PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI STRATEGI KWL (KNOW – WANT TO KNOW – LEARNED) PADA SISWA KELAS III MI AL – HIDAYAH PLUMBUNGAN SUKODONO SIDOARJO.
PENINGKATAN MINAT BELAJAR
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
MELALUI STRATEGI KWL (Know
–
Want to Know
–
Learned)
PADA SISWA KELAS III MI AL - HIDAYAH
PLUMBUNGAN SUKODONO SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
WIDIYAH ASTUTIK NIM : D07211048
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PGMI
2015
(2)
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi Oleh :
Nama : Widiyah Astutik NIM : D07211048
Judul : PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA MELALUI STRATEGI KWL (Know – Want To Know -
Learned) PADA SISWA KELAS III MI AL-HIDAYAH PLUMBUNGAN
SUKODONO SIDOARJO
(3)
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi oleh Widiyah Astutik ini telah dipertahankan di depan tim penguji skripsi. Surabaya, 25 Juni 2015
(4)
122
PERN YATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertandatangan di bawah ini saya :
Nama : Widiyah Astutik
NIM : D07211048
Program : Sarjana (S-1)
Institusi : Program Sarjana UIN SunanAmpel Surabaya
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa SKRIPSI ini secara keseluruha n adalah hasil penelitian atau karya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
(5)
ABSTRAK
Widiyah Astutik. Penelitian Tindakan Kelas, 2015. Peningkatan Minat Belajar Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Strategi KWL Pada Siswa Kelas III MI Al-Hidayah Plumbungan Sukodono Sidoarjo. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing Sihabuddin, M.Pd.I, M.Pd Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas III MI Al-Hidayah menunjukkan bahwa minat belajarnya dalam kategori rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil observasi peneliti, dari 19 siswa hanya 32% yang antusias mempelajari tentang membaca pada materi pada kompetensi dasar Menjelaskan isi teks (100- 150 kata) melalui membaca intensif. Penyebabnya adalah pelajaran tentang membaca intensif diajarkan tanpa menggunakan media ataupun metode khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung membuka buku yang hendak dibaca dan seketika itu dibaca tanpa ada motivasi dari sang guru. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan strategi KWL.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, 1.mengetahui minat belajar sebelum
diterapkannya strategi KWL 2. Mendeskripsikan penerapan strategi KWL 3.
Mengetahui peningkatan minat belajar siswa setelah diterapkan strategi KWL.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Spiral Kemmis dan MC Taggart yang terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan/pelaksanaan, obsevasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Al-Hidayah tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah 19 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dengan menggunakan instrumen lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa, wawancara menggunakan instrumen pedoman wawancara dan angket menggunakan instrument butir-butir angket.
Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkannya Strategi KWL dalam kategori rendah dengan prosentase minat belajar kategori tinggi dan sangat tinggi sebesar 32%. 2 Penerapan strategi KWL pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I masih belum diterapkan secara maksimal. . Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor akhir aktivitas guru 58 sedangk an perolehan skor akhir
aktivitas 48. Setelah adanya perbaikan pada siklus II perolehan skor akhir aktivitas
guru yang mengalami peningkatan menjadi 79,8. Untuk perolehan skor akhir aktivitas siswa juka mengalami peningkata menjadi 75, 3. Minat belajar siswa kelas III setelah diterapkannya strategi KWL pada siklus I kategori tinggi dan sangat tinggi mengalami peningkatan 21% dari 32% menjadi 53%. Sedangkan minat belajar siswa kategori tinggi dan sangat tinggi pada siklus II juga mengalami peningkatan 31% dari 53% menjadi 84%. Pada siklus II prosentase minat belajar siswa kategori tinggi dan sangat tinggi dinyatakan telah memenuhi indikator kinerja.
(6)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMANJUDUL... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... vi
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tindakan yang Dipilih... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Lingkup Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN TEORI... 8
A. MinatBelajar ... 8
1. Pengertian Minat Belajar... 8
2. Sebab-sebab Timbulnya Minat Belajar ... 11
3. Cara Membangkitkan Minat Belajar ... 13
4. Fungsi Minat Belajar ... 17
5. Aspek-aspek Minat Belajar ... 19
6. Indikator Minat Belajar ... 21
(7)
1. Pengertian KWL ... 24
2. Langkah- langkah Pembelajaran... 25
C. Mata PelajaranBahasa Indonesia di MI... 27
1. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI ... 27
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI ... 31
3. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di MI ... 33
D. Membaca Intensif ... 34
1. Hakikat Membaca ... 34
2. Tujuan Membaca ... 36
3. Teori Membaca ... . 37
4. Pengertian ... . 38
5. Komponen Kegiatan Membaca ... . 40
E. Isi Materi ... . 42
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 45
A. Metode Penelitian ... 45
B. Setting Penelitian ... 48
C. Variabel yang Diteliti ... 48
D. Rancangan Tindakan ... 49
1. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 49
2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II... 54
E. Data dan Cara Pengumpulan ... 58
1. Sumber data ... 58
2. Teknik Pengumpulan Data ... 59
F. Analisis Data ... 69
G. Indikator Kinerja ... 71
H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73
A. HasilPenelitian ... 73
(8)
2. Siklus I... 76
3. Siklus II ... . 94
B. Pembahasan ... 113
BAB V PENUTUP ... 113
A. Simpulan ... 115
B. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 122
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 59
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II... 61
Tabel 3.3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 63
Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 65
Tabel 3.5 Kisi-kisi Butir Angket ... 68
Tabel 4.1 Hasil Angket Minat Belajar Siswa PraTindakan ... 74
Tabel 4.2 ObservasiAktivitas Guru Siklus I... 81
Tabel 4.3 Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 83
Tabel 4.4 Observasi Aktifitas Siswa Siklus I ... 86
Tabel 4.5 Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Siswa... 88
Tabel 4.6 Hasil Angket Tentang Minat Belajar Siswa Siklus I ... 91
Tabel 4.7 Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 97
Tabel 4.8 Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 101
Tabel 4.9 Observasi Aktifitas Siswa Siklus II... 104
Tabel 4.10 Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Siswa... 106
Tabel 4.11 Hasil Angket tentang Minat Belajar Siswa Silkus II ... 109
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Situasi saat gempa bumi ... 43 Gambar 3.1Alur siklus PTK menurut Kemmis & Mc Taggart ... 47
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Format Wawancara Guru ... 124
2. Lembar Instrumen Validasi RPP ... 126
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I dan Siklus II ... 132
4. Validasi Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 158
5. Validasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa... 162
6. Validasi Butir Angket ... 166
7. Angket Untuk Siswa ... 169
8. Hasil Angket Minat Belajar Siswa PraTindakan, Siklus I dan II ... 172
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia. Melalui komunikasi siswa dapat mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapatnya tentang sesuatu kepada orang lain. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, maka kemampuan berkomunikasi harus dilatih melalui belajar. Tugas guru adalah memberikan pengalaman berbahasa secara langsung kepada siswa. Guru juga dapat mengembangkan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa, sumber belajar, bahan ajar, media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didik.
Berdasarkan standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia, ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pada akhir pendidikan di sekolah dasar, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra. Kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dalam berkomunikasi lisan (mendengarkan dan berbicara) dan tulis (membaca dan menulis) sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, serta mengapresiasi karya sastra.
(13)
2
Keterampilan membaca merupakan modal utama bagi peserta didik. Dengan
bekal tersebut, peserta didik dapat mempelajari ilmu lain, dapat
mengkomunikasikan gagasannya, dan dapat mengekspresikan dirinya. Kegagalan dalam penguasaan keterampilan ini akan mengakibatkan masalah yang fatal, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk
menjalani kehidupan sosial kemasyarakatan.1
Karakteristik anak usia SD/MI adalah senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa memerlukan adanya pengorganisasian proses belajar yang baik. Proses belajar mengajar merupakan suatu rentetan kegiatan guru menumbuhkan orgasisasi proses belajar mengajar yang efektif.2
Dalam pandangan psikologi modern, belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses pengalaman. Oleh karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan ( motorik, kognitif dan sosial ), penghayatan serta internalisasi nilai- nilai dalam pembentukan sikap.3
1
Jauharoti Alfin, et a l, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: LAPIS - PGMI, 2008) hal 9 (paket 7)
2
Syaifu l Bahri D, et a l, Strategi Belajar Mengajar, (Jaka rta: Rineka Cipta, 2010) ha l 33
3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jaka rta: Kencana
(14)
3
Pentingnya membaca pada anak usia SD /MI tampaknya kurang ses uai dengan realita di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru Bahasa Indonesia di MI Al-Hidayah Plumbungan kecamatan Sukodono kabupaten Sidoarjo, masih banyak siswa yang belum menyukai pembelajaran membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil observasi peneliti, Pada awal pelajaran banyak peserta didik yang belum siap untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Peserta didik ramai sendiri dengan teman sebangkunya atau bermain- main dengan alat tulisnya. Selama proses pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan metode ceramah. Peserta didik hanya mendengarkan dan pasif dalam kegiatan pembelajaran. Ketika mengajar guru hanya berfokus pada satu tempat saja. Ketika ada peserta didik yang tidak paham dengan materi pembelajaran guru kurang mengetahui.
Dari hasil penyebaran angket juga membuktikan bahwa hanya 32% yang antusias mempelajari tentang membaca pada materi pada kompetensi dasar Menjelaskan isi teks (100- 150 kata) melalui membaca intensif.4
Berdasarkan realitas di atas, faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya minat belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia di MI Al-Hidayah Plumbungan Sukodono Sidoarjo adalah pelajaran tentang membaca intensif diajarkan tanpa menggunakan media ataupun metode khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung membuka buku yang hendak dibaca dan seketika itu dibaca
4 Muslimah, Gu ru bidang studi Bahasa Indonesia kelas IV MI Al-Hidayah Sukodono Sidoarjo, 28
(15)
4
tanpa ada motivasi dari sang guru. Apabila siswa sebelumnya belum mengetahui apa isi dari bacaan yang timbul dari motivasi guru maka siswa aka n berpandangan bahwa bahan bacaan yang ada tidak menarik dan tidak ada guna dan manfaat bagi dirinya. Dalam hal ini masih banyak siswa yang belum menjawab pertanyaan dengan benar. Siswa juga belum tepat dalam menyatakan pendapat atau perasaan berkaitan dengan isi teks. Banyak siswa juga yang kesulitan dalam menyimpulkan teks dengan tepat.
Solusi pemecahannya adalah penulis menggunakan strate gi KWL ( Know–
Want to Know–Learned ) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca
intensif. Penggunaan startegi ini memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Strategi ini membantu mereka memikirkan informasi baru yang diterimanya. Strategi ini juga bisa memperkuat kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan tentang berbagai topik. Siswa juga bisa menilai hasil belajar mereka sendiri.5
Strategi KWL digunakan karena siswa bisa berperan aktif selama proses pembelajaran baik sebelum, saat dan sesudah adanya proses membaca. Pembelajaran sebelum adanya kegiatan membaca siswa yakni bisa saling bercurah pendapat, pada saat pembelajaran siswa juga bisa berperan aktif seperti bertanya pada guru, diskusi dan lain sebagainya. Sesudah adanya proses membaca merupakan produk yang dihasilkan dari membaca yang berupa tujuan pembelajaran yaitu Siswa dapat menjelaskan isi bacaan, dapat membuat
(16)
5
pertanyaan yang sesuai berdasarkan teks bacaan, dapat menjawab pertanyaan yang sesuai berdasarkan teks bacaan. Dengan adanya peran aktif siswa ini pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi bermakna dan menjadi kepuasan tersendiri bagi siswa dengan menghubungkan apa yang diketahui dan apa yang ingin diketahuinya.
Berdasarkan idealitas dan realitas di atas untuk mengatasi masalah yang peneliti hadapi adalah dengan menerapkan strategi KWL. Untuk selanjutnya penelitian ini diberi judul “Meningkatkan minat belajar melalui strategi KWL
(Know–Want to know-Learned) pada siswa kelas III MI Al-hidayah Plumbungan
Sukodono Sidoarjo”
B.Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana minat belajar Bahasa Indonesia materi membaca intensif pada siswa
kelas III MI Al-Hidayah Plumbungan sebelum diterapkannya strategi KWL ?
2. Bagaimana penerapan startegi KWL pada pelajaran Bahasa Indonesia materi
membaca intensif pada siswa kelas III MI Al-Hidayah Plumbungan ?
3. Bagaimana peningkatan minat belajar Bahasa Indonesia materi membaca
intensif pada siswa kelas III MI l-Hidayah Plumbungan setelah diterapkannya strategi KWL ?
C.Tindakan yang dipilih
Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan minat belajar Menjelaskan isi teks (100- 150 kata) melalui membaca intensif adalah dengan menggunakan strategi
(17)
6
KWL ( Know – Want to Know – Learned ). Penggunaan startegi ini memberikan
kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Strategi ini membantu mereka memikirkan informasi baru yang diterimanya Strategi ini juga bisa memperkuat kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan tentang berbagai topik. Siswa juga bisa menilai hasil belajar mereka sendiri.
D.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui minat belajar belajar Bahasa Indonesia materi
membaca intensif pada siswa kelas III MI Al- Hidayah Plumbungan sebelum diterapkannya strategi KWL
2. Untuk mendeskripsikan penerapan startegi KWL pada pelajaran Bahasa
Indonesia materi membaca intensif pada siswa kelas III MI Al-Hidayah Plumbungan
3. Untuk mengetahui peningkatan minat belajar bahasa Indonesia siswa
tentang materi membaca intensif di MI Al-Hidayah Plumbungan setelah diterapkannya strategi KWL
E.Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal- hal tersebut dibawah ini :
1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas III MI Al- Hidayah Plumbungan
(18)
7
terdapat kesulitan pada mata pelajaran bahasa Indonesia terutama pada indikator menjelaskan kembali isi teks, membuat dan menjawab pertanyaan melalui membaca intensif
2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III,
dengan standar kompetensi membaca dengan kompetensi dasar (3.2 Menjelaskan isi teks (100- 150 kata) melalui membaca intensif) pada indikator menjelaskan kembali isi teks, membuat dan menjawab pertanyaan serta meringkas bacaan melalui membaca intensif
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan kelas dengan penerapan strategi KWL sebagai berikut :
1. Bagi siswa, ikut berperan aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan keterampilan membaca intensif.
2. Bagi Guru, hasil penelitian memberikan pengetahuan dan pengalaman juga solusi terhadap permasalahan yang dihadapi siswa dan guru.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan kontribusi dala m usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di sekolah.
(19)
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan. Seseorang yang berminat terhadap
suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang.6
Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman.
Menurut bloom, minat adalah apa yang disebutnya sebagai
subject-related affect, yang didalamnya termasuk minat dan sikap terhadap materi pelajaran. Namun ternyata sulit menemukan pembatas antara minat dan sikap terhadap materi pelajaran. Yang tampak adalah sebuah kontinum yang
terentang dari pandangan (affect) negatif terhadap suatu pelajaran. Ini dapat
diukur dengan menanyakan pada siswa apakah ia mempelajari itu, apa yang ia sukai atau tidak disukainya mengenai pelajaran dan berbagai pendekatan dengan menggunakan quisioner yang berupaya meningkatkan berbagai
(20)
9
pendapat, pandangan, dan preferensi yang mungkin menunjukkan suatu afek positif atau negatif terhadap suatu pelajaran.
Menurut Nasution belajar sebagai perubahan kelak uan berkat pengalaman dan latihan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian, berlatih, dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Dengan belajar tindakan atau perilaku siswa berubah menjadi baik. Berhasil atau tidaknya perubahan baik itu tergantung pada siswa itu sendiri dan tergantung pula oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru.
Perasaan subyektif siswa tentang mata pelajaran atau seperangkat tugas dalam pelajaran banyak dipengaruhi oleh persepsinya tentang mampu tidaknya ia dalam menyalesaikan tugas-tugas itu. Pada gilirannya, persepsinya adalah berdasarkan pada riwayat sebelumnya dan penilaian sebelumnya mengenai
hasil belajar dari tugas-tugas itu.7
7 Ahamad Susanto. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. ( Ja karta: Kencana Prenada
(21)
10
Minat belajar dapat ditingkatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari. Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap siswa. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing siswa. Pihak lainnya hanya memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang.
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa
minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.8
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah kecenderungan yang mengarahkan siswa terhadap bidang-bidang yang ia sukai dan tekuni tanpa adanya keterpaksaan dari siapapun untuk meningkatkan kualitasnya dalam hal pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, logika berpikir, komunikasi, dan kreativitas.
(22)
11
2. Sebab-Sebab Timbulnya Minat Belajar
Minat pada dasarnya timbul didahului oleh suatu pengalaman disamping adanya rangsangan-rangsangan dari suatu obyek (pelajaran) yang ada kaitannya dengan kebutuhan dirinya.
Sehubungan dengan proses meningkatkan minat belajar ini, seperti apa yang dikatakan oleh Leater D. Croph bahwa guru di hadapkan terutama dengan penemuan yang diperoleh sesudahnya pada suatu tingkat belajar, sehingga akan dapat merencanakan pelajarannya untuk menentukan tingkat perbedaan
perhatian-perhatian yang timbul dari pengalaman-pengalaman.9
Adapun sebab-sebab yang menimbulkan minat belajar adalah sebagai berikut:
a. Menguasai Bahan atau Materi
Sebagai seorang guru atau pembimbing harus menguasai materi yang akan diberikan atau disampaikan kepada siswa, karena ketelitian dan kejelian seseorang dalam menerima pelajaran dapat pula akan menjatuhkan wibawa seorang guru, apabila tidak menguasai bahan yang diajarkan. Menurut M. Athiyah Al Abrosyi menerangkan:
“Seorang guru harus sanggup menguasai mata pelajaran yang diberikan serta memperdalam pengetahuannya tentang itu sehingga janganlah
9 Leater Decroph D. & Aliance Croph. D., Psik ologi Pendidik an, Terje mah Z. Kasijan (Surabaya: Bina
(23)
12
pelajaran itu bersifat dangkal tidak melepaskan dahaga dan tidak mengenyangkan lapar.”10
b. Penggunaan Metode
Penggunaan metode pengajaran yang baik membuat para siswa dapat menangkap dengan baik. Siswa akan merangsang minat untuk dapat belajar dengan sungguh-sungguh, penggunaan metode merupakan faktor penting dalam membuka cakrawala pengetahuan dan pandangan yang luas, sebagai sarana pengaplikasian ilmu secara sistematis.
Penggunaan metode pengajaran yang tidak sesuai dengan apa yang diberikan, akan memalingkan dari materi yang akan diajarkan serta
menimbulkan kebosanan dalam diri mereka. Zakiyah Darajat
mengemukakan bahwa:
“Metode mengajar sebagai proses belajar mengajar yang tepat harus dapat membuat proses belajar mengajar sebagai pengalaman hidup yang
menyenangkan dan berarti bagi anak didik.”11
c. Penampilan (Performance) dalam Mengajar
Penampilan yang diberikan dalam mengajar seharusnya menarik, menyenangkan dan lugas, sehingga memberikan wahana pesona bagi siswa untuk dapat menerima pelajaran dan meningkatkan kemampuannya.
10
Moh. Athiyah Al Abrosyi, Dasar-Dasar Pok ok -Pokok Pendidik an Agama Islam (Ja karta : Bulan Bintang, 1970), hal. 139
(24)
13
Penampilan guru yang baik dapat membantu menumbuhkan dan membangkitkan minat belajar siswa, dapat membantu memusatkan perhatian siswa, dapat mengurangi kelelahan belajar.
d. Kegairahan dan kesediaan untuk belajar
Seorang guru yang pengalamannya luas tidak akan memaksa muridnya untuk mempelajari sesuatu diluar kemampuannya dan tidak akan memompa otaknya dengan kemampuan yang tidak sesuai dengan kematangannya atau tidak sejalan dengan pengalaman yang lalu serta tidak akan menggunakan metode yang tidak sesuai dengan mereka dan tidak membangkitkan keadaan jiwa mereka.
e. Mengevaluasi suatu pelajaran
Mengadakan evaluasi terhadap satuan pelajaran adalah suatu pekerjaan yang penting bagi seorang guru untuk mengetahui sejauh mana hasil proses belajar mengajar. Bagi siswa kegiatan evaluasi tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kemampuannya dalam mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru. Dalam mengevaluasi ini guru mempersoalkan sampai manakah tujuan yang dicapai.
3. Cara Membangkitkan Minat Belajar
Membangkitkan minat belajar siswa, merupakan hal yang berkaitan dengan peranan seorang guru sebagai kunci dalam proses belajar mengajar. Kalaupun kemampuan seorang guru dalam bidang studinya ataupun
(25)
14
pengalaman yang dimiliki mempunyai nilai lebih dari siswanya, merupakan hal yang tidak patut diandalkan oleh seorang guru. Karena kemampuan yang lebih tersebut belum tentu dapat diterima oleh seorang siswa, akan menjadi sumber timbulnya rasa simpatik siswa kepada pengetahuan yang telah diberikan. Disamping itu kegiatan mengajar adalah suatu aktifitas yang sangat kompleks pula.
Untuk merealisir metode atau cara peningkatan minat belajar, maka harus mengetahui prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam proses mengajar. Menurut Roestiyah, prinsip-prinsip umum yang diberikan adalah:
a. Sebagai Fasilitator (menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan oleh
individu yang belajar)
b. Sebagai Pembimbing (memberikan bimbingan kepada siswa dalam
interaksi belajar)
c. Sebagai Motivator (memberikan dorongan semangat)
d. Sebagai Organisator (mengorganisir kegiatan siswa maupun guru)
e. Sebagai Manusia Sumber (memberikan informasi)12
Dengan prinsip-prinsip diatas, maka seorang guru akan mengetahui adanya kesulitan-kesulitan yang telah dialami seorang siswa, dan bagaimana pemecahannya.
12
(26)
15
Dari pernyataan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa upaya atau cara membangkitkan minat belajar yang antara lain:
a. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi
Seorang guru harus menggunakan banyak variasi metode pada waktu mengajar. Variasi metode mengakibatkan penyajian materi pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, mudah dipahami dan suasana di kelas menjadi hidup. Metode penyajian yang
selalu sama dan monoton akan membosankan siswa dalam belajar.13
b. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis di sekolah
Lingkungan yang saling menghormati dapat mengerti kebutuhan anak, bertenggang rasa, memberikan kesempatan pada anak untuk belajar sendiri, berdiskusi untuk mencari jalan keluar bila menghadapi masalah, akan mengembangkan kemampuan berfikir pada diri anak, cara memecahkan masalah, hasrat ingin tahu dan menambah
pengetahuan atas inisiatif sendiri.14
c. Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana
Pada kenyataannya tes dan nilai digunakan sebagai dasar berbagai
hadiah sosial (seperti pekerjaan penerimaan lingkungan dan
sebagainya). Menyebabkan tes dan nilai dapat menjadi kekuatan untuk memotovasi siswa. Siswa belajar pasti ada keuntungan yang di asosiasikan dengan nilai yang tinggi. Dengan demikian memberikan tes
13 Sla meto
,Belajar dan Fak tor-Fak tor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina A ksara, 1987), hal 67
(27)
16
nilai mempunyai efek untuk memotivasi belajar. Tetapi tes dan nilai harus dipakai secara bijaksana, yaitu untuk memberi informasi-informasi pada siswa lainnya, penyalahgunaan tes dan nilai akan mengakibatkan menurunnya keinginan siswa untuk berusaha dengan
baik.15
d. Menumbuhkan bakat, sikap dan nilai
Belajar mengandung pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang meliputi seluruh pembinaan individu terhadap dirinya, naluri, sikap dan pembinaan nilai- nilai sekolah jika ingin menghasilkan untuk masyarakat sebagai warga negara yang baik dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan berusaha meningkatkan taraf hidupnya, haruslah membekalinya dengan bakat yang terpuji, sikap-sikap yang
baik dan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat.16
Selain itu, pelajaran berjalan lancar bila ada minat. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak adanya minat. M inat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut:
a. Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai
keindahan, untuk dapat penghargaan, dan sebagainya).
b. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.
c. Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, “Nothing succeeds like succes”. Tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada
15 Sla meto
,Belajar dan Fak tor-Fak tor, …hal. 179
(28)
17
hasil yang baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu.
d. Gunakan berbagai bentuk metode mengajar seperti diskusi, kerja
kelompok, membaca, demonstrasi, dan sebagainya.17
Dengan demikian cara-cara yang harus dilakukan dalam meningkatkan minat siswa terhadap proses belajar sebagai landasan pengembangan pemikiran siswa yang dinamis dan produktif adalah dengan memperhatikan beberapa hal, baik dari segi interaksi antar guru dan siswa, segi pelajaran, dan sebagainya.
4. Fungsi Minat dalam Belajar
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
pemerolehan pembelajaran siswa, diantaranya minat. Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian belajar siswa dalam bidang studi tertentu.18
Siswa yang mampu mengembangkan minatnya dan mampu mengerahkan segala daya upayanya untuk menguasai mata pelajaran tertentu. Minat merupakan faktor pendorong bagi anak didik dalam melaksanakan usaha untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dengan demikian jelas terlihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan, karena merupakan sumber usaha anak
didik.19
17
S. Nasution, Didaktik ASas-Asas Mengajar, (Jaka rta: Bu mi A ksara,1995), ha l. 82
18
Muhibin Syah, Psik ologi Belajar, (Jaka rta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-2, 136
19
Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), Cet. Ke-4, 230
(29)
18
Secara lebih terinci arti dan peranan penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan belajar atau studi ialah:
a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta
Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perhatian yang serta merta, dan perhatian yang dipaksakan, perhatian yang serta merta secara spontan, bersifat wajar, mudah bertahan, yang tumbuh tanpa pemaksaan dan kemauan dalam diri seseorang, sedang perhatian yang dipaksakan harus menggunakan daya untuk berkembang dan kelangsungannya.
b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseo rang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaan tenaga kemampuan seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan.
c. Minat mencegah gangguan perhatian di luar
Minat studi mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, kalau minat studinya kecil. Dalam hubungan ini Donald Leired menjelaskan bahwa gangguan-gangguan perhatian seringkali disebabkan
(30)
19
oleh sikap bathin karena sumber-sumber gangguan itu sendiri. Kalau seseorang berminat kacil bahaya akan d iganggu perhatiannya.
d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
Bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran ialah daya mengingat bahan pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya.
e. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.
Kejemuan melakukan sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal dari dalam diri seseorang daripada bersumber pada hal- hal di luar dirinya. Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang juga hanya bisa terlaksana dengan jalan pertama-tama menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya.20
5. Aspek-aspek Minat Belajar
Menurut Hurlock Mengemukakan bahwa minat memiliki tiga aspek yaitu:
a) Aspek Kognitif
Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak mengenai hal- hal yang menghubungkannya dengan minat. Minat pada aspek kognitif berpusat seputar pertanyaan, apakah hal yang diminati akan
(31)
20
menguntungkan? Apakah akan mendatangkan kepuasan? Ketika sesorang melakukan suatu aktivitas, tentu mengharapkan sesuatu yang akan didapat dari proses suatu aktivitas tersebut. Sehingga seseorang yang memiliki minat terhadap suatu aktivitas akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak manfaat dari suatu aktivitas yang dilakukannya. Jumlah waktu yang dikeluarkan pun berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh dari suatu aktivitas yang dilakukan sehingga suatu aktivitas tersebut akan terus
dilakukan.21
b) Aspek Afektif
Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat yang ditampilkan dalam sikap
terhadap aktivitas yang diminatinya.22 Seperti aspek kognitif, aspek afektif
dikembangkan dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru, dan kelompok yang mendukung aktivitas yang diminatinya. Seseorang akan memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal karena kepuasan dan manfaat yang telah didapatkannya, serta mendapat penguatan respon dari orang tua, guru, kelompok, dan lingkungannya, maka seseorang tersebut akan fokus pada aktivitas yang diminatinya. Dan akan memiliki waktu-waktu khusus atau memiliki frekuensi yang tinggi untuk melakukan suatu aktivitas yang diminatinya tersebut.
21
Juhaya S Pra ja & Us man Efendi, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa, 1984). hal 89
22 Muhibbin Syah, Psik ologi Pendidikan Suatu Pendek atan Baru, (Bandung:Rosda Karya, 1997) hal
(32)
21
c) Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingka h laku atau pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat melalui aspek
kognitif dan diinternalisasikan melalui aspek afektif sehingga
mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata melalui aspek psikomotor. Seseorang yang memiliki minat tinggi terhadap suatu hal akan berusaha mewujudkannya sebagai pengungkapan ekspresi atau tindakan nyata dari keinginannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka minat terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif, penilaian afektif dan psikomotorik seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat.
6. Indikator Minat Belajar
Menurut Slameto siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
(33)
22
c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.
Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan23
Menurut Dinar Barokah, beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah yaitu:
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran bahasa Indonesia, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan bahasa Indonesia. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
b. Ketertarikan Siswa
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, atau bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri
c. Perhatian dalam Belajar
Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan hal yang lain.
(34)
23
Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut.
d. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik
Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya,teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik.Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata.
Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran sebagai berikut:
“Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam control diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.” e. Keterlibatan Siswa
Ketertarikan seseorang akan sesuatu obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut.
(35)
24
f. Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran
Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat dan fungsi pelajaran (dalam hal ini pelajaran bahasa Indonesia) juga merupakan salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya.24
B. Strategi KWL ( Know – Want to Know – Learned)
1. Pengertian KWL
Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa sebelum, saat, dan sesudah membaca. Strategi ini membantu mereka memikirkan informasi baru yang diterimanya. Strategi ini juga bisa memperkuat kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan tentang berbagai topik. Siswa juga bisa menilai hasil belajar mereka sendiri.
Strategi ini dikembangkan oleh Ogle untuk membantu guru
menghidupkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa pada suatu topik. Srategi KWL melibatkan tiga langkah dasar yang menuntun siswa dalam memberikan suatu jalan tentang apa yang telah mereka ketahui, menentukan
24 Hadi Susanto, Minat Belajar Siswa, diakses dari:
(36)
25
apa yang ingin mereka ketahui, dan mengingat kembali apa yang mereka
pelajari dari membaca.25
2. Langkah-langkah pembelajaran
Langkah pertama, apa yang saya ketahui (K), merupakan kegiatan
sumbang saran pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang topik kemudian membangkitkan kategori informasi yang dialami dalam membaca ketika sumbang saran terjadi dalam diskusi kelas. Pada tahap kedua, What I
want to Learn (W), guru menuntun siswa menyusun tujuan khusus membaca
dari minat, rasa ingin tahu, dan ketidak jelasan, yang ditimbulkan selama langkah pertama. Langkah ketiga, What I have Learned (L) terjadi setelah membaca. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut untuk menentukan, memperluas, dan menetukan seperangkat tujuan membaca sesudah itu siswa mencatat informasi yang telah mereka pelajari, mengidentifikasikan sisa pertanyaan yang belum terjawab.
Tabel 2.1
Sintak Pe mbelajaran Menggunakan Strategi KWL
Tahap Pembelajaran
Jenis Kegiatan Bentuk Konkret Kegiatan
1 Apa yang saya
ketahui (K)
Guru memulainya dengan mengajukan pertanyaan seperti Apa yang kamu ketahui tentang ....? Guru menuliskan tanggapan siswa di papan tulis,
(37)
26
kemudian dilanjutkan diskusi dengan pertanyaan berikutnya, seperti Dimana kamu pelajari tentang itu? Atau
Bagaimana kamu mengetahuinya?
Ketika siswa menggunakan gagasan dalam diskusi kelas dan berpartisipasi, mereka mencatat informasi yang telah mereka ketahui tentang topik yang sedang dibicarakan.
Setelah sumbang saran, guru bertanya kepada siswa tentang jenis informasi yang sedang disajikan
Guru memberikan beberapa contoh kategori informasi yang dikumpulkan saat sumbang saran
Kemudian guru menyuruh siswa memikirkan kemungkinan kategori yang lain yang kemudian dicatat siswa
Setelah itu, siswa mengemukakan kategori informasi yang dibacanya
Guru mencontohkan proses membaca kepada siswa
2 What I want to
Learn (W)
Guru memformulasikan kembali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa
Pertanyaan yang sudah diformulasikan dituliskan guru di papan tulis
kemudiun guru berusaha memancing pertanyaan-pertanyaan siswa dengan menunjuk ketidakkonsistenan, pertentangan informasi dan khususya menyimpulkan gagasan-gagasan
Siswa didorong menulis pertanyaan mereka sendiri atau memilih satu pertanyaan yang tersedia di papan tulis. pertanyaan-pertanyaan ini kemudian disajikan sebagai tujuan membaca
3 What I have
Learned (L)
Guru membantu siswa
mengembangkan perencanaan untuk menginvestigasi
(38)
27
Guru memberikan penekanan pada tujuan membaca untuk memenuhi rasa ingin tahu pribadi siswa, tidak hanya sekedar yang disajikan dalam teks
Untuk meningkatkan membaca pemahaman, guru seharusnya menyediakan lembaran panduan belajar. Lembaran panduan belajar yang dimaksud ialah lembaran yang diberikan kepada siswa secara individual atau kelompok untuk memantau siswa membaca bahan bacaan dan mengurangi kesukaran memahami bahan pelajaran. Lembaran panduan belajar bisa digunakan untuk menyusun tujuan membaca. Guru juga menyediakan bantuan untuk menginterpretasikan bahan bacaan melalui saran-saran bagaimana mengaplikasikan strategi membaca. Panduan ini juga digunakan sebagai panduan dalam diskusi kelompok dan kegiatan belajar kooperatif. Belajar melalui penggunan kelompok belajar kooperatif bisa meningkatkan belajar siswa.26
C. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI
1. Karakteriskik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat
(39)
28
yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra manusia Indonesia.
Bredekam menyatakan bahwa anak berkembang pada semua aspek perkembangannya baik fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Tidak ada jalan lain kecuali guru harus memiliki tanggungjawab dan perhatian penuh bagi keutuhan perkembangan anak.
Sehubungan dengan itu Goodman dalam Akhadiah menyatakan bahwa:
a) Belajar bahasa lebih mudah terjadi jika bahasa itu disajikan secara
holistik nyata, relevan, bermakna, serta fungsional jika bahasa itu disajikan dalam konteks dan dipilih peserta didik untuk digunakan
b) Belajar bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan maksud
sesuai dengan konteks lingkungan orang tua, kerabat, dan kebudayaan
terdapat interdependensi antara perkembangan kognitif dan
perkembangan kemampuan bahasa yang meliputi pikiran bergantung kepada bahasa dan bahasa bergantung kepada pikiran.
Perkembangan kognitif serta perkembangan bahasa pada anak usia lima sampai dengan delapan tahun atau anak kelas awal SD mempunyai karakteristik sebagai berikut:
(40)
29
a) Kemampuan kognitif dan bahasa anak usia tersebut telah memadai
untuk belajar dalam situasi yang lebih formal,
b) Anak-anak seusia itu masih memandang sesuatu lebih sebagai
keseluruhan
c) Sesuatu lebih mudah mereka pahami jika diperoleh melalui interaksi
sosial dengan mengalaminya secara nyata dalam situasi yang menyenangkan,
d) Situasi yang akrab, dilandasi penghargaan, pengertian, dan kasih
sayang, serta lingkungan belajar kondusif dan terencana sangat membantu proses belajar yang efektif. Kenyataan itu menuntut agar guru sebagai pengelola pembelajaran dapat menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dan pendekatan pembelajaran yang bermuatan keterkaitan atau keterpaduan sehingga membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan peserta didik mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari peserta didik. Dengan pendekatan terpadu peserta didik didorong untuk berani bekerja secara
(41)
30
kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri.27 Collins dan Dixon
menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning
occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, peserta didik belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut sebaiknya mendapat porsi yang seimbang. Dalam pelaksanaanya sebaiknya dilaksanakan secara terpadu, misalnya:
Mendengarkan – menulis – berdiskusi
Mendengarkan - bercakap-cakap – membaca
Bercakap-cakap – menulis – membaca
Membaca – berdiskusi – memerankan
Menulis – melaporkan – membahas28
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas-kelas rendah dalam pelaksanaannya dipadukan atau dikaitkan dengan mata pelajaran lain
seperti IPA, IPS, atau Matematika.29
27
Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pemaelajaran di Sek olah Dasar... hal 94
28 SD Negeri 2 Te rit ip, Karak teristik Mata Pelajaran Bahasa, diakses dari:
(42)
31
Dari berbagai pendapat para ahli dan rambu-rambu pembelajaran Bahasa Indonesia, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia harus mempertimbangkan asas keterkaitan atau keterpaduan sebagai pendekatan pembelajaran sesuai dengan perkembangan anak sekolah dasar
yang holistik yaitu pendekatan pembelajaran terpadu.30 Guru sebagai model
dalam berbahasa (membaca dan menulis) selama proses pembelajaran berlangsung serta bertindak sebagai fasilitator dan memberikan umpan balik yang positif. Kualitas hasil pembelajaran Bahasa Indonesia dipengaruhi berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Proses tersebut menyangkut materi ajar yang digunakan, kegiatan guru dan peserta didik, interaksi peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru dan bahan ajar, alat dan lingkungan belajar serta cara dan alat evaluasi dan kesesuaian dengan kebutuhan perkembangan peserta didik itu sendiri.
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di MI
Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut.
29
Muchlisoh, dkk. Meteri Pok ok Pendidikan Bahasa Indonesia 3, (Jakarta : Un iversitas Terbuka, Depdikbud, 1995) ha l 67
(43)
32
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu program yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa peserta didik, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia.
Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah yaitu :
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis,
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara,
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan,
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial,
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.31
(44)
33
3. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di MI
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:
a. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;
b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan
dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam
pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraa n di sekolah;
e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia
f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional.32
32 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, No mor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk
(45)
34
D. Membaca Intensif
1. HakikatMembaca
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpik, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretas i, membaca kritis dan dan pemahaman kreatif.
Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengassosiasikannya dengan bunyi sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Sedangkan proses decoding (penyandian) meruk pada proses penerjemahan rangkaian grafis dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas awal ( I, II, dan III) yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Semetara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan pada kelas tinggi SD
/MI.33
(46)
35
Pemahaman makna berlangsung melalui beberapa tingkat mulai dari tingkat pemahaman literal sampai pada pemahaman interpreatif, kreatif dan evaluatif. Dengan demikian, dapat diaktakan bahwa memabca merupakan
gabungan perseptual dan kognitif.34
Keterampilan membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil. Sebagai suatu proses membaca mencakup, : proses visual, proses
berpikir, proses psikomotorik, proses metakognitif dan proses
teknologi.sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis kedalam bunyi. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan membaca kreatif. Sebagai suatu proses pikolinguistik skemata pembaca membantuya menemukan makna, sedangkan fonologis, semantik, dan fitur sintaksis membantunya mengkomunikasikan dan menginterpretasikan pesan-pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran dan pengevaluasian.
Dilihat dari segi hasil, dalam membaca terdapat mencapaia n komunikasi pikiran dan perasaan pembaca dan penulis. Komunikasi ini terjadi karena kesamaan pengetahuan antara pembaca dan penulis. Komunikasi ini sangat tergantung pada pemahaman yang diperoleh pembaca dalam proses
membaca.35
34 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di ... ha l 3
(47)
36
2. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seorang yang membaca dengan suatu tujuan cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca dikelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca siswa
itu sendiri. Tujuan membaca mencakup :
a) Kesenangan
b) Menyempurnakan membaca nyaring
c) Menggunakan strategi tertentu
d) Memperbarui pengetahuannya
e) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya
f) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
g) Mengkonfirmasi atau menolak predksi
h) Menjawab pertanyaan yang bersifat spesifik
i) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang
struktur teks.36
(48)
37
3. Teori Membaca
Berdasarkan pendekatan konseptual, muncul teori membaca Goodman yang memandang bahwa membaca “ sebagai proses komunikasi” dengan dasar titik tolaknya pada linguistik terapan, yaitu sebagai sesuatu yang mengandung pesan. Prinsip pengajarannya adalah :
Membaca selalu melibatkan level karena membaca selalu
mengungkapkan sesuatu
Paparan bahasa dalam tulisan harus diperhatikan
Membaca dan menulis permulaan tidak diperkenankan menggunakan kosa kata yang terlalu rumit
Bahasa yang digunakan sudah dikenal
Hindari penggunaan gambar untuk menerangkan makna
Kemudian goodman merevisi karyanya yang bertolak pada “ transformasi generatif”. Dalam teorinya ia memandang membaca sebagai proses recording, decoding, encoding, dan berakhir pada pemahaman. Pandangannya terhadap proses membaca :
Membaca dimulai dengan bentuk bahasa tulis
Tujuan membaca adalah merekonstruksi makna yang ada dalam diri pengarang
Ada hubungan antara bahasa lisan dengan bahasa tulis Persepsi visual termasuk proses membaca
(49)
38
Pada umumnya pembaca mampu merekonstruksi apa yang ditekankan
pengarang.37
4. Pengertian Membaca Intensif
Membaca intensif atau intensive reading adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilakasa nakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner,latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh sang guru, baik dari segi bentuk dan isinya. Para pelajar yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualitas serta keserasian pilihan
bahan bacaan tersebut38
Yang termasuk ke dalam kelompok membaca intensif ini ialah : a. Membaca telaah isi :
1. Membaca Teliti
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang disukai.
37
Jauharoti Alfin, et a l, Bahasa Indonesia 1… ha l 16 (paket 7)
38 Rizki Bayu Prasetyo, Makalah Me mbaca dala m Hati, dia kses dari:
(50)
39
2. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis
(critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).
3. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar baris, maupun makna balik baris.
4. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide- ide yang terdapat pada bacaan.
5. Membaca Kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menagkap makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari.
(51)
40
b. Membaca Telaah Bahasa :
1. Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)
Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata
(increasing word power) dan mengembangkan kosakata (developing
vocabulary)
2. Membaca Sastra (Literary Reading)
Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca intensif adalah sebagai berikut:
a. Membaca dengan jeli sehingga dapat menentukan hal yang paling menarik
dari hal- hal lain,
b. Mempertimbangkan kemampuan diri dal kemampuan teman diskusi
berkenaan dengan kemampuan diri menguasai atau memahami perihal yang akan didiskusikan, dan
c. Mempertimbangkan referensi yang dimiliki oleh peserta diskusi terkait hal
(52)
41
5. Komponen Kegiatan Membaca
Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri dari dua bagian, yaitu proses dan produk. proses membaca mencakup sembilan aspek untuk menghasilkan produk.39
a. Proses membaca
Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumblah kegiatan fisik dan mental. proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol grafis melalui indra pengelihatan. Kegiatan berikutnya adalah tindakan perseptual, yaitu aktifitas mengenal suatu kata sampai pada suatu mak na berdasarkan pengalaman yang lalu. Walaupun membaca teks yang sama, mungkin mereka memberikan makna yang berbeda. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah.
Membaca merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca harus terlebih dahulu memahami kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proes asosiasi. Peningkatan kemampuan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru SD/MI dapat membimbing siswanya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya.
(53)
42
Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makan merupakan aspek asosiasi dalam membaca. Anak belajar menghubungkan simbol grafis dengan bunyi bahas dan makna. Sedangkan aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca dan menumbuhkan motivasi.
Aspek yamg terakhir dalam proses membaca adalah aspek gagasan yang dimulai dengan penggunaan aspek sensori dan perseptual pengalaman dan tanggapan efektif serta membangn makna teks yang dibacanya secara pribadi.
b. Produk membaca
Produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Komunikasi dalam membaca tergantung pada pemahaman yang dipengaruhi oleh seluh aspek proses membaca. Agar hasil membaca dapat tercapi secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan dalam proses membaca. Oleh sebab itu, guru SD / MI memegang peranan penting dalam membimbing para siswa agar mereka mampu menguasai kegiatan dalam proses membaca dengan baik.
(54)
43
E. Isi Materi
Kamu diajak untuk menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang yang dibaca secara intensif.
Pada semester satu, kamu telah mempelajari bagaimana membaca intensif. Membaca secara intensif maksudnya membaca secara sungguh-sungguh hingga memahami isinya.
Coba kamu baca teks berikut ini dengan intensif Bila Terjadi Gempa Tips Menghadapi Gempa
1. Jauhi benda-benda di sekitarmu yang bisa jatuh atau runtuh saat terjadi gempa, misalnya atap rumah/sekolah, lampu gantung, pintu, jendela kaca, rak buku, serta pohon.
2. Lindungi kepala dan wajah dari benturan benda keras yang ada di sekitarmu, misalnya menggunakan tas, tumpukan buku, bantal, atau helm.
3. Bersembunyilah di tempat yang aman bila gedung sekolah atau rumah runtuh, misalnya bersembunyi di bawah meja kayu (jangan di bawah meja kaca), mendekat di sudut ruangan yang kecil dan bertiang kokoh. Hindari berada di tengah ruangan yang besar.
(55)
44
Gambar 2.1 Situasi saat gempa bumi
4. Segera keluar dari gedung lewat pintu atau jalan yang aman. Kenali pintu-pintu dan letak tangga darurat. Pastikan, pintu-pintu itu bisa dibuka oleh siapa saja. Bila kelas atau rumahmu di lantai atas, keluarlah lewat tangga. Jangan lewat lift atau eskalator .
5. Kenali tempat-tempat yang aman untuk mengungsi. Kalau terjadi gempa dan tsunami, tempat yang paling aman adalah jauh dari pantai, tebing dan pohon-pohon yang besar.
6. Kenali alam sekitarmu. Apakah di tempat tinggalmu termasuk sering terjadi gempa dan tsunami? Kalau pernah, kapan periodenya? Mintalah bantuan orang tua untuk mengenali alam di sekitarmu.
7. Apabila terpisah dengan orang tua. Bersikaplah tenang. Mintalah bantuan kepada orang yang kamu kenal untuk mencari orang tuamu.40
40 Umri Nur’aini dan Indriani, Bahasa Indonesia untuk Sek olah Dasar Kelas III, (Pusat Perbukuan
(56)
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research) yang dapat diartikan sebagai proses
pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan maslah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap
pengaruh dari perlakuan tersebut.41
Secara etimologis ada tiga istilah yang berhubungan dengan PTK, yakni penelitian, tindakan dan kelas. Pertama, penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Kedua, tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan tertentu yang dilakukan peneliti. Tindakan diarahkan untuk memperbaiki kinerja yang dilakukan guru. Ketiga, kelas menunjukkan pada tempat proses pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan didalam kelas yang tidak di setting untuk kepentingan penelitian secara khusus, akan tetapi berlangsung dalam keadaan dan kondisi
yang real tanpa direkayasa.42
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan
41
Wina Sanyaja, Penelitian Tindak an Kelas, ( Ja karta : Kencana Prenada Media Group, 2012 ) 26
(57)
46
beberapa pihak. Dimana dalam penelitian ini peneliti (mahasiswa) ikut terjun langsung dalam kegiatan pembelajaran bersama guru dan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Penelitian tindakan kelas dipandang sebagai suatu
cara untuk menandai sebuah bentuk kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
Dengan demikian peneliti dapat memungkinkan mencari fakta tentang suatu hal, selanjutnya guru melaksanakan tindakan yang dipilih oleh mahasiswa, yang kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah tidakan tersebut benar-benar memecahkan masalah pembelajaran yang sedang dihadapi guru. Apabila alternatif itu dapat meningkatkan mutu proses dan
hasil pembelajaran di kelas, berarti alternatif itu tepat.43 Jadi kolaborasi
dimaksud disini adalah suatu upaya bersama antar peneliti, guru, kepala sekolah untuk menentukan berbagai alternatif pemecahan masalah yang ada di kelas, melalui tindakan, mengevaluasi, melakukan refleksi, dan membuat
kesimpulan bersama.44
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Spiral Kemmis dan MC Taggart secara berulang-ulang, semakin lama, diharapkan semakin meningkat perubahannya atau pencapaian hasilnya. Dalam perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral yang dimulai dengan
43
Wina Sanyaja, Penelitian Tindak an … 35.
44 Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindak an Kelas, (Bogor: Gha lia Indonesia, 2008), hal
(58)
47
rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan
dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan.45
Desain model Kemmis & Mc Taggart ini pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Keempat untaian yang berupa untaian tersebut d ipandang sebagai satu siklus.
Peneliti memilih model siklus karena apabila pada awal pelaksanaan adanya kekurangan, maka peneliti bisa mengulang kembali dan memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai apa yang di inginkan peneliti tercapai.
B. Setting Penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas III MI Al-Hidayah Plumbungan Sukodono Siadoarjo pada mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi dasar Menjelaskan isi teks (100- 150 kata) melalui membaca intensif
b. Waktu penelitian
Gambar 3.1
Alur siklus PTK menurut Kemmis & Mc Taggart
45 Basrowi dan Su wandi, Prosedur Penelitian … hal 68. Perencanaan
Siklus I
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan Refleksi
Pelaksanaan Siklus II
(59)
48
B.Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas III MI Al-Hidayah yang terletak di desa Plumbungan kecamatan Sukodono kabupaten Sidoarjo.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap yaitu pada bulan Maret 2015.
3. Subyek penelitian
Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III MI Al -Hidayah Plumbunagn Sukodono Sidoarjo tahun ajaran 2014 - 2015 dengan jumlah siswa sebanyak 19 ysng terdiri dari 10 siswa perempuan dan 9 siswa laki- laki.
Pemilihan kelas ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa minat belajar dikelas ini masih perlu ditingkatkan sesuai dengan hasil observasi yang telah peneliti lakukan. Selain itu pembelajaran dengan menggunakan
strategi KWL belum di terapkan pada sekolah tersebut.
C.Variabel yang D iteliti
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan minat belajar dengan menerapkan startegi KWL pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III. Disamping variabel tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu :
(60)
49
1. Variabel input : siswa kelas III MI Al-Hidayah Plumbungan
2. Variabel Proses : penerapan strategi KWL
3. Variabel output : minat belajar siswa materi membaca intensif pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia
D.Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas
permasalahan-permasalahan penelitian.46
1. Pelaksanaan penelitian
SIKLUS I
a) Perencanaan
1. Mengadakan penelitian awal untuk mengidentifikasi permasalahan
yang perlu segera diatasi. Dalam tahap ini peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran dan wawancara terhadap dan guru kelas III.
2. Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk melihat
proses pembelajaran membaca dengan menerapkan strategi KWL. Lembar observasi tentang kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu membuat pedoman
(61)
50
wawancara bagi guru tentang kesan-kesannya selama proses
pembelajaran.
3. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
4. Membuat Lembar Kerja Siswa untuk menuntun siswa dalam
membaca intensif dengan strategi KWL. 5. Membuat angket minat belajar
b) Pelaksanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Langkah- langkah kegiatan dalam RPP :
1. Kegiatan Awal
- Guru memulainya dengan salam dan mengajak semua siswa
untuk berdoa serta menanyakan keadaan siswa-siswi
- Apersepsi : “mengajak siswa bernyanyi kalau kau suka hati”
guru menanyakan buku apa saja yang pernah kalian baca?
- Motivasi : dengan membaca kalian akan mendapat wawasan
baru dan dengan membaca kalian akan mengusai dunia
- Guru memberikan gambaran tujuan pembelajaran hari ini.
2. Kegiatan Inti
(62)
51
- Membagikan Lembar Kerja Siswa.
- Guru mengajukan pertanyaan, apa yang kamu ketahui tentang
gempa bumi?
- Guru menuliskan tanggapan siswa di papan tulis dan memberi
pertanyaan mengenai topik mengenai informasi yang diketahui siswa. Pertanyaan yang digunakan adalah
Apakah kamu pernah merasakan adanya gempa bumi?
Dimana kamu mengalaminya?
Bagaimana kamu mengetahui jika itu merupakan gempa
bumi?
Bagaimana cara kamu menyelamatkan diri jika terjadi
gempa bumi?
- Ketika kegiatan diskusi kelas, siswa mencatat informasi yang
telah mereka ketahui dalam kolom know (K)
- Guru memberikan salah satu contoh informasi yang telah
dikemukakan siswa dan menyuruh siswa untuk memberikan konsep lain tentang informasi tersebut
- Siswa mencatat konsep tersebut dalam kolom know (K)
- Guru memberikan contoh proses membaca
(63)
52
- Siswa menyusun pertanyaan tentang apa yang ingin diketahui
oleh siswa pada kolom ( W ).
- Guru menuliskan pertanyaan siswa di papan tulis kemudiun
guru berusaha memancing pertanyaan-pertanyaan siswa dengan menunjuk ketidakkonsistenan informasi
- Guru menuntun siswa menyusun tujuan khusus membaca
- Siswa mencatat informasi yang telah didapat pada saat proses
membaca pada kolom (L)
- Siswa mengidentifkasi pertanyaan yang belum terjawab
- Guru memberikan penekanan tujuan membaca digunakan
untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa dan tidak terbatas apa yang disajikan dalam teks
- Siswa membuat rangkuman teks bacaan yang sudah dibaca
dengan menggunakan bahasa sendiri
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal yang belum diketahui dengan jelas
3. Kegiatan Akhir
- Guru merefleksikan pelajaran membaca
- Siswa menyimpulkan pelajaran hari ini secara bersama-sama
- Guru memberikan tugas rumah untuk mencari teks dimajalah
(64)
53
c) Observasi
Observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran membaca intensif berlangsung dengan menggunakan strategi KWL.
d) Refleksi
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah : mencatat hasil
observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil
pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan perancangan siklus berikutnya sampai tujuan PTK tercapai.
Refleksi terhadap proses belajar mengajar ini perlu dilakukan antara penelitian dan pengamatan untuk menemukan penyebab dan mencari jalan pemecahannya. Dengan demikian diharapkan pada akhir siklus tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.
(1)
116
nilai 58 (kategori tidak baik), sedangkan perolehan skor akhir untuk observasi aktivitas siswa mendapat nilai 48 (kategori sangat tidak baik).
Bertumpu dari perbaikan pada siklus I dibuktikan bahwa penerapan strategi KWL pada siklus II secara garis besar mengungkap bahwa siswa merasa termotivasi dalam belajar, senang, dan antusias dalam melakukan kegiatan. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan perolehan skor akhir aktivitas guru yang mengalami peningkatan jika skor pada siklus I 58, pada siklus II menjadi 79,8 (kategori baik). Untuk perolehan skor akhir aktivitas siswa juka mengalami peningkatan, pada siklus I skor akhir yang didapat 48 namun pada siklus II mendapat skor akhir 75 (kategori baik). 3. Peningkatan minat belajar Bahasa Indonesia materi membaca intensif pada
siswa kelas III MI Al- Hidayah Plumbungan setelah diterapkannya strategi KWL
Berdasarkan data hasil penelitian, minat belajar pada siswa kelas III setelah diterapkannnya strategi KWL sudah menunjukkan peningkatan dari 6 siswa menjadi 10 siswa pada siklus I. Pada siklus I prosentase minat belajar kategori tinggi dan sangat tinggi mengalami peningkatan 21% dari 32% menjadi 53%. Dengan adanya kekurangan pada siklus I, peneliti melakukan perbaikan-perbaikan yang diterapkan pada siklus II. Berdasarkan data hasil penelitian, prosentase minat belajar siswa kategori tinggi dan sangat tinggi pada siklus II juga mengalami peningkatan dari 53% menjadi 84%. Hal ini ditunjukkkan dengan meningkatnya jumlah
(2)
117
siswa yang minat belajarnya dalam kategori tinngi dan sangat tinggi dari 10 siswa menjadi 16 siswa. Selain itu, pada siklus II peneliti dan guru melakukan perbaikan-perbaikan yang dirasa perlu diperbaiki sehingga pada siklus II ini kategori minat belajar adalah tinggi dan dinyatakan berhasil.
B. Saran
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran materi membaca intensif, sebaiknya guru membuat perencanaan pembelajaran mengenai materi yang akan disampaikan dengan cakupan metode pembelajaran, strategi pembelajaran maupun media pembelajaran. Selain itu juga sumber belajar yang digunakan harus pula direncanakan. De ngan cara itu siswa dapat mengasah rasa ingin tahunya dan berpikir kritis.
2. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca khususnya harus sering terjadinya timbal balik antara guru dan sisiwa. Selain itu juga guru sesering mungkin harus memotivasi siswa
(3)
118
3. Pembelajaran di kelas hendaknya menggunakan kombinasi antara kerja kelompok, individu, dan kerja kelompok lagi. Tujuannya adalah agar siswa termotivasi dengan temannya dalam satu kelompok
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ahamad Susanto. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia
Farida Rahim. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Jauharoti Alfin, et al. 2008. Bahasa Indonesia 1. Surabaya : LAPIS - PGMI Juhaya S Praja & Usman Efendi. 1984. Pengantar Psikologi. Bandung : Angkasa Leater Decroph.d. Aliance Croph. D. 1984. Psikologi Pendidikan, Terjemah Z.
Kasijan Surabaya : Bina Ilmu
Muhaimin Ali. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa
Mardialis. 1995. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,
Moh. Athiyah Al Abrosyi. 1970. Dasar-Dasar Pokok-Pokok Pendidikan Agama Islam Jakarta: Bulan Bintang
Muchlisoh, dkk. 1995. Meteri Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Jakarta : Universitas Terbuka, Depdikbud
Muhibin Syah. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu Cet. Ke-2, Punaji Setyosari. 2010. MetodePenelitianPendidikan. Jakarta: Kencana. jilid1 Roestiyah Nk. 1982. Masalah Pengajaran Suatu Sistem. Jakarta: Bina Aksara S. Nasution. 1995. Didaktik ASas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
(5)
120
Sudjana. 1998. Evaluasi hasil Belajar. Bandung: Pustaka Mertiana.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Syaiful Bahri D, et al. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Umri Nur’aini dan Indriani. 2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas III. (Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar (Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD / MI)
Wayan Nurkancana dan Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Cet. Ke-4
Wina Sanyaja. 2012 . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Zakiah Darajat. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang Referensi dari Internet:
Akhmad Sugiyanto. 2013. Taksonomi Belajar Bloom. Diakses dari: http://akhmad-sugianto.blogspot.com/2013/09/taksonomi-belajar-gagne-bloom_5009 pada tanggal 13 Oktober 2014
Hadi Susanto. 2013. Minat Belajar Siswa. Diakses dari:
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/12/minat-belajar-siswa/ pada tanggal 29 November 2014
SD Negeri 12 Teritip. 2013. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa. Diakses dari: http://sdnegeri12simpangteritip.blogspot.com/2012/03/karakteristik- mata-pelajaran bahasa.html pada 2 Januari 2015
Rizki Bayu Prasetyo. 2013. Makalah Membaca dalam Hati. Diakses dari:
http://bayubahasaindonesia.blogspot.com/2013/11/makalah-membaca-dalam-hati.html pada tanggal 28 Desembr 2014
(6)
121
http://file.upi.edu/Direktori/Fpbs/Jur._Pend._Bhs._Dan_Sastra_Indonesia/196401221 989031kholid_Abdullah_Harras/Bahan2_Kuliah/Makalah/Membaca_Intensi f_dan_Membaca_Ekstensif.pdf
https://pinarac.wordpress.com/2012/04/06/fungsi- minat-dalam-belajar/. diakses pada tanggal 11November 2014