Potensi dan Karakteristik BAL Isolat Kefir dan Biji Kefir sebagai Imunomodulator pada Hewan Coba.
POTENSI DAN KARAKTERISTIK
SEBAGAI IMUNOMODULATOR
PADA HEWAN COBA
BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL)
ISOLAT KEFIR DAN ’BIJI’ KEFIR
(2)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta
Pasal 2
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana Pasal 72
1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terbit sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3)
Dr. Ir. Ketut Suriasih, M.App.Sc. Prof. Dr. Ir. Nyoman Sucipta, MP
Ir. Martini Hartawan, M.Si
UdAyAnA UniveRsity PRess 2015
POTENSI DAN KARAKTERISTIK
SEBAGAI IMUNOMODULATOR PADA HEWAN COBA
BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL)
ISOLAT KEFIR DAN ’BIJI’ KEFIR
(4)
v
Hak Cipta pada Penulis. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang :
dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Penulis:
dr. ir. Ketut suriasih, M.App.sc. Prof. dr. ir. nyoman sucipta, MP
ir. Martini Hartawan, M.si
Penyunting:
Jiwa Atmaja
Cover & Ilustrasi:
Repro
Design & Lay Out:
i Wayan Madita
Diterbitkan oleh:
Udayana University Press Kampus Universitas Udayana denpasar, Jl. P.B. sudirman, denpasar - Bali telp. (0361) 9112762
unudpress@gmail.com htp://penerbit.unud.ac.id
Cetakan Pertama:
2015, x + 59 hlm, 15 x 23 cm ISBN: 978-602-294-031-9
POTENSI DAN KARAKTERISTIK
SEBAGAI IMUNOMODULATOR PADA HEWAN COBA BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) ISOLAT KEFIR DAN ’BIJI’ KEFIR
(5)
v
A
tas rahmat dan karunia ida sang Hyang WidhiWasa, tuhan yang Maha esa, buku yang berjudul Potensi dan Karakteristik Bakteri Asam Laktat (BAL) Isolat Keir dan “Bji” Keir sebagai Immunomodulator pada Hewan Coba, diterbitkan dengan maksud memberi informasi kepada
para pembaca bahwa pengaruh pemberian keir terhadap
aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap perubahan jumlah total sel darah putih dan diferensialnya, peningkatan aktivitas sel – sel leukosit dalam menghancurkan patogen dan pembentukan antibodi oleh sel – sel leukosit di dalam
serum darah dan mengidentiikasi BAL dari keir dan bji keir dan selanjutnya mengevaluasi pengaruh pemberian BAL tersebut terhadap aktivitas sistem kekebalan tubuh.
dalam buku ini dibahas karakteristik immunomodulsi
BAL yang diisolasi dari keir dan ’bji’ keir secara in vivo
pada hewan coba mencit dengan harapan dapat menyingkap tentang potensi probiotik untuk kesehatan dan memberikan beberapa kegunaan, yaitu sebagai tampilan informasi
ilmiah mengenai potensi yang dapat diberikan oleh keir dan BAL, memberikan alternatif tindakan preventif dalam
menjaga kesehatan tubuh dan meningkatkan konsumsi dan penggunaan produk susu terfermentasi sebagai minuman kesehatan.
(6)
v
Buku ini adalah hasil penelitian hibah Fundamental direktorat Jendral Pendidikan tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik indonesia tahun 2010-2012. dengan terbitnya buku ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantunya.
Akhirnya, dimohon saran dan kritik para pembaca dalam rangka penyempurnaan buku ini.
(7)
v
DAFTAR ISI
PRAKAtA ... v dAFtAR isi ... vii
DAFTAR TABEL ... x
Bab i
1. PENDAHULUAN ... 1
BAB ii
TINJAUAN KEFIR DAN MIKROFLORA BJI KEFIR
2.1 Keir ………... 5 2.2 Mikrolora ’Bji’ Keir …………... 7
BAB iii
TINJAUAN POTENSI BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) SEBAGAI IMMUNOMODULATOR DAN MENCIT 3.1 Potensi Bakteri Asam Laktat (BAL)
sebagai Immunomodulator …... 10
BAB iv
(8)
v
BAB v
CARA KeRJA dAn RAnCAnGAn
5.1 Pembuatan Keir dan larutan BAL …... 17
5.2 Pemeriksaan Mikrobiologis Keir …... 17
5.3 Isolasi dan Identiikasi Bakteri Asam Laktat ... 18
5.4 Persiapan Larutan BAL ... 19
5.5 Persiapan Hewan Coba ... 19
5.6 Pengambilan sampel darah ... 20
5.7 Penghitungan Leukosit ... 20
5.8 Diferensial leukosit ... 21
5.9 Pemeriksaan indeks Fagositik ... 21
5.10 Pemeriksaan titer Antibodi ... 22
5.11 Rancangan Penelitian ... 23
BAB vi SEL DARAH PUTIH 6.1 Leukosit ... 24
6.2 Limfosit ... 28
6.3 Neutroil ... 30
6.4 Monosit ... 32
6.5 Eosinoil ... 36
BAB vii indeKs FAGOsitiK ... 38
(9)
x
BAB viii
titeR AntiBOdi ... 42
BAB iX ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT KEFIR DAN BJI KEFIR ... 45
BAB X PenUtUP 10.1 simpulan ... 49
10.2 saran ... 50
dAFtAR PUstAKA ... 51
(10)
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rata-rata Jumlah Leukosit Darah
Mencit yang Diberi Keir ... 24
Tabel 2. Rerata Jumlah Leukosit Darah Mencit ... 26
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Limfosit ... 28
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Neutroil ... 30
Tabel 5. Rerata Jumlah Neutroil Darah Mencit ... 31
tabel 6. Rata-rata Jumlah Monosit darah Mencit Yang diber Keir ... 33
tabel 7. Rerata Jumlah Monosit darah Mencit ... 35
Tabel 8. Rerata Jumlah Eosinoil Darah Mencit ... 36
tabel 9. Rata-rata indeks Fagositik ... 38
tabel 10. Rerata indeks Fagositik darah Mencit ... 39
tabel 11. Rata-rata nilai Kadar Antibodi ... 42
tabel 12. Rerata Jumlah titer Antibodi darah Mencit ... 43
tabel 13. Karateristik Fisik dan Kimia isolat BAL keir dan Bji Keir ... 45
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
s
emakin banyaknya produk makanan probiotikterutama susu asam (yoghurt, yakult, biogurt)
hasil fermentasi bakteri asam laktat (BAL) diproduksi
dan beredar di pasaran sejalan dengan minat masyarakat yang makin besar untuk mengkonsumsinya. Hal ini terjadi karena produk-produk tersebut dinyatakan mengandung
mikroba BAL, yang memiliki efek menyehatkan. Dampak
menyehatkan ini karena produk tersebut mengandung nutrisi lebih tinggi (vitamin) dan lebih mudah dicerna dibanding dengan bahan baku darimana dia dibuat, karena
BAL dalam susu asam akan menghasilkan beberapa vitamin
dan memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa yang sangat berguna bagi orang-orang yang tidak dapat
mentolerir laktosa. BAL juga dikatakan dapat mengaktivasi
immunitas dalam tubuh inang terutama ketahanan tubuh di daerah saluran pencernaan (karena di sinilah terjadi interaksi antara probiotik dan inang), sehingga, ketika terdapat bakteri patogen atau benda asing yang memasuki saluran pencernaan akan segera dihancurkan. Meningkatnya immunitas tubuh pada inang yang menderita kanker dapat mencegah berkembangnya sel-sel kanker tersebut sehingga
(12)
di dalam tubuh terdapat dua macam sistem immunitas, yaitu innate (pasif) dan adaptif, dan komponen fungsional dari kedua sistem immunitas ini adalah leukosit yang memiliki nama berbeda sesuai dengan fungsi dan tempat di mana leukosit tersebut diproduksi. di dalam saluran
pencernaan bakteri asam laktat (BAL) yang dikonsumsi dalam bentuk minuman keir akan berinteraksi dengan
sistem immunitas innate pada lapisan mukosa dinding
saluran pencernaan. BAL ini akan dikenali dan ditangkap
oleh komponen leukosit yang disebut makrofag, diproses dan disajikan ke sistem immunitas dalam jaringan limfoid yang mengandung beberapa jenis leukosit yang disebut limfosit. Hal ini menyebabkan limfosit mengeluarkan sitokin, sitotoxin (perforin/defensin) dan antibodi. sitokin akan mnginduksi proliferasi sel leukosit (yang menghancurkan antigen/patogen) baik pada sistem immunitas innate maupun adaptif (Anonymous, 2009 ; Brooks et al. 2001; Galdeano etal., 2007).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa BAL
yang dikonsumsi bersama dengan produk susu terfermentasi dapat meningkatkan immunitas tubuh inang (Adolfson et al., 2004; erickson dan Hubbard, 2000; Haller et al., 2000; takeda dan Okumura, 2007; ). Meningkatnya immunitas ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah sel leukosit
(Harich dan Levkut ,2002) meningkatnya produksi sitokin
(Gackowska, et al., 2006), meningkatnya aktiitas fagositosis
(Erickson dan Hubbard, 2000), dilain pihak Schifrin et al. (1995) menemukan bahwa tidak ada peningkatan jumlah
(13)
leukosit setelah konsumsi bakteri asam laktat melalui susu terfermentasi namun ditemukan meningkatnya fagositosis terhadap Escherichia coli secara in vitro. Haller et al. (2000) menemukan interaksi antara bakteri non-patogen Lactobacillus johnsonii , Lb. casei dan Escherichia coli dengan sel leukosit secara in vitro menunjukkan bahwa ketiga strain bakteri tersebut dapat meningkatkan proliferasi sel leukosit. Proliferasi terbanyak disebabkan oleh interaksi dengan Lb. johnsonii. Schifrin et al. (1995) menyatakan strain bakteri asam laktat yang berbeda menunjukkan aktivitas biologi yang berbeda di dalam tubuh inang. Kemampuan dari masing-masing strain bakteri asam laktat untuk dapat hidup dan mengkolonisasi lapisan permukaan tidaklah sama, sehingga kesempatan untuk berinteraksi dengan sel leukosit dari sistem immun juga berbeda. di lain pihak untuk dapat meningkatkan immunitas tubuh sebaiknya bakteri asam laktat tersebut masih dalam keadaan hidup ketika berada di dalam saluran pencernaan.
Keir merupakan produk susu asam yang relatif baru,
belum banyak dikenal di indonesia karena belum dibuat secara komersial. Rarah (1999) menemukan bahwa 93,7 %
populasi mikroba bji keir adalah Bakteri asam laktat (35,4%
Lactobacillus, 58,3 % Streptococcus), sisanya 6,3% adalah khamir. namun, Anonimus (2005) tidak menemukan
adanya Streptococcus pada keir koleksi yang sama. Strain
bakteri Lactobacillus keir ini adalah Lb. acidophillus, Lb.
(14)
Gackowska et al. (2006) menemukan bahwa Lb.
acidophillus, Lb. delbrueckii ssp.bulgaricus, Biidobacterium
biidum meningkatkan immunitas tubuh inang yang
dapat dilihat dari peningkatan jumlah leukosit dan produksi sitokin. di antara ketiga strain bakteri ini
ternyata Lb.acidophillus memiliki kemampuan paling
tinggi dalam meningkatkan produksi sitokin interferon Ў (IFN- Ў). Interferon ini akan mengaktifasi leukosit B untuk
membentuk antibodi untuk melawan patogen (Brooks et al.,
2001; Perdigon et al. 2001). Peneliti lain melaporkan bahwa Lb. acidophillus dan Lb. casei yang diperoleh dari konsumsi yoghurt meningkatkan konsentrasi igA dan igG dan sel leukosit yang memproduksinya pada saluran pencernaan (Adolfson et al., 2004), dan titer antibodi spesiik terhadap
patogen Salmonella typhimurium meningkat empat kali lipat
pada orang yang minum susu fermentasi yang mengandung Lb. acidophillus. Halpem et al. (1991) menemukan bahwa Lb. bulgaricus dan S.thermophillus meningkatkan produksi
leukosit yang menghsilkan IFN- Ў pada orang dewasa
setelah mengkonsumsi yoghurt selama 4 bulan. vinderola
et al. (2005) melaporkan bahwa pemberian keir pada hewan
coba tikus meningkatkan immunitas dari hewan tersebut yaitu meningkatnya sel leukosit yang memproduksi igA,
IgG. Dan efek tersebut lebih kuat bila keir diberikan dalam keadaan segar (tidak dipasteurisasi), berarti mikroba keir
dalam keadaan hidup memberi efek immunostimulan lebih kuat daripada yang mati.
(15)
2.1 Keir
K
eir adalah minuman hasil fermentasi susu oleh bakteri asam laktat, yeast yang memiliki rasa asam dan mengandung sedikit alkohol (Farnworth danMainville, 2003). Keir berasal dari pegunungan caucasius di Rusia. Di daerah asalnya, di Caucasius pembuatan keir
secara tradisional dibuat dari susu sapi, kambing atau kerbau yang dimasukkan ke dalam kantong dari kulit,
kemudian ditambahkan starter bji keir dan diperam dalam suhu ruang selama 18 - 24 jam. Setelah itu, bji keir
disaring dan disimpan untuk dapat dipergunakan lagi
(Kanbe, 1992).b spreer dan Mixa (1998) menyebutkan bahwa
secara traditional keir dibuat dari susu yang dipanaskan
pada suhu 90 - 95 0C selama 1 menit, didinginkan sampai
18 - 22 0C, kemudian dituangkan ke dalam wadah yang
sudah di isi 3 - 5% bji keir. Di Indonesia, keir dibuat dengan cara menginokulasi 5% bji keir kedalam susu yang
sudah dipanaskan sampai suhu 85 0C selama 30 menit dan
didinginkan sampai suhu 22 - 23oC, lalu diperam pada suhu
ruang selama 18 24 jam. Setelah itu keir dipisahkan dari bji keir dengan cara menyaring. Keir disimpan pada suhu
BAB II
TINJAUAN KEFIR DAN
MIKROFLORA BIJI KEFIR
(16)
refrigerator (5OC ) untuk pematangan dan siap dikonsumsi
dan bji keir disimpan untuk inokulasi selanjutnya. (Rahman
et al., 1992., suriasih,2005).
thoreux dan schmucker (2001) menemukan pemberian
keir pada tikus muda dapat meningkatkan kadar antibodi
igG dibandingkan dengan kontrol, namun kadar antibodi
IgA tikus yang diberikan keir tidak berbeda dengan kontrol.
selanjutnya dikatakan bahwa infeksi tikus dengan toksin kolera menyebabkan kadar igA serum darah meningkat dibandingkan dengan kontrol.
vinderolla et al., 2005 dan LeBlanc et al., 2007,
menyatakan bahwa keir yang diberikan secara oral
dapat meningkatkan populasi sel yang menghasilkan immunoglobulin A (igA) pada lamina propria ataupun pada kelenjar mama mencit. Peningkatan populasi sel ini
akan terlihat lebih nyata bila konsumsi keir ini disertai
dengan paparan patogen atau imunogen. Respon igA pada
kelenjar mama pada konsumsi keir menunjukkan bahwa konsumsi keir mampu menstimulasi respon imun lokal
pada saluran cerna, dan peningkatan populasi sel penghasil
IgA ini dipengaruhi oleh durasi pemberian keir.
Peningkatan kadar IgA dan IgG oleh keir dapat disebabkan oleh keberadaan BAL dalam keir. Perdigon
et al., (2001) menyatakan beberapa BAL seperti Lactobacillus
acidophilus, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus delbrueckii subsp.bulgaricus, Lactobacillus lactis, Streptococcus thermophilus,
dan Lactobacillus casei yang terkandung dalam susu
fermentasi yang diberikan secara oral mampu meningkatkan populasi sel plasma yang menghasilkan igA dan igM,
(17)
menurunkan populasi sel B igG+ dan sel t Cd4+ . Respon
yang ditunjukkan dipengaruhi oleh dosis pemberian. Penelitian lain menunjukkan pemberian Lactobacillus casei
mampu meningkatkan IgA sekretori spesiik terhadap
Salmonella typhimurium.
Keir yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari bji keir yang berasal dari koleksi Lab. Ilmu Ternak
Perah Fakultas Peternakan, iPB, Bogor. Hasil pemeriksaan
mikrobiologis menunjukkan jumlah BAL dalam keir
yang digunakan selama penelitian berkisar antara 2,49 x 109 – 1.5 x 1010 cfu/ml dengan rata-rata sebesar 8,74 x 109 cfu/ml. Perdigon dan Alvares (1992) menyatakan bahwa jumlah bakteri asam laktat yang optimum sebagai probiotik melalui jalur oral sebesar 6 x 109 cfu/ml dan 2,4 x 109 cfu/ml
untuk jalur intraperitoneal. Jadi jumlah BAL dalam keir
yang digunakan dalam penelitian ini sudah mencukupi ketentuan jumlah bakteri yang harus dikonsumsi baik oleh manusia ataupun hewan percobaan yang digunakan.
2.2 Mikrolora ’Bji’ Keir
Mikroba yang ditemukan pada keir sebagian besar berasal dari starter (bji keir) yang dipergunakan dalam proses pembuatannya. Hampir 60 - 80 % mikroba bji keir
adalah bakteri asam laktat Lactobacillus yang bersifat homo-
dan heterofermentatif, mesoilik dan thermoilik; 20% genus
Lactococcus penghasil asam laktat dan aroma dan 5% sisanya
adalah khamir yang memfermentasi laktosa (Oberman dan
(18)
bahwa bji keir mengandung bakteri asam laktat Lactobacillus keir, Lb brevis, Lb. acidophillus, Lb. helveticus, Lb. bulgaricus, Lactococcus lactis sbsp. cremoris, Leuconostoc mesentroides sbsp. dextranicum, bateri asam acetat Acetobacter aceti dan yeast
Saccharomyces cerevisiae. sedangkan Anonymous (2005)
dan suriasih, et al. (2005) menemukan bakteri asam laktat
Lb. brevis, Lb. fermenti dan Lb. acidophillus pada keir yang diperoleh dari koleksi laboratorium ilmu ternak Perah, Fakultas Peternakan iPB, Bogor. Ketiganya adalah dari golongan bakteri asam laktat. Perbedaan jenis bakteri dalam
keir ini dipengaruhi oleh negara asal bji keir dan teknik
isolasi yang dipakai (Farnworth dan Mainville, 2003).
Lactobacillus sp.: Lactobacillus merupakan genus
terbesar dari bakteri asam laktat (Axelsson, 1993). Genus
Lactobacillus ini bersifat gram-positif, tidak membentuk
spora, bersifat anaerob fakultatif, tumbuh optimum pada
kisaran suhu 30-40OC namun dapat tumbuh pada suhu
5-35OC. Lactobacillus tumbuh pada pH optimum 5,5 - 5,8, namun secara umum dapat tumbuh pada pH kurang dari 5. sneath et al., (1986) menyatakan bahwa Lb acidophilus,
Lb. bulgaricus dan Lb. helveticus hanya menghasilkan asam
laktat dari fermentasi glukose sedangkan Lb. fermentum dan
Lb. brevis selain menghasilkan asam laktat juga membentuk
ethanol, dan CO2. Lb. fermentum dan Lb. brevis tumbuh pada suhu 45 - 50OC sedangkan Lb. acidophilus tidak tumbuh.
Streptococcus sp.:satu-satunya genus yang berhubungan
dengan makanan adalah Streptococcus thermophillus
(19)
homofermentatif, tumbuh optimum pada suhu 37OC,
minimum pada suhu 19 - 21OC dan maksimum pada suhu
52OC. tidak tumbuh pada pH 9,6 , kadar garam 4% tetapi
tumbuh pada kadar garam 2,5%. Cel bulat atau ovoid, berpasangan atau membentuk rantai panjang. (sneath, et al., 1986).
Lactococcus sp.: genus lactococcus yang paling banyak
dipakai pada makanan adalah Lactococcus lactis. Bakteri
genus lactococcus ini tumbuh optimum pada suhu 30OC.
tidak tumbuh pada suhu 45OC, 6,5% naCl dan pH 9,6
(sneath,et al., 1986). spesies bakteri ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu Lac. lactis subsp. cremoris, Lac. lactis subsp. lactis
dan Lac. lactis subsp. hordinae.Yang sering djumpai pada
bahan pangan adalah Lac. lactis subsp. lactis dan Lac. lactis subsp. cremoris sedangkan Lac. lactis subsp. hordinae tidak/ jarang dipakai pada bahan pangan. Kedua spesies bakteri ini menghasilkan asam laktat saja dari fermentasi glukose. Berbeda dengan Lac. lactis subsp. lactis, Lac. lactis subsp.
cremoris tidak tumbuh pada pH 9,2, temperatur 40OC dan 4%
naCl, serta dapat menghidrolisa arginin dan memfermentasi ribosa (sneath,et al.,1985 dikutip oleh Axelsson, 1993).
Leuconostoc sp.: bakteri asam laktat genus ini mempunyai
cel berbentuk bulat, tumbuh optimum pada suhu 20 - 30OC,
atau 5 - 30OC. Catalase negatif. Leu.mesentroides membentuk dextran dai sukrosa (Axelsson, 1993), tidak tumbuh pada pH 4,8 atau lebih kecil (sneath, et al., 1986).
(20)
0
3.1 Potensi Bakteri Asam Laktat (BAL) sebagai Immunomodulator
s
emua vertebrata yang berdarah panas hidupbersimbiosa dengan suatu konsorsium kompleks mikroba yang hidup dalam saluran pencernaan. Usus halus merupakan organ yang mengandung sistem immun terbesar dari tubuh. 70-80% dari sel leukosit yang memproduksi igA terdapat dalam usus halus (Perdigon et al., 2001). sistem
immunitas ini terdiri dari limfosit, yaitu leukosit spesiik
dari immunitas adaptif yang terletak pada bagian peyer path (PP) dari saluran pencernaan. sistem immunitas ini terdiri dari sel t dan sel B. sel t adalah leukosit yang dihasuilkan pada thymus. Ada dua jenis se t yaitu sel t killer menghasilkan sitotoksin untuk membunuh patogen/ antigen, sel t helper akan membawa antigen/patogen ke sel B sehingga sel B memperbanyak diri dan menghasilkan antibodi (igA, igG) (Brooks et al., 2001). selain limfosit dalam saluran pencernaan terdapat sistem immunitas pada lapisan sel epithel dinding saluran pencernaan yang terdiri dari leukosit yang diberi nama berbeda sesuai dengan fungsi dan lokasinya, yaitu fagosit (makrofag,
BAB III
TINJAUAN POTENSI BAKTERI ASAM LAKTAT
(BAL) SEBAGAI IMMUNOMODULATOR
(21)
neutroil, dan sel dendritik), sel mast, eosinoil, basoil dan
nK (sel natural killer). sel-sel leukosit ini mengenali dan menghilangkan patogen dengan fagositosis dan ada juga dengan mengirimnya pada sel t helper/sel t killer /sel B sehingga dihasilkan antibodi untuk membunuh patogen tersebut.
Bakteri asam laktat ada dalam saluran cerna karena konsumsi susu fermentasi akan berinteraksi dengan sel-sel leukosit komponen immunitas di lapisan epithel dan/
atau komponen immunitas pada bagian PP maka BAL
dikenali sebagai antigen oleh M (mikrofold) sel, dibawa ke sel B dan sel t, sehingga terjadi proliferasi sel B dan sel t
dan bermigrasi melalui sistem sirkulasi limfatika eferent
menuju sistem sikulasi sistemik melalui saluran di daerah dada sehingga akan berada di semua lapisan mukosa usus, pernafasan, urogenital, mamae dankelenjar liur. ini berarti
bahwa BAL atau antigen tersebut berhasil meningkatkan
immunitas (Perdigon et al., 2001).
Wold (2001) manyatakan bahwa beberapa bakteri asam laktat dapa mengaktifasi komponen sel immunitas. Lb. Rhamnosus, Lb. johnsonii dapat mengaktikan aktivitas fagositosis, kemampuan aktifasi kedua BAL ini masih di bawah Lactococcus lactis. BAL ini mengaktifasi proliferasi sel yang membentuk Inter leukin-10 (IL-10). Spanhaak
et al. (1998) menjelaskan konsumsi susu yang difermentasi
Lb casei strain shirota dapat mengaktivasi pembentukan sel t killer yang merupakan leukosit yang menghasilkan sitotoksik untuk membunuh patogen.
(22)
Marteu et al. (1997) dan Link-Amster et al. (1994) menemukan bahwa setelah mengkonsumsi susu
terfermentasi yang mengandung Lb. johnsonii LA1
konsentrasi serum igA meningkat sebanyak 10%. Perdigon et al. (1995) menemukan bahwa konsumsi susu terfermentasi yang mengandung Lb. casei dan Lb. acidophillus
meningkatkan sigA, anti-E coli ige dan igM, namun bila
BAL yang diberikan dalam keadaan mati maka tidak
terjadi peningkatan ige. Peningkatan igM pada saluran pencernaan ini lebih tinggi bila diberi Lb. casei dari pada diberi Lb. acidophillus (Perdigeon et al., 2001). Perdigon
et al. (1999) menyatakan bahwa bakteri asam laktat Lb. casei,
Lb. delbrueckii ssp. Bulgaricus, Lb. acidophillus, Lb. plantarum, Lb. rhamnosus, Lactococcus lactis dan Streptococcus salicarius
ssp. Thermophillus yang diberikan secara oral pada hewan
coba meningkatkan jumlah sel igA+ B pada bronchus
yang berarti meningkatnya igA dalam sirkulasi sebagai akibat interaksi dengan sel-sel mikrofold jaringan lifosit pada daerah PP atau lapisan sel epithel di dinding usus.
selanjutnya, dikatakan bahwa Lb. acidophillus meningkatkan
aktivitas immun pada jaringan mukosa usus tetapi tidak menyebabkan peningkatan ig pada saluran bronchus. sedangkan Lactococcus lactis dan Streptococcus thermophillus menginduksi dan meningkatkan ig dalam sirkulasi.
Bakteri asam laktat Lb. casei strain shirota, Lb.
acidophillus, Biidobacterium biidum ditemukan dapat
meningkatkan aktivitas fagositosis dari sistem immunitas
(23)
(1995) menjelaskan bahwa konsumsi biidobakteria dan laktobasili secara nyata meningkatkan aktiitas fagositosis
oleh monosit, dan granulosit. Perdigon et al. (2003)
menemukan bahwa Biidobacterium adolescentis yang berasal
dari feses manusia menunjukkan ketidakmampuan untuk meningkatkan immunitas inang, baik dengan mekanisme fagositosis ataupun peningkatan sel immunoglobulin, setelah idkonsumsi selama 2, 5 dan 7 hari. Hal ini karena bakteri ini tidak mampu mengkolonisasi dinding usus
halus. Berbeda halnya dengan Biidobacterium animalis
yang dapat meningkatkan immunitas, dengan mekanisme fagositosis dan produksi sel immunoglobulin, dan dapat mengkolonisasi dinding sel usus halus.
Gb. 1
monosit Memfagoosit E.Coli
3.2 Mencit (Mus musculus) Balb/c
Mencit (Mus Musculus) Balb/c merupakan hewan coba
yang sering digunakan dalam penelitian. Mencit memiliki sifat – sifat reproduksi mirip dengan mamalia besar dan siklus estrus pendek (Malole dan Pramono, 1989).
(24)
Penggunaan mencit sebagai hewan percobaan dilandasi berbagai pertimbangan, antara lain mencit berukuran kecil, tidak membutuhkan banyak tempat, mudah
penanganannya, susunan anatomi dan isiologi tubuhnya
mendekati manusia, serta mempunyai kemampuan yang baik untuk menyesuaikan diri dengan kondisi berbagai jenis penelitian. mencit biasanya digunakan dalam penelitian yang mempelajari tentang kandungan gizi, studi tentang suatu penyakit dan uji coba produk medis (smith, 1988).
Menurut Malole dan Pramono (1989) kebutuhan pakan mencit adalah 10% bobot badan, pakan harus mengandung nutrisi yang lengkap dan memenuhi kebutuhan kelinci. Pakan kelinci harus mengandung 14-18% protein, 5-10% lemak, 40-50% karbohidrat, 16-20% serat kasar dan 5% abu. Pakan mencit juga harus mengandung vitamin dan mineral yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
(25)
t
empat dan Waktu penelitian adalah diLaboratorium Ilmu Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Laboratorium
Biosains dan Bioteknologi Universitas Udayana,
Laboratorium Virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Laboratorium Analisis Pangan
Fakultas teknologi Pertanian Universitas Udayana,
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Penelitian dilakukan selama lima bulan, yaitu dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2012.
Alat membuat keir: panci lapis enamel, waskom besar, batang pengaduk kayu, kompor, stoples, sendok pengaduk, saringan plastik, termometer, incubator, lemari pendingin.
Alat untuk análisis mikroba: Laminar low, incubator,
sentrifugasi, spektrofotometer, tabung reaksi, botol media, petridish, batang pengaduk kaca, lampu bunsen, gelas objek, mikroskop, rak tabung reaksi, ose, ose jarum, agar puncher, jangka sorong, timbangan analitik, beaker glass, erlenmeyer segala ukuran, gelas ukur, autoclve, oven, magnetyic stirer, vorstec, siringe 2,5 ml, siringe 1 ml, tabung darah, Alat
untuk mengambil dan análisis darah : pipet hematokrit,
BAB IV
(26)
tabung microtube dengan edtA, pipet mikro, mikrotiter, hemasitometer neuber, gelas obyek, mikroskop
Bahan utama dalam penelitian ini adalah bji keir
dan kultur bakteri Escherichia coli (eteC) AtCC 25922
berturut – turut merupakan koleksi Laboratorium Ilmu Ternak Perah, IPB, Bogor dan Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan susu segar yang diperoleh dari pasar swalayan sekitar denpasar.
Media yang digunakan untuk pemupukan dan pembiakan adalah medium MRs Agar (OXOid), medium MRs Broth (OXOid), dan medium tryptone soy Broth (tsB). Medium MRs Agar dan MRs Broth digunakan untuk pemupukan dan pembiakan bakteri asam laktat, sedangkan
medium tsB digunakan untuk pembiakan E.coli. Larutan
isiologis NaCl 0,85% digunakan sebagai larutan untuk pengenceran. Kit API 50 CH dan API 50 CHL medium untuk identiikasi BAL
Bahan – bahan yang digunakan untuk analisis darah yaitu suspense bakteri E.coli ATCC 25922, larutan Turk’s
pewarna Giemsa, metanol, Phosfat Bufer Solution (PBS),
(27)
5.1 Pembuatan Keir dan larutan BAL
P
embuatan Keir : susu sapi segar dipanaskan pada suhu 85º C selama 30 menit. tujuan pemanasan susu untuk membunuh mikroba yang tidak diinginkan dan denaturasi protein sehingga meningkatkan viskositas produk. selanjutnya susu didinginkan sampai suhu ± 27º C.Inokulasi dengan 5 % bji keir, kemudian diinkubasi pada
suhu ± 22º C selama 20 jam, dan didinginkan pada suhu 5ºC.
Pembuatan larutan BAL: stok kultur BAL dari keir
dan bji keir diremajakan dengan menggunakan media
broth MRs. Bakteri asam laktat yang sudah tumbuh bagus kemudian dilarutkan dalam broth MRs sehingga
populasinya mencapai 108cfu/ml.
5.2 Pemeriksaan Mikrobiologis Keir
Sampel keir sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam 45
ml larutan naCl 0,85 % steril sehingga diperoleh larutan
dengan pengenceran 10-1. selanjutnya dibuat pengenceran
berseri sampai 10-7. Sebanyak 0,1 ml suspensi keir dari pengenceran 10-5 – 10-7 dituangkan ke dalam cawan MRs
BAB V
(28)
Agar steril dan diratakan , kemudian diinkubasikan pada
suhu 37º C selama 24 – 48 jam. Total BAL yang dihitung
dari jumlah koloni yang tumbuh antara 30 – 300 koloni per cawan petri.
5.3. Isolasi Bakteri Asam Laktat.
Koloni yang terpisah pada cawan petri agar MRs (Oxoid CM361), pada butir 5.2 diambil, kemudian digoreskan pada cawan agar MRs untuk mendapatkan kultur murni isolat
BAL. Selanjutnya isolat tersebut di identiikasi sampai level
genus dengan uji pewarnaan Gram, katalase, produksi gas CO2 dari glukosa.
Uji katalase dilakukan dengan meneteskan H2O2 di atas objek gelas yang berisi koloni isolat. Apabila terjadi buih, berarti reaksi positif. Pembentukan gas CO2 dari glukosa, dilakukan dengan menumbuhkan isolat pada tabung reaksi broth MRs (Oxoid CM359) yang diisi tabung durham, terbentuknya gas pada bagian atas tabung durham menunjukkan karakteristik heterofermentatif. (Collins dan
Lyne, 1984).
Identiikasi sampai level spesies dengan uji
pertumbuhan pada suhu 15oC, 45oC, pertumbuhan pada
pH 2, 3 dan 4, pertumbuhan pada mM nadeoxxy cholate dan fermentasi karbohidrat menggunakan Kit APi 50 CH.
Uji pertumbuhan pada suhu 15oC, 45oC, pertumbuhan
pada pH 2, 3 dan 4, pertumbuhan pada na-deoxxy cholate dilakukan dengan menumbuhkan isolat dalam broth MRs, dalam broth MRs yang pH nya diatur menjadi 2, 3
(29)
dan 4 menggunakan asam klorida (HCl), dan dalam broth MRs yang ditambahkan 0,2mM, 0,4 mM dan 0,6mM na-deoxycholat. Kecuali disebutkan, semua broth diinkubasi pada temperatut 37oC selama 2-3 hari. Isolat BAL yang
sudah teridentiikasi kemudian disimpan dalam broth MRS
mengandung 30% gliserol pada temperatur – 20oC sampai
saat digunakan.
5.4 Persiapan Larutan BAL
Stok kultur BAL isolat keir dan bji keir diremajakan
dengan menggunakan media broth MRs pada suhu 37oC
selama 24 jam, kemudian dibiakkan dalam MRs agar untuk
mengetahui populasi BAL nya. Biakan BAL berumur 24
jam yang sudah tumbuh bagus kemudian disentrifus, supernatannya dibuang. Pelet yang diperoleh dilarutkan dengan air steril sehingga populasinya mencapai 108cfu/ ml.
5.5 Persiapan Hewan Coba
Mencit betina yang akan digunakan dalam penelitian berumur 2 – 3 bulan dengan berat 20 – 30 gram, sebanyak 150 ekor. Mencit diadaptasikan dengan lingkungan selama 1 minggu, ditempatkan di kandang percobaan, dan diberi pakan komersil pellet.
Mencit dikelompokkan secara acak menjadi 6
kelompok, diberikan pakan dan air minum secara ad libitum.
Pemberian perlakuan secara oral dalam 4 konsentrasi, yaitu
(30)
0
masing – masing 0,1 % , 0,2 %, 0,3 % dari bobot tubuh dan diberikan selama 4 minggu. tujuh hari setelah pemberian
keir, semua mencit kecuali kelompok KNO diinfeksi
dengan patogen Escherichia coli untuk aktivasi pembentukan
antibodi. Penginfeksian patogen dilakukan secara oral
dengan konsentrasi 108cfu/ekor.
5.6 Pengambilan Sampel Darah
sampel darah diambil setiap minggu setelah mencit
diberi perlakuan pemberian keir. Darah sebanyak 0,5 ml
diambil dari pembuluh arteri pada mata (sinus orbitalis).
Darah untuk total leukosit, diferensial leukosit, dan
aktivitas fagositosis disimpan dalam tabung yang telah diberi edtA. darah yang digunakan dalam pemeriksaan antibodi, ditampung dalam tabung mikrofuse dan dibiarkan selama satu jam pada temperatur kamar. serum diambil setelah bagian padatan darah mengendap. serum disimpan
pada suhu -200 C sebelum dilakukan analisa selanjutnya.
5.7 Penghitungan Leukosit
total leukosit dihitung sesuai dengan metode saikia
et al. (2003). sampel darah dihisap dengan pipet yang
dilengkapi aspirator sampai skala 0,5, dilanjutkan dengan
menghisap larutan Turk’s sampai skala 11. Darah dan larutan Turk’s dihomogenkan. Tetesan pertama sampel dari
pipet dibuang, tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam Hemasitometer neuber dan ditutup dengan cover glass. Jumlah leukosit dihitung dengan bantuan mikroskop pada
(31)
empat kotak besar Hemasitometer neuber. Jumlah total leukosit = jumlah sel leukosit terhitung x 50 sel/mm3.
5.8 Diferensial leukosit
Pemeriksaan diferensial leukosit dilakukan mengikuti prosedur saikia et al. (2003). Pertama dibuat ulasan darah
di atas gelas objek, dikeringkan dengan udara dan diiksasi
dengan metanol selama 5 menit. sediaan dibilas dengan aquades, dikeringkan dan diwarnai dengan pewarna Giemsa selama 15 menit. setelah itu, sediaan ulas darah
dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Identiikasi
dan penghitungan diferensial leukosit di bawah mikroskop dengan menggunakan minyak emersi dengan pembesaran 1000 kali. setiap 100 leukosit yang ditemukan, dihitung, dan dikelompokkan ke dalam masing – masing jenis leukosit,
yaitu neutroil, monosit, limfosit, eosinoil, dan basoil.
Penghitungan leukosit menggunakan beberapa lapang pandang sepanjang ulasan yang digeser ke arah tengah kemudian bergeser sejajar dengan tepi ulasan dan bergerak ke tepi kembali dan seterusnya sampai mencapai jumlah leukosit sebanyak 100. nilai relatif leukosit yang ditemukan dinyatakan dalam satuan persen.
5.9 Pemeriksaan Indeks Fagositik
darah sebanyak 50 µl dimasukkan ke dalam mikrotiter
plate dan ditambahkan suspensi bakteri Escherichia coli
sebanyak 50 µl, dihomogenkan, kemudian diinkubasikan selama 20 menit. setelah itu diambil sebanyak 50 µl,
(32)
diteteskan pada objek gelas, dibuat ulasan dan dikeringkan
di udara. Spesimen pada objek gelas diiksasi dengan
menggunakan metanol 95 % selama 5 menit, dibilas dan dikeringkan. selanjutnya preparat diwarnai dengan pewarna Giemsa (7 %) selama 15 menit, dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan, diamati di bawah mikroskop. Aktivitas fagositik diukur berdasarkan persentase sel
neutroil dan monosit yang menunjukkan proses fagositosis
(saikia et al., 2003).
5.10 Pemeriksaan Titer Antibodi
Pemeriksaan keberadaan antibodi di dalam plasma darah dilakukan dengan prosedur Carpenter (1975). serum
darah diencerkan dengan penambahan PBS (Phosfat Bufer Solution) secara berseri sebanyak 10 kali : (a) PBS sebanyak
50 µl dimasukkan dalam 10 sumur mikrotiter. serum dengan jumlah yang sama ditambahkan ke dalam sumur pertama dan dihomogenkan. sebanyak 50 µl campuran pada sumur
monosit Memfagoosit E.Coli limfosit Gb. 2
(33)
pertama diambil, dimasukkan dalam sumur kedua dan dihomogenkan. Prosedur pengenceran ini dilakukan sampai pada sumur terakhir. setelah itu ke dalam kesepuluh sumur tadi ditambahkan antigen berupa suspense Escherichia coli sebanyak 50 µl, dihomogenkan dan diinkubasi selama 5 – 10 menit. Keberadaan antibodi ditunjukkan dengan adanya aglutinasi.
5.11 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pola faktorial dalam rancangan acak lengkap dengan ulangan sebanyak dua kali. Pengaruh perlakuan terhadap parameter dianalisis dengan analisis ragam. Bila analisis ragam menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05), maka dilanjutkan dengan uji duncan (steel dan torrie, 1991).
(34)
s
el darah putih merupakan bagian dari darah yangberperan dalam pertahanan dan kekebalan tubuh.
Sel darah putih terdiri dari limfosit, neutroil, monosit, eosinoil, dan basophil (Rengganis, 2009).
6.1 Leukosit
data hasil pemeriksaan leukosit darah mencit selama penelitian (2011) disajikan pada tabel 1.
BAB VI
SEL DARAH PUTIH
Tabel 1 Rata-rata Jumlah Leukosit Darah Mencit yang Diberi Keir
Perlakuan
Lama Waktu Pemberian
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari --- ---( 103sel/mm3
)---KNE 2,65 aCD ±0,49 2,5aC ± 0,71 2,85aCD ± 0,35 1,5aCD ± 0,0 3,10aD* ± 0,14
Keir 0,1% 3,95 abCD ±0,49 1,95abC ± 0,21 4,0abCD ± 0,85 1,70abCD ± 0,21 5,93abD ± 0,79
Keir 0,2% 4,45abCD ±1,20 2,05abC ± 0,35 5,30abCD ± 0,42 2,25abCD ± 0,92 6,43abD ± 0,70
Keir 0,3% 3,95 bCD ± 0,49 2,55bC ± 0,35 4,65bCD ± 0,78 4,60bCD ± 0,71 7,15bD ± 0,49 Keterangan:
Superscript dengan huruf kecil berbeda dalam satu baris menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05) Superscript dengan huruf besar yang berbeda dalam satu kolom menyatakan perbedaan yang nyata (p< 0,05)
Jumlah leukosit darah mencit yang diperiksa selama penelitian berkisar antara 1,5 - 7,15 x 103 sel/mm3. Jumlah leukosit sampai akhir penelitian mengalami peningkatan
(35)
pada semua perlakuan. Peningkatan jumlah leukosit tersebut masih dalam batas normal jumlah leukosit darah mencit, yaitu antara 6-15 x 103 sel/mm3.
Rata-rata jumlah leukosit mencit kontrol meningkat 16,98 % dari 2,65 x 103sel/mm3 menjadi 3,10 x 103sel/mm3.
Rata-rata jumlah leukosit mencit yang diberi keir meningkat
74,39 % dari 4,1 x103sel/mm3 sebelum diberi keir menjadi 6,5 x 103sel/mm3 setelah diberi keir selama 28 hari. Peningkatan jumlah leukosit terbesar terjadi pada mencit yang diberi
perlakuan keir 0,3% yaitu sebesar 81,01 % yaitu dari 3,95 x
103sel/mm3 menjadi 7,15 x 103sel/mm3. Peningkatan jumlah
leukosit dengan pemberian keir pada konsentras berbeda
tidak berbeda nyata (p> 0,05) dibandingkan dengan kontrol, dan antarperlakuan kecuali antara perlakuan konsentrasi
pemberian keir 0,1% dengan 0,3% dari bobot badan (p< 0,05). Fuller (1992) menyatakan bahwa mikroba probiotik hendaknya dikonsumsi secara kontinu agar diperoleh efek yang menyehatkan.
Peningkatan respon kekebalan seluler terjadi selama penelitian ditandai dengan meningkatnya jumlah leukosit dalam darah. Bakteri probiotik yang dikonsumsi melapisi permukaan mukosa usus dan berinteraksi dengan sel-sel kekebalan yang ada pada lapisan epithel dan lamina propria pada saluran pencernaan.
Jumlah leukosit darah mencit yang diperiksa selama penelitian berkisar antara 0,53 – 7,93 x 103sel/mm3. Jumlah leukosit sampai akhir penelitian mengalami peningkatan hanya pada perlakuan dengan L.paracasei . Peningkatan
(36)
jumlah leukosit tersebut masih di bawah batas normal jumlah leukosit darah mencit yaitu antara 6 – 15 x 103sel/ mm3.
data hasil pemeriksaan leukosit darah mencit selama penelitian (2012) disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Rerata Jumlah Leukosit Darah Mencit
Perlakuan
Lama Waktu Pemberian
7 hari 14 hari 21 hari 28 hari (103 sel/mm3)
KNE 1,37a ± 0,22 2,45a ± 1,53 7,93a ± 11,93 1,42a ± 1,21
Keir 4,02b ± 1,90 2,51a ± 1,11 1,65a ± 1,51 1,17a ± 1,89
L. paracasei 0,53a ± 0,47 0,82a ± 1,01 1,93a ± 1,69 2,51a ± 0,59
L. brevis 3,90b ± 1,73 2,06a ± 1,24 1,86a ± 1,22 2,48a ± 0,87 Keterangan :
Superscript yang berbeda dalam satu baris menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05). Superscript yang berbeda dalam satu kolom menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05).
Rerata jumlah leukosit mencit kontrol meningkat 3,65 % dari 1,37 x 103sel/mm3 menjadi 1,42 x 103sel/mm3.
Rerata jumlah leukosit mencit yang diberi keir mengalami
penurunan sebesar 70,90 % dari 4,02 x 103sel/mm3 sebelum
diberi keir menjadi 1,17 x 103sel/mm3setelah diberi keir selama 28 hari. Peningkatan jumlah leukosit terbesar terjadi
pada mencit yang diberi perlakuan L.paracasei yaitu sebesar
373,58 % yaitu dari 0,53 x 103sel/mm3menjadi 2,51 x 103sel/
mm3. Peningkatan jumlah leukosit dengan pemberian
L.paracasei tidak berbeda nyata (p>0,05) dibandingkan dengan kontrol.
Fuller (1992) menyatakan bahwa mikroba probiotik hendaknya dikonsumsi secara kontinyu agar diperoleh
(37)
efek yang menyehatkan. Bakteri probiotik yang dikonsumsi melapisi permukaan mukosa usus dan berinteraksi dengan sel – sel kekebalan yang ada pada lapisan epitel dan lamina propria pada saluran pencernaan.
Weizman et al. (2005) menjelaskan probiotik bakteri
nonpatogen yang berkoloni di usus akan memodiikasi
mikroba dan melakukan aktivitas metabolik dengan efek yang menguntungkan inang. Bakteri probiotik secara menguntungkan berefek pada keseimbangan mikroba di usus. Menurut Jawetz et al. (1996), ciri khas patogen antara lain mempunyai kemampuan pelekatan pada sel inang, sel pada jaringan inang, toksigenitas, dan kemampuan untuk menghindari sistem imun inang yang lebih tinggi dari bakteri non patogen.
Peningkatan respon kekebalan seluler terjadi
selama penelitian dengan perlakuan L.paracasei ditandai
dengan meningkatnya jumlah leukosit dalam darah. Anderson (1992) menyatakan leukosit merupakan salah satu komponen darah yang berfungsi sebagai pertahanan
nonspesiik yang akan melokalisasi dan mengeliminir
patogen melalui fagositosis. Hasil penelitian Mudjiutami et
al. (2000), terjadi peningkatan jumlah leukosit setelah diberi immunostimulan memberikan respon positif terhadap daya tahan tubuh. Brown (2000) menambahkan ,peningkatan kekebalan tubuh dapat diketahui dari peningkatan aktivitas
sel fagosit, meningkatnya produksi sitokin (Gackowska et
al., 2006), dan meningkatnya aktivitas fagositosis (erickson
(38)
6.2 Limfosit
Limfosit merupakan sel darah putih yang memiliki
ukuran yang bervariasi antara 6-9 µm sampai 12-15 µm. sel limfosit berinti besar dikitari oleh sitoplasma yang berwarna biru pucat. inti sel limfosit umumnya memiliki lekukan pada salah satu sisinya. Jumlah limfosit darah kelinci selama penelitian dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Rata-rata Jumlah Limfosit
Perlakuan
Lama Waktu Pemberian
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari
--- ---( 103sel/mm3
)---KNE 1216,5a ± 448 1213,50a ± 147,78 2160,80a±261,34 928,50a± 65,76 1774,50a ± 154,57
Keir 0,1% 1408a ± 123 1632,15a ± 177,55 2759,30a ± 331,91 1229,10a ± 287,79 4257,75a ± 214,89
Keir 0,2% 1304a ± 293 1840,50a ± 249,89 3456,00a ± 317,91 1957,15a ± 146,44 5853,05a ± 234,97
Keir 0,3% 2059a± 324 1887,45a± 259,15 2523,80a ± 113,41 2599,75a ± 318,14 5990,20a ± 271,81 Keterangan:
Superscript dengan huruf kecil berbeda dalam satu baris menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05) Superscript dengan huruf besar yang berbeda dalam satu kolom menyatakan perbedaan yang nyata (p< 0,05)
Jumlah limfosit meningkat seiring dengan peningkatan leukosit. Hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit menunjukkan terjadinya trend peningkatan jumlah limfosit sampai pada akhir penelitian . Rata jumlah limfosit kontrol meningkat 85,7% dari 1216,5 sel/mm3 menjadi 2260,2 sel/ mm3. Mencit yang diberi keir rata-rata jumlah limfositnya
meningkat150,8% dari 1590,5 sel/mm3 menjadi 4007,33 sel/
mm3. Peningkatan jumlah limfosit tertinggi terjadi pada
mencit yang diberi keir 0,3% yaitu sebesar 190,9% dari
(39)
Faktor konsentrasi memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap limfosit, tetapi pada akhir
penelitian jumlah limfosit mencit yang diberi keir berbeda
sangat nyata dibandingkan dengan dengan kontrol. Rata-rata jumlah limfosit tertinggi diperoleh dari mencit yang
diberi keir 0,3% yaitu sebesar 5990,2 sel/mm3, sedangkan rata-rata limfosit terendah diperoleh dari mencit kontrol yaitu sebesar 928,5 sel/mm3.
Limfosit merupakan komponen dari leukosit
yang jumlahnya cukup besar. Apabila limfosit berikatan dengan antigen maka limfosit akan dirangsang untuk memperbanyak diri sehingga jumlahnya meningkat
dengan cepat. Limfosit juga akan mengeluarkan faktor
kemotaksis yang akan menarik makrofag kelingkungannya untuk membantu proses penghancuran antigen (Frandson, 1996).
Neutroil (ungu di tengah) Preparat ulas darah
(40)
0
6.3 Neutroil.
Neutroil merupakan sel darah putih yang berperan
sebagai bagian terdepan dari sistem kekebalan tubuh dalam
menghadapi konigurasi asing. Sel neutroil berbentuk
bundar dengan diameter 10-12 µm dengan inti bergelambir.
Hasil pemeriksaan diferensial leukosit neutroil (penelitian
2011) ditampilkan pada tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata Jumlah Neutroil
Perlakuan
Lama Waktu Pemberian
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari --- ---( 103sel/mm3
)---KNE 1216,5 a± 210,6 240,00a ± 113,13 686,20a ±172,81 772,75a ± 233,7 130,25a ±9,83
Keir 0,1% 1817,0 a ± 227,68 286,30 a ± 31,61 685,60 a ± ±36,20 484,85 a ±79,12 43,275 a ±25,70
Keir 0,2% 2919,6 a ± 546,52 282,90 a ± 48,79 1002.10 a ±92,63 220,25 a ±12,09 128,32 a ±7,96
Keir 0,3% 1365,1 a ± 60,67 586,35 a ±108,82 651,20 a ± 90,51 480,60 a ±61,09 75,9350 a ±29,54 Keterangan:
Superscript dengan huruf kecil berbeda dalam satu baris menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05) Superscript dengan huruf besar yang berbeda dalam satu kolom menyatakan perbedaan yang nyata (p< 0,05)
Rata-rata jumlah neutroil pada mencit mengalami penurunan, Pada mencit kontrol jumlah neutroil
mengalami penurunan sebesar 88.8 % , dari 1216,5 sel/mm3
menjadi 130,2 sel/mm3, namun pada hari ke 14, seminggu
setelah disensitisasi dengan bakteri E.coli, jumlah neutroil
meningkat sebesar 94,1%, dari 240,0 sel/mm3 menjadi 686,2
sel/mm3. Pemberian keir pada mencit menurunkan
rata-rata jumlah neutroil pada akhir penelitian sebesar 95,6%
dari 2033,6 sel/mm3 menjadi 82,66 sel/mm3, namun setelah
(41)
meningkat 107,3% dari rata-rata 376,66 sel/mm3 menjadi rata-rata 779,6 sel/mm3. Peningkatan jumlah neutroil
tertinggi terjadi pada mencit yang diberi keir 0,2% yaitu
sebesar 254% dari 282,9 sel/mm3 menjadi 1002,1 sel/mm3.
Neutroil merupakan barisan terdepan dari sistem kekebalan tubuh untuk melawan invasi patogen. Neutroil
biasanya ada dalam peredaran darah dan akan meningkat dengan cepat apabila terjadi infeksi dan merupakan komponen sel pertahanan tubuh yang pertama sampai
ketempat terjadinya infeksi oleh patogen. Neotroil
bergerak dalam pembuluh darah menembus diding kapiler dan bergerak secara amuboid di dalam jaringan untuk
menghancurka antigen. Peningkatan jumlah neutroil yang terjadi selama penelitian menunjukkan bahwa keir mampu
berperan sebagai imunostimulan dengan meningkatkan produksi sel-sel kekebalan di dalam tubuh.
Hasil pemeriksaan diferensial leukosit neutroil
(penelitian 2012) ditampilkan pada tabel 5.
Tabel 5. Rerata Jumlah Neutroil Darah Mencit
Perlakuan Lama Waktu Pemberian
7 hari 14 hari 21 hari 28 hari KNE 353,67a±124,44 495,67a±89,65 42,33a± 5,50 547,33a± 343,05
Keir 641,00bc± 38,51 135,33bd± 78,50 64,67a± 74,57 129,00bc± 2,65
L. paracasei 88,33c ± 85,59 63,67cd ± 64,08 60,67a± 71,39 353,33ac±152,10
L. brevis 495,6ac± 89,65 138,00d± 116,05 246a ± 301,06 380,30ab±180,31 Keterangan :
Superscript yang berbeda dalam satu baris menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05). Superscript yang berbeda dalam satu kolom menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05).
(42)
Hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit menunjukkan
terjadinya trend peningkatan jumlah neutroil sampai pada akhir penelitian. Jumlah neutroil kontrol meningkat
54,76% dari 353,67 sel/mm3 menjadi 547,33 sel/mm3 . Mencit yang diberi L.paracasei rata – rata jumlah neutroilnya
meningkat 300,01% dari 88,33 sel/mm3 menjadi 353,33 sel/
mm3 . Pemberian keir pada mencit menurunkan rata – rata
jumlah neutroil pada akhir penelitian sebesar 79,88% dari
641,00 sel/mm3 menjadi 129,00 sel/mm3 . demikian pula
dengan pemberian L. brevis menurunkan rata – rata jumlah
neutroil pada akhir penelitian sebesar 23,27% dari 495,67
sel/mm3 menjadi 380,33 sel/mm3.
Neutroil merupakan barisan terdepan sistem kekebalan tubuh untuk melawan invasi patogen. Neutroil
biasanya ada dalam peredaran darah dan akan meningkat dengan cepat apabila terjadi infeksi dan merupakan komponen sel pertahanan tubuh yang pertama sampai ke
tempat terjadinya infeksi oleh patogen. Neutroil bergerak
dalam pembuluh menembus dinding kapiler dan bergerak secara amuboid di dalam jaringan dan menghancurkan
antigen. Peningkatan jumlah neutroil yang terjadi selama
penelitian menunjukkan bahwa L.paracasei mampu berperan
sebagai immunostimulan dengan meningkatkan produksi sel –sel kekebalan dalam tubuh.
6.4 Monosit.
Monosit merupakan sel-sel leukosit yang menyerupai
(43)
diantara sel-sel leukosit lainnya. Sel monosit memiliki sitoplasma lebih banyak dari limfosit dan berwarna biru abu-abu pucat. Data hasil pemeriksaan diferensial monosit selama penelitian (2011) dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rata-rata Jumlah Monosit Darah Mencit Yang diber Keir
Perlakuan
Lama Waktu Pemberian
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari --- ---( 103sel/mm3
)---KNE 226,25aB ± 49,14 30,00 aB ± 14,14 737,30 aB ±72,55 30,75 aB ± 6,71 227,65 aB ± 17,18
Keir 0,1% 659,65 a B ± 82,66 15,60 aB ± 1,69 539,00 aB ±72,69 10,05 aB ±6,15 121,63 aB ± 27,53
Keir 0,2% 331,50 aB ± 38,89 121,80 aB ± 30,83 1011,20 aB ±28,28 106,30 aB ± 23,62 360,40 aB ± 63,92
Keir 0,3% 394,90 aB ± 49,64 32,25 aB ± 15,06 25,40 aB ±5,37 25,00 aB ± 4,10 13,12 aB ± 5,94 Keterangan:
Superscript dengan huruf kecil berbeda dalam satu baris menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05). Superscript dengan huruf besar yang berbeda dalam satu kolom menyatakan perbedaan yang nyata (p< 0,05)
Rata-rata jumlah monosit darah mencit selama
penelitian tidak mengalami modiikasi yang bermakna.
Rata-rata jumlah monosit darah mencit cenderung mengalami penurunan kecuali pada mencit yang mendapat
perlakuan keir 0,2% yang mengalami peningkatan yang
tidak bermakna, yairu sebesar sebesar 8,7%. Rata-rata jumlah monosit tertinggi diperoleh dari darah mencit pada
hari ke 14 setelah perlakuan yaitu sebesar 578,25 sel/mm3
yaitu seminggu setelah mencit disensitisasi denganbakteri E.coli.
Rata-rata jumlah monosit darah mencit tertinggi
diperoleh dari mencit yang diberi keir 0,2 % yaitu sebesar
(44)
jumlah monosit terendah diperoleh dari mencit yang diberi
keir 0,1% yaitu sebesar 10,05 %.
Konsentrasi probiotik berpengaruh terhadap jumlah monosit walaupun tidak bermakna (p>0,05). Konsentrasi
keir 0,2% mampu meningkatrkan jumlah monosit mencit
sebesar 37,1% dan 58,34% pada hari ke 14 dan 28 setelah perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan jumlah monosit ini karena adanya infeksi oleh patogen, sehingga monosit yang merupakan sel-sel pertahanan tubuh
terdepan bersama neutroil akan dengan cepat mengalami
peningkatan populasi.
Penurunan jumlah monosit dalam darah selama penelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Monosit yang diproduksi di sumsum tulang belakang akan berada dalam peredaran darah selama beberapa hari, kemudian akan mengalami deferensiasi menjadi makrofag dan sel dendrit yang akan membunuh patogen. Hal ini menyebabkan populasi monosit yang terdeteksi cukup tinggi pada hari
ke 14, seminggu setelah infeksi dengan E. coli dan kemudian
mrnurun sampai akhir penelitian.
data hasil pemeriksaan diferensial monosit selama penelitian (2012) dapat dilihat pada tabel 7.
(45)
Tabel 7. Rerata Jumlah Monosit Darah Mencit
Perlakuan
Lama Waktu Pemberian
7 hari 14 hari 21 hari 28 hari KNE 41,67a±26,65 24,33a±15,63 12,67a± 3,51 25,00a± 7,93
Keir 22,00ab± 10,00 2786,67bd±445,57 102,10b± 24,85 17,33ac± 1,15
L. paracasei 7,67b ± 5,13 1446,67c±342,39 537,00c± 22,87 21,00a±3,46
L. brevis 33,00ab± 18,00 2339,33d± 695,56 14,00ad ± 9,54 9,33bc±2,52
Keterangan :
Superscript yang berbeda dalam satu baris menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05). Superscript yang berbeda dalam satu kolom menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05).
Rerata jumlah monosit darah mencit cenderung mengalami penurunan kecuali pada mencit yang mendapat
perlakuan L.paracasei yang mengalami peningkatan yaitu
sebesar 173,79%. Rerata jumlah monosit darah mencit
kontrol dan pemberian keir mengalami penurunan masing
– masing sebesar 40% dan 21,23%. Rerata jumlah monosit yang mengalami penurunan terbesar diperoleh dari mencit yang diberi L.brevis yaitu sebesar 71,73%.
Pemberian L.paracasei mampu meningkatkan jumlah
monosit mencit. Peningkatan jumlah monosit ini karena adanya infeksi oleh patogen sehingga monosit yang merupakan sel – sel pertahanan tubuh terdepan bersama
neutroil akan dengan cepat mengalami peningkatan
populasi.
Penurunan jumlah monosit dalam darah selama penelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor. Monosit yang diproduksi di sumsum tulang belakang akan berada dalam peredaran darah selama beberapa hari, kemudian akan mengalami diferensiasi menjadi makrofag dan sel dendrit
(46)
yang akan membunuh patogen. Hal ini menyebabkan populasi monosit yang terdeteksi cukup tinggi pada hari ke
– 14, seminggu setelah infeksi dengan E. coli dan kemudian
menurun sampai akhir penelitian. serbina et al., (2008) menyatakan bahwa monosit yang terpapar oleh patogen akan diransang untuk berdiferensiasi menjadi makrofag dan sel dendrit yang berfungsi sebagai sel efektor untuk membunuh antigen yang masuk ke dalam tubuh.
6.5 Eosinoil
Eosinoil adalah granulosit dengan inti yang terbagi
dua lobus dan sitoplasma bergranula kasar, refraktil, dan berwarna merah tua oleh zat warna yang bereaksi asam yaitu
eosin. Walaupun mampu melakukan fagositosis, eosinoil
tidak mampu membunuh kuman. data hasil pemeriksaan
eosinoil selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rerata Jumlah Eosinoil Darah Mencit
Perlakuan
Lama Waktu Pemberian
7 hari 14 hari 21 hari 28 hari KNE 63,3a±38,14 58,33a±29,40 14,67a± 9,81 25,00a± 7,94
Keir 52,33a± 40,67 24,67a±20,23 14,00a± 11,14 10,33bc± 1,53
L. paracasei 20,67a ± 12,42 95,33ab±62,05 14,67a± 1,53 21,00a±3,46
L. brevis 20,33a± 9,07 43,00a± 14,80 55,00b ± 36,51 8,67c±1,53
Keterangan :
Superscript yang berbeda dalam satu baris menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05). Superscript yang berbeda dalam satu kolom menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05).
(47)
Rerata jumlah eusinoil darah mencit kontrol
mengalami penurunan selama penelitian sebesar 60,51%.
Rerata jumlah eusinoil darah mencit cenderung mengalami
penurunan kecuali pada mencit yang mendapat perlakuan
L.paracasei yang mengalami peningkatan, yaitu sebesar
1,60%. Pemberian keir pada mencit menurunkan rerata jumlah eusinoil pada akhir penelitian sebesar 80,26%.
demikian pula dengan pemberian L. brevis menurunkan
rata – rata jumlah eusinoil pada akhir penelitian sebesar
57,35%.
Eosinoil merupakan sel utama kedua dari sistem meiloid, sel ini tidak seeisien neutroil dalam fagositosis,
tetapi memiliki lisosom dan mengadakan letupan pernafasan
bila terangsang dengan tepat (Tizard,1988). Eosinoil
termasuk dalam fagosit lemah yang berfungsi sebagai detoksikasi protein sebelum dapat menyebabkan kerusakan dalam tubuh. sel ini masuk ke dalam darah dalam jumlah
(48)
i
ndek fagositik merupakan persentase kemampuansel-sel kekebalan melakukan proses fagositosis terhadap antigen yang masuk kedalam tubuh. indek fagositik ditentukan berdasarkan banyaknya sel yang
menunjukkan aktivitas fagositosis dari seratus neutroil dan
monosit. Hasil pemeriksaan indek fagositik (2011) disajikan pada tabel 9.
BAB VII
INDEKS FAGOSITIK
Tabel 9. Rata-rata Indeks Fagositik
Perlakuan
Lama Waktu Pemberian
0 hari 7 hari 14 hari 21 hari 28 hari --- ---(
%)---KNE 5,66a B± 0,47 16,33a B ±1,24 16,66aC ±2,05 17,66aC±1,24 18,33 aC ±1,24
Keir 0,1% 7,0b B ± 0,81 56,33b B ±2,05 78,00 bC ±2,94 82,66 bC ±2,05 85,66 Cb ±1,69
Keir 0,2% 6,0b B ± 1,0 57,33b B ±8,32 84,00 bC ±1,0 87,33 bC ±1,53 88.00 bC ±1,00
Keir 0,3% 7,33b B ± 0,58 69,33b B ±8,32 82,33 bC ±2,31 85,66 bC ±3,51 88,00 bC ±1,00 Keterangan:
Superscript dengan huruf besar yang berbeda pada kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p< 0,05) Superscript dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
Rata-rata indeks fagositik pada mencit kontrol berkisar antara 16,33% - 18,33%., sedangkan mencit yang diperi
perlakuan keir menunjukkan indeks fagositik berkisar
antara 60,99% - 85,66%. indeks fagositik mencit kontrol meningkat sebesar 12,24% jauh lebih rendah dibanding dengan peningkatan indeks fagositik mencit yang diberi
(49)
Pengaruh probiotik keir terhadap nilai indeks fagositik
berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol. Faktor konsentrasi probiotik tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap nilai indeks fagositik. Aktivitas fagositosis
yang ditunjukkan oleh probiotik keir disebabkan oleh BAL
yang terkandung di dalamnya. Kenyataan ini sesuai dengan Meydani dan Ha (2000) yang melaporkan bahwa mencit
yang diberi susu terfermentasi oleh BAL laktobasillus
menunjukkan aktivitas fagositik oleh makrofag.
Faktor lama pemberian keir menunjukkan rata-rata indeks fagositik mencit yang diberi keir selama 7 hari
belum menunjukkan aktivitas fagositik yang bermakna
dibandingkan dengan sebelum diberi keir, tetapi aktivitas fagositik ini sangat bermakna setelah pemberian keir selama 4 minggu. Hasil penelitian ini sesuai dengan Schifrin et al. (1995) yang menemukan bahwa pemberian keir selama 3
minggu meningkatkan aktivitas fagositosis leukosit
Hasil pemeriksaan indeks fagositik (2012) disajikan pada tabel 10.
Tabel 10 Rerata Indeks Fagositik Darah Mencit
Perlakuan Lama Waktu Pemberian
7 hari 14 hari 21 hari 28 hari KNE 63,33a±1,52 16,67a±2,52 17,67a± 1,53 18,33a± 1,53
Keir 56,33bc± 2,51 78,00b±3,61 85,67bc± 2,52 85,67bc± 2,08
L. paracasei 57,33c ± 8,33 88,00c±2,00 86,67c± 2,51 87,00c±1,00
L. brevis 69,33d± 8,33 95,00d± 3,61 88,33cd ± 2,08 87,33cd±0,58
Keterangan :
Superscript yang berbeda dalam satu baris menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05). Superscript yang berbeda dalam satu kolom menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05).
(50)
0
Rerata indeks fagositik pada mencit kontrol berkisar antara 16,33 sel/mm3 - 18,33 sel/mm3, sedangkan mencit
yang diberi perlakuan keir menunjukkan indeks fagositik
berkisar antara 56,33 sel/mm3 – 85,67 sel/mm3. Rerata indeks fagositik L. paracasei berkisar antara 57,33 sel/mm3 - 88,00 sel/mm3. sedangkan rata – rata indeks fagositik L. brevis pada awal perlakuan sebesar 69,33 sel/mm3 dan terjadi
penurunan pada akhir perlakuan menjadi 87,33sel/mm3.
indeks fagositik mencit kontrol meningkat sebesar 12,24 % lebih rendah dibanding dengan peningkatan indeks
fagositik mencit yang diberi perlakuan keir, L.paracasei, dan L. brevis yaitu masing – masing sebesar 52,08% , 51,75%,
dan 25,96%. Pengaruh probiotik keir, L.paracasei, dan L. brevis terhadap nilai indeks fagositik berbeda nyata (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol.
Amrullah (2005) menyatakan pola peningkatan persentase indek fagositik ini merupakan fungsi dari peningkatan total leukosit maupun persentase jenis leukosit
masing – masing pada limfosit, monosit, dan neutroil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, aktivitas fagositosis
yang ditunjukkan oleh probiotik keir disebabkan oleh BAL yang terkandung di dalamnya. Demikian juga halnya
dengan perlakuan L.paracasei, dan L. brevis Kenyataan ini sesuai dengan Meydani dan Ha (2000) yang melaporkan
bahwa mencit yang diberi susu terfermentasi oleh BAL
laktobasilus menunjukkan aktivitas fagositik oleh makrofag.
Dalam penelitian ini, faktor lamanya waktu pemberian keir
(51)
keir, L.paracasei, dan L. brevis selama 28 hari menunjukkan aktivitas fagositik yang bermakna dibandingkan dengan
kontrol. Hasil penelitian ini sesuai dengan Schifrin et al. (1995)
yang menemukan bahwa pemberian keir meningkatkan
aktivitas fagositosis leukosit darah mencit. Menurut spector (1993) proses fagositosis terjadi apabila terjadi kontak antara partikel dengan permukaan sel fagositosis. Baratawidjaja dan Rengganis (2009) menjelaskan proses fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat yaitu diawali dengan kemotaksis yaitu sel–sel fagositosis mendekati mikroba, kemudian menangkap, fagositosis, memusnahkan, dan mencerna.
Basoil (ungu ditengah) Limfosit (ungu besar) dan monosit (ungu kecil)
(52)
t
iter antibodi merupakan ukuran jumlah unitantibodi per unit volume serum. Pemeriksaan titer antibodi dilakukan untuk mengetahui kemampuan protein serum yang mengandung antibodi untuk menggumpalkan dan menghancurkan antigen yang masuk ke dalam tubuh (subowo, 2009). titer antibodi biasanya dinyatakansebagai hasil perbandingan terbalik dengan pengenceranserum pada tabung reaksi terakhir pada seri pengenceran yang meningkat yang menunjukkan proses penggumpalan. Proses penggumpalan dan penghancuran yang dilakukan oleh serum merupakan respon kekebalan humoral dan dinyatakan dalam satuan seru aglutination unit (sAU) Hasil pemeriksaan titer antibodi selama penelitian (2011) dapat dilihat pada tabel 11.
BAB VIII
TITER ANTIBODI
Tabel 11 Rata-rata Nilai Kadar Antibodi
Perlakuan
Lama Waktu Pemberian
7 hari 14 hari 21 hari 28 hari --- ---( 103sel/mm3
)---KNE 21,4570 aB ±4,08 16,2840 aB ±4,44 37,7672 aB ±5,07 22,2770 aB ±4,85
Keir 0,1% 20,5445 aB ±2,76 33,9668 aB ±7,68 24,6599 aB ±5,91 57,3033 aB ±10,12
Keir 0,2% 13,4336 aB ±2,38 20,6651 aB ±4,65 22,4890 aB ±7,74 58,0347 aB ±6,92
Keir 0,3% 9,3164 aB ±0,18 23,6738 aB ±7,43 39,1234 aB ±2,03 59,6197 aB ±5,95
Keterangan:
Superscript dengan huruf besar yang berbeda pada kolom yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p< 0,05). Superscript dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
(53)
Kadar antibodi serum darah mencit kontrol mengalami peningkatan selama penelitian sebesar 2,84%. serum darah
mencit yang diberi perlakuan keir, L. paracasei, dan L. brevis mengalami penurunan sampai dengan akhir penelitian masing – masing sebesar 61,00%, 15,06%, dan 2,20% namun secara statistik tidak bermakna dibandingkan dengan kontrol. Kadar antibodi serum darah mencit berkisar antara 13,43 – 57,75 sAU. terjadi trend peningkatan kadar antibodi
Tabel 12. Rerata Jumlah Titer Antibodi Darah Mencit
Perlakuan
Lama Waktu Pemberian
7 hari 14 hari 21 hari 28 hari KNE 21,46a±21,40 16,37a±3,83 37,76a± 24,80 22,07a± 15,29
Keir 57,75a± 34,70 13,43a±2,38 20,33a± 13,29 22,49a± 11,90 L. paracasei 25,50a ± 10,10 34,16a±8,52 21,71a± 3,81 21,66a±13,17 L. brevis 20,50a± 12,21 22,50a± 2,49 30,66a ± 9,09 20,05a±2,59
Keterangan :
Superscript berbeda dalam satu baris menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05). Superscript yang berbeda dalam satu kolom menyatakan perbedaan yang nyata (p<0,05).
Kadar antibodi serum darah mencit kontrol cendrung tidak berubah selama penelitian. serum darah mencit yang
diberi perlakuan keir mengalami peningkatan sampai
dengan akhir penelitian. Kadar antibodi serum darah mencit berkisar antara 21,46 – 59,62 sAU. Rata-rata kadar antibodi
serum darah mencit kontrol dan yang diberi perlakuan keir
0,1%, 0,2% dan 0,3% adalah 24,44 ; 34,11; 28,65 dan 32,93 sAU, meningkat masing masing 39,56%, 17,22% dan 34,93% dibandingkan dengan mencit kontrol namun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05).
Hasil pemeriksaan titer antibodi selama penelitian (2012) dapat dilihat pada tabel 12.
(54)
serum darah mencit pada hari ke- 28 dengan pemberian
keir, yaitu dari 20,33 sel/mm3 menjadi 22,49 sel/mm3 namun tidak bermakna dibandingkan dengan kontrol.
Peningkatan kadar antibodi serum ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah leukosit dan diferensialnya, terutama limfosit. Hasil ini sesuai dengan temuan Perdigon
et al., (1995) yang menyatakan bahwa peningkatan aktivitas
kekebalan humoral pada mukosa usus mencit yang diberi yogurt. Bakteri asam laktat yang ada pada susu fermentasi ini akan meningkatkan jumlah leukosit yang bermuara pada meningkatnya kekebalan humoral (Herich dan
Levkut, 2002). Sel leukosit, makrofag akan melepaskan
interleukin dan interferon yang bereaksi dengan antigen dan merangsang proses proliferasi sel – sel kekebalan tubuh dan meningkatkan aktivits dan proliferasi sel limfosit B untuk memproduksi antibodi (Gackowska et al., 2006), Haller
et al., (2000) menemukan interaksi antara BAL dan E. Coli
dengan leukosit secara in vitro meningkatkan proliferasi sel leukosit.
monosit Pengambilan serum untuk titer antibodi Gb. 5
(55)
B
akteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri yang paling dominan ditemukan pada prosuk susuasam keir. Bakteri asam laktat dalam keir ini berasal dari bji keir yang digunakan sebagai starter dalam pembuatan keir. Produk utama dari bakteri asam laktat adalah asam
laktat yang menyebabkan turunnya keasaman susu, sehingga protein yang terdapat dalam susu bahan bakunya tersebut menggumpal, yang menyebabkan produk susu
tersebut mengental. Hasil identiikasi BAL keir dan bji keir dengan menggunakan media MRS dan M17 disajikan
pada tabel 13.
BAB IX
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI
ASAM LAKTAT KEFIR DAN BIJI KEFIR
Tabel 13 Karateristik Fisik dan Kimia Isolat BAL keir dan Biji Keir No. Kode
isolat Morfologi koloni Uji Ka talase Reaksi Gram Morfologi sel Gas dr Glukosa Pertumbuhan pada
15oC 37oC 45oC
MRS
1 Kf1 Bulat, putih - + Kokus, -*) +**) +**) +**)
2 Kf2 --,,- - + Kokus - + + +
3 Kf4 --,,- - + Kokus - + + +
4 Kf5 --,,- - + Kokus - + + +
5 Kf6 Bulat , kecil,krem - + Kokus - - + +
6 Kf7 --,,- - + Kokus - + +
-7 Kf8 --,,- - + Kokoid - + +
-8 Kf9 --,,- - + Kokoid - + +
-9 Kf10 --,,- - + Kokoid - + + +
10 Kf11 Bulat, putih - + Kokoid - + +
-11 Kf12 --,,- - + Kokoid - + +
-12 Kf13 --,,- - + Kokoid - + +
-13 Kf14 --,,- - + Kokoid - + +
-14 Kf15 --,,- - + Kokoid - + +
(56)
16 Kf17 --,,- - + Batang - + +
-17 Kf18 --,,- - + Batang - + +
-18 Kf19 --,,- - + Kokoid - + +
-19 Kf20 --,,- - + Batang - + +
-20 Kf21 Bulat, putih - + Kokoid - + +
-21 Kf22 --,,- - + Kokoid - + +
-22 Kf23 --,,- - + Kokoid - + +
-23 Kf24 --,,- - + Kokoid - + +
-24 Kf25 --,,- - + Batang - + +
-25 Kf26 Bulat , kecil,krem - + Kokoid - + +
-26 Kf27 --,,- - + Kokoid - + +
-27 Kf28 --,,- - + Kokoid - + +
-28 Kf29 --,,- - + Kokoid - + +
-29 Kf30 --,,- - + Kokoid - + +
-30 Kf31 Bulat, putih - + Kokus - + + +
31 Kf32 --,,- - + Kokus - - +
-32 Kf33 --,,- - + Kokus - + + +
33 Kf34 --,,- - + Kokus - - +
-34 Kf35 --,,- - + Kokoid - - +
-35 Kf36 Bulat , kecil,krem - + Kokoid - + +
-36 Kf37 --,,- - + Kokoid - + +
-37 Kf38 --,,- - + Kokoid - + +
-38 Kf39 -,,- - + Batang - - +
-39 Kf40 Bulat, putih - + Batang - + +
-40 Kf41 --,,- - + Batang - - +
-41 Kf42 --,,- - + Batang - + +
-42 Kf43 --,,- - + Batang - + +
-43 Kf44 --,,- - + Batang - + +
-44 Kf45 Bulat , kecil,krem - + Batang - + +
-45 Kf46 --,,- - + Kokus - + +
-46 Kf47 --,,- - + Kokoid - + + +
47 Kf48 --,,- - + Kokoid - + +
-48 Kf49 -,,- - + Batang - + +
-49 Kf50 Bulat, putih - + Kokus - + + +
50 Kf51 --,,- - + Kokus - + + +
51 Kf52 --,,- - + Kokus - + + +
52 Kf53 --,,- - + Kokus - + + +
53 Kf54 --,,- - + Kokoid - - + +
54 Kf55 Bulat , kecil,krem - + Batang - + +
-55 Kf56 --,,- - + Batang - + + +
57 Kf57 --,,- - + Kokoid - + +
-58 Kf58 --,,- - + Batang - + +
-M17 - +
59 Kf59 Bulat, lat - + Kokoid - + +
-60 Kf60 -,,- - + Kokoid - + +
-61 Kf61 -,,- - + Batang - + +
-62 Kf62 -,,- - + Batang - + +
-63 Kf63 -,,- - + Batang - + +
-64 Kf64 --,,-- - + Kokus - + +
-65 Kf65 -,,- - + Batang - + +
-66 Kf66 -,,- - + Batang - + +
-67 Kf67 -,,- - + Batang - + +
-68 Kf68 -,,- - + Kokus - + +
-69 Kf69 --,,-- - + Kokus - + +
-70 Kf70 -,,- - + Batang - + +
-71 Kf71 -,,- - + Batang - + +
-72 Kf72 -,,- - + Batang - + +
-73 Kf73 -,,- - + Batang - + +
-Keterangan:
*) ; tanda ”- ” menandakan tidak terbentuk gas, Tanda ”+” menandakan terbentuk gas
**): Tnada ”+” menandakan terjadi pertumbuhan, tanda ”-” menandakan tidak terjadi pertumbuhan
(57)
Analisis isik dan kimia yang dilakukan terhadap 73 isolat BAL dalam keir pada penelitian ini menunjukkan adanya 10 jenis dengan karakteristik masing-masing : 10
isolat memiliki koloni berwarna putih , dengan bentuk sel bulat tumbuh pada suhu 15oC, 45oC dan 37oC; 11 isolat dari koloni berwarna putih dengan bentuk sel kokoid dan
tumbuh pada suhu 15OC, 37oC tetapi tidak pada suhu 45oC
; 5 isolat dari koloni berwarna putih, sel berbentuk batang,
tidak tumbuh pada suhu 45oC, 6 isolat dari koloni berwarna
krem, dengan bentuk sel bulat tumbuh pada suhu 15oC dan 37oC; 13 isolat dari koloni berwarna krem dengan sel
berbentuk kokoid dan tidak tumbuh pada suhu 45oC, dan
10 isolat dengan sel berbentuk batang, tidak tumbuh pada
suhu 45oC, berasal dari koloni berwarna krem.
Hasil analisis kimia dan mikroskopis terhadap isolat yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh 6 strain
bakteri asam laktat yang dominan dalam keir dan bji keir,
dengan 3 macam bentuk sel yaitu berbentuk batang, bulat dan kokoid. Hasil ini sesuai dengan Rarah (1999) yang
menemukan bahwa keir dan mikroba keir mengandung
35,4% laktobasili dan 58,3% streptokoki.
Dari total 20 strain bakteri yang diisolasi dari keir susu sapi Bali, dan semua strain tersebut terklasiikasi sebagai bakteri asam laktat. Uji isiologis dan reaksi biokimia yang digunakan dalam klasiikasi bakteri ini ditampilkan dalam Lampiran 2. Berdasarkan atas uji morfologi, hanya
2 tipe koloni yang diperoleh dari biakan agar MRs, yang
(1)
Rahman, A., s. Fardiaz, W.P. Rahayu , suliantari dan C.C.nurwitri. 1992. teknologi Fermentasi susu. dePdiKBUd ditJendiKti PAU Pangan dan Gizi iPB Bogor.
Rarah, R.A.M. 1999. Isolasi , identiikasi dan karakterisasi mikrolora ‘bji’ keir serta substrat antimikroba yang dihasilkan. Laporan hasil Penelitian Dosen Muda. Perpustakaan Pusat iPB. Bogor.
Schifrin, E.J., F. Rochat, H. Link-Amster, J.M. Aeschlimann dan A. donnet-Hughes. 1995. immunomodulation of human blood cells following the ingestion of lactic acid bacteria. J. Dairy Sci. 78: 491-497.
smith, J.B. 1988. Pemeliharaan, pembiakan dan penggunaan hewanpercobaan di daerah tropis. terjemahan s. Mangkoewidjojo.Universitas indonesia Press. Jakarta. sneath, P.H.A., M.e. sharpe dan J.G.Holt. 1986. Bergeys
Manual of Systematic Bacteriology. Vol.2. William & Wilkins. Baltimore, London, Los Angeles, Sydney. suriasih, K. 2005. Karakterisasi dan Potensi Probiotik
Mikrolora Bji Keir sebagai Penghambat Bakteri Patogen Salmonella Typhii, Escherichia Coli dan Staphylococcus aureus. Laporan Kegiatan Magang. Fk8pt
surono, i.s. (2003). in vitro Probiotic Properties of indigenous Dadih Lactic Acid Bacteria. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 2003. Vol. 16, No. 5 : 726 - 731.
(2)
ps
Wold, A.E. Immune efects of probiotics. J. of Nutrition 45: 76-85.
(3)
dan sarjana strata tiga atau doktor ilmu Pertanian dengan konsentrasi sumber daya Hayati Pertanian, Pasca sarjana Universitas Udayana tahun 2013. dari pernikahan dengan rekan seprofesi Prof. dr. ir i nyoman sucipta, MP, dikarunia tiga orang putra putri, yaitu dr. Wayan Citra Wulan sucipta Putri, s. Ked (menikah dengan dr. Putu setiawan, s.Ked), Made dwi indira Asih sucipta Putri, st, M.si (menikah dengan Made Adi darmadi, st) dan dr. i nyoman esha Pradnyana sucipta Putra, s.Ked (menikah dengan dr. Made Putri Hendaria, s.Ked), serta dua orang cucu Putu Kevin Prapdita setiawan dan Putu Abirama.
Semenjak menjadi dosen mata kuliah yang diampu: ilmu Produksi ternak Perah, Manajemen ternak Perah, dasar ternak Perah, Manajemen dan Kesehatan susu, Mikrobiologi dan Mikrobiologi Hasil ternak.
TENTANG PENULIS
Dr. Ir. Ketut Suriasih, M.App.Sc
dilahirkan di tabanan. Menyelesaikan sarjana strata satu di Fakultas Peternakan Universitas Udayana tahun 1979, sarjana strata dua pada bidang Mikrobiologi Pangan di University of new south Wales, sydney, Australia tahun 1995
(4)
Bali nusra.
Berbicara tentang pentingnya nilai gizi pangan dan kualitas hidup memberi dampak yang besar terhadap permintaan produk pangan masyarakat salah satunya adalah susu termasuk susu sapi Bali potensial sebagai produk probiotik seperti keir. Mengingat kemampuan pasok susu peternak lokal saat ini baru mencapai 25-30% saja. Prospek pasar akan kebutuhan susu berpeluang besar pada usaha peternakan sapi Bali untuk ke depannya.
sebelum menulis buku ini telah menulis diktat Kuliah ilmu Produksi ternak Perah, diktat Praktikum Pemeriksaan Air susu, diktat Pemeriksaan terhadap Pemalsuan Air susu , diktat Praktikum Mikrobiologi, diktat Praktikum Mikrobiologi Hasil ternak dan diktat Kuliah Mikrobiologi.
(5)
duduk dibangku pendidikan pada SD Negeri No, 10 Denpasar. Setelah lulus SD, masuk di SMP Negeri 1 Denpasar. Setelah Lulus dari SMP, melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Denpasar. Pada masa kuliah, melanjutkan pendidikannya di Fakultas Pertanian Universitas Udayana. .Program S2 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta dibidang Ilmu-Ilmu Pertanian dan S3 Prodi Kedokteran Universitas Udayana dengan konsentrasi Ergonomi Fisiologi Kerja. Penghargaan yang pernah diraih adalah tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 20 dan 30 tahun. Pengalaman menulis buku memperoleh hak cipta adalah Agro Ergonomi Dasar-dasar Ergonomi di Bidang Pertanian dengan nomor P/ID 064031/C00201203545 tanggal 23 Juli 2012, buku lainnya adalah Pengemasan bahan makanan. Holistik Soft Skills dan Pola Pengembangan Kemahasiswaan Universitas Udayana.
TENTANG PENULIS
Prof. Dr. Ir. I Nyoman Sucipta MP, guru
besar pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, lahir pada tanggal 6 Mei 1955. Putra dari pasangan I Made Suka almarhum (ayah) dan Ni Ketut Narwi almarhum (ibu), sosok pejuang kemerdekaan. Dalam kehidupan belajar masa kecil mulai
(6)
2. Pengaruh penambahan natrium nitrit dan lama simpan terhadap mutu sosis asap.
3. Perubahan kimia dam mikrobiologi pada plain yoghurt selama penyimpanan.
4. Sifat-sifat bakteriostatik serbuk gergaji kayu keras, sabut kelapa dan sekam padi sebagai bahan pengasap pada daging sapi asap.
5. Salmonella pada limbah cair rumah potong ayam sebagai sumber ancaman kesehatan masyarakat dan cara penangannya.
Ir. Martini Hartawan, Msi. Lahir Singaradja, 10 Januari 1953: Dosen tetap Fapet-Unud Universitas Udayana.
Pengalaman Penelitian / Karya Ilmiah
1. Pengaruh pembatasan pemberian jumlah makanan terhadap kualitas telur ayam kampong pada fase peneluran I.