PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN BERKAITAN DENGAN KENYAMANAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI.

(1)

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN

BERKAITAN DENGAN

KENYAMANAN WISATAWAN

DI KAWASAN WISATA PENELOKAN

KINTAMANI BANGLI

Oleh:

IDA AYU MADE RHISMA DWITAHADI 1116051256

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN

BERKAITAN DENGAN

KENYAMANAN WISATAWAN

DI KAWASAN WISATA PENELOKAN

KINTAMANI BANGLI

Oleh:

IDA AYU MADE RHISMA DWITAHADI 1116051256

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WISATAWAN

BERKAITAN DENGAN

KENYAMANAN WISATAWAN

DI KAWASAN WISATA PENELOKAN

KINTAMANI BANGLI

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh :

IDA AYU MADE RHISMA DWITAHADI 1116051256

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(4)

Lembar Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 JANUARI 2016

PEMBIMBING I

Prof. R.A. RETNO MURNI, SH.,MH.,Ph.D NIP. 194411261980032001

PEMBIMBING II

A.A. SRI INDRAWATI, SH.,MH NIP. 195710141986012001


(5)

Lembar Penetapan Panitia Penguji Skripsi

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL : 20 JANUARI 2016

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor : 0047/UN14.4E/IV/PP/2016 Tanggal : 12 Januari 2016

1. Prof. R.A. Retno Murni, SH.MH.,Ph.D (………..)

2. A.A. Sri Indrawati, SH.,MH (………..)

3. Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH (………..)

4. Dr. Dewa Gde Rudy,SH., M.,Hum (………..)

5. Ida Ayu Sukihana, SH.,MH (………..)


(6)

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan asung kertha wara nugraha-Nyalah penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir / skripsi ini yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP HAK WISATAWAN BERKAITAN DENGAN KENYAMANAN

WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI”.

Adapun tugas akhir / skripsi ini dibuat sebagai syarat pokok yang harus penulis penuli dalam rangka menyelesaikan studi S1 pada Fakultas Hukum Universitas Udayana guna memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Terlesaikannya tugas akhir / skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan bantunan dari berbagai pihak baik yang secara langsung maupun seara tidak langsung serta secaramoril maupun materiil yang tidak ternilai harganya. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,M.H, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH.,M.H, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH.,M.H, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Suardana, SH.,M.H, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak A.A. Gede Oka Parwata, SH.,M.Si., Ketua Program Ekstensi Fakultas Hukum

vi


(7)

Universitas Udayana.

6. Bapak A.A. Ketut Sukranatha, SH.,M.H., Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Udayana.

7. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,M.H., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

8. Bapak I Made Dedi Priyanto, SH.,M.Kn., Wakil Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

9. Prof. R.A. Retno Murni, SH.,MH.,Ph.D., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan-arahan dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam penulisan tugas akhir / skripsi ini.

10.Ibu A.A. Sri Indrawati, SH.,MH., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan arahan-arahan kesempatan untuk mengembangkan persoalan-persoalan yang dihadapi dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam penulisan tugas akhir skripsi ini.

11.Bapak Nyoman A. Martana,SH.,MH Dosen Pembimbing Akademik yang telah menjadi pengarah dan memberikan tuntunan penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

12.Seluruh Bapak / Ibu Dosen yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan bekal ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.

13.Segenap Pegawai Fakultas Hukum Universitas Udayana Khususnya Program Reguler Sore, terimakasih atas kerja sama yang telah dibangun selama ini.

14.Bapak Drs. Wayan Adnyana Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bangli yang telah memberikan penulis arahan dan pernyataan untuk mengembangkan penulisan tugas

vii


(8)

akhir / skripsi ini.

15.Segenap Pegawai Dinas Kebudayaan Kabupaten Bangli yang telah memberikan informasi, masukan, dan arahan kepada penulis demi terselesaikannya tugas akhir / skripsi ini.

16.Kedua orang tua Bapak Ida Bagus Kartika dan Ibu Ida Ayu Md. Suciani, terimakasih penulis ucapkan atas segala yang telah diberikan dengan kasih sayang yang tulus yang munkin tak cukup penulis ungkapkan disini.

17.Sahabat terbaik khusus kepada Ida Bagus Ny. Kartika Yudha yang telah membantu penulis untuk meluangkan waktu dan upayanya dengan kasih sayang dalam melewati suka dan duka bersama demi terselesaikannya penulisan tugas akhir/skripsi ini.

18.Seluruh kawan-kawan senior HMPE dan seluruh sahabat-sahabat penulis, Cintya, Tya, Gekta, Meilia, Rika, Karina, Jennie, Masdiah, Geksary, dan sahabat lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukan dan dorongan dalam penyelesaian penulisan tugas akhir / skripsi ini.

Akhir kata penulis sampaikan bahwa dalam penyusunan tugas akhir / skripsi ini tentunya penuh penulis sadari masih jauh dari kesempurnaan mengingat kemampuan dan pengetahuan penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, penulis tetap harapkan saran maupun kritik yang konstruktif demi kesempurnaan dari penyusunan tugas akhir / skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak dan menambah tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peradilan anak di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om.

viii


(9)

Denpasar, 25 Maret 2016 Penulis

IDA AYU MD. RHISMA DWITAHADI


(10)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa karya ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanan di suatu perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila karya ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik/sanksi hukum yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 25 Maret 2016 Yang menyatakan,

Ida Ayu Made Rhisma Dwitahadi 1116051256


(11)

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL DEPAN

SAMPUL DALAM

PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... x

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 8

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 10

1.5.1 Tujuan Umum ... 10

1.5.2 Tujuan Khusus ... 10

1.6. Manfaat Penelitian ... 11

1.6.1Manfaat Teoritis ... 11

1.6.2Manfaat Praktis ... 11

1.7. Landasan Teoritis ... 11


(12)

1.8. Metode Penelitian ... 16

1.8.1 Jenis Penelitian... 16

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 16

1.8.3 Sifat Penelitian... .. 17

1.8.4 Data dan Sumber Data ... 18

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data ... 19

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian... 20

1.8.7 Teknik Analisis Data... 20

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEPARIWISATAAN ... 22

2.1 Pengertian Perlindungan Hukum ... 22

2.2 Pengertian Kepariwisataan... . 26

2.2.1 Pengertian Pariwisata... . 26

2.2.2 Pengertian Wisatawan... . 30

2.2.3 Karakteristik Obyek Wisata ... 32

2.2.4 Sarana Pariwisata ... 34

BAB III PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM OLEH PELAKU USAHA WISATA ... 39

3.1 Hak-hak Bagi Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan Kintamani Bangli ... 39

3.2 Perlindungan Hukum terhadap hak Wisatawan Berkaitan dengan kenyamanan wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani, Bangli Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan ... 44


(13)

BAB IV UPAYA DINAS PARIWISATA DAERAH BANGLI UNTUK MEMBERI PERLINDUNGAN ATAS HAK WISATAWAN DI KAWASAN WISATA PENELOKAN KINTAMANI BANGLI

49

4.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Perlindungan

Hukum Atas Hak Kenyamanan Wisatawan ... 49

4.2 Upaya yang Dilakukan Dinas Pariwisata Daerah Bangli Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Atas Hak Kenyamanan Wisatawan di Penelokan Kintamani Bangli ...52

BAB V PENUTUP ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN


(14)

ABSTRAK

Indonesia adalah negara yang berpotensi untuk menjadi tujuan pariwisata di dunia. Dalam dunia pariwisata, perlindungan terhadap wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, masih sangat rendah hingga terkadang hukum yang berlaku kurang memiliki kekuatan untuk melindungi wisatawan. Hingga saat ini, wisatawan yang datang hanya menjadi objek oleh pelaku bisnis pariwisata yang tidak bertanggung jawab. Padahal, kepastian hukum dalam rangka menjamin adanya perlindungan bagi wisatawan sangatlah penting.

Salah satu kawasan strategis wisata yang diangkat dalam penelitian ini yaitu berada di wilayah Penelokan, Kintamani, Bangli. Maraknya pedagang yang berjualan bebas di kawasan objek wisata Penelokan sungguh memperlihatkan betapa sembrautnya obyek wisata tersebut, padahal pemerintah telah mengupayakan keindahan obyek dan ketertiban yang harus dijaga oleh para pedagang kepada wisatawan dengan rutin mensosialisasikan setiap jangka waktu tertentu, karena banyaknya wisatawan yang berkunjung juga memerlukan kenyamanan agar wisatawan ini tidak menyesal berkunjung ke kawasan wisata tersebut. Berdasarknan permasalahan tersebut penulis mengkaji mengenai perlindungan hukum terhadap hak wisatawan berkaitan dengan kenyamanan wisatawan di kawasan wisata penelokan kintamani bangli dan penyelesaian masalah apabila wisatawan mengalami kerugian pada saat berkunjung ke kawasan tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang menggunakan pendekatan Perundang-Undangan (The Statute Approach), Pendekatan Kasus (Case approach) dan Pendekatan Fakta (The Fact Approach). Yang mana masalah yang diangkat dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan kenyataan yang ada di obyek wisata Penelokan Kintamani bangli. Sumber data yang yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil,data primer bersumber dari penelitian lapangan yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dilapangan baik dari responden maupun informan. Data sekunder berasal dari penelitian kepustakaan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum terhadap hak wisatawan berkaitan dengan kenyamanan wisatawan di kawasan wisata penelokan kintamani bangli, telah selalu diupayakan oleh pihak pemerintah dengan cara mensosialisasikan kepada pihak yang berkaitan namun masih belum dapat dikatakan terlaksana dengan maksimal, karena kurang tegasnya pihak pemerintah dan kurangnya kesadaran dari sumber daya manusianya sendiri dalam hal ini pedagang acung untuk dapat bekerjasama merealisasikan hak-hak para wisatawan tersebut entah itu peraturan yang berlaku di dalam UU maupun sanksi yang telah disepakati bersama. Upaya dari pemerintah kabupaten khususnya sebagai penanggung jawab pengelolaan pariwisata masih tetap diharapkan sehingga penegakkan hukum dalam rangka memberikan rasa aman dan nyaman kepada para wisatawan di obyek wisata tersebut dapat selalu terjamin.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Hak Wisatawan, Tanggung Jawab Pihak Pengelola Pariwisata.


(15)

ABSTRACT

Indonesia is a potential country to become a world tourism destination. The protection of the tourists both foreign and domestic is very poor so that the applicable law has a less power to protect the tourists. Nowadays tourist become an object for a bad businessman.

One of the strategic tourists area that raised in this research is located at Penelokan, Kintamani Bangli. There are multitude merchants that selling their products in unrestrained way in that tourist area that probably makes the tourists uncomfortable. Based on these problems the author reviewing about legal protection the legal protection towards tourists rights in related with tourist amenities at tourists area in Penelokan, Kintamani Bangli and how to solve the problem if the tourists run in to harm when they visiting that place.

This research is an empirical legal research by using statute approach, case approach and fact approach. The issues that raised are associated with the applicable law and the facts in the society. This research uses primary legal material which is field research and secondary legal material which are books and the other relevant documents.

The conclusion of this paper is, the government have provided its protection by socializing to the related parties, however it has not been implement by the merchant to realize tourists rights that regulated in the law as well as the sanctions which has agreed by the society. The effort from district government still expected in order to give a pleasant and pleasurable atmosphere to the tourists.

Keywords: legal protection, tourists rights, tourist administrator responsibility


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang berpotensi untuk menjadi tujuan pariwisata di dunia. Keanekaragaman flora serta fauna yang tersebar dari sabang sampai merauke, keanekaragaman budaya dan seni, peninggalan purbakala, keindahan alam, pantai, dan lautlah yang menjadi ciri khas pariwisata Indonesia dan menjadi daya tarik bagi para wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Selain itu pariwisata Indonesia juga semakin lengkap dengan tersedianya sejumlah taman rekreasi, baik di luar ruangan (theme park) maupun di dalam ruangan (indoor theme park).

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi, transportasi, makanan, rekreasi, serta jasa-jasa lainnya. Perdagangan jasa pariwisata melibatkan beberapa aspek, misalnya aspek ekonomi, budaya, sosial, agama, lingkungan, keamanan dan aspek lainnya. Dari berbagai aspek tersebut, aspek ekonomilah yang mendapat perhatian paling besar dalam pembangunan pariwisata sehingga pariwisata dikatakan sebagai suatu industri.1

Kebutuhan akan rekreasi muncul sehubungan dengan kehidupan sehari-hari setiap manusia dan tidak terlepas dari kegiatan rutin yang, dijalaninya baik di rumah atau di tempat lain. Kegiatan pada satu titik tertentu di waktu tertentu akan menimbulkan kejenuhan sehingga manusia akan berusaha untuk berhenti dari kegiatan-kegiatan rutinnya itu untuk mencari selingan untuk menghibur diri,

1

I Putu Gelgel, 2009, Industri Pariwisata Indonesia Dalam Globalisasi Perdagangan Jasa


(17)

memperoleh kesenangan, dan kembali menyegarkan diri. Untuk meringankan beban pikiran dan menumbuhkan semangat dalam menghadapi kegiatan berikutnya maka rekreasi merupakan obat yang sangat ampuh.

Dalam dunia pariwisata, perlindungan terhadap wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, masih sangat rendah hingga terkadang hukum yang berlaku kurang memiliki kekuatan untuk melindungi wisatawan. Hingga saat ini, wisatawan yang datang hanya menjadi obyek oleh pelaku bisnis pariwisata yang tidak bertanggung jawab.Padahal, kepastian hukum dalam rangka menjamin adanya perlindungan bagi wisatawan sangatlah penting.

Salah satu kawasan strategis wisata yang diangkat dalam penelitian ini yaitu berada di wilayah Penelokan, Kintamani, Bangli. Pemilihan Obyek Wisata Penelokan dalam skripsi ini mengingat Penelokan adalah salah satu wisata unggulan di Kintamani. Penelokan terletak di sebelah selatan Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani kira-kira 23 km dari Kota Bangli atau 63 km dari Denpasar ibu kota Propinsi Bali. Suhu udara di Penelokan relatif sejuk atau lebih dingin di bandingkan kawasan lainnya di Kintamani. Sepanjang areal Batur memiliki pemandangan menarik. Seusai dengan namanya Penelokan dalam bahasa Bali yang berarti tempat untuk melihat-lihat merupakan lokasi yang paling strategis untuk menikmati pemandangan alam di kawasan wisata ini. Adapun karakteristik yang terdapat dalam obyek wisata Penelokan Kintamani Bangli disini yang membedakannya dengan obyek wisata lainnya di daerah Bali yang serupa dimana dari tempat atau obyek wisata tersebut dapat menyaksikan pemandangan


(18)

menakjubkan. Kombinasi antara Gunung Batur beserta hamparan bebatuan hitam dengan Danau Batur yang berbentuk bulan sabit berwarna biru di sebuah kaldera yang oleh wisatawan-wisatawan dikatakan sebagai kaldera terindah di dunia. Juga telah diakui oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) secara resmi sejak 2 November 2012 mengakui Gunung Batur itu sebagai Geopark dunia karena memiliki keunikan dan kekhasan sebagai warisan dunia bidang geowisata dunia.2

Sehingga Gunung Batur merupakan salah satu kawasan geologi unik dan memiliki kekhasan yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh lembaga dunia itu. Dengan pengakuan itu, Gunung Batur menjadi taman bumi berkelas dunia dan memiliki geologi bertaraf internasional. Penetapan Gunung Batur tersebut melalui penilaian dan riset yang dilakukan oleh UNESCO. Salah satu syaratnya adalah harus memiliki fenomena kelas dunia, punya keunggulan dengan tempat lain dan yang jelas ada integrasi dari unsur hayatinya.

Kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli juga dilengkapi dengan Museum Vulkanologi. Museum ini memiliki fasilitas seperti ruang pertemuan untuk ilmuwan, ruang koleksi yang menunjukkan peristiwa meletusnya Gunung Batur.Museum tersebut terletak di obyek wisata Kintamani, resmi dibuka oleh Menteri Sumber Daya Energi dan Pertambangan, Purnomo Yusgiantoro pada

2

Rusadi Nata, 2015, Kintamani Tetap Jadi Obyek Wisata Andalan,http://www.kabar

dewata.com/berita/travel/kintamani-tetap-jadi-obyek-wisata-andalan.html#.VbxrLvB3DIU,diakses


(19)

10 Mei 2007.3 Pengunjung yang ke sana akan mendapatkan gambaran tentang kondisi gunung berapi di daerah ini. Museum tersebut juga menghadirkan diorama yang menggambarkan rekonstruksi aliran lava dan kepanikan masyarakat di tahun 1926 yang menghancurkan Desa Batur.Bahkan Gunung Batur dan Gunung Agung masih aktif hingga kini. Obyek wisata Kintamani yang memiliki pemandangan alam tidak ada duanya di dunia dari karakteristik yang terdapat di kawasan Penelokan Kintamani itulah yang menjadi nilai lebih dibandingkan dengan obyek wisata lainnya.4

Dari keindahan dan daya tarik yang dimiliki tersebut, Obyek Wisata Penelokan Kintamani Bangli Bali sangat memiliki potensi untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Banyaknya wisatawan yang berkunjung juga memerlukan kenyamanan agar wisatawan ini tidak menyesal berkunjung ke kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli. Pihak pengusaha pariwisata menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 26 ayat (d) Undang-Undang Kepariwisataan berkewajiban memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan dan keselamatan wisatawan.

Pengaturan hukum di bidang pariwisata di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (selanjutnya disebut Undang-Undang Kepariwisataan). Adapun yang melatarbelakangi lahirnya undang-undang ini yaitu keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan

3

2014, Museum Gunungapi Batur sebagai pendukung Geopark Batur,http://www.batur

globalgeopark.com/index.php/baca-berita/1020/Museum-Gunungapi-Batur-sebagai-pendukung-Geopark-Batur, diakses pada tanggal 20 mei 2015.

4Bali Lindungi Geopark Dunia di Kintamani,

http://metrobali.com/2015/04/16/bali-lindungi-geopark-dunia-di-kintamani/, diakses pada tanggal 22 mei 2015.


(20)

budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kebebasan melakukan perjalanan dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud berwisata merupakan bagian dari hak asasi manusia. Kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan bahwa: "wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara." Kemudian dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan bahwa: "wisatawan adalah orang yang melakukan wisata."

Proses pengembangan pariwisata tidak terlepas dari kemampuan daerah dalam mengelola potensi yang ada, yang didukung oleh pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang ada, serta peran serta masyarakat dalam iklim keterbukaan dan demokratisasi. Penerapan otonomi daerah mengakibatkan pengembang industri pariwisata yang meliputi pembiayaan, perizinan,


(21)

perencanaan dan evaluasi menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk menyelenggarakannya. Daerah dituntut lebih mandiri dalam mengembangkan obyek dan potensi wisatanya. Perlindungan terhadap pengguna jasa domestik sangat diperlukan, sehingga industri kepariwisataan terlindungi. Otonomi daerah harus mengacu daerah menggali potensi yang ada di daerah, serta menjamin terwujudnya pembangunan daerah yang berkelanjutan.5

Kawasan strategis wisata sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan bahwa : "kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan." Bali adalah pusat pariwisata Indonesia bagian tengah yang memiliki berbagai potensi yang menunjang pertumbuhan kepariwisataan, mencakup potensi alam, manusia, dan kebudayaan. Sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata yang mempunyai begitu banyak obyek wisata, pulau Bali yang dikenal sebagai pulau dewata mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan dan penyediaan lapangan kerja di setiap daerah.Perkembangan pariwisata di Bali sangat didukung oleh pendayagunaan sumber daya alam, pengembangan unsur kebudayaan di daerah tujuan wisata dan penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang pariwisata itu sendiri.

5

Sartisi dan Muhammad Taufiq, Penerapan Perlindungan Hukum Terhadap Wisatawan

Yang Mengalami Kerugian Di Obyek IVisata (Studi Di Kabupaten Purbalingga), Jurnal Dinamika


(22)

Penelitian skripsi ini dilakukan pada Obyek Wisata Penelokan Kintamani Bangli dikarenakan tingkat kunjungan wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing ke kawasan ini semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data jumlah kunjungan wisatawan obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Bangli Tahun 2010-2014 dapat diketahui bahwa sejak tahun 2010 jumlah kunjungan ke daya tarik wisata Kabupaten Bangli sejumlah 370.560 wisatawan dan hingga 2014 mengalami peningkatan sejumlah 551.168 wisatawan. Tentunya para wisatawan ini ingin menikmati keindahan wisata alam tersebut dengan tenang dan nyaman, namun tidak jarang keinginan mereka untuk bersantai menjadi terganggu karena ulah para pedagang-pedagang yang sering memaksakan agar barang dagangan mereka dibeli oleh wisatawan-wisatawan tersebut. Para pedagang serabutan juga membuat pemandangan semrawut di lokasi wisata tersebut, wisatawan yang berkunjung tentunya juga perlu mendapatkan penjagaan terhadap barang-barang berharga yang mereka bawa pada saat berlibur ke kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini dengan mengangkat judul Perlindungan Hukum Terhadap Hak Wisatawan Berkaitan Dengan Kenyamanan Wisatawan Di Kawasan Wisata Penelokan Kintamani Bangli.


(23)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli?

2. apa saja yang sudah dilakukan oleh Diparda Bangli dalam hal memberi perlindungan terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari agar pembahasan dalam skripsi ini tidak keluar atau melenceng dari pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan terhadap permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:

Pada permasalahan pertama dibahas mengenai perlindungan hukum terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli dan pada permasalahan kedua membahas mengenai – Upaya yang sudah dilakukan oleh Diparda Bangli dalam hal memberi perlindungan terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Hak Kenyamanan Wisatawan Berkaitan Dengan Kenyamanan Wisatawan Di Kawasan Wisata Penelokan Kintamani Bangli adalah sepenuhnya


(24)

hasil pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan menggunakan 3 (tiga) skripsi sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

No NAMA & NIM JUDUL RUMUSAN MASALAH

1. Maria Monica B. Napitulu 0806461612 Perlindungan Hakum Bagi Konsumen Jasa Rekreasi (Studi Kasus : Robohnya Wahana X Di Tempat Rekreasi Y)

1. Bagaimanakah bentuk

perlindungan konsumen bagi pengunjung tempat rekreasi? 2. Pelanggaran hak konsumen apa

sajakah yang dilakukan oleh PT. Z (studi kasus : robohnya wahaa X di tempat rekreasi Y)? 3. Apakah PT. Z sebagai pelaku usaha telah melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

2. Roma Rita Oktaviyanti 0806319702 Analisis Yuridis Perlindungan Konsumen Terhadap Penawaran Voucer Wisata Ditinjau Dari Undang-Undang No. 8Tahun 1999tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus : Penawaran Voucer Wisata Oleh PT. Angkasa Pura Pariwisata Indonesia

1. Bagaimanakah tinjauan yuridis mengenai penawaran voucer

wisata yang ditawarkan oleh PT. Angkasa Pura Pariwisata

Indonesia (APPI) dari

Undang-Undang Perlindungan

Konsumen?

2. Apa permasalahan hukum yang terjadi terkait Penawaran voucer wisata kepada konsumen ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen dengan adanya

penyimpangan penawaran voucer wisata?

3. Apakah penyelesaian sengketa dalam penawaran voucer wisata oleh PT. APPI telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?


(25)

3 Muhammad Taufiq B 111 07 307

Perjanjian Pengelolaan Obyek Wisata Rakyat Pantai Labombo Antara Pemerintah Kota dan Masyarakat Surutanga Di Kota Palopo

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjajian pengelolaan obyek wisata pantai Labombo antara pemerintah kota dan masyarakat Susutanga di kota Palopo?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum pemerintah terhadap warga masyarakat Surutanga di kota Palopo atas perjanjian pengelolaan obyek wisata pantai

Labombo oleh pihak ketiga CV. Vista?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka pengembangan ilmu hukum sehubungan dengan paradigma science as a process (ilmu sebagai suatu proses). Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam penggaliannya atas kebenaran dalam bidang hukum, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan, Kintamani Bangli.

1.5.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian skripsi ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisa lebih lanjut kenyataan dilapangan perlindungan hukum terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa apa saja yang sudah dilakukan oleh Diparda Bangli dalam memberi perlindungan terhadap hak wisatawan di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli.


(26)

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Pariwisata terutama yang berkaitan dengan perlindungan hukum atas hak kenyamanan wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan Kintamani, Bangli.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi pihak pemerintah

Bagi pihak pemerintah terutama pemerintah Daerah Kabupaten Bangli penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan dalam memberikan perlindungan hukum terutama hak kenyamanan wisatawan baik domestik maupun internasional yang berkunjung ke Penelokan Kintamani Bangli. 2. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi masyarakat secara umum yang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli mengenai hak-hak yang didapat saat berkunjung ke wilayah tersebut.

1.7 Landasan Teori

Untuk mengkaji permasalah hukum secara mendetail diperlukan beberapa teori yang merupakan rangkaian asumsi, konsep, definisi, untuk mengembangkan, menekankan serta menerangkan suatu gejala sosial secara sistematis. Suatu teori adalah hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut


(27)

cara-cara tertentu fakta tersebut merupakan suatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris, oleh sebab itu dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variable atau lebih yang telah diuji kebenarannya.6

Teori hukum adalah cabang ilmu hukum yang membahas atau menganalisis tidak sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau permasalahan secara kritis ilmu hukum maupun hukum positif dengan menggunakan interdisipliner. Jadi, tidak hanya menggunakan metode sinskripsi saja. Dikatakan secara kritis karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan teori hukum tidak cukup dijawab secara "otomatis" oleh hukum positif karena memerlukan argumentasi atau penalaran.7 Untuk membahas permalasahan yang diangkat dalam skripsi ini maka digunakan beberapa teori hukum, diantaranya yaitu:

1. Teori Perlindungan Hukum

Teori perlindungan hukum pada awal mulanya bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam yang dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato) dan Zeno. Menurut pendapat Fitzgerald, menyatakan bahwa: "Teori perlindungan hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi

6

Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantm, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I) h. 30.

7

Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (edisi revisi), Cahaya Atma Pusaka,


(28)

berbagai kepentingan di lain pihak."8 untuk mendapatkan perlindungan hukum tentunya yang diinginkan oleh manusia adalah ketertiban dan keteraturan antara nilai dasar dari hukum yakni adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta keadilan hukum. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.

Fungsi primer hukum, yakni melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan yang dapat merugikan hidupnya dari orang lain, masyarakat maupun penguasa. Di samping itu berfungsi pula untuk memberikan keadilan serta menjadi sarana untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Perlindungan, keadilan, dan kesejahteraan tersebut ditujukan pada subyek hukum yaitu pendukung hak dan kewajiban.

Satijipto Rahardjo menyatakan bahwa "perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat

8


(29)

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum."9 C.S.T Kansil memberikan pendapatnya mengenai perlindungan hukum yang menyatakan bahwa :

Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja.Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya.Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.10

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teori perlindungan hukum berkaitan dengan pemberian perlindungan atas hak kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan, Kintamani, Bangli. Wisatawan yang berkunjung kesana tentunya harus mendapatkan perlindungan selama berwisata di tempat tersebut. Perlindungan hukum yang jelas diharapkan dapat meminimalisir tindak kejahatan yang bisa saja menimpa wisatawan tersebut terutama wisatawan asing yang berkunjung ke kawasan wisata tersebut.

2. Teori Hak

Dalam pemikiran moral dewasa ini teori hak adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiban. Malah bisa dikatakan hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Kewajiban satu orang biasanya serentak berarti juga hak dari orang lain. Hak didasarkan atas martabat manusia dan

9Ibid

, h. 54.

10

C.S.T. Kansil, 2000, Pengantar Ilmu Hukum an Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,


(30)

martabat semua manusia itu sama. Oleh karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.11

Menurut Bertens, pertama-tama harus dibedakan antara hak legal dan hak moral. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak-hak legal berasal dari undang-undang, peraturan hukum atau dokumen legal lainnya. Apabila hak legal berfungsi dalam sistem hukum, maka hak moral atau berfungsi dalam sistem moral. Hak moral didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja.12

Hak merupakan klaim yang dibuat oleh orang atau kelompok yang satu terhadap yang lain atau terhadap masyarakat. Orang yang mempunyai hak biasa menuntut (dan bukan saja mengharapkan atau menganjurkan) bahwa orang lain akan memenuhi dan menghormati hak itu. Tetapi bila dikatakan demikian, segera harus ditambah sesuatu yang amat penting: hak adalah klaim yang sah atau klaim yang dapat dibenarkan. Sebab, mengatakan klaim begitu saja jelas tidak cukup. Ternyata sering dikemukakan klaim yang tidak bisa dibenarkan.13

Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka teori hak berkaitan dengan rumusan masalah kedua dalam skripsi ini. Pemerintah daerah diharapkan memberikan perhatian yang serius atas kondisi pariwisata di kawasan wisata Penelokan Kintamani Bangli. Kerja nyata diharapkan dilakukan pemerintah daerah guna menjamin hak-hak dari wisatawan agar terjamin.

11

K. Bertens, 2000, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Yogjakarta, (selanjutnya disebut K.

Bertens I), h. 72-73.

12

K. Bertens, 1993, Etika, Gramedia Pustaka, Jakarta, (selanjutnya disebut K. Bertens II),

h. 178-179.

13Ibid


(31)

1.8 Metode Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian

Penelitian hukum terdiri dari dua jenis, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris atau sosiologis.14 Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian hukum empiris, yaitu dengan melihat permasalahan dari kenyataan yang ada dalam masyarakat dan dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum yang obyek kejadiannya meliputi ketentuan dan mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, Undang-Undang atau kontrak). Secara in action/in abstracto pada setiap peristiwa hukum yang telah terjadi dalam masayrakat (in concreto).15

1.8.2 Jenis Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan yaitu :

a. Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.

14

Mukti Fajar Nd. dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 153.

15

Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,


(32)

b. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasar awal melakukan analisis.

c. Pendekatan fakta (the fact approach)

d. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach)

e. Pendekatan Frasa (Words and Phrase Approach)

f. Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari materi yang diteliti.

g. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan peraturan perundangan Indonesia dengan satu atau beberapa peraturan perundangan negara-negara lain.16 Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan hasil yang ilmiah, serta dapat dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian ini akan dibahas menggunakan jenis pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach), pendekatan kasus (case approach) dan pendekatan fakta (The Fact Approach).

1.8.3 Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif analitis.Penelitian yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan

16

Fajar Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &


(33)

data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,17 maka dapat diambil data obyektif karena ingin menggambarkan kenyataan yang terjadi pada kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan Kintamani Bangli.

1.8.4 Data dan Sumber Data

Dalam penelitian hukum ini data yang digunakan adalah data primer (lapangan) dan data sekunder (kepustakaan) yaitu sebagai berikut:

1. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan, melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait yaitu pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli dan beberapa wistawan yang berkunjung ke kawasan wisata Penelokan, Bangli. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan informan dan responden yang ada pada lokasi penelitian tersebut. Informan, adalah orang atau individu yang memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang diketahuinya, informan dalam penelitian skripsi ini yaitu pegawai dan Kepala Dinas pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli. Responden, adalah seseorang atau individu yang mengetahui dan mengalami langsung suatu kejadian, dalam kaitannya dengan penelitian skripsi ini yaitu para wisatawan yang datang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan Kintamani Bangli.18

17

Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya

disebut Soerjono Soekanto II) h. 10.

18

Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya


(34)

2. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dengan cara studi dokumen terhadap bahan-bahan hukum yang terdiri dari:

i. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari: (a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

(b) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

(c) Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. ii. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku,

makalah, dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan masalah yang dibahas.

iii. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan ensiklopedia.19

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara dengan mewawancarai para Responden maupun informan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Jenis wawancara yang dipergunakan adalah wawancara terstruktur, yang telah disusun terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dan semua yang diwawancarai ditanyakan dengan pertanyaan yang sama. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu

19

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 119.


(35)

pewawancara adalah pihak yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara adalah pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.20

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara Non Random Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan judul dalam penulisan skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu pegawai pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli sebagai Informannya dan para wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Penelokan Kintamani Bangli sebagai respondennya.

Penentuan informan dilakukan dengan teknik menggunakan metode snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi dari sampel sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh peneliti yaitu dengan mencari informan kunci, kemudian informan berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari rekomendasi yang diberikan oleh informan kunci yang diawali dengan menunjuk sejumlah informan yaitu informan yang mengetahui, memahami, dan berpengalaman sesuai dengan obyek penelitian ini yakni Kepala Dinas dan Pegawai di Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli.

1.8.7 Teknik Analisis Data

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisa.21 Setelah data dikumpulkan

20

Lexy J. Moleong, 2013, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT. Remaja

Rosdakarya, Cet. XXXI, Bandung, hl. 186.

21

Bambang Waluyo, 2008, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta,


(36)

kemudian data diolah secara kualitatif dengan melakukan studi perbandingan antara data lapangan dengan data kepustakaan sehingga akan diperoleh data yang bersifat saling menunjang antara teori dan praktek. Dalam menganalisa data, setelah data terkumpul maka langkah penting selanjutnya adalah analisis data.22 Analisis data yang dipergunakan dalam peneltian ini adalah analisis deskriptif, yaitu data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian lapangan maupun kepustakaan di olah dengan pendekatan kualitatif dan disajikan secara deskriptif sesuai dengan hasil penelitian lapangan dan kepustakaan untuk memperoleh kesimpulan yang tepat dan logis sesuai dengan permasalahan yang dikaji.23

22Ibid

, h. 19.

23


(37)

(38)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEPARIWISATAAN

2.1Pengertian Perlindungan Hukum

Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan pancasila haruslah memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan hukum berdasarkan pancasila berarti pengakuan dan perlindungan hukum berdasarkan Pancasila berarti pengakuan dan perlindungan akan harkat dan martabat manusia atas dasar nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, serta keadilan sosial. Nilai-nilai tersebut melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam wadah negara kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai kesejahteraan bersama.

Definisi dari Perlindungan Hukum yaitu segala daya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada. Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah melindungi kepentingan seseorang dengan cara memberikan suatu kekuasaan kepada orang tersebut untuk melakukan tindakan yang dapat memenuhi kepentingannya.1

Pada prinsipnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria maupun wanita, Sistem pemerintahan negara sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Penjelasan UUD 1945 diantaranya menyatakan prinsip “Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar)” Elemen

1


(39)

pokok negara hukum adalah pengakuan dan perlindungan terhadap “fundamental rights” (tiada negara hukum tanpa pengakuan & perlindungan terhadap ‘fundamental rights’.Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa, Perlindungan Hukum adalah suatu tindakan untuk melindungi atau memberikan pertolongan kepada subyek hukum, dengan menggunakan perangkat-perangkat hukum.2

Philipus M. Hadjon membagi bentuk perlindungan hukum menjadi 2 yaitu: 1. Perlindungan hukum yang preventif

Perlindungan hukum ini memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan keberatan atas pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Sehingga, perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak. Dan dengan adanya perlindungan hukum yang preventif ini mendorong pemerintah untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berkaitan atau diminta pendapatnya mengenai rencana keputusan tersebut.

2. Perlindungan hukum yang represif

Perlindungan hukum ini berfungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa. Indonesia dewasa ini terdapat berbagai badan yang secara partial menangani perlindungan hukum bagi rakyat, yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1) Pengadilan dalam lingkup peradilan umura. Dewasa ini dalam praktek telah ditempuh jalan untuk menyerahkan suatu perkara tertentu kepada peradilan umum sebagai perbuatan melawan hukum oleh penguasa.

2

Philipus M. Hadjon, 2011, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University Press,


(40)

2) Instansi pemerintah yang merupakan lembaga banding administrasi: penanganan perlindungan hukum bagi rakyat melalui instansi pemerintah dalam hal banding. Lembaga banding tersebut menangani permintaan banding terhadap suatu tindakan pemerintah oleh pihak yang telah merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah lainnya.Lembaga ini berwenang untuk merubah bahkan membatalkan suatu tindakan dari pemerintah tersebut. 3) Badan-badan khusus: badan yang terkait dan berwenang untuk menyelesaikan suatu

sengketa. Badan khusus tersebut antara lain kantor urusan perumahan, pengadilan kepegawaian, badan sensor film, panitia urusan piutang negara, peradilan administrasi negara.

Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau konsep Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari keinginan memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.Konsep Rechtsaat muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius Stahl. Pada saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum (rule of Law) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.menurut A.V. Dicey sebagaimana dikutip oleh Nuktoh Arfawie Kurdie menguraikan adanya 3 (tiga) ciri penting negara hukum yang disebut dengan Rule of Law, yaitu :

1. Supermasi hukum, artinya tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.

2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau pejabat pemerintah 3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.3

Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya

3


(41)

2. Jaminan kepastian hukum.

3. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.

4. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.4

Perlindungan secara umum berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih lemah. Perlindungan hukum dapat diartikan dengan segala pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai seorang warganegara tidak dilanggar, dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

2.2Pengertian Kepariwisataan 2.2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata pada saat ini merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia, baik yang melakukan perjalanan wisata maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat sekitar lokasi berharap akan mendapatkan implikasi positif berupa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Fenomena ini harus menjadi perhatian para pembantu kebijakan sebagaimana diamanatkan bahwa pembangunan kepariwisataan nasional diarahkan menjadi sektor andalan dan unggulan secara luas akan diterjemahkan sebagai penghasilan devisa terbesar yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

4

Dinni Harina Simanjuntak, 2011, Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Franchise

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997, http://repository.


(42)

Pariwisata juga merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu. Alasannya karena aktivtas berwisata bagi seorang individu dapat meningkatkan daya kreatif, menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan pariwisata spiritualisme. Pada saat ini, kedudukan sektor pariwisata menjadi salah satu sektor andalan yang dapat meningkatkan devisa negara sebagai pendukung komoditi ekspor migas maupun non migas. Pengembangan sektor pariwisata dilakukan karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan devisa negara dan disamping itu kegiatan pariwisata merupakan hal yang terkait erat dengan sumberdaya yang unik dari suatu tujuan wisata yaitu dalam bentuk daya tarik alam dan daya tarik budaya.

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.

Undang-Undang Kepariwisataan memberikan definisi yang berkaitan dengan pariwisata dalam Pasal 1 Undang-Undang Kepariwisataan yaitu sebagai berikut:

- Pasal 1 angka 1: Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

- Pasal 1 angka 2: Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

- Pasal 1 angka 3: Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.


(43)

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat diketahui bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, dari satu tempat ke tempat lain untuk menikmati perjalanan dan memenuhi keinginan yang beranekaragam.

Kepariwisataan menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Kepariwisataan menyatakan bahwa, Kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas:

a. manfaat; b. kekeluargaan; c. adil dan merata; d. keseimbangan; e. kemandirian; f. kelestarian; g. partisipatif; h. berkelanjutan; i. demokratis; j. kesetaraan; dan k. kesatuan.

Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat (Pasal 3 Undang-Undang Kepariwisataan). Kepariwisataan memiliki tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Undang-Undang Kepariwisataan yaitu :


(44)

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi; b. meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. menghapus kemiskinan;

d. mengatasi pengangguran;

e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; f. memajukan kebudayaan;

g. mengangkat citra bangsa; h. memupuk rasa cinta tanah air;

i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan j. mempererat persahabatan antarbangsa.

Kepariwisataan juga diselenggarakan dengan beberapa prinsip yang telah diatur yaitu : a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep

hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan;

b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;

c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas; d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;

e. memberdayakan masyarakat setempat;

f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku kepentingan;

g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata; dan


(45)

h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2.2 Pengertian Wisatawan

Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur, berobat, berbisnis, berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang indah atau sebuah negara tertentu. Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut wisatawan sebagai pelancong yang melakukan perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut. Menurut pandangan psikologi, wisata adalah sebuah sarana memanfaatkan waktu luang untuk menghilangkan tekanan kejiwaan akibat pekerjaan yang melelahkan dan kejenuhan. Adapun ilmu sosiologi menilai pariwisata sebagai rangkaian hubungan yang dijalin oleh pelancong yang bermukim sementara di suatu tempat dengan penduduk lokal. Krapf Hunziker, seorang pakar pariwisata meyakini bahwa wisata adalah munculnya serangkaian hubungan dari sebuah perjalanan temporal yang dijalin oleh seorang yang bukan penduduk asli. Pariwisata, berdasarkan seluruh definisinya, adalah fenomena yang terus berkembang. Lebih dari itu, industri ini telah menyelamatkan sejumlah negara dari krisis, dan memarakkan pertumbuhan ekonominya.5 Undang-Undang Kepariwisataan memberikan definisi mengenai wisatawan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 2 yaitu “Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.”

Adapun Jenis-Jenis & Karakteristik Wisatawan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Wisatawan lokal (local tourist) yaitu wistawan yang melakukan perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata yang berasal dari dalam negeri.

5

Udayana United Tourism, Pengertian Wisatawan, https://m.facebook.com/


(46)

b. Wisatawan mancanegara (interntional tourist) yaitu, wisatawan yang mengadakan perjalanan ke daerah tujuan wisata yang berasal dari luar negeri.

c. Holiday tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk bersenang-senang atau untuk berlibur.

d. Business tourist adalah wisatawan yang berpergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk urusan dagang atau urusan profesi.

e. Common interest tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan khusus. Seperti, studi ilmu pengetahuan, mengunjungi sanak keluarga atau untuk berobat dan lain-lain.

f. Individual tourist adalah wistawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara sendiri-sendiri.

g. Group tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara bersama-sama atau berkelompok.6

2.2.3 Karakteristik Obyek Wisata

Obyek wisata atau yang dalam Undang-Undang kepariwisataan disebut sebagai daya tarik wisata menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 5 adalah “segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman, kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.”

Obyek wisata terbagi menjadi dua kelompok, obyek wisata alam ciptaan Tuhan (natural site-attraction) dan obyek wisata karya manusia (man-made site-attraction). Demikian juga halnya dengan atraksi wisata yang terbagi menjadi dua yakni atraksi “asli” (real, authentic)

dan atraksi “pentas” (staged, artificial). Obyek wisata memiliki karakteristik yang berbeda

dengan atraksi wisata. Adapun mengenai karakteristik dari obyek wisata yaitu bersifat statis,


(47)

terikat pada tempat, dapat dijamah (tangible). Contoh, obyek wisata alam: pantai, gunung/bukit, hutan, pulau, danau, air terjun, gua, lembah, pemandangan alam, cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, dan lain-lain; sedangkan contoh obyek wisata karya manusia: situs sejarah, candi, monumen, tugu, bangunan berasitektur khas/daerah. Bangunan dan lokasi bersejarah seperti museum, pelabuhan, mesjid, gereja, kraton, makam tokoh agama/nasional/sejarah, bangunan lain yang bernilai khusus antara lain jembatan (misalnya Ampera, Suramadu, Kutai-Kartanegara), bendungan, perkebunan, kebun binatang, taman kota, taman rekreasi, dan sebagainya.7

Karakteristik dari Atraksi Wisata yaitu bersifat dinamis, mencerminkan adanya gerak, tidak terikat tempat (dapat berpindah) dan tidak dapat dijamah (intangible). Contoh atraksi asli (ada atau tidak ada tourist akan berlangsung seperti apa adanya): seperti adat istiadat, pakaian traditional, arsitektur khas/ daerah, kebiasaan dan pola hidup, gaya hidup, bahasa, suasana keakraban dan keramahan masyarakat, seni budaya yang melekat pada kehidupan masyarakat, seni batik, seni ukir, seni pahat, seni lukis, seni tari dan gamelan, seni musik, upacara ritual keagamaan, upacara perkawinan, upacara menyambut kelahiran anak, upacara kraton, acara 17-an (Agustus), dan sebagainya. Contoh, atraksi pentas: Pementasan seni budaya (tari, gamelan, musik, wayang, dan lain-lain), pameran lukisan, pameran pahatan, pameran ukiran, peragaan busana, dan lain-lain.8

Kawasan strategis pariwisata menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Kepariwisataan yaitu:

kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

7

Care Tourism, Tourism Society Of Indonesia, Pengertian Dasar Kepariwisataan, Obyek & Atraksi,

https://caretourism.wordpress.com/2011/12/09/pengertian-dasar-kepariwisataan-obyek-atraksi/, diakses pada 10 November 2015


(48)

Penetapan kawasan strategis pariwisata di seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan memperhatikan aspek :

1. Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata; 2. Potensi pasar;

3. Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;

4. Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

5. Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;

6. Kesiapan dan dukungan masyarakat; 7. Kekhusussan dari wilayah.9

Kawasan strategis pariwisata di seluruh Indonesia dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta pengingkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan aspek budaya, sosial dan agama masyarakat setempat.

2.2.4 Sarana Pariwisata

Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain, karena pariwisata bisa dikatakan sebagai gabungan fenomena dan hubungan timbal balik akibat adanya interaksi dengan wisatawan, supplier bisnis, pemerintah tujuan wisata serta masyarakat daerah tujuan wisata. Pariwisata merupakan suatu usaha yang komplek, hal ini dikarenakan terdapat banyak kegiatan yang terkait dalam penyelenggaraan pariwisata. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti usaha perhotelan (home stay), usaha kerajinan/cinderamata,

9

Tabea Tamang, Penyelenggaraan Kepariwisataan Indonesia, https://tabeatamang.


(49)

usaha perjalanan, dan usaha – usaha lainnya. Usaha pariwisata dapat dapat dikaitkan dengan sarana pokok kepariwisataan yaitu perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata.

Sarana Pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maju mundurnya sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Sarana pariwisata meliputi10:

1. Perusahaan Perjalanan Seperti Travel Agent, Travel Bureu Dan Tour Operator 2. Perusahaan Transportasi, Terutama Transportasi Angkutan Wisata

3. Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Kegiatan usaha biro perjalanan wisata:

a. Menyusun dan menjual paket wisata luar negeri atas dasar permintaan. b. Menyelenggarakan atau menjual pelayaran wisata (cruise).

c. Menyusun dan menjual paket wisata dalam negeri kepada umum atau atas dasar permintaan.

d. Menyelenggarakan pemanduan wisata. e. Menyediakan fasilitas untuk wisatawan.

f. Menjual tiket/karcis sarana angkutan, dan lain-lain. g. Mengadakan pemesanan sarana wisata.

h. Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4. Agen Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan tiket,

sarana angkutan dan lain-lain serta pemesanan sarana wisata. Kegiatan dari agen perjalanan wisata yaitu :

10

Setzer Manuvitz, Sarana dan Prasarana Pariwisata, http://pariwisatadanteknologi.


(50)

a. Menjual tiket dan lain-lain

b. Mengadakan pemesanan sarana wisata

c. Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5. Cabang Biro Perjalanan Umum

Adalah satuan-satuan usaha dari suatu Biro Perjalanan Umum Wisata yang berkedudukan di tempat yang sama atau ditempat lain yang memberikan pelayanan yang berhubungan dengan perjalanan umum.

6. Industri-industri Dalam Kepariwisataan, terdiri dari : a. Pengangkutan

b. Akomodasi

c. Segala sesuatu yang menarik wisatawan untuk berkunjung sesuai sifat kegiatan perusahaan perjalanan dibagi menjadi:

a) Wholesaler adalah perusahaan perjalanan yang menyusun acara perjalanan wisata secara menyeluruh atau secara khusus menjual paket perjalanan wisata kepada Retail Travel Agent

b) Retailer atau Retailer Travel Agent adalah biro perjalanan yang menjual perjalanan wisata secara langsung kepada wisatawan.11

7. Hotel dan Jenis Akomodasi Lainnya

Yang termasuk jenis akomodasi: hotel, motel, wisma, pondok wisata, villa, apartemen, karavan, perkemahan, kapal pesiar, yacht, pondok remaja dan sebagainya.

a. Serviced Accomodation, akomodasi yang menyediakan fasilitas dan pelayanan makanan dan minuman.


(51)

b. Non-Service Accomodation, akomodasi yang tidak menyediakan makanan dan minuman. Sekurang-kurangnya harus menyediakan kamar berperabot (furnished room) dan tenaga untuk melayani keperluan tamu.

8. Bar, Restoran, Katering dan Usaha Jasa Boga Lainnya 9. Toko cenderamata dan pusat kerajinan

10.Daya tarik wisata

Suatu obyek daya tarik wisata pada pinsipnya harus memenuhi tiga persyaratan berikut:

a. Something to see (ada yang dilihat) b. Something to do (ada yang dikerjakan) c. Something to buy (ada yang dibeli/suvenir).

Obyek atau daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. Obyek Wisata Alam: laut, pantai, gunung, danau, fauna, flora, kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam.

b. Obyek Wisata Budaya: upacara kelahiran, tari-tari tradisional, pakaian adat, perkawinan adat, upacara laut, upacara turun ke sawah, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional, adat-istiadat lokal, musem, dan lain-lain.

c. Obyek Wisata Buatan: sarana dan fasilitas olahraga, permainan (layang-layang), hiburan (lawak, akrobatik), ketangkasan (naik kuda), Taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain.

11.Organisasi kepariwisataan

Adalah suatu badan yang langsung bertanggung jawab terhadap perumusan dan kebijakan kepariwisataan dalam lingkup nasional.


(52)

a. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab tentang maju mundurnya pariwisata di suatu negara.

b. Lembaga yang bertanggung jawab tentang pembinaan, perencanaan, pengembangan dan promosi kepariwisataan baik dalam lingkup lokal, nasional dan internasional.

c. Bertanggung jawab untuk mengadakan penelitian memperbaiki produk dan mengembangkan produk baru sesuai dengan ketentuan.

d. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan departemen yang berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan.

e. Sebagai badan yang mewakili negara dalam kegiatan dan percaturan kepariwisataan internasional.12


(1)

terikat pada tempat, dapat dijamah (tangible). Contoh, obyek wisata alam: pantai, gunung/bukit, hutan, pulau, danau, air terjun, gua, lembah, pemandangan alam, cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, dan lain-lain; sedangkan contoh obyek wisata karya manusia: situs sejarah, candi, monumen, tugu, bangunan berasitektur khas/daerah. Bangunan dan lokasi bersejarah seperti museum, pelabuhan, mesjid, gereja, kraton, makam tokoh agama/nasional/sejarah, bangunan lain yang bernilai khusus antara lain jembatan (misalnya Ampera, Suramadu, Kutai-Kartanegara), bendungan, perkebunan, kebun binatang, taman kota, taman rekreasi, dan sebagainya.7

Karakteristik dari Atraksi Wisata yaitu bersifat dinamis, mencerminkan adanya gerak, tidak terikat tempat (dapat berpindah) dan tidak dapat dijamah (intangible). Contoh atraksi asli (ada atau tidak ada tourist akan berlangsung seperti apa adanya): seperti adat istiadat, pakaian traditional, arsitektur khas/ daerah, kebiasaan dan pola hidup, gaya hidup, bahasa, suasana keakraban dan keramahan masyarakat, seni budaya yang melekat pada kehidupan masyarakat, seni batik, seni ukir, seni pahat, seni lukis, seni tari dan gamelan, seni musik, upacara ritual keagamaan, upacara perkawinan, upacara menyambut kelahiran anak, upacara kraton, acara 17-an (Agustus), dan sebagainya. Contoh, atraksi pentas: Pementasan seni budaya (tari, gamelan, musik, wayang, dan lain-lain), pameran lukisan, pameran pahatan, pameran ukiran, peragaan busana, dan lain-lain.8

Kawasan strategis pariwisata menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Kepariwisataan yaitu:

kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

7

Care Tourism, Tourism Society Of Indonesia, Pengertian Dasar Kepariwisataan, Obyek & Atraksi,

https://caretourism.wordpress.com/2011/12/09/pengertian-dasar-kepariwisataan-obyek-atraksi/, diakses pada 10 November 2015


(2)

Penetapan kawasan strategis pariwisata di seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan memperhatikan aspek :

1. Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata; 2. Potensi pasar;

3. Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;

4. Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

5. Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;

6. Kesiapan dan dukungan masyarakat; 7. Kekhusussan dari wilayah.9

Kawasan strategis pariwisata di seluruh Indonesia dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta pengingkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan aspek budaya, sosial dan agama masyarakat setempat.

2.2.4 Sarana Pariwisata

Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain, karena pariwisata bisa dikatakan sebagai gabungan fenomena dan hubungan timbal balik akibat adanya interaksi dengan wisatawan, supplier bisnis, pemerintah tujuan wisata serta masyarakat daerah tujuan wisata. Pariwisata merupakan suatu usaha yang komplek, hal ini dikarenakan terdapat banyak kegiatan yang terkait dalam penyelenggaraan pariwisata. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti usaha perhotelan (home stay), usaha kerajinan/cinderamata,

9

Tabea Tamang, Penyelenggaraan Kepariwisataan Indonesia, https://tabeatamang.


(3)

usaha perjalanan, dan usaha – usaha lainnya. Usaha pariwisata dapat dapat dikaitkan dengan sarana pokok kepariwisataan yaitu perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata.

Sarana Pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maju mundurnya sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Sarana pariwisata meliputi10:

1. Perusahaan Perjalanan Seperti Travel Agent, Travel Bureu Dan Tour Operator 2. Perusahaan Transportasi, Terutama Transportasi Angkutan Wisata

3. Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Kegiatan usaha biro perjalanan wisata:

a. Menyusun dan menjual paket wisata luar negeri atas dasar permintaan. b. Menyelenggarakan atau menjual pelayaran wisata (cruise).

c. Menyusun dan menjual paket wisata dalam negeri kepada umum atau atas dasar permintaan.

d. Menyelenggarakan pemanduan wisata. e. Menyediakan fasilitas untuk wisatawan.

f. Menjual tiket/karcis sarana angkutan, dan lain-lain. g. Mengadakan pemesanan sarana wisata.

h. Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4. Agen Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan tiket,

sarana angkutan dan lain-lain serta pemesanan sarana wisata. Kegiatan dari agen perjalanan wisata yaitu :

10

Setzer Manuvitz, Sarana dan Prasarana Pariwisata, http://pariwisatadanteknologi. blogspot.co.id/2010/04/sarana-dan-prasarana-pariwisata.html, diakses pada 12 November 2015


(4)

a. Menjual tiket dan lain-lain

b. Mengadakan pemesanan sarana wisata

c. Mengurus dokumen-dokumen perjalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 5. Cabang Biro Perjalanan Umum

Adalah satuan-satuan usaha dari suatu Biro Perjalanan Umum Wisata yang berkedudukan di tempat yang sama atau ditempat lain yang memberikan pelayanan yang berhubungan dengan perjalanan umum.

6. Industri-industri Dalam Kepariwisataan, terdiri dari : a. Pengangkutan

b. Akomodasi

c. Segala sesuatu yang menarik wisatawan untuk berkunjung sesuai sifat kegiatan perusahaan perjalanan dibagi menjadi:

a) Wholesaler adalah perusahaan perjalanan yang menyusun acara perjalanan wisata secara menyeluruh atau secara khusus menjual paket perjalanan wisata kepada Retail Travel Agent

b) Retailer atau Retailer Travel Agent adalah biro perjalanan yang menjual perjalanan wisata secara langsung kepada wisatawan.11

7. Hotel dan Jenis Akomodasi Lainnya

Yang termasuk jenis akomodasi: hotel, motel, wisma, pondok wisata, villa, apartemen, karavan, perkemahan, kapal pesiar, yacht, pondok remaja dan sebagainya.

a. Serviced Accomodation, akomodasi yang menyediakan fasilitas dan pelayanan makanan dan minuman.


(5)

b. Non-Service Accomodation, akomodasi yang tidak menyediakan makanan dan minuman. Sekurang-kurangnya harus menyediakan kamar berperabot (furnished room) dan tenaga untuk melayani keperluan tamu.

8. Bar, Restoran, Katering dan Usaha Jasa Boga Lainnya 9. Toko cenderamata dan pusat kerajinan

10.Daya tarik wisata

Suatu obyek daya tarik wisata pada pinsipnya harus memenuhi tiga persyaratan berikut:

a. Something to see (ada yang dilihat) b. Something to do (ada yang dikerjakan) c. Something to buy (ada yang dibeli/suvenir).

Obyek atau daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. Obyek Wisata Alam: laut, pantai, gunung, danau, fauna, flora, kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam.

b. Obyek Wisata Budaya: upacara kelahiran, tari-tari tradisional, pakaian adat, perkawinan adat, upacara laut, upacara turun ke sawah, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional, adat-istiadat lokal, musem, dan lain-lain.

c. Obyek Wisata Buatan: sarana dan fasilitas olahraga, permainan (layang-layang), hiburan (lawak, akrobatik), ketangkasan (naik kuda), Taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain.

11.Organisasi kepariwisataan

Adalah suatu badan yang langsung bertanggung jawab terhadap perumusan dan kebijakan kepariwisataan dalam lingkup nasional.


(6)

a. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab tentang maju mundurnya pariwisata di suatu negara.

b. Lembaga yang bertanggung jawab tentang pembinaan, perencanaan, pengembangan dan promosi kepariwisataan baik dalam lingkup lokal, nasional dan internasional.

c. Bertanggung jawab untuk mengadakan penelitian memperbaiki produk dan mengembangkan produk baru sesuai dengan ketentuan.

d. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan departemen yang berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan.

e. Sebagai badan yang mewakili negara dalam kegiatan dan percaturan kepariwisataan internasional.12