat saja terjadi mengingat daerah-daerah pemukiman menempati dataran sempit pesisir pantai berbatasan langsung dengan pegunungan yang berlereng terjal.

Strategi Penataan Ruang pada Kawasan Rawan Bencana Banjir :

1. Normalisasi sungai pada sekitar kawasan yang rawan banjir dan disekitar muara sungai; dan 2. Membatasi permukiman yang menempati dataran sempit pesisir pantai yang berbatasan

langsung dengan pegunungan yang berlereng terjal.

Di Kabupaten Muna wilayah yang rentan terhadap banjir terdapat di Kecamatan Katobu yaitu di Kelurahan Wamponiki dan Kelurahan Raha II.


(25)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 25 Peta.2.3. Peta Pusat Layanan Kabupaten Muna


(26)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 26 Peta.2.4. Peta Pola Ruang Kabupaten Muna


(27)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 27

2.5 Sosial dan Budaya 2.5.1. Pendidikan

Dalam pelaksanaan pembangunan sosial, pemerintah telah mengupayakan berbagai usaha guna terciptanya kesejahteraan masyarakat di bidang sosial yang lebih baik.Usaha tersebut meliputi bidang pendidikan, agama kesehatan, keluarga berencana keamanan dan ketertiban masyarakat lainnya.Sasaran pembangunan pendidikan Kabupaten Muna pada saat ini di titik beratkan pada peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar pada semua jenjang pendidikan yaitu mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan perguruan tinggi.Upaya peningkatan mutu pendidikan tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan sumber daya manusia seutuhnya. Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksudkan agar penduduk usia sekolah yang setiap tahun mengalamin peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dapat memperoleh kesempatan belajar seluas-luasnya.

Pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Muna selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah sekolah Taman Kanak-Kanak sebanyak 178 unit, Sekolah dasar berjumlah 317 unit, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 88 unit sekolah dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak sebanyak 44 unit yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Muna.

Pembangunan di bidang sosial lainnya di Kabupaten Muna diarahkan untuk mewujudkan kehidupan dan penghidupan social material dan spiritual, utamanya untuk mengatasi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, keterbelakangan, keterlantaran dan bencana alam.Untuk mengetahui kondisi pendidikan di Kabupaten Muna dapat dilihat pada ketersediaan fasilitas yang ada di setiap kecamatan.

Tabel 2.11. Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia Di Kabupaten Muna

Nama Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan

Umum Agama

SD SLTP SMA SMK MI MTs MA

Kec. Tongkuno 19 6 3 - 1 - -

Kec. Tongkuno Selatan 5 2 0 - - - -

Kec. Parigi 17 5 2 - - - -

Kec. Bone 17 3 1 1 - - -

Kec. Marobo 9 2 1 - - - -

Kec. Kabawo 16 5 1 - 1 - -

Kec. Kabangka 10 2 2 - - 1 -

Kec. Kontu Kowuna 6 1 1 - - - -

Kec. Tiworo Kepulauan 10 3 1 - - - -

Kec. Maginti 9 2 1 - - - -

Kec. Tiworo Tengah 8 2 1 - 1 - -

Kec. Tiworo selatan 5 3 - - - - -

Kec. Tiworo Utara 7 3 - - - - -

Kec. Lawa 9 1 1 - - - -

Kec. Sawerigadi 12 3 1 - - - -

Kec. Barangka 11 2 1 - - - -


(28)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 28

Kec. Kusambi 10 4 3 - - - -

Kec. Kontunaga 7 1 1 - - - --

Kec. Watopute 11 2 1 - 3 - -

Kec. Katobu 13 3 3 3 3 3 2

Kec. Lohia 17 4 1 - - - -

Kec. Duruka 9 1 - - 1 - -

Kec. Batalaiworu 6 1 2 1 3 1 2

Kec. Napabalano 8 2 2 - 3 - -

Kec. Lasalepa 9 3 1 - - - -

Kec. Napano Kusambi 5 1 1 - 1 - -

Kec. Towea 5 2 0 - - - -

Kec. Wakarumba Selatan 7 3 1 - - - -

Kec. Pasir Putih 9 5 1 - - - -

Kec. Pasikolaga 6 1 0 - - - -

Kec. Maligano 6 2 1 - - - -

Kec. Batukara 4 1 0 - - - -

Sumber: BPS Kab. Muna (2012) 2.5.2 Keluarga Miskin

Pendataan keluarga miskin ditujukan bagi perbaikan data base rumah tangga miskin beserta informasi pokok. Jenis data yang dikumpulkan pada pendataan keluarga miskin yaitu:

a. Keterangan rumah tangga :

Luas lantai, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, jenis bahan bakar dalam memasak, lapangan pekerjaan utama dan pendidikan.

b. Keterangan social ekonomi rumah tangga:

Hubungan rumah tangga, kecacatan, pendidikan dan kegiatan ekonomi. Tabel 2.12. Jumlah Penduduk Miskin Perkecamatan

No Kecamatan Jumlah Rumah Jumlah Keluarga Miskin (KK)

1 Tongkuno 3.247 931

2 Tongkuno Selatan 1.164 370

3 Parigi 2.313 905

4 Bone 1.158 534

5 Marobo 1.171 314

6 Kabawo 2.465 682

7 Kabangka 2.179 453

8 Kontukowuna 802 382

9 Tiworo Kepulauan 1.480 390

10 Maginti 1.831 318


(29)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 29

12 Tiworo Selatan 1.114 361

13 Tiworo Utara 1.004 513

14 Lawa 1.642 699

15 Sawerigadi 1.318 464

16 Barangka 1.273 460

17 Wadaga 1.216 463

18 Kusambi 2.253 424

19 Kontunaga 1.652 493

20 Watopute 2.693 590

21 Katobu 5.941 1092

22 Lohia 2.783 837

23 Duruka 2.436 570

24 Batalaiworu 2.682 523

25 Napabalano 2.317 729

26 Lasalepa 2.326 484

27 Napano Kusambi 993 405

28 Towea 1.003 474

29 Wakarumba Selatan 893 326

30 Pasir Putih 827 367

31 Pasikolaga 803 305

32 Maligano 1.105 318

33 Batukara 499 216

TOTAL 58.620 25.786

Sumber: BPMD (2011)

Dari tabel Keluarga Miskin diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan dengan Angka Keluarga Miskin terbesar adalah Kecamatan Katobu dengan jumlah 1.092 KK, kemudian disusul Kecamatan Tongkuno dengan jumlah keluarga miskin yaitu sebesar 931. Dari total jumlah KK 58.620 jadi sekitar 43% adalah Keluarga Miskin. Di Kedua Kecamatan tersebut juga merupakan jumlah penduduk tertinggi.

2.5.3. Lingkungan Kumuh

Di Kabupaten Muna masih terdapat lingkungan permukiman kumuh yang kualitasnya semakin menurun dan perlu segera ditangani. Pemerintah Kabupaten Muna bersedia mengalokasikan dana APBD untuk kelancaran pelaksanaan penanganan lingkungan dan perumahan kumuh yang akan dilaksanakan secara berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Muna telah bersinergi dengan program nasional seperti PNPM Mandiri Perkotaan maun PNPM Mandiri Perdesaan untuk bersama-sama melakukan berbaikan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni untuk seluruh masyarakat.Secara rinci dapat dilihat pada table berikut persebaran kawasan lingkungan permukiman yang masih tergolong kumuh.


(30)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 30 Tabel 2.13. Wilayah Kumuh Perkotaan Kab Muna

No Lokasi Luas Keterangan

1 Desa Wakarumba Kec. Batalaiworu

2 Desa Wawesa Kec. Batalaiworu

3 Kelurahan Laiworu Kec. Batalaiworu

4 Desa Sidodadi Kec. Batalaiworu

5 Kelurahan Raha I Kec. Katobu

6 Kelurahan Raha II Kec. Katobu

7 Kelurahan Raha III Kec. Katobu

8 Kelurahan Laende Kec. Katobu

9 Desa Ghomsume Kec. Duruka

10 Desa Lagasa Kec. Duruka

11 Desa Banggai Kec. Duruka

12 Desa Lasunapa Kec. Duruka

13 Kelurahan Wapunto Kec. Duruka

Sumber: Dinas Sosial Kab. Muna (2012)

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Dalam bidang sanitasi, terutama dalam rangka pelaksanaan Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP) telah dibentuk Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Muna Nomor 315 Tanggal 04 Februari 2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Saniatsi Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Kabupaten Muna Tahun 2013. Dimana anggota-anggotanya terdiri dari lintas SKPD, stakeholder sektor sanitasi di Kabupaten Muna. Struktur dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Muna terdiri dari Ketua adalah Sekertaris Daerah Kabupaten Muna, di dukung oleh SKPD lain sebagai bidang-bidang yaitu : Bidang Perencanaan yang terdiri dari unsur Bappeda Kabupaten Muna Muna, Bidang Pendanaan yang terdiri dari unsur Dinas PPKAD, Bidang Teknis terdiri dari unsur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muna, Bidang Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang terdiri dari unsur Dinas Kesehatan Kabupaten Muna serta Bidang Monitoring dan Evaluasi oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Muna. Sedangkan penanggungjawab Sekretariat adalah unsur Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Muna. Dalam kelompok kerja tersebut beranggotakan Pegawai Negeri Sipil baik selain yang memiliki jabatan struktural Eselon II, III dan IV, juga staf yang dinilai mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara bertanggungjawab.

Pendistribusian tugas dan fungsi dari masing-masing SKPD dalam kaitannya dengan pelaksanaan Program Percepatan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Muna Tahun Anggaran 2013, disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPD sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Muna Nomor 05 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah


(31)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 31 Kabupaten Muna Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga-Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Muna.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Kabupaten Muna


(1)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 26

Peta.2.4. Peta Pola Ruang Kabupaten Muna


(2)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 27 2.5 Sosial dan Budaya

2.5.1. Pendidikan

Dalam pelaksanaan pembangunan sosial, pemerintah telah mengupayakan berbagai usaha guna terciptanya kesejahteraan masyarakat di bidang sosial yang lebih baik.Usaha tersebut meliputi bidang pendidikan, agama kesehatan, keluarga berencana keamanan dan ketertiban masyarakat lainnya.Sasaran pembangunan pendidikan Kabupaten Muna pada saat ini di titik beratkan pada peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar pada semua jenjang pendidikan yaitu mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan perguruan tinggi.Upaya peningkatan mutu pendidikan tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan sumber daya manusia seutuhnya. Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksudkan agar penduduk usia sekolah yang setiap tahun mengalamin peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dapat memperoleh kesempatan belajar seluas-luasnya.

Pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Muna selama ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah sekolah Taman Kanak-Kanak sebanyak 178 unit, Sekolah dasar berjumlah 317 unit, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 88 unit sekolah dan Sekolah Menengah Pertama sebanyak sebanyak 44 unit yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Muna.

Pembangunan di bidang sosial lainnya di Kabupaten Muna diarahkan untuk mewujudkan kehidupan dan penghidupan social material dan spiritual, utamanya untuk mengatasi masalah-masalah sosial seperti kemiskinan, keterbelakangan, keterlantaran dan bencana alam.Untuk mengetahui kondisi pendidikan di Kabupaten Muna dapat dilihat pada ketersediaan fasilitas yang ada di setiap kecamatan.

Tabel 2.11. Fasilitas Pendidikan Yang Tersedia Di Kabupaten Muna

Nama Kecamatan

Jumlah Sarana Pendidikan

Umum Agama

SD SLTP SMA SMK MI MTs MA

Kec. Tongkuno 19 6 3 - 1 - -

Kec. Tongkuno Selatan 5 2 0 - - - -

Kec. Parigi 17 5 2 - - - -

Kec. Bone 17 3 1 1 - - -

Kec. Marobo 9 2 1 - - - -

Kec. Kabawo 16 5 1 - 1 - -

Kec. Kabangka 10 2 2 - - 1 -

Kec. Kontu Kowuna 6 1 1 - - - -

Kec. Tiworo Kepulauan 10 3 1 - - - -

Kec. Maginti 9 2 1 - - - -

Kec. Tiworo Tengah 8 2 1 - 1 - -

Kec. Tiworo selatan 5 3 - - - - -

Kec. Tiworo Utara 7 3 - - - - -

Kec. Lawa 9 1 1 - - - -

Kec. Sawerigadi 12 3 1 - - - -

Kec. Barangka 11 2 1 - - - -


(3)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 28

Kec. Kusambi 10 4 3 - - - -

Kec. Kontunaga 7 1 1 - - - --

Kec. Watopute 11 2 1 - 3 - -

Kec. Katobu 13 3 3 3 3 3 2

Kec. Lohia 17 4 1 - - - -

Kec. Duruka 9 1 - - 1 - -

Kec. Batalaiworu 6 1 2 1 3 1 2

Kec. Napabalano 8 2 2 - 3 - -

Kec. Lasalepa 9 3 1 - - - -

Kec. Napano Kusambi 5 1 1 - 1 - -

Kec. Towea 5 2 0 - - - -

Kec. Wakarumba Selatan 7 3 1 - - - -

Kec. Pasir Putih 9 5 1 - - - -

Kec. Pasikolaga 6 1 0 - - - -

Kec. Maligano 6 2 1 - - - -

Kec. Batukara 4 1 0 - - - -

Sumber: BPS Kab. Muna (2012) 2.5.2 Keluarga Miskin

Pendataan keluarga miskin ditujukan bagi perbaikan data base rumah tangga miskin beserta informasi pokok. Jenis data yang dikumpulkan pada pendataan keluarga miskin yaitu:

a. Keterangan rumah tangga :

Luas lantai, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, jenis bahan bakar dalam memasak, lapangan pekerjaan utama dan pendidikan.

b. Keterangan social ekonomi rumah tangga:

Hubungan rumah tangga, kecacatan, pendidikan dan kegiatan ekonomi. Tabel 2.12. Jumlah Penduduk Miskin Perkecamatan

No Kecamatan Jumlah Rumah Jumlah Keluarga

Miskin (KK)

1 Tongkuno 3.247 931

2 Tongkuno Selatan 1.164 370

3 Parigi 2.313 905

4 Bone 1.158 534

5 Marobo 1.171 314

6 Kabawo 2.465 682

7 Kabangka 2.179 453

8 Kontukowuna 802 382

9 Tiworo Kepulauan 1.480 390

10 Maginti 1.831 318


(4)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 29

12 Tiworo Selatan 1.114 361

13 Tiworo Utara 1.004 513

14 Lawa 1.642 699

15 Sawerigadi 1.318 464

16 Barangka 1.273 460

17 Wadaga 1.216 463

18 Kusambi 2.253 424

19 Kontunaga 1.652 493

20 Watopute 2.693 590

21 Katobu 5.941 1092

22 Lohia 2.783 837

23 Duruka 2.436 570

24 Batalaiworu 2.682 523

25 Napabalano 2.317 729

26 Lasalepa 2.326 484

27 Napano Kusambi 993 405

28 Towea 1.003 474

29 Wakarumba Selatan 893 326

30 Pasir Putih 827 367

31 Pasikolaga 803 305

32 Maligano 1.105 318

33 Batukara 499 216

TOTAL 58.620 25.786

Sumber: BPMD (2011)

Dari tabel Keluarga Miskin diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan dengan Angka Keluarga Miskin terbesar adalah Kecamatan Katobu dengan jumlah 1.092 KK, kemudian disusul Kecamatan Tongkuno dengan jumlah keluarga miskin yaitu sebesar 931. Dari total jumlah KK 58.620 jadi sekitar 43% adalah Keluarga Miskin. Di Kedua Kecamatan tersebut juga merupakan jumlah penduduk tertinggi.

2.5.3. Lingkungan Kumuh

Di Kabupaten Muna masih terdapat lingkungan permukiman kumuh yang kualitasnya semakin menurun dan perlu segera ditangani. Pemerintah Kabupaten Muna bersedia mengalokasikan dana APBD untuk kelancaran pelaksanaan penanganan lingkungan dan perumahan kumuh yang akan dilaksanakan secara berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Muna telah bersinergi dengan program nasional seperti PNPM Mandiri Perkotaan maun PNPM Mandiri Perdesaan untuk bersama-sama melakukan berbaikan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni untuk seluruh masyarakat.Secara rinci dapat dilihat pada table berikut persebaran kawasan lingkungan permukiman yang masih tergolong kumuh.


(5)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 30

Tabel 2.13. Wilayah Kumuh Perkotaan Kab Muna

No Lokasi Luas Keterangan

1 Desa Wakarumba Kec. Batalaiworu

2 Desa Wawesa Kec. Batalaiworu

3 Kelurahan Laiworu Kec. Batalaiworu

4 Desa Sidodadi Kec. Batalaiworu

5 Kelurahan Raha I Kec. Katobu

6 Kelurahan Raha II Kec. Katobu

7 Kelurahan Raha III Kec. Katobu

8 Kelurahan Laende Kec. Katobu

9 Desa Ghomsume Kec. Duruka

10 Desa Lagasa Kec. Duruka

11 Desa Banggai Kec. Duruka

12 Desa Lasunapa Kec. Duruka

13 Kelurahan Wapunto Kec. Duruka

Sumber: Dinas Sosial Kab. Muna (2012)

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah

Dalam bidang sanitasi, terutama dalam rangka pelaksanaan Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP) telah dibentuk Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Muna Nomor 315 Tanggal 04 Februari 2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Saniatsi Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Kabupaten Muna Tahun 2013. Dimana anggota-anggotanya terdiri dari lintas SKPD, stakeholder sektor sanitasi di Kabupaten Muna. Struktur dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Muna terdiri dari Ketua adalah Sekertaris Daerah Kabupaten Muna, di dukung oleh SKPD lain sebagai bidang-bidang yaitu : Bidang Perencanaan yang terdiri dari unsur Bappeda Kabupaten Muna Muna, Bidang Pendanaan yang terdiri dari unsur Dinas PPKAD, Bidang Teknis terdiri dari unsur Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Muna, Bidang Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang terdiri dari unsur Dinas Kesehatan Kabupaten Muna serta Bidang Monitoring dan Evaluasi oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Muna. Sedangkan penanggungjawab Sekretariat adalah unsur Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Muna. Dalam kelompok kerja tersebut beranggotakan Pegawai Negeri Sipil baik selain yang memiliki jabatan struktural Eselon II, III dan IV, juga staf yang dinilai mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara bertanggungjawab.

Pendistribusian tugas dan fungsi dari masing-masing SKPD dalam kaitannya dengan pelaksanaan Program Percepatan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Muna Tahun Anggaran 2013, disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPD sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Muna Nomor 05 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah


(6)

Buku Putih Sanitasi Kab Muna II - 31

Kabupaten Muna Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga-Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Muna.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Kabupaten Muna