Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kreativitas Siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga Melalui Teknik Home Room dengan Menggunakan Pendekatan Inquiry T1 132008022 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Awal Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga yang terdiri dari 16 siswa yang rata-rata berusia 4-5 tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan Kepala TK Pertiwi Banjaran Salatiga diketahui bahwa kreativitas siswa TK masih perlu dikembangkan. Hal ini ditunjang oleh data awal kreativitas siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga yang tercantum dalam Penilaian Perkembangan Anak Didik seperti dilaporkan dalam Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Data Awal Kreativitas Siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga 2011/2012

No Nama Kode L/P Aspek Kreativitas

Aspek 1 *) Aspek 2 *) Rata-rata

1 AA L Cukup Baik Baik Baik

2 AN P Baik Baik Baik

3 AY P Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik

4 DN P Baik Cukup Baik Baik

5 ER L Baik Baik Baik

6 ND L Baik Baik Baik

7 WY L Baik Baik Baik

8 ZK L Baik Cukup Baik Baik

9 SP P Cukup Baik Baik Baik

10 SN P Cukup Baik Masih Perlu Bimbingan Cukup Baik

11 RR P Baik Baik Baik

12 GL L

Masih Perlu

Bimbingan Masih Perlu Bimbingan

Masih Perlu Bimbingan 13 KR L Cukup Baik Masih Perlu Bimbingan Cukup Baik

14 MC L Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik


(2)

16 TT L Cukup Baik Masih Perlu Bimbingan Cukup Baik Keterangan:

*) Aspek 1 : Kemampuan anak dalam mengelompokkan benda berbagai ciri tertentu, membedakan bermacam-macam warna, dan suara.

Aspek 2 : Kemampuan dalam membilang, meniru, dan menyebutkan urutan bilangan.

Berdasarkan data Tabel 4.1 di atas dapat diketahui beberapa hal berikut ini:

a. Dari 16 siswa hanya sebanyak 9 siswa (56,25%) yang kreativitasnya termasuk kriteria baik.

b. Sebanyak 6 siswa (37,50%) yang memiliki kreativitas yang cukup baik. c. Masih ada seorang siswa (6,25%) yang kreativitasnya masih perlu

bimbingan.

Data awal tersebut menjadi dasar bagi penulis melakukan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) untuk peningkatan kreativitas siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga.

4.2. Pelaksanaan Penelitian

Oleh karena jenis penelitian ini adalah PTBK maka pelaksanaannya diatur dalam 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II.

4.2.1. Siklus I

Sesuai bentuk tindakan yang telah dirancang seperti dikemukakan dalam Bab III, siklus I dilaksanakan dalam 4 pertemuan sebagai berikut:


(3)

4.2.1.1. Pertemuan Pertama

Tindakan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 7 Februari 2012. Berikut ini adalah rincian kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama dalam siklus I:

a. Kegiatan yang dilakukan pertama kali pada siswa TK Pertiwi Banjaran pada pertemuan pertama yaitu penulis melakukan perkenalan. Setelah melakukan perkenalan penulis memberitahukan tujuan kegiatan layanan yang akan dilakukan. Tujuan kegiatan layanan yang akan dilakukan yaitu bimbingan klasikal untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui teknik home room dengan menggunakan pendekatan inquiry. Penulis mengajukan teka-teki dengan topik “Siapakah Aku?” dan siswa disuruh keluar ruang kelas untuk memperhatikan pohon yang ada di sekitar sekolah. Setelah berlangsung sekitar 10 menit, siswa disuruh masuk kembali ke dalam ruang kelas. Penulis memutar video bertemakan pohon pisang dan meminta siswa menyebutkan pohon apa yang siswa lihat di halaman sekolah dan di tayangan video.

b. Penulis meminta siswa untuk mengambil kertas dan pensil warna yang disediakan di meja depan kelas. Setelah semua siswa mengambil kertas dan pensil warna, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan kertas dan pensil warna tersebut dengan bertanya “Apa yang akan anak-anak lakukan dengan menggunakan kertas dan pensil warna tersebut?” secara serentak siswa menjawab “menggambar bu…!”. Selanjutnya penulis mempersilahkan siswa melakukan kegiatan yang siswa telah sebutkan. Hasil karya yang telah dibuat siswa kemudian ditempel pada sterofom yang telah disediakan.


(4)

Gambar 4.1 Hasil karya siswa menggambar pohon pisang

c. Observer mengamati karakteristik siswa sesuai pedoman observasi mengenai karakteristik anak kreatif pada lembar yang telah disiapkan. Karakteristik siswa yang diamati antara lain kemampuan anak menggali pengalaman belajar, kemampuan mengorganisasi kegiatan, kemampuan mengingat pengalaman belajar, kemampuan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalaman belajar, serta kesungguhan anak dalam mengikuti kegiatan.

4.2.1.2. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 9 Februari 2012. Kegiatan layanan pada pertemuan kedua yaitu mengamati ikan hias (ikan koki) secara langsung dan membuat bentuk ikan hias (ikan koki) dengan plastisin. Berikut ini adalah rincian kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua siklus I: a. Kegiatan dimulai dengan meminta siswa untuk melakukan “tepuk belajar”. Setelah itu penulis mengajukan teka-teki yang berkaitan dengan ikan koki. Kegiatan selanjutnya penulis meminta para siswa untuk mengamati isi toples yang berisi air dan ikan. Kegiatan pengamatan berlangsung sekitar 10 menit.


(5)

Penulis kemudian meminta siswa untuk menyebutkan apa nama hewan dari isi toples tersebut.

b. Penulis meminta siswa mengambil plastisin yang sudah disediakan di meja depan kelas. Siswa bebas memilih warna plastisin yang siswa inginkan. Setelah semua siswa mengambil plastisin, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkannya. Penulis bertanya “Apa yang akan anak-anak buat dengan plastisin tersebut?” Menjawab pertanyaan tersebut, secara serentak siswa menjawab “membuat ikan koki dari was (plastisin) bu guru…!” Selanjutnya penulis mempersilahkan siswa melakukan kegiatan yang siswa telah sebutkan. Hasil karya yang telah dibuat siswa kemudian dipajang di rak sekolah.

Gambar 4.2 Hasil karya siswa membuat ikan dari plastisin

c. Observer mengamati karakteristik siswa sesuai pedoman observasi mengenai karakteristik anak kreatif pada lembar yang telah disiapkan. Karakteristik siswa yang diamati antara lain kemampuan anak menggali pengalaman belajar, kemampuan mengorganisasi kegiatan, kemampuan mengingat pengalaman belajar, kemampuan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalaman belajar, serta kesungguhan anak dalam mengikuti kegiatan.


(6)

4.2.1.3. Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga dalam tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 14 Februari 2012. Kegiatan layanan pada pertemuan ketiga yaitu menyaksikan video bertema alat transportasi darat (mobil) dan membuat bentuk alat transportasi darat (mobil) dengan plastisin. Berikut ini adalah rincian kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ketiga siklus I:

a. Kegiatan dimulai dengan meminta siswa untuk melakukan “tepuk belajar”. Setelah itu penulis mengajukan teka-teki yang berkaitan dengan alat transportasi darat (mobil) yang dilanjutkan dengan pemutaran video bertemakan alat transportasi (mobil). Selesai pemutaran video, penulis meminta siswa menyebutkan apa yang telah siswa saksikan di tayangan video. b. Penulis meminta siswa mengambil plastisin yang sudah disediakan di meja depan kelas. Siswa bebas memilih warna plastisin yang diinginkan. Setelah semua siswa mengambil plastisin, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan tersebut dengan bertanya “Apa yang akan anak-anak buat dengan plastisin tersebut?” Secara serentak siswa menjawab “membuat mobil dari was (plastisin) bu guru…!” Selanjutnya penulis mempersilahkan siswa melakukan kegiatan yang siswa telah sebutkan. Hasil karya yang telah dibuat siswa kemudian dipajang di rak sekolah.


(7)

Gambar 4.3 Hasil karya siswa membuat mobil dari plastisin

c. Observer mengamati karakteristik siswa sesuai pedoman observasi mengenai karakteristik anak kreatif pada lembar yang telah disiapkan. Karakteristik siswa yang diamati antara lain kemampuan anak menggali pengalaman belajar, kemampuan mengorganisasi kegiatan, kemampuan mengingat pengalaman belajar, kemampuan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalaman belajar, serta kesungguhan anak dalam mengikuti kegiatan.


(8)

4.2.1.4. Pertemuan keempat

Pertemuan keempat dalam tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Februari 2012. Berikut ini adalah rincian kegiatan yang dilakukan pada pertemuan keempat dalam siklus I:

a. Kegiatan dimulai dengan meminta siswa untuk melakukan “tepuk belajar”. Setelah itu penulis mengajukan teka-teki yang berkaitan dengan pohon kelapa dan siswa disuruh keluar ruang kelas untuk memperhatikan pohon yang ada di sekitar sekolah. Kegiatan selanjutnya penulis memutar video bertemakan pohon kelapa dan meminta siswa menyebutkan apa yang siswa amati di luar kelas dan saksikan ditayangan video.

b. Penulis meminta siswa mengambil kertas yang bergambar pohon kelapa, pensil warna, kertas marmer, gunting, dan lem yang sudah disediakan di meja depan kelas. Siswa bebas memilih warna kertas marmer yang diinginkan. Setelah mengambil kertas yang bergambar pohon kelapa, pensil warna, kertas marmer, gunting, dan lem siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut dengan bertanya “Apa yang akan anak-anak buat dengan kertas yang bergambar pohon kelapa, pensil warna, kertas marmer, gunting, dan lem tersebut?” Secara serentak sebagian siswa menjawab “mewarnai bu guru…!”, sebagian lagi siswa menjawab “mencocok bu guru…!”, serta ada pula siswa yang menjawab “menempel bu guru…!” Selanjutnya penulis mempersilahkan melakukan kegiatan yang telah disebutkan oleh siswa.


(9)

Gambar 4.4 Siswa sedang mengamati pepohonan dan gambar hasil karya siswa

c. Observer mengamati karakteristik siswa sesuai pedoman observasi mengenai karakteristik anak kreatif pada lembar yang telah disiapkan. Karakteristik siswa yang diamati antara lain kemampuan anak menggali pengalaman belajar, kemampuan mengorganisasi kegiatan, kemampuan mengingat pengalaman belajar, kemampuan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalaman belajar, serta kesungguhan anak dalam mengikuti kegiatan.

4.2.2. Tindakan Siklus II 4.2.2.1. Pertemuan Pertama

Tindakan siklus II pertemuan pertama dilaksanaan pada hari Kamis, 20 Februari 2012. Kegiatan layanan pada pertemuan pertama yaitu mengamati bunga dahlia dan membuat bentuk bunga dari kertas krep. Berikut ini adalah rincian kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama dalam siklus II:

a. Kegiatan dimulai dengan meminta siswa untuk melakukan “tepuk belajar”. Setelah itu penulis mengajukan teka-teki yang berkaitan dengan bunga. Kegiatan selanjutnya siswa disuruh untuk memperhatikan toples berisi air dan


(10)

tanaman bunga yang berada di atas meja. Setelah berlangsung sekitar 10 menit, siswa diminta menyebutkan nama dan warna bunga yang ada ditoples. b. Penulis meminta siswa mengambil kertas krep, kawat, benang wol, dan daun

artifisial yang sudah disediakan di meja depan kelas. Siswa bebas memilih warna dan jumlah kertas krep yang diinginkan. Setelah mengambil kertas krep, kawat, benang wol, dan daun artifisial, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan tersebut dengan bertanya “Apa yang akan anak-anak buat dengan bahan-bahan tersebut?” secara serentak siswa menjawab “membuat bunga dari kertas krep bu guru…!”. Selanjutnya penulis mempersilahkan siswa melakukan kegiatan yang siswa telah sebutkan. Hasil karya yang telah dibuat siswa kemudian dipajang di rak sekolah.

c. d.

Gambar 4.5 Siswa sedang melilit kawat dengan benang wol dan hasil karya siswa

c. Observer mengamati karakteristik siswa sesuai pedoman observasi mengenai karakteristik anak kreatif pada lembar yang telah disiapkan. Karakteristik siswa yang diamati antara lain kemampuan anak menggali pengalaman belajar, kemampuan mengorganisasi kegiatan, kemampuan mengingat pengalaman belajar, kemampuan memecahkan permasalahan dengan


(11)

menggunakan pengalaman belajar, serta kesungguhan anak dalam mengikuti kegiatan.

4.2.3.2. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 23 Februari 2012. Berikut ini adalah rincian kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kedua:

a. Kegiatan dimulai dengan meminta siswa untuk melakukan “tepuk belajar”. Setelah itu penulis mengajukan teka-teki yang berkaitan dengan hewan yang hidup di laut. Kegiatan selanjutnya penulis memutar video bertemakan hewan yang hidup di laut dan meminta siswa menyebutkan hewan apa saja yang siswa saksikan ditayangan video.

b. Penulis meminta siswa mengambil pensil warna, kertas yang bergambar hewan-hewan laut yang belum diwarnai, gunting, benang wol, dan isolasi bolak-balik yang sudah disediakan di meja depan kelas. Setelah semua siswa mengambil bahan-bahan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan tersebut dengan bertanya “Apa yang akan anak-anak buat dengan bahan-bahan tersebut?” Ada siswa yang menjawab “mewarnai bu guru…!, ada pula siswa yang menjawab “menggunting bu…!” serta ada pula yang menjawab “menggantung gambar”. Selanjutnya penulis mempersilahkan siswa melakukan kegiatan yang siswa telah sebutkan. Hasil karya yang telah dibuat siswa digantung di jendela kelas.


(12)

Gambar 4.6 Siswa sedang mewarnai gambar dan hasil karya siswa

c. Observer mengamati karakteristik siswa sesuai pedoman observasi mengenai karakteristik anak kreatif pada lembar yang telah disiapkan. Karakteristik siswa yang diamati antara lain kemampuan anak menggali pengalaman belajar, kemampuan mengorganisasi kegiatan, kemampuan mengingat pengalaman belajar, kemampuan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalaman belajar, serta kesungguhan anak dalam mengikuti kegiatan.


(13)

4.2.2.3. Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga pada tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Februari 2012. Berikut ini adalah rincian kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ketiga:

a. Kegiatan dimulai dengan menyanyikan lagu “ Aku Duwe Pitik Cilik” dan

meminta siswa untuk melakukan “tepuk belajar”. Kemudian penulis

mengajukan teka-teki berkaitan dengan ayam kate. Kegiatan selanjutnya penulis meminta siswa keluar kelas dan mengamati hewan apa yang ada di halaman sekolah. Setelah berlangsung sekitar 10 menit, siswa disuruh masuk kembali ke dalam ruang kelas dan meminta siswa menyebutkan nama hewan yang siswa amati di halaman sekolah.

b. Penulis meminta siswa mengambil kertas marmer, lem gunting, dan pensil yang sudah disediakan di meja depan kelas. Siswa bebas memilih jumlah dan warna kertas marmer yang diinginkan. Setelah semua siswa mengambil bahan-bahan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkannya dengan bertanya “Apa yang akan anak-anak buat dengan kertas marmer tersebut?” Sebagian siswa menjawab “membuat ayam kate dari kertas marmer bu guru…!”. Siswa lain menjawab “menggambar ayam kate bu guru…!” Ada pula siswa yang menjawab “menempel bu guru….!” Selanjutnya penulis mempersilahkan siswa melakukan kegiatan yang siswa telah sebutkan. Hasil karya yang telah dibuat siswa kemudian ditempel pada sterofom.


(14)

Gambar 4.7 Siswa sedang menggunting dan hasil karya siswa c. Observer mengamati karakteristik siswa sesuai pedoman observasi mengenai

karakteristik anak kreatif pada lembar yang telah disiapkan. Karakteristik siswa yang diamati antara lain kemampuan anak menggali pengalaman belajar, kemampuan mengorganisasi kegiatan, kemampuan mengingat pengalaman belajar, kemampuan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalaman belajar, serta kesungguhan anak dalam mengikuti kegiatan.

4.2.2.4. Pertemuan keempat

Pertemuan keempat pada tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 5 Maret 2012. Berikut ini adalah rincian kegiatan yang dilakukan pada pertemuan terakhir pada siklus II:

a. Kegiatan dimulai dengan meminta siswa untuk melakukan “tepuk belajar”. Setelah itu penulis mengajukan teka-teki yang berkaitan dengan kucing. Kegiatan selanjutnya penulis memutar video bertemakan kucing dan meminta siswa menyebutkan nama dan warna hewan yang siswa saksikan ditayangan video.


(15)

b. Penulis meminta siswa mengambil kertas asturo, gambar kepala kucing yang belum diwarnai, pensil warna, gunting, dan isolasi bolak balik yang sudah disediakan di meja depan kelas. Setelah semua siswa mengambil bahan-bahan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan tersebut dengan bertanya “Apa yang akan anak-anak buat dengan bahan-bahan tersebut?” Sebagian besar siswa secara serentak menjawab “mewarnai bu guru…!”. Siswa lain menjawab “menempel gambar bu guru…!” Selanjutnya penulis mempersilahkan siswa melakukan kegiatan yang telah siswa sebutkan. Hasil karya yang telah dibuat kemudian boleh dikenakan oleh siswa saat jam istirahat dan jam pulang.

Gambar 4.8 Siswa sedang mewarnai dan hasil karya siswa

c. Observer mengamati karakteristik siswa sesuai pedoman observasi mengenai karakteristik anak kreatif pada lembar yang telah disiapkan. Karakteristik siswa yang diamati antara lain kemampuan anak menggali pengalaman belajar, kemampuan mengorganisasi kegiatan, kemampuan mengingat pengalaman belajar, kemampuan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalaman belajar, serta kesungguhan anak dalam mengikuti kegiatan.


(16)

4.3. Temuan Penelitian

Oleh karena data kreativitas yang diperoleh dari dokumen Penilaian Perkembangan Anak Didik yang ada di sekolah berbentuk data keadaan (adjective data) maka data tersebut dikonversi terlebih dahulu menjadi data angka

(numerical data) dengan menggunakan patokan yang dikemukakan oleh Louis H.

Janda (1998) seperti digambarkan dalam Gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1 Patokan Penetapan Skor Kreativitas

Dengan memperhatikan sebaran skor seperti digambarkan dalam kurva normal (Gambar 4.1) di atas, dalam penelitian ini ditetapkan kriteria interpretasi skor seperti tertera dalam Tabel 4.2 berikut ini:


(17)

Tabel 4.2 Kriteria Interpretasi Data Penelitian

Skor Interpretasi

Aras Positif (favorable) Aras Negatif (unfavorable)

80-100 Sangat Baik Sangat Kurang

60-79 Baik Kurang

40-59 Cukup Cukup

20-39 Kurang Baik

0-19 Sangat Kurang Sangat Baik

Sesuai dengan karakteristik data kreativitas yang diperoleh dari dokumen TK Pertiwi Banjaran Salatiga berupa data keadaan (adjective data) seperti dilaporkan dalam Tabel 4.1 maka dilakukan interpretasi data dengan bantuan 2 orang rater. Kedua orang rater dimaksud adalah (1) Drs. Umbu Tagela, M.Si. sebagai Pembimbing I dan (2) Kristien Wedhar Hapsari, SPsi. MPsi. dosen Program Studi PG-PAUD FKIP UKSW Salatiga.

Berdasarkan data kreativitas yang telah dikonversi, maka peningkatan kreativitas siswa dapat diketahui dengan cara membandingkan rerata skor kreativitas pada pra siklus (sebelum diberikan tindakan) dan rerata skor kreativitas siklus I (setelah diberikan tindakan) serta rerata skor kreativitas siklus II (setelah diberikan tindakan). Adapun perbandingan skor kreativitas prasiklus dan siklus I dilaporkan dalam Tabel 4.3 sebagai berikut:


(18)

Tabel 4.3 Perbandingan Skor Kreativitas Pra Siklus dan Siklus I

No Nama Siswa L/P Rerata Pra Siklus

Rerata

Siklus I Perubahan

1 AA L 71.00 77.00 6.00

2 AN P 74.50 77.00 2.50

3 AY P 55.50 78.00 22.50

4 DN P 71.00 77.00 6.00

5 ER L 75.50 77.00 1.50

6 ND L 75.00 76.00 1.00

7 WY L 75.00 77.00 2.00

8 ZK L 71.00 78.50 7.50

9 SP P 71.00 77.50 6.50

10 SN P 51.00 75.50 24.50

11 RR P 74.50 75.00 0.50

12 GL L 35.50 56.00 20.50

13 KR L 51.00 71.00 20.00

14 MC L 56.00 71.00 15.00

15 NU P 55.50 57.00 1.50

16 TT L 55.50 71.00 15.50

Berdasarkan data Tabel 4.3 di atas dapat beberapa temuan sebagai berikut:

a. Dari 16 siswa terdapat 4 orang siswa (25,00%) yang menunjukan peningkatan kreativitas yang sangat tinggi dengan skor perubahan ≥20,00 (SN, AY, GL, dan KR).

b. Terdapat 2 orang siswa (12,50%) siswa yang menunjukan peningkatan kreativitas yang tinggi dengan skor perubahan ≥15,00 (ER dan MC).

c. Terdapat 9 siswa (56,25%) siswa yang menunjukan peningkatan kreativitas yang cukup dengan skor perubahan ≥1,00 (AA, ZK, SP, DN, AN, WY, NU, ER, dan ND).

d. Terdapat seorang siswa (6,25%) siswa yang menunjukan peningkatan kreativitas yang rendah dengan skor perubahan 0,50 (RR).


(19)

Hasil yang evaluasi yang diperoleh setiap subjek setelah pelaksanaan tindakan siklus I menunjukan adanya peningkatan kreativitas yang tinggi (25,00% + 12,50%). Akan tetapi masih terdapat 56,20% siswa yang peningkatan kreativitasnya berada pada kategori cukup, bahkan seorang siswa (6,25%) yang perubahan kreativitasnya berada pada kategori rendah. Oleh sebab itu penulis melaksanakan siklus II dalam 4 pertemuan.

Pada siklus II, siswa terlihat masih sangat antusias mengikuti kegiatan bimbingan klasikal untuk peningkatan kreativitas. Siswa terlihat selalu menunggu-nunggu kegiatan yang akan dilakukan. Siswa dapat menyelesaikan tugas secara baik dengan kesulitan yang lebih tinggi dibanding dengan kesulitan tugas di siklus I.

Masing-masing siswa membuat hasil karya sesuai pemahaman berdasarkan proses pengamatan. Siswa semakin mandiri dalam pengerjaan hasil karya serta semakin bersungguh-sungguh dalam pengerjaan hasil karya. Hasil karya pada siklus II semakin rapi dan menunjukkan hasil pemahaman yang menyeluruh saat proses belajar berlangsung. Hampir semua siswa mampu membuat hasil karya melalui teknik home room dengan menggunakan pendekatan inquiry.

Peningkatan kreativitas siswa dapat diketahui dengan cara mengetahui data


(20)

Tabel 4.4 Perbandingan Skor Kreativitas Siklus I dan II No Nama Siswa L/P Rerata

Siklus I

Rerata

Siklus II Perubahan

1 AA L 77.00 86.00 9.00

2 AN P 77.00 86.00 9.00

3 AY P 78.00 86.00 8.00

4 DN P 77.00 86.00 9.00

5 ER L 77.00 86.50 9.50

6 ND L 76.00 86.50 10.50

7 WY L 77.00 86.00 9.00

8 ZK L 78.50 86.00 7.50

9 SP P 77.50 82.50 5.00

10 SN P 75.50 78.00 2.50

11 RR P 75.00 85.50 10.50

12 GL L 56.00 78.00 22.00

13 KR L 71.00 78.00 7.00

14 MC L 71.00 78.00 7.00

15 NU P 57.00 85.00 28.00

16 TT L 71.00 78.00 7.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat skor kreativitas siswa semakin meningkat. Perolehan data skor dari siklus I meningkat pada siklus II. Data

posttest siklus II pada tabel 4.4, menunjukan bahwa:

a. Dari 16 siswa terdapat 2 orang siswa (12,50%) yang menunjukan peningkatan kreativitas yang sangat tinggi dengan skor perubahan ≥20,00 (NU dan GL). b. Terdapat 2 orang siswa (12,50%) siswa yang menunjukan peningkatan

kreativitas yang tinggi dengan skor perubahan ≥10,00 (ND dan RR).

c. Terdapat 12 siswa (75,00%) siswa yang menunjukan peningkatan kreativitas yang cukup dengan skor perubahan ≥1,00 (SN, SP,TT, MC, KR, ZK, AY, AA, AN, DN, WY, dan ER).


(21)

Data tabel di atas, menunjukkan bahwa skor perubahan kreativitas siswa mengalami peningkatan. Skor perubahan pada kategori sangat tinggi mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada tabel 4.3 perbandingan skor kreativitas pra siklus dan siklus I, pada kategori sangat tinggi perubahan skor paling tinggi menunjuk angka 24,50. Sedangkan pada tabel 4.4 perbandingan skor kreativitas siklus I dan II, pada kategori sangat tinggi perubahan skor paling tinggi mencapai 28,00. Dapat dilihat pula peningkatan kreativitas siswa pada kategori cukup, skor perubahan pada tabel 4.3 perbandingan skor kreativitas pra siklus dan siklus I menunjukkan angka yang lebih tinggi dibanding skor perubahan pada tabel 4.4 perbandingan skor kreativitas siklus I dan II. Pada perbandingan skor kreativitas pra siklus dan siklus I, siswa yang peningkatan kreativitasnya berkategori cukup sebanyak 56,25%. Sedangkan pada perbandingan skor kreativitas siklus I dan II siswa yang peningkatan kreativitasnya berkategori cukup meningkat menjadi 75,00%. Hal tersebut menunjukkan bahwa, kreativitas siswa dapat meningkat dengan melihat perubahan skor yang ditunjukkan dari pra siklus, siklus I, dan siklus II.

Peningkatan kreativitas siswa dapat diketahui dengan cara membandingkan dari hasil sebelum tindakan dan sesudah tindakan siklus I dan tindakan siklus II (pra siklus, posttest siklus I, posttest siklus II).


(22)

Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Skor Kreativitas Pra siklus, Posttest

Siklus I dan Posttest Siklus II

No Nama L/P

Rerata Pra Siklus Rerata Siklus I Rerata Siklus II Perubahan dari Pra Siklus ke

Siklus II

1 AA L 71.00 77.00 86.00 15.00

2 AN P 74.50 77.00 86.00 11.50

3 AY P 55.50 78.00 86.00 30.50

4 DN P 71.00 77.00 86.00 15.00

5 ER L 75.50 77.00 86.50 11.00

6 ND L 75.00 76.00 86.50 11.50

7 WY L 75.00 77.00 86.00 11.00

8 ZK L 71.00 78.50 86.00 15.00

9 SP P 71.00 77.50 82.50 11.50

10 SN P 51.00 75.50 78.00 27.00

11 RR P 74.50 75.00 85.50 11.00

12 GL L 35.50 56.00 78.00 42.50

13 KR L 51.00 71.00 78.00 27.00

14 MC L 56.00 71.00 78.00 22.00

15 NU P 55.50 57.00 85.00 29.50

16 TT L 55.50 71.00 78.00 22.50

Berdasarkan data Tabel 4.5 dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut:

a. Dari 16 siswa terdapat 2 siswa (12,50%) yang menunjukan peningkatan kreativitas yang sangat tinggi dengan skor perubahan ≥30,00 (GL dan AY). b. Dari 16 siswa terdapat 5 orang siswa (31,25%) yang menunjukan peningkatan

kreativitas yang tinggi dengan skor perubahan ≥20,00 (MC, TT, SN, KR, NU).

e. Dari 16 siswa terdapat 9 siswa (56,25%) siswa yang menunjukan peningkatan kreativitas yang cukup dengan skor perubahan ≥10,00 (ER, WY, RR, AN, ND, SP, AA, DN, dan ZK).


(23)

Temuan seperti dikemukakan di atas didukung oleh hasil observasi yang dilakukan oleh seorang guru kelas seperti dilaporkan dalam Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II

No Nama Siswa L/P Rerata Siklus I

Rerata

Siklus II Perubahan

1 AA L 76.67 100.00 23.33

2 AN P 78.33 100.00 21.67

3 AY P 74.17 93.33 19.16

4 DN P 78.33 73.33 -5.00

5 ER L 74.17 95.83 21.66

6 ND L 81.67 99.17 17.50

7 WY L 39.17 100.00 60.83

8 ZK L 85.00 100.00 15.00

9 SP P 74.17 75.00 0.83

10 SN P 52.50 68.33 15.83

11 RR P 80.00 70.00 -10.00

12 GL L 52.50 64.17 11.67

13 KR L 73.33 70.00 -3.33

14 MC L 75.00 65.83 -9.17

15 NU P 46.67 70.00 23.33

16 TT L 52.50 85.83 33.33

Berdasarkan tabel 4.6 pada menunjukan bahwa:

a. Dari 16 siswa terdapat 2 siswa (12,50%) yang menunjukan peningkatan kreativitas yang sangat tinggi dengan skor perubahan ≥30,00 (TT dan WY). b. Dari 16 siswa terdapat 4 orang siswa (25,00%) yang menunjukan peningkatan

kreativitas yang tinggi dengan skor perubahan ≥20,00 (ER, AN, AA,dan NU). c. Dari 16 siswa terdapat 5 siswa (31,25%) siswa yang menunjukan peningkatan

kreativitas yang cukup dengan skor perubahan ≥10,00 (GL, ZK, SN, ND, dan AY).

d. Dari 16 siswa terdapat 4 siswa (25,00%) yang menunjukkan penurunan kreativitas dengan skor perubahan ≤ 1 (KR, DN, MC, dan RR).


(24)

Berdasarkan hasil observasi, tabel di atas menunjukkan bahwa kreativitas siswa mengalami peningkatan. Skor perubahan paling tinggi mencapai angka 60,83. Sedangkan skor perubahan paling rendah berada pada angka 21,66. Skor perubahan peningkatan kreativitas yang ditunjukkan siswa cukup tinggi, mencapai 68,75% walaupun terdapat 25,00% yang mengalami penurunan kreativitas.

4.4. Pembahasan

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa melalui teknik home room dengan menggunaan pendekatan inquiry dapat meningkatkan kreativitas siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga. Hal ini dapat diketahui melalui adanya peningkatan skor kreativitas siswa TK Pertiwi pada pra siklus, siklus I, dan siklus II) serta hasil observasi. Seperti dilaporkan dalam Tabel 4.4, dapat dilihat terjadinya perubahan skor kreativitas para siswa. Akan tetapi apabila diperhatikan secara khusus, perubahan skor kreativitas siswa TK tersebut cukup bervariasi.

Berdasarkan data Tabel 4.4 tersebut dapat dikemukakan beberapa pembahasan berikut ini:

a. GL menunjukkan peningkatan kreativitas paling tinggi dengan perubahan skor 42,50. Data skor awal GL cukup rendah, yaitu sebesar 35,50. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II skor kreativitas GL semakin meningkat. Pada siklus I, GL absen sebanyak 1 kali pada pertemuan kedua. Sedangkan pada siklus II GL juga absen sebanyak 1 kali pada pertemuan keempat. GL termasuk siswa yang pendiam. Dalam penyelesaian tugas-tugas, GL masih membutuhkan bantuan dari guru atau penulis. Namun usaha GL


(25)

dalam mengerjakan semua tugas sampai selesai membuahkan peningkatan yang cukup tinggi.

b. AY menunjukkan peningkatan kreativitas paling tinggi kedua dengan perubahan skor 30,50. AY termasuk anak yang aktif di kelas. AY mempunyai rasa ingin tahu yang besar sehingga AY aktif bertanya dan menjawab pertanyaan.

c. Walaupun absen sebanyak 1 kali pada siklus I dan 1 kali pula pada siklus II, NU tetap menunjukkan peningkatan kreativitas paling tinggi ketiga dengan perubahan skor 29,50. NU termasuk siswa yang pendiam. Namun NU selalu berusaha mengerjakan semua tugas secara baik dan mandiri.

d. SN menunjukkan peningkatan kreativitas dengan skor perubahan paling tinggi keempat sebanyak 27,00. Sebelum memulai tindakan siklus I, diperoleh informasi dari wawancara dengan guru TK Pertiwi bahwa SN adalah siswa yang paling susah untuk segera menjalankan tugas-tugas atau perintah. Ketika diberi perintah oleh guru, SN tidak segera menjalankan perintah tersebut. SN juga susah bersosialisasi dengan teman-temannya di kelas. Namun selama tindakan siklus I berlangsung, SN mau dengan segera mengerjakan tugas-tugas. SN tekun dan telaten dalam mengerjakan karya sampai selesai. Melalui teknik home room yang diberikan, SN merasa nyaman dan tanpa paksaan sehingga dapat menunjukkan perubahan yang cukup mencolok. Dalam perubahan sikap, SN menunjukkan perubahan dengan sangat baik. SN mau melaksanakan perintah dengan segera dan mengerjakan tugas secara mandiri sampai selesai.


(26)

e. KR menunjukkan peningkatan dengan skor perubahan sebanyak 27,00. KR termasuk siswa yang semangat dalam mengerjakan tugas. Apabila ada kegiatan menggunting, KR berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan gambar yang digunting. Hasil guntingan memang kurang rapi namun KR menjadi siswa yang pertama selesai, ketika ada kegiatan menggunting gambar. KR selalu telaten mengerjakan tugas sampai selesai. f. Terdapat 3 siswa yang mengalami peningkatan dengan perubahan skor

terendah. Walaupun peningkatan dengan skor perubahan terendah, skor rendah pun tidak terlalu mencolok. Skor perubahan sebanyak 11.00 dimunculkan oleh ER, WY, dan RR. Di kelas ER, WY, dan RR termasuk anak yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan. Ketiga siswa ini memang sangat gemar bercerita saat proses mengerjakan tugas. Namun ketiga siswa ini menghasilkan karya yang baik dan mandiri tanpa bantuan guru atau penulis. Perubahan skor kreativitas seperti dikemukakan di atas didukung pula oleh hasil analisis data observasi selama siklus I dan siklus II berlangsung. Sesuai dengan data Tabel 4.5 dapat dikemukakan pembahasan berikut ini:

a. Dari 10 siswa, 12 siswa (75,00%) mengalami peningkatan kreativitas.

b. Siswa yang menunjukkan peningkatan paling tinggi adalah WY dengan skor perubahan 60,83. WY memang termasuk anak yang pandai, aktif, dan mandiri di kelas. Pada siklus I WY tidak masuk 2 kali dalam 4 kali pertemuan. Hal ini menyebabkan WY tidak dapat mengekspresikan pemahamannya secara optimal. Pada siklus II, WY tidak pernah absen sehingga WY dapat mengerjakan semua tugas-tugas dengan baik dan mandiri. Walaupun tingkat


(27)

kesulitan pada siklus II bertambah, WY semakin tertarik dan penasaran untuk menyelesaikannya secara baik.

c. Siswa yang menunjukkan peningkatan peningkatan paling tinggi kedua adalah TT dengan skor perubahan 33,33. Pada siklus siklus II skor TT mengalami peningkatan yang cukup pesat. TT pada siklus I masih membutuhkan banyak bantuan dari guru/peneliti. Namun pada siklus II TT berusaha menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri.

d. Siswa yang menunjukkan peningkatan paling tinggi ketiga adalah AA dengan skor perubahan 23,33. AA termasuk siswa yang rajin di kelas. AA juga siswa yang semangat dalam menyelesaikan AA selalu berusaha mengerjakan tugas dengan rapi dan mandiri. AA selalu ingin menampilkan karya yang orisinil dan menarik.

e. Siswa yang menunjukkan peningkatan paling tinggi keempat adalah NU dengan skor perubahan 23,33. Nu memang siswa yang pendiam namun NU mampu menyelesaikan semua tugas dengan mandiri.

f. Siswa yang menunjukkan peningkatan paling tinggi kelima adalah AN dengan skor perubahan 21,67. AN termasuk siswa yang membutuhkan banyak dukungan saat proses mengerjakan tugas. Ketika sudah mendapatkan dukungan dari penulis atau guru, AN baru bisa melanjutkan pekerjaannya secara mandiri.

g. Namun terdapat 4 siswa (25,00%) yang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pengaruh tingkat kesulitan dalam pengerjaan hasil karya meningkat pada siklus II dan tingkat kehadiran siswa tersebut.


(28)

h. KR mengalami penurunan dengan skor perubahan -3,33 . KR termasuk anak yang tekun dalam mengerjakan tugas. Tingkat kesulitan pengerjaan tugas dapat menjadi salah satu faktor penurunan kreativitas KR. Dalam 4 kali pertemuan pada siklus II, KR absen 1 kali. Hal ini juga menjadi salah satu factor yang mempengaruhi penurunan skor yang dialami KR. Namun pada umumnya, KR termasuk anak yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan mandiri.

i. Selain KR, DN juga mengalami penurunan dengan skor perubahan -5,00. Tingkat kesulitan pengerjaan tugas dapat menjadi salah satu faktor penurunan kreativitas DN. Dalam 4 kali pertemuan pada siklus II, DN absen satu kali. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan skor yang dialami DN.

j. MC mengalami penurunan dengan skor perubahan -9,17. Semangat MC tergantung pada Susana hati MC. Apabila MC sedang marah atau tidak bisa mengerjakan tugas seperti siswa lain, MC akan menangis dan tidak mau mengerjakan tugas-tugas lain lagi. Tingkat kesulitan pengerjaan tugas dapat menjadi salah satu faktor penurunan kreativitas MC. Dalam 4 kali pertemuan pada siklus II, MC absen satu kali. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan skor yang dialami MC.

k. RR juga salah satu siswa yang mengalami penurunan dengan skor perubahan -10,00. RR termasuk anak yang aktif dalam kelas. RR mampu menyelesaikan semua tugas dengan baik dan mandiri. Jarak antara rumah dan sekolah dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan kreativitas RR.


(29)

Jarak jauh tersebut dapat mempengaruhi kondisi tubuh RR sehingga berpengaruh pula pada kinerja RR dalam mengerjakan tugas. Tingkat kesulitan pengerjaan tugas dapat menjadi salah satu faktor penurunan kreativitas RR. Dalam 4 kali pertemuan pada siklus II, RR absen satu kali. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan skor yang dialami RR.

Berdasarkan pembahasan seperti diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa perubahan skor yang bervariasi tersebut dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain: data awal skor kreativitas, absensi siswa, kemandirian pengerjaan tugas, dan tingkat kesulitan pengerjaan tugas.


(1)

Berdasarkan hasil observasi, tabel di atas menunjukkan bahwa kreativitas siswa mengalami peningkatan. Skor perubahan paling tinggi mencapai angka 60,83. Sedangkan skor perubahan paling rendah berada pada angka 21,66. Skor perubahan peningkatan kreativitas yang ditunjukkan siswa cukup tinggi, mencapai 68,75% walaupun terdapat 25,00% yang mengalami penurunan kreativitas.

4.4. Pembahasan

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa melalui teknik home room dengan menggunaan pendekatan inquiry dapat meningkatkan kreativitas siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga. Hal ini dapat diketahui melalui adanya peningkatan skor kreativitas siswa TK Pertiwi pada pra siklus, siklus I, dan siklus II) serta hasil observasi. Seperti dilaporkan dalam Tabel 4.4, dapat dilihat terjadinya perubahan skor kreativitas para siswa. Akan tetapi apabila diperhatikan secara khusus, perubahan skor kreativitas siswa TK tersebut cukup bervariasi.

Berdasarkan data Tabel 4.4 tersebut dapat dikemukakan beberapa pembahasan berikut ini:

a. GL menunjukkan peningkatan kreativitas paling tinggi dengan perubahan skor 42,50. Data skor awal GL cukup rendah, yaitu sebesar 35,50. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II skor kreativitas GL semakin meningkat. Pada siklus I, GL absen sebanyak 1 kali pada pertemuan kedua. Sedangkan pada siklus II GL juga absen sebanyak 1 kali pada pertemuan keempat. GL termasuk siswa yang pendiam. Dalam penyelesaian tugas-tugas, GL masih membutuhkan bantuan dari guru atau penulis. Namun usaha GL


(2)

dalam mengerjakan semua tugas sampai selesai membuahkan peningkatan yang cukup tinggi.

b. AY menunjukkan peningkatan kreativitas paling tinggi kedua dengan perubahan skor 30,50. AY termasuk anak yang aktif di kelas. AY mempunyai rasa ingin tahu yang besar sehingga AY aktif bertanya dan menjawab pertanyaan.

c. Walaupun absen sebanyak 1 kali pada siklus I dan 1 kali pula pada siklus II, NU tetap menunjukkan peningkatan kreativitas paling tinggi ketiga dengan perubahan skor 29,50. NU termasuk siswa yang pendiam. Namun NU selalu berusaha mengerjakan semua tugas secara baik dan mandiri.

d. SN menunjukkan peningkatan kreativitas dengan skor perubahan paling tinggi keempat sebanyak 27,00. Sebelum memulai tindakan siklus I, diperoleh informasi dari wawancara dengan guru TK Pertiwi bahwa SN adalah siswa yang paling susah untuk segera menjalankan tugas-tugas atau perintah. Ketika diberi perintah oleh guru, SN tidak segera menjalankan perintah tersebut. SN juga susah bersosialisasi dengan teman-temannya di kelas. Namun selama tindakan siklus I berlangsung, SN mau dengan segera mengerjakan tugas-tugas. SN tekun dan telaten dalam mengerjakan karya sampai selesai. Melalui teknik home room yang diberikan, SN merasa nyaman dan tanpa paksaan sehingga dapat menunjukkan perubahan yang cukup mencolok. Dalam perubahan sikap, SN menunjukkan perubahan dengan sangat baik. SN mau melaksanakan perintah dengan segera dan mengerjakan tugas secara mandiri sampai selesai.


(3)

e. KR menunjukkan peningkatan dengan skor perubahan sebanyak 27,00. KR termasuk siswa yang semangat dalam mengerjakan tugas. Apabila ada kegiatan menggunting, KR berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan gambar yang digunting. Hasil guntingan memang kurang rapi namun KR menjadi siswa yang pertama selesai, ketika ada kegiatan menggunting gambar. KR selalu telaten mengerjakan tugas sampai selesai. f. Terdapat 3 siswa yang mengalami peningkatan dengan perubahan skor

terendah. Walaupun peningkatan dengan skor perubahan terendah, skor rendah pun tidak terlalu mencolok. Skor perubahan sebanyak 11.00 dimunculkan oleh ER, WY, dan RR. Di kelas ER, WY, dan RR termasuk anak yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan. Ketiga siswa ini memang sangat gemar bercerita saat proses mengerjakan tugas. Namun ketiga siswa ini menghasilkan karya yang baik dan mandiri tanpa bantuan guru atau penulis. Perubahan skor kreativitas seperti dikemukakan di atas didukung pula oleh hasil analisis data observasi selama siklus I dan siklus II berlangsung. Sesuai dengan data Tabel 4.5 dapat dikemukakan pembahasan berikut ini:

a. Dari 10 siswa, 12 siswa (75,00%) mengalami peningkatan kreativitas.

b. Siswa yang menunjukkan peningkatan paling tinggi adalah WY dengan skor perubahan 60,83. WY memang termasuk anak yang pandai, aktif, dan mandiri di kelas. Pada siklus I WY tidak masuk 2 kali dalam 4 kali pertemuan. Hal ini menyebabkan WY tidak dapat mengekspresikan pemahamannya secara optimal. Pada siklus II, WY tidak pernah absen sehingga WY dapat mengerjakan semua tugas-tugas dengan baik dan mandiri. Walaupun tingkat


(4)

kesulitan pada siklus II bertambah, WY semakin tertarik dan penasaran untuk menyelesaikannya secara baik.

c. Siswa yang menunjukkan peningkatan peningkatan paling tinggi kedua adalah TT dengan skor perubahan 33,33. Pada siklus siklus II skor TT mengalami peningkatan yang cukup pesat. TT pada siklus I masih membutuhkan banyak bantuan dari guru/peneliti. Namun pada siklus II TT berusaha menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri.

d. Siswa yang menunjukkan peningkatan paling tinggi ketiga adalah AA dengan skor perubahan 23,33. AA termasuk siswa yang rajin di kelas. AA juga siswa yang semangat dalam menyelesaikan AA selalu berusaha mengerjakan tugas dengan rapi dan mandiri. AA selalu ingin menampilkan karya yang orisinil dan menarik.

e. Siswa yang menunjukkan peningkatan paling tinggi keempat adalah NU dengan skor perubahan 23,33. Nu memang siswa yang pendiam namun NU mampu menyelesaikan semua tugas dengan mandiri.

f. Siswa yang menunjukkan peningkatan paling tinggi kelima adalah AN dengan skor perubahan 21,67. AN termasuk siswa yang membutuhkan banyak dukungan saat proses mengerjakan tugas. Ketika sudah mendapatkan dukungan dari penulis atau guru, AN baru bisa melanjutkan pekerjaannya secara mandiri.

g. Namun terdapat 4 siswa (25,00%) yang mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pengaruh tingkat kesulitan dalam pengerjaan hasil karya meningkat pada siklus II dan tingkat kehadiran siswa tersebut.


(5)

h. KR mengalami penurunan dengan skor perubahan -3,33 . KR termasuk anak yang tekun dalam mengerjakan tugas. Tingkat kesulitan pengerjaan tugas dapat menjadi salah satu faktor penurunan kreativitas KR. Dalam 4 kali pertemuan pada siklus II, KR absen 1 kali. Hal ini juga menjadi salah satu factor yang mempengaruhi penurunan skor yang dialami KR. Namun pada umumnya, KR termasuk anak yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan mandiri.

i. Selain KR, DN juga mengalami penurunan dengan skor perubahan -5,00. Tingkat kesulitan pengerjaan tugas dapat menjadi salah satu faktor penurunan kreativitas DN. Dalam 4 kali pertemuan pada siklus II, DN absen satu kali. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan skor yang dialami DN.

j. MC mengalami penurunan dengan skor perubahan -9,17. Semangat MC tergantung pada Susana hati MC. Apabila MC sedang marah atau tidak bisa mengerjakan tugas seperti siswa lain, MC akan menangis dan tidak mau mengerjakan tugas-tugas lain lagi. Tingkat kesulitan pengerjaan tugas dapat menjadi salah satu faktor penurunan kreativitas MC. Dalam 4 kali pertemuan pada siklus II, MC absen satu kali. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan skor yang dialami MC.

k. RR juga salah satu siswa yang mengalami penurunan dengan skor perubahan -10,00. RR termasuk anak yang aktif dalam kelas. RR mampu menyelesaikan semua tugas dengan baik dan mandiri. Jarak antara rumah dan sekolah dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan kreativitas RR.


(6)

Jarak jauh tersebut dapat mempengaruhi kondisi tubuh RR sehingga berpengaruh pula pada kinerja RR dalam mengerjakan tugas. Tingkat kesulitan pengerjaan tugas dapat menjadi salah satu faktor penurunan kreativitas RR. Dalam 4 kali pertemuan pada siklus II, RR absen satu kali. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan skor yang dialami RR.

Berdasarkan pembahasan seperti diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa perubahan skor yang bervariasi tersebut dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain: data awal skor kreativitas, absensi siswa, kemandirian pengerjaan tugas, dan tingkat kesulitan pengerjaan tugas.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Salatiga T1 132009023 BAB IV

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kreativitas Siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga Melalui Teknik Home Room dengan Menggunakan Pendekatan Inquiry

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kreativitas Siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga Melalui Teknik Home Room dengan Menggunakan Pendekatan Inquiry T1 132008022 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kreativitas Siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga Melalui Teknik Home Room dengan Menggunakan Pendekatan Inquiry T1 132008022 BAB II

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kreativitas Siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga Melalui Teknik Home Room dengan Menggunakan Pendekatan Inquiry T1 132008022 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kreativitas Siswa TK Pertiwi Banjaran Salatiga Melalui Teknik Home Room dengan Menggunakan Pendekatan Inquiry

0 0 43

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Destilasi Menggunakan Tenaga Surya T1 BAB IV

0 1 14

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Perilaku Merokok dengan Kepercayaan Diri Siswa LakiLaki SMK Bhakti Nusantara Salatiga T1 BAB IV

0 0 6

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kedisiplinan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Role Play Siswa Kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 2 Salatiga T1 BAB IV

0 0 17

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB IV

0 1 20