Daftar Nama Sekolah SD_SMP_SMA_SMK Dengan Nama Tokoh Sunda - kab. Purwakarta

(1)

DAFTAR NAMA PENGGANTI

NAMA SMAN/SMKN/SMPN/SDN

DI KABUPATEN PURWAKARTA

Oleh:

Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M. S.

Dr. Undang Ahmad Darsa, M. Hum.


(2)

Puji syukur ke hadirat Illahi Rabbi, akhirnya kami dapat memenuhi permintaan dari Bapak Bupati Purwakarta, H. Dedi Muliyadi, untuk memberikan nama-nama tokoh sejarah dari Tatar Sunda untuk nama-nama sekolah negeri, mulai dari SMA, SMK, SMP hingga SD.

Nama-nama ini diambil dari sumber-sumber sejarah yang ada: untuk masa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda/Galuh (abad ke 5 sampai dengan abad ke-16) diambil dari prasasti dan naskah (historiografi tradisional) Namun harus diiformasikan, nama-nama yang diambil dari naskah ini ada yang belum bisa diverifikasi secara historis, terutama nama-nama tokoh yang masa hidupnya jauh dari masa ditulisnya naskah, sehingga nama tokoh tersebut dapat dikategorikan sebagai tokoh legenda.

Selain itu, karena diperlukan nama-nama tokoh sejarah cukup banyak (619 nama), maka nama-nama juga diambil dari nama-nama tokoh yang berasal dari arsip kolonial, terutama untuk nama tokoh-tokoh yang pernah menjadi patih, bupati, jaksa, dan wedana yang menjabat semasa Pemerintah Hindia Belanda.

Untuk memudahkan penamaan, nama-nama untuk sekolah yang berada di satu kecamatan, diambil dari satu wilayah. Misalnya nama-nama sekolah di Kecamatan Plered diambil dari nama tokoh-tokoh sejarah di Kuningan, nama-nama sekolah di Kecamatan Pondoksalam, diambil dari nama-nama-nama-nama tokoh sejarah di Majalengka, dan sebagainya.

Semoga kajian ini dapat dimanfaatkan.

Ketua Tim,


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

PENDAHULUAN ... 1

DAFTAR NAMA PENGGANTI NAMA SMAN/SMKN/ SMPN/SDN DI KABUPATEN PURWAKARTA ... 7

A. Sekolah Menengah Atas Negeri ... 7

B. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri ... 13

C. Sekolah menengah Pertama Negeri ... 17

D. Sekolah Dasar Negeri ... 48


(4)

Bupati Purwakarta, H. Dedi Mulyadi, bermaksud menamai sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Purwakarta dengan nama tokoh-tokoh sejarah yang pernah ada di Tatar Sunda. Maksud penamaan ini adalah untuk menghilangkan persaingan tidak sehat antar sekolah, karena adanya sekolah favorit dan non-favorit.

Penamaan sekolah dengan nama-nama tokoh sejarah Tatar Sunda ini diambil dari berbagai sumber yaitu buku sejarah lokal yang telah kami terbitkan, antara lain Sejarah Jawa Barat (2001/2013), Sejarah Kerajaan Talaga (2012), Sejarah Kabupaten Sumedang dari Masa ke Masa (2008), Sejarah Kabupaten Lebak (2006), Sejarah Kabupaten Karawang (2011), Sejarah Kerajaan Sunda (2013), Sejarah Kabupaten Ciamis (2005/2013), Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat (2000/2013) Kabupaten Kuningan dari Masa ke Masa (2014); laporan penelitian yang belum kami terbitkan, antara lain Peradaban Karawang pada masa Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda (2011), Dari Talaga Hingga Kabupaten Majalengka (2014), dan Sejarah Provinsi Banten (2014).

Beberapa karya ilmiah (tesis atau disertasi) atau buku karya sejarawan dari Universitas Padjadjaran juga kami jadikan sebagai rujukan, antara lain Bupati R. A. A. Martanagara; Studi Kasus Elite Birokrasi Pribumi di Kabupaten Bandung (Nina H. Lubis, Tesis, 1990), Kehidupan Kaum Menak Priangan, 1800-1942 (Nina H. Lubis, 1998), Garoet Kota Intan; Sejarah Lokal Kota Garut sejak Zaman Kolonial hingga Masa Kemerdekaan (Kunto Sofianto, 2001).Cianjur:


(5)

Antara Priangan dan Buitenzorg; Sejarah Cikal Bakal Cianjur dan Perkembangannya hingga 1942 (Reiza D. Dienaputra, 2004), Sejarah Majalengka; Sindangkasih – Madja – Majalengka (N. Kartika, 2008), Kota Bogor; Studi tentang Perkembangan Ekologi Kota pada Abad Ke-19 hingga Abad Ke-20 (Mumuh Muhsin, 2010), dan Sejarah Kota Tasikmalaya, 1820 – 1942 (Miftahul Falah, 2010). Selain buku, karya ilmiah, dan laporan penelitian, kami pun menggunakan Naskah Sunda, baik naskah yang telah diterbitkan menjadi buku atau naskah yang baru diteliti oleh filolog, sebagai bahan rujukan antara lain Carita Parahyangan, Fragmen Carita Parahyangan, Babad Cirebon Edisi Brandes, Kropak 632 dari Kabuyutan Ciburuy, Carita Ratu Pakuan, Carita Purwaka Caruban Nagari, Naskah Sajarah Banten, Wawacan Sajarah Galuh, Babad Sukapura, Sajarah Sukapura, Babad Tanah Pasundan, dan Carita Dipati Ukur.

Kami pun menggunakan beberapa buku dan dokumen resmi Pemerintah Hindia Belanda di luar yang telah kami sebutkan, antara lain Priangan; de Preanger-Regentschappen onder het Nederlandsch Bestuur tot 1811 (F. de Haan, 1910-1912), Geschiedenis der Preanger Regentschappen; Kort Overzigt (R. A. Kern, 1898), Talaga; Tetelar Sajarah nu teu Dipirosea (Rais Purwacarita, 2009), Regeringsalmanak voor Nederlandsch-Indië, Almanak Soenda, dan sebagainya.

Nama raja-raja yang pernah ada yaitu dari Kerajaan Tarumanegara (abad 5 sampai abad 7), Kerajaan Sunda dan Galuh (abad 8 sampai abad ke-16), Kesultanan Cirebon (mulai akhir abad ke-15) dan Kesultanan Banten (mulai awal abad ke-16) serta kerajaan-kerajaan kecil (kerajaan wilayah/vasal dari


(6)

kuat, dan hanya disebut dalam historiografi tradisional (naskah lama) .

Untuk nama SMA Negeri dan SMK Negeri dipakai nama raja-raja yang benar-benar tertulis dalam sumber primer seperti prasasti dan naskah sejaman. Sedangkan nama raja-raja lainnya, dipakai untuk nama SMP Negeri. Akan tetapi, beberapa SMPN tidak memakai nama raja, melainkan nama menak karena tidak semua raja yang diketahui oleh masyarakat dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Jumlah sekolah negeri yang ada di Kabupaten Purwakarta cukup banyak, yaitu SMA Negeri ada 17 buah, SMK Negeri ada 15 buah, SMP Negeri ada 157 buah dan SD Negeri ada 429 buah, total 618 buah. Nama raja-raja yang penah ada tidak cukup untuk menamai seluruh sekolah. Apalagi nama raja yang dikenal memiliki perilaku terpuji tidak kami pakai. Oleh karena itu, diambil nama kerabat raja-raja tersebut, seperti isteri, anak, atau adik raja yang tercatat dalam sumber. Selain itu, diambil juga nama patih atau pejabat kerajaan yang juga tercatat dalam naskah. Selanjutnya diambil juga nama para bupati, patih, jaksa, dan wedana terutama dari masa kolonial. Para menak ini kami pandang layak diajukan karena mereka memiliki hubungan kekerabatan dengan raja-raja Sunda sebelumnya.

Agar sistematis, penamaan sekolah untuk SMP dan SD karena jumlahnya banyak, diklasifikasi per kecamatan sesuai dengan nama tokoh sejarah per kabupaten. Sebagai ilustrasi, khusus untuk SMP Negeri yang berlokasi di wilayah Kecamatan Purwakarta, kami ajukan nama bupati, patih, jaksa, dan wedana di


(7)

lingkungan Kabupaten Karawang. Ini kami lakukan mengingat sebelum menjadi kabupaten mandiri, Purwakarta merupakan bagian dari Kabupaten Karawang. Demikian juga dengan SMP Negeri yang terletak di Kecamatan Maniis, kami ajukan nama-nama menak dari Kabupaten Cianjur untuk dijadikan sebagai nama SMP Negeri. Pertimbangannya karena kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur. SMP Negeri yang berlokasi di Kecamatan Babakancikao, Bungursari, Campaka, Pasawahan, Jatiluhur, Sukatani, Sukasari, Tegalwaru, dan Plered diambil dari nama-nama Raja Sunda beserta kerabatnya (istri, anak, adik, atau menantu). Sementara itu, SMP Negeri yang berlokasi di Kecamatan-Kecamatan: Pondoksalam, dan Wanayasa kami menggunakan nama-nama raja dari Kerajaan Talaga (kerajaan wilayah/vasal Kerajaan Sunda kemudian Kesultanan Cirebon). Adapun SMP Negeri yang berlokasi di Kecamatan-Kecamatan: Kiarapedes dan Cibatu kami menggunakan nama raja dan wedana bupati dari Kerajaan Sumedanglarang/Kabupaten Sumedang. Sementara nama-nama Sultan Banten, Sultan Cirebon, dan Raja Galuh setelah Kerajaan Sunda runtuh tahun 1579, kami pergunakan untuk menamai SMP Negeri yang berlokasi di Kecamatan Bojong dan Kecamatan Darangdan.

Hal yang sama, kami berlakukan untuk Sekolah Dasar (SD) Negeri sehingga satu rundayan menak dari satu kabupaten atau afdeeling (zaman Belanda) kami pergunakan sebagai nama SD Negeri yang berlokasi di satu atau dua kecamatan yang bertetangga, kecuali beberapa SD Negeri yang berlokasi di Kecamatan Purwakarta (kami gunakan nama Raja Sunda atau kerabatnya yang tercatat dalam Naskah Sunda Kuno). Ini terjadi karena ketidaksesuaian antara


(8)

Purwakarta selain menggunakan nama Raja-Raja Sunda, juga kami pergunakan nama-nama menak dilingkungan Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Galuh/Ciamis. Untuk SD Negeri yang berlokasi di Kecamatan Babakancikao, Bungursari, Campaka, dan Pasawahan, kami menggunakan nama-nama bupati dan menak dari Kabupaten Galuh/Ciamis, Kabupaten Sukapura/Tasikmalaya, dan Kabupaten Limbangan/Garut. Nama SD Negeri yang berlokasi di Kecamatan Jatiluhur, Sukatani, Sukasari, Tegalwaru, Plered, Pondoksalam, Wanayasa, dan sebagian Kiarapedes, kami pergunakan nama menak dari Kabupaten Limbangan/Garut dan nama-nama Sultan Banten serta menak dari kabupaten di wilayah bekas Kesultanan Banten (Lebak, Pandeglang, Caringin, Anyer), nama-nama Sultan Cirebon (termasuk Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, Kaprabon Cirebon), nama-nama penguasa atau menak di kabupaten di wilayah bekas Kesultanan Cirebon (Kabupaten Cirebon, Kuningan, Indramayu, dan Majalengka.

Sebagian SD Negeri yang berlokasi di Kecamatan Kiarapedes dan seluruh SD Negeri di Kecamatan Cibatu, kami pergunakan nama bupati atau menak dari Kabupaten Bandung. Sementara itu, SD Negeri yang berlokasi di Kecamatan Bojong, kami ambil dari nama-nama Bupati atau menak Kabupaten Sumedang. Nama-nama bupati dan menak dari wilayah Afdeeling Buitenzorg (Bogor, Sukabumi, Cianjur), kami pergunakan untuk menamai SD Negeri yang berlokasi di Kecamatan Darangdan dan Maniis.


(9)

Demikian pertanggungjawaban ilmiah kami mengenai penggunaan nama raja, raja wilayah, bupati, patih, dan menak di wilayah Tatar Sunda untuk dipergunakan sebagai nama sekolah mulai dari jenjang SMA Negeri/SMK Negeri, SMP Negeri, dan SD Negeri di Kabupaten Purwakarta. Nama-nama tokoh sejarah Tatar Sunda itu kami ajukan setelah melalui berbagai pertimbangan, antara lain jasanya, perilakunya, dan kharismanya. Semoga jejak mereka pada masa lampau memberikan inspirasi bagi generasi muda, khususnya anak-anak didik di Kabupaten Purwakarta.


(10)

A. Sekolah Menengah Atas Negeri

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

Keterangan

(Raja-Raja Sunda/Galuh/Tarumanagara)

1. SMAN 1 Purwakarta Sri Baduga Maharaja Anak Ningratkanaca atau Dewaniskala dan cucu Prabu Niskalawastu Kancana. Ia memerintah selama 39 tahun dan berhasil menyatukan kerajaan Sunda Pakuan dan Galuh sehingga menjadi Mahārāja Sunda dan Galuh atau Maharaja Pajajaran yang dikenal sebagai Prabu Siliwangi. Kerajaannya juga disebut Pajajaran disesuaikan dengan nama ibu kota, yakni Pakuan Pajajaran (Prasasti Batutulis, Prasasti Kebantenan). Ia juga dikenal dengan nama Sang Ratu Jayadewata alias Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran dan setelah meninggal dunia dikenal dengan sebutan sang mwakta ring Rancamaya

2. SMAN 2 Purwakarta Prabu Niskalawastu Kancana Memerintah selama 104 tahun, menjadi penguasa Kerajaan Galuh dan Sunda (Prasasti Kawali, Prasasti Kebantenan, Prasasti Batutulis). Berhubung putera Prabu Maharaja itu baru berusia 7 tahun ketika ditinggal wafat, maka untuk sementara kekuasaan dipegang oleh adik mendiang, yaitu Patih Mangkubumi Suradipati yang berkuasa di wilayah Jampang saat itu, bergelar Sang Prabu Bunisora, dikenal sebagai sang mokténg Gegeromas (1357-1371 M)


(11)

(Raja-Raja Sunda/Galuh/Tarumanagara)

3. SMAN 3 Purwakarta Sri Jayabhūpati Dalam Prasasti Sanghyang Tapak I No. D.98 disebut sebagai “paduka haji ri Sunda” atau Maharaja Sunda. Nikah dengan: (1) Dewi Wulansari, adik Dewi Laksmi istri Prabhū Erlangga, berputra: Prabhu Dharmmarāja, Senapati Suryalaga, wanita yang diperistri seorang pembesar wilayah Pulau Bali, dan wanita juga yang diperistri seseorang dari Jawa Timur; (2) Dewi

Suddhīswari dari Sriwijaya, berputra: Sang Wirakusuma dan Wikramajaya; (3) Bhatari Prethiwi, putri Resiguru Dharmmasatyadewa, berputra Bhatara Hyang Purnawijaya. Bhatari Prethiwi, putri Prabhūresi Dharmmasatyadewa 4. SMAN Bungursari Pangeran Cakrabuana alias

Raden Walangsungsang Menurut sumber tradisi, Pangeran Cakrabuana merupakan salah seorang anak Prabu Siliwangi dari istrinya yang bernama Nyai Subanglarang. Ia dikenal juga dengan sebutan Raden Walangsungsang yang setelah ibunya mangkat meninggalkan istana karena dirinya sudah memeluk Islam.

5. SMAN Campaka Raden Kian Santang Menurut sumber tradisi, Raden Kian Santang adalah putra Prabu Siliwangi yang sudah beragama Islam. Tokoh ini sangat legendaris. Dalam Naskah tradisional, Raden Kian Santang, tokoh ini dikenal juga sebagai Sunan Rohmat Suci atau Sunan Godog.

6. SMAN Cibatu Prabu Déwaniskala atau

Ningratkancana Putra Prabhu Niskalawastu Kancana dari istrinya yang bernama Dewi Mayangsari. Memerintah selama 7 tahun menjadi Raja Galuh. Dalam CP, ia bergelar Tohaan di Galuh, sedangkan di dalam piagam Kebantenan Bekasi no. E42a-b, ia bergelar Rahiyang Ningrat Kancana. Adapun dalam prasasti Batutulis Bogor, ditulis bahwa Rahiyang Dewa Niskala ialah yang wafat di Guna Tiga, tetapi Tohaan di Galuh yang tercantum dalam Carita

Parahiyangan itu wafat di Gunung Tiga.


(12)

Prabhu Jayaningrat dan Sang Mantri Brataningrat. Ia mangkat pada waktu berhadapan dengan kesatuan bersenjata Pakungwati Cirebon. Memerintah selama 19 tahun menjadi Raja Wilayah Galuh.

8. SMAN Pasawahan Prabhū Jayaningrat Putra Ningratkancana yang menggantikan kedudukan kakaknya, Prabu Ningratwangi, sebagai raja wilayah di Galuh. Berkuasa selama 27 tahun. 9. SMAN Jatiluhur Maharaja Tarusbhawa Ia digantikan oleh suami cucunya, yaitu Rahiyang Sanjaya atau Maharaja

Harisdharmma Bhimaparakarma Prabhu Maheśwara Sarwwajita Yuddhanipunajaya, yang menjadi raja Sunda dan Galuh

10. SMAN 1 Sukatani Maharaja Harisdharma atau

Rahyang Sanjaya Raja Galuh ini dikenal juga dengan nama Rahyang Sanjaya, putra Sang Senna hasil pernikahannya dengan Dewi Sannaha. Namanya disebut juga dalam Prasasti Canggal (732 Masehi). Menurut Carita Parahyangan, ia menjadi Maharaja Galuh dan Sunda selama 9 tahun. Kedudukannya sebagai Maharaja Galuh dan Sunda, digantikan oleh putranya yang bernama

Rahiyang Tamperan atau Sang Mokteng Rana

11. SMAN 2 Sukatani Prabu Gilingwesi Cucu Sang Manarah, yaitu Raja yang memerintah Kerajaan Galuh selama 80 tahun.

12. SMAN Tegalwaru Prabhū Ratudéwata Putra Prabhu Surawisesa. Ia beristrikan Déwi Sekarkedaton, adik Adhipati Wiratala alias Ratu Sanghyang; keduannya putra Adhipati Surakreta. Ia menjadi Maharaja Kerajaan Pajajaran selama 8 tahun.

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

Keterangan


(13)

13. SMAN Darangdan Sang Prabhūşakti Sang

Mangabatan Menantu Prabhū Ratudéwata yang mangkat di Pangpelangan. Ia menjadi Maharaja Kerajaan Pajajaran selama 8 tahun. 14. SMAN Maniis Pangeran Angkawijaya alias

Pangéran Geusan Ulun Sumedang

Putra sulung Ratu Pucuk Umun dengan Pangeran Santri. Menggantikan kedudukan ibunya sebagai penguasa Kerajaan Sumedanglarang dengan gelar Prabu Geusan Ulun. Dirinya menyatakan sebagai penerus kekuasaan Raja-Raja Sunda setelah mendapat mahkota emas Kerajaan Sunda dari empat orang kandaga lante Kerajaan Sunda, yaitu Sanghiang Hawu (Sayanghawu) atau Jayaperkasa, Batara Dipati Wiradidjaja (Nangganan), Sanghiang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana Terongpeot. Wilayah bekas Kerajaan Sunda kemudian dijadikan sebagai wilayah kekuasaan Prabu Geusan Ulun. Pada masa kekuasaannya, terjadi konflik dengan Cirebon yang mengakibatkan wilayah Sindangkasih menjadi wilayah kekuasaan

Kesultanan Cirebon. Akibat konflik itu, pusat kerajaan pun dipindahkan dari Kutamaya ke Gunung Rengganis yang kemudian dikenal dengan nama Dayeuh Luhur. Prabu Geusan Ulun merupakan raja terakhir dari Kerajaan Sumedanglarang. Ia nikah kepada: (1) Nyai Mas Gedengwaru, berputra Pangeran Dipati Ranggagede; (2) Nyai Mas Ratu Harisbhaya, berputra empat orang: Pangeran Arya Suryadiwangsa, Pangeran Tumenggung Tegalkalong, Raden Rangga Nitinagara, dan Raden Arya Wiraraja Pertama.

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

Keterangan

(Raja-Raja Sunda/Galuh/Tarumanagara)

15. SMAN Sukasari Prabu Haur Koneng Cerita tradisi mengisahkan bahwa ia adalah anak Prabu Pucuk Umum hasil pernikahannya dengan Kembang Tanjung. Prabu Haur Kuning merupakan


(14)

Sareuseupan Agung atau Anggalarang (Pananjung/Cijulang).

16. SMAN Plered Prabu Anggalarang Menurut cerita, ia merupakan anak Prabu Haur Koneng yang mendirikan Kerajaan Pananjung di Pangandaran. Kerajaan Pananjung tidaklah berumur panjang karena hancur diserang oleh bajak laut (bajo atau andar-andar) 17. SMAN Babakan Cikao Maharaja Purnawarman Raja Kerajaan Tarumanagara. Dalam Prasasti Pasir Koleangkak diceritakan

bahwa Paurnawarman seorang raja yang “Gagah, mengagumkan, dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya--yang termasyhur Sri Purnawarman--yang sekali waktu (memerintah) di Taruma dan baju zirahnya yang terkenal (=warman) tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya”.

B. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

Keterangan


(15)

1. SMKN 1 Purwakarta Prabhū Surawişésa Ketika masih berstatus sebagai putra mahkota, Ratu Samiam dikirim oleh ayahnya, Sri Baduga Maharaja, menemui Alfonso de’Albuquerque (Portugis) yang berkuasa di Malaka pada 1512. Dia ke Malaka untuk menjajagi kerja sama Pajajaran – Portugis untuk mempertahakan kerjaan dari ancaman Demak-Cirebon. Pada saat Portugis merealisasikan kerja sama itu, Ratu Samiam telah menjadi Maharaja Pajajaran dengan gelar Prabhū Surawişésa. Ia memerintah Kerajaan Pajajaran selama 14 tahun.

2. SMKN 2 Purwakarta Nyi Subanglarang Salah seorang istri Prabu Siliwangi. Menurut cerita, Nyi Subanglarang merupakan santri Syekh Quro penyebar Islam paling awal di Tatar Sunda. Ia adalah anak Ki Gedeng Tapa, penguasa Kerajaan Singapura, kota pelabuhan di sebelah utara Muarajati Cirebon.

3. SMKN 3 Purwakarta Prabhū Maharaja Linggabhuwana

Dikenal dengan nama Prebuwangi. Ia nikah dengan Dewi Laralisning, putri Prabhu Aryya Kulon, berputra: Dewi Citraresmi alias Dyah Pitaloka dan Niskalawastu Kancana. Memerintah di Kerajaan Sunda-Galuh selama 7 tahun. Ia gugur dalam peristiwa Pasunda-Bubat sehingga dikenal juga dengan julukan Sang Mokteng Bubat.

4. SMKN Plered Nyi Rarasantang Putra Prabu Siliwangi dari pernikahannya dengan Nyi Subanglarang. Ketika menunaikan ibadah haji di Mekkah, ia dinikahi oleh Syarif Abdullah, Sultan Mesir. Dari pernikahannya itu, lahir dua orang anaknya yang bernama Syarif Hidayatullah dan Syarif Arifin. Syarif Hidayatullah kemudian menjadi penyebar Islam di Jawa sekaligus pendiri dan penguasa di Kesultanan Cirebon. Sementara Syarif Arifin menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Sultan Mesir.

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

Keterangan

(Raja-Raja Sunda/Cirebon/Banten/ Sumedanglarang/Talaga)


(16)

bernama Nyi Rarasantang yang dikenal pula dengan sebutan Syarifah Mudaim dan ayahnya yang bernama Syarif Abdullah atau Sultan Mahmud, Sultan Mesir. Tahun 1479 dinobatkan sebagai Tumenggung oleh Pangeran Cakrabuawana yang memerintah Cirebon dari Keraton Pakungwati. Tahun 1482, Syraif Hidayatullah menyatakan bahwa Cirebon berstatus sebagai sebuah kesultanan. Selain itu, ia merupakan penyebar Islam di daerah Banten yang kemudian menikahi putri penguasa Banten Girang dan memiliki anak bernama Hasanudin. Anaknya meneruskan kekuasaannya setelah Syarif Hidayatullah kembali ke Cirebon

6. SMKN Cibatu Maulana Hasanudin Anak Sunan Gunung Jati, penerus Islamisasi Banten. Berhasil mengalahkan Prabu Pucuk Umun dan memindahkan pusat pemerintahan Banten dari Wahanten Girang ke Banten Lama. Di sini kemudian dibangun Keraton Surosowan. Dalam Naskah Sajarah Banten, dipandang sebagai pendiri Kesultanan Banten karena berhasil menjadikan Banten sebagai kerajaan yang mandiri, terlepas dari pengawasan Kesultanan Demak.

7. SMKN 1 Sukatani Maulana Yusuf Anak pertama Maulana Hasanudin, cucu Sultan Trenggono (Demak).

Berhasil menghancurkan Keraton Kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran tahun 1579 dengan bantuan Cirebon. Perekonomian maju karena berhasil

membuka areal persawahan baru dan perdagangan semakin maju.

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

Keterangan


(17)

8. SMKN 2 Sukatani Sultan Ageng Tirtayasa Cucu Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdulkadir. Sultan Ageng Tirtayasa merupakan seorang ahli strategi perang, menaruh perhatian yang besar pada perkembangan pendidikan agama Islam dengan mendatangkan guru-guru agama dari Arab, Aceh, dan daerah lainnya. Salah seorang guru agama tersebut ialah seorang ulama besar dari Makassar, yaitu Syekh Yusuf, yang kemudian dijadikan mufti agung dan menantu Sultan Ageng Tirtayasa. Menolak monopoli VOC dan mengembangkan hubungan dagang dengan negara-negara Eropa sehingga menjadi ancaman serius bagi kepentingan VOC di Nusantara. Meluaskan daerah pengaruh Banten sampai ke Cirebon untuk menahan ekspansi Mataram. Berhasil membawa Kesultanan Banten ke puncak kejayaannya. Menjadi musuh besar VOC yang baru bisa dikalahkan oleh VOC dengan memanfaatkan konflik antara dirinya dengan anaknya, Sultan Haji.

9. SMKN Bungursari Prabu Guru Aji Putih Dipercaya sebagai pendiri Kerajaan Tembong Agung, cikal bakal Kerajaan Sumedanglarang. Kerajaan Tembong Agung berpusat di Leuwihideung, sebuah desa yang kini berada di Kecamatan Darmaraja. Dalam Carita Parahyangan, ia bersaudara dengan Prabu Sri Baduga Maharaja (Raja Sunda yang berkedudukan di Pakuan Pajajaran). Prabu Guru Aji Putih dipercaya sebagai leluhur masyarakat Sumedang dan hingga sekarang makamnya masih digunakan sebagai tempat ziarah baik untuk menyampaikan nazar naupun meminta berkah.

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

Keterangan


(18)

menjadi Prabu Taji Malela. Pusat kerajaan masih Darmaraja. Prabu Taji Malela, selain pendiri Kerajaan Sumedanglarang, juga raja yang

menciptakan ilmu kasumedangan.

11. SMKN Kiarapedes Prabu Lembu Agung Menggantikan kedudukan ayahnya (Prabu Tajimalela) sebagai penguasa Kerajaan Tembong Agung/Sumedanglarang. Akan tetapi, ia meninggalkan tahta kerajaan karena lebih memilih sebagai resi/petapa

12. SMKN Jatiluhur Prabu Gajah Agung Menjadi penguasa Sumedanglarang menggantikan kedudukan kakaknya (Prabu Lembu Agung). Pada masa kekuasaannya, pusat kerajaan

dipindahkan ke Ciguling (sekarang masuk wilayah Desa Pasanggarahan, Kec. Sumedang Selatan).

13. SMKN Tegalwaru Prabu Darmasuci Menurut cerita, ia merupakan keturunan Batara Gunung Picung yang dipandang sebagai pupuh penguasa Talaga. Dalam versi lain, Prabu

Darmasuci merupakan keturunan keenam dari Prabu Darmarehe, anak Raden Purbasari (putri Ciung Wanara) hasil pernikahannya dengan Guruminda (Lutung Kasarung). Jadi, menurut versi ini, Prabu Darmasuci merupakan cucu Ciung Wanara. Prabu Darmasuci dipandang sebagai orang yang

mendirikan padepokan yang menjadi cikal bakal Kerajaan Talaga, salah satu kerajaan wilayah (vasal) Kerajaan Sunda

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

Keterangan


(19)

14. SMKN Maniis Sunan Talagamanggung Anak Kedua Prabu Darmasasuci, Raja Pertama Kerajaan Talaga. Dalam versi lain dikenal dengan nama Prabu Darmasuci II. Kerajaan Talaga mencapai puncak keemasannya karena rakyatnya makmur dan kerajaan aman tenteram. Keratonnya di sekitar Situ Sangiang. Sunan Talagamanggung ngahyang beserta keratonnya karena pengkhianatan Palembanggunung, menantunya.

15. SMKN Darangdan Ratu Simbar Kancana Anak kedua Sunan Talagamanggung. Menggantikan kedudukan suaminya, Palembanggunung, yang menjadi otak pembunuhan ayahnya. Anak pertama Sunan Talagamanggung, Raden Panglurah memilih menjadi petapa daripada menjadi Raja Talaga. Keratonnya terletak di sekitar Walangsuji.

C. SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI

I. KECAMATAN PURWAKARTA


(20)

1. SMPN 1 Purwakarta R.A.Kertabumi V atau R. A. Singaperbangsa IV

Diangkat sebagai Bupati Karawang oleh Sultan Mataram tahun 1633 bersama-sama dengan Aria Wirasaba. Mereka masing-masing

berkedudukan di Waringin Pitu dan Tanjungpura. Pengangkatan ini dipandang sebagai titik awal berdirinya Kabupaten Karawang. Pada awal terbentuknya Kabupaten Karawang, terjadi konflik antara R. A. Kertabumi, Panembahan Karang, dan Aria Wirasaba. Dalam konflik tersebut, Panembahan Karang dan R. A. Kertabumi V terbunuh. Akan tetapi, VOC tidak mengangkat bupati dari keturunan Panembahan Karang maupun Aria Wirasaba, melainkan anak R A. Kertabumi IV. 2. SMPN 2 Purwakarta Raden Anom Wirasuta atau

R.A.A Panatayuda I

Raden Anom Wirasuta diangkat sebagai Bupati Karawang menggantikan kedudukan ayahnya dengan gelar Raden Adipati Panatayuda I dan berkedudukan di Pangkalan. Gelar Panatayuda kemudian dipakai oleh bupati-bupati Karawang berikutnya. 3. SMPN 3 Purwakarta Raden Jayanegara atau R.A.A.

Panatayuda II

Raden Jayanegara diangkat menjadi Bupati Karawang menggantikan kedudukan ayahnya dengan gelar R.A.A. Panatayuda II. Ia menjadi Bupati Karawang selama sepuluh tahun.

4. SMPN 4 Purwakarta Raden Singanegara atau R.A.A.Panatayuda III

Ia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Bupati Karawang dengan gelar R. A. A. Panatayuda III dan memerintah sampai tahun 1752.


(21)

(Kabupaten Karawang/Purwakarta)

5. SMPN 5 Purwakarta R.M.Soleh atau R.A.A.Panatayuda IV

Raden Mas Balon menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Bupati Karawang dengan gelar R. A. A. Panatayuda IV.

6. SMPN 6 Purwakarta Dalem Suro atau

R.A.A.Singosari Panatayuda

Kekuasaan R. A. A. Panatayuda IV di Kabupaten Karawang

berlangsung sampai tahun 1786. Jabatan bupati tidak diberikan kepada anaknya, melainkan diserahkan kepada keponakannya yang bernama Raden Singasari Panatayuda. Ia diberhentikan sebagai Bupati

Karawang karena dipandang kurang cakap dan kemudian diangkat sebagai Bupati Brebes. Kabupaten Karawang langsung berada di bawah kontrol VOC karena sampai kekuasaan pindah ke Pemerintah Hindia Belanda, di Kabupaten Karawang tidak ada yang menjadi Bupati. Pada masa kekuasaan Daendels, hak Bupati Karawang bagi keturunan Singaperbangsa III atau Panatayuda I dicabut.

7. SMPN 7 Purwakarta Raden Adipati Sastradipura Bupati Karawang yang sezaman dengan kekuasaan Raffles. Sebelum menjabat bupati, ia berkedudukan sebagai Cutak Karawang.

8. SMPN 8 Purwakarta Raden Dalem Santri atau Raden Adipati Surianata I

Bupati Karawang yang berasal dari Bogor. Ia memindahkan ibu kota Kabupaten Karawang ke Wanayasa karena dipandang lebih strategis dibandingkan dengan Karawang

9. SMPN 9 Purwakarta R.H.M.Syirod R.A.Suriawinata II atau Raden Dalem Solawat

Jabatan bupati kemudian dipegang oleh Raden Adipati Suriawinata II. Setelah memegang jabatan bupati, ia memindahkan lagi ibu kota Kabupaten Karawang ke Sindangkasih yang sekarang bernama Purwakarta. Perpindahan ini disebabkan oleh keputusan Pemerintah Hindia Belanda untuk menjadikan Wanayasa sebagai daerah khusus


(22)

perkebunan kopi. Selain itu, letak Purwakarta dipandang jauh lebih strategis dibandingkan dengan Wanayasa karena terletak pada jalur utama transportasi Batavia-Priangan. Sejak saat itu, ibu kota

Kabupaten Karawang berada di Purwakarta sampai tahun 1948 (seiring dengan dipindahkan ibu kota Kabupaten Karawang ke kota Subang)

10. SMPN Terbuka 2

Purwakarta

Raden Sastranegara Sebelum menjabat Bupati Karawang, dikenal sebagai R. M. Enoch.

11. SMPN Terpadu 11

Nagrikidul Raden Tumanggung Aria Sastradiningrat I

Bupati Karawang yang menggantikan kedudukan Raden Sastranegara. Ia yang berjasa dalam membangun Masjid Agung Purwakarta,

Pendopo Purwakarta, dan Situ Buled.

12. SMPN Terpadu 12

Ciseureuh Dalem Bintang R.Adikusumah atau R.A.A. Sastradiningrat II

Bupati Karawang yang mendapat pernghargan Bintang van Nassau sehingga dikenal pula dengan sebutan Dalem Bintang.

13. SMPN Satu Atap Terpadu

Nagrikaler Raden Suriakusumah atau R.A.A.Sastradiningrat III

Ia menduduki jabatan bupati menggantikan kedudukan R.A.A. Sastradiningrat II. Jabatan tersebut dijalani selama 25 tahun.

14. SMP Al Islam SWASTA

15. SMP Al Muhajirin SWASTA

16. SMP Ibnu Sina SWASTA

17. SMP Pasundan Purwakarta SWASTA

18. SMP Pgri Purwakarta SWASTA

19. SMP Yos Sudarso SWASTA

20. SMP 2 Al Muhajirin SWASTA


(23)

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Raja-Raja/Istri/Anak Kerajaan Sunda)

KETERANGAN

21. SMPN 1 Babakancikao Dewi Sundhara Istri dari Batara Dhanghyangguru Wişuddha (putra Rakeyan Wuwus dengan Dewi Kirana. Ia memiliki seorang putra bernama Prabu Jayadrata

22. SMPN 2 Babakancikao Prabu Jayadrata Ia anak Batara Dhanghyangguru Wişuddha dan Dewi Sundhara. Ia pun berstatus sebagai kakak ipar Rakeyan Limbur Kencana, putra Rakeyan Kemuning Gading yang takhtanya direbut adiknya, yaitu Rakeyan Jayagiri.

23. SMPN 3 Babakancikao Prabu Harimurti Putra Prabhu Jayadrata

24. SMPN Terbuka 2

Babakancikao

Prabu Yuddhanāgara Ia dikenal juga dengan sebutan Sang Aria Galuh

25. SMPN Terpadu Cilangkap Prabu Linggaşakti Jayawiguna Nikah dengan Dewi Rukmawati berputra Resiguru Dhrammasatya-dewa dan Ratu Galuh, Dewi Sumbadra.

26. SMPN Satu Atap Terpadu

2 Cigelam Dewi Rukmawati Istri Prabu Linggaşakti Jayawiguna

27. SMP Al Barokah SWASTA

28. SMPS Satu Atap Plus Nurulhidayah


(24)

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Raja-Raja/Istri/Anak Kerajaan Sunda)

KETERANGAN

29. SMPN 1 Bungursari Prabu Resiguru Dharmmasatya Berputra Putri Galuh Bhatari Prethiwi, menjadi istri Sri Jayabhūpti, putra Prabhu Sanghyang Ageung.

30. SMPN 2 Bungursari Prabu Aryatunggalningrat

31. SMPN Terpadu

Bungursari

Resiguru Batarahyang Purnawijaya

32. SMPN Satu Atap Terpadu

1 Cibening Batari Hyang Janapati 33. SMPN Satu Atap Terpadu

3 Cikopo

Prabu Dharmmakusuma 34. SMP Tunas Bukit Indah SWASTA


(25)

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Raja-Raja/Istri/Anak Kerajaan Sunda/Kuningan)

KETERANGAN

35. SMPN 1 Campaka Prabuguru Dharmmasiksa Menggantikan kedudukan mertuanya (Demunawan) sebagai raja Saunggalah (Kuningan). Jabatannya itu dilepas seiring dengan penobatan dirinya sebagai Raja Sunda menggantikan ayahnya, Prabu Dharmakusuma.

36. SMPN 2 Campaka Rakéyan Saunggalah Dari Kropak 632 (naskah “Brandes” dari Ciburuy-Garut) dapat diketahui bahwa tokoh Rajaputra tersebut adalah Sang Lumahing Taman atau Prabu Ragasuci putra dari Rakeyan Darmasiksa. Menggantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa Saunggalah setelah ayahnya dinobatkan sebagai Raja Sunda. Ia pun menanggalkan kedudukannya di Saunggalah karena dinobatkan sebagai Raja Sunda. 37. SMPN Terpadu 2 Cimahi Maharaja Citraganda Menggantikan kedudukan Ranghyang Saunggalah setelah ayahnya itu

dinobatkan sebagai raja Sunda dengan gelar Prabu Ragasuci. 38. SMPN Satu Atap Terpadu

Cisaat

Maharaja Linggadéwata Berputra Sri Ratu Uma Lestari.


(26)

39. SMPN 1 Pasawahan Maharaja Ajiguna Linggawisesa Beristrikan Ratu Uma Lestari alias Dewi Santika, berputra beberapa orang. Tiga di antaranya: Prabhu Ragamulya Luhur Prabhawa alias Aki Kolot, Dewi Kirana yang diperistri Prabhu Aryya Kulon, dan Raden Suryadewata alias Sang Mokteng Wanaraja yang menurunkan 40. SMPN 2 Pasawahan Ratu Uma Lestari alias Dewi

Santika

Permaisuri Kerajaan Galuh-Kawali ketika tahta kerajaan dipegang oleh Maharaja Ajiguna Linggawisesa

41. SMPN 3 Pasawahan Maharaja Ragamulya Luhur Prabhawa

Berputra Prabhū Maharaja dan Mangkubhumi Suradhipati alias Sang Mokteng Geger Omas

42. SMPN Satu Atap Terpadu 1 Selaawi

Dewi Laralisning Permaisuri Prabu Linggabhuwana, Maharaja Sunda di Kawali, Ibunda Dyang Pitaloka dan Prabu Niskalawastu Kancana

43. SMPN Satu Atap Terpadu

2 Margasari Dewi Citraresmi alias Dyah Pitaloka

Putri Prabhu Linggabuwana yang menurut cerita gugur dalam peristiwa Pasunda-Bubat

44. SMPN Satu Atap Terpadu 2 Selaawi

Dewi Mayang Galuh alias Déwi Laksmiwati

Istri Mangkubhūmi Suradhipati alias Rahyang Bunisora, adik Prabhū Maharaja, Raja Wilayah Jampang dan menjadi Wali Raja Galuh Pakwan ketika Prabu Niskalawastu Kancana masih berusia anak. Ia memiliki putra empat orang, yaitu Raden Giridewata, Raden

Bratalogawa, Ratu Banawati, dan Dewi Mayangsari yang diperistri Prabu Niskalawastu Kencana

45. SMPN Satu Atap Terpadu

3 Margasari Raden Giridewata alias Ki Gedeng Kasmaya

Putra pertama Mangkubhūmi Suradhipati dan Dewi Mayang Galuh alias Déwi Laksmiwati. Ia menjadi penguasa Cirebon Girang


(27)

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Raja-Raja/Istri/Anak Kerajaan Sunda/Kuningan)

KETERANGAN

46. SMPN 1 Jatiluhur Raden Bratalogawa alias Haji Purwa

Putra kedua Mangkubhūmi Suradhipati dan Dewi Mayang Galuh alias Déwi Laksmiwati.

47. SMPN Satu Atap

Parakanlima Ratu Banawati Putra ketiga Mangkubhūmi Suradhipati dan Dewi Mayang Galuh alias Déwi Laksmiwati. 48. SMPN Terbuka 1 Jatiluhur Dewi Mayangsari Istri Prabu Niskalawastu Kancana, Raja Sunda yang berkedudukan di

Kawali.

49. SMPN Terpadu Cibinong Ratna Sarkati Istri Prabu Niskalawastu Kancana yang kemudian dijadikan sebagai permaisuri Kerajaan Sunda di Kawali. Ia memiliki putra bernama Sang Haliwungan.

50. SMPN Satu Atap Terpadu 3 Cikaobandung

Hariyang Banga alias Raden Kamarasa

Putra Rahiyang Tamperan dengan Dewi Pangrenyep. Ia berputra Rakeyan Medang alias Prabu Hulukujang dari pernikahan dengan Dewi Kencanasari, adik Dewi Kencanawangi; kedua-duanya putri Sang Kretamanggala; putra Tambakwesi, putra Sang Demunawan, seorang Resiguru Saunggaluh, putra Sempakwaja alias Sang Jatmika. 51. SMPN Satu Atap Terpadu

5 Kembangkuning

Dewi Kencanasari Istri Hariyang Banga alias Raden Kamarasa. Ia putri Sang Kretamanggala, cucu Tambakwesi, dan cicit Sang Demunawan


(28)

52. SMPN 1 Sukatani Rakéyan Medang alias Prabhu

Hulu Kujang Putra Hariyang Banga hasil pernikahannya dengan Dewi Kencanasari 53. SMPN 2 Sukatani Rakéyan Diwus alias Prabhu

Pucukbhumi Dharmmeśwara 54. SMPN 3 Sukatani Rakéyan Wuwus alias Prabu

Gajah Kulwan

Nikah dengan Dewi Kirana berputra Bhatara Danghyangguru Wiśuddha dan Dewi Sawitri yang diperistri Rakeyan Windusakti.

55. SMPN 4 Sukatani Dewi Kirana Istri Rakéyan Wuwus alias Prabu Gajah Kulwan.

56. SMPN Satu Atap

Panyindangan Aryakedaton alias Prabu Darmaraksa Sakalabuana

Putra Sang Welengan. Nikah dengan Dewi Widyasari, adik Rakeyan Wuwus, berputra Rakeyan Windusakti.

57. SMPN Satu Atap Pasir Munjul

Dewi Widyasari Istri Aryakedaton alias Prabu Darmaraksa Sakalabuana 58. SMPN Terbuka 2 Sukatani Rakéyan Winduşakti alias Prabu

Dewāgeung Jayengbuana

Nikah dengan Dewi Sawitri, adik Bhatara Danghyangguru Wiśuddha, berputra Rakeyan Kemuning Gading dan Rakeyan Jayagiri .

59. SMPN Terpadu

Malangnengah

Dewi Sawitri Istri Rakéyan Winduşakti alias Prabu Dewāgeung Jayengbuana

60. SMPN Satu Atap

Tajursindang

Rakéyan Kamuning Gading alias Prabu Pucukwesi

Kekuasaannya direbut oleh adiknya yang bernama Rakeyan Jayagiri.


(29)

(Raja-Raja/Istri/Anak Kerajaan Sunda/Kuningan)

61. SMPN Satu Atap Terpadu

1 Cianting Utara Rakéyan Jayagiri alias Prabu Wanayasa Jayabuana

Digantikan oleh menantunya, yaitu Rakeyan Watuageung. 62. SMPN Satu Atap Terpadu

1 Sindanglaya

Dewi Ambawati Anak Rakéyan Jayagiri alias Prabu Wanayasa Jayabuana dan istri Rakéyan Watuageung alias Prabhuresi Ātmaya Dharmmahariwangsa 63. SMPN Satu Atap Terpadu

2 Pasirmunjul

Rakéyan Limburkencana alias Prabu Jayacita

Putra Rakeyan Kemuning Gading. Ia berputra Rakeyan Sunda Sembawa dan Dewi Somya,

64. SMPN Satu Atap Terpadu 3 Sukajaya

Rakéyan Sundasembawa alias Prabu Medanggana

Menggantikan kedudukan ayahnya, Rakéyan Limburkencana alias Prabu Jayacita. Ia digantikan oleh adik iparnya, yaitu Rakeyan Wanagiri.

65. SMPN Satu Atap Terpadu 3 Tajursindang

Rakéyan Wanagiri alias Prabu Wulunggadung

Menantu Rakéyan Limburkencana alias Prabu Jayacita karena ia menikahi putrinya yang bernama Dewi Somya, adik Rahiyang Sunda Sembawa.

66. SMPN Satu Atap Terpadu Cilalawi

Dewi Somya Putri Rakéyan Limburkencana alias Prabu Jayacita, adik Rahiyang Sunda Sembawa.

67. SMPN Satu Atap Terpadu Cipicung

Rakéyan Gendang alias Prabu Brajawiśesa

Nikah dengan Ratna Mangundhari, berputra Prabhū Dewasanghyang dan Dewi Rukmawati yang diperistri oleh Prabhu Galuh Linggasakti Jayawiguna


(30)

68. SMPN 1 Sukasari Ratna Mangundhari Istri Rakéyan Gendang alias Prabu Brajawiśesa, Ibunda Prabhū Dewasanghyang dan Dewi Rukmawati

69. SMPN Satu Atap Parung

Banteng 1 Dewi Wulansari Salah seorang istri Sri Jayabhupati, Maharaja Sunda. Memiliki empat orang putra, yaitu Prabhu Dharmmarāja dan Senapati Suryalaga, serta dua orang perempuan

70. SMPN Terpadu 2

Kutamanah Dewi Sudīswari Salah seorang istri Sri Jayabhupati, Maharaja Sunda. Memiliki dua orang putra, yaitu Sang Wirakusuma dan Wikramajaya 71. SMPN Terpadu 3 Sukasari Batari Pretiwi Salah seorang istri Sri Jayabhupati, Maharaja Sunda. Memiliki seorang

putra, yaitu Bhatara Hyang Purnawijaya. Ia adalah putri Resiguru Dharmmasatyadewa.

72. SMPN Satu Atap 2

Parungbanteng Prabu Langlangbumi

73. SMPN Satu Atap

Kutamanah Rakéyan Jayagri alias Prabu Menak Luhur 74. SMPN Satu Atap Terpadu

1 Sukasari Prabu Aryasantika 75. SMPN Satu Atap Terpadu

2 Ciririp Prabu Bratamanggala


(31)

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Raja-Raja/Istri/Anak Kerajaan Sunda)

KETERANGAN

76. SMPN 1 Tegalwaru Prabu Windujaya 77. SMPN 2 Tegalwaru Prabu Suryanagara

78. SMPN 3 Tegalwaru Dewi Sutirta Istri Prabu Suryanagara

79. SMPN Terbuka 1

Tegalwaru

Prabu Ganapati Putra Prabhu Suryanagara dari Dewi Sutirtha, putri Prabhu Windujaya

80. SMPN Terbuka 2

Tegalwaru

Prabu Aryakulon Putra Prabhu Ghanapati, putra Prabhu Suryanagara dengan Dewi Sutirtha (putri Prabhu Windujaya). Ia nikah dengan Dewi Kirana berputra di antaranya: Dewi Laralisning, dipersteri Prabhu Maharaja Linggabhuwana; Prabhu Palasara, menjadi ratu wilayah Sunda menggantikan ayahnya; dan Prabhu Linggatunggal

81. SMPN Satu Atap Terpadu 1 Cadassari

Prabhū Susuktunggal alias Sang Haliwungan alias Prabhu

Dewatmaka

Menikah dengan Dewi Baramuci Larang berputra di antaranya: Dewi Mayang Sunda, diperistri Sri Baduga Ratudewata; Dipati Kranda, menjadi bupati Sunda Kalapa. Dari istri yang kedua, berputra di antaranya: Sang Wudhubasuraga, menjadi ratu wilayah Tanjung; dan Sang Pulunggana, menjadi ratu wilayah Gunung Batur. Putri Sang Pulunggana, bernama Dewi Nilamsari menjadi ratu wilayah Pagawok karena nikah dengan Adhipati Yasanagara.

82. SMPN Satu Atap Terpadu

1 Pasanggrahan Dewi Kirana Istri Prabu Aryakulon


(32)

1 Warungjeruk Mayangsunda memiliki tiga orang anak, yaitu Prabu Surawisesa sebagai Bupati Sunda Kalapa, Surasowan sebagai Bupati Banten, dan Déwi Surawati 84. SMPN Satu Atap Terpadu

2 Citalang

Surasowan Anak kedua Sri Baduga Maharaja dan Dewi Kentringmanik

Mayangsunda. Ia diangkat oleh ayahnya sebagai Penguasa (Bupati) Banten

85. SMPN Satu Atap Terpadu 2 Pasanggrahan

Dewi Surawati Anak ketiga Sri Baduga Maharaja dan Dewi Kentringmanik Mayangsunda.

86. SMPN Satu Atap Terpadu 2 Tegalsari

Prabhū Ratu Déwatabuana Putra Prabhu Surawisesa. Ia beristrikan Déwi Sekarkedaton, adik Adhipati Wiratala alias Ratu Sanghyang; keduannya putra Adhipati Surakreta

87. SMPN Satu Atap Terpadu

Galumpit Déwi Sekarkedaton Istri Prabhū Ratu Déwatabuana

88. SMPN Satu Atap Terpadu

Cadasmekar Ratu Mayangkuning Bersaudara dengan Dalem Dungkut dan Ratu Selawati; putra Prabhu Langlangbhuwana. Ia diperistri oleh Raden Suralaya atau Ranggamantri, Raja Wilayah Maja, berputra: Raden Jayareksa, Ratu Sélawati, dan Rradén Bratawiyana.

89. SMPIT BABUSSALAM SWASTA


(33)

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Raja-Raja Kuningan/Talaga)

KETERANGAN

90. SMPN 1 Plered Ratu Mayangsari Diperistri oleh Sunan Parung

91. SMPN 2 Plered Raden Jayareksa atau Ki Gedéng Luragung

Putra Ratu Mayangkuning dengan Raden Suralaya. Ia nikah dengan Nyai Ageng Larasati, berputra Radén Suranggajaya

92. SMPN Terbuka 1 Plered Radén Suranggajaya atau Adhipati Kuningan

Berdasarkan sumber tradisi yang berkembang di kalangan masyarakat Cirebon dan Kuningan, Adipati Kuningan merupakan pejabat

pemerintahan yang ditugasi oleh Sunan Gunung Jadi menjalankan roda pemerintah di Kuningan. Ia nikah dengan Ratu Kencanawati, putri Ratu Sélawati, berputra Raden Kusumajaya.

93. SMPN Terpadu 1

Linggarsari

Dalem Dungkut Putra Prabu Langlangbuana, saudara kandung Ratu Mayangkuning dan Ratu Sélawati. Ia menjadi Raja Wilayah Kawali

94. SMPN Terpadu 2

Pamoyanan Pangéran Bangset Putra Dalem Dungkut, cucu Prabhu Langlangbuana 95. SMPN Satu Atap Rawasari Raden Kusumajaya atau Geusan

Ulun Kuningan

Salah seorang anak Adipati Kuningan yang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa Kuningan.

96. SMPN Satu Atap Terpadu

1 Sindangsari Ratu Sélawati Diperistri oleh Syekh Aripin, berputra Ratu Kencanawati atau Nyai Ageng Kuningan.


(34)

98. SMPN Satu Atap Terpadu Liunggunung

Raden Suryadewata Menjadi Raja Wilayah Talaga, berputra antara lain: Dewi Mayang Galuh dan Raden Suddhayaşa.

XI. KECAMATAN PONDOKSALAM

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Raja-Raja Talaga)

KETERANGAN

99. SMPN 1 Pondoksalam Batara Gunung Picung Merupakan titik pangkal silsilah Kerajaan Talaga berdasarkan tradisi lisan yang berkembang di kalangan masyarakat Talaga

100. SMPN 2 Pondoksalam Sunan Cungkilak Anak Batara Gunung Picung

101. SMPN Satu Bungurjaya Bagawan Garasiang Anak Pertama Prabu Darmasuci, menjadi pertapa. Memiliki seorang putri bernama Ratu Mayangkaruna yang menikah dengan Prabu Guru Gantangan (anak Prabu Siliwangi) yang dikaruniai seorang bernama Raden Ranggamantri (Prabu Pucuk Umun)

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Raja-Raja Talaga)

KETERANGAN


(35)

2 Pondokbungur menjadi Raja Talaga menggantikan kedudukan ayahnya. Akan tetapi, ia menolak dan memilih menjadi petapa.

103. SMPN Satu Atap Terpadu 2 Sukajadi

Sunan Parung Kedudukannya sebagai Raja Talaga bersamaan waktunya dengan terjadinya pergolakan politik di Pakuan Pajajaran sebagai pusat Kerajaan Sunda.

104. SMPN Satu Atap Terpadu

Galudra Ratu Sunyalarang (Ratu Parung Sunyalarang)

Menikah dengan Raden Ranggamantri dari Pakuan Pajajaran. Pada saat itu, Islam mulai masuk ke Talaga dan Raden Ranggamantri menjadi pemeluk Islam pertama. Oleh karena itu, diberi gelar Ratu Pucuk Umun Talaga. Dengan memeluk Islam, Sunan Gunung Jati (penguasa Cirebon) tetap memercayakan kekuasaan atas Talaga di tangan Ratu Sunyalarang yang dibantu oleh suaminya.

XII. KECAMATAN WANAYASA

No.

Nama Sekolah

Nama Bupati

(Raja-Raja Talaga)

KETERANGAN

105. SMPN 1 Wanayasa Aria Kikis (Sunan Wanaperih) Anak kedua Ratu Sunyalarang. Pada masa ini, keraton dipindahkan ke daerah Talaga sekarang karena Walangsuji dipandang sudah tidak layak sebagai pusat kekuasaan Kerajaan Talaga.

No.

Nama Sekolah

Nama Bupati

(Raja-Raja Talaga)

KETERANGAN


(36)

Kerajaan Talaga berada di bawah pengaruh Mataram 107. SMPN Terpadu 1 Babakan Pangeran Surawijaya (Sunan

Ciburuy)

Pada masa ini, Kerajaan Talaga berada di bawah pengaruh Kerajaan Mataram karena Pangeran Surawijaya menikah dengan Ratu Raja Kartaningrat, saudara kandung Sultan Sepuh dari Kasepuhan Cirebon. Oleh karena Cirebon berada di bawah pengaruh politik Mataram, maka Talaga secara otomatis berada di pengaruhnya akibat pernikahan itu. Kondisi ini diperlihatkan pula dengan tradisi tugur ke Mataram sebagai bukti Talaga tunduk atas kekuasaan Mataram. Kondisi inilah yang membuat Aria Saringsingan (Senapati Nagara Dalem Kerajaan Talaga) membuat keonaran.

108. SMPN Satu Atap Ciawi Pangeran Aria Ageung (Talaga Kulon)

Sepeninggal Sunan Ciburuy, Kerajaan Talaga dibagi dua yakni Talaga Kulon dan Talaga Wetan. Pembagian ini untuk menghindari konflik di antara kedua putra Sunan Ciburuy. Pangeran Arianatadilaga berperan penting dalam peristiwa ini sehingga masyarakat Talaga menyebutnya dengan panggilan Sunan Maro. Secara resmi, Talaga sudah berada di bawah kekuasaan VOC, tetapi secara kultural masih sebagai kerajaan vasal Cirebon.

109. SMPN Satu Atap Terpadu 1 Wanasari

Pangeran Aria Rayi (Talaga Wetan)

110. SMPN Satu Atap Terpadu Nagrog

Pangeran Adipati Sacanata I (Talaga Kidul)

Oleh VOC, wilayah Talaga dibagi menjadi empat wilayah kekuasaan setingkat kabupaten. Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik di antara pewaris/keturunan Pangeran Surawijaya. Selama masa di bawah kekuasaan VOC, keempat kabupaten ini dijadikan sebagai salah satu wilayah produksi kopi meskipun produksinya tidak sebesar daerah lain, terutama di daerah Priangan.

111. SMPN Satu Atap Terpadu

Raharja Pangeran Kertanegara (Talaga Wetan), 112. SMPN Satu Atap Terpadu


(37)

XIII. KECAMATAN KIARAPEDES

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Raja-Raja Talaga/Kawali/Sumedanglarang)

KETERANGAN

113. SMPN 1 Kiarapedes Pangeran Sacadilaga I (Talaga Kaler)

Oleh VOC, wilayah Talaga dibagi menjadi empat wilayah kekuasaan setingkat kabupaten. Salah satunya adalah Talaga Kaler.

114. SMPN 2 Kiarapedes Raden Apun alias Mahadi Kusumah

Putra Pangeran Bangset, Penguasa Kawali. Ia berputra Pangéran Adhidampal.

115. SMPN Satu Atap

Margaluyu

Pangeran Adhidampal Menguasai Kawali menggantikan ayahnya. Ia berputra Dipati Singhacala.

116. SMPN Terbuka 1

Kiarapedes

Raden Wirajaya alias Sunan Pagulingan

Putra Prabu Gajah Agung, Raja Sumedanglarang. Ia dikenal juga dengan sebutan Sunan Pagulingan. Berputra Nyai Ratu Ratnasih dan Raden Mertalaya

117. SMPN Terpadu 2

Mekarjaya

Nyai Ratu Ratnasih alias Nyai Raden Rājamantri

Anak pertama Sunan Pagulingan yang dinikahi oleh Raja Galuh, Prabhū Déwaniskala ayahanda Rajasunu Pamanahrasa alias Jayadewata alisa Sri baduga Maharaja

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Raja-Raja Talaga/Kawali/Sumedanglarang)

KETERANGAN

118. SMPN Satu Atap Terpadu

2 Cibeber Raden Mertalaya alias Sunan Guling

Anak kedua Prabu Gajah Agung. Ia menjadi raja Sumedanglarang karena kakaknya yang bernama Ratu Istri Rajamantri menikah dengan Prabu Surawisesa (Raja Sunda di Pakuan Pajajaran). Ia memiliki putra


(38)

2 Kiarapedes Sunan Tuwakan Kerajaan Sumedanglarang). Ia berputra Nyai Mas Ratu Shintawati 120. SMPN Satu Atap Terpadu

3 Pusakamulya

Nyai Mas Ratu Shintawati alias Nyai Mas Patuwakan

Wanita pertama yang menjadi penguasa di Kerajaan Sumdeanglarang. Naik tahta menggantikan kedudukan ayahnya (Sunan Tuakan). Nyi Mas Ratu Patuakan menikah dengan Sunan Corendra, salah seorang cucu Prabu Siliwangi. Ia diperistri oleh Radén Sukawiyana alias Sunan Corenda alia Sunan Parung, berputra Nyai Ratu Satyasih

121. SMPN Satu Atap Terpadu

Sumbersari Nyai Ratu Satyasih alias Nyai Mas Pucuk Umum Sumedang

Tahta Kerajaan Sumedanglarang kemudian digantikan oleh Nyi Mas Ratu Dewi Inten Dewata. Memindahkan pusat kerajaan ke Kutamaya yang diperkirakan terjadi pada 1530. Setelah menjadi penguasa Sumedanglarang, namanya berganti menjadi Ratu Pucuk Umun. Ia menikah dengan Pangeran Santri dari Cirebon.

XIV. KECAMATAN CIBATU

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Wedana Bupati Sumedanglarang)

KETERANGAN


(39)

yang berasal dari Cirebon. Ia merupakan cicit Sunan Gunung Jati. Oleh masyarakat Sumedang, Pangeran Santri dipandang sebagai penyebar Islam di wilayah Sumedanglarang Pada masa kekuasaannya, Kerajaan Sunda (kerajaan induk Sumedanglarang) runtuh akibat serangan Kesultanan Banten di bawah pimpinan Maulana Yusuf. Peristiwa itu terjadi tahun 1579. Ia diperistri Pangeran Santri berputra Pangeran Angkawijaya.

123. SMPN 2 Cibatu Ratu Harisbaya Istri Prabu Geusan Ulun yang memiliki empat orang putra, yaitu Pangeran Arya Suryadiwangsa, Pangeran Tumenggung Tegalkalong, Raden Rangga Nitinagara, dan Raden Arya Wiraraja Pertama

124. SMPN Satu Atap

Ciparungsari

Pangeran Suriadiwangsa / Pangeran Dipati Rangga Gempol Kusumadinata atatu Rangga Gempol I

Menjadi penguasa Sumedanglarang menggantikan kedudukan ayah Tigrinya, Prabu Geusan Ulun dari tahun 1601 - 1625. Namun demikian, wilayah kekuasaannya tidak seluas semasa ayah Tigrinya berkuasa karena Sumedanglarang dibagi dua. Pertama, wilayah kekuasaan Pangeran Suriadiwangsa yang berpusat di Tegal Kalong; dan kedua, wilayah kekuasaan Pangeran Rangga Gede yang berpusat di Dayeuh Luhur. Pangeran Suriadiwangsa kemudian menyatakan diri tunduk sebagai bawahan Kerajaan Mataram dan Sultan Agung

mengangkatnya sebagai Wedana Bupati Mataram dengan gelar Pangeran Dipati Rangga Gempol Kusumadinata (Rangga Gempol I). Peristiwa itu menandakan sebagai akhir dari eksistensi Kerajaan

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Wedana Bupati Sumedanglarang)

KETERANGAN

Sumedanglarang dan wilayahnya kemudian dinamai Priangan. Mendapat tugas dari Sultan Mataram untuk menaklukan Sampang, Madura. Setelah selesai, Rangga Gempol I menetap di Mataram atas


(40)

125. SMPN Satu Atap Terpadu 1 Cirangkong

Pangeran Rangga Gede Menjadi penguasa Sumedang setelah Rangga Gempol I menjalankan tugas untuk menaklukan Sampang. Ia pun berkedudukan sebagai wedana bupati yang berkuasa tahun 1625 – 1633. Di bawah

kekuasaanya, wilayah Kabupaten Sumedang disatukan kembali. Pada masa pemerintahannya, terjadi konflik yang digerakkan oleh Raden Suriadiwangsa (putra Rangga Gempol I) yang merasa memiliki hak atas kedudukan sebagai wedana bupati Mataram di Sumedang. Konflik itu melibatkan Kesultanan Banten karena atas inisiatif Raden

Suriadiwangsa. Konflik itu mengakibatkan penahanan Rangga Gede oleh Sultan Mataram karena dianggap tidak mampu mengendalikan pemerintahan di Sumedang.

126. SMPN Satu Atap Terpadu Cipancur

Raden Bagus Weruh (Pangeran Dipati Rangga Gempol

Kusumadinata II (Rangga Gempol II

Menggantikan kedudukan ayahnya (Pangeran Rangga Gede) sebagai Bupati Sumedang yang berkuasa dari 1633 – 1656. Pada masa kekuasaannya, Sultan Agung memecah wilayah bekas Kerajaan Sumedanglarang (di luar Kabupaten Sumedang) menjadi tiga kabupaten, yaitu Bandung, Parakanmuncang, dan Sukapura.

Kedudukannya sebagai Wedana Bupati Priangan pun dicipot seiring dengan penghapusan jabatan itu oleh Sunan Amangkurat I (pengganti

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Wedana Bupati Sumedanglarang)

KETERANGAN

Sultan Agung). Dengan demikian, kedudukan Rangga Gempol II menjadi sejajar dengan bupati-bupati lainnya yang ada di wilayah


(41)

bekas Kerajaan Sumedanglarang. Kecewa dengan

perubahan-perubahan politik itu, Rangga Gempol II mengundurkan diri sebagai Bupati Sumedang dan menunjuk anaknya Pangeran Panembahan Kusumadinata sebagai penggantinya.

XV. KECAMATAN BOJONG

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Wedana Bupati Tatar Ukur/Sultan Banten)

KETERANGAN

127. SMPN 1 Bojong Dipati Ukur Bupati Tatar Ukur yang diangkat oleh Sultan Agung sebagai Wedana Bupati Priangan dengan tugas utama menaklukan VOC di Batavia. Dipati Ukur tidak berhasil menaklukan Batavia. Sadar bahwa dirinya akan mendapat hukuman, Dipati Uku melakukan perlawanan agar wilayah Priangan terbebas dari pengaruh kekuasaan Mataram. Menurut versi Babad Sumedang, perlawanan Dipati Ukur itu berhasil

dipadamkan atas bantuan Pangeran Rangga Gede. Oleh karena itu, Sultan Agung memulihkan kedudukannya sebagai Bupati Sumedang sekaligus Wedana Bupati Priangan.

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Wedana Bupati Tatar Ukur/Sultan Banten)

KETERANGAN


(42)

kehidupan keagamaan sehingga banyak menulis naskah tentang agama Islam dan membangun prasarana peribadatan. Wafat dalam peperangan di Sungai Musi dengan Palembang karena membantu Pangeran Mas yang berambisi menduduki tahta Kerajaan Palembang. Oleh karena itu, dikenal juga dengan panggilan Pangeran Seda ing Palembang. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1580 – 1596

129. SMPN 3 Bojong Mufakhir Mahmud Abdulkadir (Sultan Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir-Kenari)

Ketika Maulana Muhammad wafat, usia anaknya baru 5 bulan sehingga diangkatlah seorang Mangkubumi yang bernama Pangeran Jayanagara. Akan tetapi dipecat karena berperilaku buruk. Jabatan Mangkubumi dihapus untuk menghindari konflik di keraton. Kedudukan Wali Sultan kemudian digantikan oleh Nyai Gede Wanagiri, Ibunda Sultan. Namun, setelah menikah lagi, Kesultanan Banten dilanda berbagai konflik karena ayah tiri Sultan tidak memiliki kewibawaan. Setelah usianya dianggap cukup dewasa, tahta Kesultanan Banten diserahkan sepenuhnya kepada Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdulkadir, seorang penguasa yang arif bijaksana, berhasil memajukan perekonomian Banten, dan berhasil menjalin hubungan

diplomatik dengan negara-negara Islam, serta menolak monopoli VOC atas perdagangan di Banten. Dia lah penguasa Banten pertama yang secara resmi menyandang gelar “Sultan” (hadiah dari penguasa Arab di Mekkah tahun 1636). Ia berkuasa di Banten tahun 1596 – 1651

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Wedana Bupati Tatar Ukur/Sultan Banten)

KETERANGAN

130. SMPN Terbuka 1 Bojong Sultan Abu’l Fadhl Muhammad Yahya

Anak pertama Sultan Haji yang memiliki sifat berbeda dengan ayahnya. Ia membenci VOC dan berusaha membangun kembali


(43)

Kesultanan Banten. Tiga tahun masa pemerintahannya karena Sultan wafat. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1687 – 1690

131. SMPN Terpadu Cileunca Pangeran Adipati (Sultan Abu’l Mahasin Muhammad Zainul Abidin)

Adik kandung Sultan Abu’l Fadhl Muhammad Yahya. Ia menjadi Sultan Banten karena kakaknya tidak memiliki putra, Pangeran Adipati merupakan Sultan Banten pertama yang menggunakan panggilan Kang Sinuhun ing Nagari Banten yang menjadi gelar sultan-sultan Banten berikutnya. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1690 – 1733 132. SMPN Satu Atap Terpadu

2 Cibingbin

Sultan Abulfathi Muhammad Shifa Zainul Arifin

Anak kedua Sultan Abu’l Mahasin Muhammad Zainul Abidin. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Banten dilanda berbagai peristiwa perlawanan rakyat terhadap VOC. Pengaruh VOC sudah sangat mendalam dalam birokrasi Kesultanan Banten karena ketidakberdaya-an sultketidakberdaya-an terhadap pengaruh permaisurinya yketidakberdaya-ang ambisius, Ratu Syarifah Fatimah. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1733 – 1750

XVI. KECAMATAN DARANGDAN


(44)

134. SMPN 2 Darangdan Sultan Muhammad Arif Zainul Asyikin

Menjadi Sultan Banten menggantikan kedudukan ayahnya, Pangeran Gusti. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1753 – 1773

135. SMPN 3 Darangdan Sultan Abdulmufakir Muhammad Aliudin

Sultan Banten ini turun tahta tahun 1799, bersamaan dengan dibubarkannya VOC. Ia tidak memiliki putra sehingga tahta

Kesultanan Banten diteruskan oleh adiknya yang bernama Pangeran Muhyidin. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1773 – 1799 136. SMPN 4 Darangdan Sultan Muhyiddin

Zainussholihin

Adik Sultan Abdulmufakir Muhammad Aliudin yang diangkat menjadi Sultan Banten. Ia hanya dua tahun menjadi Sultan Banten karena terbunuh akibat konflik dengan Tubagus Alit, putra Sultan Abdulmufakir Muhammad Aliudin dari selirnya. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1799 – 1801

137. SMPN 5 Darangdan Fadillah Khan Meskipun berstatus sebagai penguasa Cirebon, namun diberi gelar apapun, baik Susuhunan, Pangeran, maupun Panembahan. Ia hanya disebut Wong Agung Pase atau Ratu Bagus Pase, yang berarti orang besar dari Pasai. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1568 – 1570

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Sultan Banten, Sultan Cirebon, & Raja/Bupati Galuh)

KETERANGAN

138. SMPN 6 Darangdan Pangeran Emas (Panembahan Ratu I)

Ia merupakan putra tertua Pangeran Dipati Carbon, cucu Pangeran Pasarean, atau cicit Sunan Gunung Jati. Ketika Pangeran emas


(45)

menduduki tahta Kerajaan Cirebon, tidak ada masalah apapun. Suksesi berjalan mulus, meskipun dari segia usia masih relatif muda. Hal ini dimungkinkan karena pada saat itu situasi di Cirebon cukup kondusif, Kerajaan Sunda sudah bukan merupakan ancaman lagi bagi eksistensi Cirebon. Dengan Kerajaan Pajang terjalin hubungan yang sangat erat. Demikian pula dengan Banten, Banten masih tetap konsisten

memandang Cirebon sebagai sumber pertama eksistensi

kesultanannya. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1570 – 1649 139. SMPN Terpadu 1 Sawit Pangeran Rasmi atau Pangeran

Karim (Panembahan Ratu II)

Cucu Panembahan Ratu I dari putranya yang bernama Panembahan Adiningkusumah yang meninggal terlebih dahulu. Pengaruh Mataram mulai masuk seiring dengan perkawinannya dengan putri Sunan Amangkurat I. Ia diminta untuk membujuk Banten agar mau bergabung atau mengakui kekuasaan Mataram, tetapi gagal. Pada 1622, Panembahan Ratu II berangkat ke Mataram, diiringi oleh putranya Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya, atas perintah Sunan Amangkurat I. Sesampainya di Mataram, Sunan Amangkurat I menahannya meskipun statusnya sebagai penguasa Cirebon tetap diakui. Panembahan Ratu II meninggal di Mataram dan kemudian dikenal dengan sebutan Panembahan Girilaya. Ia

memerintah Kesultan Banten tahun 1649 – 1662/1677

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Sultan Banten, Sultan Cirebon, & Raja/Bupati Galuh)

KETERANGAN


(46)

141. SMPN Satu Atap Terpadu 1 Cilingga

Pangeran Kartawijaya (Sultan Anom Abil Makarimi

Muhammad Badrudin)

Sultan pertama dari Kesultanan Kanoman. Ia merupakan anak kedua dari Panembahan Ratu II sehingga diangkat sebagai Sultan Anom I oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1677 – 1723

142. SMPN Satu Atap Terpadu 2 Cilingga

Pangeran Wangsakerta Penguasa Cirebon sementara karena Panembahan Ratu II beserta kedua putranya (Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya) ditahan oleh Sunan Amangkurat I di Mataram. Memanfaatkan pemberontakan Trunojoyo dan atas bantuan Sultan Ageng Tirtayasa (Banten),

Pangeran Wangsakerta berhasil membebaskan kedua putra anembahan Ratu II. Sesampainya di Cirebon, Sultan Ageng Tirtaya membagi wilayah Kesultanan Cirebon dan mengangkat kedua putra Panembahan Ratu II itu masing-masing sebagai Sultan Sepuh dan Sultan Anom. Pangeran Wangsakerta diangkat sebagai Panembahan Cirebon, tanpa wilayah kekuasaan dan keraton formal. Ia memerintah Kesultan Banten tahun 1662 – 1677

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

(Sultan Banten, Sultan Cirebon, & Raja/Bupati Galuh)

KETERANGAN

143. SMPN Satu Atap Terpadu 2 Neglasari

Maharaja Cipta Sanghyang Di Galuh

Putra Prabu Haur Kuning Yang Menggantikan Kedudukannya Sebagai Raja Galuh. Pada Masa Kekuasaannya, Kerajaan Galuh Menjadi


(47)

Kerajaan Merdeka Seiring Dengan Runtuhnya Kerajaan Sunda. Galuh Tidak Diklaim Sebagai Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang. Pada Masa Ini, Islam Mulai Masuk Ke Wilayah Galuh, Tetapi Belum Menyentuh Birokrasi. Maharaja Cipta Sanghyang Di Galuh Menolak Memeluk Islam Dan Menjadi Raja Galuh Terakhir Yang Menganut Hindu

144. SMPN Satu Atap Terpadu

2 Pasir Angin Maharaja Sanghyang Cipta Permana Sebelum Menjadi Raja, Ia Bernama Ujang Ngekel. Masuk Islam Karena Ingin Menikahi Tanduran Di Ajun, Putri Pangeran Mahadikusumah (Maharaja Kawali) Seorang Ulama Penyebar Islam Di Wilayah Galuh. Setelah Masuk Islam, Ia Diangkat Menjadi Penguasa Galuh Di Gara Tengah Menggantikan Kedudukan Ayahnya (Maharaja Cipta Sanghyang Di Galuh) Dengan Gelar Prabu Cipta Permana. Pada Masa Kekuasaannya, Galuh Bukan Lagi Sebagai Kerajaan Merdeka Karena Telah Berada Di Bawah Pengaruh

(Kekuasaan) Mataram, Tetapi Status Penguasanya Masih Diakui Oleh Mataram Setara Dengan Raja Dan Memerintah Belum Atas Nama Raja Mataram

145. SMPN Satu Atap Terpadu 3 Pasir Angin

Pangeran Mahadikusumah Atau Maharaja Kawali

Penguasa Kawali Pada Masa Awal Penyebaran Islam Di Tatar Galuh. Ia Seorang Ulama Yang Mendapat Tugas Dari Sunan Gunung Jati Untuk Menyebarkan Islam Di Galuh. Ia Merupakan Mertua Dari Dari Maharaja Sanghyang Cipta Permana Atau Prabu Di Galuh.

No.

Nama Sekolah

Nama Raja

KETERANGAN

(Sultan Banten, Sultan Cirebon, & Raja/Bupati Galuh)


(48)

Singaperbangsa I (Penguasa Galuh Kertabumi) Terkait Dengan Rencana Penyerangan Ke Batavia Atas Perintah Sultan Mataram. Ia Sependapat Dengan Dipati Ukur Bahwa Penyerangan Ke Batavia Harus Secepatnya Dilakukan Agar Pengaruh VOC Dapat Segera Dibendung. Pandangan Itu Berbda Dengan Adipati Kertabumi II Sehingga Melahirkan Konflik Di Antara Mereka Yang Berujung Pada Terbunuhnya Adipati Panaekan Oleh Adipati Kertabumi II

147. SMPN Satu Atap Terpadu 3 Nangewer

Rangga Permana Atau Prabu Dimuntur

Anak Prabu Geusan Ulun, Penguasa Kerajaan Sumedanglarang Yang Diberi Kekuasaan Di Galuh Kertabumi Setelah Menikah Dengan Tanduran Agung (Anak Tertua Maharaja Sanghyang Cipta Di Galuh) 148. SMPN Satu Atap Terpadu

Sirnamanah

Sanghyang Permana Anak bungsu Maharaja Sanghyang Cipta di Galuh yang diberi kekuasaan atas wilayah Kawasen (sekitar Banjarsari sekarang)

XVII. KECAMATAN MANIIS


(49)

(Bupati Cianjur)

149. SMPN 1 Maniis Dalem Aria Wangsagoparana Aria Wangsagoparana merupakan anak keenam dari Sunan Wanaperih atau Aria Kikis. Ia meninggalkan keraton Talaga setelah menikahi puteri penguasa Sagalaherang, Subang. Ia meninggalkan Talaga karena berselih paham dengan orang tuanya yang tidak setuju dirinya

mendalami Islam.

150. SMPN 2 Maniis Aria Wiratanu (Dalem Cikundul) Aria Wiratanu merupakan anak Dalem Aria Wangsagoparana hasil pernikahannya dengan puteri penguasa Sagaherang. Namanya adalah Raden Jayasasana yang menjadi dalem (penguasa) di daerah Cikundul. Oleh karena itu, ia pun dikenal dengan sebutan Dalem Cikundul. Ia memerintah Cianjur tahun 1677 – 1691

151. SMPN Satu Atap

Sukamukti

Ngabehi Wiratanu (Aria Wiratanudatar II

Anak Aria Witanudatar (Dalem Cikundul) hasil pernikahannya dengan puteri dari Banten. Ia kemudian menjadi penguasa di Cianjur lama dan mendapat pengakuan sebagai bupati dari VOC. Ia memerintah Cianjur tahun 1691 – 1707

152. SMPN Terbuka 1 Maniis Pangeran Asramenggala (Aria Wiratanudatar III / Dalem Dicondre)

Dipandang oleh masyarakat Cianjur sebagai pendiri Kota Cianjur karena dialah yang memindahkan pusat pemerintahan Kabupaten Cianjur dari Ciranjang ke Cianjur. Bupati pertama yang mampu menghasilkan kopi dan mendapat hadiah dari VOC berupa wilayah kekuasaan di Selatan Cianjur. Oleh Otto van Reis, Wira Tanudatar III disebut dengan istilah Penjual Besar Kopi yang Terkenal ‘bekende grooten koffij leverancier’. Ia memerintah Cianjur tahun 1707 – 1726


(50)

1 Tegaldatar Wiratanudatar IV) diamsukkannya wilayah Cibalagung (1748) dan Cikalong (1752) ke dalam wilayah Kabupaten Cianjur. Ia memerintah Cianjur tahun 1726 – 1761

154. SMPN Satu Atap Terpadu 2 Gunungkarung

R. Wiranegara (R. Adipati Wiratanudatar V)

Memiliki perhatian besar terhadap seni budaya yang ditandai dengan berkembangnya pantun yang kelak menjadi titik tolak seni mamaos. Ia memerintah Cianjur tahun 1761 – 1776

155. SMPN Satu Atap Terpadu

2 Sukamukti R. Adipati Wiratanudatar VI (Dalem Enoh)

Memiliki hobi yang sama dengan ayahnya, di bidang seni budaya. Pada masa pemerintahannya, seni pantun berkembang dengan baik dan pondasi bagi penciptaan seni mamaos mulai terbentuk. Ia memerintah Cianjur tahun 1776 – 1813

156. SMPN Satu Atap Terpadu 3 Citamiang

R. Adipati Prawiraredja I (Dalem Kaum)

Bupati Cianjur yang memiliki perhatian besar terhadap seni budaya, khususnya pencak silat. Ia pun memiliki perhatian besar terhadap perkembangan Islam sehingga banyak berdiri pesantren atau pusat-pusat kajian Islam. Ia memerintah Cianjur tahun 1813 – 1833 157. SMPN Satu Atap Terpadu

Pasirjambu R. Tumenggung Wiranegara (Dalem Tonggoh)

Menjadi Bupati Cianjur menggantikan ayahnya, R. Adipati Prawiradiredja I. Sebelum menjadi bupati, ia dikenal dengan nama Aom Kancra dan berubah nama menjadi Raden Wiranegara. Ia tidak lama menjabat sebagai Bupati Cianjur karena kegemarannya berburu ikan tanpa mempedulikan keadaan sekitarnya. Oleh karena itu, Pemerintah Hindia Belanda

memberhentikan dirinya dan diganti oleh Raden Wiradiredja, Patih Cianjur, yang tiada lain Aom Hasan (nama kecil Dalem Pancaniti). Ia memerintah Cianjur tahun 1833 – 1834


(51)

I. KECAMATAN PURWAKARTA

No.

Nama Sekolah

Nama Raja – Permaisuri

(Kerajaan Galuh - Sunda)

Keterangan

1. SDN 1 Nagri Kidul Sang Wretikandayun alias Prabhu Suradharmma

Menurut Carita Parahyangan, ia memerintah selama 49 tahun, sebagai raja wilayah Tarumanāgara dan selama 32 tahun menjadi Raja Galuh 2. SDN 2 Nagri Kidul Sang Sénna alias Prabhu

Bratasennawa

Menurut Carita Parahyangan, ia memerintah selama 7 tahun menjadi Raja Galuh

3. SDN 3 Nagri Kidul Dewi Sannaha Dalam Carita Parahyangan diceritakan bahwa ia berstatus sebagai istri Sang Sena, Ibunda Rahyang Sanjaya

4. SDN 4 Nagri Kidul Permandi Kusumah alias Ki Hajar Sukharesi

Menurut Carita Parahyangan, ia memerintah selama 9 tahun menjadi Raja Wilayah Galuh. Ia merupakan cucu Prabhu Purbasura

5. SDN 5 Nagri Kidul Sang Tampéran alias Prabu Barmawijaya

Menurut Carita Parahyangan, ia memerintah selama 7 tahun menjadi Maharaja Galuh dan Sunda

6. SDN 6 Nagri Kidul Manarah alias Ciung Wanara alias Surottama alias Prabhu Jayaprakosa Mandaleswara Sakalabhuwana

Menurut Carita Parahyangan, ia memerintah selama 80 tahun menjadi Raja Galuh. Ia menikah dengan Dewi Kencanawangi, putri Sang Kretamanggala, berputra Dewi Puspasari alias Dewi Purbasari dari pernikah dengan Dewi Kencanawangi, putri Sang Kretamanggala


(52)

7. SDN 7 Nagri Kidul Manisri alias Guruminda alias Prabu Lutung Kasarung alias Prabhū Dharmmaśakti Wirajayeswara

Menurut Carita Parahyangan, ia memerintah selama 60 tahun menjadi Raja Galuh, berputra di antaranya Rahiyang Hujung Kulwan dan Sang Tariwulan dari pernikahannya dengan Dewi Puspasari alias Dewi Purbasari. Adapun Rahiyang Hujung Kulwan alias Prabu Gilingwesi beristrikan Dewi Samata, putri raja Sunda, Prabu Hulukujang atau Rakeyan Medang

8. SDN 8 Nagri Kidul Dewi Puspasari alias Dewi Purbasari

Permaisuri Kerajaan Galuh ketika tahta kerajaan dipegang oleh Manisri alias Guruminda alias Prabu Lutung Kasarung

9. SDN 9 Nagri Kidul Sang Tariwulan alias Prabu Kretayaśadewa Kuśaleśwara

Menurut Carita Parahyangan, ia memerintah selama 7 tahun menjadi Raja Galuh, berputra Sang Wéléngan dari pernikahan dengan Dewi Saraswati, putri dari Saunggalah, piutnya senapati Galuh, Sang Kretayuddha; dan Sang Kretayuddha adalah cucu Resiguru Demunawan

10. SDN 10 Nagri Kidul Dewi Saraswati Permaisuri Kerajaan Galuh ketika tahta kerajaan dipegang oleh Sang Tariwulan alias Prabu Kretayaśadewa Kuśaleśwara

11. SDN 11 Nagri Kidul Sang Wéléngan alias Prabu Brajanagara Jayabuana

Menurut Carita Parahyangan, ia memerintah selama 7 tahun menjadi Raja Galuh berputra Prabhu Linggabhuwana, Dewi Kirana, dan Dewi Widyasari dari pernikahan dengan permaisuri Dewi Sapita. Dari selir, yaitu Dewi Haraka berputra Sang Aryya Kedaton yang beristri Dewi Widyasari, adik istri Rakeyan Wuwus alias Prabhu Gajah Kulwan, yakni Dewi Kirana.


(53)

No.

Nama Sekolah

Nama Raja/Permaisuri &

Bupati/Patih/Jaksa/

Wedana

Keterangan

(Kerajaan Galuh – Sunda/

Kabupaten Karawang/Purwakarta)

12. SDN 12 Nagri Kidul Dewi Sapita Permaisuri Kerajaan Galuh ketika tahta kerajaan dipegang oleh Sang Wéléngan alias Prabu Brajanagara Jayabuana

13. SDN 13 Nagri Kidul Prabu Linggabhūmi Tidak berputra

14. SDN 1 Sindangkasih Raden Adipati Surialaga Bupati Karawang penyelang dari Sumedang.

15. SDN 2 Sindangkasih Raden Adipati Gandanegara Bupati Karawang yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan R. A. Singaperbangsa III.

16. SDN 3 Sindangkasih Raden A.A.Soeriamiharja Bupati Karawang terakhir masa penjajahn Belanda. Ia pun menjabat sebagai Ketua Regentschapraad Karawang sebagai bagian dari implementasi Bestuurhervormingswet tahun 1922.

17. SDN 4 Sindangkasih Raden Tumenggung Pandu

Suriadiningrat Bupati (Kenco) Karawang masa pendudukan Jepang 18. SDN 5 Sindangkasih Mas Dipa Manggala Patih Afdeeling Karawang tahun 1906

19. SDN 6 Sindangkasih Raden Suma Dipura Ondercollecteur Afdeeling Karawang 20. SDN 7 Sindangkasih Raden Mohamad Sura

Diningrat Hoofdjaksa Landraad Purwakarta, Afdeeling Karawang 21. SDN 8 Sindangkasih Mas Sura Praja Wedana Sindangkasih, Afdeeling Karawang

22. SDN 9 Sindangkasih Raden Prawira Dilaga Wedana Adiarsa, Afdeeling Karawang


(54)

24. SDN 11 Sindangkasih Mas Suta Miarta Wedana Campel, Tegalwaru Land, Afdeeling Karawang 25. SDN 1 Cipaisan Mas Suta Manggala Wedana Tegalwaru, Tegalwaru Land, Afdeeling Karawang 26. SDN 2 Cipaisan Raden Kertadireja Wedana Kandangsapi, Tegalwaru Land, Afdeeling Karawang 27. SDN 3 Cipaisan Raden Prawita Kusuma Wedana Sagalaherang, Pamanukan & Ciasem Land, Afdeeling

Karawang

28. SDN 4 Cipaisan Raden Adiwikarta Wedana Batusirep, Pamanukan & Ciasem Land, Afdeeling Karawang 29. SDN 5 Cipaisan Raden Kertadireja Wedana Kalijati, Pamanukan & Ciasem Land, Afdeeling Karawang 30. SDN 1 Nagri Tengah Mas Kerta Dilaga Wedana Ciherang, Pamanukan & Ciasem Land, Afdeeling Karawang 31. SDN 2 Nagri Tengah Mas Arta Diwirija Wedana Pagaden, Pamanukan & Ciasem Land, Afdeeling Karawang 32. SDN 3 Nagri Tengah Mas Nata Dikarta Wedana Pamanukan, Afdeeling Karawang

33. SDN 4 Nagri Tengah Mas Karta Widura Wedana Ciasem, Pamanukan & Ciasem Land, Afdeeling Karawang 34. SDN 5 Nagri Tengah Mas Kerta Dilaga Wedana Malang, Pamanukan & Ciasem Land, Afdeeling Karawang 35. SDN 1 Nagri Kaler Raden Jaya Sutisna Adjunct-Jaksa Landraand Purwakarta, Afdeeling Karawang

36. SDN 2 Nagri Kaler Mas Dipati Imbanagara Menurut cerita tradisi, Mas Dipati Imbanagara menjadi penguasa di Gara Tengah menggantikan kedudukan ayahnya (Dipati Panaekan). Ia kemudian dihukum oleh penguasa Mataram karena dituduh

memberikan upeti yang tidak sesuai dengan keinginan Raja Mataram. Upeti itu berupa tujuh orang gadis, tetapi Mas Dipati Imbanagara dituduh memberikan seorang gadis yang bukan perawan lagi. Hukuman mati itu dilaksanakan oleh utusan Mataram yang bernama Narapaksa setelah mendapat perintah dari Mangkubumi Mataram.


(55)

No.

Nama Sekolah

Nama Bupati/Patih/

Jaksa/Wedana

(Kabupaten Karawang/Purwakarta – Galuh/Ciamis)

Keterangan

37. SDN 3 Nagri Kaler Sang Raja Cita (Adipati Kertabumi I)

Penguasa Galuh Kertabumi menggantikan kedudukan ayahnya, Prabu Dimuntur. Pada masa kekuasaanya, pengaruh Mataram mulai masuk ke wilayah Galuh yang ditandai semakin banyaknya penduduk Wonosobo yang sengaja dikirim ke Galuh oleh Mas Jolang. Ia memiliki dua orang anak, yaitu Natabumi dan Wiraperbangsa. Natabumi diperistri oleh Dipati Panaekan, penguasa Galuh-Gara Tengah.

38. SDN 4 Nagri Kaler Adipati Kertabumi II (R. A. Singaperbangsa I)

Berkuasa di Kertabumi menggantikan kedudukan ayahnya dengan gelar Adipati Kertabumi II atau Raden Adipati Singaperbangsa I. Ia memindahkan pusat kekuasaannya dari Muntur ke Pataruman Banjar. Berbeda pandangan dengan Dipati Panaekan (kakak iparnya) mengenai rencana penyerbuan Mataram ke Batavia. Ia menginginkan konsolidasi politik di antara vasal Mataram di Priangan sebelum menyerang Batavia. Pandangannya ini sejalan dengan Rangga Gempol I (penguasa Sumedang) dan berseberangan dengan Dipati Panaekan dan Dipati Ukur. Perbedaan tersebut berujung pada konflik yang menewaskan Dipati Panaekan.

39. SDN 5 Nagri Kaler Adipati Kertabumi III (R. A. Singaperbangsa II)

Penguasa Kertabumi ini memiliki perhatian besar terhadap pertanian yang diperlihatkan dengan kebehasilannya membuka areal

pertambakan sehingga mendapat panggilan Dalem Tambakbaya. Memindahkan pusat kekuasaan Galuh Kertabumi dari Pataruman ke Liung Gunung, tempat di mana ia berhasil membuka areal


(56)

40. SDN 6 Nagri Kaler R. Adipati Singaperbangsa III (Dalem Pagergunung)

Merupakan anak sulung Singaperbangsa II yang ketika ayahnya masih berkuasa, ia berkedudukan sebagai Umbul di Tanjungpura, Karawang. Memindahkan pusat kekuasaanya ke Bojonglopang. Diperintahkan oleh Sultan Mataram membebaskan daerah Karawang dari pengaruh Banten. Dengan jasanya itu, ia diperintahkan untuk menjadi penguasa di Karawang, tetapi belum sampai di Karawang keburu wafat.

41. SDN 7 Nagri Kaler Kyai Gedeng Kilimanggis Menjadi penguasa Galuh-Kawasen menggantikan kedudukan

kakeknya (Sanghyang Permana). Ia merupakan anak Aria Brajakasep, salah seorang anak Sanghyang Permana. Ia berkuasa di Kawasen dengan gelar Amongraja I

42. SDN 8 Nagri Kaler Kyai Raga Lintungwuluh Anak Amongraja I yang menggantikan kedudukan ayahnya menjadi penguasa di Kawasen dengan gelar Amongraja II. Setelah menjadi penguasa Kawasen, ia dikenal juga dengan sebutan Panembahan Bongas yang berkedudukan di Cibodas Hilir (Kawasen)

43. SDN 9 Nagri Kaler R. Entol Wirawadana Menjadi penguasa Kawasen menggantikan ayahnya, Kyai Raga Lintungwuluh dengan gelar Amongraja III. Selama menjadi penguasa Kawasen, ia didamping oleh Raga Pasirnaga sebagai patihnya.

44. SDN 10 Nagri Kaler Mas Ngabei Ngastanagara Merupakan putra R. Entol Wirawadana dan menggantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa Kawasen yang berkedudulan di Leuwiloa. Ia dikenal pula dengan sebutan Dalem Waru.


(57)

No.

Nama Sekolah

Nama Bupati/Patih/

Jaksa/Wedana

Keterangan

(Kabupaten Galuh Kawasen-Galuh

Ciancang/Utama-Galuh Cibatu-Ciancang/Utama-Galuh Imbanagara-Ciamis)

45. SDN 11 Nagri Kaler R. Entol Bagus Sutapura Bekas Panglima Perang Mas Dipati Imbanagara yang menyerang Batavia bersama-sama dengan Dipati Ukur. Diangkat sebagai Bupati Kawasen karena dipandang berjasa oleh Sultan Mataram dalam memadamkan perlawanan Dipati Ukur. Setelah menjadi penguasa Kawasen, ia bergelar R. Tumenggung Sutanaga I.

46. SDN 12 Nagri Kaler Dalem Wiradimanggala Menggantikan kedudukan ayahnya, R. Tumenggung Sutanaga I. Ia berkedudukan di Pagergunung.

47. SDN 13 Nagri Kaler Dalem Sutawinata I Penguasa Kawasen pengganti Dalem Wiradimanggala (ayahnya), tetapi berkedudukan di Leuwiloa.

48. SDN 14 Nagri Kaler Dalem Sutawinata II Anak Dalem Sutawinata I yang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa Kawasen. Ia merupakan penguasa Kawasen terakhir karena wilayahnya dimasukkan ke dalam kekuasaan Kabupaten Galuh-Imbanagara

49. SDN 15 Nagri Kaler Dalem Apun Candramerta (R. Tumenggung Candramerta)

Salah seorang putra R. Adipati Singaperbangsa III. Hanya dua tahun berkuasa sebagai Bupati Ciancang karena pindah ke Karawang untuk membantu kakaknya, R. Adipati Singaperbangsa IV.

50. SDN 16 Nagri Kaler Dalem Demang Sutabaya (R. Tumenggung Singanagara)

Bupati Ciancang ini merupakan anak Bupati Bendanegara (Cibatu, Ciamis) yang bernama Dalem Jayengpati Jayengbaya.


(58)

Galuh Cibatu-Galuh Imbanagara-Ciamis)

51. SDN 17 Nagri Kaler Dalem Wiranagara (R. Tumenggung Warganata

Putra Dalem Wirasuta atau R. Adipati Singaperbangsa IV. Ia menjadi Bupati Ciancang didampingi oleh R. Candradinata (saudara

sepupunya) sebagai Patih Ciancang 52. SDN 18 Nagri Kaler Dalem Apun Puspanagara (R.

Tumenggung Jiranagara

Merupakan adik Dalem Wiranagara. Ia menjadi Bupati Ciancang hanya dua tahun.

53. SDN 19 Nagri Kaler Pangeran Warganala Ia menjadi penguasa di Kabupaten Ciancang setelah menikah dengan R. Gedeng Sariputri, putri Dalem Sutabaya, Bupati Ciancang Ke-3. Sebagai putra Pangeran Girilaya (penguasa Cirebon), ia memberikan warna keagamaan yang begitu kuat di Kabupaten Ciancang.

54. SDN 20 Nagri Kaler Dalem Apun Candranagara Putra Dalem Candramerta yang menjadi Bupati Ciancang menggantikan kedudukan Pangeran Warganala

55. SDN 1 Purwamekar Nyi R. Ayu Rajakusumanagara (Dalem Istri)

Putra Dalem Jayengpati II, Bupati Bendanagara/Cibatu, Ciamis. Tahun 1718, kedudukannya sebagai Bupati Ciancang diserahkan kepada suaminya agar roda pemerintahan berjalan lebih lancar.

56. SDN 2 Purwamekar Dalem Kertayana (R. Tumenggung Wiramantri I)

Menerima jabatan Bupati Ciancang dari istrinya, Nyi R. Ayu

Rajakusumanagara. Salah seorang anaknya, Nyi R. Ayu diperistri oleh R. Adipati Kusumadinata, Bupati Imbanagara ke-5.


(1)

No.

Nama Sekolah

Nama Bupati/Patih/

Jaksa/ Wedana

Keterangan

(Kabupaten Cianjur)

402. SDN 3 Depok R. A. A. Prawiradiredja II Menurunkan sifat ayahnya, Dalem Pancaniti, ia memiliki perhatian luar biasa terhadap seni mamaos. Diperkirakan pada masa

kepemimpinannya, seni mamaos berkembang menjadi seni kalangenan para menak. Ia pun diperkirakan banyak menciptakan tembang yang sering dinyanyikan dalam seni mamaos.

403. SDN 4 Depok R. Demang Natakusumah Kedudukan resminya sebagai Patih Cianjur. Untuk mengisi

kekosongan jabatan bupati, ia diangkat sebagai Wakil Bupati Cianjur selama dua tahun (1910 – 1912)

404. SDN 1 Mekarsari R. Tumenggung Wiranatakusumah V

Keturunan Bupati Bandung. Ia diangkat sebagai Bupati Cianjur karena menikah dengan putri Bupati Cianjur. Tahun 1920, ia diangkat sebagai Bupati Bandung menggantikan kedudukan R. A. A. Martanagara. 405. SDN 2 Mekarsari R. A. A. Suriadiningrat Bupati penyelang keturunan Limbangan. Ia anak Bupati Lebak hasil

pernikahannya dengan putri R. Haji Muhammad Musa,

Hoofdpenghulu Limbangan. Dengan demikian, ia merupakan cucu dari R. Haji Muhammad Musa yang diangkat menjadi Bupati Cianjur. 406. SDN 3 Mekarsari R. Sunarya Kedudukan resminya sebagai Patih Cianjur. Untuk mengisi

kekosongan jabatan bupati, ia diangkat sebagai Wakil Bupati Cianjur selama dua tahun (1932 – 1934)


(2)

No.

Nama Sekolah

Nama Bupati/Patih/

Jaksa/ Wedana

Keterangan

(Kabupaten Cianjur)

407. SDN Legoksari R. A. A. A. Suria Nata Atmaja Putra Bupati R. A. A. Suria Nataningrat, dari Limbangan. 408. SDN 1 Nagrak R. A. Wiryadireja Patih Cianjur dari tahun 1865 – 1874

409. SDN 2 Nagrak R. Tisna Jumena Patih Cianjur dari tahun 1874 – 1882 410. SDN 3 Nagrak R. Demang Surianagara Patih Cianjur dari tahun 1882 – 1894

XVII. KECAMATAN MANIIS

No.

Nama Sekolah

Nama Bupati/Patih/

Jaksa/ Wedana

Keterangan

(Kabupaten Cianjur)

411. SDN 1 Ciramahilir R. Demang Nata Kusuma Patih Cianjur dari tahun 1894 – 1914

412. SDN 1 Sukamukti R. Rangga Adiwireja Patih Cianjur dari tahun 1914 - 1918 413. SDN 1 Citamiang R. Wiradiatmaja Patih Cianjur dari tahun 1918 – 1927 414. SDN 1 Gunungkarung Mas Sunartadirja Patih Cianjur dari tahun 1927 – 1934 415. SDN 1 Sinargalih R. Sunarya Patih Cianjur dari tahun 1934 – 1936 416. SDN Pasirjambu R. Somawirya Patih Cianjur dari tahun 1936 – 1942


(3)

No.

Nama Sekolah

Nama Bupati/Patih/

Jaksa/ Wedana

Keterangan

(Kabupaten Cianjur)

417. SDN Cijati Raden Danu Atmaja Wedana Maleber, Afdeeling Cianjur Tahun 1906 418. SDN 2 Sukamukti Mas Rangga Harja Wijaya Wedana Cihea, Afdeeling Cianjur

419. SDN 2 Sinargalih Raden Suria Adi Tenaja Wedana Ciputri, Afdeeling Cianjur 420. SDN 3 Cipaniang Mas Suma Dikarta Wedana Peser, Afdeeling Cianjur 421. SDN 2 Tegaldatar Mas Kanduruan Adi Wijaya Wedana Cikalong, Afdeeling Cianjur 422. SDN 2 Gunungkarung Raden Nata Wijaya Wedana Jampangwetan, Afdeeling Cianjur 423. SDN 3 Sukamukti Raden Nata Negara Wedana Cikalong, Afdeeling Cianjur 424. SDN 2 Ciramahilir Raden Rangga Prawiranegara Wedana Cidamar, Afdeeling Cianjur 425. SDN 1 Tegaldatar Mas Rangga Wira Disastra Ondercollecteur Afdeeling Cianjur


(4)

DAFTAR SUMBER

Atja & Saleh Danasasmita. 1981. Amanat Galunggung: Kropak 632 dari Kabuyutan Ciburuy Bayongbong-Garut. Bandung: Proyek Pengembang-an PermuseumPengembang-an Jawa Barat.

---. 1967. Carita Parahiyangan. Titilar Karuhun Urang Sunda Abad Ka-16 Masehi. Bandung: Yayasan Kebudayaan Nusalarang.

Atja. 1969. Tjarita Ratu Pakuan: Tjerita Sunda Kuno dari Lereng Gunung Tjikuraj. Bandung: Lembaga Bahasa dan Sedjarah

---. 1986. Carita Purwaka Caruban Nagari: Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan Sejarah. Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat.

Darsa, U. Ahmad & Edi S. Ekadjati. 1995. Fragmen Carita Parahyangan dan Carita Parahyangan (Kropak 406): Pengantar dan Transliterasi. Seri Penerbitan Naskah Sunda Nomor 1. Jakarta: Yayasan Kebudayaan Nusantara. Terbit ulang dalam Seri Sundalana 1 Tahun 2003. Bandung: Pusat Studi Sunda.

---. 2003. “Fragmen Carita Parahyangan (Kropak 406)”, dalam

Tulak Bala: Sistim Pertahanan Tradisional Masyarakat Sunda dan Kajian Lainnya mengenai Budaya Sunda. Sundalana I. Bandung: Pusat Studi Sunda

de Haan, F. 1910-1912. Priangan: De Preanger Regentschappen onder het Nederlandsch Bestuur tot 1811. Batavia: Kolff

Dienaputra, Reiza D. 2004. Cianjur: Antara Priangan dan Buitenzorg; Sejarah Cikal Bakal Cianjur dan Perkembangannya hingga 1942. Bandung: Prolitera.

Djajadiningrat, Hoesein. 1913. Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten. Haarlem: J. Enschede en Zonen. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia: 1983. Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten.Jakarta: Djambatan & KITLV.

Ekadjati, Edi S. 1978. Babad Cirebon Edisi Brandes, Tinjauan Sastra dan Sejarah. Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.

---. 1981. Wawacan Sajarah Galuh. Jakarta: Lembaga Penelitian Prancis untuk Timur Jauh (EFFEO).

---. 1982. Ceritera Dipati Ukur: Karya Sastra Sejarah Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.

Falah, Miftahul. 2010. Sejarah Kota Tasikmalaya, 1820 – 1942. Bandung: Uga Tatar Sunda dan MSI Jawa Barat.


(5)

Kartika. N. 2008. Sejarah Majalengka; Sindangkasih – Madja – Majalengka. Jatinangor: AlqaPrint.

Kern, R.A. 1898. Geschiedenis der Preanger Regentschappen; Kort Overzigt. Bandoeng: De Vries & Fabricius.

Lubis, Nina H. (dkk.). 2006. Sejarah Kabupaten Lebak. Rangkasbitung: Pemkab Lebak dan Puslit Kemasyarakatan & Kebudayaan, LPM Unpad.

---. 2008. Sejarah Kabupaten Sumedang dari Masa ke Masa. Sumedang: Disparbud Kabupaten Sumedang.

---. 2011. Peradaban Karawang pada masa Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda. Karawang: Disbudpar Kabupaten Karawang.

---. 2011. Sejarah Kabupaten Karawang. Karawang: Disbudpar Kabupaten Karawang.

---. 2012. Sejarah Kerajaan Talaga. Bandung: YMSI Cabang Jawa Barat.

---. 2013. Sejarah Jawa Barat. Bandung: YMSI Cabang Jawa Barat

---. 2013. Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat. Cet. II. Bandung: Disbudpar Provinsi Jawa Barat.

---. 2014. Dari Talaga Hingga Kabupaten Majalengka. Bandung: YMSI Cabang Jawa Barat dan Yayasan Talagamanggung.

---. 2014. Kabupaten Kuningan dari Masa ke Masa. Kuningan: YMSI Cabang Jawa Barat dan Pemkab Kuningan.

---. 2014. Sejarah Provinsi Banten. Banten: Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Banten.

---. 2013. Sejarah Kabupaten Ciamis. Cet. II. Bandung: Disbudpar Provinsi Jawa Barat.

---. 2013. Sejarah Kerajaan Sunda. Bandung: YMSI Cabang Jawa Barat dan MGMP IPS SMP Kabupaten Purwakarta.

Lubis, Nina H. 1990. Bupati R. A. A. Martanagara; Studi Kasus Elite Birokrasi Pribumi di Kabupaten Bandung. Tesis. Yogyakarta: Univeritas Gadjah Mada.

---. 1998. Kehidupan Kaum Menak Priangan, 1800-1942. Bandung: Pusat Informasi Kebudayaan Sunda.

Muhsin, Mumuh. 2010. Kota Bogor; Studi tentang Perkembangan Ekologi Kota pada Abad Ke-19 hingga Abad Ke-20. Jatinangor: Sastra Press.

Purwacarita, Rais. 2009. Talaga; Tetelar Sajarah nu teu Dipirosea. Majalengka. Sofianto, Kunto. 2001. Garoet Kota Intan; Sejarah Lokal Kota Garut sejak

Zaman Kolonial hingga Masa Kemerdekaan. Jatinangor: AlqaPrint. van der Chijs, J. A. 1880. Babad Tanah Pasundan. Terj. R. Karta Winata. Batavia.


(6)