KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA SMP SWASTA DI KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ...i

UCAPAN TERIMAKASIH ...iii

ABSTRAK ...vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...8

C. Batasan Masalah ...8

D. Rumusan Masalah ...9

E. Tujuan Penelitian ...10

F. Manfaat Penelitian...10

G. Kerangka Pikir Penelitian ...11

H. Pengajuan Hipotesis...16

I. Defenisi Operasional ...17

BAB 11 LANDASAN TEORI A. Konsep Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran ...19

1. Posisi Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Dalam...19

Administrasi Pendidikan 2. Pengertian Pembelajaran ...22


(2)

4. Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran ...31

a. Merencanakan Pembelajaran ...33

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ...36

2. Memilih Dan Mengembangkan Bahan Pelajaran ...38

3. Merumuskan Kegiatan Belajar Mengajar ...38

4. Merencanakan Metode Pembelajaran ...39

5. Merencanakan Media dan Sumber Belajar ...40

b. Melaksanakan Pembelajaran ...41

1. Membuka Pelajaran ...42

2. Menyampaikan Materi Pelajaran ...44

3. Menutup Pembelajaran ...46

c. Mengevaluasi Pembelajaran ...47

B. Kepemimpinan Kepala Sekolah ...49

1. Defenisi dan Hakekat Kepemimpinan ...49

2. Efektivitas Kepemimpinan ...56

3. Perilaku Kepemimpinan ...59

a. Studi Kepemimpinan Ohio State University ...62

b. Teori Kepemimpinan Managerial Grid ... 65

4. Dimensi-dimensi Perilaku kepemimpinan ...66

C. Kompetensi Pedagogik ...67

1. Pengertian Kompetensi ...67

2. Pengertian Kompetensi Pedagogik ...71

BAB III METODE PENELITIAN A. Penentuan Metode Penelitian ………...79


(3)

C. Populasi dan Sampel Penelitian ………84

1. Penentuan Populasi Penelitian ...84

2. Penarikan Sampel Penelitian ...86

D. Teknik Pengumpulan Data...89

1. Penentuan Alat Pengumpulan Data ...90

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data ... 90

E. Uji Coba Instrumen ...92

1. Uji Validitas Instrumen ...93

a. Uji Validitas Instrumen Variabel Efektivitas Pelaksanaan ...94

Pembelajaran b. Uji Validitas Instrumen Variabel Perilaku Kepemimpinan ...96

Kepala Sekolah c. Uji validitas Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik Guru ...97

2. Uji Reliabilitas Instrumen ...98

3. Hasil Uji Coba Instrumen ...99

a. Variabel Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran ...99

b. Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah...100

c. Variabel Kompetensi Pedagogik Guru ...100

4. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ...100

F. Teknik Analisis Data ...101

1. Mentransformasi Data Ordinal ke Interval Dengan ...101

Dengan Menggunakan MSI 2. Uji Normalitas Distribusi Data ...102

3. Uji Regresi Linier ...102


(4)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Analisis...106

1. Deskripsi Data Variabel Penelitian ...106

a. Deskripsi Data Variabel Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran...106

b. Deskripsi Data Variabel Perilaku Kepemimpinan ...118

Kepala Sekolah c. Deskripsi Data Variabel Kompetensi Pedagogik Guru ...133

2. Pengujian Persyaratan Hipotesis ...146

a. Uji Normalitas ...146

b. Uji Linieritas ...148

3. Hasil Uji Hipotesis ...150

a. Pengujian Hipotesis Pertama ... 150

b. Pengujian Hipotesis Kedua ...153

c. Pengujian Hipotesis Ketiga ...156

B. Pembahasan ...178

1. Analisis Efektifitas Pelaksanaan Pembelajaran ...178

2. Analisis Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ...181

3. Analisis Kompetensi Pedagogik Guru ...184

4. Analisis Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ...188

Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran 5. Analisis Kontribusi Kompetensi Pedagogik Guru ...189

Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran 6. Analisis Kontribusi Perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah ...190 Dan kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Efektivitas


(5)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ...195

B. Implikasi ...196

C Rekomendasi ...198

DAFTAR PUSTAKA ...201


(6)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1. Indek Pembangunan Manusia ... 7

Tabel 3.1. Operasional Variabel Penelitian ...81

Tabel 3.2. Penyebaran Populasi Guru SMP Swasta di kecamatan Coblong ...86

Kota Bandung Tabel 3.3. Sampel Penelitian ...89

Tabel 3.4. Kriteria Skor Variabel X1 dan Y ...91

Tabel 3.5. Kriteria Skor Variabel X2 ...92

Tabel 3.6. Hasil Pengujian Validitas Variabel Efektivitas Pelaksanaan ...95

Pembelajaran Tabel 3.7. Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Kepemimpinan ...96

Kepala Sekolah Tabel 3.8. Hasil Pengujian Validitas Variabel Kompetensi Pedagogik Guru ...97

Tabel 4.1. Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Variabel ...106

Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Tabel 4.2. Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi Perencanaan...107

Pembelajaran Tabel 4.3. Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi Membuka...109

Pelajaran Tabel 4.4. Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi Menyampaikan ...110

Materi Pelajaran Tabel 4.5. Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi Menggunakan...111


(7)

Tabel 4.6. Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi Menggunakan...112

Alat Peraga Tabel 4.7. Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi Pengelolaan...113

Kelas Tabel 4.8. Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi Interaksi...115

Belajar Mengajar Tabel 4.9. Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi Menutup...116

Pelajaran Tabel 4.10. Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi Melaksanakan...117

Evaluasi Tabel 4.11. Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Variabel ...118

Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 4.12. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dimensi ...120

Mewakili Organisasi Tabel 4.13. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dimensi Mengatasi Konflik ..121

Tabel 4.14. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dimensi Persuasif ...122

Tabel 4.15. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dimensi Struktur Inisiasi ...123

Tabel 4.16. Perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah Dimensi Toleransi ...124

Tabel 4.17. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dimensi Tugas ...125

Menanggapi Tabel 4.18. Perilaku Kepemimpinan kepala Sekolah Dimensi Perhatian ...127

Tabel 4.19. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dimensi Produktif ...128

Tabel 4.20. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dimensi Prediksi Akurat ...129

Tabel 4.21. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dimensi Integrasi ...130


(8)

Superior

Tabel 4.23. Kecenderungan Jawaban Responden Terhadap Variabel ...133 Kompetensi Pedagogik Guru

Tabel 4.24. Kompetensi Pedagogik Guru Dimensi Menguasai Karakteristik ...134 Siswa

Tabel 4.25. Kompetensi Pedagogik Guru Dimensi Menguasai Teori Belajar ...135 Dan Prinsip-prinsip Pembelajaran

Tabel 4.26. Kompetensi Pedagogik Guru Dimensi Mengembangkan ...137 Kurikulum

Tabel 4.27. Kompetensi Pedagogik Guru Dimensi Menyelenggarakan...138 Pembelajaran Mendidik

Tabel 4.28. Kompetensi Pedagogik Guru Dimensi Memanfaatkan ...139 Teknologi Informasi dan Komunikasi

Tabel 4.29. Kompetensi Pedagogik Guru Dimensi Memfasilitasi ...140 Pengembangan Potensi Siswa

Tabel 4.30. Kompetensi Pedagogik Guru Dimensi Berkomunikasi ...142 Secara Efektif, Empatik dan santun

Tabel 4.31. Kompetensi Pedagogik Guru Dimensi Menyelenggarakan ...143 Penilaian dan Evaluasi

Tabel 4.32. Kompetensi Pedagogik Guru Dimensi Memanfaatkan ...144 Hasil Penilaian dan Evaluasi

Tabel 4.33. Kompetensi Pedagogik Guru Dimensi Melakukan Tindakan ...145 Reflektif

Tabel 4.34. Hasil Uji Normalitas ...147 Tabel 4.35. Hasil Uji Linieritas Data Variabel X1 Atas Variabel Y ...148


(9)

Tabel 4.36. Hasil Uji Linieritas Data Variabel X2 Atas Variabel Y ... 149

Tabel 4.37. Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 149

Tabel 4.38. Persamaan Regresi Y atas X1 ... 151

Tabel 4.39. Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 ... 151

Tabel 4.40. Koefisien Korelasi Antara Variabel Perilaku Kepemimpinan ... 152

Kepala Sekolah Dengan Efektifitas pelaksanaan pembelajaran Tabel 4.41. Koefisien Determinasi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ...153

Terhadap Efektivitas Pelaksanaan pembelajaran Tabel 4.42. Persamaan Regresi Y atas X2 ...154

Tabel 4.43. Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X2 ...154

Tabel 4.44. Koefisien Korelasi Antara Variabel Kompetensi Pedagogik Guru ...155

Dengan Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Tabel 4.45. Koefisien Determinasi Variabel Kompetensi Pedagogik Guru ...155

Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran Tabel 4.46. Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 ...157

Tabel 4.47. Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 ...158

Tabel 4.48. Uji Keberartian Pengaruh Masing-masing Variabel Independen ...159

Terhadap Variabel Dependen Tabel 4.49. Koefisien Korelasi Antara Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala ..160

Sekolah dan Kompetensi Pedagogik Guru Dengan Efektivitas Pelakasanaan Pembelajaran Tabel 4.50. Model Summary ...161

Tabel 4.51. Persamaan Regresi X1, X2 Terhadap Y Untuk Guru Perempuan ...162

Tabel 4.52. Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 ...163 Untuk Guru Perempuan


(10)

Tabel 4.53. Model Summary ...164 Tabel 4.54. Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 Untuk Guru Laki-laki...165 Tabel 4.55. Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 ...166

Untuk Guru Laki-laki

Tabel 4.56. Model Summary ...167 Tabel 4.57. Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 Untuk Guru Dengan ...169 Masa Kerja 10 Tahun

Tabel 4.58. Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 Untuk Guru ... 170 Dengan Masa Kerja 10 Tahun

Tabel 4.59. Model Summary ...170 Tabel 4.60. Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 Untuk Guru Dengan ...172 Dengan Masa Kerja > 10 Tahun

Tabel 4.61. Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2 Untuk Guru ...173 Dengan Masa Kerja > 10 Tahun

Tabel 4.62. Model Summary ...174 Tabel 4.63. Rata-rata dan Standar Deviasi ...175 Tabel 4.64. Perbandingan Nilai Beta, Koefesien Korelasi Dan Koefesien ...176 Determinasi


(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian ...15

Gambar 1.2. Paradigma Penelitian ...16

Gambar 2.1. Wilayah Kerja Adpen ... 20

Gambar 2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Kepemimpinan ...58

Gambar 2.3. Kuadran Kepemimpinan Universitas Ohio ...63

Gambar 2.4. Kisi-kisi Manajerial (Managerial Grid) ... .65

Gambar 4.1. Dimensi Perencanaan Pembelajaran ...108

Gambar 4.2. Dimensi Membuka Pelajaran ...109

Gambar 4.3. Dimensi Menyampaikan Materi Pembelajaran ...111

Gambar 4.4. Dimensi Menggunakan Metode Pembelajaran ...112

Gambar 4.5. Dimensi Menggunakan Alat Peraga ...113

Gambar 4.6. Dimensi Pengelolaan Kelas ...114

Gambar 4.7. Dimensi Interaksi Belajar Mengajar ...115

Gambar 4.8. Dimensi Menutup Pelajaran ...117

Gambar 4.9. Dimensi Melaksanakan Evaluasi ...118

Gambar 4.10. Dimensi Mewakili Organisasi ...120

Gambar 4.11. Dimensi Mengatasi Konflik ...122

Gambar 4.12. Dimensi Persuasif ...123

Gambar 4.13. Dimensi Struktur Inisiasi ...124

Gambar 4.14. Dimensi Toleransi ...125

Gambar 4.15. Dimensi Tugas Menanggapi ...126


(12)

Gambar 4.17. Dimensi Produktif ...129

Gambar 4.18. Dimensi Prediksi Akurat ...130

Gambar 4.19. Dimensi Integrasi ...131

Gambar 4.20. Dimensi Orientasi Superior ...132

Gambar 4.21. Menguasai Karakteristik Siswa ...135

Gambar 4.22. Dimensi Teori Belajar Dan Prinsip-prinsip Pembelajaran ...136

Gambar 4.23. Dimensi Mengembangkan Kurikulum ...137

Gambar 4.24. Dimensi Menyelenggarakan Pembelajaran Mendidik ...139

Gambar 4.25. Dimensi Memanfaatkan Teknologi Informasi Dan Komunikasi ...140

Gambar 4.26. Dimensi Memfasilitasi Pengembangan Potensi Siswa ...141

Gambar 4.27. Dimensi Berkomunikasi Secara Efektif, Empatik Dan santun ...142

Gambar 4.28. Dimensi Menyelenggarakan Penilaian Dan Evaluasi ...144

Gambar 4.29. Dimensi Memanfaatkan Hasil Penilaian Dan Evaluasi ...145

Gambar 4.30. Dimensi Melakukan Tindakan Reflektif ...146

Gambar 4.31. Model Analisis Regresi X1,X2 Dan Y Untuk Guru Perempuan ...164

Gambar 4.32. Model Analisis Regresi X1,X2 Dan Y Untuk Guru Laki-laki ...168

Gambar 4.33. Model Analisis Regresi X1,X2 Dan Y Untuk Guru Dengan ...171

Masa kerja 10 Tahun Gambar 4.34. Model Analisis Regresi X1,X2 Dan Y Untuk Guru Dengan ...175

Masa Kerja > 10 Tahun Gambar 4.35. Perbandingan Nilai Rata-rata ...176

Gambar 4.36. Model Analisis Korelasi ...177

Gambar 4.37. Model Determinasi Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat ...178

Gambar 4.38. Poligon Skor Rata-rata Masing-masing Dimensi Pada Variabel ...179 Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran


(13)

Gambar 4.39. Poligon Skor Rata-rata Masing-masing Dimensi Pada Variabel ...182 Perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menghadapai persaingan global di abad ke-21 di mana arus dan interaksi informasi tidak dapat dikendalikan lagi, maka perlu menghasilkan berbagai kunggulan kompetitif dari out come pendidikan.Pendidikan harus mampu membangun jembatan untuk mengatasi kesenjangan antara proses, hasil dan pengalaman belajar di sekolah. Sekolah adalah salah satu organisasi formal yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, guna menjalankan program pendidikan bagi anak dengan tujuan dan aturan yang jelas untuk membina anak yang berkualitas sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Di dalam organisasi terjadi interaksi antar individu dengan pola komunikasi tertentu untuk bekerja sama menjalankan kegiatan guna mencapai tujuan. Sebagai suatu organisasi, sekolah memiliki unsur atau komponen yang berfungsi dan saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan sekolah . Komponen-komponen tersebut terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru, karyawan, supervisor dan siswa. Ada pula unsur sarana dan prasarana, termasuk fasilitas dan finansial sekolah, disamping komponen kurikulum pendidikan sebagai pedoman bagi proses pengajaran dan pembelajaran.

Peranan sekolah sangat strategis dan menentukan kualitas generasi di masa depan. Inti kegiatan sistem persekolahan paling tidak ada dua tujuan utama, yaitu mendidik murid dalam berbagai ragam produk akademik,atau keterampilan kognitif dan pengetahuan, mendidik pelajar dalam pengembangan individu dan keterampilan sosial serta pengetahuan yang diperlukan untuk pekerjaan dan sosial politik di masyarakat.


(15)

Peran kepala sekolah sebagai pemimpin sangat penting, karena memiliki peran pengendalian atas sekolah beserta perkembangannya.Kepala sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti diungkapkan Supriadi (Mulyasa, 2007:24) bahwa :” Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”. Menurut Sallis (2006:169) menyatakan bahwa:” Kepemimpinan menentukan mutu dalam sebuah institusi”. Aspek penting dari peran kepemimpinan dalam pendidikan adalah memberdayakan para guru dan memberikan wewenang yang luas untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembelajaran sehingga proses pembelajaran para pelajar dapat mencapai hasil yang optimal.Seperti yang dikemukakan oleh Stanley Spanbauer (Sallis, 2006:174) bahwa :

Pemimpin institusi pendidikan harus memandu dan membantu pihak lain (guru dan staf) dalam mengembangkan karakteristik serupa.Sikap tersebut mendorong terciptanya tanggungjawab bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan lingkungan kerja yang interaktif. Dia menggambarkan sebuah gaya kepemimpinan dimana pemimpin harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampu memahami perubahan terjadi sedikit demi sedikit, bukan dengan serta merta.

Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memandu guru dan para administrator untuk bekerjasama dalam satu tim. Menurut Megan Crawford dkk (2005:81) :”Para kepala sekolah adalah figur-figur yang sangat berpengaruh yang melakukan pengaruh pengendalian atas sekolah beserta perkembangannya”. Agar pengaruh ini berjalan baik maka kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk membina komunikasi intern dengan sebaik-baiknya agar para guru mau dan mampu bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan dalam efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Kepala sekolah sebaiknya berlaku dengan prinsip demokrasi dan harus


(16)

menganggap guru-guru itu bukan saja sebagai pembantunya, tetapi juga mitra atau patner dalam kelompok.

Seorang pemimpin hendaknya adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator dan inspirator, serta memiliki visi yang jelas. Menurut Sarros dan Butchatsky (Sholeh: http://myhad.blogspot.com/2007/04/pengertian-kepemimpinan-leadership.html): "leadership is defined as the purposeful behaviour of

influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut,

kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan memenurut Anderson (Sholeh : http://myhad.blogspot.com/2007/04/pengertian-kepemimpinan-leadership.html) "leadership means using power to influence the thoughts and actions

of others in such a way that achieve high performance). Seorang pemimpin yang

efektif harus memberikan perintah, inspirasi , membangun kelompok kerja yang kompak, menjadi teladan , dan memperoleh penerimaan dari para pegawainya. Kepemimpinan efektif tidak hanya memperbolehkan diskusi di antara kelompok, tetapi juga mengijinkan mereka berpartisipasi dalam melaksanakan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan pendapat Locke (Syafaruddin dan Anzizhan, 2004:40) bahwa kepemimpinan itu sebenarnya harus membujuk orang lain untuk mengambil tindakan. Para pemimpin membujuk para pengikutnya melalui berbagai cara, yaitu menggunakan otoritas legitimasi, menjadi teladan, penetapan sasaran, memberikan imbalan dan hukuman, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi.


(17)

Hoy dan Miskel (2001:399), misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics).

Dari semua gambaran diatas jelas bahwa pimpinan kepala sekolah sangat berperan dalam mempengaruhi seluruh komponen yang ada dalam suatu sistem sekolah untuk mencapai tujuan organisasi. Salah satu komponen yang penting dalam pendidikan selain kepala sekolah adalah guru.

Elisabeth (http://indonesiamasadepan.org/index.php?Option=Com_content &task=view&id=55&Itemid=31) menyatakan bahwa Kaisar Hirohito setelah perang dunia ke-2 usai bukan menanyakan berapa banyak tentaranya yang tersisa, tetapi Dia justru menanyakan berapa banyak guru yang tersisa. Begitu pula dengan Presiden Vietnam Ho Chi Minh menegaskan “No teacher, no education” (tanpa guru, tidak ada pendidikan). Pernyataan Ho Chi Minh tersebut dijadikan landasan pemerintah dalam membangun Vietnam yang berbasiskan pendidikan dengan guru sebagai intinya. Sedang, Presiden RI Soekarno pada 21 November 1945 menyatakan bahwa guru bukan penghias alam, tetapi membentuk manusia. Tentunya ungkapan-ungkapan tersebut merupakan upaya untuk memotivasi para guru dalam melaksanakan tugasnya. Ini juga menyiratkan bahwa inti yang paling esensial dalam pendidikan adalah guru selaku pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Keduanya saling berinteraksi dalam situasi pedagogis untuk mencapai tujuan pendidikan. Peran guru begitu strategisnya dalam mencerdaskan generasi di masa depan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No: 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 disebutkan bahwa:


(18)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung-jawab.

Berdasarkan hasil studi di negara-negara berkembang, guru memberikan sumbangan dalam prestasi belajar siswa (36%), selanjutnya manajemen (23%), waktu belajar (22%), dan sarana fisik (19%) (Indra Djati Sidi : http://www.geocities.com/guruvalah/artikel_pendidikan 6.html). Dengan demikian, nampak bahwa pendidik (guru) mempunyai pengaruh yang signifikan pada pembentukan sumberdaya manusia (human capital) dalam aspek kognitif, afektif maupun keterampilan, baik dalam aspek fisik, mental maupun spiritual. Hal ini jelas menuntut kualitas penyelenggaraan pendidikan yang baik serta pendidik yang profesional, agar kualitas hasil pendidikan dapat benar-benar berperan optimal dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pendidik dituntut untuk selalu memperbaiki, mengembangkan diri secara profesional dalam membangun dunia pendidikan.

Undang-undang Sisdiknas (UU No. 20 Tahun 2003) banyak memberikan amanat kepada pendidik, terutama guru untuk berubah kearah terjadinya profesionalisme. Sebagaimana dijelaskan pasal 40 Ayat (2) bahwa pendidik (guru) berkewajiban :

Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Persyaratan agar mencapai standar minimal seorang profesional, antara lain memiliki antara lain kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidikan yang dipersyaratkan (pasal 8). Kualifikasi akademik tersebut harus diperoleh melalui


(19)

pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat (pasal 9). Sertifikat pendidik diperoleh guru setelah mengikuti pendidikan profesi (pasal 10 ayat 1).Adapun jenis-jenis kompetensi yang dimaksudkan pada Undang-undang tersebut meliputi kompetensi paedagogik,kompetensi kepribadian,kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (pasal 10 ayat 2).

Sanaky:[http://sanaky.com/materi/KOMPETENSI/-SERTIFIKASI%20GURU. .pdf]. guru yang tidak layak mengajar atau menjadi guru berjumlah 912.505, terdiri dari

605.217 guru SD, 167.643 SMP, 75.684 guru SMA, dan 63.962 guru SMK. Tercatat 15 persen guru mengajar tidak sesuai dengan keahlian yang dipunyainya atau bidangnya [Kompas, 9/12/2005]. Fakta lain, menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia masih jauh dari memadai. Berdasarkan statistik 60% guru SD, 40% guru SLTP,43% SMA, 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu 17.2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya. Bila SDM guru kita, dibandingkan dengan negara-negara lain,maka kualitas SDM guru kita berada pada urutan 109 dari 179 negara berdasarkan Human Development Index. Rendahnya kualitas SDM guru, akan mempengaruhi mutu pendidikan, hal ini tercermin dengan rendahnya mutu SDM kita dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Tabel 1 memperlihatkan indek pembanguan manusia. Berdasarkan tabel 1, mutu SDM Indonesia peringkat 110 di dunia dan di ASEAN pun ketinggalan dari negara-negara tetangga kita, Singapora, Brunei, Malaysia, Thailand, Phillipine, dan vietnam.


(20)

Tabel 1.1 Indek Pembangunan Manusia

Country HDI Rank

Singapore 25

Brunei Darussalam 33

Malaysia 61

Thailand 73

Phillipines 84

Vietnam 108

Indonesia 110

(Sumber : UNDP-Human Development Report 2005)

Menurut Purwati ( http://www.suaramerdeka.com/harian/0705/02/opi03.htm) Berdasarkan laporan Unesco, posisi kinerja para peserta didik kita dipandang dari sisi kombinasi kegiatan membaca, penguasaan ilmu pengetahuan, dan kemampuan matematika, masih di bawah Argentina, Hong Kong, Korea, Meksiko, dan Thailand. Misalnya penguasaan matematika, kita hanya memperoleh skor 367 jauh lebih rendah dibandingkan dengan Hong Kong yang mencapai skor 550 dan Korea 547. Paling juga kita hampir sama dengan Thailand yang memiliki skor 432.

Berdasarkan data tersebut tampak bahwa rendahnya kualifikasi dan kompetensi akan memberikan dampak pada kinerja guru. Kinerja guru yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini mengenai efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Efektivitas pelaksanaan pembelajaran bukanlah faktor tunggal yang berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor. Aswandi (http:// Arsip.pontianak post.comp[5 April 2009]) menyatakan :

Efektivitas pembelajaran dipengaruhi banyak faktor seperti : guru; murid yang memiliki motivasi belajar tinggi; kurikulum dan penilaian pembelajaran; lingkungan fisik sekolah; kepemimpinan sekolah, organisasi dan budaya internal; tata kelola, akuntabilitas; penjaminan mutu; dan kemitraan sekolah, orang tua dan masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti bermaksud untuk mengkaji mengenai kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran.


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rendahnya kompetensi guru menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya efektivitas pelaksanaan pembelajaran selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pembelajaran, antara lain tersedianya peralatan yang cukup, adanya informasi yang baik, terjadinya komunikasi yang baik, kepemimpinan/manajemen, penghasilan yang mencukupi, pekerjaan yang menantang untuk berkembang, serta adanya rasa aman dan tenang (kepuasan) dalam bekerja. Gibbons, 1986 (Moedjiarto, 2002: 17) menyatakan:

Prestasi sekolah akan terangkat dengan menerapkan faktor-faktor keefektifan sekolah yang dianggap penting, yaitu dedikasi guru yang tinggi, manajemen kepala sekolah yang kuat, harapan-harapan bagi siswa dan guru, pemantauan yang kontinyu terhadap kemajuan siswa, iklim belajar yang positif, kesempatan yang cukup untuk belajar, pelibatan orang tua dan masyarakat dalam program sekolah.

Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab atas proses belajar mengajar di sekolah secara keseluruhan, sedangkan guru adalah pengelola pembelajaran yang langsung berinteraksi dengan anak didik. Maka kepala sekolah dan guru diharapkan adalah tenaga-tenaga yang profesional yang benar-benar menguasai bidang tugasnya. Namun dari pendapat para ahli menunjukkan bahwa kepala sekolah dan guru masih banyak kelemahan dalam melaksanakan tugasnya, para ahlipun menemukan permasalahan-permasalahan pada aspek kepemimpinan/manajemen dan efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Hal ini perlu dikaji dan diteliti agar mendapatkan akar permasalahannya, untuk dicarikan antisipasi demi peningkatan mutu pendidikan.

C. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran, antara lain kepemimpinan/manajemen, tingkat penghasilan, sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja), pendidikan, keterampilan, iklim kerja, dan jaminan sosial. Adapun masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini tentang efektivitas pelaksanaan


(22)

pembelajaran yang belum optimal. Hal ini diduga karena dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan kompetensi pedagogik. Berdasarkan pernyataan tersebut maka masalah penelitian ini perlu dibatasi, yaitu sejauh mana kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah-masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong Kota Bandung pada tahun 2008?

2. Bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008?

3. Bagaimana kompetensi pedagogik guru SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008 ?

4. Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran?

5. Seberapa besar kontribusi kompetensi pedagogik guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran ?

6. Seberapa besar kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi paedagogik guru secara bersama-sama terhadap efektivitas pelaksanan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008 ?


(23)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan membuat suatu deskripsi analisis mengenai perilaku kepemimpinan kepala sekolah sebagai pimpinan dan tanggung jawab langsung dalam menyelenggarakan pendidikan serta membangun rasa percaya diri guru-guru agar bekerja secara maksimal. Kepala sekolah bersama-sama dengan guru berkomunikasi untuk memfokuskan berbagai usaha untuk mencapai tujuan sekolah yang diharapkan.

Secara khusus,tujuan penelitian tersebut di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran deskriptif efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008.

2. Untuk mengetahui gambaran deskriptif perilaku kepemimpinan kepala sekolah SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008.

3. Untuk mengetahui gambaran deskriptif kompetensi pedagogik guru SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008.

4. Untuk mengetahui besarnya kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008.

5. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kompetensi pedagogik guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung.

6. Untuk mengetahui besarnya kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru secara bersama-sama terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta di kecamatan Coblong kota Bandung .


(24)

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu manajemen dalam mengelola manajemen sumber daya manusia sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pengembangan penelitian sumber daya manusia yang akan datang.

b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu manajemen yang menyangkut efektivitas pelaksanaan pembelajaran.

c. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu manajemen.

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian secara praktis sebagai berikut:

a. Masukan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan kepala sekolah untuk peningkatan

efektivitas pelaksanaan pembelajaran .

G. Kerangka Pikir Penelitian

Sekolah adalah merupakan sebuah organisasi yang memiliki unsur atau komponen yang berfungsi dan saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Komponen-komponen tersebut terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa.

Peranan sekolah sangat strategis dan menentukan kualitas generasi muda di masa depan. Agar peran sekolah optimal, maka peran pimpinan sekolah sangat penting dalam mempengaruhi orang lain melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan organisasi. Kemampuan seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengendalikan tingkah laku dan perasaan orang lain untuk mencapai tujuan merupakan substansi kepemimpinan itu


(25)

sendiri.Stogdill (Sholeh:http://myhad.blogspot.com/2007/04/pengertian-kepemimpinan-leadership.html) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama. Menurut Sarros dan Butchatsky (Sholeh:http: // mayhad. bologspot. com/2007/04/ pengertian-kepemimpinan. leadership.html): "Leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute

to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai

suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (Sholeh: http://myhad.blogspot.com/2007/04/pengertiankepemimpinanleadership.html:"lpmeans using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance”.Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki

beberapa implikasi. Antara lain: Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga. Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.Menurut French dan Raven (Sholeh:http://myhad.blogspot.com/2007/04/ Pengertian-kepemimpinan-leadership.html): kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk


(26)

memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya. Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya. Expert

power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seorang yang

memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi. Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitmenn), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.

Perilaku kepala sekolah secara keseluruhan akan mewarnai tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian dalam kaitan dengan tugasnya memberdayakan guru , seorang pemimpin diharapkan mampu memotivasi guru dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Tugas utama seseorang guru ialah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, siswa agar berkualitas. Oleh sebab itulah tanggung jawab keberhasilan pendidikan berada di pundak guru. Agar proses pembelajaran berhasil dan mutu pendidikan meningkat, maka diperlukan guru yang memahami dan menghayati profesinya, dan tentunya guru


(27)

yang memiliki wawasan pengetahuan dan keterampilan sehingga membuat proses pembelajaran aktif, guru mampu menciptakan suasana pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Beratnya tanggung jawab guru dalam mengelola pembelajaran, maka guru harus memiliki kompetensi di bidangnya, sehingga efektivitas pelaksanaan pembelajaran dapat terwujud. Apabila efektivitas pelaksanaan pembelajaran terwujud, maka tujuan pendidikan akan tercapai.

Sesuai dengan kerangka pikir tersebut, maka penelitian yang dilakukan difokuskan pada perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1


(28)

Kompetensi Pedagogik 1.Menguasai karakteristik

siswa

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran 3. Mengembangkan kurikulum. 4. Menyelenggarakan pembelajaran mendidik. 5. Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi. 6. Memfasilitasi

pengembangan potensi siswa.

7. Berkomunikasi secara efektif, empati dan santun. 8. Menyelenggarakan

penilaian dan evaluasi. 9. Memanfaatkan hasil

penilaian dan evaluasi . 10. Melakukan tindakan

reflektif Perilaku Kepemimpinan

Kepala Sekolah 1. Mewakili organisasi 2. Mengatasi konflik 3. Persuasif

4. Struktur inisiasi 5. Toleransi

6. Tugas Menanggapi 7. Perhatian

8. Prediksi akurat 9. Integrasi

10. Orientasi superior

ADMINISTRASI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERSONALIA/SDM Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran 1. Perencanaan Pembelajaran 2. Membuka Pelajaran 3. Menyampaikan materi

pembelajaran. 4. Menggunakan metoda

pembelajaran. 5. Menggunakan alat

peraga.

6. Pengelolaan kelas. 7. Interaksi belajar

mengajar

8. Menutup pelajaran 9. Melaksanakan evaluasi

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SMP

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN NASIONAL

A B

C


(29)

Berdasarkan kerangka pikir di atas, disusun paradigma penelitian sebagai berikut:

Gambar 1.2 Paradigma Penelitian

Keterangan :

X1 = Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah X2 = Kompetensi Pedagogik Guru

Y = Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran

H. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dapat diajukan sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta se-kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi pedagogik guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran pada SMP swasta se-kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008.

rX2Y rX1X2Y

X

1

Y

rX1Y

rX1X2


(30)

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru terhadap efektivitas pelaksanaan pembelajaran di SMP swasta se-kecamatan Coblong kota Bandung pada tahun 2008.

I. Definisi Operasional

Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable) adalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan kompetensi pedagogik guru (X2), sedangkan variabel terikat (dependent variabel) adalah efektivitas pelaksanaan pembelajaran (Y).

Adapun defenisi operasional variabel-variabel tersebut sebagai berikut :

1. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) adalah perilaku yang khas dari kepala sekolah atau apa yang dilakukan kepala sekolah dalam kegiatannya untuk mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pembelajaran.Adapun dimensi perilaku kepemimpinan kepala sekolah adalah mewakili organisasi, mengatasi konflik, persuasif, struktur inisiasi, toleransi, tugas menanggapi, perhatian, produktif, prediksi akurat, integrasi, dan orientasi superior.

2. Kompetensi Pedagogik (X2) adalah kemampuan yang dimiliki guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik.Adapun dimensinya adalah menguasai karakteristik siswa; menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran; menguasai pengembangkan kurikulum; menguasai menyelenggarakan pembelajaran mendidik; menguasai memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi; menguasai memfasilitasi pengembangan potensi siswa; menguasai berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun; menguasai menyelenggarakan penilaian dan evaluasi; menguasai melakukan tindakan reflektif.


(31)

3. Efektivitas pelaksanaan pembelajaran (Y) yaitu perilaku kerja yang ditampilkan guru menyangkut sejauh mana kegiatan pembelajaran yang direncanakan terlaksana.Adapun dimensinya adalah perencanaan pembelajaran, membuka pelajaran, menyampaikan materi pembelajaran, menggunakan alat peraga, pengelolaan kelas, interaksi belajar mengajar, menutup pelajaran, dan melaksanakan evaluasi


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk melakukan penelitian, antara lain mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasikan data yang dikumpulkan. Menurut Sugiyono (2007:3) metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:160) mendefenisikan bahwa :”Metode penelitian sebagai cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Sementara itu Mohammad Ali (1985:54) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan dan memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Donald Ary et.al ( 2004) menyatakan bahwa:” Metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi”. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu penelitian memerlukan metode penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian dan karakteristik masalah yang diteliti agar permasalahan penelitian dapat terpecahkan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai deskriptif, yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskripif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini Effendi (Ridwan, 2006:275).


(33)

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian (Arikunto, 2006:126). Sedangkan Sugiyono (2007:61) menyatakan bahwa :”Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua katagori, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Pengertian kedua variabel tersebut menurut Sugiyono (2007:61) adalah:

Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, antecendent. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas.

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel out put, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi pedagogik sebagai variabel bebas (independent variabel) dan efektivitas pelaksanaan pembelajaran sebagai variabel terikat (dependent variabel).Operasional variabel penelitian dalam hubungan ini, dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan memudahkan dalam menetapkan pengukuran terhadap variabel-variabel yang akan diamati. Operasioanl variabel digunakan sebagai dasar dalam pembuatan kuesioner, sehingga dapat membantu dalam menjaring data setepat mungkin.


(34)

Perilaku kepemimpinan kepala sekolah (variabel bebas atau X1) adalah melihat perilakunya dalam mewujudkan kepemimpinannya kepada guru.

Kompetensi pedagogik (X2 ) adalah Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

Efektivitas pelaksanaan pembelajaran sebagai variabel terikat (Y) merupakan perilaku kerja yang ditampilkan guru menyangkut sejauh mana kegiatan pembelajaran yang direnanakan terlaksana.

Secara jelas, operasional variabel bebas dan variabel terikat dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Dimensi Indikator

1 Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran

1. Merumuskan tujuan pengajaran 2. Memilih dan mengembangkan

bahan pengajaran.

3. Merumuskan kegiatan belajar mengajar.

Membuka pelajaran 1. Mengemukakan tujuan pembelajaran

2. Menarik perhatian siswa. 3. Menyampaikan acuan

pembelajaran. Menyampaikan

materi

pembelajaran

1. Kesesuaian bahan dengan tujuan. 2. RPP berupa garis besar/konsep. 3. Bahan berkesinambungan. 4. Bahan berurutan dari yang

mudah ke sulit. Menggunakan alat

peraga

1. Alat peraga media grafis. 2. Alat peraga tiga dimensi. 3. Alat peraga proyeksi.

4. Alat peraga dari lingkungan. Pengelolaan kelas 1. Mengatur perabot.

2. Mengatur tempat duduk siswa. 3. Menciptakan iklim kondusif. Interaksi belajar

mengajar

1. Interaksi guru dengan siswa secara individu.

2. Interaksi guru dengan kelompok/kelas.


(35)

Menutup pelajaran 1. Merangkum materi pelajaran. Penguatan dan tindak lanjut Melaksanakan

evaluasi

1. Jenis alat evaluasi. 2. Bentuk alat evaluasi. 3. Ranah yang dievaluasi. 4. Melakukan analisis butir soal.

Sumber : Adopsi Dari Suryosubroto (2002), Usman (2004),Aqib dan Rohmanto (2007), Mulyasa (2008), Sanjaya (2008)

2 Perilaku kepemimpinan Kepala sekolah

Mewakili organisasi 1. Pemahaman terhadap perannya. 2. Mengendalikan diri.

Mengatasi konflik 1. Memecahkan konflik dengan membangun.

2. Membantu permasalahan guru. Persuasif 1. Melakukan persuasif.

2. Melakukan umpan balik. Struktur Inisiasi 1. Menetapkan dan

merealisasikan visi. 2. Melakukan perencanaan 3. Melakukan evaluasi 4. Mendorong aktivitas guru Toleransi 1. Memberikan kebebasan untuk

berpendapat

Tugas Menanggapi 1. Melakukan tugas dengan aktif 2. Mengendalikan diri.

3. Dapat dipercaya.

Perhatian 1. Mengenal dan memahami guru. 2. Memberikan rasa aman.

3. Menghargai hasil kerja guru. Produktif 1. Memotivasi guru.

2. Menyampaikan perkembangan teknologi pembelajaran. Prediksi akurat 1. Peningkatan PBM guru. Integrasi 1. Memelihara kedekatan dengan

guru.

Orientasi Superior 1. Bekerja maksimal

2. Memelihara hubungan dengan atasan.

Sumber Lipham dan Hoeh (1974:192)

3 Kompetensi pedagogik Guru

Menguasai

karakteristik siswa

1. Kemampuan mengidentifikasi potensi siswa.

2. Kemampuan mengidentifikasi bekal awal siswa.

3. Kemampuan mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.


(36)

Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

1. Kemampuan memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran. 2. Kemampuan menerapkan

berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran. Menguasai

pegembangkan kurikulum

1. Kemampuan memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

2. Kemampuan menentukan tujuan pembelajaran. 3. Kemampuan menentukan

pengalaman belajar.

4. Kemampuan memilih materi pembelajaran.

5. Kemampuan menata materi pembelajaran.

6. Kemampuan mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.

Menguasai

Penyelenggarakan pembelajaran mendidik

1. Kemampuan memahami prinsip perancangan pembelajaran.

2. Kemampuan mengembangkan komponen rancangan

pembelajaran.

3. Kemampuan menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap.

3. Kemampuan melaksanakan pembelajaran.

4. Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar. 5. Kemampuan mengambil

keputusan transaksional. Menguasai

Memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi

1. Kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

Menguasai Memfasilitasi pengembangan potensi siswa

1. Kemampuan menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran agar siswa berprestasi optimal. 2. Kemampuan menyediakan

berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasi potensi siswa.

Menguasai Berkomunikasi

1. Kemampuan memahami berbagai strategi komunikasi.


(37)

secara efektif, empatik dan santun

2. Kemampuan berkomunikasi secara efektif.

Menguasai

Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi

1. Kemampuan memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi.

2. Kemampuan menentukan aspek-aspek yang penting untuk dinilai dan evaluasi. 3. Kemampuan menentukan

prosedur penilaian dan evaluasi 4. Kemampuan mengembangkan

instrumen penilaian dan evaluasi.

5. Kemampuan

mengadministrasikan penilaian. 6. Kemampuan menganalisis hasil

penilaian.

7. Kemampuan melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

Menguasai

Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi

1. Kemampuan menentukan ketuntasan belajar dari hasil penilaian dan evaluasi. 2. Kemampuan merancang

program remidial. 3. Kemampuan

mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi. 4. Kemampuan meningkatkan

kualitas pembelajaran. Menguasai

Melakukan tindakan reflektif

1. Kemampuan melakukan

refleksi terhadap pembelajaran. 2. Kemampuan memanfatkan

hasil refleksi.

3. Kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas.

Sumber : Permendiknas nomor 16 tahun 2007 C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Penentuan Populasi Penelitian

Dalam melakukan penelitian memerlukan data yang sesuai dengan tujuan pembahasan masalah yang diteliti. Sumber data yang terkumpul dapat dipergunakan untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis dan mengambil kesimpulan.


(38)

Sumber data ini dapat diperoleh dengan menentukan obyek penelitian, baik berupa manusia, peristiwa maupun gejala-gejala yang terjadi. Keseluruhan itu disebut populasi. Penentuan populasi dalam suatu penelitian merupakan tahapan penting, karena dapat memberikan informasi atau data yang berguna bagi penelitian. Sugiyono (2007:116) mengemukakan bahwa: ”Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Populasi menurut Burhan Nurgiyantoro dkk (2004 : 20) adalah:”Keseluruhan anggota subyek penelitian yang memiliki kesamaan karakteristik”. Sedangkan Nawawi (Riduwan dan Akdon, 2006 :237) mengemukakan pengertian populasi adalah sebagai berikut: ”Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap”.

Untuk mendapatkan populasi yang relevan, maka seorang peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi jenis-jenis data yang diperlukan dalam penelitian tersebut, yaitu mengarah pada permasalahan penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru-guru SMP Swasta di kecamatan Coblong kota Bandung yang terdiri dari 8 sekolah . Adapun penyebaran sekolah SMP Swasta tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.


(39)

Tabel 3.2 Penyebaran Populasi Guru SMP Swasta di Kecamatan Coblong kota Bandung

No Kecamatan Jumlah SMP

Jenis

Kelamin Total

L P

1 Coblong 8 Unit :

SMP Pasundan 3 SMP Al Falah

SMP Kemah Indonesia 4 SMP PGRI 4

SMP Nasional

SMP Salman Al Farisi SMP Darul Hikam SMP Advent 16 15 6 7 16 10 12 3 25 25 9 10 22 15 16 7 41 40 15 17 38 25 28 10

Jumlah 85 129 214

Sumber Dinas Pendidikan Kota Bandung

2. Penarikan Sampel Penelitian

Penarikan sampel dari suatu populasi memiliki aturan atau teknik tersendiri. Dengan menggunakan teknik yang tepat memungkinkan peneliti dapat menarik data realibel. Karena itu ketentuan-ketentuan dalam menarik sampel menjadi penting dalam setiap kegiatan penelitian ilmiah. Sugiyono (2007:118) menyatakan bahwa: ”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:131) mengatakan : ” Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ”. Sementara itu Burhan Nurgiyantoro dkk (2004:21) mengatakan bahwa :”Sampel adalah sebuah kelompok anggota yang menjadi bagian populasi sehingga juga memiliki karakteristik populasi”. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu yang akan diteliti. Karena itu ketentuan-ketentuan penarikan sampel dalam setiap kegiatan penelitian menjadi penting.Mohammad Ali (1985:55) menyatakan bahwa: ”Dalam pengambilan sampel dan populasi memerlukan suatu teknik tersendiri.


(40)

Sehingga sampel yang diperoleh dapat representatif atau mewakili polpulasi dan kesimpulan yang dibuat dapat tepat atau valid dan dapat dipercaya (signifikan)”.

Dalam penelitian ini teknik penentuan data dengan sampel didasarkan pada beberapa pertimbangan diantaranya, yaitu : adanya keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti, keterbatasan dana sebagai penunjang utama dari pelaksanaan penelitian, dapat mempercepat penelitian dan mendapatkan hasil penelitian yang dapat dianggap lebih tepat karena wilayah penelitian yang dibatasi akan lebih memungkinkan peneliti dapat mengolah data lebih .

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah teknik

Probability Sampling, sesuai dengan yang diungkapkan Sugiyono (2007:120), bahwa:

Teknik Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, dan cara pengambilan sampling dengan cara simple random

sampling karena cara pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata dari populasi yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane ( Akdon dan Riduwan, 2006:254) yaitu:

n = 1 2+ Nd N Keterangan :

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel minimal

d2 = presisi ( ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

n =

1 2+ Nd N = 1 ) 1 , 0 ( 214 214

2+ =

1 ) 01 , 0 ( 214 214

+ = 2,14 1 214

+ = 3,14 214


(41)

Responden sebanyak 68 orang disebarkan kepada seluruh SMP swasta di Kecamatan Coblong dengan jumlah guru sebagai berikut :

a) Untuk SMP Pasundan 3 :

Jumlah guru = 68 13 214

41 =

x orang

b) Untuk SMP Al Falah :

Jumlah guru = 68 13

214 40

=

x orang

c) Untuk SMP Kemah Indonesia 4 :

Jumlah guru = 68 5

214

15 =

x orang

d) Untuk SMP PGRI 4 :

Jumlah guru = 68 5

214

17 =

x orang

e) Untuk SMP Nasional :

Jumlah guru = 68 1

214

38 =

x 2 orang

f) Untuk SMP Salman Al Farisi :

Jumlah guru = 68 8

214

25 =

x orang

g) Untuk SMP Darul Hikam :

Jumlah guru = 68=

214 28

x 9 orang

h) Untuk SMP Advent :

Jumlah guru = x

214 10

68 = 3 orang


(42)

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No Jumlah SMP

Jenis Kelamin

Masa

Kerja Total

L P =< 10 Th > 10 Th

1 8 Unit :

SMP Pasundan 3 SMP Al Falah

SMP Kemah Indonesia 4 SMP PGRI 4

SMP Nasional

SMP Salman Al Farisi SMP Darul Hikam SMP Advent 8 8 3 3 7 5 5 2 5 5 2 2 5 3 4 1 10 10 4 4 9 6 6 1 3 3 1 1 3 2 3 2 13 13 5 5 12 8 9 3

JUMLAH 41 27 50 18 68

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mendapatkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dari data yang terkumpul diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam pengumpulan data diperlukan teknik-teknik tertentu sehingga data yang terkumpul diharapkan relevan dengan perasalahan yang akan dipecahkan.

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan dalam mengumpulkan informasi atau data penelitian. Pernyataan diatas senada dengan Sugiyono (2007:193) yang mengemukakan pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber,dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dengan menggunakan teknik wawancara yang berupa penyebaran angket tertutup. Langkah-langkah proses pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:


(43)

1. Penentuan Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan teknik komunikasi tidak langsung, yaitu menggunakan angket atau kuesioner. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu suatu bentuk angket yang jawabannya sudah ada, sehingga memudahkan responden dalam memilih jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2007:199) yang mengatakan bahwa: ”Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.

Adapun alasan penulis menggunakan angket dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dapat mengumpulkan data yang diperlukan penulis dalam waktu yang relatif singkat.

b. Memudahkan responden menjawab pertanyaan pada tempat yang disediakan. c. Memudahkan mengelompokkan dan perhitungan data.

d. Adanya efesiensi dari segi tenaga, biaya dan waktu pengumpulan data dengan angket.

2. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Dalam menyusun alat pengumpulan data, penulis berpedoman pada ruang lingkup variabel-variabel yang terkait. Instrumen yang berupa angket terdiri atas angket perilaku kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi pedagogik dan efektivitas pelaksanaan pembelajaran swasta se-kota Bandung

Untuk memudahkan dalam penyusunan alat pengumpulan data yaitu instrumen berbentuk angket, langkah-langkah yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :


(44)

a. Menentukan indikator-indikator dari setiap variabel penelitian yang dianggap penting untuk ditanyakan dan ditetapkan berdasarkan teori yang dijadikan acuan. b. Menetapkan bentuk angket.

c. Membuat kisi-kisi butir angket dalam bentuk matriks yang sesuai dengan indikator setiap variabel penelitian.

d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan disertai alternatif jawaban yang akan dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket yang sudah dibuat.

e. Menetapkan skor untuk setiap item alternatif jawaban dengan menggunakan skala Likert, yaitu skor tertinggi 5 dan skor terendah adalah 1. Perincian kriteria skor tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Angket tentang efektivitas pelaksanaan pembelajaran dan perilaku kepemimpinan kepala sekolah dibuat dalam bentuk check-list () menggunakan skala likert.Dengan opsi ”Selalu (SL)”, ”Sering (SR)”, ”Kadang-kadang (KD)”, ”Jarang (JR)” dan ”Tidak Pernah (TP)”. Untuk keperluan analisis data secara kuantitatif, maka alternatif jawaban terhadap ”pertanyaan-pertanyaan” diberi skor seperti pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Skor Variabel X1 dan Y

Alternatif Jawaban Skor

SL = Selalu 5

SR = Sering 4

KD = Kadang-kadang 3

JR = Jarang 2

TP = Tidak pernah 1

Sedangkan angket tentang kompetensi pedagogik dibuat dalam bentuk check-list ( ) menggunakan skala likert. Dengan opsi ” Sangat Tinggi (SM), ”Memuaskan


(45)

(M)”. ”Cukup Memuaskan (CM)”, ”Kurang Memuaskan (KM)”,”Tidak Memuaskan (TM) ”. Untuk keperluan analisis data secara kuantitatif, maka alternatif jawaban terhadap “pertanyaan-pertanyaan diberi skor seperti tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Skor Variabel X2

Alternatif Jawaban Skor

SM = Sangat Memuaskan 5

M = Memuaskan 4

CM = Cukup Memuaskan 3

KM = Kurang Memuaskan 2

TM = Tidak Memuaskan 1

E. Uji Coba Instrumen

Sebelum angket disebarkan kepada responden terlebih dahulu perlu diujicobakan. Hal ini dilakukan agar mengetahui kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam angket tersebut.Menurut Suharsimi Arikunto (2006:166):” Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik adalah melakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik’.

Keberhasilan suatu penelitian tergantung pada instrumen pengumpulan data, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu, instrumen sebagai alat pengukuran variabel penelitian harus memenuhi dua syarat utama, yaitu instrumen itu harus valid (sahih) dan reliabel (dapat dipercaya). Untuk memenuhi kedua kriteria tersebut, peneliti sebaiknya mengadakan uji coba instrumen/angket terlebih dahulu untuk mengatahui kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi, baik itu dalam pertanyaan-pertanyaan maupun dalam alternatif jawaban. Uji coba instrumen dilaksanakan di SMP Kartika Siliwangi I kecamatan Sumur Bandung dengan responden guru sebanyak 26 orang, laki-laki 16 orang dan 10 orang perempuan


(46)

Data hasil uji coba tersebut lalu dianalisis untuk menentukan validitas dan reabilitas item-item instrumen (Data hasil uji coba terlampir).

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas suatu instrumen penelitian adalah tingkat ketepatan (kesahihan) dari item-item yang dikembangkan terhadap apa yang hendak diukur, sehingga data penelitian yang diperoleh betul-betul menggambarkan kondisi empiris dari variabel yang diteliti.Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2006:168) yang menyatakan bahwa :”Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.Untuk menguji validitas masing-masing item, digunakan rumus Korelasi Product Moment Simpangan (Sugiyono, 2007:255) dengan formulasi rumus sbb:

(

)( )

(

)

[

]

[

(

)

]

− − − = 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rXY Dimana :

rhitung = Koefesien korelasi ΣX = Jumlah skor item ΣY = Jumlah skor total n = Jumlah responden

Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan uji t, berdasarkan rumus berikut ini:

2 1 2 XY XY n t Γ − − Γ =


(47)

Dimana : t = Nilai thitung

r = koefisin korelasi hasil rhitung n = Jumlah responden

Kemudian, hasil thitung tersebut dikonsultasikan dengan distribusi (Tabel t), t-tabel dalam penelitian ini adalah tα,n2 dengan α =10% dan dk = n-2, dengan kaidah keputusan :

Jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya

Jika thitung < ttabel berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka interprestasi terhadap korelasi didasarkan pada patokan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2007:257), seperti berikut:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,559 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

a) Uji validitas Instrumen Variabel Efektivitas pelaksanaan pembelajaran

Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel efektivitas pelaksanaan pembelajaran (Y), diperoleh kesimpulan bahwa dari 36 item instrumen yang diujicobakan, dinyatakan valid 34 item, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36. Sedangkan yang tidak valid sebanyak dua item, yaitu nomor 24 dan 26. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(48)

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Variabel Efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran

NO ITEM

KOEFISIEN KORELASI

(rhitung)

HARGA thitung

HARGA ttabel

KEPUTUSAN

1 0,53 3,04 1,32 Valid

2 0,82 7,10 1,32 Valid

3 0,47 2,60 1,32 Valid

4 0,79 6,41 1,32 Valid

5 0,85 7,79 1,32 Valid

6 0,65 4,15 1,32 Valid

7 0,50 2,81 1,32 Valid

8 0,38 2,02 1,32 Valid

9 0,66 4,36 1,32 Valid

10 0,77 5,89 1,32 Valid

11 0,66 4,36 1,32 Valid

12 0,73 5,28 1,32 Valid

13 0,53 3,07 1,32 Valid

14 0,75 5,63 1,32 Valid

15 0,72 5,09 1,32 Valid

16 0,73 5,23 1,32 Valid

17 0,64 4,13 1,32 Valid

18 0,73 5,29 1,32 Valid

19 0,47 2,59 1,32 Valid

20 0,80 6,64 1,32 Valid

21 0,61 3,75 1,32 Valid

22 0,58 3,52 1,32 Valid

23 0,50 2,84 1,32 Valid

24 0,23 1,17 1,32 Tidak Valid

25 0,34 1,77 1,32 Valid

26 0,10 0,30 1,32 Tidak Valid

27 0,43 2,35 1,32 Valid

28 0,59 3,55 1,32 Valid

29 0,58 3,46 1,32 Valid

30 0,53 3,07 1,32 Valid

31 0,71 5,00 1,32 Valid

32 0,70 4,79 1,32 Valid

33 0,45 2,50 1,32 Valid

34 0,66 4,34 1,32 Valid

35 0,63 4,00 1,32 Valid


(49)

b) Uji Validitas Instrumen Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dari hasil uji coba instrumen untuk variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) diperoleh kesimpulan bahwa dari 33 item instrumen yang diujicobakan, dinyatakan valid 32 item, yaitu item nomo1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, dan 33. sedangkan yang tidak valid 1 item, yaitu nomor 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

NO ITEM

KOEFESIEN KORELASI

(rhitung )

HARGA thitung

HARGA ttabel

KEPUTUSAN

1 0,63 3,95 1,32 Valid

2 0,21 1,04 1,32 Tidak Valid

3 0,66 4,27 1,32 Valid

4 0,56 3,34 1,32 Valid

5 0,64 4,05 1,32 Valid

6 0,59 3,57 1,32 Valid

7 0,72 5,08 1,32 Valid

8 0,60 3,63 1,32 Valid

9 0,68 4,49 1,32 Valid

10 0,55 3,26 1,32 Valid

11 0,80 6,58 1,32 Valid

12 0,34 1,75 1,32 Valid

13 0,61 3,78 1,32 Valid

14 0,79 2,45 1,32 Valid

15 0,45 2,45 1,32 Valid

16 0,64 4,08 1,32 Valid

17 0,66 4,25 1,32 Valid

18 0,30 1,55 1,32 Valid

19 0,66 4,36 1,32 Valid

20 0,75 5,64 1,32 Valid

21 0,57 3,38 1,32 Valid

22 0,74 5,41 1,32 Valid

23 0,62 3,90 1,32 Valid

24 0,64 4,11 1,32 Valid

25 0,65 4,24 1,32 Valid


(50)

27 0,77 5,97 1,32 Valid

28 0,70 4,79 1,32 Valid

29 0,48 2,69 1,32 Valid

30 0,59 3,62 1,32 Valid

31 0,57 3,39 1,32 Valid

32 0,66 4,30 1,32 Valid

33 0,64 4,05 1,32 valid

c) Uji Validitas Instrumen Variabel Kompetensi Pedagogik Guru

Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel kompetensi pedagogik guru (X2), diperoleh kesimpulan bahwa dari 36 item instrumen yang diujicobakan, dinyatakan valid 36 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.8

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kompetensi Pedagogik Guru

NO ITEM

KOEFESIEN KORELASI

(r hitung )

HARGA t hitung

HARGA t tabel

KEPUTUSAN

1 0,56 3,33 1,32 Valid

2 0,55 3,22 1,32 Valid

3 0,51 2,93 1,32 Valid

4 0,63 3,96 1,32 Valid

5 0,70 4,82 1,32 Valid

6 0,71 4,98 1,32 Valid

7 0,39 2,09 1,32 Valid

8 0,70 4,87 1,32 Valid

9 0,76 568 1,32 Valid

10 0,71 4,89 1,32 Valid

11 0,44 2,43 1,32 Valid

12 0,78 6,18 1,32 Valid

13 0,74 5,35 1,32 Valid

14 0,55 3,27 1,32 Valid

15 0,73 5,21 1,32 Valid

16 0,60 3,65 1,32 Valid

17 0.60 3,67 1,32 Valid

18 0,64 4,08 1,32 Valid

19 0,62 3,92 1,32 Valid

20 0,79 6,31 1,32 Valid

21 0,65 4,18 1,32 Valid

22 0,65 4,14 1,32 Valid

23 0,69 4,66 1,32 Valid


(51)

25 0,73 5,29 1,32 Valid

26 0,69 4,68 1,32 Valid

27 0,56 3,31 1,32 Valid

28 0,82 7,03 1,32 Valid

29 0,75 5,63 1,32 Valid

30 0,56 3,29 1,32 Valid

31 0,55 3,18 1,32 Valid

32 0,64 4,10 1,32 Valid

33 0,60 3,68 1,32 Valid

34 0,68 4,56 1,32 Valid

35 0,70 4,83 1,32 Valid

36 0,41 2,17 1,32 Valid

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas suatu instrumen penelitian adalah tingkat keajegan (konsistensi) dari item-item yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian, sehingga dalam waktu dan tempat yang berbeda, skor yang dihasilkan akan relatif ajeg. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2006:178) yang menyatakan bahwa :

Instrumen yang realibel, yaitu sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Berapa kalipun instrumen tersebut diambil, maka hasilnya akan menunjukkan tingkat keterandalan tertentu.

Untuk menguji reliabilitas dari perangkat tes ini, digunakan metode belah dua jenis skor awal akhir (Suharsimi Arikunto, 2006:180). Tingkat reliabilitas ini didapat dengan cara mencari koefesien korelasi skor awal dan skor akhir. Untuk perhitungannnya digunakan rumus sebagai berikut:

(

)( )

(

)

[

]

[

(

)

]

− − − = 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rXY

Kemudian dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown, yaitu:

(

b

)

b r r r + = 1 2 11 Keterangan:


(52)

r11 = tingkat reliabilitas seluruh tes

b

r = koefesien reliabilitas separoh tes 2 dan 1 = bilangan tetap.

Jika sudah memperoleh angka reabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r Product Moment dengan dk = N-1, signifikasi 5%, serta mengambil keputusan dengan kaidah :

Jika r11 > r tabel berarti reliabel, dan Jika r11 < r tabel berarti tidak realibel

Ternyata, tabel r Product Moment dengan dk = N-1 = (26-1=25) dengan signifikansi 5% = 0,396. Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas ( data lengkap terlampir pada lampiran ), diperoleh r11 = 0,987 > r tabel = 0,396, maka keputusannya adalah Instrumen variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi pedagogik guru dan efektivitas pelaksanaan pembelajaran dinyatakan reliabel untuk dijadikan sebagai alat ukur dan pengumpul data.

3. Hasil Uji Coba Instrumen

Hasil uji coba instrumen untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

a) Variabel Efektivitas pelaksanaan pembelajaran

Dari 36 item variabel efektivitas pelaksanaan pembelajaran yang diujicobakan ternyata 34 item yang valid, sedangkan yang idak valid 2 item, yakni :

1. Nomor 24 Bapak/Ibu menyelingi aktifitas pembelajaran dengan cerita humor dan game, untuk menimbulkan semangat gairah belajar.


(53)

b) Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dari 33 item variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang diujicobakan, 32 item valid, sedangkan yang tidak valid ada 1 item, yaitu : nomor 2. Bapak/Ibu kepala sekolah menahan perasaan-perasaan dan emosi yang menekan dalam setiap menjalankan tugas.

c) Variabel Kompetensi Pedagogik Guru

Dari 36 item variabel kompetensi pedagogik guru yang diujicobakan sebanyak 36 item seluruhnya valid.

4. Analisi Hasil Uji Coba Instrumen

Berdasarkan analisis hasil uji validitas sudah ditemukan item-item yang valid untuk masing-masing variabel (X1 , X2 dan Y), dan berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas terhadap item instrumen yang valid dari masing-masing variabel X1 , X2 dan Y adalah reliabel seluruh butirnya, maka alat ukur (instrumen) tersebut dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka analisis selanjutnya.

Khusus untuk item-item yang tidak valid dilakukan kajian ulang dan ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi item tersebut, diantaranya ada beberapa item yang menimbulkan keraguan bagi responden yang disebabkan susunan kata dan kalimatnya. Kemudian juga dikaji ulang tentang esensial item terhadap indikator.Berdasarkan kajian ulang yang dilakukan, maka ada beberapa item yang dianggap tidak esensial dan telah tercakup dalam item lain, dibuang dan tidak dipakai dalam penelitian sesungguhnya, yaitu nomor 2 pada variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah , nomor 24 dan nomor 26 pada variabel efektivitas pelaksanaan pembelajaran.


(1)

sebaiknya perlu dilihat belajar siswa dengan melihat sejauh mana tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.(1985).Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi, Bandung:Angkasa.

Arikunto, S.(2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:Rineka Cipta.

Aqib,Z dan Rohmanto,E. (2007). Membangun Profesionalisme Guru Dan Pengawas Sekolah, Bandung:CV Yrama Widya

Crawford, M, Kydd,L and Richess,C.(Eds).(2005).Leadership and teams in educational management. Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Ary, D et.al.(2004).Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan.Terjemahan Arief Furchan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ekosiswoyo, H.R. (2005). Pengaruh Pemberdayaan Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan Eks SMEA Pembina Jawa Tengah. Disertasi pada UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

Engkoswara.(1999). Menuju Indonesia Modern 2020, Bandung:Yayasan Amal Keluarga.

Elizabeth,S. Guru dan Masa Depan Pendidikan Indonesia.[Online]. Tersedia :http://indonesiamasadepan.org/index.php?Option=Com_content&task=

view&id= 55&Itemid=31.

Gulo,M.R.(2007).Sekilas Tentang Kepemimpinan. [Online]. Tersedia: http://niasbarat.wordpress.com/2007/10/13/sekilas-tentang-kepamimpinan/,13 Hoy dan Miskel.(2001). Educational Administration: Teory, Research,and Practice.

Sixth Ed,NewYork : McGraw-Hill Companies Inc.

Fattah, N.(1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. ...(2004). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Fullan, Michael G. (1991). The New Meaning of Educational Change,New York:

Teacher College Press.

Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanah,A.(2003). Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SLTPN kota Bandung,Tesis pada UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(3)

Hersey,P dan Blanchard,K.(1992). Management of Organizational Behavior, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Erlangga.

Indrawijaya, Adam. (1988). Perilaku Organisasi. Bandung: Sinarbaru.

Kusumastuti, D. (2001). Manajemen Sistem Pengembangan Sumber daya Dosen Sebagai penjamin Mutu Dari Perguruan Tinggi.Disertasi Doktor pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung:tidak diterbitkan.

Lipham,J.M and Hoeh, J.A.(1974).The Principalship:Foundations And Functions,London: Harper&Row.

Moedjiarto. (2002). Sekolah Unggul; Metodologi untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan. Duta Graha Pustaka.

Mulyasa, E. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Rosdakarya. ... (2005). Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Rosdakarya.

...(2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan ,Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro,Gunawan dan Marzuki.(2004). Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Owens, R.G. (1987). Organizational Behavior in Education, New Jersey : Englewood Cliffs.

Preedy, M. (Eds).(1993). Managing The Effective School, London: Paul Chapman Road.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Rasto. (2006). Pengaruh Kompetensi, Motivasi dan Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas pelaksanaan pembelajaran. Tesis. Pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung:tidak diterbitkan.

Riduwan.(2006 ).Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung:Alfabeta.

Riduwan dan Akdon.(2006). Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistika, Bandung:Alfabeta

Rivai,V.(2007).Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Razik, T.A dan Swanson,A.D.(1995). Fundamental concepts of Educational Leadership and Management,New Jersey: Englewood Cliffs.


(4)

Rukmana,N.(2007).Etika Kepemimpinan perspektif Agama dan Moral, Bandung:Alfabeta.

Sagala,S.(2007). Manajemen Srategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung:Alfabeta.

...(2008). Budaya Dan Reinventing Organisasi Pendidikan,Bandung:Alfabeta. ...(2008). Konsep dan Makna Pembelajaran,Bandung: Alfabeta.

Sallis, E.(2006). Total Quality Management in Education, Edisi Bahasa Indonesia, Jogjakarta : IRCiSoD.

Sanaky, H.A.H. (2007). Kompetensi dan Sertifikasi Guru “Sebuah Pemikiran”. [Online].Tersedia:http://www.lpmpjabar.go.id/lpmp/index.php?option=com_co ntent&task=view&id=54&Itemid=55

Sanjaya,W.(2008). Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta:Kencana

Sheehy,F.M.(1984). Teaching Skills in Technical and Further Education, Australia: Faculty of Educational Western Australian Institute of Technology.

Sidi, I.D, Menjadi Guru Yang Profesional. [Online]. Tersedia:http://www.goecities.com/guruvalah/artikel pendidikan 6.html

Silalahi, Ulber.(2002). Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen, Bandung: Mandar Maju.

Siswanto,H.B.(2006). Pengantar Manajemen, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Slameto. (1988). Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta:PT. Bina Akasara

Sugiyono.(2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung:Alfabeta.

Suparlan. (2006). Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta:Hikayat.

Supriadi,D.(1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sutikno,M.S. (2005). Pembelajaran Efektif, Mataram:NTP Press.

Sutisna, O. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoretis Untuk Praktek Profesional, Bandung : Angkasa.

Sutermeister, R.A.(1976).People and Productivity, New York : Mc Graw-Hill Book Company.


(5)

Somech, A. 2005. Leadership Styles; Leadership Effectiveness; School

Effectiveness;Work Attitudes; performance; Teacher Empowement;

Innovation;Elementary School; Foreign. [Online].

Tersedia:Countrieshttp://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/custom/portlets/reco rdDetails/detailmini.jsp?_nfpb=true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=EJ72 3345&ERICExtSearch_SearchType_0=no&accno=EJ723345

Syafaruddin dan Anzizhan.(2004).Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, Jakarta : Grasindo.

Sholeh, I.(2008).Leadership Style Theories.[Online].Tersedia: http://myhad.blogspot.com/2007/04/pengertian-kepemimpinan-leadership.html. Stogdill, R.M.(1974). Handbook of Leadership: A Survay of Theory and Research,

USA: The FreePress a Division of Mac Millan Publishing Co.

Stroot,S et.al.(1998). Peer Assistance and Review Guidebook Columbus OH:Ohio

Departement of Education.[Online].

Tersedia:http://www.utoledo.edu/colleges/education/par/Successful.htmlp://rese archengines.com/isjoni4-07-1,html 18 [18 Mei 2008].

Sudrajat,A. (2008). Kompetensi Guru Dan Peran Kepala Sekolah.[Online]. Tersedia: http : //www. psb- psma. org/ content/ blog/ peran-kepala-sekolah-dalam-

meningkatkan- kompetensi-guru [5 April 2009] Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D,Bandung : Alfabeta.

Suryosubroto,B.(2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta:PT Rineka Cipta. Suyanto.(2007). Guru Yang Profesional Dan Efektif, [Online]. Tersedia : http://www.lpmpdki.web.id/Artikel-Pendidikan/GURU-YANG-PROFESIONA-DAN-EFEKTIF.html [ 5 april 2009]

Tim Dosen Adend.(2005).Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan.

Thoha, Miftah. (2002). Perilaku Organisasi; Konsepn Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grfindo Persada.

Toharudin,U.(2008). Kompetensi Guru Dalam Strategi Ajar. [Online].Tersedia:http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/24/0803.htm. Turney et al.(1992). The School Manager, Australia : Allen&Unwin Pty Ltd.

Uno,H.B.(2008).Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Akasara.


(6)

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisitem Pendidikan Nasional Indonesia.

Usman,M.U.(2004). Menjadi Guru Profesional, Bandung:Rosda karya.

Yulk,G.(2007).Leadership in Organizations, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Prenhallindo.

Wahab, A. (2002). Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: UPI.

...(2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung:Alfabeta.

Winardi, J. (2004). Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Prenada Media.

Zulpen.(2005). Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pelatihan Guru Terhadap Kinerja Mengajar ( Studi Deskriptif Analisis di SMA Negeri Kota Pekanbaru). Tesis Program Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan


Dokumen yang terkait

Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta

1 14 141

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP KERJA GURU TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN GADINGREJO

1 24 56

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KINERJA GURU, DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH SMP DI KECAMATAN MEDAN KOTA.

0 0 45

KONTRIBUSI KESEJAHTERAAN GURU, SARANA PEMBELAJARAN,DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KONTRIBUSI KESEJAHTERAAN GURU, SARANA PEMBELAJARAN, DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA PADA GURU SMK SWASTA DI SALATIGA.

0 1 18

PENDAHULUAN KONTRIBUSI KESEJAHTERAAN GURU, SARANA PEMBELAJARAN, DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA PADA GURU SMK SWASTA DI SALATIGA.

0 0 8

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru.

0 0 16

KONTRIBUSI KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA KOMITE SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN COBLONG KOTA BANDUNG.

0 0 51

KONTRIBUSI KOMPETENSI KERJA GURU DAN KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN (INSTRUCTIONAL LEADERSHIP) KEPALA TK TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU TK DI KOTA BANDUNG.

1 2 71

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SLTPN KOTA BANDUNG.

0 1 63

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMA NEGERI DAN SWASTA DI KOTA BANDUNG.

0 1 57