PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN :Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

(1)

PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (LPM) DALAM MENINGKATKAN

PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN

RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN

(Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

DEVY SWASTI ARGYARINI 0806897

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (LPM) DALAM MENINGKATKAN

PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN

RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN

(Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah

Kota Cimahi)

Oleh

Devy Swasti Argyarini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Devy Swasti Argyarini 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

DEVY SWASTI ARGYARINI

PERAN PENGELOLA LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN

(

Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Mustofa Kamil, M.Pd NIP. 19611109 198703 1 001

Pembimbing II

Dr. Joni Rahmat Pramudia, M.Si NIP. 19710614 199802 1 002

Diketahui Oleh Ketua Jurusan PLS FIP UPI

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd NIP. 19590826 198603 1 003


(4)

ABSTRAK

DEVY SWASTI ARGYARINI, Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM) dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin (Studi di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi).

Penelitian ini mengkaji tentang peran yang dilakukan pengelola LPM

Setiamanah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya untuk menciptakan rumah layak huni dengan sasaran masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan masih banyaknya kepala keluarga yang belum memiliki rumah layak huni dan mayoritas masyarakat tersebut bermata pencaharian buruh dan pedagang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada program pembangunan rumah layak huni melalui: 1) kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program pembangunan rumah layak huni, 2) strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin, 3) langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin, dan 4) faktor pendukung dan penghambat dialami oleh pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

Konsep dan teori yang digunakan adalah pemberdayaan masyarakat, organisasi masyarakat, partisipasi masyarakat, pembangunan rumah layak huni, dan PLS sebagai pendekatan pemberdayaan masyarakat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa angket diberikan kepada 20 orang sasaran, wawancara dilakukan kepada tiga orang, observasi, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kondisi objektif LPM sudah memenuhi kelengkapan administrasi yang cukup baik, hanya visi misi yang belum lengkap. Strategi pengelola LPM adalah menciptakan suasana partisipasi melalui kepercayaan masyarakat untuk terlibat dalam program serta pelibatan perangkat masyarakat.untuk itu dibuat kontrak kerja agar sumber daya manusia dapat bekerja lebih efektif. Langkah-langkah pengelola LPM dilakukan melalui: 1) perencanaan yaitu peran edukasional pengelola LPM melalui peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban dalam pelaksanaan program dan pelibatan dalam segala aspek kebutuhan program, 2) pelaksanaan yaitu peran fasilitatif pengelola LPM dengan memotivasi masyarakat untuk mencari dana tambahan merenovasi rumah dan keterlibatan organisasi sosial sebagai wadah pemeliharaan program, dan 3) evaluasi yaitu peran pengelola LPM melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat sehingga terlihat masyarakat yang sudah dan belum siap menerima bantuan program. Faktor pendukung pengelola LPM berasal dari SDM pengelola LPM dan kerja sama dengan

networking yang sudah lama terjalin. Faktor penghambat berasal dari

kepengelolaan yang berpusat pada ketua, program yang berjalan apabila bantuan turun, dan masyarakat tertentu belum siap menerima bantuan program. Dengan demikian program pembangunan rumah layak huni berhasil dilaksanakan.


(5)

ABSTRACT

DEVY SWASTI ARGYARINI, The role of Manager Institute for Community Empowerment (LPM) in Improving Public Participation in the Development of Livable Home for the Poor (Studies in Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi).

This study examines the role that made Setiamanah LPM managers in increasing public participation in an effort to create livable homes targeting the poor. This is because there are many families who do not have appropriate housing and the majority of the community livelihood of workers and traders. The purpose of this study was to obtain data and information to improve community participation in development programs appropriate housing through: 1) objective conditions LPM Sub Setiamanah development programs appropriate housing, 2) LPM management strategies to improve community participation in the development of appropriate housing for the poor, 3) LPM management measures to improve community participation in the development of appropriate housing for the poor, and 4) supporting factors and obstacles experienced by LPM manager to improve community participation in the development of appropriate housing for the poor.

Concepts and theories used is community empowerment, community organizations, community participation, livable housing, and PLS as a community empowerment approach.

The method used in this study is a qualitative method. Data collection techniques such as questionnaires given to 20 people targeted, interviews were conducted at three people, observation, documentation studies, and literature study.

Based on these results it is concluded that the objective conditions LPM meets the administrative requirements were pretty good, just a vision, mission incomplete. LPM management strategy is to create an atmosphere of participation through public trust to be involved in the program as well as the involvement of the employment contract was made masyarakat.untuk human resources in order to work more effectively. LPM management measures through: 1) the role of educational planning manager LPM through increasing public awareness of rights and responsibilities in the implementation of programs and involvement in all aspects of program needs, 2) implementation of the facilitative role of the LPM managers motivate people to seek additional funding to renovate the house and the involvement of social organizations as a means of maintenance program, 3) evaluation of the role of managers LPM direct approach to the public so it looks communities that already and not yet ready to accept assistance program. Factors supporting managers from HR managers LPM LPM networking and cooperation with long-established. Inhibitory factor derived from kepengelolaan centered chairman, who runs an aid program down, and some people not ready to accept aid program. Thus, appropriate housing development program is successfully implemented.


(6)

Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN PERSEMBAHAN

ASBTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR BAGAN ………... vii DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ………... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………...

C. Tujuan Penelitian ………...

D. Manfaat Penelitian ………...

E. Struktur Organisasi Skripsi ………... 1 5 7 7 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ………...… 2. Karakteristik Pemberdayaan Masyarakat ………... 3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ………... 4. Langkah-langkah Pemberdayaan Masyarakat ……… 5. Kendala dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat………... 6. Peran Pelaku Perubahan dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat…

B. Organisasi Masyarakat

1. Definisi Organisasi Masyarakat ……… 2. Pendekatan Organisasi Masyarakat ………... 3. Strategi Organisasi Masyarakat……….. 4. Peran Organisasi Masyarakat ……… 5. LPM Sebagai Organisasi Masyarakat………

C. Partisipasi Masyarakat

1. Pengertian Partisipasi Masyarakat ………. 2. Syarat Partisipasi Masyarakat……… 3. Jenis Partisipasi Masyarakat………..

D. Pembangunan Rumah Layak Huni

1. Pengertian Rumah Layak Huni ……….

2. Rumah Layak Huni ………...

3. Kriteria Kepala Keluarga Penerima Bantuan Rumah Layak Huni …

E. PLS Sebagai Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat ………..

10 12 16 20 24 28 32 33 35 37 38 39 41 43 45 46 48 49


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ………

B. Subjek Penelitian ……….

C. Definisi Operasional ………

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ………..

E. Langkah-langkah Pengumpulan Data ……….

F. Teknik Analisis Data ………...

G. Validitas Hasil Penelitian ………

52 55 56 57 61 64 66

BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak dan Luas ………..

2. Keadaan Penduduk ………

B. Hasil Penelitian

1. Kondisi Objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam Program

Pembangunan Rumah Layak Huni ……….

2. Strategi Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat pada Pembagunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat

Miskin ……….

3. Langkah-Langkah Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi

Masyarakat Miskin ……….

4. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah

Layak Huni bagi Masyarakat Miskin ……….

C. Pembahasan

1. Kondisi Objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam Program

Pembangunan Rumah Layak Huni ……….

2. Strategi Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat pada Pembagunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat

Miskin ……….

3. Langkah-Langkah Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi

Masyarakat Miskin ……….

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelola LPM dalam

Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah

Layak Huni bagi Masyarakat Miskin ……….

70 71 75 85 98 124 133 134 136 142

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………..

B. Saran ………

147 151

DAFTAR PUSTAKA ……… 152

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(8)

Daftar Tabel

Tabel Halaman

4.1 Pendidikan Masyarakat ………. 71

4.2 Kemiskinan ……… 72

4.3 Mata pencaharian ………... 72

4.4 Latar Belakang Responden yang di Wawancarai …….. 74

4.5 Latar belakang Responden yang Mengisi Angket ……. 74

4.6 Kelengkapan Dokumentasi ……… 84

4.7 Strategi Pengelola LPM Melalui Sumber-Sumber …… 85

4.8 Waktu untuk Merenovasi Rumah ……….. 87

4.9 Jumlah masyarakat yang terlibat dalam proses pembangunan ……… 88

4.10 Strategi Pengelola Melalui Pengetahuan dan Pemahaman ………... 89

4.11 Strategi Pengelola Melalui Tujuan dan Kebutuhan yang Terasa ………... 91

4.12 Strategi Pengelola Melalui Nilai-Nilai ……….. 94

4.13 Strategi Pengelola Melalui Posisi dan Peran ………… 96

4.14 Peran Fasilitatif Melalui Animasi Sosial ……….. 98

4.15 Peran Fasilitatif Melalui Mediasi dan Negosiasi ……... 100

4.16 Peran Fasilitatif Melalui Pemberi Dukungan ………... 102

4.17 Peran Fasilitatif Melalui Pembentukan Konsensus …... 103

4.18 Pengambilan Keputusan ……… 104

4.19 Peran Fasilitatif Melalui Fasilitasi Kelompok ………... 106

4.20 Peran Fasilitatif Melalui Pemanfaatan Sumber Daya dan Keterampilan ……….. 108

4.21 Peran Fasilitatif Melalui Mengorganisasi ……….. 109

4.22 Peran Edukasional Melalui Kesadaran Masyarakat ….. 111

4.23 Peran Edukasional Melalui Penyampaian Informasi …. 113 4.24 Bentuk Evaluasi ……… 115

4.25 Waktu Evaluasi ………. 116

4.26 Keterlibatan Masyarakat ………... 117

4.27 Bentuk Keterlibatan Masyarakat ……….. 118

4.28 Pendekatan Pembinaan ………. 120

4.29 Frekuensi Evaluasi ……… 122

4.30 Hasil Evaluasi ………... 123

4.31 Jumlah Pengelola ………... 125

4.32 Latar Belakang Pendidikan ……….. 126

4.33 Kompetensi Pengelola ……….. 127

4.34 Motivasi Pengelola ………... 128

4.35 Dana ………. 129


(9)

Daftar Bagan

Bagan Halaman

4.1 Susunan Pengurus LPM Kelurahan Setiamanah Masa


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang saat ini masih dialami oleh negara-negara berkembang yang ada di dunia, termasuk negara Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, akan tetapi hasilnya belum optimal. Menurut BPS (2012) jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96%), persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 8,78% dan penduduk miskin di daerah perdesaan sebanyak 15,12%. Kondisi inilah yang

masih menjadi “pekerjaan rumah” yang masih harus diselesaikan oleh bangsa

Indonesia yang telah berusia 67 tahun sejak kemerdekaannya.

Salah satu tanda kemiskinan adalah kondisi pemukiman yang belum terpenuhi dengan baik. Rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan karena menyangkut kesejahteraan masyarakat. Data dari Menteri Perumahan Rakyat (2012) jumlah masyarakat miskin Indonesia mencapai angka 30,02 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak 13,6 juta kepala keluarga (KK) tidak memiliki rumah yang layak huni. Rumah bukan hanya sebuah bangunan struktural, tetapi tempat kediaman yang harus memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak dari berbagai aspek kehidupan, seperti sanitasi, kamar mandi, pencahayaan, dan lain-lain. Oleh karena itu, rumah tidak layak huni perlu mendapatkan perhatian khusus. Karena tempat tinggal yang


(11)

layak huni akan membawa kenyamanan dalam hidup seseorang. Sebaliknya, tempat tinggal yang tidak layak akan membawa permasalahan baru yang akan berdampak negatif pada aspek kehidupan lainnya. Undang-undang nomor 11 Tahun 2011 menyebutkan:

Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

Pendidikan Non Formal sebagai salah satu subsistem pendidikan nasional memiliki peran dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan Non Formal berperan dalam membawa perubahan menuju perubahan yang lebih baik karena manusia adalah subjek pembangunan yang sebenarnya. Oleh karena itu, Pendidikan Non Formal memberikan layanan khusus yang berbeda dengan Pendidikan Formal dan Pendidikan Informal. Sebagaimana Sudjana (2010:1) menyatakan:

Pendidikan Non Formal adalah setiap usaha yang dilakukan dengan sadar, sengaja, teratur, dan berencana yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya sehingga terwujud manusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu meningkatkan taraf hidup, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat.

Setiap program yang akan dilaksanakan harus berdasarkan kebutuhan sehingga program tersebut tepat sasaran. Kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat sesuai dengan perkembangan jaman mengakibatkan tidak semuanya bisa terpenuhi. Dengan keterbatasan yang dimilikinya menyebabkan perlunya pertimbangan dalam memenuhi kebutuhan apa yang terlebih dahulu harus terpenuhi. Kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, dan papan


(12)

merupakan kebutuhan pertama yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai

kebutuhan lainnya. Sudjana (2010:168) mengemukakan, “Upaya untuk memenuhi

kebutuhan perlu dimulai dari tingkat kebutuhan yang paling kuat, yaitu kebutuhan dasar, karena terpenuhinya kebutuhan dasar ini menjadi tonggak awal bagi upaya

memenuhi kebutuhan selanjutnya”.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang dahulu bernama Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan yang ada di tengah masyarakat. LPM dibentuk atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dan lurah dalam memberdayan masyarakat. Sebagaimana di atur dalam Permendagri nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan, yaitu:

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, untuk selanjutnya disingkat LKMD atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, untuk selanjutnya disingkat LPM adalah Lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dan Lurah dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.

LPM Setiamanah merupakan LPM yang berada di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Jumlah masyarakat miskin di Kelurahan Setiamanah sebanyak 209 KK (keluarga prasejahtera) tercatat memiliki tempat tinggal yang belum layak huni. Hal ini mengakibatkan harus adanya upaya yang dilakukan oleh pengelola LPM untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya tersebut dengan cara membangun rumah layak huni untuk masyarakat miskin. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor 22 Tahun 2008


(13)

persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya”.

Letak Kelurahan Setiamanah yang berada di alun-alun kota Cimahi membuat pengelola LPM harus dapat merencanakan program pembangunan yang dapat melibatkan partisipasi masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat diharapkan akan tumbuh rasa tanggung jawab sehingga masyarakat tidak hanya berperan sebagai penikmat, tetapi pelaku dan pelaksana pembangunan. Karena masyarakat sendirilah yang mengetahui permasalahan, potensi, kebutuhan yang ada di daerahnya. Hal ini menuntut pengelola LPM perlu strategi dalam menciptakan iklim yang dapat mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan rumah layak huni untuk masyarakat miskin. Penciptaan iklim tersebut perlu di tata oleh pengelola dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang pada akhirnya masyarakat dapat mengevaluasi sendiri atas apa yang telah mereka kerjakan.

Keinginan masyarakat untuk ikut serta dalam suatu program tidaklah mudah apabila tidak adanya kesadaran akan tujuan dari kegiatan tersebut. Kondisi masyarakat yang cenderung individualis, terutama untuk masyarakat yang terletak di daerah perkotaan yang terdiri dari manusia yang bermacam-macam lapisan/tingkatan hidup, pendidikan, dan lain-lain membuat pengelola LPM Kelurahan Setiamanah harus menjalankan perannya dalam menciptakan suasana yang nyaman sehingga masyarakat dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki tanpa adanya rasa ketidakadilan yang dirasakan masyarakat atas apa yang telah mereka berikan.


(14)

Berdasarkan masalah di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian

tentang “Peran Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. LPM Kelurahan Setiamanah berada di lokasi perkotaan, yakni alun-alun Kota Cimahi, akan tetapi masih adanya masyarakat miskin sebanyak 209 (2,67%) kepala keluarga (KK) yang tercatat menempati rumah tidak layak huni dari 7820 KK yang ada.

2. Mayoritas mata pencaharian masyarakat miskin tersebut adalah buruh (2,9%) dan pedagang (1,46%) dari jumlah penduduk sebanyak 27.503 orang.

3. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pengelola LPM mengadakan program pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin. Pelaksanaan program tersebut dilaksanakan di lokasi masyarakat miskin sesuai dengan pendataan yang tersebar di 18 RT dan 81 RW di Kelurahan Setiamanah. Sehingga pembangunan tersebut dilakukan secara bertahap sesuai skala prioritas yang dibuat pengelola LPM dengan memperhatikan dana, letak rumah, jumlah anggota keluarga dan kondisi rumah yang akan diberikan bantuan program.


(15)

4. Adanya bantuan yang di terima pengelola LPM dan swadaya masyarakat baik berupa uang tunai, barang, dan jasa untuk pelaksanaan pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

5. Dengan banyaknya jumlah penduduk dan karakteristik yang bermacam-macam menyebabkan pengelola LPM yang berjumlah 12 orang perlu upaya dalam pelaksanakan program tersebut dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

6. Tingkat partisipasi masyarakat cukup tinggi dalam suatu kegiatan. Hal ini ditandai dengan kehadiran dalam rapat dan keikutsertaan mereka dalam menyumbangkan baik berupa harta, tenaga, maupun pikiran sesuai dengan tingkatan sosial mereka pada kegiatan pembangunan rumah sebelumnya.

Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut di atas, masalah penelitian dapat disusun dalam perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program pembangunan rumah layak huni?

2. Bagaimana strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin? 3. Bagaimana langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin? 4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pengelola

LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin?


(16)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: “Bagaimana Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPM) dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah

Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Setiamanah?”. C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang:

1. Kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program pembangunan rumah layak huni.

2. Strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

3. Langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

4. Faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terdiri atas pengelola LPM Kelurahan Setiamanah dan juga berbagai pihak lainnya yang terlibat pada program Pendidikan Luar Sekolah.

Secara terperinci manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep, teori, dan wawasan Pendidikan Luar Sekolah yang didapat oleh peneliti


(17)

selama perkuliahan dan bisa diaplikasikan di lapangan sehingga dapat dijadikan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam pengelolaan program pemberdayaan masyarakat.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk pengelola LPM Kelurahan Setiamanah dalam meningkatkan dan mempertahankan partisipasi masyarakat di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengan Kota Cimahi pada keberlanjutan program pembangunan masyarakat selanjutnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam rangka melanjutkan penelitiannya, maka peneliti memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menguraikan tentang teori-teori dan konsep tentang masalah yang sedang diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang uraian lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan validitas hasil penelitian.


(18)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian berupa kesimpulan dan saran atau rekomendasi,


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menganalisis masalah yang akan digalinya secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2012:3) bahwa,

“Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu”.

Berdasarkan kecenderungan data yang diperoleh dilapangan maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang peran pengelola LPM Kelurahan Setiamanah dalam meningkatkan partisipasi masyarakatnya dalam pembangunan rumah layak huni dengan sasaran masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan tidak dapat diramalkan. Oleh karena itu, peneliti berupaya menggali informasi berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ada dengan berinteraksi langsung dengan sasaran penelitian.

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010:4) mendefinisikan, “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”

Miles dan Huberman (1992:1-2) mengemukakan:

Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.


(20)

Alasan penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan pada permasalahan dalam penelitian ini dan dengan pertimbangan-pertimbangan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2010:9-10) mengenai metode kualiatif, yaitu:

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:21-22) adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci. 2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk

kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

outcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati). Sugiyono (2012:35-36) mengemukakan kapan metode kualitatif digunakan, yaitu:

1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih gelap.

Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan menggunakan metode kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk ke objek.


(21)

2. Untuk memahami makna di balik data yang nampak.

Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan tindakan orang sering mempunyai makna tertentu.

3. Untuk memahami interaksi sosial.

Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut.

4. Memahami perasaan orang.

Perasaan orang sulit dimengerti kalau diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan observasi berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut. 5. Untuk mengembangkan teori.

Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapamgan.

6. Untuk memastikan kebenaran.

Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif, melalui teknik penggumpulan data secara trianggulasi/gabungan, maka kepastian data akan lebih terjamin.

7. Meneliti sejarah perkembangan.

Dengan menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada pelaku atau orang yang dipandang tahu, maka sejarah perkembangan kehidupan seseorang.


(22)

Mengacu pada berbagai pendapat di atas, penelitian ini memusatkan pada pada peran pengelola LPM, sebagai pihak yang menyelenggarakan program pembangunan rumah layak huni dan pada masyarakat miskin sebagai sasaran programnya sebagai unit yang diteliti untuk diketahui partisipasi mereka pada program tersebut.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian (Sugiyono, 2012:298). Penentuan sumber data para orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu, karena peneliti menganggap bahwa informan tersebut dapat lebih dipercaya untuk menjadi sumber data. Sumber data yang dipilih juga mempertimbangkan beberapa persyaratan. Sebagaimana yang dikemukakan Faisal (Sugiyono, 2012:303), sampel sebagai sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.


(23)

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggarahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Berdasarkan kriteria sumber data tersebut maka yang menjadi subjek penelitian adalah kepala keluarga miskin di Kelurahan Setiamanah. Informan dalam penelitian ini adalah tiga orang pengelola LPM yaitu Dewan Fasilitator LPM, Ketua LPM, dan anggota LPM. Kepala keluarga miskin yang menjadi sasaran dalam program tersebut sebanyak 10 orang yang akan diberikan angket. Angket diberikan pula untuk 10 orang bukan penerima program.

C. Definisi Operasional

1. Peran terkait dengan fungsi yang harus dijalankan seseorang sesuai dengan kedudukannya. Peran pengelola LPM dalam penelitian ini ditunjukkan melalui peran fasilitatif, edukasional, dan evaluasi.

2. Pengelola LPM yang di maksud dalam penelitian ini yaitu pengurus LPM Kelurahan Setiamanah periode 2009-2014.

3. Partisipasi dapat berupa harta, pikiran, maupun tenaga yang didasarkan kepada kemampuan seseorang. Partisipasi dinilai penting dikarenakan orang-orang dalam masyarakat seharusnya berpartisipasi aktif dalam perubahan masyarakat (Cary, 1970:145). Partisipasi masyarakat dalam program pembangunan rumah layak huni menunjukan kemampuan


(24)

masyarakat untuk memberikan kemampuan, yakni bantuan tenaga dan penyediaan sarana untuk membantu pelaksanaan program tersebut.

4. Rumah layak huni merupakan tempat tinggal yang mencakup aspek kesehatan, keselamatan, dan luas hunian.

5. Masyarakat miskin dalam penelitian ini adalah keluarga miskin yang rumahnya berada di bawah standar kelayakan pada umumnya dengan memenuhi syarat-syarat penerima bantuan sehingga berhak mendapatkan bantuan program pembangunan rumah layak huni.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Peneliti dalam penelitian kualitatif berperan sebagai instrumen penelitian. Moleong (2010: 168) menyebutkan bahwa: “Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya”. Jadi dalam hal peneliti berperan langsung dalam berinteraksi dengan sumber data (sumber informasi) dalam suatu wawancara bebas dan mengamati situasi sosial dan kegiatan.

Penelitian kualitatif menyiratkan pentingnya peneliti sebagai alat pengumpul data. Sebagaimana Moleong (2010:9) kemukakan yaitu:

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang

lain merupakan alat pengumpul data utama… Selain itu, hanya manusia

sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataannya dilapangan.


(25)

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2010:157), “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain”. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu:

1. Angket

Kartono (1996:217) menyebutkan:

Angket atau questionnaire ialah penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan jalan mengedarkan formulir daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek, untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respons) tertulis seperlunya.

Metode angket dapat digunakan sebagai pelengkap dalam metode kualitatif. Sebagaimana Kartono kemukakan, “…Metode angket juga dipakai untuk memperoleh informasi-informasi yang kualitatif”. Angket ditujukan untuk sasaran melalui sejumlah pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai program pembangunan rumah layak huni.

Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan kategori pertanyaan tertutup. Konstruksi item pilihan ganda dengan pertanyaan beragam yang diajukan disertakan empat pilihan jawaban. Angket diberikan kepada 20


(26)

orang pada tanggal 15 Desember 2012 ketika pelaksanaan program pembangunan rumah layak huni dilaksanakan.

2. Wawancara

Esterberg (Sugiyono, 2012:317) mengemukakan, “Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.

Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang menjadi narasumber yang dapat dipercaya, yaitu Dewan Fasilitator LPM yang dijabat oleh Lurah Kelurahan Setiamanah, Ketua LPM Setiamanah, dan Anggota LPM yang diwakili oleh seksi pembangunan dan lingkungan hidup.

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Sebagaimana menurut Sugiyono (2012: 319) yaitu:

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disediakan.

Peneliti melakukan wawancara terstruktur kepada tiga orang responden dengan pertanyaan yang sama. Dalam melakukan wawancara, peneliti dibantu alat pengumpul data, yaitu buku catatan, kamera untuk memotret rumah masyarakat miskin sebelum dan sesudah program pembangunan rumah layak huni, dan alat perekam suara sehingga informasi-informasi penting dapat terkumpul sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 November 2012 kepada Dewan Fasilitator LPM. Tanggal 17 Desember 2012 kepada anggota LPM


(27)

yaitu seksi pembangunan dan lingkungan hidup. Tanggal 20 Desember 2012 kepada ketua LPM.

3. Observasi

Kartono (1996:157) menyebutkan bahwa, “Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Di sini peneliti mencoba mengobservasi peran pengelola LPM dan partisipasi masyarakat di Kelurahan Setiamanah dalam pembangunan rumah layak huni.

Bentuk observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif. Sebagaimana Sugiyono (2012:310) kemukakan:

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh nara sumber, dan ikut merasakan suka dukanya.

Jenis observasi yang dilakukan yaitu observasi partisipasi aktif, yaitu peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh responden, yaitu upaya pengelola LPM selama proses pembangunan. Peneliti mencoba untuk mengobservasi hasil wawancara dengan kenyataan pada pelaksanaan program yang dilaksanakan. Observasi pada keluarga miskin yang mendapatkan bantuan dan masyarakat yang ikut terlibat dalam pelaksanaan program dengan tujuan hasil angket dengan pelaksanaan program yang mereka lakukan. Observasi dilakukan selama program pembangunan dilaksanakan, yaitu pada tanggal 15 Desember 2012-29 Desember 2012 yang dilakukan pada 10 penerima program.


(28)

4. Studi dokumentasi

Sugiyono (2012:329) menyebutkan bahwa “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang’. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan studi dokumentasi guna memperoleh data secara tertulis yang diperlukan untuk melengkapi data penelitian, yaitu dengan cara membaca, menelaah, mengkaji berbagai dokumen yang sekiranya berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dokumentasi yang dikaji adalah dokumen LPM (sejarah pembentukan, sarana prasarana yang dimiliki, dan lain-lain), foto-foto pelaksanaan program pembangunan rumah layak huni yang sebelumnya telah dilakukan, surat-surat yang berkaitan dengan pelaksanaan program.

E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif langkah-langkah/tahapan secara garis besar dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: 1) tahap persiapan/pra lapangan, 2) tahap pelaksanaan, dan 3) tahap pelaporan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pra lapangan

Tahap pra lapangan merupakan tahap awal dalam penelitian. Pada tahap ini peneliti mula-mula melakukan:

a) Menyusun rancangan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung


(29)

dan bisa diamati. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi.

b) Memilih lapangan. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data. Pemilihan lapangan didasarkan pada rekomendasi pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan lapangan. Selain itu pemilihan lapangan juga mempertimbangkan teori substantif dan rumusan masalah penelitian.

c) Mengurus perijinan. Mempersiapkan surat ijin dari lembaga terkait untuk pelaksanaan penelitian, yang dimulai dari lingkungan UPI sampai ke lembaga pemerintahan yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini.

d) Menjajaki dan menilai lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengenal unsur lingkungan sosial, fisik, dan keadaan alam sehingga peneliti dapat mempersiapkan diri, mental, maupun fisik.

e) Memilih dan memanfaatkan informan. Informan dapat membantu peneliti untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. f) Menyiapkan perlengkapan penelitian. Peneliti sejauh mungkin menyiapkan

segala alat dan perlengkapan penelitian yang diperlukan sebelum memasuki lapangan, seperti buku catatan, alat tulis, kamera foto, tape recorder, dan lain-lain.

g) Persoalan etika dalam penelitian. Peneliti harus menghormati dan mematuhi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, peneliti hendaknya menyesuaikan diri dengan adat, kebiasaan, dan kebudayaan setempat.


(30)

Tahap ini merupakan tahap penggalian informasi data secara keseluruhan dan mendalam dengan mengenal lebih dekat kepada subyek penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan:

a) Memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri. Memahami latar penelitian; latar terbuka; di mana secara terbuka orang berinteraksi sehingga peneliti hanya mengamati, sedangkan latar tertutup di mana peneliti berinteraksi secara langsung dengan subjek yang perlu diamati secara teliti melalui wawancara secara mendalam.

b) Menyiapkan instrumen penelitian berdasarkan hasil pra lapangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan informasi yang akan digali.

c) Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan sebagai sumber data untuk dimintai informasinya. Yaitu wawancara dengan satu orang pengelola LPM, satu orang Lurah, dan tiga orang masyarakat miskin sebagai sasaran program pembangunan rumah layak huni dan mengobservasi sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Pelaporan

Pelaporan merupakan tahap terakhir yang dilakukan peneliti. Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan data sehingga menjadi sebuah laporan penelitian yang disusun secara sistematis. Oleh karena itu, data perlu diolah terlebih dahulu sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


(31)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan berasal dari hasil angket yang telah diisi oleh responden yang berjumlah 20 orang, hasil wawancara kepada tiga orang pengelola LPM, dan hasil observasi yang peneliti amati selama pembangunan dilaksanakan.

Miles and Huberman (1992:21) mengemukakan hal-hal yang terdapat dalam analisis kualitatif. Analisis tersebut terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Langkah-langkah tersebut digambarkan sebagai berikut: 1. Reduksi Data (data reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari

catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data (data display)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian ini meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah


(32)

mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.

3. Kesimpulan (conclusion)/verifikasi.

Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak akan muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan. Kesimpulan-kesimpulan juga diversifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan serta tukar pikiran.

Analisis data yang telah terkumpul melalui angket diolah dengan pengolahan statistik deskriptif yaitu persentase dengan berbagai tafsiran. Langkah-langkah yang ditempuhnya adalah sebagai berikut :

a. Membuat tabel dengan kolom alternatif jawaban, frekuensi dan presentasinya.

b. Membuat frekuansi yang di observasi (f) dengan jalan menjumlahkan tally dari setiap alternatif jawaban

c. Mencari frekuensi seluruhnya (n) dengan jalan menjumlahkan frekuensi-frekuensi yang diobservasi dari setiap alternatif jawaban.

d. Mencari presentase dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P = persentase jawaban


(33)

n = jumlah responden yang menjawab pertanyaan 100 % = Bilangan tetap

Setelah data diolah dengan formula diatas, untuk memudahkan penarikan kesimpulan menggunakan penafsiran dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :

0 % = Tak Seorangpun

1 % - 24 % = Sebagian Kecil

25 % - 49 % = Kurang dari setengahnya

50 % = Setengahnya

51 % - 74 % = Lebih dari setengahnya 75 % - 99 % = Sebagian besar

100 % = Seluruhnya

(Arikunto, 1998:115)

Dengan berpedoman kepada perhitungan di atas, maka setiap jawaban yang diperoleh dapat diketahui persentasenya, dan akan mempermudah menafsirkan data dalam penelitian ini. Penafsiran dilakukan dengan membandingkan frekuensi data presentase dari jawaban yang telah diberikan responden, kemudian hasilnya dianalisa berdasarkan teori dan konsep maupun hasil temuan yang telah ada dan relevan dengan penelitian ini.

G. Validitas Hasil Penelitian

Moleong (2010:324-343) mengungkapkan uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi: uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).


(34)

1. Derajat kepercayaan (credibility)

Kriteria ini berfungsi: pertama melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kedua mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Hal ini mencakup:

a) Perpanjangan keikutsertaan. Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Kelikutsertaan terebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.

b) Ketekunan pengamatan. Hal ini bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang di cari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

c) Triangulasi. Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

d) Pemeriksaan sejawat melalui diskusi. Maksud dari teknik ini yaitu: 1) untuk membuat peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, 2) diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti.


(35)

e) Analisis kasus negatif. Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding.

f) Kecukupan referensial. Bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data, seperti alat perekam.

g) Pengecekan anggota. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti. 2. Keteralihan (transfersiblity)

Generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif mewakili populasi itu. Hal ini mencakup uraian rinci (thick description). Keteralihan bergantung pada pengetahuan seorang peneliti tentang konteks pengirim dan penerima. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab terhadap penyediaan dasar secukupnya yang memungkinkan seseorang merenungkan suatu aplikasi pada penerima sehingga memungkinkan adanya pembandingan.

3. Kebergantungan (dependability)

Peninjauan dalam kualitatif memperhitungkan segalanya-galanya, yaitu yang ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang bersangkutan. Hal ini mencakup audit, yaitu pencatatan pelaksanaan secara klasifikasi, seperti


(36)

data mentah, data yang direduksi dan hasil kajian, catatan tentang proses penyelenggaraan, dan lain-lain.

4. Kepastian (conformability)

Pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dikatakan objektif. Jika sesuatu itu objektif, berati dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Hal ini dilakukan dengan teknik auditing.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah diperoleh temuan-temuan penelitian yang berjudul “Peran Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi” maka peneliti dapat menarik kesimpulan berdasarkan rumusan masalah, yaitu:

1. Kondisi Objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam Program Pembangunan Rumah Layak Huni

LPM Setiamanah sebagai wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat telah memiliki dasar yang cukup jelas ke mana arah organisasi ini akan bergerak. Pengelola yang berjumlah 13 orang berasal dari masyarakat setempat memiliki tanggung jawab yang jelas dalam struktur kepengurusan yang telah dibuat. Hanya saja kelengkapan administrasi perlu diperhatikan agar tidak menggangu kinerja organisasi.

Pada dasarnya LPM Kelurahan Setiamanah sudah melaksanakan program pembangunan rumah layak huni dengan baik. Program yang dikembangkan

menggunakan konsep “ALADIN” yaitu atap, lantai, dan dinding yang diterapkan cukup efektif untuk membuat sasaran merenovasi rumah mereka dengan tepat dan terarah. Hal ini sesuai tujuan dari program tersebut, yaitu memberdayakan masyarakat miskin untuk memiliki rumah layak huni.


(38)

2. Strategi yang Dilakukan Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin.

Strategi pengelola LPM dalam program pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin memanfaatkan kepercayaan yang telah diberikan selama program berlangsung sejak tahun 2008. Keterlibatan perangkat masyarakat seperti ketua RT dan RW dapat meyakinkan masyarakat bahwa program yang ditawarkan oleh pengelola LPM adalah untuk kepentingan masyarakat. Keyakinan inilah yang membuat masyarakat mau ikut terlibat karena memiliki rumah layak huni akan menimbulkan kenyamanan bagi penghuninya dan diperlukan upaya untuk mencapai hal tersebut. Pengelola LPM berperan untuk mengefektifkan sumber- sumber yang telah ada terutama sumber daya manusia dengan membuat kontrak kerja agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

3. Langkah-langkah yang Dilakukan Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin

Langkah-langkah yang dilakukan pengelola LPM untuk meningkatkan partisipasi di lihat dari tiga aspek, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan yang dilakukan oleh pengelola LPM terlihat dari peran edukasional. Pelaksanaan yang dilakukan oleh pengelola terlihat dari peran fasilitatif. Sedangkan


(39)

evaluasi dilihat dari peran pengelola melakukan tindak lanjut untuk melihat keberlangsungan pelaksanaan program pembangunan rumah layak huni.

Pengelola LPM melakukan perencanaan yang bertujuan mendidik masyarakat untuk merasakan kondisi orang lain dengan cara melibatkan mereka dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kesadaran masyarakat untuk menolong sesama dijadikan strategi untuk pelaksanaan pembangunan program rumah layak huni dengan informasi yang menekankan bahwa program tersebut dari, oleh, untuk masyarakat.

Pelaksanaan program dijalankan pengelola LPM melalui peran fasilitatif. Peran fasilitatif ini dijalankan dengan cara menstimuli masyarakat bahwa mereka harus mencari dana tambahan sebagai antisipasi dana yang diberikan tidak cukup untuk merenovasi rumah. Pengelola LPM melibatkan organisasi-organisasi sosial yang ada untuk membantu mengorgansasi masyarakat. Keterlibatan mereka dapat membantu masyarakat mencapai keputusan yang mereka ambil sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Pendekatan evaluasi yang dilakukan secara tatap muka langsung dengan semua yang terlibat dalam pelaksanaan progrram menghasilkan keputusan bahwa program hanya akan diberikan kepada masyarakat yang sudah siap menerima program. Dengan langkah tersebut masyarakat harus lebih bertanggung jawab karena menciptakan rumah layak huni merupakan tanggung jawab bagi setiap penghuninya. Walau upaya ini bisa menyebabkan kurangnya dukungan masyarakat yang


(40)

wilayahnya “ditunda”, akan tetapi inilah upaya pengelola LPM untuk memberdayakan masyarakat.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dialami oleh Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin.

Faktor pendukung dan penghambat bagaikan sisi mata uang yang saling berkaitan dalam suatu program. Untuk itu pengelola perlu mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mendukung dan menghambat keberlangsungan program tersebut

Faktor internal yang mendukung dalam pelaksanaan program terlihat dari kompetensi, kualifikasi, dan motivasi pengelola LPM Setiamanah yang cukup mendukung keberlangsungan program pembangunan rumah layak huni. Hal ini dikarenakan internal pengelola LPM berasal dari masyarakat setempat. Sedangkan faktor eksternal yang mendukung terlihat dari networking dan kemitraan yang selama ini berjalan dengan pengelola LPM Setiamanah, yakni Dinas PU dan Kemenpera sangat mendukung keberlangsungan program.

Faktor internal yang menghambat pelaksanaan program berasal dari dana dikarenakan program ini sangat tergantung pada turunnya dana yang diberikan setiap periodenya. Tidak ada dana menandakan program terhenti dan berlanjut pada program lainnya. Sedangkan faktor eksternal yang menghambat berasal dari penerimaan masyarakat yang menjadi faktor penghambat yang paling dominan dikarenakan kurangnya kesiapan masyarakat untuk menerima bantuan program.


(41)

Ketidaksiapan ini terlihat dari tidak adanya respon positif terhadap program yang telah diberikan sebelumnya dan malah mengeluhkan atas sejumlah dana yang harus mereka tanggung akibat keterbatasan dana. Oleh karena itu, ada wilayah yang

“ditunda” untuk mendapatkan bantuan program.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, peneliti mengemukakan beberapa saran (rekomendasi). Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak pengelola LPM Setiamanah

Peneliti mengharapkan pihak pengelola LPM terus melakukan upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap program yang dikeluarkan. Selain itu, konflik di masyarakat harus dituntaskan dengan baik agar program yang akan dilaksanakan selanjutnya tidak mengalami pertentangan dari masyarakat lainnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini difokuskan pada upaya pengelola LPM untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakt miskin. Untuk penelitian selanjutnya bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk meneliti tentang persepsi masyarakat tentang program yang telah dilakukan oleh LPM Setiamanah.


(42)

DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:

Adi, I, R. (2008). Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai

Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. __________ (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina

Aksara.

Cary, L. J. (1970). Community Development As A Process. Columbia: Missouri. Fahrudin, A. (2000). Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas

Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Faisal, S. (1981). Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha Nasional. Ife, J dan Tesoriero, F. (2008). Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era

Globalisasi: Community Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartono, K. (1996). Pengantar Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Kindervatter, S. (1979). Nonformal Education As An Empowering Process: With

Case Studies From Indonesia and Thailand. Massachusetts USA: Center

For Internasional Education University of Massachusetts.

Miles dan Huberman. (1992). Analisis Dara Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Moleong, L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rasyad, A dam Suparna, B. (2003). Pengembangan dan pemberdayaan Masyarakat. Malang: UM Press.

Roesmidi dan Risyanti, R. (2006). Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alqaprint Jatinangor.

Sastropoerto, S. (1986). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam

Pembangunan Nasional. Bandung: PT Alumni.

Stewart, A.M. (1998). Empowering People: Pemberdayaan Sumber Daya


(43)

Sudjana, D. (2010). Manajemen Program Pendidikan: untuk Pendidikan

Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah

Production.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Sumber internet:

Ari. (2012, 24 April). Payah! 13,9 Juta KK di Indonesia Tak Punya Rumah Layak Huni. Lensa Indonesia [Online], halaman 1. Tesedia:

http://www.lensaindonesia.com/2012/04/24/payah-139-juta-kk-di-indonesia-tak-punya-rumah-layak-huni.html [5 Juli 2012]

Badan Pusat Statistik. (2012). Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2012. Jakarta: BPS.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 22 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan


(1)

2. Strategi yang Dilakukan Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin.

Strategi pengelola LPM dalam program pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin memanfaatkan kepercayaan yang telah diberikan selama program berlangsung sejak tahun 2008. Keterlibatan perangkat masyarakat seperti ketua RT dan RW dapat meyakinkan masyarakat bahwa program yang ditawarkan oleh pengelola LPM adalah untuk kepentingan masyarakat. Keyakinan inilah yang membuat masyarakat mau ikut terlibat karena memiliki rumah layak huni akan menimbulkan kenyamanan bagi penghuninya dan diperlukan upaya untuk mencapai hal tersebut. Pengelola LPM berperan untuk mengefektifkan sumber- sumber yang telah ada terutama sumber daya manusia dengan membuat kontrak kerja agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

3. Langkah-langkah yang Dilakukan Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin

Langkah-langkah yang dilakukan pengelola LPM untuk meningkatkan partisipasi di lihat dari tiga aspek, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan yang dilakukan oleh pengelola LPM terlihat dari peran edukasional. Pelaksanaan yang dilakukan oleh pengelola terlihat dari peran fasilitatif. Sedangkan


(2)

149

evaluasi dilihat dari peran pengelola melakukan tindak lanjut untuk melihat keberlangsungan pelaksanaan program pembangunan rumah layak huni.

Pengelola LPM melakukan perencanaan yang bertujuan mendidik masyarakat untuk merasakan kondisi orang lain dengan cara melibatkan mereka dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kesadaran masyarakat untuk menolong sesama dijadikan strategi untuk pelaksanaan pembangunan program rumah layak huni dengan informasi yang menekankan bahwa program tersebut dari, oleh, untuk masyarakat.

Pelaksanaan program dijalankan pengelola LPM melalui peran fasilitatif. Peran fasilitatif ini dijalankan dengan cara menstimuli masyarakat bahwa mereka harus mencari dana tambahan sebagai antisipasi dana yang diberikan tidak cukup untuk merenovasi rumah. Pengelola LPM melibatkan organisasi-organisasi sosial yang ada untuk membantu mengorgansasi masyarakat. Keterlibatan mereka dapat membantu masyarakat mencapai keputusan yang mereka ambil sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Pendekatan evaluasi yang dilakukan secara tatap muka langsung dengan semua yang terlibat dalam pelaksanaan progrram menghasilkan keputusan bahwa program hanya akan diberikan kepada masyarakat yang sudah siap menerima program. Dengan langkah tersebut masyarakat harus lebih bertanggung jawab karena menciptakan rumah layak huni merupakan tanggung jawab bagi setiap penghuninya. Walau upaya ini bisa menyebabkan kurangnya dukungan masyarakat yang


(3)

wilayahnya “ditunda”, akan tetapi inilah upaya pengelola LPM untuk memberdayakan masyarakat.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dialami oleh Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin.

Faktor pendukung dan penghambat bagaikan sisi mata uang yang saling berkaitan dalam suatu program. Untuk itu pengelola perlu mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mendukung dan menghambat keberlangsungan program tersebut

Faktor internal yang mendukung dalam pelaksanaan program terlihat dari kompetensi, kualifikasi, dan motivasi pengelola LPM Setiamanah yang cukup mendukung keberlangsungan program pembangunan rumah layak huni. Hal ini dikarenakan internal pengelola LPM berasal dari masyarakat setempat. Sedangkan faktor eksternal yang mendukung terlihat dari networking dan kemitraan yang selama ini berjalan dengan pengelola LPM Setiamanah, yakni Dinas PU dan Kemenpera sangat mendukung keberlangsungan program.

Faktor internal yang menghambat pelaksanaan program berasal dari dana dikarenakan program ini sangat tergantung pada turunnya dana yang diberikan setiap periodenya. Tidak ada dana menandakan program terhenti dan berlanjut pada program lainnya. Sedangkan faktor eksternal yang menghambat berasal dari penerimaan masyarakat yang menjadi faktor penghambat yang paling dominan dikarenakan kurangnya kesiapan masyarakat untuk menerima bantuan program.


(4)

151

Ketidaksiapan ini terlihat dari tidak adanya respon positif terhadap program yang telah diberikan sebelumnya dan malah mengeluhkan atas sejumlah dana yang harus mereka tanggung akibat keterbatasan dana. Oleh karena itu, ada wilayah yang

“ditunda” untuk mendapatkan bantuan program. B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, peneliti mengemukakan beberapa saran (rekomendasi). Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak pengelola LPM Setiamanah

Peneliti mengharapkan pihak pengelola LPM terus melakukan upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap program yang dikeluarkan. Selain itu, konflik di masyarakat harus dituntaskan dengan baik agar program yang akan dilaksanakan selanjutnya tidak mengalami pertentangan dari masyarakat lainnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini difokuskan pada upaya pengelola LPM untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakt miskin. Untuk penelitian selanjutnya bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk meneliti tentang persepsi masyarakat tentang program yang telah dilakukan oleh LPM Setiamanah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:

Adi, I, R. (2008). Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. __________ (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina

Aksara.

Cary, L. J. (1970). Community Development As A Process. Columbia: Missouri. Fahrudin, A. (2000). Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas

Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Faisal, S. (1981). Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha Nasional. Ife, J dan Tesoriero, F. (2008). Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era

Globalisasi: Community Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kartono, K. (1996). Pengantar Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Kindervatter, S. (1979). Nonformal Education As An Empowering Process: With Case Studies From Indonesia and Thailand. Massachusetts USA: Center For Internasional Education University of Massachusetts.

Miles dan Huberman. (1992). Analisis Dara Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Moleong, L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rasyad, A dam Suparna, B. (2003). Pengembangan dan pemberdayaan Masyarakat. Malang: UM Press.

Roesmidi dan Risyanti, R. (2006). Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alqaprint Jatinangor.

Sastropoerto, S. (1986). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung: PT Alumni.

Stewart, A.M. (1998). Empowering People: Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Kanisius.


(6)

Sudjana, D. (2010). Manajemen Program Pendidikan: untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Sumber internet:

Ari. (2012, 24 April). Payah! 13,9 Juta KK di Indonesia Tak Punya Rumah Layak Huni. Lensa Indonesia [Online], halaman 1. Tesedia:

http://www.lensaindonesia.com/2012/04/24/payah-139-juta-kk-di-indonesia-tak-punya-rumah-layak-huni.html [5 Juli 2012]

Badan Pusat Statistik. (2012). Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2012. Jakarta: BPS.

Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 22 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan


Dokumen yang terkait

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan (studi kasus : Pinjaman Bergulir di Kelurahan Bantan Kecamatan Tembung)

4 79 75

Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Pembangunan Desa” (Studi di Desa Aek Song-Songan, Kecamatan Aek Song-Songan, Kabupaten Asahan)

16 123 123

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

STRATEGI LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN (Studi di Kelurahan Wonoasih Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo)

5 36 26

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KELURAHAN (Studi pada Kelurahan Pandanwangi Kota Malang)

0 7 2

this PDF file PELAKSANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT OLEH LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DI KELURAHAN HEGARSARI KECAMATAN PATARUMAN KOTA BANJAR | Oktavia | MODERAT (Modern dan Demokratis) 1

0 0 7

Arahan Penanganan Kawasan Padat Huni Kelurahan Cigugur Tengah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi

0 0 8

ANGGARAN DASAR LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( LPM )

3 34 27

KOORDINASI LURAH DENGAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PEMBANGUNAN DI KELURAHAN GUNTUNG KECAMATAN BONTANG UTARA KOTA BONTANG

0 0 10

STRATEGI KOMUNIKASI LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM SOSIALISASI PROGRAM PEMBINAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN LOA BAKUNG KOTA SAMARINDA

0 0 15