Studi deskriptif kuantitatif : prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(1)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA Sofia Rosaria Lega Jaya

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tipe prokrastinasi (prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif) yang dominan dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Penelitian berjenis deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah 75 mahasiswa semester II, 75 mahasiswa semester IV, 80 mahasiswa semester VI, dan 70 mahasiswa semester VIII di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Untuk menguji validitas skala prokrastinasi peneliti melakukan analisis validitas isi dengan reliabilitas skala sebesar 0,931. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma memiliki tingkat prokrastinasi aktif tinggi yang tampak pada skor rata-rata empirik (111,68) lebih besar dari skor rata-rata teoritik (96). Pada semua angkatan cenderung melakukan prokrastinasi aktif dan berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan prokrastinasi (aktif dan pasif).

Kata Kunci : Prokrastinasi (Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif), Mahasiswa


(2)

SANATA DHARMA UNIVERSITY Sofia Rosaria Lega Jaya

Abstract

This research aimed to decribe the type of procrastination (procrastination active and procrastination passive) which is mostly act by students of Psychology Faculty at Sanata Dharma University. This is a quantitative descriptive research. Subjects are 75 second semester’s students, 75 fourth semester’s students, 80 sixth semester’s students, and 70 eighth semester’s students of Psychology Faculty at Sanata Dharma University. Researcher use content validity to validate the procrastination’s scale. The coefficient of reliability of procrastination’s scale are 0.931. The result showed that students of Psychology Faculty at Sanata Dharma University have a high level of procrastination active. This is proved by mean empiric’s score (111.68) higher than mean theoritic’s score (96). All batch tend to active procrastinastion and according to gender has significant differences between men and women in the conduct of procrastination (active and passive).


(3)

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF : PROKRASTINASI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh Sofia Rosaria Lega Jaya

129114080

PROGRAM STUDI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF : PROKRASTINASI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh Sofia Rosaria Lega Jaya

129114080

PROGRAM STUDI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN MOTTO

Bahagia itu adalah sebuah pilihan hidup

Berbahagialah orang yang bertahan dalam

pencobaan, sebab apabila dia sudah tahan

uji, ia akan menerima mahkota kehidupan

yang dijanjikan kepada yang telah

mengasihi Dia.


(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa dengan kasih memberikan

pertolongan dan kekuatan dalam proses hidup ini

Keluarga yang memberikan cinta dan makna kehidupan luar

biasa dalam perjalanan studi saya

Kekasih yang memberikan cinta sebagai kekuatan luar biasa

dalam perjalanan studi

Sahabat, teman, dan orang yang mendukung saya dalam proses

penyelesaian karya tulis ini


(9)

(10)

vii

STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF : PROKRASTINASI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA Sofia Rosaria Lega Jaya

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tipe prokrastinasi (prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif) yang dominan dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Penelitian berjenis deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah 75 mahasiswa semester II, 75 mahasiswa semester IV, 80 mahasiswa semester VI, dan 70 mahasiswa semester VIII di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Untuk menguji validitas skala prokrastinasi peneliti melakukan analisis validitas isi dengan reliabilitas skala sebesar 0,931. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma memiliki tingkat prokrastinasi aktif tinggi yang tampak pada skor rata-rata empirik (111,68) lebih besar dari skor rata-rata teoritik (96). Pada semua angkatan cenderung melakukan prokrastinasi aktif dan berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan prokrastinasi (aktif dan pasif).

Kata Kunci : Prokrastinasi (Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif), Mahasiswa


(11)

viii

QUANTITATIVE DESCRIPTIVE STUDY : PROCRASTINATION OF STUDENTS IN FACULTY OF PSYCHOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY Sofia Rosaria Lega Jaya

Abstract

This research aimed to decribe the type of procrastination (procrastination active and procrastination passive) which is mostly act by students of Psychology Faculty at Sanata Dharma University. This is a quantitative descriptive research. Subjects are 75 second semester’s students, 75 fourth semester’s students, 80 sixth semester’s students, and 70 eighth semester’s students of Psychology Faculty at Sanata Dharma University. Researcher use content validity to validate the procrastination’s scale. The coefficient of reliability of procrastination’s scale are 0.931. The result showed that students of Psychology Faculty at Sanata Dharma University have a high level of procrastination active. This is proved by mean empiric’s score (111.68) higher than mean theoritic’s score (96). All batch tend to active procrastinastion and according to gender has significant differences between men and women in the conduct of procrastination (active and passive).

Keyword: Procrastination (Active Procrastination and Passive Procrastination), Student


(12)

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Studi Deskriptif Kuantitatif: Prokrastinasi Pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma”. Keberhasilan penulis tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Ratri Sunar Astuti, M.Si., dosen pembimbing akademik yang memberikan arahan dan bimbingan selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Dr. A. Priyono Marwan, S.J., dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh dosen, staff dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak pembelajaran, pengetahuan, dan pengalaman selama masa studi.

5. Kedua orang tua penulis, Yakobus Sunardi dan Matina Jatmi. Terimakasih untuk dukungan, cinta, kasih sayang, kesabaran, dan doanya setiap hari untuk perjalanan hidup penulis.

6. Kedua saudara kandungku, Seraphia Irit Fajar Jaya dan Leonardus Tri Atmaja Jaya. Terimakasih atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan pada penulis.

7. Kepala, staff, para psikolog dan teman-teman P2TKP yang telah memberikan dukungan, kecerian, semangat dan mengajarkan hidup penuh cinta.

8. Partner hidupku pejuang LDR Benedektus David Kurniawan, terimakasih untuk kesabaran, kesetiaan, dukungan, dan doa untuk aku selama perjalanan studiku.


(14)

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 9

BAB II DASAR TEORI ... 10


(16)

xiii

1. Pengertian Prokrastinasi ... 10

2. Tipe Prokrastinasi... 12

3. Karakteristik Prokrastinasi ... 13

4. Area Prokrastinasi ... 15

5. Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi ... 16

6. Dampak Prokrastinasi ... 18

B. Mahasiswa ... 19

1. Pengertian Mahasiswa ... 19

2. Gambaran Mahasiswa Fakultas Psikologi ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 22

D. Pertanyaan Penelitian ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional... 27

D. Subjek Penelitian ... 29

E. Alat Pengumpulan Data ... 29

F. Metode Analisis Data ... 31

G. Validitas, Analisis Item, dan Reliabilitas ... 32

1. Validitas ... 32

2. Analisis Item ... 32

3. Reliabilitas... 34


(17)

xiv

A. Pelaksanaan Penelitian ... 36

B. Deskripsi Subjek ... 36

C. Hasil Penelitian ... 38

1. Uji Normalitas ... 38

2. Deskriptif Data Penelitian ... 39

D. Pembahasan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan Penelitian ... 52

B. Keterbatasan Penelitian ... 52

C. Saran ... 53

1. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 53

2. Bagi Subjek ... 53

3. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ... 53


(18)

xv

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1. Data Kelulusan Perangkatan ... 22

TABEL 3.1 Skor item skala prokrastinasi ... 30

TABEL 3.2. Blue Print skala prokrastinasi sebelum seleksi item ... 30

TABEL 3.3. Item-item gugur pada skala prokrastinasi ... 33

TABEL 3.4. Hasil uji validitas item skala prokrastinasi ... 34

TABEL 4.1. Subjek Penelitian Perangkatan ... 37

TABEL 4.2. Usia Subjek ... 37

TABEL 4.3. Jenis Kelamin Subjek ... 38

TABEL 4.4. Uji Normalitas ... 38

TABEL 4.5. Statistik Deskriptif ... 39

TABEL 4.6. Mean empiris dan mean teoritis ... 40

TABEL 4.7. Uji t mean teoritik dan mean empiris prokrastinasi aktif ... 40

TABEL 4.8. Uji t mean teoritik dan mean empiris prokrastinasi aktif ... 40

TABEL 4.9. Statistik Deskriptif Berdasarkan Angkatan ... 42

TABEL 4.10. Data Deskriptif Mean Prokrastinasi Berdasarkan Angkatan... 43

TABEL 4.11 Standarisasi Mean Empiris ... 45

TABEL 4.12 Mean Prokrastinasi Aktif dan Pasif Berdasarkan Jenis Kelamin45 TABEL 4.13 Uji t Prokrastinasi Aktif Berdasarkan Jenis Kelamin... 46


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN ... 58 LAMPIRAN 1

Skala Tryout ... 59 LAMPIRAN 2

Skala Penelitian ... 72 LAMPIRAN 3

Reliabilitas Alat Ukur ... 83 LAMPIRAN 4

Deskripsi Statistik Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif ... 87 LAMPIRAN 5

Data Deskriptif Prokrastinasi Aktif dan Pasif Berdasarkan Angkatan ... 88 LAMPIRAN 6

Uji Normalitas Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif ... 89 LAMPIRAN 7

Uji t Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif... 90 LAMPIRAN 8

Uji Normalitas Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif Berdasarkan

Angkatan ... 91 LAMPIRAN 9

Uji t Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif Berdasarkan Angkatan ... 92 LAMPIRAN 10


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kuliah merupakan masa yang cukup berat bagi mahasiswa. Dalam proses kuliah, mahasiswa dihadapkan oleh suatu permasalahan seperti tuntutan, keputusan-keputusan, dan pilihan yang perlu diambil (Dalton & Crosby, 2011). Ketatnya persaingan dalam mencapai prestasi, tekanan untuk meningkatkan prestasi, dosen, tugas perkuliahan, ujian (UTS, UAS, ujian praktikum), ancaman dropout, nilai, adaptasi lingkungan baru, pengaturan waktu, pengaturan keuangan dan hubungan interpersonal (teman, keluarga, pacar) (Kholidah, 2012; Wurinanda, 2015) juga menjadi masalah mahasiswa. Akibat dari banyaknya tuntutan dan masalah menyebabkan mahasiswa terlambat menyelesaikan tugas, mengerjakan tugas dengan sistem kebut semalam “SKS”, terlambat masuk kuliah, membolos, tidak tidur semalaman karena menyelesaikan tugas, bahkan ada yang lama menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Artinya, mahasiswa melakukan penundaan atau yang dikenal dengan istilah prokrastinasi.

Istilah prokrastinasi diambil dari Bahasa Inggris procrastination. Istilah tersebut sebenarnya berasal dari Bahasa Latin procrastinare yang berarti menunda sampai hari selanjutnya (Rumiani, 2006). Menurut Steel (2007) prokrastinasi merupakan perilaku menunda dengan sengaja kegiatan yang


(21)

1

diinginkan meskipun individu mengetahui bahwa penundaan tersebut dapat menghasilkan dampak negatif.

Prokrastinasi diberi label sebagai perilaku yang mengganggu dan berbahaya (Steel, 2007 dalam Fatimah, Lukman, Khairudin, Shahrazad & Halim, 2011). Prokrastinasi diidentifikasi sebagai halangan besar untuk keberhasilan akademis (Scher & Osterman, 2003 dalam Fatimah dkk, 2011). Ferrari dan Morales (2007) mengungkapkan bahwa banyak mahasiswa melakukan tindakan prokrastinasi dengan akibat banyak waktu terbuang tanpa menghasilkan suatu hal berguna.

Individu dengan prokrastinasi tinggi memiliki tingkat stres dan depresi tinggi disertai dengan kondisi kesehatan buruk (Anggawijaya, 2013; Tice & Baumeister, 1997 dalam Chu & Choi, 2005). Dampak prokrastinasi berdampak pada kegagalan dalam memenuhi kewajiban, perasaan tidak berharga dan ketidaknyamanan psikologis (Surijah & Tjundjing, 2007). Prokrastinasi menyebabkan peningkatan stres dan masalah kesehatan (Sirois, 2007; Ferrari & Moralez, 2014). Burka dan Yuen (2008), mengungkapkan bahwa prokrastinasi menyebabkan stres dan menghambat individu melakukan aktivitas yang mereka senangi. Gruschel, Partzek, dan Fries (2013) menyatakan kondisi stres menyebabkan individu mengalami keletihan, masalah tidur, hingga muncul penyakit dalam tubuh. Rothblum et al. (1986, dalam Fatimah, dkk., 2011) melaporkan individu yang cenderung selalu atau hampir selalu menunda tugas akademik, selalu atau hampir selalu mengalami kecemasan.


(22)

Penelitian tentang prokrastinasi sebagian besar dilakukan pada Perguruan Tinggi dengan subjek mahasiswa. Penelitian Ellis dan Knaus (1997, dalam Sepehrian & Lotf, 2011) memperlihatkan bahwa lebih dari 95% mahasiswa Amerika menunda penyelesaian tugas rumah dengan sengaja dan lebih dari 70% mahasiswa menunda berulang kali. Rothblum, Solomon dan Mukarami (1986, dalam Premadyasari, 2012) melaporkan 40,6% dari 379 subjek melakukan prokrastinasi

Penelitian prokrastinasi di Indonesia juga dilakukan di kalangan mahasiswa. Penelitian Surijah dan Tjundjing (2007) pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya menunjukkan persentase 30,9% dari 316 mahasiswa melakukan penundaan tugas akademik. Anggawijaya (2013) dalam penelitian pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya melaporkan bahwa 64 subjek (38,6%) dari 166 mahasiswa cenderung tinggi melakukan prokrastinasi akademik. Penelitian Triana (2013) melaporkan sekitar 42,3% dari 111 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi. Pemaparan data-data tersebut memperlihatkan bahwa prokrastinasi merupakan perilaku yang harus diperhatikan, mengingat jumlah mahasiswa yang melakukan cukup banyak.

Perilaku prokrastinasi juga dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa angkatan 2012 sampai dengan 2015. Pada angkatan 2012, MB mengatakan bahwa dalam proses belajar MB sangat sering menunda


(23)

mengerjakan tugas-tugas di perkuliahan dan memilih untuk mengurus kepanitian serta kegiatan lain. Dia sering melembur tengah malam untuk menyelesaikan tugas dan hasil kurang maksimal. Hasil kurang maksimal karena kurang perencanaan dalam mengerjakan tugas. Dia merasa stres ketika deadline mendekat dan kadang-kadang merasa menyesal karena tugas dikerjakan kurang maksimal (Komunikasi pribadi, 27 Juli 2016). Berbeda pengalaman JC, dia menunda mengerjakan tugas perkuliahan termasuk skripsi yang sedang diambilnya karena dia lebih banyak mencari referensi terlebih dahulu. Dia memiliki perencanaan waktu untuk penyelesaian tugas-tugasnya (Komunikasi Pribadi, 27 Juli 2016).

Pada angkatan 2013, IE mengatakan bahwa menunda mengerjakan tugas-tugas kuliah karena bobot tugas yang semakin berat dan waktu pengumpulan yang hampir bersamaan. Dia kesulitan mengatur waktu dan memilih tugas yang harus diprioritaskan, namun dia merasa bahwa senang mengerjakan tugas mendekatin deadline karena lebih banyak muncul ide (Komunikasi Pribadi, 28 Juli 2016). Pendapat lain disampaikan oleh PC, dia mengerjakan tugas dengan deadline yang telah ditentukan. Dia mampu memprioritaskan tugas yang lebih penting dan jarang mengalami keterlambatan dalam pengumpulan tugas (Komunikasi Pribadi, 28 Juli 2016)

Pada angkatan 2014, MA mengatakan bahwa pernah menunda tugas-tugas. Tugas yang sering ditunda adalah tugas yang memiliki bobot 2 sks dan pengumpulannya tidak dalam waktu dekat (Komunikasi Pribadi, 28 Juli 2016). Pendapat lain dikemukakan oleh RT yang mengatakan bahwa dia


(24)

sering menunda tugas karena sedang banyak kegiatan. Dia sering mengerjakan tugas-tugas kuliah sehari sebelum dikumpulkan. Dia merasa kurang istirahat dan lelah keesokan harinya serta sempat terlambat masuk kuliah (Komunikasi Pribadi, 28 Juli 2016).

Pada angkatan 2015, IV mengatakan bahwa dia sering menunda mengerjakan tugas kuliah karena malas. IV banyak mengikuti kegiatan di luar perkuliahan yang membuatnya kelelahan saat ingin memulai mengerjakan tugas dan menjadi malas. Dia mengerjakan tugas dengan sistem kebut semalam dengan hasil kurang maksimal (Komunikasi Pribadi, 27 Juli 2016). Pengalaman IV berbeda dengan SF yang mengatakan bahwa dia jarang menunda tugas kuliah karena tugas dirasa penting. Dia mengikuti sejumlah kegiatan namun karena memiliki perencanaan waktu yang baik dia merasa tugas-tugas kuliah yang dikerjakan bisa selesai tepat waktu (Komunikasi Pribadi, 27 Juli 2016).

Menurut YS salah seorang mahasiswa angkatan 2009 yang baru saja menyelesaikan skripsi tahun 2016 mengatakan bahwa dia lama menyelesaikan studi karena sering menunda mengerjakan tugas-tugas kuliah dan merasa kuliah bukan menjadi prioritas. Dia sering memilih untuk bermain dan melakukan kegiatan yang lebih menyenangkan (Komunikasi Pribadi, 25 Agustus 2016). LA seorang mahasiswi angkatan 2011 yang baru saja lulus mengatakan bahwa hal yang membuat dirinya lama studi adalah takut mengerjakan BAB I pada skripsi. Dia juga sempat berpikir melarikan


(25)

diri dari skripsi dan memilih kegiatan lain yang menyenangkan (Komunikasi Pribadi, 25 Agustus 2016).

Para mahasiswa tersebut belajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memiliki target kelulusan dalam kurun waktu 4 tahun (8 semester). Mahasiswa Fakultas Psikologi dinyatakan lulus dengan menyelesaikan minimal 144 sks dengan 9 sks pilihan bebas (Buku Pedoman Program Studi Psikologi, 2015). Fakultas mendesain syarat minimal sks dapat diselesaikan dalam waktu 8 semester. Pada kenyataannya, mahasiswa Fakultas Psikologi dikenal sebagai mahasiswa dengan lulusan paling lama dibandingkan dengan mahasiswa fakultas lain di Universitas Sanata Dharma. Menurut data sekretariat Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada 29 Maret 2016, mahasiswa yang belum menyelesaikan skripsi pada tahun akademik 2015/2016 berjumlah 47 dari 138 mahasiswa angkatan 2009 (saat ini semester 14) tercantum; 55 mahasiswa dari 160 angkatan 2010 (saat ini semester 12); dan angkatan 2011 (saat ini semester 10) berjumlah 146 dari 200 mahasiswa.

Data tersebut menyatakan bahwa masih banyak mahasiswa yang belum menyelesaikan skripsi hingga lebih dari satu semester. Pada buku Pedoman Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi (2015) mahasiswa diberikan waktu menyelesaikan skripsi selama enam bulan (satu semester) dan maksimal tiga semester. Jika lebih dari waktu tiga semester, mahasiswa perlu menambah waktu kuliah lagi.


(26)

Data mengenai jumlah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang belum berhasil menyelesaikan skripsi dalam satu semester, menandakan ada kemungkinan mereka melakukan prokrastinasi. Pemaparan hasil wawancara sebelumnya juga memperlihatkan bahwa mahasiswa melakukan prokrastinasi dengan alasan dan cara yang berbeda.

Studi penelitian mengenai prokrastinasi di Universitas Sanata Dharma sebelumnya sudah beberapa kali dilakukan. Penelitian mengenai prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sebelumnya dikaitkan dengan Locus of Control (Frederik, 2010). Studi tersebut melihat hubungan positif antara Locus of Control Eksternal dengan kecenderungan melakukan prokrastinasi maladaptif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bersifat korelasi dengan melihat hubungan antara dua variabel. Subjek penelitian berjumlah 60 mahasiswa. Pengumpulan data menggunakan angket self report, dan hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara Locus of Control eksternal dengan kecenderungan melakukan prokrastinasi maladaptif pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang mengerjakan skripsi.

Penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara kemandirian dan prokrastinasi pada mahasiswa (Kristiani, 2013). Subjek penelitian berjumlah 97 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif antara kemandirian dengan prokrastinasi. Sari (2014) melihat variabel


(27)

efikasi diri dihubungkan pada prokrastinasi. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma berjumlah 100 mahasiswa yang masih aktif kuliah dan sedang menyusun skripsi. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif antara efikasi diri dan prokrastinasi.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti merasa masih ada celah dari penelitian-penelitian terkait prorkastinasi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sebelumnya. Belum ada penelitian murni yang mengukur mengenai tipe prokrastinasi. Penelitian yang mampu memberikan gambaran tipe prorkastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Chu dan Choi (2005) membagi prokrastinasi menjadi dua tipe yaitu, prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif. Prokrastinasi aktif adalah menunda pekerjaan dengan sengaja untuk melakukan hal lain lebih mendesak dan penting atau menunda pekerjaan karena membuat perencaan terlebih dahulu dalam mengumpulkan informasi penting yang berguna. Prokrastinasi pasif adalah menunda pekerjaan dengan alasan tidak masuk akal dan tidak bermanfaat bagi penyelesaian tugas.

Pelaku prokrastinasi aktif memiliki ciri-ciri menunda dengan sengaja untuk fokus pada tugas yang lebih penting, mampu membuat keputusan bertindak tepat waktu, mampu bekerja di bawah tekanan, memiliki semangat dan motivasi tinggi, merasa tertantang dengan deadline, dan memiliki hasil memuaskan pada tugas (Chu & Choi, 2005).


(28)

Pelaku prokrastinasi pasif memiliki ciri-ciri menunda tugas karena ketidakmampuan membuat keputusan dan betindak cepat, merasa tertekan dan menjadi pesimis saat pengumpulan tugas, tidak mampu mengatur waktu, merasa stres dengan tekanan waktu, senang melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan, dan memiliki hasil kurang memuaskan dalam tugas (Chu & Choi, 2005).

Pelaku prokrastinasi aktif akan memilih tugas-tugas yang lebih mendesak dan penting meski sudah memiliki jadwal yang terstruktur serta menunjukkan hasil yang memuaskan. Sehingga prokrastinasi aktif sangat menguntungkan bahkan perlu untuk individu yang bekerja dengan tuntutan tak terduga dan terjadi perubahan lingkungan yang cepat (Chu & Choi, 2005). Sedangkan prokrastinasi pasif kurang memberikan manfaat bagi pelakunya karena menjadikan individu tidak produktif. Pelaku prokrastinasi pasif memiliki keraguan dalam bertindak dan sering terbayang kegagalan dalam penyelesaian tugas. Hasil dari tindakan prokrastinasi pasif sering tidak memuaskan. Sehingga prokrastinasi pasif kurang menguntungkan dalam penyelesaian tugas.

Berangkat dari latar belakang tersebut, peneliti ingin menggambarkan secara kuantitatif tipe prokrastinasi di kalangan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.


(29)

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah sebagai berikut:

“ Bagaimana gambaran prokrastinasi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma?”

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran prokrastinasi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Peneitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan informasi pada bidang psikologi mengenai prokrastinasi baik aktif maupun pasif.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi dan pemahaman mengenai prokrastinasi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma kepada Fakultas Psikologi Univesitas Sanata Dharma untuk evaluasi diri demi penyempurnaan kelembagaan melalui pendampingan yang lebih tepat. b. Membantu mahasiswa untuk memahami potret dirinya terkait dengan


(30)

10 BAB II DASAR TEORI

Pada bab ini diuraikan tentang pengertian, tipe, karakteristik, area, faktor, dan dampak prokrastinasi serta pembahasan mengenai mahasiswa.

A. Prokrastinasi

1. Pengertian Prokrastinasi

Kata prokrastinasi sebenarnya sudah ada sejak lama sebelum revolusi industri yang ditulis Walker (1682, dalam Steel, 2007) dalam khotbahnya. Dikatakan bahwa prokrastinasi sebagai salah satu dosa serta kejahatan manusia, dengan menunda-nunda pekerjaan manusia akan kehilangan kesempatan dan menyia-nyiakan karunia Tuhan. Analisis sejarah pertama prokrastinasi ditulis oleh Milgram (1992). Dia berpendapat bahwa masyarakat maju secara teknis memerlukan banyak komitmen dan tenggat waktu yang menimbulkan penundaan. Ferrari, Johnson, dan McCown (1995) berpendapat bahwa penundaan telah ada sepanjang sejarah, namun hanya diperoleh konotasi yang negatif dengan munculnya revolusi industri sekitar tahun 1750.

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju, dan akhiran “crastintus” yang berarti keputusan hari esok. Jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Burka & Yuen, 2008).


(31)

Noran (dalam Akinsola, Tella & Tella, 2007) mendefiniskan prokrastinasi sebagai perilaku menghindar dalam pengerjaan tugas dan tanggungjawab yang seharusnya diselesaikan oleh individu. Solomon dan Rothblum (1984, dalam Fatimah dkk., 2011) menjelaskan prokrastinasi merupakan perilaku yang disengaja menunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas. Mc Cown dan Johnson (1991, dalam Fatimah dkk., 2011) menganggap prokrastinasi sebagai penyakit kronis atau disfungsional ketika perilaku tersebut mengganggu fungsi sehari-hari. Hal itu menimbulkan ketidaknyamanan diri baik psikis maupun fisik bagi individu.

Dewitte dan Schouwenburg (2002) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda yang memiliki potensi konsekuensi membahayakan bagi pelakunya. Knaus (2000, dalam Chu & Choi, 2005) mengatakan bahwa tidak semua prokrastinasi menimbulkan dampak negatif. Ellis dan Knaus (Chu & Choi, 2005; Ferrari & Tice 2000) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah menunda apa yang seharusnya penting untuk dilakukan. Chu dan Choi (2005) menemukan bahwa pelaku prokrastinasi ada yang dengan sengaja menunda untuk memperoleh informasi lebih lengkap dalam pengerjaan tugas.

Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan prokrastinasi merupakan perilaku menunda tugas


(32)

dengan sengaja, hal yang seharusnya penting untuk dilakukan, dan memiliki dampak bagi pelakunya.

2. Tipe Prokrastinasi

Prokrastinasi sering dikaitkan dengan hal yang berdampak negatif. Tice dan Baumeister (1997, dalam Chu & Choi, 2005) melaporkan bahwa tingginya prokrastinasi memiliki tingkat stres disertai dengan kondisi kesehatan buruk. Surijah dan Tjundjing (2007) melaporkan dampak prokrastinasi adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban, perasaan tidak berharga dan ketidaknyamanan psikologis.

Baumeister, Heatherton, dan Tice (1994, dalam Chu dan Choi, 2005) melihat prokrastinasi sebagai suatu strategi yang mereka gunakan untuk mengatur emosi negatif sehingga membuat individu merasa lebih baik setidaknya untuk sementara waktu. Chu dan Choi (2005) menyatakan bahwa tidak semua prokrastinasi selalu berdampak negatif pada kinerja tugas. Sehingga Chu dan Choi (2005) membagi tipe prokrastinasi menjadi dua yaitu :

a. Prokrastinasi aktif

Prokrastinasi aktif merupakan perilaku menunda untuk melakukan hal lebih penting dan mendesak karena individu berusaha membuat perencanaan dalam mengumpulkan informasi yang berguna.


(33)

b. Prokrastinasi pasif

Prokrastinasi pasif merupakan perilaku menunda dengan alasan tidak masuk akal dan tidak bermanfaat bagi penyelesaian tugas akademik.

3. Karakteristik Prokrastinasi

Chu dan Choi (2005) menyatakan baik prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif mempunyai empat karakteristik yaitu,

a. Keputusan sengaja untuk menunda (Intentional decision to procrastinate)

Secara kognitif, pelaku prokrastinasi aktif melakukan perilaku menunda dengan sengaja untuk fokus pada tugas yang lebih penting. Prokrastinator aktif berusaha mencari informasi-informasi lebih lengkap untuk mendukung penyelesaian tugas. Pelaku prokrastinasi aktif mampu membuat keputusan dan bertindak pada waktu yang tepat. Pelaku prokrastinasi pasif tidak berniat menunda dan mereka melakukan penundaan karena ketidakmampuan membuat keputusan dan bertindak cepat.

b. Preferensi Tekanan (Preference for pressure)

Secara afektif, pelaku prokrastinasi aktif merasa mampu dan senang bekerja di bawah tekanan. Pelaku prokrastinasi aktif memiliki motivasi dan semangat tinggi dalam penyelesaian tugas di menit-menit terakhir. Penyelesaian tugas di menit terkahir dianggap sebagai sebuah tantangan untuk segera diselesaikan.


(34)

Pelaku prokrastinasi pasif merasa tertekan dan menjadi pesimis saat pengumpulan tugas mendekati deadline. Keraguan dan ketidakmampuan diri pelaku prokrastinasi pasif mengarahkan pada kegagalan suatu tugas yang menyebabkan perasaan bersalah dan depresi.

c. Kemampuan untuk memenuhi batas waktu (Ability to meet deadline) Secara perilaku, pelaku prokrastinasi aktif merasa tertantang pada penyelesaian tugas deadline. Pelaku prokrastinasi aktif memiliki kemampuan perencanaan waktu yang tepat dan mendorong pengerjaan tugas secara efektif dan efisien. Prokrastinasi pasif tidak mampu mengatur waktu dalam menyelesaikan tugas penting. Pelaku prokrastinasi pasif sering merasa stres dengan tekanan waktu.

d. Kepuasan Hasil (Outcome satisfication)

Pelaku prokrastinasi aktif memiliki hasil memuaskan dalam penyelesaian tugas. Pelaku prokrastinasi aktif sengaja melakukan penundaan di bawah tekanan karena tahu bahwa mereka lebih terdorong dan termotivasi untuk menyelesaikan tugas. Perencaan waktu dan tindakan tepat mendukung hasil memuaskan dari penyelesaian tugas. Pelaku prokrastinasi pasif memiliki hasil buruk pada tugas. Pelaku prokrastinasi pasif senang melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan. Keraguan diri dan kegagalan dalam


(35)

mengatur waktu menyebabkan hasil buruk pada pelaku prokrastinasi pasif.

4. Area Prokrastinasi

Solomon dan Rothblum (1984) mengemukakan enam area prokrastinasi yang dijadikan sebagai bahan prokrastinasi oleh pelajar, yaitu :

a. Menulis, meliputi menunda kewajiban atau tugas-tugas menulis seperti menulis makalah, laporan, atau tugas mengarang lainnya. b. Belajar untuk menghadapi ujian, meliputi menunda untuk

menghadapi kuis, ujian mingguan, ujian tengah semester, dan ujian semester akhir.

c. Membaca, mencangkup penundaan untuk membaca referensi yang berkaitan dengan matakuliah yang diwajibkan.

d. Kinerja administratif, meliputi menyalin catatan, mendaftarkan diri dalam praktikum, mendaftarkan diri dlaam presensi kehadiran, dan sebagainya.

e. Menghadiri pertemuan, mencangkup menunda untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan akademik, terlambat menghadiri pelajaran, praktikum, dan sebagainya.

f. Kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan.


(36)

5. Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi

Bernard (1991, dalam Catrunada, 2008) mengungkapkan tentang sepuluh wilayah magnetis yang menjadi faktor-faktor prokrastinasi : a. Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan pada akhirnya menjadi kekuatan magnetik dimana tugas-tugas yang diharapkan dapat diselesaikan, justru menjadi kecemasan tinggi.

b. Pencelaan Terhadap Diri Sendiri (Self- Depreciation)

Seseorang memiliki bentuk penghargaan yang rendah atas diri sendiri dan selalu siap menyalahkan diri apabila melakukan kesalahan dan juga tidak percaya diri untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah.

c. Rendahnya Toleransi Terhadap Ketidaknyamanan (Low Discomfort Tolerance)

Kesulitan dalam tugas yang dikerjakan membuat seseorang mengalami kesulitan dalam menoleransi rasa frustasi dan kecemasan. Sehingga mereka mengalihkan diri sendiri pada tugas yang dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan dalam diri.

d. Pencari Kesenangan (Pleasure-Seeking)

Seseorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi yang membuat diri nyaman. Seseorang yang memiliki kecenderungan tinggi dalam mencari situasi nyaman,


(37)

maka memiliki hasrat kuat untuk bersenang-senang dan memiliki kontrol impuls yang rendah.

e. Ketidakteraturan Waktu (Time Disorganization)

Mengatur waktu berarti mampu memperkirakan dengan baik berapa lama yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Lemahnya pengaturan waktu adalah seseorang sulit memutuskan pekerjaan yang penting dan kurang penting untuk dikerjakan hari ini.

f. Ketidakteraturan Lingkungan (Environmental Disorganisation) Salah satu faktor prokrastinasi adalah kenyataan bahwa lingkungan sekitar tidak teratur dengan baik. Ada banyak gangguan dari lingkungan menyebabkan seseorang sulit berkonsentrasi sehingga pekerjaan tidak dapat diselesaikan tepat waktu.

g. Lemah Terhadap Tugas (Poor Task Approach)

Seseorang yang siap mengerjakan kemungkinan akan meletakkan kembali pekerjaannya karena tidak tahu darmana harus memulai pekerjaannya. Oleh karena itu, pekerjaan menjadi tertahan.

h. Kurangnya Ketegasan (Lack of Assertion)

Kurang memberi pernyataan yang tegas, contoh adalah seseorang mengalami kesulitan berkata tidak terhadap orang lain padahal banyak pekerjaan yang sudah terjadwal dan harus diselesaikan. Hal ini disebabkan karena mereka kurang memberikan rasa kehormatan pada komitmen dan tanggungjawab yang dimiliki.


(38)

i. Permusuhan terhadap Orang Lain (Hostility with others)

Kemarahan yang terus menerus dapat menimbulkan dendam dan sikap bermusuhan terhadap orang lain sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun yang dikatakan oleh orang tesebut. j. Tertekan dan Kelelahan (Stress and Fatigue)

Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas dari tuntutan negatif dalam hidup yang digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri seseorang. Semakin banyak tuntutan, semakin lemah sikap seseorang dalam memecahkan masalah, dan gaya hidup kurang baik, semakin tinggi stres seseorang.

6. Dampak Prokrastinasi

Prokrastinasi memberikan dampak negatif bagi pelaku prokrastinasi. Tice dan Baumeister (1997, dalam Chu & Choi, 2005) menyatakan bahwa tingginya prokrastinasi memiliki tingkat stres tinggi disertai kondisi kesehatan buruk. Djamarah (2002) menemukan bahwa banyak mahasiswa yang gelisah akibat meunda-nunda penyelesaian tugas seperti tidur kurang nyenyak, duduk tidak tenang, berjalan terburu-buru, dan tidak menikmati waktu istirahat. Sirois (2004) mengemukakan konsekuensi negatif yang ditimbulkan dari perilaku menunda yaitu performa akademik yang rendah, stres tinggi, menyebabkan penyakit, dan kecemasan tinggi. Chu dan Choi (2005) melaporkan bahwa pelaku prokrastinasi pasif memiliki tingkat stres lebih tinggi dibanding pelaku prokrastinasi aktif. Pada penyelesaian


(39)

tugas, pelaku prokrastinasi pasif memiliki hasil lebih buruk dibanding pelaku prokrastinasi aktif. Rendahnya efikasi diri pelaku prokrastinasi pasif mengarahkan pada perilaku menghindari suatu tugas dan lebih memilih aktifitas menyenangkan.

B. Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Penggolongan usia mahasiswa adalah 18-25 tahun. Winkel dan Hastuti (2010) menambahkan bahwa, masa mahasiswa meliputi rentang usia dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang usia itu masih dapat dibagi-bagi atas peride 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa semester I sampai dengan semester IV; dan periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa semester V sampai dengan semester VIII.

Berdasarkan rentang usia mahasiswa, mereka berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Pada masa dewasa awal, menurut Dariyo (2003, dalam Iriani & Ninawati, 2005) mengatakan bahwa secara fisik individu menampakkan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Inidvidu tampak memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Penampilan fisik


(40)

yang dimiliki individu pada usia ini benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas seperti orang dewasa lainnya. Misalnya seperti bekerja, menikah, dan bertindak secara bertanggungjawab untuk dirinya ataupun orang lain.

Pada usia ini mahasiswa dituntut untuk mengkaji lebih dalam ilmu-ilmu yang dia dapatkan baik dari dalam maupun luar perguruan tinggi. Santrock (2009) menambahkan bahwa masa ini adalah masa dewasa awal merupakan masa pembentukan kemandirian, eksplorasi karier, belajar hidup, dan mulai memikirkan masa depan. Mahasiswa pada usia ini secara tidak langsung dituntut untuk lebih mandiri dan berpikir dewasa demi masa depan. Individu juga berada pada tahap dimana perkembangan seseorang berada pada puncaknya dengan kondisi fisik dan intelektual yang baik (Iriani & Ninawati,2005). Namun, dengan adanya tuntutan sebagai seornag mahasiswa tidak heran banyak persoalan yang harus dihadapi. Mahasiswa yang belum berhasil memecahkan persoalan mudah merasa tegang dan stres (Winkel & Hastuti, 2010).

Peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa adalah individu yang sedang belajar di perguruan tinggi dengan rentang usia 18-25 tahun dengan kemandirian untuk berpikir dewasa demi masa depan.

2. Gambaran Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma adalah peserta didik yang sedang belajar di Perguruan Tinggi Universitas


(41)

Sanata Dharma. Lulusan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma diharapkan menjadi penolong professional di bidang psikologi (professional helper) yang komunikatif, memperhatikan konteks budaya, dan mampu menjadi penggerak dalam menyelesaikan masalah-masalah nyata di masyarakat. Salah satu bentuk pengembangan menjadi professional helper adalah dengan mengembangkan softskills, yaitu dengan mengikuti PPKM (Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa). Harapan dari PPKM adalah mampu mendampingi mahasiswa dalm pembentukan kepribadian.

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma memiliki 784 mahasiswa aktif. Lulusan sebanyak 1.386 orang telah bekerja di berbagai bidang yaitu pendidikan, kesehatan, industri, jasa, perbank-an, dan lain-lain. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma memiliki target kelulusan dalam kurun waktu 4 tahun (8 semester). Pada kenyataannya, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dikenal sebagai mahasiswa dengan lulusan termasuk lama dibandingkan dengan fakultas lain di Universitas Sanata Dharma. Pada tahun akademik 2015/2016, masih terdapat mahasiswa angkatan 2009 yang belum menyelesaikan skripsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang belum menyelesaikan skripsi hingga lebih dari satu semester.


(42)

Data pada seketariat Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang diambil pada 29 Maret 2016 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Data Kelulusan Perangkatan No. Angkatan Smt Jumlah Lulus Belum

Lulus

% 1 2009 14 138 91 47 34,05 2 2010 12 160 105 55 34,37 3 2011 10 200 54 146 73

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa masih banyak mahasiswa yang belum menyelesaikan skripsi hingga lebih dari satu semester. Data di atas memberikan gambaran mahasiswa mengerjakan skripsi lebih dari 6 bulan atau satu semester. Pada buku Pedoman Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi (2015) mahasiswa diberikan waktu menyelesaikan skripsi selama enam bulan dan maksimal tiga semester. Jika lebih dari waktu tiga semester, mahasiswa perlu menambah waktu kuliah lagi.

C. Kerangka Berpikir

Mahasiswa adalah seseorang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Rentang usia mahasiswa adalah 18 sampai 25 tahun (Winkel & Hastuti, 2010). Berdasarkan rentang usia berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Masa dewasa awal adalah masa pembentukan kemandirian, eksplorasi karir, belajar hidup, dan mulai memikirkan masa depan (Santrock, 2009). Pada masa ini, mahasiswa memiliki keinginan untuk


(43)

mengaktualisasikan segala ide dan kreatifitas yang dimiliki selama belajar di perguruan tinggi. Dariyo (2003, dalam Iriani & Ninawati, 2005) mengatakan bahwa segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti, sebab dengan keberhasilan ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain.

Pencapaian sebuah keberhasilan butuh usaha yang kuat dari mahasiswa. Banyaknya masalah yang dihadapi mahasiswa pada masa kuliah cukup berat seperti banyaknya tuntutan, keputusan-keputusan dan pilihan yang diambil (Dalton & Crosby, 2011). Mahasiswa dalam mencapai sebuah keberhasilan dihadapkan pada suatu hambatan. Salah satu hambatan dalam mencapai keberhasilan adalah perilaku menunda yang dikenal sebagai prokrastinasi.

Pada masa dewasa awal, gaya pengasuhan orangtua merupakan salah satu penyebab perilaku prokrastinasi. Ferrari dan Ollivete (dalam Mayasari dkk, 2010) mengatakan bahwa gaya pengasuhan otoriter ayah akan menyebabkan munculnya kecenderungan prokrastinasi, Anak cenderung dituntut orangtua dalam bidang akademik maupun non akademik. Tuntutan dari orangtua memunculkan rasa kecemasan, kekhawatiran, dan ketidakberdayaan apabila tidak mampu untuk memenuhi harapan orangtua. Gufron dan Rini (2010, dalam Ramdhani, 2013) menegaskan bahwa perasaan kecemasan, kekhawatiran, dan ketidakberdayaan pada akhirnya memunculkan perilaku menunda melakukan pekerjaan pada anak.


(44)

Mahasiswa memiliki tuntutan-tuntutan yang diberikan oleh orangtua maupun di perguruan tinggi. Namun, Hurlock (dalam Hernawati, 2006) menjelaskan bahwa usia mahasiswa tengah berada dalam fase ketergantungan finansial pada orangtua yang berkaitan dengan biaya kuliah atau institusi pendidikan yang memberikan beasiswa. Ketergantungan tersebut mengakibatkan mahasiswa merasa tidak bebas dan memungkinkan ada perasaan tertekan. Hal tersebut mendorong mahasiswa untuk membuat prioritas utama pada aktifitas perkuliahan. Bentuk tanggungjawab mahasiswa terhadap perkuliahannya adalah meminimalkan perilaku menunda atau prokrastinasi.

Prokrastinasi dikenal sebagai perilaku mengganggu dan berbahaya serta diidentifikasi sebagai halangan besar untuk keberhasilan akademis (Steel, 2007; Scher & Osterman, 2003, dalam Fatimah dkk, 2011). Mahasiswa perlu untuk meminimalkan prokrastinasi yang menjadi halangan keberhasilan akademik.

Prokrastinasi juga terjadi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Beberapa studi sebelumnya juga meneliti mengenai prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang dikaitkan dengan locus of control eksternal, kemandirian dan efikasi diri (Frederick, 2010; Kristiani, 2013; Sari, 2014). Beberapa penelitian mengenai prokrastinasi dikaitkan dengan variabel-variabel tertentu dengan hasil yang menunjukkan adanya prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.


(45)

Pada dasarnya prokrastinasi merupakan perilaku tidak produktif dan berdampak negatif bagi pelakunya. Namun, Knaus (2000, dalam Chu & Choi, 2005) mengatakan bahwa tidak semua prokrastinasi menimbulkan dampak negatif. Penelitian prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dikaitkan dengan variabel-variabel lain dan belum ada penelitian mendasar yang membahas mengenai tipe prokrastinasi apa yang sebenarnya dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Chu dan Choi (2005) membagi tipe prokrastinasi menjadi dua, yaitu prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif. Prokrastinasi aktif merupakan perilaku menunda untuk melakukan hal penting dan mendesak karena individu berusaha membuat perencanaan dalam mengumpulkan informasi yang berguna untuk penyelesaian tugas. Prokrastinasi pasif merupakan perilaku menunda dengan alasan tidak masuk akal dan tidak bermanfaat bagi peyelesaian tugas.

Berangkat dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berfokus pada pengukuran prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif serta diharapkan mampu memberikan gambaran deskriptif mengenai hal tersebut.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma?


(46)

2. Bagaimana gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma berdasarkan angkatan?

3. Bagaimana gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma berdasarkan jenis kelamin.


(47)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran lebih detail mengenai suatu gejala berdasarkan data yang ada, menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi (Narbuko & Achmadi, 2003). Data kuantitatif diperoleh melalui analisis skor pada jawaban subjek pada skala prokrastinasi dan diperoleh gambaran mengenai prokrastinasi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel yaitu prokrastinasi yang terdiri dari prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian ini adalah : Prokrastinasi

Prokrastinasi aktif merupakan perilaku mahasiswa dalam menunda tugas dengan sengaja, menggunakan motivasi kuat di bawah tekanan waktu, mampu menyelesaikan tugas tepat waktu, dan mencapai hasil


(48)

memuaskan. Prokrastinasi pasif merupakan perilaku mahasiswa menunda tugas sampai pada menit-menit terakhir karena ketidakmampuan untuk bertindak secara tepat waktu. Chu dan Choi (2005) melihat 4 karakteristik prokrastinasi aktif dan pasif sebagai berikut, kognitif berdasarkan keputusan sengaja untuk menunda (intentional decision to procrastinate), afektif berdasarkan preferensi tekanan (preference to pressure), perilaku berdasarkan kemampuan untuk memenuhi batas waktu (ability to meet deadline), dan kepuasan hasil (outcomes satisfaction).

Prokrastinasi diukur menggunakan skala prokrastinasi aktif milik Chu dan Choi (2005) yang dikembangkan oleh Choi dan Moran (2009) kemudian dikembangkan oleh peneliti karena jumlah item pada skala terlalu sedikit yaitu 16 item. Pada skala prokrastinasi pasif peneliti mengacu pada pendapat dari Chu dan Choi (2005). Semakin tinggi skor pada item-item skala prokrastinasi aktif berarti subjek memiliki kecenderungan tinggi sebagai pelaku prokrastinasi aktif. Semakin tinggi skor pada item-item skala prokrastinasi pasif berarti subjek memiliki kecenderungan tinggi sebagai pelaku prokrastinasi pasif.


(49)

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang berusia 18-25 tahun berada pada semester awal sampai semester akhir. Winkel dan Hastuti (2010) menyatakan bahwa masa mahasiswa meliputi rentang usia dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Halloway (2009, dalam Kristiani, 2012) mengemukakan bahwa prokrastinasi terjadi pada mahasiswa baru sampai mahasiswa tingkat akhir.

Teknik pemilihan subjek adalah purposive sampling, peneliti mengambil subjek berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Siregar, 2013) yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang berada di semester awal sampai semester akhir dan masih aktif.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : a. Skala Prokrastinasi

Chu dan Choi (2005) membuat skala prokrastinasi aktif berjumlah 12 item dengan 4 karakteristik yaitu intentional decision to procrastinate, preference for pressure, ability to meet, dan outcome satisfaction. Kemudian Choi dan Moran (2009) mengembangkan skala milik Chu dan Choi (2005) dari 12 item (α = 0,67) menjadi 16 item (α = 0,80) dengan 4 karakteristik yang sama. Item-item prokrastinasi milik Chu dan Choi (2009) terdiri dari 12 item pernyataan


(50)

prokrastinasi pasif dan 4 item pernyataan prokrastinasi aktif. Skala ini menggunakan format likert dengan 7 kategori yang diskor 1 sampai dengan 7. Kategori respon yang diberikan adalah Sangat Setuju, Setuju, Agak Setuju, Agak Tidak Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju.

Berikut merupakan tabel pemberian skor dan blue print skala prokrastinasi :

Tabel 3.1 Skor Item Skala Prokrastinasi

Respon Skor

Sangat Setuju 7

Setuju 6

Agak Setuju 5

Netral 4

Agak Tidak Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

3 2 1

Tabel 3.2 Blue Print Skala Prokrastinasi Sebelum Seleksi Item No Tipe

Prokrastinasi Karakteristik Item

Jumlah Item

1 Prokrastinasi Aktif

Intentional Decision to Procrastination

1, 13, 14, 24, 34, 39, 47, 60, 61, 66

10 Preference for Pressure 2, 3, 17, 35, 41,

52, 56, 57, 68, 72

10 Ability to Meet Deadline 6, 7, 18, 28, 36,

42, 49, 69, 73, 77

10 Outcomes Satisfaction 10, 11, 21, 22, 37,

44, 45, 58, 59, 75

10

Total 40

2 Prokrastinasi Pasif

Intentional Decision to Procrastination

4, 5, 23, 25, 38, 46, 51, 55, 64, 67

10 Preference for Pressure 15, 16, 26, 27, 40,

48, 62, 65, 71, 76

10 Ability to Meet Deadline 8 ,9, 19, 29, 30,

43, 53, 70, 78, 79

10 Outcomes Satisfaction 12, 20, 31, 32, 33,

50, 54, 63, 74, 80

10


(51)

F. Metode Analisis Data

Peneitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka data penelitian yang berupa angka akan dikualitatifkan sehingga hasil yang diperoleh dapat dideskripsikan. Pada statistik deskriptif dijelaskan mengenai mean, median, mode, standar deviasi, maximum, dan minimum. Mean adalah rata-rata perolehan skor yang dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh oleh seluruh subjek penelitian dibagi jumlah subjek yang berpartisipasi dalam penelitian. Median adalah teknik untuk menjelaskan nilai tengah dari seluruh skor perolehan setelah diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah dan sebaliknya. Mode adalah skor yang paling sering muncul dalam suatu pengukuran.

X minimal teoretik : Skor paling rendah yang mungkin diperoleh subjek pada skala yaitu 1

X maksimal teoretik : Skor paling tinggi yang mungkin diperoleh subjek pada skala yaitu 7

Range : Luas jarak sebaran antara nilai maksimal dan Minimal


(52)

G. Validitas, Analisis Item, Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya, artinya sejauh mana skala mampu menghasilkan data akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2005). Validitas dalam penelitian ini adalah validitas isi, yang dapat diestimasi lewat pengujian terhadap tes dengan analisis rasional atau melalui professional judgment (Azwar, 2005).

2. Analisis Item

Peneliti melakukan analisis item pada skala. Analisis item ini dilakukan dengan cara menguji coba item-item yang ada pada sekelompok subjek yang memiliki karakteristik sesuai penelitian.

Pengujian dilakukan secara kuantitatif dengan perhitungan statistik. Perhitungan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows. Tujuan analisis item ini adalah untuk mendapatkan item-item yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur tes. Pengujian keselarasan fungsi item dan fungsi tes dengan mengkorelasikan skor item dengan skor item total, yang menghasilkan koefisien korelasi item total (rix).

Kriteria pemilihan item berdasarkan koefisien korelasi aitem-total biasanya menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Batasan rix ≥ 0.30 tersebut

merupakan konvensi. Apabila item yang diinginkan belum mencukupi, maka peneliti diperbolehkan menurunkan (sedikit) batasan kriteria pemilihan item 0,30 menjadi 0,25 disertai pertimbangan


(53)

proporsionalitas jumlah item, komposisi aspek-aspek yang mendasari skala tersebut dan kualitas itemnya (Azwar, 2003).

Berikut adalah item-item yang gugur pada skala prokrastinasi : Tabel 3.3 Item-Item Gugur Pada Skala Prokrastinasi No Tipe

Prokrastinasi Karakteristik

Item

Gugur Jumlah

1 Prokrastinasi Aktif

Intentional Decision to Procrastination

24, 39, 47, 66 4 Preference for Pressure 17, 35, 68, 72 4 Ability to Meet Deadline 28, 42, 49, 73 4 Outcomes Satisfaction 44, 45, 59, 75 4

Total 16

2 Prokrastinasi Pasif

Intentional Decision to Procrastination

- 0

Preference for Pressure - 0

Ability to Meet Deadline - 0

Outcomes Satisfaction 20, 32 2


(54)

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Item Skala Prokrastinasi No Tipe

Prokrastinasi Karakteristik Item

Jumlah Item

1 Prokrastinasi Aktif

Intentional Decision to Procrastination

1, 2, 12, 13, 21, 24

6 Preference for Pressure 3, 4, 5, 14, 15,

16,

6 Ability to Meet Deadline 6, 7, 8, 17, 18,

22

6 Outcomes Satisfaction 9, 10, 11, 19,

20, 23

6

Total 24

2 Prokrastinasi Pasif

Intentional Decision to Procrastination

25, 26, 34, 35, 36, 37, 47, 48,

49, 58

10

Preference for Pressure 27, 28, 38, 39, 40, 50, 51, 52,

59, 60

10

Ability to Meet Deadline 29, 30, 41, 42, 43, 53, 54, 55,

61, 62

10

Outcomes Satisfaction 31, 32, 33, 44, 45, 46, 56, 57

8

Total 38

Dari 40 item skala prokrastinasi aktif setelah diuji coba dan dianalisis, gugur 16 item. Sehingga skala prokrastinasi aktif menjadi 24 item. Sedangkan 40 item skala prokrastinasi pasif setelah diuji coba dan dianalisis gugur 2 item. Sehingga skala prokrastinasi pasif menjadi 38 item. 3. Reliabilitas

Uji reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran, atau sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2015). Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal untuk memperkirakan tinggi rendahnya reliabilitas dengan menggunakan


(55)

teknik estimasi Alpha (α) dari Cronbach. Hasil perhitungan skala prokrastinasi sebesar 0,931.


(56)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil penelitian yang meliputi pelaksanaan penelitian, deskripsi subjek, hasil penelitian, serta pembahasan.

A. Pelaksanaan Penelitian

Uji coba dilaksanakan pada Kamis, 19 Mei 2016. Peneliti menyebar 150 skala prokrastinasi (prokrastinasi aktif dan pasif) pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Mei sampai 2 Juni 2016. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang berada pada semester awal sampai tingkat akhir yaitu angkatan 2015, 2014, 2013, dan 2012. Peneliti menyebarkan skala pada saat selesai jam perkuliahan untuk angkatan 2013 sampai 2015. Pada angkatan 2012 peneliti menyebarkan skala dengan menemui subjek yang berada di sekitar kampus karena mahasiswa angkatan 2012 sudah tidak ada jam perkuliahan. Peneliti menyebarkan 300 skala.

B. Deskripsi Subjek

Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma berjumlah 300 mahasiswa yang terdiri dari 75 angkatan 2015, 75 angkatan 2014, 80 angkatan 2013, dan 70 angkatan 2012. Subjek penelitian berada dalam rentang usia 18 sampai 25 tahun.


(57)

Tabel 4.1 Subjek Penelitian Per-Angkatan

Angkatan Jumlah Presentase

2015 75 25%

2014 75 25%

2013 80 26,7%

2012 70 23,3%

Total 300 100%

Data subjek berdasarkan angkatan diperoleh 75 mahasiswa pada angkatan 2015, 75 mahasiswa pada angkatan 2014, 80 mahasiswa pada angkatan 2013, dan 70 mahasiswa pada angkatan 2012. Total subjek keseluruhan adalah 300 mahasiswa.

Tabel 4.2 Usia

Usia Jumlah Persentase

18 tahun 15 5%

19 tahun 67 22,33% 20 tahun 76 25,33%

21 tahun 84 28%

22 tahun 52 17,33%

23 tahun 4 1,33%

24 tahun 1 0,34%

25 tahun 1 0,34%

Total 300 100%

Data subjek berdasarkan usia diperoleh usia 18 tahun berjumlah 15 mahasiswa; 19 tahun berjumlah 67 mahasiswa; 20 tahun berjumlah 76 mahasiswa, 21 tahun berjumlah 84 mahasiswa; 22 tahun berjumlah 52 mahasiswa; 23 tahun berjumlah 4 mahasiswa; 24 tahun berjumlah 1 mahasiswa, dan 25 tahun berjumlah 1 mahasiswa.


(58)

Tabel 4.3 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 102 34%

Perempuan 198 66%

Total 300 100%

Data subjek berdasarkan jenis kelamin diperoleh laki-laki berjumlah 102 mahasiswa dan perempuan berjumlah 198 mahasiswi.

C. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas

Sebelum data diuji statistik deskriptif, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui distribusi data bersifat normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas penelitian ini menggunakan One Sample Komolgorov-Smirnov test. Distribusi data dikatakan normal apabila p˃0,05 (Santoso, 2010).

Tabel 4.4 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Prokrastinasi Aktif Prokrastinasi Pasif

N 300 300

Normal Parametersa

Mean 111.68 134.82

Std. Deviation 21.623 40.690

Most Extreme Differences

Absolute .058 .045

Positive .048 .045

Negative -.058 -.039

Kolmogorov-Smirnov Z 1.006 .788

Asymp. Sig. (2-tailed) .263 .564


(59)

Berdasarkan data di atas taraf signifikansi variabel prokrastinasi aktif sebesar 0,263 (p˃0,05), prokrastinasi pasif sebesar 0,564 (p˃0,05) menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal.

2. Deskriptif Data Penelitian

a. Statistik Deskriptif Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berdasarkan perhitungan komputerisasi menggunakan SPSS versi 16 sehingga perlu menyajikan data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum dan minimum, dan standar deviasi.

Berikut hasil analisis deskriptif prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif :

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif

Prokrastinasi Aktif

Prokrastinasi Pasif

N Valid 300 300

Missing 0 0

Mean 111.68 134.82

Median 113.00 132.00

Mode 103a 132

Std. Deviation 21.623 40.690

Minimum 58 39

Maximum 156 236

Sum 33505 40445


(60)

Berdasarkan mean hasil analisis deskriptif, diperoleh data mean teoritik dan mean empirik. Mean teoritik adalah rata-rata skor alat penelitian. Mean teoritik diperoleh dari angka yang menjadi titik tengah alat ukur penelitian. Mean empirik adalah rata-rata skor data penelitian.

Tabel 4.6

Mean Empiris dan Mean Teoritis

Statistik Xmax Xmin Mean

Prokrastinasi Aktif

Empiris 156 58 111,68 Teoretis 168 24 96 Prokrastinasi

Pasif

Empiris 236 39 134,82 Teoretis 266 38 152

Tabel 4.7

Uji t Mean Teoritik dan Mean Empiris Prokrastinasi Aktif One-Sample Test Prokrastinasi Aktif

Test Value = 96

T Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Proaktif 12.563 299 .000 15.683 13.23 18.14

Tabel 4.8

Uji t Mean Teoritik dan Mean Empiris Prokrastinasi Pasif

One-Sample Test Prokrastinasi Pasif

Test Value = 152

T Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper


(61)

Prokrastinasi aktif memiliki mean empiris sebesar 111,68 dan mean teoritis sebesar 96. Mean empiris pada prokrastinasi aktif lebih besar dari mean teoritis. Berdasarkan uji t, nilai signifikansi lebih kecil dari 0,005 yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan ada perbedaan signifikan antara mean empiris dan mean teoretis yang berarti tingkat prokrastinasi aktif dalam penelitian cenderung tinggi.

Prokrastinasi pasif memiliki mean empiris sebesar 134,82 dan mean teoretis sebesar 152. Mean empiris pada prokrastinasi pasif lebih besar dari mean teoritis. Berdasarkan uji t, nilai signifikansi lebih kecil dari 0,005 yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan ada perbedaan signifikan antara mean empiris dan mean teoritis yang berarti tingkat prokrastinasi pasif dalam penelitian cenderung rendah.


(62)

b. Statistik Deskriptif Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif Berdasarkan Angkatan

Tabel 4.9

Statistik Deskriptif Berdasarkan Angkatan Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Aktif2015 75 58 144 113.72 23.756

Aktif2014 75 58 147 108.47 21.114

Aktif2013 80 62 156 115.04 18.474

Aktif2012 70 59 141 109.11 22.724

Pasif2015 75 50 220 139.81 39.330

Pasif2014 75 51 221 133.29 38.949

Pasif2013 80 39 236 130.22 41.733

Pasif2012 70 58 230 136.34 42.873

Valid N (listwise) 70

Data tersebut menunjukkan bahwa mean empiris prokrastinasi aktif angkatan 2015 sebesar 113,72; angkatan 2014 sebesar 108,47; angkatan 2013 sebesar 115,04; angkatan 2012 sebesar 109,11 masing-masing lebih besar dari mean teoritis prokrastinasi aktif sebesar 96. Berdasarkan uji t, nilai signifikansi lebih kecil dari 0,005 yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan ada perbedaan signifikan antara mean empiris dan mean teoritis yang berarti tingkat prokrastinasi aktif dalam penelitian berdasarkan angkatan cenderung tinggi.

Mean empiris prokrastinasi pasif angkatan 2015 (139,81), angkatan 2014 (133,29), angkatan 2013 (130,22), angkatan 2012 (136,34) lebih kecil dari mean teoritis prokrastinasi pasif (152). Berdasarkan uji t, nilai signifikansi lebih kecil dari 0,005 yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan ada


(63)

perbedaan signifikan antara mean empiris dan mean teoritis yang berarti tingkat prokrastinasi pasif dalam penelitian berdasarkan angkatan cenderung rendah.

Tabel 4.10

Data Deskriptif Mean Prokrastinasi Berdasarkan Angkatan

Statistik Angkatan Data X max X min Mean

Prokrastinasi Aktif

2015 Empiris 144 58 113,72

Teoritis 168 24 96

2014 Empiris 147 58 108,47

Teoritis 168 24 96

2013 Empiris 156 62 115,04

Teoritis 168 24 96

2012 Empiris 141 59 109,11

Teoritis 168 24 96

Prokrastinasi Pasif

2015 Empiris 220 50 139,81

Teoritis 266 38 152

2014 Empiris 221 51 133,29

Teoritis 266 38 152

2013 Empiris 236 39 130,22

Teoritis 266 38 152

2012 Empiris 230 38 136,34

Teoritis 266 38 152

Berdasarkan data tersebut, prokrastinasi aktif pada semua angkatan memiliki mean empiris lebih besar dari mean teoritis. Berdasarkan uji t, nilai signifikansi lebih kecil dari 0,005 yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Tingkat prokrastinasi aktif pada semua angkatan tinggi.


(64)

Berdasarkan data tersebut, prokrastinasi pasif pada semua angkatan memiliki mean empiris lebih kecil dari mean teoritis. Berdasarkan uji t, nilai signifikansi lebih kecil dari 0,005 yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara mean empiris dan mean teoritis. Tingkat prokrastinasi pasif pada semua angkatan rendah.

Pemaparan antara mean empiris dan mean teoritis prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif terlihat bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma lebih kuat melakukan prokrastinasi aktif. Namun, diperlukan perhitungan lebih lanjut apakah benar-benar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma lebih banyak melakukan prokrastinasi aktif dibanding prokrastinasi pasif. Di lihat berdasarkan cacah item antara prokrastinasi aktif dan pasif berbeda.

Item pada prokrastinasi aktif sebanyak 24 item dan prokrastinasi pasif sebanyak 38 item. Item pada prokrastinasi pasif lebih banyak dibanding prokrastinasi aktif. Peneliti melakukan pehitungan statistik secara manual untuk standarisasi antara mean empiris prokrastinasi aktif. Berikut perhitungan statistik yang dilakukan secara manual :


(65)

Melalui perhitungan dengan rumus tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.11

Standarisasi Mean Empiris

Prokrastinasi Angkatan Mean Empiris Prokrastinasi Aktif

2015 180,05 2014 171,74 2013 182,14 2012 172,75 Prokrastinasi Pasif

2015 139,81 2014 133,29 2013 130,22 2012 136,34

Data di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan mean empiris prokrastinasi aktif lebih besar dibanding mean empiris prokrastinasi pasif. Hal ini berarti mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma lebih tinggi melakukan prokrastinasi aktif dibanding prokrastinasi pasif.

c. Statistik Deskriptif Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.12

Mean Prokrastinasi Aktif dan Pasif Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Prokrastinasi Aktif Prokrastinasi Pasif Empiris Teoritis Empiris Teoritis Laki-laki 93,72 96 151,59 152 Perempuan 120,94 96 126,18 152

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pada prokrastinasi aktif jenis kelamin laki-laki, mean empiris kecil dibandingkan dengan mean teoritis (93,72<96). Pada jenis kelamin perempuan, mean


(66)

empiris lebih besar dibandingkan mean teoritis (120,94>96). Pada prokrastinasi pasif jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki mean empiris lebih kecil dibandingkan mean teoritis (151,59 dan . 126,18 < 152). Berdasarkan uji t diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari 0,005 yaitu 0,000. Artinya, terdapat perbedaan signifikan antara mean empiris dan mean teoritis prokrastinasi aktif dan pasif berdasarkan jenis kelamin. Hasil ini menunjukkan bahwa prokrastinasi aktif cenderung tinggi dilakukan oleh jenis kelamin perempuan (mean empiris > mean teoritis).

Peneliti melakukan uji beda terhadap prokrastinasi aktif dan pasif berdasarkan jenis kelamin. Berikut adalah perhitungan uji t :

Tabel 4.13

Uji t Prokrastinasi Aktif Berdasarkan Jenis Kelamin

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Proaktif Equal variances assumed

.341 .560

-12.860 298 .000 -27.224 2.117 -31.390 -23.058

Equal variances not assumed


(67)

Tabel 4.14

Uji t Prokrastinasi Pasif Berdasarkan Jenis Kelamin

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Propasif Equal variances assumed

2.144 .144 5.356 298 .000 25.411 4.744 16.075 34.748

Equal variances not assumed

5.199 188.255 .000 25.411 4.888 15.770 35.053

Tebl 4.13 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan prokrastinasi aktif dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,005 yaitu 0,000. Tabel 4.14 juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan prokrastinasi pasif dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,005 yaitu 0,000.

D. Pembahasan

Hasil pengukuran prokrastinasi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma menunjukkan bahwa mahasiswa lebih tinggi melakukan prokratinasi aktif dibanding prokrastinasi pasif. Hal ini didukung dengan hasil skor mean empiris lebih besar dari skor mean teoritis. Chu dan Choi (2005) menyatakan bahwa pelaku prokrastinasi


(68)

aktif menunda mengerjakan tugas untuk melakukan hal penting dan mendesak karena individu berusaha membuat perencanaan dalam mengumpulkan informasi yang berguna untuk penyelesaian tugas. Hal tersebut dapat diartikan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma diprediksi melakukan penundaan dalam tugas perkuliahan dengan alasan mereka berusaha membuat perencanaan dalam mengumpulkan informasi yang berguna untuk penyelesaian tugas.

Mahasiswa pelaku prokrastinasi aktif sengaja menunda tugas-tugas dan memprioritaskan hal yang penting. Mereka mampu membuat keputusan bertindak cepat dan mengatur waktu cukup baik untuk penyelesaian tugas. Mahasiswa Fakultas Psikologi ketika menunda tugas mereka memiliki alasan yang masuk akal. Diprediksi mereka berusaha mencari informasi-informasi yang berguna bagi penyelesain tugas. Penyelesaian tugas pada menit-menit terakhir dianggap sebagai tantangan untuk segera diselesaikan karena mereka memiliki motivasi dan semangat tinggi. Hasil tindakan dari mahasiswa pelaku prokrastinasi aktif memuaskan (Chu dan Choi, 2005).

Hasil pengukuran prokrastinasi aktif dan pasif berdasarkan angkatan menunjukkan bahwa pada semua angkatan cenderung tinggi dalam melakukan prokrastinasi aktif (mean empiris > mean teoritis). Pada setiap angkatan yang melakukan prokrastinasi aktif memiliki kemampuan dalam bertindak dan membuat keputusan yang tepat dalam penyelesaian tugas kuliah. Chu dan Choi (2005) mengatakan bahwa prokrastinasi aktif


(69)

mampu membuat keputusan dan bertindak pada waktu yang tepat serta memiliki semangat tinggi dalam penyelesaian tugas di menit-menit terakhir. Hal ini didukung dari beberapa pernyataan subjek, yaitu PC yang menyatakan bahwa senang mengerjakan tugas dengan deadline yang pasti. IE mengatakan bahwa bobot tugas dan waktu pengumpulan yang hampir bersamaan membuat dia kesulitan memilih tugas yang harus diprioritaskan, namun dia merasa bahwa senang mengerjakan tugas mendekatin deadline karena lebih banyak muncul ide. SF menambahkan bahwa banyaknya tugas dan kegiatan menuntut kita untuk memprioritaskan yang lebih penting serta membuat perencanaan waktu yang tepat.

Prokrastinasi aktif yang dilakukan pada semua angkatan tidak terlepas dari peran orangtua. Dewasa ini anak cenderung diberi kebebasan dan tidak diwajibkan untuk mengikuti semua keinginan atau tuntutan orang tua. Hal ini memberikan dampak untuk anak tidak memiliki trauma pada masa kecil dan tidak khawatir akan hal yang dilakukan. Ramdhani (2013) mengatakan bahwa pendidikan, bimbingan, dan sikap orangtua yang dapat mendisiplinkan serta melindungi anaknya dengan kontrol yang baik dan kehangatan cukup dapat memberi pengaruh terhadap perilaku prokrastinasi. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma tetap melakukan prokrastinasi, namun mereka melakukan prokrastinasi aktif yang tidak merugikan diri mereka sendiri. Sehingga prokrastinasi dapat dikatakan sebagai sebuah strategi mereka dalam menyelesaikan tugas.


(70)

Hasil pengukuran prokrastinasi aktif dan pasif berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif (p<0,005 yaitu 0,000). Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan prokrastinasi (Rahardjo & Lee, 2011; Akmal, 2013). Prokrastinasi aktif lebih tinggi dilakukan oleh mahasiswa perempuan dibandingkan laki-laki. Sejalan dengan penelitian Akmal (2013) yang mengatakan bahwa kebanyakan mahasiswa laki-laki lebih menikmati penundaan dengan mengalihkan ke pekerjaan lain dan terlibat dalam aktivitas yang lebih menyenangkan dan cenderung mengarah pada sikap negatif seperti mengabaikan tugas. Berbeda dengan mahasiswa perempuan ketika melakukan prokrastinasi cenderung bersikap menyalahkan diri sendiri dan menyesali keadaan. Namun, jika dibandingan jenis kelamin, mahasiswa perempuan masih memiliki keinginan dan usaha yang lebih tinggi untuk menyelesaikan tugas akademiknya. Meskipun banyak mahasiswa perempuan yang melakukan prokrastinasi aktif dibandingkan laki-laki, namun mereka melakukan prokrastinasi aktif atas dasar alasan yang masuk akal dan tetap menyelesaikan tugas tepat waktu (Chu dan Choi, 2005).

Berdasarkan area prokrastinasi yang dijadikan bahan prokrastinasi mahasiswa adalah menulis, belajar untuk ujian, membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan, dan kinerja akademik secara


(71)

keseluruhan (Solomon & Rothblum, 1984). Berdasarkan komunikasi pribadi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan rata-rata menunda dalam hal kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan.

Berdasarkan analisis mengenai prokrastinasi aktif dan pasif pada setiap angkatan, memberi masukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk pendampingan bagi mahasiswa yang lebih tepat guna. Misalnya dengan mengembangkan PPKM dan pendampingan lain mengenai prokrastinasi.


(72)

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi mengenai kesimpulan penelitian, keterbatasan, dan saran.

A. Kesimpulan Penelitian

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma melakukan prokrastinasi aktif lebih tinggi dibandingkan prokrastinasi pasif. Hal ini tampak pada pada skor rata-rata empirik prokrastinasi aktif lebih besar dari pada skor rata-rata teoritis prokrastinasi aktif. Pada semua angkatan melakukan prokrastinasi aktif. Berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Kurang mempertimbangan keaslian cacah item pada skala yang sudah diadaptasi.

2. Cacah item yang tidak seimbang menyebabkan mean pada prokrastinasi pasif terlihat lebih besar dibanding mean pada prokrastinasi aktif.


(73)

C. Saran

Berdasarkan penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan keaslian cacah item pada skala yang sudah diadaptasi.

2. Bagi Subjek

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi subjek mengenai tipe prokrastinasi (aktif dan pasif) sebagai potret diri dan berusaha untuk mengurangi perilaku menunda-nunda pada suatu tugas dengan mempertimbangkan jadwal pribadi dengan jadwal lembaga.

3. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan evaluasi, pengembangan, dan pembimbingan mahasiswa terkait perilaku prokrastinasi, serta memberikan program yang tepat untuk pengaturan waktu dalam proses belajar mahasiswa.


(74)

54

DAFTAR PUSTAKA

Akinsola, M. K., Tella, A., & Tella, A. (2007). Correlates of academic

procrastination and mathematics achievement of university undergraduate students. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 3, 4, 363-370.

Akmal, V. E. (2013). Perbedaan prokrastinasi akademik berdasarkan jenis

kelamin dengan mengontrol manajemen waktu pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di Yogyakarta. Empathy Jurnal Fakultas Psikologi, 2(1).

Anggawijaya, S. (2013). Hubungan antara depresi dan prokrastinasi akademik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol.2 No.2.

Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi: Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Burka, J. B., & Yuen, L. M. (2008). Procrastination: Why You Do It, What to Do

About It Know. Cambridge: Da Capo Press.

Catrunada, L., & Puspitawati, I. (2008). Prokrastinasi task differences on thesis introvert and extrovert personality. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

(http://papers.gunadarma.ac.id/files/journals/5/articles/229/public/229 587-1-PB.pdf diunduh 23 Juli 2016)

Choi, J. N., & Moran, S. V. (2009). Why not procrastinate? Development and validation of a new active procrastination scale. The Journal of Social Psychology, 149(2), 195–211.

Chu, A. H., & Choi, J. N. (2005). Rethinking procrastination: positive effects of “active” procrastination behavior on attitudes and performance. The Journal of Social Psychology, 145, 3, 245-264.

Dalton, J. C., & Crosby, P. C. (2011). Time on Task: The Critical Role of Self Regulating in College Student Academic Success and Personal


(75)

55

Dewitte, S., & Schouwenburg, H. C. (2002). Procrastination, temptations, and incentives: The struggle between the present and the future in

procrastinators and the punctual. European Journal of Personaity, 16(6), 469-489.

Djamarah, S. B. (2002). Rahasia sukses belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Fatimah, O., Lukman, Z. M., Khairudin, R., Shahrazad, W. S. W., & Halim, F. W.

(2011). Procrastination’s relation with fear of failure, competence

expectancy and instrinsic motivation. Pertanika Journal Social Science

and Humanika, 19: 123-127.

Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian (edisi 7). Jakarta: Salemba Humanika.

Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. G. (1995). Procrastination and Task

Avoidance: Theory, Research, and Threatment. New York: Plenum press.

Ferrari, J. R., & Morales, J. F. D. (2007). Perceptions of self concept and self presentation by procrastinators: future evidence. The Spanish Journal of Psychology, 10, 1, 91-96.

Ferrari, J.R., & Morales, J. F. D. (2014). Procrastination and mental health coping: a brief report related to students. Individual Differences Research.

Ferrari, J. R., & Tice, D.M. (2000). Procrastination as a self-handicap for men and women: A task-avoidance strategy in a laboratory setting. Journal of Research in Personality, 34, 73-83.

Frederik, A. (2010). Hubungan antara locus of control eksternal dengan

prokrastinasi maladaptif pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengerjakan skripsi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Grunschel, C., Partzek, J., & Fries, S. (2013). Exploring reasons and

consequences of academic procrastination: an interview study. Europe Journal Psychological Education, 28: 841 861.

Hernawati, L. (2006). Meningkatkan kemampuan mengelola pikiran pada mahasiswa. Psikodimensia:Kajian Ilmiah Psikologi, 5(1).

Huda, Muhammad. J. N. (2012). Perbedaan prokrastinasi akademik berdasarkan jenis kelamin di Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jurnal Palastren, 4(2). Iriani, F., & Ninawati. (2005). Gambaran kesejahteraan psikologis pada dewasa


(1)

LAMPIRAN 9

Uji t Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif Berdasarkan Angkatan

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Aktif2015 41.456 74 .000 113.720 108.25 119.19

Aktif2014 44.490 74 .000 108.467 103.61 113.32

Aktif2013 55.695 79 .000 115.038 110.93 119.15

Aktif2012 40.175 69 .000 109.114 103.70 114.53

Pasif2015 30.786 74 .000 139.813 130.76 148.86

Pasif2014 29.638 74 .000 133.293 124.33 142.25

Pasif2013 27.910 79 .000 130.225 120.94 139.51


(2)

LAMPIRAN 10

Kurva Normal


(3)

(4)

(5)

(6)