Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi

(1)

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU

REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI KECAMATAN BEKASI TIMUR

KOTA BEKASI T E S I S

Disusun Oleh: RUSTIATI NIM : 2811011000049

Pembimbing :

Dr. JEJEN MUSFAH, MA Dr. SUJIYO MIRANTO, M. Pd

PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN PAI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

TAHUN1436H. / 2015M.


(2)

(3)

(4)

(5)

PEDOMAN TRANSLITERASI A. PADANAN AKSARA

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

ب B Be

ت T Te

ث Ts Te dan es

ج J Je

H Ha dengan garis bawah

خ Kh Ka dan Ha

د D De

ذ Dz De dan Zet

ر R Er

ز Z Zet

س S Es

ش Sy Es dan Ye

ص S Es dengan garis bawah

ض D De dengan garis bawah

ط T Te dengan garis bawah

ظ Z Zet dengan garis bawah

ع „ Koma terbalik di atas hadap kanan

غ Gh Ge dan Ha

ف F Ef

ق Q Ki

ك K Ka

ل L El

م M Em

ن N En

ه H Ha

و W We

ء A Apostrof

ي Y Ye


(6)

Tanda Vokal Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

◌-- A Fathah

◌-- I Kasrah

◌-- U Dammah

ي◌-- Ai A dan i

و◌-- Au A dan u

C. VOKAL PANJANG Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin Keterangan

ا-- Â A dengan Topi di atas

ي-- Î I dengan Topi di atas

و-- Û U dengan Topi di atas

D. KATA SANDANG

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال, dialihaksarakan menjadi huruf (l), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyah. Contoh: al-syamsu bukan asy-syamsu dan al-jannah

E. SYADDAH/TASYDID

Syaddah/tasydîd dalam tulisan Arab dilambangkan dengan ◌, dalam alih aksara dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syiddah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyyah yang didahului kata sandang. Misalnya kata اﻨﻟﻮم tidak ditulis an-naum melainkan al-naum

F. TA MARBÛTAH

Ta marbûtah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na’at) dialihaksarakan menjadi huruf (h). Namun, jika huruf tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf (t).

Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

1 ﻣﺪرﺳﺔ Madrasah

2 ﻟا ﺎﻣﻌﺔا ﻹﺳﻼﻣﯿﺔ Al-jâmi‟ah al-islâmiyyah

3 وﺣﺪ ةﻟاﻮ ﻮد Wihdat al-wujud


(7)

ABSTRAK

Rustiati. 2811011000049; Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah

Terhadap Penyimpangan Perilaku Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. 2015

Ide dari munculnya judul ini, karena banyaknya kasus yang berkaitan dengan perilaku siswa yang menyimpang baik dari norma agama atau hukum positif. Tesis ini membahas tentang pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yakni perhatian orangtua (X1) dan lingkungan sekolah (X2) dan satu variabel terikat yakni Penyimpangan perilaku (Y). Hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku. Metode penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat kolerasional. Tempat penelitiannya adalah Sekolah Menengah Atas Swasta Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku siswa SMA Swasta di Kota Bekasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh negatif antara perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku. Besarnya pengaruh perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi sebesar 18,23%. Ini menunjukkan bahwa perhatian orangtua memberikan kontribusi terhadap penyimpangan perilaku sebesar 18,23%.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh negatif antara lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku. Besarnya pengaruh lingkungan orangtua terhadap penyimpangan perilaku Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi sebesar 15,60%. Ini menunjukkan bahwa lingkungan sekolah memberikan kontribusi terhadap penyimpangan perilaku sebesar 15,60%.

Terdapat pengaruh negatif antara perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku, ini ditunjukan dengan besarnya koefisien korelasi -0,274. artinya besar korelasi yang terjadi antara perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku terkatagori rendah. Besarnya pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta Di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi sebesar 7,50%. Ini menunjukkan bahwa perhatian orangtua dan lingkungan sekolah memberikan kontribusi terhadap penyimpangan perilaku sebesar 7,50%

Kata Kunci: Perhatian Orangtua, Lingkungan Sekolah dan Penyimpangan Perilaku.


(8)

Rustiati. 2811011000049; The Effect of parental attention and school environment toward deviant behavior at Private Senior High School in East Bekasi Bekasi City. 2015

The idea of the emergence of this title, because the number of cases related to student behavior that deviates from the norm either religion or positive law

This thesis discussed the the effect of parental attention and school environment toward deviant behavior at private senior high school in east bekasi bekasi city. There were two independent variables in this study namely parental attention (X1) and school environment (X2). Additionally, there was one dependent variable which is deviant behavior (Y). This study was conducted in Senior High School. It was aimed to describe the extent to which parental attention and school environment toward deviant behavior. It employed quantitative method, particularly the correlational one.

This study aims to determine the effect of parental attention and school environment against deviant behavior Private high school students in the city of Bekasi.

This study finds out that there is a negative direct effect of X1 on Y. The results of this study indicate there is a direct negative influence on the deviant behavior of the parental attention. The magnitude of the effect of parental attention to the deviant behavior at Private Senior High School in East Bekasi Bekasi City is amounted to 18.23%. It means that parental attention contributes to the deviant behavior of 18.23%.

This study finds out that there is a negative direct effect of X2 on Y. The results of this study indicate there is a direct negative influence on the deviant behavior of the school environment. The magnitude of the effect of school environment to the deviant behavior at Private Senior High School in East Bekasi Bekasi City is amounted to 15.60%. It means that parental attention contributes to the deviant behavior of 15.60%.

Finally, this study also finds out that there is a negative of parental attention and school environment (together) to the deviant behavior, shown by correlation coefficient of -0.274. The relationship of X1 and X2 to Y is 7.50%. It means that parental attention and school environment contributes to the deviant behavior of 7.50%.

Keywords: Parental Attention, School Environment and Deviant Behavior.


(9)

ﺒ ة

س

ﺒﺜ

ب

ك

ف

ﺒﺮ

ﳓﺒ

ﺔﺌ

ﺒو

ﻷﺒ

م

؛

0811211222249

،

وﺜ

. 2015 .

ﺒ ﺔ

ﺻﺔ

ﺒ ،

وأ

ﺪﺒ

ن

ن

ءﺒ

ب

ك

ف

ﺒﺮ

ﳓﺎ

ﺒ ة

ةﺮ

ﻇﻬﻮ

ن

.

ن

ﻮﺒ

نﺒ

ﺒ ﺒ

و

.

ف

ﺒﺮ

ﺔﺌ

ﺒو

ﻷﺒ

م

ﺮأ

ﺮﺒ

ﺒو

،

(X

2

)

ﺒو

ﺔﺌ

(X

1

)

نﺎ

و

،

ﺒﲑ

ن

ن

ﳘﺎ

م

ﻷﺒ

ﺔﺌ

ﺒو

ﻷﺒ

م

ى

ن

أ

ي

ﺬﺒ

و

. (Y)

ف

ﺒﺮ

س

ﺒﺜ

نﺎ

و

.

ي

ﺒو

.

ف

ﺒﺮ

ﺎ ﳓ

.

ﺒ ،

ﺒ ﺔ

س

ﺒﺜ

ب

ك

ف

ﺒﺮ

ﳓﺒ

ﺒ ﺔ

ﺒو

ﻷﺒ

م

ﺮأ

ف

ﺒو

.

مﺎ

ﺮأ

و

.

ف

ﺒﺮ

ﻷﺒ

م

ًًﺎ

ًًﺒﺮ

أ

كﺎ

ن

أ

ل

و

ﺒ ﺔ

ﺒ ،

ﺒ ﺔ

ﺒ ﺔ

س

ﺒﺜ

ب

ك

ف

ﺒﺮ

ﳓﺒ

ﻷﺒ

. % 18

،

23

03

،

18

ﻴ .

ل

نأ

م

ﻷﺒ

ﺎﻬ

م

ﺒﺮ

ف

ﺔﺌ

ﺮأ

و

.

ف

ﺒﺮ

ﺌﺔ

ًًﺎ

ًًﺒﺮ

أ

كﺎ

ن

أ

ل

و

،

س

ﺒﺜ

ب

ك

ف

ﺒﺮ

ﳓﺒ

. % 15

،

60

62

،

15

ﻴ .

ل

نأ

م

ﻷﺒ

ﺎﻬ

م

ﺒﺮ

ف

ط

ل

ً

،

ف

ﺒﺮ

ﺒو

ًًﺎ

ﺌﺔ

ﺒو

ﻷﺒ

م

أ

كﺎ

و

ف

ﺒﺮ

ﺒو

ًًﺎ

ﺔﺌ

ﺒو

ﻷﺒ

م

ط

ن

أ

أ

،

2

،

074

ن

ﺒ ﺔ

س

ﺒﺜ

ب

ك

ف

ﺒﺮ

ﳓﺒ

ﺒ ﺔ

ﺒو

ﻷﺒ

م

ﺮأ

و

.

ﺔﺌ

ﺒو

ﻷﺒ

م

نأ

ل

.

7

،

52

،

. % 7

،

50

ﺐ ﺎ

ﺎﻬ

م

ف

ﺒﺮ


(10)

(11)

KATA PENGANTAR















Segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat- Nya kepada penulis terutama nikmat Iman, Islam serta sehat wal‟afiat, sehingga penulisan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Sekolah

Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi” dapat

diselesaikan sesuai harapan. Sholawat serta salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Nabi Muhammad SAW, sahabat, keluarga dan umatnya hingga di akhir zaman.

Banyak sekali pihak yang telah berpartisipasi dalam membantu menyelesaikan penulisan tesis ini baik yang bersifat moril maupun materiil, maka dengan ini, sudah sepantasnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasama, dorongan, pengarahan serta bimbingan Bapak dan Ibu dosen, khususnya dosen pembimbing. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA 2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ketua Program Study Magister Dr. Fahriany, M.Pd, Sekretaris Program Study Magister Dr. Jejen Musfah, MA dan Azkia Muharrom Albantani, M.Pd.I yang telah banyak membantu dengan sabar dalam proses penyusunan tesis ini

4. Dr. Jejen Musfah, MA dan Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing I dan II yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis

5. Dr. Sapiudin, MA, Dr. Khalimi, MA dan Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd selaku penguji yang telah sabar dalam menguji dan memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini

6. Seluruh dosen Program Study Magister PAI yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya

7. Kepala Sekolah dan guru-guru seluruh SMA Swasta Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian serta memberikan pelayanan yang sangat baik dalam memberikan data-data yang dibutuhkan


(12)

memberikan curahan kasih sayang, perhatian yang luar biasa, (Robbighfirlii waliwali dayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shogiiroo)

9. Seluruh keluarga besarku yang telah banyak memberikan banyak motivasi kepada penulis

10. Teman-teman seperjuanganku mahasiswa magister PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011 yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan motivasinya kepada penulis

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesainya tesis ini. Penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, semoga tesis ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembacanya.

Jakarta, 8 Juli 2015

Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI TESIS ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teori ... 10

1. Penyimpangan Perilaku Siswa ... 10

a. Pengertian Penyimpangan ... 10

b. Faktor Penyebab Kenakalan ... 16

2. Perhatian Orangtua ... 18

a. Pengertian Perhatian ... 18

b. Tugas dan Peran Orangtua ... 20

c. Bentuk Perhatian Orangtua ... 25

3. Lingkungan Sekolah ... 28

a. Pengertian Lingkungan ... 28

b. Faktor Lingkungan... 33

4. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 35

B. Kerangka Pemikiran ... 36

C. Hipotesis Penelitian... 40


(14)

A. Desain dan Prosedur Penelitian ... 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Instrumen Penelitian. ... 44

F. Uji Instrumen Penelitian. ... 50

G. Teknik Analisis Data. ... 52

H. Pengujian Statistik ... 54

I. Hipotesis Statistik ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 57

B. Deskripsi Data Penelitian ... 58

C. Data Hasil Penelitian ... 59

D. Pengujian Persyaratan Analisi Data ... 81

E. Hipotesis Penelitian ... 84

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98

B. Implikasi ... 99

C. Rekomendasi ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Siswa SMA Swasta ... 42

Tabel 3,2 Jadwal Kegiatam Penelitian ... 42

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Perhatian Orangtua ... 45

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Lingkungan Sekolah ... 47

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Penyimpangan Perilaku ... 49

Tabel 3.6 Jumlah Item Angket Uji Coba ... 51

Tabel 3.7 Nilai Reliabilitas Uji Coba ... 52

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Pendidikan Orangtua ... 59

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Status Pegawai Orangtua ... 59

Tabel 4.4 Skala Penafsiran Rata-rata ... 60

Tabel 4.5 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku ... 60

Tabel 4.6 Hasil Deskriptif Penyimpangan Perilaku... 61

Tabel 4.7 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Perkelahian dan Pelecehan Seksual... 62

Tabel 4.8 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Perusakan dan Pencurian ... 62

Tabel 4.9 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Pencopetan dan Pemerasan ... 63

Tabel 4.10 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku Dalam Indikator Pelacuran Dan Penyalahgunaan Obat Terlarang ... 63

Tabel 4.11 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Hubungan Seks Sebelum Menikah... 64

Tabel 4.12 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Membolos Sekolah ... 64

Tabel 4.13 Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Indikator Minggat Dari Rumah Dan Membantah Perintah Orangtua ... 65

Tabel 4.14 Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Masing-Masing Indikator... 65

Tabel 4.15 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua ... 66

Tabel 4.16 Hasil Deskriptif Perhatian Orangtua ... 67

Tabel 4.17 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator memberi anak penjelasan tentang manfaat belajar... 68

Tabel 4.18 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mengetahui aktivitas yang dilakukan... 68

Tabel 4.19 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mengetahui siapa teman-temannya ... 69

Tabel 4.20 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Mengetahui Perkembangan Sosialnya ... 69


(16)

Indikator Mendampingi Anak Dalam Mengerjakan

Pekerjaan Rumah ... 70

Tabel 4.22 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator menyediakan tempat belajar yang nyaman dan kondusif ... 70

Tabel 4.23 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Menyediakan sumber-sumber belajar ... 71

Tabel 4.24 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Menyediakan Peralatan yang dapat Mendukung Aktivitas Belajar ... 72

Tabel 4.25 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Membicarakan Tentang Kebutuhan Anak-Anak Yang Diinginkan ... 72

Tabel 4.26 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Meluangkan Waktu Untuk Berbincang-Bincang Dengan Anak-Anak ... 73

Tabel 4.27 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Dibiasakan Hidup Disiplin ... 73

Tabel 4.28 Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Indikator Memberikan Reward And Punisment... 74

Tabel 4.29 Rangkuman Hasil Jawaban Responden terhadap Perhatian Orangtua dalam Masing-Masing Indikator ... 74

Tabel 4.30 Jawaban Responden terhadap Lingkungan Sekolah ... 75

Tabel 4.31 Hasil Deskriptif Lingkungan Sekolah... 76

Tabel 4.32 Jawaban Responden pada Dimensi Sarana dan Prasarana Belajar ... 76

Tabel 4.33 Jawaban Responden pada Dimensi Sumber-sumber Belajar ... 77

Tabel 4.34 Jawaban Responden pada Dimensi Media Belajar ... 77

Tabel 4.35 Jawaban Responden pada Dimensi Hubungan Siswa dengan Teman-temanya ... 78

Tabel 4.36 Jawaban Responden pada Dimensi Hubungan Siswa dengan Guru-gurunya ... 78

Tabel 4.37 Jawaban Responden pada Dimensi Hubungan Siswa dengan Staf Sekolah... 79

Tabel 4.38 Jawaban Responden pada Dimensi Suasana Sekolah ... 79

Tabel 4.39 Jawaban Responden pada Dimensi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler ... 80

Tabel 4.40 Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden terhadap Lingkungan Sekolah dalam Masing-Masing Indikator ... 80

Tabel 4.41 Hasil Uji Normalitas Variabel Penyimpangan Perilaku ... 81

Tabel 4.42 Hasil Uji Normalitas Variabel Perhatian Orangtua ... 82

Tabel 4.43 Hasil Uji Normalitas Variabel Lingkungan Sekolah ... 82

Tabel 4.44 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ... 83

Tabel 4.45 Hasil Uji Linieritas Data Variabel X1 atas Variabel Y ... 83


(17)

Tabel 4.46 Hasil Uji Linieritas Data Variabel X2 atas Variabel Y ... 83

Tabel 4.47 Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 84

Tabel 4.48 Hasil Uji Multikolinieritas ... 84

Tabel 4.49 Persamaan Regresi Y atas X1... 85

Tabel 4.50 Tabel 4.51 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas XKoefisien Determinasi Perhatian orangtua terhadap 1... 85 Penyimpangan perilaku... 86

Tabel 4.52 Persamaan Regresi Y atas X2... 87

Tabel 4.53 Tabel 4.54 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas XKoefisien Determinasi Lingkungan Sekolah terhadap 2... 87 Penyimpangan Perilaku ... 88

Tabel 4.55 Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2... 89

Tabel 4.56 Tabel 4.57 Uji Persamaan Regresi Y atas XRangkuman Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien 1 dan X2 ... 89

Korelasi Parsial dan Ganda ... 90

Tabel 4.58 Koefisien Determinasi Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah Secara Bersama-sama terhadap Penyimpangan Perilaku ... 91

Tabel 4.59 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis... 91


(18)

Halaman

Gambar 3.1. Desain Penelitian ... 41 Gambar 4.2 Model Determinasi Variabel Bebas terhadap Variabel

Terikat ... 91 Gambar 4.3 Diagram Batang Rata-rata Masing-Masing Indikator pada

Variabel Perhatian Orangtua ... 93 Gambar 4.4 Diagram Batang Rata-rata Masing-Masing Dimensi pada

Variabel Lingkungan Sekolah ... 94 Gambar 4.5 Diagram Batang Rata-rata Masing-Masing Indikator Pada

Variabel Penyimpangan Perilaku ... 95


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 103

Lampiran 2 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 110

Lampiran 3 Data Hasil Penelitian. ... 137

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Data dengan Program SPSS ... 146

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian ... 155


(20)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah sekolah pendidikan tingkat menengah di mana umumnya siswa Sekolah Menengah Atas berusia 16-18 tahun, ini artinya secara fisik siswa sudah masuk remaja atau dewasa namun secara psikis masih memerlukan bimbingan dan arahan dari orangtua dan guru. Gambaran siswa yang ada di Kota Bekasi sebenarnya tidak berbeda jauh dengan Kota lainnya di Seluruh NKRI. Bekasi sebagai kota penyangga dari kota Metropolitan akan berimbas pada kota-kota di sampingnya. Secara kultur kota Bekasi adalah kota agamis, dengan indikator banyak sekolah berbasis agama, seperti pesantren dan madrasah. Berdasarkan pada perkembangan global arus informasi yang tidak dapat dibendung, namun hanya dapat memfilterisasi saja, maka sudah menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk Pemda Kota Bekasi.

Penyimpangan perilaku siswa yang dilakukan siswa-siswa yang berada di Wilayah Kota Bekasi, khususnya SMA PGRI 1 dan SMA Muhammadiyah merupakan imbas atau dampak dari arus informasi yang terjadi pada belahan dunia lain, artinya siswa melakukan penyimpangan tersebut karena telah ada contoh yang dilihat sehingga seolah-olah perbuatan tersebut menjadi trendi atau sedang disukai oelh anak-anak remaja. Oleh karena itu peran dan perhatian orangtua terhadap anaknya harus benar-benar, mengingat kesibukan orangtua juga yang memiliki waktu sedikit untuk berkomunikasi dengan anaknya.

Gambaran sekilas di atas yang dipaparkan penulis mengenai SMA yang berada di Kota Bekasi tidak lepas dari faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi emosi dan perilakunya, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perialku yang dianggap tidak wajar atau menyimpang. Untuk itu penulis akan menjelaskan secara rinci melalui latar belakang masalah.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyebabkan sejumlah perubahan dan perkembangan di berbagai bidang kehidupan masyarakat, baik pola pikir, cara pandang, gaya hidup, sistem berkomunikasi, aplikasi interaksi, model bergaul, dan sebagainya. Demikian pula dengan kondisi tatanan kehidupan masyarakat telah bergeser dari sistem tradisional ke sistem modern. Melirik kondisi realitas yang semakin hari semakin berubah, maka tak seorang pun dapat menahan lajunya arus perkembangan globalisasi dan modernisasi dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Upaya yang dapat dilakukan manusia terhadap kemajuan globalisasi ini adalah dengan cara menyaring atau memfilterisasi segala macam suguhan dunia modern agar tidak terlena, terbawa arus dan salah kaprah. Bagi generasi tua, problema globalisasi dan modernisasi bukan persoalan mendasar lagi, karena telah cukup merasakannya. Namun, bagi generasi muda; khususnya remaja, masalah kemajuan IPTEK, globalisasi atau modernisasi merupakan suatu problem atau persoalan tersendiri di alam modern.


(21)

Secara umum remaja dapat dilihat dan diamati sebagai suatu fase dalam siklus pembentukan kepribadian manusia. Fase remaja ini mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Ciri-ciri yang menonjol dari fase remaja yang tertuang dalam pola-pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda, di antaranya kemurnian idealismenya, keberanian, dan keterbukaan dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan baru, memiliki semangat pengabdian, spontanitas, dinamis, inovatif serta kreatif. Umumnya para remaja menggunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang positif yang berguna bagi dirinya maupun bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada dari sebagian remaja yang sikap dan perilakunya mengarah pada perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut biasa berwujud perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma hukum, sosial dan agama seperti; perkelahian antara pelajar (tawuran), penyalahgunaan obat- obatan terlarang, membolos dari sekolah, penodongan, dan melakukan berbagai tindak pidana lainnya. Perbuatan yang demikian jelas menimbulkan masalah dan kerugian bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan negara.

Istilah penyimpangan perilaku remaja dalam hal ini adalah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih kepada istilah kenakalan remaja/siswa. Kenakalan remaja merupakan penyimpangan perilaku remaja terhadap kaidah, norma, atau aturan agama, sosial dan masyarakat, artinya apabila remaja tersebut telah melanggar norma atau kaidah di atas, maka dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja atau telah melakukan penyimpangan perilaku. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku antara lain kesalahan sistem pengajaran di sekolah yang kurang menanamkan sistem nilai, transisi kultural, kurangnya perhatian orangtua, dan kurangnya kepedulian masyarakat pada masalah remaja. Untuk mengatasi permasalahan remaja tersebut perlu dilakukan secara sistemik dan komprehensip melalui lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan melalui kebijakan pemerintah. Mengatasi masalah kenakalan remaja perlu adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah secara terintegrasi sehingga permasalahan yang dihadapi para remaja dapat ditanggulangi secara tuntas.

Salah satu penyebab anak usia sekolah nakal karena tidak memiliki sistem nilai sebagai pedoman dalam kehidupannya. Dengan demikian, siswa sangat mudah untuk mengadopsi sesuatu yang ada di masyarakat tanpa menyaring terlebih dahulu. Untuk itu sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal harus mengubah sistem pengajaran yang lebih menekankan pada aspek kognitif, ke sistem pengajaran yang seimbang antara kognitif, afektif dan psikomotor. Perpaduan ketiga aspek tersebut akan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penggarapan aspek afektif (sikap, minat, sistem nilai, apresiasi) akan berdampak positif terhadap perilaku siswa.

Setiap siswa pada dasarnya memiliki sistem nilai, jika sistem nilai ini diklarifikasikan maka akan mempengaruhi perilaku siswa baik secara individu maupun secara berkelompok. Penanaman sistem nilai kepada siswa di sekolah hendaknya dengan berbagai strategi dengan melibatkan semua guru bidang


(22)

studi. Menanggulangi masalah kenakalan remaja khususnya di sekolah perlu kerjasama antara guru Agama, guru Pendidikan Moral/budi pekerti, dan guru Bimbingan Konseling (BK).

Guru agama dalam menjelaskan masalah kenakalan remaja (perilaku menyimpang, misalnya; penggunaan narkotik, minuman keras, sex bebas, dll.) bisa dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk mencari ayat Al-Quran dan hadist nabi yang berkaitan dengan masalah tersebut, sehingga siswa akan memahami betul isi dari ajaran agama yang diyakininya berkaitan dengan permasalahan. Strategi pemberian tugas tersebut diharapkan siswa akan mengerti, menyadari, dan memahami dengan penuh makna apa yang dipelajari sehingga siswa taat akan agamanya, serta mengetahui akibat jika melakukan tindakan yang salah. Dalam hal ini agama Islam dengan tegas melarang umatnya minum minuman keras. Agama Islam menganjurkan pada umatnya agar sesama manusia untuk saling mengenal, menolong, dan bekerjasama bukan untuk saling berkelahi, karena dengan saling tolong menolong dan bekerjasama akan mendatangkan suatu keuntungan.

Guru Bimbingan Konseling (BK) sangat berperan dalam menangani masalah siswa (remaja), melaui guru BK diharapkan siswa mau menyampaikan masalah yang dihadapinya, karena BK memiliki keahlian khusus dalam bidang psikologi. Pendekatan yang digunakan haruslah humanis melalui sentuhan jiwa (rohani). Dengan demikian, diharapkan BK dapat dijadikan tempat berdialog para siswa dalam mengahadapi suatu persoalan. Dengan pendekatan personal ini maka siswa merasa dilindungi (diperhatikan).

Keluarga sebagai tempat pendidikan anak pertama harus lebih peka terhadap perkembangan perilaku anaknya. Dengan demikian, diharapkan anak dapat berkembang sesuai dengan nilai, norma yang berlaku. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut orangtua harus menanamkan nilai dan norma agama dalam diri anak sedini mungkin, Agamalah yang dapat mengendalikan perilaku manusia, jika melakukan ajaran agama dengan baik maka baiklah perilakunya tersebut. Orangtua harus dapat meluangkan waktunya untuk berkumpul dengan anaknya dalam rangka memahami, mengetahui kebutuhan psikis maupun fisik serta permasalahan yang dihadapi anaknya, memecahkan permasalahan yang dihadapi anaknya yang sudah remaja hendaknya melibatkan seluruh anggota keluarga, orangtua juga harus mengetahui teman-teman dekat anaknya. Hal ini dilakukan agar dapat lebih mudah mengontrol anaknya, apakah temanya tersebut baik atau tidak.

Kehadiran anak adalah anugerah dari sang pencipta, orangtua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orangtua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orangtua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orangtuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama.

Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada


(23)

diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.

Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut. Tidak hanya karena faktor organ akan tetapi usia sangat mempengaruhi terhadap tindakan seorang remaja untuk melakukan penyimpangan.

Berdasarkan laporan BKKBN bahwa meningkatnya jumlah kasus seks bebas menyebabkan makin tingginya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja menunjukkan kecenderungan meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun. Bahkan beberapa survei yang dilakukan pada sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan, KTD mencapai 37.000 kasus, 27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen adalah pelajar.

Masa remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. Menurut Hurlock (2011:206) masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Remaja mulai banyak terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya. Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya. Hal ini sering menyebabkan berbagai masalah. Di satu sisi remaja sudah merasa matang secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. Di sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan, dukungan, serta perlindungan orangtua. Orangtua sering tidak paham dengan perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak jarang terjadi konflik di antara keduanya, karena merasa tidak dimengerti remaja seringkali memperlihatkan tindakan agresif yang dapat mengarah pada perilaku yang negatif.

Penyimpangan perilaku remaja dalam kehidupan sehari-hari, banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti perhatian orangtua terhadap anaknya, mengingat di zaman modern sekarang ini, baik ayah atau ibunya sudah sama- sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di kantor, sehingga kesempatan anak untuk kumpul bareng dengan ayah dan ibu sudah jarang, hal inilah yang menyebabkan anak akan kehilangan tempat pengaduan dan keluhkesahnya dalam menjalani hidup ini, yang pada akhirnya anak akan mengisi kekosongan hidupnya dengan berkumpul atau berteman dengan anak yang sebaya atau bahkan lebih tua. Dari sinilah awal terjadinya penyimpangan perilaku remaja, karena remaja butuh perhatian sehingga ia melakukan sesuatu yang kurang baik misalnya: terlibat tawuran, narkoba, pergaulan bebas, bahkan kasus kriminal seperti pencurian. Anak melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan agama, maupun hukum, semata-mata agar orangtuanya memperhatikan dirinya secara utuh.


(24)

Berdasarkan laporan beberapa media cetak seperti yang dilaporkan harian koran kompas (15 April 2013) bahwa kasus-kasus kenakalan anak dan remaja sering menimbulkan pro dan kontra di antara pihak penegak hukum dan pemerhati dunia anak. Lihat saja kasus Pemerkosaan dengan tipu daya terhadap remaja putri oleh kenalannya di media sosial yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya kian mengkhawatirkan. Kejahatan yang terindikasi muncul pada 2010 ini jumlahnya bertambah setiap tahun. Belakangan, kejahatan itu dilakukan oleh geng. Kualitasnya pun meningkat, dari biasanya dilakukan satu pelaku, menjadi pemerkosaan yang dilakukan oleh geng remaja. Kasus pemerkosaan yang dilakukan kelompok atau geng ini terjadi pada bulan Maret di wilayah Jakarta Timur, sebanyak dua kasus. Satu kasus menimpa siswi SMP berinisial ES (13) dan kasus lainnya menimpa siswi SMK berinisial NR (15). Keduanya diperkosa lantaran bertemu teman laki-laki yang dikenalnya melalui media sosial Facebook. Menurut kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, baru kali ini muncul pemerkosaan dilakukan oleh geng remaja. Kejahatan geng remaja ataupun pemuda selama ini sebatas terjadi pada kasus narkoba dan tawuran.

Berdasarkan catatan Kompas, Pada 2012, SS (15), anak dari keluarga pengusaha, berperawakan tinggi dan berparas oriental, dibawa lari kenalannya di Facebook berinisial BH alias Mika (32). Cita-citanya menjadi model dimanfaatkan Mika dengan menjanjikan SS sebagai model asalkan pergi dengannya. Total 11 hari SS menghilang, dia dibawa pelaku menginap di motel dan indekosnya di Tanjung Duren, Jakarta Barat. SS termakan doktrin pelaku untuk bisa jadi model terkenal. Selama itu, SS difoto bugil dan disetubuhi pelaku. Dari beberapa korban yang ditangani, menurut Liza Marielly Djaprie, psikolog yang menangani beberapa korban pemerkosaan, tak muncul insting survival pada diri mereka, seperti melarikan diri atau berteriak saat bersama pelaku. Kondisi kehidupan di Jakarta yang berorientasi pada konsumsi, kata Liza, juga diperkirakan membuat anak semakin mudah dimanipulasi dengan iming-iming.

Sementara itu, Sosiolog UI, Imam B Prasodjo, yang giat membina kelompok pemuda, mengungkapkan, remaja dan pemuda di dalam geng itu tak hanya terfokus pada masalah tawuran dan narkoba. Dalam kehidupannya, mereka juga dekat dengan seks. Oleh karena itu, pemerintah tidak bisa tutup mata.

Kedua orangtua yaitu Ayah dan Ibu adalah guru juga, yang sama penting peranannya di lingkungan keluarga. Dalam mendidik, hendaknya orangtua menggunakan pendekatan yang bersifat kasih sayang. Peranan orangtua sama pentingnya harus mendukung dalam sebuah pendidikan di sekolah, orangtua sama layaknya seperti guru-guru dalam sekolah yang digugu dan ditiru. Dalam sebuah proses pendidikan dan perkembangan siswa dalam sebuah akademi pendidikan orangtualah yang lebih banyak memberikan kontribusi terhadap keberhasilan anaknya, karena waktu siswa di sekolah lebih sedikit dari pada waktu siswa dalam lingkungan keluarga. Sebagai orangtua yang cerdas dan dapat mengemban amanat seharusnya orangtua dapat membagi waktu dengan seimbang antara mencari materi dengan memperhatikan perkembangan


(25)

pendidikan anak. Namun terkadang kedua orangtua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sehingga anak akan diasuh dan dididik oleh seorang pembantu rumah tangga.

Orangtua di mata anak adalah model yang harus ditiru dan diteladani, sebagai model seharusnya orangtua memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orangtua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada orangtua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anaknya. Kurangnya perhatian dan dukungan dari orangtua dapat menyebabkan anak malas, acuh tak acuh dan kurang minat dalam belajar. Orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga kontrol dan bimbingan terhadap anak dalam sangat kurang dapat menyebabkan anak kurang bergairah dalam belajar. Anak membutuhkan rangsangan, motivasi, bimbingan atau dukungan dari orangtua. Untuk memberikan dukungan ini hendaknya orangtua melakukan berbagi usaha, di antaranya membimbing anak dalam belajar, membelikan buku-buku yang belum dimiliki, memberikan pujian dan kasih sayang. Dukungan dari orangtua sangat penting dalam membangkitkan minat dan rangsanagn anak untuk belajar.

Kasus-kasus yang terjadi di berbagai daerah khususnya di kota metropolitan, salah satu faktor penyebabnya adalah kesibukan orangtua terhadap pekerjaannya, yang menyebabkan sulitnya anak untuk berkomunikasi yang pada akhirnya anak akan mencari sesuatu sebagai pengganti dari orangtunya tersebut, maka anak akan berkenalan dengan orang yang lebih memperhatikan dirinya ketimbang ibunya. salah satu contoh penggunaan obat narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza).

Berdasarkan catatan Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya yang dilaporkan Koran Kompas(Kamis, 07 Maret 2013) jumlah pengguna napza di kalangan remaja dalam tiga tahun terakhir terus naik. Pada tahun 2011, siswa SMP pengguna napza berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari-Februari 2013 tercatat 262 orang. Di kalangan SMA, pada 2011 tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru tahun 2013 tercatat 519 orang. Menurut Kepala Bagian Pengawasan dan Pengendalian Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Sri Hastuti mengatakan, kerentanan remaja dipengaruhi faktor lingkungan. Kondisi mental remaja yang biasanya ingin tahu dan labil, jika ditambah pergaulan yang tidak sehat, bisa menjerumuskan mereka ke praktik penyalahgunaan napza. "Situasinya lebih parah kalau keluarga tidak memperhatikan anak-anak," ujar Sri.

Orangtua memegang peranan penting sebagai penyambung dan penafsir kehidupan masyarakat dan kebudayaan terhadap anaknya. Anak mempelajari status sosial dalam lingkungan keluarga melalui perbuatan dan pola berpikir dan perbuatan orangtuanya. Ketidakberdayaan anak pada waktu kecil membuatnya lebih banyak bergantung pada orang di sekitarnya. Pada saat anak menginjak usia kanak-kanak ataupun remaja, lingkungan keluarga tetap memegang peranan penting, sebagai pembentuk karakter, moral, akhlak, dan kepribadian anak.


(26)

Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku menyimpang siswa adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial sekolah menyangkut hubungan siswa dengan kawan- kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya.

Lingkungan sekolah pada latar penelitian yang dilakukan penulis di SMA Kota Bekasi, sangat kompleks mengingat sekolah tersebut berdekatan dengan pusat keramaian yaitu pasar, sehingga memudahkan terjadinya berbagai penyimpangan perilaku, seperti merokok, bergaul dengan anak-anak pasar yang tidak bersekolah, membolos. Gambaran selintas bahwa pasar merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki kebutuhan beragam, namun yang perlu diwaspadai bahwa dari berkumpulnya banyak orang dapat menyebabkan terjadinya interaksi sosial yang kurang kondusif.

Peranan guru dalam proses pembelajaran yang merupakan bagian dari lingkungan sekolah sangat berperan perilaku siswanya, apabila guru melakukan pendekatan yang salah terhadap siswa, maka akan membuat siswa kecewa, misalnya dalam penanganan suatu masalah/kasus yang dihadapi siswa, terkadang guru akan memvonis siswa tersebut bersalah, tetapi bila dilakukan pendekatan secara personal dan menggali akar permasalahan yang terjadi yang sebenarnya, maka siswa akan bercerita dan berterus terang atas masalah yang dihadapinya.

Penelitian awal yang dilakukan penulis pada beberapa SMA Swasta yang berada di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi, di mana kasus-kasus terjadinya penyimpangan perilaku sudah tampak jelas dari cara bergaul siswa- siswa, ketika mereka jam Istirahat terutama di ruang Kantin Sekolah, begitu pula motivasi siswa terhadap belajar masih sangat rendah dengan indikator ketika bel berbunyi untuk jam masuk ke kelas, mereka masuk ke ruang kelas dengan santainya, tanpa merasa mereka bersalah, padahal jam bel masuk sudah berbunyi. Sementara perhatian orangtua denga anaknya juga masih kurang harmonis, dengan indikator siswa kurang terbuka dalam mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. Beberapa kasus yang terjadi di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi, seperti yang tergambar berikut ini:

1. Mencuri Hp dan uang di dalam kelas, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian disaksikan oleh orangtua.

2. Kabur dari sekolah sebelum waktu belajar berakhir, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian disaksikan oleh orangtua.

3. Menyebarkan informasi yang tidak bermanfaat, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian.

4. Bolos sekolah, dan telah ditangani oleh guru BP dengan membuat Surat Perjanjian disaksikan oleh orangtua.


(27)

Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa beberapa kasus penyimpangan perilaku siswa, terjadi akibat berbagai faktor yang menyelimuti psikologis siswa terutama faktor lingkungan sekolah dan perhatian orangtua.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas diduga ini terjadi karena kurangnya perhatian orangtua dan lingkungan sekolah, maka ketertarikan penulis untuk mengkaji lebih jauh, sehingga penulis membuat judul tesis mengenai: “Pengaruh Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sekolah terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Penyimpangan perilaku siswa apabila tidak dapat ditangani dengan segera, maka dampak yang akan dimunculkan oleh siswa tersebut dapat berupa tindakan kekerasan fisik pada orang lain seperti perkelahian pelajar dan tindak asusila.

2. Perhatian orangtua yang kurang maksimal, maka anak akan merasa asing di dalam rumahnya sendiri, sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah seperti; perkelahian, obat-obatan terlarang, pencurian dan lain-lain. Apabila perhatian orangtua tercurah kepada anak, maka anak tersebut akan merasa nyaman, aman dan bahagia, di mana memiliki tempat untuk mencurahkan hatinya.

3. Lingkungan sekolah yang kurang baik dapat mempengaruhi siswa terutama perilaku dan akhlaknya, yang secara etika melanggar peraturan sekolah bahkan norma agama.

4. Pendidikan agama, yang kurang maksimal dapat mempengaruhi kehidupan anak baik di dunia dan di akhirat kelak. Dan tanpa pendidikan agama, maka seseorang akan banyak menghadapi cobaan dan godaan yang tidak akan mampu untuk dihadapinya.

C. Pembatasan Masalah

Merujuk atas identifikasi masalah di atas, maka agar penelitian ini terfokus, maka pembatasan penelitian perlu dilakukan, batasan yang dimaksud terhadap variabel penelitian yaitu:

1. Penyimpangan Perilaku (Y) sebagai variabel terikat 2. Perhatian Orangtua (X1) sebagai variabel bebas 3. Lingkungan Sekolah (X2) sebagai variabel bebas

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang diajukan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku remaja di SMA swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi?


(28)

2. Apakah terdapat pengaruh lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku remaja di SMA swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi? 3. Apakah terdapat pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah

secara bersama-sama terhadap penyimpangan perilaku remaja di SMA swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

a. Pengaruh perhatian orangtua terhadap penyimpangan perilaku remaja. b. Pengaruh lingkungan sekolah terhadap penyimpangan perilaku remaja. c. Pengaruh perhatian orangtua dan lingkungan sekolah secara bersama-

sama terhadap penyimpangan perilaku remaja

2. Manfaat Penelitian

a. Kegunaan Penelitian secara Teoritis

1) Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan ilmu manajemen atau administrasi pendidikan, sehingga penulis dapat menguji kebenaran dari suatu teori yang berkaitan dengan variabel perhatian orangtua, lingkungan sekolah dan penyimpangan perilaku.

2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan pustaka oleh mahasiswa pascasarjana yang sedang menyusun tesis. b. Kegunaan Penelitian secara Praktis

1) Bagi Guru. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back), sehingga dapat memberikan masukan kepada guru dalam meningkatkan pendidikan akhlak, moral dan budi pekerti, bahwa faktor perhatian orangtua dan lingkungan sekolah sangat berperan. 2) Bagi Kepala Sekolah. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dan acuan dalam meningkatkan pendidikan akhlak, moral dan budi pekerti, artinya kepala sekolah dapat mempertimbangkan dan mengambil langkah-langkah yang tepat berdasakan hasil penelitian tersebut dan dapat merealisasikannya. 3) Bagi Kantor Dinas Terkait. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan

sebagai bahan masukkan dalam menentukan peraturan atau kebijakan dalam meningkatkan pendidikan akhlak, moral dan budi pekerti ke arah yang lebih baik, terutama dalam pencegahan terhadap penyimpangan perilaku remaja.


(29)

BAB II

KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teori

Penelitian ini membahas tentang penyimpangan perilaku siswa SMA yang berada di Kota Bekasi. Bab 2 ini memberikan gambaran tentang variabel yang diduga dapat menimbulkan terjadinya penyimpangan perilaku pada siswa, yaitu; variabel perhatian orangtua dan lingkungan sekolah. Oleh sebab itu penulis akan menjelaskan ketiga variabel tersebut yaitu; variabel penyimpangan perilaku, variabel perhatian orangtua dan variabel lingkungan sekolah.

1. Penyimpangan Perilaku Siswa

a. Pengertian Penyimpangan Perilaku

Sebelum menjelaskan tentang pengertian penyimpangan perilaku remaja dalam hal ini adalah siswa SMA yang nota bene adalah remaja, sebagai berikut: Para ahli psikologi, berpendapat bahwa remaja ada di antara golongan anak dan orang dewasa. Remaja diidentifikasi masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya, bila ditinjau dari segi tersebut remaja masih termasuk golongan kanak- kanak. Namun bila ditinjau dari aspek status, remaja ada dalam status interim sebagai akibat daripada posisi atau status yang diberikan oleh orangtuanya (derived) dan sebagian diperoleh remaja lewat usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Status yang yang diperoleh berdasarkan usaha dan kemampuan sendiri merupakan status orang dewasa yang disebut sebagai status primer. Berhubungan adanya bermacam-macam syarat untuk dapat dikatakan dewasa, maka lebih mudah untuk memasukkan kelompok remaja dalam kategori anak daripada kategori dewasa.

Masa remaja merupakan masa transisi (peralihan), di mana individu berada antara dua masa yaitu masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa transisi atau peralihan ini banyak masalah yang dihadapi oleh remaja baik yang menyangkut dirinya maupun masyarakat sekitarnya. Individu pada dasarnya dihadapkan pada berbagai masalah perubahan baik itu yang terjadi dalam dirinya yang meliputi segi fisik, kognitif dan afeksi maupun perubahan yang terjadi di luar dirinya.

Perkembangan pada masa remaja yang paling mencolok adalah perkembangan fisik, yaitu terjadinya perubahan tinggi dan berat badan atau perkembangan setiap organ tubuh manusia, sementara kematangan organ-organ seks dan kemampuan reproduksi tumbuh dengan cepat. Menurut Desmita (2009:73) perkembangan fisik remaja dapat menentukan remaja dalam bergerak dan mempengaruhi cara pandang terhadap dirinya dan orang lain. Maksud kutipan tersebut bahwa seseorang akan memberikan persepsi terhadap orang lain, dilihat dari fisiknya juga, sehingga dalam hal ini perforance atau penampilan akan berpengaruh. Remaja dengan fisik yang besar tetapi tidak dibarengi dengan perkembangan psikisnya, dari sinilah terkadang munculnya


(30)

penyimpangan perilaku remaja. Perkembangan kognitif remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien untuk mencapai puncaknya. Desmita (2009:194) menyatakan bahwa hal ini adalah karena selama periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan.

Pada masa peralihan ini banyak masalah yang dihadapi oleh remaja, salah satu konflik atau masalah yang dihadapi oleh remaja adalah masalah penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya yang mulai meluas dan menjadi kompleks. Remaja tidak lagi hanya bergaul di rumah dan di sekolah saja tetapi juga di lingkungan pergaulan yang lainnya dengan orang-orang dewasa di luar lingkungan rumah dan sekolah. Oleh karena itu remaja dituntut untuk mampu membina hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebayanya, dan berusaha bertingkah laku sosial yang bertanggung jawab. Menurut Jahja (2011:220) masa remaja meruapakan masa antara kanak-kanak dan dewasa dan terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual dan perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka.

Remaja harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai macam individu dan situasi sosial yang berbeda dan selalu berubah-ubah. Remaja dalam menghadapi konflik antara ingin bebas dan mandiri serta perasaan takut kehilangan rasa nyaman yang telah diperolehnya pada masa kanak-kanak. Remaja memerlukan orang yang dapat memberikan rasa aman sebagai pengganti yang hilang dan dorongan kepada rasa bebas yang dirindukannya. Pengganti ini ditemukan dalam kelompok teman, karena remaja dapat saling membantu dalam mempersiapkan diri menuju kemandirian emosional yang bebas, dan dapat pula menyelamatkannya dari pertentangan bathin dan konflik sosial. Dalam kelompok teman sebaya ini remaja mendapat pengaruh yang kuat, hal ini tampak pada perubahan perilaku sebagai salah satu usaha penyesuaiannya. Penerimaan dan penolakan teman sepergaulan menciptakan perilaku dan bentuk-bentuk tingkah laku yang dibawa sampai ke masa dewasa.

Seseorang dikatakan melakukan penyimpangan perilaku apabila orang tersebut telah melanggar dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.

Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif yang berlaku dalam tatanan sosial masyarakat, dengan kata lain perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulakan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang.

Konsep perilaku menyimpang dalam penelitian ini adalah tingkah laku yang dinilai menyimpang dari aturan-aturan normatif. Menurut


(31)

Soekanto (2006:237) “perilaku menyimpang disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial”. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah-laku umum. Disebut sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus menjadi ”penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu fungsinya.

Semua tingkah laku yang sakit secara sosial tadi merupakan penyimpangan sosial yang sukar diorganisir, sulit diatur dan ditertibkan sebab para pelakunya memakai cara pemecahan sendiri yang tidak umum, luar biasa atau abnormal sifatnya. Biasanya perilaku menyimpang mengikuti kemauan dan cara sendiri demi kepentingan pribadi. Karena itu deviasi tingkah laku tersebut dapat mengganggu dan merugikan subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas. Deviasi tingkah laku ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari tendensi sentral atau menyimpang dari ciri-ciri umum rakyat kebanyakan.

Deviation (penyimpangan) merupakan penyimpangan terhadap kaidah atau norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara seseorang dengan masyarakatnya. Menurut Soekanto (2006:237) “diadakannya kaidah, norma atau peraturan di dalam masyarakat bertujuan supaya ada konformitas warga masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan”.

Norma pada dasarnya muncul mempertahankan atau memelihara nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, karena nilai itu adalah gambaran mengenai apa yang baik, yang diinginkan, yang pantas, yang berharga yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Untuk menjaga itu, maka disusunlah suatu norma yang mampu memelihara nilai-nilai tersebut. Apabila perilaku atau tindakan yang terjadi dalam masyarakat tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat tersebut, maka ia dikatakan menyimpang.

Secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan sebagai kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Penyimpangan perilaku remaja ini mempunyai sebab yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.

Penyimpangan perilaku pada usia remaja dalam ilmu psikologi lebih dikenal dengan istilah kenakalan remaja, karena sifat patologi atau penyakit masyarakat yang hinggap pada remaja masih dapat diperbaiki


(32)

dan dibina, hal ini dikarenakan mental remaja yang masih labil. Kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak remaja ini pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya. Menurut Kartono (2011:6) kenakalan remaja (Juvenila Delinquency) merupakan gejala sakit patologis secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.

Pada masa ini jiwa remaja mengalami sturm und drang (penuh dengan gejolak). Pada masa peralihan ini yaitu dari masa anak-anak menuju tahap selanjutnya, anak mulai gencar melakukan pencarian identitas dirt apalagi lingkungan sosial pada masa remaja ini ditandai dengan perubahan sosial yang cepat yang terkadang mengakibatkan kesimpangsiuran norma (keadaan anomie).

Menurut Durkheim seperti dikutip Sarwono (2011:250), Anomie adalah normlessness yaitu suatu sistem sosial di mana tidak ada petunjuk atau pedoman bertingkah laku. Masa remaja ini disebut juga dengan masa physiological learning and social learning yaitu adanya kematangan fisik dan sosial. Bila anak mampu melewati tahap-tahap perkembangannya dengan baik maka ia akan memiliki kematangan emosional yang baik.

Kenakalan remaja dalam ranah ilmu Sosial dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Dalam persfektif ini, kenakalan remaja terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan sosial ataupun nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang ini dapat dianggap sebagai sumber masalah, karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur baku tersebut berarti telah menyimpang.

Salah satu upaya untuk mendefinisikan penyimpangan perilaku remaja dalam arti kenakalan remaja (juvenile delinquency) dilakukan oleh M.Gold dan J. Petronio seperti dikutip Sarwono (2011:251-252) yaitu sebagai berikut: kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum sedewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.

Cavan (1962) dalam bukunya yang berjudul Juvenile Delinquency seperti dikutip oleh Willis (2010:88) menyebutkan bahwa Juvenile Delinquency refers to the failure of children and youth to meet certain obligation expected of them by the society in which they live”. Kenakalan anak dan remaja itu disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat tempat mereka tinggal. Penghargaan yang mereka harapkan ialah tugas dan tanggung jawab seperti orang dewasa. Mereka menuntut suatu peranan sebagaimana dilakukan orang dewasa. Tetapi orang dewasa tidak dapat memberikan tanggung jawab dan peranan itu, karena belum adanya rasa kepercayaan terhadap mereka.


(33)

Menurut Kusumanto yang dikutip oleh Willis (2010:88), Juvenille delinquency atau kenakalan anak dan remaja ialah “tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai acceptable dan baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan.”

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan penyimpangan perilaku remaja atau kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain yang dilakukan remaja.

Menurut Jensen seperti dikutip Sarwono (2011:256-257) membagi kenakalan remaja menjadi empat jenis, antara lain:

1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain- lain.

2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum menikah dalam jenis ini.

4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orangtua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka, dan sebagainya. Pada Usia mereka, perilaku- perilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer (keluarga) dan sekunder (sekolah) yang memang tidak diatur oleh hukum secara terinci.

Maksud kutipan di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya kenakalan merupakan perbuatan yang melanggar norma agama, hukum, adat dan budaya sosial yang telah ada di masyarakat, hal ini disebabkan oleh banyak faktor baik dari lingkungan keluarga yang kurang harmonis maupun lingkungan sosial yang dialami siswa sehari-hari di rumahnya.

Menurut Jahja (2011:226-227) ada beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain:

1) Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri, dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan di sekolah atau dengan teman-temannya.

2) Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi ialah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja.


(34)

Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk- bentuk perilaku seksual.

3) Membolos, tidak ada gairah atau malas ke sekolah sehingga ia lebih suka membolos masuk sekolah.

4) Perilaku antisosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam, dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar ialah pengaruh buruk teman, dan kedisplinan yang salah dari orangtua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali.

5) Penyalahgunaan obat bius.

6) Psikosis, bentuk psikologis yang paling dikenal orang ialah skizofernia.

Menurut Kartono (2011:49-54) ada empat tipe bentuk kenakalan remaja yaitu:

1) Delinkuensi Terisolir

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinkuen; merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan disebabkan atau didorong oleh faktor berikut:

a) Kejahatan tidak didorong oleh motivasi kecemasan dan konflik batin yang tidak diselesaikan.

b) Mereka kebanyakan berasal dari daerah-daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal.

c) Pada umumnya anak delinkuen tipe ini berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi.

d) Sebagai jalan keluarnya, anak memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan anak-anak kriminal.

e) Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervise dan latihan disiplin yang teratur.

2) Delinkuensi Neurotik

Umumnya anak-anak delinkuen tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup seius, antara lain berupa; kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah atau berdosa, dan lain-lain.

a) Tingkah laku delikuennya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang sangat dalam.

b) Tingkah laku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan.

c) Biasanya, anak remaja delinkuen tipe ini melakukan kejahtan seorang diri.

d) Anak delinkuen neurotik ini banyak yang berasal dari kelas menengah.


(35)

e) Anak delinkuen neurotic ini memiliki ego yang lemah, dan ada kecenderungan untuk mengisolir diri dari lingkungan orang dewasa atau anak-anak remaja lainnya.

f) Motivasi kejahatan mereka berbeda-beda.

g) Perilakunya memperlihatkan kualitas kompulsif (paksaan). 3) Delinkuensi Psikopatik

Delinkuen psikopatik ini sedikit jumlahnya; akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah:

a) Hampir seluruh anak delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal. b) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau

melakukan pelanggaran.

c) Bentuk kejahatan majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau tidak dapat diduga-duga.

d) Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlalu.

e) Acapkali mereka juga menderita ganggguan neurologis. 4) Delinkuensi Defek Moral

Delinkuensi defek moral mempunyai ciri: sealalu melakukan tindak a-sosial atau anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya.

Kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang dilakukan remaja karena tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang berlaku. Bentuk- bentuk kenakalan remaja antara lain: bolos sekolah, merokok, berkelahi, tawuran, menonton film porno, minum minuman keras, seks diluar nikah, menyalahgunakan narkotika, mencuri, memperkosa, berjudi, membunuh, kebut-kebutan dan banyak lagi yang lain.

b. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu singkat, informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima. Oleh karena itu media massa seperti surat kabar, TV, film, majalah mempunyai peranan penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru terhadap remaja. Mereka akan cenderung mencoba dan meniru apa yang dilihat dan ditontonnya. Tayangan adegan kekerasan dan adegan yang menjurus ke pornografi, ditengarai sebagai penyulut perilaku agresif remaja, dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral pergaulan, serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila.


(36)

Menurut Soekanto (2006:238), apabila terjadi ketidakseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya dengan dengan norma-norma atau apabila tidak ada keselarasan antara aspirasi-aspirasi dengan saluran-saluran yang tujuannya untuk mencapai cita-cita tersebut, maka terjadilah perilaku yang menyimpang atau deviant behavior.

Perilaku yang menyimpang tersebut akan terjadi apabila manusia mempunyai kecenderungan untuk lebih mementingkan suatu nilai sosial daripada norma-norma yang ada untuk mencapai cita-cita tersebut. Sehingga manusia akan berusaha untuk mencapai suatu cita-cita melalui jalan yang semudah-mudahnya tanpa ada suatu kesadaran akan tanggung jawab tertentu.

Tumbuh kembang anak dikatakan sehat atau tidak sehat dan berperilaku menyimpang maupun tidak, tergantung pada interaksi antara 3 (tiga) kutub lembaga yaitu: Keluarga, Sekolah, dan masyarakat. Menurut Graham seperti dikutip Sarwono (2011:258) ada beberapa faktor penyebab terjadinya kelainan perilaku anak dan remaja antara lain:

1) Faktor Lingkungan seperti: Malnutrisi; Kemiskinan di kota-kota besar; Gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu-lintas, bencana alam, dan Iain-lain); Migrasi; Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan Iain-lain); Keluarga yang tercerai-berai (perceraian, perpisahan yang terlalu lama, dan Iain-Iain); Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga: (1) Kematian orangtua; (2) Orangtua sakit berat atau cacat; (3) Hubungan antar anggota keluarga tidak harmonis; (4) Orangtua sakit jiwa; (5) Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan keuangan, tempat tinggal tidak memenuhi syarat, dan Iain-Iain.

2) Faktor Pribadi, seperti: Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah, hiperaktif, dan Iain-Iain); Cacat tubuh; Ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri. Beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya perilaku delinkuen pada remaja: (1) Keluarga yang berantakan berupa ketiadaan salah satu atau kedua orangtuanya disebabkan beberapa kondisi seperti kematian atau perceraian yang pada umumnya remaja delinkuen berasal dari keluarga yang berantakan yaitu orangtuanya mengalami perceraian; (2) Penolakan orangtua. Soekanto (2006:70) menjelaskan beberapa jenis lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku remaja yaitu:

1) Orangtua, saudara-saudara dan kerabat yang merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh dalam diri remaja. Melalui lingkungan ini, remaja mengenal lingkungan dan jenis pergaulan-pergaulan berikutnya yang akan menambah banyak pengaruh yang lain. Usia remaja merupakan usia pancaroba di mana masih dalam rangka mencari indentitas tertentu, di mana pencarian identitas ini pertama tertuju pada sosok dalam diri orangtua, kerabat atau saudaranya. Jika tidak


(37)

diperoleh dari orangtua, kerabat atau saudara ini, maka pelarian pencarian identitas tersebut akan beralih ke lingkungan berikutnya, bisa teman sepermainan atau teman di sekolah. 2) Kelompok sepermainan, merupakan teman-teman bermain di

luar rumah dan luar sekolah, bisa mempengaruhi remaja baik positif maupun negatif.

3) Kelompok pendidikan, yaitu pergaulan di sekolah, yang melibatkan pergaulan siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Adanya pembiasaan dalam perbuatan baik dan mulia di sekolah, diharapkan bisa memberikan pengaruh positif dalam pembentukan karakter dan kebiasaan baik bagi remaja, sebab lingkungan sekolah juga berperan dalam mempengaruhi perilaku remajanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan penyimpangan perilaku dalam penelitian ini adalah suatu suatu tindakan atau perilaku yang menyimpang dari norma, aturan yang telah disepakati bersama dan berlaku pada masyarakat setempat, sehingga dapat menimbulakan kerugian baik fisik maupun mental pada pihak lain, yang dapat diukur melalui dimensi: (1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik dan materi pada orang lain dengan indikator; (a) perkelahian dan pelecehan seksual (perkosaan), (b) perusakan dan pencurian, (c) pencopetan dan pemerasan; (2) Kenakalan yang melawan status dan sosial dengan indikator; (a) pelacuran dan penyalahgunaan obat terlarang, (b) hubungan seks sebelum menikah, (c) membolos sekolah, dan (d) minggat dari rumah dan membantah perintah orangtua.

2. Perhatian Orangtua

a. Pengertian Perhatian Orangtua

Kata perhatian orangtua terdiri atas dua suku kata yaitu kata perhatian dan orangtua, untuk itu penulis akan menjelaskan berdasarkan kata tersebut. Kata “perhatian”, sering dijumpai dalam kehidupan sehari- hari. Namun kata “perhatian” sendiri tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama. Beberapa contoh dapat menjelaskannya, sebagai berikut: (1) Dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh gurunya dan (2) Dengan penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen yang baru itu.

Berdasarkan kedua contoh di atas dengan menggunakan kata perhatian, arti kata tersebut baik di masyarakat sehari-hari maupun dalam bidang psikologi mempunyai makna yang kira-kira sama. Dalam hal tersebut jika diambil intinya, para psikolog mendefinisikan mengenai perhatian menjadi dua macam, menurut Suryabrata (2004:14), sebagai berikut:

1) Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek.

2) Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktifitas yang dilakukan.


(38)

Perhatian sebagai salah satu aktivitas psikis, dapat dimengerti sebagai keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda atau hal) ataupun sekumpulan objek-objek menurut Ahmadi (2003:145) perhatian adalah “keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya. Perhatian berhubungan erat dengan kesadaran jiwa terhadap sesuatu objek yang direaksi pada sesuatu waktu”. Slameto (2003:105) menyatakan bahwa “perhatian dapat diartikan dengan kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari luar lingkungan sekitar”.

Seseorang ketika sedang memperhatikan suatu benda misalnya, ini berarti seluruh aktivitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan pada benda tersebut. Namun dalam waktu yang sama individu juga dapat memperhatikan objek yang banyak sekaligus. Hal ini, tentunya tidak semua objek diperhatikan secara sama. Dalam proses memperhatikan itu, terdapat aktivitas penyeleksian terhadap stimulus yang diterima oleh individu. Dalam proses memperhatikan juga terdapat korelasi yang positif antara perhatian dengan kesadaran. Perhatian itu sangat dipengaruhi oleh perasaan dan suasana hati, serta ditentukan oleh kemauan. Sesuatu yang dianggap luhur, mulia, dan indah akan sangat mengikat perhatian. Demikian pula sesuatu hal yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan ketakutan, akan mencekam perhatian. Sebaliknya, segala sesuatu yang membosankan, sepele, dan terus-menerus berlangsung tidak akan bisa mengikat perhatian.

Berdasarkan pengertian-pengertian perhatian yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perhatian merupakan suatu kesadaran jiwa seseorang yang ditujukan pada suatu objek atau kumpulan objek tertentu yang berada dalam diri maupun di luar diri.

Menurut Suryabrata (2004:15) bentuk perhatian dalam kehidupan sehari-hari, dapat ditinjau dari berbagai hal dan dapat digolongkan atau dibedakan menjadi beberapa macam, yang akan diuraikan sebagai berikut:

1) Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin.

2) Atas dasar timbulnya perhatian

Ahmadi (2003:148) menyatakan bahwa perhatian dapat dibagi menjadi perhatian statis dan perhatian dinamis, sebagai berikut:

1) Perhatian statis adalah perhatian yang tetap terhadap sesuatu. Ada orang yang dapat mencurahkan perhatiannya kepada sesuatu seolah-olah tidak berkurang kekuatannya. Dengan perhatian yang tetap itu maka dalam waktu yang agak lama orang dapat melakukan sesuatu dengan perhatian yang kuat. 2) Perhatian dinamis adalah perhatian yang mudah berubah-ubah,

mudah bergerak, mudah berpindah dari objek yang satu ke objek yang lain. Supaya perhatian kita terhadap sesuatu tetap kuat, maka tiap-tiap kali perlu diberi perangsang baru.


(39)

Ahmadi (2003:149) lebih jauh menyatakan bahwa perhatian dapat dibagi menjadi fiktif dan fluktuatif sebagai berikut:

1) Perhatian fiktif (perhatian melekat), yakni perhatian yang mudah dipusatkan pada suatu hal dan boleh dikatakan bahwa perhatiannya dapat melekat lama pada objeknya. Orang yang bertipe perhatian melekat biasanya teliti sekali dalam mengamati sesuatu, bagian-bagiannya dapat ditangkap, dan apa yang dilihatnya dapat diuraikan secara objektif.

2) Perhatian fluktuatif (bergelombang), orang yang mempunyai tipe ini pada umumnya dapat memperhatikan bermacam-macam hal sekaligus, tetapi kebanyakan tidak saksama. Perhatiannya sangat subjektif, sehingga yang melekat padanya hanyalah hal- hal yang dirasa penting bagi dirinya.

Sagala (2011:130) menyatakan bahwa perhatian memiliki dua makna yaitu; “(1) perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju pada sesuatu objek, dan (2) perhatian adalah pedayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan”. Maksud kutipan di atas bahwa dengan memberikan perhatian pada sesuatu, maka seseorang akan lebih intensif dalam melakukan kegiatannya.

Meskipun perhatian terbagi menjadi beberapa macam, namun perhatian-perhatian tersebut merupakan wujud dari ungkapan jiwa seseorang dalam memberikan suatu reaksi pada objek tertentu yang bersifat individu maupun kelompok, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta yang bersifat tetap maupun hanya sementara.

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan perhatian orangtua adalah pemusatan atau konsentrasi orangtua (ayah dan ibu) kepada anaknya dalam memenuhi segala kebutuhan anak sebagai rasa tanggung jawab kepada anak sehingga dapat membantu belajar anak agar dapat berjalan dengan baik.

b. Tugas dan Peran Orangtua

Pengertian menurut bahasa kata “orang” adalah manusia, diri sendiri, pribadi, insan, sedangkan kata “tua” sendiri menurut bahasa adalah orang yang sudah tidak muda lagi, jika digabungkan, kata ”orangtua” berarti ibu bapak yang melahirkan kita. Orangtua adalah kepala keluarga. keluarga adalah sebagai persekutuan hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas.

Orangtua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Orangtua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Kesadaran orangtua akan peran dan tanggung jawabnya selaku pendidik pertama dan utama dalam keluarga sangat


(1)

(2)

156

156


(3)

(4)

158

158


(5)

(6)

160

160


Dokumen yang terkait

Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Di Kelas Viii Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi

32 157 64

Pengaruh Komunikasi Orangtua dan Motivasi Belajar Terhadap Karakter Siswa Sekolah Menengah Atas Swasta di Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi.

0 5 184

Analisis kebijakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan desain model kurikulum berwawasan lingkungan sekolah menengah atas (Studi kasus pada Sekolah Menengah Atas di Jakarta dan Bekasi)

0 15 359

Analisis kebijakan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan desain model kurikulum berwawasan lingkungan sekolah menengah atas (Studi kasus pada Sekolah Menengah Atas di Jakarta dan Bekasi)

0 16 177

Eksternalitas Negatif Akibat Kebisingan Kereta Api Terhadap Masyarakat di Kelurahan Bekasi Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi

1 7 92

PENGARUH LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU : Survey PadaGuru Mata Pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Swasta se-Kota Cimahi.

0 1 85

PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR (Studi Kualitatif Tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi).

0 2 46

Pengaruh lingkungan kerja, kompensasi, dan kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kepuasan kerja guru di Sekolah Menengah Atas se-Sleman Timur.

1 4 228

Pengaruh lingkungan kerja, kompensasi, dan kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kepuasan kerja guru di Sekolah Menengah Atas se Sleman Timur

0 2 226

Audit manajemen atas realisasi anggaran biaya operasional : studi kasus di sekolah menengah pertama [SMP] St. Lusia Bekasi Timur - USD Repository

0 5 136