PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DIBANDINGKAN DENGAN PEMBELAJARAN EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT ELEKTRONIKA DASAR (ELDAS) DI SMKN 1 CIMAHI.

(1)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... . v

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 5

1.3 Pembatasan Masalah ………. 6

1.4 Tujuan Penelitian ……….. 6

1.5 Manfaat Penelitian ……… 7

1.6 Anggapan Dasar ……… 8

1.7 Hipotesis Penelitian ………8

1.8 Metodologi Penelitian ………... 9

1.9 Lokasi dan Sampel Penelitian ………... 10

1.10 Sistematika Penulisan ……… 10

BAB II LANDASAN TEORI 12 2.1 Tinjauan Belajar Mengajar ………... 12

2.1.1 Pengertian Belajar ……… 12

2.1.2 Pengertian Mengajar ……… 13

2.1.3 Proses Belajar Mengajar ……….. 14

2.2 Strategi, Metode dan Model Pembelajaran ………. 16

2.2.1 Strategi Pembelajaran ……….. 16

2.2.2 Metode Pembelajaran ……….. 17

2.2.3 Model Pembelajaran ……… 17


(2)

vi

2.4 Model Pembelajaran Inkuiri ……….………. 21

2.4.1 Definisi Pembelajaran Inkuiri ……….. 21

2.4.2 Prinsip dan Karakteristik Model Pembelajaran Inkuiri ……… 23

2.4.3 Keuntungan dan Kerugian Model Pembelajaran Inkuiri ………….. 25

2.4.4 Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (guided inquiry) …… 26

2.5 Hasil Belajar ………...………...……….... 29

2.6 Tinjauan Kurikulum 2004 Mata Pelajaran ELDAS di SMK…………... 32

2.6.1 Mata Pelajaran Elektronika Dasar (ELDAS) ……… 32

2.6.2 Ruang Lingkup Pelajaran ELDAS di SMK ………. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 3.1 Definisi Operasional ………. 45

3.2 Metode dan Desain Penelitian ……….. 46

3.2.1 Metode Penelitian ………. 46

3.2.2 Desain Penelitian ……….. 47

3.3 Variabel dan Paradigma Penelitian ………... 48

3.3.1 Variabel Penelitian ………48

3.3.2 Paradigma Penelitian ……… 49

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian ………. 50

3.4.1 Data Penelitian ………. 50

3.4.2 Sumber Data Penelitian ………. 50

3.5 Populasi dan Sampel ………. 51

3.6 Teknik Pengumpulan Data ……… 52

3.7 Instrumen Penelitian ………. 53

3.7.1 Uji Validitas …...………. 54

3.7.2 Uji Reliabilitas ………. 56

3.7.3 Uji Tingkat Kesukaran …….………. 57

3.7.4 Uji Daya Pembeda ……… 58

3.7.5 Tahap Pelaksanaan ……… 59

3.8 Pengolahan Data ……….………... 60


(3)

vii

3.8.2 Uji Homogenitas Data ... 62

3.8.3 Analisis Varians (ANAVA) ………. 63

3.9 Kisi – kisi Instrumen Penelitian …..………. 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 68 4.1 Pengujian Instrumen Penelitian ……… 68

4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 69

4.1.2 Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ... 69

4.2 Deskripsi Data ... 70

4.2.1 Deskripsi Data Pretest ... 70

4.2.2 Deskripsi Data Post-test ... 72

4.4.3 Data Peningkatan (Gain) ………. 73

4.3 Analisis Data Hasil Penelitian ... 74

4.3.1 Analisis Data Pretest ... 75

4.3.2 Analisis Data Posttest ... 77

4.4 Analisis Peningkatan (Gain) ……… 78

4.4.1 Data Peningkata (Gain) Kelas dan Kelompok Kategori siswa ..…. 79

4.4.2 Uji Normalitas Distribusi Data ... 83

4.4.3 Uji Homogenitas Gain ……… 84

4.4.4 Uji Hipotesis ……… 84

4.5 Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 87

4.5.1 Temuan Penelitian ... 87

4.5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 91


(4)

viii

DAFTAR PUSTAKA ………. 94 LAMPIRAN


(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, sifatnya mutlak dalam kehidupan baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa tersebut.

Mengingat sangat penting, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya, sehingga memperoleh hasil sesuai harapan. Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana. Kemampuan guru sebagai tenaga kependidikan merupakan tenaga lapangan yang secara langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan.

Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah, yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di kemudian hari.

Begitu pula pada Mata Pelajaran Elektronika Dasar (ELDAS) yang dalam proses pembelajarannya memadukan antara teori dan pelajaran praktek, merupakan salah satu program diklat produktif. Program diklat produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki


(6)

kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), yang bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha / industri atau asosiasi profesi. Program diklat produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian.

Dalam dunia pendidikan seperti yang dikatakan Anita Lie dalam R. Irfan (2008 : 1), paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber pada teori (atau lebih tepatnya asumsi) tabula rasa John Locke. Locke mengatakan bahwa pikiran seorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Berdasarkan asumsi ini dan asumsi yang sejenisnya, banyak guru dan dosen melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan : 1). memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, 2). mengisi botol kosong dengan pengetahuan, 3). mengotak-ngotakan siswa, dan 4). memacu siswa dalam kompetisi bagaikan ayam aduan.

Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa (Ina Karlina : 2008).

Namun pada kenyataannya, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ketika sedang melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMKN 1 Cimahi semester ganjil 2007/2008 ditemukan bahwa rata-rata hasil ulangan siswa masih rendah dan kemampuan bertanya siswa masih kurang, proses


(7)

pengajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered), konsep diajarkan guru hanya digambarkan di papan tulis dan disampaikan secara lisan. Disini guru berperan mentranfer materi namun terkadang kurang melibatkan keaktifan siswa yang akhirnya siswa hanya menerima secara verbalisme dan sibuk mencatat materi yang disampaikan guru. Tentunya hal ini akan berpengaruh pada siswa terhadap penguasaan materi dan nilai yang tidak merata dengan rata-rata dibawah standar. Padahal bagi siswa kelas satu, teori dasar keelektronikaan harus benar-benar dikuasai dan difahami agar tidak mengalami kesulitan pada tahap selanjutnya.

Fenomena di atas tentulah berakibat pada pencapaian hasil belajar yang kurang optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar nilai ulangan umum mata pelajaran Elektronika Dasar semester genap tahun ajaran 2007/2008. Sebagaimana data nilai ulangan umum mata pelajaran Elektronika Dasar sebagai berikut :

Tabel 1.1

Nilai Ulangan Umum

Mata Pelajaran Elektronika Dasar

Kelas X Teknik Transmisi Semester Genap Tahun Ajaran 2007/2008

No Nilai Keterangan Frekuensi Persentase

(%)

1 9,00-10,00 Amat baik 1 2,86%

2 8,00-8,99 Baik 9 25,71%

3 7,00-7,99 Cukup 12 34,28%

4 <7,00 Gagal 13 37,14%

Jumlah 35 100%

(Sumber : Dokumen Guru Mata Pelajaran ELDAS) Nilai tersebut diambil dari hasil ulangan umum mata pelajaran Elektronika Dasar kelas X Teknik Transmisi sebagai sampel. Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai kompetensi Elektronika Dasar mempunyai standar kelulusan minimal


(8)

7,00, sedangkan dari data yang diperoleh, tergolong gagal mencapai 13 orang atau 37,14%, persentase siswa tergolong cukup mencapai 12 orang atau 34,28%, persentase siswa tergolong baik mencapai 9 orang atau 25,71%, dan siswa tergolong amat baik hanya 1 orang atau 2,86%. Dengan melihat distribusi hasil belajar mata pelajaran elektronika dasar diatas, ada indikasi bahwa prestasi yang dicapai peserta didik masih kurang.

Penggunaan strategi mengajar yang sesuai dan tepat dapat merangsang dan mengarahkan siswa belajar, karena strategi mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Setiap metode mengajar pada dasarnya adalah baik. Metode mengajar apapun sebenarnya akan memberikan hasil baik apabila digunakan pada bahan pelajaran yang sesuai dan tepat waktunya. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan agar siswa dapat ikut aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar diantaranya yaitu: Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (quided inquiry) dan Model Pembelajaran Ekspositori.

Model pembelajaran penemuan terbimbing (guided inquiry) merupakan suatu pembelajaran yang lebih menekankan konsep, prinsip, hukum dan teori pembahasan, di kemas guru dalam bentuk permasalahan diajukan kepada siswa untuk di pecahkan baik secara kelompok maupun secara sendiri-sendiri. Siswa dengan berfikir kritis dan kreatif melakukan diskusi dengan kelompoknya untuk membahas bagaimana memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.

Fase model pembelajaran guided inquiry, yaitu kesatu behadapan dengan situasi yang menimbulkan teka-teki, kedua pelaksanaan pengumpulan data untuk


(9)

pembuktian, ketiga eksperimen terdiri dari tiga tahap, yaitu mengenali sifat objek, merumuskan gejala fisis yang relevan, menyusun hipotesis dan menguji hipotesis, keempat memadukan pengetahuan, kelima mengenali proses inkuiri.

W. Nur Nasution (2007) dalam jurnalnya menyimpulkan keunggulan model pembelajaran ekspositori seperti dibawah ini:

- Penguasaan materi siswa dapat diketahui karena guru dapat mengontrol urutan dan keleluasaan materi pelajaran

- Pembelajaran ekspositori sangat efektif apabila pelajaran yang harus dikuasai banyak sedangkan waktu sangat singkat

- Dapat digunakan untuk jumlah siswa yang banyak dan ukuran kelas yang besar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berusaha mengungkapkan sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan oleh model pembelajaran guided inquiry dan model pembelajaran ekspositori dalam kegiatan belajar mengajar terhadap hasil belajar siswa.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka penulis menetapkan rumusan masalah pokok dari penelitian ini, yaitu :

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang mendapat pengajaran menggunakan model pembelajaran ekspositori dengan siswa yang mendapat pengajaran menggunakan model pembelajaran guided inquiry?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah?


(10)

3. Apakah terdapat efek interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dengan pembagian kelompok siswa?

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan menghindari adanya penyimpangan dari tujuan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut.

1. Materi mata pelajaran Elektronika Dasar (ELDAS) yang diberikan kepada siswa dibatasi pada sub kompetensi Mengenal dan Mengidentifikasi Komponen Elektronika untuk siswa SMK kelas X.

2. Objek penelitian adalah siswa kelas X di SMKN 1 Cimahi program keahlian Teknik Transmisi. Kelas X Teknik Transmisi A sebagai kelas kontrol dan kelas X Teknik Transmisi B sebagai kelas Eksperimen.

3. Hasil belajar yang diukur hanya dari aspek kognitif, dibatasi pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4) yang diukur dengan pretes dan postes dalam bentuk tes objektif.

4. Pembagian kelompok dilakukan berdasarkan nilai pretes.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa yang mendapat pengajaran menggunakan model pembelajaran ekspositori


(11)

dengan siswa yang mendapat pengajaran menggunakan model pembelajaran guided inquiry.

2. Mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar antara kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

3. Mengetahui efek interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan pembagian kelompok siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan diperolehnya informasi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:

1. Bagi penulis, dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori dan guided inquiry serta dapat membandingkannya.

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan masukan dalam menerapkan inovasi model pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

4. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran sehingga diharapkan menjadi motivasi untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya.


(12)

1.6 Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini yaitu :

1. Pengalaman belajar siswa dapat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. 2. Kedua kelompok eksperimen dianggap berkemampuan sama.

3. Skor yang dicapai oleh siswa dianggap mencerminkan tingkat penguasaan siswa dalam mata pelajaran Elektronika Dasar.

1.7 Hipotesis Penelitian

Sebagai arahan terhadap masalah yang diteliti, maka disusunlah beberapa hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Hipotesis penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis Pertama

H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran guided inquiry dengan model pembelajaran ekspositori.

H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran guided inquiry dengan model pembelajaran ekspositori.

2. Hipotesis Kedua

H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.


(13)

H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Hipotesis Ketiga

H0 : Tidak terdapat efek interaksi antara model pembelajaran dengan pengelompokan siswa.

H1 : Terdapat efek interaksi antara model pembelajaran dengan pengelompokan siswa.

1.8 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi yaitu dengan memberikan dua perlakuan berbeda terhadap dua kelompok siswa yang dipilih sebagai sampel. Kelompok pertama sebagai kelompok kontrol mendapatkan pengajaran dengan model pembelajaran ekspositori dan kelompok kedua sebagai kelompok instrumen mendapat pengajaran dengan model pembelajaran guided inquiry.

Pada penelitian ini ada dua buah variabel yang digunakan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas atau variabel (X) pada penelitian ini adalah model pembelajaran guided inquiry dan model pembelajaran ekspositori. Sedangkan varibel terikat atau variabel (Y) pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang dibatasi pada Mata Pelajaran Elektronika Dasar di SMKN 1 Cimahi.


(14)

1.9 Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMK Negeri 1 Cimahi Jl. Mahar Martanegara (Leuwi Gajah) No. 48 Cimahi. Sampel yang diambil pada penelitian ini yaitu siswa-siswi Program Keahlian Teknik Transmisi kelas X Teknik Transmisi A sebanyak 30 orang sebagai kelas kontrol yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori dan kelas X Teknik Transmisi B sebanyak 30 orang sebagai kelas eksperimen yang diajar menggunakan model pembelajran guided inquiry, maka jumlah keseluruhan sampel yaitu 60 orang.

1.10 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar, hipotesis penelitian, metodologi penelitian, lokasi dan sampel penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS, berisi teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran, model pembelajaran ekspositori dan guided inquiry, hasil belajar, tinjauan umum mata pelajaran elektronika dasar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, bab ini berisi tentang definisi operasional, metode penelitian, variabel dan paradigma penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan kisi-kisi instrumen penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, pada bab ini mengemukakan pembahasan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian.


(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, membahas tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang diberikan.


(16)

45 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul skripsi. Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Inquiry) Dibandingkan dengan Model Pembelajaran Ekspositori terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Diklat Elektronika Dasar (ELDAS) di SMKN 1 Cimahi”, maka definisi operasional yang perlu dijelaskan, yaitu :

1. Perbandingan

Perbandingan yaitu membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga dapat dilihat persamaan dan perbedaannya. Dalam penelitian ini diartikan membandingkan rata-rata skor penguasaan siswa (mean tingkat penguasaan siswa) antara pretest (sebelum perlakuan) dan post-test (setelah perlakuan).

2. Model Pembelajaran Ekspositori

Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (dalam Wina Sanjaya, 2007:177) menamakan model ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction).


(17)

3. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Inquiry)

Dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan penemuan terbimbing (guided inquiry), siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat membimbing. Model pembelajaran guided inquiry digunakan apabila dalam kegiatan pembelajaran guru memberikan kesempatan, bimbingan dan petunjuk yang luas kepada siswa. Masalah tidak dirumuskan oleh siswa, tetapi oleh guru. 4. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah penguasaan materi siswa terhadap Program Diklat Elektronika Dasar. Penguasaan didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan atau tingkat pemahaman dalam mempelajari materi pelajaran.

3.2 Metode dan Desain Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga dapat dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen kuasi. Menurut Nana Sudjana (2004 : 19), metode penelitian eksperimen dapat diartikan: ”Suatu metode yang mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya.” Eksperimen itu


(18)

sendiri direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, dan untuk menguji hipotesis. Sasaran atau objek penelitian dibatasi agar data yang diambil dapat digali sebanyak mungkin serta agar penelitian ini tidak dimungkinkan adanya pelebaran objek penelitian.

Metode eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan cara memberikan dua perlakuan berbeda terhadap subjek penelitian berupa penggunaan model pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran ekspositori diberikan kepada kelompok eksperimen pertama dan model pembelajaran guided inquiry diberikan kepada kelompok eksperimen kedua.

3.2.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu desain faktorial 2x3, hal ini dikarenakan penelitian dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran guided inquiry dan kelas kontrol diberi perlakuan model ekspositori. Dimana masing-masing kelas tersebut dibagi lagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kategori tinggi, sedang, dan rendah.

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2004 : 49), menyatakan bahwa : “Desain faktorial merupakan desain yang dapat memberikan perlakuan/manipulasi dua variabel bebas atau lebih pada waktu yang bersamaan untuk melihat efek masing-masing variabel bebas, secara terpisah dan secara bersamaan terhadap variabel terikat dan efek-efek yang terjadi akibat adanya interaksi beberapa variabel.”

Dengan desain faktorial, akan dianalisis efek utama dari dua variabel bebas (model guided inquiry dan model ekspositori) secara terpisah dan


(19)

bersamaan terhadap variabel terikat (hasil belajar siswa) dan efek-efek yang terjadi akibat interaksi antar variabel.

Tabel 3.1 Desain Faktorial PERLAKUAN

(MODEL PEMBELAJARAN)

Model Guided Inquiry Model Ekspositori KELOMPOK

Tinggi B1 B1

Sedang B2 B2

Rendah B3 B3

Keterangan :

B1 : nilai rata-rata gain kelompok tinggi B2 : nilai rata-rata gain kelompok sedang. B3 : nilai rata-rata gain kelompok rendah.

3.3 Variabel dan Paradigma 3.3.1 Variabel Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, anggapan dasar dan hipotesis, maka dapat ditentukan variabel dan paradigma penelitian, sehingga memudahkan untuk menentukan jenis dan sumber data yang digunakan. Nana Sudjana dan Ibrahim (2004 : 11), mengatakan bahwa : “Variabel adalah ciri atau karakteristik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa berubah-ubah. Ciri tersebut memungkinkan untuk dilakukan pengukuran, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.”


(20)

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas merupakan faktor stimulus atau input yaitu faktor yang dipilih oleh peneliti untuk melihat pengaruh terhadap gejala yang diamati. Variabel terikat yaitu faktor yang diamati dan diukur untuk mengetahui efek variabel bebas.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka dirumuskan variabel-variabel penelitian sebagai berikut :

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran ekspositori (kontrol) dan model pembelajaran guided inquiry (eksperimen).

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar pada sub kompetensi pengenalan komponen elektronika.

3.3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian dibuat untuk memperjelas langkah atau alur penelitian dengan menggunakan kerangka penelitian sebagai tahapan kegiatan penelitian secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, secara umum paradigma penelitiannya digambarkan sebagai berikut :


(21)

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian 3.4.1 Data Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 96) : “Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.” Berdasarkan definisi tersebut, data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data langsung berupa jawaban-jawaban yang diperoleh melalui tes obyektif (pilihan ganda) dari para responden mengenai sub kompetensi pengenalan komponen elektronika pada Mata Pelajaran Elektronika Dasar.

3.4.2 Sumber Data Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 107), yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden yaitu orang yang merespon atau menjawab

Kelompok. Kontrol (Pre test) Pembelajaran dengan Model Ekspositori Kelompok Kontrol (Post-test)

Hasil belajar siswa

Kelompok Eksperimen (Pre test) Pembelajaran dengan Model Guided Inquiry Kelompok Eksperimen (Post-test)

Hasil belajar Siswa Dibandingkan Kesimpulan


(22)

pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi sumber data, sedang isi catatan adalah obyek penelitian atau variabel penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka sumber data dalam penelitian ini yaitu siswa SMK Negeri 1 Cimahi tingkat I Program Keahlian Teknik Transmisi tahun ajaran 2008/2009. Data yang ada disini merupakan data kuantitatif berbentuk angka-angka yang diperoleh dari skor prestasi belajar siswa diambil dari nilai tes tertulis pada Mata Pelajaran Elektronika Dasar.

3.5 Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 108), yang dimaksud dengan Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Sesuai dengan lingkup penelitian, populasi atau wilayah data yang menjadi subyek penelitian ini yaitu siswa tingkat satu Program Keahlian Teknik Transmisi pada Mata Pelajaran Elektronika Dasar di SMK Negeri 1 Cimahi Tahun ajaran 2008/2009 yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas X T.Trans A dan X T.Trans B.

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 111) bahwa pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representatif.


(23)

Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan teknik cluster sampling (sampel kelompok). Teknik cluster sampling yaitu teknik penarikan sampel dari populasi yang cukup besar sehingga dibuat beberapa kelas atau kelompok. Teknik tersebut sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena populasi yang ada telah dikelompok-kelompokkan berdasarkan kelas. Dengan demikian, analisis sampel ini bukan individu, tetapi kelompok, yaitu berupa kelas yang terdiri dari beberapa individu. Dalam penentuan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan secara acak dan diundi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas X T.Trans A sebanyak 30 orang diperlakukan sebagai kelompok kontrol yang akan diajar dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori dan kelas X T.Trans B sebanyak 30 orang yang diperlakukan sebagai kelompok eksperimen yang akan diajar dengan model pembelajaran guided inquiry.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data mengacu pada bagaimana caranya data yang diperlukan dalam penelitian dapat diperoleh. Kaitannya dalam hal tersebut, serta dengan melihat konsep analitis dalam penelitian ini, maka sumber data diperoleh menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Dokumentasi, berguna untuk mengetahui data-data yang tertulis ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.


(24)

2. Tes, yaitu cara pengumpulan data melalui sejumlah soal mengenai materi yang telah dipelajari oleh siswa dan disampaikan kepada siswa selaku responden secara tertulis.

3. Studi kepustakaan, dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan memanfaatkan literatur yang relevan dengan penelitian ini yaitu dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, mengutip pendapat dari berbagai sumber tertulis (buku, diktat, skripsi, internet, surat kabar, dan sumber lainnya).

3.7 Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 101) Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan metode pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dengan demikian terdapat kaitan antara metode dengan instrumen pengumpulan data. Dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa tes tertulis. Instrumen harus mengukur/menilai secara obyektif, ini berarti bahwa nilai atau informasi yang diberikan individu tidak subjektif atau dipengaruhi oleh orang yang menilai.

Langkah pengujian perlu ditempuh mengingat instrumen yang digunakan belum merupakan alat ukur yang baku. Dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa tes prestasi belajar dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan yang digunakan untuk mengukur penguasaan materi. Setelah diujicobakan instrumen penelitian tersebut diolah untuk menentukan validitas instrumen


(25)

penelitian, realibilitas instrumen penelitian, daya pembeda dan indeks atau tingkat kesukaran.

3.7.1 Uji Validitas

Secara mendasar, validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. (Suharsimi Arikunto, 2007: 167) . Berdasarkan pengertian tersebut, maka suatu instrumen bisa dikatakan mampu mengukur (valid) apabila mempunyai validitas yang tinggi. Dalam penelitian ini, untuk menghitung validitas instrumen yaitu dengan cara menghitung koefisien validitas, menggunakan rumus Korelasi Point Biserial sebagai berikut:

(Suharsimi Arikunto, 2007:337-338)

Keterangan :

rpbi = Koefisien korelasi point biserial

= Rerata nilai untuk kelompok yang berskor 1

= Rerata skor total

SD = Standar deviasi skor total p = Proporsi subjek yang berskor 1


(26)

(Suharsimi Arikunto, 2007:339) Keterangan :

SD = Standar deviasi skor total X = Skor total

N = Jumlah subjek

Setelah diketahui koefisien korelasi (r), kemudian dilanjutkan dengan taraf signifikansi korelasi dengan menggunakan rumus distribusi tstudent, yaitu :

(Sugiyono, 2008:257) Dimana :

t = nilai t hitung

n = banyaknya peserta tes r = validitas tes

Kriterianya adalah jika thitung > ttabel maka koefisien korelasi tersebut tidak signifikan, ttabel diperoleh pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = n-2.

Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2008:257) yaitu sebagai berikut :


(27)

Tabel 3. 1 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

Besar rxy Interpretasi

0,00 ≤ rxy < 0,20 0,20 ≤ rxy < 0,40 0,40 ≤ rxy < 0,60 0,60 ≤ rxy < 0,80 0,80 ≤ rxy 1,00

Sangat Rendah Rendah Sedang Baik Sangat Baik (Sugiyono, 2008:257). 3.7.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian itu dapat dipercaya. Suharsimi Arikunto (2006:178) dalam bukunya yang berjudul “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik” mengemukakan, “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.

Dalam menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini rumus yang digunakan peneliti yaitu rumus K-R 20, dari Kuder dan Richardson yang ditulis dalam formula:       ∑     − = t t V pq V k k r 1 11

(Suharsimi Arikunto, 2007:175) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrument k = banyaknya butir pertanyaan Vt = varian total


(28)

p = proporsi subjek yang menjawab butir dengan betul (proporsi subjek yang mempunyai skor 1)

q = proporsi subjek yang mendapatkan skor 0

Harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus :

N N

X X

Vt

=

2

2 ( )

(Suharsimi Arikunto, 2007: 173) dimana : ΣX = Jumlah skor total

N = Jumlah responden

Hasilnya yang diperoleh yaitu r11 dibandingkan dengan nilai dari tabel r-Product Moment. Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya r11 < rtabel maka instrumen tersebut tidak reliabel.

3.7.3 Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus :

S J

B P=

(Suharsimi Arikunto, 2007: 176) dimana : P = Indeks Kesukaran


(29)

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik sehingga perlu direvisi, digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran dan Kriteria

No. Rentang Nilai Tingkat Kesukaran Klasifikasi

1. 0,70 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah

2. 0,30 ≤ TK < 0,70 Sedang

3. 0,00 ≤ TK < 0,30 Sukar

(Suharsimi Arikunto, 2006:210) Makin rendah nilai TK suatu soal, makin sukar soal tersebut. Tingkat kesukaran suatu soal dikatakan baik jika nilai TK yang diperoleh dari soal tersebut sekitar 0,50 atau 50%. Umumnya dapat dikatakan, soal-soal yang mempunyai nilai TK ≤ 0,10 merupakan soal-soal yang sukar dan soal-soal yang mempunyai nilai TK ≥ 0,90 merupakan soal-soal yang terlampau mudah.

3.7.4 Uji Daya Pembeda

Daya pembeda suatu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal. Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

B A B B A A P P J B J B

D= − = −

(Suharsimi Arikunto, 2007: 177) dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda butir)

JA = banyaknya peserta kelompok atas


(30)

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PA = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Sebagai acuan untuk mengklasifikasikan data hasil penelitian, maka digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda

No. Rentang Nilai D Klasifikasi

1. D < 0,20 Jelek

2. 0,20 ≤ D < 0,40 Cukup

3. 0,40 ≤ D < 0,70 Baik

4. 0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali

(Suharsimi Arikunto, 2006:218) 3.7.5 Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan beberapa hal yaitu sebagai berikut : a. Pemberian Pretest

Pemberian pretest ini dilakukan berdasarkan bahwa jumlah sampel yang ada pada penelitian ini sama dengan jumlah populasinya. Soal-soal yang diberikan pada pretest adalah sama untuk kedua perlakuan. Adapun tujuan pelaksanaan pretest ini yaitu untuk mengetahui kemampuan awal siswa. b. Proses belajar mengajar

Proses belajar mengajar dilakukan dengan memberikan perlakuan berupa pengajaran dengan model pembelajaran ekspositori kepada kelas kontrol dan model pembelajaran inkuiri terbimbing kepada kelas eksperimen.


(31)

c. Pemberian posttest

Seperti pada pretest, post-test diberikan pada kedua perlakuan. Post-test ini akan diberikan setelah berakhirnya proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mendapatkan selisih perolehan (gain) sehingga diketahui peningkatan penguasaan yang dialami oleh siswa.

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah, karena dengan mengolah data, data tersebut dapat memberi arti yang berguna bagi pemecahan masalah penelitian. Data yang diperoleh yaitu berupa skor, didapat dari pretes dan post-test dari kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Sebelum mengolah data, data diorganisasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memerikasa hasil tes tiap siswa dan memberikan skor. Tiap soal yang dijawab benar diberi skor 1 (satu) sedangkan soal yang dijawab salah diberi skor 0 (nol).

2. Menganalisa data dengan tujuan untuk menguji asumsi-asumsi statistik. Adapun langkah-langkah yang ditempuh yaitu, uji normalitas distribusi data, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

3.8.1. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Normal tidaknya distribusi data dapat dilakukan dengan


(32)

menggunakan persamaan Chi – Square. Uji normalitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tentukan rentang skor (r):

r = skor tertinggi – skor terendah

(Sudjana, 2002 : 91) 2. Tentukan banyaknya kelas interval (k)

k = 1 + (3,3) log n

(Sudjana, 2002 : 47) 3. Tentukan panjang kelas interval (p) yaitu :

P = k r

(Sudjana, 2002 : 47) 4. Tentukan rata – rata hitung (X), dengan rumus :

n Xi

X =

(Sudjana, 2002 : 67) 5. Tentukan simpangan baku (S) dengan rumus :

) 1 ( ) ( )

( 2 2

− − =

n n X F X F n

SD i i i i

(Sudjana, 2002 : 95) 6. Menghitung harga baku Z:

s X bk Z − − =

Dimana : bk = batas kelas

X = rata-rata

s = Simpangan baku 7. Menetukan luas interval (l)


(33)

8. Menghitung frekuensi ekspetasi (Ei) : Ei = N x l

9. Menentukan nilai X2dengan rumus : X2=

= − k i k Ei Ei fi )2 (

(Sudjana, 2002 : 273) 10. Menentukan derajat kebebasan (dk) :

dk = k - 3 11. Membandingkan nilai 2

x hitung yang didapat dengan nilai

2

x tabel pada derajat kebebasan dk = k – 3, dan taraf kepercayaan 95%.

12. Kriteria pengujian :

Jika x2hitung < x2tabel maka disimpulkan data berdistribusi normal. 3.8.2 Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah varian-varian dalam populasi tersebut homogen atau tidak. Dalam hal ini untuk menguji homogenitas varians populasi digunakan rumus :

Vk

Vb

F

=

(Sudjana, 2002 : 250) dimana : Vb = varians terbesar

Vk = varians terkecil Varian= S2

Varians dianggap homogen bila Fhitung< Ftabel. Pada taraf kepercayaan 0,95 dan dk1= n1- 1 dan dk2 = n2 – 1. Dalam hal yang lain varians tidak homogen.


(34)

Untuk menentukan derajat kebebasannya dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

db1 = derajat kebebasan pembilang db2 = derajat kebebasan penyebut

n1 = ukuran sampel yang variasinya besar n2 = ukuran sampel yang variasinya kecil

3.8.3 Analisis Varians (ANAVA)

Analisis variansi digunakan untuk menguji hipotesis yang berkenaan dengan perbedaan dua mean atau lebih. Hasil perhitungan uji analisis varian dinyatakan dengan nilai F. Analisis varians yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis varians dua jalur (two way ANAVA).

Adapun langkah-langkah perhitungan anava dua jalur adalah sebagai berikut :

1. Membuat tabel statistik

Tabel 3.5

Tabel Statistik ANAVA 2 Jalur

Stat A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 Total N

ΣX Σ

X


(35)

2. Perhitungan

Dalam penelitian ini Anava yang digunakan yaitu anava dua jalur dengan faktorial (2x3). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut;

a. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT)

(Suharsimi Arikunto, 2007:429) Keterangan :

JKT = Jumlah Kuadrat Total XT = Skor Total

N = Jumlah subjek

b. Menghitung Jumlah Kuadrat Variabel

Dimana

(Suharsimi Arikunto, 2007:430)

Dimana


(36)

Keterangan:

JKA = Jumlah Kuadrat Variabel A JKB = Jumlah Kuadrat Variabel B XA = Skor Variabel A

XB = Skor Variabel B XA1 = Skor kelas eskperimen XA2 = Skor kelas control XB1 = Skor kelompok tinggi XB2 = Skor kelompok sedang XB3 = Skor kelompok rendah nA = Jumlah Subjek Variabel A nB = Jumlah Subjek Variabel B nA1 = Jumlah subjek kelas ekperimen nA2 = Jumlah subjek kelas kontrol nB1 = Jumlah subjek kelompok tinggi nB2 = Jumlah subjek kelompok sedang nB3 = Jumlah subjek kelompok rendah

c. Menghitung Jumlah Kuadrat antara Variabel A dengan Variabel B (JKAB)

(Suharsimi Arikunto, 2007:431) d. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam (JKD)

(Suharsimi Arikunto, 2007:431) e. Menghitung dbA = A – 1


(37)

g. Menghitung

h. Menghitung dbT = N – 1

i. Menghitung dbd = dbT – dbA – dbB – dbAB j. Menghitung Mean Kuadrat

,

,

,

(Suharsimi Arikunto, 2007:431-432) Keterangan :

MKA = Mean Kuadrat Variabel A MKB = Mean Kuadrat Variabel B

MKAB = Mean Kuadrat Interaksi antar Variabel A dengan Variabel B MKd = Mean Kuadrat Dalam

k. Menghitung harga F0

,

,

(Suharsimi Arikunto, 2007:432) Harga FA, FB, FAB langsung dikonsultasikan dengan tabel F, dengan db MK sesuai variable masing-masing.

3. Tabel Ringkasan

Tabel 3.6

Ringkasan ANAVA 2 Jalur

SV JK db RK Fhitung Ftabel A

B AB

d T


(38)

3.9 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Setelah ada kejelasan jenis instrumen, langkah selanjutnya menyusun pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi memuat aspek yang akan diungkap melalui pertanyaan. Aspek yang akan diungkap bersumber dari masalah penelitian. Kisi-kisi tes untuk instrumen penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.


(39)

91 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan :

1. Dari tabel analisis statistik didapat Fhitung= 96,991 > Ftabel= 4,020 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan H1 diterima, berarti terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas yang menggunakan model pembelajaran guided inquiry dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.

2. Dari tabel analisis statistik didapat Fhitung= 12,704 > Ftabel = 3,168 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan H1 diterima, berarti terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah (tanpa memperhitungkan perlakuan kelas).

3. Dari tabel di atas didapat Fhitung= 1,864 < Ftabel = 3,168 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan H0, berarti tidak terdapat efek interaksi yang signifikan antara model pembelajaran yang digunakan dengan hasil belajar siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah.

5.2 Saran

Merujuk pada hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:


(40)

1. Dalam proses pembelajaran mata diklat elektronika dasar di sekolah menengah kejuruan guru disarankan menggunakan model pembelajaran yang berbeda dari biasanya, salah satunya menggunakan model pembelajaran guided inquiry maupun ekspositori.

2. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata diklat elektronika dasar yang memadukan teori dan pelajaran praktek dapat di gunakan model pembelajaran guided inquiry maupun ekspositori.

3. Dalam penggunaan model pembelajaran guided inquiry maupun ekspositori agar terlebih dahulu guru memperhatikan kemampuan setiap siswa.

5.3 Implikasi

1. Untuk penerapan model pembelajaran yang serupa dengan ini, hendaknya guru terlebih dahulu memahami tentang konsep dari salah satu maupun kedua model pembelajaran ini.

2. Dalam melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan kedua model pembelajaran ini, diperlukan persiapan yang lebih, terutama dalam mempersiapkan bahan-bahan atau alat-alat dari materi yang akan diajarkan sehingga nantinya proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar.

3. Guru hendaknya memperhitungkan perbedaan kemampuan setiap siswa, baik itu kelompok siswa kategori tinggi, sedang dan rendah, sehingga dalam proses pembelajarannya semua kelompok kategori siswa tersebut


(41)

terlibat atau terjadi interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.


(42)

94

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. (2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Hasibuan, JJ. dan Moedjiono.(2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV.

Remaja Rosdakarya

Ibrahim dan Nana Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Irfan, R. (2009). Perbandingan Model Pembelajaran Training Inquiry Dengan Model Pembelajaran Learning Cycle Pada Mata Pelajaran Membaca dan Mengidentifikasi Komponen Elektronika Pada Siswa Kelas X di BPTP Bandung. Skripsi Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nasution, S. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution, S. (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution, W. Nur. (2007). Penerapan Pembelajaran Ekspositori pada Mata Pelajaran Matematika. Tersedia: http://www.samudra-studio.com/html/ Nurgana, E. (1993). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Permadi.

Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana, Prenada Media Grup.

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, Prenada Media Grup.


(43)

SPSS. Yogyakarta : Andi.

Sarwono, Jonathan. (2006). Analisis Data Penelitian menggunakan SPSS 13. Yogyakarta : Andi.

Silberman, Melvin L. (2006). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Nusamedia.

Slamet. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, Nana. (1999). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana, N. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Cetakan Ketiga. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Syaodih, N. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya

Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya

________.(1988). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Aneka Pustaka


(1)

67

3.9 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Setelah ada kejelasan jenis instrumen, langkah selanjutnya menyusun pertanyaan-pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi memuat aspek yang akan diungkap melalui pertanyaan. Aspek yang akan diungkap bersumber dari masalah penelitian. Kisi-kisi tes untuk instrumen penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan :

1. Dari tabel analisis statistik didapat Fhitung= 96,991 > Ftabel= 4,020 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan H1 diterima, berarti terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas yang menggunakan model pembelajaran guided inquiry dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.

2. Dari tabel analisis statistik didapat Fhitung= 12,704 > Ftabel = 3,168 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan H1 diterima, berarti terdapat

perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah (tanpa memperhitungkan perlakuan kelas).

3. Dari tabel di atas didapat Fhitung= 1,864 < Ftabel = 3,168 pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan H0, berarti tidak terdapat efek

interaksi yang signifikan antara model pembelajaran yang digunakan dengan hasil belajar siswa kategori tinggi, sedang, dan rendah.

5.2 Saran

Merujuk pada hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:


(3)

92

1. Dalam proses pembelajaran mata diklat elektronika dasar di sekolah menengah kejuruan guru disarankan menggunakan model pembelajaran yang berbeda dari biasanya, salah satunya menggunakan model pembelajaran guided inquiry maupun ekspositori.

2. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata diklat elektronika dasar yang memadukan teori dan pelajaran praktek dapat di gunakan model pembelajaran guided inquiry maupun ekspositori.

3. Dalam penggunaan model pembelajaran guided inquiry maupun ekspositori agar terlebih dahulu guru memperhatikan kemampuan setiap siswa.

5.3 Implikasi

1. Untuk penerapan model pembelajaran yang serupa dengan ini, hendaknya guru terlebih dahulu memahami tentang konsep dari salah satu maupun kedua model pembelajaran ini.

2. Dalam melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan kedua model pembelajaran ini, diperlukan persiapan yang lebih, terutama dalam mempersiapkan bahan-bahan atau alat-alat dari materi yang akan diajarkan sehingga nantinya proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar.

3. Guru hendaknya memperhitungkan perbedaan kemampuan setiap siswa, baik itu kelompok siswa kategori tinggi, sedang dan rendah, sehingga dalam proses pembelajarannya semua kelompok kategori siswa tersebut


(4)

93

terlibat atau terjadi interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. (2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Hasibuan, JJ. dan Moedjiono.(2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV.

Remaja Rosdakarya

Ibrahim dan Nana Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Irfan, R. (2009). Perbandingan Model Pembelajaran Training Inquiry Dengan Model Pembelajaran Learning Cycle Pada Mata Pelajaran Membaca dan Mengidentifikasi Komponen Elektronika Pada Siswa Kelas X di BPTP Bandung. Skripsi Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nasution, S. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution, S. (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution, W. Nur. (2007). Penerapan Pembelajaran Ekspositori pada Mata Pelajaran Matematika. Tersedia: http://www.samudra-studio.com/html/ Nurgana, E. (1993). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Permadi.

Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana, Prenada Media Grup.

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, Prenada Media Grup.


(6)

95

Santosa, PB. dan Ashari. (2005). Analisis Statistika dengan Microsoft Excel & SPSS. Yogyakarta : Andi.

Sarwono, Jonathan. (2006). Analisis Data Penelitian menggunakan SPSS 13. Yogyakarta : Andi.

Silberman, Melvin L. (2006). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Nusamedia.

Slamet. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana, Nana. (1999). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana, N. (2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Cetakan Ketiga. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Syaodih, N. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya

Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya

________.(1988). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Aneka Pustaka


Dokumen yang terkait

Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing (guided discorvery lesson) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

1 9 95

Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar siswa Pada materi litosfer

6 18 182

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA SMKN 5 SEMARANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA MATA DIKLAT DASAR DASAR ELEKTRONIKA KOMPETENSI DASAR KONSEP DASAR ELEKTRONIKA

0 14 122

Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry terhadap Kemampuan Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Gerak Manusia

1 17 314

PENGARUH PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT MENGGUNAKAN ALAT UKUR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA KURIKULUM 2013 TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMKN 1 CIMAHI.

0 6 23

PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL GUIDED INQUIRY (INKUIRI TERBIMBING) DAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA.

0 3 45

PERBANDINGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN INTERACTIVE DEMONSTRATION DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMA.

1 4 44

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT DASAR KELISTRIKAN TEKNIK REFRIGERASI.

0 2 49

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DALAM MATA PELAJARAN PENERAPAN KONSEP DASAR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA.

0 0 27

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT ELEKTRONIKA DASAR DI SMK NEGERI 6 BANDUNG - repository UPI S TE 1005345 Title

0 0 3