PENDAMPINGAN ANAK MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK PKSA) DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA.

(1)

i

PENDAMPINGAN ANAK MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (PKSA) DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ade Dwi Prasetya NIM 10102244023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Hidup harus terus berlanjut,tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yg menjadi obat


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT saya persembahkan karya tulis ini kepada Ayah dan Ibu tercinta. Beliaulah anugrah terindah yang Allah berikan kepadaku.


(7)

vii

PENDAMPINGAN ANAK MELALUI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK (PKSA) DI RUMAH SINGGAH AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

Oleh : Ade Dwi Prasetya NIM : 10102244023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan : (1) pendampingan anak melalui Pogram Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di rumah singgah ahmad dahlan dan (2) faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendampingan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di rumah singgah ahmad dahlan.

Penelitian ini merukapan penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek dari penelitian ini adalah pendamping, pengelola Rumah Singgah dan anak dampingan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. Trianggulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan sumber dan metode.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam pendampingan program kesejahteraan sosial anak (PKSA) ada dua tahap, (1) proses awal pendampingan PKSA meliputi penjangkaun anak dan sosialisasi PKSA; (2) pelaksanan pendampingan PKSA meliputi pendampingan pemenuhan kebutuhan identitas, pendampingan pemenuhan kebutuhan fisik, pendampingan pemenuhan kebutuhan emosional, pendampingan pemenuhan kebutuhan sosial serta home visit sebagai tahap akhir dalam pendampingan. (3) Faktor pendukung dalam pendampingan PKSA yaitu : (a) keinginan anak untuk di dampingi dalam pemanfaatan dana PKSA, (b) keakrapan antara pendamping dengan anak menjadikan pendukung proses berlangsungnya pendampingan karena anak dampingan akan merasa nyaman selama proses pendampingan berlangsung, sedangkan faktor penghambatnya yaitu: (a) jarak yg jauh antara si anak dengan tempat pendampingan yang menjadikan mereka malas untuk mengikuti pendampingan, (b) sebagian anak dalam pemanfaatan bantuan PKSA tidak sebagai mestinya (c) sebagian orang tua yang salah dalam memanfaatkan dana PKSA, dana dipakai untuk keperluan orang tua bukan untuk keperluan anak.

Kata kunci : Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), Anak Jalanan, Pendampingan di Rumah Singga


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugrahkan kepada penulis, sehingga penyusunan tugas akhir (skripsi) ini dapat terselesaikan.

Skripsi yang berjudul Pendampingan Anak Melalui Progam Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) Di Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta ini tidak mungkin terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta staf, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan benar.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yang telah menyetujui dan memberikan kemudahan dalam melakukan penelitian sampai penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Sujarwo, M.Pd . sebagai dosen pembimbing skripsi I dan bapak Aloysius Setya Rohadi, M.Kes sebagai dosen pembimbing skripsi II yang penuh dengan keikhlasan membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas segala ilmu yang selalu diberikan sebagai motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si sebagai penguji utama yang telah berkenan menguji.

5. Para dosen Program Studi Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 10

1. Kajian tentang Rumah Singgah ... 10

a. Pengertian Rumah Singgah ... 10

b. Program-program Rumah Singgah ... 11

2. Kajian tentang Anak Jalanan ... 14

a. Pengertian Anak Jalanan ... 14


(11)

xi

c. Masalah Yang di Hadapi Anak Jalanan ... 17

3. Kajian tentang Pendampingan ... 18

a. Pengertian pendampingan ... 18

b. Langkah-langkah Pendampingan ... 23

c. Tujuan Pendampingan ... 24

d. Model Pendampingan ... 25

e. Bentuk-betuk pendampingan ... 28

4. Kajian tentang PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) ... 29

a. Pengertian PKSA ... 29

b. Tujuan PKSA ... 31

c. Sasaran PKSA ... 32

d. Bentuk kegiatan PKSA ... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 33

C. Kerangka Berfikir ... 35

D. Pertanyaan Penelitian ... 38

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 39

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

C. Informan Peneliti ... 40

D. Metode Pengumpulan data ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 43

F. Analisis Data ... 44

G. Keabsahan Data ... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 47

1. Lokasi dan Keadaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 47

2. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 48

3. Visi dan Missi Rumah Singgah Ahmad Dhlan ... 48

4. Anak Jalanan Binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 49


(12)

xii

6. Pendanaan ... 50

7. Struktur Organisasi ... 50

8. Program-program Pendampingan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 51

B. Hasil Penelitian ... 54

1. Proses Awal Pendampingan PKSA yang Dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 55

2. Pelaksanaan Pendampingan PKSA yang Dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 60

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Pendampingan PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 71

C. Pembahasan ... 74

1. Proses Awal Pendampingan PKSA yang Dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 74

2. Pelaksanaan Pendampingan PKSA yang Dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 76

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Pendampingan PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka berfikir ... 32 Gambar 2. Struktur Rumah Singgah Ahmad Dahlan ... 51


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Masalah yang Di Hadapi Anak Jalanan ... 17 Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data ... 43


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 87

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 89

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 91

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 100

Lampiran 5. Analisis Data ... 113

Lampiran 6. Catatan Dokumentasi ... 121


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang mempunyai jumlah anak jalana cukup tinggi. Dinas Sosial Yogyakarta mencatat pada tahun 2013 anak jalanan di Yogyakarta berjumlah 212 anak dan itu tersebar di 5 kabupaten yang ada di Yogyakarta. Dari kelima Kabupaten tersebut Bantul merupakan Kabupaten yang terbesar dengan 62 (29,25) anak jalanan, Gunungkidul 57 (26,89%), Yogyakarta 57 (26,89%), Sleman 19 (8,95%) dan Kulon Progo 17 (8,02%) (Dinsso Yogyakarta: 2013). Menurut Direktorat Kesejahteraan Sosial (2011: 9) anak jalanan adalah Anak Anak jalanan adalah anak–anak dengan usia dini yang melakukan hampir semua aktifitas mereka di jalan. Mulai dari makan, bekerja, tidur, atau hanya sekedar mencari uang dijalan. Beberapa faktor yang menyebabkan mereka turun ke jalan dan memutuskan untuk menjadi anak jalanan, mulai dari masalah ekonomi membantu orang tua mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, lari dari rumah karena ada masalah dengan keluarganya atau hanya sekedar menambah uang jajan mereka. Menurut Depertemen RI dalam Yuniar Puspareni (2012: 18) mengatakan bahwa rumah singgah boleh menentukan sendiri kategori anak jalanan yang didampingi. Secara umum kategori anak jalanan sebagai berikut: 1. Anak jalanan yang hidup di jalanan, 2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan , 3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan.


(17)

2

Anak rentan jalanan adalah anak-anak yang masih tinggal dengan orang tuanya karena mereka dijalan hanya melakukan pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarganya dengan waktu yg relatif singkat antara 4-6 jam dalam sehari. Kehadiran anak jalanan dianggap oleh masyarakat umum sebagai pengganggu ketertiban, membuat kota menjadi kotor, sebagai orang yang sering melakukan tindakan kriminalitas dan sebagainya. Anak jalanan melakukan sebagian besar aktifitas mereka di jalan mulai dari mereka tidur, bekerja, makan, sampai tidur lagi. Tempat–tempat dimana terdapat anak jalanan seperti di emperan toko untuk mereka tidur, di perempatan lampu merah mereka mencari uang dari pengendara motor yang merasa kasihan, mengamen, mengais, menyemir sepatu, menjadi kuli pasar, parkir mobil, ojek payung.

Anak jalanan retan terhadap eksploitasi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab mulai dari memperkerjakan mereka secara paksa, tidak memperhitungkan berapa lama mereka bekerja selama seharian, pelecehan sek. Anak jalanan juga tidak memperhitungkan resiko yang akan diterima selama mereka bekerja di jalan semisal sewaktu–waktu dapat tertabrak mobil ataupun motor yang sedang berjalan di jalan raya. Mereka hanya berfikir bagaimana mencari uang untuk mereka makan sehari-hari.

Selain memaksa bekerja banyak juga anak jalanan mengalami tindakan kekerasan seksual. Biasanya yang sering mengalami tindakan kekerasan sek adalah anak jalanan perempuan yang dilecehkan oleh anak jalanan yang lebih besar atau orang- oarang di sekitar mereka. Akan tetapi tidak menutup


(18)

3

kemungkinan bahwa anak jalanan laki–laki tidak mengalami tindakan pelecehan seks, banyak juga anak jalanan laki–laki mengalami tindakan pelecehan seksual dengan cara disodomi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan data BPS tahun 2009, tercatat sebanyak 7,4 juta anak berasal dari Rumah Tangga Sangat Miskin, termasuk diantaranya 1,2 juta anak balita terlantar, 3,2 juta anak terlantar, 230.000 anak jalanan, 5.952 anak yang berhadapan dengan hukum dan ribuan anak-anak yang sampai saat ini hak-hak dasarnya masih belum terpenuhi (BPS Indonesia : 2009).

Beberapa hak–hak anak jalanan yang harus mereka miliki antara lain, pendidikan, makan, kesehatan, tempat tinggal yang layak. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah melalui Departemen Sosial RI mempunyai program mendirikan rumah singgah di kota–kota besar di Indonesia yang bertujuan untuk menampung anak–anak jalanan dan memberikan mereka hak–hak yang seharusnya mereka dapatkan. Selama di Rumah Singgah mereka akan memperoleh sebagian hak mereka mulai dari pendidikan, tempat yang layak, makanan yang layak, yang sebelumnya belum pernah mereka dapatkan.

Untuk mewujudkan hal tersebut harus ada kerja sama antar semua kalangan agar terwujudnya harapan tersebut. Salah satu upaya tersebut sudah dilakukan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Jl. Sidobali, UH II / 396, Muja Muju, Umbulharjo, Yogyakarta. Rumah singgah ahmad dahlan menjadi tempat singgah anak jalanan setelah mereka bekerja atau anak jalanan dari


(19)

4

kota lain yang sengaja tidur di Rumah Singgah walau hanya semalam. Kebanyakan yang datang ke Rumah Singgah hanya singgah saja sementara dan selanjutnya mereka memilih untuk pergi dan tidak menutup kemungkinan singgah di rumah singgah yang lainya.

Salah satu upaya yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah menjadi tempat penyalur dana program PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) dari Dinsos untuk anak jalanan yang menjadi binaanya. Pemilihan tempat sebagai penyalur dana program PKSA oleh Dinsos itu juga tidak asal karena Rumah Singgah Ahmad Dahlan dirasa mampu melakukan penyaluran serta pendampingan kepada anak jalanan untuk menyalurkan dan membantu pemanfaatan yang benar oleh anak jalanan.

PKSA terbentuk atas Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan, ditetapkan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebagai program prioritas Nasional, meliputi semua permasalahan anak. Pelaksanaan PKSA akan dilaksanakan secara bertahap melalui mekanisme desentralisasi dengan tujuan setiap Pemda dapat mengelola PKSA secara mandiri. Hal itu sangat positif dengan harapan, penerima bantuan berusaha merubah sikap dan berperilaku ke arah yang lebih baik. Bagi anak jalanan melalui PKSA diharapkan tidak ada lagi anak kembali ke jalan. Melainkan kembali ke keluarga, ke sekolah dan mendapatkan akses pelayanan sosial. PKSA tidak hanya untuk anak jalanan


(20)

5

saja melainkan juga untuk anak-anak terlantar, balita terlantar, anak yang rentan jalanan.

PKSA merupakan bantuan yang diberikan kepada anak binaan rumah singgah Mekanismenya dengan cara memberikan buku tabungan kepada anak jalanan kemudian mereka akan mengambil uang tersebut di Bank yang sudah ditentukan dengan didampingi oleh salah satu pengurus Rumah Singgah Ahmad Dahlan (pendamping) atau orang tua wali mereka .

Penggunaan uang tersebut masih dalam pengawasan para pendamping di Rumah Singgah, apabila anak jalanan membelikan uang itu dengan suatu barang maka akan diminta nota atau tanda bukti untuk menyakinkan bahwa uang tersebut digunakan secara benar. Uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak, untuk beli susu, biaya membeli alat-alat perlengkapan sekolah. Walau ada juga beberapa anak ataupun orang tua anak yang tidak tepat dalam memanfaatkan dana PKSA tersebut seperti membeli handphone. Apabila itu terjadi maka pihak dari Rumah Singgah akan menghentikan mencoret mereka dari daftar penerima PKSA.

Tahun 2009 PKSA mulai diujicobakan menangani masalah anak jalanan di lima wilayah yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Sulawesi Selatan, Yogyakarta (kemensos : 2011). Dari implementasi awal tersebut tahun 2010 PKSA mulai dikembangkan jangkaun wilayahnya serta PKSA dikembangkan dengan perspektif jangka panjang serta menegaskan komitmen Kemensos untuk merespon tantangan dan mewujudkan kesejahteraan sosial anak berbasis hak. Maka dari itu perlu adanya pendampingan kepada anak jalan


(21)

6

yang menerima bantuan PKSA sehingga dapat terealisasikan tujuan dari PKSA untuk melindungi dan mencegah mereka turun kejalan.

Selain PKSA, pendampingan yang telah dilakukan oleh Rumah Singgah selama ini telah berhasil membantu anak jalanan untuk mengembangkan kemampuan hidup tidak dijalanan, seperti misalnya Rumah Singgah memberikan pendampingan servis alat elektronik dalam hal ini melakukan pelatihan servis handphone kepada anak-anak jalanan, pendampingan mereka belajar seperti mengajarkan baca tulis kepada anak sehingga menambah kemapuan mereka untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Program pendampingan tersebut telah membantu anak jalanan untuk dapat bekerja tidak dijalanan namun bekerja sesuai kemampuan yang mereka miliki yang telah diajarkan oleh Rumah Singgah.

Dari uraian di atas maka peneliti akan meneliti tentang “Pendampingan Anak Jalanan Melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Masih tinggi jumlah anak jalanan di Yogyakarta, pada tahun 2013 ter catat sejumlah 212 anak jalanan yang tersebar di 5 kabupatenya.

2. anak jalanan binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang belum memperoleh hak-haknya, seperti pendidikan, identitas diri KTP/aktekelahiran, tempat tinggal yang layak.


(22)

7

3. Masih banyak masyarakat umum yang beranggapan bahwa anak jalanan dianggap sebagai pengganggu ketertiban, memandang mereka sebelah mata, sumber kriminalitas.

4. Masih banyak tindakan kekerasan yang di alami anak-anak jalanan. 5. Pendampingan program kesejahteraan sosial anak (PKSA) dirumah

singgah belum semua dilaksanakan secara maksimal di Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

6. Ketidak pedulian orang tua wali yang terkadang memanfaatkan dana bantuan PKSA tidak sebagaimana mestinya.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti hanya meniliti pada pendampingan anak melalui program PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta. D. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana bentuk kegiatan pendampingan anak (persiapan dan pelaksanaan) Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Yogyakarta ?

2. Faktor – faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Rumah Singgah Ahmad Dahan, Yogyakarta ?


(23)

8 E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan :

1. Program pendampingan anak mulai dari persiapan dan pelaksanaan program di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Yogyakarta melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA).

2. Faktor pendukung maupun faktor penghambat Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi yang berkaitan dengan mata kuliah ilmu kesejahteraan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan anak jalanan (masyarakat marjinal)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Memberikan masukan pada pendampingan PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dalam melakukan tugas pendampingan. b. Bagi masyarakat

Memberikan informasi tentang program PKSA yang ada di Rumah Singgah Ahdmad Dahlan.


(24)

9 c. Bagi mahasiswa PLS

1). Menambah wawasan baru tentang ranah kerja PLS, khususnya tentang pendampingan sosial dalam hal ini pendampingan anak jalanan melalui PKSA.

2). Diharapkan mampu memberi kontribusi kepada mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah supaya setelah mereka lulus dapat menciptakan program-program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.


(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Rumah Singgah

a. Pengertian Rumah Singgah

Rumah Singgah merupakan proyek dari Departemen RI bekerjasama dengan UNDP (United Nation Development Programe) dalam proyek INS/94/007. Rumah Singgah merupakan wahana yang dipersiapkan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang membantu mereka (Departemen Sosial, 1997:31).

Pengertian lainnya menyebutkan bahwa Rumah Singgah adalah rumah yang di dalamnya dianggap sebuah keluarga, pekerja sosial (pengelola) bertindak sebagai orang tua atau kakak (Muhsin Khalida, 2005 : 94). Harapanya dengan terciptanya suasanya kekeluargaan di dalam Rumah Singgah anak jalanan lebih tertarik untuk mengikuti program-program didalamnya karena selain untuk persinggahan sementara anak jalanan yang tidak mempunyai tempat tinggal , Rumah Singgah juga memberikan pelatihan-pelatihan yang diharapkan bisa menggali potensi mereka, memberikan keahlian / skill baru yang dapat dimanfaatkan. Kemudian dengan keahlian tersebut dapat mereka manfaatkan untuk mencari uang tanpa harus kembali turun kejalan. Rumah Singgah mempunyai tujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang di hadapi anak jalanan dan mencoba menemukan


(26)

11

alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut (Muhsin Khalida, 2005 : 89) . Selain itu rumah singgah mempunyai

tujuan untuk memberikan fasilitas kepada anak jalanan, perlindungan kepada anak jalanan, memberikan rasa nyaman kepada anak jalanan. b. Program-program Rumah Singgah

Beberapa program yang dilakukan rumah singgah untuk anak jalanan:

a. Program penjangkauan

Program ini dilakukan oleh pekerja sosial (pengelola) mengunjungi tempat-tempat seperti pertigaan, perempatan, stasiun, pasar, dan pusat-pusat pertokoan (Muhsin Khalida, 2005 : 95). Pengertian penjangkauan sudah dijelaskan didalam Peraturan Gubernur Daerah Istemewa Yogyakarta nomer 31 tahun 2012 tentang tata cara penjangkauan dan pemenuhan hak Anak yang hidup di jalan yaitu serangkaian kegiatan mengidentifikasi kebutuhan anak yang hidup di jalan guna menyusun rencana pemenuhan hak anak yang hidup di jalan.

Penjangkauan bertujuan untuk menjaring anak-anak jalanan yang memungkinkan untuk dibina, mengidentifikasi kebutuhan mereka, menyusun rencana kebutuhan dasar mereka kemudian diberikan berbagai keterampilan, memberikan informasi-informasi yang mereka butuhkan, memberikan solusi permasalahan yang dihadapi mereka, memberikan arahan kepada mereka.


(27)

12

Penjangkauan ini sekaligus menjadi proses identifikasi para pengelola Rumah Singgah untuk melihat permasalah apa yang di hadapi anak jalanan sehingga bisa memberikan alternatif solusi kepada mereka. Proses penjangkauan mengidentifikasi kebutuhan apa saja yang mereka butuhkan sehingga rumah singgah dapat memberikan program-program ketrampilan yang dapat membantu meningkatkan keahlian mereka dan mengembangkan potensi yang dimiliki mereka. Selain itu, penjangkauan juga langkah awal rumah singgah menjaring anak jalanan yang sesuai kriteria bisa mendapatkan PKSA dari Kemensos untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti kebutuhan makan, kesehatan, serta pendidikan.

b. Program Resosialisasi

Yaitu program yang sudah di siapkan oleh rumah singgah sesuai dengan konsep Rumah Singgah masing-masing (Muhsin Khalida, 2005 : 99). Program ini dilakukan untuk mengenalkan kepada anak binaan rumah singgah tentang apa itu Rumah Singgah, program yang ada di dalamnya ataupun hal-hal apa saja yang dapat mereka terima atau dapatkan setelah mengikuti progam-progam rumah singgah.

c. Pemberdayaan Untuk Anak

Pemberdayaan untuk anak jalanan ini dilakukan setelah melakukan pengkajian dan identifikasi para pekerja sosial


(28)

13

(pengelola) terhadap anak jalanan sehingga dapat menciptakan program yang tepat dengan hasil indentikafi yang sudah didapatkan. Program-program yang dilakukan sesuai dengan masing-masing Rumah Singgah mulai dari memberikan beasiswa pendidikan, pemberian bantuan makan, keterampilan kepada anak, pendampingan kepada anak.

d. Terminasi (Pengakhiran Pelayanan)

Merupakan kegiatan akhir yang dilakukan para pekerja sosial (pendamping) Rumah Singgah seperti, home visit, pengawasan terhadap anak jalanan yang sudah kembali kepada orang tuanya apakah masih beraktifitas di jalan. Program ini juga bisa sebagai bahan evaluasi oleh Rumah Singgah selama melakukan kegiatan mulai dari awal sampai akhir apakah perlu memodifikasi beberapa kegiatan atau menghapus beberapa kegiatan yang tidak mendukung visi dan misi Rumah Singgah sendiri.

Program ini juga salah satu pendampingan yang dilakukan Rumah Singgah untuk melihat langsung apakah PKSA dimanfaatkan secara benar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. kemudian menjadi bahan evaluasi bagi Rumah Singgah apakah kedepan anak jalanan ini masih layak untuk menerima bantuan PKSA tersebut.


(29)

14

Program-program yang dilakukan oleh rumah singgah di atas peneliti pernah mengikuti program penjangkauan anak jalanan oleh rumah singgah yang bekerjasama dengan Dinas Sosial Provinsi DIY yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik anak jalanan. Setelah mengetahui karakteristik si anak Kemudian dilakukanlah identifikasi apakah anak tersebut termasuk dalam kategori yang mendapatkan bantuan PKSA.

Rumah singgah ahmad dahlan merupakan salah satu Rumah Singgah di Yogyakarta yang menjadi mitra Dinas Sosial atau mendapat kepercayaan untuk menyalurkan dan bantuan PKSA kepada anak jalanan.

2. Anak Jalanan

a. Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginial dan teraliensi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras dan bahkan tidak sangat bersahabat (Bagong Suyanto, 2010 : 185). Pengertian lainya, Anak jalanan adalah anak yang hidup di jalanan, terlepas mereka bekerja atau hanya bermain-main sehingga merampas hak yang sesungguhnya (Muhsin Kalida 2005 : 18). Menurut Departemen Sosial RI (2005), Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan,


(30)

15

baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya.

Dilihat definisi-definisi anak jalanan di atas maka pengertian anak jalanan adalah anak yang berusia di bawah 18 tahun yang melakukan aktivitas di jalan mulai dari mereka makan, tidur atau hanya sekedar bermain di jalan, mencari uang untuk kebutuhan mereka itu sudah tergolong anak jalanan.

Anak jalanan pada umumnya terbagi menjadi beberapa aspek, yaitu :

1) Children on The Street

Yaitu anak yang berhubungan tidak teratur dengan keluarganya, orang tuanya. Anak yang tergolong disini adalah: Pertama, anak-anak yang hanya berada sesaat di jalanan, kurang lebih 3-6 jam di jalan. Biasanya penduduk asli kota. Kedua: anak-anak yang memberontak dan lepas dengan orang tuanya. Kelompok ini adalah anak yang masih memiliki orang tua, tetapi tidak puas dengan apa yang diperoleh dari keluarga, sehingga memberontak dan lepas diri dari keluarga. Dan kebanyakan anak-anak dari kota dan daerah sekitarnya.

2) Children of The Street

Yaitu anak-anak yang tumbuh dari jalan, putus hubungan dengan keluarga (orang tua), mereka tidak sekolah dan hidup di jalan. Anak yang termasuk dalam Children of The Street adalah anak-anak yang seluruh waktunya di habiskan di jalan (Living and working in the street).

3) Vulnerable be Street Children

Bisa dikatakan anak yang rentan turun kejalan. Karena mereka masih tinggal dengan orang tuanya tetapi juga melakukan aktifitas dijalan. ( Khalida, 2005: 32-38).

Beberapa golongan di atas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan tergolong menjadi tiga golongan yaitu, Pertama adalah golongan anak jalanan yang melakukan sebagian aktifitasnya dijalan 3-6 jam karena mereka kurang puas dengan keadaan keluarga yang membuat mereka


(31)

16

memilih untuk melakukan sebagian aktifitas mereka di jalan. Kedua adalah anak jalanan yang tumbuh di jalan dan menghabiskan seluruh waktunya di jalan. Dan yang terakhir adalah anak rentan jalanan, anak yang masih tinggal dengan orang tuanya akan tetapi juga melakukan sebagian aktifitasnya di jalan seperti mencari uang untuk membantu ekonomi keluarganya.

b. Faktor Penyebab Anak Jalanan

Ada beberapa faktor penyebab keberadaan anak jalanan, seperti yang di kemukakan oleh Muhsin Kalida (2005:22), diantaranya :

1. Faktor perekonomian keluarga yang memaksa mereka harus membantu orang tua bekerja.

2. Faktor kurang harmonisnya keluarga (dis-fungsi keluarga) sehingga sering berakhir dengan berbagai kekerasan dan penganiayaan pada anak.

3. Orang tua (kandung / angkat) yang mengkaryakan anak sebagai sumber ekonomi.

Keluarga menjadi faktor utama penyebab keberadaan anak jalanan, mulai dari faktor ekonomi keluarga (kemiskinan) sehingga memaksa anak untuk ikut mencukupi perekonomian keluarga. Bergesernya fungsi peran orang tua, dimana anak dipandang sebagai aset ekonomi keluarga sehingga di ikut sertakan mencari uang dengan dalil membantu mencukupi perekonomian keluarga.

Beberapa kasus ditemukan orang tua yang sengaja melibatkan anak dalam ekonomi keluarganya dengan cara mempekerjakan mereka mulai dari memulung, mengemis, bahkan sebagai pekerja seks (Laurike & Adi, 2004 : 26).


(32)

17

Penyebab anak jalanan turun ke jalan dipengaruhi beberapa faktor seperti kurangnya hubungan yang harmonis antar keluarga akan tetapi Umumnya faktor ekonomilah yang menjadi banyak alasan anak jalan turun kejalan karena membantu ekonomi keluarga.

c. Masalah yang dihadapi Anak Jalanan

Kerasnya hidup di jalanan membuat anak jalanan harus mengadapi berbagai permasalahan yang bisa mengancamnya seperti : kesehatan, keselamatan, kekerasan terhadap anak jalanan. Anak jalanan juga rentan terhadap tindak kekerasan fisik dan psikis, baik dari sesama anak jalanan maupun orang tua anak jalanan itu sendiri. Seperti di ungkapkan Hadi Utomo dalam Bagong Suyanto (2010 : 196) di bawah ini,

Tabel. 1 Masalah yang Dihadapi Anak Jalanan Aspek Permasalahan yang Dihadapi Pendidikan Sebagian besar putus sekolah

karena waktunya habis di jalan Intimidasi Menjadi sasaran tindak kekerasan

anak jalanan yang lebih dewasa, kelompok lain, petugas dan razia Penyalahgunaan obat dan zat

adiktif

Ngelem, minuman keras, pil BK, dan sejenisnya

Kesehatan Rentang penyakit kulit, PMS, gonorhoe, paru – paru

Tempat tinggal Umumnya di sembarang tempat, di gubuk – gubuk, atau di pemukiman kumuh

Resiko kerja Tertabrak, pengaruh sampah Hubungan dengan keluarga Umumnya renggang, dan bahkan

sama sekali tidak berhbungan Makanan Seadanya, kadang mengaih dari

tempat sampah, kadang beli. Sumber : Bagong Suyanto (2010 : 196)


(33)

18

Permasalahan yang dihadapi anak jalanan dilihat dari tabel diatas diantaranya, terkadang anak jalanan tidak mengiharukan permasalahan apa yang akan dihadapinya tetapi lebih mementingkan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan membantu perekonomian keluarganya dari pada memikirkan resiko yang akan diperoleh selama mencari uang dijalan. Maka dari itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk melindungi dan menangani permasalahan anak jalanan baik dari

pemerintah maupun lembaga-lembaga sosial sehingga permasalahan anak jalanan dapat ditangani.

3. Pendampingan

a. Pengertian Pendampingan

Menurut Totok S. Wirya Saputra (2006 : 57) Pendampingan adalah proses perjumpaan pertolongan antara pendamping dan orang yang didampingi. Pendampingan bisa dikatakan sebagai pertolongan yang dilakukan oleh pendamping kepada orang yang didampingi dan keduanya saling berinteraksi dan memunculkan ide ataupun solusi untuk mengatasi permasalahan.

Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan dan mengontrol (Rokhmah, 2012 : 5). Maka orang yang didampingi bisa berkembang ataupun lebih mandiri setelah mendapatkan pendampingan oleh pendamping.


(34)

19

Istiningsih (2008:85), menyatakan bahwa pendampingan adalah sesuatu yang disengaja dilaksanakan secara sistematis dan bukan serampangan karena pembelajaran tersebut terjadi di tempat kerja, tugas-tugas dalam pekerjaan nyata bukan pekerjaan yang dibuat-buat. Pendampingan dilaksanakan secara sistematis supaya proses berjalanya pendampingan dapat terarah dan tidak acak-acakan sehingga tujuan pendampingan dapat tercapai. Pelaksanaannya meliputi penyusunan program mulai dari hal-hal yang termudah sampai hal yang rumit dalam pendampingan.

Pengertian yang lainya menyebutkan bahwa pendampingan adalah usaha untuk mendampingi sesuatu atau seseorang untuk dapat saling bertumbuh (Primanto Nugroho, 2004 : 57). Pertumbuhan yang diharapkan baik sesuai dengan tujuan dari pendampingan entah itu dari pihak pendamping atau dari orang yang di dampingi sama-sama bertumbuh.

Jadi pendampingan adalah usaha yang dilakukan oleh pekerja sosial (pendamping) atau lembaga sosial untuk memberi arahan, bimbingan, mengontrol, mengawasi, kepada siapapun yang didampinginya sehingga memberikan ide atau solusi yang diharapkan bisa membantu menyelesainkan permasalahan yang dihadapi oleh orang yang didampingi. Dalam hal ini pendamping yang dimaksud adalah pendamping anak jalanan.

Pendamping anak jalanan adalah orang-orang yang tergerak untuk mendampingi anak jalanan dengan tujuan membantu mereka memenuhi


(35)

20

hak-hak nya sebagai anak dan membantu mereka menuju kemandirian (Laurike dan Adi, 2003 : 8). Tidak hanya perorangan yang dikatakan sebagai pendamping, pemerintah melalui Kementerian Sosial mendefinisikan pendamping adalah perorangan, kelompok atau lembaga yang memiliki kopetensi di bidangnya dalam melakukan pendampingan (Kemensos, 2009).

Jadi pendamping adalah perorangan ataupun kelompok yang memiliki kopetensi dibidangnya yang melakukan pendampingan dengan tujuan membantu memenuhi kebutuhan dasar, hak-hak dasar anak, memberikan solusi menyelesaikan masalah anak jalanan.

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendampingan anak jalanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, atau lembaga yang memiliki kopetensi dibidangnya khusunya anak jalanan yang bertujuan memberikan hak-hak mereka, kebutuhan dasar mereka, memberikan solusi kepada mereka untuk menyelesaikan masalahnya, menjadi orang tua dan teman anak jalanan.

Seorang pendamping adalah salah satu faktor yang mempengarui keberhasilan pendampingan. Maka dari itu tidak semua orang ataupun kelompok bisa dikatakan pendamping. Ada beberapa kriteria yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk menjadi seorang pendamping, yaitu :

1. Mampu dengan cepat beradaptasi dengan anak-anak jalanan.

2. Diterima dan diakui oleh anak jalanan sebagai pendamping, kakak, kawan.


(36)

21

3. Kreatif dan inovatif, mampu menjawab kebutuhan anak untuk kemudian diwujudkan dalam program kegiatan.

4. Mampu mendorong keterlibatan masyarakat.

5. Memiliki pengetahuan dasar psikologi, terutama psikologi perkembangan.

6. Dan yang paling tidak 4 kategori hak dasar anak (Laurike dan Adi, 2003 : 13-14)

Kategori kriteria ini tidak dimaksud untuk mengatakan bahwa semuanya harus ada secara bersama-sama pada diri seorang pendamping, karena seorang pendamping harus mengembangkan sendiri teknik pendampingan mereka apabila kenyataan di lapangan menuntut mereka untuk menggunakan cara pendampingan yang menurut mereka baik.

Menjadi seorang pendamping harus fleksibel terkadang bisa menjadi keluarga untuk anak jalanan terkadang juga bisa menjadi teman untuk anak jalanan sehingga mereka nyaman dan mau mengikuti proses pendampingan yang dilakukan oleh pendamping. Pendamping bisa memiliki peran sebagai seorang fasilitator yaitu memberikan fasilitas kepada anak jalanan berupa waktu, sarana, prasarana yang dibutuhkan pada saat pendampingan dan juga memberikan konsultasi tentang pendidikan (Deasy Septianingrum, 2013: 7). Harapanya apabila anak jalanan memerlukan pendampingan maka pendamping harus bisa meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada anak jalanan supaya anak jalanan memahami makna apa yang mereka dapatkan setelah mereka menerima pendampingan.

Menjadi seorang pendamping harus bisa mendengarkan suara anak dan tidak boleh mendominasi pendampingan sehingga anak nyaman


(37)

22

selama pendampingan berlangsung. Ada 6 kategori kegiatan yang menjadi tanggung jawab pendamping, yaitu :

1. Penjangkauan atau outreach kegiatan menjangkau anak jalanan di tempat biasa anak jalanan itu beraktifitas meliputi pemetaan dan pendampingan. Pendamping melakukan pemetaan mulai dari tempat tinggal, keluarga, sekolah pekerjaan, tempat tinggal, ekonomi kemudian identifikasi tersebut akan memunculkan apakah anak jalanan tersebut layak untuk menerima bantuan program PKSA yang dilakukan oleh Kemensos melalui lembaga-lembaga sosial dalam hal ini Rumah Singgah Ahmad Dahlan.

2. Membangun kepercayaan atau trust building. Membangun kepercayaan terhadap anak jalanan dan orang tua anak jalanan serta berusaha menjadi teman akrab dari mereka mulai dari berkunjung ketempat mereka kerja, bermain bersama, ngobrol dan berkunjung ke tempat tinggal mereka (home visit). Semua itu dilakukan pendamping supaya anak jalanan dan orang tua anak jalanan merasa nyaman dan pendamping tidak dicurigai keberadaanya sehingga pendamping dapat melakukan tugasnya dengan baik.

3. Intervensi program. Pendamping melakukan kegiatan yang sesuai dengan program yang dijalankan lembaga dan kegiatan-kegiatan itu meliputi :

a) Mendampingi dalam proses belajar. b) Kunjungan kesekolah


(38)

23

c) Membantu anak memperoleh fasilitas kesehatan.

d) Mengajarkan anak tentang nilai-nilai dan norma-norma kebaikan. e) Memberikan konseling untuk membantu mengatasi masalah anak. 4. Meningkatkan partisipasi masyarakat. Pendamping berusaha melibatkan masyarakat untuk membantu mengurangi anak jalanan, dan masyarakat dalam hal ini luas meliputi masyarakat dimana anak jalanan itu tinggal, masyarakat dimana anak jalanan itu bekerja dan masyarakat sekitar Rumah Singgah.

5. Advocacy. Pendamping membantu anak jalanan memperoleh hak-hak

mereka seperti akte kelahiran, hak pendidikan dan kesehatan.

6. Administrasi dan pembuatan laporan. Meliputi kegiatan pendataan anak jalanan dan orang tua anak jalanan yang bekerja di jalan, membuat laporan kegiatan, evalusi program sampai monitoring pendamping program di lapangan.(Laurike dan Adi, 2003 : 9-12). b. Langkah-langkah Pendampingan

Kerja pendampingan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat dan sesuka hati. Seluruh kegiatan pendampingan dilakukan secara bersungguh-sungguh dan dilakukan secara bertahap tidak sekaligus. Beberapa tahapan pendampingan diantaranya, yaitu : (1) menjalin hubungan yang baik dengan orang yang didampingi, (2) menentukan sumber permasalahan, (3) merencanakan program yang akan dijalankan sesuai dengan permasalahan yang ada, (4) menjalankan program yang sudah direncanakan.


(39)

24

Pendampingan sebagai pekerjaan sosial membutuhkan pengetahuan, keterampilan, keberanian, ketekunan, dan memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Karena yang mereka hadapi adalah anak jalanan yang memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga pendamping haruslah pandai-pandai beradaptasi dengan mereka supaya proses pendampingan dapat berjalan dengan lancar dan anak jalanan merasa nyaman akan kedatangan seorang pendamping.

Kerja pendampingan perlu dilakukan tahap demi tahap, tidak sekaligus. Tugas utama seoarang pendamping adalah sebagai fasilitator anak jalanan, membantu mengatasi permasalahan anak jalanan dengan penangananya yang tepat dan sesuai dengan permasalahanya, bisa juga sebagai kakak, bapak, ataupun sebagai sahabat anak jalanan, yang tujuan akhirnya membantu anak jalanan untuk keluar dari aktifitas di jalanan atau setidaknya mengurangi aktifitas mereka di jalan.

c. Tujuan Pendampingan

Tujuan pendampingan adalah membantu anak memperoleh hak-hak mereka sebagai anak dan membantu mereka menuju kemandirian saat mereka beranjak dewasa dan mengupayakan mereka tidak lagi terjun dijalan (Laurike dan Adi 2004:8).

Jadi tujuan pendampingan adalah: (a) mendampingi anak-anak supaya mereka mempunyai rasa tanggung jawab, (b) membantu anak-anak dalam membentuk sikap kemandirian mereka, (c) membantu


(40)

25

mengendalikan emosi sehingga mereka dapat selalu berfikir positif dan produktif dalam setiap tindakan-tindakan mereka.

d. Model Pendampingan

Dalam penanganan pendamping perlu diciptakan model alternatif pendampingan untuk anak jalanan supaya pendampingan lebih terarah/terfokus sehingga tujuan pendampingan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Maka dari itu ada beberapa model alternatif yang diterapkan untuk melakukan pendampingan anak jalanan sesuai dengan fungi dan tujuan dibentuknya model tersebut. Model-model alternatif tersebut antara lain (Laurike & Adi, 2004: 82-83) :

1) Shelter.

2) Sanggar, sebagai tempat untuk anak melakukan segala aktifitas. 3) Crisis center, tempat rehabilitasi anak yang berhadapan dengan

hukum

4) Drop in center, tempat untuk anak-anak yang kecanduan Napza.

5) Panti asuhan 6) Rumah singgah

7) Pos-pos kegiatan di perempatan, terminal, bawah jebatan 8) Kelompok kerja / partisipasi masyarakat

Dari beberapa model diatas dapat diuraikan sebagai berikut agar lebih jelas dalam memaknainya :

a) Shelter, model alternatif seperti panti akan tetapi model ini lebih membebaskan anak untuk datang dan pergi lagi kapan mereka mau. Fungsinya untuk konseling anak, sebagai tempat kegiatan, tempat tinggal sementara, tempat anak curhat.

b) Sanggar, model alternatif ini adalah sebagai tempat belajar, berkarya bagi anak jalanan dan mereka bebas belajar tanpa harus


(41)

26

menyandang predikat mereka sebagai anak jalanan dan bukan tempat rehabilitasi anak seperti model-model yang lainya. Fungsinya dari pendampingan menggunakan model sanggar ini adalah meningkatkan skill dan menampung bakat anak, tempat curhat anak, mengurangi waktu mereka di jalan.

c) Crisis center atau lebih dikenal dengan sebutan LSM adalah tempat anak menjalani proses pemulihan mental setelah mereka mengalami tindak kekerasan, kecelakaan, penanganan hukum atau psikologis. Fungsi dari model ini adalah sebagai tempat rehabilitasi anak, memberikan perlindungan untuk anak, ataupun penanganan dan pendampingan terhadap anak yang mengalami proses pidana.

d) Drop in center : metode dimana pendampingan dan penanganan khusus bagi anak yang mengalami masalah tertentu seperti dilacurkan, penyakit ataupun kekerasan. Fungsi dari metode ini adalah rehabilitasi anak yang terkena narkoba, tempat tinggal anak.

e) Panti asuhan metode yang berfungsi untuk anak jalanan yang tidak mempunyai orang tua atau yatim piatu, tempat belajar dan pendampingan yang dilakukan biasanya berdasarkan spiritual atau berpedoman pada agama.

f) Rumah singgah: bisa dikatakan tempat singgah sementara yang diciptakan senyaman mungkin sehingga anak jalanan nyaman.


(42)

27

Fungsinya adalah tempat berlindung anak dari resiko di jalan, tempat bermain anak, tempat tinggal anak sehingga pendamping lebih mudah melakukan pendampingan dan monitoring aktifitas dan perkembangan anak dan orang tua mereka.

g) Pos-pos kegiatan adalah tempat-tempat yang disepakati oleh para pendamping dan orang yang didampingi sehingga di antara mereka merasakan nyaman dan aman. Biasanya dilakukan di perempatan lampu merah, terminal, di bawah jembatan atau tempat-tempat di mana anak jalanan sering melakukan aktivitas mereka. Dengan metode ini diharapkan pendampingan lebih fleksibel.

h) Kelompok kerja (partisipasi) masyarakat, metode yang melibatkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi melakukan pendampingan anak jalanan. misalnya masyarakat sendiri yang melakukan pendampingan anak jalanan di wilayahnya masing-masing, bisa menjadi relawan untuk mengajar anak, menyediakan ruang dan fasilitas belajar anak.

Semua model dilakukan dengan satu tujuan yang sama yaitu berusaha melakukan pendampingan kepada anak jalanan dan berusaha membantu mereka keluar dari jalan atau setidaknya mengurangi waktu mereka di jalan, membantu memenuhi hak anak jalanan, melindungi mereka dari berbagai tindak kekerasan ataupun kriminal.


(43)

28 e. Bentuk-bentuk pendampingan

Ada beberapa bentuk pendampingan yang perlu diperhatikan oleh seorang pendamping dalam melakukan pendampingan, diantaranya : 1) Pendampingan Motivasi, dapat memahami nilai kebersamaan,

interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan haknya sebagai warga negara.

2) Pendampingan Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan,peningkatan kesadaran dapat dicapai , melalui pendidikan dasar sedangkan keterampilan-keterampilan vokasional bisa dikembangkan melalui cara-cara partisipatif.

3) Pendampingan Manajemen diri, memilih pemimpin sendiri, mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan pertemuan.

4) Pendampingan Mobilisasi sumber, menghimpun sumber-sumber individual maupun kelompok/instansi melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial.

5) Pendampingan Pembangunan dan pengembangan jaringan, pengorganisasian perlu ditingkatkan kemampuan membangun dan mempertahankan berbagai sistem sosial disekitarnya.

(http://sdc.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid= 15 diakses pada november 2015 14:11)

Dari uraian diatas dapat dijelaskan secara terperinci sebagai berikut : a) Pendampingan motivasi, pendamping harus memberikan pemahaman

kepada anak tentang hak mereka sebagai warga negara seperti nilai kebersamaan di masyarakat, interaksi sosial di lingkunganya sehingga anak tidaklah merasa takut atau dikucilkan oleh masyarakat dimana mereka tinggal.

b) Pendampingan peningkatan kesadaran dan pelatihan kemapuan, pendampingan ini menunjukan bahwa seorang anak jalanan harus diberikan pelatihan yang bertujuan meningkatkan potensi/skill mereka sehingga membantu mencitakan matapencaharian sendiri.


(44)

29

c) Manajemen diri, disini pendamping mendampingi anak jalanan untuk berlatih memanajemen dirinya sendiri mulai dari mereka menentukan jadwal mereka sehari-hari sehingga anak jalanan dapat mengatur waktu mereka untuk melakukan atifitas yang produktif.

d) Mobilisasi sumber, mengajarkan kelompok untuk menghimpun dana sosial dari berbagai sumber individual, kelompok/intstansi dengan tujuan dana tersebut untuk modal sosial bersama dengan catatan tetap diawasi dan didampingi dalam prosesnya.

e) Pembangunan dan pengembangan jaringan, membangun dan pengembangan jaringan sangatlah penting karena dapat menyediakan dan mengembangkan berbagai akses terhadap sumber serta kesempatan bagi peningkatan keberdayaan.

4. PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) a. Pengertian PKSA

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan khususnya dalam hal ini adalah kesejahteraan untuk anak. Untuk itu mulai tahun 2009 pemerintah mencoba membuat program yang ditujukan untuk kesejahteraan anak yang diberi nama PKSA dan di uji cobakan untuk menangani anak jalanan di lima kota besar di Indonesia yaitu, Jawa Barat, DKI Jakarta, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Yogyakarta (Kemensos, 2010 : 7).

Tahun 2009 PKSA di uji cobakan untuk penanganan anak jalanan kemudian pada tahun 2010 PKSA mengalami perluasan jangkauan target


(45)

30

sasaran. Berdasarkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, diperlukan penyempurnaan program bantuan sosial berbasis keluarga khususnya bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi anak dan balita terlantar (AB), anak dengan kecacatan (ADK), anak berhadapan dengan hukum (ABH) dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus (AMPK) yang dilayani, dilindungi dan direhabilitasi di dalam dan di luar panti sosial. Hal tersebut ditegaskan kembali pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang program pembangunan yang berkeadilan, ditetapkan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebagai program prioritas Nasional, meliputi semua permasalahan anak.

Pengertian program PKSA menurut keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia nomor 15 tahun 2010 bahwa Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) adalah :

Sebagai upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, penguatan orang tua/keluarga, dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak.

Menurut pengertian di atas jadi program PKSA adalah program kesejahteraan yang dilaksanakan oleh Pemerintah atau lembaga-lembaga swadaya masyarakat berupa sumsidi uang kepada anak sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan Kementerian Sosial untuk memenuhi hak-hak dasar anak tersebut.


(46)

31

Kementerian Sosial juga menjelaskan komponen PKSA bagi anak jalanan yang dimuat dalam pedoman PKSA 2011 meliputi : 1) Pemenuhan kebutuhan identitas anak yaitu: pembuatan akte kelahiran anak, 2) Pemenuhan kebutuhan fisik yaitu: makanan, pakaian, sarana tempat tinggal, 3) Pemenuhan kebutuhan emosional yaitu: kasih sayang dari orangtua dan keluarga, rasa aman, peningkatan rasa percaya diri, kemampuan mengenali dan pemecahan masalah, 4) Pemenuhan kebutuhan sosial yaitu: berteman, berinteraksi dengan orang lain yang ada di lingkungannya, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan kehidupannya.

Urain di atas dapat disimpulkan bahwa PKSA berupaya untuk memenuhi kebutuhan dasar anak meliputi, sebagai berikut :

1. Kebutuhan Identitas 2. Kebutuhan Fisik 3. Kebutuhan Emosional 4. Kebutuhan Sosial b. Tujuan PKSA

PKSA diharapkan akan menjadi salah satu program yang dapat mengentaskan masalah-masalah sosial anak sekaligus dapat memberikan pencegahan terhadap masalah yang akan terjadi pada anak. PKSA dibuat dan dilaksanakan dengan berbagai macam tujuan yang diharapkan. (Kementerian Sosial 2010 : 8) menjelaskan tujuan dari diadakanya PKSA adalah :


(47)

32

Terbangunya sistem pelayanan kesejahteraan sosial yang dapat menjamin pemenuhan hak-hak dasar dan perlindungan bagi anak yang membutuhkan upaya perlindungan, melalui penguatan kemampuan keluarga dalam memenuhi hak anak, mendorong keterlibatan masyarakat, dan pengembangan kemampuan lembaga-lembaga pelayanan, sehingga anak dapat menikmati kehidupan yang memungkinkan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensinya.

Jadi tujuan dari program PKSA adalah memberikan hak-hak dasar kepada anak, sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki mereka masing-masing, menjadikan mereka belajar bertanggung jawab serta kemandirian kepada mereka.

c. Sasaran dari PKSA

Pemerintah telah menetapkan siapa saja yang berhak menerima dana bantuan dari program PKSA ini. Jadi tidak semua permasalahan anak di tangani dan berhak menerima dana dari program PKSA ini. Pemerintah melalui Kementerian Sosial mempunyai kriteria yang berhak menerima dana bantuan PKSA. Mulai dari balita terlantar, anak dengan kecacatan, anak yang memerlukan perlindungan khusus serta anak yang bekerja dijalan atau anak jalanan.

Anak jalanan yang dimaksud adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan tempat-tempat umum seperti area jalan umum, terminal, pasar, stasiun, taman kota (Kementerian Sosial, 2010 : 9-10).

d. Bentuk kegiatan PKSA

PKSA merupakan upaya peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak berbasis keluarga yang berdasarkan proses sosial.


(48)

33

proses sosial yan dimaksud sekaligus menjadi bentuk kegiatan PKSA terhadap anak yang menerima bantuan meliputi :

1) Asesmen masalah dan kebutuhan anak, termasuk orangtua/keluarga dan lingkungan sosial.

2) Pendampingan sosial oleh peksos,TKSA atau relawan sosial sampai anak memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan tanggung jawab orang tua serta semakin berperanya lembaga kesejahteraan sosial.

3) Melakukan verifikasi/pemantaun terhadap keberlanjutan pemenuhan kebutuhan hak-hak anak dalam system perlindungan keluarga. B. Penelitian Yang Relevan

Dari sekian banyak penelitian yang relevan tentang anak jalanan, berikut ini ada beberapa hasil penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang mengangkat permasalahan anak jalanan dan pendampingan anak jalanan :

1. Hasil penelitian Muhamad Arif Rizka yang berjudul (2010) “Pola Pendampingan Anak Jalanan di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rumah Impian Yogyakarta”. Menjelaskan bahwa : (1) pola pendampingan di LSM Rumah Impian dengan cara partisipatif yaitu turun langsung ke jalan, pendampingan menjalin relasi yang sejajar dan setara dengan anak jalanan melalui komunikasi yang intensif, melaksanakan pendampingan belajar, serta mengadakan tindak lanjut dari semua kegiatan pendampingan tersebut. Pendampingan dari 44 anak jalanan oleh LSM rumah impian sudah 6 diantaranya kembali ke sekolah dan 13


(49)

34

anak jalanan kembali ke orang tua dan hidup mandiri tapi 25 anak lainya yang masih tetap menjadi anak jalanan. (2) faktor pendukung, yaitu : respon yang baik dari anak jalanan dan orang tua anak jalanan terhadap pendamping anak jalanan, antusias anak jalanan mengikuti proses pendampingan yang dilakukan LSM Rumah Impian, serta dari pendamping yang mau meluangkan waktu luang mereka setelah mereka kerja dan beraktifitas. (3) Faktor penghambat : fasilitas pendampingan yang masih terbatas, pendampingan yang kurang kondusif karena tempat Rumah Impian yang di pinggir jalan dan bising, serta sebagian anak jalanan yang malas mengikuti pendampingan dan mengajak atau mempengarui anak jalanan yang lain.

2. Hasil penelitian dari M. Lucky Lukman Dolly yang berjudul (2012) “ Kehidupan Anak Jalan Di Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta “. Dalam penelitian ini menjelaskan beberapa pokok permasalahan yang diteliti diantaranya: tentang gaya hidup anak jalanan, faktor yang mempengarui gaya hidup anak jalanan dan interaksi dalam pendidikan anak jalanan. Dalam penelitian ini memberikan sumbangan referensi untuk peneliti karena membahas salah satunya interaksi dalam pendidikan anak jalanan yang didalamnya ada kegiatan pendampingan yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Penelitian ini dalam pelaksanaan pendampingan, pendamping memberikan pengajaran atau mendampingi belajar kepada anak jalanan. Metode pengajaran yang digunakan dalam pendampingan ini antara lain pendampingan secara


(50)

35

personal, kelo mpok, dan program penyadaran. Serta dalam penelitian ini sedikit membahas tentang program PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak).

3. Hasil penelitian dari Widiasih Pujiastuti yang berjudul (1999) “Peranan Rumah Singgah Terhadap Pelayanan Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta. Dalam penelitian ini menjelaskan pokok permasalahan yang diteliti tentang bagaimana peranan Rumah Singgah terhadap pelayanan sosial anak mulai dari kebutuhan fisik, rohani dan jasmani mereka. Pelayanan sosial dilakukan mulai dari proses penjangkauan anak jalanan dan pendmpingan anak jalanan yang dilakukan oleh pekerja sosial. Dalam proses penjangkauan dan pendampingan menemukan beberapa hambatan yaitu anak jalanan mencurigai dan menolak berhubungan dengan para pekerja sosial karena mereka dianggap orang asing yang dapat mengganggu keberadaan si anak, adapun ancaman dari orang-orang sekitar mereka agar tidak berhubungan dengan para pekerja sosial, anak jalanan yang tidak mau dibina oleh pekerja sosial. Sekitar 28 anak jalanan berhasil ditangani dengan rincian 11 orang sudah beralih kerja, 8 orang kembali ke orang tua atau lembaga pengganti, 8 orang kembali ke sekolah, 1 orang transmigrasi dan sekitar 37 anak masih menjadi anak jalanan.

C. Kerangka Berfikir

Anak jalanan masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Kebanyakan masyarakat ingin menghilangkan anak jalanan yang dianggap


(51)

36

meresahkan masyarakat tanpa memberikan solusi yang tepat kepada mereka Masyarakat yang peduli dengan fenomena yang terjadi mempunyai ide untuk memberikan pelayanan sosial untuk anak jalanan, salah satunya dengan adanya Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Rumah Singgah Ahmad Dahlan berupaya melakukan penyelamatan, pendampingan terhadap anak-anak. Penyelamatan tidak hanya melakukan kegiatan memberikan makan, minum, baju kepada anak jalanan dalam tempo sesaat, melainkan memberikan fasilitas yang lebih serius yaitu Rumah Singgah dan memberikan progam-progam kepada mereka seperti yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Kerja sama dengan pemerintah harus dilaksanakan khususnya Kementerian Sosial ataupun Dinas Perlindungan Anak untuk memberikan beberapa program yang dapat bermanfaat untuk anak jalanan. Salah satunya adanya program PKSA yang bertujuan memberikan kebutuhan untuk anak-anak jalanan, balita terlantar dan anak-anak dari keluarga kurang mampu. Harapanya program tersebut berjalan dengan lancar pemerintah melalui Dinsos bekerja sama dengan Rumah Singgah Ahmad Dahlan untuk membantu menyalurkan bantuan dari program PKSA sekaligus memberikan pendampingan terhadap anak-anak yang menerima bantuan dari program tersebut.

Diharapkan dengan pendampingan tersebut program PKSA dapat berjalan sesuai dengan harapan dan membantu anak-anak mengurangi aktifitas mereka di jalan sehingga mereka akan terbiasa untuk tidak hidup di jalan.

Visualisasi dari kerangka berfikir di atas dapat dilihat dari gambar kerangka berfikir sebagai berikut :


(52)

37 Bagan 1. Kerangka berfikir

Sumber : olahan peneliti.

Pendampingan PKSA oleh Rumah Singgah Ahmad

Dahlan Masalah sosial

anak jalanan

Program PKSA :

Pemenuhan kebutuhan identitas Pemenuhan kebutuhan fisik

Pemenuhan kebutuhan emosional Pemenuhan kebutuhan sosial

Hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan program PKSA, anak jalanan tidak

lagi turun kejalan Rumah Singgah

Ahmad Dahlan

Pelaksanaan Pendampingan dengan Model Rumah Singgah

- Persiapan

- Proses Pelaksanaan Pendampingan -Faktor Pendukung dan Penghambat


(53)

38 D. Pertanyaan Penelitian

Ada beberapa pertanyan penelitian yang diharapkan dapat membantu menjawab permasalahan yang akan diteliti, diantaranya :

1. Bagaimana persiapan pelaksanaan program pendampingan PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ?

2. Bagaimana pelaksanaan program pendampingan PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ?

3. Apa faktor yang mendukung dalam pelaksanaan pendampingan PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ?

4. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan pendampingan PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan ?


(54)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkap sebab dan proses terjadinya di lapangan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan yang akan dibahas dengan mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan bagaimana pembinaan anak jalanan melalui program PKSA (Program Kesejahteraan Sosial Anak) di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dan data yang diperoleh dengan menggunakan metode observasi, metode wawancara, dan metode documentasi

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi yang di pilih peneliti adalah di tempat dimana ada pembinaan anak jalanan melalui program PKSA yaitu di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Jl. Sidobali UH II No. 369 Yogyakarta. Adapun alasan mengapa peneliti memilih Rumah Singgah Ahmad Dahlan sebagai tempat penelitianya diantaranya :

1. Adanya pendampingan program PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan untuk anak-anak binaanya.


(55)

40

2. Adanya pendamping Sakti Pesos yaitu pendamping PKSA langsung dari Kementerian Sosial.

C. Informan Peneliti

Informan yang ditunjuk untuk mendapatkan data oleh peneliti adalah orang-orang yang terlibat pelaksanaan program PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, Yaitu peserta pendampingan (anak-anak yang mendapatkan pendampingan PKSA khususnya anak jalanan) yang dipilih berdasarkan jenjang pendidikan SD ke atas / antara umur 7-18 th. Data yang ingin dikumpulkan yaitu mulai dari proses persiapan pendampingannya, pelaksanaanya, sampai dampak yang dihasilkan dari pendampingan terhadap anak. Memperoleh data dari pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan dan pekerja sosial/pendamping yang berjumlah 4 orang. mulai dari tahap persiapan sampai faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan maupun pendukung pendampingan program. Maksud dari peneliti memilih orang-orang tersebut karena ingin memperoleh data sebanyak-banyaknya yang dapat dibuktikan kebenaranya.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga untuk memperoleh data yang di perlukan ada beberapa metode yang dilakukan :

1. Metode Observasi (Pengamatan)

Metode observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang di selidiki (Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 2007 : 70).


(56)

41

Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati langsung apa yang terjadi di lapangan. Mulai dari tempat dalam aspek fisiknya, orang-orang yang terlibat didalam program PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, aktifitas pendampingan yang seperti apa, obyek pendampingan itu siapa dan tujuan yang di capai melaksanakan program ini seperti apa.

Menurut Yehudo dan kawan-kawan dalam Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi (2007:70) menjelaskan pengamatan akan menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila :

1.Mengabdi kepada tujuan penelitian 2.Di rencakan secara sistematis

3.Dicatat dan di hubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum

4.Dapat dicek dan dikontrol validitas, reabilitas, dan ketelitianya.

2. Metode Wawancara

Kegiatan atau proses yang dilakukan oleh dua orang antara pewawancara dan terwawancara untuk memperoleh data yang dibutuhkan pewawancara dari terwawancara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur. Jadi peneliti harus mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Metode wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk menggali data dari para informan yaitu bagaimana proses awal program PKSA, pendampingan PKSA, serta faktor pendukung dan penghambat pendampingan PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan, wawancara dilakukan


(57)

42

dengan menggunakan pedoman wawancara yang sudah disusun peneliti sesuai dengan data yang ingin peneliti peroleh. Tujuan dari metode wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya (Sugiyono, 2011: 320). Diharapkan dari wawancara tersebut akan memudahkan peneliti memperoleh data yang dapat membantu proses penelitianya.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini berupa arsip-arsip/ data dari program PKSA, foto-foto kegiatan pendampingan PKSA. Kegunaan metode ini adalah untuk memperoleh data yang tertulis mengenai pendampingan PKSA yang dilakukan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan serta dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian. Kegunaannya untuk mendukung hasil pengamatan (Observasi) dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.


(58)

43

Tabel 2

Teknik Pengumpulan Data No

Aspek Metode Sumber data

1. Persiapan Observsi dan Dokumentasi

Pengelola atau pendamping PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan

2. Pelaksanaan Observasi dan wawancara

Pengelola atau pendamping PKSA di Rumah Singgah Ahmad Dahlan dan peserta dampingan atau anak-anak yang menerima PKSA (anak jalanan)

3. Dampak Observasi dan wawancara

Pendamping program PKSA, anak jalanan

E. Instrumen Penelitian

1. Pengertian instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kaitannya dalam mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. (Suharsimi Arikunto, 2000: 134). Dalam penelitian ini yag menjadi Instrumen utama adalah peneliti sendiri dibantu pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi terstruktur yang dibuat sendiri oleh peneliti dibantu dosen pembimbing. Pedoman observasi digunakan sebagai alat bantu pengumpulan data yang dibuat dan disusun untuk mendapatkan data sesuai dengan apa yang terdapat dilapangan atau sesuai dengan apadanya. .


(59)

44

Pencatatan data wawancara juga aspek utama yang sangat penting dalam wawancara karena kalau pencatatan itu tidak dilakukan dengan semestinya, maka sebagian dari data akan hilang dan usaha wawancara akan sia-sia. Sedangkan pedoman dokumentasi untuk menggali data atau informasi yang tercatat sebelumnya yang diperoleh melalui catatan tertulis.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis mulai dari data yang diperoleh, dengan cara mengkoordinasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun pola, memilah yang penting dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh peneliti dan orang lain (Sugiyono, 2011 : 335).

Proses berjalanya analisis data kualitatif menurut Seiddel 1998 (dalam Lexy J Moleong : 248 ) sebagai berikut :

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu di beri kode agar sumber datanya tetap dapat di telusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, 3. Mensistesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya. 4. Befikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempuyai

makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum.

Proses analisis data dilakukan dengan cara menelaah dan memilah-milah data yang sudah diperoleh dari berbagai sumber, pengamatan di lapangan (observasi), wawancara dari para responden, dokumentasi serta catatan lapangan yang dibuat saat observasi. Semua data itu diperoleh dari


(60)

45

responden yang dipilih sesuai tema penelitian yaitu pendamping program PKSA, dampingan program PKSA (anak jalanan), serta pengelola Rumah Singgah Ahmad Dahlan. Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut :

1. Data Reduction (Reduksi data), dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, disusun lebih sistematis, sehingga data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan

2. Membuat Data Display (Penyajian Data), agar dapat melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data lebih mudah.

3. Kesimpulan, tahap dimana peneliti harus memaknai setiap data yang terkumpul kemudian dibuat pernyataan yang singkat yang mudah dipahami yang mengacu pada masalah yang diteliti. Pernyataan singkat bisa berubah apabila ada data yang lain yang lebih valid dan konsisten. Maka dari itu pernyataan itu segera di verifikasi dengan cara mennayakan kepada sumber data penelitian atau pengamatan langsung di lapangan.

G. Keabsaan Data

Penelitian ini untuk keabsaan data di uji dengan menggunakan teknik trianggulasi data. Dalam pengumpulan data teknik triangulasi dapat diartikan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari


(61)

46

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada (Sugiyono, 2011: 330).

Trianggulasi dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Trianggulasi sumber adalah mencari data atau memperoleh data dengan cara memberikan pertanyaan kepada 2 respondenatau lebih yang berbeda tetapi dengan pertanyaan yang sama. Trianggulasi metode adalah memperoleh data hasil penelitian yang sama dengan cara melakukan observasi dan wawancara dengan responden dan hasilnya sama. Dengan pertimbangan untuk memperoleh data dari informan perlu dilakukanya cross check dari informan satu ke informan yang lain sehingga data yang tersajikan bener-bener valid. Informan yang dipilih harus dari sumber yang mengetahui permasalahan penelitian ini. Dengan memberikan pertanyaan kepada salah satu informan oleh penulis kemudian penulis mengecek lagi dengan memberikan pertannyakan yang sama kepada informan lain.

Apabila kedua jawaban yang diberikan oleh informan itu sama maka itu dianggap sah, apabila jawaban itu tidak sama maka solusinya dengan cara mencari jawaban dari informan yang lainya untuk pembanding dari jawaban informan yang ke satu dan ke dua. Dapat juga dengan cara membandingkan hasil jawaban informan dengan pengamatan penulis dilapangan apakah relevan sehingga data yang didapatkan dapat dipertanggungjawabkan.


(62)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Diskripsi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

1. Lokasi dan Keadaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Rumah Singgah Ahmad Dahlan berlokasi di Jl. Sidobali UH II No. 396 RT.26 RW.08, Mujamuju, Umbulharjo, Kota Yogyakarta 55615, telp. (0274) 7480582. Lokasi tersebut memudahkan masyarakat untuk menemukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan karena terletak di perkotaan dan dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor.

Bangunan Rumah Singgah Ahmad Dahan terdiri satu ruang tamu, ruang administrasi, satu kamar tidur untuk anak binaan, satu kamar mandi dan WC, terdapat dapur memasak dan semuanya dalam keadaan yang baik ataupun layak untuk digunakan. Selain itu Rumah Singgah Ahmad Dahlan memiliki fasilitas pendukung seperti listrik yang cukup, perpustakaan kecil yang menyediakan kurang lebih 250 buku, papan informasi, TV untuk hiburan anak jalanan.

2. Sejarah Berdirinya Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Rumah Singgah Ahmad Dahlan didirikan pada tanggal 14 Maret 2000. Rumah Singgah Ahmad Dahlan didirikan berdasarkan keinginan para pengurusnya untuk tidak sekedar membantu mengetaskan anak-anak jalanan secara isidentil dan parsial atau hanya membantu sekolah, permakanan, pakain, tetapi lebih dari itu Rumah Singgah Ahmad Dahlan didirikan ingin melakukan


(63)

48

kerja pendampingan secara terencana, terprogram, dan dilakukan secara berkelanjutan.

Perjalanan Rumah Singgah Ahmad Dahlan melakukan pendampingan kepada anak jalanan di Yogyakarta kurang lebih selama empat belas tahun mulai dari awal berdiri sampai sekarang yang masih eksis melakukan pendampingan untuk anak jalanan. Dari awal pertama pengoprasionalannya dikerjakan secara mandiri oleh pengurus Rumah Singgah Ahmad Dahlan dan dipengunjung tahun kedua dipercayai oleh Dinas Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan Masyarakat untuk mengelola Rumah Singgah Tersebut. ini prestasi tersendiri bagi rumah Singgah Ahmad Dahlan karena dipercaya sebagai mitra untuk membebaskan Yogyakarta dari anak jalanan.

3. Visi dan Misi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Rumah Singgah Ahmad Dahlan sebagai wadah bagi anak jalanan yang ada di Yogyakarta untuk dapat membantu mereka keluar dari jalanan, mengembangkan potensi mereka sehingga bisa bersaing dan membantu mereka supaya tidak dianggap sebeah mata oleh masyarakat memiliki visi dan misi untuk mencapai tujuan tersebut.

Adapun visi dari Rumah Singgah Ahmad Dahlan adalah membebaskan Yogyakarta dari anak jalanan serta mewujudkan Kota Yogyakarta yang ramah dengan anak. Kemudian misi yang ingin dicapai adalah mendirikan sentra-sentra pendidikan (pelatihan) untuk anak jalanan, melakukan pendampingan dan advokasi kepada anak jalanan, bergabung bersama masyarakat untuk


(64)

49

kampanye peduli anak jalanan, dan memperjuangkan taraf hidup anak secara hukum, politik, ekonomi dan sosial.

4. Anak Jalanan Binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Ada sekitar 60 anak jalanan yang menjadi Anak binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan, dari jumlah tersebut tidak semuanya tinggal di Rumah Singgah dikarenakan mobilitas anak jalanan yang tinggi sehingga penambahan dan pengurangan jumlah anak jalanan itu kadang terjadi di Rumah Singgah. Kadang ada yang datang hanya singgah semalam terus pergi lagi, bahkan ada yang sampai seminggu terus pergi lagi, biasanya anak jalanan yang seperti itu datang dari kota besar lainya seperti medan, solo, malang. Anak jalanan binaan Rumah Singgah tersebar dibeberapa titik yaitu di daerah Blok O, dibawah jembatan janti, alun-alun utara serta Gedongkuning.

Anak binaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan rata-rata berusian 6-18 tahun, dimana usia tersebut adalah usia yang masih labil bagi perkembangan anak karenanya anak jalanan memerlukan pendampingan, arahan, bimbingan oleh Rumah Singgah Ahmad Dahlan agar mereka berkembang dengan optimal baik dari segi mental, fisik, emosianal, dan rohaninya.

5. Badan Hukum

Rumah Singgah Ahmad Dahlan yang berdiri pada tanggal 14 Maret tahun 2000 sudah memiliki legalitas lembaga dari pemerintah provinsi DIY yang disahkan oleh Akte Notaris: Daliso Rudianto, SH. Nomor. 05. Tahun 2001, SK Dinkeskessos DIY No. 31/KPTS/XI/2001, dan SK Depag DIY no. A 05198 Tahun 2005.


(65)

50 6. Pendanaan

Sejak dari awal berdiri tahun 2000 Rumah Singgah Ahmad Dahlan melakukan pendampingan secara mandiri. Pendanaan dibantu oleh donatur tetap, atau donatur isidental yang jumlahnya tidak ditentukan berapa besarnya. Setelah itu Rumah Singgah Ahmad Dahlan selalu berusaha untuk mengakses bantuan kebeberapa intansi pemerintah seperti Dinsos, pemerintah kota yogyakarta, dinas pendidikan, dinas tenaga kerja, dan departemen agama. 7. Struktur Organisasi Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Gambar 2. struktur Rumah Singgah Ahmad Dahlan . Sumber : Data Primer Rumah Singgah Ahmad Dahlan

BENDAHARA SEKRETARIS

PEKERJA SOSIAL PEKERJA SOSIAL PIMPINAN


(66)

51

8. Program-program Pendampingan Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Rumah Singgah Ahmad Dahlan memiliki program-program pendampingan untuk anak jalanan yang selalu ditingkatkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Beberapa program pendampingan tersebut apada hakekatnya merupakan peningkatan potensi yang dimiliki oleh anak jalanan dalam

kedua aspek yang diprioritaskan tersebut. Maka secara individual dapat dirumuskan

kategori-kategori personal dari anak jalanan sebagai berikut:

a. Program Pendampingan untuk Anak yang Hidup di Jalanan. Pendampingan untuk anak yang riil di jalan dikerjakan melalui pendekatan Rumah Singgah, karena Rumah Singgah mempunyai fungsi memperkenalkan nilai dan norma sosial pada anak jalanan. Disini diharapkan pekerja sosial/pendamping mampu mengembalikan pola hidup normatif kepada anak. Maka setidaknya pada program ini akan memuat program penjangkauan (outreach), assessment, pemberdayaan, terminasi. Untuk menentukan pendampingan seperti apa yang akan dilakukan dan menyusun strategi-strateginya.

b. Program Pendampingan untuk Anak yang Rentan Menjadi Anak Jalanan.

Untuk program pendampingan yang meliputi anak yang terlantar dan rentan menjadi anak jalanan didampingi melalui pendekatan, kemasyarakatan (community based program) dan memaksimalkan kerjasama dengan institusi pemerintahan setempat. Yaitu dengan mendirikan sanggar-sanggar belajar, pusat kegiatan belajar anak, di komunitas miskin perkotaan yang menjadi tempat hidup anak-anak terlantar yang rentan menjadi anak jalanan. Orientasi


(67)

52

kerja pendampingan ini diprioritaskan penguatan anak untuk tetap sekolah dan bimbingan motivasi orang tua.

Secara operasional dalam pendampingan ini, akan dikerjakan program tutorial, bimbingan mental (penyuluhan), kelompok belajar anak (KBA), pemberdayaan ortu yang berupa modal usaha, pendampingan usaha, bimbingan motivasi (konseling) dan advokasi serta bimbingan sosial juga game (permainan).

c. Program Pendampingan Pasca Rumah Singgah

Program pendampingan pasca Rumah Singgah akan ditindak lanjuti berdasarkan kategori anak jalanan. Kategori itu bisa terinci sebagai berikut :

1) Anak yang siap berproduksi (mandiri)

Beberapa kemungkinan alasan, mengapa anak siap hidup mandiri (bekerja). Pertama, tuntutan keadaan. Yaitu karena keluarga sudah mengacuhkanya dan tidak peduli nasib hidupnya. Kedua, usia (umur) yang memasuki fase produktif (usaha). Ketiga, kemauan anak yang kuat, dan telah memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah. Anak yang masuk dalam kategori ini akan didampingi melalui program pembelajaran wirausaha atau skelter

workshop, wirausaha, entrepreneurship. Dengan orientasi

pendampingan meliputi pelatihan (life skill), magang kerja, belajar usaha, permodalan, usaha bersama.


(68)

53 2) Anak yang siap alih kerja

Besar sekali dari proses pendampingan yang terakhir yaitu terminasi, anak memutuskan alih kerja dari seorang pengamen ke bentuk kerja yang normatif. Pada kategori ini kerja pendampingan diorientasikan pada dua arah, yaitu pendidikan yang berorientasi skill, dan yang kedua adalah peningkatan ekonomi. Bentuk pendampingan yang berbasis masyarakat yaitu mencarikan rujukan dan referensi lembaga ekonomi yang berorientasi profit, semacam bengkel, pertukangan pabrik, perusahaan jasa dan produksi.

3) Anak yang kembali menyatu dengan keluarga

Karena proses pendampingan yang secara berkala dilakukan maka anak merasa ingin bersatu lagi dengan keluarga, sehingga walaupun anak jalanan tiduk turun lagi kejalan tetep di monitoring untuk mencegah anak tersebut untuk kembali ke jalan lagi.

4) Anak yang siap sekolah

Anak-anak yang bersedia kembali kebangku sekolah disiapkan program pondok pesantren anak jalanan, atau dirujukkan kepanti-panti asuhan putra Muhammadiyah. Legitimasi empirisnya anak yang bersekolah jika masih berkumpul di Rumah Singgah akan sangat sulit berkonsentrasi terhadap pelajaran yang diterima disekolah. Tetapi jika dirujukan kepanti-panti umum yang telah ada di Yogyakarta maka anak-anak tersebut akan mempunyai


(69)

54

resistansi yang cukup tinggi terhadap kehidupan jalanan sehingga semakin lama mereka akan menjadi anak yang “normal”.

5) Anak yang menolak pendampingan

Anak dalam kategori ini biasanya anak-anak yang merasa bahwa hidup dimanapun itu adalah hak setiap orang misalnya pilihan mereka hidup dijalan atau mereka sudah merasa aman dan nyaman hidup di jalan sehingaa perlu mendapatkan pendampingan khusus sehingga mereka mau menerima pendampingan.

Pada anak yang demikian Rumah Singgah akan menerapkan program pendampingan yang menjamin terpenuhinya hak-hak dasar anak, disamping juga megupayakan perubahan mental dan sikap serta prilaku jalanannnya. Orientasi pendampingan juga bertujuan meminimalisir efek negatif kehidupan jalanan. Tercatat dalam studi kasus pendampingan Ahmad Dahlan yaitu: miras, ngelem, kriminalitas, narkotika, sodomi, sex bebas dan sebagainya.

B. Hasil Penelitian

Rumah Singgah Ahmad Dahlan didirikan atas kepercayaan dari Dinas Kesejahteraan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat sebagai mitra untuk membebaskan Yogyakarta dari anak jalanan pada tahun kedua lembaga ini berdiri, salah satunya dengan memberikan pendampingan kepada mereka.

Rumah Singgah Ahmad Dahlan diberi kepercayaan sebagai penyalur dana bantuan PKSA kepada anak jalanan sejak tahun 2009 atau tahun


(70)

55

pertama program itu diadakan. Maka dari itu Rumah Singgah Ahmad Dahlan melakukan pendampingan PKSA sejak 2009 kepada anak jalanan dengan tujuan anak jalanan terpenuhi kebutuhan dasar mereka sesuai dengan tujuan dari PKSA tersebut. hasil penelitian menunjukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan berhasil melakukan pendampingan PKSA dari tahun 2009 terbukti dengan adanya anak jalanan penerima bantuan PKSA ada beberapa yang keluar dari dunia jalan.

Hasil penelitian ini akan menyajikan proses awal pendampingan PKSA yang dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan, proses pelaksanaan pendampingan PKSA Rumah Singgah Ahmad Dahlan, faktor-faktor pendukung serta penghambat yang ada saat pendampingan itu dilakukan. Berikut paparan hasil wawancara yang dilakukan kepada pengelola, pendamping dan anak jalanan (dampingan), sebagai berikut :

1. Proses Awal Pendampingan PKSA yang Dilakukan Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Ada dua tahap yang perlu diperhatikan pada saat proses awal pendampingan PKSA di Rumah Singgah Ahmad karenanya proses awal salah satu yang terpenting yang menentukan keberhasilan pendampingan. Kedua tahapan tersebut, yaitu :

a. Penjangkauan

Penjangkauan adalah langkah awal untuk menentukan siapa saja anak yang akan menerima bantuan PKSA. Penjangkauan dilakukan di tempat-tempat yang terdapat anak binaan Rumah Singgah Ahmad


(1)

123

LAMPIRAN 6


(2)

124

Perpustakaan Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Fasilitas (dapur) Rumah Singgah Ahmad Dahlan

Fasilitas (WC) Rumah Singgah Ahmad


(3)

125

Home Visit Home Visit

Sosialisasi Program

Tampak luar Rumah Singgah Ahmad Dahlan


(4)

126

Lampiran 7


(5)

(6)