PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKUL

PERILAKU KONSUMEN COOKIES COKELAT “WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR

Oleh: RIZKI AMELIA

  A14104092

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN

  RIZKI AMELIA. Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di Kota Bogor. Di bawah bimbingan JAJAH K. WAGIONO.

  Peranan UKM dalam pekonomian Indonesia sangat besar. Salah satu usaha yang dapat terus berproduksi dalam jangka panjang adalah industri makanan karena makanan memiki karakteristik khusus (masa pemakaian produk yang singkat) dan kekhasan dalam selera. Cokelat merupakan salah satu alternatif makanan yang dapat diusahakan oleh UKM. Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses pengolahan biji kakao. Berdasarkan informasi yang diperoleh, konsumsi cokelat masyarakat Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 0.5 kgkapitatahun padahal Indonesia merupakan negara penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia (470.000 ton) setelah Pantai Gading (1.387.000 ton) dan Ghana (741.000 ton).

  Waroeng Cokelat adalah UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor yang bergerak dalam industri makanan berbahan baku cokelat. Salah satu produk yang dihasilkannya adalah cookies cokelat. Permintaan masyarakat terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat terus meningkat setiap tahunnya. Permintaan paling besar terjadi pada saat hari raya Idul Fitri karena pada saat itu konsumen memiliki budaya yang kuat untuk menyediakan cookies.

  Sifat usaha cookies yang musiman (ramai dikonsumsi pada hari raya) membuat banyak bermunculan penjual-penjual cookies yang menawarkan cookies mereka ke pasar sehingga menimbulkan persaingan yang ketat diantara pengusaha cookies. Persaingan terjadi bukan hanya pengusaha yang menjual cookies setiap hari tetapi juga pengusaha makan jenis lain yang ikut memproduksi cookies. Sehingga, meskipun pasarnya sangat besar, untuk berhasil dalam bisnis cookies cokelat Idul Fitri, tetap saja dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang tepat agar dapat mempertahankan konsumen yang ada saat ini.

  Salah satu cara untuk dapat mempertahankan konsumennya adalah dengan melakukan analisis perilaku konsumen. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu mendeskripsikan karakteristik umum dan proses keputusan pembelian konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri, menganalisis sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat, dan merumuskan alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.

  Penelitian ini dilakukan di Waroeng Cokelat, Kota Bogor dari pertengahan bulan Juni sampai Juli 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Sedangkan untuk data sekunder, diperoleh melalui data-data perusahaan dan data-data eksternal yang mendukung penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Waroeng Cokelat yang sudah pernah membeli dan merasakan cookies cokleat Waroeng Cokelat yang berjumlah 30 orang. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini dilakukan di Waroeng Cokelat, Kota Bogor dari pertengahan bulan Juni sampai Juli 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Sedangkan untuk data sekunder, diperoleh melalui data-data perusahaan dan data-data eksternal yang mendukung penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Waroeng Cokelat yang sudah pernah membeli dan merasakan cookies cokleat Waroeng Cokelat yang berjumlah 30 orang. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat memiliki karakteristik umum yaitu berjenis kelamin perempuan dengan kedudukan sebagai istri dalam keluarga, berusia 21 – 30 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir SMA atau sederajat, memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, memiliki anggota keluarga 3–4 orang, dan berpenghasilan rumah tangga menengah yaitu sebesar Rp2.000.000–Rp5.000.000. Sebanyak 63,3 persen konsumen memiliki keharusan untuk menyediakan cookies cokelat pada hari raya Idul Fitri, mereka membutuhkan cookies cokelat untuk konsumsi keluarga (83,3 persen) dengan motivasi pembelian eksternal yaitu karena rasanya yang enak dan bentuk yang unik (83,3 persen). Sumber informasi berasal dari teman (86,7 persen), informasi penting yang dibutuhkan dari sumber informasi adalah jaminan keamanan pangan (46,7 persen), cita rasa cookies (33,3 persen), dan daya tahan produk (30 persen), sedangkan alat promosi yang efektif adalah pengujian gratis (70 persen). Kriteria evaluasi yang digunakan oleh konsumen adalah cita rasa yang enak (83,3 persen), bentuk cookies yang menarik (53,3 persen) dan rasa cokelat yang terasa (40 persen). Pembelian dilakukan melalui pemesanan dua sampai satu minggu sebelum hari raya Idul Fitri (60 persen). Jenis cookies yang banyak dibeli pada Idul Fitri 2007 adalah marbel cokelat (83,3 persen) dan kurma cokelat (60 persen). Keputusan pembelian tidak dipengaruhi pihak lain tetapi atas dasar inisiatif sendiri (80 persen). Dalam evaluasi pasca pembelian, konsumen akan mengurangi jumlah pembelian selanjutnya jika terjadi kenaikan harga (60 persen) dan kemungkinan akan membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat pada Idul Fitri 2008 ini (53,3 persen).

  Analisis sikap Fishbein menunjukan bahwa sikap konsumen terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah netral. Sikap positif konsumen yang menyebabkan konsumen masih mau membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah bentuk cookies yang unik cita rasa yang enak, dan rasa cokelat yang terasa. Indeks kepuasan konsumen sebesar 66,11 persen menjelaskan bahwa secara keseluruhan konsumen merasa puas terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat. Atribut yang paling berkontribusi memuaskan konsumen adalah cita rasa cookies, bentuk cookies, dan rasa cokelat. Analisis IPA memberikan hasil yaitu atribut yang menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah jaminan keamanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis yang tersedia, dan kemasan.

  Bauran pemasaran yang dapat dilakukan, untuk produk yaitu memperbaiki kinerja jaminan kemanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis cookies yang tersedia, dan kemasan, serta mempertahankan atribut cita rasa cookies, rasa cokelat, bentuk cookies, daya tahan, dan ketepatan waktu pemenuhan pesanan. Untuk harga, pemilik melakukan komunikasi dengan tenaga penjual untuk penentuan harga agar harga yang ditetapkan tenaga penjual tidak dirasa mahal oleh konsumen dan memberikan alternatif ukuran kemasan yang lebih kecil. Untuk promosi, lebih menginformasikan informasi mengenai jaminan keamanan pangan, dan cita rasa cookies dengan alat promosi berupa pengujian gratis dan promosi dilakukan melalui ‘mulut ke mulut’. Saluran distribusi dengan menggunakan tenaga penjual sudah tepat dilakukan karena tenaga penjual dapat mendekatkan produk kepada konsumen mengingat target pasarnya adalah seorang wanita karir.

PERILAKU KONSUMEN COOKIES COKELAT “WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR

Oleh: RIZKI AMELIA

  A14104092

  Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

  Judul

  : Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di

  Kota Bogor

  Nama

  : Rizki Amelia

  NRP

  : A14104092

  Menyetujui, Dosen Pembimbing

  Ir. Jajah K. Wagiono, M.Ec NIP 130 350 044

  Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

  Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

  Tanggal Lulus :

PERNYATAAN

  DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PERILAKU KONSUMEN COOKIES COKELAT “WAROENG COKELAT” DI KOTA BOGOR” BENAR – BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN MAUPUN TIDAK DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.

  Bogor, September 2008

  Rizki Amelia A14104092

RIWAYAT HIDUP

  Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 18 Oktober 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Endang Iskandar dan Ibu Sukaesih.

  Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Semplak 1 Bogor dari tahun 1992 sampai tahun 1998. Pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 4 Bogor. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2004, kemudian pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu–Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru IPB).

  Pada tahun 2006, penulis menjadi Beswan Djarum dan mendapatkan beasiswa untuk periode 2006 sampai 2007. Penulis pun aktif mengikuti pelatihan- pelatihan yang diadakan oleh Djarum Bakti Pendidikan antara lain Achivement Motivation Training, Dare To be a Leader, dan ESQ. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan acara di kampus seperti kepanitiaan Bakti Sosial Manajemen Agribisnis, dan Donor Darah Berswan Djarum.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW.

  Penulisan skripsi yang berjudul Perilaku Konsumen Cookies Cokelat “Waroeng Cokelat” di Kota Bogor merupakan tugas akhir salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian dari Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi informasi mengenai perilaku konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat yang berada di Kota Bogor seperti proses pengambilan keputusan, sikap, dan kepuasan, serta rekomendasi bauran pemasaran yang dapat dilakukan.

  Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak- pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi semua pihak-pihak yang membutuhkannya.

  Bogor, September 2008

  Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

  Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, hdayah serta karunia- Nya kepada kita semua dan shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, ada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ir. Jajah K. Wagiono, M.Ec, sebagai dosen pembimbing skripsi, selalu meluangkan waktu disela-sela kesibukan beliau dan sabar dalam memberi bimbingan, masukan dan dorongan bagi penulis.

  2. Ir. Popong Nurhayati, MM, sebagai dosen penguji utama yang telah berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan hasil penelitian ini.

  3. Etriya, SP, MM, sebagai dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Program Studi Manajemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

  4. Ir. Ratna Winandi, MS, sebagai dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan beliau selama penulis kuliah.

  5. Keluarga besarku: ibu, ayah, adik-adik, nenek, tante, yang selalu memberikan bantuan baik dukungan moril maupun dukungan semangat serta kasih sayang yang tak hentinya dicurahkan kepada penulis.

  6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Bogor atas izin, dan informasinya.

  7. Yanthi Rusdiyantini, SE, sebagai pemilik Waroeng Cokelat. Terimakasih atas izin, ilmu, bantuan, dan informasi selama penulis melakukan penelitian.

  8. Bapak Sulam, Ibu Eti, dan Ibu Eni, sebagai distributor cookies cokelat Waroeng Coeklat atas waktu, bantuan, dan informasinya selama penulis melakukan penelitian.

  9. PT Djarum atas beasiswa dan pelatihan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mendapatkan banyak teman dari seluruh Indonesia, 9. PT Djarum atas beasiswa dan pelatihan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis mendapatkan banyak teman dari seluruh Indonesia,

  

  10. Keluarga besar Beswan Djarum, khusunya untuk Beswan Djarum IPB tahun 20062007: Winda, Ratih, Opik, Anto, Ajied, David, Prima, Ahmad, dan Supri. Terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan yang telah diberikan selama ini. Untuk Beswan 20072008 tetap semangat ya.

  11. Fima Firdaus Firman, atas kesabarannya, bantuan, dukungan, dan doanya selama ini kepada penulis.

  12. Sahabat-sahabat terbaikku Amorsa (Asih, Tyas, Feti dan Mega), AGB 41 (Nuy, Tutik, Ica, Sevia, Yuz, dan Rizal), serta sahabat SD penulis (Amir, Agung, Efril, dan Hendi). Terimakasih atas persahabatan dan semangatnya selama ini. Semoga persahabatan kita akan tetap terjalin.

  13. Teman- teman satu bimbingan : Nunik, Krisna, dan Herikson. Terimakasih atas bantuan, dukungan dan doa yang selalu diberikan, maaf ya selalu merepotkan.

  14. Rudi, Taufik, Arisman, Iwan, David, dan Saut yang telah memberikan banyak masukan dan kritikan kepada penulis.

  15. Teman-teman yang telah menjadikan empat tahun belakangan ini lebih menyenangkan dari pada penulis bayangkan : Luqmen, Efendi, Harits, EsEs.

  16. Seluruh keluarga besar AGB 41, Mas Arif, Mba Dian, Mba Dewi, Mas Feri, Bu Ida, Pak Yusuf, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Perekonomian merupakan indikator tingkat kesejahteraan suatu negara. Banyak faktor yang mempengaruhi naik turunnya perekonomian, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Salah satu faktor tersebut adalah kinerja dari para pelaku usaha dalam melakukan kegiatan perekonomiannya baik dalam skala kecil, menengah, maupun besar. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki potensi yang besar dalam membangun perekonomiannya terutama melalui usaha kecil dan menengah (UKM).

  Di Indonesia, jumlah UKM semakin meningkat sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2006 (Tabel 1). Selama masa periode 2006-2007 jumlah UKM mengalami peningkatan sebesar 2,18 persen yaitu dari 48.779.151 unit pada tahun 2006 menjadi 49.840.489 unit pada tahun 2008.

  Tabel 1 Perkembangan Jumlah UKM di Indoesia Tahun 1999-2007

  Tahun

  Jumah UKM (unit)

  Sumber: BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2004-2008. Diolah. Keterangan: angka sementara

  angka sangat sementara

  Dalam perekonomian Indonesia, peranan UKM pada dasarnya sudah besar sejak dulu (BPS dan Kementrian Negara Koperasi dan UKM, 2007). Peranan UKM terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya dalam Dalam perekonomian Indonesia, peranan UKM pada dasarnya sudah besar sejak dulu (BPS dan Kementrian Negara Koperasi dan UKM, 2007). Peranan UKM terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya dalam

  Kontribusi UKM dalam penyerapan tenaga kerja pada tahun 2005 sebesar 83.233.793 orang atau 96,28 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada. Pada tahun 2006, UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 89.547.762 orang. Pada tahun 2007, penyerapan tenaga kerja oleh UKM meningkat menjadi 91.752.318 orang atau 97,3 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada.

  Peranan UKM terhadap pembentukan PDB nasional pada tahun 2005 menurut harga berlaku sebesar Rp 1.491,06 triliun atau 53,54 persen. Sedangkan pada tahun 2006, peran UKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp 1.786,2 triliun atau 53,5 persen dari total PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp 295,14 triliun atau 19,79 persen dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007, kontribusi UKM dalam pembentukan PDB meningkat 18,76 persen menjadi Rp 2.121,3 atau 53,6 persen dari total PDB nasional.

  Dalam hal nilai ekspor nasional, peranan UKM pada tahun 2005 sebesar Rp 110,34 triliun atau 15,44 persen. Pada tahun 2006, peran UKM terhadap pembentukan total nilai ekspor nasional mengalami peningkatan sebesar Rp 11,97 triliun atau 10,84 persen yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp 122,31 triliun atau 20,14 persen dari total nilai ekspor nasional. Pada tahun 2007, peranan UKM dalam total ekspor nasional meningkat 16,77 persen menjadi Rp 142,8 triliun atau

  20 persen dari total ekspor nasional.

  Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa peranan UKM dalam perekonomian Indonesia sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja dan Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa peranan UKM dalam perekonomian Indonesia sangat besar dalam penyerapan tenaga kerja dan

  tidak tergali 1 . Menurut Baga (2006), salah satu kelemahan kemampuan pemasaran para pelaku UKM adalah tidak pernah melakukan analisis pasar.

  Kota Bogor sebagai salah satu kota penopang DKI Jakarta yang merupakan ibu kota negara, memiliki sejumlah UKM yang dapat menggerakkan perekonomian daerah. Salah satu unit UKM terkonsentrasi pada bidang industri. Jumlah unit usaha dalam industri kecil, menengah, dan besar baik formal maupun informal di Kota Bogor pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 3,55 persen dibandingkan dengan tahun 2006. Pada tahun 2006 jumlah unit usaha dalam industri menengah dan besar adalah 92 unit usaha, dan untuk industri kecil formal dan informal sejumlah 2.894 unit usaha. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah unit usaha dalam industri menengah dan besar adalah 103 unit, dan untuk industri kecil formal dan informal sebesar 2.989 unit usaha (Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bogor, 2007)

  Salah satu unit usaha yang memiliki unit usaha terbesar di Kota Bogor adalah industri makanan yaitu dengan jumlah 15 unit usaha untuk skala menengah dan besar, dan 1.194 untuk usaha kecil formal dan informal pada tahun 2007. Karakteristik khusus dari makanan (masa pemakaian produk yang singkat) dan kekhasan dalam selera membuat UKM makanan dapat terus berproduksi dalam

  1 Antara. 2008 . Dinas Koperasi Genjot Kemampuan Pemasaran UKM.

  http:www.republika.co.idonline_detail.asp?id=323108kat_id=23 (diakses 13 Februari 2008) http:www.republika.co.idonline_detail.asp?id=323108kat_id=23 (diakses 13 Februari 2008)

  Salah satu alternatif pangan yang dapat diusahakan oleh UKM adalah cokelat. Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses pengolahan biji kakao sehingga bentuk dan aromanya seperti yang terdapat di pasaran. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ketiga subsektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US 701 juta (Departemen Perindustrian, 2007).

  Pada tahun 2006, Indonesia menjadi negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia (470 ribu ton) setelah Pantai Gading (1,387 ribu ton) dan Ghana (741 ribu ton) (International Cocoa Organization (ICCO), 2007). Biji kakao produksi Indonesia di ekspor dalam bentuk biji 365 ribu ton dan sisanya diolah di dalam negeri (Departemen Perindustrian, 2007).

  Produksi kakao dalam negeri umumnya dikonsumsi langsung oleh industri pengolahan kakao setengah jadi yang memproduksi kakao butter, kakao cake, Produksi kakao dalam negeri umumnya dikonsumsi langsung oleh industri pengolahan kakao setengah jadi yang memproduksi kakao butter, kakao cake,

  Data tersebut memberikan informasi bahwa industri cokelat merupakan industri yang paling banyak menggunakan bahan baku kakao olahan setengah jadi. Namun informasi lain menyebutkan bahwa konsumsi cokelat masyarakat

  Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya 0,5 kgkapitatahun 2 dibandingkan dengan konsumsi cokelat masyarakat Eropa yang pada tahun 2003 saja telah

  mencapai 1,87 kgkapitatahun terutama Belgia yang mencapai 5,34 kgkapitatahun 3 .

  Pada tahun 2005, pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Perindustrian (2005) sudah mulai memperhatikan masalah rendahnya tingkat konsumsi cokelat masyarakat Indonesia yaitu dengan mengeluarkan Kebijakan Pengembangan Industri Nasional (KPIN) 2005-2025. Dalam kebijakan tersebut ditetapkan industri pengolahan kakao dan cokelat merupakan salah satu industri makanan dan minuman yang akan dikembangkan dalam jangka menengah (2005– 2009) dan jangka panjang (2010–2025) dengan salah satu sasaran jangka menengahnya adalah dapat meningkatkan konsumsi cokelat masyarakat. Dalam

  2 Departemen Perindustrian dan Perdagangan Agro Jawa Barat. 2007. Menggali Potensi Cokelat Di Jawa Barat. http:indag.indagagro-jabar.commain.php?mm=buletindID_Buletin=15

  (diakses 14 Mei 2008) 3 Herman. 2004. Kakao Indonesia Dikancah Perkakaoan Dunia.

  http:www.ipard.comart_perkebunnov5-04_her-I.asp (diakses 21 November 2007).

  pengembangan tersebut termasuk industri inti (industri pengolahan kakao dan industri cokelat), industri pendukung (industri kakao, industri bahan tambahan makanan, industri mesin dan peralatan, industri kertas, industri plastik, dan industri logam bahan kimia), dan industri terkait (industri makanan dan minuman berbahan baku cokelat, industri kosmetik, dan obat-obatan).

  Perusahaan yang tergabung dalam industri pengolahan kakao dan cokelat tidak hanya perusahaan-perusahaan besar yang memproduksi cokelat yang kini banyak beredar di pasaran. Toko-toko cokelat kecil seperti usaha kecil dan menengah (UKM) yang menjalankan usaha makanan yang berbahan baku cokelat juga merupakan bagian dari industri ini yang harus dikembangkan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Departemen Perindustrian (2007) bahwa pemerintah perlu mendorong terbentuknya usaha-usaha industri cokelat skala UKM dan pemasarannya yang efisien. Melalui UKM, pemerintah dalam usahanya untuk meningkatkan konsumsi cokelat masyarakat Indonesia dapat menjangkau masyarakat dengan pendapatan ekonomi rendah dan menengah mengingat bahwa kedudukan cokelat dalam masyarakat masih dianggap sebagai barang yang mahal dan eksklusif.

  UKM di Kota Bogor yang bergerak dalam industri makanan berbahan baku cokelat dan mendapat mendapat dukungan dari Disperindagkop Kota Bogor adalah perusahaan Waroeng Cokelat. Waroeng Cokelat merupakan UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor dalam industri makanan selain Edy s Bakery (roti) dan Elsari (brownies).

1.2 Perumusan Masalah

  Waroeng Cokelat merupakan salah satu UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor dalam industri makanan yang bergerak dalam bidang produksi dan perdagangan produk berbahan baku cokelat. Produk yang dihasilkan dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu candy (pralin) cokelat dan cookies (kue kering) cokelat. Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan Waroeng Cokelat, ternyata nilai penjualan cookies cokelat lebih besar dibandingkan dengan penjualan candy cokelat. Hal ini dapat terlihat dari jumlah cokelat batangan sebagai bahan baku yang digunakan dalam pembuatan cookies cokelat lebih besar dibandingkan dengan jumlah cokelat batangan yang digunakan dalam pembuatan permen cokelat dari tahun 2003 hingga 2007 (Tabel 2).

  Tabel 2 Jumlah Cokelat Batangan yang Digunakan Dalam Pembuatan

  Permen dan Cookies Cokelat

  Cokelat Batangan yang Digunakan (kg)

  Tahun

  Candy Cokelat

  Cookies Cokelat

  Cookies cokelat merupakan produk yang ditawarkan oleh Waroeng Cokelat terutama pada hari raya Idul Fitri. Pada hari raya Idul Fitri tanpa cookies yang menghiasi meja ruang tamu, seakan merupakan pemandangan yang tidak biasa. Kehadiran cookies-cookies itu saat merayakan Idul Fitri, memang sudah menjadi tradisi yang kuat di masyarakat kita, baik untuk menyambut keluarga yang berkunjung maupun untuk dikonsumsi sendiri. Maka, pada hari-hari menjelang datangnya hari besar keagamaan itu, kebutuhan masyarakat terhadap Cookies cokelat merupakan produk yang ditawarkan oleh Waroeng Cokelat terutama pada hari raya Idul Fitri. Pada hari raya Idul Fitri tanpa cookies yang menghiasi meja ruang tamu, seakan merupakan pemandangan yang tidak biasa. Kehadiran cookies-cookies itu saat merayakan Idul Fitri, memang sudah menjadi tradisi yang kuat di masyarakat kita, baik untuk menyambut keluarga yang berkunjung maupun untuk dikonsumsi sendiri. Maka, pada hari-hari menjelang datangnya hari besar keagamaan itu, kebutuhan masyarakat terhadap

  Dari tahun 2003 sampai tahun 2007, penjualan cookies cokelat Waroeng Cokelat terus meningkat. Peningkatan penjualan ini membuktikan bahwa permintaan terhadap produk ini terus meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3. Penjualan pada saat hari raya Idul Fitri memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap jumlah penjualan cookies cokelat tersebut dibandingkan hari-hari selain Idul Fitri.

  Tabel 3 Perkembangan Penjualan Cookies Cokelat Waroeng Cokelat dari

  Tahun 2003-2007

  Penjualan Cookies Cokelat (Rp)

  Tahun

  Selain Idul Fitri

  Saat Idul Fitri

  Karakteristik bisnis di bidang cookies memang cenderung siklikal atau musiman. Artinya, produk ini banyak dikonsumsi oleh sebagian masyarakat pada saat hari raya. Oleh sebab itu, pada musim tersebut banyak bermunculan penjual- penjual cookies yang menawarkan cookies mereka ke pasar sehingga menimbulkan persaingan yang ketat di antara pengusaha cookies. Bukan hanya pengusaha yang menjual cookies setiap hari tetapi juga pengusaha makanan jenis lain yang ikut memproduksi cookies. Hal ini terjadi karena pembuatan cookies sangat mudah sehingga dapat ditiru oleh semua orang termasuk juga produk yang dihasilkan oleh Waroeng Cokelat. Cepat atau lambat pihak Waroeng Cokelat percaya bahwa cookies cokelat buatannya akan ditiru oleh pihak lain. Sehingga, meskipun pasarnya sangat besar, untuk berhasil dalam bisnis cookies cokelat Idul

  Fitri, tetap saja dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang tepat agar dapat mempertahankan konsumen yang ada saat ini dengan memberikan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen karena konsumen merupakan sasaran perusahaan dalam menjalankan strategi pemasaran.

  Untuk dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen, maka pihak perusahaan perlu melakukan analisis pasar yang selama ini menurut Baga (2006) tidak pernah dilakukan oleh UKM. Salah satu analisis pasar yang dapat dilakukan adalah dengan analisis perilaku konsumen karena menurut Kotler (2005), konsumen saat ini lebih cerdas, lebih sadar harga, dan lebih menuntut kualitas yang akan diperoleh dalam memaksimalkan kepuasannya.

  Setiap konsumen memiliki karakteristik berbeda yang akan mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Konsumen pun akan membentuk sikap yang berbeda terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat berdasarkan pengalaman yang sudah mereka dapatkan ketika mengkonsumsi produk tersebut. Sikap konsumen mencerminkan rasa suka atau tidak suka terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat. Rasa suka atau tidak suka konsumen akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian selanjutnya. Dari pembelian tersebut konsumen akan merasakan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat.

  Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah, yaitu:

  1. Bagaimana karakteristik umum dan proses keputusan pembelian konsumen

  cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri?

  2. Bagaimana sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat?

  3. Bagaimana alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku

  konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri?

1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan masalah di atas, yaitu:

  1. Mendeskripsikan karakteristik umum dan proses keputusan pembelian

  konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.

  2. Menganalisis sikap dan tingkat kepuasan konsumen berdasarkan penilaiannya terhadap terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut cookies cokelat Waroeng Cokelat.

  3. Merumuskan alternatif bauran pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku

  konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat pada saat hari raya Idul Fitri.

1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

  1. Bagi Waroeng Cokelat, sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang bermanfaat dalam membentuk strategi pemasaran untuk mengahadapi pasar di Bogor.

  2. Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan wawasan dan wadah latihan dalam memahami serta menerapkan teori-teori ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kuliah, khususnya tentang periaku konsumen. Bagi peneliti lain, sebagai referensi dan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

  3. Bagi pembaca, sebagai informasi mengenai perilaku konsumen UKM yang

  bergerak dalam makanan berbahan baku cokelat khususnya Waroeng Cokelat.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

  Penelitian dibatasi hanya untuk konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat yang berada di Kota Bogor, karena Kota Bogor merupakan tempat Waroeng Cokelat berada dan memiliki potensi untuk meningkatkan penjualan cookies cokelatnya. Pada penelitian ini hanya dibahas mengenai perilaku konsumen pada saat hari raya Idul Fitri yang meliputi proses pengambilan keputusan konsumen, sikap, dan kepuasannya dengan tidak melakukan pembandingan terhadap cookies cokelat merek lain.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

  Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta. UU tersebut juga menyatakan bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp300 juta sampai dengan Rp2,5 milyar. Sedangkan usaha menengah adalah usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp2,5 milyar sampai dengan Rp50 milyar.

  BPS juga memberikan definisi berbeda tentang Industri Kecil dan Menengah (IKM) yaitu berdasarkan jumlah tenaga kerja. Menurut BPS, yang disebut sebagai industri kecil adalah unit usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak lima sampai sembilan orang. Industri menengah yaitu usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 20 sampai 99 orang. Sedangkan Usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja di bawah tiga orang termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar disebut sebagai industri rumah tangga.

  Meskipun merupakan kegiatan usaha kecil dan menengah, peran usaha ini dalam perekonomian Indonesia sangat penting. Menurut Wie (2001), IKM merupakan sarana yang baik bagi penciptaan lapangan kerja yang produktif, karena proses produksi dalam IKM umumnya bersifat lebih padat karya dibandingkan proses produksi dalam industri-industri besar. Di samping itu, sektor IKM juga dapat memberikan sumbangan besar kepada pembentukan modal, pengembangan kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja non- pertanian (off farm employment) di pedesaan.

  Wibowo, Murdinah, dan Fawzya (2002) menyatakan bahwa usaha kecil memiliki srategi tersendiri dengan membuat produk khusus, unik, dan spesial agar tidak bersaing dengan usaha besar. Selain itu, karena kecilnya usaha, perusahaan kecil umumnya mempunyai daerah pemasaran yang tidak terlalu jauh sehingga perilaku konsumennya dapat dipahami benar. Komunikasi yang dilakukan dengan konsumen pun berjalan cepat dan seringkali langsung kepada pemilik. Hal ini menyebabkan usaha-usaha kecil meskipun modal yang dimiliki tidak besar namun bersifat luwes dan dapat memicu terciptanya inovasi-inovasi.

  Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2007) menyebutkan bahwa peran koperasi, usaha kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, penyedia lapangan kerja yang terbesar, pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.

  Namun demikian UKM masih memiliki kinerja yang perlu ditingkatkan, antara lain: tingkat produktivitas usaha dan produktivitas tenaga kerja relatif rendah, nilai tambah produk rendah, pangsa pasar di dalam negeri dan ekspor rendah, jumlah investasi rendah, jangkauan pasar terbatas, akses informasi rendah, jaringan usaha terbatas, pemanfatan teknologi masih sangat terbatas, permodalan dan akses pembiayaan terbatas, kualitas SDM terbatas, dan manajemen yang umumnya belum profesional. Secara keseluruhan hal ini telah melemahkan peran dan kemampuan bersaing UKM dibanding pelaku usaha besar.

2.2 Cokelat

  Cokelat dihasilkan melalui serangkaian proses pengolahan biji kakao. Biji kakao berasal dari tanaman kakao (Theobroma cacao) yang tumbuh hanya di daerah tropis. Tanaman ini berasal dari Meksiko (Amerika Selatan). Dalam bahasa Yunani, theobroma berarti makanan para dewa. Dalam kebudayaan Meso

  Amerika, biji kakao bernilai sangat tinggi sehingga dijadikan sebagai mata uang 4 .

  Cokelat digunakan pertama kali sebagai campuran dalam makanan minuman oleh penduduk Maya dan Aztek di Amerika Selatan. Pada pertengahan abad XVI, cokelat pun mulai dikenal oleh bangsa Spanyol yang pada awalnya mereka pun tidak tahu bahwa cokelat bisa dimakan. Hingga suatu ketika di masa itu, penjelajah Spanyol, Hernando Cortez, bersama anak buahnya merasa tertarik dengan tradisi salah satu pemimpin bangsa Aztek yang bernama Montezuma meminum “xocalat”. Minuman xocalat terbuat dari campuran lumatan biji cokelat dan air dingin. Montezuma meminum cairan cokelat pahit itu dari cawan emas khusus sebanyak beberapa kali dalam sehari. Kemudian Orang Spanyol meniru dengan mencampurnya bersama hazelnut, almond, maupun kayu manis.

  Setelah itu, cokelat semakin populer di Amerika Utara, Afrika, hingga Asia 5 .

  Awalnya, semua cokelat hanya dikonsumsi sebagai minuman hingga pada tahun 1847 ditemukanlah cokelat padat atau diolah menjadi berbagai jenis

  panganan cokelat 6 . Hingga saat ini, perkembangan makanan dan minuman yang terbuat dari cokelat sangat luar biasa. Mulai dari white chocolate, milk cocholate,

  dark chocolate sampai makanan sejenis kue. White chocolate merupakan jenis

  4 Cokelat: Nikmat dan Bermanfaat. http:www.ot.co.idresearch_life_Cokelat_Nikmat.html

  (diakses 21 November 2007)

  5 Sejarah Ditemukannya Cokelat. http:urien.tblog.compost1969869854 - 22k - (diakses 11 Desember 2007)

  6 Cokelat. http:www.wikipedia.org.id (diakses 11 Desember 2007) 6 Cokelat. http:www.wikipedia.org.id (diakses 11 Desember 2007)

  Sedangkan dark chocolate mengandung minimal 43 cokelat 7

  Cokelat mengandung banyak zat yang dapat bermanfaat bagi tubuh seperti bahan aktif Theobromine yang dapat menimbulakan rasa nyaman bila dikonsumsi dan tidak menyebabkan kecanduan. Makan cokelat tidak akan menimbulkan kecanduan, tetapi bagi sebagian orang rasa cokelat yang enak mungkin menyebabkan kerinduan untuk mengkonsumsinya kembali (chocolate craving) baik karena aroma, manis-pahitnya, dan lain-lain. Hal ini juga sering dikaitkan dengan kandungan phenylethylamine (suatu substansi mirip amphetamine) yang dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak yang kemudian pada gilirannya menghasilkan dopamine. Dampak dopamine adalah muncul perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Phenylethylamine juga dianggap mempunyai khasiat aphrodisiac yang memunculkan perasaan seperti

  orang sedang jatuh cinta 8 .

  Cokelat juga mengandung antioksidan yang bernama flavonoids. Flavonoids ini dapat menangkal efek buruk dari radikal bebas yang dapat menghancurkan sel-sel dan jaringan tubuh. Selain itu, flavonoids yang terdapat dalam cokelat juga dapat meningkatkan konsentrasi nitric oxide di dalam tubuh yang akan memberikan kontribusi bagi kesehatan jantung karena nitric acid dapat

  7 Semua tentang Cokelat. http:www.indocookingclub.comic_forumforum_komentar.htm?p=22id=17 (diakses 11

  Desember 2007)

  8 Khomsan, Ali. 2003. Cokelat Baik untuk Jantung dan Suasana Hati. http:www.sinarharapan.co.idiptekkesehatan20030509kes1.html (diakses 21 November

  kalium, natrium, kalsium, besi, tembaga, dan fosfor), berbagai jenis flavonoid (epikatekin, epigalokatekin, dan prosianidin), serta komponen bioaktif lainnya. Persentase zat gizi yang terkandung dalam masing-masing jenis cokelat dapat dilihat pada Tabel 4.

  Tabel 4 Persentase Zat Gizi Dalam Masing-Masing Jenis Cokelat

  Persentase Zat Gizi ()

  Jenis

  Protein Lemak

  Karbohidrat

  Coklat Hitam

  Coklat Susu

  Coklat Putih

  Sumber: Lembaga Koko Malaysia

  Jenis olahan cokelat saat ini bermacam-macam. Mulai dari mengkombinasikannya dengan makanan dan minuman tradisional seperti surabi cokelat, misoa cokelat, goyobod cokelat, awug cokelat, bandrek cokelat, bajigur cokelat, atau keripik cokelat sampai makanan dan minuman berbahan cokelat yang ditawarkan di toko, kafé atau restoran.

2.3 Cookies Cokelat

  Cookies adalah kue kering manis berukuran relatif kecil. Cookies digolongkan berdasarkan cara pencampuran dan resep yang dipakainya, dengan adonan yang lunak, renyah, dan tekstur yang kurang padat. Dalam pembuatan cookies diperlukan bahan pengikat dan pelembut. Bahan pengikat yang dimaksud adalah tepung, air dan telur. Sedangkan gula, shortening, baking powder dan telur adalah bahan pelembut (Matz dalam Kurnia, 2003). Cookies dibuat dengan

  9 Dierks, Carrie. 1998. Cokelat: Dapat Membuat Jantung Anda Sehat?. Yulianto Mohsin,

  penerjemah. Situs Web Kimia Indonesia (diakses 27 November 2007).

  adonan yang lunak, berkadar lemak tinggi, memiliki kadar air yang rendah, tekstur lebih lunak, memiliki rasa, bentuk, dan aroma yang beragam, dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat (Anugerah, 2007)

  Cookies cokelat adalah cookies dengan bahan baku cokelat. Cokelat yang digunakan oleh Waroeng Cokelat adalah cokelat hitam, cokelat susu, dan cokelat putih. Untuk membuat rasa yang beragam dilakukan juga penambahan dengan bahan tambahan seperti kacang tanah, kurma, coco crunch, keju, sagu, dan lain- lain.

2.4 Penelitian Terdahulu

2.4.1 Penelitian Tentang Cokelat

  Yulianti (2007) menganalisis tentang Penetapan Harga Pokok dan Zona Fleksibilitas Harga Meises Cokelat di PT G Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penetapan harga pokok produksi (HPP) meises pada PT G dengan memperhitungkan seluruh komponen biaya produksi, menganalisis kisaran harga yang dapat diterima oleh pelanggan meises 818 Biru di Bandung, dan menganalisis rentang harga optimum dari sisi PT G dan pelanggannya (zona fleksibilitas harga) terhadap meises cokelat 818 Biru di Bandung. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode full costing untuk menentukan harga pokok produksi dari posisi perusahaan sebagai cara untuk mengidentifikasi OP (min) serta analisis sensitivitas harga sebagai alat untuk mengidentifikasi CP (max). Dari keduanya diperoleh zona fleksibilitas untuk mendapatkan rentang harga optimum dari sisi produsen dan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HPP yang dihitung berdasarkan metode full costing tahun 2006 lebih tinggi daripada harga produk PT G, yaitu sebesar Rp 6.282 kg per kilogram atau Rp

  78.530 per dus. Untuk hasil analisis sensitivitas harga didapatkan bahwa harga ideal meises coklat 818 Biru per dus (12,5 kg) dengan jumlah pembelian kurang dari 60 dus per pesanan adalah sebesar Rp 83.000 sampai dengan Rp 84.000 per dus dan untuk jumlah pembelian lebih dari atau sama dengan 60 dus sebesar Rp 82.000 sampai dengan Rp 85.800 per dus. Dari hasil tersebut diperoleh zona fleksibilitas terhadap pelanggan dengan jumlah pembelian kurang dari 60 dus per pesanan berkisar antara Rp 81.671 sampai dengan Rp 86.000 dan untuk pembelian lebih dari atau sama dengan 60 dus sebesar Rp 81.671 sampai dengan 85.800 per dus. Harga ideal untuk seluruh pelanggan meises 818 Biru di Bandung adalah Rp 84.000.

  Indriani (2005) meneliti tentang Proses Keputusan Pembelian Produk Cokelat Di Kotamadya Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan proses keputusan pembelian produk coklat oleh konsumen remaja dan dewasa di Kotamadya Bogor dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian coklat oleh konsumen dan remaja Kotamadya Bogor. Alat analisis yang digunakan Endang adalah analisis deskriptif dan analisis persentase terhadap skor maksimum. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kalangan remaja mengkonsumsi cokelat dengan alasan mempengaruhi suasana hati sedangkan kalangan dewasa mengkonsumsi cokelat hanya sebagai makanan selingan. Selain itu, para remaja lebih mementingkan rasa sebagai atribut dalam memilih cokelat sedangkan orang dewasa lebih mementingkan merek. Namun, para remaja dan dewasa pada umumnya lebih dipengaruhi oleh atribut produk dalam membeli cokelat. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa kedua kalangan tersebut mendapatkan informasi dalam membeli cokelat berdasarkan Indriani (2005) meneliti tentang Proses Keputusan Pembelian Produk Cokelat Di Kotamadya Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan proses keputusan pembelian produk coklat oleh konsumen remaja dan dewasa di Kotamadya Bogor dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian coklat oleh konsumen dan remaja Kotamadya Bogor. Alat analisis yang digunakan Endang adalah analisis deskriptif dan analisis persentase terhadap skor maksimum. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kalangan remaja mengkonsumsi cokelat dengan alasan mempengaruhi suasana hati sedangkan kalangan dewasa mengkonsumsi cokelat hanya sebagai makanan selingan. Selain itu, para remaja lebih mementingkan rasa sebagai atribut dalam memilih cokelat sedangkan orang dewasa lebih mementingkan merek. Namun, para remaja dan dewasa pada umumnya lebih dipengaruhi oleh atribut produk dalam membeli cokelat. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa kedua kalangan tersebut mendapatkan informasi dalam membeli cokelat berdasarkan

  

  Kurniawan (2004) meneliti mengenai Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Penghasil Bahan Baku Cokelat Dengan Metode Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus di PT Cahaya Kalbar). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap kondisi umum keuangan perusahaan dan menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap EVA yang dihasilkan perusahaan. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi pada semester kedua tahun 1997 memberikan pengaruh terhadap kondisi umum keuangan perusahaan. Pada saat memasuki periode krisis ekonomi, laba yang dihasilkan perusahaan mulai mengalami penurunan yang drastis, terutama untuk laba sebelum pajak, laba sebelum hak minoritas, dan laba bersih yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 35,9 persen dibandingkan periode sebelum krisis ekonomi. Sedangkan dari hasil analisis pengaruh krisis ekonomi terhadap EVA perusahaan didapatkan bahwa pada masa periode krisis, nilai tambah perusahaan bernilai negatif hingga mencapai 2.429,5 persen.

2.4.2 Penelitian Mengenai Perilaku Konsumen

  Laila (2008) menganalisis mengenai Proses Keputusan Pembelian dan Evaluasi Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Pembelian Roti Tawar Merek Le Gitt di Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perilaku konsumen terhadap tahap-tahap proses keputusan pembelian roti Le Gitt dan menganalisis tingkat kepuasan terhadap pembelian roti Le Gitt dengan tujuan meningkatkan

  kualitas roti Le Gitt yang sesuai dengan harapan konsumen. Alat analisis yang digunakan adalah analisis tabulasi deksriptif untuk mengidentifikasi profil pelanggan serta Importance Performance Analysis untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan. Dari hasil analisis deskriptif diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi roti Le Gitt semuanya adalah wanita dan sebagian besar telah menikah dengan latar belakang pendidikan Sarjana, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dan berpendapatan rumah tangga di atas Rp 5 juta. Dari hasil analisis tingkat kepuasan menggunakan IPA diperoleh hasil bahwa atribut warna roti dan harga merupakan prioritas utama yang harus ditingkatkan. Atribut yang harus dipertahankan adalah rasa, kelembutan roti, pencantuman izin Depkes pada kemasan, pencantuman tanda halal pada kemasan, pencantuman tanggal kadaluarsa, serta kemudahan dalam memperoleh produk. Saran yang diberikan untuk pihak perusahaan adalah meningkatkan atribut-atribut yang masih harus ditingkatkan, yaitu warna dan harga roti serta mempertahankan atribut-atribut yang harus dipertahankan. Selain itu perusahaan juga sebaiknya mencantumkan tingkat komposisi pada kemasan agar konsumen mengetahui kandungan gizi roti.

  Arfianto (2007) melakukan penelitian mengenai Perilaku Konsumen Terhadap Keberadaan Biskuit Merek Pengikut di Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen biskuit di Kecamatan Bogor Tengah, menganalisis proses keputusan pembelian terhadap biskuit, mengukur persepsi konsumen terhadap merek bskuit OREO dan RODEO, menganalisis keunggulan bersaing kedua merek biskuit, preferensi konsumen terhadap biskuit serta tingkat kepuasan konsumen terhadap kedua merek bskuit tersebut, serta menganalisis korelasi antara karakteristik responden dengan sikap Arfianto (2007) melakukan penelitian mengenai Perilaku Konsumen Terhadap Keberadaan Biskuit Merek Pengikut di Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen biskuit di Kecamatan Bogor Tengah, menganalisis proses keputusan pembelian terhadap biskuit, mengukur persepsi konsumen terhadap merek bskuit OREO dan RODEO, menganalisis keunggulan bersaing kedua merek biskuit, preferensi konsumen terhadap biskuit serta tingkat kepuasan konsumen terhadap kedua merek bskuit tersebut, serta menganalisis korelasi antara karakteristik responden dengan sikap

  Yanuarti (2007) menganalisis mengenai Perilaku Konsumen Produk Dodol Picnic dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran pada PT Herlinah Cipta Pratama. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik umum dan proses keputusan pembelian konsumen dodol Picnic, menganalisis penilaian konsumen terhadap atribut dodol Picnic, menganalisis penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan dan kinerja, atribut produk dodol Picnic, dan menyusun rekomendasi kebijakan pemasaran berdasarkan perilaku konsumen dodol Picnic. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan tabulasi deskriptif, model sikap multiatribut Fishbein, dan Importance Performance Analysis (IPA). Responden dodol Picnic sebagian besar adalah wanita, berumur antara 30-39 tahun, sebagian besar berstatus sudah menikah. Mayoritas responden Suku Sunda, berpendidikan sarjana, mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dengan pendapatan antara Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000. Hasil analisis sikap multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa responden memberikan nilai yang tinggi pada atribut label halal, kejelasan tanggal kadaluarsa, merek, izin

  Depkes, dan rasa. Responden memberikan nilai yang rendah pada atribut harga. Hasil IPA menunjukkan bahwa atribut dodol Picnic yang masuk pada kuadran I adalah atribut isi. Rekomendasi kebijakan pemasaran, untuk produk diperlukan perbaikan atribut isi dengan cara menambah jumlah isi dodol Picnic per kemasan.