PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN SEGMENTASI PERILAKU TERHADAP POSITIONING SEPEDA MOTOR SKUTIK SUZUKI DI DEALER UMC SIDOARJO.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

ROMADHON ACHMAD FITRONY

0712010097 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

rahmatNya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Atribut Produk Dan Segmentasi Perilaku Terhadap Positioning Sepeda Motor Skutik Suzuki Di Dealer UMC Sidoarjo”.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. EC. Nuruni Ika, MM selaku Dosen Wali di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Dr. Eko Purwanto. M. Msi Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah

memberikan ilmunya.

7. Pada kedua orang tuaku, Mas Qirom, SE dan Cuhriyatul Anifah, spd yang selalu memberikan doa restunya dan jerih payah serta pengorbanan dalam mendidik penulis hingga saat ini.


(3)

apapun sampai terciptanya skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, November 2011


(4)

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

ABSTRAKSI...x

BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian...1

1.2 Perumusan Masalah...7

1.3 Tujuan Penetian...7

1.4 Manfaat Penelitian...7

BAB II : Tinjauan Pustaka 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu...9

2.2 Landasan Teori...11

2.2.1 Pengertian Pemasaran……...11

2.2.1.1 Konsep Pemasaran...13

2.2.2 Atribut Produk...14

2.2.2.1 Mutu Produk...15

2.2.2.2 Ciri Produk...16

2.2.2.3 Desain Produk...17

2.2.2.4 Merek Produk...18

2.2.3 Segmentasi Perilaku...19

2.2.3.1 Setatus Pemakaian...20

2.2.3.2 Tingkat Pemakaian...21


(5)

2.3 Teori Kausalitas Antar Variabel...25

2.3.1 Pengaruh Atribut Produk Terhadap Positioning...25

2.3.2 Pengaruh Segmentasi Perilaku Produk Terhadap Positioning...26

2.4 Kerangka Konseptual...26

2.5 Hipotesis...27

BAB III : Metodologi Penelitian 3.1 Definisi operasional dan Pengukuran Variabel...28

3.1.1 Definisi operasional Variabel...28

3.1.2 Pengukuran Variabel...31

3.2 Teknik Penentuan Sampel...31

3.2.1 Populasi...31

3.2.2 Sampel...32

3.3 Teknik Pegumpulan Data...32

3.3.1 Jenis Data...32

3.3.2 Sumber Data...33

3.3.3 Pengumpulan Data...33

3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis...33

3.4.1 Uji Reabilitas dan Validitas...37

3.4.2 Uji Outlier Univariat dan Multivariat...39

3.4.2.1 Uji Outlier Univariat...39

3.4.2.2 Uji Outlier Multivariat...40

3.4.3 Uji Normalitas Data...40

3.4.4 Pengujian Model Dengan Two Step Approach...41

3.5 Evaluasi Model...42


(6)

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian...48

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden...48

4.2.2 Deskripsi Atribut Produk...49

4.2.3 Deskripsi Segmentasi Perilaku...50

4.2.4 Deskripsi Positioning...51

4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis...52

4.3.1 Uji Outlier Multivariate...52

4.3.2 Uji Reliabilitas...53

4.3.3 Uji Validitas...55

4.3.4 Uji Construct Reliability dan Variance Extracted...56

4.3.5 Uji Normalitas...57

4.3.6 Uji Multicolinearity dan Singularity...58

4.3.7 Analisis Model One-Step Approach to SEM...58

4.3.8 Analisis Unidimensi First Order...62

4.3.9 Uji Kausalitas...62

4.4 Pembahasan...63

4.4.1 Pengaruh Atribut Produk Terhadap Positioning...63

4.4.2 Pengaruh Segmentasi Perilaku Terhadap Positioning...65

Bab V : Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan...67


(7)

Gambar 3.1 : Contoh model pengukuran Atribut Produk...34 Gambar 3.2 : Contoh model pengukuran Segmentasi Perilaku...35 Gambar 3.3 : Contoh model pengukuran Positioning...37 Gambar 4.1 : Model pengukuran dan struktural Product Attribute,

Segmentation Behavior dan Positioning Elimination...59 Gambar 4.2 : Model pengukuran dan struktural Product Attribute,

Segmentation Behavior dan Positioning Elimination...60 Gambar 4.3 : Model pengukuran dan struktural Product Attribute,


(8)

Yang diajukan

ROMADHON ACHMAD FITRONY 0712010097/ FE/ EM

telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dr. Eko Purwanto, MSi Tanggal : ……….

Mengetahui

Ketua Jurusan Manajemen

Dr. Muhadjir Anwar, MM NIP. 196509071991031001


(9)

Abstraksi

Dunia pemasaran yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan daya saing. Untuk tetap bertahan dalam dunia pemasaran yang semakin cepat berubah seiring perkembangan dalam era globalisasi maka perusahaan dituntut untuk semakin bekerja keras, pintar, dan kreatif. Disisi lain penguna dihadapkan pada berbagai macam pilihan produk. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh atribut produk dan segmentasi perilaku terhadap positioning sepeda motor skutik Suzuki di dealer UMC sidoarjo.

Penelitian ini menggunakan variabel Atribut produk (X1) dengan indikator mutu produk (X1.1), ciri produk (X1.2), desain produk (x1.3), merek produk (X1.4). dan Variabel Segmentasi perilaku (X2) dengan indikator status pemakai (X2.1), tingkat pemakaian (X2.2), tahap kesiapan konsumen (X2.3), sikap pandangan (X2.4). dan Variabel Positioning (Y) dengan indikator presepsi (Y1), kesadaran akan merek (Y2). Skala menggunakan skala interval dan teknik pengukuran variabel dengan menggunakan skala Likert 1-5 pada alat analisis multidimensional scalling, Tanggapan pernyataan tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang berada pada rentang nilai 1 sampai dengan 5 pada masing-masing skala. Populasi pada penelitian ini adalah semua pengendara skutik suzuki di dealer UMC sidoarjo dengan jumlah 245. Teknik pengambilan sampel ini adalah Accidental Sampling Method (pengambilan sampel secara acak) dengan teknik maksimum likehood estimation dengan jumlah responden 110 pengendara skutik suzuki di dealer UMC sidoarjo. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari jawaban para responden dengan menggunakan media kuesioner. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan analisis permodelan SEM (Structural Equation Modelling).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

- atribut produk mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap positioning. - Segmentasi perilaku mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap

positioning.

Keywords : Atribut produk, segmentasi perilaku, positioning.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Stephen King menyatakan bahwa produk dihasilkan pabrik sementara merek adalah sesuatu yang dicari pembeli. Produk sangat mudah ditiru, sementara merek selalu memiliki keunikan dan nilai tambah. Produk sulit bertahan lama, sementara merek yang sukses akan bertahan sepanjang jaman (SWA 27 Juli – 9 Agustus 2006). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan, selain mengembangkan produk, perusahaan juga harus memperkuat merek agar produk tetap bertahan. Merek merupakan janji yang harus dipenuhi produsen terhadap konsumen atas produk yang dihasilkan produsen (Kodrat, 2006).

Perang pemasaran adalah perang untuk memperebutkan apa yang ada di dalam benak konsumen (Kasali, 2001). Atau segala cara yang dilakukan untuk membuat produk dan merek terlihat unik dalam benak konsumen (Kotler, 2007). Segala hal yang dilakukan untuk membuat konsumen menempatkan suatu merek di benak konsumen disebut positioning. Soehardi mengatakan bahwa merek yang sukses harus mampu mendominasi benak konsumen dan pasar (Kodrat, 2006). Loyalitas konsumen dapat dihasilkan bagi sebagian besar industri apabila ada 2 kondisi, yaitu : dominasi pikiran pelanggan dan dominasi pasar (Marketing, November 2005).

Sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang paling umum digunakan di kebanyakan negara di seluruh dunia. Jumlah sepeda motor diperkirakan sebanyak


(11)

200 juta di seluruh dunia (Shuhei, 2006), atau perbandingannya adalah 33 sepeda motor per 1000 orang (en.wikipedia.org). Asia (Asia Selatan, Asia Timur, Asia Pasifik dan Jepang) merupakan wilayah di mana 65% sepeda motor dan mopped (sepeda motor berdaya rendah dan berpedal) paling banyak digunakan (www.sasi.group.shef.ac.uk). Pasar sepeda motor terbesar di dunia terdapat di Asia, yaitu China, India, Indonesia, dan Vietnam (search.japantimes.co.jp). Menurut Makoto Haga, sepeda motor merupakan produk yang lebih tahan terhadap resesi dibandingkan mobil karena sepeda motor digunakan oleh masyarakat di Asia sebagai transportasi yang utama (www.bloomberg.com).

Ketiga kondisi di Indonesia ini membuat peningkatan investasi terjadi sampai saat ini baik dari produsen sepeda motor yang lama maupun dari produsen sepeda motor yang baru. Pertama, Indonesia sebagai pasar sepeda motor terbesar ketiga di seluruh dunia adalah pasar yang dituju oleh banyak produsen sepeda motor di seluruh dunia. Kedua, sepeda motor juga masih menjadi alat transportasi yang paling diminati oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan di Indonesia karena selain harganya terjangkau serta mudah digunakan (www.datacon.co.id). Ketiga, Gunadi Shinduwinata mengatakan bahwa rasio penduduk dan sepeda motor di Indonesia adalah 8:1, sedangkan di Malaysia adalah 4:1 dan di Jerman adalah 1,2:1 (www.tempointeraktif.com). Rasio kepemilikan sepeda motor di Indonesia ini sangat besar jika dibandingkan dengan Malaysia sebagai negara tetangga dan Jerman sebagai negara maju. Angka rasio ini diharapkan lebih kecil lagi dengan meningkatnya pertumbuhan sepeda motor di Indonesia tiap tahun.


(12)

Tabel 1.1

TOP BRAND INDEX TH 2010 SAPEDA MOTOR SKUTIK

MEREK TBI

Yamaha Mio 49,7%

Honda Vario 24,4%

Honda Beat 18,0%

Suzuki Spin 5,4%

Suzuki Skywave 2,5%

Dalam industri sepeda motor indonesia, dari produsen yg tergabung dalam AISI (asosiasi industri sepeda motor indonesia). Persaingan sepeda motor kategori skutik di Indonesia didominasi oleh ketiga sepeda motor asal Jepang, yaitu sepeda motor merek Yamaha, Honda, dan Suzuki.Menurut TBI pangsa pasar Yamaha Mio berada di peringkat teratas yg menduduki 49,7% sedangkan merek Suzuki hanya menduduki peringkat keempat yaitu Suzuki Spin yang hanya menguasai pangsa pasar 5,4%. Hal ini mencerminkan bahwa pangsa pasar skutik Suzuki belum bisa menguasai pangsa pasar.

Tabel 1.2

Produksi, Penjualan, dan Ekspor Sepeda Motor Nasional Tahun 2007 – 2010

Tahun  Produksi  (Unit) 

Penjualan 

(Unit)  Eksport (Unit) 

2007 4.722.521 4.688.263 25.632 2008 6.264.265 6.215.831 64.968 2009 5.884.021 5.881.777 29.815 2010 7.395.390 7.398.644 29.395 Sumber : http://www.aisi.or.id/statistic/


(13)

Pertumbuhan sepeda motor di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan produksi, penjualan, dan ekspor sepeda motor nasional dari tahun ke tahun. Produksi dan penjualan sepeda motor tertinggi di Indonesia pada tahun 2010 dengan angka produksi dan penjualan sebesar 7.395.390 unit dan 7.398.644 unit. Sedangkan ekspor sepeda motor dari Indonesia ke negara lain yang tertinggi adalah pada tahun 2008 sebesar 64.968 unit. Hal ini tampak dalam tabel 1.2 diatas.

Tabel 1.3

Penjualan dan Pangsa Pasar UMC Dealer Motor Suzuki Tahun 2007 – 2010 Tahun Penjualan suzuki keseluruhan (unit) Penjualan suzuki skutik keseluruhan (unit) Penjualan suzuki skutik di dealer UMC (unit) Pangsa pasar suzuki skutik (%) Pangsa _Pasar Suzuki Skutik di dealer UMC

(%)

2007 637.031 97.750 57 15,34 0,0089

2008 793.758 301.234 65 37,95 0,0081

2009 438.158 165.210 45 37,70 0,0102

2010 526.000 163.659 43 31,11 0,0081

Sumber : www.suarakarya-online.com, Koran jawa pos tanggal 15 januari, data penjualan di dealer UMC sidoarjo.

Sepeda motor Suzuki termasuk peringkat 3 besar dalam penjualan maupun pangsa pasar sepeda motor nasional. Dalam beberapa tahun terakhir ini sepeda motor Suzuki di dealer mengalami penurunan pangsa pasar yang sangat besar. Pangsa pasar sepeda motor Suzuki kususnya skutik sejak tahun 2008 hingga 2010 terus menurun dapat dilihat pada tabel 1.3 Sedangkan pangsa pasar pada dealer


(14)

Suzuki UMC khususnya skutik Suzuki mengalami penurunan tahun 2009 hingga 2010.

Persaingan sepeda motor kategori skutik di Indonesia didominasi oleh ketiga sepeda motor asal Jepang, yaitu sepeda motor merek Honda, Yamaha, Suzuki. Pangsa pasar sepeda motor Suzuki kategori skutik merupakan yang terendah dari ketiga sepeda motor asal Jepang. Angka penjualan maupun pangsa pasar sepeda motor skutik Suzuki sangat jauh dibandingkan dengan kedua pesaingnya, bahkan terjadi penurunan dari tahun 2008 ke 2010.

Permasalahan yang menyebabkan penurunan penjualan motor suzuki secara umum disebabkan oleh persainngan sepeda motor yang semakin ketat yang menawarkan berbagai macam merek dengan model dan kualitas yang bersaing. Namun alasan mendasar yang paling mempangaruhi penurunan penjualan sepeda motor suzuki adalah masalah 4P (product, price, place, dan promotion) yang selama ini masih kurang sehingga perlu dicangkan misalnya dalam segi produk (product) produsen berupaya untuk memproduksi produk yang bener-bener dibutuhkan dan disukai. Dalam hal harga (price) misalnya produsen merencanakan strategi harga yang kompetitif dengan produk yang berkwalitas dan bersaing. Dalam hal tempat (place) dengan menambah jaringan produk dan pelayanan baik kuantitas dan kualitasnya. Dalam hal promosi (promotion) strategi promosi dan kerja sama dengan kalangan tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan motor suzuki (www.aisi.co.id).

Sebagian besar pengguna skutik suzuki adalah perempuan. Perempuan menyukai skutik suzuki karena menrut mereka skutik suzuki sangat mudah untuk


(15)

dikendarai. Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar suatu produk yang bersifat heterogen ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen (Stanton, 1978).

Dari kondisi diatas produsen sudah secara maksimal agar produk yang dibuat dapat mengambil hati konsumen. Bagi perusahaan strtegi pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai keberhasilan usahanya, dimana perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan karena dengan pelanggan yang puas dapat menciptakan loyalitas terhadap perusahaan dan mereka memberitahu orang lain tentang pengalaman yang baik, yang pada akirnya perusahaan dapat tumbuh dan berkembang.

Menurut kartono (1987:113), atribut produk adalah sifat atau aspek yang dianggap dipunyai seseorang atau suatu stimulus (pemberi rangsangan). Atribut produk berarti sifat dari produk yang dapat memberikan rangsangan pada konsumen sehingga dapat membangkitkan selera atau minat untuk melakukan pembelian dan dapat mempengaruhi positioning produk.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini diberi judul :

“Pengaruh Atribut Produk dan Segmentasi Perilaku Terhadap Positioning Sepeda Motor Skutik Suzuki di Dealer UMC Sidoarjo“


(16)

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah atribut produk dapat mempengaruhi positioning sepeda motor suzuki ?

b. Apakah segmentasi perilaku dapat mempengaruhi positioning sepeda motor suzuki ?

I.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui atribut produk yang dapat mempengaruhi positioning sepeda motor suzuki.

b. Untuk mengetahui segmentasi perilaku yang dapat mempengaruhi positioning sepeda motor suzuki.

I.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu antara lain:

1. Bagi Peneliti Lain.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk memberikan informasi sebagai masukan, saran dan


(17)

pertimbangan serta sumbangan pemikiran yang dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi atribut-atribut yang dapat mempengaruhi positioning.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat mendorong para peneliti lain untuk lebih meningkatkan, mengembangkan dam memperkuat teori-teori tentang positioning.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan analysis positioning sebuah produk, telah dilakukan oleh:

Ni Wayan Sri Ariyani (2009) dalam judul “Analysis positioning of

notebook produced by Hewwlett Packard(HP) in bali province”. Berdasarkan

variabel yang menjadi keungulan notebook Hewwlett Packard(HP) yaitu dengan mempertahankan membuat varian produk baru, mengingatkan secara berkesinambungan pelayanan purna jual pada setiap pelangan, menambah saluran distribusi sampai ke kabupaten merupakan strategi yang dapat memperkuat positioning notebook Hewwlett Packard(HP) dengan nootbook lainya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis mutivariate yang berhubungan dengan metde statistik yang secara bersama-sama melakukan analisis terhadap lebih dua variabel pada setiap nootebook. Untuk meengetahui kemiripan antara nootebook digunakan multi dimensional scaling(MDS) dan correspondence analysis(CA) untuk mengetahui keungulan masing-masing variabel untuk setiap nootebook. Variabel positioning nootbook diperoleh dari presepsi sampel (responden) mengenai kemiripan notebook Hewwlett

Packard(HP) dibandingkan dengan produk lainya. Kemiripan diukur dengan


(19)

nootebook yang dibandingkan sangat mirip satu dengan yang lainya, skala 2 berarti dua notebook tertentu yang dibandingkan keduanya mirip satu sama lainya, skala 3 berarti kuduanya bisa mirip bisa tidak, skala 4 berarti keduanya tidak mirip atau berbeda, skala 5 berarti dua notebook yang dibandingkan sangat tidak mirip. Sedangkan untuk mengetahui bagaimana posisi nootebook Hewwlett

Packard(HP) dibandingkan dengan noootebook yang lainya. Keungulan

masing-masing variabel untuk setiap nootebook diperoleh berdasarkan persepsi sampel(responden) untuk masing-masing variabel. Pilihan persepsi responden dikategorikan menjadi dua sebagai berikut: nilai 0, yang berarti nootebook tersebut tidak memuaskan. Nila 1, yang berarti nootebook tersebut sudah memuaskan.

Sony firdaus (2001) dalam judul “analisis persaingan produk sepeda

motor berdasarkan segmen pasar dan posisi produk” . menunjukan bahwa

segmen pasar dan posisi produk berpengaruh secara signifikan terhadap persaingan produk. Berdasarkan hasil analisa variabel segmentasi pasar (letak geografis, demografis, penampilan pisikografis, dan perilaku) dan product positioning (perubahan nama, harga, dan kemasan produk) yang dapat menghasilkan persepsi atau tanggapan konsumen terhadap suatu produk di pasar. Dengan hasil yang dilakukan uji normalitas dengan program MINITAB menghasilkan nilai koefisien R yang lebih besar dari 0,8 (R>0,8). Ini berarti data-data tersebut terdistiribusi secara normal, karena nilai koefisien R mendekati 1,0. Uji reliabilitas menyatakan bahwa koefisien reliabilitas = 0,9739 atau kehandalan data yang diberikan responden sebesar 96,65%. Ini berarti terdapat


(20)

konsistensi yang baik dari hasil pengukuran yang bersangkutan. Sedangkan uji validitas dengan program SPSS (correlate bivariate) menghasilkan koefisien korelasi kendall yang lebih besar dari 0,4. Ini berarti bahwa hubungan yang terjadi antara variabel yang diuji cukup kuat. Penelitian tersebut dibuat bertujuan menjadi masukan bagi produsen sepeda motor dalam menentukan strategi pemasaran.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Pemasaran

Bagi perusahaan pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Pemasaran merupakan sebuah faktor penting dalam suatu siklus yang bermula dan berfikir dengan kebutuhan konsumen. Pemassaran harus dapat menafsirkan kebutuhan-kebutuhan konsumen dan mengkombinasikan dengan data pasar seperti: lokasi konsumn, jumlahnya dan kesukaan mereka. Informasi tersebut dapat dipakai sebagai dasar untuk mengadakan pengolahan bagi kegiatan produksi.

Definisi pemasaran menurut kotler (1997:9), kotler menyatakan definisi pemasaran adalah sebagai peroses sosial dan menajerial yang mana kelompok ataupun individu-individu memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran atau penjualan yang bernilai bagi pihak lain.

Dari pengertian diatas dapat ditentukan pengertian inti tentang pemasaran, yaitu bahwa pemasaran merupakan tindakan manusia atau suatu rangkaian usaha


(21)

manusia yang sistematik dan komersial yang diarahkan pada tercapainya perpindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen guna memenuhi keinginan dan kepuasan yang dinamis.

Adapun definisi pemasaran menurut Stanto D.H (1987:3) bahwa pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen/pembeli kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Menurut konsep kotler, kebutuhan sebenernya tidak diciptakan oleh masyarakat akan tetapi secara hakiki kebutuhan itu sudah ada dan melekat dalam kehidupan manusia. Sedangkan keinginan itu adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut. Jadi keinginan akan kebutuhan yang spesifik dan didukung dengan kesediaan, kemampuan membeli disebut dengan perminttaan. Untuk menanggapi permintaan masyarakat itulah maka timbulaah produsen yang didifinisikan sebagai sesuatu yang ditawarkan baik barang atau jasa kepada individu atau masyarakat untuk memuaskan permintaan dan penawaran tersebut. Jika dengan permintaan dan penawaran sudah dapat dipenuhi dengan kemampuan daya beli berarti konsumen akan mendapatkan kepuasaan. Jadi setiap produk barang dan jasa yang dapat menciptakan kepuasan konsumen berarti produk tersebut mempunyai nilai guna.

Dengan demikian jika permintaan dari kosumen dan penawaran(yang dilakukan oleh pemasar) bertemu atas dasar kesepakatan dalam transaksi maka hal ini disebut dengan pasar. Pada pasar tersebut tidak lepas dari pesaingnya antar


(22)

produsen sebagai pelaku dan penawaran produk tertentu. Oleh karenanya agar pemasar sukses dalam upayanya untuk menyampaikan produk ke konsumen perlu untuk mengorganisasi secara intensif melalui manajemen pemasaran.

Manajemen pemasaran dalam hal ini diartikan sebagai peroses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran baik individu atau organisasi kotler (1997:15)

2.2.1.1 Konsep Pemasaran

Pengusaha yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaannya oleh karena itu setiap perusahaan mempunyai strategi pemasaran yang mantap untuk bertahan, berkembang dan meningkatkan keuntungan dengan mencari, membina langanan serta menguasai pasar yang ada. Sedangkan tugas seorang manajer pemasaran yaitu mencapai kesempatan yang ada serta mengembangkan strategi pemasaran yang paling baik dan tepat. Perlu disadari bahwa strategi itu harus bersifat flaksibel dalam lingkungan yang kompleks dan berubah secara dinamis, jadi dengan demikian semakin cepatnya perubahan lingkungan seorang manajer pemasaran dituntut untuk jeli menganalisis keadaan.

Secara definitif dapat dikatakan bahwa konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasaan kebuthaan konsumen meupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Definisi tersebut mempunyai konsekuensi bahwa semua kegiatan perusahaan


(23)

termasuk produksi, teknik, keungan dan pemasaran harus diarahkan pada usaha mengetahui kebutuhan pembeli, kemudian memuaskan kebutuhan tersebut dengan mendapatkan laba yang layak dalam jangka panjang. Dalam orientasi pemasaran tersebut, semua kegiatan perusahaan untuk menghasilkan dan menjual barang didasarkan pada masalah pemasaran, jadi pemasaran menjadi dasar motifasi perusahaan dan akan mempegaaruhi politik perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Faktor-faktor yang dipakai sebagai dasar dalam konsep pemasaran antara lain: 1. Orientasi konsumen.

2. Kordinasi dan integrasi dalam perusahaan. 3. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen.

Swastha D.H (1987:5), di dalam konsep pemasaran yang menjadi tujuan adalah melayani keinginan konsumen dengan mendapatkan sejumlah laba atau dapat diartikan sebagai perbandiingan antara penghasilan dengan biaya yang layak. Ini berbeda dengan konsep penjualan yang menitik beratkan pada keinginan perusahaan.

2.2.2 Atribut Produk

Dalam pengembangan sebuah produk mengharuskan perusahaan menetapkan manfaat-manfaat apa yang akan diberikan oleh produk tersebut. Manfaat-manfaat itu dikombinasikan dan dipenuhi oleh atribut produk yang berwujud seperti mutu, ciri dan desain. Keputusan mengenai atribut-atribut tersebut sangat mempengaruhi konsumen terhadap sebuah produk.


(24)

Definisi dari atribut produk yang dikemukakan oleh Stanton(1982:244) adalah daftar lengkap dari seluruh produk yang ditawarkan untuk dijual oleh perusahaan.

Menurut fandy tjiptono defenisi dari atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa atribut yang terdapat dalam sebuah produk merupakan pedoman yang di pakai konsumen dalam membeli atau memilih produk. Mereka bisa melihat apakah produk tersebut mempunyai mutu atau kualitas yang bagus atau tidak. Dari daftar yang terdapat dalam produk tersebut konsumen bisa menilai produk tersebut terjangkau untuk dikonsumsi dengan manfaat yang lebih besar atau mereka hanya melihat manfaatnya saja.

Atribut produk yang terdapat dalam sebuah produk antara lain sebagai berikut:

2.2.2.1 mutu produk

Menurut kotler (1991:354), mutu produk merupakan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya. Dalam mengembangkan sebuah produk, produsen harus menentukan tingkat mutu yang akan mendukung posisi produk tersebut dalam pasaran. Mutu merupakan salah satu saran yang penting bagi pemasar untuk menentukan posisi produknya.


(25)

Tuntutan terhadap aspek ini adalah dari sebuah produk yang dihasilkan sudah menjadi keharusan yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan kalau tidak menginginkan konsumen yang dimilikinya berlaih kepada produk-produk pesaingnya yang diangap memiliki mutu yang lebih baik.

Harga yang tingi dalam sebuah produk biasanya membentuk kesan bahwa produk yang bersangkutan mempunyai mutu yang tinggi. Dalam hal ini kita tidak boleh langsung berkesimpulan bahwa perusahaan harus mendesain mutu setingi-tinginya. Tidak semua konsumen menginginkan atau mampu membyar tingkat mutu yang tinggi seperti yang ditawarkan produk-produk seperti mobil bmw dan jam tangan rolex. Produsen harus memilih suatu tingkat mutu yang sesuai dengan kebutuhan pasar sasaran dan tingkat mutu produk-produk pesaingnya.

Daftar yang terdapat dalam mutu produk adalah ketahanlamaan, keterhadalaan, ketelitian, taraf kemudahan operasi dan perbaikan. Jadi dapat disimpulkan mutu merupakan kemampuan produk yan digunakan oleh para pengusaha untuk menarik pembeli.

2.2.2.2 Ciri Produk

Suatu produk dapat ditawarkan dengan ciri-ciri (keistimewaan) yang berbeda-beda. perusahaan dapat menciptakan model-model tingkat tingi dengan menambahkan ciri-ciri. Ciri atau keistimewaan merupakaan sarana yang kompetitif untuk membedakan produk perusahaan dengan produk-produk pesaing. kotler, (1991:356)


(26)

Sebuah perusahaan baru dapat mengidentifikasi dan memutuskan yang manakah yang perlu ditambahkan pada produknya, dengan cara mensurvei pembeli secara berkala dengan mengunakan produk yang bersangkutan dan mengajukan pertanyaan-petanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:

a. Ciri apakah yang anda suka dalam produk ini ?

b. Menurut anda ciri apakah yang perlu ditambahkan dalam produk ini ? c. Bagaimana anda menyukai produk ini ?

Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut yang akan memberikan suatu daftar yang panjang mengenai gagasan-gagasan tentang ciri produk. Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri atau keistimewaan adalah pembeda antara produk tertentu dengan produk pesaingnya. Dengan adanya ciri tersebut pembeli akan mudah untuk memutuskan.

2.2.2.3 Desain produk

Menurut kotler (1991:367) cara lain untuk menambah kekhasan produk adalah dengan desain produk. Desain merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian serius dari manajemen khususnya team pengembangan produk. Hal tersebut terjadi karena desain adalah totalitas dari keistimewaan yang mempengaruhi cara penampilan dari funsi suatu produk dalam hal kebutuhan pelanggan.

Produk yang dirancang dengan baik akan menarik perhatian konsumen lebih besar dan meningkatkan jumlah penjualan. Desain yang baik adalah mempunyai kegunaan atau manfaat yang dibutuhkan oleh konsumen, mempunyai


(27)

corak yang bisa mempengaruhi konsumen, tidak mahal, aman serta sederhana. Jadi dapat disimpulkan desin adalah daya tarik yang terdapat dalam sebuah produk yang dapat dilihat dari tampilan produk itu.

2.2.2.4 Merek Produk

American Marketing Association yang dikutip dari Kotler (2007)

mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau sekelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing. Kartajaya (Simamora, 2001) mengatakan bahwa merek lebih penting dari produk itu sendiri dan pada saat orang membeli produk, orang cenderung membeli mereknya.

Menurut Durianto, dkk (2004) merek lebih dari sekedar jaminan kualitas kerena di dalamnya tercakup enam pengertian sebagai berikut :

1. Atribut. Suatu merek dapat mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. 2. Manfaat. Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen

sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut.

3. Nilai. Suatu merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsennya. 4. Budaya. Suatu merek melambangkan budaya tertentu.

5. Kepribadian. Suatu merek dapat mencerminkan kepribadian tertentu. 6. Pemakai. Suatu merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau


(28)

Halim dan Daromi (2006) mengatakan bahwa atribut yang melekat di suatu merek produk berperan dalam menentukan pilihan bagi konsumen, di antara berbagai macam merek yang ada di kategori yang sama, sedangkan atribut merupakan harapan, image, atribut, serta karakteristik produk tersebut. Jadi dapat disimpulkan merek adalah atribut utama yang dipertimbangkan oleh konsumen, karena dengan merek konsumen akan mengatahui kualitas atau mutu dari suatu produk.

2.2.3 Segmentasi Perilaku

Menurut Tjiptono (2008:69), segmenting pada dasarnya adalah proses membagi pasar keseluruan suatu produk atau jasa yang bersifat heterogen kedalam beberapa segmen, di mana masing-masng segmenya cenderung bersifat homogen dalam segala aspek. Segmentasi dapat menghasilkan kesusuain yang lebih baik antara apa yang ditawarkan perusahaan dan apa yang diharapkan pasar.

Segmen yang diteliti haruslah memiliki tingkat persaingan yang masih belum tinggi, artinya pesaing yang dihadapi tidak begitu banyak atau daya saingnya masih lemah. Menurut Kartajaya (2004:375), segmentasi memegang peran penting bagi perusahaan karena beberapa alasan sebagai berikut :

1. segmentasi, secara umum memungkinkan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya.

2. Segmentasi merupakan simpul dari penentuan keseluruhan strategi, taktik, dan nilai perusahaan.


(29)

3. Segmentasi dapat menjadi faktor kunci untuk memenangkan persaingan dengan pasar dari sudut yang unik dengan cara yang berbeda dari pesaingnya.

. Dalam segmentasi perilaku ini konsumen dibagi ke dalam kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan atau tanggapan mereka terhadap suatu produk. Menurut M. Suyanto, dalam segmentasi perilaku membagi kelompok berdasarkan status pemakai, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembeli dan sikap. Pasar dapat dikelompokkan menjadi bukan pemakai, bekas pemakai, pemakai potensial, pemakai pertama kali dan pemakai tetap dari suatu produk. Contohnya perusahaan soup yang memilih target Cina dengan alasan bahwa Cina mempunyai konsumsi soup paling tinggi. Banyak pemasar berpendapat bahwa variabel perilaku merupakan titik awal terbaik untuk membuat segmen-segmen pasar.

Indikator-indikator segmentasi perilaku :

2.2.3.1. Status pemakai

Banyak pasar yang dapat dibagi menjadi segmen-segmen : non pemakai, eks-pemakai, calon pemakai, pemakai pertama kali dan pemakai tetap sebuah produk. Perusahaan besar yang mencari bagian pasar yang tinggi biasanya lebih tertarik kepada calon pemakai sedangkan perusahaan kecil biasanya lebih suka mempertahankan pemakainya supaya tidak lari ke perusahaan lain.


(30)

2.2.3.2. Tingkat pemakaian

Pasar juga dapat dibagi menjadi kelompok pemakai ringan, menengah dan berat. Pemakai berat sering merupakan bagian pasar yang paling kecil akan tetapi menyebabkan persentase yang tinggi dari konsumsi keseluruhan. Para pemakai berat sebuah produk sering mempunyai demografi, psikografi dan kebiasaan media yang umum. Misalkan para perokok berat pada umumnya adalah pekerja dan mereka ada dalam kelompok umur 15 tahun sampai 40 tahun.

2.2.3.3. Tahap kesiapan konsumen

Suatu saat orang berada dalam tahap kesiapan yang berbeda dalam membeli suatu produk. Sebagian konsumen tidak menyadari adanya produk tersebut, beberapa orang mengetahuinya, beberapa orang diberi tahu, beberapa orang tertarik, beberapa orang berkeinginan dan beberapa orang berminat membeli. Jumlah relasi dari orang-orang tersebut membuat perbedaan besar dalam menyusun program pemasaran bagi perusahaan.

2.2.3.4. Sikap pandangan

Orang-orang dalam suatu pasar dapat antusias, positif, acuh tak acuh, negatif atau bermusuhan terhadap suatu produk. Para petugas dari rumah ke rumah menggunakan sikap calon konsumen untuk menentukan berapa banyak waktu yang dihabiskan bersama calon konsumen tersebut. Mereka berterima kasih kepada calon konsumen yang antusias dan mengingatkan untuk membeli dan


(31)

mereka tidak mencoba membuang waktu bagi calon konsumen negatif dan yang bermusuhan dengan produk yang hendak ditawarkan

2.2.4 Positioning

Menurut Kotler, penentuan posisi (positioning) sebuah produk adalah bagaimana sebuah produk dapat dirumuskan secara berbeda oleh konsumen atas atribut-atribut yang dianggap penting, relatif dibandingkan dengan produk pesaing (Amir, 2005). Positioning adalah strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen, agar produk atau merek tersebut mengandung arti tertentu yang mencerminkan keunggulan produk atau merek dalam bentuk hubungan asosiatif (Kasali, 2001).

Positioning is not what you do to a product. It is what you do to the mind

of the prospect” (Ries dan Trout, 2002). Yoram Wind (Kotler, dkk 2004)

mendefinisikan positioning sebagai ‘reason for being’, yaitu bagaimana menjelaskan identitas dan kepribadian perusahaan di benak pelanggan sehingga dapat merebut kepercayaan pelanggan. Kunci utama keberhasilan positioning terletak pada persepsi yang diciptakan (Lamb, 2001).

Positioning yang terdapat dalam sebuah produk antara lain sebagai berikut:

2.2.4.1 Persepsi

Menurut Mowen (Kasali, 2001), persepsi didefinisikan sebagai suatu proses di mana individu-individu terekspos oleh informasi, menyediakan


(32)

kapasitas prosesor yang lebih luas dan menginterpretasikan informasi tersebut. Sedangkan menurut Myers (Kasali, 2001), persepsi merupakan suatu proses untuk mengartikan sensasi dengan memberi gambar-gambar dan hubungan-hubungan asosiasi di dalam memori untuk menafsirkan dunia di luar dirinya.

Menurut Hawkins (2007), proses informasi merupakan serangkaian aktivitas di mana stimulus atau rangsangan diterima oleh konsumen, kemudian diubah menjadi informasi dan setelah itu disimpan dalam memori konsumen. Sebuah proses informasi yang bermanfaat memiliki 4 tahap utama, yaitu :

1. Persepsi dimulai dengan exposure. Exposure terjadi ketika stimulus sampai dalam jarak syaraf penerima panca indera konsumen. Konsumen ditunjukkan hanya pada sebuah bagian kecil dari stimulus yang tersedia, dan ini biasanya hasil dari seleksi pribadi.

2. Attention terjadi ketika stimulus mengaktifkan satu syaraf penerima atau

lebih dan menghasilkan suatu sensasi yang kemudian bergerak ke otak untuk diproses lebih lanjut. Konsumen secara selektif mengikuti stimulus sebagai faktor stimulus, faktor individu, dan faktor situsional. Faktor stimulus merupakan karakteristik fisik dari stimulus itu sendiri, seperti ukuran, warna, bentuk, jumlah informasi, dll. Faktor individu adalah karakteristik dari individu, seperti motivasi, dan kemampuan. Faktor situasional termasuk stimulus dalam lingkungan yang lain dari stimulus fokus dan karakteristik sementara dari individu yang dipaksa dari lingkungan.


(33)

3. Interpretation adalah penugasan makna ke stimulus yang telah diikuti.

Interpretation cenderung relatif daripada absolut. Interpretation sebagian

besar adalah sebuah fungsi dari sifat, pembelajaran, dan pengharapan individu yang dipicu oleh stimulus dan dipengaruhi oleh situasi.

4. Memory merupakan penggunaan jangka pendek dari makna untuk

pengambilan keputusan yang dilakukan dengan cepat atau daya ingat jangka panjang dari makna. Dari memory akan mempengaruhi keputusan konsumsi dan pembelian.

2.2.4.2 Kesadaran Akan Merek

Menurut Kotler (2000:357), merek adalah tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau sekelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing. Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagin dari kategori produk tertentu.

Brand awareness (kesadaran akan merk) dari perusahaan tersebut, dimana

apabila suatu perusahaan yang sudah berdiri lama dan memiliki reputasi yang baik dimata konsumen maka nama dari perusahaan tersebut akan menimbulkan loyalitas tersendiri di dalam hati para konsumen , sehingga Konsumen akan melakukan pembelian pada perusahaan tersebut secara berulang-ulang. Suatu perusahaan terutama perusahaan pangan akan mendapatkan nilai yang baik oleh para konsumennya disebabkan oleh faktor-faktor pendukung yang biasa


(34)

digunakan dalam bauran pemasaran jasa, diantaranya yang sering di aplikasikan oleh banyak perusahaan dewasa ini adalah seperti kualitas pelayanan yang baik, kenyamanan serta lokasi yang mudah dijangkau oleh konsumen.

Pemberian atau pelayanan jasa oleh perusahaan pangan mungkin dapat mengalami kegagalan dalam memberikan kepuasan kepada konsumen apabila perusahaan tidak mengetahui bentuk layanan yang sebenarnya diinginkan konsumen . Hal ini harus dapat dihindari oleh perusahaan-perusahaan rumah makan karena dalam membangun brand awareness yang baik dimata konsumen perusahaan harus menciptakan kesan yang baik pula tentu saja dengan mengetahui bentuk layanan yang diinginkan oleh konsumen .

2.3 Teori Kausalitas Antar Variabel

2.3.1 Pengaruh Atribut Produk Terhadap Positioning

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan (2009) menyatakan bahwa adanya persaingan yang semakin ketat terutama antara tipe notebook yang

built up yaitu IBM, Sony, Acer, dan Toshiba membawa implikasi bahwa notebook

Hewlett Packard (hp) harus melakukan diferensiasi secara terus menerus. Ada lima dimensi yang dapat digunakan untuk mendiferensiasi produknya yaitu dimensi atribut produk, personil, saluran, layanan dan citra.

Hal ini menandakan bahwa atribut produk dapat mempengaruhi positioning, yang dimana apabila atribut produk meningkat maka positioning juga akan meningkat.


(35)

2.3.2 Pengaruh Segmentasi Perilaku Terhadap Positioning

Menurut Nickels (1979) Positioning adalah suatu strategi manajemen yang menggunakan imformasi yang dikumpulkan melalui riset dan studi segmentasi untuk menciptakan suatu kesan terhadap produk sesuai dengan keinginan pasar yang dituju. Sehingga dalam segmentasi perilaku ini banyak pemasar yang berpendapat bahwa variabel perilaku merupakan titik awal terbaik untuk membuat segmen-segmen pasar. Jika segmen pasar tepenuhi maka produk akan memiliki persepsi yang baik dimata konsumen, dengan demikian terciptalah sebuah positioning yang berasal dari segmentasi perilaku.

2.4 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, atribut produk merupakan variabel yang diteliti untuk mengetahui strategi positioning pada atribut produk mana yang akan digunakan, sehingga dapat disusun kerangka pemikiran dalam penelitian ini, seperti tersaji dalam gambar berikut :

Gambar 2.2 Kerangka konseptual

Positioning  (Y)  Atribut Produk 

(X1) 

Segmentasi  Perilaku (X2) 


(36)

2.5 Hipotesis

Berdasarkan pada perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga atribut produk berpengaruh positif terhadap positioning. 2. Diduga segmentasi perilaku berpengaruh positif terhadap

positioning.  


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pernyataan tentang defenisi batasan dan pengertian variabel-variabel dalam penelitian secara operasional baik berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman. Dalam penelitian ini digunakan dua variabel bebas (X) yaitu atribut produk (X1) dan segmentasi perilaku (X2). Dan satu variabel terikat (Y) yaitu positioning (Y).

Adapun definisi operasional dari masing-maasing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Atribut produk (X1).

Atribut produk adalah keseluruhan bagian-bagian produk yang memiliki kemampuan serta memberikan keuntungan dan dapat memuaskan kebutuhan. Indikator atribut produk adalah :

a. Mutu produk (X.1.1)

Kemampuan suatu produk untuk menunjukan berbagai fungsi termasuk ketahanan, kehandalan kecepatan dan kemudahan dalam pengunaan.


(38)

b. Ciri produk (X.1.2)

Sebuah alat bersaing yang membedakan produk satu dengan produk pesaing.

c. Desain produk (X.1.3)

Fungsi dan corak produk yang merupakan peroses desain yang dikembangkan menjadi sebuah produk yang menarik, murah, dan nyaman untuk digunakan.

d. Merek produk (X.1.4)

Sebuah nama atau syimbolyang biasa dipertimbangkan oleh konsumen untuk mengetahui kualitas dari suatu produk.

2. Segmentasi perilaku (X2).

Segmentasi perilaku adalah konsumen dibagi ke dalam kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan atau tanggapan mereka terhadap suatu produk.

Indikator segmentasi perilaku adalah :

a. Status pemakai (X.2.1)


(39)

b. Tingkat pemakaian (X.2.2)

Frekuensi penggunaan produk dalam satu periode tertentu.

c. Tahap kesiapan konsumen (X.2.3)

Kesadaran konsumen akan produk yang akan dibeli.

d. Sikap pandangan (X.2.4)

Pandangan konsumen terhadap produk.

3. Positioning (Y).

Positioning adalah persepsi konsumen terhadap citra produk sebuah merek.

Indikator positioning adalah: a. Presepsi (Y1)

sesuai tindakan presepsi terhadap ciri produk dengan kesan produk sebagai motor yang sangat mudah perawatanya.

b. Kesadaran akan merek (Y2)

Sesuai tindakan kesadaran akan merek produk motor yang mempunyai reputasi yang baik di mata konsumen.


(40)

3.1.2. Pengukuran Variabel.

Agar konsep yang digunakan dapat diukur dan menghindari makna yang berbeda maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert 1-5 pada alat analisis

multidimensional scalling yaitu skala sikap yang menggunakan dua kutub

penilaian yang ekstirm. Digunakan jenjang 5 dalam penilaian ini mengikuti pola sebagai berikut, misalnya :

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor nilai 1 sampai dengan nilai 5 pada masing-masing pernyataan, dimana nilai 1 merupakan nilai terrendah, nilai 3 merupakan nilai tengah antara pernyataan buruk dengan pernyataan baik dan nilai 5 menunjukan nilai yang tertinggi.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti


(41)

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengendara skutik suzuki di dealer UMC sidoarjo dengan jumlah 245.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Sample Random Sampling (pengambilan sampel secara acak) yaitu sampel di mana pengambilan elemen-elemen yang dijadikan sampel adalah semua pengendara skutik suzuki di dealer UMC sidoarjo.

Maka pengambilan sampelnya harus tepat, pengmbilan sampel ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh ferdinand (2002:48), ukuran sampel berjumlah 100-200 untuk teknik maksimum likehood estimation, atau ukuran sampel minimal tergantung dari jumlah parameter yang diestimasi (10x10 parameter)=100 respoonden. Namun untuk menghindari adanya kerusakan maka dalam penelitian ini mengunakan 110 responden.

3.3Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuisoner kepada semua pengendara skutik suzuki di dealer UMC sidoarjo.


(42)

3.3.2. Sumber Data

Data bersumber dari jawaban pertanyaan yang diajukan kepada responden, di lokasi pengumpulan data yaitu semua pengendara skutik suzuki di dealer UMC sidoarjo.

3.3.3. Pengumpulan Data Kuisoner

Mengumpulkan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk di isi agar memperoleh jawaban langsung dari semua pengendara skutik suzuki di dealer UMC sidoarjo.

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis.

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multivariate dengan Structural Equation Modelling (SEM). Penaksiran pengaruh pada masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh Atribut produk dilakukan sebagai berikut :

Atribut produk (X1) :

X1.1 = 1 Atribut Produk + er_1

X1.2 = 1 Atribut Produk + er_2


(43)

X1.4 = 1 Atribut Produk + er_4

Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimesionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh atribut produk akan tampak sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Contoh model pengukuran atribut produk.

Keterangan :

X1.1 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai mutu produk skutik Suzuki.

X1.2 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai ciri produk skutik Suzuki.

X1.3 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai desain produk skutik Suzuki.

Atribut  produk 

X1 

X1.4  X1.1 

X1.3  X1.2 

er_1 

er_2 

er_3 


(44)

X1.4 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai merk produk skutik Suzuki.

Segmentasi Perilaku (X2):

X1.1 = 1 Segmentasi Perilaku + er_1

X1.2 = 1 Segmentasi Perilaku + er_2

X1.3 = 1 Segmentasi Perilaku + er_3

X1.4 = 1 Segmentasi Perilaku + er_4

Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimesionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh segmentasi perilaku akan tampak sebagai berikut :

Gambar 3.2 : Contoh model pengukuran segmentasi perilaku.

Segmentasi  Perilaku 

X2 

X2.4  X2.1 

X2.3  X2.2 

er_1 

er_2 

er_3 


(45)

Keterangan :

X2.1 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai status pemakai skutik Suzuki.

X2.2 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai tingkat pemakai skutik Suzuki.

X2.3 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai tahap kesiapan konsumen terhadap skutik Suzuki.

X2.4 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai sikap pandangan terhadap skutik Suzuki.

Persamaan Positioning (Y) :

Y1 =  Persamaan Positioning + er_1

Y2 =  Persamaan Positioning + er_2

Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk uji undimensionalnya melalui confirmatory faktor analysis, maka model pengukuran dengan contoh positioning akan dampak sebagai berikut :


(46)

Gambar 3.3 : Contoh model pengukuran positioning.

Keterangan :

Y1 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai persepsi terhadap produk skutik Suzuki.

Y2 : Pertanyaan tentang pendapat responden mengenai kesadaran akan merk produk skutik Suzuki.

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas.

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar pertanyaan perlu dilihat relibilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan sebagai berikut.

a. Uji Validitas.

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pegukuran atas apa yang

Positioning  (Y)

Y2 

Y1  er_1 


(47)

seharusnya diukur. Karena indikator multidimensi maka uji validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct validity) yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur. Secara umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah ≥ 0,5. variance extracted dihiung dengan rumus sebagai berikut :

Variance Extracted = standardize Loading standardize Loading + j

b. Uji Reliabilitas.

Reabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk/faktor laten yang umum.

Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dengan menjelaskan sebuah fenomena yang umum. Composite

Realibility diperroleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002 ; 62)

Construct reliability = (Standard Loading)2 (Standard Loading) 2 + j

Keterangan :

a. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap

indikator yang didapat hari hasil perhitungan komputer.


(48)

Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah ≥0,7 , walau angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat eksplorasi maka nilai dibawah 0,7 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan yang empirik yang terliahat dalam proses eksplorasi.

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat.

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari obsevasi-observasi lainnya (Ferdinand, 2002;52).

3.4.2.1.Uji Outlier Univariat.

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara mengkonversi nilai data penelitian kedalam standar score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Ferdinand, 2002;98). Oleh karena itu apabila ada


(49)

obsevasi-observasi yang memiliki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat.

Evaluasi terhadap outlier multivariat perluu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat di dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2

pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai jarak Mahalanobisnya lebih besar dari nilai χ2 tabel

adalah outlier multivariat.

3.4.3. Uji Normalitas Data.

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah metode tersebut berdistribusi normal atau tidak adalah uji critical ratio dari skewness dan kurtois dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang +/- 2,58 maka distribusi adalah tidak normal.


(50)

b. Jika nilai critical yang dipeoleh berada pada rentang +/- 2,58 maka distribusi adalah normal.

3.4.4. Pengujian Model dengan Two-Step Approach.

Two-Step Approch digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang

relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan dan karena keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dalam dicapai dalam

two-step approach ini. Two-step approach bertujuan untuk menghindari interaksi

antar model pengukuran dan model struktural pada One step Approach.

Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator

summer-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda

setiap indikator tersebut distandarisasi (Z-score) dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut.

b. Menetapkan error () dan Lambda () terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,95 () . Perhitungan construct reliability () telah dapat dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar () dapat dihitung dengan bantuan progam aplikasi matrik spss. Setelah error ()


(51)

dan Lambda () terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.

3.5. Evaluasi Model.

Di dalam SEM peneliti dapat melakukan 3 kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrument, pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis jalur), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara dengan model

structural). Tahap yang ditempuh dalam pengolahan data dengan analisis ini

adalah :

a.Mengembangkan path diagram.

Pada path diagram ditunjukkan hubungan kausal antar variabel yaitu antara variabel endogen dan eksogen. Hubungan antara variabel ini dinyatakan dengan anak panah. Anah panah luruh dengan satu ujung menunjukkan hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan garis lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel.

b.Evaluasi atas asumsi SEM.

Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi normalitas data, evaluasi atas univariate outliers dan evaluasi atas


(52)

c. Evaluasi kriteria Goodness of fit model penelitian.

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (fit) dan model yang dikembangkan terhadap data penelitian. Ini penting dilakukan karena SEM tidak digunakan untuk menciptakan suatu model tapi lebih pada mengkonfirmasi model. Artinya tanpa landasan teoritis yang kuat atas hubungan variabel yang dimodelkan maka analisis SEM ini tidak dapat digunakan. Ukuran Goodness of fit yang digukan serta nilai cut-off nya dapat dilihat pada tabel.

d. Intepretasi hasil.

Pada tahap ini hasil atau output pengujian dievaluasi untuk menentukan penerimaan atau penolakan terhadap kesesuaian model dan hipotesis yang diajukan.


(53)

Tabel 3.1 Goodnes Of Fit Indices

Goodness of fit index Keterangan Cut-off value X2-Chi-square Menguji apakah

coavariance populasi yang destimasi sama dengan covariance

sample

Diharapkan kecil, 1 sampai dengan 5 aau paling baik diantara 1

dan 2 Probability Uji signifikan terhadap

perbedaan matrics covariance data dan matrics covariance yang

destimasi

Minimum 0,1 atau 0,2 atau >-0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan chi-square

pada sample besar

<-0,08

GFI Menghitung proporsi

tertimbang varians dalam matrics sample yang dijelaskan oleh metrics covarience populasi yang

diestimasi

>-0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF

>-0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data

dan model

<-2,00

TLI Perbandingan antara

model yan diuji terhadap baseline model

>-0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitve terhadap

besarnya sampel dan kerumitan model

>0,94

Sumber: Hair et al (1998)

3.5.1 Evaluasi Goodness of fit.

Berikut ini disajian beberapa indeks kesuaian dan cut-off value yang digunakan dalam menguji apakah sebuah sebuah model dapat diterima atau tidak.


(54)

a. 2 – Chi- Square statistic, dimana model dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi- squarenya rendah. Semakin kecil nilai 2 semakin baik model itu dan dapat diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05.

a. RMSEA (The Root Mean Square Error of Appoximation), yang menunjukkan goodness of fit yang diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks yang dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom.

b. GFI (Goodness of fit index), adalah ukuran non statistical yang mempunyai rentang nilai 0 (poor fit) sampai dengan 1,0

(perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan

sebuah “better fit”.

c. AGFI (Adjusted Goodness of fit Index), dimana tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,08.

d. CMIN / DF, adalah the Minimum Sample Discrepancy

Function yang dibagi dengan Degree of Freedom. CMIN/DF

tidak lain adalah statistic Chi-Square, X2 dibagi DFnya disebut X2 relatif. Bila nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.


(55)

e. TLI (Tucker Lewis Index), merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah base line model, dimana yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

f. CFI (Comparative Fit Index), dimana bila mendekati 1, menindikasi tingkat fit yang paling tinggi. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Analisis Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh atribut produk dan segmentasi perilaku terhadap positioning sepeda motor skutik Suzuki di dealer UMC Sidoarjo, yang nantinya diharapkan dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi atribut produk dan segmentasi perilaku terhadap positioning sepeda motor skutik Suzuki.

Penelitian ini telah ditentukan lokasinya dimana lokasi itu sendiri adalah dealer UMC Sidoarjo yang berada di JL.jengolo.5.Sidoarjo. Lokasi penelitian ini berada diwilayah di dealer UMC Sidoarjo yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 110 responden, Serta bersedia mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

4.1.2. Karakteristik Skutik Suzuki

Banyak sekali berbagai merek sepeda motor skutik yang beredar di pasaran, salah satunya adalah Suzuki. Suzuki adalah salah satu merk sepeda motor yang sangat dikenal dan popular oleh masyarakat.


(57)

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui seperti dibawah ini.

a. Jenis Kelamin

Dari 110 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

No  Jenis Kelamin  Jumlah 

Persentase  % 

1  Laki‐Laki  72  65,45% 

2  Perempuan  38  34,5% 

      110  100% 

Sumber :Data diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengguna skutik Suzuki atau lebih banyak digunakan oleh pihak laki-laki dari pada perempuan. Mengherankan, karena produk skutik Suzuki yang dijual di pasaran sebenarnya lebih ditujukan untuk kaum perempuan. Hal ini tentu menjadi fakta yang menarik bahwa wanita memiliki proporsi yang lebih kecil dalam menggunakan skutik Suzuki.

b. Usia

Dari 110 responden yang menjawab kuesioner dan didapat diketahui usia responden yakni pada tabel dibawah ini.


(58)

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.

No  Rentang Usia  Jumlah 

Persentase  % 

1  17‐22  36  32,72% 

2  23‐28  32  29,09% 

3  29‐34  29  26,36% 

4  35‐40  8  7,27% 

5  ≥41  5  4,54% 

Total  110  100% 

Sumber :Data diolah

Tabel karakteristik responden berdasarkan tingkat usia menunjukkan bahwa para pengguna utama dari skutik Suzuki untuk dealer UMC Sidoarjo adalah kalangan yang berusia remaja.

4.2.2. Deskripsi Atribut Produk

Tabel 4.3. Tabulasi Atribut Produk.

Skor Jawaban 

Item  Pertanyaan  1  2  3  4  5 

Total 

Memiliki mutu produk atau tingkat  0  0  32  74  4  110 

X1.1  keawetan dalam onderdil yang baik  0%  0%  29%  67%  4%  100% Memiliki ciri produk atau model 

dan  0  4  30  58  18  110 

X1.2  warna yang berbeda dari merk lain  0%  4%  27%  52%  16%  100%

Memiliki desain produk yang   0  0  37  56  17  110 

X1.3  menarik dan ideal untuk digunakan  0%  0%  33%  50%  15%  100%

Sumber :Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :

a. Pernyataan pertama yaitu memiliki mutu produk atau tingkat keawetan dalam onderdil yang baik mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 74 responden atau 67 %.


(59)

b. Pernyataan kedua yaitu memiliki ciri produk atau model dan warna yang berbeda dari merk lain, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 58 atau 52 %.

c. Pernyataan ketiga yaitu Memiliki desain produk yang menarik dan ideal 

untuk  digunakan, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan

jumlah responden sebanyak 56 atau 50 %.

4.2.3.Deskripsi Segmentasi Perilaku

Tabel 4.4. Tabel Tabulasi Segmentasi Perilaku.

Skor Jawaban 

Item  Pertanyaan 

1  2  3  4  5 

Total 

Saya sangat lama sekali   0  1  36  63  10  110 

X2.1 

menggunakan skutik Suzuki  0%  1%  32%  57%  10%  100%

Saya sangat sering sekali   0  0  37  69  4  110 

X2.2 

menggunakan skutik Suzuki  0%  0%  33%  62%  3%  100%

Saya sangat menyadari bahwa 

produk  0  2  42  53  13  110 

X2.3 

yang dibeli adalah skutik Suzuki  0%  1%  38%  48%  11%  100%

Saya memiliki pandangan yang  0  1  29  74  6  110 

X2.4  sangat positif terhadap skutik 

Suzuki  0%  1%  26%  67%  5%  100%

Sumber :Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dijelaskan sebagai berikut :

a. Pernyataan pertama yaitu Saya sangat lama sekali menggunakan skutik Suzuki, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 63 responden atau 57 %.


(60)

b. Pernyataan kedua yaitu Saya sangat sering sekali menggunakan skutik Suzuki, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 69 atau 62%.

c. Pernyataan ketiga yaitu Saya sangat menyadari bahwa produk yang dibeli adalah skutik Suzuki, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 53 atau 48%.

d. Pernyataan keempat yaitu Saya memiliki pandangan yang sangat positif  terhadap skutik Suzuki, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 53 atau 48%.

4.2.4.Deskripsi Positioning

Tabel 4.5. Tabel Tabulasi jawaban positioning.

Skor Jawaban 

Item  Pertanyaan 

1  2  3  4  5 

Total  Memiliki persepsi yang sangat baik  0  3  33  55  19  110  Y1 

dimata masyarakat  0%  2%  30%  50%  17%  100%

Masyarakat sangat mengenal akan   0  1  32  68  9  110 

Y2 

merk Suzuki  0%  1%  29%  61%  8%  100%

Sumber :Data diolah

a. Pernyataan pertama yaitu Memiliki persepsi yang sangat baik dimata 

masyarakat, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah

responden sebanyak 55 responden atau 50%.

b. Pernyataan kedua yaitu Masyarakat sangat mengenal akan merk Suzuki, mendapat respon terbanyak pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 68 atau 61%.


(61)

4.3. Analisis Data dan Pengujian hipoteis 4.3.1. Uji Outliers Multivariate

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari obervasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi ( Hair, 1998 ). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996).

Uji outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria

jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada table berikut :


(62)

Tabel 4.5. Outlier Data.

Residuals Statistics (a)

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N

Predicted Value 8,893 104,658 55,500 21,371 110

Std. Predicted Value -2,181 2,300 0,000 1,000 110

Standard Error of Predicted Value 3,424 11,801 7,700 1,575 110

Adjusted Predicted Value 0,851 111,557 55,316 21,861 110

Residual -71,658 51,748 0,000 23,681 110

Std. Residual -2,884 2,083 0,000 0,953 110

Stud. Residual -3,020 2,165 0,003 1,003 110

Deleted Residual -78,557 55,933 0,184 26,276 110

Stud. Deleted Residual -3,153 2,207 0,003 1,011 110

Mahalanobis Distance [MD] 1,079 23,593 9,909 4,415 110

Cook's Distance 0,000 0,080 0,010 0,013 110

Centered Leverage Value 0,010 0,216 0,091 0,041 110

(a) Dependent Variable : NO. RESP

Sumber :Lampiran

Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan 2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi multivariate outliers. Nilai 20.001 dengan

jumlah indikator 10 adalah sebesar 29.588.

Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 23.593 yang berarti lebih kecil dari 2 tabel 29.588 tersebut. Dengan demikian, tidak terdapat multivariate outliers.

4.3.2. Uji Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s

Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel

atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang


(63)

kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan. Proses eliminasi diperlukan pada item total correlation pada indicator yang nilainya < 0,5 (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6. Uji Reliabilitas.

Pengujian Reliability Consistency Internal

Konstrak Indikator Item to Total

Correlation

Koefisien Cronbach's Alpha

X11 0,616

X12 0,692

X13 0,705

Product Attribute

X14 0,357

0,548

X21 0,534

X22 0,536

X23 0,818

Segmentation Behavior

X24 0,703

0,548

Y1 0,863

Job Satisfaction

Y2 0,780 0,519

: tereliminasi

Sumber :Lampiran

Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi reliabilitas setiap skala [variabel atau indikator observasian]. Sementara itu

item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan

mengeliminasi item-item yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan.

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator belum seluruhnya ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.


(64)

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil kurang baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of

thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].

4.3.3. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7. uji validitas.

Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory Factor Analysis

Faktor Loading Konstrak Indikator

1 2 3 4

X11 0,990

X12 0,288

Product Attribute

X13 0,122

X21 0,216

X22 0,438

X23 0,876

Segmentation Behavior

X24 0,570

Y1 0,311

Job Satisfaction

Y2 0,370

Sumber :Lampiran

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa

factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap

construct belum seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap


(65)

4.3.4. Uji Construct Reliability Dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.8. Construct Reliability dan Variance Extracted. Construct Reliability & Variance Extrated Konstrak Indikator

Standardize Factor Loading

SFL

Kuadrat Error [εj]

Construct Reliability

Variance Extrated

X11 0,990 0,980 0,020

X12 0,288 0,083 0,917

Product Attribute

X13 0,122 0,015 0,985

0,505 0,359

X21 0,216 0,047 0,953

X22 0,438 0,192 0,808

X23 0,876 0,767 0,233

Segmentation Behavior

X24 0,570 0,325 0,675

0,623 0,333

Y1 0,311 0,097 0,903

Job Satisfaction

Y2 0,370 0,137 0,863 0,208 0,117

Batas Dapat Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5

Sumber :Lampiran

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan variance extracted menunjukkan instrument cukup reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik


(66)

yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.

4.3.5. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar  2,58. Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara  2,58 dan itu berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.9. Uji Normalitas

Assessment of normality

Variable Min max kurtosis c.r.

X11 3 5 -0,348 -0,744

X12 2 5 -0,213 -0,455

X13 3 5 -0,840 -1,799

X21 2 5 -0,281 -0,601

X22 3 5 -0,627 -1,342

X23 2 5 -0,490 -1,048

X24 2 5 0,371 0,795

Y1 2 5 -0,443 -0,949

Y2 2 5 -0,020 -0,042

Multivariate 1,402 0,523 Batas Normal ± 2,58

Sumber :Lampiran

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang digunakan biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-Value. Bila nilai –Z lebih besar dari


(67)

nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 [ 1% ] yaitu sebesar ± 2,58.

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di antara ± 2,58 itu berarti asumsi normalitas terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood

estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat

menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

4.3.6. Uji Multicolinierity dan singularity

Pengujian terhadap gejala multikoliniearitas antara variable bebas memperlihatkan tidak adanya gejala multikoliniearitas yang merusak model terlihat dari determinant of sample covariance matrix 50.045,61 dan angka ini jauh dari nilai nol. Karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikoliniearitas atau singularitas dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi.

4.3.7. Analisis Model One – Step Approach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan


(68)

terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan

structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one-step approach

to SEM). One-step approach to SEM digunakan apabila model diyakini

bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik. (Hair.et.al, 1998).

Hasil estimasi dan fit model one-step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan tabel

Goodness of Fit dibawah ini.

Gambar 4.1

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Product Attribute, Segmentation Behavior, & Positioning

Model Specification : One Step Approach - Base Model

1 Segmentation Behavior 1 Product Attribute Positioning 0,005 d_jp 1 X11 0,005 er_1 1 X12 er_2 1 Y1 er_9 1 1

Y2 1 er_10 X21 er_5 1 X22 er_6 1 X23 er_7 1 X13 er_3 1 X24 er_8 1 X14 er_4 1

Tabel 5.0 Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step Approach-Base Model.

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi

Model

Cmin/DF 2,599 ≤ 2,00 kurang baik

Probability 0,000 ≥ 0,05 kurang baik

RMSEA 0,121 ≤ 0,08 kurang baik

GFI 0,771 ≥ 0,90 kurang baik

AGFI 0,531 ≥ 0,90 kurang baik

TLI 0,474 ≥ 0,95 kurang baik

CFI 0,603 ≥ 0,94 kurang baik


(1)

c. Tahap kesiapan pengunaan di dealer UMC telah menyadari bahwa produk yang dibeli dan akan digunakan adalah benar-benar merk Suzuki jadi bagi perusahaan dapat menyusun perogram pemasaran yg tepat.

d. Sikap pandangan masyarakat terutama pengguna skutik Suzuki di dealer UMC memiliki pandangan yang positif terhadap skutik Suzuki yang di gunakan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh variabel atribut produk dan segmentasi perilaku terhadap positioning skutik Suzuki di dealer UMC Sidoarjo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

- Atribut produk memberikan pengaruh terhadap positioning, namun arah hubungannya negatif. Berarti semakin tinggi intensitas atribut produk maka positioning tidak akan terbentuk dalam benak konsumen

- Segmentasi perilaku memberikan pengaruh terhadap positioning, dengan arah hubungan positif. Berarti semakin tinggi intensitas segmentasi perilaku maka positioning akan terbentuk dalam benak konsumen.

5.2 Saran

Sebagai impilikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan oleh dealer UMC Sidoarjo sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain


(3)

a. Produsen harus memperhatikan mutu produk skutik Suzuki, karena dengan adanya mutu produk yang baik maka konsumen akan memiliki persepsi yang baik terhadap produk tersebut.

b. Produsen harus memperhatikan layanan purna jual skutik Suzuki, karena

skutik Suzuki banyak digunakan oleh kalangan remaja dan pada umumnya para remaja laki-laki jika mengendarai motor sangat kencang padahal motor skutik segmentasinya yaitu wanita sehinga memerlukan perawatan yang tinggi dan produsen menyarankan motor yang akan dibeli sesuai dengan para remaja laki-laki adalah motor laki seperti Suzuki Thunder.

c. Produsen juga harus sering melakukan promosi baik lewat media masa

ataupun melalui media elektronik, hal ini dilakukan agar masyarakat memiliki kesadaran akan merk terhadap skutik Suzuki.


(4)

Daftar Pustaka

Aaker, David A., dan J. Gary Shansby. 1982. “Positioning Your Product.” Business

Horisons, Vol. 25 issue 3, h.56-62,

http://www.sahidnugroho.com/pdf/ACB/acb4_aaker_shansby-1982.pdf. Diakses tanggal 15 Januari 2009.

Amir, M. Taufiq. 2005. Dinamika Pemasaran : Jelajahi dan Rasakan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach, Psycological Bulletin. 103 (3) : 411-23.

Ariyani, Ni Wayan Sri, I Putu Gde Sukaatmadja, dan Nym Dayuh Rimbawan. 2009. “Analysis Positioning Notebook Hewlett Packard (HP) di Provinsi Bali.”

Teknologi Elektro, Vol. 8 No. 2. n.p,

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/sri_16_.pdf. Diakses tanggal 3 Maret 2010.

Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling,

Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117

Durianto, Darmasi, Sugiarto, dan L. J. Budiman. 2004. Brand Equity Ten : Strategi

Memimpin Pasar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ferdinand, Augusty [2002], Structural Equation Modeling Dalam Penelitian

Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang.

Halim, Rizal Edy dan Ahamad Daromi. 2006. “Analisis Positioning Extra Joss Berdasarkan Persepsi Konsumen Minuman Energi Non Cair.” Media Riset

Bisnis dan Manajemen, Vol. 6 (2). h. 153-182

Halim, Rizal Edy dan Awan Raharjo. 2007. “Positioning Pelumas MESRAN Berdasarkan Persepsi Konsumen.” Media Riset dan Bisnis Manajemen, Vol. 7 (1). h. 1-34.

Hair, J.F. et. al. [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.


(5)

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell [1996], “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of Marketing. 60 (4) : 52-70.

Hawkins, D. I., David L. Mothersbaug, dan Roger J. Best. 2007. Consumer Behavior : Building Marketing Strategy. New York : McGraw-Hill.

Kartajaya, Hermawan. 1997.Marketing Plus 2000 : Siasat Memenangkan

Persaingan Global. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Kasali, Rhenald. 2008. Membidik Pasar Indonesia : Segmentasi, targeting, dan

Positioning. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Kotler, Philip, Hermawan Kartajaya, H. Den Huan, dan Sandra Liu. 2004. Rethinking

Marketing Sustainable Market-ing Enterprise di Asia. Jakarta : PT Indeks.

Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta : PT Indeks.

Ma’arif, Nelly Nailatie. 2008. The Power of Marketing. 2008. Jakarta : Salemba Empat.

McCarthy, E. Jerome, Joseph P. Cannon, dan William D. Perreault Jr. 2005.

Pemasaran Dasar-Pendekatan Manajemen Global. Jakarta : Salemba Empat.

Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen,

Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20

Ries, Al dan Jack Trout. 2002. Positioning. Jakarta : Salemba Empat.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis II : Research Methods for


(6)

Simamora, Bilson. 2001. Memenangkan Pasar Dengan Efektif dan Profitabel. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Shuhei, Adachi. 2006. "Fuel Cell Powered Motorcycles". Journal of the Society of

Automotive Engineers of Japan, Vol. 60 (1), h. 90–93,

Sony, Nur Indrianti. Analisis Persaingan Produk Sepeda Motor Berdasarkan

Segmen Pasar dan Posisi Produk.

Stanton, W.J., 1978. Fundamentals of Marketing, Edisi Kelima, McGraw-Hill Book Coompany, Tokyo.

Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : 1997.

Zuraida, Lukia dan Uswatun Chazanah. 2005. “Analisis Positioning Telepon Seluler di Yogyakarta.” Kajian Bisnis, Vol. 13 (1), h. 130-143

website:

http://en.wikipedia.org/wiki/Motorcycle. Diakses tanggal 9 Agustus 2010.

http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nb20081008s2.html. Diakses tanggal 10 Agustus 2010.

http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=newsarchive&sid=aoL_x9oQUU44&ref er=exclusive. Diakses tanggal 10 Agustus 2010.

http://www.datacon.co.id/Otomotif2009.html. Diakses tanggal 6 Agustus 2010

http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/05/29/brk,20100529-251128,id.html. Diakses tanggal 9 Agustus 2010.

http://www.aisi.or.id/statistic/ . Diakses tanggal 10 Agustus 2010.

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=190716.Diakses tanggal 9 Agustus 2010.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PERBEDAAN ATRIBUT PRODUK YANG DIPERTIMBANGKAN KONSUMEN DALAM MEMBELI SEPEDA MOTOR YAMAHA SKUTIK DAN SEPEDA MOTOR HONDA SKUTIK(Studi Pada Konsumen Sepeda Motor Yamaha dan Honda di Kecamatan Batu Kota Batu)

0 5 2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK SEPEDA MOTOR MEREK SUZUKI DI DEALER SEPEDA MOTOR SUZUKI TRUNOJOYO JEMBER

0 6 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK SEPEDA MOTOR MEREK SUZUKI DI DEALER SEPEDA MOTOR SUZUKI TRUNOJOYO JEMBER

0 14 16

Pengembangan sistem pemesanan sepeda motor berbasis web : studi kasus dealer sepeda motor Suzuki PT. Mitra Niaga Sukses

1 8 115

ANALISIS PENGARUH BIAYA PROMOSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN MOTOR SUZUKI ANALISIS PENGARUH BIAYA PROMOSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN MOTOR SUZUKI (Studi Kasus Pada Motor SUZUKI Dealer Adi Putra Motor di Sragen).

0 1 14

PENGARUH DIMENSI KUALITAS PRODUK TERHADAPKEPUASAN KONSUMEN SEPEDA MOTOR MERK PENGARUH DIMENSI KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN SEPEDA MOTOR MERK SUZUKI DI KECAMATAN KARTASURA.

0 0 13

PENGARUH LAYANAN PURNA JUAL TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN SEPEDA MOTOR BEBEK SUZUKI : Survey Pada Konsumen Sepeda Motor Bebek Suzuki di Dealer Sanggar Mas Jaya (Suzuki) Bandung.

0 0 62

ANALISIS PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL SUZUKI SX4 PADA DEALER UMC PERAK.

1 2 108

PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN SEGMENTASI PERILAKU TERHADAP POSITIONING SEPEDA MOTOR SKUTIK SUZUKI DI DEALER UMC SIDOARJO

0 0 17

ANALISIS PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL SUZUKI SX4 PADA DEALER UMC PERAK SKRIPSI

0 0 24