PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GERAK BENDA MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING TEKNIK TANDUR PADA SISWA KELAS III MI HASYIM ASY’ARI SIDOARJO.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

UMMU KHOLISATIN NIM : D07211031

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PGMI JUNI 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

Skripsi, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Chaerati Saleh, M. Ed.

Kata Kunci : Hasil Belajar IPA, Model Quantum Teaching Teknik TANDUR, Gerak Benda.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil temuan bahwa di MI Hasyim

Asy’ari Sidoarjo masih terdapat kurang lebih 70%siswa di kelas III yang masih belum tuntas dalam memahami materi gerak benda dengan KKM yang sudah ditentukan sekolah yaitu 75. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah siswa kurang aktif dalam bertanya dan bekerjasama, kurangnya fasilitas belajar yang memadai seperti media pembelajaran, rendahnya penguasaan siswa terhadap materi gerak benda. Menanggapi hal tersebut, maka dilaksanakan penelitian dengan menerapkan model Quatum Teaching Teknik TANDUR.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR dalam meningkatkan hasil belajar IPA

kelas III di MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo? 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA kelas III materi gerak benda dengan Model Quantum Teaching Teknik

TANDURdi MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo?

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kurt Lewin yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, tes hasil belajar dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Penerapan model Quantum

Teaching Teknik TANDUR dalam meningkatan hasil belajar IPA materi gerak benda

pada siklus I telah berjalan dengan baik. Akan tetapi belum mendapat hasil yang maksimal, maka dilanjutkan ke siklus II. Pada kegiatan pembelajaran siklus II dilengkapi dengan penggunaan media yang lebih bervariasi dan pembentukan kelompok yang heterogen. Hal ini dibuktikan dengan hasil lembar observasi guru pada siklus I sebesar 72,65% (cukup) dan pada siklus II sebesar 96, 87% (sangat baik) serta hasil observasi siswa pada siklus I sebesar 68,75% (cukup) dan pada siklus II sebesar 92,5% (sangat baik).2) Terdapat peningkatan hasil belajar IPA materi gerak benda menggunakan model Quantum TeachingTeknik TANDUR, hal ini dibuktikan dengan perolehan rata-rata kelas pada siklus I sebesar 73,06 atau 68,75% (cukup), sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan yang dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata kelas sebesar 86,06 atau 90,62% (sangat baik).


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... .x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tindakan Yang Dipilih ... 7

D. Tujuan Penelitian . .. ... 7

E. Lingkup Penelitian ... 8

F.Manfaat Penelitian ... 9

G.Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar ... 12

B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) Materi Gerak Benda ... 22

C. Model Quantum Teaching Teknik TANDUR... 34

D. Penelitian Terdahulu ... 41

BAB III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 44

B. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 47

C. Variabel yang Diteliti ... 48

D. Rencana Tindakan ... 49

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 50

F. Indikator Kinerja ... 67

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 71


(7)

A. Simpulan ... 122 B. Saran ... 123 DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

1

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar yang dipelajari di Sekolah Dasar. Sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ada, pembelajaran IPA mengajarkan tentang dasar-dasar dan pengembangan konsep dari IPA sendiri. Pembelajaran sains (IPA) di Sekolah Dasar selalu mengacu pada kurikulum IPA. Dalam kurikulum telah ditegaskan bahwa dalam pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah. Proses pembelajaran IPA yang diharapkan adalah yang dapat mengembangkan keterampilan proses, pemahaman konsep, sikap ilmiah siswa, serta mendasarkan pada kegiatan IPA yang berkembang di masyarakat.1

IPA juga merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan memiliki sifat ilmiah.2 Pelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang mencakup materi cukup luas. Guru diharuskan menyelesaikan target

1

Abdullah Ali, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2013), 14. 2

Triyanto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007),99.


(9)

ketuntasan belajar siswa, sehingga perlu perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode, media atau alat peraga dan strategi belajar yang tepat. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan selain dengan penggunaan metode dan strategi yang tepat, guru juga harus mampu memahami karakteristik siswa dan memberikan rangsangan kepada siswa agar bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Alam untuk siswa SD, ide-ide dan konsep-konsep harus disederhanakan sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi atau sudah pernah dialami. Siswa mendapatkan pengetahuan melalui praktek, meneliti secara langsung, dan bereksperimen terhadap objek-objek yang akan dipelajari, sehingga pembelajaran akan lebih bermanfaat dan efektif.

Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak sesuai dengan realita yang terjadi di lapangan sekarang. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar masih banyak dilakukan secara konvensional/tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) serta lemahnya kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi siswa menjadikan hasil belajar IPA masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini juga dibuktikan dengan nilai UN SD Tahun 2012/2013 Jakarta Utara yang menyebutkan bahwa hasil UN IPA lebih rendah dibandingkan dengan Matematika dan Bahasa Indonesia.3

3

Data UN SD Se-Jakarta Utara Tahun Pelajaran 2012/2013 .


(10)

Hal tersebut peneliti temukan pada saat melakukan observasi di MI Hasyim

Asy’ari Sidoarjo, dimana pelajaran IPA selalu disajikan secara verbal melalui

kegiatan ceramah dan text book oriented, dengan keterlibatan siswa yang sangat minim karena siswa hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal, sehingga kurang menarik minat siswa dan membosankan yang akhirnya membuat siswa mudah lupa terhadap konsep yang telah diberikan.4

Pembelajaran lebih cenderung bersifat teacher centered dari pada student

centered. Guru jarang menggunakan media atau alat peraga dalam pembelajaran

IPA serta tidak terbiasa untuk melibatkan siswa dalam melakukan percobaan sehingga keterampilan siswa dan guru kurang. Dalam membahas materi IPA tidak terlihat adanya upaya guru untuk mengembangkan kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Target keberhasilan pengajaran IPA yang diterapkan guru cenderung lebih mengarah agar siswa terampil mengerjakan soal-soal tes, baik yang terdapat pada buku ajar maupun soal-soal ujian. Akibatnya pemahaman konsep siswa rendah, keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa tidak tumbuh. Sehingga siswa bersikap pasif selama proses belajar mengajar dan kurangnya keberanian siswa untuk bertanya. Sikap siswa yang pasif dan kurangnya keberanian siswa untuk bertanya menyebabkan siswa tidak


(11)

bisa mengungkapkan ide dan gagasannya dalam proses belajar mengajar, hal ini dapat menurunkan hasil belajar siswa karena pemahaman konsep yang rendah.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru IPA kelas III di MI

Hasyim Asy’ari Sidoarjo didapatkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran IPA yang meliputi: 1) Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, misalnya aktif dalam bertanya dan bekerjasama 2) Kurangnya fasilitas belajar yang memadai salah satunya adalah media pembelajaran 3) Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi gerak benda karena kurangnya strategi, metode maupun model pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran IPA, mengakibatkan dari 32 siswa yang mendapat nilai 75 ke atas baru 10 siswa, sedangkan 22 siswa memperoleh nilai kurang dari 75. Hal itu berarti rata-rata hasil belajar siswa materi gerak benda yaitu 63,62% dengan KKM yang ditetapkan yaitu 75 dan tingkat keberhasilannya masih 31,25%.5

Kesulitan dalam belajar IPA tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa peserta didik yang mengatakan bahwa mereka merasa bosan dalam mempelajari IPA karena mereka merasa bahwa pembelajaran IPA itu sangat sulit dan membosankan terutama dalam materi gerak benda, mereka juga

5

Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru IPA di Kelas III, MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo pada .tanggal 24 Desember 2014.


(12)

kurang aktif dalam proses pembelajaran disebabkan karena penggunaan metode atau model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik dan berinovasi.6

Berdasarkan data di atas,dapat diidentifikasikan bahwa permasalahan yang terjadi diantaranya adalah kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas dan model pembelajaran yang cocok

sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa MI Hasyim Asy’ari

Sidoarjo, dengan ini perlu adanya penggunaan model dan media pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dan berinteraksi saat proses pembelajaran, menumbuhkan hasil belajar siswa perlu dirangsang untuk aktif bertanya dan bekerjasama dalam proses pembelajaran.

Melihat keadaan tersebut, peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA terkait materi gerak benda dengan menggunakan model

Quantum Teaching Teknik TANDUR.Model Quantum Teaching Teknik

TANDUR merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang menjadikan siswa aktif dan kreatif dalam belajar.

Berinovasi dari model Quantum Teaching Teknik TANDUR yang hampir sama dengan sebuah simfoni. Jika menonton sebuah simfoni, ada banyak unsur-unsur yang menjadi faktor pengalaman musik. Unsur-unsur-unsur tersebut adalah

6

Hasil Wawancara Peneliti dengan Beberapa Siswa di Kelas III, MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo pada .tanggal 24 Desember 2014.


(13)

konteks dan isi.7 Antara konteks dan isi tercurahkan dalam sebuah mata pelajaran IPA. Sebagai kerangka rancangan model Quantum Teaching, yakni terkenal dengan TANDUR yang merupakan singkatan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

Kerangka ini yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPA materi gerak benda yang akan menumbuhkan keaktifan, kreatifitas dan juga menumbuhkan proses kerjasama dalam pembejaran yang menyenangkan. Model ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi siswa yang kurang memahami materi gerak benda.

Dari rumusan latar belakang di atas maka peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan

Hasil Belajar IPA Materi Gerak Benda Melalaui Model Quantum Teaching Teknik TANDUR Pada Siswa Kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR dalam meningkatkan hasil belajar IPA kelas III di MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo?

7


(14)

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA kelas III materi gerak benda dengan Model Quantum Teaching Teknik TANDURdi MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo?

C.Tindakan yang dipilih

Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi gerakbenda tersebut adalah dengan menggunakan model Quantum Teaching

Teknik TANDUR. Penggunaan model Quantum Teaching Teknik TANDUR ini, dikarenakan dapat menumbuhkan pembelajaran yang aktif, menarik, meriah dan bermakna yang dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi gerak benda pada pelajaran IPA serta membantu siswa bekerja efektif dalam kelompok sehingga berhasil dalam proses maupun produk belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

D.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan penerapan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR dalam meningkatkan hasil belajar IPA kelas III di MI Hasyim


(15)

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA kelas III materi gerak benda dengan Model Quantum Teaching teknik TANDUR di MI Hasyim

Asy’ari Sidoarjo.

E.Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal tersebut dibawah ini :

1) Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran IPA kelas III semester 2, dengan Kompetensi Dasar 4.1 Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuranmelalui model Quantum

Teaching Teknik TANDUR.

2) Subjek penelitian adalah pada siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo semester 2 tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 32, siswa laki-laki 13 dan siswa perempuan 19.

3) Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa soal-soal tes tulis yang hanya digunakan pada ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotor menggunakan lembar observasi.


(16)

F.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai acuan bagi penulis lain dalam menyusun karya ilmiah mengenai penggunaan model Quantum

Teaching Teknik TANDUR untuk meningkatkan hasil belajar IPA khususnya

materi gerak benda pada kelas III MI. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Dapat meningkatkan keprofesionalan peneliti dalam mengajar.

2) Peneliti dapat berbagi metode maupun model dalam mengajar, terutama model Quantum Teaching Teknik TANDUR dalam mengajarkan materi gerak benda.

3) Memudahkan peneliti dalam menyampaikan materi pelajaran karena menggunakan model pembelajaran yang inovatif.

b. Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan penguasaan materi gerak benda.

2) Dapat memudahkan siswa dalam menerima materi gerak benda, karena menggunakan model pembelajaran yang inovatif.

3) Dapat berinteraksi dengan pasangan diskusinya dan bekerjasama dengan baik.


(17)

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.

G.Definisi Operasional

Judul penelitian tindakan kelas yang penulis angkat berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Benda Melalaui Model Quantum Teaching Teknik TANDUR Pada Siswa Kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo”. Dengan

definisi rincian judul sebagai berikut:

1. Peningkatan adalah kemajuan. Secara umum peningkatan berarti penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Sedangkan peningkatan yang dimaksud dalam penelitan ini adalah bagaimana kemampuan siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajarnya melalui penerapan model Quantum

Teaching Teknik TANDUR.

2. Hasil belajar IPA adalah mengalami proses belajar IPA baik berupa pengetahuan, maupun kecakapan yang diukur dengan menggunakan alat pengukuran berupa tes. Bentuk hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil tes atau nilai tes IPA yang diperoleh siswa pada setiap akhir siklus, yaitu terkait materi gerak benda pada mata pelajaran IPA semester genap.


(18)

3. Model quantum teaching teknik TANDUR adalah suatu model pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan serta menumbuhkan motivasi siswa untuk aktif dalam belajar. Quantum Teaching

dilaksanakan dalam penelitian ini berdasarkan kerangka TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan).

4. Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Pada penelitian ini, siswa yang dijadikan objek penelitian adalah siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo dengan jumlah 32 siswa, yaitu terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.


(19)

12

A. HASIL BELAJAR

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.8

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan dan tindakan.9

8

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 1.

9


(20)

Seperti yang dikemukakan oleh Hubermas, bahwa belajar adalah sesuatu yang akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam, lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan.10

Adapun hasil belajar menurut Hamalik adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang.11 Sedangkan menurut Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang, di mana hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajarinya.

Para ahli biasanya merumuskan bahwa hasil belajar secara relatif bersifat

konstan dan berbekas. Dikatakan “secara relatif”, karena ada kemungkinan

suatu hsil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan hasil yang baru; ada kemungkinan pula suatu hasil terlupakan. Sedangkan yang di maksud konstan dan berbekas adalah perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi.

Kemampuan yang diperoleh menjadi milik pribadi yang tidak akan terhapus begitu saja. Misalnya, orang yang pernah belajar berbahasa inggris sampai mampu berbicara dengan cukup lancar, tidak akan mengalami bahwa

10

Ibid, 73.

11


(21)

pada suatu hari kemampuan itu hilang begitu saja. Sedangkan, kemampuan yang diperoleh dalam hasil belajar itu digolongkan menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensotik-motorik yang meliputi keterampilan melakukan rangkaian gerak-gerik badan dalam urutan tertentu, kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai, yang meresai perilaku dan tindakan.12 Penggolongan ini sepadan dengan penggolongan atas tiga bidang yang dikemukaan oleh Bloom, yaitu belajar kognitif, belajar sensorik-motorik dan belajar dinamik-afektif yang merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan sebuah perubahan (cara pandang, tingkah laku, dan lain-lain) yang dihasilkan dari adanya sebuah proses yang disebut pembelajaran. Seberapa besar perubahan yang dihasilkan akan sangat bergantung pada proses yang diberikan. Salah satunya dapat diwujudkan dengan penggunaan model pembelajaran yang proposional terhadapat aktivitas pebelajar serta dibarengi dengan metode yang baik juga ketersediaan waktu yang memadai untuk kelangsungan proses pembelajaran tersebut.

12


(22)

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Ahmadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:13

a. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Faktor psikologis yang terdiri atas faktor intelektif misalnya kecerdasan dan bakat, serta faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor eksternal adalah faktor dari luar individu. Kedua faktor tersebut mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Dan yang tergolong dalam faktor eksternal adalah: faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

13


(23)

3. Ranah-Ranah Pembelajaran

Menurut Bloom, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu:14

a. Domain kognitif

Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu:

1) Mengingat (Remember)

Mengingat (Remember) adalah kemampuan memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka panjang. 2) Memahami (Understand)

Memahami (Understand) adalah kemampuan untuk menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah cukup diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar.

3) Menerapkan (Apply)

Menerapkan (Apply) adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu, atau menggunakan suatu prosedur dalam situasi tertentu.

14


(24)

4) Analisis (Analyze)

Analisis (Analyze) adalah kemampuan menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terikat, dan bagaimana aitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan struktur atau tujuan sesuatu itu.

5) Evaluasi (Evaluate)

Evaluasi (Evaluate) adalah kemampuan untuk menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu.

6) Mencipta (Create)

Mencipta (Create) adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil.

Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan dikelas atau berupa tes tulis. Ranah kognitif juga dapat diukur dengan menggunakan portofolio.


(25)

b. Domain afektif

Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Domain afektif memiliki tngkatan, yaitu:15

1) Penerimaan

Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu manakala mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau objek yang ada.

2) Merespons

Merespons atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya.

3) Menghargai

Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau objek tertentu.

4) Mengorganisasi

Tujuan yang berkenaan dengan organisasi ini berkenaan pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.

15


(26)

5) Karakteristik Nilai

Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang dibangunnya itu dijadikan pandangan (falsafah) hidup serta dijadikan pedoman bertindak dan berperilaku.

Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur sikap: 1) Skala likert

Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 5 respon yang menunjukkan tingkatan, misal :

SS : sangat setuju

S : setuju

TB : tidak berpendapat

TS : tidak setuju

STS : sangat tidak setuju 2) Skala Pilihan Ganda

Bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda. 3) Skala Thursione

Merupakan skala mirip skala buatan likert, karena merupakan suatu instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.


(27)

4) Skala Guttmctu

Berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus di

jawab “ya”atau “tidak”

5) Smantic Differential

Mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi yaitu baik – tidak baik, kuat- lemah dan cepat-lambat atau aktif-pasif.

6) Pengukuran Minat

c. Domain Psikomotor

Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tungkatan yang termasuk dalam domain ini:16

1) Persepsi (perception)

Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu yang dapat dipermasalahkan.

2) Kesiapan (set)

Kesiapan merupakan berhubungan dengan kesediaan seseorang untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan prilaku-prilaku khusus.

16


(28)

3) Meniru (imitation)

Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikkan gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.

4) Membiasakan (Habitual)

Membiasakan merupakan kemampuan seseorang untuk mempraktikkan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh. 5) Menyesuaikan (Adaptation)

Menyesuaiakan merupakan kemampuan beradaptasi gerakan atau kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi yang sudah ada.

6) Menciptakan (Organization)

Menciptakan merupakan kemampuan seseorang untuk berkreasi dan mencipta sendiri suatu karya.

Tes untuk mengukur aspek psikomotorik adalah tes yang dilakukan untuk mengukur penampilan atau perbuatan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai siswa. Contoh tes penampilan atau kinerja diantaranya yaitu: a) Tes tertulis, b) Tes identifikasi, dan c) Tes simulasi.


(29)

B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) Materi Gerak Benda 1. Teori Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.17

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

Sedangkan Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan

17


(30)

penyajian gagasan-gagasan.IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.18

Menurut Nash, IPA adalah Suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisi, lengkap cermat serta menghubungkan antara fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang di amati.19

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya pengusaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.20

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman adalah sebagai berikut: 1. Kualitas, pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan

dalam bentuk angka-angka.

2. Observasi dan Eksperimen, merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

18

Abdullah Ali, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta:PT Bumi Aksara,2013), 18. 19

Usman Samatowo, Bagaimana Membelajarkan IPA di SD, (Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan, 2006),l.2.

20

Triyanto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007),99.


(31)

3. Ramalan (prediksi), merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif, artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebenaran.

5. Universalitas, kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.


(32)

Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran IPA yang baik adalah harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dalam pembelajaran IPA, siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu siswa tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang diperluakan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA jadi sangat diperlukan untuk dipelajari. Penggunaan media dan model pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran IPA akan memperbanyak pengalaman belajar siswa, membuat siswa menjadi tidak bosan, dan memberikan pengalaman belajar yang menarik bagi siswa.21

Pembelajaran IPA di sekolah dasar perlu didasarkan pada pengalaman untuk membantu siswa belajar IPA, mendeskripsikan dan menjelaskan hasil kerja dan prosedurnya. Pembelajaran IPA di sekolah juga dapat dilakukan di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

21


(33)

2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 telah ditetapkan, bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:22

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

22


(34)

3. RuangLingkup

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:23

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda /materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

4. Prinsip Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD/MI

Pembelajaran di SD akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru SD perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di SD. Prinsip-prinsip-prinsip pembelajaran di SD menurut Depdiknas adalah Prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar melakukan (learning to doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial. Prinsip pembelajaran di atas dapat di uraikan sebagai berikut :24

23

Ibid. 485 24

Muslichahasyari, Penerapan SainsTeknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sainis di SD( Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan, 2006), hal.44.


(35)

a. Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi siswa perlu di tumbuhkan, guru harus berperan sebagai motivator sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.

b. Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu menggali pengetahuan, keterampilan, pengalaman apa yang telah di miliki siswa sehingga kegiatan pembelajaran tidak berawal dari kekosongan terhadap materi.

c. Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu.

d. Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah di lupakan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya siswa di arahkan untuk berkegiatan.

e. Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada usia SD, dengan bermaian akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga akan mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran


(36)

perlu diciptakan suasana yang menyenangkan melalui kegiatan bermain sehingga memunculkan kekreatifan siswa.

Prinsip hubungan sosial, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika di kerjakan secara berkelompok. Dengan kegiatan berkelompok siswa tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerjasama dengan orang lain.

5. Materi Gerak Benda

Ilmu Pengetahuan Alam materi gerak benda terdiri dari beberapa sub materi antara lain, pengertian gerak benda, macam-macam gerak benda dan hal-hal yang mempengaruhi gerak benda. Adapun Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasarnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

SK dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas III Semster 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4. Memahami berbagai cara gerak benda, hubungannya dengan energi dan sumber energi.

4.1 Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran.

4.2Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari. 4.3 Mengidentifikasi sumber energi dan kegunaannya.


(37)

a. Pengertian Gerak Benda

Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Sedangkan gerak benda sendiri adalah perpindahan tempat atau kedudukan suatu benda dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Benda tak hidup pun dapat bergerak jika ada yang menggerakkannya. Contohnya, anak berlari, burung terbang, katak melompat, bola menggelinding karena ditendang, air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, dan sebagainya. Mengapa benda dapat bergerak? Benda dapat bergerak karena ada tenaga yang menggerakkannya.25

b. Macam-macam Gerak Benda

Gerak benda dapat terjadi dengan berbagai cara. Ada yang bergerak dengan berlari, ada yang bergerak dengan berjalan, ada yang bergerak dengan terbang, ada yang bergerak di atas air, ada yang bergerak cepat, ada yang bergerak lambat, dan sebagainya. Benda yang dapat bergerak cepat, antara lain, sepeda motor, mobil, dan pesawat terbang. Benda yang bergerak lambat, antara lain, jarum jam, daun rontok, dan siput berjalan.

Berikut akan kita pelajari bermacam-macam gerak pada benda, antara lain, jatuh, mengalir, me-mantul, menggelinding, berputar, dan tenggelam.

25

Priyono dan Titik Sayekti, Ilmu Pengetahuan Alam 3 Untuk MI Kelas III, (Jakarta: Pusat Perbukuan DEPDIKNAS, 2008), 101-110.


(38)

a) Jatuh

Mengapa benda dikatakan jatuh? Pernahkahkamu jatuh? Bagaimana arah geraknya? Apa yangmenyebabkannya?benda dikatakan jatuh apabila kedudukannya atau letaknyaberubah dari atas ke bawah. Mula-mula pensil berada di atas mejakemudian jatuh ke bawah meja karena ada tenaga yang menggerakkannya.

b) Mengalir

Tahukah kamu dari mana asalnya air sungai?Air sungai berasal dari mata air di pegunungan,atau berasal dari air hujan. Air sungai kemudianmengalir ke laut yang letaknya lebih rendah. Adanyaperbedaan ketinggian antara pegunungan atau sungai dengan laut menyebabkan air dapatmengalir. Jadi, air mengalir dari tempattinggi ke tempat lebih rendah.

c) Memantul

Pernahkah kamu melemparkan bola ke arahdinding? Bagaimana arah bola yang mengenaidinding tersebut? Setelah bola membentur dinding,bola akan kembali kepadamu, bukan? Gerakanitulah yang disebut memantul.

Gerakan memantul pada benda ternyata menimbulkan gagasan pada manusia. Berdasarkangagasan tersebut, terbentuklah berbagai benda ataukegiatan yang memiliki dasar gerak pemantulan.Kegiatan


(39)

yang telah terbentuk, antara lain, olahragabasket, olahraga voli, permainan bola bekel, danolahraga tenis.

d) Menggelinding

Contoh benda yang bergerak dengan caramenggelinding, antara lain, bola dan kelereng. Jikakamu menendang bola, maka bola akan bergerakke arah tertentu. Gerak menggelinding menyebabkan kedudukan benda berubah.

e) Berputar

Pernahkah kamu melihat kincir angin? Bagaimanakah gerakannya? Pernahkah kamu menggunakan kipas angin saat udara di dalam rumahmuterasa panas? Bagaimanakah gerakannya? Gerakan pada kincir angin dan kipas angin tersebut dinamakan berputar. Coba sebutkan contoh-contohgerak berputar yang lain!

Benda umumnya berputar pada porosnya. Benda yang berputar cepat dapat menimbulkan energi yang besar. Misalnya, putaran yang cepatpada turbin pembangkitlistrik dapat menghasilkan energi listrik. Listrik tersebut digunakan untuk membantu aktivitas manusia sehari-hari.

c. Hal-hal yang Mempengaruhi Gerak Benda

Bola yang menggelinding lama-kelamaan akan berhenti. Bola berhenti menggelinding karena ada gaya yang menghalangi gerak bola.


(40)

Benda dapat bergerak cepat atau lambat. Cepat atau lambatnya gerakan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain, permukaan benda, ukuran benda, danbentuk benda.26

6. Model-model Pembelajaran IPA

Model pembelajaran (Teaching Models) atau (Models of Teaching) memiliki makna lebih luas dari metode, strategi/pendekatan dan prosedur. Istilah model pembelajaran adalah pendekatan tertentu dalam pembelajaran yang tercakup dalam tujuan, sintaks, lingkungan dan sistem manajemen. Ada beberapa model pembelajaran yang sering digunakan dalam proses pembelajaran IPA diantaranya yaitu, Model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL), model pembelajaran konstruktivisme, model

pembelajaran terpadu, model pembelajaran interaktif, model pembelajaran berbasis masalah, dan model pembelajaran Quantum.27Dari beberapa model pembelajaran IPA di atas, yang digunakan peneliti dalam meningkatkan hasil belajar IPA adalah adalah model Quantum Teaching Teknik TANDUR yang bisa membuat siswa aktif partisipatif dalam proses pembelajaran.

26

Ibid, 112.

27


(41)

C. ModelQuantum TeachingTeknik TANDUR 1. Pengertian Model Quantum Teaching

Modelpembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.28 Sedangkan Quantum Teaching pada awalnya adalah eksperimen Dr. Georgi Lazanov dari Bulgaria tentang Suggestology

yaitu kekuatan sugesti yang dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Kemudian Bobbi de Porter yang merupakan murid dari Dr. Georgi Lazanov mencoba mengembangkan kembali eksperimen gurunya menjadi Quantum Learning yang merupakan hasil adopsi dari beberapa teori, seperti sugesti, teori otak kanan dan otak kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik), dan pendidikan holistik.

Melalui lembanga yang dibangun oleh Bobbi de Porter, yakni

Learning Forum, sebuah perusahaan pendidikan internasional yang

bermarkas di Amerika Serikat, Bobbi de Porter mengembangkan Quantum

Learning menjadi Quantum Teaching, yaitu model belajar yang menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

28


(42)

Quantum Teaching sengaja diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelegences

(Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Ginder dan Bandler),

Eksperiental Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning

(Johnson dan Johnson), dan Elements of Effective Instruction (Hunter).29

Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi

yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.30

Dalam Quantum Teaching, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan konteks dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari berarti layak untuk dirayakan.31Quantum Teaching

mengutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang: 1) suasana yang memberdayakan, 2) landasan yang kukuh, 3) lingkungan yang mendukung, rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas: 1) penyajian yang

29

Ahmad MunjinNasihdanLilikNurKholidah, MetodedanTeknikPembelajaranPendidikan Agama Islam, (Malang: PT RefikaAditama, 2009), 117.

30

Bobbi De Porter, Quantum Teaching, (Bandung: Mizan Media Utama, 2005), 5.

31


(43)

prima, 2) fasilitas yang luwes, 3) keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.32

Quantum Teaching bersandar pada konsep: Bawalah Dunia Mereka

ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Maksudnya

adalah mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama dalam proses pembelajaran.33

2. Prinsip Quantum Teaching

Ada lima prinsip utama dalam medelQuantum Teaching yaitu: 1) segalanya berbicara, 2) segalanya bertujuan, 3) pengalaman sebelum pemberian nama, 4) akui setiap usaha, dan 5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.34Berikut adalah tabel prinsip utama dalam modelQuantum Teaching:

Tabel 2.2.

No. Prinsip Keterangan

1. Segalanya Berbicara Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, dan bahan pelajaran lainnya.

Semuanya menyampaikan pesan

32

Ibid, 9.

33 Ibid, 4.

34


(44)

tentang belajar.

2. segalanya bertujuan Semua aktivitas yang dilakukan oleh guru hendaknya tidak lepas dari tujuan tertentu. Guru boleh menyampaikan tujuan yang

diinginkan kepada siswa atau tidak menyampaikan tergantung situasi dan kondisi.

3. pengalaman sebelum pemberian nama

Siswa dianjurkan untuk mencari sebanyak mungkin informasi seputar materi yang akan diajarkan di kelas. 4. akui setiap usaha Guru tidak segan-segan mengakui

berbagai usaha yang dilakukan oleh siswa, sekecil apapun usaha itu. 5. jika layak dipelajari,

layak pula dirayakan

Guru harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktifpada pelajaran dan menunjukkan prestasi. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, memberi hadiah permen, berkata: bagus! Baik!wow!

3. Langkah-Langkah Penerapan Model Quantum TeachingTeknik TANDURDalamPembelajaran

Guru dalam Quantum teaching memegang peranan penting yaitu: sebagai model, pembimbing dan fasilitator. Sebagai model guru dituntut agar


(45)

memiliki kemampuan berkomunikasi, mampu mempresentasikan sesuatu secara efektif, dan memiliki sifat positif untuk dirinya dan siswanya.

Pembelajaran Quantum teaching menawarkan situasi belajar yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan, sebagai situasi yang harus diciptakan dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan.Langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran Quantum teaching yang digunakan adalah teknik TANDUR, yakni:

a. T: Tumbuhkan

Tumbuhkan minat siswa dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya Bagiku”, dan manfaatkan kehidupan siswa.

b. A: Alami

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat di mengerti semua siswa. Artinya, bagaimana guru bisa menghadirkan suasana alamiah yang tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain. c. N: Namai

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan di berikan terhadap siswa. Guru sedapat miungkin memberikan pengantar terhadap materi yang hendak di sampaikan. Hal ini dimaksudkan agar ada informasi pendahuluan yang diterima oleh siswa.


(46)

d. D: Demonstrasikan

Sediakan kesempatan bagi siswa untuk”menunjukan bahwa mereka

tahu”. Dalam kondisi ini para guru harus tanggap dan memberikan

kesempatan pada mereka untuk tunjuk kerja dan memberikan motivasi agar berani menunjukan karya mereka pada orang lain.

e. U: Ulangi

Tunjukkan kepada siswa bagaimana cara mengulang materi secara efektif. Pengulangan materi dalam suatu pelajaran akan sangat membantu siswa mengingat materi yang di saampaikan guru dengan mudah.

f. R: Rayakan

Keberhasilan dan prestasi yang di raih siswa sekecil apapun di beri apresiasi oleh guru. Bagi siswa perayakan akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab. Perayakan akan mengajarkan kepada mereka mengenai motivasi hakiki tanpa insentif. Hal ini untuk menumbuhkan rasa senang pada diri siswa yang pada gilirannya akan melahirkan kepercayaan diri untuk berprestasi lebih baik lagi.

4. Kelebihan dan Kekurangan ModelQuantum Teaching Teknik TANDUR a. Kelebihan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR

1) Dapat membimbing peserta didik kearah berfikiryang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.


(47)

2) Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

3) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

4) Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. 5) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori

dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.

6) Karena model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya.

7) Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.

b. Kekurangan ModelQuantum Teaching Teknik TANDUR

1) Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

2) Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.


(48)

3) Karena dalam model ini ada perayaan untuk menghormati usaha seorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian dan lain-lain. Maka dapat mengganggu kelas lain.

4) Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.

5) Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif. 6) Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal

yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.

D. Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian yang relevan menunjukkan hasil bahwa penggunaan model Quantum Teaching Teknik TANDUR dapat meningkatkan hasil, dan minat belajar siswa. Peneliti tersebut antara lain:

1. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh Evy Rosalina Susanti di MI Islamiyah Kebonsari Kota Malang pada mata pelajaran IPS kelas V.

Peneliti ini mengangkat judul “Penerapan model quantum teaching untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas V MI

Islamiyah Kebonsari Kota Malang”. Dalam hal ini peneliti menggunakan


(49)

model Quantum Teaching pada pembelajaran IPS telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Islamiyah Kebonsari. Hal ini dilihat dari perolehan hasil belajar siswa terus meningkat mulai dari rata-rata sebelumnya (65,15) mengalami peningkatan pada siklus I dengan rata-rata kelas sebesar (70,90) dan prosentase ketuntasan belajar kelasnya yaitu (68,75) meningkat pada siklus II dengan rata-rata kelasnya sebesar (80,56) dan prosentase ketuntasan belajar kelasnya sebesar (81,25%).35

2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Erni Ismiatun di SMPN 2 Pandak Bantul mata PAI kelas VII. Peneliti ini mengangkat judul

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan

Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIID di SMPN 2 Pandak Bantul”.Hasil

penelitian menunjukkan Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan minat belajar PAI siswa kelas VII di SMPN 2 Pandak Bantul. Dengan diterapkannya model pembelajaran Quantum Teaching minat siswa meningkat dan termasuk dalam kategori baik. Hal ini juga ditunjukkan dengan adanya peningkatan tiap aspek, Aspek adanya perhatian dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan dengan prosentase pada siklus I sebesar 79,55% siklus II sebesar 82,79% dan pada siklus III sebesar 85,47%. Aspek rasa senang siswa

35

Evi Rosalina Susanti, Penerapan model quantum teaching untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas V MI Islamiyah Kebonsari Kota Malang, 12 Maret 2011 di : http://senengemaca.blogspot.com/2011/03/penerapan-metode-quantum-teaching-untuk.html.


(50)

terhadap Guru dan Materi, prosentasenya pada siklus I sebesar 71,47% siklus II 76,47% , dan pada siklus III sebesar 80,59%.36

3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Rustanti Ningsih di SDN SDN Anjasmoro Semarang pada mata pelajaran IPA Kelas V. Peneliti ini mengangkat judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Kolaborasi

Model Quantum Teaching dan Snowball Throwing”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan

Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Anjasmoro Semarang. Hal tersebut ditandai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan rata-rata hasil IPS dari siklus I sebesar 68,11, siklus II sebesar 75,95, dan pada siklus III sebesar 88,79. Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar individual, siklus I sebesar 54 %, siklus II sebesar 64, dan siklus III sebesar 89 %. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktivitas guru semakin meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.37

36

Erni Ismiatun, Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIID SMPN 2 Pandak,19 November 2010, Jurnal online di : http://pdf.uinsuka.ac.id/1858/.

37

Rustati Ningsih, Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 18 Oktober 2008 di : http://geocities.com/2008/18/penerapan-metode-quantum-teaching-untuk.html.


(51)

44

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok dalam mengorganisasikan suatu kondisi, dimana mereka dapat mempelajari pengalaman mereka, dan membuat pengalaman mereka diakses oleh orang lain. Penelitian tindakan mempunyai beberapa karakteristik antara lain, problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari, peneliti dimungkinkan untuk memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan terencana untuk memecahkan permasalahan, sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh obyek yang diteliti.38

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan dalam kegiatan pembelajaran bersama guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, yakni menggunakan bentuk kolaboratif, yang mana guru merupakan mitra

38


(52)

kerja peneliti. Adapun unsur-unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut adalah: (1) guru, (2) siswa, (3) materi pembelajaran, (4) peralatan atau sarana pendidikan, (5) hasil pembelajaran, (6) lingkungan dan (7) pengelolaan.

Menurut Suharsimi Arikunto menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata dari penelitian – tindakan – kelas:39

1. Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang diminati.

2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik.

3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dalam pelaksanaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model Kurt Lewin, yang menyatakan bahwa satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: 40

39


(53)

a. Perencanaan (planning) b. Aksi atau tindakan (acting) c. Observasi (observing) d. Refleksi (reflecting).

Bagan prosedur PTK model Kurt Lewin adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin41

Model yang dikemukakan oleh Kurt Lewin pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, aksi atau tindakan, observasi dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.

40

Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung:CV Wacana Prima, 2007), 158.

41


(54)

Alasan memilih menggunakan model PTK Kurt Lewin dari pada model PTK lainnya adalah karena model PTK Kurt Lewin ini mudah pelaksanaannya dan juga sangat simple dibandingkan dengan model PTK yang lainnya. Tujuan menggunakan model ini yaitu apabila pada awal pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas III MI Hasyim Asy’ari

Jambangan Candi Sidoarjo pada mata pelajaran IPA.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2015. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik MI

Hasyim Asy’ari Sidoarjo, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. Adapun jadwal penelitian secara rinci telah tertulis dan dapat dilihat pada lampiran.


(55)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari

Sidoarjo tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa dalam satu kelas 32 siswa, yaitu 13 siswa laki-laki dan 19 siswi perempuan. Secara terperinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Jumlah Siswa Kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo

No Jenis Kelamin Jumlah siswa

1. Siswa laki – laki 13 orang

2. Siswi perempuan 19 orang

Jumlah keseluruhan 32 orang

C. Variabel yang Diteliti

Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan model Quantum Teaching Teknik TANDUR pada mata pelajaran IPA kelas III tentang gerak benda. Disamping variabel tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu : 1. Variabel input : Siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo 2. Variabel Proses : Penerapanmodel Quantum Teaching Teknik

TANDUR

3. Variabel output : Hasil belajar siswa materi gerak benda pada mata Pelajaran IPA.


(56)

D. Rencana Tindakan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian yang berdasarkan pada prinsip Model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa kegiatannya berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Dalam satu siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu:

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

a. Menyusun perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah : 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2) Mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas

3) Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan

b. Melaksanakan tindakan (acting)

Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

c. Melaksanakan pengamatan (observing)


(57)

1) Mengamati aktivitas guru dalam menerapkan model Quantum

Teaching Teknik TANDUR.

2) Mengamati aktivitas siswa dalam menerapkan model Quantum

Teaching Teknik TANDUR.

d. Melakukan Refleksi

Pada tahap ini, yang harus dilakukan yaitu : 1) Menganalisis hasil observasi

2) Menganalisis hasil wawancara 3) Menganalisis hasil belajar

4) Mencatat kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat tercapai.42

Apabila dalam hal ini masih kurang, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan tahapan-tahapan yang sama.

E. Data dan Cara Pengumpulan 1. Data

Data adalah segala sesuatu yang diperoleh dari lapangan untuk dijadikan bahan sebuah penelitian. Berdasarkan jenis penelitiannya, proses

42

Rido Kurnianto, Abd. Kadir,dkk, PenelitianTindakanKelas, (Surabaya: Aprinta,2009), Paket 5 hal. 12-13.


(58)

pengambilan data terbagi atas dua klasifikasi besar, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

a. Data Kuantitatif

Yaitu data yangberwujudangka-angka. Data

kuantitatifdalampenelitian inibiasdidapatkandari data jumlahsiswa, nilaiteshasilbelajarsiswa, sertaprosentasedari instrument aktivitas guru danaktivitassiswa

b. Data Kualitatif

Yaitudata yang berhubungandengankategorisasi,

karakteristikberwujudpertanyaanatauberupa

kata-kata.Adapunyangtermasukdalam data

kualitatifpadapenelitianiniadalah data yang

didapatpenelitidarihasilwawancaradengan guru matapelajaranIPA, data aktivitas guru danjugaaktivitassiswa.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan agar bisa mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :


(59)

a. Observasi

Merupakan tindakan atau proses pengambilan informasi, atau data melalui media pengamatan.43Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi sistematis dalam mengamati proses pembelajaran siswa pada materi Gerak Benda.

Observasi dalam penelitian ini dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses belajar mengajardan penerapan model Quantum Teaching

teknik TANDURpada mata pelajaran IPA materi gerak benda kelas III

MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo yang dilaksanakan guru dan peneliti. Lembar pengamatan ini diiisi ketika proses KBM berlangsung. Hal-hal yang diamati dalam observasi guru dan siswa meliputi:

43


(60)

Tabel 3.2

Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Menerapkan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR Pada Mapel IPA

No.

Aspek yang Diamati

Nilai

1

2

3

4

I Persipan

Persiapan fisik guru dalam mengajar

Persiapan perangkat pembelajaran yaitu RPP Persiapan media pembelajaran

II Pelaksanaan Kegiatan awal

Guru membuka pelajaran Mengucap salam

Membaca doa Mengabsen siswa

Guru memberikan ice breaking “tepuk anggota badan” pada peserta didik

Guru melakukan apersepsi dengan bertanya materi sebelumnya dan mengaitkannya pada pembelajaran yang akan diajarkan

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan inti

Guru menyajikan alat/media yang mendukung dengan materi gerak benda.


(61)

menumbuhkan minat siswa.

Guru memperlihatkan sebuah video tentang konsep awal materi gerak benda dan memberikan

pertanyaan terkait video.

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen dan membagikan LK pada setiap kelompok.

Guru menginstrusikan siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LK.

Guru memanggil perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi.

Guru memberikan reward pada kelompok terbaik dengan stik bintang.

Guru memperkenankan masing-masing kelompok memberikan tanggapan dan bertanya pada

kelompok yang presentasi

Guru memberikan evaluasi atau penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

Guru memberikan soal test pada peserta didik materi gerak benda.

Kegiatan akhir

Guru menyimpulkan hasil pembelajaran

Guru menyampaikan materi yang akan diberikan pada saat pertemuan berikutnya.

Guru menutup pelajaran dengan membaca do’a dan

mengakhiri dengan salam


(62)

Ketepatan memulai pembelajaran Ketepatan waktu dalam belajaran Ketepatan menutup pembelajaran Kesesuaian dengan RPP

Efektifitas waktu

IV Suasana kelas

Kelas kondusif Kelas hidup Skor perolehan =

Prosentaseaktivitas (guru/siswa) =

x 100% = X 100 % = %

Tabel 3.3

Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Menerapkan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR Pada Mata Pelajaran IPA

No. Aspek yang Diamati Nilai

1 2 3 4

I Persipan

Persiapan fisik siswa dalam mengikuti pembelajaran

Persiapan alat perlengkapan belajar Persiapan performance siswa

II Pelaksanaan Kegiatan awal


(63)

Salam dari guru

 Membaca do’a

Mendengarkan absensi

Siswa bersemangat saat guru memberikan ice

breaking “tepuk anggota badan”

Siswa menjawab pertanyaan tentang materi yang lalu dan materi yang akan diajarkan oleh guru Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

Kegiatan inti

Siswa melihat dengan seksama video yang diputarkan guru terkait konsep gerak benda. Siswa membentuk kelompok sesuai dengan apa yang diintruksikan oleh guru

Siswa mendengarkan ketika Guru memberikan sejumlah informasi materi gerak benda.

Satu perwakilan kelompokmempresentasikan hasil diskusinya di depan teman yang lain

Siswa atau masing-masing kelompok diberikan waktu untuk bertanya dan memberi tanggapan pada kelompok yang presentasi

Siswa mendengarkan penguatan materi gerak benda yang disampaikan oleh guru

Siswa mengerjakan tes tulis yang telah diberikan oleh guru

Kegiatan akhir


(64)

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru terkait tujuan pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya

Siswa berdoa dan menjawab salam dari guu Skor perolehan = 52

Prosentaseaktivitas (guru/siswa) =

x 100%= X 100 % = %

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan responden.44 Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data tentang pendapat guru dan siswa mengenai proses pembelajaran yang dialami sebelumdan sesudah diberi tindakan.Adapun pedoman wawancara sebelum tindakan yang diberikan seperti di bawah ini:

Tabel 3.4

Panduan Wawancara Guru Sebelum Tindakan

1. Bagaimana karakteristik umum siswa kelas

III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo?

2. Bagaimana kemampuan siswa pada mata pelajaran IPA?

3. Bagaimana keaktifan siswa pada saat

44


(65)

proses belajar mengajar?

4. Masalah apa sajakah yang sering timbul di dalam kelas?

5. Model/Metode/Strategi apakah yang biasanya digunakan dalam kegiatan pembelajaran?

Tabel 3.5

Panduan Wawancara Siswa Sebelum Tindakan

1. Apa sajakah kesulitan yang kalian hadapi pada Pembelajaran IPA?

2. Menurut kalian materi apa yang paling sullit dipelajari?

3. Apakah kalian sudah puas dengan hasil belajar yang kalian dapatkan saat ini? 4. Bagaimana pendapat kalian tentang cara

guru mata pelajaran IPA dalam menyampaikan pelajaran selama ini?

Tabel 3.6

Panduan Wawancara Guru Sesudah Tindakan

1. Bagaimana aktivitas siswa setelah menggunakan model Quantum Teaching

teknik TANDUR ketika proses

pembelajaran IPA berlangsung?

2. Bagaimana menurut pendapat anda tentang model Quantum Teaching teknik


(66)

TANDUR. Apakah dengan menggunakan model Quantum Teaching teknik TANDUR dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda? 3. Apa saran bapak yang bisa dilakukan untuk

perbaikan siklus II?

Tabel 3.7

Panduan Wawancara Siswa Sesudah Tindakan

1. Bagaimana menurut pendapat kamu tentang pelajaran IPA materi gerak benda yang baru kamu ikuti?

2. Apakah dengan menggunakan model

Quantum Teaching teknik TANDUR

membuat kamu aktif dalam pembelajaran? 3. Bagaimana menurut pendapatmu tentang

cara guru menerangkan atau menjelaskan pelajaran IPA dengan menggunakan model

Quantum Teaching teknik TANDUR?

4. Apakah kamu bersemangat ketika melakukan proses belajar mengajar?

5. Apakah ada peningkatan pada nilai kamu?

c. Tes

Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur


(67)

tingkat pemahaman dan penguasaan cukupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan pengajaran tertentu.

Dalam mengumpulkan data, peneliti melakukan tes tulis berupa soal pilihan ganda (multiple choice) untuk mendapat nilai dari siswa kelas III pada mata pelajaran IPA materi Gerak Benda. Tujuannya untuk mengambil data tentang peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Gerak Benda Kelas III di MI Hasyim

Asy’ari Sidoarjo. Tes hasil belajar yang digunakan sesuai dengan

kisi-kisi butir soal. Adapun kisi-kisi butir soal tersebut seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3.8 Kisi-kisi Butir Soal No . Kompetensi Dasar Kelas / Seme ster

Materi Indikator Indikator butir Soal

Bentuk soal

No. soal

1 4.1

Menyimpulk an hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk

III / 2 Gerak Benda. 4.1.1 Menyebutkan contoh macam-macam gerak benda. 4.1.1.1 Menyebut kan contoh gerak benda menggelin ding 4.1.1.2. Soal ganda 1, 8 5


(68)

dan ukuran. 4.2.2 . Mengidentifi kasi hal-hal yang mempengaru hi gerak benda. Menyebut kan contoh gerak benda meluncur 4.1.1.3 Menyebut kan contoh gerak benda memutar. 4.2.2 . Mengident ifikasi hal-hal yang mempenga ruhi gerak benda. 4.2.2.1 Mengident ifikasi gerak benda dipengaru hi oleh permukaa n benda. 4.2.2.2 10 3,6 2, 4 7


(69)

mengident ifikasi gerak benda dipengaru hi oleh ukuran. 4.2.2.3 Mengident ifikasi gerak benda dipengaru hi oleh bentuk.

9

d. Dokumentasi

Dokumentasimerupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen.Dokumenterdiriatasbuku-buku, surat, dokumenresmi, foto.Dalampenelitianinimetodedokumentasidigunakanuntukmengum pulkan data-data yang adapadalembagasekolahsebagaipenunjang data.Selainitu, dokumeninijugadidapatkandarifoto-fotosiswadan gurupadasaatkegiatanpembelajaranberlangsungdenganmenerapkanm odel quantum teaching teknik TANDUR.


(70)

3. TeknikAnalisis Data

Analisis data merupakan upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

a. Analisis Data Observasi Guru dan Siswa

Untuk mengetahui hasil penilaian observasi guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa

Untuk menghitung prosentase observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut:

x 100% Keterangan:

P Prosentase yang akan dicari

f Jumlah seluruh skor jawaban yang diperoleh

N

X

X


(71)

n Jumlah item pengamatan dikalikan skor semestinya

Hasil penelitian yang diperoleh akan diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk penskoran nilai dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

91-100%

Sangat baik

75-90% Baik

65-74% Cukup

0-64% Kurang

b. Analisis Data Wawancara

Untuk menganalisis data wawancara tentunya berbeda dengan menganalisis data dari hasil observasi dan hasil belajar. Hal ini dikarenakan masing-masing data mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Data wawancara dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa pertanyaan kepada guru seperti bagaimana aktivitas siswa setelah menggunakan model Quantum Teaching teknik TANDUR ketika proses pembelajarabn IPA berlangsung?, Apakah dengan menggunakan model quantum teaching teknik TANDUR dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Dan juga beberapa pertanyaan kepada siswa seperti apakah dengan model quantum teaching teknik TANDUR dapat membuat kamu aktif dalam pembelajaran?, Apakah


(72)

nilai hasil belajar IPA kamu mengalami peningkatan setelah menggunakan model quantum teaching teknik TANDUR?

c. Analisis Data Hasil Belajar

Penelitian menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa dan selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga didapatkan nilai rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus:

Keterangan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa

Hasil penelitian yang diperoleh tersebut diklasifikasikan ke dalam bentuk penyekoran nilai peserta didik sebagai berikut:

90-100 : sangat baik 75-89 : baik

0-74 : kurang

Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar peserta didik digunakan analisis sederhana dengan prosentase (%) indikator keberhasilan atau ketuntasan hasil belajar siswa ditentukan dengan

N

X

X


(73)

KKM yang ditetapkan yaitu nilai minimal 75.45 Peserta didik dianggap tuntas belajar apabila sudah mencapai nilai ≥75 dan dikatakan belum tuntas belajar apabila nilai kurang dari 75. Untuk menghitung prosentase hasil belajar digunakan rumus sebagai berikut:46

x 100% Keterangan:

P Prosentase yang akan dicari f Jumlah siswa yang tuntas n Jumlah semua siswa

Hasil penelitian yang diperoleh akan diklasifikasikan ke dalam bentuk penyekoran nilai dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kriteria tingkat ketuntasan belajar siswa

Prosentase Nilai Huruf Kualifikasi

90% - 100% A Sangat Baik

80% - 89% B Baik

65% - 79% C Cukup

55% - 64% D Kurang

<55% TL Tidak Lulus/Gagal

45

Surat Keterangan KKM IPA Kelas III, MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo.

46


(1)

122 BAB V

PENUTUP

A.Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama dua siklus dengan

penerapan modelQuantum Teaching Teknik TANDUR diperoleh data yang telah dianalisis sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan modelQuantum Teaching Teknik TANDUR pada proses pembelajaran di kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo pada mata pelajaran IPA materi gerak benda pada KD 4.1 Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran dapat dilaksanakan dengan baik dan mengalami peningkatan. Akan tetapi belum mendapatkan hasil yang maksimal pada siklus I, maka dilanjutkan ke siklus II. Pada kegiatan pembelajaran siklus II dilengkapi dengan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dan pembagian kelompok yang heterogen. Hal ini juga ditunjukkan dengan prosentase observasi guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I sebesar 72,65% dan pada siklus II sebesar 96,87%. Dan terdapat peningkatan juga pada aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), yang ditunjukkan dengan perolehan prosentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 68,75% yang dikategorikan “cukup”, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa belum mencapai kriteria keberhasilan


(2)

123

yang telah ditetapkan yakni 90% dan pada siklus II sebesar 92,5% yang dikategorikan “sangat baik” karena sudah mencapai kriteria yang diinginkan. 2. Hasil belajar IPA materi gerak benda dengan menerapkan model Quantum

Teaching Teknik TANDUR pada siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 nilai rata-rata yang didapatkan siswaadalah 73,06 dengan prosentase ketuntasan 68,75% yang dikategorikan “kurang” karena masih di bawah prosentase yang dikehendaki yakni 80% sedangkan nilai rata-rata siklus II diperoleh73,06 dengan prosentase ketuntasan90,62% yang dikategorikan “sangat baik”. Dalamsetiapsiklusnyamengalamipeningkatan, Padasiklus 1 kesiklusIImengalamipeningkatansebesar21,87%.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo, terdapat beberapa saran yang dapat membangun dan

meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo. Berikut ini saran yang bisa dijadikan perbaikan:

1. Pada proses pembelajaran,para guru dianjurkan untuk melibatkan seluruh siswa untuk aktif karena guru tidak selalu yang harus memberikan semua materi. Berikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri dalam mencari


(3)

124

pengetahuan yang mereka inginkan, karena dengan membaca mereka akan lebih mengingat dari apa yang telah mereka temukan dan sebaiknya melakukan pembelajaran yang lebih riil karena bisa membuat peserta didik lebih paham dan mengerti tentang materi yang diajarkan.

2. Dalam menggunakan berbagai model, media, strategi, pendekatan atau metode pada proses pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Jika model, metode ataupun strategi yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik siswa maka dapat memengaruhi hasil belajar yang didapatkan siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Abdullah. 2013. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ahmad Munjin Najih dan Lilik Nur Kholilah. 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran PAI. Bandung : PT Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi . 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta. Arsyad, Azhar . 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Asrori, Mohammad. 2007. Penelitian tindakan kelas. Bandung: CV Wacana Prima. Asyari, Muslichah. Penerapan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran

Sainis di SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketyenagaan. BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Dirjen Pendidikan

Tinggi.

Budiningsih, Asri . 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. De Porter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching.Bandung: Mizan Media Utama.

Eni Purwati, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Paket 5.Surabaya: LAPIS PGMI. Hamalik, Oemar . 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nunuk Suryati dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Ombak. Priyono dan Titik Sayekti. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 3 Untuk MI Kelas III.

Jakarta: Pusat Perbukuan DEPDIKNAS.

Purwanto, Ngaben . 2012. Teknik Evaluasi Pengajaran,. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta.

Samatowa, Usman . 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks. Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineke

Cipta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Sudjana, Nana. 1998. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Pustaka Mertiana.

Sukardi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tim Pengembang MKD. 2011. Kurikulim dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik . Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah. 2012. Assesment Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara. W.S. Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Hasil Observasi Peneliti di Kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo, Pada tanggal 24 Desember 2014.

Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru IPA di Kelas III, MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo pada .tanggal 24 Desember 2014.

Hasil Wawancara Peneliti dengan Beberapa Siswa di Kelas III, MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo pada .tanggal 24 Desember 2014.

Hasil Wawancara dengan Bapak Kusno, guru mata pelajaran IPA kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Sidoarjo, tanggal 07 Januari 2015.

Hasil Observasi Peneliti di MI Hasyim Asy’ari Jambangan Sidoarjo, tanggal 07 Januari 2015.


(6)

Erni Ismiatun, Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIID SMPN 2 Pandak ,19 November 2010, Jurnal online di : http://pdf.uinsuka.ac.id/1858/.

Evi Rosalina Susanti, Penerapan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V MI Islamiyah Kebonsari Kota Malang, diakses pada tanggal 12 Maret 2011 di http://senengemaca.blogspot.com/2011/03/penerapan-metode-quantum-teaching-untuk.html.

Rustati Ningsih, Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dan Snowball Throwing, 18 Oktober 2008 di :


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran Tandur terhadap hasil belajar Fisika siswa (quasi eksperimen di SMP Nusantara Plus)

0 23 102

Meningkatkan minat belajar metematika siswa melalui penerapan model pembelajaran quantum teaching dengan tahapan belajar tandur: penelitian tindakan kelas di MTs Al- Islamiyah Ciledug Tangerang

1 10 227

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MATERI GERAK BENDA MELALUI METODE INQUIRY Peningkatan Motivasi Belajar Pada Materi Gerak Benda Dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiry Pada Siswa Kelas III Semester Genap SDN Tambaharjo 01 Pati Tahun 2014/2015.

0 2 11

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATERI GERAK BENDA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INQUIRY Peningkatan Motivasi Belajar Pada Materi Gerak Benda Dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiry Pada Siswa Kelas III Semester Genap SDN Tambaharjo 01 P

0 3 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GERAK BENDA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Benda Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry Discovery Pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Ngraji Kecamatan Pu

0 2 10

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GERAK BENDA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Benda Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry Discovery Pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Ngraji Kecamatan Pu

0 0 19

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL QUANTUM Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Quantum Teaching Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Simo Boyolali Tahun 2011/2012.

0 0 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PEMBAGIAN DENGAN MENGUNAKAN MACROMEDIA FLASH 8 PADA SISWA KELAS II MI HASYIM ASY’ARI JAMBANGAN SIDOARJO.

0 2 104

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN DENGAN METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS V MI HASYIM ASY’ARI SIDOARJO.

0 0 137

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Hubungan Bentuk dengan Gerak Benda Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas III SD Inpres Maranatha

0 0 9