Potensi Agrowisata Subak Tegenungan.

(1)

POTENSI AGROWISATA SUBAK TEGENUNGAN

DESA KEMENUH KECAMATAN SUKAWATI

KABUPATEN GIANYAR

Oleh :

Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta, MS.

Ni Putu Vivi Febryyana

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat-Nya penelitian ini ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian ini menekankan untuk melihat potensi dari Subak Tegenungan untuk bisa dikembangkan sebagai daerah Pariwisata.

Subak-subak yang ada di Bali sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daerah pariwisata karena keunikan kehidupan pertaniannya disamping karena keindahan alamnya. Sangat ironis jika didaerah yang pariwisatanya sangat berkembang dan maju tapi kehidupan petaninya sangat miskin. Padahala petani merupakan pelaku dari kebudayaan di Bali. Subak merupakan asset budaya dan asset pariwisata.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki hasil penelitian ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga hasil penelitian ini ada manfaatnya, khususnya untuk membantu pemikiran untuk mengembangkan subak-subak yang ada di Bali agar bisa menikmati kemajuan pariwisata dan kehidupan petani lebih sejahtera.

Denpasar, Desember 2015 Peneliti


(3)

RINGKASAN

Subak Tegenungan Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar memiliki potensi yang sangat besar dikembangkan sebagai Agrowisata. Agrowisata merupakan kegiatan tersistem antara pariwisata dengan pertanian sehingga kemajuan pariwisata di Bali dapat juga berimbas pada kemajuan pertanian atau peningkatan pendapatan petani. Dengan demikian petani tidak hanya hidup dari penjualan produk pertaniannya saja tapi juga dapat menjual budaya pertaniannya.

Tujuan penelitian adalah untuk menggali potensi yang mungkin dikembangkan untuk menjaring wisatawan berkunjung ke Subak Tegenungan. Disamping itu penelitian ini juga dilakukan untuk menawarkan berbagai inovasi yang mungkin dikembangkan sebagai penunjang atau daya tarik agar wisatawan tertarik mengunjungi Subak Tegenungan.

Hasil penelitian dengan analisis SWOT dapat disimpulkan kekuatan yang sangat menonjol menjadikan Subak Tegenungan sebagai daerah Agrowisata adalah letaknya yang sangat dekat obyek wisata yaitu hanya 1,5 km dari pasar Sukawati yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Peluang penting yang dimiliki oleh petani di Subak Tegenungan adalah banyaknya lahan tidur yang tidak digarap dan sekee gong yang sudah berkembang didaerah ini.

Berbagai jenis paket wisata yang dapat dikembangkan didaerah ini antara lain: bersepeda ditengah sawah (rice field cycling), arung jeram, pembangunan art shop yang dikelola oleh petani, pembangunan restoran ditepi sawah, paket membajak sawah secara tradisional dan modern, menanam padi secara tradisional, panen padi, memancing di kolam pancing, pertunjukan kesenian tradisional, kegiatan upacara pertanian, spesial kegiatan tahun baru ala petani.

Agar paket wisata yang ditawarkan tersebut dapat berjalan dengan baik maka perlu dirancang berbagai sarana dan prasarana antara lain:

1. Sarana dan prasarana yang dapat memberi rasa aman kepada para wisatawan, baik keamanan dari segi gangguan kriminalitas, dan keamanan yang mungkin mengancam jiwa dari wisatawan.

2. Kesejukan yaitu suasana yang dapat memberi kepuasan kepada wisatawan antara lain bebas dari polusi, keindahan alam, penataan alamnya, penataan tata letak pasilitas yang dikembangkan untuk member rasa sejuk kepada para wisatawan.

3. Ketertiban, pengaturan para wisatawan maupun para wisatawan, yang mana yang boleh dilakukan dan yang mana tidak boleh dilakukan. Pengaturan pedagang acung perlu ditertibkan agar tidak mengganggu wisatawan.

4. Pelayanan dan keramahan. Perlu diatur pengadaan pemandu wisata yang memiliki kompetensi memadai, serta penyertaan pedagang kaki lima dari kalangan petani. Perlu dibuat pusat informasi untuk mempermudah komunikasi kedalam maupun keluar desa. 5. Perlu terus menerus dipelihara cirri keunikan dan keindahan sehingga menimbulkan daya tarik yang tinggi bagi wisatawan.

6. Memperbanyak variasi paket wisata yang disediakan sehingga memberi pengalaman yang banyak bagi wisatawan sehingga keinginan berkunjung berulangkali dapat terjadi.

Saran-saran yang dapat disampaikan adalah petani tidak mungkin bergerak sendiri tanpa ada campur tangan dari luar. Oleh karena itu pemerintah Daerah Gianyar melalui Dinas Pariwisata kabupaten maupun Propinsi diharapkan dapat memfasilitasi usaha-usaha pengembangan Subak Tegenungan menjadi daerah Agrowisata. Kerjasama


(4)

dapat dilakukan dengan berbagai investor, namun sedapat mungkin penyertaaan petani sebagai subyek dari kegiatan Agrowisata tersebut harus didahulukan. Investor tidak mengexploitir petani untuk bisnis mencari keuntungan semata. Untuk itu rambu perlu disusun agar kerjasam trimitra antara pemerintah, pengusaha dan petani dapat sinergis saling menguntungkan.


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

RINGKASAN ………. ii

DAFTAR ISI … .……… ………. iv

DAFTAR TABEL ..……….. v

DAFTAR GAMBAR ………. . vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……….………...……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….……… 9

1.3 Tujuan penelitian ………..………..……….…… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Agrowisata ... 10

2.2 Agrowisata Sebagai Potensi Agribisnis di Bali ……….. 10

2.3 Kendala Melaksanakan Agrowisata ……….. 12

2.4. Pertanian, Subak dan Pariwisata ……… 14

2.5 Variabel Penilai Potensi dan Perkembangan Obyek Wisata ……….. 17

2.6. Tri Mitra Pembangunan Agrowisata ……….. 21

2.7. Analisis SWOT ……… 22

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 24

3.2. Jenis dan Sumber Data ……… 24

3.3. Metode Pengumpulan Data ……… 24

3.4. Variable Penelitian ……… 24

3.4. Instrumen Pengumpulan Data ……… 25

3.5. Analisis Data ……… 25

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subak Tegenungan ……… 26

4.2 Analisis SWOT ……… 26

4.2.1 Strengh (Kekuatan) ……… 26

4.2.2 Weakness (kelemahan) ………. 26

4.2.3 Opportunities (Kesempatan) ……… 27

4.2.4 Threat (Ancaman) ……… 27

4.3. Paket Wisata yang ditawarkan ……… 27


(6)

4.3.2 Arung Jeram ………. 28

4.3.3. Pembangunan “artshop”……….. 28

4.3.4 Pembangunan Restoran di tepi sawah ……… 30 4.3.5 “ Plowing” (Modern & Traditional) ………. 30

4.3.6 “ Special Rice Planting” (Organic Rice) ……….. 31

4.3.7 Special Rice Harvest” (Modern & Traditional)……… 31

4.3.8 “Pool Fishing” ……….. 33

4.3.9 Balinese Music Performance & Excercise ……… 33

4.3.10 Spiritual Ritual ………. 34

4.3.11 Special Event Tahun Baru ……….. 35

4.4. Variabel Kelayakan Yang dirancang ……… 36

4.4.1 Keamanan ……… ..………. 36

4.4.2 Kesejukan ……… 36

4.4.3 Ketertiban ……… 37

4.4.4 Pelayanan dan Keramahan ……….. 37

4.4.5 Keunikan, keindahan, Menarik ……….. 37

4.4.6 Pengalaman ……… 37

4.5. Tahapan Pelaksanaan ……… 37

4.5.1 Pembangunan ……….. 38

4.5.2 Training atau pelatihan ……… 38

4.5.3 Kerjasama dan Promosi ……… 38

4.5.4 Pelaksanaan……… 38

4.5.5 Evaluasi ……… 38

4.6 Format Pengelola Agrowisata Subak Tegenungan ………. 39

4.7. Target Pasar (Market Target) ……… 39

4.8. Rancangan Anggaran Biaya ………. 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 41

5.1. Kesimpulan ……… 41

5.2. Saran-saran ……… 42


(7)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara agraris dan mempunyai kekayaan akan hasil alam yang melimpah, Indonesia ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan pemerintah masih harus mengimpor dari negara lain. "Impor produk-produk pangan Indonesia setiap tahun makin tidak terbendung dan sudah pada tahap kronis. Hampir 65 persen dari semua kebutuhan pangan di dalam negeri kini dipenuhi dari impor," kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Natsir Mansyur di Jakarta, Selasa (4/9/2012).

Sektor pangan, menurut Natsir, terus dibanjiri produk impor karena pemenuhan suplai dalam negeri terus berkurang akibat produksi yang rendah. Faktor inovasi menjadi salah satu penyebab produktivitas selalu rendah. "Masalah diversifikasi pangan saat ini hanya slogan saja. Pemerintah hanya mengejar target swasembada pangan di berbagai bidang seperti swasembada daging, namun hanya dipatok berdasarkan target-target normatif tanpa proses merealisasikan target yang konkret dan sistematis," paparnya. Adapun pengamat pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin, mengatakan kesalahan pemerintah telah berlangsung sejak lama, sehingga ketergantungan pada bahan pangan impor tidak dapat dihindari. Pertanian merupakan landasan atau pondasi dari pertumbuhan ekonomi dan pemerintah harus berpikir komprehensif dalam membangun pertanian. "Pemerintah diharapkan meningkatkan sektor pertanian mulai dari hulu seperti lahan, input, kredit, infrastruktur, pemberdayaan manusia hingga ke hilir yakni industri yang menimbulkan nilai tambah dan efisiensi bagi petani. Selain itu, pemerintah tidak hanya berbicara fisik atau hasil produksi pertanian.


(8)

Bustanul menambahkan, kesejahteraan petani merupakan masalah utama yang harus menjadi prioritas. Meningkatkan produksi bukan suatu pekerjaan yang sulit, pengembangan teknologi baru dengan varietas unggul serta membudidayakannya merupakan salah satu cara meningkatkan produksi. "Jika pemerintah pusat bisa melaksanakannya, tinggal mendesain sedemikian rupa kebijakan itu agar bisa dilaksanakan di lapangan (petani) atau pemerintah daerah. Swasembada merupakan target yang sulit dilakukan, namun yang paling penting adalah menyejahterakan petani, sebab swasembada hanya ekspor, impor dan masalah produksi," katanya.(Antara/msb)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam kurun waktu Januari hingga November 2013, pemerintah Indonesia tercatat mengimpor lebih dari 17 miliar kilogram bahan pokok senilai US$ 8,6 miliar atau setara Rp (kurs: Rp 104,9 triliun). Berikut daftar lengkap 29 komoditas bahan pangan yang diimpor Indonesia kurun Januari-November 2013

Tabel 1. Import Indonesia terhadap 29 jenis komoditi pertanian

Komoditi Nilai Import (juta US $)

Volume import (juta kg)

Negara Exsportir

Beras 226,4 432,8 Vietnam, Thailand, India, Pakistan, Myanmar

Jagung 822,35 2,8 miliar India, Brasil, Argentina, Thailand, Paraguay

Kedelai 1 juta 1,62 miliar Amerika Serikat (AS), Argentina, Malaysia, Paraguay, Uruguay,

gandum 2,26 juta 6,21 miliar Australia, Kanada, AS, India, Ukraina Tepung

terigu

74,9 185,8 :Srilanka, India, Turki, Ukraina, Jepang

Gula pasir 44,4 75,8 Thailand, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Selandia Baru


(9)

Gula Tebu 1,5 juta 3,01 Thailand, Brasil, Australia, El Salvador, Afrika Selatan

Daging sejenis lembu

185,8 41,5 Australia, Selandia Baru, AS dan Singapura

Jenis lembu 271,2 104,4 Australia Daging

ayam

0,030.259 0,000.010.825 Malaysia

Garam 85,6 1,85 miliar Australia, India, Selandia Baru, Jerman, Denmar

Mentega 93,7 20,8 Selandia Baru, Belgia, Australia, Prancis, Belanda

Minyak goreng

77,4 84,7 Malaysia, India, Vietnam, Thailand, Indonesia

Susu 772,4 194,5 Selandia Baru, AS, Australia, Belgia, Belanda

Bawang merah

38,9 81,3 India, Thailand, Vietnam, Filipina, China

Bawang putih

333,3 404,2 China, India, Vietnam

Kelapa 868.209 835.941 Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam Kelapa

Sawit

2,4 3,25 Malaysia, Papua Nugini, Virgin Island

Lada 3,4 371.002 kg Malaysia, Vietnam, Belanda, AS Teh 27,7 19,5 Vietnam, Kenya, Iran, India, Srilanka Kopi 37,4 15,2 Vietnam, Brasil, AS, Italia

Cengkeh 3,3 309.299 kg Madagaskar, Brasil, Mauritius, Singapura, dan Comoros

Kakao 73,2 29,3 Ghana, Pantai Gading, Papua Nugini, Kamerun dan Ekuador

Cabai US$368.361 293.926 kg Vietnam dan India Cabe

(kering)

20,9 17,1 India, China, Thailand, Jerman, Spanyol

Cabe (awet) 2,7 2,6 Thailand, China, Malaysia dan Turki Tembakau 571,6 111,8 China, AS, Turki, Brasil, Italia Ubi kayu US$ 38.380 100.798 kg Thailand dan Vietnam

Kentang US$ 27,6 44,6 juta Australia, Kanada, AS, Mesir, Jerman


(10)

Ada yang menyebutkan, lemahnya ekspor pangan Indonesia karena penduduknya mengkonsumsi pangan yang besar. Namun kenapa AS dengan jumlah penduduk lebih besar mampu mengekspor pangan sangat besar. Lalu apa yang salah?. Petani sudah bekerja ekstra keras namun lonjakan hasilnya bergerak pelan. Salah satu penyebabnya adalah Litbang Pertanian kita terlalu lama terbenam keasyikan mencari varitas benih padi terbaik. Petugas pertanian kita termasuk PPL tahunya hanya bercocok tanam padi, dan itulah yang dikerjakan setiap hari dan setiap tahun. Ukuran keberhasilan pejabat pertanian di daerah termasuk gubernur dan bupatinya terlalu lama menggunakan ukuran kecukupan beras di masing-masing daerah sehingga menjadi target jabatan dan politik yang harus diperjuangkan. Akibatnya varitas bidang lain tertinggal. Contohnya kedele, negara yang terkenal dengan tempe, tapi sayang bahan bakunya harus diimport. Jagung lebih maju karena memiliki benih unggul yaitu hibrida sehingga ada harapan menyetop impor, Namun tetap kurang, sehingga jagung import yang mahal inilah yang menyebabkan harga daging ayam jauh lebih mahal di Indonesia dibandingkan harga ayam di Australia atau di Amerika.

Jalan keluar masalah ini seharusnya melalui kerja mati-matian melakukan riset.di sektor pertanian. Riset pertanian perlu anggaran sangat besar. Amerika Serikat, Thailand dan Malaysia sudah membuktikan manfaat riset tersebut. Lewat riset AS menemukan varietas terbaik dan pola tanam prima. Seorang petani AS mampu menggarap 200 ha dengan efisien. AS mampu memadukan hasil riset kelas satu dengan teknologi dan SDM kelas satu pula. Di indonesia ilmuwan pertanian dari perguruan tinggi tidak banyak dilibatkan, karena struktur hubungan ilmuwan pertanian dengan birokrat pertanian tidak ada, sehingga jalan sendiri-sendiri. Perguruan tinggi yang memiliki hasil penelitian tidak


(11)

mampu menjangkau petani, sedangkan birokrat di departemen pertanian tidak mau dianggap bodoh, padahal rutinitas kerjanya lebih banyak bersifat administrasi, sangat langka kegiatan keilmiahan. Sistem pertanian yang kita gunakan selama ini memang keliru dan harus ada keberanian untuk berubah. Keharusan untuk berubah dari tahun ketahun tetap menjadi wacana, tanpa pernah terlaksana. Komitmen para pimpinan bangsa ini memang hanya sebatas wacana tanpa komitmen untuk melaksanakannya secara serius.

Di masa yang akan datang pembangunan pertanian harus menggunakan prinsip Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Unsur-unsur penting Pembangunan Berkelanjutan adalah: (1) Pembangunan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, (2) pembangunan dengan pemanfaatan sumber daya alam (SDA) secara bijaksana, (3) pembangunan dengan menyeimbangkan antara produksi dan kebutuhan konsumsi, (4) pembangunan penanggulangan kemiskinan, (5) pembangunan dengan perbaikan mutu sumber daya manusia (SDM) dan pemberdayaan yang optimal SDA dan SDM dan (6) pemanfaatan kemajuan teknologi yang semakin maju. Dalam persaingan global negara-negara berkembang akan ada di pihak yang lemah dibandingkan negara maju. Walupun sama-sama mengalami proses kemajuan, namun kemajuan yang diraih oleh negara-negara maju akan jauh lebih besar dibandingkan negara-negara berkembang. Jika ingin bersaing sejajar dengan negara-negara maju, maka ketinggalan teknologi dan mutu sumber daya manusia harus dikejar. Perguruan tinggi pertanian dan riset akan memiliki peranan yang sangat penting. Sidang UN Commision on Sustaibnable Development (UNCSD) atau Action 1993 di Rio de Janeiro Brasil


(12)

antara lain juga menekankan pentingnya memperhatikan Pembangunan Berkelanjutan ini. Namun setelah satu dekade aplikasinya tetap saja tidak ada.

Jika benar seperti itu berarti sistem pertanian kita di Indonesia yang kita gunakan selama ini adalah salah. Lalau salahnya dimana?. Apakah karena kita terlalu banyak mengikuti seminar, tidak pernah melakukan tindakan nyata?. Atau kita tidak pernah memiliki persepsi yang sama tentang cara memperlakukan petani dan pertanian di negara ini?. Atau kita ini adalah robot-robot yang tidak terlatih untuk berinisiatif dan telah terbiasa dikomando untuk melakukan sesuatu?. Apakah iptek kita sedemikian tertinggal? Atau karena kita tidak pernah melakukan penelitian yang tepat guna, atau kita sayang mengeluarkan uang untuk penelitian sehingga honor penelitinya lebih rendah dari pendapatan pedagang bakso dorongan. Atau kita tidak menghargai penelitian sebagai pengembangan iptek dan bagian yang penting untuk merencanakan masa depan? Atau negara ini hanya milik beberapa gelintir orang yang mengatur dan menentukan masa depan, sementara tongkat komando yang digunakannya bukan tongkat yang lurus melainkan tongkat butut yang bengkok-bengkok. Apakah karena perencanaan pembangunan pertanian kita yang salah, sementara kita tahu itu salah tetapi tidak bisa berbuat banyak untuk memperbaikinya karena kita tidak biasa bekerja terpadu dan terkoordinasi dalam satu tim? (contoh: sepak bola).

Pariwisata memiliki peluang yang cukup baik untuk dikembangkan pada era di Propinsi Bali. Propinsi Bali tidak memiliki sumber daya alam industri atau hasil tambang yang dapat dipakai untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Sumber daya yang dimiliki adalah keindahan alam danbudayanya. Oleh karena itu pariwisata merupakan satu-satunya sumber daya yang bisa digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan


(13)

ekonomi masyarakat. Sektor pariwisata merupakan penghasil devisa penting bagi Negara Indonesia. Disamping itu sektor pariwisata juga diharapkan dapat berpeluang untuk dapat menjadi pendorong pertumbuhan sektor pembangunan lainnya seperti : sektor pertanian, perkebunan, perdagangan, perindustrian dan lain-lainnnya.

Pariwisata memerlukan inovasi terus menerus sehingga tidak stagnan pada suguhan yang ada pada saat ini. Pariwisata harus bergerak terus sehingga bisa mendorong wisatawan dating berulang kali ke Bali. Oleh karena itu potensi-potensi lain yang masih ada harus digarap dan dikembangkan terus menerus.

Salah satu unggulan yang belum digarap dengan serius saat ini adalah sektor pertanian. Bali memiliki Sistem Subak yang bersifat tradisional. Subak merupakan organisasi petani di Bali yang bersifat sosial religious dan tentu juga ekonomis.

Unsur dari sektor pertanian yang belum digarap secara optimal adalah agrowisata (agro tourism) yang menawarkan keindahan alam pertanian, produksi serta organisasi kegiatannya yang berupa subak belum tertata dan dimanfaatkan secara optimal. Agrowisata dibedakan dengan wisata agro. Wisata agro lebih cendrung merupakan kegiatan dunia pariwisata untuk menyenangkan wisatawan dengan melihat kegiatan pertanian. Ini bersifat melayani wisatawan agar senang, tanpa memperhatikan apakah petani dapat diuntungkan dengan kegiatan pariwisata tersebut. Berbeda dengan istilah Agrowisata yaitu penciptaan system agar antara kegiatan pariwisata dengan pertanian dapat terintegrasi saling menguntungkan. Kemajuan perkembangan pariwisata harus diikuti dengan perkembangan atau kemajuan pertanian. Pertanian tidak menjadi obyek semata, tapi seharusnya pertanian menjadi partner pariwisata. Petani harus ikut menjadi subyek bukan hanya obyek dalam pariwisata. Untuk itu diperlukan inovasi yang bisa


(14)

menciptakan agar pertanian dapat memanfaatkan kesempatan meraih pendapatan dari pariwisata.

Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan yang memanfaatkan potensi pertanian sebagai obyek wisata, baik potensi pemandangan alamnya, kawasan lingkungan, maupun kekhasan aktifitas produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat petaninya. Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha dibidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan.

Subak merupakan salah satu warisan budaya dunia yang merupakan tempat bagi komunitas petani melaksanakan kegiatan pertanian. Subak juga dapat membantu petani dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Karena dengan pengaturan sistem irigasi di subak secara adil membuat seluruh krama (anggota) bisa mendapatkan air irigasi secara merata.

Namun, dewasa ini banyak petani anggota subak tidak merasakan kesejahteraanbaik dari segi finansial maupun ketahanan pangan. Hal itu dilatarbelakangi karena pertumbuhan ekonomi yang menuntut setiap individu untuk meningkatkan kebutuhan hanya secara holistik.

Salah satu yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani tanpa mengubah nilai sosial dan kultural dari subak adalah merevitalisasi kawasan subak menjadi daerah agrowisata. Itu merupakan hal yang logis mengingat subak memiliki banyak faktor pendukung yang dapat membuatnya menjadi kawasan agrowisata. Hal itu dapat diilihat dari berbagai aspek seperti: keunikan, keindahan, pelayanan, keramahan yang merupakan subjek penting untuk meningkatkan agrowisata.


(15)

Salah satu subak yang dapat dikembangkan adalah Subak Tegenungan yang terletak di Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Subak ini berpotensi dijadikan kawasan agrowisata karena memiliki banyak sumberdaya yang mendukung di dalamnya. Disamping itu subak ini memang sudah ada dalam lingkungan kegiatan pariwisata yang sangat maju. Wisatawan sudah ada tinggal menciptakan system agar wisatawan yang berlimpah itu melirik pertanian dan merasa terhibur dangan adanya kegiatan pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah potensi yang dimiliki oleh Subak Tegenungan baik kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Dengan kata lain bagaimanakah analisis SWOT dari Subak Tegenungan ?

2. Bagaimanakah inovasi yang bisa dikembangkan dalam proyek agrowisata yang mungkin dikembangkan di Subak Tegenungan?

3. Langkah-langkah apa yang harus ditempuh untuk mengembangkan Subak Tegenungan sebagai kawasan agrowisata

1.3 Tujuan Penelitian

1. Merinci potensi yang dimiliki oleh Subak Tegenungan dengan melakukan analisis SWOT terhadap Subak Tegenungan.

2. Menciptakan inovasi yang mungkin dikembangkan pada Subak Tegenungan sehingga Subak Tegenungan dapat menjadi daerah Agrowisata.

3. Menyusun langkah-langkah yang harus diambil untuk mengembangkan Subak Tegenungan sebagai kawasan agrowisata.


(16)

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Agrowisata

Menurut Asiasi Wisata Agro Indonesia (2004) Agrowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat spesifik, dimana pengunjung dapat menikmati keindahan dan keunikan alami skaligus menikmati produk agro atau dapat tingggal dilingkungan pertanian, terlibat dalam proses produksi yang kesemuanya dilakukan untuk dapat mengalami menikmati , mempelajari dan menghayati bagian dari kehidupan keseharian yang berlangsung di suatu lingkungan pertanian.

Agrowisata merupakan pemasaran langsung produk pertanian karena para petani dapat menjual secara langsung hasil pertaniannya tanpa melalui saluran distribusi. Menurut Harahap (2006) agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah : (1) wisata daerah perkebunan yang dapat dilakukan mulai kegiatan pra produksi seperti: pembibitan, pemeliharaan dan pasca produksi seperti : pengelolaan dan pemasaran, (2) Wisata pertanian di daerah tanaman pangan dan hias paket yang menyediakan kunjungan tanaman pangan seperti : padi, kebun buah, kebun bunga, dll. (3) Wisata Daerah perikanan dapat menyaksikan teknologi budidaya ikan dan aktifitas perikanan seperti memancing dan menjaring. (4) Wisata Daerah Peternakan merupakan kegiatan wisata yang bertujuan untuk mempelajari cara-cara berternak tradisional maupun secara modern seperti pada peternakan unggas, sapi perah, dan ternak potong.

2.2. Agrowisata Sebagai Potensi Agribisnis di Bali

Agrowisata memilliki prospek yang sangat cerah untuk diperhatikan. Pariwisata mempekerjakan 204 juta orang di seluruh dunia, atau satu dari sembilan pekerja, 10,6 persen dari angkatan kerja global. Pariwisata adalah penyumbang ekonomi terkemuka di


(17)

dunia menghasilkan 10,2 persen produk nasional bruto dunia. Disamping itu pariwisata adalah produsen terkemuka untuk pendapatan pajak sebesar 655 miliar US dolar. Pariwisata adalah industri terbesar di dunia dalam hal keluaran bruto, mendekati 3,4 triliun US dolar. Pariwisata merupakan 10,9 persen dari semua belanja konsumen, 10,7 persen dari semua investasi modal, dan 6,9 persen dari semua belanja pemerintah. Antara tahun 1990 - 1993 pekerjaan dalam bidang pariwisata berkembang 50 persen lebih cepat daripada pekerjaan dunia. Pariwisata akan menghasilkan 144 juta pekerjaan di seluruh dunia sampai tahun 2005 dimana diantaranya 112 juta pekerja berkembang dengan pesat di Asia Pasifik. Jika dikelola dengan baik, pariwisata akan mampu menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar Indonesia. Oleh karena itu agribisnis-agrowisata menjadi potensi yang sangat penting dalam menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani di Indonesia. Kendala yang dihadapi adalah sumber daya manusia dalam segala aspeknya yang belum memadai.

Agrowisata tidak sama dengan wisata agro. Wisata agro merupakan kegiatan wisata yang bertujuan untuk memberi kepuasan kepada wisatawan dengan cara memberi suguhan keunikan dan keindahan sektor pertanian. Penekanannya adalah pada kepuasan wisatawan tanpa memperhatikan kepuasan petani. Oleh karena itu petani dan pertanian hanya dijadikan monumen tontonan wisatawan atau menjadi obyek wisata. Dalam wisata agro petani hanya menjadi obyek pariwisata bukan sebagai subyek pariwisata.

Kegiatan Wisata agro merupakan bagian dari sistem Agrowisata dan tetap perlu ada. Agrowisata adalah suatu sistem kegiatan terpadu dan terkoordinasi untuk mengembangkan sektor pariwisata sekaligus dengan sektor pertanian untuk memelihara kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam sistem ini


(18)

pariwisata dan pertanian harus diletakkan dalam satu lingkaran sistem yang utuh. Dunia pariwisata sering mengabaikan ini malahan cendrung mengobyekkan pertanian untuk kesenangan pariwisata. Pelaku pariwisata sering tidak merasakan hutang budi petani sebagai basis budaya yang justru menyuburkan pariwisata. Pariwisata mustahil bisa berkembang jika tanpa petani, karena petanilah yang menjadi pelaku dan mengembangkan kebudayaan. Tanpa ikut campur pemerintah, maka mustahil sektor pariwisata memitrakan pertanian dengan sejajar dan mustahil pula pertanian memasuki sendiri menjadi mitra pariwisata. Oleh karena itu tiga komponen yaitu pemerintah (regulasi), pertanian (produsen) dan dunia usaha (ekonomi) harus memiliki hubungan kemitraan yang bolak balik. Dengan demikian dalam agrowisata sekaligus dibahas masalah agribisnis, agropolitik, agroindustri, agroekosistem dan pertanian berkelanjutan. Pariwisata harus memiliki dimensi yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Dengan demikian pengembangan agrowisata harus diarahkan pada bentuk bisnis pertanian rakyat, bukan pertanian konglomerasi. Hal ini disebabkan karena dampak negatif dari pariwisata biasanya paling banyak menyentuh rakyat kecil yaitu petani. 2.3. Kendala Melaksanakan Agrowisata

Secara langsung atau tidak langsung pariwisata dapat memberi keuntungan bagi sektor pertanian. Namun demikian bukan berarti tanpa kendala dan masalah. Perkembangan sektor pariwisata seperti juga industri akan mempersempit lahan pertanian, khususnya lahan sawah. Ini terjadi karena alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Alih fungsi ini diperkuat lagi karena persaingan pemanfaatan air yang sering dimenangkan oleh sektor pariwisata yang bermodal kuat dibanding sektor pertanian yang tanpa kekuatan.


(19)

Pembangunan pariwisata yang tidak bertanggung jawab akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan alam fisik dan sikap hidup petani. Agrowisata memerlukan koordinasi kerja antar sektor. Kenyataanya koordinasi kerja dan hubungan fungsional antara sektor pertanian, pariwisata dan lingkungan dalam mewujudkan kesejahteraan petani belum berlangsung optimal, walaupun sistem kerja terkoordinasi ini sudah pernah berusaha diatur, bahkan sudah diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 tahun 1982, dua puluh tahun yang lalu. Namun hasilnya sama sekali tidak nampak saat ini.

Potensi produksi pertanian di daerah pariwisata di Indonesia cukup tinggi, namun belum dikembangkan secara maksimal kearah yang dapat mendukung sektor pariwisata. Akibatnya timbul salah tanggap yang mengatakan mutu produksi pertanian yang diperlukan sektor pariwisata belum memadai baik kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Padahal sektor pariwisata belum pernah bernegoisasi memecahkan masalah ini dengan petani.

Penanganan pasca panen produk pertanian dan sistem pemasarannya masih menghadapi hambatan yang menyebabkan petani tidak menikmati penghargaan yang layak sebagai produsen hasil-hasil pertanian. Ketimpangan penerimaan pendapatan sektor pariwisata dibanding sektor pertanian terlalu lebar. Selama ini hubungan antara pertanian dengan pariwisata telah berlangsung, namun petani berada dalam posisi yang lemah. Masalah yang sering dihadapi petani kecil dalam memasarkan hasil pertaniannya untuk pariwisata adalah: (1) Tidak ada lembaga yang melindungi petani, (2) Persaingan tidak sehat antar petani, (3) Komisi yang harus dibayar terlalu tinggi dan pembayaran sering mengalami penundaan lama padahal petani kecil memerlukan uang cash yang cepat, (4)


(20)

Penawaran yang terlalu murah yang memojokkan posisi petani. Swalayan sering berulah dalam meneripa produk petani dengan memanfaatkan posisi petani yang lemah.

Salah satu bentuk campur tangan pemerintah dibidang agrowisata adalah buah import. Di masa lalu buah import pernah dibatasi untuk melindungi petani, namun akibatnya kualitas buah lokal petani Indonesia tidak mengalami peningkatan karena tanpa saingan. Namun demikian bisakah petani yang disalahkan?. Apakah sistem pengaturan yang dilakukan pemerintah yang salah dimana pertanian kita terlalu menekankan pada pangan dan mengabaikan teknologi hortikultura?. Kesalahan yang ditimpakan kepada petani yang tidak mampu menghasilkan buah bermutu ini akhirnya membuahkan peraturan bebas import buah-buahan dengan harapan petani akan mampu bersaing menyesuaikan mutu buah import. Buah import akhirnya mampu merebut kantong konsumen di Indonesia dengan mengesampingkan buah lokal. Dalam kondisi SDM petani yang rendah di Indonesia, maka petani tidak mungkin bersaing mandiri tanpa bimbingan. Kelemahan pokok adalah menyediakan sarana produksi termasuk penyediaan bibit dan benih. Justru salah satu titik lemah dalam sistem agribisnis di Indonesia adalah pembibitan dan pembenihan yang tidak mampu dilakukan oleh petani sendiri dan tidak menjangkau petani rakyat. Pemerintah sama sekali tidak memfasilitasi dengan dana yang memadai untuk penellitian. Komitmen tentang penelitian dikesampingkan, komitmen untuk memperoleh keuntungan malalui pajak yang ditonjolkan.


(21)

2.4. Pertanian, Subak dan Pariwisata

Subak merupakan organisasi sosial, religious dan ekonomis petani yang tidak hanya bergerak dibidang pengaturan air dan pengaturan pola tanam, memiliki otonomi penuh. Subak tidak terkait dengan organisasi lain, termasuk dengan pemerintah. Pada masa lalu otonomi ini sangat mutlak. Organisasi subak mengajarkan pendidikan politik dan kehidupan demokratis yang sangat efektif kepada masyarakat di pedesaan. Semua keputusan dilakukan secara musyawarah dengan kesaksian Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Oleh karena itu Sangkepan Subak selalu dilakukan di wantilan atau di Jabaan Pura Subak. Sangkepan selalu didahului dengan doa bersama menggunakan canang dan dupa. Oleh karena itu Sangkepan Subak selalu bernuansa magis. Hal ini penting untuk menghasilkan keputusan yang terbaik dan menghindari konflik intern. Keputusan Sangkepan Subak sangat mutlak mengikat seluruh petani.

Subak memiliki filosofi Tri Hita Karana dan Tri Mandala yang memberi tatanan kehidupan sosial dan lingkungan yang terbagi sedemikian rupa sehingga menimbulkan kehidupan yang harmonis yaitu selaras, serasi dan seimbang. Dalam konsep Tri Hita Karana atau Tri Mandala, maka Subak dibagi dalam kawasan Parahyangan, Palemahan dan Pawongan. (1) Parahyangan merupakan kawasan suci yaitu Pura Subak sebagai tempat para petani untuk mendekatkan dirinya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Semua kegiatan selalu minta petunjuk dan atas ijin Hyang Widhi. (2) Palemahan adalah kawasan persawahan yang menjadi tempat kegiatan produksi petani. Kawasan ini sangat ketat dijaga kesuciannya, sehingga setiap petak pemilikan tetap memiliki bedugul. Bagi petani di Bali, sawah merupakan karunia Tuhan yang diwariskan dari leluhurnya sehingga sawah memiliki nilai religious dan tempat bermukim dan bermain Betari Sri.


(22)

Pada masa lalu jual beli sawah waris pantang dilakukan. (3) Kawasan ketiga adalah kawasan Pawongan yaitu tempat petani melakukan proses sosialisasi. Masing-masing kawasan ini memiliki tata cara pengaturan hak dan kewajiban anggotanya sehingga memberi masyarakat petani dimensi kehidupan yang lengkap.

Pada masa lalu Subak memiliki otonomi yang sangat kuat, termasuk dalam menentukan jual beli tanah sawah yang terjadi di wilayahnya. Jual beli tanah terjadi melalui keputusan Sangkepan Subak. Jual beli hanya terjadi antar anggota subak. Sangat sulit sawah petani dapat dipindahtangankan kepada orang luar. Namun semenjak sertifikat tanah BPPN dijadikan sebagai status hukum kepemilikan tanah yang paling kuat maka otonomi subak dalam jual beli tanah ini menjadi dikebiri. Akhirnya tanah berpindah tangan kepada para investor yang jauh sekali sehingga produktivitas sawah menjadi merosot, munculnya lahan tidur dan lahan ngantuk. Tanah akhirnya menjadi komoditi dagang para spekulan pemilik uang untuk memperoleh keuntungan. Penggunaan tanah sawah yang subur dan produktif untuk tempat pemukiman atau untuk sarana rekreasi dan pariwisata tidak terhindarkan. Penyusutan lahan sawah berlanjut terus di Bali tanpa pernah ada upaya yang serius untuk menghentikannya.

Sawah dan petani adalah aset pariwisata. Sawah memberi kehidupan setengah penduduk Bali yang masih mengandalkan hidupnya dari pertanian. Dari kehidupan pertanian lahir nilai-nilai budaya agraris yang sangat luhur yang dijadikan sebagai aset kepariwisataan (Pariwisata Budaya). Padahal pariwisata merupakan potensi yang paling kuat untuk merusak nilai-nilai budaya agraris yang diilhami oleh kehidupan petani. Pariwisata menggerogoti luas lahan pertanian dan kompetitor yang paling rakus merebut sumber daya alam yang dimiliki petani yaitu air. Namun demikian pariwisata belum


(23)

pernah secara serius memberi kepedulian terhadap kehidupan petani dan terhadap kelompok-kelompok tani. Pariwisata tidak mungkin berkembang di Bali jika Subak dan petani tidak ada. Jauh sekali kesenjangan yang terjadi (antara langit dan bumi) antar dunianya petani yang kumuh dengan dunianya kepariwisataan yang glamour. Banyak kasus-kasus dimana pariwisata melecehkan kehidupan petani, misalnya pemerkosaan para seniman Bali yang diperas untuk menunjukkan hasil cipta karsa berupa seni tari di hotel-hotel dengan upah seadanya yang diangkut dengan truk untuk memuaskan para wisatawan dan untuk mengisi pundi-pundi para maklar seni. Untuk itu dibutuhkan kemauan politik dunia pariwisata untuk ikut memelihara budaya agraris, membantu meningkatkan mutu dan produktivitas petani.

Pariwisata memiliki hutang yang besar terhadap petani, karena pariwisata budaya menggunakan petani dan budaya agrarisnya untuk daya tarik pariwisata. Tanpa petani mustahil pariwisata bisa berkembang di Bali. Namun demikian hutang ini dengan angkuh dicibirkan oleh pelaku pariwisata. Pariwisata sangat berkeberatan membuka akses bagi petani untuk melangkah kedalam dapurnya pariwisata. Dapurnya lebih banyak dijejali dengan berbagai komoditi ekspor. Dalihnya adalah kualitas dan kontinyuitas yang tidak memenuhi standar, padahal didalamnya ada unsur kolusi, korupsi dan komisi. Bantuan diperlukan dari pemerintah yang membuat aturan dan kebijakan untuk memberi perlindungan kepada petani dan membangkitkan itikad baik dunia pariwisata agar mau menggandeng petani.


(24)

2.5. Variabel Penilai Potensi dan Perkembangan Obyek Wisata

Pengukuran memang sangat penting dalam menentukan sesuatu baik itu berupa barang yang dapat dilihat secara nyata maupun sesuatu yang hanya bisa kita rasakan. Misalnya pengukuran secara nyata yaitu mengukur

banyak barang. Pengukuran banyak barang dapat kita lakukan dengan cara menghitungnya. Sedangkan pengukuran sesuatu dengan menggunakan perasaan yaitu seperti keindahan suatu objek pariwisata, kenyamanan yang diberikan. Hal tersebut hanya bisa kita rasakan sendiri karena menyangkut perasaan yang timbul dari dalam diri kita sendiri. Sehingga, penilaian antar orang berbeda – beda antara satu hal dengan yang lainnya.

Dalam menentukan kelayakan suatu tempat atau objek pariwisata kita juga harus mengukurnya supaya objek pariwisata yang dibuka tersebut dapat dikembangkan dan semua orang dapat menikmatinya. Menurut Sutjipta (2010) dalam mengembangkan kepariwisataan ada enam variabel penentu kelayakan yang dapat menjadi pertimbangan.

KEAMANAN: kamtibmas, sosial secutity (rumah sakit, pelayanan kesehatan, rasa aman lahir bathin, kebersihan, keselamatan jiwa dan harta, bebas kriminalitas, makanan yang sehat )

KESEJUKAN: penataan lingkungan, taman, penghijauan, keindahan kota, sampah dan limbah, pencemaran, bau busuk, pertanian organik

TERTIB: kepastian hukum(law inforcement), kepastian waktu, aparat jujur dan melindungi, budaya antre dan disiplin,

PELAYANAN DAN KERAMAHAN: keramahan masy, bersahabat, sadar wisata, mutu pelayanan, perolehan informasi akurat

UNIK, INDAH, MENARIK: pemandangan alam, obyek wisata, kebersihan, kebudayaan, pantai, lingkungan, wajah kota, pertamanan hotel, jalur wisata, bengunan bersejarah, atraksi

PENGALAMAN : potensi manusiawi (ramah, sadar wisata, budaya, pelayanan), potensi alam (keindahan, kebersihan, cenderamata)


(25)

1. Variabel Keamanan.

Pada variabel keamanan ini diukur bagaimana keamanan yang terdapat pada suatu objek pariwisata apakah dapat mendukung dengan baik atau buruk. Subsistem variabel keamanan ini meliputi bagaimana hubungan antara masyarakat dengan pengadaan objek pariwisata yang ada disana apakah mereka mendukung atau tidak. Sehingga dengan adanya dukungan dari masyarakat setempat akan menyebabkan objek pariwisata tersebut dapat dikembangkan lagi. Yang paling penting lagi yaitu bagaimana pengadaan rumah sakit atau penyelamatan yang terdapat pada objek pariwisata tersebut. Apabila pada objek pariwisata terdapat yang terpadu antara keamanan fisik dengan keselamatan kesehatan jiwa pengunjung akan memberikan nilai lebih pada objek pariwisata tersebut. Sehingga, wisatawan akan tertarik untuk berkunjung kesana karena keselamatan mereka terjamin dan jika terjadi apa – apa mereka akan mampu untuk pergi

ke rumah sakit dengan cepat karena terdapat fasilitas kesehatan yang mendukung. Selain fasilitas tersebut yang tak kalah pentingnya yaitu fasilitas telekomunikasi yang tersedia. Dengan fasilitas ini akan menambah rasa keyakinan akan keamanan yang diberikan oleh pengelola objek pariwisata tersebut.

2. Variabel Kesejukan.

Variabel ini memberikan kesan refresh pada otak. Dimana setelah melakukan banyak kegiatan dan otak menjadi stress dengan berwisata pada tempat yang sejuk ini akan dapat mengheningkan pikiran dan otak tidak stress lagi. Dari kesan tersebut akan membangkitakan minat dari pada wisatawan untuk berkunjung dan mengajak orang lain atau teman dekatnya untuk berkunjung kesana. Sehingga, dari satu atau dua orang tersebut akan mampu untuk mempromosikan tempat tesebut menjadi tempat pariwisata


(26)

yang ramai pengunjung. Hal – hal yang perlu dilakukan pada variabel kesejukan ini yaitu adanya penataan lingkungan yang nyaman dan rapi seperti taman yang hijau dengan bunga yang berwarna – warni. Dengan adanya hal – hal tersebut akan menjadikan nilai tambah pada suatu objek wisata.

3. Variabel Ketertiban.

Ketertiban pada objek pariwisata untuk dapat masuk dan menikmati keindahannya akan dapat menunjang dari pada pengembangan objek pariwisata tersebut. wisatawan mengidam – idamkan suatu objek pariwisata yang terstruktur dimana untuk mengunjunginya ada budaya antre sehingga, mengurangi dari pada ketidak nyamanan untuk berkunjung kesana. Seperti jika tidak ada peraturan yang tegas dalam berkunjung ke tempat wisata tersebut maka pengunjung akan berebut untuk saling mendahulukan masuk ketempat pariwisata tersebut dan hal ini akan terlihat jelas ketika terjadi liburan sekolah. Banyak orang ingin berlibur ketempat yang didambakan tersebut, jika tempat tersebut tidak diatur ketertibannya maka kenyamanan pengunjung akan terganggu. Kejadian ini akan menjadi mengurangi kesan nyaman dalam berkunjung. Selain itu juga adanya aparat yang jujur untuk melindungi kenyamanan pengunjung dari pada berwisata. 4. Variabel Pelayanan dan Keramahan.

Pelayanan dan keramahan sangat penting dalam menentukan kelayakan suatu objek pariwisata. Karena dari pelayanan yang ramah tersebut dapat kita nilai apakah objek pariwisata tersebut layak untuk dikembangkan atau tidak. Pelayanan yang ramah akan membuat wisatawan akan tertarik lagi untuk kembali datang ketempat tersebut dari keramahan pengelola, wisatawan akan mendapat kesan yang menarik dari tempat wisata tesebut. Kesan nyaman akan dirasakan oleh wisatwan saat berkunjung ke objek tersebut.


(27)

sehingga semakin baik pelayanan dan ramahnya pelayanan yang diberikan maka, semakin banyak pula wisatawan yang berkunjung kesana.

5. Variabel Keunikan, Keindahan, dan Menarik.

Semakin unik, indah dan menarik tempat wisata maka, akan semakin banyak pula pengunjung yang datang kesana. Seperti di Monkey Forest, Ubud banyak wisatawan datang kesana untuk menikmati keunikan dari pada monyet – monyet yang ada disana. Keunikan monyet tersebut yaitu mempunyai wilayah – wilayah tertentu untuk di kuasainya dan tingkah laku mereka yang jinak kepada para wisatawan yang berkunjung kesana. Hal seperti inilah yang diminati oleh wisatawan untuk berkunjung kesuatu tempat wisata. Jika tempat tersebut tidak memiliki nilai keunikan, keindahan, dan menarik, akan jarang ada wisatawan untuk datang berkunjung kesana.

6. Variabel Pengalaman.

Kesana yang menarik akan menimbulkan pengalaman yang tak terlupakan. Dengan adanya pengalaman yang menarik tersebut membuat wisatawan untuk datang lagi ketempat tersebut. Dari hal itu akan menyebabkan objek wisata tersebut patut untuk dikembangkan.

Variabel itulah yang menjadi tolak ukur dalam usaha untuk mengembangkan objek wisata. Jika semua variabel tersebut menunjukkan nilai rata – rata baik maka tempat tersebut patut untuk dilakukan usaha lebih lanjut dalam usaha pengembangannya.


(28)

2.6. Tri Mitra Pembangunan Agrowisata

Pembangunan harus konsekuen berpihak pada rakyat. Visi pembangunan yang berpihak pada rakyat dapat dicerminkan pada kaitan segitiga: (1) Pemerintah sebagai Goverment Regulation, (2) Rakyat sebagai subyek dan obyek pembangunan yang ditingkatkan kesejahteraan lahir dan bathinnya, dan (3) Dunia Usaha yang menggerakkan perekenomian rakyat. Keterkaitan segitiga itu dilakukan dengan misi keterkaitan segitiga dari (1) Produksi; yaitu upaya Berbagai perubahan dan perkembangan akan berlangsung semakin cepat yang akan menentukan bentuk keadaan dunia pada abad 21 ini. Genderang perdagangan bebas sudah dikumandangkan dan sulit untuk dielakkan. Kesepakatan APEC/WTO akan memberi kesempatan negara-negara maju memasuki pasar negara-negara berkembang pada tahun 2010. Pada tahun 2020 pintu pasar Indonesia diharuskan terbuka bagi produk-produk barang dan jasa dari negara-negara maju. Keunggulan yang dimiliki negara-negara maju adalah teknologi maju dan sumber daya manusia yang memadai. Di masa yang akan datang persaingan akan dimenangkan oleh negara-negara yang memiliki keunggulan teknologi dan mutu sumber daya manusia yang tinggi. Oleh karena itu satu-satunya cara untuk dapat memperkuat daya saing pertanian di Indonesia menghadapi persaingan pertanian global adalah dengan melaksanakan prinsip-prinsip pertanian agribisnis.untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan dunia usaha, (2) memaksimalkan konsumtif masyarakat dan pengaturan pemasaran, (3) menciptakan, dan mengatur lembaga pendukung yang diperlukan.


(29)

2.7. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi agrowisata yang akan dikembangkan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Dari hasil pengolahan Analisis SWOT maka diperolehlah beberapa strategi. Pengertian strategi menurut Stephanie K. Marrus, didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai, yang teridir dari :

1. Strengts atau kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan oleh subak tegenungan seperti halnya keunggulan dan potensi yang dapat diandalkan, memiliki keterampilan yang juga dapat diandalkan serta berbeda dengan subak lain yang mana dapat membuatnya lebih kuat dari para pesaingnya.

Pemerintah (Goverment Regulation)

Produksi Konsumsi

Rakyat (partisipasi & demokratisasi)

Dunia usaha (pemerataan korporasi) Institusi


(30)

2. Weakness atau kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya yang ada pada Subak baik itu keterampilan atau kemampuan yang menjadi penghalang bagi kinerja organisasi.

3. Opportunity atau peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi suatu subak. Situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan subak, kecenderungan kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang.

Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan tekhnologi, serta membaiknya hubungan dengan wisatawan dapat memberikan peluang bagi subak tegenungan.

5. Threats atau Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dalam subak jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi perkembangan organisasi subak tegenungan baik masa sekarang maupun yang akan datang. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan .


(31)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitain ini dilakukan di Subak Tegenungan Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Alasan dipilihnya subak Tegenungan karena subak ini berada pada wilayah Pariwisata yang sudah berkembang pesat yaitu hanya 1,5 km dari pasar Sukawati, hanya 8 km dari Kecamatan Ubud yang sudah banyak dikunjungi oleh wisatawan. Waktu penelitian dilakukan selama Bulan Nopember dan Desember 2015. 3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan mencari informasi langsung ke Subak Tegenungan. Data yang dikumpulkan sesuai dengan variable yang dikembangkan yaitu: (1) sarana dan prasarana yang dapat member rasa aman wisatawan, (2) kesejukan suasana, (3) Ketertiban dan pengaturan, (4) Pelayanan dan keramahan, (5) keunikan dan keindahan, (6) Pengalaman paket wisata.

Sumber data adalah data sekunder yang diperoleh secara langsung kepada pengurus subak dan anggota Subak Tegenungan DesaKemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan adalah dengan wawancara individual petani dan dengan wawancara kelompok (group discussion) beberapa orang petani. Instrument yang digunakan adalah pedoman wawancara.


(32)

3.4. Variable Penelitian

Variabel penelitian adalah: (1) sarana dan prasarana yang dapat memberi rasa aman wisatawan, (2) kesejukan suasana, (3) Ketertiban dan pengaturan, (4) Pelayanan dan keramahan, (5) keunikan dan keindahan, (6) Pengalaman paket wisata.

3.4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah pedoman wawancara yang dipersiapkan sebelumnya. Pengumpulan dibantu oleh seorang mahasiswa.

3.5. Analisis Data


(33)

IV. PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subak Tegenungan

Subak Tegenungan terletak di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Batas-batas wilayah nya adalah sebelah utara subak kemenuh, sebelah timur Tukad petanu, sebelah barat subak tumpeng Desa Batuan Kaler, sebelah selatan tukad petanu menuju Desa Sukawati. Keadaan tanahnya termasuk jenis lempung berpasir dan gramosol dengan ketinggian tempat 150- 200 m, memiliki kemiringan 0 s/d 3 % , kedalaman epektif 90 cm, PH 6,9 dan rata-rata curah hujan pada tahun 2012 adalah 2.097 mm3 / tahun dengan jumlah hari 124 hari/ tahun dan pada tahun 2013 1.984 mm3 /tahun dengan jumlah hari 122 hari/tahun memiliki luas 32 Ha dengan jumlah anggota 62 orang dengan pengembangan padi sebagai komoditi utama, palawija seperti jagung manis serta hortikultura seperti kacang panjang dan pandan harum (BPP Sukawati, 2014).

4.2 Analisis SWOT

4.2.1 Strengh (Kekuatan)

Strengh atau kekuatan Subak Tegenungan yang terdiri dari : keindahan & kesejukan subak, keramahan & kuantitas anggota subak, Daerah Aliran Sungai Tukad Petanu beserta satwa keranya, budaya gotong royong (bounding) masih eksis, dekat dengan obyek wisata lainnya seperti pasar seni sukawati berjarak ±1,5 km, Daerah Kecamatan Ubud ±8 km, akses ke kota Gianyar dekat ± 9 km, jalan utama mendukung (hotmik), fasilitas kesehatan memadai disamping puskesmas pembantu juga dekat dengan Rumah sakit seprti Rumah Sakit Mas di Desa Mas ± 4 km, rumah sakit Ganesa Desa Celuk ±10 km, akses ke pasar dekat dan keamanan terjamin seperti pecalang Desa serta dari Instansi keamanan terkait.

4.2.2 Weakness (kelemahan)

Weakness atau kelemahan Subak Tegenungan terdiri dari : penguasaan bahasa bahasa asing yang lemah oleh petani, pertanian non organik dan pola tanam cenderung pada pola padi-padi-padi yang membuat kesuburan tanah berkurang, lemahnya perda ruang terbuka hijau (rth), lemahnya atau kurang eksisnya lembaga keuangan (koperasi).


(34)

4.2.3 Opportunities (Kesempatan)

Opportunities atau kesempatan Subak Tegenungan terdiri dari : terdapat beberapa lahan tidur yang bisa dimanfaatkan, Tari Joged Pingitan ,sekaa gong, tersedianya inventaris subak ( balai kulkul, balai timbang dan pura ulun suwi) pernah dikunjungi wisatwan asing, ada tempat wisata air terjun beserta satwa kera nya, ada kedai coffe luwak beserta luaknya , potensi buah kelapa.

4.2.4 Threat (Ancaman)

Threat atau ancaman Subak Tegenungan terdiri dari : alih fungsi lahan, menurunnya kesuburan tanah karena cenderung memakai pupuk kimia (an-organik), hama dan penyakit berkembang, cuaca yang tidak menentu (ekstrim), harga saprodi dan saprotan terus meningkat, luas garapan petani yang sempit, petani masih banyak berada pada garis kemiskinan, hasil panen padi sering dipermainkan oleh tengkulak (penebas).

4.3. Paket Wisata yang ditawarkan

Konsep agrowisata yang ditawarkan di kawasan Subak Tegenungan adalah dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) kesejukan, keindahan sawahnya, (2) Daerah Aliran Sungai Petanu yang memiliki air terjun (waterfall) serta dengan satwa kera yang ada disekitarnya. Konsep ini terbilang sederhana dan menarik, namun akan memiliki nilai jual tinggi mengingat keadaan umum Bali yang panas akan membuat orang-orang ingin menikmati kesejukan udara tanpa harus pergi jauh ke pegunungan. Sedangkan bagi wisatawan mancanegara, kesejukan dan keindahan yang didapat di areal persawahan dan Daerah Aliran Sungai akan menambah pengalaman.

4.3.1 “ Rice Field Cycling

Paket wisata ini menawarkan track atau jalur setapak yang bisa digunakan untuk bersepeda. Selain digunakan untuk bersepeda, jalur ini juga bisa digunakan sebagai tempat jogging. Tujuan program “ Rice Field Cycling” adalah agar wahana ini dapat


(35)

dinikmati semua target pasar, dari anak-anak hingga manula. Jalur ini juga paling mudah dan cepat dalam pembuatannya. Jalur sepeda ini direncanakan sepanjang ± 5 km dibuat melingkar mengelilingi luas subak dan jalur Daerah Aliran Sungai Petanu yang ada dengan tarif Rp 50.000/orang wisatawan mancanegara dan Rp 30.000,- untuk wisatawan lokal.

Gambar 1. Rencana jalur “ Rice Field Cycling

4.3.2 Arung Jeram

Dengan memanfaatkan Daerah Aliran Sungai Tukad Petanu dengan ciri debit air yang besar dan deras bisa dikembangkan wisata arung jeram baik secara berkelompok maupun perorangan dengan standar keamanan yang Internasional dengan tarif 200.000/Paket

4.3.3. Pembangunan “artshop”

Pembangunan artshop-artshop diperlukan untuk memudahkan wisatawan membeli cinderamata sebagai oleh-oleh telah berkunjung ke daerah Tegungan dengan menjual ciri khas daerah tersebut, dimana masyarakatnya ada yang berpropesi sebagai

Garis merah merupakan jalur sepeda


(36)

pelukis dan pematung serta menjual penghasilan perkebunan seperti buah kelapa muda disamping jenis oleh-oleh khas Bali lainnya.


(37)

Gambar 4. Rencana pengembangan pembangunan artshop

4.3.4 Pembangunan Restoran di tepi sawah

Kedai Kopi Luwak yang terdapat di seputaran daerah Tegenungan kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan wisatawaan. Ketika berwisata, wisatawan pasti


(38)

kelelahan dan lapar, maka dari itu perlu juga di tambahkan restoran-restoran yang nyaman untuk wisatawan. Restoran yang akan di bangun adalah bernuansa hijau yang terdapat di pinggir sawah. Wisata makan siang ini dapat kita nikmati sambil memandangin keindahan panorama yang ditawarkan subak. Subak Tegenungan dapat bekerjasama dengan investor untuk membangun sebuah restoran di tepi sawah tanpa merusak bagian subak. Duduk santai sambil memandangi gunung dan bentangan sawah akan memanjakan indra penglihatan para wisatawan. Ditambah lagi dengan pelayanan yang ramah dari staf restoran akan semakin memanjakan wisatawan dalam liburannya. Di bawah ini merupakan gambar sketsa wisata restoran di tepi sawah.

4.3.5 “ Plowing” (Modern & Traditional)

Paket wisata plowing atau membajak sawah juga bisa diterapkan di Subak Tegenungan. Pada musim tanam padi Bulan April, Agustus dan Desember. Dengan paket ini, dapat memberdayakan petani sebagai pelakunya. Membajak dapat dilakukan dengan cara modern maupun tradisional. Tarif yang direncanakan untuk paket wisata ini adalah Rp 100.000/orang wisatawan mancanegara dan Rp 50.000/orang wisatawan dalam negeri.


(39)

4.3.6 “ Special Rice Planting” (Organic Rice)

Paket wisata ini menawarkan bertanam padi secara manual khas petani di Bali. Target pasar dari program “ Special Rice Planting” (Organic Rice) adalah anak-anak dan remaja. Paket wisata ini hanya dapat dinikmati saat musim tanam, yakni sekitar Bulan April, Agustus dan Desember. Tarifnya berupa karcis masuk yang besarnya bervariasi untuk wisatawan mancanegara Rp 20.000/orang dan wisatawan dalam Negeri Rp 10.000/orang.

4.3.7 Special Rice Harvest” (Modern & Traditional)

Paket wisata ini menawarkan memanen padi bersama petani di Subak Tegenungan dengan memadukan secara tradisional maupun memanen secara modern. Paket wisata ini hanya dapat dinikmati saat musim panen, yakni sekitar Bulan Agustus, Desember dan April. Tarifnya berupa karcis masuk yang besarnya bervariasi untuk wisatawan

mancanegara Rp 20.000/orang dan wisatawan dalam Negeri Rp 10.000/orang.


(40)

Gambar 7. Rencana Paket wisata memanen padi

4.3.8 “Pool Fishing

Penghasilan petani di Subak tegenungan tergolong minim, untuk itulah lahan kosong di Subak Tegenungan direncanakan digunakan sebagai kolam ikan seluas 20 are. Jika sedang ada atau tidak wisatawan, ikan yang ada tetap dapat dipanen. Berikut lahan kosong yang direncanakan sebagai lokasi kolam ikan. Tarif untuk wisatawan Rp 100.000/kg ikan tangkapan.


(41)

Gambar 8 Rencana

lokasi “ Pool Fishing” 4.3.9 Balinese Music Performance & Excercise

( sekaa gong dan tari joged Gandrung atau pingitan)

Masyarakat Tegenungan memiliki kesenian tari joged gandrung atau dikenal dengan joged pingitan yang bertujuan untuk mengusir wabah penyakit, minta hujan dan nunas kesehatan yang dilaksanakan di Pura Desa setempat yang dilaksanakan pada sasih kelima sekitar bulan oktober, nopember,desember dan januari sebanyak delapan kali pementasan setiap hari kajeng kliwon.

Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai objek tontonan bagi wisatawan asing yang berkunjung. Program Balinese Music Performance & Exercise menawarkan tontonan tarian Bali yang sakral.

4.3.10 Spiritual Ritual

Ritual keagamaan merupakan hal menarik untuk disimak wisatawan asing. Berbagai ritual keagamaan biasa dinikmati wisatawan asing. Namun, sangat jarang ada wisatawan asing yang pernah menyaksikan ritual yang dilakukan subak. Apabila Subak Tegenungan menanam padi ada sebelas jenis ritual yang dilakukan yaitu :


(42)

1.Mecaru atau magpag toya yaitu upacara yang dilaksanakan menjelang pengairan sawah yang dilakukan di pura ulun suwi.

2. Upacara Nuasin yaitu upacara mulai menanam padi

3. Mebanten bubuh yaitu upacara yang dilakukan setelah tanaman padi berumur 12 hari yang dilaksanakan pada tempat masuknya air ke sawah masing-masing petani. 4. Upacara Medugul yaitu upacara yang dilakukan setelah padi berumur 42 hari 5. Upacara Nangluk merana yaitu upacara tanaman padi berumur 60 hari stelah

tanam.

6. Upacara biukukung setelah tanaman padi berumur 60-70 hari setelah tanam 7. Upacara nunas ica ring sad kayangan

8. Upacara nyaup atau pembentukan Dewi Sri dimasing-masing pematang petani setelah tanaman padi berumur 80 hari setelah tanam

9. Upacara usaba di pura ulun suwi yaitu upacara yang dilakukan menjelang panen padi yaitu pada saat berumur 100 hari setelah tanam

10. Upacara Ngemping yaitu upacara pembakaran jerami di pura ulun suwi 11. Upacara Ngodalin subak setiap tahun sekali diambil setiap purnama kapat

Apabila kegiatan-kegiatan diatas ditata dengan baik serta dilakukan promosi yang bagus akan dapat menghasilkan pendapatan subak


(43)

4.3.11 Special Event Tahun Baru

Dalam event tahun baru ini, Subak Tegenungan menyuguhkan festival lentera dan kembang api yang diadakan setahun sekali. Dimana ketika tanggal 31 Desember menjelang pergantian tahun festival di mulai dari pukul 6 sore. Pada jam tersebut, wisatawan sudah berkumpul di areal subak. Krama subak akan menjual kupon untuk festival ini 1 bulan sebelum acara, dengan kapasitas 1000 kupon seharga Rp 350.000. Adapun kontribusi yang didapatkan setelah membeli kupon tersebut adalah :

1. Baju kaos polos warna putih lengkap dengan celana putih panjang

2. Terompet tahun baru 3. 1 buah lentera

4. 1 buah kupon makan + minum

Spesifik acaranya, pada pukul 7 malam akan di mulai acara makan malam bersama selama kurang lebih 2 jam. Pukul 9 malam di lanjutkan dengan menerbangkan 1000 lentera tahun baru yang mana sebelumnya sudah kita isi dengan tulisan harapan tahun baru di atas kertas yang di masukan ke dalam lentera. Penerbangan lentera diiringi dengan suguhan suara merdu dari penyanyi yang telah hadir untuk menghibur di malam tahun baru. Tepat jam 12 malam pihak karma subak akan menyalakan kembang api besar untuk menyambut tahun baru sambil membunyikan terompet. Di bawah ini adalah sketsa gambar festival lentera pada tahun baru.


(44)

Gambar 10. Sketsa Festival Lentera

4.4. Variabel Kelayakan Yang dirancang 4.4.1 Keamanan

a. Pengadaan petugas patroli di setiap wilayah wisata b. Pengadaan petugas dan bangunan pusat kesehatan c. Pengadaan alat-alat PPPK sebagai antisipasi kecelakaan

d. Pengadaan monitoring secara berkala terhadap kuliner lokal yang disajikan 4.4.2 Kesejukan

a.Udara sejuk dan bebas polusi

b.Penataan Tukad Petanu untuk hutan hijau

c. Pengadaan tempat sampah di wilayah yang strategis sepanjang jalur wisata d. Pengadaan tim bersih-bersih untuk menjaga keindahan tempat wisata

e. Pengaturan tata letak pasilitas wisata yang baik sehingga ada kesan menarik dan sejuk.


(45)

4.4.3 Ketertiban

a. Pengadaan tata tertib dengan sangsi yang tegas

b. Penjelasan tata tertib sebelum melakukan kunjungan wisata 4.4.4 Pelayanan dan Keramahan

a. Pengadaan pemandu wisata yang berkompeten, penyertaan PKL dan pendampingan masyarakat lokal.

b. Pengadaan tourism informasi untuk mempermudah komonikasi dan kontroling 4.4.5 Keunikan, keindahan, Menarik

a. Terdapat keindahan alam yang berupa Daerah Aliran Sungai dengan ecotorism binatang keranya.

b. Kesan tradisional khas Bali dari masyarakat yang masih kental 4.4.6 Pengalaman

a. Pengalaman belajar dari laboratorium alam berupa hutan dan sungai yang ada b. Pengalaman mengenal flora dan fauna yang endemic.

4.5. Tahapan Pelaksanaan

Program diatas adalah langkah awal yang mutlak harus dilakukan untuk mengembangkan Subak Tegenungan menjadi lebih dikenal. Metode pelaksanaan agrowisata berbasis kerakyatan di Subak Tegenungan digambarkan sebagai berikut:


(46)

4.5.1 Pembangunan

Pembangunan meliputi proses membuat fasilitas fisik untuk mendukung agrowisata. Pembangunan dapat meliputi pembuatan jalur sepeda, pembuatan kolam pancing, perbaikan dan penataan balai subak dan pembangunan toilet.

4.5.2 Training atau pelatihan

Pelatihan meliputi pelatihan sumber daya manusia (SDM) atau petani di Subak Tegenungan. Pariwisata berbasis kerakyatan akan sulit dilakukan apabila SDM didalamnya tidak siap. Untuk itulah pelatihan dibutuhkan. Pelatihan ini nantinya juga akan memudahkan menentukan susunan personalia yang akan terlibat dalam rencana wisata. Pelatihan dapat meliputi : perubahan pola tanam, pelatihan padi System Rice Intentification (SRI), Sistem Jajar Legowo 2:1, organik, pelatihan bahasa asing.

4.5.3 Kerjasama dan Promosi

Kerjasama juga dilakukan dengan SIMANTRI yang berlokasi di Desa Kemenuh dalam rangka memeroleh biourine (pestisida organik) dan pupuk organik untuk merealisasikan pertanian organik.

Promosi bisa terbagi menjadi 2, yaitu promosi oleh pihak penyelenggara dan promosi oleh wisatawan yang merasa puas dengan kunjungannya. Promosi bisa dilakukan oleh rekan kerjasama, yakni travel agen. Travel agen akan membuat kunjungan wisatawan asing akan meningkat.

4.5.4 Pelaksanaan

Setelah tahap pembangunan; training/pelatihan; kerjasama dan promosi dilakukan dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan yang meliputi servis langsung terhadap wisatawan yang datang.

4.5.5 Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk terus memperbaiki lokasi agrowisata Subak Tegenungan menjadi lebih baik. Sehingga wisatawan yang datang bisa terus meningkat. Tanpa harus khawatir dengan apapun karena kawasan sawahlah yang dipamerkan.


(47)

4.6 Format Pengelola Agrowisata Subak Tegenungan

Agrowisata ini berbasis kerakyatan atau lebih dikenal dengan community tourism. Maksudnya adalah petani yang menjadi subjek utama atau pelaku pelaksana dari pariwisata. Petani yang terlibat langsung dalam melayani wisatawan yang datang. Sehingga seluruh penghasilan atau insentif dari wisatawan yang menikmati sawah bisa dimiliki oleh petani. Untuk itulah agrowisata di subak Tegenungan sudah memiliki Koperasi Tani (KOPTAN) untuk membantu menyimpan seluruh penghasilan dari hasil agrowisata dan membaginya secara merata di akhir tahun bersamaan dengan sisa hasil usaha (SHU).

Berikut susunan personalia agrowisata Tegenungan.

Gambar 2. Susunan personalia agrowisata Subak Tegenungan

4.7. Target Pasar (Market Target)

Target pasar dari agrowisata Subak Tegenungan adalah semua kalangan baik anak-anak, remaja, dewasa maupun manula. Namun, untuk asal wisatawan mengutamakan wisatawan mancanegara meskipun promosi juga akan tetap dilakukan di ranah domestik. Untuk harga, akan lebih baik apabila disamakan antara wisatawan domestik maupun mancanegara Hanya pengunjung lokal Pulau Bali yang mendapat harga lebih murah mengingat subak adalah kekayaan asli milik Bali. Untuk alasan itulah akan lebih bijaksana menerapkan harga lebih murah untuk pengunjung lokal.

Ketua : I Ketut Karta

I Wayan Balik Sekretaris

DW. Putu Merta,SPd Tim Evaluasi I Made Geben,SP

Bendahara


(48)

4.8. Rancangan Anggaran Biaya

Berikut rancangan anggaran biaya revitalisasi kawasan Subak Tegenungan menjadi kawasan agrowisata.

Rancangan Anggaran Biaya yang dibutuhkan untuk Revitalisasi Kawasan Subak Tegenungan Menjadi Kawasan Agrowisata

NO Kegiatan Keterangan Nominal (Rp)

1

Pelatihan pola tanam, metode SRI, Jajar

Legowo - 10.000.000,00 2 pelatihan mol, biourine, pertanian organik 5.000.000,00

3 Pelatihan budidaya ikan 10.000.000,00

4

Pembangunan rabat beton untuk rice Field

Cycling 5 km 150.000.000,00

5 Pengembangan artshop 1 unit 75.000.000,00

6 Pembuatan kolam ikan + bale bengong 20 are 70.000.000,00

7 Pembuatan gubuk tradisional 15 buah 25.000.000,00

8 Perbaikan balai subak + stage 150.000.000,00 9 Pembuatan areal parkir 10 are 30.000.000,00

10 Pelatihan lelakut bagi anak-anak petani 10.000.000,00


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Subak Tegenungan Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah Agrowisata. Ini disebabkan karena Subak Tegenungan berada pada wilayah pariwisata yang sudah berkembang pesat yaitu 1,5 km dari pasar Sukawati dan hanya 8 km dari Kecamatan Ubud. Dalam kenyataannya walaupun berada pada wilayah pariwisata, namun petaninya sangat miskin dan tidak bisa hidup dari hasil produk pertanian saja.

Hasil penelitian dengan analisis SWOT dapat disimpulkan kekuatan yang sangat menonjol menjadikan Subak Tegenungan sebagai daerah Agrowisata adalah letaknya yang sangat dekat obyek wisata yaitu hanya 1,5 km dari pasar Sukawati yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Peluang penting yang dimiliki oleh petani di Subak Tegenungan adalah banyaknya lahan tidur yang tidak digarap dan sekee gong yang sudah berkembang didaerah ini.

Berbagai jenis paket wisata yang dapat dikembangkan didaerah ini antara lain: bersepeda ditengah sawah (rice field cycling), arung jeram, pembangunan art shop yang dikelola oleh petani, pembangunan restoran ditepi sawah, paket membajak sawah secara tradisional dan modern, menanam padi secara tradisional, panen padi, memancing di kolam pancing, pertunjukan kesenian tradisional, kegiatan upacara pertanian, spesial kegiatan tahun baru ala petani.

Agar paket wisata yang ditawarkan tersebut dapat berjalan dengan baik maka perlu dirancang berbagai sarana dan prasarana antara lain:


(50)

1. Sarana dan prasarana yang dapat memberi rasa aman kepada para wisatawan, baik keamanan dari segi gangguan kriminalitas, dan keamanan yang mungkin mengancam jiwa dari wisatawan.

2. Kesejukan yaitu suasana yang dapat memberi kepuasan kepada wisatawan antara lain bebas dari polusi, keindahan alam, penataan alamnya, penataan tata letak pasilitas yang dikembangkan untuk member rasa sejuk kepada para wisatawan.

3. Ketertiban, pengaturan para wisatawan maupun para wisatawan, yang mana yang boleh dilakukan dan yang mana tidak boleh dilakukan. Pengaturan pedagang acung perlu ditertibkan agar tidak mengganggu wisatawan.

4. Pelayanan dan keramahan. Perlu diatur pengadaan pemandu wisata yang memiliki kompetensi memadai, serta penyertaan pedagang kaki lima dari kalangan petani. Perlu dibuat pusat informasi untuk mempermudah komunikasi kedalam maupun keluar desa. 5. Perlu terus menerus dipelihara cirri keunikan dan keindahan sehingga menimbulkan daya tarik yang tinggi bagi wisatawan.

6. Memperbanyak variasi paket wisata yang disediakan sehingga memberi pengalaman yang banyak bagi wisatawan sehingga keinginan berkunjung berulangkali dapat terjadi.

5.2. Saran-saran

Saran-saran yang dapat disampaikan adalah petani tidak mungkin bergerak sendiri tanpa ada campur tangan dari luar. Oleh karena itu pemerintah Daerah Gianyar melalui Dinas Pariwisata kabupaten maupun Propinsi diharapkan dapat memfasilitasi usaha-usaha pengembangan Subak Tegenungan menjadi daerah Agrowisata. Kerjasama dapat dilakukan dengan berbagai investor, namun sedapat mungkin penyertaaan petani


(51)

sebagai subyek dari kegiatan Agrowisata tersebut harus didahulukan. Investor tidak mengexploitir petani untuk bisnis mencari keuntungan semata. Untuk itu rambu perlu disusun agar kerjasam trimitra antara pemerintah, pengusaha dan petani dapat sinergis saling menguntungkan.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

BPP Sukawati. 2014. Rencana Kerja Penyuluh Pertanian.Dinas Pertanian, Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Gianyar.

Harahap H.2006. Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada PT. Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor (Skripsi). Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sutjipta,Nyoman.2010.Agrowisata: Modul Mata Kuliah Agrowisata.Universitas Udayana.

Sutjipta, Nyoman. 1994. Pola Pemasaran Terpadu Hasil Pertanian Tanaman Pangan di Desa. Makalah Seminar Pemasaran Terpadu Hasil-hasil pertanian tanaman pangan dalam rangka RUT II , tanggal 22 Nopember 1994 di Tabanan .

Sutjipta, Nyoman. Swasembada Beras, Permasalahan dan Upaya Mempertahankannya. Denpasar, Harian Bali Post, 18 April 1991.

Sutjipta, Nyoman. 1995. Faktor-faktor Kelembagaan yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan Agribisnis. Makalah Seminar Internasional The Role of Agribusiness in Supporting Export of Agricultural Products and Tourism Tanggal. Oleh AusAid 29 Maret 1995 di Denpasar.

Sutjipta, Nyoman. 1995. Masalah Agribisnis dan Swasembada Pangan di Indonesia dan Konsep Mendasar Pemecahannya. Penerbit: Universitas Udayana Denpasar. Sutjipta, Nyoman. 1995. Pelestarian Sumber Daya Hayati Indonesia, Strategi, Tantangan dan Peluang.


(1)

4.6 Format Pengelola Agrowisata Subak Tegenungan

Agrowisata ini berbasis kerakyatan atau lebih dikenal dengan community tourism. Maksudnya adalah petani yang menjadi subjek utama atau pelaku pelaksana dari pariwisata. Petani yang terlibat langsung dalam melayani wisatawan yang datang. Sehingga seluruh penghasilan atau insentif dari wisatawan yang menikmati sawah bisa dimiliki oleh petani. Untuk itulah agrowisata di subak Tegenungan sudah memiliki Koperasi Tani (KOPTAN) untuk membantu menyimpan seluruh penghasilan dari hasil agrowisata dan membaginya secara merata di akhir tahun bersamaan dengan sisa hasil usaha (SHU).

Berikut susunan personalia agrowisata Tegenungan.

Gambar 2. Susunan personalia agrowisata Subak Tegenungan 4.7. Target Pasar (Market Target)

Target pasar dari agrowisata Subak Tegenungan adalah semua kalangan baik anak-anak, remaja, dewasa maupun manula. Namun, untuk asal wisatawan mengutamakan wisatawan mancanegara meskipun promosi juga akan tetap dilakukan di ranah domestik. Untuk harga, akan lebih baik apabila disamakan antara wisatawan domestik maupun mancanegara Hanya pengunjung lokal Pulau Bali yang mendapat harga lebih murah mengingat subak adalah kekayaan asli milik Bali. Untuk alasan itulah akan lebih bijaksana menerapkan harga lebih murah untuk pengunjung lokal.

Ketua : I Ketut Karta

I Wayan Balik Sekretaris

DW. Putu Merta,SPd Tim Evaluasi I Made Geben,SP

Bendahara


(2)

4.8. Rancangan Anggaran Biaya

Berikut rancangan anggaran biaya revitalisasi kawasan Subak Tegenungan menjadi kawasan agrowisata.

Rancangan Anggaran Biaya yang dibutuhkan untuk Revitalisasi Kawasan Subak Tegenungan Menjadi Kawasan Agrowisata

NO Kegiatan Keterangan Nominal (Rp)

1

Pelatihan pola tanam, metode SRI, Jajar

Legowo - 10.000.000,00

2 pelatihan mol, biourine, pertanian organik 5.000.000,00

3 Pelatihan budidaya ikan 10.000.000,00

4

Pembangunan rabat beton untuk rice Field

Cycling 5 km 150.000.000,00

5 Pengembangan artshop 1 unit 75.000.000,00

6 Pembuatan kolam ikan + bale bengong 20 are 70.000.000,00 7 Pembuatan gubuk tradisional 15 buah 25.000.000,00 8 Perbaikan balai subak + stage 150.000.000,00

9 Pembuatan areal parkir 10 are 30.000.000,00

10 Pelatihan lelakut bagi anak-anak petani 10.000.000,00


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Subak Tegenungan Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah Agrowisata. Ini disebabkan karena Subak Tegenungan berada pada wilayah pariwisata yang sudah berkembang pesat yaitu 1,5 km dari pasar Sukawati dan hanya 8 km dari Kecamatan Ubud. Dalam kenyataannya walaupun berada pada wilayah pariwisata, namun petaninya sangat miskin dan tidak bisa hidup dari hasil produk pertanian saja.

Hasil penelitian dengan analisis SWOT dapat disimpulkan kekuatan yang sangat menonjol menjadikan Subak Tegenungan sebagai daerah Agrowisata adalah letaknya yang sangat dekat obyek wisata yaitu hanya 1,5 km dari pasar Sukawati yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Peluang penting yang dimiliki oleh petani di Subak Tegenungan adalah banyaknya lahan tidur yang tidak digarap dan sekee gong yang sudah berkembang didaerah ini.

Berbagai jenis paket wisata yang dapat dikembangkan didaerah ini antara lain: bersepeda ditengah sawah (rice field cycling), arung jeram, pembangunan art shop yang dikelola oleh petani, pembangunan restoran ditepi sawah, paket membajak sawah secara tradisional dan modern, menanam padi secara tradisional, panen padi, memancing di kolam pancing, pertunjukan kesenian tradisional, kegiatan upacara pertanian, spesial kegiatan tahun baru ala petani.

Agar paket wisata yang ditawarkan tersebut dapat berjalan dengan baik maka perlu dirancang berbagai sarana dan prasarana antara lain:


(4)

1. Sarana dan prasarana yang dapat memberi rasa aman kepada para wisatawan, baik keamanan dari segi gangguan kriminalitas, dan keamanan yang mungkin mengancam jiwa dari wisatawan.

2. Kesejukan yaitu suasana yang dapat memberi kepuasan kepada wisatawan antara lain bebas dari polusi, keindahan alam, penataan alamnya, penataan tata letak pasilitas yang dikembangkan untuk member rasa sejuk kepada para wisatawan.

3. Ketertiban, pengaturan para wisatawan maupun para wisatawan, yang mana yang boleh dilakukan dan yang mana tidak boleh dilakukan. Pengaturan pedagang acung perlu ditertibkan agar tidak mengganggu wisatawan.

4. Pelayanan dan keramahan. Perlu diatur pengadaan pemandu wisata yang memiliki kompetensi memadai, serta penyertaan pedagang kaki lima dari kalangan petani. Perlu dibuat pusat informasi untuk mempermudah komunikasi kedalam maupun keluar desa. 5. Perlu terus menerus dipelihara cirri keunikan dan keindahan sehingga menimbulkan daya tarik yang tinggi bagi wisatawan.

6. Memperbanyak variasi paket wisata yang disediakan sehingga memberi pengalaman yang banyak bagi wisatawan sehingga keinginan berkunjung berulangkali dapat terjadi.

5.2. Saran-saran

Saran-saran yang dapat disampaikan adalah petani tidak mungkin bergerak sendiri tanpa ada campur tangan dari luar. Oleh karena itu pemerintah Daerah Gianyar melalui Dinas Pariwisata kabupaten maupun Propinsi diharapkan dapat memfasilitasi usaha-usaha pengembangan Subak Tegenungan menjadi daerah Agrowisata. Kerjasama dapat dilakukan dengan berbagai investor, namun sedapat mungkin penyertaaan petani


(5)

sebagai subyek dari kegiatan Agrowisata tersebut harus didahulukan. Investor tidak mengexploitir petani untuk bisnis mencari keuntungan semata. Untuk itu rambu perlu disusun agar kerjasam trimitra antara pemerintah, pengusaha dan petani dapat sinergis saling menguntungkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

BPP Sukawati. 2014. Rencana Kerja Penyuluh Pertanian.Dinas Pertanian, Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Gianyar.

Harahap H.2006. Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada PT. Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor (Skripsi). Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sutjipta,Nyoman.2010.Agrowisata: Modul Mata Kuliah Agrowisata.Universitas Udayana.

Sutjipta, Nyoman. 1994. Pola Pemasaran Terpadu Hasil Pertanian Tanaman Pangan di Desa. Makalah Seminar Pemasaran Terpadu Hasil-hasil pertanian tanaman pangan dalam rangka RUT II , tanggal 22 Nopember 1994 di Tabanan .

Sutjipta, Nyoman. Swasembada Beras, Permasalahan dan Upaya Mempertahankannya. Denpasar, Harian Bali Post, 18 April 1991.

Sutjipta, Nyoman. 1995. Faktor-faktor Kelembagaan yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan Agribisnis. Makalah Seminar Internasional The Role of Agribusiness in Supporting Export of Agricultural Products and Tourism Tanggal. Oleh AusAid 29 Maret 1995 di Denpasar.

Sutjipta, Nyoman. 1995. Masalah Agribisnis dan Swasembada Pangan di Indonesia dan Konsep Mendasar Pemecahannya. Penerbit: Universitas Udayana Denpasar. Sutjipta, Nyoman. 1995. Pelestarian Sumber Daya Hayati Indonesia, Strategi, Tantangan dan Peluang.