ANALISIS LEAN PRODUCTION DENGAN PENDEKATAN COST TIME PROFILE DAN SIMULASI DI PT SAKA AGUNG KARYA ABADI SIDOARJO.
ANALISIS LEAN PRODUCTION
DENGAN PENDEKATAN COST TIME PROFILE DAN SIMULASI
DI PT SAKA AGUNG KARYA ABADI SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh :
0732210178
RAMZY ARDY WARDANA
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul ”Analisis Lean Production Dengan Pendekatan Cost Time Profile Dan Simulasi Di PT Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo”. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk lulus atau menerima gelar sarjana teknik pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Selama melakukan Tugas Akhir ini, penulis banyak sekali menerima bantuan yang berarti dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Ir. H. M. Tutuk Safirin, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur, serta selaku Dosen Wali dan Dosen Pembimbing I atas perhatian, motivasi dan kesabarannya dalam membimbing penulis.
4. Bapak Drs. Sartin, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II atas kebaikannya dalam membimbing penulis.
5. Ibu Enny Ariyani, ST., MT dan Bapak Ir. Irwan Soejanto, MT selaku Kepala Laboratorium Statistik Dan Optimasi Industri.
(3)
6. Ibu Ir. Sumiati, MT sebagai Penguji Seminar I dan II.
7. Bapak Ir. Tri Susilo, MM sebagai Penguji Seminar II dan Ujian Lesan. 8. Ibu Ir. Endang Pudji Widjajati, MMT selaku Penguji Ujian Lesan. 9. Bapak Dwi Sukma Donoriyanto, ST selaku Dosen Pembimbing PKL. 10.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran”
Jawa Timur.
11.Bapak Andreas Novianto, Bapak Ivan Christian dan Bapak Nurcholis selaku Direktur, General Manager dan Kepala Produksi PT Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo atas atas waktu, pemikiran, dan kerjasama yang telah diberikan selama penyusunan Tugas Akhir.
12.Bapak, Mama, Ajeng atas dukungan, semangat dan masukannya.
13.Bu Dewi, Puyo, Nashirul, Emon, Ricky, Ibad, Wahyu, Bima atas bantuannya dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
14.Keluarga Besar Lab. OTISTA (Restu, Donny, Ilma, Reksi, Citra, Niar, Siti, Ruly, Mba Kadek) dan teman – teman angkatan 2005, 2006, 2007, dan 2008 UPN “Veteran” Jawa Timur.
Pada akhirnya semoga laporan yang penulis susun ini dapat berguna bagi rekan-rekan civitas akademika UPN “Veteran” Jawa Timur pada umumnya dan rekan-rekan Teknik Industri pada khususnya.
Surabaya, Juni 2010
(4)
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul Kata Pengantar
Daftar Isi ... i
Daftar Gambar ... v
Daftar Tabel ... vi
Daftar Lampiran ... vii
Abstraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Asumsi - Asumsi ... 4
1.6 Manfaat Penelitian ... 4
1.7 Batasan Masalah ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lean Phylosofy ... 7
2.1.1 Macam-macam Aktivitas ... 10
2.1.2 Jenis-jenis Waste ... 11
2.1.3 Value Stream Mapping ... 14
2.1.3.1 Current State Value Stream Mapping ... 15
2.1.3.2 Future State Value Stream Mapping ... 15
(5)
ii
2.1.4 Value Stream Analysis Tools (VALSAT) ... 18
2.1.4.1 Penggunaan VALSAT ... 21
2.2 Stopwatch Time Study ... 23
2.2.1 Skill dan Effort Rating ... 24
2.2.2 Westing House System’s Rating ... 24
2.3 Cost Time Profile (CTP) ... 25
2.3.1 Membangun CTP ... 28
2.4 Dasar – Dasar Simulasi ... 32
2.4.1 Konsep Dasar Simulasi ... 32
2.4.2 Sistem ... 34
2.4.3 Langkah – Langkah Dalam Proses Simulasi ... 34
2.4.4 Model ... 35
2.4.5 Antrian ... 37
2.4.6 Matrik Performansi Sistem ... 38
2.4.7 Simulasi ARENA ... 39
2.4.6 Matrik Performansi Sistem ... 38
2.5 Verifikasi dan Validasi ... 40
2.6 Lean dan Simulasi ... 41
2.7 Penelitian Terdahulu ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 43
3.2.1 Variabel Bebas ... 43
(6)
iii
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 46
3.3.1 Data Primer ... 46
3.3.2 Data Sekunder ... 47
3.4 Metode Pengolahan Data ... 47
3.4.1 Perhitungan VALSAT ... 48
3.4.2 Perhitungan Cost Time Profile ... 49
3.5 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 50
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Produksi ... 56
4.2 Kondisi Saat Ini (Sekarang) ... 56
4.2.1 Current State Value Stream Mapping ... 56
4.2.1.1 Alur Informasi dan Material Proses Produksi .... 57
4.2.2 Existing Cost Time Profile ... 59
4.2.2.1 Perhitungan Waktu Strandar Operasi ... 60
4.2.2.2 Profil Waktu dan Biaya Sekarang ... 69
4.3 Value Stream Analysis Tools (VALSAT) ... 74
4.3.1 Hasil Identifikasi WasteWorkshop ... 75
4.3.2 Pemilihan Tools Dengan VALSAT ... 76
4.3.3 Process Activity Mapping ... 80
4.4 Identifikasi Penyebab Waste Dengan Root Cause Analysis... 81
4.5 Model Simulasi ARENA Kondisi Existing dan Alternatif Perbaikan ... 82
4.6 Kondisi Setelah Perbaikan ... 86
(7)
iv
4.6.2 Profil Waktu dan Biaya Mendatang ... 86
4.7 Analisa Kondisi Existing (Perbaikan) ... 90
4.7.1 Analisa Current State Value Mapping ... 90
4.7.2 Analisa Cost TimeProfile Kondisi Existing (Sekarang) . 91 4.7.2.1 Analisa Waktu Standar Operasi ... 91
4.7.2.2 Analisa Cost TimeProfile Kondisi Existing ... 93
4.8 Analisa VALSAT ... 95
4.8.1 Analisa Identifikasi Waste Workshop ... 95
4.8.2 Analisa Pemilihan Tools Dengan VALSAT ... 98
4.8.3 Analisa Process Activity Mapping (PAM) ... 98
4.9 Analisa Penyebab Waste Dengan Root Cause Analysis ... 103
4.9.1 Transportation ... 103
4.9.2 Defect ... 104
4.9.3 Inventories ... 105
4.9.4 Not Utilizing Employee’s KSA dan EHS ... 105
4.9.5 Overproduction ... 107
4.10 Analisa dan Perbandingan Skenario Perbaikan ... 107
4.11 Analisa Kondisi Perbaikan ... 108
4.11.1 Analisa Future State Value Mapping ... 108
4.11.2 Analisa Cost TimeProfile Setelah Perbaikan ... 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 112
5.2 Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA
(8)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Utama Lean Improvement ... 9
Gambar 2.2 Pengembangan Struktur Lean ... 9
Gambar 2.3 Simbol yang Digunakan Dalam VSM ... 14
Gambar 2.4 Simbol – Simbol Big Picture Mapping ... 18
Gambar 2.5 Matrik VALSAT ... 22
Gambar 2.6 Cost Time Profile ... 26
Gambar 2.7 Simple Project Network ... 29
Gambar 2.8 Gantt Chart ... 30
Gambar 2.9 Project’s Cost Time Profile ... 31
Gambar 2.10 Klasifikasi Model Simulasi ... 34
Gambar 3.1 Diagram Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 50
Gambar 4.1 Cost Time Profile Existing PC – 4 ... 72
Gambar 4.2 Cost Time Profile Existing PC – 6 ... 74
Gambar 4.3 Prosentase Jumlah Aktivitas ... 79
Gambar 4.4 Prosentase Kebutuhan Waktu ... 80
Gambar 4.5 Cost Time Profile Future PC – 4 ... 88
Gambar 4.6 Prosentase Jumlah Aktivitas ... 99
Gambar 4.7 Prosentase Kebutuhan Waktu ... 100
(9)
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Korelasi Waste Terhadap Tools ... 21
Tabel 2.2 Performance rating Dengan Sistem Westing House ... 25
Tabel 2.3 Project Network Information ... 30
Tabel 2.4 Akumulasi Biaya Dari Setiap Unit Waktu ... 32
Tabel 4.1 Elemen Kerja PC – 4 dan PC – 6 ... 58
Tabel 4.2 Rekap Uji Kecukupan Data PC – 4 ... 62
Tabel 4.3 Performance Rating Box Panel PC – 4 ... 65
Tabel 4.4 Waktu Normal dan Waktu Standar PC – 4 ... 67
Tabel 4.5 Rekap Aktivitas Waiting PC – 4 ... 68
Tabel 4.6 Akumulasi Biaya & Waktu PC – 4 (Sekarang) ... 71
Tabel 4.7 Rekap Hasil Waste Workshop ... 76
Tabel 4.8 Perhitungan Skor VALSAT ... 77
Tabel 4.9 Penentuan Tools VALSAT ... 78
Tabel 4.10 Prosentase Jumlah Aktivitas ... 79
Tabel 4.11 Prosentase Kebutuhan Waktu ... 80
Tabel 4.12 Identifikasi Penyebab Waste ... 81
Tabel 4.13 Prosentase Jumlah Aktivitas ... 84
Tabel 4.14 Akumulasi Biaya & Waktu PC – 4 (Perbaikan) ... 87
Tabel 4.15 Perangkingan Waste ... 96
Tabel 4.16 Penentuan Tools VALSAT ... 97
Tabel 4.17 Prosentase Jumlah Aktivitas ... 98
Tabel 4.18 Prosentase Kebutuhan Waktu ... 99
(10)
vii Tabel 4.20 Perbandingan Kondisi Sekarang dan Perbaikan ... 110
(11)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Lintasan Produksi
Lampiran B Current State Value Stream Mapping
Lampiran C Rekap Data Waktu
Lampiran D Grafik Uji Keseragaman Data Lampiran E Grafik Uji Normalitas
Lampiran F Rekap Uji Kecukupan Data PC – 6 Lampiran G Waktu Normal dan Standar PC – 6
Lampiran H Rekap Aktivitas Waiting PC – 6 (Sekarang) Lampiran I Performance Rating PC – 6
Lampiran J Struktur Organisasi
Lampiran K Rekap Data Akumulasi Waktu
Lampiran L Rekap Data Akumulasi Biaya (Sekarang) Lampiran M Kuesioner Pembobotan Waste
Lampiran N Process Activity Mapping
Lampiran O Akumulasi Biaya & Waktu PC – 6 (Sekarang) Lampiran P Flowchart Simulasi
Lampiran Q Perhitungan Manual
Lampiran R Rekap Data Akumulasi Waktu PC – 6 (Perbaikan) Lampiran S Perhitungan VALSAT
Lampiran T Future State Value Stream Mapping
Lampiran U Rekap Data Akumulasi Biaya PC – 4 & PC – 6 (Perbaikan) Lampiran V Rekap Aktivitas Waiting (Perbaikan)
(12)
ix Lampiran X Tabel Perbandingan Hasil Simulasi
(13)
ABSTRAKSI
Perpaduan antara penerapan lean yang berkelanjutan dengan evaluasi cost-time profile yang selalu dilakukan secara beriringan akan memperkuat keberhasilan proses continous improvement dalam sebuah perusahaan. Sebagai perusahaan yang sangat memperhatikan kualitas dan kepuasan konsumen, penerapan konsep lean di PT Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo akan mendukung kelangsungan perusahaan di tengah persaingan global. Penelitian ini diawali dengan penggambaran kondisi awal perusahaan melalui value stream mapping,
kemudian identifikasi waste menggunakan VALSAT, kemudian dilakukan analisis dengan cost-time profile.
Simulasi merupakan suatu tools yang digunakan sebagai alat evaluasi atas berhasil atau tidaknya penerapan lean dalam suatu perusahaan. Perpaduan antara penerapan lean yang berkelanjutan dengan simulasi yang selalu dilakukan akan memperkuat keberhasilan proses continous improvement tersebut.
Pada penelitian ini akan dibahas tentang analisis lean production di area produksi dengan identifikasi waste menggunakan VALSAT, kemudian dilakukan analisis dengan tools berupa simulasi dengan menggunakan software ARENA. Dari hasil identifikasi tersebut diketahui bahwa non-value added time banyak disebabkan oleh transportation, defects, dan inventories. Beberapa alternatif perbaikan direkomendasikan untuk mengatasi waste yang terjadi di area produksi. Dengan membuktikan analisis hasil simulasi dengan menggunakan value stream mapping dan cost-time profile kondisi perbaikan. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa dengan penerapan metode kerja baru dan pengurangan jumlah operator terjadi penurunan direct cist sebesar 1,7% per hari.
Kata kunci : cost time profile, lean production, value stream analysis tools, value stream mapping, simulation.
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dalam persaingan yang demikian ketat, setiap unit usaha dituntut untuk dapat menerapkan prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas hampir di segala bidang untuk dapat menghasilkan produk dengan mutu yang baik disertai dengan biaya yang murah. Dengan kondisi dan tuntutan fungsi seperti yang telah digambarkan di atas, maka suatu perusahaan seharusnya tidak hanya melakukan sekali perbaikan atas kekurangan yang terjadi pada unit usahanya saja tetapi juga melakukan continous improvement agar dapat tetap survive dalam persaingan bebas yang terjadi.
Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menerapkan konsep
lean production pada perusahaan, tidak hanya di area produksi saja tetapi juga terintegrasi dengan departemen atau bidang kerja yang lainnya. Lean yang berarti suatu usaha oleh seluruh elemen perusahaan untuk bersama-sama mengeliminasi
waste merupakan salah satu tools yang dapat digunakan untuk mencapai
competitive advantage perusahaan seoptimal mungkin.
Beberapa tahun terakhir ini, konsep lean sudah mulai mendapatkan respon yang positif dari berbagai jenis usaha, dimana tidak hanya usaha yang bergerak dibidang manufaktur saja tetapi jasa juga dan lain - lain. Hal ini membuktikan bahwa lean masih relevan untuk diterapkan saat ini. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa lean production dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas serta responsiveness perusahaan menjadi tinggi. Akan tetapi, penerapan
(15)
konsep lean production pada perusahaan masih belum diimbangi dengan perhitungan pembiayaan (investasi usaha) yang sesuai.
PT. Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo merupakan perusahaan yang memproduksi box berbagai ukuran. Permasalahan perusahaan ini adalah banyak
waste yang terjadi di area pemotongan material produk. Dengan adanya waste,
kegiatan produksi belum dikatakan maksimal, maka diharapkan waste - waste
tersebut dapat dihilangkan dan mereduksi biaya produksi.
Dengan kata lain, horizon waktu yang selama ini memiliki pengaruh besar terhadap biaya (investasi) tidak dipertimbangkan dalam perhitungan continous improvement yang dilakukan. Sedangkan dengan menggunakan value stream mapping hanya akan menggambarkan konsumsi waktu dan proses operasi yang terjadi dalam proses manufaktur pembuatan sebuah produk, tanpa melibatkan biaya. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan menggunakan cost-time profile (CTP) dengan harapan dapat mengurangi waste pada lintasan produksi sehingga menghasilkan direct cost yang minimum.
Dengan pendekatan lean, aliran informasi dan material dari perusahaan tersebut dapat digambarkan dengan value stream mapping. Sehingga dengan gambaran tersebut dapat diketahui waste yang ada. Dengan gambaran tersebut dapat diupayakan suatu rencana perbaikan. Rencana perbaikan ini digambarkan dalam future state mapping yang kemudian disimulasikan untuk mendapatkan alternatif rekomendasi yang optimal. Penggunaan pendekatan simulasi tersebut kemungkinan trial dan error untuk analisa rekomendasi perbaikan dapat diminimalkan selain itu juga dengan simulasi.
(16)
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah
”Bagaimana melakukan identifikasi waste sehingga menghasilkan direct cost
yang minimum serta membuat model simulasi dalam usaha menunjang analisis rekomendasi perbaikan?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mengeliminasi waste yang paling potensial terjadi pada lantai produksi.
2. Mengurangi kegiatan waiting sehingga menghasilkan direct cost yang minimum.
3. Menentukan skenario terbaik agar dapat menghasilkan waktu produksi yang minimal dengan menggunakan simulasi.
1.4. Batasan Masalah
Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Waste yang diteliti adalah 9 tipe waste (Environmental, Health, and Safety,
Defect, Overproduction, Waiting, Not Utilizing Employees Knowledge Abilities and skills, Transportation, Inventories, Motion, Excess Processing) yang didefinisikan oleh Gazpers (2007).
2. Penelitian hanya dilakukan untuk produk Box Panel yang paling banyak diminta oleh konsumen dengan tipe PC – 04 dan PC – 06.
(17)
1.5. Asumsi – asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Biaya produksi yang digunakan diwakili oleh biaya tenaga kerja. 2. Indeks suku bunga yang digunakan sebesar 7,5 % / tahun.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian tugas akhir ini baik bagi peneliti maupun bagi perusahaan antara lain meliputi :
1. Pihak perusahaan dapat mengetahui tentang waste dan penyebabnya yang terjadi di area produksi, sehingga diketahui pula kerugian yang ditimbulkan. 2. Bagi peneliti dapat memberikan rekomendasi perbaikan untuk pengurangan
waste tersebut dan memberikan informasi mengenai reduksi biaya
manufaktur akibat dilakukannya perbaikan tersebut melalui Cost Time Profile.
3. Bagi universitas dapat memberikan informasi mengenai metode lean
production, Cost Time Profile, dan menambah koleksi perpustakaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
1.7. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan mengenal latar belakang serta permasalahan yang akan diteliti dan dibahas. Juga diuraikan tentang tujuan, manfaat penelitian, serta batasan dan asumsi yang digunakan.
(18)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori dasar yang berkaitan dengan Lean Phylosophy, VALSAT( Value Stream Analysis Tools), dan Cost Time Profile yang dijadikan acuan dalam melakukan langkah-langkah penelitian sehingga permasalahan yang ada dapat dipecahkan serta pembuatan model simulasi dengan mengguanakan ARENA untuk menunjang analisa perbaikan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi urutan langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis mulai dari perumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, studi pustaka, pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan tahapan identifikasi permasalahan yang ada di perusahaan dengan diawali penjelasan tentang proses produksi di PT Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo secara umum, pembuatan current state value stream mapping dan cost-time profile kondisi existing, identifikasi waste
dengan VALSAT, identifikasi penyebab permasalahan dengan Root Cause Analysis (RCA), dan perancangan solusi perbaikan. Selain itu, juga akan dilakukan identifikasi hasil perbaikan dengan pembuatan
future state value stream mapping, cost-time profile dan membuat simulasinya dengan menggunakan ARENA untuk menunjang kondisi perbaikan.
(19)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan ditarik kesimpulan atas analisa dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Kesimpulan ini akan menjawab tujuan penelitian. Selain itu juga berisi saran penelitian sehingga diharapkan dapat dilanjutkan untuk penelitian yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lean Phylosophy
Pada dasarnya konsep lean adalah konsep perampingan atau efisiensi. Konsep ini dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun jasa, karena pada dasarnya konsep efisiensi akan selalu menjadi suatu target yang ingin dicapai
oleh perusahaan. Lean pada awalnya merupakan terminologi yang digunakan
untuk mendeskripsikan pendekatan yang dilakukan di industri otomotif Jepang, yaitu Toyota, untuk membedakannya dengan pendekatan produksi massal yang ada di barat. Variasi dan ketergantungan merupakan hal yang kadang terabaikan
dalam upaya penerapan lean production.Konsep lean yang dikenalkan oleh
Womack et all adalah sebuah usaha pembentukan suatu sistem yang
menggunakan input sesedikit mungkin untuk menciptakan output yang sama,
sesuai dengan konsep ynag diusung oleh Traditional Mass Production System
tetapi memberikan pilihan yang paling banyak kepada pelanggan (Hines et all, 2005). Konsep tersebut juga sering disebut sebagai lean production.
Lean production sangat efektif dan terbukti berhasil untuk menciptakan suatu proses produksi menjadi lebih lancar, efektif, dan efisien dengan model one piece flow, continuous improvement, dan pull production. Sedangkan kamus APICS edisi 10 mendefinisikan lean production sebagai sebuah filosofi dalam sistem produksi yang menitikberatkan pada usaha untuk meminimasi jumlah sumber daya (termasuk waktu) yang digunakan pada aktivitas produksi di sebuah perusahaan tertentu.
(21)
Menurut Womack dan Jones (2003) penerapan dari filsofi lean didasarkan pada 5 prinsip utama yaitu:
1. Define value from the prespective the customer, value didefinisikan oleh end customer, artinya identifikasi terhadap kebutuhan customer dan kemampuan menciptakan nilai dari sudut pandang customer. Hal tersebut merupakan salah satu competitive advantage yang harus dimiliki oleh perusahaan.
2. Identify value stream, setelah kebutuhan customer sudah didapatkan, maka proses identifikasi terhadap value stream menjadi hal yang sangat penting. Dengan valuestream seluruh aktivitas produksi dipahami dan diukur.
3. Continuous flow process, merupakan usaha untuk menghilangkan waste
dengan membuat proses berjalan atau continuous flow process. Konsep dari
Continuous flow process adalah membuat produk pada waktu dibutuhkan mengalir satu – satu dari sati stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya tanpa adanya waktu tunggu.
4. Pull system, merupakan system yang berfokus pada kebutuhan customer
dimana hanya membuat produk sesuai yang dibutuhkan customer dan pada
waktu yang tepat.
5. Strive to perfection, selalu berusaha mencapai kesempurnaan dengan menghilangkan waste secara bertahap dan berkelanjutan.
Sebagian besar lean tools dan tekniknya merupakan suatu konsep teknik industri yang baik yang dapat diterapkan pada perusahaan dengan berbagai kondisi tanpa banyak kesulitan. Bagaimanapun dampak aplikasinya akan terasa,
(22)
framework yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 akan menunjukkan sebuah aliran logis dari penerapan lean improvement.
Gambar 2.1 Struktur utama lean improvement
(http:
Dari struktur utama tersebut, bagian teknik tertentu akan dikembangkan,
sehingga tools tersebut akan memiliki dampak terhadap investasi. Dengan
pengembangan ini, akan mengurangi waktu tunggu, waktu proses, biaya, dana pengiriman material hanya pada waktu dan tempat yang dibutuhkan. Pengembangan tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.2. Pendekatan yang digunakan akan dikelompokkan dalam sebuah “gelombang”, berdasarkan tipe penghematan yang dilakukan.
Gambar 2.2 Pengembangan struktur utama lean
(23)
2.1.1 Macam – Macam Aktivitas
Di dalam proses produksi terdapat tiga tipe operasi yang didefinisikan menurut Monden (Hines&Rich, 2005). Ketiga tipe operasi atau aktivitas yaitu: 1. Non-Value Adding (NVA)
2. Necessary but Non-Value Adding (NNVA) 3. Value Adding (VA)
o Non-Value Adding merupakan aktivitas yang tidak menambah nilai dari
sudut pandang customer. Aktivitas ini merupakan waste dan harus
dikurangi atau dihilangkan. Contoh dari aktivitas ini adalah waiting time, menumpuk work in process, dan double handling.
o Necessary but Non-Value Adding adalah aktivitas yang tidak menambah
nilai akan tetapi penting bagi proses yang ada. Contohnya adalah aktivitas berjalan untuk mengambil parts, unpacking deliveries, dan memindahkan
tool dari satu tangan ke tangan yang lain. Untuk mengurangi atau
menghilangkan aktivitas ini adalah dengan membuat perubahan pada prosedur operasi menjadi lebih sederhana dan mudah, seperti membuat
layout baru, koordinasi dengan supplier dan membuat standar aktivitas.
o Value Adding merupakan aktivitas yang mampu memberikan nilai tambah
di mata customer pada suatu material atau produk yang diproses. Aktivitas untuk memproses raw material atau semi-finished product melalui
penggunaan manual labor. Contohnya adalah proses sub-assembly,
(24)
2.1.2 Jenis – Jenis Wastes
Untuk menciptakan proses produksi yang efektif dan efisien pemahaman terhadap ketiga operasi tersebut sangat penting. Hal utama yang menjadi perhatian adalah Non-Value Adding dan Necessary but Non-Value Adding, artinya sedapat mungkin aktivitas tersebut dikurangi atau dihilangkan. Dalam aktivitas tersebut seringkali menimbulkan waste. Menurut Gazpers (2007) terdapat Sembilan waste
dalam proses produksi yang didefinisikan dengan istilah E-DOWNTIME©
1. E → Environmental, Health, and Safety
, yang dijabarkan sebagai berikut:
2. D → Defect
3. O → Overproduction
4. W → Waiting
5. N → Not Utilizing Employees Knowledge, Skills, and Abilities
6. T → Transportation
7. I → Inventories
8. M→ Motion
9. E→ Excess Processing
o Environmental, Health, and Safety, pemborosan yang terjadi akibat
kelalaian pihak – pihak tertenti dalam perusahaan untuk memahami prosedur EHS yang ada. Dengan sikap seperti ini akan menimbulkan dampak seringnya terjadi kecelakaan kerja. Jika permasalahan kecelakaan tersebut terjadi, maka akan tidak sedikit biaya, waktu, dan tenaga yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mengatasinya. Oleh karena itu, pemborosan dari segi EHS ini sangat penting untuk dapat dilakukan
(25)
tindakan preventif sedini mungkin agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
o Defect, berarti adalah produk yang rusak atau tidak sesuai dengan
spesifikasi, hal ini akan menyebabkan proses rework yang kurang efektif. Tingginya complain dari konsumen, serta inspeksi level yang sangat tinggi.
o Overproduction, pemborosan yang disebabkan produksi yang berlebihan,
maksudnya adalah memproduksi produk yang melebihi yang dibutuhakan atau memproduksi lebih awal dari jadwal yang sudah dibuat. Bentuk dari
overproduction ini antara lain adalah aliran produksi yang tidak lancar, tumpukan WIP yang terlalu banyak, target dan pencapaian hasil produksi dari setiap bagian produksi kurang jelas.
o Waiting, pemborosan karena menunggu untuk proses berikutnya. Waiting
merupakan selang waktu ketika operator tidak menggunakan waktu untuk melakukan value adding activity dikarenakan menunggu aliran produk dari proses sebelumnya (upstream). Waiting ini juga mencakup operator dan mesin seperti kecepatan produksi mesin dalam stasiun kerja lebih cepat atau lambat daripada stasiun yang lainnya.
o Not Utilizing Employees Knowledge, Skills, and Abilities merupakan
suatu kondisi dimana sumber daya yang ada (operator) tidak digunakan secara maksimal, sehingga terjadi pemborosan. Kinerja operator yang tidak maksimal ditujukkan dengan tidak adanya aktivitas yang dilakukan operator (menganggur) atau produktivitas rendah. Selain itu juga bisa diakibatkan penggunaan operator yang tidak tepat untuk suatu pekerjaan
(26)
tertentu. Misalnya pada penempatan karyawan pada posisi tertentu dimana
skill atau riwayat pendidikan yang tidak sesuai dengan bidang kerjanya sehingga di lapangan operator sering melakukan kesalahan kerja.
o Transportation, merupakan kegiatan yang penting akan tetapi tidak
menambah nilai dari suatu produk. Transport merupakan proses
memindahkan material atau Work In Process dari satu stasiun kerja ke satsiun kerja yang lainnya. Baik menggunakan forklift maupun conveyor.
o Inventories, berarti persediaan yang kurang perlu. Maksudnya adalah
persediaan material yang terlalu banyak, Work In Process yang terlalu banyak antara proses satu dengan proses yang lainnya sehingga membutuhkan ruang yang banyak untuk menyimpannya, kemungkinan pemborosan ini adalah buffer yang sangat tinggi.
o Motion, berarti adalah aktivitas atau pergerakan yang kurang perlu yang
dilakukan operator yang tidak menambah nilai dan memperlambat proses sehingga lead time menjadi lama. Proses mencari komponen karena tidak terdeteksi tempat penyimpanannya, gerakan tambahan untuk mengoperasikan suatu mesin. Hal ini juga dapat terjadi dikarenakan layout
produksi yang tidak tepat sehingga sering terjadi pergerakan yang kurang perlu dilakukan oleh operator.
o Excees Process, terjadi ketika metode kerja atau urutan kerja (proses)
yang digunakan dirasa kurang baik dan fleksibel. Hal ini juga dapat terjadi ketika proses yang ada belum standar sehingga kemungkinan produk yang rusak akan tinggi. Selain itu juga ditunjukkan dengan adanya variasi metode yang dikerjakan operator.
(27)
2.1.3 Value Stream Mapping
Menurut Womack dan Jones, value stream adalah semua kegiatan (value added atau non-value added) yang dibutuhkan untuk membuat produk melalui aliran proses produksi utama. Value stream dapat mendeskripsikan kegiatan – kegiatan seperti product design, flow of product, dan flow of information yang mendukung kegiatan – kegiatan tersebut. Value Stream Mapping atau juga sering
dikenal sebagai Big Picture Mapping merupakan alat yang digunakan untuk
menggambarkan system secara keseluruhan dan value stream yang ada di
dalamnya. Alat ini menggambarkan aliran material dan informasi dalam suatu
value stream. Untuk membuat Value Stream Mapping harus diperhatikan simbol – simbol yang digunakan, seperti pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Simbol yang digunakan dalam VSM
(28)
Untuk membuat Value Stream Mapping terdapat empat tahapan yaitu:
1. Mengidentifikasi famili produk dan menentukan famili produk yang akan
diamati.
2. Membuat current state map untuk famili produk yang diamati.
3. Mengembangkan future state map, yaitu kondisi yang diinginkan berdasar kondisi existing dalam usaha pengurangan waste.
4. Mengembangkan rencana langkah kerja untuk menciptakan “value” yang
direncanakan guna mencapai future state map.
2.1.3.1 Current State Value Stream Mapping
Pembuatan current state value stream mapping merupakan dasar yang
paling utama dalam lean production karena dengan map ini waste – waste yang terjadi dapat diketahui yang mana akan dijadikan dasar dalam analisa dan recana perbaikannya. Untuk menggambarkan current state value stream mapping perlu dipahami beberapa hal yaitu:
1. Identifikasi dan pemahaman kebutuhan customer.
2. Pemahaman terhadap aliran fisik produksi beserta detil – detilnya, meliputi detil proses, setil data – data yang berkaitan dengan proses, data box, dan
inventory.
3. Gambarkan aliran material dengan memulai dari end customer (backward). 4. Gambarkan aliran informasi dan tentukan pull dan push system-nya.
(29)
2.1.3.2 Future State Value Stream Mapping
Untuk menggambarkan future state value stream mapping yang harus
dilakukan adalah dengan melakukan analisa terhadap current state value stream mapping, berkaitan dengan itu Rother dan Shook memberikan langkah – langkahnya yaitu:
1. Perhitungan TAKT time berdasarkan demand dan waktu kerja yang tersedia.
2. Kembangkan continuous flow jika memungkinkan.
3. Menggunakan supermartket jika continuous flow tidak dapat diterapkan.
4. Mencoba menerapkan penjadwalan hanya untuk satu proses produksi.
5. Menciptakan “initial pull”.
6. Mencoba mengembangkan kemampuan untuk memproduksi “every part
every day” di dalam proses sebelum proses pacemaker.
2.1.3.3 Big Picture Mapping
Big Picture Mapping adalah suatu tool yang digunakan untuk
menggambarkan suatu sistem secara keseluruhan beserta aliran nilai (Value
Stream) yang terdapat dalam perusahaan. Sehingga nantinya diperoleh gambaran mengenai aliran informasi dan aliran fisik dari sistem yang ada, mengidentifikasi
dimana terjadinya waste, serta mnggambarkan lead time yang dibutuhkan
berdasar dari masing-masing karakteristik proses yang terjadi. Peta ini tentunya dibuat untuk suatu produk atau pelanggan tertentu yang sudah diidentifikasikan pada tahap sebelumnya.
(30)
Untuk melakukan pemetaan terhadap aliran informasi dan material atau produk secara fisik, kita dapat menerapkan big picture mapping dengan 5 fase:
1. Phase 1 : Customer requirements
Menggambarkan kebutuhan konsumen. Mengidentifikasi jenis dan jumlah produk yang diinginkan customer, timing, munculnya kebutuhan akan produk tersebut, kapasitas dan frekuensi pengirimannya, packaging serta jumlah persediaan yang disimpan untuk keperluan customer.
2. Phase 2 : Information flows
Menggambarkan aliran informasi dari konsumen ke supplier yang berisi
antara lain: peramalan dan informasi pembatalan supply oleh customer, orang atau departemen yang memberi informasi ke perusahaan, berapa lama informasi muncul sampai diproses, informasi apa yang disampaikan kepada
supplier serta pesanan yang disyaratkan. 3. Phase 3 : Physical flows
Menggambarkan aliran fisik yang dapat berupa : langkah-langkah utama aliran material dan aliran produk dalam perusahaan, waktu yang dibutuhkan, waktu penyelesaian tiap-tiap operasi, berapa banyak orang yang bekerja
disetiap workplace, berapa lama waktu berpindah yang dibutuhkan untuk
berpindah dari satu workplace ke workplace yang lain, berapa jam per hari tiap workplace beroperasi, titik bottleneck yang terjadi dan lain-lain.
4. Phase 4 : Linking physical and information flows
Menghubungkan aliran informasi dan aliran fisik dengan anak panah yang dapat memberi informasi jadwal yang digunakan, instruksi kerja yang
(31)
dihasilkan, dari dan untuk siapa informasi dan instruksi dikirim, kapan dan dimana biasanya terjadi masalah dalam aliran fisik.
5. Phase 5 : Complete map
Melengkapi peta atau gambar aliran informasi dan aliran fisik dilakukan dengan menambahkan lead time dan value adding time dari keseluruhan proses dibawah gambar aliran yang dibuat.
Simbol-simbol yang digunakan dalam Big Picture Mapping adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4 Simbol-simbol Big Picture Mapping
(http:/lean.org)
2.1.4 Value Stream Analysis Tools (VALSAT)
VALSAT merupakan tool yang dikembangkan oleh Hines&Rich (2005)
untuk mempermudah pemahaman terhadap value stream mapping yang ada dan
untuk mempermudah membuat perbaikan berkenaan dengan waste yang terdapat
dalam value stream. VALSAT merupakan sebuah pendekatan yang digunakan
dengan melakukan pembobotan waste, kemudian dari pembobotan tersebut
dilakukan pemilihan terhadap tool dengan menggunakan matrik. Untuk lebih
Jadwal mingguan customer I
Q
Supplier / Customer Titik Persediaan Kotak Informasi Aliran Informasi Aliran Fisik
Aliran fisik antar
Perusahaan Kotak Waktu Titik Inspeksi Stasiun Kerja DenganWaktu
Aliran Informasi Elektronik 2 jam mixing 2 jam 20 1.5 jam 0.5 0.75 jam
Total production Lead Time = 22.75 jam Value Adding Time (lower line) = 2.25 jam
3 shift CT = 45 sec
6 orang 2% scrap
Kotak Rework Kotak proses
(32)
jelasnya berikut detil dari ketujuh tool yang dikemukakan oleh Hines&Rich (2005) dalam VALSAT:
1. Proses Activity Mapping
Pada dasarnya tool ini digunakan untuk me-record seluruh aktivitas dari suatu proses dan berusaha untuk mengurangi aktivitas yang kurang penting,
menyederhanakannya, sehingga dapat mengurangi waste. Dalam tool ini
aktivitas dikategorikan dalam beberapa kategori seperti: operation, transport, inspection, dan storage. Selain aktivitas, tool ini juga me-record mesin dan area yang digunakan dalam operasi, serta jarak perpindahan, waktu yang dibutuhkan , dan jumlah operator. Dalam proses penggunaan tool tersebut peneliti harus memahami dan melakukan studi berkaitan dengan aliran proses, selalu berpikir untuk mengidentifikasi waste, berpikir untuk tentang aliran proses yang sederhana, efektif dan smooth dimana hal tersebut dapat dilakukan dengan mengubah urutan proses atau process rearrangement (Hines&Rich, 2005).
2. Supply Chain Response Matrix
Tool ini meruoaka sebuah diagram sederhana yang berusaha menggambarkan
the critical lead time constraint untuk setiap bagian proses dalam supply chain, yaitu cumulative lead time di dalam distribusi sebuah perusahaan baik
supplier-nya dan downstream retailer-nya. Diagram ini terdapat dua axis
dimana untuk vertical axis menggambarkan rata – rata jumlah inventory (hari)
dalam setiap bagian supply chain. Sedangkan untuk horizontal axis
(33)
3. Production Variety Funnel
Teknik pemetaan secara visual dengan cara melakukan plot pada sejumlah produk yang dihasilkan dalam setiap tahap proses manufaktur. Teknik ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi titik mana sebuah produk generic diproses
menjadi beberapa produk yang spesifik, dapat menunjukkan area bottleneck
pada desain proses.
4. Quality Filter Mapping
Quality filter mapping merupakan tool untuk mengidentifikasidimana terdapat problem kualitas. Hasil dari pendekatan ini menunjukkan dimana tiga tipe
defect terjadi. Ketiga tipe defect tersebut adalah product defect (cacat fisik produk yang lolos ke customer), service defect (permasalahan yang dirasakan
customer berkaitan dengan cacat kualitas pelayanan), dan internal defect (cacat masih berada dalam internal perusahaan, sehinggaberhasil diseleksi dalam tahap inspeksi). Ketiga tipe defect tersebut digambarkan secara latotudinaly
sepanjang supply chain. 5. Demand Amplification Mapping
Merupakan diagram yang menggambarkan bagaimana demad berubah – ubah
sepanjang jalur supply chain dalam interval waktu tertentu. Informasi yang dihasilkan oleh diagram ini merupakan dasar untuk mengatur fluktuasi dan
menguranginya., membuat keputusan berkaitan dengan value stream
configuration. Dalam diagram ini vertival axis menggambarkan jumlah
demand dan horizontal axis menggambarkan interval waktu, grafik didapatkan untuk setiap chain dari supplychain configuration yang ada.
(34)
6. Decision Point Analysis
Merupakan tool yang digunakan untuk menentukan titik dimana actual demand
dilakukan dengan system pull sebagai dasar untuk membuat peramalan pada sistem push pada supply chain atau dengan kata lain titik batas dimana produk dibuat berdasarkan actual demand dan setelah titik ini selanjutnya produk harus dibuat dengan melakukan peramalan. Dengan tool ini dapat diukur kemampuan dari porses upstream dan downstream berdasarkan titik tersebut, sehingga dapat ditentukan filosofi pull atau push yang sesuai. Selain itu juga dapat digunakan sebagai scenario apabila titiktersebut digeser dalam sebuah value stream mapping.
7. Physical Structure Mapping
Tool ini digunakan untuk memahami kondisi dan fungsi – fungsi bagian – bagian dari supply chain untuk berbagai level industri. Dengan pemahaman tersebut dapat dimengerti kondisi industri tersebut, bagaimana beroperasi dan dapat memberikan perhatian pada level area yang kurang diperhatikan. Untuk level yang lebih kecil tool ini dapat menggambarkan inbound supply chain di lantai produksi. Pemahaman terdapat fungsi – fungsi di dalam inbound supply chain tersebut dan memberikan pemahaman berkaitan dengan inefisiensi bagian produksi.
2.1.4.1 Penggunaan VALSAT
Dari ketujuh tool tersebut akan digunakan dalam usaha untuk memahami kondisiyang terjadi di lantai produksi. Penggunaan tool tersebut dilakukan dengan melakukan pemilihan dengan menggunakan matrik. Untuk langkah pertama dan
(35)
penting dalam pemilihan tool yang sesuai denga kondisi yang bersangkutan adalah melakukan pembobotan waste. Pembobotan ini merupakan hal yang sangat
penting sekali menurut Hines&Rich (2005) karena dengan pembobotan waste
yang sempurna maka tool yang digunakan juga tepat sehingga mudah dalam
melakukan usulan perbaikan. Kemudian dilakukan pemilihan dengan menggunakan matrik. Matrik ini dikemukakan oleh Hines&Rich (2005) dalam program LEAP.
Gambar 2.5 Matriks VALSAT
(http:/lean.org)
Dimana:
Kolom A : Berisi 9 waste dalam perusahaan.
Kolom B : Berisi 7 tool pada value stream mapping (Process activity mapping,
Supply chain response matrix, Production variety funnel, Quality filter mapping, Demand amplification mapping, Decision point analysis dan Physical structure mapping).
(36)
Kolom D : Bobot dari 9 waste.
Kolom E : Berisi pembobotan dari masing-masing waste yang didapat dari
kuesioner yang diisi oleh manajer dan supervisor terkait.
Sedangkan untuk bagian F diisi dengan melakukan perkalian antar bobot
waste dengan nilai korelasi antar waste dengan masing – masing tools. Dimana korelasi setiap waste terdapat korelasi high dengan nilai Sembilan (9), medium
dengan nilai tiga (3), dan low dengan nilai satu (1). Nilai korelasi yang dibuat oleh Hines&Rich (2005) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel korelasi waste terhadap tools
(http:/lean.org)
2.2 Stopwatch Time Study
Stopwatch time study merupakan metode pengukuran waktu kerja dengan menggunakan jarum henti dan dilakukan secara pengamatan langsung di lapangan. Metode ini sangat cocok sekali untuk kegiatan yang repetitif. Hasil dari pengukuran ini berupa waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu itu akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan
(37)
bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama dan output standar (Sritomo Wignjoesoebroto, 2000). Pelaksanaan pengukuran kerja secara sistematis adalah sebagai berikut:
1. Persiapan berkaitan dengan maksud dan tujuan pengukuran.
2. Pembagian siklus kerja menjadi elemen kerja, dengan memperhatikan
kemungkinan pengukurannya.
3. Pengamatan dan pengukuran di lapangan. 4. Uji kenormalan, keseragaman, dan kecukupan. 5. Perhitungan waktu normal, waktu standard.
o Waktu Normal
Waktu Normal (Wn) = waktu rata–rata performance rating
o Waktu Baku
2.2.1 Skill dan Effort Rating
Charles E. Bedaux memperkenalkan suatu sistem untuk pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja. Sistem ini berdasarkan pengukuran kerja dan waktu baku yang dinyatakan dengan angka ”Bs”. Prosedur pengukuran kerja yang dibuat meliputi kecakapan (skill) dan usaha yang ditunjukkan operator pada saat
bekerja, disamping juga mempertimbangkan kelonggaran (allowances) waktu
lainnya. Di sini angka 60 Bs ditetapkan sebagai performance standard yang harus dicapai oleh operator dengan kecepatan normal untuk per jamnya dan pemberian insentif dilakukan pada tempo kerja rata – rata sekitar 70 sampai 85 Bs per jam.
(38)
2.2.2 Westing House System’s Rating
Westing House Company (1927) juga ikut memperkenalkan sistem yang dianggap lebih lengkap dibandingkan dengan sistem yang ada sebelumnya. Di sini selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang dinyatakan oleh Charles E.
Bedaux sebagai factor yang mempengaruhi performance manusia, maka Westing
House menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition) dan
consistency dari operator di dalam melakukan kerja. Tabel dari performance rating tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Performance Rating dengan Sistem Westing House
(39)
Untuk ini Westing House telah berhasil membuat tabel performancerating
yang berisikan nilai – nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing – masing faktor. Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini dilakukan dengan jalan mengalikan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan jumlah ke empat rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance
yang ditunjukkan oleh operator (Sritomo Wignjoesoebroto, 2000).
2.3 Cost Time Profile
CTP merupakan sebuah grafik yang menggambarkan akumulasi biaya yang telah dikeluarkan selama proses manufaktur sebuah produk pada setiap unit waktu selama proses tersebut. Cara penggambaran ini mengikutsertakan
penggunaan sumber daya (resources) sepanjang waktu, diawali dari proses
produksi dijalankan sampai dengan perusahaan memperoleh ganti dari sumber daya yang telah diinvestasikan tersebut melalui penjualan produk. Gambar cost-time profile seperti pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Cost-time profile
(40)
Wilayah (area) di bawah CTP disebut dengan CTI (cost time investment) karena daerah tersebut menggambarkan berapa banyak uang yang telah dilibatkan dalam proses manufaktur dan untuk berapa lama uang tersebut akan kembali dari penjualan. Kemudian akan dikenal hubungan antara investasi tersebut karena CTI
melibatkan dua komponen utama dalam keuangan (financial) yaitu uang dan
waktu.
Menurut Rivera&Chen (2007) grafik CTP memiliki beberapa elemen berbeda sebagai berikut:
1. Aktivitas. Ada dua asumsi berkenaan dengan aktivitas, yang pertama adalah bahwa biaya yang diakibatkan oleh aktivitas (kecuali untuk material) dikeluarkan secara kontinu, mulai daari awal aktivitas sampai dengan berakhir. Asumsi kedua adalah berkaitan dengan penggunaan material (bahan baku), bahan baku harus siap untuk digunakan sebelum proses tersebut dimulai, selanjutnya diasumsikan juga bahwa bahan baku dikeluarkan sebelum aktivitas tersebut dimulai (lebih jelasnya pada poin selanjutnya). Aktivitas digambarkan digambarkan dengan garis miring.
2. Material (bahan baku). Bahan baku digambarkan pada CTP dengan garis vertikal. Alasannya adalah karena bahan baku diterima pada saat itu juga dan biayanya ditambahkan pada harga produk. Bahan baku harus sudah siap sebelum aktivitas dimulai, tapi bahan baku hanya bisa dikeluarkan pada proses (dan menambah biaya) hanya pada saat dibutuhkan (just in time) atau pada saat awal proses (semua bahan baku yang dibutuhkan untuk produk dikeluarkan bersamaan dengan sebelum dimulainya aktivitas pertama). Sekali bahan baku dikeluarkan pada proses dan menambah harga produk, maka akan menjadi
(41)
bagian dari akumulasi biaya karena biaya tersebut tidak dapat digantikan sampai dengan produk terjual.
3. Menunggu. Ini adalah suatu keadaan pada proses dimana tidak ada aktivitas yang terjadi. Asumsi dasar yang digunakan adalah ketika sebuah produk menunggu, maka tidak ada akumulasi biaya yang terjadi. Meskipun asumsi ini mungkin dapat dengan mudah diganti, harus diingat bahwa CTP hanya berfokus pada biaya langsung, bukan biaya overhead. Menunggu akan digambarkan pada grafik dengan garis horizontal (slope 0). Bagaimanapun menunggu sangat penting untuk digambarkan karena berpengaruh sebagai non-value-adding time pada proses manufaktur. Menunggu akan mempengaruhi elemen waktu, yaitu akan memperpanjang waktu dari investasi produk sebelum biaya digantikan dari hasil penjualan.
4. Total cost. Biaya total merupakan penambahan dari semua biaya langsung yang terlibat dalam proses manufaktur produk, tanpa mempertimbangkan efek CTI dan nilai mata uang. Total cost merupakan tinggi grafik pada saat siklus berakhir dan biaya akan digantikan melalui penjualan.
5. CTI. Merupakan daerah di bawah CTP profile yang menggambarkan berapa banyak dan berapa lama biaya akan terakumulasi selama proses manufaktur. Ini merupakan komposisi yang terdiri dari faktor waktu dan biaya. CTI memiliki implikasi pada biaya langsung dari produk dan anggaran modal kerja perusahaan yang akan dibahas selanjutnya.
(42)
6. Biaya langsung. Karena CTI merupakan investasi aktual, biaya ini dapat ditetapkan dengan mengalikan dengan bunga yang tepat (IRR). Biaya langsung merupakan biaya total ditambahkan dengan biaya investasi dengan rumusan sebagai berikut :
Direct cost = total cost + (cost-time investment * cost of money rate)
2.3.1 Membangun CTP
Untuk membentuk sebuah CTP, harus diketahui beberapa hal. Yang pertama adalah bahwa harus diketahui kapan setiap elemen dari CTP terjadi (aktivitas, menunggu, dan pengeluaran bahan baku). Juga dibutuhkan untuk mengetahui berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk setiap proses (elemen). Dengan dua poin tersebut kita dapat menentukan berapa banyak uang yang harus dikeluarkan sebagai biaya dalam setiap unit waktu pada proses. Akhirnya, akan didapatkan biaya dan membentuk CTP dengan akumulasi biaya untuk setiap satuan waktu, dan menyajikan informasi tersebut dalam bentuk grafik. Area di bawah kurva menggambarkan CTI.
1. Kapan elemen-elemen CTP terjadi?
Perusahaan harus memiliki sebuah peta yang berisi proses produksi, secara spesifik aktivitas apa saja, pelepasan bahan baku, dan menunggu terjadi. Jika tidak tersedia, maka menjadi sangat penting untuk mendokumentasikan proses tersebut, atau dilakukan dengan menyusun sebuah VSM. Pada poin ini, perusahaan tidak perlu menjamin CTI terbaik yang bisa tercapai. Setelah tahap ini selesai, kita harus memiliki jadwal terencana yang menunjukkan kapan elemen pada CTP terjadi.
(43)
Dalam aplikasinya, perusahaan bisa menyusun sebuah aliran proses produksi yang sebelumnya disusun dalam project network information seperti pada Tabel 2.3 dan digambarkan pada project network seperti pada Gambar 2.7 sebagai berikut.
Tabel 2.3 Project Network Information
Gambar 2.7 Simple Project Network
(Journal of ICIEOM;Duque, Cadavid, Chen; 2007)
2. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk setiap elemen CTP?
o Pelepasan bahan baku: biaya untuk pelepasan material merupakan
keseluruhan dari perusahaan.
o Aktivitas: biaya aktivitas termasuk biaya operator dan sumber daya yang
digunakan untuk menjalankan aktivitas tersebut. Biaya per unit waktu untuk operator dan sumber daya harus diketahui dari perusahaan dan ditentukan berdasarkan metode yang dipilih perusahaan. Sekali lagi, biaya overhead tidak termasuk dalam perhitungan ini.
(44)
o Menunggu: menunggu tidak menambah biaya dalam akumulasi biaya.
Akan tetapi, memiliki efek pada CTI karena memperluas area di bawah
kurva CTP, menunda pengembalian biaya melalui penjualan, kemudian
membuat CTI menjadi lebih besar. Selain itu,aktivitas ini akan meningkatkan biaya langsung dari produk.
o Biaya-biaya dari setiap aktivitas pada tiga poin sebelumnya akan
digambarkan dalam Gantt Chart beserta detail waktu prosesnya seperti pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Gantt Chart
(Journal of ICIEOM;Duque, Cadavid, Chen; 2007)
3. Berapa banyak akumulasi biaya pada setiap unit waktu?
Pada tahap 1 kita akan menentukan kapan elemen CTP terjadi, dan pada tahap 2 akan ditemukan berapa besar biaya elemen tersebut. Mengkombinasikan dua macam data tersebut dapat dihitung berapa banyak biaya yang ditambahkan pada setiap unit waktu. Untuk tujuan ini, akan ditentukan unit waktu sebagai elemen langsung. Kemudian akumulasi biaya untuk setiap unit waktu digambarkan dalam bentuk grafik, kemudian terbentuklah CTP. CTI ditentukan dengan menambah akumulasi biaya pada setiap unit waktu dari semua durasi siklus manufaktur produk.
(45)
Dari Gantt Chart yang telah disusun dihitung akumulasi biaya yang terjadi dan dibentuk cost-time profile dari project tersebut seperti pada Tabel 2.4 dan Gambar 2.9.
Tabel 2.4 Akumulasi Biaya dari Setiap Unit Waktu
(Journal of ICIEOM;Duque, Cadavid, Chen; 2007)
Gambar 2.9 Project’s Cost Time Profile
(Journal of ICIEOM;Duque, Cadavid, Chen; 2007)
2.4. Dasar - Dasar Simulasi 2.4.1. Konsep Dasar Simulasi
Menurut Oxford American Dictionary , simulasi adalah sebuah cara yang digunakan untuk reproduce atau meniru dari kondisi sebuah situasi sistem sebagai sebuah model yang digunakan sebagai pembelanjaran, tes, maupun training. Atau menurut Harell et al (2003), simulasi sebagai suatu cara untuk menghasilkan kondisi dari situasi dengan model untuk studi untuk menguji atau training.
(46)
Pengertian umum tentang simulasi adalah suatu metodologi untuk melaksanakan suatu percobaan dengan menggunakan model dari suatu sistem nyata. Sedangkan ide dasarnya adalah menggunakan beberapa perangkat untuk meniru sistem nyata guna mempelajari serta memahami sifat-sifat, tingkah laku (perangai) dari sistem nyata untuk maksud perancangan sistem atau perubahan tingkah laku (perangai) sistem.
Telah lama metode simulasi digunakan dalam membantu memecahkan persoalan-persoalan dalam berbagai bidang kehidupan. Pada ilmu murni, simulasi sering digunakan dalam mengestimasikan luas area suatu kurva, studi perpindahan partikel, invers matriks dan lain sebagainya. Selain itu simulasi juga digunakan secara luas pada permasalahan-permasalahan dunia industri, pengembangan pedesaan, sistem informasi pelabuhan udara, strategi militer, strategi pasar dan masih banyak lagi yang lainnya
Simulasi adalah proses merancang model dari suatu sistem yang sebenarnya, mengadakan percobaan – percobaan terhadap model tersebut dan mengevaluasi hasil percobaan tersebut. Jadi simulasi merupakan metode penelitian yang eksperimental.
Tujuan dalam pembuatan simulasi antara lain:
Memahami perilaku system
Membuat teori-teori atau hipotesa tentang sistem amatan
Menggunakan teori-teori atau hipotesa tersebut untuk memperkirakan perilaku sistem yang akan datang.
(47)
2.4.2 Sistem
Menurut Harell et al (2003), sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari berbagai elemen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari definisi tersebut terdapat tiga point utama yaitu: sistem terdiri dari banyak elemen, elemen tersebut saling berhubungan dan bekerja sama, sistem mempunyai tujuan yang akan dicapai. Dalam sistem, simulasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Gambar 2.10 Klasifikasi Model Simulasi
(“Sistem Simulasi Industri”, Sumiati, 2008.)
2.4.3 Langkah – Langkah Dalam Proses Simulasi
Semua simulasi yang baik memerlukan perencanaan dan organisasi yang baik. Pada umumnya terdapat 5 langkah pokok yang diperlukan dalam menggunakan simulasi (P. Siagian, 1987 ) yaitu :
1. Tentukan sistem atau persoalan yang hendak disimulasi .
SISTEM
Eksperimen Dengan Sistem Sebenarnya
Eksperimen dengan menggunakan model sistem
Model Fisik Model Matematik
(48)
Ini mencakup penentuan : - lingkungan - tujuan - karakteristik
2. Kembangkan model simulasi yang hendak digunakan.
3. Ujilah model dan bandingkan tingkah lakunya dengan tingkah laku dari sistem nyata, kemudian berlakukanlah model simulasi ini.
4. Rancang percobaan – percobaan simulasi. 5. Jalankan simulasi dan analisis data.
2.4.4 Model
Menurut Harell et al (2003), terdapat beberapa pengertian dan tujuan dari pembuatan model, yaitu:
o Model adalah representasi dari kenyataan yang disederhanakan. Model
simulasi merupakan hasil dari pengubahan dari konsep model kondisi real.
o Eksperimen yang dilakukan pada sistem secara langsung akan membutuhkan
biaya dan usaha yang cukup besar.
o Waktu yang digunakan untuk percobaan pada model jauh lebih singkat
dibandingkan dengan pecobaan pada sistem scara langsung.
o Dalam uji coba mengunakan model, resiko yang dihadapi akan lebih aman
daripada uji coba langsung pada sistem sebenarnya.
o Model dari sistem dapat digunakan untuk menjelaskan, memahami dan
memperbaiki sistem tersebut.
(49)
Model – model simulasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa penggolongan, antara lain :
1. Model Simulasi Stokhastik
Model ini kadang – kadang juga disebut sebagai model simulasi Monte Carlo. Istilah Monte Carlo dalam simulasi mulai diperkenalkan oleh Compte de Buffon pada tahun 1977 dan pemakaiannya pada sistem nyata dimulai selama perang dunia II, dipakai untuk merancang pelindung nuklir yang ditembus oleh neutron pada berbagai material. Masalah ini sulit dipecahkan dengan analitik dan rumus pula untuk eksperimen langsung, sehingga dipakailah bilangan random untuk memecahkannya. Teknik ini dinamakan Monte Carlo karena dasarnya sama seperti permainan judi. Sedangkan Monte carlo adalah kota judi terbesar di dunia. Di dalam proses stokhastik sifat – sifat keluaran ( output ) dari proses ditentukan berdasarkan dan merupakan hasil dari konsep random ( acak ).
2. Model Simulasi Deterministik
Pada model ini tidak diperhatikan unsur random, sehingga pemecahan masalahnya menjadi lebih sederhana. Contoh aplikasi dari model ini adalah dalam dispatching, line balancing, sequence dan plant layaout.
3. Model Simulasi Dinamik dan Statik
Model simulasi yang dinamik adalah model yang memperhatikan perubahan – perubahan nilai dari variabel – variabel yang ada kalau terjadi pada waktu yang berbeda. Tetapi model statik tidak memperhatikan perubahan. Perubahan ini, contoh dari model simulasi yang statik adalah line balancing dan plant layout.
(50)
4. Model Simulasi Heuristik
Model yang heuristik adalah model yang dilakukan dengan cara coba – coba, kalau dilandasi suatu teori masih bersifat ringan, langkah perubahannya dilakukan berulang – ulang dan pemilihan langkahnya bebas, sampai diperoleh hasil yang lebih baik, tetapi belum tentu optimal.Model stokhastik adalah kebalikan dari model deterministik, dan model statik kebalikan dari model dinamik.
2.4.5 Antrian
Antrian terjadi apabila terjadi suatu event dimana kedatangan entities
pada suatu sistem, dimana sistem tersebut sedang masihmemproses entity
sebelumnya. Dalam konsep antrian terdapat beberapa istilah yang harus dipahami, yaitu waktu tunggu dan waktu antar kedatangan.
Antrian adalah suatu kejadian yang biasa dalam kehidupan sehari–hari. Studi tentang antrian bukan merupakan hal yang baru. Antrian timbul disebabkan oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau fasilitas layanan, sehingga pengguna fasilitas yang tiba tidak bisa segera mendapat layanan disebabkan kesibukan layanan.
Pada banyak hal, tambahan fasilitas pelayanan dapat diberikan untuk mengurangi antrian atau untuk mencegah timbulnya antrian. Akan tetapi biaya karena memberikan pelayanan tambahan, akan menimbulkan pengurangan keuntungan mungkin sampai di bawah tingkat yang dapat diterima. Sebaliknya, sering timbulnya antrian yang panjang akan mengakibatkan hilangnya pelanggan / nasabah.
(51)
Salah satu model yang sangat berkembang sekarang ini ialah model matematika. Umumnya, solusi untuk model matematika dapat dijabarkan berdasarkan dua macam prosedur, yaitu : analitis dan simulasi. Pada model simulasi, solusi tidak dijabarkan secara deduktif.
Sebaliknya, model dicoba terhadap harga – harga khusus variabel jawab berdasarkan syarat– syarat tertentu (sudah diperhitungkan terlebih dahulu), kemudian diselidiki pengaruhnya terhadap variabel kriteria. Karena itu, model simulasi pada hakikatnya mempunyai sifat induktif. Misalnya dalam persoalan antrian, dapat dicoba pengaruh bermacam – macam bentuk sistem pembayaran sehingga diperoleh solusi untuk situasi atau syarat pertibaan yang mana pun.
2.4.6 Matrik Performansi Sistem
Matrik adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui performansi dari suatu sistem Harell et al (2003). Metrik ini akan dijadikan dasar evaluasi terhadap sistem yang dipelajari. Matrik yang digunakan dalam simulasi biasanya adalah
flow time, yaitu waktu rata-rata yang digunakan sistem untuk memproses satu item
atau customer. Utilisasi, merupakan nilai yang menunjukan nilai yang
menunjukan presentasi dari operator, peralatan dan resource lainnya dalam
keadaan produktif.
Value added time adalah waktu yang digunakan untuk sebuah item
mendapatkan nilai tambah, nilai yang harus dibayar customer. Waiting time
adalah waktu tunggu dari suatu item, dari item tersebut datang sampai saat akan diproses. Inventory level adalah jumlah item yang melalui sistem dalam setiap satuan waktu.
(52)
2.4.7 Simulasi ARENA
Merupakan proses mendesain dan membuat model terkomputerisasi untuk
real system atau pebaikan real system untuk memberikan pemahaman terhadap perilaku sistem. Adapun dasar – dasar dari software ARENA antara lain:
• Entity
Merupakan item yang diproses dalam suatu system.
• Variabel
Dalah karakteristik dari suatu system. Dalam ARENA terdapat dua variable yaitu build in dan user defined.Build in variable contohnya adalah waktu antri, jumlah resource yang sibuk dll. User defined merupakan variabel tambahan yang dibuat oleh user seperti waktu kerja.
• Atribut
Merupakan karakteristik yang melekat pada suatu entities yang membedakan dengan entities yang lainnya.
• Resource
Resource merupakan sesuatu dimana aktivitas untuk entity dilakukan. Resource
dapat berupa operator, mesin dan peralatan yang lainnya.
• Queue
Ketika entity tidak dapat dipindahkan, karena resource sedang memproses
entity yang lainnya sehingga membutuhkan tempat, ini merupakan tujuan dari antrian.
• Statistical accumulators
(53)
• Events
Sesuatu yang terjadi ketika simulasi dijalankan yang mengakibatkan terjadi perubahan atribut, variabel dan statistical accumulators. Events ada tiga yaitu:
Arrival, Departure and The End.
2.5 Verifikasi dan Validasi
Verifikasi merupakan proses untuk meyakinkan bahwa implementasi
komputer dari sebuah model adalah bebas error. Verifikasi model merupakan
proses untuk menentukan bahwa model konseptual telah menggambarkan real
system. Sedangkan validasi merupakan proses untuk meyakinkan bahwa model dan data benar-benar mampu mewakili aspek-aspek penting dari sistem secara tepat dan akurat. Jadi validasi merupakan proses membandingkan model dengan
real system, langkah ini sangat perlu dilakukan mengingat program komputer yang bebas error tidak selalu mampu memberikan model yang valid. Menurut Harell et al (2003), model dikatakan valid apabila model merepresentasikan kondisi real system. Salah satu metode yang digunakan dalam proses validasi adalah dengan menggunakan hipotesa guna membandingkan hasil simulasi dengan kondisi aktualnya.
Berikut hpotesa yang digunakan dalam proses validasi: :
µ
1 =µ
2:
µ
1 =
µ
2Artinya dengan nilai α tertentu adalah kondisi dimana µ
1 dan µ2 berbeda secara
signifikan, sedangkan kondisi dimana
µ
1 danµ
2 tidak berbeda secara(54)
2.6 Lean dan Simulasi
Lean dan simulasi merupakan hal yang sangat terkait. Untuk penerapan
lean, simulasi adalah tool tambahan yang sangat penting. Menurut Standrige et al
(2006), simulasi merupakan tool yang sangat penting untuk mengetahui
implementasi lean. Dari berbagai penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa terdapat hubungan antara analisis lean, simulasi dan six sigma. Beberapa alasan
lean menggunakan simulasi antara lain adalah
o Adanya variasi dalam proses baik secara random maupun struktural. o Data harus dianalisa untuk mengetahui perilaku sistem.
o Hubungan antara komponen sistem
o Future state mapping harus divalidasi sebelum diimplementasikan untuk
mengurangi waktu trial dan error.
o Alternatif untuk future state mapping harus diidentifikasikan dan dipikirkan
secara sistematis.
o Secara umum simulasi dibutuhkan sebagai perluasan penerapan lean untuk
mengakomodasi adanya kelemahan lean.
Secara umum menurut Marvel dan Standrige simulasi dibutuhkan sebagai perluasan penerapan lean untuk mengakomodasi adanya kelemahan lean.
2.7 Penelitian Terdahulu
Untuk mengetahui perkembangan penelitian dengan tema lean production,
peneliti akan memberikan review dari beberapa penelitian terdahulu sehingga dapat diketahui posisi dan perbedaan penelitian yang dilakukan saat ini dengan penelitian lainnya, antara lain:
(55)
o Penelitian oleh Dina Amamiyah (2006) melakukan identifikasi terhadap
pemborosan dengan menggunakan VALSAT guna mengurangi lead time
pada proses produksi dan inventory. Beberapa hal yang direkomendasikan
oleh peneliti belum mempertimbangkan konstrain dari perusahaan dan biaya.
o Penelitian oleh Suhartono (2007) melakukan identifikasi waste dengan
VALSAT, menggunakan work 29 sampling untuk mengetahui performansi
operator, waktu standar, dan output standar. Implementasi dari alternatif perbaikan disimulasikan dengan software Arena 5. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa waste yang sering terjadi adalah unnecessary inventory
dan excessive transportation. Usulan perbaikan untuk mengurangi adanya
unnecessary inventory dengan melakukan perancangan layout, yaitu penggabungan departemen cutting dengan pengeleman menghasilkan penurunan tingkat work in process sebesar 1413 box per hari.
o Penelitian oleh Hawien Nishfi L. (2008) melakukan identifikasi waste pada
industri sepatu dengan VALSAT, melakukan perbaikan dengan standar kerja,
memberikan rekomendasi perbaikan yang disimulasikan dengan software
Arena 5. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa waste mulai dari yang sering terjadi sampai yang jarang terjadi adalah waiting, Defect & Inappropriate processing, Unnecessary Motion, Transportasi. Usulan perbaikan untuk mengurangi waste tersebut adalah penggunaan operator yang optimum,
Pengurangan standby stock, Penggunaan sistem kanban. Hasil running
simulasi menunjukkan bahwa usulan perbaikan terbaik adalah penggunaan
standby stock sebanyak 2 trolley dengan 3 operator pada proses stitching strouble dan lasting.
(56)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Saka Agung Karya Abadi Sidoarjo, yang berlokasi di Jl. Raya HRM Mangundiprojo No. 266 Sidoarjo. Pengambilan data dilaksanakan dibagian produksi pada proses pembuatan box panel pada bulan Maret 2010 sampai data itu tercukupi.
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Dalam identifikasi variable terdapat variabel – variabel yang didapatkan berdasarkan dari data perusahaan yang digunakan dalam metode Lean Production
dan Cost Time Profile. Variabel – variabel tersebut adalah sebagai berikut:
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah suatu variabel yang mempunyai nilai berubah – ubah dan mempengaruhi variasi perubahan nilai variabel terikat, variabel tersebut meliputi:
• Jenis – jenis Waste (Pemborosan):
1. Environmental, Health, and Safety, pemborosan yang terjadi akibat kelalaian pihak – pihak tertenti dalam perusahaan untuk memahami prosedur EHS yang ada. Dengan sikap seperti ini akan menimbulkan dampak seringnya terjadi kecelakaan kerja. Jika permasalahan kecelakaan tersebut terjadi, maka akan
(57)
tidak sedikit biaya, waktu, dan tenaga yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mengatasinya.
2. Defect, tidak sesuai dengan spesifikasi, hal ini akan menyebabkan proses
rework yang kurang efektif. Tingginya complain dari konsumen, serta inspeksi level yang sangat tinggi.
3. Overproduction, pemborosan yang disebabkan produksi yang berlebihan, maksudnya adalah memproduksi produk yang melebihi yang dibutuhakan atau memproduksi lebih awal dari jadwal yang sudah dibuat. Bentuk dari
overproduction ini antara lain adalah aliran produksi yang tidak lancar, tumpukan WIP yang terlalu banyak, target dan pencapaian hasil produksi dari setiap bagian produksi kurang jelas.
4. Waiting, pemborosan karena menunggu untuk proses berikutnya. Waiting
merupakan selang waktu ketika operator tidak menggunakan waktu untuk melakukan value adding activity dikarenakan menunggu aliran produk dari proses sebelumnya (upstream). Waiting ini juga mencakup operator dan mesin seperti kecepatan produksi mesin dalam stasiun kerja lebih cepat atau lambat daripada stasiun yang lainnya.
5. Not Utilizing Employees Knowledge, Skills, and Abilities merupakansuatu kondisi dimana sumber daya yang ada (operator) tidak digunakan secara maksimal, sehingga terjadi pemborosan. Kinerja operator yang tidak maksimal ditujukkan dengan tidak adanya aktivitas yang dilakukan operator (menganggur) atau produktivitas rendah. Selain itu juga bisa diakibatkan penggunaan operator yang tidak tepat untuk suatu pekerjaan tertentu.
(58)
6. Transportation, merupakan kegiatan yang penting akan tetapi tidak menambah nilai dari suatu produk. Transport merupakan proses memindahkan material atau Work In Process dari satu stasiun kerja ke satsiun kerja yang lainnya. Baik menggunakan forklift maupun conveyor.
7. Inventories, berarti persediaan yang kurang perlu. Maksudnya adalah persediaan material yang terlalu banyak, Work In Process yang terlalu banyak antara proses satu dengan proses yang lainnya sehingga membutuhkan ruang yang banyak untuk menyimpannya, kemungkinan pemborosan ini adalah
buffer yang sangat tinggi.
8. Motion, berarti adalah aktivitas atau pergerakan yang kurang perlu yang dilakukan operator yang tidak menambah nilai dan memperlambat proses sehingga lead time menjadi lama. Proses mencari komponen karena tidak terdeteksi tempat penyimpanannya, gerakan tambahan untuk mengoperasikan suatu mesin. Hal ini juga dapat terjadi dikarenakan layout produksi yang tidak tepat sehingga sering terjadi pergerakan yang kurang perlu dilakukan oleh operator.
9. Excees Process, terjadi ketika metode kerja atau urutan kerja (proses) yang digunakan dirasa kurang baik dan fleksibel. Hal ini juga dapat terjadi ketika proses yang ada belum standar sehingga kemungkinan produk yang rusak akan tinggi. Selain itu juga ditunjukkan dengan adanya variasi metode yang dikerjakan operator.
• Pengukuran Waktu Kerja:
1. Waktu Normal (Wn)
(59)
2. Waktu Baku (Wb) / Waktu Standar (Ws)
Waktu normal kerja ditambah dengan waktu kelonggaran.
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang nilainya tergantung dari variasi perubahan variabel bebas, adapun variabel bebas terikat dalam penelitian ini adalah biaya langsung yang merupakan biaya total ditambahkan dengan biaya investasi dengan rumusan sebagai berikut :
Direct cost = total cost + (cost-time investment * cost of money rate)
3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Data Primer
Data primer didapatkan dengan melakukan pengamatan secara langsung di lantai produksi. Pengamatan tersebut dilakukan untuk mendapatkan waktu beserta output proses dari setiap operasi dan performansi operator dari setiap bagian produksi. Pengukuran tersebut dilakukan dengan metode work sampling. Selanjutnya peneliti melakukan penyebaran kuisioner tentang waste.
Hasil dari kuisioner digunakan untuk menentukan ranking penggunaan the seven value stream analysis tools. Dari ranking tersebut nantinya akan digunakan oleh peneliti dalam proses identifikasi waste beserta akar permasalahannya. Kemudian peneliti membuat current state value stream mapping dari data data yang sudah dihubungkan untuk mengetahui waste-waste beserta hubungannya dan akar permasalahannya.
(60)
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan dari arsip yang sudah ada di perusahaan, antara lain: variasi produk dan spesifikasinya, variasi bahan baku, variasi mesin dan karakteristiknya, lead time order bahan baku, layout lantai produksi, dan jumlah operator, biaya produksi untuk tahun 2009-2010, dan kebijakan yang sedang diterapkan di perusahaan. Data historis tersebut merupakan data untuk tahun 2009 dan beberapa bulan untuk tahun 2010
3.4 Metode Pengolahan Data
Data-data yang sudah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan metode yang sudah dikaji oleh peneliti dari studi literatur, seperti leanproduction, VALSAT, stopwatch time study dan cost-time profile. Metode-metode tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terdapat di bagian produksi perusahaan. Adapun pengolahan data tersebut meliputi:
1. Pembuatan current state value stream mapping dan cost time profile exisiting
berdasarkan data historis yang telah diperoleh.
2. Melakukan identifikasi waste yang terjadi di area produksi dengan VALSAT. 3. Melakukan identifikasi penyebab waste dengan root cause analysis.
4. Pembuatan beberapa alternatif perbaikan untuk mereduksi waste yang terjadi. 5. Pembuatan future value stream mapping dan cost-time profile kondisi perbaikan untuk mengetahui hasil penerapan rekomendasi perbaikan yang telah diusulkan sebelumnya.
(61)
6. Membuat simulasi dari lintasan produksi dengan menggunakan ARENA untuk menentukan skenario terbaik yang digunakan untuk dapat menghasilkan output yang pang maksimal.
3.4.1 Perhitungan VALSAT
Kuisioner yang disebarkan berisi beberapa pertanyaan berkaitan dengan
nine wastes yang akan diidentifikasi. Daftar pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun dengan tujuan untuk mengetahui bobot waste yang dengan mempertimbangkan faktor intensitas terjadinya waste tersebut. Pilihan jawaban telah disertakan dalam kuisioner dengan tujuan untuk menstandarkan jawaban dan memudahkan responden untuk memberikan jawaban sesuai dengan keadaan di lantai produksi. Pilihan jawaban disusun dengan sistem ranking, dimana untuk bobot tertinggi yaitu:
o 5 (1 jam sekali), o 4 (1 shift sekali), o 3 (1 hari sekali), o 2 (1 minggu sekali), o 1 (6 bulan sekali),
o 0 (sama sekali tidak pernah terjadi).
Dari hasil kuisioner, dapat diketahui waste yang sering terjadi dari nilai rata – rata dari bobot per waste dibagi dengan jumlah responden. Nilai yang tertinggi merupakan waste yang sering terjadi di area produksi. Identifikasi dengan kuisioner akan menjadi dasar untuk pemilihan tools yang relevan dengan pendekatan VALSAT.
(1)
Dari hasil penjumlahan tersebut diperoleh nilai CTI sebesar Rp 41.821.380. Untuk Applied Interest Rate diasumsikan digunakan nilai 7,5% pada perhitungan ini. Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan persamaan yang ada untuk diperoleh besarnya nilai biaya total yang terjadi pada proses produksi ini. Dari perhitungan yang ada diperoleh biaya total untuk proses produksi box panel adalah sebesar Rp 2.931.861
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, manfaat dari penggunaan cost-time profile ini adalah selain dapat mengidentifikasi value added dan non-value added time dari aliran proses produksi box panel tapi sekaligus dapat mengetahui besarnya biaya yang terlibat didalamnya. Perbaikan bisa dilakukan dengan beberapa cara baik dari segi waktu maupun biaya. Dari segi waktu, aktivitas non-value added seperti waiting bisa dihilangkan sehingga total cost bisa berkurang.
Tabel 4.20 Perbandingan Kondisi Sekarang dan Perbaikan
Aspek Kondisi
Sekarang Kondisi Perbaikan Akumulasi Biaya Rp 2.982.746 Rp 2.931.861 Biaya Total Rp 1.977.841 Rp 1.928.148
Reduksi Biaya 0% 1,7% / Hari
Waktu 37 Menit / Unit 21 Menit / Unit Akumulasi Waktu 38 Hari 22 Hari
Selain itu dengan mempersingkat waktu operasi dengan perbaikan metoda kerja juga dapat menurunkan direct cost yang ada. Dari segi biaya, sudah sangat jelas yaitu dengan menurunkan biaya tenaga kerja, dengan mengurangi jumlah operator, dan lain-lain akan membawa dampak turunnya biaya total produksi pada box panel ini. Perbandingan antara kondisi existing dengan kondisi perbaikan pada box panel PC - 4 dapat dilihat pada Tabel 4.20.
(2)
Dari hasil perhitungan kondisi sekarang dan perbaikan tampak bahwa terdapat penurunan baik dari segi waktu maupun biaya setelah dilakuan simulasi. Besarnya penurunan biaya yang terjadi adalah sebesar Rp 50.885 / hari dimana nilai ini setara dengan 1,7% per harinya. Hal ini membuktikan bahwa identifikasi waste dengan konsep lean, penerapan lintasan produksi yang seimbang, dan penempatan jumlah operator yang sesuai dengan beban kerja dari stasiun tersebut serta penggunaan tools cost-time profile sebagai evaluator akan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisa dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisa yang dilakukan diketahui root cause dari waste yang terjadi adalah sebagai berikut:
o
Transportation, terjadi karena Jarak yang terlalu jauh dan sempit antara areapenumpukan plat dengan stasiun kerja berikutnya.
o
Defects, terjadi karena tingkat kepedulian operator terhadap kualitas masihkurang dan proses pemotongan plat besi kurang presisi.
o Inventories, terjadi karena Penumpukan material di area produksi.
o EHS, terjadi karena tidak menggunakan pelindung diri pada proses pengecatan dan penggosokan atau penggunaan bahan-bahan kimia.
o Overproduction, terjadi karena perbedaan kecepatan produksi di setiap elemen kerja.
o Waiting, terjadi karena performance rating antar operator yang bervariasi. 2. Usulan perbaikan untuk mengurangi waste tersebut antara lain:
o Penyusunan area kerja yang ergonomis dan re-layout penting untuk dilakukan mengingat workload setiap operator cukup besar dengan kondisi lingkungan yang juga panas.
o Pemberian training berkala akan dapat mensosialisasikan pentingnya kualitas dan
(4)
3. Hasil perhitungan dengan cost time profile menunjukkan bahwa dengan mensimulasikan dengan penggunaan 3 operator pada proses assembly dan merubah metode kerja pada stasiun kerja pencelupan diperoleh penurunan direct cost sebesar 1,7% / hari.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan penggabungkan antara skenario A dan C yaitu dengan penggunaan
3 orang operator pada proses assembly sehingga dapat mengurangi cost dari pengurangan jumlah operator dan perubahan sistem kerja dapat mengurangi jumlah waktu standar di stasiun kerja pencelupan panel.
2. Adanya penelitian lebih lanjut tentang keterkaitan antara performansi operator dan shifting kerja dengan besar kecilnya defects yang terjadi.
3. Adanya penelitian lebih lanjut tentang kaitan antara implementasi lean production yang berkelanjutan dengan produktivitas dan kebijakan dari perusahaan yang dinamis.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Amamiyah, Dina (2006). Evaluasi dan Perbaikan Sistem Order Fullfillment Process dengan Pendekatan Lean Manufacturing. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Chaudhari, Gauray (2007). Cost-Time Profiling As A Tool In Value Engineering.Journal of Value World Spring Vol. 30. Virginia Polytechnic Institute and State University: Blacksburg, Virginia USA Gazpers, Vincent (2007). Lean Six Sigma For Manufacturing and Service
Industries. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hardiningtyas, Dewi (2008). Evaluasi Hasil Implementasi Lean Production
Dengan Pendekatan Cost-Time Profile. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Harell C, Ghosh, Biman K, Bowden, Royce O. (2003). Simulation Using Promodel second edition. Mc Graw Hill.
Hines, Peter and Rich, Nick (2005). The Seven Value Stream Mapping Tools.
International Journal of Operation & Production Management, Vol. 17, No.1, pp. 46-04. Cardiff, UK: Lean Enterprise Research Centre, Cardiff Business School.
http://www.bi.go.id http://www.lean.org
Laily, Hawien (2008). Penerapan Lean Production pada Sistem Produksi Industri Sepatu. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Neibel, Benjamin and Freivalds, Andris (1999). Methods Standards & Work Design, 10th Edition. Singapore, McGraw-Hill International Edition. Siagian, P., (1987), “Penelitian Operasional – Teori dan Praktek”, Edisi 1,
Penerbit : UI Press Salemba 4, Jakarta.
Rivera L. and Chen F. (2007). Measuring the Impact of Lean Tools on the Cost Time Investment of A Product using CostTime Profile. Journal of
Robotics and Computer Integrated Manufacturing.
(6)
Standrige, Charless R and Marvel, John H. 2006. Why Lean Need Simulation, Procedings of the 2006 winter simulation conference L. F. Perrone, F. P. Wieland, J. Liu, B. G. Lawson, D. M. Nicol, and R. M. Fujimoto, eds. pp 1908-1918. The Institute of Electrical and electronics engineering, Piscatway, New Jersey.
Suhartono (2007). Penerapan Lean Production pada Sistem Produksi Make to Order dengan Pendekatan Lean Motion Time Study-Discrete Event Simulation Guna Meningkatkan Efektifitas dan Efisiensi Aliran Produksi. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Sumiati (2008). “Sistem Simulasi Industri”, UPN “Veteran” Jawa Timur.
Wignjoesoebroto, Sritomo (2000). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.
Womack, J. and Jones, D.T. (2003). Lean Thinking, banish wastes and create wealthin your corporation, revised and updated, Free Press.