PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU : Survey PadaGuru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi.

(1)

No. Daftar :195/UN40.7.D1/LT/2013

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU

(Survey Pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono 0807109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU

(Survey pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

Oleh

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

©Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU

(Survey pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

Bandung, Juni 2013

Skripsi ini telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Dr. Kusnendi, MS.

NIP. 19600122 198403 1 003

Pembimbing II

Dr. A. Jajang W Mahri, MSi.

NIP. 19641203 199302 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, MM.


(4)

ABSTRAK

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN

SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU

(Survey PadaGuru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

di bawah bimbingan Dr. Kusnendi, MS. dan Dr. A. Jajang W. Mahri, MSi.

Oleh

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono 0807109

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kinerja guru di SMA swasta di Kota Cimahi yang terlihat dari belum maksimalnya guru ekonomi dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh lingkungan fisik dan lingkungan sosial terhadap kinerja guru. Penelitian ini menggunakan metode survey explanatory dengan responden guru ekonomi SMA swasta di Kota Cimahi serta teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lingkungan fisik dan lingkungan sosial berada pada kategori sedang serta kinerja guru berada pada kategori sedang. Secara parsial lingkungan fisik dan lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap kinerja guru.


(5)

ABSTRACT

THE EFFECT OF PHYSICAL ENVIRONMENT AND SOCIAL

ENVIRONMENT TO TEACHER

S’

WORK PERFORMANCE

(Survey of Econimic Teachers’ on Non Govermance Senior High School in Cimahi City)

Under supervisoryof Dr. Kusnendi, MS. and Dr. A. Jajang W. Mahri, MSi.

By

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono 0807109

The problem in this reaserch is low performance of the economic teacher at senior high school in Cimahi city that can be seen from the unmaximal performance of the teacher to plan the subject, to do the subject, and to evaluate the subject wich effects the students’ study outcome.

The aim of the reserch is to know the effect physical environment and social environment to teachers’ work performance. This reserch used survey explanatory method with the economical teachers’ of non govermance senior high school in Cimahi and using double regression analysis technic.

The result of this reserch show that physical environment, social environment and teacher performance lied at the medium category. Partialy,the physical environment and social environment giving positive effect to the teachers’ work performance.


(6)

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1 Secara Teoritis ... 10

1.4.2 Secara Praktis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Pengertian Kinerja ... 12

2.1.1.1 Model-model Kinerja ... 13

2.1.1.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 17

2.1.2 Kinerja Guru ... 22

2.1.2.1 Standar Penilaian Kinerja Guru ... 23

2.1.3 Lingkungan Sekolah ... 30

2.1.3.1 Pengertian Lingkungan Sekolah ... 30

2.1.3.2 Lingkungan Fisik Sekolah ... 33

2.1.3.2 Lingkungan Sosial Sekolah ... 34

2.2 Kerangka Pemikiran ... 36

2.3 Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 45

3.1.1 Objek dan Subjek Penelitian ... 45

3.1.2 Metode Penelitian ... 45

3.2 Populasi dan Sampel ... 45

3.2.1 Populasi ... 45

3.2.2 Sampel ... 46

3.3 Operasionalisasi Variabel ... 47

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 50

3.5 Instrumen Penelitian ... 51

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian ... 52

3.6.1 Uji Validitas ... 52

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 53

3.7 Teknik Analisis Data ... 55

3.7.1 Analisis Normalitas ... 56

3.7.2 Analisis Koefisien Determinasi ... 57

3.7.3 Analisis Persamaan Regresi ... 57


(7)

3.8.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 60

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.61 3.8.3.1Multikolinearitas ... 61

3.8.3.2 Heteroskedastisitas ... 62

3.8.3.3 Autokorelasi ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 65

4.1.2 Gambaran Umum Responden ... 69

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

4.1.2.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 71

4.1.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kualifikasi Akademik72 4.1.2.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lembaga Pendidikan..73

4.1.3 Uji Validitas ... 74

4.1.4 Deskripsi Variabel Penelitian ... 77

4.1.4.1 Gambaran Statistik Deskriptif Variabel Kinerja Guru.. ... 78

4.1.4.2 Gambaran Statistik Deskriptif Variabel Lingkungan Fisik84 4.1.4.3 Gambaran Statistik Deskriptif Variabel Lingkungan Sosial87 4.1.5 Realiabilitas ... 89

4.1.6 Hasil Analisis Data ... 91

4.1.6.1 Uji Normalitas ... 91

4.1.6.2 Analisis Regresi Ganda ... 92

4.1.7 Uji Hipotesis ... 95

4.1.7.1 Uji t ... 95

4.1.7.2 Uji F ... 96

4.1.8 Uji Asumsi Klasik ... 96

4.1.8.1Uji Multikolinearitas ... 96

4.1.8.2 Uji Heteroskedastisitas ... 97

4.1.8.3 Uji Autokorelasi ... 98

4.2 Pembahasan ... 99

4.2.1 Pengaruh Lingkungan Fisik Terhadap Kinerja Guru ... 99

4.2.2 Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Kinerja Guru. ... 102

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Kesimpulan ... 105

5.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ...


(8)

Tabel 1.1 Guru Menurut Kelayakan Mengajar... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu... 42

Tabel 3.1 Jumlah Guru Ekonomi SMA Swasta Di Kota Cimahi... 47

Tabel 3.2 Operasional Variabel... 47

Tabel 3.3 Skor dan Alternatif Jawaban... 52

Tabel 3.4 Kriteria Harga Koefisien Korelasi... 58

Tabel 3.5 Uji Statistik Durbin-Watson... 63

Tabel 4.1Profil Sekolah... 68

Tabel 4.2 Hasil Validitas Item Instrumen Penelitian Variabel X...74

Tabel 4.3Hasil Validitas Item Instrumen Penelitian Variabel Y... 76

Tabel 4.4Nilai Bobot Standar... 79

Tabel 4.5Nilai Bobot Standar... 81

Tabel 4.6Nilai Bobot Standar... 83

Tabel 4.7 Nilai Bobot Standar... 85

Tabel 4.8 Nilai Bobot Standar... 88

Tabel 4.9 Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian...90

Tabel 4.10Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian... 91

Tabel 4.11 Matriks Korelasi Antarvariabel Eksogen Dengan Variabel Endogen... 92

Tabel 4.12 Koefisien Korelasi Ganda Dan Koefisien Determinasi... 93

Tabel 4.13Nilai Penduga Koefesien Regresi... 94

Tabel 4.14 Pengujian Hipotesis... 95

Tabel 4.15 Hasil Uji t... 95

Tabel 4.16 Hasil Uji F... 96


(9)

Gambar 2.1Model Satelit Kinerja Organisasi... 16

Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja...28

Gambar 2.3Pengaruh Lingkungan Terhadap Kinerja Individu...29

Gambar 2.4 Kerangka Berfikir...39

Gambar 4.1 Tingkat PendidikanPenduduk Kota Cimahi... 66

Gambar 4.2 Jumlah Peserta Didik Di Kota Cimahi... 67

Gambar 4.3 Responden Guru EkonomiBerdasarkanSekolah... 69

Gambar 4.4 Guru EkonomiBerdasarkanJenisKelamin... 70

Gambar 4.5 Guru EkonomiBerdasarkanUsia... 71

Gambar 4.6 Guru EkonomiBerdasarkanKualifikasiAkademik... 72

Gambar 4.7 Guru EkonomiBerdasarkanLembaga Pendidikan...73

Gambar 4.8 Indikator VariabelKinerja Guru dalam Merencanakan Pembelajaran... 80

Gambar 4.9 Indikator Variabel Kinerja Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran... 82

Gambar 4.10 Indikator Variabel Kinerja Guru dalam Mengevaluasi Pembelajaran... 84

Gambar 4.11 Indikator Variabel Lingkungan Fisik... 86


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber daya manusia yang besar apabila dapat didayagunakan secara efektif dan efisien akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya pembangunan nasional yang berkelanjutan. Melimpahnya sumber daya manusia yang ada saat ini mengharuskan berfikir secara seksama yaitu bagaimana dapat memanfaatkan sumber daya manusia secara optimal. Agar di masyarakat tersedia sumber daya manusia yang handal salah satunya adalah melalui pendidikan yang berkualitas.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sebagaimana dijelaskan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


(11)

Salah satu bidang penting dalam manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan personila atau sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan, salah satu faktor yang paling menunjang keberhasilan proses belajar mengajar adalah tersedianya tenaga kependidikan atau guru yang berkualitas. Sebagai salah satu anggota organisasi sekolah, tenaga pendidik/guru menduduki peran yang amat penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran dalam mempersiapkan peserta didik untuk mencapai kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam pembangunan pendidikan, keberadaan sekolah sebagai institusi yang mengemban tugas utama mendidik anak-anak bangsa, harus tetap mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pemerintah dan masyarakat. Di dalam institusi sekolah terdapat beberapa masukan (raw-instrumental-environmental

input) yang berinteraksi antarsatu dengan yang lainnya dalam proses

transformasional (proses pendidikan atau pembelajaran). Dalam proses transformasi tersebut terdapat salah satu komponen masukan instrumental, yaitu “pendidik/guru”. Komponen guru/pendidik merupakan salah satu masukan instrumental yang menduduki posisi sangat penting dan strategis, terutama tugas guru dalam pengelolaan proses pembelajaran yang bertujuan mengantarkan peserta didik menuju kepada terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan bunyi pasal 6 Undang-Undang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa:

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu: berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.


(12)

Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik, kualitas kinerja mereka merupakan suatu kontribusi penting yang akan menentukan bagi keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu perhatian pada pengembangan kinerja guru untuk terus meningkat dan ditingkatkan menjadi hal yang amat mendesak, apalagi apabila memperhatikan tuntutan masyarakat yang terus meningkat berkaitan dengan kualitas pendidikan, dan hal ini tentu saja akan berimplikasi pada makin perlunya peningkatan kualitas kinerja guru.

Secara empirik, kondisi guru sekarang ini masih menjadi sorotan dari berbagai pihak. Rendahnya kualitas pendidikan di indonesia salah satunya disebabkan oleh kualitas guru yang masih memprihatinkan. Hal ini didukung oleh fakta empirik yang menunjukan bahwa guru di indonesia belum mencapai standar yang diharapkan.

Secara umum, kualitas guru dan kompetensi guru di Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini, dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Begitu pun dari persyaratan sertifikasi, hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5 persen guru yang memenuhi syarat sertifikasi. Adapun 861.67 guru lainnya belum memenuhi syarat sertifikasi, yakni sertifikat yang menunjukkan guru tersebut profesional. Selain jenjang pendidikan yang belum memadai, kompetensi guru juga masih bermasalah. Saat dilakukan tes terhadap guru semua bidang studi, rata-rata tak sampai 50 persen soal yang bisa dikerjakan. Tidak ada guru yang meraih nilai 80.” (www.kompas.com//Edisi Juni 2011).

Renstra Depdiknas tahun 2004-2009 masih terdapatnya kesenjangan guru dilihat dari keahliannya. Guru yag tidak sesuai dengan bidang keahliannya yang masih banyak terjadi pada jenjang Sekolah Menengah Swasta dan Madrasah Aliyah. Dalam kaitannya dengan kelayakan guru mengajar, data Balitbang tahun 2002/2003 menyebutkan bahwa presentase guru yang tidak layak mengajar pada


(13)

jenjang SD yaitu sekitar 609.217 orang (49,3%) baik pada sekolah negeri maupun swasta seperti yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Guru Menurut Kelayakan Mengajar

No Kelayakan Negeri % Swasta % Jumlah %

1 SD 1,143,070 92.6 91,857 7.4 1,234,927 100.0 a. Layak 584,395 47.3 41,315 3.3 625,710 50.7 b. Tidak Layak 558,675 45.2 50,542 4.1 609,217 49.3 2 SMP 331,531 66.7 155,217 33.3 466,748 100.0

a. Layak 202,720 43.4 96,385 20.7 299,105 64.1 b. Tidak Layak 108,811 23.3 58,832 12.6 167,643 35.9 3 SMA 122,803 53.4 107,311 46.6 230,114 100.0

a. Layak 87,379 38.0 67,051 29.1 154,430 67.9 b. Tidak Layak 35,424 15.4 40,260 17.5 75,684 32.9

4 SMK 48,645 33.0 98,914 67.0 147,559 100.0

a. Layak 27,967 19.0 55,631 37.7 83,598 56.7 b. Tidak Layak 20,678 14.0 43,283 29.3 63,961 43.3 Sumber : Renstra Depdiknas 2004-2009

Proporsi guru yang berpendidikan dibawah kualifikasi minimal sebagaimana terungkap dalam tabel di atas, tentu tidak memadai jika pemerintah ingin menyediakan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Apalagi banyak terjadi tidak sesuai antara pelajaran yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan guru. Dengan demikian dapat dibayangkan kalau guru bidang studinya saja tidak menguasai materi, apalagi guru yang bukan bidang studi. Dengan kemampuan dan pengetahuan yang sedemikian terbatas dan kepekaan kreativitas yang sangat minim maka sangatlah sulit bagi guru untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Menurut ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Hj. Netti Prasetyani Heryawan dalam seminar Pendidikan Profesi Guru Bahasa Indonesia dan pekan Seni Sastra Bahasa Indonesia di Universitas Pasundan Bandung, mengatakan bahwa :


(14)

Hasil evaluasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 10 persen dari 200.000 guru bersertifikat di Jawa Barat mengalami penurunan kerja. Sebanyak 70 persen lainnya stagnan atau tetap dan 20 persen sisanya mengalami peningkatan. Artinya bahwa tesis meningkatnya kesejahteraan guru, diharapkan meningkat pula kualitas pendidikan, perlu ditinjau ulang. Guru adalah tenaga pendidik profesional, sayangnya realitanya di lapangan masih banyak guru yang tidak berlatar belakang dengan ketentuan/bidang studi yang sesuai dan masih banyak guru yang memiliki profesionalitas rendah. Masih banyak guru yang kurang terpacu untuk mengembangkan diri. Hanya sedikit guru yang sungguh-sungguh dalam membangun kesejawatan. (www.jabarprov.go.id)

Dalam tataran mikro, guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan, dia sangat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya, ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelasaikan sekolah.

Meningkatnya kualitas guru akan termanifestasikan dalam kinerja guru dalam melaksanakan tugas dan peran yang diembannya sesuai dengan tuntutan yang telah diberikan oleh sekolah, oleh karena itu upaya mengelola dan mengembangkan kinerja guru dalam organisasi menjadi hal yang sangat penting dalam membangun dan mengembangkan kemampuan organisasi untuk dapat berperan optimal dalam mencetak generasi-generasi penerus yang diharapkan. Dalam hubungan ini, maka manajemen kinerja menjadi faktor yang sangat strategis dalam upaya untuk terus meningkatkan dan mengembangkan kinerja guru sesuai dengan tuntutan perubahan, baik tuntutan internal organisasi, maupun tuntutan akibat dari faktor eksternal. Kinerja Guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam


(15)

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan fihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan/pembelajaran di lembaga pendidikan Sekolah.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan melalui wawancara kepada beberapa guru ekonomi di SMA swasta yang ada di kota Cimahi dapat digambarkan bahwa masih terdapat beberapa masalah dalam proses belajar mengajar. Mulai dari tahap merencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran hingga mengevaluasi hasil pembelajaran. Seperti guru belum menggunakan dan mengembangkan teknologi infomasi sebagai media dan sumber belajar, nilai ulangan ekonomi beberapa siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum, serta guru belum melakukan penelitian tindakan kelas untuk perbaikan pembelajaran. Masalah-masalah tersebut timbul karena berbagai faktor, baik faktor internal seperti motivasi belajar siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan faktor eksternal seperti lingkungan sekolah dan sistem manajemen sekolah misalnya.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa profesi guru memiliki tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Secara khusus guru di tuntut untuk memberikan layanan professional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Sehingga guru yang dikatakan profesional adalah orang yang memeiliki kemamapuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan


(16)

kinerja yang maksimal. Namun kenyataannya setiap guru pada dasarnya memiliki tingkat kinerja yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dirinya sendiri maupun yang berasal dari lingkungan kerjanya.

Gibson et al (1995: 56), memberikan gambaran lebih rinci dan komprehensif tentang faktor–faktor yang berpengaruh terhadap

performance/kinerja, yaitu :

a. Variabel Individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur, asal – usul, jenis kelamin).

b. Variabel Organisasi, meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan.

c. Variabel Psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi.

Menurut Sutermeister (Siti Nur Khomsah, 2011) kinerja seseorang dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu kemampuan dan motivasi. Faktor kemampuan didalamnya mencakup pengetahuan dan keterampilan, dimana indikator daripada pengetahuan adalah pendidikan dan pengalaman kerja. Sedangkan indikator keterampilan adalah pelatihan, sikap dan kepribadian. Adapun pada faktor motivasi yang di dalamnya mencakup kondisi fisik dan tempat kerja serta lingkungan sosial. Indikator daripada kondisi fisik dan tempat kerja adalah cahaya, temperatur, ventilasi, waktu, istirahat, keselamatan kerja dan musik. Sedangkan indikator untuk lingkungan sosial adalah organisasi formal, serikat pekerja, informasi, dan kepemimpinan.

Penjelasan di atas menggambarkan tentang hal-hal yang dapat membentuk atau mempengaruhi kinerja seseorang, faktor individu dengan karakteristik psikologisnya yang khas serta faktor organisasi berinteraksi dalam suatu proses


(17)

yang dapat mewujudkan suatu kualitas kinerja yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam organisasi.

Pentingnya membangun lingkungan yang kondusif di sekolah terutama berkenaan dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan kinerja guru sebagaimana disampaikan oleh Stephen Stolp (1994) tentang School

Culture yang dipublikasikan dalam ERIC Digest, dari beberapa hasil studi

menunjukkan bahwa budaya di sekolah berkorelasi dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa serta kepuasan kerja dan produktivitas guru. Budaya di sekolah juga memiliki korelasi dengan sikap guru dalam bekerja.

Menurut Oemar Hamalik (2004: 195) lingkungan adalah segala sesuatu yang yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Lingkungan adalah segala sesuatu yang di sekeliling manusia yang dapat mempengaruhi tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya Hamalik (2004 :196) juga mengemukakan bahwa suatu lingkungan pendidikan / pengajaran memiliki fungsi – fungsi sebagai berikut. 1) Fungsi psikologis, yaitu, stimulus bersumber atau berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon yang menunjukan tingkah laku tertentu. 2) Fungsi pedagogis, yaitu lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan dan lembaga-lembaga sosial. 3) Fungsi instruksional, yaitu program intruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran atau pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan tingkah laku.


(18)

Hal ini sejalan dengan jurnal penelitian Tumbur Hutasoit (2011) yang berjudul Pengaruh Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru (studi empiris di SMP Negeri Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru.

Jurnal penelitian Sumaryanto (2011) yang berjudul pengaruh motivasi, lingkungan kerja, kesejahteraan, dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sekolah menengah pertama di Kota Semarang. Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kompensasi dan lingkungan kerja terhadap motivasi dan kinerja guru.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang masalah tersebut sehingga merumuskannya dalam sebuah judul skripsi yaitu “Pengaruh Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial Terhadap Kinerja Guru (Survey Pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah gambaran umum tentang ruang lingkup atau pembahasan bidang kajian dalam penelitian, sehingga akhirnya masalah yang diteliti akan tampak jelas. Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut :


(19)

1. Bagaimana gambaran umum lingkungan fisik, lingkungan sosial dan kinerja guru di SMA swasta se-Kota Cimahi ?

2. Bagaimana pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru ? 3. Bagaimana pengaruh lingkungan sosial terhadap kinerja guru ?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pegangan atau pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Sehubungan dengan hal ini Suharsimi Arikunto (1989 : 41) menyatakan bahwa “Tujuan penelitian yaitu rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian yang dilakukan selesai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Gambaran umum lingkungan fisik, lingkungan sosial dan kinerja Guru di SMA swasta se-Kota Cimahi.

2. Pengaruh lingkungan fisik terhadap kinerja guru. 3. Pengaruh lingkungan sosial terhadap kinerja guru.

1.4Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan, khususnya mengenai pengaruh lingkungan fisik dan lingkungan sosial sekolah terhadap kinerja guru ekonomi di SMA swasta se-Kota Cimahi.


(20)

b. Secara Praktis

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang akan meneliti lebih lanjut sekitar penelitian sejenis.

2. Memberikan sumbangan pemikiran dan perkembangan ilmu pendidikan untuk FPEB UPI Bandung umumnya dan Program Studi Pendidikan Ekonomi khususnya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan evaluasi bagi pihak sekolah dan khususnya guru ekonomi dalam rangka meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran dari penelitian yang akan dilaksanakan. penelitian ini mengungkapkan tentang pengaruh lingkungan fisik dan lingkungan sosial terhadap kinerja guru. Objek dalam penelitian ini adalah kinerja guru ekonomi. Adapun variabel eksogen dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik (X1), lingkungan sosial (X2) dan variabel endogen kinerja guru

(Y). Subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran ekonomi SMA swasta se-Kota Cimahi.

3.1.2 Metode penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 2005: 56).

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi


(22)

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Menurut sugiyono (2008:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi bukan hanya berbentukorang, tetapi juga bisa berbentuk objek dan benda alam sekitar. Populasi juga dapat berupa karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran ekonomi di SMA swasta yang ada di kota Cimahi dengan jumlah 26 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian jumlah anggota, atau golongan, dan atau kelompok dari suatu objek penelitian yang dapat mewakilinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa sampel adalah

“sekelompok individu tertentu yang memiliki satu atau lebih karakteristik umum

yang menjadi pusat penelitian , dan untuk sekedar ancer-ancer bila subjeknya kurang dari 100 lebih baik seluruhnya atau penelitian populasi, selanjutnya apabila lebih dari 100 dapat kita ambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau

lebih”. (Suharsimi Arikunto, 1993:120)

Dari pendapat di atas, serta melihat jumlah populasi yang ada peda penelitian iniyaitu kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil seluruh populasi yang ada menjadi sampel dalam penelitian ini, atau yang disebut dengan

total sampling yaitu sebanyak 26 guru. Jumlah guru dapat dilihat pada tabel 3.1


(23)

Tabel 3.1

Jumlah Guru Ekonomi SMA Swasta di Kota Cimahi

No Nama Sekolah Jumlah Guru

1. SMA Pasundan 1 Cimahi 3 2. SMA Pasundan 2 Cimahi 3 3. SMA Pasundan 3 Cimahi 5

4. SMA Tunas Mandiri 2

5. SMA Budi Luhur 2

6. SMA Tutwuri Handayani 3

7. SMA Muhammadiyah 2

8. SMA Kartika Siliwangi 2

9. SMA Santa Maria 2

10. SMA Warga Bhakti 2

Jumlah 26

Sumber: Hasil penelitian (diolah)

3.3 Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent yaitu lingkungan fisik (X1) dan lingkungan sosial (X2) Sedangkan yang menjadi variabel dependen

yaitu kinerja guru (Y). Untuk mempermudah penjelasan dan pengolahan data, maka variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dijabarkan dalam bentuk operasional variabel, seperti terlihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data No Item

Lingkungan Sekolah (X) Sumber : Muhammad Saroni, (2006). Lingkungan Fisik (X1)

Jumlah atau indeks dari reponden tentang suatu succsesive skala likert lingkungan fisik dalam model likert 5 poin dengan indikator: 1. Kenyamanan ruang kerja 2. Media pembelajaran 3. Halaman sekolah 4. Jalan menuju sekolah 5. Bangunan gedung sekolah

Data diperoleh dari responden guru mata pelajaran ekonomi di SMA swasta yang ada di kota Cimahi tentang lingkungan fisik sekolah. 1,2 3,4 5,6 7,8 9,10


(24)

Lingkungan Sosial (X2)

Jumlah atau indeks dari responden tentang succsesive skala likert lingkungan sosial dalam model likert 5 poin dengan indikator:

1. Hubungan guru dengan kepala sekolah 2. Hubungan antar guru 3. Hubungan dengan peserta

didik

Data diperoleh dari responden guru mata pelajaran ekonomi di SMA swasta yang ada di kota Cimahi tentang lingkungan sosial sekolah. 11,12,13 14,15,16 17,18,19 Kinerja Guru (Y) Sumber : Direktur Tenaga Kependidikan Depdiknas, (2008). Merencanakan Pembelajaran

Jumlah atau indeks dari responden tentang succsesive skala likert merencanakan pembelajaran dalam model skala likert 5 poin dengan indikator :

1. Merumuskan tujuan pengajaran.  Urutan tujuan dari yang

mudah kepada yang sukar  Kejelasan kriteria

pencapaian tujuan. 2. Memilih dan mengembangkan

bahan pengajaran.

 Berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum.

 Memilih dengan tepat bahan yang sesuai dengan

karakteristik murid.

 Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf

kemampuan berfikir siswa. 3. Merumuskan kegiatan belajar

mengajar.

 Menentukan dengan tepat macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan taraf kemampuan berfikir siswa.  Menentukan alokasi

penggunaan waktu belajar mengajar.

 Menentukan cara pengorganisasian murid agar terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

 Menentukan media pembelajaran.  Menentukan sumber

pengajaran.

4. Merencanakan penilaian.  Menentukan jenis penilaian.  Membuat alat penilaian

hasil belajar.

Data diperoleh dari responden guru mata pelajaran ekonomi di SMA swasta yang ada di kota Cimahi tentang merencanakan pembelajaran. 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40


(25)

Melaksanakan Pembelajaran

Jumlah atau indeks dari responden tentang succsesive skala likert melaksanakan pembelajaran dalam model likert 5 poin dengan indikator : 1. Memulai pembelajaran.

 Menyampaikan bahan pengait/ordinal apersepsi.

 Menyampaikan tujuan.  Memotivasi siswa untuk

melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Menyampaikan

pembelajaran.

 Menyampaikan bahan secara sistematis.  Menggunakan

alat/media pengajaran.  Menggunakan metode

pengajaran.

 Memberi kesempatan pada siswa untuk aktif. 3. Menutup pembelajaran

 Menyimpulkan pelajaran.

 Memberi tindak lanjut.

Data diperoleh dari responden guru mata pelajaran ekonomi di SMA swasta yang ada di kota Cimahi tentang melaksanakan pembelajaran. 41 42 43 44 45 46 47 48 49 Mengevaluasi Hasil Pembelajaran

Jumlah atau indeks dari responden tentang succsesive skala likert mengevaluasi hasil pembelajaran dalam model likert 5 poin dengan indikator: 1. Melaksanakan Evaluasi

 Melaksanakan evaluasi pada akhir pelajaran.  Jenis evaluasi sesuai

dengan kegiatan belajar mengajar yang telah diberikan.

 Kesesuaian evaluasi dengan tujuan.  Kesesuaian evaluasi

dengan bahan pelajaran. 2. Tindak Lanjut Terhadap Hasil Evaluasi

 Melaksanakan

pengajaran pengayaan.  Melaksanakan

pembinaan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

Data diperoleh dari responden guru mata pelajaran ekonomi di SMA swasta yang ada di kota Cimahi tentang mengevaluasi

hasil pembelajaran. 50

51

52

53

54 55


(26)

3.4 Teknik dan alat pengumpulan Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara langsung, yaitu melalui angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan tertulis kepada yang menjadi responden yang menjadi sampel penelitian. Adapun kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terstruktur atau kuesioner tertutup. Menurut Riduwan (2010:27), angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan memberikan tanda silang (x) atau tanda cheklist (√). Variabel yang diukur dengan kuesioner adalah lingkungan fisik (X1), lingkungan sosial (X2) dan kinerja

guru (Y).

2. Secara tidak langsung, yaitu melalui studi dokumentasi untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa dokumen-dokumen yang ada pada objek penelitian, seperti laporan-laporan, catatan-catatan, arsip, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, terutama yang berkaitan dengan kondisi objek penelitian. Dalam penelitian ini studi dokumentasinya adalah daftar sekolah SMA dan guru mata pelajaran ekonomi se-kota Cimahi.


(27)

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial pada sekolah menengah atas swasta di kota cimahi dengan menyebarkan angket sebagai instrumen penelitian.

Sehubungan dengan hal tersebut, Triatno (2010:263) mengemukakan

bahwa “Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalan kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut

menjadin sistematis dan dipermudah olehnya”.

Jenis instrumen dalan angket merupakan instrumen yang bersifat tertutup dan terbuka. Instumen yang bersifat tertutup yaitu seperangkat pertanyaan tertulis yang disertai dengan alternatif jawaban yang sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih alternatif yang tersedia. Sedangkan instrumen yang bersifat terbuka yaitu seperangkat daftar pertanyaan dengan memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang diketahui dan dilakukannya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis instrumen yang bersifat tertutup.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala likert yaitu digunakan untuk mengukur sifat, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial” (Sugiyono, 2005 : 104). Adapun ketentuan skor dan alternatif jawaban digambarkan dengan tabel 3.3sebagai berikut.


(28)

Tabel 3.3

Skor dan Alternatif Jawaban

No Pertanyaan Skor

Positif

Skor Negatif

1 Selalu (SL) 5 1

2 Sering (SR) 4 2

3 Kadang-kadang (K) 3 3

4 Pernah (P) 2 4

5 Tidak Pernah (TP) 1 5

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator terlebih dahulu, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan.

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian 3.6.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto (2002: 168) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.

Uji validitas menurut Saifuddin Azwar, (2003) dalam Kusnendi (2008: 94-95) adalah untuk mengetahui ketetapan instrument penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Merujuk pada skala yang digunakan yaitu skala likert lima point, maka uji validitas pada skripsi ini digunakan analisis korelasi item-total dikoreksi (corrected item-total correlation) dikarenakan jumlah item yang di uji relatif kecil, yaitu kurang dari 30. Penggunaan analisis korelasi item-total dikoreksi di definisikan sebagai berikut:


(29)

Keterangan:

ri ( x −i ) = korelasi item total terkoreksi s x = deviasi standar skor total

Rix = korelasi item total sebelum dikoreksi si = deviasi skor item

Untuk menentukan item mana yang memiliki validitas yang memadai, para ahli menetapkan patokan besaran koefisien item total dikoreksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah item. Artinya semua item pertanyaan atau pernyataanyang memiliki koefisien korelasi item total sama atau lebih besar dari 0,25 atau 0,30 diindikasikan memiliki validitas internal yang memadai, dan kurang dari 0,25 atau 0,30 di indikasikan item tersebut tidak valid (Kusnendi 2008: 95-96).

3.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan (Riduwan dan Kuncoro, 2011: 220).

Menurut Arikunto (2006: 178) “reliabilitas menunjuk pada satu pengertian

bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat

diandalkan”.

Adapun uji reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Menurut Kusnendi (2008: 96) suatu


(30)

instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat realibilitas memadai jika koefisien alpha Croncbach lebih besar atau sama dengan 0,70.

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut (Riduwan dan Kuncoro, 2011: 221):

1) Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:

Dimana:

Si = varians skor tiap-tiap item Ʃ Xi2 = jumlah kuadrat item Xi

(Ʃ Xi)2

= jumlah item Xi dikuadratkan

N = jumlah responden

2) Menjumlahkan varians semua item dengan rumus:

Dimana:

Ʃ Si = jumlah varians semua item S1 + S2 + S3....Sn = varians item ke-1, 2, 3...n

3) Menghitung varians total dengan rumus:

Dimana:

St = varians total

Ʃ Xi2 = jumlah kuadrat X total

(Ʃ Xi)2

= jumlah X total dikuadratkan

N = jumlah responden

4) Masukkan nilai Alpha dengan rumus:


(31)

Dimana:

r11 = nilai reliabilitas

Ʃ Si = jumlah varians skor tiap-tiap item St = varians total

k = jumlah item

Kemudian diuji dengan uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus

Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:

√{ } { }

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh

karenanya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman Brown yakni:

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan

distribusi tabel (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan df (dk = n - 2). Keputusan: Jika r11

> r tabel berarti reliabel dan sebaliknya jika r11 < r tabel berarti tidak reliabel.

3.7 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan perlu diperhatikan dengan pengolahan data yang telah terkumpul. Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah terdapat data ordinal. Dengan adanya data berjenis ordinal maka data tersebut harus diubah menjadi data interval melalui Methods of

Succesive Interval (MSI). Salah satu kegunaan dari Methods of Succesive Interval


(32)

ke interval. Menurut Riduwan dan Kuncoro (2011: 30) mengatakan bahwa

“transformasi data ordinal menjadi data interval gunanya untuk memenuhi

sebagian dari syarat analisis parametik yang mana data setidaknya berskala

interval”. Data ordinal ditransformasikan menjadi data interval melalui Method of Successive Interval (MSI). Langkah-langkah transformasi data tersebut sebagai

berikut:

1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan;

2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4 dan 5 yang disebut dengan frekuensi;

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P);

4. Tentukan nilai Proporsi Kumulatif (PK) dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor;

5. Gunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proposisi kumulatif yang telah diperoleh;

6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan mengunakan tabel tinggi densitas);

7. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:

8. Tentukan nilai transformasi dengan rumus:

[ | |]

3.7.1 Analisis Normalitas

Untuk menguji normalitas distribusi data, dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

(Akdon dan Sahlan Hadi, 2005:182) Keterangan :

X2 = Nilai Chi Kuadrat

fo = Frekuensi yang diobservasi fe = Frekuensi yang diharapkan


(33)

3.7.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan cara untuk mengukur ketepatan suatu garis regresi. Menurut Gujarati (2001 : 98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2< 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh atau tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.

3.7.3 Analisis Persamaan Regresi

Permasalahan yang diajukan dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik. Model analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat. Selain itu, untuk menguji kebenaran dari dugaan sementara menggunakan model persamaan regresi linier berganda, sebagai berikut.


(34)

Dimana :

Y = Kinerja Guru a = Konstanta

β = Koefisien regresi X1= Lingkungan Fisik

X2= Lingkungan Sosial 3.7.4 Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara variabel X dan variabel Y. Untuk mencari koefisien korelasi antar variabel X dan Y menggunakan rumus berikut ini.

(Akdon dan Sahlan Hadi, 2005:188) Agar dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien yang ditemukan, dapat berpedoman pada ketentuan yang tertulis pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Harga Koefisien Korelasi

Harga r Kategori

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat kuat

3.8 Pengujian Hipotesis

3.8.1 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Hipotesis penelitian yang dinyatakan dalam hipotesis statistik yaitu: H0: YiX1 = YiXk= … = YiXk = 0; Yi tidak dipengaruhi X1, X2,…Xk

H1: YiX1 = YiXk= … = YiXk≠ 0; sekurang-kurangnya Yi dipengaruhi oleh salah satu


(35)

Atau dengan rumus :

H0: RYiXk = 0; Variasi yang terjadi pada Yi tidak dipengaruhi Xk

H1: RYiXk≠ 0; Variasi yang terjadi pada Yi sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh

salah satu variabel Xk

(Kusnendi, 2008: 155) 1. Pengujian signifikansi secara manual: menggunakan tabel F

(Riduwan dan Kucoro, 2011: 117) Dimana:

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel eksogen = R-square

Jika F hitung ≥ F tabel, maka tolak H0 artinya signifikan

F hitung < F tabel, maka terima H0 artinya tidak signifikan Dengan taraf signifikansi (α) = 0,05

Mencari nilai F tabel dengan rumus:

F tabel = F {(1-α) (dk=k), (dk=n-k-1)} atau F {(1-α) (v1=k), (v2=n-k-1)}

Cara mencari F tabel : nilai (dk-k) atau v1 disebut nilai pembilang

niai (dk=n-k-1) atau v2 disebut nilai penyebut

2. Kaidah pengujian signifikansi dengan program SPSS

Jika nilai probabilitas 0,05 < probabilitas Sig, maka H0 diterima dan

Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

 Jika nilai probabilitas 0,05 ≥ probabilitas Sig, maka H0 ditolak dan Ha


(36)

3.8.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik berikut:

H0 : ≤ 0

Ha : > 0

Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang dihitung dengan rumus: (Kusnendi, 2011: 155)

√( )

Dimana:

txk` = nilai t hitung untuk setiap koefisien jalur variabel Xk

ρXk = koefisien jalur antara variabel eksogen dan endogen yang

terdapat dalammodel yang dianalisis

seρxk = standar error koefisien jalur yang bersesuaian n = ukuran sampel

k = banyaknya variabel penyebab dalam model yang dianalisis Ckk = elemen matriks korelasi variabel penyebab untuk model yang

dianalisis

Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi analisis jalur, bandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:


(37)

Jika nilai probabilitas 0,05 < probabilitas Sig, maka H0 diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak signifikan.

 Jika nilai probabilitas 0,05 ≥ probabilitas Sig, maka H0 ditolak dan Ha

diterima, artinya signifikan. Kriteria pengambilan keputusan:

Jika t hitung > t tabel, maka tolak H0 artinya signifikan

t hitung ≤ t tabel, maka terima H0 artinya tidak signifikan.

3.8.3 Uji Asumsi Klasik 3.8.3.1 Multikolinearitas

Istilah multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau

eksak (perfect or exact) diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi.

Istilah kolinearitas ganda (multicollinearity) menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna. Jadi, multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antarvariabel independen. (Yana Rohmana, 2010 : 140-141).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah dengan uji derajat nol atau melihat korelasi parsial antar variabel independen dengan bantuan program SPSS versi 17.0. Salah satu alternatif untuk mendeteksi multikolinieritas yaitu melalui faktor varian inflasi (VIF, Variance Inflation

Factor). Jika nilai VIF dari variabel bebas adalah kecil, yaitu di bawah 5, maka

variabel-variabel tersebut tidak mempunyai persoalan multikolinieritas. Sebaliknya jika nilai VIF dari variabel bebas di atas 5, maka variabel-variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas.


(38)

3.8.3.2 Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama (Gujarati, 2001 : 177). Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena dimana estimator regresi bias, namun varian tidak efisien (semakin besar populasi atau sampel, semakin besar varian). Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas.

Beberapa akibat yang ditimbulkan akibat adanya heteroskedastisitas (Sumodiningrat, 1994:266):

a) Penaksir-penaksir OLS tidak akan bias (unbiased)

b) Artinya, penaksir-penaksir kuadrat terkecil adalah unbiased, sekalipun dalam kondisi heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan karena di sini tidak digunakan asumsi homoskedastisitas.

c) Varian dari koefisien-koefisien OLS salah.

d) Penaksir-penaksir OLS akan menjadi tidak efisien.

Kriteria pengujian untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastis bisa dilakukan melalui analisis grafik hasil output SPSS dengan kriteria berikut :

1) Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka


(39)

3.8.3.3 Autokorelasi

Secara harfiah, autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual yang lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan residual adalah tidak adanya hubungan antara residual satu dengan residual yang lain (Agus Widarjono, 2005 : 177).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model regresi adalah dengan metode Durbin-Watson. Untuk uji metode Durbin Watson dilakukan dengan program komputer SPSS versi 17.0. Durbin-Watson mengembangkan uji statistic yang disebut uji statistic d. Ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam tabel uji statistic Durbin-Watson d sebagai berikut:

Tabel 3.5

Uji Statistik Durbin-Watson

Nilai statistik d Hasil

0 <d <dL Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif dLd ≤ du Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan dud ≤ 4 - du Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi

positif/negatif

4 – du≤ d ≤ 4 - dL Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan


(40)

0 dL du 4 - du 4 - dL

4

Autokorelasi Positif

Ragu - ragu Tidak ada Autokolerasi

Ragu - ragu Autokorelasi Negatif Autokorelasi


(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Cimahi, Kota Cimahi merupakan sebuah Kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian barat Jawa Barat, Indonesia. Letak astronomis Kota ini di antara 107°32" Bujur Timur dan 6°53" Lintang Selatan. Kota ini terletak di antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Cimahi dahulu bagian dari Kabupaten Bandung, yang kemudian ditetapkan sebagai kota administratif pada tanggal 29 Januari 1976. Kemudian pada tanggal 18 Oktober 2001 dibentuklah Kota Cimahi yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan melalui proses penelitian dari lima perguruan tinggi negeri dan swasta yaitu Universitas Padjadjaran (UNPAD), Institut Tekhnologi Bandung (ITB), Sekolah Tinggi Pemerintah Dalam Negeri (STPDN ), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Jend. Ahmad Yani (UNJANI). Kota Cimahi memiliki luas wilayah 48,42 km2 yang terdiri terdiri atas 3 kecamatan, yang dibagi lagi atas 15 kelurahan. Pusat pemerintahannya berada di Kecamatan Cimahi Tengah.

Tingkat pendidikan penduduk juga merupakan komponen penting untuk pembangunan pendidikan. Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk yang dirinci menjadi sepuluh kategori dapat digambarkan sebagai berikut.


(42)

14% 10%

17% 18%

30%

1% 4% 6% 0% 0%

TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK TAHUN 2012

Belum Pernah Sekolah (86.152) Belum Tamat SD (63.835) Tamat SD (101.242) Tamat SMP (111.449) Tamat SMA/SMK (179.749) Tamat Diploma I/II (8.189) Tamat Diploma III (23.049) Tamat S1 (34.722) Tamat S2 (399) Tamat S3 (382)

Gambar 4.1

Tingkat Pendidikan Penduduk Kota Cimahi Sumber: Dinas Pendidikan Kota Cimahi

Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk terbanyak di Kota Cimahi berada pada komponen tamatan SMA yaitu sebesar 179.749 orang atau sekitar 30%. Sedangkan tingkat pendidikan penduduk terkecil di kota Cimahi berada pada komponen tamatan S3 yaitu sebesar 382 orang atau sekitar 0.06%. Hal ini dikarenakan masyarakat kota Cimahi sudah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan dan memiliki orientasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Untuk mengetahu jumlah peserta didik pada setiap jenjang pendidikan di Kota Cimahi dapat digambarkan sebagai berikut.


(43)

64% 26%

4% 6%

JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN 2012/2013

SD/MI (86.490) SMP/MTs (34.992) SMA/MA (5.562) SMK (8.515)

Gambar 4.2

Jumlah Peserta Didik di Kota Cimahi Sumber: Dinas Pendidikan Kota Cimahi

Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, terlihat bahwa jumlah peserta didik terbanyak di Kota Cimahi berada pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 86.490 orang atau sekitar 64%. Sedangkan jumlah peserta didik terkecil di kota Cimahi berada pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah (SMA/MA) yaitu sebesar 5.562 orang atau sekitar 4%.

Berdasarkan data yang ada pada tahun 2012/2013, jumlah SMA/MA/SMK di Kota Cimahi sebanyak 46 sekolah dengan rincian 16 SMA, 7 MA dan 23 SMK. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian hanya pada SMA yang berstatus swasta saja dengan jumlah sepuluh sekolah. Berikut adalah profil singkat mengenai ke sepuluh sekolah tersebut.


(44)

Tabel 4.1 Profil Sekolah

No Nama Sekolah Alamat

1. SMAS Budi Luhur Jln. KPAD Kebon Rumput No. 1 2. SMAS Kartika Siliwangi 4 Jln. Dr. Sam Ratulangi D-26 3. SMAS Muhammadiyah 1 Jln. Jendral Amir Machmud No. 7 4. SMAS Pasundan 1 Jln.Terusan No. 32

5. SMAS Pasundan 2 Jln.Melong Raya No. 4 6. SMAS Pasundan 3 Jln. Citeureup No. 97A 7. SMAS Santa Maria 3 Jln. Gatot Subroto No. 13

8. SMAS Putera Mandiri Jln. Komplek Sangkuriang No. 36 9. SMAS Tut Wuri Handayani Jln. Encep Kartawiria No. 93 10. SMAS Warga Bakti Jln. Raya Cibeber No. 148

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cimahi

Secara keseluruhan, Sekolah Menengah Atas Swasta di Kota Cimahi terakreditasi A dan B. Selain kegiatan belajar mengajar, SMA Swasta di Kota Cimahi terdapat organisasi dan ekstrakulikuler, diantaranya Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), PASKIBRA, PRAMUKA, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Palang Merah Remaja (PMR) dan lain sebagainya. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar kegiatan Proses Belajar Mengajar agar tidak mengganggu konsentrasi siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari.

SMA Swasta di Kota Cimahi dalam kegiatan sehari-hari, mulai dari hari Senin sampai dengan hari Jum’at sekolah melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar mulai dari pukul 06.45 WIB sampai dengan pukul 13.45 WIB sedangkan waktu istirahat dimulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 10.15 WIB dan istirahat kedua pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 12.30 WIB, untuk hari Jumat Kegiatan Belajar Mengajar dimulai pada pukul 06.45 WIB sampai dengan pukul 10.45 WIB dan waktu istirahat pukul 09.00 sampai dengan 09.15 WIB sedangkan untuk hari sabtu digunakan khusus untuk pelaksanaan ekstrakurikuler.


(45)

8% 8%

11%

11% 11%

8% 19%

8%

8% 8%

SMAS Budi Luhur (2 orang) SMAS Kartika Siliwangi 4 (2 orang) SMAS Muhammadiyah 1 (3 orang) SMAS Pasundan 1 (3 orang) SMAS Pasundan 2 (3 orang) SMAS Santa Maria 3 (2 orang) SMAS Pasundan 3 (5 orang) SMAS Putera Mandiri (2 orang) SMAS Tut Wuri Handayani (2 orang) SMAS Warga Bhakti (2 orang) 4.1.2 Gambaran Umum Responden

Dalam penelitian ini, jumlah responden yang diambil sebanyak 26 orang guru ekonomi di seluruh SMA swasta yang ada di kota Cimahi. Berikut adalah gambarannya.

Gambar 4.3

Responden Guru Ekonomi Berdasarkan Sekolah

Dari Gambar 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa responden terbanyak guru ekonomi yaitu berasal dari SMAS Pasundan 3 Cimahi dengan jumlah 5 orang atau sekitar 18%. Sedangkan responden terkecil yaitu berasal dari SMAS Budi Luhur, SMAS Warga Bhakti, SMAS Putera Mandiri, SMAS Kartika Siliwangi 4, dan SMAS Santa Maria 3 dengan keterangan masing-masing hanya memiliki dua guru ekonomi atau sekitar 8%. Hal ini dikarenakan SMA Pasundan 3 Cimahi memiliki kelas IPS paling banyak dibandingkan dengan SMA swasta lainnya.

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Penggolongan responden berdasarkan jenis kelamin dipandang penting karena dapat menggambarkan seberapa banyak guru perempuan atau laki-laki


(46)

0 10 20 30 40 50 60 70

Laki-Laki Perempuan

Frekuensi 9 17

Persentase 34,62 65,38

GURU EKONOMI BERDASARKAN JENIS KELAMIN

mata pelajaran ekonomi pada SMA swasta di kota Cimahi serta sebagai data pendukung dalam penelitian. Berikut akan disajikan data yang menggambarkan jumlah guru ekonomi berdasarkan jenis kelaminnya.

Gambar 4.4

Guru Ekonomi Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari Gambar 4.4 di atas, menggambarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap guru ekonomi, dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 17 orang sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 9 orang.

Jadi, jika peneliti simpulkan karakteristik responden guru ekonomi pada SMA swasta se-kota Cimahi berdasarkan jenis kelamin yaitu guru ekonomi yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 9 orang atau sekitar 34,62%. Sedangkan guru ekonomi yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 17 orang atau sekitar 65,38%. Dengan demikian, karakteristik responden guru ekonomi SMA swasta se-kota Cimahi berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh responden guru ekonomi perempuan.


(47)

0 50

20 - 30 tahun 31 - 40

tahun 41 - 50

tahun 51 - 60 tahun >60

tahun 4

5 10 7

0 15,39 19,23 38,46

26,92 0

Frekuensi Persentase 4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Penggolongan responden berdasarkan usia dipandang sangat perlu karena dapat menggambarkan seberapa besar motivasi seorang guru dalam menjalankan tugas mengajar, dimana pada usia tertentu seseorang akan mampu mencapai produktivitas yang optimal maupun tingkat kejenuhan yang dapat meningkatkan atau menurunkan kinerjanya dalam proses pembelajaran. Berdasarkan tingkat usia responden dapat disajikan pada tabel sebagai berikut.

Gambar 4.5

Guru Ekonomi Berdasarkan Usia Sumber : Hasil Penelitian (diolah)

Berdasarkan Gambar 4.5 di atas, terlihat bahwa karakteristik responden terbanyak berdasarkan usia terhadap guru ekonomi berada pada frekuensi antara 41-50 tahun berjumlah 10 orang atau sekitar 38,46%. Sedangkan responden yang paling sedikit berada pada frekuensi antara 20-30 tahun berjumlah 4 orang atau sekitar 15,39% karena sisanya berada pada frekuensi antara 31-40 tahun berjumlah 5 orang atau sekitar 19,23% dan antara 51-60 tahun berjumlah 7 orang atau sekitar 26,92%


(48)

antara 41-50 tahun berjumlah 10 orang atau sekitar 38,46%. Sedangkan responden yang paling sedikit berada pada frekuensi antara 20-30 tahun berjumlah 4 orang atau sekitar 15,39%.

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kualifikasi Akademik

Trianto dan Tutik (2010: 20) mengatakan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan formal yang telah dicapai, tingkatan (jenjang) kualifikasi akademik meliputi baik pendidikan gelar (S1, S2, atau S3) maupun

nongelar (D-1, D-2, D-3 dan D-4 atau Post Graduate diploma).

Berdasarkan UU Guru dan Dosen Pasal 9, menentukan bahwa kualifikasi akademik guru di jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah harus menempuh pendidikan tinggi program sarjana (S1) dan diploma empat (D-4). Hal

ini memberikan makna bahwa kelayakan profesi guru baru bisa diakui jika guru tersebut telah berlatar belakang pendidikan yang setingkat dengan S1.

Gambar 4.6

Guru Ekonomi Berdasarkan Kualifikasi Akademik Sumber : Hasil Penelitian ( diolah)

Beradasarkan Gambar 4.6 di atas, terlihat bahwa karakteristik responden guru ekonomi terbanyak berada pada kualifikasi akademik S1 dengan jumlah guru

S1

S2 22

4 84,62

15,38

GURU EKONOMI BERDASARKAN KUALIFIKASI AKADEMIK


(49)

62% 38%

JUMLAH GURU BERDASARKAN LEMBAGA PENDIDIKAN Universitas Pendidikan Indonesia (16 orang) Universitas Pasundan (10 orang)

22 orang atau sekitar 84,62%. Sedangkan sisanya berada pada kualifikasi akademik S2 yaitu dengan jumlah guru 4 orang atau sekitar 15,38%.

Jadi, jika peneliti simpulkan karakteristik responden guru ekonomi pada SMA swasta di Kota Cimahi berdasarkan kualifikasi akademik yaitu sudah memenuhi standar yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Guru dan Dosen yaitu minimal berpendidikan program sarjana (S1) atau diploma empat (D-4).

Semakin tinggi jenjang kualifikasi akademik seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat profesional seseorang tersebut.

4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan merupakan wadah untuk membentuk sumber daya manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Lembaga pendidikan terdiri dari lembaga pendidikan negeri dan lembaga pendidikan swasta. Dalam penelitian ini karakteristik responden dari berbagai sekolah memiliki beragam lembaga pendidikan, oleh karena itu hal ini menjadi sangat penting untuk diketahui. Berikut adalah data karakteristik responden berdasarkan lembaga pendidikan.

Gambar 4.7

Guru Ekonomi Berdasarkan Lembaga Pendidikan Sumber : Hasil Penelitian (data diolah)


(50)

Berdasarkan Gambar 4.7 di atas, terlihat bahwa karakteristik responden berdasarkan lembaga pendidikan pada guru ekonomi terdiri dari dua lembaga pendidikan di Indonesia yaitu (1) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan jumlah 16 orang atau sekitar 62% dan Universitas Pasundan (UNPAS) dengan jumlah 10 orang atau sekitar 38%.

4.1.3 Uji Validitas

Berdasarkan hasil uji validitas dengan rumus korelasi item-total dikoreksi (corrected item-total correlation) sebagaimana telah dibahas pada bab III, diperoleh hasil uji validitas instrumen penelitian untuk variabel X1 (lingkungan

fisik) dan X2 (lingkungan sosial), adalah sebagaimana tampak pada tabel berikut. Tabel 4.2

Hasil Validitas Item Instrumen Penelitian Variabel X

Variabel No.

Pernyataan

Validitas

r1-itd Rix Keterangan

Lingkungan Fisik (X1)

1 0.648 0.300 Valid

2 0.734 0.300 Valid

3 0.828 0.300 Valid

4 0.677 0.300 Valid

5 0.643 0.300 Valid

6 0.572 0.300 Valid

7 0.438 0.300 Valid

8 0.237 0.300 Tidak Valid

9 0.563 0.300 Valid

10 0.626 0.300 Valid

Lingkungan Sosial (X2)

11 0.713 0.300 Valid

12 0.567 0.300 Valid

13 0.265 0.300 Tidak Valid

14 0.549 0.300 Valid

15 0.257 0.300 Tidak Valid

16 0.736 0.300 Valid

17 0.482 0.300 Valid

18 0.486 0.300 Valid

19 0.524 0.300 Valid

Sumber: lampiran 3


(51)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, tampak bahwa hasil pengujian validitas terhadap 10 item pernyataan untuk mengukur lingkungan fisik sekolah menunjukkan bahwa terdapat satu item yang dinyatakan tidak valid yakni nomor 8. Dengan demikian maka item tersebut selanjutnya dibuang/tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Dengan demikian, maka jumlah item instrumen penelitian variabel lingkungan fisik sekolah yang dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian adalah 9 item.

Begitu pula halnya dengan hasil pengujian validitas terhadap 9 item pernyataan untuk mengukur lingkungan sosial sekolah menunjukkan bahwa terdapat dua item yang dinyatakan tidak valid yakni nomor 13 dan 15. Dengan demikian maka item-item tersebut selanjutnya dibuang/tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Dengan demikian, maka jumlah item instrumen penelitian variabel lingkungan sosial iklim sekolah yang dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian adalah 7 item.

Adapun hasil uji validitas item instrumen penelitian untuk variabel Y yang diukur berdasarkan dimensi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran adalah sebagaimana ditunjukkan tabel berikut.


(52)

Tabel 4.3

Hasil Validitas Item Instrumen Penelitian Variabel Y

Variabel No.

Pernyataan

Validitas

r1-itd Rix Keterangan

Kinerja Guru (Y)

29 0.646 0.300 Valid

30 0.457 0.300 Valid

31 0.673 0.300 Valid

32 0.737 0.300 Valid

33 0.659 0.300 Valid

34 0.629 0.300 Valid

35 0.543 0.300 Valid

36 0.445 0.300 Valid

37 0.465 0.300 Valid

38 0.737 0.300 Valid

39 0.629 0.300 Valid

40 0.499 0.300 Valid

41 0.562 0.300 Valid

42 0.660 0.300 Valid

43 0.830 0.300 Valid

44 0.596 0.300 Valid

45 0.419 0.300 Valid

46 0.737 0.300 Valid

47 0.498 0.300 Valid

48 0.830 0.300 Valid

49 0.521 0.300 Valid

50 0.396 0.300 Valid

51 0.469 0.300 Valid

52 0.404 0.300 Valid

53 0.788 0.300 Valid

54 0.596 0.300 Valid

55 0.449 0.300 Valid

Sumber: lampiran 3

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, tampak bahwa hasil pengujian validitas terhadap 12 item pernyataan untuk mengukur variabel Y terkait kinerja guru yang diukur berdasarkan dimensi merencanakan pembelajaran menunjukkan bahwa tidak ada satu pun item yang dinyatakan tidak valid. Dengan demikian maka seluruh item pada instrumen penelitian variabel kinerja guru pada dimensi merencanakan pembelajaran dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Begitu pula halnya dengan hasil pengujian validitas terhadap 9 item pernyataan untuk mengukur variabel Y terkait kinerja guru yang diukur berdasarkan dimensi melaksanakan pembelajaran menunjukkan bahwa tidak ada


(53)

satu pun item yang dinyatakan tidak valid. Dengan demikian maka seluruh item pada instrumen penelitian variabel kinerja guru pada dimensi melaksanakan pembelajaran dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Terakhir, hasil pengujian validitas terhadap 6 item pernyataan untuk mengukur variabel Y terkait kinerja guru yang diukur berdasarkan dimensi mengevaluasi pembelajaran menunjukkan bahwa tidak ada satu pun item yang dinyatakan tidak valid. Dengan demikian maka seluruh item pada instrumen penelitian variabel kinerja guru pada dimensi mengevaluasi pembelajaran dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

4.1.4 Deskripsi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah variabel lingkungan fisik (X1) dan variabel lingkungan sosial (X2) sebagai variabel eksogen serta kinerja

guru (Y) sebagai variabel endogen. Setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen kuesioner yang disusun dalam bentuk pernyataan Skala Likert dengan keseluruhan item pernyataan berjumlah 55 pernyataan, yaitu 51 pernyataan yang sudah valid sedangkan 4 pernyataan yang tidak valid tidak dimasukan kedalam pengolahan. Adapun alternatif jawaban dari setiap pernyataan adalah sebagai berikut: Sering (SR) memiliki nilai pernyataan positif 5, Sering (SL) memiliki nilai pernyataan positif 4, Jarang (J) memiliki nilai pernyataan positif 3, Pernah (P) memiliki nilai pernyataan positif 2, alternatif jawaban Tidak Pernah (TP) memiliki nilai pernyataan positif 1.


(54)

4.1.4.1 Gambaran Statistik Deskriptif Kinerja Guru (Y)

Kinerja guru adalah proses guru dalam menjalankan tugas yang dilakukannya. Kinerja guru dapat dilihat dari guru tersebut dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan juga penilaian pembelajaran. Dalam penelitian ini, kinerja guru diukur dari semua responden penelitian yaitu 26 orang guru ekonomi. Untuk mengukur kinerja guru, peneliti menggunakan instrumen kuesioner yang sudah disusun dalam bentuk skala likert.

Variabel kinerja guru dalam penelitian ini terdiri dari tiga yaitu dimensi merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Gambaran ketiga dimensi kinerja guru ini diperoleh dari hasil pengolahan angket penelitian yang disebarkan kepada 26 orang guru mata pelajaran ekonomi di SMA Swasta kota Cimahi. ketiga dimensi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam 27 pernyataan, akan tetapi berdasarkan hasil uji validitas ada 4 pernyataan yang tidak valid, yaitu pernyataan nomor 8, 13, 15, 21. Sehingga keempat pernyataan tersebut dihilangkan.

1. Dimensi Merencanakan pembelajaran

Data dalam penelitian ini bersifat ordinal. Untuk data yang bersifat ordinal ini, jawaban responden harus dibobotkan yaitu dengan mengalihkan jumlah responden yang menjawab dengan nilai skala likert dari jawaban tersebut. Kemudian nilai bobot tersebut dibandingkan dengan nilai bobot standar untuk mengetahui kinerjanya. Nilai bobot standar ini dibagi ke dalam tiga rentang penilaian yaitu seperti (1) Tinggi (2) Sedang dan (3) Rendah. Untuk mencari nilai bobot standar dapat dilakukan dengan mencari panjang rentang bobot ketiga


(55)

pengklasifikasian diatas. Adapun langkahnya untuk mencari nilai bobot dimensi merencanakan pembelajaran adalah sebagai berikut:

R = 10 Keterangan:

R = Panjang rentang

Bmaks = Bobot maksimum jawaban

Bmin = Bobot minimum jawaban

Setelah melalui cara diatas, kemudian pembobotan dibagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan pengklasifikasikan diatas, dimulai dari tingkatan terendah ke tingkatan tertinggi dengan panjang rentang diatas yaitu 10. Adapun klasifikasi nilai bobot standar yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Nilai Bobot Standar

Nilai Bobot Kategori

60 – 70 Rendah

71 – 81 Sedang

82 – 92 Tinggi

Sumber: angket penelitian (diolah)

Merencanakan pembelajaran dapat dilihat dari indikator merumuskan tujuan pengajaran, kriteria pencapaian tujuan disusun dengan jelas, mengembangkan bahan pengajaran, memilih dengan tepat bahan pengajaran, menyusun bahan pengajaran, mengatur ruangan kelas, mengalokasikan


(56)

media pembelajaran, mengembangkan sumber pengajaran, menentukan jenis penilaian, dan membuat alat penilaian hasil belajar. Adapun gambaran merencanakan pembelajaran dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut.

Gambar 4.8

Indikator Merencanakan Pembelajaran

Berdasarkan Gambar 4.8 di atas terlihat bahwa skor capaian variabel kinerja guru untuk dimensi merencanakan pembelajaran yang termasuk dalam kategori rendah adalah indikator nomer 29 yaitu merumuskan tujuan pengajaran, nomer 30 yaitu kriteria pencapaian tujuan disusun dengan jelas, nomer 31 yaitu mengembangkan bahan pengajaran, nomer 35 yaitu mengalokasikan penggunaan waktu, dan nomer 37 yaitu mengembangkan media pembelajaran. Dari 12 item pernyataan, skor capaian terendah terlihat ketika responden menjawab pernyataan nomer 37 yaitu mengembangkan media pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena media yang digunakan guru tersebut masih terbatas pada buku paket dan lembar kerja siswa (LKS) saya, mereka belum mengembangkan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan memanfaatkan teknologi informasi untuk

67 62 70 86 83 75 64 76 60 86 77 90

0 20 40 60 80 100


(57)

mengembangkan bahan pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan-permaslahan ekonomi saat ini. Selain itu sekolah juga belum menyediakan infocus sebagai alat yang yang dapat membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Dimensi Melaksanakan Pembelajaran

R = 4,7 = 5 Keterangan:

R = Panjang rentang

Bmaks = Bobot maksimum jawaban

Bmin = Bobot minimum jawaban

Setelah melalui cara diatas, kemudian pembobotan dibagi ke dalam tiga tingkatan berdasarkan pengklasifikasikan diatas, dimulai dari tingkatan terendah ke tingkatan tertinggi dengan panjang rentang diatas yaitu 5. Adapun klasifikasi nilai bobot standar yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Nilai Bobot Standar

Nilai Bobot Kategori

75 – 80 Rendah

81 – 86 Sedang

87 – 91 Tinggi

Sumber: angket penelitian (diolah)

Melaksanakan pembelajaran dapat dilihat dari indikator menyampaikan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menyampaikan


(1)

104

menimbulkan frustasi dan kecemasan bagi guru yang suka bekerja sendirian. Sebaliknya, kelompok kecil terbatas, yang memberi peluang berinteraksi dengan rekan sejawat bisa membantu guru menjajaki banyak cara untuk melaksanakan tugas tanpa merasa panik. (Given, 2007).


(2)

105

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono, 2013

Pengaruh Lingkungan Fisik Dan Lingkungan Sosial Terhadap Kinerja Guru (Survey Pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Lingkungan fisik dan lingkungan sosial berada pada kategori sedang serta kinerja guru berada pada kategori sedang.

2. Lingkungan fisik berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Artinya semakin baik lingkungan fisik sekolah, maka kinerja guru akan semakin meningkat.

3. Lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Artinya semakin baik lingkungan sosial sekolah, maka kinerja guru akan semakin meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan berbagai kondisi yang penulis temui di lapangan dan ditunjang dengan hasil analisis data, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru dapat terus mengembangkan metode dan media yang lebih efektif serta memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia. Guru dapat merangsang motivasi belajar siswa


(3)

dengan memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya mempelajari materi ekonomi. Guru juga dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai manfaat yang diperoleh siswa setelah belajar ekonomi. Selain itu, hendaknya guru dapat memahami karakter setiap siswa dan bertanya mengenai kesulitan belajar yang dialami siswa.

b. Hendaknya guru lebih meningkatkan kuantitas waktu mengajar, menjalin hubungan yang akrab dengan semua siswa, selalu bersikap adil dan objektif, baik dalam proses pembelajaran maupun penilaian.

c. Hendaknya guru lebih meningkatkan interaksi sosialnya, baik dengan siswa, sesama pendidik, orang tua siswa maupun dengan masyarakat sekitar. Interaksi dengan siswa diperlukan untuk memperlancar proses pembelajaran, diantaranya guru dapat menciptakan susana belajar yang penuh dengan keakraban sehingga siswa merasa nyaman mengikuti pembelajaran. Interaksi dengan sesama pendidik dilakukan dengan saling bertukar pendapat mengenai perangkat pembelajaran seperti penggunaan metode atau media yang efektif digunakan dalam pembelajaran ekonomi.

2. Bagi Sekolah

a. Hendaknya sekolah dapat menyediakan fasilitas pembelajaran yang lebih lengkap supaya proses pembelajaran berjalan efektif.

b. Hendaknya kepala sekolah melaksanakan pembinaan rutin terhadap semua

guru supaya dapat meningkatkan kinerja guru.

c. Hendaknya sekolah mulai memanfaatkan sistem teknologi informasi untuk


(4)

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono, 2013

Pengaruh Lingkungan Fisik Dan Lingkungan Sosial Terhadap Kinerja Guru (Survey Pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Bagi Pemerintah

Pihak pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan Kota Cimahi hendaknya dapat memberikan bantuan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan, berupa pengadaan fasilitas pembelajaran serta sumber belajar yang relevan. Selain itu, hendaknya diadakan program pendidikan dan latihan bagi guru-guru ekonomi agar dapat lebih meningkatkan kinerja mereka.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah cakupan populasi penelitian dengan meneliti semua Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Cimahi, baik yang berstatus negeri maupun swasta. Selain itu, diharapkan dapat meneliti kembali pengaruh lingkungan fisik dan lingkungan sosial terhadap kinerja guru serta meneliti faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja guru.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Agus Rubiyanto. (2010). Pengertian Kinerja Guru Dalam Pembelajaran.

[Online]. http://pokjawascilacapblogcom.wordpress.com/2010/07/09/

kemadrasahan. [21 Februari 2012].

Data Keadaan Guru SMA Negeri/Swasta Tahun Pelajaran 2011/2012: Dinas Pendidikan Kota Cimahi.

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Depdiknas.

E. Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya.

E. Mulyasa. (2003). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosdakarya. Garda Wirayudha (2007). Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi

Terhadap Motivasi Kerja Guru Di SMA Negeri 9 Bandung. Skripsi UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Himatul Aliyah. (2009). Pengembangan Kinerja Dosen (Studi Tentang Kontribusi Perilaku Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Dosen di Universitas Muhammadiyah Surakarta). Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL. Bandung: Alfabeta.

Mangkunegara. (2010). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama. Moh Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Neti Budiwati dan Leni Permana. (2010). Perencanaan Pembelajaran Ekonomi. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi.

Nono Mulyono. (2011). Supervisi Pembelajaran Dalam Konteks Otonomi Daerah (Studi Deskriptif Analitik Tentang Pengaruh Supervisi Pengawas Sekolah, Supervisi Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, dan Kepuasan Kerja Guru Terhadap Mutu Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar Serta Dampaknya Terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar Pada Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis). Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(6)

Nurrizqi Tri Juliarti Sudiyono, 2013

Pengaruh Lingkungan Fisik Dan Lingkungan Sosial Terhadap Kinerja Guru (Survey Pada Guru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Riduwan dan Kuncoro, EA. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Rep-enal. (2011). Perlu Peningkatan Kualitas Guru Untuk Ubah Paradigma.

Tersedia [Online].http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/

informasi/berita/detailberita/2276. [21 Februari 2012]

Rachmat. (2011). Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah Terhadap Kinerja Guru. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Stephen P. Robbins, Marry Coulter. (2010). Manajemen Edisi kesepuluh jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitiatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suwarto. (2009). Budaya Organisasi kajian konsep dan implementasi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogjakarta.

Suwarni. (2009). Pengaruh Budaya Organisasi, Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Pelaksanaan Fungsi Pengawasan terhadap Kinerja Guru-guru Ekonomi SLTA di Kota dan Kabupaten Blitar. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14 No. 2 Juli 2009.

Sudharto. (2009). Pengaruh Budaya Organisasi Sekolah, Pengalaman Kerja, dan Kompensasi Terhadap Kepuasan, Motivasi Kerja, Dan Kinerja Kepala SMA Se Eks Karesidenan Semarang. Jurnal Penelitian

Trianto. (2010). Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Widodo. (2011). Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru. Jurnal Penelitian Pendidikan No. 16 Tahun ke-10 Juni 2011. Winardi. (2011). Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH MOTIVASI, LINGKUNGAN KERJA DAN STRES TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN TABANAN

0 4 15

Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi

0 3 179

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KESULITAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Kesulitan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri

0 2 18

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KESULITAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Kesulitan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri

0 3 13

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KEAKTIFAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII Sekolah Menengah Per

0 1 18

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KEAKTIFAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII Sekolah Menengah Per

0 1 14

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Survei terhadap Siswa Kelas X IIS Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Se-Kota Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

50 245 116

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU MATA PELAJARAN PRODUKTIF PROGRAM STUDI ADMINSTRASI PERKANTORAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SE-KOTA SUKABUMI.

2 3 59

PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Survey Pada Siswa Kelas XI IPS SMA/MA Swasta Kota Cimahi.

0 0 39

PENGARUH SISTEM KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA CIMAHI.

1 2 46