STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF (1)

STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

oleh: Mu’iz Maghfur

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

Januari, 2009

STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

oleh: Mu’iz Maghfur

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

Januari, 2009

STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI

Di ajukan kepada:

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

oleh: Mu’iz Maghfur

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG

Januari, 2009

HALAMAN PERSETUJUAN STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Mu’iz Maghfur

Nim: 04310142

Telah disetujui pada tanggal, 2 Januari 2009 Oleh: Dosen Pembimbing

Triyo Supriyatno, M.Ag NIP. 150311702

Ketua Jurusan PAI

Drs. Moh. Padil, M. PdI NIP. 150267235

Lembar Pengesahan STANDAR KOMPETENSI GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI Dipersembahkan dan disusun oleh

Muiz Maghfur (04310142)

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji pada tanggal

11 April 2009 dengan nilai B+

Dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Pada tanggal: 2 Mei 2009

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Ketua Sidang :________________ Triyo Supriyatno, M. Ag Nip. 150 311 702

2. Sekretaris Sidang Samsul Ulum, M. Ag

Nip. 150 302 561

3. Pembimbing Triyo Supriyatno, M. Ag :________________

Nip. 150 311 702

4. Penguji Utama Drs. H. Farid Hasyim, M. Ag

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP: 150 042 031

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Kupersembahkan kepada: Kedua orang tuaku tersayang Ayahanda Basir dan Ibunda Susiati yang selama ini telah menyayangi serta membimbing dan mendidikku dengan penuh do’a, kesabaran dan kebijaksanaan, semenjak kecil sampai sekarang, agar menjadi anak sholih yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Semoga do’a serta amal ibadahnya diterima Allah Swt. ” Ayahanda dan Ibunda tercinta, engkaulah pendidik pertama dan utama yang

sangat berarti dalam hidupku” Kakakku yang selalu memberikan motivasi serta arahan dalam menggapai

harapan dan cita-cita luhur. Para guru-guruku yang selalu mendo’akan dan membimbingku dari ketidak tahuan menjadi tahu Semua sanak keluarga, terima kasih atas do’a dan nasehatnya kepadaku semoga berhasil dalam menggapai cita-cita Sahabatku Ustadz-ustadzah dimanapun berada, saya selalu mengucapkan syukron katsiron

Semoga amal ibadah kita semua, diterima Allah SWT sebagai amal shalihan.

Amiin Ya Robbal ’Alamiin.

HALAMAN MOTTO

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

(Q.S. al-Ahzab: 21) 1

1 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1999), hal. 670

Triyo Supriyatno, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING HAL : Skripsi Mu’iz Maghfur

Malang, 2 Januari 2009 Lamp : -

Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di

Malang

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Sesudah beberapa kali bimbingan, dan setelah membaca Skripsi

mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama

: Mu’iz Maghfur

NIM : 04310142 Jurusan

: Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan

Islam

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak di ajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Pembimbing

Triyo Supriyatno, M.Ag NIP. 150 311 702

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 02 Januari 2009 Penulis

Mu’iz Maghfur

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrakhim

Al hamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta nikmat-Nya kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Standar Kompetensi Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Shalawat serta salam marilah selalu kita lantunkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Rasulullahi SAW. Yang telah mengajarkan iman, ihsan dan ilmu serta akhlaq mulia kepada ummat.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini disusun dengan melibatkan banyak pihak , baik perorangan atau kelembagaan. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang sedalam- dalamnya kami sampaikan kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta saudara- saudaraku tersayang yang telah memberikan do’a serta motivasi baik berupa muril maupun materiil.

2. Bpk Triyo Supriyatno, M.Ag. Selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan keihlasan memberikan bantuan berupa ilmu, pengetahuan dan pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik.

3. Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I. Selaku dosen wali sekaligus ketua jurusan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, yang telah memberikan ilmu, bimbingan, saran-saran dan pengarahan dalam pembuatan skripsi ini.

4. Prof. Dr. H. .M. Djunaidi Ghony, selaku dekan Fakultas Tarbiyyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

5. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku rector Universitas Islam Negeri (UIN) Malang beserta setafnya.

6. Abah Drs. KH. Dahlan Tamrin, M.Ag, selaku kepala yayasan Masjid jami’ Quba’ Malang yang selalu menyayangi, mengasuh dan memberikan motivasi serta ilmu, guna bekal bermasyarakat.

7. Kepada K.H. Hisyam Syafaat, K.H. Hasyim Syafaat, K.H. Ahmad Khusyairi Syafaat. Terima kasih atas pendidikan dalam pesantren yang telah diberikan kepadaku.

8. Para guru-guruku semua yang telah mendidikku dari ketidak tahuan menjadi tahu, dengan penuh kesabaran.

9. Para Asatidz Masjid jami’ Quba’ yang memberikan pengajian untuk bekal di akhirat kelak.

10. Sahabat-sahabati PMII, yang memberikan semangat juang dengan tangan terkepal maju kedepan di dalam berorganisasi.

11. Teman-teman UKM Seni Relegius, yang sudah memberikan semangat di dalam mempelajari ilmu-ilmu seni Islami.

12. Kepada semua pihak yang telah ikut membantu mensukseskan penulisan skripsi ini.

Tiada ucapan yang dapat penulis sampaikan kecuali “ Jaza kumullah Ahsanal Jaza’”. Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, banyak kekuran dan atau kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi perbaikan skripsi ini.

Akhirnya dengan mohon rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, semoga skripsi ini memberi manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Amiin Yarobbal ‘Alamiin

Malang, 2 Januari 2009

Penulis

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 101

B. Saran .......................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Mu’iz Maghfur, Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam. Skripsi, Jurusan Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri ( UIN ) Malang. Triyo Supriyatno, M.Ag.

Kata Kunci: Pendidikan Islam, Kompetensi, Guru.

Guru mempunyai fungsi dan peran serta kedudukan yang sangat penting dan setrategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan.Untuk mewujudkan Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, tehnologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradap.

Seorang guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan mengajar (dikdaktik), tetapi juga kemampuan lain agar selalu tidak kalah dengan pengetahuan yang dimiliki oleh murid-muridnya.

Berpijak dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah: (1) Bagaimana hakekat guru dalam perspektif pendidikan Islam (2) Apa standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam. Adapun tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah: (1) Mendiskripsikan hahekat guru dalam perspektif pendidikan Islam; (2) Mengetahui standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam.

Dalam penulisan skripsi ini murni menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Sesuai dengan jenis dan sifat data yang diperoleh dari penelitian ini, maka tehnik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Weber, sebagaimana dikutip oleh Soejono dan Abdurrahman, mengatakan bahwa analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sohih dari sebuah buku atau dokumen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa standar komptensi guru dalam perspektif pendidikan Islam sebagaimana di ungkapkan oleh Muhaimin, dalam bukunya yang berjudul ”Paradigma Pendidikan Islam”, dan Mulyasa dalam bukunya yang berjudul ”Standar kompetensi dan sertifikasi guru” yang dikaji dari beberapa pakar intelektual muslim adalah: (1) kompetensi Kepribadian (personal- relegius); (2) kompetensi sosial (sosial-relegius); (3) kompetensi profesional (profesional-relegius), dan; (4) kompetensi pedagogik.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam meliputi: (1) kompetensi Kepribadian (personal- relegius); (2) kompetensi sosial (sosial-relegius); (3) kompetensi profesional (profesional-relegius), dan ; (4) kompetensi pedagogik.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru mempunyai fungsi dan peran dan kedudukan yang sangat penting dan setrategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan.Untuk mewujudkan Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlaq mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, tehnologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan

beradap. 2 Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan

pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya. Oleh karena itu wajar kalau orang tua ketika mau memasukkan anak-

anaknya ke salah satu lembaga sekolah, menanyakan siapa gurunya...?. 3 Sehubungan dengan uraian diatas, seorang guru dituntut untuk memiliki

kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Seperti kompetensi

2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 1

3 Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2008). Cetakan ke-3. Hal.117 3 Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda Karya, 2008). Cetakan ke-3. Hal.117

yang terpikul di pundak orang tua. 5 Dengan mengalih asuhkan anak-anak mereka (orang tua) untuk diserahkan kepada seorang guru untuk di didik. Guru juga sebagai potret ambigu, tapi selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya mencerdaskan bangsa. Diakui atau bahkan dilupakan guru adalah salah satu

komponen pencipta peradapan. 6 Pendidik dapat dibedakan menjadi dua ketegori, yaitu: (1) Pendidik

menurut kodrat, yaitu orang tua; (2) Pendidik menurut jabatan, ialah seorang guru. Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama, karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (Ibunya) dengan keadaan tidak berdaya. Sedangkan guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab dari tiga pihak, yaitu orang tua, masyarakat dan Negara. Tanggung jawab dari orang tua diteima guru atas dasar kepercayaan, bahwa guru mampu memberikan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan perkembangan peserta didik dan diharapkan pula dari pribadi guru memancar sikap-sikap dan sifat-sifat yang normatif, baik sebagai kelanjutan dari sikap dan

4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 7

5 Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 39 6 Soejitno Irmin dan Abdul Rochim, Menjadi Guru Yang Bisa Digugu Dan Ditiru (Seyma

Media, 2006), hal. 1 Media, 2006), hal. 1

didik, tanggung jawab dan lain-lain. 7

Dalam paradigma jawa, pendidik diidentikkan dengan sebutan ”Guru” (Gu dan Ru), yang berarti ”digugu dan ditiru”. Dikatan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya guru memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatan ditiru (diikuti), karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduk seorang guru patut dijadikan panutan dan suri tauladan yang baik

oleh peserta didiknya. 8 Selain uraian yang telah dijelaskan di awal, seorang guru juga mempunyai

tanggung jawab yang berat, yakni guru wajib mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 9 Selain dalam dunia pendidikan, seorang guru sebagai penerus perjuangan para nabi dan para utusan

Allah untuk memakmurkan bumi ini. Sebagaimana manusia diciptakan Allah untuk mengemban amanat-Nya. 10

7 Fuad Ihsan, Dasar-dasarKependidikan (Jakarta: Penerbit Reneka Cipta, 2005), hal. 8 8 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, ILmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006),

hal. 90 9 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang

Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 7 10

Syahminan Zaini, Kumpulan khutbab jum’at (Surabaya: Al-Ihlas, tt), hal. 36

Artinya: Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat [tugas-tugas keagamaan] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya

manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (Q.S. al-Ahzab: 72). 11

Pengertian ”amanat” dalam ayat diatas adalah tugas atau perintah Allah. Peran yang dimainkan manusia menurut ayat tersebut adalah tidak berbeda dengan peran yang dimainkan khalifah. Kenyataannya manusia memang memiliki posisi unik di dunia ini. Peran yang dimainkan tidak sama dengan peran yang dimainkan oleh makhluk lain. Manusia selalu dalam kondisi diuji oleh Allah,

yang sesungguhnya diberi kehormatan oleh Allah. 12 Setelah melihat serta mengamati dari beberapa tugas dan tanggung jawab

seorang guru, maka Islam memberikan sesuatu penghargaan (posisi) bagi mereka pengajar kebaikan, suatu kemulyaan. Sebagaimana sabda Nabi yang diceritakan

dari Abu Umamah AL-Bahili r.a. Nabi Saw bersabda: 13

Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malakit-Nya, para penghuni langit dan bumi, hingga semut dilobangnya dan ikan hiu, mengucapkan

11 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1999), hal. 680 12 Abdur Rahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan menurut Al-Qur’an

serta implementasinya (Bandung: CV. Diponegoro, 1991), Cetakan 1. Hal. 76 13 Muhammad Abdullah Ad-duweisy. Menjadi Guru yang Sukses dan Berpengaruh

(Surabaya: elba, 2006), hal. 11 (Surabaya: elba, 2006), hal. 11

Alangkah tinggi derajat yang digapai oleh seorang guru, hingga Allah bershalawat padanya, begitu juga malaikat-malaikat-Nya, begitu pula penduduk langit dan bumi. Juga guru adalah pemilik prosentase keutamaan-keutamaan terbesar. Dia termasuk penyeru kebaikan dan memulai sunnah yang baik. Lebih dari itu, Ibnu maajah meriwayatkan dari hadits Sahal Bin Mu’adz Bin Anas dari

bapaknya, bahwa Nabi Saw bersabda: 15

Artinya: Barang siapa mengajarkan suatu ilmu maka dia memperoleh pahala orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala

pelakunya. (H.R. Ibnu Majah). 16

Berdasarkan pada deskripsi dalam latar belakang di atas, maka peneliti memberi judul penelitian tentang ”Standar Kompetensi Guru Dalam Perspektif

Pendidikan Islam”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana hakikat Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam?

2. Apakah Standar Kompetensi Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam ?

14 Diriwayatkan oleh Tirmidzi (2685) dan darimi (289).

16 Ibid., hal. 14 Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah (240).

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan hakekat guru dalam Perspektif Pendidikan Islam

2. Mengetahui Standar Kompetensi Guru dalam Perspektif Pendidikan Islam

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian kepribadian dasar guru dalam perspektif Pendidikan Islam. Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat:

1. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan keilmuan tentang Standar kompetensi guru yang integral sebagai bekal menjadi seorang pendidik.

2. Bagi Pembaca Dapat menjadi wacana keilmuan yang senantiasa bisa dibaca, dikaji oleh pembaca pada umumnya, terutama bagi para kaum guru (pendidik) dan kepada para calon guru yang memiliki minat pada kajian pendidikan, khususnya kompetensi dasar guru dalam perspektif Islam, yang selanjutnya diharapkan dapat diterapkan.

3. Bagi Dunia Pendidikan

Sebagai acuan bahan reflektif dan konstruktif dalam pengembangan pendidikan di Indonesia, khususnya pengembangan khazanah keilmuan Islam, yang didalamnya membahas Standar kompetensi guru dalam perspektif Pendidikan Islam.

E. Ruang lingkup Pembahasan

Adapun yang menjadi ruang lingkup pembahasan dalam penulisan skripsi ini lebih mengarah kepada standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam yang di dalamnya menyangkut empat kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian (personal-religius), kompetensi profesional (profesional-religius), kompetensi sosial (sosial-religius). Penulis sangat perlu menyajikan penelitian ini, sebagai bahan wawasan sekaligus ilmu bagi para calon guru atau guru pendidikan agama Islam khususnya, untuk mengantarkan diri pribadi guru dan peserta didik menjadi manusia pari purna (insan kamil).

F. Sistematika Pembahasan

Dalam Skripsi ini, sistematika pembahasan yang akan dibahas meliputi sebagai berikut: BAB I

: Adapun uraian dalam bab ini menjelaskan hal-hal yang meliputi: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sistematika pembahasan. Dalam bab ini sifatnya masih global, sedangkan pembahasan lebih rinci akan dibahas pada bab berikutnya.

BAB II : Bab ini merupakan bahan rujukan penelitian yang berisi mengenai kajian pustaka tentang (1) Hakekat guru (2) Standar Kompetensi Guru.

BAB III : Pada bab ini membahas tentang metode penelitian, yang terdiri dari: (1) Pendekatan dan jenis penelitian; (2) Instrumen penelitian; (3) Sumber data; (4) Tehnik pengumpulan data; (5) Tehnik analisis data.

BAB Membahas tentang analisis hakekat guru dalam perspektif IV : pendidikan Islam, yang terdiri dari: Pengertian, tugas dan tanggung jawab guru dalam Pendidikan Islam.

BAB V : Standar Kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam, yang meliputi: (1) Kompetensi Pedagogik; (2) Kompetensi Kepribadian (personal-religius); (3) Kompetensi Profesional (profesional- religius); (4) Kompetensi Sosial (sosial-religius). Bab ini juga merupakan pengembangan dari bab sebelumnya untuk mencari modus vivendy (titik temu) dari rumusan masalah yang menjadi problema penulis.

BAB VI : Dalam bab ini berisi tentang penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran yang bersifat konstruktif agar semua upaya yang pernah dilakukan serta segala hasil yang telah dicapai bisa ditingkatkan lagi dengan lebih baik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini membahas tentang pengertian guru, tugas dan tanggung jawab guru dalam pendidikan, serta membahas standar kompetensi guru dalam pendidikan.

A. Pengertian Guru serta Kedudukannya dalam Pendidikan

1. Pengertian Guru Disebutkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (1), Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. 17

2. Kedudukan Guru dalam Pendidikan Sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 2 ayat (1), Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 18

18 Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 2 Ibid., hal. 5

B. Tugas Guru dalam pendidikan

Disebutkan dalam SISDIKNAS pasal 39 ayat (1), Tenaga kependidikan (guru) bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada

satuan pendidikan. 19

Jelas bahwa seorang guru harus seorang yang bertanggung jawab. Sebagai

seorang guru, tentu saja pertama-tama harus bertanggung jawab kepada tugasnya sebagai guru, yaitu mengajar dan mendidik anak-anak yang telah dipercayakan kapadanya. Disamping itu, tidak boleh pula dilupakan tugas-tugas dan pekerjaan

lain yang memerlukan tanggung jawabnya. 20 Menurut Uzer (1990) yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Hamzah mengatakan,

terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas Guru sebagai profesi meliputi mendidik dalam meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah meliputi bahwa guru disekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya mulai dari makhluk bermain (homoludens), sebagai mahluk remaja/berkarya (homopither), dan sebagai makhluk berfikir/dewasa (homosapiens). Membantu

19 Undang-undang Republik Indonesia, SISDIKNAS (Bandung: Fokus Media, 2006 ),hal. 21

20 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hal. 142 20 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), hal. 142

Adapun tugas guru/pengajar dalam pendidikan, yaitu: 22

1. Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran

a Tugas Manajerial Menyangkut fungsi administrasi (memimpin kelas), baik internal maupun eksternal.

1. Berhubungan dengan peserta didik

2. Alat perlengkapan kelas (material)

3. Tindakan-tindakan profesional

b Tugas Edukasional Menyangkut fungsi mendidik, bersifat:

1. Motivasional

2. Pendisiplinan

3. Sangsi sosial (tindakan hukuman)

c Tugas Instruksional Menyangkut fungsi mengajar, bersifat:

1. Penyampaian materi

2. Pemberian tugas-tugas pada peserta didik

3. Mengawasi dan memeriksa tugas

2. Tugas pengajar sebagai pelaksana (Executive Teacher)

22 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Jakarta: Bumi aksara, 2007), hal. 20 Ibid., hal. 21

Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang peserta untuk mau belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Sedangkan secara khusus,

tugas guru sebagai pengelola proses pembelajaran seabagai berikut: 23

a Menilai kemajuan program pembelajaran

b Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar sambil bekerja (learning by doing).

c Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar.

d Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas.

e Mengomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik

f Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu

g Bertindak sebagai manusia sumber

h. Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari

i. Mengarahkan peserta didik agar mandiri (memberi kesempatan pada peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru).

j. Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efesien untuk

mencapai hasil yang optimal.

23 Ibid., hal. 22

C. Tanggung Jawab Guru dalam Pendidikan

Setiap guru harus memenuhi peryaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidika.Guru sebagai pendidik bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya, sehingga terjadi proses konservasi nilai. Adapun tanggung jawab guru dapat

dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, berikut ini: 24

1. Tanggung jawab moral

2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah

3. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan

4. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan

D. Standar Kompetensi Guru dalam Pendidikan

Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and stone (1995) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai...descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful. Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles (1994) mengemukakan bahwa: kompetensi merupakan prilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

24 Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.cit., hal. 18

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa:” Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.” 25 Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Guru dan Dosen penjelasan Pasal 10 ayat (1), Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. 26

1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik. 27 Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 28

a. Kemampuan mengelola pembelajaran Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Freire menguraikan beberapa karakteristik

pendidikan ”gaya bank” sebagai berikut: 29

1. Guru mengajar, peserta didik diajar

2. Guru mengetahui segala sesuatu, peserta didik tidak tahu apa-apa.

25 Ibid., hal. 25 26 Undang-undang Guru dan Dosen, Op.cit., hal. 7 27 Ibid., hal. 44

29 Ibid., hal. 75-76 Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.cit., hal. 75

3. Guru berfikir, peserta didik dipikirkan.

4. Guru bercerita, peserta didik mendengarkan

5. Guru menentukan peraturan, peserta didik diatur

6. Guru memilih dan memaksakan pilihannya, peserta didik menyetujui.

7. Guru berbuat, peserta didik membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya.

8. Guru memilih bahan dan pelajaran, peserta didik (tanpa diminta pendapatnya) menyesuaikan diri dengan pelajaran itu.

9. Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untuk memghalangi kebebasan peserta didik.

10. Guru adalah subjek dalam proses belajar, peserta didik adalah objek belaka.

Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.

1. Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta memperkirakan cara pencapaiannya.

2. Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian, bertujuan menjamin kinerja yang dicapai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan.

b. Pemahaman terhadap peserta didik Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Yang sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari muridnya, yaitu, tingkat kecerdasan, kreativitas dan perkembangan kognitif siswa.

c. Perencanaan pembelajaran Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogis yang harus dimiliki guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program

pembelajaran. 30

1. Identifikasi kebutuhan Pada tahap ini, eloknya guru melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan, dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain, untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik, agar kegiatan belajar dirasakan sebagai sebagian dari kehidupan dan mereka

merasa memilikinya. 31

2. Identifikasi Kompetensi

31 Mulyasa, Op.cit., hal. 100 Ibid., hal. 100

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Gordon (1988: 109) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang

terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut: 32

a Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.

b Pemahaman (understanding); yaitu kedalam kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.

c Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

d Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini, dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

e Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka).

f Minat (interest); adalah kecenderungan untuk melakukan sesuatu perbuatan. Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik,

dan merupakan komponen pertama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran.

3. Penyusunan program pembelajaran Penyusunan program pembelajan akan bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan

32 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: Rosda karya, 2006). Cetakan kesembilan. Hal. 38 32 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: Rosda karya, 2006). Cetakan kesembilan. Hal. 38

belajar dan daya dukung lainnya. 33

d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru sebagaimana dirumuskan dalam SNP berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut ditegaskan dalam Rencana Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwa guru harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antara sesama subjek pembelajaran, sehingga melahirkan

pemikiran kritis dan komunikatif. 34

e. Pemanfaatan tehnologi pembelajaran Abad 21 merupakan abad pengetahuan, sekaligus merupakan abad informasi, dan tehnologi. Karena pengetahuan, informasi dan tehnologi menguasai abad ini, sehingga biasa disebut dengan era globalisasi. Penggunaan tehnologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e learning) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Yang dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang

dapat di akses oleh peserta didik. 35

f. Evaluasi hasil belajar

33 Mulyasa, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru, Op.cit., hal. 102 34 Ibid., hal. 103 35 Ibid., hal. 107

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,

benchmarking, serta penilaian program. 36

g. Pengembangan peserta didik Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui kegiatan ekstra kurikuler, pengayaan dan

remedial, serta bimbingan dan konseling. 37

2. Kompetensi Kepribadian

Dalam Undang-undang Guru dan dosen, dapat dilihat pengertian kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,

arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. 38

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khusunya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan olen peserta didik dalam proses pembentukan

36 Ibid., hal. 108

38 Ibid., hal. 111 Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 44 38 Ibid., hal. 111 Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 44

mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya. 40

3. Kompetensi Profesional

Dalam undang-undang guru dan dosen disebutkan, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. 41

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 42 Sedangkan ruang lingkup kompetensi profesional dari berbagai sumber

yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut: 43

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan dengan baik , baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainnya.

39 E. Mulyasa, op.cit., hal. 117 40 Ibid., hal. 117 41 Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 44

43 Ibid., hal. 135 E. Mulyasa, op.cit., hal. 135 43 Ibid., hal. 135 E. Mulyasa, op.cit., hal. 135

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya.

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.

e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan.

f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.

4. Kompetensi Sosial

Dalam undang-undang guru dan dosen Pasal 10 ayat (1), disebutkan yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efesien dengan peserta didik,

sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 44 Sebagaimana juga dikutip oleh (Mulyasa: 2008) dalam Standar Nasional Pendidikan di

jelaskan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagaian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat

sekitar. 45 Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas

dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama kaitannya

45 Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 44 E. Mulyasa, op.cit.,hal. 173 45 Undang-undang Guru dan Dosen, op.cit., hal. 44 E. Mulyasa, op.cit.,hal. 173

dapat bergaul baik dengan masyarakat. 46

Di kutip oleh Ahmad Budisusilo. Dalam masyarakat umum, guru adalah tetap merupakan satu sosok atau figur yang mampu memberi inspirasi, penggerak dan pembimbing dalam kegiatan kegiatan sosial kemasyarakatan. Ini tidak lepas dari status guru sebagai panutan bagi siswa siswinya disekolah yang secara mendalam melekat dalam dirinya, dan lebih luas figur itu dianggap sebagai ‘panutan’ pula bagi masyarakat umum disekitarnya. Tentu saja ini berpengaruh pada kuatnya sorotan dan kontrol masyarakat pada segala tindak tanduk seorang guru termasuk kepribadiannya. Kondisi ini mau tidak mau membuat guru harus mendudukkan dirinya sebagai figur yang tidak bias seenaknya bertingkah laku dan bermasyarakat. Perilaku dan kepribadian guru sudah terlanjur diberi label baik dan bermoral yang patut diteladani oleh lapisan masyarakat tidak hanya didepan para siswanya tetapi juga masyarakat umum. Seringkali seorang guru dimasyarakat diberi kepercayaan untuk menjadi Ketua RT/RW, penjabat kepanitiaan tertentu yang bersifat kenegaraan seperti pemilu atau sejenisnya, dan jabatan jabatan lainnya. Masyarakat percaya guru patut dan mampu melaksanakan

itu semua karena kredibilitas umum figur guru yang sudah berlabel baik 47 Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa

kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:

46 Ibid., hal. 173 47 Sudrajat, 2007. Kompetensi Kepribadian Guru. http://www.pikiran-rakyat.com/ cetak/

2007/052007/14/99 forum guru.htm 2007/052007/14/99 forum guru.htm

b. Menggunakan tehnologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian skripsi ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis kritis. Bogdan dan Taylor, sebagaimana dikutip oleh moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 48 Menurut Imron Arifin, penelitian kualitatif pada hakektnya adalah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. 49

Adapun pengertian penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau

kelompok tertentu. 50 Metode kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial,

sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individu maupun kelompok. 51

48 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), hal. 3

49 Imron Arifin (ed), Peneliian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Social Dan Keagamaan (Malang: Kalimasahada, 1996), hal. 22

50 Mudji Santoso, Hakekat, Peran, Dan Jenis-Jeis Penelitian Pada Pembangunan Lima Tahun Ke-Iv, Dalam Imron Arifin (ed), penelitian kualitatif dalam ilmu-ilmu social dan

keagamaan (malang: Kalimasahada, 1996), hal. 13 51 Nana syodih sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Program pasca

sarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT. Remaja Rosydakarya, 2005), hal. 60.

jadi penelitian deskriptif, tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan ”apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau

keadaan. 52 Setelah gejala, keadaan, variabel, gagasan di deskripsikan, kemudian penulis menganalisis secara kritis dengan upaya melakukan studi perbandingan atau hubungan yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Pendekatan ini digunakan oleh penulis karena pengumpulan data dalam skripsi ini bersifat kualitatif, dan juga dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, dalam arti hanya menggambarkan dan menganalisis secara kritis terhadap suatu permasalahan yang dikaji oleh penulis, yaitu tentang standar kompetensi guru dalam pendidikan Islam, yang bersumber dari undang-undang SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1).

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah library research atau penelitian kepustakaan. Muhajir membedakan studi pustaka menjadi dua, yaitu: Pertama, studi pustaka yang memerlukan olahan uji kebermaknaan empiric dilapangan; Kedua, adalah kajian kepustakaan yang lebih

memerlukan olahan filosofik dan teoritik dari pada uji empiric. 53

52 Suharsimin Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993 ), hal. 310

53 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi IV (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), hal. 296

B. Instrumen Penelitian

Salah satu dari sekian banyak karakteristik penelitian kualitatif adalah manusia sebagai instrumen atau alat. Moleong, mengatakan bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan

pada akhirnya, ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. 54

Imron Arifin mengatakan bahwa manusia sebagai instrumen, berarti merupakan instrumen kunci (key instrument) guna menangkap makna, interaksi nilai, dan nilai lokal yang berbeda, dimana hal ini tidak mungkin di ungkapkan

lewat kuesioner. 55 Namun demikian, instrumen penelitian kualitatif selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya sebagai pendukung tugas peneliti

instrumen. 56 Dalam tradisi kualitatif, peneliti harus menggunakan diri mereka sebagai

instrumen, mengikuti asumsi-asumsi kultural sekaligus mengikuti data dalam berupaya mencapai wawasan imajinatif. Pada dunia sosial, responden, peneliti diharapkan fleksibel dan reflektif, tetapi tetap mengambil jarak. Konsekuensi dari pendekatan ini adalah metode penelitian kualitatif par excellence merupakan

observasi partisipatoris ”pengamatan terlibat”. 57 Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perencana,

pelaksana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data yang terdapat

54 Lexi J. Moleong, op.cit., hal. 121 55 Imron Arifin (ed.), Op.cit., hal. 5 56 Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Pedoman Penulisan Skripsi

(tk: t.p, 2006), hal. 59 57 Julia Brannen, Memadu Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif (Yogayakarta: Pustaka

Pelajar, 1997), hal. 11 Pelajar, 1997), hal. 11

C. Sumber data

Dalam setiap penelitian, sumber data merupakan komponen yang sangat penting, sebab tanpa adanya sumber data, maka penelitian tidak akan berjalan. Sumber data adalah subjek dari mana data itu bisa diperoleh. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan personal document sebagai sumber data dalam penelitian kualitatif ini. Personal document adalah dokumen pribadi, disini adalah catatan atau karangan seseorang seara tertulis mengenai tindakan,

pengalaman dan kepercayaannya. 58

1. Sumber Data Primer Yang dimaksud dengan data primer adalah karya-karya yang ditulis sendiri

oleh tokoh yang diteliti. 59 Yakni undang-undang SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI

No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1), Mulyasa ”Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru” (2008), Muhaimin, M.A. et. Al. ”Paradigma Pendidikan Islam” (2008), hal.115 Muhaimin dan Abdul Mujib, ”Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya” (Bandung:

58 Ahmad Sonhaji, Tehnik Pengumpulan Data dan Analisis Data dalam Penelitian kualitatif, Dalam Imron Arifin (ed.), Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan

(Malang: Kalimasahada, 1996), hal. 82 59 Ali Maksum, Tasawuf sebagai Pembebasan Manusia Modern, Telaah Signifikan

Konsep “Tradisional Islam” Sayyed Hossen Nasr (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 13-15

Trigenda Karya, 1993), hal. 173. Yang di dalamnya membahas tentang standar kompetensi guru dalam perspektif pendidikan Islam.

2. Sumber Data Sekunder Yang dimaksud dengan sumber data sekunder adalah karya-karya pemikir yang secara intelektual tidak terjadi kontak, tetapi ada kesamaan tema-tema pemikiran yang dikembangkannya sebagai sampel dari Hadi superno, Fazlur Rahman, Jalaluddin rahmat dan lain-lain. Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah bahan-bahan pustaka yang berupa karya-karya atau buku-buku para tokoh dan pemerhati pendidikan Islam yang ada relevansinya dengan teori standar kompetensi guru dalam undang-undang SISDIKNAS No 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1). Misalnya seperti: Al-Ghazali ”Ihya’ ’ulumuddin”, Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir ”Ilmu Pendidikan Islam” (2006), Mulyasa ”Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru” (2008), Abdullah Nashih Ulwan ” Tarbiyatul Aulad fi al-Islam” (Pendidikan Anak Dalam Islam) (1999), Drs. Muhaimin, M.A. et. Al. ”Paradigma Pendidikan Islam” (2008), dan lain sebagainya.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka tehnik pengumpulan data yang tepat dalam penelitian library research adalah dengan mengumpulkan buku-buku, makalah, artikel, majalah, jurnal, dan lain Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka tehnik pengumpulan data yang tepat dalam penelitian library research adalah dengan mengumpulkan buku-buku, makalah, artikel, majalah, jurnal, dan lain

leger, agenda dan sebagainya. 60

Tehnik ini digunakan oleh penulis dalam rangka mengumpulkan data yang berhubungan dengan arah pemikiran undang-undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2006, Bab VI, Pasal 28 ayat (3), dan undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No.

14 Th. 2005), Pasal 10 ayat (1), tentang standar kompetensi guru, untuk ditarik dan dikolaborasikan kepada konsep standar kompetensi guru Pendidikan Islam. Setelah data terkumpul, peneliti menganalisis data tersebut.

E. Tehnik Analisis Data

Sesuai dengan jenis dan sifat data yang diperoleh dari penelitian ini, maka tehnik analisa yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Weber, sebagaimana dikutip oleh Soejono dan Abdurrahman, mengatakan bahwa analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sohih dari sebuah buku atau

dokumen. 61 Mengutip Barelson, M Zainuddin mengatakan bahwa tehnik analisis isi

adalah tehnik analisis untuk mendiskripsikan data secara obyektif, sistematis, dan

60 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 206 61 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, Suatu Pemikiran dan Penerapan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hal. 13 60 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 206 61 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian, Suatu Pemikiran dan Penerapan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hal. 13

Data kualitatif tekstual yang diperoleh akan dipilah-pilah untuk kemudian dilakukan pengelompokan atas data yang sejenis dan selanjutnya dianalisis isinya secara kritis untuk mendapatkan suatu informasi yang konkrit dan memadai. Menurut Nasution, analisa data adalah proses menyusun data agar dapat

ditafsirkan. 63 Dalam pembahasan atau pengolahan data dalam skripsi ini, peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Metode Induksi, yaitu penyimpulrataan; metode penalaran untuk mencapai suatu kesimpulan mengenai semua anggota kelas yang tidak diperiksa dalam

suatu kelompok, setelah menyelidiki sebagaian saja dari mereka. 64 Dalam bahasa Indonesia Induksi diartikan dengan karangan ilmiah yang disusun

berdasarkan data empirik yang diperoleh dari lapangan. 65 Metode ini merupakan alur pembahasan yang berangkat dari realita-realita yang bersifat khusus atau peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari realita-realita

yang konkrit itu ditarik secara general yang bersifat umum. 66

2. Metode Deduksi, yaitu metode penyimpulrataan; penarikan kesimpulan dari yang berbentuk umum ke bentuk khusus, dimana kesimpulan itu dengan

62 M. Zainuddin, Karomah Syaikh Abdul Qadir al-Jailani (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), hal.11-12

63 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1998), hal. 126

64 Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Penerbit Arkola, 1994), Hal. 252.

65 Samlawi Azhari, Imam Suyitno, Cermat Berbahasa Indonesia ( Malang: STIE kucecwara, 2000), Hal. 59 66

Sutrisno Hadi, Metode Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1987), Hal. 42 Sutrisno Hadi, Metode Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1987), Hal. 42

berdasarkan kajian teoritis (pustaka) mengenai suatu topik. 68 Metode ini merupakan akar pembahasan yang berangkat dari realitas yang bersifat umum

kepada sebuah pemaknaan yang bersifat khusus. 69

3. Metode Komparasi Menurut Barnadib, yang dimaksud dengan studi komparatif adalah usaha- usaha untuk menemukan kesamaan dan perbedaan dari data atau fakta