Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada materi jurnal penyesuaian
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENT
(TGT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATERI
JURNAL PENYESUAIAN
Penelitian Dilakukan pada Siswa Kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh
Agnes Ria Dwi Janari NIM : 091334065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(2)
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENT
(TGT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATERI
JURNAL PENYESUAIAN
Penelitian Dilakukan pada Siswa Kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Agnes Ria Dwi Janari NIM: 091334065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(3)
ii
SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENT
(TGT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATERI
JURNAL PENYESUAIAN
Penelitian Dilakukan pada Siswa Kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
Oleh:
Agnes Ria Dwi Janari NIM: 091334065
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
(4)
iii
SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENT
(TGT) UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN
KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATERI
JURNAL PENYESUAIAN
Penelitian Dilakukan pada Siswa Kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Agnes Ria Dwi Janari NIM: 091334065
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 5 Juli 2013
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Indra Darmawan, S.E., M.Si. Sekretaris Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. Anggota Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. Anggota Drs. FX. Muhadi, M.Pd.
(5)
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
ALLAH: Bapa, Putra, dan Roh Kudus
Bapakku Agustinus Wakid
Ibuku Agnes Rikayah
Kakakku Yoannes Eudes Gustawan
Keluarga besar Yohanes Sukardjo
Pangeran hatiku mas Heri Dwi Santoso
Sahabat-sahabatku
(6)
v MOTTO
Tuhan telah menetapkan rencana atas hidup manusia. Manusia hanya
bisa berusaha, namun Tuhan-lah yang berkehendak. Percayalah bahwa
Dia akan memberikan yang terindah pada waktu yang tepat.
(Agnes Ria)
Awit Aku ngerti karo rencana-Ku, sing dak pranata
mungguhing kowe sabdaning Yahwe maksud-Ku
kabegjan, lan dudu kasangsaran, kersa paring pamburi
lan pangarep-arep marang kowe.
(7)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Juli 2013 Penulis
(8)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Agnes Ria Dwi Janari Nomor Mahasiswa : 091334065
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet dan media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 5 Juli 2013
Yang menyatakan
(9)
viii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATERI JURNAL PENYESUAIAN
Penelitian Dilakukan di Kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
Agnes Ria Dwi Janari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipeteams games tournament(TGT).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan di kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi kelas, pembagian kelompok, permainan, turnamen, dan penghargaan tim. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa yaitu kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Ada peningkatan motivasi belajar pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (rata-rata pra penelitian= 70,98; rata-rata siklus pertama= 80,05; rata-rata siklus kedua= 83,45; rata-rata siklus pertama dan siklus kedua telah mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 80); (2) Ada peningkatan keterampilan sosial pada mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (rata-rata pra penelitian= 71,96; rata-rata siklus pertama= 80,00; rata-rata siklus kedua= 84,11; rata-rata siklus pertama dan siklus kedua telah mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 80).
(10)
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TEAMS GAMES TOURNAMANT (TGT) TYPE TO IMPROVE STUDENTS’LEARNING MOTIVATION AND SOCIAL SKILLS ON
ADJUSTING ENTRIES SUBJECT
A Research was Conducted to the Eleventh Grade Students of Social 4 of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta
Agnes Ria Dwi Janari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
This research aims to know the increase of students’ learning motivation and social skills in studying accounting with the topic: adjusting entries through the implementation of cooperative learning model teams games tournament (TGT) type.
This research is a classroom action research. It was conducted to the eleventh grade students of social 4 of BOPKRI 1 Senior High School Yogyakarta. The implementation of this classroom action research was done in two cycles. Each cycle consisted of four stages which were planning, action, observing, and reflection. The main components of cooperative learning TGT type were class presentation, groups division, games, tournament, and the appreciation to the group. Instruments used in this study were questionnaires. They were used to measure the students’ learning motivation and social skills. The obtained data were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.
The result of the research shows that: (1) There is an increase in the
students’ learning motivation in accounting with the topic of adjusting entries
through the implementation of cooperative learning TGT type (the students’
average score before the study= 70,98; the first cycle average score= 80,05; the second cycle average score= 83,45; the average score in the first cycle and in the second cycle has exceeded the target which was set at 80); (2) (1) There is an
increase in the students’ social skills in accounting with the topic of adjusting
entries through the implementation of cooperative learning TGT type (the
students’ average score before the study= 71,96; the first cycle average score=
80,00; the second cycle average score= 84,11; the average score in the first cycle and in the second cycle has exceeded the target which was set at 80).
(11)
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keterampilan Sosial Siswa pada
Materi Jurnal Penyesuaian”, yang dilakukan pada siswa kelas XI IPS 4 SMA
BOPKRI 1 Yogyakarta.
Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dorongan,
bantuan, dan masukan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.
4. Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar mendampingi, meluangkan waktu, memberikan nasehat, kritik, dan
saran selama menyusun skripsi ini.
5. Drs. FX. Muhadi, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik
(12)
xi
6. Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
membimbing dan mendidik penulis selama belajar di Universitas Sanata
Dharma.
8. Mbak Aris Sudarsilah yang telah memberikan pelayanan yang baik selama
penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.
9. Drs. Andar Rujito, M.H. selaku Kepala Sekolah SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.
10. Dra. Yuliana Ambar Nur Kustinari selaku guru mitra yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membantu penelitian ini dari awal hingga akhir.
11. Siswa-siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, terima kasih atas
kerja samanya.
12. Bapakku Agustinus Wakid dan Ibuku Agnes Rikayah yang selalu
memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan bantuan yang tiada henti
kepada penulis.Aku sayank Bapak dan Ibu.
13. Masku Yoannes Eudes Gustawan yang selalu memberikan doa dan semangat
dalam penulisan skripsi ini.Aku wes lulus lho, Ob!!!
14. Simbahku Yohanes Sukardjo (Pak Agus), Catarina Suwartiyah (Mak Tuo),
dan (Alm) Bibiana Semi Martoyono (Simbok) yang selalu memberikan doa dan kasih sayang selama ini.Damai abadi di Surga Simbok.
15. Bude Sr. Martina, CB (Bude Suster) yang selalu memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang yang tiada henti.Aku wes lulus lho, Bude.
(13)
xii
16. Bulek Sri Hardiyah (Lek Ci) yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya selama ini.
17. Keluarga besar Pakdhe Pait, Pakdhe Kawit, dan Bulek Partinah, terima kasih
atas segala doa, bantuan, dan dukungannya.
18. Mas Heri Dwi Santoso yang selalu memberikan doa, bantuan, dukungan, dan
kasih sayangnya. (you’re my everything)
19. Sahabatku Hesta Eka Yulita (Bakpo) yang selalu membantu dan menyemangatiku dalam menyusun skripsi ini. Maaf ya Po selalu merepotkan dirimu, semoga persahabatan kita tidak akan dan jangan pernah pudar. Langgeng terus ro Peta Roker.
20. Teman-temanku: Tama, Siska (Nyemod), Evi, Etik (Etoy), Eni (Enai), Tari
(Cempluk), Arjun, dan Putra(Simbah) yang telah membantu dalam penelitian ini.
21. Teman-teman PAK 2009: Neni, Kak Ros, Lusia (Zombir), Natal, Yenica, Yaya, Desi, Dodi, Yoga, Topik, Susi, Putri, Mami Dita, Devi Encil, Puspa
Empus, Vita, Riris, Hendrik, Meyta, Prila, Karti, Priam dan semuanya yang
tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaannya
dan berbagai pengalaman yang penulis dapatkan dari kalian semua. Ayooo kapan kita kemana??
22. Mitra-mitri Perpustakaan Universitas Sanata Dharma: Mb Anisa (makasih ya mbak udah bantuin aku meng-Inggriskan abstrak), Mas Yudha (makasih ya Yud udah ngeditin videonya), Susan, Amel, Ernia, Galuh, Mb Hani, Mb Yovita, Mb Anas, Mb Rini, Mb Yessi, Mb Ayu, dan Novi. Terima kasih
(14)
xiii
selalu menyemangati dan boleh berbagi ilmu dengan kalian semua. Thanks guys.
23. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan doa
dan dukungannya kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih
juga sudah boleh berbagi ilmu dan pengalaman.
24. Teman-teman Mudika Santo Hilarius Badran, terima kasih atas
kebersamaannya.Tetep Kerja Buat Tuhan, prend!!
25. Mbak Wiwik yang telah meng-Inggriskan abstrakku.
26. Semua pihak telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.God Bless.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 22 Mei 2013 Penulis
(15)
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN. ... iv
HALAMAN MOTTO. ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. ... vii
ABSTRAK. ... viii
ABSTRACT. ... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiv
DAFTAR TABEL. ... xvii
DAFTAR GAMBAR. ... vix
DAFTAR LAMPIRAN. ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A Latar Belakang Masalah. ... 1
B Batasan Masalah. ... 5
C Rumusan Masalah. ... 6
D Tujuan Penelitian... 6
E Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... 8
A Penelitian Tindakan Kelas. ... 8
B Metode PembelajaranCooperative Learning... 11
C Teams Games Tournament(TGT)... 19
D Jurnal Penyesuaian. ... 22
E Motivasi Belajar. ... 24
F Keterampilan Sosial... 28
G Kerangka Berpikir. ... 29
H Model Penelitian... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ... 33
A Jenis Penelitian ... 33
B Tempat dan Waktu Penelitian. ... 33
C Subjek dan Objek Penelitian. ... 34
(16)
xv
E Definisi Operasional Variabel Penelitian. ... 39
F Pengukuran Variabel Penelitian. ... 40
G Uji Kuesioner... 42
H Instrumen Penelitian. ... 46
I Teknik Pengumpulan Data. ... 49
J Teknik Analisis Data. ... 50
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH. ... 52
A Sejarah Berdirinya SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. ... 52
B Visi, Misi, dan Tujuan SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. ... 54
C Kurikulum SMA BOPKRI 1 Yogyakarta... 56
D Organisasi Sekolah SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. ... 65
E Siswa SMA BOPKRI 1 Yogyakarta... 69
F Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. ... 70
G Fasilitas Pendidikan dan Latihan SMA BOPKRI 1 Yogyakarta. ... 71
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN. ... 75
A Deskripsi Penelitian... 75
1. Observasi Pra Penelitian... 75
a. Observasi Aktivitas Guru. ... 76
b. Observasi Aktivitas Siswa. ... 81
c. Observasi Aktivitas Kelas... 83
2. Siklus Pertama. ... 87
a. Perencanaan. ... 87
b. Tindakan. ... 91
c. Pengamatan... 94
d. Refleksi. ... 101
3. Siklus Kedua... 107
a. Perencanaan. ... 107
b. Tindakan. ... 112
c. Pengamatan... 115
d. Refleksi. ... 122
B Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar dan Keterampilan Sosial Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament(TGT). ... 128
(17)
xvi
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN. .. 142
A Kesimpulan... 142
B Keterbatasan. ... 143
C Saran. ... 144
DAFTAR PUSTAKA. ... 146
(18)
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I... 41
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Motivasi Belajar... 41
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Keterampilan Sosial. ... 42
Tabel 3.4 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar... 43
Tabel 3.5 Kesimpulan Hasil Uji Validitas Keterampilan Sosial. .... 44
Tabel 3.6 Kesimpulan Hasil Pengujian Reliabilitas Motivasi Belajar. ... 46
Tabel 3.7 Kesimpulan Hasil Pengujian Reliabilitas Keterampilan Sosial. ... 46
Tabel 4.1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas X... 58
Tabel 4.2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas XI dan XII Bahasa. ... 59
Tabel 4.3 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas XI dan XII IPA. ... 59
Tabel 4.4 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas XI dan XII IPS. ... 60
Tabel 4.5 Daftar Siswa-siswi SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa. ... 69
Tabel 5.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Secara Umum Sebelum TGT. ... 78
Tabel 5.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum TGT. 78 Tabel 5.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum TGT. ... 82
Tabel 5.4 HasilPre TestSebelum TGT. ... 82
Tabel 5.5 Hasil Observasi Aktivitas Kelas Sebelum TGT... 84
Tabel 5.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Secara Umum Siklus I. ... 94
Tabel 5.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus I. ... 95
Tabel 5.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Siklus I. ... 98
Tabel 5.9 Hasil Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok Siklus I. ... 99
Tabel 5.10 Hasil Observasi Aktivitas Kelas Siklus I. ... 100
Tabel 5.11 Lembar Refleksi Guru Mitra terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I. ... 102
Tabel 5.12 Lembar Refleksi Siswa terhadap Komponen Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I. ... 104
(19)
xviii
Tabel 5.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Secara Umum
Siklus II. ... 115 Tabel 5.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Siklus II. ... 116 Tabel 5.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Siklus II. ... 119 Tabel 5.17 Hasil Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam
Kelompok Siklus II. ... 120 Tabel 5.18 Hasil Observasi Aktivitas Kelas Siklus II. ... 121 Tabel 5.19 Lembar Refleksi Guru Mitra terhadap Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II. ... 123 Tabel 5.20 Lembar Refleksi Siswa terhadap Komponen
Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT Siklus II. ... 125 Tabel 5.21 Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penerapan TGT,
Siklus I, dan Siklus II. ... 128 Tabel 5.22 Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Penelitian. .... 131 Tabel 5.23 Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus I. ... 131 Tabel 5.24 Analisis Motivasi Belajar Siswa Siklus II... 132 Tabel 5.25 Keterampilan Sosial Siswa Sebelum Penerapan TGT,
Siklus I, dan Siklus II. ... 133 Tabel 5.26 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Sebelum
Penelitian... 135 Tabel 5.27 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus I. ... 136 Tabel 5.28 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus II... 137
(20)
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart... 11 Gambar 2.2 Model Penelitian. ... 32
(21)
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Aktivitas Guru di Kelas Secara Umum. ... 151
Lampiran 2 Aktivitas Guru di Kelas. ... 152
Lampiran 3 Aktivitas Siswa di Kelas ... 155
Lampiran 4 Aktivitas Kelas... 156
Lampiran 5 Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok. ... 157
Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru (Catatan Anekdotal). ... 158
Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Catatan Anekdotal). ... 159
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Kelas (Catatan Anekdotal). ... 160
Lampiran 9 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok (Catatan Anekdotal). ... 161
Lampiran 10 Lembar Refleksi Guru Mitra terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. ... 162
Lampiran 11 Lembar Refleksi Siswa terhadap Komponen Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. ... 163
Lampiran 12 Pedoman Wawancara... 165
Lampiran 13a Kuesioner Motivasi Belajar (Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT). ... 167
Lampiran 13b Kuesioner Motivasi Belajar (Setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT). ... 171
Lampiran 14a Kuesioner Keterampilan Sosial (Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT). ... 175
Lampiran 14b Kuesioner Keterampilan Sosial (Setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT). ... 179
Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama (Siklus Pertama) ... 182
Lampiran 16 Pembagian Kelompok Siklus I. ... 212
Lampiran 17 Rules the Games (Peraturan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I). ... 213
Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ketiga (Siklus Kedua)... 215
Lampiran 19 Pembagian Kelompok Siklus II. ... 234
Lampiran 20 Rules the Games (Peraturan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus II). ... 235
(22)
xxi
Lampiran 22 Lembar Penilaian Kelompok ... 242 Lampiran 23 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Pra Penelitian. ... 288 Lampiran 24 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siklus I. ... 290 Lampiran 25 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siklus II. ... 292 Lampiran 26 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Pra Penelitian.... 294 Lampiran 27 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Siklus I... 295 Lampiran 28 Hasil Kuesioner Keterampilan Sosial Siklus II. ... 296 Lampiran 29 Lembar Penilaian Afektif Pendidikan Berkarakter
Siklus I. ... 297 Lampiran 30 Lembar Penilaian Afektif Pendidikan Berkarakter
Siklus II... 298 Lampiran 31a Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Motivasi Belajar. 300 Lampiran 31b Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Keterampilan
Sosial... 302 Lampiran 32a Refleksi Siswa Siklus I. ... 304 Lampiran 32b Refleksi Siswa Siklus II. ... 306 Lampiran 33 Surat Ijin Penelitian. ... 308
(23)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntansi merupakan salah satu bidang ilmu yang dipelajari siswa
kelas XI dan XII SMA, khususnya bagi mereka yang mengambil jurusan ilmu
sosial. Bidang kajian akuntansi menunjukkan suatu proses yang
berkesinambungan dengan tujuan menghasilkan sebuah informasi yang
disebut laporan keuangan. Salah satu bagian dari proses pembelajaran
akuntansi adalah membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan atau disebut
juga tahap pengikhtisaran. Cakupan materi pengikhtisaran meliputi neraca
saldo, jurnal penyesuaian, dan kertas kerja. Materi tersebut sangat penting
untuk dikuasai karena dengan menguasai materi tersebut siswa akan mudah
memahami materi selanjutnya yaitu mengenai penyusunan laporan keuangan.
Paradigma lama proses pembelajaran adalah pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher-centered) sehingga siswa menjadi pasif. Dalam hal peningkatan mutu pendidikan, maka paradigma tersebut harus diubah ke
dalam paradigma baru. Dimana dalam paradigma baru, proses pembelajaran
yang berlangsung tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa.
Adanya komunikasi yang intim dan hangat antara guru dengan siswa maupun
siswa dengan siswa, maka akan menimbulkan suasana belajar yang penuh
kegairahan dan kegembiraan. Kegairahan dan kegembiraan belajar tersebut
(24)
inovatif dan kreatif. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi)
tertentu harus dipilih metode maupun model pembelajaran yang paling sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu
metode maupun model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan antara lain materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif
siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia.
Metode dan model pembelajaran yang hendak digunakan oleh guru
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pembelajaran tersebut
berhasil atau tidak, terlebih kalau materi yang diajarkan dianggap sulit oleh
siswa. Materi akuntansi bukanlah materi hafalan melainkan membutuhkan
konsep-konsep tertentu untuk dapat memahaminya. Penyampaian materi
akuntansi khususnya materi dalam tahap pengikhtisaran tidak cukup hanya
guru yang menjelaskan, untuk memahaminya siswa harus terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Salah satu upaya guru yang dapat dilakukan supaya
siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran yaitu dengan menyusun
permainan-permainan akademik yang mengharuskan siswa untuk menjawab
pertanyaan, baik secara individu maupun kelompok.
Berdasarkan pengamatan penulis, guru umumnya tidak
menyampaikan materi pembelajaran tersebut dengan menggunakan metode
maupun model pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Khususnya di SMA
BOPKRI 1 Yogyakarta, guru menyampaikan materi pembelajaran melalui
metode ceramah dan latihan soal. Kurang variasinya guru dalam memilih
(25)
kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran, seperti siswa
mengobrol sendiri dengan siswa yang lain, enggan untuk mengerjakan tugas,
lebih asyik bermain handphone (HP), dsb. Selain itu, guru juga jarang menerapkan sistem kerja sama antar siswa dalam proses pembelajaran
sehingga siswa kurang dapat meningkatkan aspek afektif keterampilan
sosialnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
maupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang memberikan
perubahan perilaku pada diri siswa.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut yaitu dengan pembelajaran kooperatif. Menurut
Rusman (2011:202), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran yang memberi kesempatan bagi siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen. Menurut Suprijono (2009:58), model
pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yang
bercirikan: (1) memudahkan siswa dalam belajar sesuatu yang bermanfaat
seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan
sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang
berkompetensi menilai. Berbagai macam tipe pembelajaran kooperatif dapat
dipergunakan oleh guru dalam mengajar di kelas yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif masih banyak diuraikan
(26)
Tipe pembelajaran yang relatif mudah diterapkan dalam kelas yaitu
model pembelajaran tipe teams games tournament (TGT). Menurut Slavin (1995:6) menyatakan bahwa:
“TGT has many of the same dynamics as STAD, but adds a dimension
of exitement contributed by the use of games. Teammates help one another prepare for the games by studying worksheets and explaining problems to one another, but when students are playing the games their teammates cannot help them, ensuring individual
accountability.”
Sementara itu dalam Slavin (2009:316) menyatakan bahwa:
“Nonsimulation games can also increase motivation to learn a given
subject. TGT uses games that can be adapted to any subject. Team games are usually better than individual games; team games provide an opportunity for teammates to help one another and avoid one
problem of individual games.”
Dengan demikian penerapan model pembelajaran tipe ini diharapkan siswa
secara leluasa dapat berkomunikasi dengan teman sebaya dan mampu bekerja
sama dalam kelompok sehingga siswa akan termotivasi dalam belajar.
Materi jurnal penyesuaian merupakan materi yang tidak mudah
dipahami oleh siswa. Pemahaman konsep dasar harus dikuasai oleh siswa
sebelum membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan penjurnalan dengan dua
pendekatan membuat siswa kesulitan untuk menjurnal. Akhirnya yang
dilakukan siswa hanyalah menghafal jurnalnya saja. Bagi sebagian besar
siswa yang menganggap materi ini sulit, mereka menjadi mudah putus asa
dan tidak termotivasi dalam belajar. Oleh sebab itu guru dituntut supaya dapat
menyusun metode dan model yang menarik untuk menyampaikan materi
tersebut. Dengan demikian, siswa menjadi merasa nyaman untuk belajar dan
(27)
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipeteams games tournament(TGT) di SMA BOPKRI 1 Yogyakarta kelas XI IPS 4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk mengetahui
dan menyelidiki dampaknya terhadap motivasi belajar dan keterampilan
sosial siswa, didukung dengan siswa di kelas tersebut bersifat heterogen.
Penelitian ini dituangkan dalam judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Keterampilan Sosial Siswa pada Materi Jurnal
Penyesuaian”, yang akan dilakukan pada siswa kelas XI IPS 4 SMA
BOPKRI 1 Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Metode maupun model pembelajaran untuk meningkatkan motivasi
belajar dan keterampilan sosial siswa begitu banyak macam dan variasinya
seperti cooperative script, group investigation, students teams achievement division (STAD), dan jigsaw. Namun dalam hal ini, peneliti membatasi pembahasan model pembelajaran kooperatif khususnya tipe teams games tournament (TGT) pada materi jurnal penyesuaian untuk meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa.
Penulis membatasi dua permasalahan yang menjadi fokus
pembahasan, antara lain:
1. rendahnya motivasi belajar siswa.
(28)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis
merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament(TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar pada materi jurnal penyesuaian?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) dapat meningkatkan keterampilan sosial pada materi jurnal penyesuaian?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar pada materi jurnal
penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament(TGT).
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial pada materi jurnal
penyesuaian melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament(TGT).
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Pendeskripsian rancangan penerapan pembelajaran dengan menggunakan
(29)
diharapkan dapat membantu guru dalam menyampaikan materi, khususnya
jurnal penyesuaian. Selain itu juga dapat digunakan sebagai acuan oleh
guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
2. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam proses belajar agar
dapat mengikuti pelajaran secara aktif, mengembangkan ide-ide, serta
dapat bekerja sama dengan teman yang lainnya dalam proses
pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah wawasan bagi sekolah dalam
upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran khususnya pada mata
pelajaran akuntansi.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang dapat membantu
para mahasiswa, khususnya mereka yang sedang melakukan pengajaran di
sekolah agar dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif secara
lebih optimal.
5. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang baru bagi peneliti serta
untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam mempersiapkan diri
dalam menghadapi kenyataan pembelajaran yang senyatanya terjadi di
sekolah. Selain itu juga dapat memberikan inspirasi dalam menerapkan
(30)
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam kelas secara bersamaan (Suwandi, 2010:10). Menurut
Hopkins (Wiriaatmadja, 2007:11), penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan
substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu
usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Sedangkan menurut
Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010:9) penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai
guru. Sementara menurut Susilo (2007:16), PTK merupakan suatu
penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau guru di tempat dimana dia
mengajar, dengan menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan
praktik dan proses dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
(31)
pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dimana terdapat sekelompok
anak yang belajar untuk mendapatkan pembuktian terhadap suatu tindakan
yang terjadi secara langsung. Menurut peneliti materi jurnal penyesuaian
perlu penelitian tindakan kelas karena siswa menganggap materi ini susah
dipahami, maka guru harus dapat menemukan permasalahan yang
sebenarnya terjadi di kelas dan dapat menentukan metode atau cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut, sehingga kinerja guru meningkat dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Prinsip Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010:17), PTK mempunyai
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip
tersebut diantaranya:
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus reliabel sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan.
d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.
e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi.
f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).
3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Untuk melaksanakan PTK, dibutuhkan tahapan sebagai berikut
(32)
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita.
b. Tindakan (acting)
Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya.
c. Pengamatan (observing)
Selanjutnya tindakan pengamatan (observing) yang teliti terhadap proses pelaksanaannya.
d. Refleksi (reflecting)
Setelah diamati, barulah guru dapat melaksanakan refleksi (reflecting) dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.
4. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Mulyasa (2009:89-90), secara umum tujuan PTK adalah:
a. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.
b. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.
c. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.
d. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.
e. Membiasakan guru bersikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran.
5. Model Penelitian Tindakan
Menurut Arikunto (2006:97) ada beberapa model yang dapat
diterapkan dalam penelitian tindakan kelas (PTK), tetapi yang paling
dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Mc Taggart. Adapun model penelitian yang dimaksud
menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya) yang
(33)
Model dan Tahap PTK
Siklus I
Siklus II
Gambar 2.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart
B. Metode PembelajaranCooperative Learning
1. PengertianCooperative Learning
Menurut Rusman (2011:202), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat
heterogen. Menurut Sanjaya (Rusman, 2011:203), cooperative learning
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi Perencanaan
(34)
merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok.
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Belajar cooperativemenurut Johnson (Solihatin dan Raharjo, 2007:4) adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar
mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Tom V.
Savage (Rusman, 2011:203), mengemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan
dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan
prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efisien (Rusman,
2011:203).
Menurut Artzt & Newman (Trianto, 2011:56) menyatakan bahwa
dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.
Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk
keberhasilan kelompoknya. Dengan demikian cooperative learning dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran yang dilakukan secara
(35)
untuk menyelesaikan tugas dan setiap anggota kelompok mempunyai
tanggung jawab pada kelompoknya masing-masing.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Depdiknas (Yasa, 2008 dalam
http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajarankooperatif/)
model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:
a. Meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
b. Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
c. Untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial dimaksud seperti berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Menurut Rusman (2011:210) tujuan penting lain dalam pembelajaran
kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja
sama dan kolaborasi. Sementara menurut Suprijono (2009:58), model
pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif
yang bercirikan: (1) memudahkan siswa dalam belajar sesuatu yang
bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup
serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh
(36)
3. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Jonhson dan Sutton (Trianto, 2011:60-61),
terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan bantuan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. c. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam
kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak
hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa
dan teman sekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
e. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dalam
(37)
a. Penghargaan-penghargaan tim yang akan diberikan jika tim mampu mencapai kriteria yang ditentukan.
b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya.
c. Kesempatan sukses yang sama, bermakna bahwa semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.
4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2011:212-213), prosedur atau langkah-langkah
pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu
sebagai berikut:
a. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan tes kelompok akan memberikan pada kemampuan kelompoknya.
d. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
5. Model-model Pembelajaran Kooperatif
(38)
Menurut Dansereau (Taniredja, dkk., 2011:101), cooperative script
adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan
bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2) Guru membagikan wacana/materi kepada setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar:
a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
6) Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru. 7) Penutup.
b. Group Investigation(Investigasi Kelompok)
Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation yaitu untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui
pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan
pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung
kreativitas; komponen emosional lebih penting daripada intelektual,
yang tidak rasional lebih penting daripada yang rasional; dan untuk
meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu
(39)
irrasional (Rusman, 2011:223). Langkah-langkah pembelajaran
kooperatif menurut Sharan (Taniredja, dkk., 2011:108):
1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen. 2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok. 3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat
tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.
4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
5) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
7) Evaluasi. 8) Penutup.
c. Make A Match(Mencari Pasangan)
Menurut Rusman (2011:223) salah satu keunggulan teknik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).
2) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).
4) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
5) Setelah satu babak kartu dikocok kembali agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
6) Kesimpulan/penutup.
d. Student Teams Achievement Division(STAD)
Menurut Slavin (2008:143) STAD merupakan salah satu metode
(40)
yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif.
Langkah-langkah pembelajarannya menurut Slavin (Taniredja, dkk.,
2011:103):
1) Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-6 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll). 2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, siswa tidak boleh saling membantu.
5) Memberi evaluasi. 6) Kesimpulan.
e. Teams Games Tournament(TGT)
Menurut Slavin (2008:163) tipe TGT menggunakan turnamen
akademik dan menggunakan kuis-kuis serta sistem skor kemajuan
individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka
dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara
seperti mereka. Langkah-langkah pembelajarannya (Slavin,
2008:170):
1) Presentasi kelas. Materi pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru.
2) Belajar tim. Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.
3) Turnamen. Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga perserta. 4) Rekognisi tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen
anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
(41)
C. Teams Games Tournament(TGT) 1. Pengertian TGT
Menurut Saco (Rusman, 2011:224) menyatakan bahwa dalam TGT
siswa memainkan permainan dalam anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat
disusun dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi pelajaran. Sementara menurut Slavin (1995:84) menyatakan
bahwa:
“TGT is the same as STAD in every respect but one: instead of the
quizzes and the individual improvement score system. TGT uses academic tournament, in which students compete as representatives of their teams with members of other teams who are like them past
academic performance.”
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya, dan mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar rileks disamping menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan
keterlibatan siswa. Tersedia:
http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams.html (22
(42)
2. Komponen TGT
Menurut Slavin (2008:166) ada lima komponen utama dalam
pembelajran kooperatif tipe TGT yaitu:
a. Presentasi Kelas
Materi pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Presentasi tersebut difokuskan pada unit TGT. Dengan demikian, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas sebab setelah itu mereka harus mengerjakan games akademik dengan sebaik-baiknya dan skor yang diperoleh akan menentukan skor tim mereka.
b. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini yaitu memastikan bahwa semua anggota tim dapat bekerja sama dalam belajar dan mengerjakan gameatau lembar kerja dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggota tim dalam menghadapi kompetisi.
c. Permainan (Game)
Permainan (game) disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.
d. Turnamen
Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.
e. Rekognisi Tim
Rekognisi tim dilakukan dengan memberi penghargaan berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.
3. Kelebihan TGT
Slavin (dalam
http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournament-tgt-2/) melaporkan beberapa
(43)
pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan
pembelajaran TGT, sebagai berikut:
a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dannon-verbal, kompetisi yang lebih sedikit).
e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
4. Kelemahan TGT
Suarjana (dalam
http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournament-tgt-2/) mengemukakan kelemahan
TGT yaitu:
a. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
b. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
(44)
D. Jurnal Penyesuaian
Menurut Suwardjono (2009:161) penyesuaian berarti pencatatan atau
pengakuan (penjurnalan dan pengakunan) data-data transaksi tertentu pada
akhir perioda sehingga jumlah rupiah yang terdapat dalam tiap akun sesuai
dengan kenyataan pada akhir perioda tersebut dan statemen keuangan yang
dihasilkan menggambarkan keadaan yang senyatanya pada tanggal statemen
(neraca). Menurut Niswonger,dkk (Kardiman, 2009:83) ada dua bagian pos
yang memerlukan penyesuaian. Bagian pertama adalah pos penangguhan
(deferral). Pos penangguhan ditandai dengan pencatatan transaksi sedemikian rupa sehingga menunda pengakuan beban (biaya) atau pendapatan. Bagian
kedua yang perlu diadakan penyesuaian adalah pos akrual. Pos ini timbul
akibat tidak adanya pencatatan beban yang terjadi atau pendapatan yang
dihasilkan. Pengertian singkat dari pos ini adalah pos yang timbul sejalan
dengan berlalunya waktu namun tidak dilakukan pencatatan atas pos tersebut.
Akun-akun yang lazim disesuaikan pada akhir peride akuntansi
menurut Alam S (2007:229-235) adalah sebagai berikut:
1. Beban dibayar di muka adalah transaksi yang pada saat terjadinya dianggap sebagai harta, tetapi akan menjadi beban di kemudian hari. Pencatatan beban dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai harta dan sebagai beban.
2. Pendapatan diterima di muka adalah transaksi yang sejak awalnya dicatat sebagai kewajiban, tetapi akan menjadi pendapatan di kemudian hari selama periode akuntansi.
3. Piutang penghasilan adalah pendapatan yang sudah menjadi hak dilihat dari segi waktu tetapi belum diterima karena belum jatuh tempo.
4. Beban yang masih harus dibayar adalah beban atau kewajiban yang sudah menjadi beban dilihat dari segi waktu, tetapi belum dibayar dan dicatat. 5. Penyusutan aktiva tetap adalah berkurangnya kemampuan suatu aktiva
(45)
6. Pemakaian perlengkapan adalah pemakaian perlengkapan yang tidak mengalami proses pencatatan selama periode berjalan.
Materi jurnal penyesuaian merupakan materi yang tidak mudah
dipahami oleh siswa. Pemahaman konsep dasar harus dimiliki oleh siswa
sebelum latihan soal membuat jurnal penyesuaian. Namun perbedaan
penjurnalan dengan dua pendekatan membuat siswa kesulitan dalam
memahami konsep jurnal penyesuaian. Hal ini tentu saja berdampak pada
motivasi belajar siswa yang rendah untuk mempelajari materi jurnal
penyesuaian. Akhirnya yang dilakukan oleh siswa hanyalah menghafal
jurnalnya saja tanpa memahami konsepnya. Maka dari itu siswa dituntut
untuk aktif dan saling berinteraksi dengan siswa lain dalam mempelajari
jurnal penyesuaian. Oleh sebab itu guru dituntut untuk menggunakan model
pembelajaran yang mampu memotivasi dan mengaktifkan seluruh siswa
dalam proses pembelajaran saat mempelajari jurnal penyesuaian. Salah
satunya yaitu dengan model pembelajaran kooperatif, karena dengan model
ini siswa dapat saling berdiskusi dengan siswa yang lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament
(TGT) dipilih karena TGT melibatkan seluruh aktivitas siswa, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan
penguatan. Melalui model pembelajaran tersebut, siswa dapat saling mengajar
siswa lain dimana siswa yang telah menguasai materi jurnal penyesuaian
dapat mengajarkan kepada siswa yang belum menguasai mengenai materi
jurnal penyesuaian. Selain itu adanya unsur permainan akan membuat siswa
(46)
materi jurnal penyesuaian. Menurut Rusman (2011:204) pembelajaran oleh
rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan
dapat menumbuhkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa dalam
mempelajari materi jurnal penyesuaian.
E. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Menurut Hamalik (2001:158), motivasi adalah perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Mc. Donald (Sardiman,
1986:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Sedangkan menurut Uno (2007:22) motivasi
adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya.
“In plain languange, motivatiaon is what gets you going, keeps you
going, and determines where you’re trying to go” (Slavin, 2009:297)
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
(47)
hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1)
adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan
dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya
penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kodusif, sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah keinginan
atau dorongan yang timbul dari dalam maupun luar diri seseorang untuk
melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman (1986:84-85) ada tiga fungsi motivasi, yaitu
sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
3. Ciri-ciri Orang Termotivasi
Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang
tinggi. Ini dapat diketahui melalui proses belajar mengajar di kelas,
(48)
tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh;
tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan; mempunyai antusias yang
tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama pada guru; ingin selalu
bergabung dalam kelompok kelas; ingin identitas dirinya diakui oleh orang
lain; tindakan, kebiasaan, dan moralnya selalu dalam kontrol diri; selalu
mengingat pealajaran dan mempelajarinya kembali; dan selalu terkontrol
dalam lingkungannya.
Menurut Sardiman (Imron, 1996:88) mengemukakan bahwa ciri-ciri
motivasi yang ada pada diri seseorang adalah: tekun dalam menghadapi
tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama; ulet
menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas
prestasi yang diperoleh; menunjukkan minat yang besar terhadap
bermacam-macam masalah belajar; lebih suka bekerja sendiri dan tidak
tergantung kepada orang lain; tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin;
dapat mempertahankan pendapatnya; tidak mudah melepaskan apa yang
diyakini; senang mencari dan memecahkan masalah.
4. Nilai Motivasi dalam Pengajaran
Menurut Hamalik (2001:161-162) nilai motivasi adalah tanggung
jawab guru agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik.
Keberhasilan ini banyak bergantung pada usaha guru membangkitkan
motivasi belajar murid. Motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
(49)
b. Pengajaran yang bermotivasi hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, dan minat yang ada pada murid.
c. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar murid-murid akhirnya memilikiself motivationyang baik.
d. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas.
e. Asas motivasi sangat esensial dalam proses belajar mengajar.
5. Cara Menggerakkan Motivasi Belajar Siswa
Menurut Hamalik (2001:166-168) guru dapat menggunakan berbagai
cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya,
yaitu sebagai berikut:
a. Memberi Angka
Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang mendapat angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih baik, sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
b. Pujian
Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil, besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang.
c. Hadiah
Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik.
d. Kerja Kelompok
Dalam kerja kelompok dimana melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.
e. Penilaian
Penilaian secara kontinyu akan mendorong murid-murid belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Di samping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan
(50)
dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama.
F. Keterampilan Sosial
Menurut Thalib (2010:159) menyatakan bahwa:
Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting ketika anak sudah menginjak masa remaja karena pada masa remaja individu memasuki dunia pergaulan yang lebih luas di mana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Keterampilan sosial meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan baik dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima umpan balik (feedback), memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma atau aturan yang berlaku, dan sebagainya.
Menurut Rusman (2011:210) menyatakan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun, siswa juga
mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk memperlancarkan
hubungan, kerja, dan tugas.
Ada tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan
oleh Lundgren (Rusman, 2011:210-211), yaitu:
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal a. Menggunakan kesepakatan b. Menghargai kontribusi
c. Mengambil giliran dan berbagi tugas d. Berada dalam kelompok
e. Berada dalam tugas f. Mendorong partisipasi
g. Mengundang orang lain untuk berbicara h. Menyelesaikan tugas pada waktunya i. Menghormati perbedaan individu 2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah
a. Menunjukkan penghargaan dan simpati
b. Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima c. Mendengarkan dengan aktif
(51)
d. Bertanya
e. Membuat ringkasan f. Menafsirkan
g. Mengatur dan mengorganisir h. Menerima dan tanggung jawab i. Mengurangi ketegangan
3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir a. Mengelaborasi
b. Memeriksa dengan cermat c. Menanyakan kebenaran d. Menerapkan tujuan e. Berkompromi
Dengan demikian keterampilan sosial dapat diartikan sebagai
keterampilan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai suatu
tujuan tertentu.
G. Kerangka Berpikir
Usaha guru dalam pencapaian tujuan belajar siswa salah satunya
dengan merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Salah satu contoh
model pembelajaran tersebut yaitu cooperative learning. Menurut Rusman (2011:202), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam
orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Pada metode ini
siswa dianjurkan untuk dapat bekerja sama dengan siswa yang lainnya,
dengan catatan bekerja sama untuk memecahkan masalah atau soal yang
diberikan guru. Di dalam metode tersebut juga masih banyak model-model
pembelajaran yang dapat digunakan di kelas untuk mengurangi kebosanan
(52)
Tipe pembelajaran yang relatif mudah diterapkan dalam kelas yaitu
model pembelajaran tipe teams games tournament (TGT). Model pembelajaran tipe ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan
mengandung unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Dengan penerapan model pembelajaran tipe ini diharapkan siswa termotivasi dalam
belajar dan mampu mengembangkan keterampilan sosialnya.
Pada kompetensi dasar membuat ikhtisar siklus akuntansi perusahaan
jasa lebih menekankan adanya kerja sama antar siswa dalam memahami
materi tersebut. Bekerja sama yang dimaksud adalah siswa saling mengajar
siswa lainnya yang belum memahami materi-materi dalam kompetensi dasar
tersebut. Hal tersebut sangat penting karena siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Dengan adanya komunikasi antara siswa dengan siswa maka
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena dapat mendorong siswa
dalam belajar. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peer teaching)ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru (Rusman, 2011:204). Selain bekerja
sama dalam menyelesaikan pekerjaan, siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya dapat saling memotivasi sehingga menimbulkan keinginan siswa
untuk belajar.
Berikut ini hasil penelitian yang telah dilakukan mengenaicooperative learning:
1. Van Sikle (Solihatin dan Raharjo, 2007:13) dalam penelitiannya mengenai
(53)
siswa dan pengembangan kurikulum social studies, menemukan bahwa sistem belajar kelompok dan debriefing secara individual dan kelompok dalam modelcooperative learningmendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individual siswa, berkembangnya sikap ketergantungan positif,
mendorong peningkatan dan kegairahan belajar siswa, serta
mengembangkan dan ketercapaian kurikulum.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Webb (Solihatin dan Raharjo, 2007:13),
menemukan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model
cooperative learning, sikap dan perilaku siswa berkembang ke arah suasana demokratis dalam kelas. Di samping itu, penggunaan kelompok
kecil mendorong siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam mempelajari
IPS.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Slavin (Rusman, 2011:205) menyatakan
bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain; (2)
pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir
kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
pengalaman.
Mengkaji beberapa temuan penelitian terdahulu, pembelajaran
kooperatif lebih membantu siswa dalam memahami suatu pokok bahasan
(materi) karena siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dalam
(54)
penggunaan model pembelajaran kooperatif yang bervariasi akan
meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa.
H. Model Penelitian
Gambar 2.2 Model Penelitian
Teams Games Tournament(TGT)
Keterampilan Sosial Siswa Motivasi Belajar
(55)
33 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
(classroom action research) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) untuk mengkaji dan merefleksikan secara mendalam mengenai kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung di kelas. Menurut Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010:9)
penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru. Penelitian ini merupakan salah satu
strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses
pengembangan serta kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah SMA BOPKRI 1, Jl. Wardani 2, Kotabaru,
Yogyakarta. SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dipilih karena pembagian
kelasnya secara heterogen dipandang dari jenis kelamin maupun prestasi
(56)
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Januari - Maret 2013.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA BOPKRI 1
Yogyakarta. Kelas XI IPS 4 dipilih karena ada permasalahan yang
berkaitan dengan motivasi belajar dan keterampilan sosial yang peneliti
temukan dalam kelas tersebut pada saat melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL).
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar dan keterampilan
sosial siswa pada materi jurnal penyesuaian melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif dengan tipeteams games tournament(TGT).
D. Prosedur Penelitian
Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Kegiatan Pra Penelitian
Kegiatan pra penelitian merupakan kegiatan yang harus dilakukan
oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian. Kegiatan pra penelitian
meliputi kegiatan observasi terhadap guru, siswa, maupun kelas. Dengan
demikian, peneliti dapat mengamati secara langsung mengenai kondisi
(57)
Instrumen observasi guru (tersedia di lampiran 1 halaman 151 dan
lampiran 2 halaman 152) adalah instrumen observasi terhadap
keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Instrumen
observasi terhadap guru meliputi kegiatan pra pembelajaran (melakukan
apersepsi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai), kegiatan inti
(penguasaan materi pembelajaran, pendekatan/strategi pembelajaran,
pemanfaatan media pembelajaran/sumber belajar, pembelajaran yang
memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses dan hasil
belajar, dan penggunaan bahasa), dan kegiatan penutup (evaluasi dan
refleksi).
Instrumen observasi siswa (tersedia di lampiran 3 halaman 155)
adalah instrumen observasi terhadap perilaku dan sikap siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Instrumen observasi siswa meliputi
kesiapan, keseriusan, dan keterlibatan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran serta kemauan siswa dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Pada kegiatan pra penelitian ini, peneliti membagi
kuesioner mengenai motivasi belajar (tersedia di lampiran 13a halaman
167) dan keterampilan sosial (tersedia di lampiran 14a halaman 175)
sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT). Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dan keterampilan sosial yang dimiliki oleh siswa.
(58)
Instrumen observasi kelas (tersedia di lampiran 4 halaman 156) adalah
instrumen observasi terhadap kondisi kelas. Instrumen observasi ini
digunakan untuk mengetahui kondisi kelas secara keseluruhan.
2. Siklus Pertama
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau tatap muka di kelas, meliputi:
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament
(TGT), meliputi:
1) Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
(tersedia di lampiran 15 halaman 182) sebagai kegiatan awal untuk
menentukan langkah-langkah proses pembelajaran yang akan
berlangsung. Selain itu peneliti juga dapat menentukan alokasi
waktu untuk setiap kegiatannya.
2) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk
mengelompokkan siswa berdasarkan jenis kelamin dan
kemampuan kognitif siswa. Berdasarkan data tersebut, kemudian
dibentuk kelompok yang beranggotakan 4 – 5 orang siswa secara
heterogen. Data berupa kemampuan kognitif siswa pada materi
pelajaran jurnal penyesuaian diperoleh dengan melakukanpre test
(59)
games tournament (TGT). Soal pre test tersedia di dalam RPP (lampiran 15 halaman 191).
3) Peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan
untuk mendukung proses pembelajaran yang akan berlangsung
seperti lembar soal, lembar kerja siswa, media/alat belajar,
kuesioner, serta lembar observasi sebelum dan sesudah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament(TGT).
b. Tindakan
Tindakan ini merupakan implementasi model pembelajaran kooperatif
tipe teams games tournament (TGT) yang telah direncanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Presentasi Kelas
(a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
dan garis besar mengenai materi jurnal penyesuaian.
(b) Guru menjelaskan mengenai materi jurnal penyesuaian.
2) Tim
(a) Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4–
5 siswa secara heterogen dan membagikan Lembar Kerja
Siswa (LKS) untuk masing-masing kelompok.
(b) Siswa dalam kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru secara bersama-sama dengan tujuan mempersiapkan
(60)
3) Permainan (Game)
(a) Siswa mengerjakan soal-soal dalam permainan dengan
menggunakan papanmake a matchsecara individu. 4) Turnamen
(a) Guru membacakan soal yang harus dikerjakan dalam
kelompok. Pada saat tournament siswa menyerahkan uang investasi sebagai skor mereka.
5) Rekognisi Tim
(a) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
memiliki skor tertinggi. Skor yang diperoleh kelompok
merupakan penjumlahan skor pada saatgamedan turnamen. c. Pengamatan
Pada tahap ini, peneliti mengamati secara langsung mengenai proses
pembelajaran yang berlangsung. Tahap ini dilaksanakan bersamaan
dengan tahap tindakan. Pengamatan dilakukan dengan bantuan
instrumen observasi.
d. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan analisis, evaluasi, dan penyimpulan
mengenai hasil proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT). Siswa dibagikan kuesioner mengenai motivasi belajar (tersedia di lampiran
13b halaman 171) dan keterampilan sosial (tersedia di lampiran 14b
(61)
proses pembelajaran berlangsung. Refleksi dilakukan segera pada
akhir jam pelajaran untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan
yang terjadi selama proses pembelajaran guna menetapkan rencana
pembelajaran yang lebih baik pada pertemuan berikutnya. Lembar
refleksi guru mitra tersedia di lampiran 10 halaman 162 dan lembar
refleksi siswa tersedia di lampiran 11 halaman 163.
3. Siklus Kedua
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada siklus kedua pada dasarnya sama
dengan siklus pertama, hanya tindakan yang berbeda. Tindakan pada
siklus kedua didasarkan pada hasil refleksi siklus pertama.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur
permainan dan penguatan (reinforcement).
2. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.
3. Keterampilan sosial adalah keterampilan-keterampilan khusus yang
disebut keterampilan kooperatif yang berfungsi untuk memperlancarkan
(62)
F. Pengukuran Variabel Penelitian
Pengukuran tidak lain dari penunjukkan angka-angka pada suatu
variabel menurut aturan yang telah ditentukan. Dalam hal ini peneliti
menggunakan semantic defferensial untuk mengukur motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa.
Setiap pernyataan mempunyai rentang skor dari angka 1 sampai
dengan 7. Pernyataan positif untuk skor variabel motivasi belajar dan
keterampilan sosial, apabila responden sangat setuju memiliki skor 7 dan
semakin ke bawah yang bermakna sangat tidak setuju memiliki skor 1.
Sedangkan untuk pernyataan negatif apabila responden sangat setuju
memiliki skor 1 dan semakin ke atas yang bermakna sangat tidak setuju
memiliki skor 7.
Dalam penelitian ini, motivasi belajar dan keterampilan sosial siswa
diukur dengan membandingkan hasil kuesioner pada tahap pra penelitian,
siklus I, dan siklus II serta membandingkan siklus I dan siklus II dengan
target yang ingin dicapai. Hasil tersebut akan dikonversikan menggunakan
pendekatan PAP tipe I dengan pertimbangan bahwa SMA BOPKRI 1
Yogyakarta merupakan salah satu sekolah unggulan dan memiliki fasilitas
pembelajaran yang lengkap. Pendekatan PAP tipe I adalah sebagai berikut
(1)
(2)
306
Lampiran 32b
Refleksi Siswa Siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
(4)
308
Lampiran 33
Surat Ijin
Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
(6)
310 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI