OPINI MASYRAKAT SURABAYA TENTANG BERITA USULAN PEMBERIAN GELAR PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DI MEDIA MASSA (STUDI DISTRIKTIF OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG BERITA USULAN PEMBERIAN GELAR PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DI MEDIA MASSA).

(1)

SKRIPSI

OLEH :

ADHYSTIA DWI AFRIYANTO NPM. 0643010010

YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA

TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

BERITA USULAN PEMBERIAN GELAR PRESIDEN

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO SEBAGAI

BAPAK KESEJAHTERAAN DI MEDIA MASSA

Nama Mahasiswa : Adhystia Dwi Afriyanto

NPM : 0643010010

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Telah disetujiu untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Menyesetujui Pembimbing Utama

Drs. Kusnarto, M.Si NIP. 195 808 011 984 021 001

Mengetahui DEKAN

DRA.EC.SUPARWATI.M.SI NIP 095507081983022001


(3)

Deskriptif Kuantitatif Tentang Opini masyarakat surabaya tentang usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono di media massa )

Nama Mahasiswa : Adhystia Dwi Afriyanto NPM : 0643010010

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Menyetujui,

PEMBIMBING TIM PENGUJI:

1.

Drs. Kusnarto, M.Si Ir.H. Didiek Tranggono, MSi NIP. 195 808 011 984 021 001 NIP. 19581225 19900 1001

2.

Dra. Dyva Claretta Msi NIP. 366019400251

3.

Drs. Kusnarto, M.Si NIP. 195 808 011 984 021 001

Mengetahui,

KETUA PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI Juwito, S.Sos, MSi NPT. 367 049 500 36 1


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis tujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena karuniaNya, penulis bisa melaksanakan dan menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Opini Masyarakat Surabaya Tentang Berita Usulan Pemberian Gelar Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Bapak Kesejahteraan Di media Jawapos”. Tujuan penulis meneliti Opini Masyarakat Surabaya Tentang Berita Usulan Pemberian Gelar Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Bapak Kesejahteraan Di media Jawapos ini adalah untuk mengetahui Opini Masyarakat Surabaya terhadap pemberitaan ini.

Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:

1. Allah SWT. Karena telah melimpahkan segala karuniaNYA, sehingga penulis mendapatkan kemudahan selama penulisan Skripsi ini.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, Msi. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi. 4. Bapak Saifuddin Zuhri. Msi. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi.

5. Bapak Kusnarto, M.Si sebagai dosen pembimbing.

6. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(5)

iv

Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih secara khusus kepada: a. Papa, Mama, kakak dan adikku, yang telah memberikan dorongan,

semangat, dan pengertiannya bagi penulis baik secara moril dan materiil. b. Teman terdekat dan Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada Wynar ,

sahabat-sahabat saya Om, Agung, Samid, Novan, Wucing, Kempling ,Cece dan Anyus.

c. Dan Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis, yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.

Surabaya, 12 November 2010


(6)

HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

ABSTRAKSI... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 9

2.1.1. Komunikasi Massa ... 9

2.1.2. Surat kabar ... 13

2.1.3. Peran Surat Kabar ... 14

2.1.4. Opini ... 15

2.1.5. Kesejahteraan ... 18

2.1.6. Berita ... 19

2.1.7. Berita usulan Susilo Bambang Yudhoyono ... 22


(7)

3.1. Meteologi penelitian ... 29

3.1.1. Definisi Operasional ... 30

3.1.2. Opini ... 31

3.1.3. Masyarakat Surabaya ... 32

3.1.4. Berita ... 33

3.1.5. Pengukuran Variabel ... 35

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 38

3.2.1. Populasi ... 38

3.2.2. Sampel penelitian ... 38

3.2.3. Teknik penarikan Sampel ... 43

3.2.4. Metode Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran umum obyek penelitian ... 45

4.1.1 Masyarakat surabaya ... 45

4.1.2 Berita usulan pemberian gelar Susilo Bambang Yudhoyono ... 46

4.2 Penyajian data dan analisa ... 49

4.2.1 Identitas Responden ... 49


(8)

vi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 79 5.2 Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA


(9)

(STUDI DISTRIKTIF OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG BERITA USULAN PEMBERIAN GELAR PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DI MEDIA MASSA).

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui opini masyarakat Surabaya tentang berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono di mdia massa, opini masyarakat Surabaya dapat dilihat dari arah opininya yaitu opini positif, opini negative atau opini netral terhadap berita tersebut.

Landasan teori yang digunakan di penelitian ini adalah stimulus-Organism-Respons, stimulus nya adalah berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejateraan di media massa , organism nya adalah masyarakat Surabaya mengetahui berita usulan pemberian gelar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media massa, kemudian membentuk response brupa opini masyarakat Surabaya terhadap berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif, kuantitatif, populasi penelitian ini adalah masyarakat surabya yang berumur 17-55 th yang pernah mengetahui berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono di media massa, teknik sampling yang di gunakan di penelitian ini adalah multistage cluster random sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bhawa secara keseluruhan masyrakat Surabaya yang menjadi responden memberikan opini positif terhdap usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono di media massa, Karena responden menilai bahwa kinerja presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat sehingga masyarakat menilai usulan pemberian gelar sebagai bapak kesejahteraan kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono memang sesuai dengan kinerja presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagi presiden.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini peranan dan pengaruh informasi dan komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat tanpa memerlukan informasi. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. informasi yang disajikan media masa merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia sehingga antara manusia dan media keduanya saling menbutuhkan satu sama lainya dan tidak dapat dipisahkan manusia membutuhkan media massa untuk memenuhi kebutuhanya akan informasi, sedangkan media massa membutukan manusia untuk mendapatkan informasi dan mengkonsumsi berita-berita yang disajikan oleh media tersebut.

Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa – peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian


(11)

pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma – norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai – nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. (Mc. Quail, 2005:3)

Media massa juga memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan membentuk opini masyarakat salah satu media yang secara jelas dan rinci pemberitaanya adalah surat kabar, sebagaimana diungkapkan oleh djutoro (2002:11) bahwa: surat kabar merupakan kumpulan berita, artikel, iklan dan sebagainya yang dicetak dengan lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur dan bisa terbit setiap hari atau seminggu sekali.

Surat kabar merupakan salah satu jenis media cetak yang dinilai lebih top up date dalam menyajikan berita – berita yang akan disampaikan kepada khalayak beberapa kelebihan surat kabar diantaranya bisa disimpan lebih lama atau dapat diulang dan jelas berbeda dengan media elektronik yang hanya bisa menginformasikan sepintas dan membutuhkan perhatian dari komunikan untuk memahami isi pesan

Surat kabar berbeda dengan media elektronik dalam hal kecepatan menyampaikan informasi ke masyarakat , dalam hal ini media elektronik lebih cepat seperti media radio atau media televisi lebih bisa menyiarkan informasi dalam waktu beberapa menit setelah informasi itu didapatkan, sedangkan surat kabar harus menunggu beberapa jam ke masyarakat namun surat kabar mempunyai metode sendiri untuk menarik perhatian masyarakat dengan versi


(12)

cerita yang mendalam , surat kabar berani untuk tampil berbeda . seperti berita eksekutif surat kabar sulit ditandimgi oleh medi elektronik.

Selama ini kita tahu bahwa surat kabar tidak saja hanya sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya , tetapi bisa juga mempunyai sesuatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk memberikan suatu analisis yang sangat kritis yang akan membutuhkan suatu motivasi , mendorong serta menumbuhkan pola pikir masyarakat untuk semakin selektif dan kritis dalam meyikapi berita –berita yang ada khususnya disurat kabar ( Sumardiria :2005:86)

Pada surat kabar dapat diperoleh berita-berita yang dimuat dalam bentuk artikel. Artikel merupakan tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang bersifat aktual atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informatif) mempengaruhi dan meyakinkan ( persuasif) atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif). Kebanyakan yang diangkat di surat kabar mengenai orang-orang terkenal seperti para pejabat, artis atau mengangkat fenomena-fenomena yang lagi booming dimasyarakat. Berita yang saat ini muncul yang banyak dibicarakan adalah berita yang ada disurat kabat “JAWAPOS “ mengenai usulan pemberian gelar sebagai Bapak Kesejahteraan kepada Presiden Republik Indonesia, saat ini mengingatkan kita pada gelar-gelar yang sempat diberikan pada Presiden-Presiden Republik Indonesia sebelumnya seperti misalnya Soekarno dan Soeharto.

Ide pemberian gelar kesejahteraan kepada Presiden Susilo Bambang Yudoyono datang dari Centre for Information and Development Studies (CIDES), Yayasan Center for Information and Development Studies (CIDES) Indonesia


(13)

dibentuk dengan semangat dan komitmen baru pada awal tahun 2009 sebagai bentuk kelanjutan sejarah CIDES yang telah ada sebelumnya. Sejarah CIDES pertama kali didirikan pada tanggal 25 Januari 1993 oleh para pendiri yang utama yaitu Adi Sasono sebagai Ketua Dewan Direktur dan Moh. Jumhur Hidayat sebagai Direktur Pelaksana, yang kemudian pada tanggal 19 Maret 1997 membentuk Yayasan CIDES dengan para pendirinya yaitu: B.J. Habibie, M. Amien Rais, Adi Sasono, A. Watik Pratiknya, Moh. Jumhur Hidayat, Ricky

Rahmadi, dan Thabrani Harahap. Sejarah pembentukan CIDES pada waktu itu sangat diwarnai oleh idealisme dan

semangat para pendiri CIDES bersama sejumlah tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang memutuskan perlunya dibentuk sebuah lembaga studi sebagai sumber /pusat pemikiran dalam upaya pengembangan organisasi tersebut pada khususnya, dan masyarakat Indonesia. Idealisme dan semangat CIDES itu tetap menjadi warna dan ciri khas. CIDES sebagai lembaga studi yang kritis, cerdas, dan konstruktif terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan, terutama berkaitan dengan kebijakan ekonomi politik dan pengembangan demokrasi (http://www.cidesindonesia.org/index, dikutip Tanggal 20 Aguatus 2010)

Namun rupanya ada beberapa pihak yang kurang menyetujui bahkan mengkritisi pemberian gelar ini. Mereka menganggap bahwa kesejahteraan di negeri ini belum merata bahkan menurut sebuah sumber pemerintahan presiden Susilo Bambang yudhoyono adalah rezim dengan utang terbesar, hanya dalam kurun waktu 6 tahun utang yang diperoleh mencapai 300-400 triliun


(14)

(http://indonesian.irib.ir/index.php/politik.), dikutip tanggal 24 Agustus 2010). Ketika usia pemerintahan menginjak 45 bulan pada Juli lalu, tantangan yang dihadapi pemerintah berpusat pada dua hal, yakni mengatasi dampak kenaikan harga-harga pangan dan bahan bakar (food and fuel). Pada saat itu citra pemerintahan, khususnya di bidang ekonomi, tidak serta-merta memburuk karena kondisi serupa juga terjadi di tingkat global. Dengan demikian, kebijakan yang  ditempuh pemerintah, termasuk dengan menaikkan harga bahan bakar minyak, cukup dimaklumi oleh publik.Melalui jajak pendapat triwulanan yang dilakukan Litbang Kompas untuk mengevaluasi kinerja pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 15-17 Oktober lalu, tampak bahwa citra pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono di masa krisis ini justru membaik. Jika pada usia 45 bulan citra baik pemerintahan hanya dinyatakan oleh 47,8 persen responden, kali ini meningkat menjadi 66,5 persen. Langkah presiden dalam memimpin kabinetnya dianggap sudah baik. Sebagian besar responden atau 62,7 persen dari total 1.235 responden puas dengan kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (www.bengkulu.go.id/index.php).sumber

Salah satu pihak yang mengkritisi hal ini datang dari fraksi PDIP, menurut Tjahjo Kumolo (Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan) usulan pemberian gelar kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Bapak Kesejahteraan sebaiknya dilakukan sesudah presiden tidak menjabat lagi sebagai Presiden di samping itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri belum berkenan terhadap usulan pemberian gelar tersebut. Hal ini dikarenakan peningkatan kesejahteraan rakyat sebagaimana janjinya kampanye pada Pemilu


(15)

Presiden dan dipertegas pada Pidato Pelantikan Presiden periode kedua, sampai sekarang belum menunjukkan hasil optimal. Angka kemiskinan dan pengangguran yang masih cukup tinggi menjadi salah satu petunjuk bahwa kesejahteraan masih belum merata. Di lain pihak, pengamat politik Burhanudin Muhtadi mencium adanya aroma agenda politik pribadi antara CIDES dan Ricky. Pada kaitannya Ricky ikut menetralkan posisi GOLKAR yang ada di pemerintahan

Pendapat yang sama juga muncul dari Ketua Badan Pekerja Setara Institute, Hendardi mempertanyakan alat ukur dalam memberikan gelar Bapak Kesejahteraan kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut. Menurut Hendardi kalau hanya memberikan gelar siapapun bisa, tapi ukurannya harus jelas. Kita jangan terjebak pengkultusan individu, seperti yang terjadi di masa Orde Baru dimana Soeharto yang diberi gelar Bapak Pembangunan

Lepas dari pantas atau tidak presiden Susilo Bambang Yudhoyono diberi gelar Bapak Kesejahteraan, Hendardi menyatakan, dirinya sejauh ini belum melihat ada gebrakan atau kebijakan pemerintah yang benar-benar bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat. Di sisi lain, dia menambahkan, untuk melihat ukuran rakyat sejahtera sangat sulit dan bukan sekedar melihat angka-angka statistik. : (www.Jakartapress.com)

Pendapat lain muncul dari wakil ketua MPR Harjiyanto .Y. Thohari mengatakan, lembaga yang bersifat informal , seperti ormas, lembaga, atau yayasan studi sah-sah saja memberikan kehormatan pada seorang tokoh. Pada akhirnya rakyat akan menyetujui pemberian gelar tersebut, betul-betul kredibel


(16)

atau tidak .Rakyat juga akan menilai, apakah itu hanya sebuah langkah politik atau murni penghargaan terhadap seorang mantan presiden, jadi bebas –bebas saja kalau mau dikasih gelar atau award ungkap politikus partai golkar tersebut. Sedangkan pemberian gelar secara formal dari Negara kini sudah diatur melalui UU No 20 tahun 2009 tentang Gelar, Tanda jasa dan Tanda kehormatan. Setelah melaui pengkajian oleh dewan , gelar serta tanda jasa dan kehormatan ditetapkan melalui kepress,yang diatur undang undang tersebut sebatas gelar pahlawan nasional. Menurut dia , MPR sudah tidak berwenang lagi menetapkan pemberian gelar kepada mantan presiden pada era Orba , MPR merupakan lembaga tertinggi Negara sekalipun menjadi penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. (dikutip dari Koran Jawa Pos, tanggal 15 Agustus 2010).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berusaha untuk melakukan penelitian untuk mengetahui opini masyarakat Surabaya tentang usulan presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan, peneliti ingin mengetahui bagaimana opini masyarakat Surabaya setuju atau tidak tentang usulan tersebut.

Penulis memilih kota Surabaya untuk lokasi peneltiiaanya karena Surabaya merupakan ibukota propinsi jawa timur dan salah satu kota di jawatimur merupakan asal dari Presiden Susilo Bambang Yuhdoyono yaitu pacitan

Sementara itu responden yang akan menjadi obyek penelitian adalah masyarakat Surabaya yang berumur 17 -55 tahun, karena pada usia tersebut seseorang telah memiliki kemampuan berpikir yang telah sempurna


(17)

Peneliti menggunakan teori Stimulus-Organism-Response karena pada teori stimulus-organisme-respon ini yang nantinya berguna untuk memberikan gambaran tentang efek media , dimana teori tersebut menunjukan respon audience selaku komunikan dalam menanggapi stimulus lalu komunikan dapat megubah opini itu berarti keberhasilan dalam proses komunikasi dalam penyampain isi di media massa tentang pemberitaan pemberian gelar Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Bapak Kesejahteraan. Uraian diatas merupakan permasalahan yang me;latar belakangi ketertarikan peneliti untuk meneliti “Opini masyarakat Surabaya tentang usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi bapak kesejahteraan di media jawapos

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian ini, adalah bagaimana opini masyarakat Surabaya tentang usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi “Bapak Kesejahteraan” di media jawapos

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui opini masyarakat Surabaya tentang usulan pemberian gelar Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Bapak Kesejahteraan dimedia jawapos


(18)

1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis :

Penelitian ini dapat menjadi refrensi atau masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya dalam bidang komunikasi massa yaitu : pada pengaruh media massa yang berkaitan dengan opini khalayak khusunya bagi masyarakat.

2 Kegunaan praktis :

Dapat memberikan masukan untuk masyarakat untuk lebih peduli terhadap pemberitaan yang berhubungan dengan pemerintahan .


(19)

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Massa

Menurut Efendy (2003:79), komunikasi massa (mass communication) disini ialah komunikasi melalui media masaa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertujukan di gedung-gedung bioskop. Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.

Lebih lanjut Efendy (2001) menegaskan tentang pengertian komunikasi massa yaitu: “Mass communication is process by which a message is transmitted through one more of the mass media (Newspaper, Radio, television, movies, magazine, and books) to an audience that is relatively large an animous.”

Jadi komunikasi massa adalah proses menyebarkan pesan melalui salah satu media massa (Tabloid, radio, televise, bioskop, dan buku-buku) kepada khalayak luas yang tidak dikenal.

McQuail (2001) dalam bukunya Teori komunikasi Massa. Suatu pengantar yang menjabarkan tentang ciri-ciri komunikasi massa yaitu “Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang tetapi organisasi formal”, sang pengirim seringkali merupakan komunikator professional. Komunikan (penerima) adalah bagian dari khalayak luas. Pesannya tidak unik beraneka ragam dapat diperkirakan, seringkali


(20)

diproses, distandarisasikan dan selalu diperbanyak. Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komodisi yang mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan”.

Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Komunikasi massa sering sekali mencakup kontak secara serentak antara satu pengiriman dengan banyak penerimaan, menciptakan pengaruh luas dalam waktu singkat, dan menimbulkan respon seketika dari banyak orang serentak.

Senada dengan McQuail, Effendy (2001) memberikan ciri-ciri tentang komunikasi Massa yaitu :

1. Komunikator pada komunikasi massa

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga yaitu suatu institusi atau organisasi, maka komunikatornya me lembaga (Institusionalized Communication / Organaized Communicator). Komunikator pada komunikasi massa misalnya wartawan tabloid, karena media yang digunakan adalah suatu lembaga. Dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sejalan dengan kebijakan (policy) tabloid yang diwakilinya. Ia tidak mempunyai kebebasan individual, jadi kebebasan mengemukakan pendapat (Freedom of Expression atau Feredom of Opinion) merupakan kebebasan terbatas (Restricted Freedom).


(21)

2. Komunikan pada komunikasi massa bersifat homogeny

Komunikan bersifaat hetrogen karena didalam keberadaannya secara terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal antara lain jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan dari komunikan. Satu-satunya cara untuk mendekati keinginan selalu khalayak adalah dengan mengelompokan mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobby, dan lain-lain. Hampir semua tabloid, surat kabar, radio, televise, menyajikan acara atau rubric tertentu yang diperuntukan bagi anak-anak, remaja, dewasa, wanita dewasa, remaja putrid, pedagang, petani, ABRI, AU, pemeluk agama Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lain-lainnya; para penggemar music, film, sastra; dan kelompok-kelompok lainya.

3. Pesan pada Komunikasi massa bersifat umum

Pesannya bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Media massa akan menyiarkan berita seoarng menteri yang meresmikan proyek pembangunan tetapi tidak menyiarkan berita seorang mentri yang menyelenggarakan khitanan putranya. Perkucualian bagi seorang kepala Negara, media massa kadang memberikan perihal beliau merayakan ulang tahunnya, menikahkan putra-putrinya, hobinya berburu, walaupun sebetulnya tidak ada hubungannya untuk kepentingan umum.


(22)

4. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan pembaca terhadap pesan atau berita yang disiarkan. Yang dimaksudkan dengan “tidak mengetahui” adalah tidak mengetahui pada waktu proses komunikasi itu berlangsung. Mungkin saja komunikator mengetahui juga, misalnya melalui rubrik “suara pembaca” atau “suara pendengar” yang biasanya terdapat di tabloid, surat kabar maupun radio. Tetapi semua itu terjadi setelah komunikasi dilancarkan oleh komunikator, sehingga komunikator tidak bisa memperbaiki gaya komunikasi seperti yang biasa terjadi pada komunikasi tatap muka. Untuk menghindari hal tersebut maka komunikator harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan kepada komunikasi haruslah komunikatif.

5. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

Hal ini merupakan ciri hakiki di musik dengan media komunikasi yang lain. Poster dan papan pengumuman adalah media komunikasi tetapi bukan media komunikasi massa karena tidak mengandung cirri keserempakan. Pesan yang disampaikan tidak diterima oleh khalayak dengan melihat poster atau papan pengumuman secara serempak atau bersama-sama. Lain dengan radio, televise, tabloid, surat kabar


(23)

2.1.2 Surat kabar

Menurut junaedhi (1991:257), surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi, khususnya pada studi komunikasinya massa .Dalam buku “Ensiklopedia pers Indonesia “ disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita berita ,karangan-karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala : bisa harian, mingguan dan bulanan serta diedarkan secata umum.

Menurut Effendy, (2003:149), idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang obyektif dan edukatif ,menghibur , melakukan control sosial yang konstuktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat , serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran positif dari masyarakat itu sendiri

Sementara (Sumadiria, 2005 : 32-35) dalam Jurnalistik indonesia menunjukan 5 fungsi pers yaitu :

1. Informasi ( to inform ), menyampaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya.

2. Edukasi ( to educate ), apapun informasi yang disampaikan oleh pers hendaknya dalam kerangka mendidik.

3. Koreksi (to influence), pers akan senantiasa menyalak ketika melihat berbagai penyimpangan dan ketidak-adilan dalam suatu masyarakat atau negara.


(24)

4. Rekreasi ( to entertaint ), menghibur, pers harus memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

Mediasi ( to mediate ), mediasi artinya penghubung. Bisa juga disebut sebagai mediator atau fasilitator

2.1.3. Surat Kabar Sebagai Media komunikasi Massa

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran (media) yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen . dua komponen berinteraksi ( sumber dan penerima) terlibat , pesan yang diberi kode oleh penerima , disalurkan oleh sebuah saluran dan diberi kode oleh penerima , tanggapan yang diamati penerima merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara sumber dan penerima (Winarto,2008:18-20).

Jadi pada hakekatnya komuikasi massa sebernarnya sama seperti bentuk komunikasi lain , yaitu memiliki unsure-unsur komunikasi seperti sumber pesan , saluran, gangguan, tujuan, efek, umpan balik dan konteks. Namun beberapa hal yang membedakanya terutama adalah sifat komunikasinya yang umum, cepat dan selintas.

Komunikasi massa dapat diartikan sebagai satu proses dimana komunikator secara professional menggunakan media massa didalam menyebarkan pesanya untuk mempengaruhi khalayak banyak.


(25)

Surat kabar menurut Sutisna (2003:289) merupakan salah satu media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau yang luas dan missal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.

Pada intinya surat kabar menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat .Dimana pada saat ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan sebanyak-banyaknya oleh pemirsa .surat kabar juga dapat mempengaruhi opini seseorang terhadap sesuatu yamg diberitakan di surat kabar tersebut.

. 2.1.4. Opini

Menurut Rahmat (2006, p.10) opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui inteprestasi personal yang diturunkan dan turut membentuk citra. Setiap opini merekflesikan organisasi yang kompleks yang terdiri atas tiga komponen yaitu: kepercayaan, nilai dan pengharapan.

Opini menghubungkan kepercayaan, nilai dan pengharapan, biasanya tanggapan terhadap suatu obyek tersendiri. Tanggapan demikian umumnya bukan reaksi acak terhadap segala sesuatu yang diperhitungkan, melainkan tertanam dalam koheren kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang pantas (Rahmat, 2006).

Asal mula opini tentang kebanyakan masalah yang terletak dalam perselisihan atau perdebatan yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi isu yang akan menangkap perhatian banyak orang.


(26)

Opini masyarakat tidak semata-mata dipengaruhi oleh berita tunggal yang dikeluarkan pada hari itu, melainkan dipengaruhi juga dengan berita-berita yang muncul dan beredar dalam beberapa tahun belakangan secara kontinyu. Semua itu akan mempengaruhi sikap masyarakat di masa depan terhadap sesuatu, dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masyarakat berkaitan dengan semua elemen yang membentuk opini mereka (Kasali, 2003)

Opini adalah cara individu menginterpretasikan informasi yang diperoleh berdasarkan pemahaman individu sendiri sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu individu menyadari adanya kehadiran suatu stimulus, namun individu itu menginterprestasikan stimulus tersebut.

Menurut Deddy mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi suatu pengantar (2001, p.171), pada dasarnya opini atau cara pandang terbagi menjadi dua yaitu :

1. Opini terhadap obyek

Opini tiap orang dalam menilai suatu obyek atau lingkungan fisik tidak selalu sama terkadang dalam mengoptimalkan lingkungan fisik seseorang dapat melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera seseorang menipu diri orang tersebut.

2. Opini terhadap manusia atau persepsi sosial

Opini sosial adalah proses menangkap arti obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami seseorang dalam lingkungan orang tersebut. Menurut Brehm dan Kassin opini sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya manusia memehami orang lain.


(27)

Opini sosial merupakan sumber penting dalam pola interaksi antar manusia, karena opini sosial seseorang menentukan hubungan dengan orang lain .

Pengukuran opini dalam penelitian ini yaitu dengan mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai obyek penelitian. Pada pengukuran opini ini responden diminta untuk menanyakan kesetujuan atau tidaknya tentang usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa

Apabila kategori jawaban menyatakan setuju terhadap usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos, maka dapat disimpulkan bahwa opini pembaca adalah “opini positif”.

Apabila kategori jawaban menyatakan antara setuju dan tidak setuju (ragu-ragu) terhadap usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak Kesejahteraan di media jawapos , maka dapat disimpulkan bahwa opini pembaca adalah “opini netral”.

Apabila kategori jawaban menyatakan tidak setuju terhadap usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos , maka dapat disimpulkan bahwa opini pembaca adalah “opini negatif”

2.1.5. Kesejahtaeraan

Dalam istilah umum, sejahterah menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi sejahterah dihubungkan dengan keuntungan benda.


(28)

Sejahterah memliki arti khusus resmi atau teknikal (Www.www.arti kata.com) Jika masyarakat sejahterah berarti masyarakat tersebut mengalami kemakmuran. Masyarakat dikatakan makmur apabila semua kebutuhan materi dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya, dan tingkat kemakmuran dapat diukur dari banyaknya barang dan jasa yang dihasilkan serta banyak barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup(www.ilmu ekonomi.co.id)

Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa. (www.menkokesra.go.id)

Ukuran kesejahteraan lebih kompleks dari kemiskinan. Kesejahteraan harus dapat memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, social dan kerohanian. Dikatakan Kesejahteraan apabila dapat memperoleh pekerjaan, mendapatkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, serta memperoleh pendidikan yang memadai, tempat tinggal, dan kesehatan, (Ali Khomsan, www.Kompas.com)

.Dari 6 aspek diatas akan diketahui seberapa sejahterah kah masyarakat dan berikutnya ada 4 faktor penting penunjang kesahteraan yaitu: (www.pikiran-rakyat.com)


(29)

1. Tingkat Pendidikan: kualitas pendidikan harus sesuai dengan standart pendidikan yang berlaku dan dilakukan secara merata serta memberi keringanan biaya untuk warga yang kurang mampu hal ini ditujukan untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

2. Peningkatan kesejahteran seluruh lapisan masyrakat baik di kota ataupun di daerah pedesaan,yang meliputi sandang, pangan dan perumahan.dengan member pinjaman bagi pengusaha kecil untuk membuka usahanya dengan demikian akan membuka lapangan pekerjaan dan membuat perumahan dengan konsep sederhana serta bias dicicil (Rss) sehingga waga kurang mampu bias membeli

3. Jaminan pelayanan kesehatan (Asuransi Kesehatan), sudah saatnya seluruh lapisan masyarakat mempunyai asuransi dan jaminan kesehatan terutama bagi masyrakat kurang mampu.

4. Tersedianya lapangan kerja yang banyak sehingga dapat menekan angka pengangguran dan menekan angka kemiskinan(www.pikiran-rakyat.com)

2.1.6. Berita

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet. Berita berasal dari bahasa sansekerta, yaitu urit yang dalam bahasa Inggris disebut write, yang berarti sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Writta, artinya kejadian atau yang telah terjadi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia


(30)

karya Poerwadarminto, berita diperjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.

Berita adalah laporan dari kejadian yang penting atau peristiwa hangat, dapat menarik minat atau perhatian para pembaca. Berita merupakan gudang informasi, dan berita merupakan bagian terpenting dari tabloid atau surat kabar.

Menurut Effendi (1993) berita adalah sebuah laporan yang berisi opini yang sangat penting dan berkaitan mengenai suatu fakta yang mengandung minat bagi sejumlah penduduk.

Menurut Frank Buther Moot dalam bukunya “news survey journalism” dinyatakan bahwa ada 8 konsep berita yaitu :

1. Berita sebagai laporan tercepat

Konsep berita ini menitik beratkan pada segi terjadinya berita sebagai faktor terpenting dari sebuah berita, akan tetapi dengan adanya radio dan televisi yang menayangkan dan menyiarkan berita sehingga faktor ini menjadi relatif.

2. Berita sebagai rekaman

Berita yang tercetak pada surat kabar merupakan bahan dokumentasi sehingga sering menjadi catatan sejarah yang sangat berharga.


(31)

3. Berita sebagai fakta obyektif

Sebuah berita harus faktual dan obyektif, tetapi nilai obyektif untuk suatu fakta sangat membingungkan karena tidak mungkin obyektifitas bisa menjadi mutlak.

4. Berita sebagai interprestasi

Dalam penyajian berita diperlukan kepandaian dan kejujuran sehingga timbulah faktor prasangka terhadap suatu soal atau seseorang.

5. Berita sebagai sensasi

Disini terdapat unsur subyektif yakni bahwa suatu yang mengejutkan dan mengharukan bagi pembaca yang satu dengan pembaca yang lain

6. Berita sebagai minat insani

Menariknya suatu berita bukan karena pentingnya peristiwa yang terjadi tetapi karena sifatnya yang menyentuh perasaan insan sehingga menimbulkan perasaan iba, terharu, gembira, dan sebagainya

7. Berita sebagai ramalan

Pada umumnya yang diharapkan pada berita adalah kejadian pada saat ini dan ramalan yang masuk akal mengenai masa depan, sehingga banyak berita yang menampilkan kejadian yang telah terjadi berikut dengan analisisnya mengenai dampak berikutnya dari kejadian ini.

8. Berita sebagai gambaran

Gambar-gambar yang disajikan dalam halaman surat kabar jumlahnya semakin banyak. Ilustrasi pada halaman surat kabar sifatnya semata-mata hiburan yang mengandung berita, banyak kejadian yang ditampilkan


(32)

dalam bentuk gambar karena lebih efektif daripada diterangkan dengan kata-kata.

2.1.7. Usulan Pemberian Gelar Presiden Susilo Bambang Yudhyoyono Sebagai Bapak Kesejahteraan

Pemberian gelar terhadap presiden di Indonesia merupakan tradisi di Indonesia, pemberian gelar bertujuan untuk memberikan penghargaan terhadap seorang presiden atas jasanya terhadap perkembangan Indonesia dalam segala bidang baik dibidang teknologi, pembangunan, ataupun atas jasanya membawa Indonesia bebas dari penjajah, pemberian gelar ada 2 yang pertama pemberian gelar yang diberikan secara resmi oleh Negara yang kedua pemberian gelar secara tidak resmi, seperti IR Soekarno dan soeharto diberikan gelar secara resmi oleh Negara ir soekarno mendapatkan gelar sebagai bapak ploklamator melaui kepres no 81 tahun 1986 kepres tersebut memperkuat secara tidak langsung identitas Soekarno sebagai bapak ploklamator serta Soeharto dikukuhkan menjadi sebagai bapak pembangunan melalui Tap MPR nomor V tahun 1983 diera Soeharto masih berkuasa sedangakan Bj Habibie sebagai bapak teknologi dan informasi dan nama terakhir adalah K.H Abdul Rahman Wachid mendapatkan gelar secara tidak resmi karena predikat ini dimunculkan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, BJ Habibie diberikan saat presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan sambutan dalam acara silahturahmi di Akademi ilmu pengetahuan Indonesia (AIPI) di serpong banten tahun 20 januari dan Abdulrahman wachid diberikan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memimpin upacara pemakaman


(33)

kenegaraan di kompleks pemakaman tebu ireng , jombang, jawa timur pada tanggal 10 maret 2004( sumber jawapos 15 agustus 2010)

Ide pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri diusulkan oleh Cides, Cides merupakan Yayasan Center for Information and Development Studies Indonesia dibentuk dengan semangat dan komitmen baru pada awal tahun 2009.

Cides menilai selama masa jabatanya presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai telah berhasil memajukan perekenomian Indonesia, menurut salah satu perwakilan cides Riky kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama masa pemerintahanya menunjukan perkembangan yang sangat signifikan baik dalam hal pembangunan maupun dalam hal perekenomian (dikutip dari Koran Jawa Pos, tanggal 15 Agustus 2010).

2.1.8. Teori Stimulus-Organism-Respons

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini berasal dari kajian psikologi, tidak mengherankan apabila kemudian menjadi salah satu teori komunikasi, sebab obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, dan konotasi (Effendy, 2003). Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah teori khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi, dampak atau pengaruh tertentu


(34)

(Sendajaja, 1997). Dengan demikian besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi tergantung pada isi dan penyajian stimulus.

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda atau lambang

b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan disaat penerima pesan, pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai informasi dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap yang disampaikan melalui tanda atau lambang, selanjutnya komunikan mencoba mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek (response), merupakan dampak daripada komunikasi, efek dari komunikasi adalah perubahan opininegatif, netral, dan positif (Effendy, 2003).

Suatu stimulus tertentu dapat berupa obyek dalam lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari ketiganya. Sifat stimulus adalah konsep yang komplek,yang berbeda dari satu situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita terhadap fenomena yang dijelaskan, sedangkan organism yang menjadi perantara stimulus dan respon merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam antrian prilaku yang dihasilkan, karena itu kita hanya mengamati prilaku eksternal dan menganggapnya sebagai


(35)

Organisme : Perhatian Pengertian penerimaan

manifestasi dari keadaan internal organism tersebut. Sedangkan R merupakan respons tertentu terhadap peristiwa stimulus. Menurut Stimulus-Respons ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut (Effendy, 2003)

sssssss

Gambar 2.1: model Teori S-O-R

Menurut gambar dari model diatas menunjukan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutunya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi.

Stimulus


(36)

Beberapa penelitian menunjukan bahwa pengalaman muncul dari adanya proses berpikir dan pemahaman individu terhadap obyek dengan adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap objek. Proses berpikir tersebut menujukan pada kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa (Rahmat, 1999:68). Pada tahap ini individu akan membuka memorinya, sesuai dengan pengalamanya terhadap obyek, lalu ia member makna kapada menara tersebut dengan nama Eiffel tower. Pada tahap ini, dia sadar terhadap obyek yang dihadapinya tersebut dan pada tahap terakhir, ia menyimpan keadaan ingatannya dan dijadikan pengetahuan. Proses selanjutnya timbulah perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek. Individu akan menyeleksi atau memilih dan dari pilihan tersebut diyakininya. Setelah itu ia akan membeli atau menggumakan sebagai hasil dari keputusanya (Effendy, 1993:256).

2.2 Kerangka Berfikir

Manusia sebagai makluk sosial tidak bisa lepas dari kebutuhan akan informasi, baik untuk menerima maupun untuk menyampaikan informasi , akibat pengaruh kemajuan ilmu teknologi dalam waktu yang sangat singkat informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima oleh masyarakat, sehingga peran media massa seperti surat kabar, televisi, dan lain sebagainya mempunyai peranan sangat penting dalam proses penyampaian informasi kepada masyarakat.


(37)

Berita mengenai usulan Pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos banyak menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat luas banyak yang menilai presiden Susilo Bambang yudhoyono belum pantas menerima gelar tersebut karena dinilai belum bisa mensejahterahkan rakyatnya, pendapat lain kinerja presiden susilo bambang yudhoyono telah berhasil mensejahterahkan rakyatnya

Karena itu peneliti tertarik untuk melakukan studi deskripstif untuk mengetahui opini masyarakat Surabaya tentang berita usulan pemberiaan gelar presiden susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar kerangka berfikir sebagai berikut.: Komunikan (Pemirsa pembaca pemberitaan usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos Isi berita usulan

pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan dimedia Jawapos positiv negatif netral opini


(38)

METODE PENELITIAN

3.1. Metodelogi Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah suatu tipe penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta, dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu (Kriyantono, 2006 : 69). Tipe penelitian ini juga merupakan suatu metode yang berupaya untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau memberikan gambaran mengenai suatu fenomena tertentu secara terperinci, yang pada akhirnya akan diperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai fenomena yang sedang diteliti (Bungin, 2006 : 36).

Deskriptif dapat juga diartikan sebagai metode yang melukiskan variabel satu per satu. Sedangkan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kuantitatif yaitu metodologi yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian lebih mementingkan aspek keluasan data dibanding kedalaman data. Sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi. Hubungan riset dengan subjek jauh, sehingga alat ukur harus dijaga keobjektifannya. Periset tidak


(39)

(Kriyantono, 2006 : 57).

Dengan menggunakan metodologi kuantitatif maka sebuah penelitian berawal pada data dan bermuara pada kesimpulan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey. Penelitian survey menggunakan alat kuisioner dengan desain close untuk mengukur opini pembaca Surabaya tentang berita tentang pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos

3.1.1. Definisi Operasional

Yang dimaksudkan dengan definisi operasional disini adalah petunjuk tentang langkah langkah mengukur variabel dari menetapkan variabel yang hendak diukur, mendefinisikan arti variabel (definisi konseptual), menetapkan jenis dan jumlah indikator, menetapkan skala pengukuran, menetapkan jumlah pilihan jumlah pilihan jawaban dan skor tiap pilihan jawaban ,Singaribun menjelaskan definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur (Hamidi,2007:4)

Dan pada penelitian ini hubungan antara variabel tidak dibicarakan oleh peneliti, karena dalam penelitian ini yang dibicarakan hanya ada satu variabel yaitu opini. Penelitian ini difokuskan pada individu yang berusia 17-55, tentang berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos


(40)

Dalam penelitian ini opini lebih dimaksudkan sebagai suatu hal yang kemudian dinyatakan oleh pembaca setelah membaca berita tentang pemberian gelar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos

Opini adalah salah satu interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang kemudian dinyatakan atau diekspresikan .dalam kaitanya dengan proses komunikasi terdapat efek salah satunya adalah opini atau pendapat

Opini dalam penelitian ini adalah salah satu interaksi pembaca yang mengemukakan pendapatnya dalan bentuk respon terhadap pemberitaan tentang usulan pemberian gelar Presiden Susilo Bambang Yudhoyonoo sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos

1. Opini positif

Adalah opini responden yang menyatakan respon positif atau jika responden memberikan pernyataan setuju, mendukung, atau terhadap berita atau suatu peristiwa

2. Opini netral

Adalah opini responden yang menyatakan respon netral atau jika responden memberikan pernyataan ragu-ragu termasuk didalamnya pernyataan tidak berpendapat terhadap berita atau suatu peristiwa


(41)

Adalah opini responden yang menyatakan respon negatif atau jika responden memberikan pernyataan tidak setuju, tidak mendukung terhadap berita atau suatu peristiwa

3.1.3 Masyarakat Surabaya

Masyarakat Surabaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berusia 17-55 tahun, memiliki KTP dan berdomisili di kota Surabaya, dan yang membaca di media jawapos mengenai berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan .

Dimana data responden yang diambil meliputi usia 17 -55. Penempatan usia ini didasarkan pada pertimbangan bahwa usia tersebut, seseorang telah memiliki kemampuan intelektual maupun ketrampilan dalam menganalisa sebuah berita dan ditunjang dengan sikap pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004 : 66). Sehingga diharapkan masyarakat dapat memberikan opini yang bertanggung jawab terkait dengan usulan pemberian kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan.

3.1.4 Berita Usulan Pemberiaan Presiden Gelar Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Bapak Kesejahteraan

Berita pemberian gelar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos adalah berita yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat Surabaya bahwa usulan pemberian gelar kepada


(42)

gelar sendiri di usulkan oleh CIDES ,cides adalah merupakan Yayasan Center for Information and Development Studies Indonesia dibentuk dengan semangat dan komitmen baru pada awal tahun 2009.

Cides menilai selama masa jabatanya Susilo Bambang Yudhoyono dinilai telah berhasil memajukan perekenomian Indonesia , menurut salah satu perwakilan cides Riky kinerja presiden selama masa pemerintahanya menunjukan perkembangan yang sangat signifikan baik dalam hal pembangunan maupun dalam hal perekenomian(dikutip dari Koran Jawa Pos, tanggal 15 Agustus 2010)

Tapi ada beberapa pihak yang kurang menyetujui bahkan mengkritisi pemberian gelar ini. Mereka menganggap bahwa kesejahteraan di negeri ini belum merata bahkan menurut sebuah sumber pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah rezim dengan utang terbesar, hanya dalam kurun waktu 6 tahun utang yang diperoleh mencapai 300-400 triliun (http://indonesian.irib.ir/index.php/politik.), Salah satu pihak yang mengkritisi hal ini datang dari fraksi PDIP, menurut Tjahjo Kumolo (Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan) usulan pemberian gelar kepada Preside Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Bapak Kesejahteraan sebaiknya dilakukan presiden Susilo Bambang Yudhoyono sesudah tidak menjabat lagi sebagai Presiden di samping itu Presiden susilo Bambang yudhoyono sendiri belum berkenan terhadap usulan pemberian gelar tersebut. Hal ini dikarenakan peningkatan kesejahteraan rakyat sebagaimana janjinya kampanye pada Pemilu Presiden dan dipertegas pada Pidato Pelantikan Presiden periode kedua, sampai sekarang belum menunjukkan hasil optimal.


(43)

petunjuk bahwa kesejahteraan masih belum merata.

Indikator yang digunakan untuk mengukur opini masyrakat Surabaya terhadap berita usulan pemberian gelar presiden susilo Bambang Yuhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media massa antara lain pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam daftar quisioner yang menyangkut :

Isi berita media jawapos yang memberitakan usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan :

1. Pro kontra usulan pemberian gelar Susilo Bambang Yudyoyono sebagai bapak kesejahteraan, hal itu kaitanya dengan :

a. Perokonomian di di masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono

b. Tingkat pengangguran pada pemerintahan presiden Susilo Bambang yudhoyono mengalami penurunan

c. Ada suatu kepentingan golongan/partai politik tertentu terhadap Usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono

d. Usulan Pemberian gelar presiden merupakan cara pendekatan suatu partai tertentu

e. Pemberian gelar seharusnya diberikan pada akhir jabatan/setelah menjabat


(44)

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan model skala likert (Hasan ,2002,72) dijabarkan menjadi indikator variabel kemudian dijadikan titik tolak penyusunan item-item instrumen bisa diberbentuk pertanyaan atau pernyataan yang kemudian harus dijawab oleh responden pengukuran ini sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) dan dalam penelitian ini meniadakan pilihan jawaban ragu-ragu. Alasannya karena kategori ragu-ragu memiliki makna ganda, yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Disediakannya jawaban ditengah-tengah juga mengakibatkan responden akan cenderung memilih jawaban ditengah-tengah terutama bagi responden yang ragu-ragu akan memilih jawaban yang mana. Yang terakhir, disediakannya jawaban ditengah-tengah akan menghilangkan banyak data dalam penelitian, sehingga data yang diperlukan banyak yang hilang. Jawaban ragu-ragu ini mencakup juga cukup sering, cukup puas, agak, sedang, dan lainnya (Rachmat, 2006 : 134).

Pada selanjutnya 4 kategori jawaban diatas akan diberi skor sesuai jawaban yang akan dipilih oleh responden sedangkan pemberian nilai skor sebagai berikut:

Sangat tidak setuju = 1 Tidak setuju = 2 Setuju = 3 Sangat setuju = 4

Pengukuran opini masyarakat tentang usulan berita usulan pemberian gelar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan dapat ditunjukkan melalui total skor dari seluruh jawaban responden atas


(45)

pertanyaan-untuk tiap-tiap pertanyaan yang diajukan adalah :

Variabel Opini di penelitian ini nantinya jawaban akan diberi skor pada semua pertanyaan dengan menggunakan skala interval (negatife,netral,positif). Penentuan interval dilakukan dengan mengguanakan Range, Range masing-masing kategori ditentukan dengan :

Range(R) =

diinginkan yang

Jenjang

rendah jawaban te skor

tertinggi jawaban

Skor 

= interval

Keterangan :

Range (R) : Batasan tiap tingkatan

Skor tertinggi : perkalian antara nilai tertinngi dan jumlah item pertanyaan Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dan jumlah item pertanyaan Range (R) : (10 x 4 ) – (10 x 1) = (40) – ( 10) = 30 = 10

3 3 3

Negatif : 10 - 19

1. Apabila responden yang telah membaca, melihat dan mendengar berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos tidak setuju dan menolak terhadap usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


(46)

2. Masyarakat Surabaya ragu terhadap adanya pemberitaan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos tersebut dikarenakan kurang mengetahui pemberiataan tersebut, menganggap tidak penting dan tidak berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Hal ini bisa disebut dengan opini netral.

Positif : 30-40

3. Masyarakat Surabaya yang telah mengetahui berita tersebut memberikan dukungan dan pernyataan setuju terhadap berita usulan pemberian gelar kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Bapak Kesejahteraan di media jawapos Hal ini dpat disebut sebagai opini positif

3.2Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Surabaya (yang memiliki kartu identitas di Surabaya), untuk lebih jelasnya peneliti memilih usia 17-55 tahun keatas sebagai batasan dari usia penelitian ini.

Penempatan usia ini didasarkan pada jenis kelamin dan tingkat pendidikan karena sangat memperngaruhi pola berpikir dan cara penilaian terhadap suatu fenomena atau kejadian yang ada di sekeliling mereka. Penduduk Surabaya yang berusia 17 hingga 55 tahun 1.876.044 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2009) yang tersebar di surabaya


(47)

Sampel ialah sebagai dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu (Sugiono, 2005:56) sampel disini adalah masyarakat surabaya berusia minimal 17 tahun hingga 55 tahun yang bertempat tinggal di surabaya

Perhitungan sampel yang digunakan menggunakan rumus Yamane (Rakhmat,2001:82) yaitu

1 Nd

N

n 2

 

Keterangan :

N = Jumlah populasi kota surabaya n = Jumlah sampel yang diperlukan d = Tingkat kesalahan (presisi)

Dengan menggunakan rumus yang telah dipaparkan sebelumnya, maka jumlah sampel dari keseluruhan populasi pada penelitian ini :

n =

1 Nd

N 2

n = 1.876.044

1.876.044(0,1²) + 1 = 1.876.044

18761,44 = 99,99


(48)

sampling mengingat responden dalam penelitian ini banyak dan tersebar luas dalam wilayah kota surabaya , dimana populasi ini dibagi menjadi berbagai cluster berdasarkan wilayah dan temapt tinggal maka secara sitematis telnik penariakn sample digambarkan sebagai berikut :

Surabaya Surabaya Timur Surabaya Selatan Surabaya Pusat Surabaya Barat Surabaya kecamatan Wonocolo Kecamatan Wiyung Kecamatan Lakarsantri Kel Margerejo Kel Wiyung Kel Babatan Kel Lidah wetan Kel Lidah kulon Kel Manukan wetan Kel Manukan kulon Kecamatan Tandes Utara Kel. Bendulmer isi


(49)

Gambar 3 Bahan Multistage Cluster Random Sampling

Sistimatis teknik penarikan sample dilakukan dengan melakukan tiga tahapan, yaitu :

1. Pemerintahan kota Surabaya terdiri dari lima wilayah, yakni Surabaya Pusat, Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Selatan, Surabaya Utara. Berdasarkan hasil random pertama, terpilih Surabaya Barat dan Surabaya Selatan.

2. Berdasarkan hasil random kedua, wilayah Surabaya Barat terpilih Kecamatan Tandes dan Kecamatan Lakarsantri. Sedangkan untuk wilayah Surabaya Selatan terpilih Kecamatan Wonocolo dan Kecamatan Wiyung.

3. Pada hasil random ketiga, Surabaya Barat dari Kecamatan Tandes terpilih Kelurahan Manukan Wetan dan Manukan kulon , dari Kecamatan Lakarsantri terpilih Kelurahan Lidah Kulon dan Kelurahan Lidah Wetan. Surabaya Selatan dari Kecamatan Wonocolo terpilih Kelurahan Margerejo dan Kelurahan Bendul merisi, dari Kecamatan Wiyung terpilih Kelurahan Babatan dan Kelurahan Wiyung.

Tabel 1


(50)

1 Kelurahan Manukan wetan 2.965

2 Kelurahan Manukan kulon 25.872

3 Kelurahan lidah wetan 8.918

4 Keluraha lidah kulon 7.689

5 Kelurahan wiyung 9.047

6 Kel;urahan Babatan 15,361

7 Kelurahan Margerejo 14.735

8 Kelurahan Bendul Merisi 5.602

Jumlah 90189

Dengan demikian, responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Kemudian secara proporsional jumlah responden dialokasikan pada setiap wilayah (Nazir, 1988 : 361) ditentukan dengan rumus :

n x N

1 N n

Keterangan :

n1 = Jumlah penduduk di suatu kelurahan

N1 = Ukuran stratan ke 1

N = Jumlah seluruh penduduk dari delapan kelurahan N = Jumlah sampel yang ditetapkan


(51)

jiwa, maka perhitungannya adalah : 9 8,5 100 x 90189 7689

n1   

2. Kelurahan Lidah Wetan penduduk dengan usia 17 – 55tahun sebanyak 8.918 jiwa, maka perhitungannya adalah :

8 10,03 100 x 90189 8.918

n1   

3. Kelurahan Manukan Wetan penduduk dengan usia 17 – 55 tahun sebanyak 2.965 jiwa, maka perhitungannya adalah :

3 3,3 100 x 90189 2965

n1   

4. Kelurahan Manukan Kulon penduduk dengan usia 17 – 55 tahun sebanyak 25.872 jiwa, maka perhitungannya adalah :

29 28,6 100 x 90189 25872

n1   

5. Kelurahan Babatan penduduk dengan usia 17 – 55 tahun sebanyak 15.361 jiwa, maka perhitungannya adalah :

17 17,03 100 x 90189 15.361

n1   

6. Kelurahan Wiyung penduduk dengan usia 17 – 55 tahun sebanyak 9.047 jiwa, maka perhitungannya adalah :

11 10,03 100 x 90189 9047

n1   

7. Kelurahan Bendul merisi penduduk dengan usia 17 – 55 tahun sebanyak 14.735 jiwa, maka perhitungannya adalah :


(52)

8. Kelurahan Margerejo penduduk dengan usia 17 – 55 tahun sebanyak 5.602 jiwa, maka perhitungannya adalah :

6 6,2 100 x 90189

5602

n1   

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden, dimana responden memberikan jawaban atau keterangan atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan melalui kuisioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang terkait dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Bahan-bahan pustaka tersebut didapat dari buku-buku, literatur, atau informasi tertulis lainnya. Kemudian data yang berupa jawaban-jawaban dari responden tersebut dikumpulkan, dimasukkan kedalam tabulasi data dan di analisis, sehingga didapat suatu kesimpulan yang nantinya menjadi hasil dari penelitian ini.

3.2.4 Metode Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan kedalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan kedalam tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis. Dalam mengkode, menganalisis dan menginterpretasikan data yaitu memberi


(53)

ada di lapangan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

P = X100% N

F

Keterangan :

P = Prosentase responden F = Frekuensi responden N = Jumlah populasi

Dengan rumus tersebut, maka akan diperoleh prosentase yang digunakan dengan kategori tertentu, hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpretasikan.


(54)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Surat Kabar Jawapos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949 oleh suatu perusahaan yang bernama PT. Java Pos Concern Ltd yang bertempat di jalan Kembang Jepun 166-169. perusahaan ini didirikan oleh WNI keturunan kelahiran Bangka yang bernama The Cung Sen alias SoesenoTedjo pada tanggal 1 Juli 1949. Soeseno Tedjo merupakan perintis berdirinya Jawa Pos ini. Pada awalnya Tedjo ini bekerja di kantor film Surabaya. Pada mulanya dia yang bertugas menghubungi surat kabar, ternyata menguntunglcan, maim is pun kemudian mendirikan perusahaan surat kabar dengan nama lain Java Pos pada tanggal 1 Juli 1949. Harian Jawa Pos saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa, perusahaan penerbitannya waktu itu adalah PT. Java Pos Concern Ltd. Yang bertempat di jalan Kembang Jepun. Pemimpin redaksi pertamanya adalah Goh Tjing Hok. Selanjutnya 1951 pemimpin redaksi adalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang yang tak pernah goyah.

Pada saat The Cung Sen dikenal sebagai raja koran karena memiliki surat kabar yang diterbitkan dalam 3 bahasa yang berbeda. Surat kabar yang berbahasa Indonesia bernama Java Post, sedangkan De Vrije Pers adalah surat kabar yang terbit dengan menggunakan bahasa Belanda.


(55)

oleh Vit Geres Maatscahppij De Vrije Pers yang berlokasi di jalan Kaliasin 52 Surabaya, tetapi selanjutnya dibeli oleh PT Java Post Concern Ltd, pada bulan April 1954. Pada bulan dan tahun yang sama, Java Pos mulai dicetak di percetakan Agil di jalan K.H. Mansyur Surabaya.

Pada tahun 1962 harian De Vrije Pers dilarang terbit oleh pemerintah Republik Indonesia sehubungan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Barat dan tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar harian yang berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily News. Meskipun akhirnya harian ini dihentikan penerbitannya karena minimnya pemasangan iklan pada tahun 1981. Sedangkan munculnya kemelut yang disebabkan oleh G 30 S/PKI ternyata tidak saja menimpa Harlan Kompas tetapi juga menimpa Harlan Chuo Shin Wan, sehingga pada tahun kejadian itu tetap terbit meskipun dengan kondisi yang memprihatinkan karena oplahnya yang sangat kecil yakni hanya 10.000 eksemplar.

Pada awal terbitnya Java Pos memiliki ciri utama terbit pagi hari dengan menampilkan berita - berita umum. Terbitan Java Pos dicetak dipercetakan Agil di jalan K.H. Mansyur Surabaya dengan oplah 1000 eksemplar. Pada 1 April 1954 Java Post dicetak dipercetakan De Vrije Pers jalan Kaliasin 52 Surabaya. Dari tahun ke tahun oplah Java Post mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 1954-1957 oplah sebesar 4000 eksemplar pada tahun 1958-1964 oplah sebesar 10.000 eksemplar.

Pada tahun 1958 Java Post berganti ejaan menjadi Djawa Post ejaannya lebih disempurnakan dengan nama Jawa Pos. Pada saat itu perkembangan Jawa Pos semakin membaik dengan oplah pada tahun 1971-1981 menjadi 10.000


(56)

eksemplar. Pendistribusiannya di Surabaya hanya 2000 eksemplar, sedangkan lainnya di beberapa kota di Jawa Timur seperti di Malang yang beredar hanya 350 eksemplar. Penurunan jumlah oplah ini dikarenakan system manajemen yang diterapkan semakin kacau. Ketiga anak The Cung Sen yang diharapkan dapat melanjutkan usaha penerbitan ini tidak satupun yang tinggal di Indonesia. Terlebih lagi teknologi cetak juga kian sulit diikuti kemajuannya. Rendah oplah yang diperoleh penerbitan yang berakibat pada kecilnya pendapatan menyebabkan The Cung Sen sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk menjual mayoritas salt= perusahaan kepada PT. Grafiti Pers (yang menerbitkan Tempo) pada tanggal 1 April 1982. Pak The (begitu panggilan untuk The Cung Sen) menyatakan tidak mungkin lagi mengembangkan Jawa Pos, tetapi Pak The tidak ingin surat kabar yang didirikannya mati begitu saja. Itulah mengapa sebabnya Jawa Pos diserahkan kepada pengelola baru. Pak The sendiri memilih Tempo dengan pertimbangan khusus. "Tempo kan belum punya surat kabar, tentu saja surat kabar says ini akan di nomorduakan", begitu kata Pak The saat itu. Dengan pertimbangan itu Pak The ingin perkembangan Jawa Pos tidak terhambat. Pak The sendiri dalam usianya yang sudah 89 tahun akhirnya memang berangkat ke Inggris bersama istrinya Megah Endah yang berusia 71 tahun.

Melihat keadaan yang terjadi pada PT Java Post Concern Ltd tersebut, maka direktur utama PT. Graffiti Pers Bapak Eric Samola Sh. Menugaskan Bapak Dahlan Iskan yang saat itu menjabat sebagai pemimpin umum dan pemimpin redaksi. Sebelum Pak The berangkat ke Inggris beliau berpesan agar Jawa Pos


(57)

sebelum keberangkatannya ke Inggris sebuah pesta kecil diadakan di nunahnya Jalan Pregolan. Disitulah diadakan kebulatan tekad "kami bertekad merebut kembali sejarah yang pemah dibuat Pak The". Begitu kata-kata akhir sambutan Dahlan Iskan yang saat itu ditunjuk memimpin Jawa Pos. kata-kata itu akhimya dibuktikan oleh Dahlan Iskan yang sekarang menjabat sebagai Direktur Utama atau CEO. Hanya dalam waktu 2 tahun oplah Jawa Pos sudah 250.000. Padahal ketika alih manajemen ini dilakukan untuk meraih oplah 100.000 rasanya mimpi. Sejak saat itulah perkembangan harian Jawa Pos semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Berkat adanya perbaikan tersebut maka pada tahun 1999 oplahnya mencapai 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 29 Mei 1985 berdasarkan akta Notaris Liem Sin Hwa, SH, no 8 pasal 4 menyatakan bahwa PT. Java Post Concern Ltd diganti dengan PT. Jawa Pos. Perubahan lain yang dilakukan oleh manajemen PT Jawa Pos adalah dalam hal permodalan. Pada awalnya Jawa Pos dimiliki secara tunggal, namun sehubungan dengan Surat Ijin Usaha Percetakan dan Penerbitan (SIUUP), khususnya tentang permodalan saham, 20 % dari saham perusahaan tersebut harus dimiliki oleh para karyawan dan wartawan untuk menciptakan rasa ikut memiliki.

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak merubah secara esensial isi pemberitaatuiya. Surat kabar Jawa Pos tentang berkembang sebagai surat kabar yang menyajikan berita-berita umum ini meliputi peristiwa penting nasional yang merupakan peristiwa ekonomi,


(58)

itu juga berita-berita lain berdasarkan peristiwa di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak terlepas dan perjuangan dan kepeloporan Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya pada khususnya, dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat membaca koran adalah sore hari. Koran terbesar yang terbit di Surabaya adalah koran sore yaitu Surabaya Pos. Koran-koran Jakartapun datangnya sore. Ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi, banyak yang menertawai, "Koran kok pagi". Banyak diantara yang menolak. Banyak agen dan loper menolak tak mau menjual Jawa Pos, bahkan dititipi saja agen dan loper menolak. Manajemen Jawa Pos akhimya memutar otak. Kalau tak ada loper dan agen lewat apa Koran ini dipasarkan? Akhirnya ditemukan cars lain : isteri-isteri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper koran, termasuk isteri Dahian Iskan sendiri. Cara ini ditempuh dengan banyak tujiian, pertama demi perkembangan koran itu sendiri, sebab kendala um/no adalah pemasaran. Waktu itu gaji wartawan masih kecil. Dengan cara ini keluarga Jawa Pos ada tambahan pendapatan. Dan yang ketiga memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan atas jerih payah suaminya. Kelak dikemudian hari beberapa isteri atau keluarga wartawan ini menjadi agen besar Koran Jawa Pos. Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata membuahkan hasil termasuk kerekdasian.


(59)

Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar Surabaya seperti Surabaya Post. Banyak strategi yang dilakukan Jawa Pos untuk mencapai kondisi seperti ini, diantaranya dengan ini menjadi surat kabar yang melakuka hal-hal baru untuk pertama kalinya di Indonesia seperti terbit 24 hal per hari, menjadi surat kabar pertama yang terbit di hari libur nasional dan muncul dengan ukuran kecil tanpa mengurangi isi berita pada saat krisis moneter yang terjadi di Indonesia.

Salah satu hal benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah kelompok media yaitu dengan adanya JPNN (Jawa Pos News Networking). JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana menampung berita dan seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita berbagai media cetak yang berada dalam suatu naungan kelompok Jawa Pos. Hal ini menyebabkan berita di suatu daerah di luar Surabaya tidak perlu lagi dikerjakan layoutnya di Surabaya dan juga berita tersebut dikerjakan di kota yang bersangkutan dan hasilnya dikirimkan ke JPNN untuk diambil oleh para redaksi yang ada di Surabaya. Saat ini dimana massanya media online sedang berkembang Jawa Pos juga tidak man ketinggalan memberikan fasilitas Jawa Pos yang bisa diakses melalui media internet dengan alamat situs www.jawapos.co.id.


(60)

Bapak Kesejahteraan

Berita pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteaan banyak muncul di berbagai media jawapos, Ide pemberian gelar kesejahteraan kepada Presiden Susilo Bambang Yudoyono datang dari Centre for Information and Development Studies (CIDES), Yayasan Center for Information and Development Studies (CIDES) Indonesia dibentuk dengan semangat dan komitmen baru pada awal tahun 2009 sebagai bentuk kelanjutan sejarah CIDES yang telah ada sebelumnya. Sejarah CIDES pertama kali didirikan pada tanggal 25 Januari 1993 oleh para pendiri yang utama yaitu Adi Sasono sebagai Ketua Dewan Direktur dan Moh. Jumhur Hidayat sebagai Direktur Pelaksana, yang kemudian pada tanggal 19 Maret 1997 membentuk Yayasan CIDES dengan para pendirinya yaitu: B.J. Habibie, M. Amien Rais, Adi Sasono, A. Watik Pratiknya, Moh. Jumhur Hidayat, Ricky Rahmadi, dan Thabrani Harahap.

Sejarah pembentukan CIDES pada waktu itu sangat diwarnai oleh idealisme dan semangat para pendiri CIDES bersama sejumlah tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang memutuskan perlunya dibentuk sebuah lembaga studi sebagai tangki pemikiran dalam upaya pengembangan organisasi tersebut pada khususnya, dan masyarakat Indonesia. Idealisme dan semangat CIDES itu tetap menjadi warna dan ciri khas. CIDES sebagai lembaga studi yang kritis, cerdas, dan konstruktif terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan,


(61)

demokrasi (http://www.cidesindonesia.org/index, dikutip Tanggal 20 Aguatus 2010)

Namun rupanya ada beberapa pihak yang kurang menyetujui bahkan mengkritisi pemberian gelar ini. Mereka menganggap bahwa kesejahteraan di negeri ini belum merata bahkan menurut sebuah sumber pemerintahan presiden Susilo Bambang yudhoyono adalah rezim dengan utang terbesar, hanya dalam kurun waktu 6 tahun utang yang diperoleh mencapai 300-400 triliun (http://indonesian.irib.ir/index.php/politik.), dikutip tanggal 24 Agustus 2010). Ketika usia pemerintahan menginjak 45 bulan pada Juli lalu, tantangan yang dihadapi pemerintah berpusat pada dua hal, yakni mengatasi dampak kenaikan harga-harga pangan dan bahan bakar (food and fuel). Pada saat itu citra pemerintahan, khususnya di bidang ekonomi, tidak serta-merta memburuk karena kondisi serupa juga terjadi di tingkat global. Dengan demikian, kebijakan yang 

ditempuh pemerintah, termasuk dengan menaikkan harga bahan bakar minyak, cukup dimaklumi oleh publik.Melalui jajak pendapat triwulanan yang dilakukan Litbang Kompas untuk mengevaluasi kinerja pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 15-17 Oktober lalu, tampak bahwa citra pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono di masa krisis ini justru membaik. Jika pada usia 45 bulan citra baik pemerintahan hanya dinyatakan oleh 47,8 persen responden, kali ini meningkat menjadi 66,5 persen. Langkah presiden dalam memimpin kabinetnya dianggap sudah baik. Sebagian besar responden atau 62,7


(62)

Bambang Yudhoyono (www.bengkulu.go.id/index.php).sumber

Salah satu pihak yang mengkritisi hal ini datang dari fraksi PDIP, menurut Tjahjo Kumolo (Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan) usulan pemberian gelar kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Bapak Kesejahteraan sebaiknya dilakukan sesudah presiden tidak menjabat lagi sebagai Presiden di samping itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri belum berkenan terhadap usulan pemberian gelar tersebut. pemerintahan

Pendapat lain muncul dari wakil ketua MPR Harjiyanto .Y. Thohari mengatakan, lembaga yang bersifat informal , seperti ormas, lembaga, atau yayasan studi sah-sah saja memberikan kehormatan pada seorang tokoh. Pada akhirnya rakyat akan menyetujui pemberian gelar tersebut, betul-betuk kredibel atau tidak .Rakyat juga akan menilai, apakah itu hanya sebuah langkah politik atau murni penghargaan terhadap seorang mantan presiden, jadi bebas –bebas saja kalau mau dikasih gelar atau award ungkap politikus partai golkar tersebut. Sedangkan pemberian gelar secara formal dari Negara kini sudah diatur melalui UU No 20 tahun 2009 tentang Gelar, Tanda jasa dan Tanda kehormatan. Setelah melaui pengkajian oleh dewan , gelar serta tanda jasa dan kehormatan ditetapkan melalui kepress,yang diatur undang undang tersebut sebatas gelar pahlawan nasional. Menurut dia , MPR sudah tidak berwenang lagi menetapkan pemberian gelar kepada mantan presiden pada era Orba , MPR merupakan lembaga tertinggi Negara sekalipun menjadi penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. (di kutip dari Koran Jawa Pos, tanggal 15 Agustus 2010)


(63)

4.2.1. Identitas Responden

Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang diperoleh dalam penyebaran kuesioner meliputi jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir selengkapnya tertera pada tabel berikut :

Tabel 1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

1 Laki-laki 54 54%

2 Perempuan 46 46%

Total 100 100%

Sumber : Kuesioner I No. 2

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai jenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 54 responden atau sebesar 54 % dan sisanya mempunyai jenis kelamin perempuan yakni sebanyak 46 responden atau sebesar 46 %. Dengan banyaknya responden yang mempunyai jenis kelamin laki-laki, hal ini dikarenakan responden yang mempunyai jenis kelamin laki-laki ini memang lebih peduli terhadap berita-berita menyangkut masalah pemerintahan .


(64)

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase

1 17-27 tahun 38 38%

2 28-38 tahun 29 29%

3 39-49 tahun 16 16%

4 50-55 tahun 17 17%

Total 100 100%

Sumber : Kuesioner I No. 3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 100 responden dalam penelitian ini, sebagian besar adalah responden yang berusia antara 17 sampai dengan 27 tahun yakni sebanyak 38 responden atau sebesar 38 %, kemudian sebanyak 29 responden atau sebesar 29 % adalah responden yang berusia antara 28 sampai dengan 38 tahun. Selanjutnya sebanyak 16 responden atau sebesar 16 % adalah responden yang berusia antara 39 sampai dengan 49 tahun dan sisanya sebanyak 17 responden atau sebesar 17 % adalah responden yang berusia 50-55 tahun. Dengan banyaknya responden yang berusia antara 17 sampai dengan 27 tahun, hal ini dikarenakan pada usia tersebut banyak responden yang mengetahui berita usulan pemberian gelar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di media jawapos. Pada usia tersebut umumnya responden masih terstatus pelajar atau masih mahasiswa dalam belum bekerja, sehingga memiliki banyak waktu membaca surat kabar


(65)

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakhir Jumlah Prosentase

1 SLTP 20 20%

2 SMU 41 40%

3 DIPLOMA 18 18%

4 SARJANA/S1 31 31%

Total 100 100%

Sumber : Kuesioner I No. 4

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berpendidikan terakhir SMU yakni sebanyak 41 responden atau sebesar 41 %. Kemudian yakni sebanyak 18 responden atau sebesar 18 % mempunyai pendidikan terakhir Akademi/Diploma dan sebanyak 31 responden atau sebesar 31 % mempunyai pendidikan terakhir Sarjana, serta yang mempunyai pendidikan terakhir SLTP yakni sebanyak 20 responden atau sebesar 20 % Dengan banyaknya yang mempunyai pendidikan terakhir SMU, karena mereka masih menyelesaikan sekolahnya atau kuliahnya sambil bekerja


(66)

Kateristik responden berdasarkan pekerjaanya

No Pekerjaan Jumlah presentase

1 Ibu Rumah tangga 13 13%

2 Wiraswasta 18 18%

3 PNS 7 7%

4 Karyawan 62 62%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan yakni sebanyak 62 responden atau 62 % kemudian 18 responden atau 18 % memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta serta sebanyak 13 responden atau 13 % memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga lalu sebanyak 7 responden atau 7 % memiliki pekerjaan sebagai PNS


(67)

Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Bapak kesejahteraan

Pada bagian ini akan di uraikan opini masyarakat Surabaya tentang berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos

1. Opini Masyarakat Surabaya Selama Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Perekonomian Indonesia Mengalami Peningkatan

Rekapitulasi jawaban para responden yang diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada para responden yaitu masyarakat yang ada disurabaya untuk mengetahui opini mereka selama pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono prekonomian indonesia mengalami peningkatan terangkum dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 5

Opini Masyarakat Surabaya Selama Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Perekonomian Indonesia Mengalami

Peningkatan

No Jawaban Jumlah Prosentase

1 Sangat Setuju 4 4%

2 Setuju 63 63%

3 Tidak setuju 27 27%

4 Sangat Tidak Setuju 6 6%

Total 100 100%


(68)

sangat setuju selama pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono perekonomian menurut responden presiden Susilo Bambang Yudhoyono peduli dengan usaha-usaha kecil denagan cara member pinjaman modal dengan bunga yang rendah mengalami peningkatan kemudian sebanyak 63 responden atau 63% menjawab setuju dapat diasumsikan masyarakat Surabaya setuju adanya peningkatan perekonomian di masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Sedangkan 27 responden atau 27% menjawab tidak setuju atau menilai selama pemerintaha presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak mengalami peningkatan perekonomian karena masyarakat menilai masih banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan dan sebanyak 6 responden atau 6% menjawab sangat tidak setuju atau menilai selama pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak mengalami peningkatan perekonomian terbukti dengan masih banyaknya rakyat yang miskin


(1)

76

menghitung total skor dari keseluruhan jawaban kuisioner yang telah dibagikan kepada 100 responden

Pemberian skor 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 untuk jawaban setuju, 2 untuk jawaba tidak setuju dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, kemudian untuk menentukan arah positif,netral atau negatif dihitung dengan menggunakan rumus:

Range(R) = diinginkan yang Jenjang rendah jawaban te skor tertinggi jawaban Skor  = interval Keterangan :

Range (R) : Batasan tiap tingkatan

Skor tertinggi : perkalian antara nilai tertinngi dan jumlah item pertanyaan Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dan jumlah item pertanyaan Range (R) : (10 x 4 ) – (10 x 1) = (40) – ( 10) = 30 = 10

3 3 3

Batasan skor untuk mengetahui arah opini masyarakat surabaya terhadap berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagaibapak kesejahteraan di media massa adalah

Jumlah skor 10-19 termasuk rendah (opini negatif) Jumlah skor 20-29 termasuk sedang (opini netral) Jumlah skor 30-40 termasuk tinggi (opini positif)


(2)

Maka perolehan data terhadap opni masyarakat surabaya terhadap berita pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media Jawapos di tujukan tabel sebagai berikut :

Tabel 15

Hasil Keseluruhan Jawaban

No Jawaban Jumlah Prosentase

1 Positif 46 46%

2 Netral 40 40%

3 Negatif 14 14%

Total 100 100

Sumber : Lampiran 2

Dari tabel di atas diketahui bahwa responden memiliki opini pada jawaban positif yakni sebanyak 46 responden atau sebesar 46 %. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan responden setuju atau mendukung presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Bapak kesejahteraan karena masyarakat menilai kinerja presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat baik dan memberikan dampak positif bagi kehidupan rakyat Kemudian yang beropini ke jawaban netral yakni sebanyak 40 responden atau sebesar 40 %. Hal tersebut dapat dikarenakan bahwa mereka tidak terlalu memikirkan dengan berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono Dan 14 responden yang beropini ke jawaban-jawaban negatif, hal ini dikarenakan responden menilai kinerja presiden Susilo Bambang


(3)

78

Yudhoyono sebagai presiden belum maksimal dan belum menunjukan dampak yang baik bagi kehidupan masyarakat


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan di penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut

Berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan di media jawapos ini masyarakat Surabaya mendukung atau setuju dengan berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Bapak Kesejahteraan, hal ini dapat dilihat banyaknya opini positif yang di berikan oleh responden (masyarakat Surabaya) terhadap berita usulan pemberian gelar presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Bapak Kesejahteraan di media massa , hal ini karena responden ( masyarakat Surabaya ) menilai kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama menjabat sebagai presiden, responden menilai ada peningkatan perekonomian serta peduli terhadap rakyatnya terutama masyarakat kurang mampu .sehinnga presiden Susilo Bambang Yudhoyono layak di beri gelar bapak kesejahteraan.

Dengan demikian dampat disimpulkan surat kabar memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat yang dapat membentuk opini masyrakat terhadap suatu berita yang dimuat atau di beritakan oleh surat kabar .


(5)

73

5.2. Saran

Usulan pemberian gelar kepada presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai bapak kesejahteraan harus di sesuai dengan kinerja presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden, apakah masyarakat Indonesia sudah bisa dikatakan sejahterah atau belum, sehingga tidak menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat luas karena masyarakat sebagai rakyat yang lebih pantas menilai apakah presiden Susilo Bambang Yudhoyono pantas menerima gelar sebagai Bapak kesejahteraan.

Selain itu surat kabar harus lebih aktif atau banyak memberikan berita mengenai masalah pemerintahan sehingga masyarakat mengetahui perkembangan atau hal-hal apa saja yang terjadi dengan pemerintahan tentu saja berita yang disampaikan media massa harus fakta dan bisa dipertanggung jawab kan kebenaranya sehingga tidak menimbulkan kebohongan publik


(6)

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial, Surabaya Airlangga University Press, 2001

Djuroto, Totok, 2002 Menulis Artikel dan Karya ilmiah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana, 2003 Ilmu, Teori, Filsafat Komunikasi , Bandung : PT Citra Adiya Abadi

Kriyantono, rachmat, Riset Komunikasi, Jakarta : Penerbit Prenada Media Group, 2008

Kusumaningrat, Hikmat, Jurnalistik Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakara, 2006

McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga, 1994

Sumadiria, Haris, Jurnalistik Indonesia, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2005

Suyanto, Bagong, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005

Non buku :

(http://jawapos.berita.ir/index.php/politik/,dikutip Tanggal 23 Agustus 2010) (http:/jawapos.berita.ir/index.php/politik, dikutip tanggal 22 agustus 2010). (http://www.cidesindonesia.org/index, dikutip Tanggal 20 Aguatus 2010) (www.bengkulu.go.id/index.php).


Dokumen yang terkait

Pencitraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono & Wakil Presiden Jusuf Kalla Di Surat Kabar (Analisis Framing Terhadap Pembentukan Citra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla Pasca Kecelakaan Transportasi Yang Terjadi Bulan J

0 52 164

Pencitraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perseteruan KPK Dan POLRI (Analisis Framing Terhadap Pembentukan Citra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perseteruan Polri dan KPK Pada Surat Kabar Kompas)

1 52 118

Persepsi Masyarakat Terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (Suatu Penelitian Deskriptif Kuantitatif di Desa Sukaraja Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Propinsi Aceh)

0 25 94

KEIKUTSERTAAN INDONESIA DI BAWAH PEMERINTAHAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM MENGATASI DAMPAK PEMANASAN GLOBAL

0 6 15

STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM KERJASAMA PARIWISATA DENGAN TURKI ERA PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

8 47 141

PENINGKATAN KAPABILITAS MILITER INDONESIA DI ERA KEPEMIMPINAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO.

0 4 35

Pidato Kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perselisihan Kpk Dan Polri (Analisis Wacana Kritis Model Teun A. Van Dijk Tentang Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terkait Perselisihan Kpk Dan Polri).

0 0 2

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KRITIK TOKOH LINTAS AGAMA TERHADAP PEMERINTAHAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (Studi Analisis Framing Berita Tentang Kritik Tokoh Lintas Agama Terhadap Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Pada Surat Kabar Jawa Po

5 24 126

OPINI MASYRAKAT SURABAYA TENTANG BERITA USULAN PEMBERIAN GELAR PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DI MEDIA MASSA (STUDI DISTRIKTIF OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG BERITA USULAN PEMBERIAN GELAR PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DI MEDIA MASSA)

0 0 18

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KRITIK TOKOH LINTAS AGAMA TERHADAP PEMERINTAHAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (Studi Analisis Framing Berita Tentang Kritik Tokoh Lintas Agama Terhadap Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Pada Surat Kabar Jawa Po

0 0 24