Analisis penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode target costing studi kasus pada pabrik gula Madukismo
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TARGET COSTING
Studi Kasus Pada Pabrik Gula Madukismo
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
oleh:
Iin Ristyaningrum Hastutiningsih NIM: 08 2114 023
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
i
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TARGET COSTING
Studi Kasus Pada Pabrik Gula Madukismo
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
oleh:
Iin Ristyaningrum Hastutiningsih NIM: 08 2114 023
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
iv
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN
“Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, danpada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau” (2 korintus 6: 2).
“Segala
perkara kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku” (filipi 4: 13)
.
“
Seberat apapun keadaan yg kita hadapi saat ini, kita harus terus
melangkah maju!
” (Sari Simorangkir).
Skripsi Ini Dipersembahkan Kepada:
Tuhan Yesus Kristus Sumber Kekuatan dan Pengharapanku,
Kedua orangtuaku, Bapak Riswandi dan Ibu Hartuti,
Kakakku Andi Risnawan dan istrinya Martina Eti Kurnianingsih,
Kakakku Risita Dwi Astuti dan suaminya Melsonsius Roy Bunga,
Ketiga ponakanku Ulin, Valen, dan Olivia,
Yang telah memberikan segala hal yang terbaik untukku
(6)
(7)
(8)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis
Penentuan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Target Costing studi kasus pada Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, jurusan akuntansi, fakultas ekonomi, universitas sanata dharma Yogyakarta.
Tentu saja dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari pihak yang dengan tulus ikhlas membantu, membimbing, memotivasi, dan memberikan dukungan kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Herry Maridjo,M.Si Selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono,M.Si.,Akt.,Q.I.A., Kepala program studi akuntansi.
3. Ibu Lisia Apriani,S.E.,M.Si.,Akt.,QIA selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Direktur PT. Madubaru yang telah memberikan ijin penelitian pada penulis.
5. Bapak Gatot dari bagian akuntansi Pabrik Gula Madukismo yang telah banyak membantu dalam penelitian.
6. Seluruh karyawan perusahaan, terima kasih atas segala bantuannya dalam memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.
7. Seluruh dosen Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, atas segala bimbingan selama di bangku kuliah.
8. Seluruh staf sekretariat Fakultas Ekonomi yang selalu membantu penulis dalam administrasi.
(9)
(10)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
HALAMAN PUBLIKASI ILMIAH... vi
KATA PENGANTAR... vii
HALAMAN DAFTAR ISI... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN... xiv
ABSTRAK... xv
ABSTRACT... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar belakang masalah... 1
B. Rumusan masalah... 3
C. Tujuan penelitian... 3
D. Batasan masalah... 3
E. Manfaat penelitian... 3
F. Sistematika penulisan... 4
BAB II LANDASAN TEORI... 6
A. Biaya... 6
1. Pengertian biaya... 6
2. Penggolongan biaya... 6
B. Harga pokok produksi... 9
1. Pengertian harga pokok produksi... 9
2. Metode pengumpulan biaya produksi... 10
(11)
x
C. Sistem akuntansi biaya tradisional... 13
1. Penentuan harga pokok dengan sistem akuntansi biaya tradisional... 13
D. Harga jual... 14
1. Pengertian harga jual... 14
2. Faktor penentuan harga jual... 14
E. Target costing... 18
1. Pengertian target costing... 18
2. Tahap pengimplementasian target costing... 20
3. Metode pengurangan biaya dalam target costing... 21
F. Value enginering... 22
BAB III METODE PENELITIAN... 23
A. Jenis penelitian... 23
B. Tempat dan waktu penelitian... 23
C. Subjek dan objek penelitian... 23
D. Teknik pengumpulan data... 24
E. Teknik analisis data... 25
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 27
A. Sejarah perusahaan... 27
B. Lokasi perusahaan... 29
C. Struktur organisasi... 30
D. Personalia... 36
E. Produksi... 39
F. Pemasaran... 43
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 45
A. Diskripsi data... 45
B. Analisis data... 49
(12)
xi
BAB VI PENUTUP... 68
A. Kesimpulan... 68
B. Keterbatasan... 68
C. Saran... 69
DAFTAR PUSTAKA... 70
(13)
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Biaya Bahan Baku Gula Pasir... 46 Tabel 5.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Gula Pasir... 46 Tabel 5.3 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Gula Pasir... 47 Tabel 5.4 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Gula Pasir setelah
penghematan... 64 Tabel 5.5 Harga Pokok Produksi... 65
(14)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
(15)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Tabel Data Biaya Produksi 2011 PG. Madukismo... 72 Lampiran 2: Tabel Laporan Laba Rugi Tahun 2010 PG. Madukismo….. 80 Lampiran 3: Surat Keterangan Penelitian dari PT. Madubaru... 81
(16)
xv
ABSTRAK
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TARGET COSTING
Studi Kasus Pada Pabrik Gula Madukismo Iin Ristyaningrum Hastutiningsih
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan target costing dalam penentuan harga pokok produksi untuk mengendalikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan agar sesuai dengan target cost, dengan menentukan harga jual yang tepat dan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada Pabrik Gula Maduksimo Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan tiga cara : 1) mendiskripsikan perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan tahun 2011, 2) menerapkan metode target costing dengan menentukan harga jual, laba yang diharapkan dan menghitung biaya target yaitu selisih harga jual dengan laba yang diharapkan, 3) melakukan rekayasa nilai (value engineering).
Hasil analisis data menunjukan bahwa 1) harga jual gula 1 kg yang ditetapkan Pabrik Gula Madukismo sebesar Rp9.000,00. Laba yang diinginkan 7% atau Rp630,00, maka target cost perusahaan adalah Rp8.370,00. 2) dengan mengurangi jumlah penggunaan truk dan jumlah tenaga tebang, memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar pengganti dan mengganti ketebalan pembungkus kemasan 1 kg dapat menekan biaya produksi per kg menjadi Rp8.339,00 dengan kenaikan laba menjadi Rp661,00 per kg.
(17)
xvi
ABSTRACT
THE DETERMINING OF THE COST OF GOODS MANUFACTURED USING TARGET COSTING
Case Study of “MADUKSIMO” SUGAR FACTORY
Iin Ristyaningrum Hastutiningsih Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
This study aims to know the application of target costing in determining the cost of goods manufactured to control expenditure costs to match the target cost, by determining the appropriate selling price and the company’s benefit.
The type of this research is a case study at “Maduksimo” Sugar Factory Yogyakarta. The data collection techniques used are observation, documentation and interviews. The data analysis technique is done by three steps: 1) describing the calculation of cost of goods manufactured base on company’s data in 2011, 2) implementing target costing method by determining the target price, the expected profit and calculate the target cost which is the difference between sales price and the expected profit, 3) doing value engineering.
The results of data analysis showed that 1) the selling price of 1 kg of sugar specified by “Madukismo” Sugar Factory is Rp9,000,00. The expected profit is 7% or Rp630,00, so the company's target cost is Rp8.370,00. 2) By reducing the number of trucks and the amount of energy usage logging, using bagasse as a substitute fuel and changing the thickness of the 1 kg wrapping package can reduce the product cost per kg to Rp8.339,00 with increment profit to Rp661,00 per kg.
(18)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Banyakanya perusahaan yang muncul baik itu jenis usaha baru maupun
jenis usaha yang sama, menuntut perusahaan untuk dapat bertahan secara optimal.
Persaingan yang ketat ini mendorong perusahaan untuk selalu memiliki strategi
yang baik, perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang tepat,
sehingga perusahaan memperoleh pangsa pasar dan dapat memperluas jaringan
pemasaran sampai ke luar negeri. Persaingan antar produsen yang sama seringkali
tidak dapat dihindarkan. Persaingan ini sering dipengaruhi oleh faktor permintaan,
dimana konsumen bersedia membayar barang atau jasa pada tingkat harga
tertentu, biasanya pada harga yang rendah permintaan menjadi lebih tinggi.
Oleh sebab itu perusahaan harus mampu menentukan harga jual yang tepat
untuk produknya. Dalam penetapan harga jual perusahaan harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penetapan harga jual antara lain biaya,
permintaan dan penawaran, keadaan perekonomian, tujuan perusahaan dan
manajemen. Seringkali Perusahaan tidak selalu memiliki kemampuan untuk
menentukan harga jual produk seperti yang dikehendakinya, penyebabnya adalah
perusahaan tidak paham dengan keadaan pasar dihadapi perusahaan, terdapat
sejumlah pesaing yang telah menjual produk yang sama dengan harga tertentu,
sehingga dalam menentukan harga jual produknya perusahaan harus
(19)
dengan menurunkan harga jual, laba yang diperoleh perusahaan akan berkurang,
padahal tujuan perusahaan adalah memperoleh laba.
Cara yang dapat ditempuh selain menurunkan harga jual adalah dengan
pengurangan biaya produksi dan menjual produk pada tingkat harga tertentu
namun tetap memperhatikan kualitas produk. Target costing merupakan suatu
metode perhitungan biaya produksi secara mundur, mulai dari penentuan harga
yang dapat diterima konsumen, menentukan laba, menghitung biaya target dengan
cara selisih harga pasar dengan laba yang diinginkan. Target costing sangat
berguna dalam mengolah biaya demi kelangsungan produksi perusahaan, dimana
target costing melengkapi bagaimana mendapatkan biaya yang rendah namun
tetap memenuhi keinginan konsumen baik dari segi harga, desain, fungsi dan
kualitas dari produk.
Pabrik Gula Madukismo atau PG. Madukismo merupakan pabrik penghasil
gula yang telah lama berdiri dan ditengah persaingan industri gula, PG.
Madukismo dituntut untuk tetap bertahan dan unggul dalam persaingan, oleh
karena itu PG. Madukismo harus mampu menghasilkan produk yang memiliki
daya saing yang tinggi dengan perusahaan lain. Berdasarkan uraian tentang target
costing di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Target Costing” (Studi kasus pada Pabrik Gula Madukismo).
(20)
B. Rumusan masalah
1. Apakah perusahaan menerapkan target costing dalam penentuan harga
pokok produksi?
2. Bagaimana penerapan target costing dalam penentuan harga pokok
produksi?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan target costing dalam penentuaan harga
pokok produksi pada perusahaan.
2. Menganalisis penerapan target costing dalam penentuan harga pokok
produksi pada perusahaan
D. Batasan masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Produk yang menjadi objek penelitian adalah gula.
2. Data yang dibutuhkan tahun 2011.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah kepustakaan dan bahan
bacaan yang berguna untuk fakultas ekonomi.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan sebagai
bahan pertimbangan dalam penentuan harga pokok produksi dengan
(21)
3. Bagi Penulis
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penerapan ilmu
yang diperoleh selama kuliah.
b. Dapat menambah wawasan pengalaman dalam bidang penelitian
ilmiah.
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini berisi tentang teori yang mendukung penelitian dalam
mengolah data dan menganalisa permasalahan, sehingga dari
permasalahan itu didapatkan pemecahannya.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
subjek dan objek penelitian, data yang dibutuhkan, teknik
pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini berisi tentang sejarah perusahaan, lokasi perusahaan,
struktur organisasi, kegiatan produksi, pemasaran dan produk yang
(22)
Bab V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang deskripsi data, analisis data serta pembahasan
mengenai penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan
metode target costing.
Bab VI Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian dan
(23)
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Biaya
1. Pengertian Biaya
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini dan
masa mendatang bagi organisasi (Hansen & Mowen, 2009: 47), sedangkan
menurut Mardiasmo (1994: 100), biaya adalah penggunaan sumber-sumber
ekonomi yang dapat diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi dan
kemungkinan akan terjadi untuk objek atau tujuan tertentu.
Biaya (cost) merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan
untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan saat ini
maupun dimasa yang akan datang, sedangkan beban (expenses) adalah kos
sumber daya yang telah dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu (Mulyadi,
2007: 4).
2. Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya adalah proses pengelompokan secara sistematis atas
keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih
ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih penting (Supriyono, 1999:
(24)
Biaya digolongkan menjadi (Supriyono,1999: 18-22):
a. Pengolongan menurut fungsi pokok dalam perusahaan, ada 3 fungsi
pokok dari kegiatan perusahaan adalah:
1) Fungsi produksi yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk
dijual.
2) Fungsi pemasaran yaitu fungsi yang berhubungan dengan
kegiatan penjualan produk selesai siap dijual, dengan cara
memuaskan pembeli dan dapat menghasilkan laba.
3) Fungsi administrasi dan umum, yaitu fungsi yang berhubungan
dengan kegiatan penentuan kebijakan, pengarahan, dan
pengawasan kegiatan secara keseluruhan agar efektif dan efisien.
Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan, dalam perusahaan
manufaktur biaya dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu: biaya
produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum, dan biaya
keuangan. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam:
1) Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang
dipakai dalam pengolahan produk.
2) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dapat
diidentifikasikan secara langsung terhadap produk tertentu.
3) Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya
(25)
b. Periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan, antara lain:
1) Pengeluaran modal (capital expenditures) yaitu biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) yaitu biaya yang
hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut.
c. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungan dengan
perubahan volume aktivitas, menurut hubungannya dengan volume
kegiatan dapat dibagi menjadi (Mulyadi, 2005: 15):
1) Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya
berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
2) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap
dalam kisaran volume kegiatan tertentu.
3) Biaya semivariabel (semivariable) adalah biaya yang berubah
tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
4) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
d. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai, antara lain (Supriyono, 1999: 31):
1) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya dapat
(26)
2) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya
tidak dapat diidentifikasikan pada obyek atau pusat biaya tertentu
atau yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat
biaya.
B. Harga Pokok Produksi
1. Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah,
persediaan barang dalam peroses awal dan dikurangi persediaan barang dalam
proses akhir (Bustami, dkk, 2007: 60). Harga pokok produksi mencerminkan total
biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan (Hansen dan Mowen,
2009: 60). Perhitungan biaya produksi dan perhitungan harga pokok produksi agar
dapat dianalisis kegiatannya selama periode tertentu, maka harus disusun laporan
biaya produksi yang biasanya di bagi menjadi 3 Bagian (Supriyono,1999:
143-144):
a. Laporan produksi
1) Informasi jumlah produk yang diolah, baik dari produk dalam
proses awal, produk yang baru dimasukkan atau diterima dari
departemen sebelumnya, maupun tambahan produk pada
departemen lanjutan akibat tambahan bahan kalau ada.
2) Informasi jejak produk yang diolah meliputi produk selesai yang
(27)
produk yang masih dalam proses akhir, produk hilang, produk
rusak, produk cacat.
b. Biaya yang dibebankan
1) Jumlah biaya yang dibebankan, meliputi harga pokok produk
dalam proses awal kalau ada, harga pokok yang diterima dari
departemen sebelumnya untuk departemen lanjutan, dan
elemen-elemen biaya yang ditambahkan pada tahap pengolahan produk
yang bersangkutan.
2) Tingkat ekuivalen yang dihitung dari laporan produksi, informasi
ini berguna untuk menghitung harga pokok satuan.
3) Harga pokok satuan untuk setiap elemen biaya yang dibebankan
pada tahap pengolahan produk atau departemen yang
bersangkutan.
c. Perhitungan biaya
1) Memberikan informasi tentang jejak biaya yang dibebankan,
menunjukkan berapa biaya yang diserap oleh harga pokok produk
selesai maupun produk dalam proses pada akhir periode dan
sebagainya.
2. Metode Pengumpulan Biaya Produksi
Menurut Mulyadi (2005: 16), dalam pembuatan produk terdapat dua
kelompok biaya yaitu biaya produksi dan nonproduksi. Biaya produksi merupakan
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk,
(28)
nonproduksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum.
Pengumpulan kos produksi sangat ditentukan oleh cara produksi, secara garis
besar cara memproduksi dibagi menjadi dua yaitu produksi atas dasar pesanan dan
produksi proses.
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, mengumpulkan kos
produksinya dengan menggunakan metode kos pesanan. Dalam metode ini
biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan kos produksi per satuan
produk yang dihasilkan, sedangkan perusahaan yang berproduksi dengan metode
proses biaya-biayanya dikumpulkan untuk periode tertentu dan kos produksi per
satuan produk untuk yang dihasilkan dalam periode tersebut.
3. Elemen Biaya Produksi
Menurut Supriyono (1999: 19-21), elemen-elemen biaya produksi dapat
digolongkan menjadi:
a. Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang
dipakai di dalam pengolahan produk.
b. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada
karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau diikuti
jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.
c. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi, selain biaya bahan baku
(29)
Elemen-elemen biaya overhead pabrik ini dapat digolongkan menjadi:
1) Biaya bahan penolong
2) Biaya tenaga kerja tidak langsung
3) Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik
4) Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
5) Biaya listrik, air pabrik
6) Biaya asuransi pabrik
7) Biaya overhead lain-lain
Perhitungan harga pokok produksi di mulai dengan menjumlahkan
biaya-biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, sehingga diperoleh total biaya yang dibebankan pada
pekerjaan pada setiap periode, berikut adalah rumusnya (Hansen dan Mowen,
2009: 62):
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik xxx +
Total biaya produksi Rp xxx
Persediaan barang dalam proses awal xxx +
Total biaya produksi Rp xxx
Persediaan barang dalam proses akhir xxx -
(30)
C. Sistem Akuntansi Biaya Traditional
1. Penentuan Harga Pokok dengan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya ke produk berdasarkan
unit, biaya bahan baku, jam kerja langsung maupun jam mesin. Dimana semua
biaya tersebut dicatat, dikumpulkan dan digolongkan berdasarkan pusat
pertanggungjawaban. Menurut Mulyadi (2005: 200-203), ada beberapa macam
dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk
adalah:
a. Satuan produk merupakan metode yang paling sederhana dan
langsung membebankan BOP pada produk. Rumus tarif BOP untuk
tiap produk:
Biaya bahan baku, dasar ini dipakai jika biaya overhead yang dominan
bervariasi dengan nilai bahan baku. Semakin besar biaya bahan baku
yang dikeluarkan dalam pengolahan produk, semakin besar pula biaya
overhead yang dibebankan, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
b. Biaya tenaga kerja langsung, jika biaya overhead pabrik masih
berhubungan dengan jumlah tenaga kerja langsung, maka biaya
overhead dari taksiran BTKL yang dipakai dapat dirumuskan sebagai
(31)
c. Jam tenaga kerja langsung, metode ini muncul karena ada kaitannya
dengan jumlah jam kerja, sehingga biaya overhead per JTKL dapat
dirumuskan sebagai berikut:
d. Jam mesin, biaya overhead yang bervariasi dengan waktu penggunaan
mesin, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
D. Harga jual
1. Pengertian harga jual
Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanannya (Swastha dan Irwan, 1985: 241). Harga
jual adalah sejumlah satuan moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha
kepada pembeli atau pelanggan atas barang dan jasa yang dijual atau diserahkan.
2. Faktor penentuan harga jual produk
Menurut Swastha dan Irwan (1985: 242) penentuan harga jual produk
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Keadaan perekonomian
Faktor kondisi ekonomi akan mempengaruhi tingkat harga jual yang
(32)
b. Penawaran dan permintaan
1) Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada
tingkat harga tertentu. Pada umumnya tingkat harga yang rendah
akan mengakibatkan jumlah yang diminta lebih besar.
2) Penawaran adalah kebalikan dari permintaan yaitu suatu jumlah
yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu.
Pada umumnya harga yang lebih tinggi mendorong jumlah yang
ditawarkan lebih besar.
c. Elastisitas permintaan
Elastisitas permintaan adalah suatu indikator yang mengukur
perubahaan jumlah permintaan dari suatu barang akibat dari
perubahaan harga barang tersebut (Mankiw, et.al., 2012: 86-87).
Elastisitas permintaan = perubahaan persentase jumlah permintaan
Perubahaan persentase harga
Sifat-sifat elastisitas permintaan:
1) Elastis (elastisitas > 1)
Dikatakan elastis apabila harga akan menyebabkan terjadinya
perubahaan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih
besar.
2) Inelastis (Elastisitas < 1)
Perubahan harga akan mengakibatkan perubahan yang lebih kecil
(33)
3) Unitary elastis (elastisitas = 1)
Perubahan harga akan menyebabkan perubahan jumlah yang
dijual dalam proporsi yang sama. Dengan kata lain, perubahan
harga sebesar 10% akan mengakibatkan naiknya volume
penjualan sebesar 10% pula.
d. Persaingan
1) Persaingan sempurna
Dalam persaingan, penjual yang berjumlah banyak aktif
menghadapi pembeli yang banyak pula. Banyaknya penjual dan
pembeli akan mempersulit penjual perseorangan untuk menjual
dengan harga lebih tinggi kepada pembeli yang lain.
2) Persaingan tidak sempurna
Untuk barang-barang yang dihasilkan dari pabrik dengan merk
tertentu kadang-kadang mengalami kesulitan dalam
pemasarannya. Hal ini disebabkan harga lebih tinggi dari barang
sejenis dengan merk lain.
3) Oligopoli
Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar,
sehingga harga yang ditetapkan dapat lebih tinggi.
4) Monopoli
Jumlah penjual yang ada di pasar hanya satu. Sehingga penentuan
(34)
barang bersangkutan, harga barang subtitusi, peraturan harga dari
pemerintah.
e. Biaya
Biaya adalah dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat yang
tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya
jika harga melebihi biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun
biaya non produksi akan menghasilkan keuntungan.
f. Tujuan perusahaan
Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan
yang akan dicapai. Tujuan yang ingin dicapai perusahaan antara lain
memaksimalkan laba, menetapkan kelangsungan hidup perusahaan,
meraih pangsa pasar yang besar dan mengatasi persaingan.
g. Pengawasan pemerintah
Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam
penentuan harga. Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi
harga, serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah
(35)
E. Target Costing
1. Pengertian Target Costing
Menurut Mulyadi (2001: 36) target costing adalah sistem akuntansi biaya
yang menyediakan informasi bagi manajemen untuk memungkinkan manajemen
memantau kemajuan yang dicapai dalam pengurangan biaya produksi menuju
target cost yang telah ditetapkan. Biaya target (target costing) adalah perbedaan
antara harga penjualan yang dibutuhkan untuk menangkap pangsa pasar yang
telah ditentukan terlebih dahulu dan laba per unit yang diinginkan (Hansen &
Mowen, 2009: 361). Target costing adalah biaya produk yang diinginkan,
ditentukan berdasarkan harga persaingan, sehingga dapat mencapai laba yang
diharapkan (Blocher, et.al., 2007: 702).
Berdasarkan ketiga pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa target
costing adalah suatu sistem akuntansi biaya yang digunakan oleh manajemen
dalam mengurangi biaya produksi yang akan dikeluarkan, dengan menentukan
harga jual dan laba yang diinginkan terlebih dahulu. Dalam metode ini,
perusahaan menetapkan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga
jual dan laba yang diinginkan, Rumusnya adalah :
Siklus hidup biaya atau the cost life cycle merupakan urutan aktivitas biaya
dalam perusahaan mulai dari riset dan pengembangan, kemudian desain, produksi
(penyediaan jasa), pemasaran, distribusi, dan pelayanan kepada pelanggan. Siklus
(36)
hidup biaya merupakan siklus hidup barang atau jasa dipandang dari segi biaya
(Blocher, et.al., 2007: 616).
Perusahaan menetapkan produk yang akan dihasilkan, kemudian
melakukan riset dan pengembangan untuk membuat inovasi baru berkaitan
dengan produk yang akan dihasilkan tersebut. Inovasi dapat dilakukan berkaitan
dengan produk, proses produksinya, alternatif produknya dan sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan, perusahaan membuat desain
produk yang akan dihasilkan. Tahap desain ini mencakup semua aspek yang
terkait dengan bayangan tentang produk seperti apa yang ingin dihasilkan oleh
perusahaan. hal ini mencakup unsur kualitas, bentuk, kemasan, warna dan
sebagainya. Pada saat menentukan kualitas produk, perusahaan akan dihadapkan
pada kualitas dan harga bahan yang akan digunakan.
Pada pendekatan lainnya, harga bahan akan mengikuti kualitas yang
diharapkan, sementara itu pada kualitasnya mengikuti harga tersebut, maka
perusahaan harus menurunkan biaya sampai kepada tingkat biaya yang
dikehendaki. Pada tahap produksi, bagian produksi tinggal mengikuti seluruh Riset dan
pengembangan
desain produksi Pemasaran dan distribusi
Pelayanan dan pelanggan
(37)
yang dibuat oleh desainer perusahaan. Pada bagian marketing akan menyesuaikan
dengan kualitas yang harus dimiliki produk yang dijualnya.
Perusahaan mempunyai dua pilihan untuk menurunkan biaya sampai
tingkat biaya target yang dikehendaki (Blocher, et.al., 2007: 617):
a. Dengan mengintegrasikan teknologi produksi baru, menggunakan
teknik-teknik manajemen biaya yang canggih seperti activity based
costing dan mencari produktivitas yang lebih tinggi melalui perbaikan
organisasi dan hubungan tenaga kerja, sehingga perusahaan akan
dapat menurunkan biaya. Pendekatan ini diimplementasikan dengan
penentuan biaya standar dan kaizen costing.
b. Dengan desain ulang terhadap produk atau jasa. Metode ini
menguntungkan bagi banyak perusahaan karena mengakui bahwa
keputusan-keputusan atas desain sangat mempengaruhi total biaya
selama siklus hidup produk. Dengan memberi perhatian yang cermat
pada desain, perusahaan dapat menurunkan biaya sampai tingkat
target biaya yang diinginkan.
2. Tahap Pengimplementasian Target Costing
Menurut Blocher,et.al (2007: 619), terdapat lima langkah dalam
menerapkan target costing antara lain:
a. Menentukan harga pasar, volume penawaran dan volume permintaan
akan berpengaruh langsung terhadap harga jual produk perusahaan.
b. Menentukan laba yang diharapkan, dengan mempertimbangkan
(38)
jual per unit produknya. Penentuan harga jual per unit produk
dipengaruhi oleh berbagai hal yang terkait seperti pangsa pasar dan
volume penjualan.
c. Menghitung biaya target pada harga pasar dikurangi laba yang
diharapkan, harga jual yang telah ditentukan dikurangi dengan laba
yang diharapkan, maka perusahaan dapat menentukan tingkat biaya
yang diharapkan untuk menghasilkan produk yang diinginkan.
d. Menggunakan rekayasa nilai (value engineering) untuk
mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk menurunkan biaya
produk, yaitu semua upaya yang dianggap perlu untuk memodifikasi
produk perusahaan dengan biaya yang lebih rendah dengan tetap
disertai upaya memberikan nilai yang optimal kepada pelanggan.
e. Menggunakan kaizen costing dan pengendalian operasional untuk
terus menurunkan biaya, kaizen costing berarti metode perhitungan
biaya dimana diupayakan secara terus menerus mencari cara baru
untuk menurunkan biaya dalam proses pemanufakturan produk
dengan desain dan fungsionalitas yang ada.
3. Metode Pengurangan Biaya dalam Target Costing
Menurut Hansen & Mowen (2009: 361-362), ada tiga metode yang bisa
digunakan untuk pengurangan biaya dalam target costing:
a. Rekayasa berlawanan (reverse engineering). Rekayasa berlawanan
membedah produk pesaing untuk mencari lebih banyak keistimewaan
(39)
b. Analisis nilai (value analisis). Analisis nilai berusaha menaksir nilai
yang ditempatkan pada berbagai fungsi produk oleh pelanggan.
Misalnya suatu harga yang ingin dibayar oleh pelanggan untuk suatu
fungsi khusus lebih kecil daripada biayanya, maka fungsi tersebut
mungkin akan dihapus.
c. Perbaikan proses (process improvment). Perbaikan proses digunakan
untuk mengidentifikasi aktivitas yang bernilai tambah dan aktivitas
yang tidak bernilai tambah. Pengurangan biaya dapat dilakukan
dengan mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah.
G. Value Engineering
Value engineering adalah evaluasi sistematis atas semua aspek fungsi bisnis
rantai-nilai, dengan tujuan mengurangi biaya sambil memuaskan kebutuhan
pelanggan. Rekayasa nilai dapat menghasilkan perbaikan desain produk,
perubahan spesifikasi bahan atau modifikasi proses (Hongren et al., 2005: 502).
Rekayasa digunakan dalam perhitungan biaya berdasarkan target untuk
menurunkan biaya produk dengan cara menganalisis trade off antara jenis
fungsionalitas produk yang berbeda-beda dan total biaya produk (Blocher et al.,
(40)
23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, dimana penelitian
dilakukan terhadap objek penelitian secara langsung. Penelitian ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data di perusahaan yang ada kaitannya dengan
objek yang diteliti. Hasil yang diperoleh hanya berlaku untuk objek tertentu dan
dalam waktu tertentu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Pabrik Gula Madukismo Padokan,
Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul,Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2012.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah orang atau perusahaan yang terlibat langsung
dalam penelitan dan berperan sebagai pemberi informasi yang
berhubungan dengan objek penelitian, yaitu:
a. Kepala bagian produksi
b. Kepala bagian akuntansi
(41)
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah data-data tahun 2011 yang berhubungan
dengan perhitungan harga pokok produksi di perusahaan antara lain:
a. Biaya bahan baku
b. Biaya tenaga kerja
c. Biaya overhead pabrik
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung terhadap masalah yang diteliti.
2. Wawancara
Mengadakan wawancara secara langsung kepada kepala bagian mengenai
data yang diperlukan dalam penelitian berkaitan dengan informasi biaya
produksi.
3. Dokumentasi
Mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang berkaitan
(42)
E. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu “Apakah perusahaan telah menerapkan target costing dalam penentuan harga pokok
produksi?”, maka dapat diketahui dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan penentuan harga pokok produksi menurut perusahaan:
Menghitung data biaya produksi yang terdiri dari:
a. Biaya bahan baku
b. Biaya tenaga kerja
c. Biaya overhead pabrik yang dianggarkan terdiri dari:
1) Biaya bahan penolong
2) Biaya tenaga kerja tidak langsung
3) Biaya penyusutan mesin
4) Biaya penyusutan bangunan
5) Biaya asuransi
6) Biaya perawatan
7) Biaya listrik
Rumus tarif BOP untuk tiap produk:
d. Perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan.
2. Perhitungan menggunakan target costing:
1) Menentukan harga target (target price)
2) Menetapkan laba yang diharapkan (target profit)
(43)
3. Melakukan evaluasi terhadap penentuan harga pokok produksi yang
dilakukan perusahaan, dengan membandingkan biaya produksi dengan
target cost. Jika biaya produksi lebih besar dari target cost maka
perusahaan tersebut belum menerapkan target costing dalam penentuan
harga pokok produksi.
Untuk menjawab rumusan masalah kedua yaitu “Bagaimana penerapan target costing dalam penentuan harga pokok produksi?“, maka penulis menggunakan analisis sebagai berikut:
1. Setelah target cost diperoleh maka selanjutnya akan dibandingkan biaya
produksi menurut perusahaan dengan target cost, jika dari hasil
perbandingan antara target cost dengan biaya produksi menurut
perusahaan terdapat selisih dimana biaya produksi menurut perusahaan
lebih besar daripada target cost maka perusahaan perlu melakukan usaha
untuk mengefisiensikan atau pengurangan biaya agar target cost dapat
tercapai.
2. Agar target cost dapat dicapai, maka perusahaan dapat menggunakan
value engineering, dengan melakukan menghapuskan biaya yang tidak
bernilai tambah, melakukan survei pada produk pesaing untuk dikaji atau
(44)
27
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
Pabrik Gula Madukismo atau PG. Madukismo telah berdiri sejak zaman
pemerintahan Hindia Belanda, pada saat itu terdapat kurang lebih 17 pabrik gula
yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, antara lain PG. Padokan, PG. Ganjuran,
PG. Kedaton, PG. Melati, PG. Cebongan, PG. Mendari, PG. Gesikan dan lain
sebagainya. Semua perusahaan tersebut dipegang oleh pemerintahaan Hindia
Belanda.
Pada tahun 1942, tentara Jepang masuk ke Indonesia dan mengambil alih
seluruh pabrik gula tersebut. Karena pada saat itu situasi masih terjadi
peperangan, maka dari 17 pabrik gula yang ada di Yogyakarta, hanya tersisa 12
pabrik yang masih aktif beroperasi. Namun keduabelas pabrik tersebut tidak
semuanya menggiling tebu, karena lahan pertanian untuk menanam tebu telah
digunakan oleh tentara Jepang untuk menanam tanaman selain tebu. Keadaan ini
berlangsung sampai diproklamasikan kemerdekanaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu pemerintah Republik Indonesia merebut
kembali semua pabrik gula dari tangan Jepang dan dibumihanguskan hingga
hanya tertinggal puing-puingnya.
PT. Madubaru didirikan pertengahan tahun 1955 tepatnya pada tanggal 14
Juni dengan akte pendirian nomor 11, notaris Raden Mas Soerjanto Partaningrat,
(45)
IX. Pada tanggal 29 Mei 1958 pabrik gula ini diresmikan oleh presiden RI
pertama, Ir. Soekarno dan telah mendapat pengesahaan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia Nomor J.A 5683 tanggal 10 Agustus 1958 mengenai anggaran
dasar perusahaan, setelah pabrik tersebut diresmikan pada tahun 1958, pabrik gula
mulai beroperasi, karena pabrik gula ini baru pertama kali berproduksi, maka
operasinya belum lancar oleh karena itu peralatan dan mesin-mesin serta
teknisinya masih bekerjasama dengan pemerintah Jerman timur. Namun akhirnya
tebu yang siap digiling terpaksa dialihkan ke pabrik gula Gondang Baru di Klaten.
Untuk mengatasi hal tersebut beberapa mesin disempurnakan pengoperasiannya
dan menambah tenaga kerja yang terlatih untuk menanganinya.
PG. Madukismo dapat beroperasi dengan lancar dan sempurna pada tahun
1960 atau kurang lebih 2 tahun setelah pendirian PG. Madukismo. Pada saat itu
kapasitas mesin dalam melakukan operasi penggilingan tebu sebesar 18.000
kwintal tebu per 24 jam. Tahun 1962 Pemerintah Republik Indonesia mengambil
alih semua perusahaan yang ada baik milik asing, swasta dan semi swasta,
sehingga pada tahun tersebut PG. Madukismo berubah status perusahaan negara.
Suatu badan dibentuk dengan tujuan memimpin pabrik-pabrik tersebut, badan
tersebut diberi nama Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara
(BPUPPN). Serah terima PG. Madukismo kepada Pemerintah Republik Indonesia
dilakukan pada tanggal 11 Maret 1962 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX
selaku direktur pabrik gula PT. Madubaru.
Pada tahun 1975 PG. Madukismo mengadakan ekspansi dan
(46)
sehingga kapasitasnya dapat melebihi kapasitas sebelumnya. Pada tahun 1984 atas
persetujuan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX PG. Madukismo kembali
dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu di bawah departemen
pertanian dan departemen perkebunan dengan minyak PT. Rajawali Nusantara
Indonesia untuk mengadakan kontrak manajemen yang ditandatangani pada
tanggal 4 Maret 1984 oleh direktur utama PT. Rajawali Nusantara Indonesia yaitu
Mohammad Yusup dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, selaku pemegang sero
terbesar. Kontrak tersebut selama 10 tahun sampai tahun 2004. Pada tahun 1998
sesuai akta perubahaan nomor 1 tertanggal 7 September 1998, notaris Dara
Wardhani, SH, P2G Madubaru berubah menjadi PT. Madubaru.
B. Lokasi Perusahaan
PT. Madubaru menempati lahan seluas 185.572 m2, yang berkantor pusat di
Padokan Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:
1. Lokasi berdekatan dengan kota, sehingga memperlancar pengadaan
alat-alat yang dibutuhkan.
2. Lokasi berdekatan dengan daerah penghasil bahan baku utama sehingga
kelancaran proses produksi dapat dijaga.
3. Lokasi berdekatan dengan sumber air sungai untuk kebutuhan pabrik,
terutama air pengisi ketel dan proses.
(47)
5. Areal sekitar tanah pabrik daerah bantul sangat cocok untuk tanaman tebu
dan alat angkut tebu yang menggunakan lori saat musim hujan.
C. Struktur organisasi
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Madubaru adalah struktur
organisasi lini, dimana tugas berjalan dai puncak pimpinan sampai ke bawah,
sedangkan tanggungjawab berjalan dari bawah ke atas menurut lini vertikal, hal
dapat dilihat gambar 4.1.
Gambar 4.1 struktur organisasi PT. Madubaru KABAG AKT. & KEU. KABAG SDM & UMUM KEPALA PABRIK SPRITUS KABAG INSTALASI KABAG PABRIK GULA KABAG PABRIKASI KABAG TANAMAN KABAG PEMASAR AN SEK DEKOM PENASIHAT DEWAN KOMISARIS DIREKTUR GENERAL MANAGER KEPALA SPI
(48)
Fungsi dan tugas masing-masing jabatan di PT. Madubaru adalah sebagai berikut:
3. Direktur
Fungsi: mengelola perusahaan secara keseluruhan untuk melaksanakan
kebijakan rapat umum pemegang saham.
Tugas:
a. Merumuskan tujuan perusahaan.
b. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan.
c. Menyusun rencana jangka panjang perusahaan.
d. Menetapkan kebijakan-kebijakan dan pedoman penyusunan anggaran
tahunan.
e. Menetapakan rancangan anggaran perusahaan yang diusulkan kepada
rapat umum pemegang saham.
4. Satuan Pengawasan Intern
Tugas dan wewenang:
a. Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit, konsultasi dan
pembinaan terhadap semua kegiatan dan fungsi organisasi.
b. Melakukan pengawasan atas pihak-pihak yang terkait dengan
perusahaan atas persetujuan direktur.
c. Melakukan audit investigasi terhadap aspek yang dapat menimbulkan
kerugian bagi perusahaan.
d. Dalam rangka penugasan memiliki akses penuh terhadap seluruh
(49)
e. Mengalokasikan sumber daya dan menentukan lingkup kerja, serta
menetapkan teknik-teknik audit.
f. Memperoleh bantuan kerja sama dari semua personel di unit-unit
perusahaan pada saat melakukan pengawasan juga jasa-jasa khusus
dari dalam maupun luar perusahaan.
g. Menjadi counterpart bagi auditor eksternal dalam melaksanakan
tugasnya.
5. General Manager
Fungsi: mengelola perusahaan secara keseluruhan sesuai dengan kebijakn
yang telah ditetapkan oleh direktur.
Tugas:
a. Merumuskan sasaran dalam kerangka tujuan yang telah ditetapkan.
b. Menetapkan strategi untuk mencapai sasaran perusahaan.
c. Menetapkan ketentuan-ketentuan pelaksanaan kebijakan direksi.
d. Membantu direksi dalam menyusun rencana jangka panjang
perusahaan.
e. Melaksanakan kebijakan dan pedoman penyusunan anggaran tahunan.
6. Kepala Bagian Tanaman
Fungsi: membantu general manager dalam melaksanakan kebijakan direksi
dalam bidang penanaman, serta kegiatan lain yang menyangkut
persediaan tebu sebagai bahan baku pabrik gula dan memimpin
seksi-seksi yang berada dalam bagiannya untuk mencapai tujuan
(50)
Tugas:
a. Membantu general manager dalam melaksanakan kebijakan direksi
dan penetapan rencana dan pelaksanaan penanaman bibit tebu dan
produktivitas tebu giling.
b. Membantu general manager dalam melaksanakan pencapaian target
penanaman bibit tebu dan tebu giling.
c. Membantu general manager dalam menetapkan komposisi jenis tebu,
jadwal penanaman, tebang dan angkutan tebu.
7. Kepala Bagian Pabrik Gula
Fungsi: mengolah gula dan memimpin seksi-seksi yang ada di bawah
wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
Tugas:
a. Melaksanakan rencana produksi gula.
b. Mengamati mutu, menimbang dan membungkus gula.
c. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi
gula.
8. Kepala Bagian Instalansi
Fungsi: membantu kepala bagian pabrik gula dan spiritus dalam
melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan administrasi dalam
pengoperasian, pemeliharaan, dan reparasi mesin dan penyediaan
(51)
bagiannya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
Tugas:
a. Melaksanakan rencana penggunaan instalasi untuk memenuhi
kebutuhan pabrik.
b. Mempertahankan operasi.
c. Bekerjasama dengan kepala bagian tanaman melakukan pengelolaan,
pemeliharaan dan reparasi lori dan loko, pompa air dan traktor.
d. Memberikan pertimbangan-pertimbangan teknis kepada semua
bagian, dalam pengadaan barang teknis keperluan perusahaan.
9. Kepala Bagian Pabrikasi
Fungsi: membantu kepada bagian pabrik gula dan spiritus dalam
melaksanakan kebijakan direksi dan ketentuan manajer dalam
pengelolaan gula dan memimpin seksi-seksi yang berada di
bawah wewenangnya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan.
Tugas:
a. Melaksanakan rencana produksi gula.
b. Mengawasi mutu, penimbangan dan pembungkusan gula.
c. Mengendalikan proses produksi gula untuk memenuhi target produksi
(52)
10.Kepala Bagian Spiritus
Fungsi: Mengolah spiritus atau alkohol serta memimpin seksinya untuk
mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Tugas:
a. Melaksanakan rencana produksi spiritus atau alkohol.
b. Mengawasi mutu spiritus atau alkohol.
c. Mengendalikan produksi spiritus atau alkohol untuk memenuhi target
produksi.
11.Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan
Fungsi: melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan general manager
dalam bidang keuangan, anggaran serta memimpin divisi
akuntansi dan keuangan untuk mencapai sasaran dan tujuan
perusahaan.
Tugas: menjalankan kebijakan direksi dan ketentuan general manager
dalam bidang keuangan, pengolahan, dan akuntansi perusahaan.
12.Kepala Bagian SDM dan Umum
Fungsi: melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan general manager
dalam bidang personalia, bertanggungjawab kepada administrator
dan mengkoordinir setiap pengelolaan tenaga kerja dan
kesejahteraan karyawan serta mempersiapkan SDM yang
(53)
13.Kepala Bagian Pemasaran
Fungsi: melaksanakan kebijakan direksi dalam ketentuan general manager
dalam bidang pemasaran serta memimpin divisi pemasaran untuk
mencapai sasaran dan tujuan perusahaan.
Tugas:
a. Menyusun strategi pemasaran.
b. Mengusahakan pengembangan pasar untuk produk-produk PT.
Madubaru.
c. Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang dan proses
penagihan.
d. Mengadakan perbaikan sistem pemasaran.
e. Menilai prestasi kerja staf pemasaran.
D. Bagian personalia
1. Penggolongan karyawan
Pengolongan karyawan pada Pabrik gula madukismo dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
a. Karyawan Tetap
- Karyawan non staf
Karyawan non staf diikat dengan perjanjian secara perorangan.
Statusnya adalah pegawai tetap, pegawai staf dibagi menjadi dua
(54)
- Karyawan pelaksana
Karyawan pelaksana diikat dengan suatu perjanjian secara kolektif
dan statusnya hampir sama dengan pegawai non staf.
b. Karyawan Tidak Tetap, terdiri dari :
- Karyawan kerja waktu tertentu (KKWT)
Karyawan ini hanya bekerja pada musim giling dan jumlahnya tidak
tetap tergantung kebutuhan produksi yang dilaksanakan.
- Karyawan borongan
Karyawan ini dipekerjakan apabila perusahaan memerlukan tenaga,
tetapi jika tidak diperlukan dapat diberhentikan sewaktu-waktu dan
boleh melamar lagi jika perusahaan membutuhkan..
2. Sistem pengaturan jam kerja
Sistem pengaturan jam kerja yang berlaku dalam PG. Madukismo ini
dibagi menjadi dua yaitu:
a. Di luar giling
Hari senin-kamis jam 06.30-15.00
Jam istirahat jam 11.30-12.30
Hari jumat-sabtu jam 06.30-11.30
b. Dalam masa giling
- Karyawan yang tidak berkaitan dengan proses produksi berlaku
ketentuan jam kerja di atas.
- Bagi karyawan yang terkait dengan proses produksi berlaku
(55)
Regu pagi jam 06.30-14.00 WIB
Regu siang jam 14.00-22.00 WIB
Regu malam jam 22.00-06.00 WIB
3. Sistem pengupahan
Sistem pengupahan yang diterapkan pada pabrik adalah sebagai berikut:
a. Upah Bulanan
Sistem pengupahaan tiap bulan berlaku bagi karyawan tetap.
b. Upah Mingguan
Sistem pengupahaan minggu berlaku bagi karyawan tidak tetap.
c. Upah Harian
Sistem pengupahaan tiap hari berlaku bagi karyawan borongan.
4. Jaminan Sosial
Jaminan sosial yang diberikan PG. Madukismo kepada karyawannya
antara lain:
a. Tunjanagan Hari Raya
Tunjangan gaji kepada karyawan tetap berupa tambahan gaji atau upah
sebanyak satu bulan gaji.
b. Tunjangan Kecelakaan Kerja
Tunjangan kecelakaan kerja kepada karyawan tetap dan tidak tetap.
c. Tunjangan Kesehatan
Tunjangan ini ditujukan bagi seluruh karyawan berupa pelayan
(56)
- Bagi karyawan tetap, pelayanan untuk satu orang istri dan tiga orang
anak.
- Bagi karyawan tidak tetap pelayanan terbatas pada karyawan itu
saja.
d. Tunjangan lain-lain
Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya
perusahaan memberikan fasilitas berupa:
- Rumah dinas dengan fasilitas listrik dan air.
- Biaya pengobatan baik rawat inap maupun rawat jalan ditanggung
100% oleh perusahaan.
- Sarana olahraga, meliputi tenis lapangan, tenis meja, sepak bola dan
lain-lain.
- Rekreasi bersama setelah giling.
- Tempat peribadatan.
- Pembeian penghargaan bagi karyawan yang masa kerjanya 25 tahun.
- Bantuan kepada putra-putri karyawan berprestasi dari nilai EBTA.
- Pendidikan taman kanak-kanak.
- Koperasi karyawan.
E. Bagian produksi 1. Bahan baku
Dalam produksi gula bahan baku utama yang digunakan adalah tebu,
sedangkan bahan pembantu yang diperlukan meliputi batu gamping dan
(57)
2. Alat-alat yang digunakan
Dalam proses produksi pabrik gula menggunakan alat-alat sebagai berikut:
a. Unigenerator Merk IV dan Cane Knife yang digabungkan dengan 5
buah gilingan yang masing-masing terdiri dari 3 rool dengan ukuran
36” dan 64”. Alat ini berfungsi untuk memisahkan antara bagian padat dengan bagian cairannya.
b. Alat pengendap berfungsi sebagai alat untuk proses permurnian nira.
c. Pesawat penguap nira berfungsi sebagai alat untuk proses penguapan
nira.
d. Alat pendingin berfungsi untuk membantu dalam proses kristalisasi.
e. Putaran gula, berfungsi untuk memisahkan gula dengan larutannya
(stroop).
f. Alat penyaring gula berfungsi untuk memisahkan gula halus, gula
kasar dan gula normal.
3. Proses Produksi
Pabrik ini memproduksi produk utama yaitu gula pasir dengan kualitas
Super High Sugar IA (SHS) atau gula kristal putih. Mutu produksi di
pantau oleh P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia).
Proses pengolahan tebu menjadi gula perlu melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a. Pemerahan nira
Tebu yang telah ditebang dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan
(58)
mentah) melalui alat-alat yang berupa unigenetator merk IV dan cane
knife digabung dengan 5 buah gilingan masin-masin terdiri atas 3 rol.
Dengan ukuran 36” x 64”. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan baku stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah
akan dikirim ke bagian pemurnian nira untuk proses lebih lanjut,
untuk mencegah kehilangan gula akibat bakteri yang dilakuan sanitasi
di statiun gilingan.
b. Pemurnian nira
Nira mentah ditimbang lalu dipanaskan dengan suhu 700-750 C dan
direaksikan dengan susu kapur dalam defektator kemudian diberi gas
SO2 dalam peti sulfitasi sampai ph 7,00 kemudian dipanaskan lagi
sampai suhu 1000-1050 C. Kemudian kotoran diendapkan dalam alat
pengendap dan nira kotor dari penguapan disaring dengan
menggunakan rotary vacuum filter atau alat penapis hampa sedangkan
endapan padatnya (blotong) digunakan sebagai pupuk organik. Kadar
gula dalam blotong itu di bawah 2%, sedangkan nira jernihnya
dikirim ke stasiun penguapan.
c. Penguapan nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem
Quadruple Effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat
dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan, terlarut
16% dapat naik menjadi 62% hal ini yang disebut dengan nira kental
(59)
5.990 m. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2 sebagai
bleaching atau pemucatan dan siap dikristalisasi.
d. Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan
kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang
dipakai yaitu ACD dimana gula A sebagai produk, sedangkan gula C
dan gula D dipakai sebagai bibit (seed) serta sebagian lagi dilebur
untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan
vakum sebesar 65 CmHg, sehingga suhu didihnya hanya 650C, jadi
sakrosa tidak rusak akibat suhu panas yang tinggi. Hasil masakan
berupa campuran kristal gula dan larutan (stroop) sebelum dipisahkan
diputaran gula lebih dahulu didinginkan pada palung pendingin
(kultrog)
e. Putaran gula
Alat ini berfungsi memisahkan gula dengan larutannya dengan cara
centrifugal. Putaran gula yang tersedia adalah:
- 3 buah broadbent48” x 30” untuk masakan A. - 6 buah batch sangerhausen untuk gula A.
- 2 buah broadbent untuk gula SHS.
- 3 buah batch sangerhausen untuk induk gula SHS.
- 1 buah BMA kartu utang 1100 untuk gula C.
- 2 buah FC 1000 untuk gula C.
(60)
- 1 buah WS CC6 untuk gula D1.
- 1 buah BMA K 850 untuk gula D1.
- 1 buah BMA K2300 untuk gula D1.
- 3 buah BMA K 850 untuk gula D2.
f. Penyelesaian dan gudang gula
Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dipisahkan
antara gula halus, gula kasar dan gula normal, kemudian dikirim ke
gudang gula dan di kemas dalam karung plastik. Kemasan yang di
gunakan PG. Madukismo memiliki 2 jenis yaitu kemasan 1 kg dan
kemasan bulk (50 kg), jenis plastik yang digunakan adalah
polipropoline (PP) yang terdapat merk. Kemasan bulk (50 kg) biasa
disebut gula curah yang memiliki ukuran kristal yang tidak sama atau
tidak seragam, sedangkan kemasan plastik 1 kg atau 0,5 kg memiliki
ukuran gula yang seragam.
F. Bagian pemasaran
1. Produk yang dihasilkan
Untuk gula pasir yang berkualitas, PG Madukismo menetapkan standar
mutu dengan membentuk berwarna putih, kering dan butirannya yang agak
(61)
2. Proses distribusi
Proses distribusi yang digunakan perusahaan untuk memasarkan hasil
prroduknya adalah:
- Produsen – pedagang besar – pengecer – konsumen.
- Produsen – distributor – pedagang besar – pengecer – konsumen. 3. Lingkup pemasaran
Lingkup pemasaran PG. Madukismo meliputi Daerah Istimewa
Yogyakarta, Solo, Semarang, Purwokerto, Jawa Tengah dan Jakarta.
4. Penetapan harga jual
Penetapan harga jual PG. Madukismo sewaktu-waktu dapat ditinjau
kembali sesuai dengan perkembangan harga gula pasir di pasaran. Dalam
hal ini penentuan harga ditentukan pada berbagai tingkat harga dengan
tidak mengabaikan biaya produksinya, secara rasional harga yang dipilih
adalah tingkat harga yang dapat memberikan laba maksimal bagi
(62)
45
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan PG. Madukismo maka
akan dilakukan analisis dengan menggunakan teori yang ada. Analisis ini
dilakukan untuk menerapkan target costing dalam penentuan harga pokok
produksi untuk mengendalikan biaya-biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan
target cost dengan cara menentukan target price dan target profit. Hasil analisis
ini kemudian akan digunakan untuk mengefisiensikan biaya produksi perusahaan.
A. Penentuan harga pokok produksi menurut perusahaan
Dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan PG. Madukismo
mengumpulkan biaya-biaya yang terjadi dalam proses pengolahan bahan baku
menjadi produk jadi. Biaya-biaya produksi tersebut terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, untuk mengetahui lebih
jelas mengenai penentuan harga pokok produksi yang dilakukan oleh PG.
Madukismo maka akan dideskripsikan elemen-elemen biaya pembentuk harga
pokok produksi berdasarkan informasi yang diperoleh dari perusahaan.
1. Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi gula oleh PG.
Madukismo adalah tebu. Bahan baku diperoleh dengan membeli tebu dari
petani dan bekerjasama dengan petani yang memiliki lahan sawah dengan
sistem bagi hasil. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli tebu dari petani
sebesar Rp 33.355.502.297,26. Proses penanaman tebu membutuhkan bibit
(63)
tebu petani juga membutuhkan biaya pompa air dan hama yaitu sebesar
Rp 699.293.962,12, biaya laboratorium proteksi sebesar Rp 48.175.767,77
serta biaya tebang dan muatan tebu sebesar Rp 1.820.000.000,00. Berikut ini
biaya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi:
Tabel 5.1 Biaya Bahan Baku Gula Pasir Tahun 2011 (dalam rupiah)
Jenis Biaya Biaya Bahan Baku
Tebu giling 33.355.502.297,26 Pembibitan 392.610.824,08 Tebang dan muatan tebu 1.820.000.000,00 Pompa air dan hama 699.293.962,12 Laboratorium proteksi 48.175.767,77
Total Biaya Bahan Baku 36.315.582.851,22
Sumber: PG. Madukismo
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja adalah upah dari tenaga yang mengerjakan proses
produksi. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan
tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung yang terlibat dalam proses
produksi adalah karyawan pelaksana, karyawan KKWT dan imbalan
penggarap pembibitan, sedangkan tenaga kerja tidak langsung adalah
karyawan pimpinan. Jumlah biaya tenaga kerja langsung sebesar
Rp 17.323.602.546,22 dan jumlah biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar
Rp 4.387.667.373,96.
Tabel 5.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Gula Pasir Tahun 2011 (dalam rupiah)
Jenis biaya Biaya Tenaga kerja langsung
Gaji karyawan pelaksana 10.374.761.384,72 Gaji karyawan KKWT 6.933.527.808,50 Imbalan penggarap tanah (PBB) 15.313.353,00
Jumlah 17.323.602.546,22
(64)
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik yang dianggarkan untuk proses produksi PG.
Madukismo selama tahun 2011 adalah sebesar Rp 36.919.871.000,00 dan
anggaran volume produksi tahun 2011 13.394.000 kg, Rincian anggaran
biaya overhead pabrik terdiri dari:
Tabel 5.3 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Gula Pasir Tahun 2011 (dalam rupiah)
Uraian Jumlah Biaya
Bahan penolong:
Bahan pembantu pabrikasi 1.368.529.000,00 Bahan bakar 9.621.451.000,00 Bahan dan peralatan 816.052.000,00 Pembungkus gula kemasan 3.375.895.000,00 Tenaga kerja tidak langsung 4.877.421.000,00 Jaminan sosial pegawai 3.087.704.000,00 Pesangon pensiun dan hadiah 844.200.000,00 Perjalanan dan penginapan 302.170.000,00 Biaya diesel dan listrik 2.924.139.000,00 Biaya kantor 1.161.378.000,00 Biaya asuransi 205.020.000,00 Biaya loko dan lori 840.749.000,00 Biaya traktor 1.254.656.000,00 Pemeliharaan jalan dan jembatan 79.506.000,00 Pemeliharaan jembatan timbang 311.975.000,00 Mesin dan instalasi 1.893.030.000,00 Pemeliharaan mesin dan instalasi 10.606.092.000,00 Pemeliharaan gedung dan peralatan 1.647.686.000,00 Penyimpanan gula 62.298.000,00 Biaya eksploitasi angkutan motor 1.290.804.000,00 Biaya penyusutan 4.187.597.000,00 Pemakaian tetes pabrik spritus (13.670.850.000,00) Restitusi penggunaan pompa air (45.012.000,00) Restitusi traktor (380.910.000,00)
Lain-lain 258.291.000,00
Total Anggaran Biaya Overhead Pabrik 36.919.871.000,00
(65)
Tarif BOP untuk tiap produk = Taksiran BOP yang dianggarkan
Taksiran unit produksi
= Rp 36.919.871.000,00
13.394.000 kg
= Rp 2.756,00
Perhitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk sebagai berikut:
= Tarif BOP per satuan x jumlah produksi
= Rp 2.756,00 x 12.698.339 kg
= Rp 35.002.317.291,00
4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan
Berdasarkan penentuan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik yang dilakukan oleh perusahaan, maka perhitungan harga pokok
produksi PG. Madukismo adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku Rp 36.315.582.851,22
Biaya tenaga kerja langsung 17.323.602.546,22
Biaya overhead pabrik 35.002.317.291,00 +
Total biaya produksi Rp 88.641.502.688,35
(+) Persediaan awal gula pasir 37.751.471.370,33 +
Rp 126.392.974.058,68
(-) Persediaan akhir gula pasir (17.684.953.055,97)
Rp 108.708.021.002,71
Pemakaian sendiri (475.251.331,00)
(66)
Berdasarkan data di atas, PG. Madukismo menentukan besarnya harga pokok
dari gula yang diproduksi pada tahun 2011 adalah dengan cara membagi total
harga pokok produksi dengan banyaknya jumlah gula yang diproduksi. Jumlah
gula yang diproduksi oleh PG. Madukismo adalah sebesar 12.698.339 kg.
Harga Pokok Produksi per kg = HPP
Total produksi (kg)
Harga Pokok Produksi per kg = Rp 108.232.769.671,71
12.698.339 kg
Harga Pokok Produksi per kg = Rp 8.523,00
B. Analisis Data
Setelah melakukan analisis penentuan harga pokok produksi menurut
perusahaan maka selanjutnya penulis akan melakukan perhitungan target costing
dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pesaing
PG. Madukismo sebenarnya memiliki pesaing yang cukup banyak, adapun
pesaing PG. Madukismo di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain Gulaku,
Ragula dan Gunung Madu. Berdasarkan survei produk Gunung Madu
merupakan pesaing yang tepat, karena harganya lebih rendah apabila
dibandingkan dengan produk milik PG. Madukismo yaitu merek MK.
Persaingan ini disebabkan elastisitas permintaan gula, dimana pada tahun
2010 jumlah permintaan gula adalah sebesar 11.121.625 kg dengan harga
(67)
10.500.059 kg dengan harga Rp 9.200,00, maka elastisitas permintaan dapat
dihitung sebagai berikut:
Elastisitas permintaan = perubahaan persentase jumlah permintaan
Perubahaan persentase harga
Elastisitas permintaan = (11.121.625 - 10.500.059)/11.121.625
(Rp 8.900,00 – Rp 9.200,00)/Rp 8.900,00 Elastisitas permintaan = 0,06
0,03
Elastisitas permintaan = 2
Berdasarkan sifat elastisitas permintaan apabila elastisitas > 1, maka
permintaan gula pasir PG. Madukismo dapat dikatakan elastis yaitu
perubahan harga akan menyebabkan terjadinya perubahan volume penjualan
dalam perbandingan yang lebih besar.
2. Harga jual
Menurut bagian pemasaran harga jual yang PG. Madukismo sebelum
menetapkan target costing adalah Rp 9.200,00, sedangkan harga jual gula 1
kg merek Gunung Madu adalah Rp 9.100,00 data ini diperoleh dari
wawancara pada beberapa pedagang dan survei pasar.
3. Penentuan harga jual produk menurut perusahaan (target price)
Sebelum menentukan harga jual, langkah yang dilakukan adalah melakukan
survei pasar. Menurut hasil riset yang dilakukan perusahaan, harga pasar
(68)
harga jual gula pasir kemasan 1 kg yang ditetapkan PG. Madukismo adalah
Rp 9.000,00.
4. Penetapan laba yang diharapkan (target profit)
Penentuan target profit ditetapkan berdasarkan analisa laba jangka panjang
yaitu sebesar 7%. Jumlah ini diambil dari rencana manajemen yang
dinyatakan oleh manajer keuangan perusahaan.
Target laba = 7% x Rp 9.000,00
= Rp 630,00
5. Perhitungan target cost
Target price atau harga jual yang ditargetkan sebesar Rp 9.000 per kg, target
profit Rp 630,00 atau 7%. Maka perhitungan target cost adalah sebagai
berikut:
Target cost = target price- target profit = Rp 9.000,00 – Rp 630,00 = Rp 8.370,00
6. Membandingkan drifting cost dengan target cost
Setelah menghitung target cost maka langkah selanjutnya adalah
membandingkan antara drifting cost dengan target cost, drifting cost yang
diperoleh adalah Rp 8.523,00, sedangkan target cost adalah Rp 8.370,00
maka selisih antara drifting cost dan target cost adalah sebagai berikut:
Selisih = drifting cost – target cost = Rp 8.523,00 – Rp 8.370,00 = Rp 153,00
(69)
Agar profit yang diinginkan perusahaan tercapai, maka biaya untuk
memproduksi gula pasir harus sama atau kurang dari target cost, karena
drifting cost lebih besar dari target cost maka perusahaan belum mencapai
target laba yang diinginkan yaitu sebesar Rp 630,00, dengan demikian perlu
melakukan perancangan produk atau value engineering.
C. Pembahasan
Fungsi value engineering adalah untuk menekan biaya dengan tetap
mempertahankan fungsi maupun produk yang bersangkutan, sehingga biaya
produksi akan menjadi lebih rendah dari biaya produksi sebelumnya atau nilai
drifting cost lebih kecil atau sama dengan nilai target cost. Usaha yang akan
dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisa biaya produk dengan melihat
kembali biaya bahan baku dan biaya proses. Hasil dari survei yang dilakukan,
ternyata terdapat beberapa biaya yang dapat ditekan seperti:
1. Tebang dan muatan tebu
Pada proses pengangkutan tebu ke pabrik, PG. Madukismo membutuhkan
truk untuk mengangkut tebu ke pabrik, truk tersebut diperoleh dari kontrak atau
pinjaman. Satu truk rata-rata memiliki kapasitas angkut 60 kw, hal ini bergantung
pada keadaan lahan yang ditempuh, biaya untuk menyewa truk sebesar
Rp 3.000.000,00 dan upah supir Rp 40.000,00/orang, satu truk terdapat3 orang,
berikut adalah perhitungannya:
Diketahui: kapasitas pabrik = 35.000 kw/hari
Kapasitas angkut truk = 60 kw/truk
(70)
Biaya angkut = Rp 3.000.000,00/ truk x 583 truk
= Rp 1.750.000.000,00
Upah supir = Rp 40.000,00/orang x 3 orang supir x 583 truk
= Rp 70.000.000,00
Total biaya = Rp 1.750.000.000,00 + Rp 70.000.000,00
= Rp 1.820.000.000,00
Selama pengangkutan tebu dari sawah ke pabrik, truk mampu mengangkut
tebu 70-75 kw dengan tambahan biaya sebesar Rp 100.000,00-Rp 150.000,00, hal
ini juga dipengaruhi keadaan lahan yang ditempuh, jika PG. Madukismo
menetapkan untuk setiap truk mengangkut tebu sebanyak 70 kw dengan biaya
kontrak ditambah Rp 100.000,00 menjadi Rp 3.100.000,00 maka perhitungannya
adalah sebagai berikut:
Perhitungkan truk
Diketahui: kapasitas truk = 35.000 kw/hari
Kapasitas angkut truk = 70 kw/truk
Jumlah truk = = 500 truk
Biaya angkut = Rp 3.100.000,00 x 500 truk
= Rp 1.550.000.000,00
Upah supir = Rp 40.000,00 x 3 x 500 truk
= Rp 60.000.000,00
Total biaya = Rp 1.550.000.000,00 + Rp 60.000.000,00
(71)
Perhitungan biaya muatan tebu di atas dapat dibandingkan sebagai berikut:
Kapasitas pabrik 35.000 kw Kapasitas truk 60 kw 70 kw Jumlah truk yang dibutuhkan =
kapasitas pabrik/kapasitas truk 583 truk 500 truk
Biaya kontrak penyewaan truk Rp 3.000.000,00 Rp 3.100.000,00 Jumlah biaya angkut Rp 1.750.000.000,00 Rp 1.550.000.000,00
Upah supir (1 truk ada 3 supir) Rp40.000,00 Minimal 1 truk ada 3 orang,
upah Rp40.000 per orang Rp 70.000.000,00 Rp 60.000.000,00
Total biaya Rp 1.820.000.000,00 Rp 1.610.000.000,00
Dengan demikian penghematan PG. Madukismo dapat menghemat biaya sebagai
berikut:
Jenis biaya
Sebelum penghematan
Sesudah
penghematan Selisih
Biaya tebang dan
muatan tebu Rp 1.820.000.000,00 Rp 1.610.000.000,00 Rp 210.000.000,00
2. Biaya tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung yang ada di PG. Madukismo terdiri tenaga kerja
pelaksana dan KKWT, tenaga kerja KKWT merupakan tenaga kerja yang bekerja
pada musim tertentu. Tenaga KKWT terdiri tenaga kerja bagian pabrikasi, tata
usaha, tebu giling dan tebang angkut. Pada masa panen, PG. Madukismo
membutuhkan tenaga tebang, upah tenaga tebang untuk setiap tenaganya adalah
Rp 40.000,00 rata-rata pekerja bekerja dari jam 06.00-16.00 dengan kapasitas
tebang 10 kw per orang dalam satu hari, oleh karena itu perhitungan tenaga kerja
adalah sebagai berikut:
Diketahui: kapasitas pabrik = 35.000 kw/hari
(72)
Jumlah tenaga kerja = = 3.500 orang
Biaya upah tenaga kerja = Rp 40.000,00/ orang x 3.500 orang
= Rp 140.000.000,00
Selama proses panen berlangsung, buruh tebang mampu menebang lebih dari
10 kw, rata-rata tebang 13-15 kw per hari dan PG. Madukismo memerlukan biaya
tambahan untuk buruh tebang yang mampu menebang lebih dari 10 kw,
Rp 5.000,00-Rp 15.000,00, jika dalam proses tebang PG. Madukismo menetapkan
buruh tenaga agar menebang 14 kw per hari dengan menambah upah tebang
Rp 10.000,00 menjadi Rp 50.000,00/orang maka biaya upah tenaga kerja sebagai
berikut:
Perhitungan tenaga kerja
Diketahui: kapasitas pabrik = 35.000 kw/hari
Kapasitas tenaga tebang = 14 kw/orang
Jumlah tenaga kerja = = 2.500 orang
Upah tenaga kerja = Rp 50.000,00/orang x 2.500 orang
=Rp 125.000.000,00
Perhitungan biaya tenaga tebang di atas dapat dibandingkan sebagai berikut:
Kapasitas pabrik 35.000 kw
Kapasitas tenaga tebang per orang 10 kw 14 kw Jumlah tenaga kerja = kapasitas
pabrik/kapasitas tebang 3.500 2.500 Upah tenaga tebang per orang Rp 40.000,00 Rp 50.000,00 Total upah tenaga tebang per hari Rp 140.000.000,00 Rp 125.000.000,00
(73)
Dengan demikian penghematan PG. Madukismo dapat menghemat biaya sebagai
berikut:
Jenis biaya
Sebelum penghematan
Sesudah
penghematan Selisih
Biaya upah
tebang Rp 1.400.000.000,00 Rp 1.250.000.000,00 Rp 150.000.000,00
3. Biaya overhead pabrik
a. Bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan oleh pabrik gula madukismo antara lain
adalah kayu, tatal kayu, solar dan minyak fuel oil (FO). Bahan bakar ini
dibutuhkan untuk proses produksi dari start giling hingga penyelesaian.
Kapasitas normal produksi per hari 35.000 kw, proses produksi selama 165
hari maka jumlah tebu yang perlu digiling PG. Madukismo 5.775.000 kw.
Berikut ini adalah perhitungan bahan bakar yang digunakan untuk proses
produksi:
1) Kayu bakar
Bagian Instalasi Kg
1. Pemanasan 100.000
2. Start giling 50.000
3. Proof stoom 150.000
4. Penyelesaian
2 x 24 jam x 6.250 kg 300.000
Suplesi giling tiap 100 ton molen wash butuh kayu = 35 kg 577.500/100 x 35 kg 202.125 202.125 kg x 10 molen wash 2.021.250
Total 2.621.250
(74)
2) Minyak Fuel Oil (FO)
Jumlah tebu giling = 577.500ton
Setiap 100 ton tebu membutuhkan FO = 100 liter
FO yang dibutuhkan : LITER
577.500/100 x 100 liter = 577.500
Suplesi FO untuk start giling
6 jam x 4 = 24
24 jam x 4 x 100 liter = 9.600
Suplesi FO untuk afwerken
36 jamx 4 = 144
144 x 4 x 100 liter = 57.600
Suplesi untuk molen wash
6 jam x 3 = 18
18 x 5 x 2.500 liter = 225.000
Total 869.700
Jml seluruhnya 869.700 x Rp 5.060,00 = Rp 4.400.682.000,00
3) Minyak Solar
Pemakaian solar dalam
masa giling (DMG) Liter
Untuk cuci mesin 5.777 Untuk pompa air 416 Diesel genset DMG
30 x 6bulan x 1.000 liter 180.000
Total 186.192 liter
186.192 liter x Rp 8.745,00 Rp 1.628.252.010,00
4) Tatal kayu
Jumlah tebu giling = 577.500 ton, setiap 100 ton membutuhkan tatal
kayu sebanyak 1 ton, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tatal yang dibutuhkan = (577.500 : 100) x 1 ton = 5.775 ton
(1)
76
Data Biaya Produksi Pabrik Gula Madukismo Tahun 2011 Dalam Satuan Rupiah (lanjutan)
Uraian Realisasi RKAP s/d des
2011 RKAP th 2011
% real dg RKAP des 2011
RKAP 2011 Biaya pabrik
Gaji distribusi karyawan pimpinan 1.339.272.096,69 1.594.108.000,00 1.594.108.000,00 84,01 84,01 Gaji distribusi karyawan pelaksana 1.901.326.405,52 3.412.118.000,00 3.412.118.000,00 55,72 55,72 Upah distribusi karyawan KKWT 4.963.425.152,00 6.441.310.000,00 6.441.310.000,00 77,06 77,06 Bahan pembantu pabrikasi 725.307.767,60 1.368.529.000,00 1.368.529.000,00 53,00 53,00 Bahan bakar 1.889.103.270,91 9.621.451.000,00 9.621.451.000,00 19,63 19,63 Bahan dan peralatan 833.672.674,61 816.052.000,00 816.052.000,00 102,16 102,16 Mesin dan instalasi 1.007.566.347,10 1.893.030.000,00 1.893.030.000,00 53,23 53,23 Lain-lain 216.854.100,00 218.581.000,00 218.581.000,00 99,21 99,21 12.876.527.814,43 25.365.179.000,00 25.365.179.000,00 50,76 50,76 Gaji distribusi karyawan pelaksana 1.905.776.561,00 1.686.240.000,00 1.686.240.000,00 113,02 113,02 Pemeliharaan mesin dan instalasi 9.569.458.294,51 10.606.092.000,00 10.606.092.000,00 90,23 90,23 Pemeliharaan gedung dan peralatan 1.163.995.866,86 1.647.686.000,00 1.647.686.000,00 70,64 70,64 12.639.230.722,37 13.940.018.000,00 13.940.018.000,00 90,67 90,67 Jumlah biaya pabrik 25.515.758.536,80 39.305.197.000,00 39.305.197.000,00 64,92 64,92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
77
Data Biaya Produksi Pabrik Gula Madukismo Tahun 2011 Dalam Satuan Rupiah (lanjutan)
Uraian Realisasi RKAP s/d des 2011 RKAP th 2011
% real dg RKAP
des 2011
RKAP 2011 Pembungkus dan angkutan
gula
Gaji distribusi karyawan
pelaksana 42.048.916,00 75.506.000,00 75.506.000,00 55,69 55,69 Pembungkus gula bulk 1.705.154.631,00 942.309.000,00 942.309.000,00 172,10 172,10 Menimbun dan angkutan gula 20.747.262,00 62.298.000,00 62.298.000,00 33,30 33,30 Pembungkus gula kemasan 1.670.740.444,00 2.433.586.000,00 2.433.586.000,00 37,63 37,63 Lain-lain 20.432.775,79 16.260.000,00 16.260.000,00 125,66 125,66 Jumlah 2.620.736.799,84 3.529.959.000,00 3.529.959.000,00 74,24 74,24
Eksploitasi angkutan motor
Sedan, car,bus,ambulan 437.916.845,48 429.346.000,00 429.346.000,00 102,00 102,00 Jeep dan landrover 217.292.952,60 121.182.000,00 121.182.000,00 179,31 179,31 Truk dan pick up 638.170.090,20 369.711.000,00 369.711.000,00 172,61 172,61 Sepeda motor 202.028.156,57 149.045.000,00 149.045.000,00 135,55 135,55 Lain-lain 67.054.680,41 221.520.000,00 221.520.000,00 30,27 30,27 Jumlah 1.562.462.725,26 1.290.804.000,00 1.290.804.000,00 121,05 121,05
(3)
78
Data Biaya Produksi Pabrik Gula Madukismo Tahun 2011 Dalam Satuan Rupiah (lanjutan)
Uraian Realisasi RKAP s/d des 2011 RKAP th 2011
% real dg RKAP
des 2011
RKAP 2011 Pompa air dan hama
Pompa air dan hama 699.293.962,12 810.132.000,00 810.132.000,00 86,32 86,32 Laboratorium proteksi 48.175.767,77 86.689.000,00 86.689.000,00 55,57 55,57 Restitusi penggunaan pompa air (9.660.000,00) (45.012.000,00) (45.012.000,00) 21,46 21,46 Jumlah 737.809.729,89 851.809.000,00 851.809.000,00 86,62 86,62
Penyusutan
Tanah 26.669.802,16 21.024.000,00 21.024.000,00 126,85 126,85 Gedung dan peralatan 75.258.449,78 66.365.000,00 66.365.000,00 113,40 113,40 Mesin dan instalasi 3.560.866.518,53 3.590.916.000,00 3.590.916.000,00 99,16 99,16 Jalan dan jembatan 8.010.000,00 8.016.000,00 8.016.000,00 99,93 99,93 Angkutan motor dan drainase 204.065.202,08 194.892.000,00 194.892.000,00 104,71 104,71 Alat pertanian 203.840.835,28 237.432.000,00 237.432.000,00 85,85 85,85 Investasi kantor 63.465.003,44 68.952.000,00 68.952.000,00 92,04 92,04 Jumlah 4.142.175.811,27 4.187.597.000,00 4.187.597.000,00 98,92 98,92
Lain-lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
79
Data Biaya Produksi Pabrik Gula Madukismo Tahun 2011 Dalam Satuan Rupiah (lanjutan)
Uraian Realisasi RKAP s/d des 2011 RKAP th 2011
% real dg RKAP
des 2011
RKAP 2011 HPP PG tanpa persediaan 87.462.139.079,69 70.345.722.000,00 70.345.722.000,00 124,33 124,33 Persediaan awal 37.751.471.370,33 46.525.590.000,00 46.525.590.000,00 81,14 81,14 Persediaan akhir (17.684.953.055,97) (26.899.192.000,00) (26.899.192.000,00) 65,75 65,75 20.066.518.314,36 19.626.398.000,00 19.626.398.000,00 102,24 102,24 Pemakaian sendiri (475.251.331,00) (433.350.000,00) (433.350.000,00) 109,67 109,67 HPP PG madukismo 107.053.406.063,05 89.538.770.000,00 89.538.770.000,00 119,56 119,56
Alokasi biaya - - - - -
HPP PG madukismo setelah
(5)
80
Lampiran 2
Laporan Laba Rugi PG. Madukismo Dalam Satuan Rupiah
2010
Penjualan bersih 119.639.753.250,00 HPP (108.118.838.272,06) Total 11.520.914.977,94
Beban usaha
Beban penjualan 168.873.953,00 Beban umum dan adm 3.490.789.907,78 Total 3.659.663.860,78 Laba usaha 7.861.251.117,16
Beban bunga
Total
Penghasilan diluar usaha Penghasilan diluar usaha 3.048.669.519,39 Beban diluar usaha (672.011.682,89) Total 2.376.657.836,50 Laba rugi sebelum pajak 10.237.908.953,66
Pajak penghasilan
Pajak penghasilan kini - Pajak penghasilan tangguhan - Total - EAT 10.237.908.953,66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)