Dian Rina Puspitaningtyas M3509021

(1)

i

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA ( Carica papaya L.) TERHADAP BAKTERI PADA PLAK GIGI

SECARA IN VITRO

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Oleh :

DIAN RINA PUSPITANINGTYAS NIM. M3509021

DIPLOMA 3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012 commit to user


(2)

(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul “UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP BAKTERI PADA PLAK GIGI SECARA IN VITRO” adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun disuatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, 28 September 2012

Dian Rina P NIM. M3509021


(4)

iv

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Buah Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Bakteri pada Plak Gigi secara In Vitro

Dian Rina Puspitaningtyas

Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

INTISARI

Prevalensi penyakit gigi berlubang (karies) di Indonesia berkisar 72,1%. Pencegahan penyakit gigi berlubang dapat dilakukan dengan mengontrol pembentukan plak gigi salah satunya dengan penggunaan obat kumur yang mengandung senyawa antibakteri, yakni alkohol. Namun, penggunaan alkohol ini dapat meningkatkan resiko kanker mulut sehingga perlu senyawa antibakteri alternatif yang efektif dengan efek samping yang rendah. Biji buah pepaya dapat digunakan sebagai salah satu alternatif senyawa antibakteri karena pada penelitian sebelumnya terbukti menghambat Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak biji buah pepaya terhadap pertumbuhan bakteri pada plak gigi. Bakteri uji merupakan hasil isolasi dari koloni bakteri apusan plak gigi. Bakteri ini telah diisolasi serta dilakukan pengecatan Gram dan pengamatan morfologinya. Ekstrak biji buah pepaya diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran dengan seri konsentrasi ekstrak adalah 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan kontrol berupa CMC-Na 0,1%, etanol 70% dan Amoksisilin 0,03%.

Hasil isolasi koloni bakteri dari plak gigi didapatkan tiga bakteri gram positif yakni Staphylococcus sp., Streptococcus sp.,dan Bacillus sp. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji buah pepaya pada konsentrasi 70% efektif menghambat Bacillus sp dengan diameter daya hambat (DDH) 3,972 mm, konsentrasi 90% efektif menghambat pertumbuhan Staphylococcus sp. dengan DDH sebesar 4,59 mm dan konsentrasi 30% efektif menghambat Streptococcus sp. dengan DDH sebesar 7,023mm.

Kata kunci : antibakteri, plak gigi, biji pepaya, diameter daya hambat


(5)

v

In Vitro Antibacterial Activity Test of Ethanol Extract of Papaya Seed (Carica papaya L.) through Bacteria in Dental Plaque

Dian Rina Puspitaningtyas

Department of Pharmacy Faculty of Mathematics and Science Sebelas Maret University Surakarta

ABSTRACT

The precentage of dental caries in Indonesia is 72,1%. Prevention of dental caries can be done by controlling of plaque by mouthwash which consists antibacterial agent, that is alcohol. However, alcohol may increase mouth cancer risk. Therefore, need alternative antibacterial agent that is effective and it has low side effect. Carica papaya seed can be used as one of alternative of antibacterial agent. It can be proven by the earlier related study which shows that the extract of papaya seed can inhibit E. Coli and Staphylococcus aureus.

The aims of this research is to find out the antibacterial activity the ethanol extract of papaya seed through dental plaque bacteria. Test bacteria are the result of the isolation from dental plaque bacteria which have been Gram colored and morphology observated. Carica papaya seed extract obtained using maceration method with ethanol70%. Antibacterial activity test used agar well diffusion method, with the concentrations variation were 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% and control CMC-Na 0,1%, ethanol 70% and Amoxicillin 0,03%. The results of the isolation in dental plaque bacteria show that there are three positive Gram test bacteria; they are Staphylococcus sp., Streptococcus sp.,and Bacillus sp. The results of antibacterial activity test show that ethanol extract of Carica papaya seed in concentration 70% is effective to inhibit Bacillus sp. at 3,972 mm and the concentration in 90% is effective to inhibit Staphylococcus sp. at 4,59 mm. In addition, the concentration in 30% is effective to inhibit Streptococcus sp. at 7,023 mm.

Keyword : antibacterial, dental plaque, Carica papaya seed, diameter of inhibition


(6)

vi MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan

(QS. Al-Insyirah : 5-6)

“Wahai orang-orang yang beriman. Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar”

(QS. Al-Baqarah :153).

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari suatu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat

(Winston Churcill)

“... boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu dan

boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu ...”

(QS. Al-Baqarah: 216)


(7)

vii Tugas akhir ini kupersembahkan teruntuk...

Ibu dan adik-adikku tercinta yang selalu memberi doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang selama ini,, Ibu Estu yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran, bimbingan, ilmu serta pengalamannya,, Te Ririt, Te Ummu, Te Ima, Te Inul terima kasih atas bantuan, doa dan dukungan yang selama ini diberikan,,

Teman-teman “Rempong n Keppo” : dongsaeng Riva, Ulun, Cik Ciel, Rizky n Firda terima kasih telah menemani hari-hariku selama ini,,

Teman-teman kos “BarDu” : Atika, Mb Yeni,Mb Beta, Mb Avi, Mb Novi dan teman-teman lainnya terima kasih telah menjadi saudara dan keluarga di rumah keduaku..

Semua teman-temanku dan orang-orang disekelilingku atas do’a, kebersamaan dan dukungan yang diberikan selama ini.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Buah Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Bakteri pada Plak Gigi secara In Vitro” dengan baik dan lancar. Penyusunan laporan tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku ketua program studi D3 Farmasi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Estu Retnaningtyas N., S.TP.,M.Si. selaku pembimbing Tugas Akhir dan pembimbing akademik atas segala ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan bimbingan, saran, dan ilmunya selama penulis melakukan penelitian.


(9)

ix

4. drg. Adi Prayitno, M.Kes yang telah membantu dalam pengambilan sampel uji untuk penelitian.

5. Ibu Sarinten Pasar Gede dan bapak penjual buah daerah jebres yang telah membantu dalam penyediaan bahan utama penelitian.

6. Mbak Nur dan Mbak Sari, laboran laboratorium mikrobiologi fakultas kedokteran UNS yang telah berbagi ilmu dan membantu jalannya penelitian. 7. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberikan saran, ilmu dan

pengalaman demi kelancaran penelitian.

8. Teman-teman D3 Farmasi UNS angkatan 2009 yang telah berbagi suka dan duka serta pengalaman selama masa-masa kuliah.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu pelaksanaan Tugas Akhir dan penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di masyarakat pada khususnya.

Surakarta, 19 Oktober 2012

Penulis commit to user


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

INTISARI ... iv

ABSTRACT ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... . xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Pepaya (Carica papaya Linn.) ... 6

2. Plak Gigi ... 9

3. Kontrol Plak ... 10

4. Bakteri ... 11

5. Ekstraksi ... 14

6. Senyawa Antibakteri ... 16

7. Uji Aktivitas Antibakteri ... 18 commit to user


(11)

xi

B. Kerangka Pemikiran ... ... 20

C. Keterangan Empiris ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN ... 22

A. Desain Penelitian ... 22

B. Alat yang digunakan ... 22

C. Bahan yang digunakan ... 23

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 25

1. Determinasi dan Preparasi Sampel ... 25

2. Ekstraksi ... 25

3. Penyiapan Alat dan Pembuatan Media ... 27

4. Pengambilan Apusan dan Isolasi Bakteri ... 27

5. Pengecatan Gram ……….. 29

6. Uji Aktivitas Antibakteri ... 32

F. Analisis Hasil ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Determinasi dan Pengumpulan Sampel ... 36

B. Ekstraksi ... 36

C. Pengambilan Apusan Plak Gigi dan Pembiakan ... 38

D. Isolasi dan Pengecatan Gram Bakteri Plak Gigi ... 39

E. Uji Aktivitas Antibakteri ... 44

BAB V. PENUTUP ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ... 54


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Organisme pada Plak Gigi ………. 10 Tabel II. Perbedaan Bakteri Gram Negatif dan Bakteri Gram Positif ……… 13 Tabel III. Komposisi Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrak Biji

Buah Pepaya ……… 33 Tabel IV. Hasil Pengecatan Gram dan Pengamatan Morfologi 7 Koloni

Bakteri dari Apusan Plak Gigi ... 40 Tabel V. Hasil Pengamatan Koloni Bakteri Hasil Pemisahan pada

Media Agar ... 42 Tabel VI. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Buah Pepaya terhadap Bacillus sp., Staphylococcus sp., dan Streptococcus sp.

Gram Positif ... 45


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Biji Buah Pepaya ……… 6

Gambar 2. Plak Gigi ………. 9

Gambar 3. Zona Radikal dan Zona Iradikal ... 19 Gambar 4. Diagram Alir Preparasi Sampel dan Ekstraksi Biji

Buah Pepaya ……… .. 26 Ganbar 5. Diagram Alir Pengambilan Apusan dan Isolasi Bakteri

dari Plak Gigi …. ... 28 Gambar 6. Diagram Alir Pengecatan Gram ………... .... 31 Gambar 7. Diagram Alir Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji

Buah Pepaya terhadap Bakteri Hasil Isolasi dari Plak Gigi …… 34 Gambar 8. Koloni Bakteri dari Apusan Plak Gigi ... 39 Gambar 9. Hasil Pengecatan Gram dan Pengamatan Morfologi ... . 40 Gambar 10. Koloni dari Ketiga Bakteri Uji ... .. 43 Gambar 11. Hasil Pengecatan Gram dan Pengamatan Morfologi Bakteri

Hasil Isolasi (Bakteri Uji) ... ... 43 Gambar 12. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Buah

Pepaya (Carica papaya) terhadap Bacillus sp.,

Staphylococcus sp., dan Streptococcus sp. Gram Positif ……… 45


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Pepaya(Carica papaya)... 55 Lampiran 2. Hasil Pemindahan 7 Koloni Bakteri dari Plak Gigi... 56 Lampiran 3. Hasil Pengecatan 7 Koloni Bakteri dari Plak Gigi ... 57 Lampiran 4. Gambar Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji

Buah Pepaya (Carica papaya) terhadap Bacillus sp.

Gram Positif .... ... 59 Lampiran 5. Gambar Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji

Buah Pepaya (Carica papaya) terhadap Staphylococcus sp.

Gram Positif ... 60 Lampiran 6. Gambar Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji

Buah Pepaya (Carica papaya) terhadap Streptococcus sp.

Gram Positif ... 61


(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN

µ L : mikroliter mL : mililiter

mm : milimeter

cm : centimeter

CMC-Na : Natrium Carboxy Methyl Cellulose DDH : Diameter Daya Hambat

LAF : Laminar Air Flow MHA : Mueller Hinton Agar NA : Nutrient Agar

NB : Nutrient Broth


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi merupakan hal yang sangat penting. Apabila kesehatan gigi tidak diperhatikan mengakibatkan penyakit gigi. Penyebab utama penyakit gigi, yaitu plak, yang menyebabkan karies maupun radang periodonsium. Akibat dari penyakit gigi ini tidak hanya kehilangan gigi, namun bakteri dapat menyebar melalui aliran darah ke organ-organ tubuh yang penting lainnya (Zaenab, dkk. 2004). Data Departemen Kesehatan tahun 2007 menunjukkan bahwa 72,1 persen penduduk Indonesia mempunyai pengalaman karies atau gigi berlubang yang 46,6 persen di antaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat (Anonim, 2008).

Plak gigi merupakan kumpulan berbagai macam bakteri di atas pelikel permukaan gigi. Pembentukan plak didahului oleh pelikel yang terdiri dari glikoprotein dari saliva. Di atas pelikel ini akan menempel berbagai macam bakteri yang membentuk koloni (Prijantojo, 1996). Pencegahan penyakit gigi dapat dilakukan dengan mengontrol plak yang terbentuk. Kontrol plak adalah pengangkatan plak gigi dan pencegahan akumulasi plak pada gigi. Kontrol plak dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimiawi. Kontrol plak secara mekanis dilakukan dengan menggunakan sikat gigi atau dental floss, sedangkan secara kimiawi menggunakan obat kumur atau pasta gigi (Sunarintyas,dkk, 2008).


(17)

Untuk pencegahan plak secara optimal, para pakar di bidang Periodontologi melakukan penelitian menggunakan senyawa antibakteri. Pemakaian senyawa antibakteri sebagai obat kumur ataupun pasta gigi mempunyai peran ganda yaitu sebagai pencegahan langsung plak supragingiva dan sebagai terapi langsung terhadap plak subgingiva. Sampai sekarang kontrol plak secara kimia dengan menggunakan senyawa antibakteri dalam obat kumur

berkembang dengan pesat di lingkungan dokter gigi maupun masyarakat ( Prijantojo, 1996).

Selama ini terdapat kendala dalam penggunaan senyawa antibakteri, khususnya dalam terapi gigi, karena adanya peningkatan resistensi dari bakteri patogen. Sebagai contoh, adanya resistensi bakteri terhadap sebagian besar antibiotik yang umum digunakan untuk mengobati infeksi oral seperti penisilin, sefalosporin, eritromisin, tetrasiklin dan turunannya serta metronidazol. Sementara itu agen antibakteri lain yang digunakan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit mulut adalah cetylpyridinium chlorida, chlorheksidin, amina fluorida yang umumnya terdapat dalam pasta gigi

dilaporkan menunjukkan efek samping munculnya noda pada gigi. Etanol yang umumya terkandung dalam obat kumur dilaporkan dapat menimbulkan resiko kanker mulut apabila digunakan dalam jangka panjang (Enzo, 2011).

Mengingat tingginya prevalensi penyakit karies gigi, peningkatan resistensi bakteri terhadap beberapa antibiotik serta efek samping dari beberapa agen antibakteri yang saat ini digunakan dalam terapi gigi maka dibutuhkan alternatif pencegahan dan pengobatan penyakit gigi yang aman dan efektif


(18)

serta ekonomis. Masyarakat Indonesia banyak menggunakan tumbuhan obat sebagai pilihan karena mudah diperoleh, harganya relatif murah dan efek sampingnya kecil. Selain itu pengolahan tumbuhan obat menjadi obat tradisional relatif mudah sehingga dapat dilakukan secara mandiri.

Biji pepaya merupakan salah satu contoh bagian buah yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang berkhasiat sebagai antibakteri. Srivastava et al (2010) menyatakan, ekstrak etanol biji buah pepaya mentah dapat menghambat pertumbuhan Eschericia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Micrococcus luteus dan Pseudomonas aeruginosa dengan diameter daya hambat untuk masing-masing bakteri sebesar 14 mm, 10 mm, 8 mm, 10 mm dan 9 mm.

Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak etanol biji buah pepaya diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid, tanin, flavonoid, saponin dan fenol. Diduga adanya senyawa golongan alkaloid,tanin dan fenol yang berperan dalam aktivitas antibakteri ekstrak biji pepaya terhadap keempat bakteri uji (Okoye, 2011).

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti terdorong untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji buah pepaya matang (Carica papaya) terhadap bakteri pada plak gigi secara in vitro dan dari hasil pengujian akan didapatkan konsentrasi optimum dari ekstrak biji pepaya yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri pada plak gigi.


(19)

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk dan susunan sel dari bakteri yang diisolasi dari plak gigi?

2. Bagaimanakah sifat gram dari bakteri yang diisolasi dari plak gigi?

3. Apakah ekstrak etanol biji buah pepaya (Carica papaya) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari plak gigi?

4. Berapakah konsentrasi optimum ekstrak etanol biji pepaya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari plak gigi?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bentuk dan susunan sel dari bakteri yang diisolasi dari plak gigi.

2. Mengetahui sifat gram dari bakteri yang diisolasi dari plak gigi.

3. Mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol biji buah pepaya (Carica papaya) terhadap pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari plak gigi. 4. Mengetahui konsentrasi optimum ekstrak etanol biji pepaya yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari plak gigi.


(20)

D. Manfaat Penelitian

1. Diharapkan ekstrak biji pepaya dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri alternatif yang berperan dalam pengurangan plak gigi dan pencegahan penyakit gigi.

2. Diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan peneliti lain untuk mengembangkan sediaan senyawa antibakterri alternatif sebagai penunjang pencegahan penyakit gigi.


(21)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pepaya (Carica papaya Linn.)

a. Klasifikasi Ilmiah Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae Ordo : Violales

Familia : Caricaceae Genus : Carica

Spesies : Carica papaya Linn. (Van Steenis,1992) b. Morfologi

Tanaman pepaya merupakan jenis semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus, bulat silindris, di atas bisa bercabang bisa tidak. Sebelah dalam serupa spons dan berongga, di luar terdapat tanda bekas daun yang banyak, tinggi 2,5–10 m. Daun berjejal pada ujung batang dan ujung cabang; tangkai daun bulat silindris, berongga, panjang 25 – 100 cm; helaian daun bulat telur bulat, bertulang daun menjari, bercangap menjari

Gambar 1. Biji Buah Pepaya

(Anonim,2009)


(22)

berbagi menjari, ujung runcing dan pangkal berbentuk jantung, garis tengah 25 – 75 cm, taju selalu berlekuk menyirip tidak beraturan. Bunga hampir selalu berkelamin 1 dan berumah 2, tetapi kebanyakan dengan beberapa bunga berkelamin 2 pada karangan bunga yang jantan. Bunga jantan pada tandan yang serupa malai dan bertangkai panjang; kelopak sangat kecil; mahkota berbentuk terompet, putih kekuningan, dengan tepi yang bertaju 5 dan tabung yang panjang, langsing, taju terputar dalam kuncup; kepala sari bertangkai pendek dan duduk. Bunga betina kebanyakan berdiri sendiri; daun mahkota lepas atau hampir lepas, putih kekuningkuningan, bakal buah beruang 1; kepala putik 5, duduk. Buah buni bulat telur memanjang atau bentuk “peer” (seperti bohlam lampu), berdaging dan berisi cairan. Jumlah biji banyak, dibungkus oleh selaput yang berisi cairan, di dalamnya berduri tempel berjerawat (Van Steenis,1992).

c. Kandungan kimia dan manfaat 1) Daun

Daun pepaya mengandung alkaloid karpain, pseudokarpain dan dehidrokarpain I dan II, kolin, karposid, vitamin C dan E. Penggunaannya sebagai antimalaria, kejang perut, asma, beri-beri dan demam serta membalut luka(daun segar). Daun pepaya muda digunakan sebagai sayuran (Krishna et al.,2008, Prihatman,K.,2000).

2) Buah

Buah pepaya mengandung protein, lemak, serat, karbohidrat, mineral, tiamin, riboflavin, niasin, karoten, vitamin C, dan komponen


(23)

volatil. Selain itu, buah pepaya juga mengandung alkaloid, benzyl β -Dglucoside, dan karpain. Untuk buah pepaya masak penggunaannya

sebagai sumber vitamin C, diuretik, karminatif, disentri, diare kronis dan ekspektoran. Sedangkan untuk buah mentah penggunaannya sebagai laksatif, diuretik, anti bakteri (Astuti dan Krishna et al.,2008).

3) Biji

Biji buah pepaya mengandung asam lemak, protein kasar,serat kasar dan minyak pepaya. Selain itu terkandung juga karpain, benzylisothiocyanate, glucotropacolin, β-sitosterol, karikin dan enzim mirosin. Biji buah pepaya digunakan sebagai obat cacing gelang, gangguan pencernaan, diare, kontrasepsi pria dan penyakit kulit serta pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri (Krishna et al.,dan Sukadana,I., 2008).

4) Getah

Getah pepaya mengandung enzim, papain dan kemopapain, glutamine cyclotransferase, pektin, D-galaktase, L-arabinose, peptidase A

dan B dan lysozymes. Getah pepaya digunakan sebagai antihelmintik, mengurangi dispepsia, mengobati diare, penggunaan topikal untuk luka bakar (Anonim, 2000b, Krishna et al.,2008).


(24)

2. Plak Gigi

Sebelum infeksi dimulai, di atas email gigi terbentuk suatu plak (semacam lempeng). Plak gigi dapat didefinisikan sebagai kumpulan bakteri dan bahan organik pada permukaan gigi. Jasad-jasad renik ini tertanam dalam matriks bahan organik yang sebagian besar terdiri dari protein dan polisakarida yang sebagian berasal dari liur dan sebagian dari hasil metabolisme bakteri. Matriks ini mengikatkan jasad-jasad renik pada permukaan gigi (Pelczar & Chan,1988).

Gambar 2. Plak Gigi

(Anonim, 2011)

Haake et al, 2002 dalam Christianty, 2008 menyatakan plak gigi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis sebagai berikut:

1. Plak supragingival

Plak supragingival terletak pada atas tepi gingiva. Plak supragingival yang berkontak langsung dengan tepi gingiva disebut plak marginal.

2. Plak subgingival

Plak subgingival terletak di bawah tepi gingiva, antara gigi dan jaringan sulcular gingiva.

Komposisi utama plak gigi adalah mikroorganisme. Sedangkan 20-30% bagian plak gigi merupakan matriks materi ekstraselular yang terdiri dari commit to user


(25)

materi organik dan anorganik yang berasal dari saliva, produk-produk bakteri dan sisa makanan. Klaus et al, 1985 dalam Hatta, 2011 melaporkan klasifikasi mikroorganisme yang terdapat pada plak gigi yang dapat dilihat pada tabel I.

Tabel I. Klasifikasi Mikroorganisme pada Plak Gigi BENTUK

GRAM (+) POSITIF GRAM (-) NEGATIF

Anaerob

Fakultatif Anaerob Anaerob Fakultatif Anaerob

Coccus

( bulat )

Streptococcus S. Mutan S. Mitis Staphylococcus Micrococcus Streptococcus S. Intermedius Peptostreptococcus Peptococcus Nesseria Branhamella Veilonnella Acidaminococcus Bacillus

( batang )

Actinomyces A. nauslundii A. viscosus Bacterionema Rothia Lactobacillus Actinomyces A. israelli Arachina Eubacterium Bifidobacterium Propionibacterium Clostridium Actinobacilus Capnocytophaga C. gingivalis C. ochracea C. sputigena Eikenella E. corrodens Campylobacter Haemophilus Bacteroides B. gingivalis B. melaninogenicus B ss.intermedius B ss.melaninogenicus Fusobacterium F. naviforme F. nucleatum

Spirochaeta Treponema

T. denticola T. macrodentium T.oralis

3. Kontrol Plak

Kontrol plak gigi adalah pengangkatan plak gigi dan pencegahan akumulasi plak pada gigi dan yang berbatasan dengan permukaan gusi. Metode pengontrolan plak gigi dikatakan efektif apabila : semua plak gigi terangkat, jumlah plak gigi bekurang sampai di bawah batas ancaman terjadinya penyakit akibat plak gigi dan patogenesitas plak gigi hilang. Ada dua cara untuk mengontrol plak gigi yaitu secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis dilakukan dengan cara menyikat gigi dan penggunaan benang gigi (dental floss) sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan cara mengontrol plak commit to user


(26)

dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang pada umumnya dikombinasikan dalam bentuk sediaan pasta gigi dan obat kumur (Addy, 1986, Haake et al, 2002).

Agen kimiawi untuk kontrol plak antara lain : 1. Antibiotics

2. Enzymes

3. Bisbiguanides

4. Quaterary ammonium compounds

5. Natural compounds

6. Fluorides 7. Metal ions

8. Oxygenating agents

9. Other antiseptics (Addy.1986)

4. Bakteri

Bakteri adalah mikroorganisme uniseluler yang tidak memiliki klorofil, sel bakteri mirip dengan sel tumbuhan atau hewan terdiri atas sitoplasma dan dinding sel. Bakteri berkembang biak dengan cara pembelahan diri, dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop (Dwijoseputro, 1994). Bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi, biokimia dan perwarnaan Gram (bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif).


(27)

Berdasarkan morfologi, yaitu bentuk, ukuran dan susunan sel, bakteri dibagi dalam tiga bentuk utama, yaitu : bulat(coccus), batang(bacillus) dan spiral.

a. Coccus ( bulat )

1) Monococcus : bakteri yang hanya berbentuk satu bulat tunggal. 2) Diplococcus : bakteri berbentuk bulat yang berpasangan. 3) Streptococcus : bakteri berbentuk bulat yang tersusun seperti

rantai.

4) Staphylococcus : bakteri berbentuk bulat yang bergerombol tak teratur seperti untaian buah anggur.

b. Bacillus ( batang )

1) Basil tunggal : bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal. 2) Diplobacillus : bakteri berbentuk batang yang berpasangan. 3) Streptobacillus : bakteri berbentuk batang yang tersusun

memanjang membentuk rantai.

c. Spiral

1) Vibrio : berbentuk batang bengkok atau koma.

2) Spirillum : berbentuk spiral kasar. Sel tubuhnya umumnya kaku. 3) Spirochaeta : berbentuk spiral yang bersifat lentur. (Anonim 1993,

Irianto, 2002).

Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dibedakan menjadi bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Perbedaan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dapat dilihat pada tabel III.


(28)

Tabel III. Perbedaan Bakteri Gram Negatif dan Bakteri Gram Positif ( Anonim,1993 & Irianto, 2002)

Sifat Gram positif Gram negatif

Dinding sel :

- Lapisan peptidoglikan

- Kadar lipid Lebih tebal Lebih tipis

1 – 4% 11 – 22%

Toksin yang dibentuk Eksotoksin endotoksin

Sifat tahan asam Ada yang tahan asam Tidak ada yang tahan asam Sensitifitas terhadap antibiotik Sensitif terhadap penisilin Sensitif terhadap streptomisin Sensitifitas terhadap senyawa alkali Resisten terhadap senyawa alkali

Sensitif terhadap alkali Kelarutannya oleh 1%

KOH

Tidak larut oleh 1% KOH

Larut oleh 1% KOH

Sedangkan berdasarkan teori dasar (Anonim, 1993) perbedaan bakteri Gram positif dengan Gram negatif adalah sebagai berikut :

a). Teori Salton

Teori ini berdasarkan kadar lipid yang tinggi (20%) di dalam dinding sel bakteri negatif Gam. Zat lipid ini larut selama pencucian dengan alkohol. Pori–pori pada dinding sel membesar, sehingga zat warna yang sudah diserap mudah dilepaskan dan bakteri menjadi tidak berwarna. Bakteri positif Gram mengalami denaturasi protein pada dinding selnya oleh pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan beku, por-pori mengecil sehingga kompleks ungu kristal iodium dipertahankan dan sel bakteri tetap berwarna ungu. Bila dinding sel dilarutkan dengan lisosim maka terbentuklah protoplasma. Sel melepaskan kompleks ungu kristal iodium setelah dicuci dengan alkohol. Jadi dinding sel menahan keluarnya zat warna ungu.


(29)

b). Permeabilitas dinding sel

Teori ini berdasarkan tebal tipisnya lapisan peptidoglikan dalam dinding sel. Bakteri gram positif mempunyai susunan sel dinding yang kompak dengan lapisan peptidoglikan yang terdiri dari 30 lapisan. Permeabilitas kurang dan komplek ungu kristal iodium tidak dapat keluar. Bakteri gram negatif mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, hanya 1-2 lapisan dan susunan dinding sel tidak kompak. Permeabilitas dinding sel lebih besar, sehingga masih memungkinkan terlepasnya komplek ungu kristal iodium.

5. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut (Anonim, 2000a).

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim,1986).


(30)

a. Cairan penyari

Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut :

1). Mudah diperoleh

2). Stabil secara fisika dan kimia 3). Bereaksi netral

4). Tidak mudah terbakar

5). Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki 6). Tidak mempengaruhi zat berkhasiat

7). Diperbolehkan oleh peraturan (Anonim,1986).

b. Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi ada 2 tipe yakni cara dingin dan cara panas. Pada penelitian ini digunakan metode ekstraksi cara dingin salah satunya maserasi. Maserasi merupakan penyarian sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Pada umunya, maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan dalam bejana, kemudian dituang dengan 75 bagian cairan penyari. Keuntungan maserasi adalah


(31)

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah dilakukan ( Anonim,1986 ).

6. Senyawa Antibakteri

Antibakteri adalah senyawa atau zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Zat-zat ini dapat diperoleh secara alami, melalui semisintesis, dan melalui modifikasi molekul biosintetik, yang bekerja membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri (Madigan, et al., 2003). Antibakteri ada yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh bakteri dikenal sebagai aktivitas bakterisid (Santoso, 2007). Kriteria zat aktif yang dapat digunakan sebagai antibakteri adalah toksisitas zat aktif bersifat selektif (zat tersebut harus dapat menghambat atau mematikan bakteri seraya menyebabkan kerusakan kecil saja terhadap sel inang atau sama sekali tidak merusak), zat tersebut harus mampu menembus sel dan jaringan inang serta tidak mengubah mekanisme pertahanan alami sel inang tersebut, inang tidak menjadi alergi (sangat peka) terhadap zat aktif, organisme tidak mudah resisten terhadap zat aktif yang digunakan dan zat aktif itu harus mencapai tempat infeksi (Pelczar & Chan, 1988). Mekanisme kerja antibakteri dibagi menjadi 4 mekanisme antara lain :


(32)

a. Penghambatan sintesis dinding sel

Antibakteri ini bekerja pada dinding sel. Oleh karena tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi daripada diluar sel maka kerusakan dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis.

b. Mengganggu fungsi membran sel

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma, yang bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitas selekif, melakukan fungsi pengangkutan aktif, dan dengan demikian mengendalikan susunan dalam dari sel. Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu, makromolekuler dan ion akan lulus dari sel, dan terjadilah kerusakan atau kematian sel.

c. Penghambatan sintesis protein

Antibakteri ini bekerja dengan mengganggu sintesis protein yang dilakukan oleh mRNA dan tRNA yang berlangsung di ribosom.

d. Penghambatan sintesis asam nukleat

Antibakteri ini bekerja menghambat sintesis RNA bakteri atau DNA bakteri (Jawetz et al, 2007).

Antibakteri dapat bekerja secara bakteriostatik maupun bakterisidal. Bakteriostatik merupakan kemampuan menghambat multiplikasi bakteri. Multiplikasi bakteri akan berlangsung kembali jika unsur tersebut tidak ada. Sedangkan bakterisidal merupakan kemampuan mematikan bakteri sehingga bakteri tidak dapat bermultiplikasi meskipun sudah tidak ada hubungan lagi dengan unsur itu (Jawetz et al., Mycek et al.,2001).


(33)

7. Uji aktivitas antibakteri

Salah satu metode pengujian aktivitas antibakteri adalah metode difusi. Metode difusi dapat dilakukan 3 cara yaitu metode silinder, lubang dan cakram kertas. Metode silinder yaitu meletakkan beberapa silinder yang terbuat dari gelas atau besi tahan karat di atas media agar yang telah diinokulasi dengan bakteri. Tiap silinder ditempatkan sedemikian rupa hingga berdiri di atas media agar, diisi dengan larutan yang akan diuji dan diinkubasi. Setelah diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling silinder. Metode lubang yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan peneitian, kemudian lubang diisi dengan larutan yang akan diuji. Metode cakram kertas yaitu meletakkan cakram kertas yang telah direndam larutan uji di atas media padat yang telah diinokulasi dengan bakteri (Kusmiyati,2007). Pada metode difusi juga dikenal dua macam zona hambat yaitu :

a. Zona Radikal

Merupakan suatu daerah di sekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan pertumbuhan bakteri. Potensi antibakteri tersebut diukur dengan menggunakan diameter zona radikal tersebut.

b. Zona Irradikal

Merupakan suatu daerah di sekitar disk dimana pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibakteri tetapi tidak dimatikan. Di sini akan


(34)

terlihat pertumbuhan yang kurang subur dibanding dengan daerah di luar pengaruh antibakteri tersebut (Pelczar & Chan, 1988).

Gambar 3. Zona Radikal dan Zona Iradikal (Stephen.,2005)

Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur zona hambat. Makin besar zona hambatan, makin peka bakteri uji tersebut. Menurut Davis dan Stout (1971) bila diameter daerah hambatan 5mm atau kurang maka aktifitas penghambatannya dikategorikan lemah, 5-10 mm dikategorikan sedang, 10-19 mm dikategorikan kuat dan 20 mm atau lebih dikategorikan sangat kuat.


(35)

B. Kerangka Pemikiran

Biji buah pepaya (Carica papaya) merupakan salah satu bagian tumbuhan yang memiliki khasiat antibakteri. Diketahui dari penelitian sebelumnya, ekstrak biji pepaya dapat menghambat pertumbuhan Eschericia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Micrococcus luteus dan Pseudomonas aeruginosa secara in vitro. Biji buah pepaya mengandung senyawa metabolit sekunder yang

berperan dalam aktivitas antibakteri yakni alkaloid, tanin dan fenol.

Plak gigi merupakan agen terbesar penyebab karies gigi. Pencegahan penyakit gigi dapat dilakukan dengan mengontrol pembentukan plak gigi salah satunya dengan penggunaan obat kumur yang mengandung senyawa antibakteri. Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji pepaya terhadap bakteri hasil isolasi koloni bakteri apusan plak gigi dengan metode difusi padat yakni metode sumuran. Ekstrak didapatkan dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%.


(36)

C. Keterangan Empiris

Tanaman pepaya ( Carica papaya ) merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Secara tradisional biji buah pepaya dimanfaatkan sebagai demam tifoid, diare dan penyakit kulit.

Berdasarkan penelitian Srivastava,et al. (2010), ekstrak etanol 70% biji pepaya mentah dengan konsentrasi 100µg/mL dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis, Micrococcus luteus, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dengan diameter zona hambat masing-masing

sebesar 14 mm, 10 mm, 10 mm, 9 mm, dan 8 mm.


(37)

22 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif. Data berupa aktivitas antibakteri ekstrak biji buah pepaya terhadap bakteri yang terdapat pada plak gigi. Bakteri uji ini merupakan hasil isolasi dari bakteri pada plak gigi yang ditinjau dari bentuk dan susunan sel serta sifat gramnya.

B. Alat yang Digunakan 1. Ekstraksi

Seperangkat alat maserasi, grinder, timbangan analit, kertas saring, kain flanel, corong kaca, ayakan nomor 40 dan 60, batang pengaduk, vacuum rotary evaporator (Stewart®), lemari es, gelas beker, gelas ukur, kaca arloji, waterbath, oven, cawan porselen.

2. Preparasi alat dan pembuatan media bakteri

Autoclave (Sturdy®), LAF cabinet (Labconco®), erlenmeyer, gelas ukur, kompor listrik (Labortechnik®), batang pengaduk, timbangan analit (Mettler Toledo®), oven (Memmert®).

3. Pengambilan Apusan dan Isolasi Bakteri Uji

Cotton Budd steril, cawan petri, tabung reaksi, handscoon, bunsen burner, jarum ose, inkubator (P-Selecta®), masker, botol flakon, LAF cabinet (Labconco®).


(38)

4. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji

Labu erlenmeyer, jarum ose, shaker (Labortechnik®), LAF cabinet (Labconco®), tabung reaksi (Pyrex®), gelas ukur,

5. Pengecatan Gram dan Pemisahan Koloni Bakteri

Kertas label, handscoon, masker, jarum ose, object glass, degglass, tabung reaksi, bunsen burner, mikroskop (Olympus CX-21®), pipet tetes, spidol, cawan petri.

6. Uji Aktivitas Antibakteri

Tabung reaksi (Pyrex®), rak tabung reaksi, cawan petri, ose, yellow tip, 1 set mikro pipet digital 10µ L-100µ L (Masterpette®), bunsen burner, gelas ukur,, pelubang gabus, autoklaf, Laminar Air Flow (LAF) cabinet (Labconco®), inkubator, jangka sorong digital (Bdq®). Labu erlenmeyer, jarum ose, shaker (Labortechnik®).

C. Bahan yang Digunakan 1. Bahan Utama

Biji buah pepaya matang (Carica papaya Linn) yang diperoleh dari pedagang buah di Pasar Gede, Surakarta.

2. Cairan Penyari Etanol 70% (teknis) 3. Bakteri Uji

Hasil isolasi bakteri dari apusan plak gigi.


(39)

4. Pengambilan Apusan dan Isolasi Bakteri

Alkohol 70%, akuades steril, larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) steril, Media NA (Nutrient Agar) (Merck®) dan media agar darah steril. 5. Pembuatan Stok Bakteri

Media NA (Nutrient Agar) steril, akuades. 6. Pengecatan Gram

Bakteri yang diambil dari koloni apusan plak, cat gram A, cat gram B, cat gram C, cat gram D, tissue, kapas.

7. Uji Aktivitas Antibakteri

Media MHA (Mueller Hinton Agar) (Merck®), akuades steril, etanol 70%, larutan CMC 0,1%, larutan amoksisilin 0,03%, kapas, Media NB (Nutrient Broth) (Merck®) steril, akuades.

D. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada Mei – Agustus 2012 2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Pusat Sub Lab Mikrobiologi UNS dan Laboratorium Teknologi Farmasi FMIPA UNS.


(40)

E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian ini meliputi determinasi dan preparasi sampel, pembuatan ekstrak, penyiapan alat dan pembuatan media, pengambilan apusan plak gigi, isolasi bakteri apusan plak gigi dan pengecatan gram serta uji aktivitas antibakteri secara in vitro.

1. Determinasi dan Preparasi Sampel (biji buah pepaya)

Langkah ini bertujuan untuk memastikan kebenaran sampel biji buah papaya (Carica papaya Linn), dengan mencocokkan ciri-ciri morfologis yang ada pada biji buah dan tanaman papaya (Carica papaya Linn) terhadap kepustakaan,yakni buku Flora, yang dibuktikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Setia Budi, Mojosongo-Surakarta.

Biji buah pepaya matang yang telah dipisahkan dari bagian buah lainnya (sortasi basah) kemudian diambil dicuci di bawah air mengalir, ditiriskan dan dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan dijemur di bawah sinar matahari dan dilapisi dengan kain hitam atau dioven pada suhu 30-50ºC. Simplisia dipisahkan dari pengotor-pengotor (sortasi kering). Simplisia biji buah pepaya selanjutnya dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan nomor 40/60.

2. Ekstraksi

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi yakni serbuk simplisia biji pepaya sebanyak 700 gram dimasukkan dalam bejana dan direndam dalam etanol 70% selama 3 hari sambil diaduk sesekali. Hasil


(41)

maserasi (maserat) disaring dengan menggunakan kertas saring. Lalu filtrat (ekstrak) yang didapat dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hingga seluruh pelarut terbuang. Apabila ekstrak yang didapat kurang kental atau pekat, ekstrak selanjutnya dapat diuapkan menggunakan waterbath hingga didapat ekstrak kental. Ekstrak biji buah pepaya kemudian disimpan di dalam lemari es. Diagram alir preparasi sampel dan ekstraksi dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Preparasi Sampel dan Ekstraksi Biji Buah Pepaya

Biji buah pepaya

Dicuci

Dikeringkan

Dihaluskan dan diayak dengan ayakan 40/60 mesh

Serbuk simplisia biji pepaya

Maserasi dengan etanol 70% selama 3 hari

Disaring

Pemisahan pelarut dengan

vacuum rotary evaporator

Dipekatkan dengan waterbath

Ekstrak etanol biji buah pepaya


(42)

3. Penyiapan Alat dan Pembuatan Media

Alat yang dipakai adalah alat yang dipinjam dari Laboratorium Biologi Pusat Sub Lab Mikrobiologi UNS dan Laboratorium Teknologi Farmasi FMIPA UNS. Alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121oC pada tekanan 1atm selama 15 menit.

Media dibuat dengan formulasi sesuai dalam kemasan. Media NA dibuat dengan cara melarutkan 2 gram NA dalam 100mL akuades. Media NB dibuat dengan cara melarutkan 0,4 gram NB kedalam 50mL akudes. Media MHA dibuat dengan cara melarutkan 11,4 gram bubuk media MHA dilarutkan dalam 300mL akuades.

Pembuatan media dibantu dengan proses pemanasan untuk mempercepat pelarutan. Selanjutnya media disterilisasi menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm.

4. Pengambilan Apusan dan Isolasi Bakteri

Apusan diambil dari plak gigi sukarelawan dengan cara mengusap plak gigi menggunakan cotton budd steril. Apusan plak dilarutkan dalam larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) yang kemudian ditanam dan diratakan pada media NA menggunakan metode streak plate dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Masing-masing koloni yang tumbuh dipindahkan di media NA dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Kemudian tiap-tiap koloni yang telah dipilih diambil 1 ose dipindahkan ke media NA dan diinkubasi. Diambil 1 mata ose bakteri dan ditanam di media agar miring sebagai stok bakteri untuk dilakukan pengecatan gram dan pengamatan morfologi. Apabila


(43)

hanya terdapat satu jenis bakteri maka langsung dibuat stok bakteri uji. Namun apabila ditemukan lebih dari satu jenis koloni bakteri dalam satu petri maka terlebih dahulu dilakukan isolasi menggunakan media yang sesuai. Diagram alir pengambilan apusan dan isolasi bakteri dari plak gigi dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Pengambilan Apusan dan Isolasi Bakteri dari Plak Gigi

Apusan plak gigi

Ditanam di media NA dengan metode spread

Diinkubasi 24 jam pada 37ºC

Diamati koloni yang tumbuh Dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9%

Masing-masing koloni dipindah ke media NA

Diinkubasi 24 jam pada 37ºC

Dipindah ke media agar miring Pengecatan Gram dan pengamatan morfologi

1 koloni bakteri 1 > koloni bakteri

Stok bakteri uji Pemisahan koloni (isolasi)


(44)

5. Pengecatan Gram

Langkah awal pengecatan gram adalah membersihkan object glass dan degglass dengan alkohol dan diberi label di bagian ujung object glass untuk membedakan bakteri yang akan dicat. Bagian bawah object glass diberi tanda bulatan berdiameter ± 1cm dengan spidol (sebagai daerah pengecatan bakteri). Pada sisi sebaliknya diteteskan 1 tetes akuades di daerah bulatan kemudian diambil 1 ose biakan bakteri secara aseptis dan diletakkan di daerah bulatan lalu diratakan.

Setelah itu dilakukan proses fiksasi dengan cara melewatkan object glass diatas nyala api hingga kering. Setelah difiksasi, preparat ditetesi

dengan cat gram A dan dibiarkan selama 1-3 menit. Cat gram A dibuang dengan cara diserap menggunakan tisu kemudian dicuci di bawah air mengalir dan dikeringkan.

Preparat digenangi cat gram B dan dibiarkan selama 1 menit kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan. Object glass dimiringkan dan ditetesi cat gram C selama 30 detik (hingga warna hilang) kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Preparat digenangi cat gram D dan dibiarkan selama 2 menit kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan.


(45)

Tahap selanjutnya adalah pengamatan preparat di bawah mikroskop. Preparat ditutup dengan degglass yang sebelumnya diberi minyak emersi selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000x. Sel bakteri diamati bentuk dan warnanya. Sel bakteri berwarna merah muda menunjukkan bakteri Gram negatif sedangkan sel bakteri berwarna biru-ungu menunjukkan bakteri Gram positif. Diagram alir pengecatan Gram dapat dilihat pada gambar 6.


(46)

Gambar 6. Pengecatan Gram

diperoleh

diamati Degglass Mikroskop perbesaran kuat

Morfologi bakteri, Gram negatif (merah muda), Gram positif (biru-ungu) dicuci cepat, dikering-anginkan, ditutup

dikering-anginkan, ditetesi

dicuci air, dikering-anginkan, ditetesi dibuang tanpa dicuci air, digenangi ditetesi

diletakkan

1 tetes aqua 1 ose biakan

bakteri diperoleh digenangi diratakan Preparat kering dilewatkan didapat

Cat gram A selama 1-3 menit Bulatan noda

Nyala api Object Glass terbalik

digambar diberi dibersihkan

dibalik Object

Glass Label

Bulatan diameter ±1cm

Daerah pengecatan mikroba Alkohol

Cat Gram C selama 30 detik himgga warna hilang

Cat Gram D selama 2 menit Cat Gram B selama 1 menit


(47)

6. Uji Aktivitas Antibakteri

Langkah-langkah pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji pepaya adalah sebagai berikut :

a. Penyiapan alat

Alat uji yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121ºC, tekanan 1atm selama 15 menit.

b. Pembuatan stok bakteri uji

Membiakkan bakteri uji yang diambil dari hasil isolasi bakteri plak gigi ke dalam media agar miring atau media yang diperkaya dalam tabung reaksi yang kemudian diinkubasi pada suhu 35-37ºC selama 24 jam.

c. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji

Bakteri yang akan diuji disuspensikan dengan cara mengambil 1 mata ose stok kultur bakteri uji dan menumbuhkannya dalam media NB, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C dengan shaker.

d. Pembuatan Suspensi CMC-Na 0,1% b/v

Suspensi CMC-Na 0,1% b/v dibuat dengan cara melarutkan 0,05 gram serbuk CMC-Na dilarutkan dalam 50 ml aquadest. Kemudian disterilisasi. e. Pembuatan seri konsentrasi ekstrak etanol biji papaya

Seri konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya dibuat dengan cara mengambil sejumlah (gram) ekstrak biji buah pepaya sesuai dengan konsentrasi yang dibuat. Kemudian ekstrak ditambahkan suspensi CMC-Na 0,1% hingga volume larutan mencapai 2mL. komposisi pembuatan seri konsentrasi ekstrak sebagai berikut :


(48)

Tabel IV. Komposisi Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrak Biji Buah Pepaya

Konsentrasi (%) Ekstrak (gram) CMC-Na 0,1%(mL)

0 0 ad 2

10 0,2 ad 2

20 0,4 ad 2

30 0,6 ad 2

40 0,8 ad 2

50 1,0 ad 2

60 1,2 ad 2

70 1,4 ad 2

80 1,6 ad 2

90 1,8 ad 2

f. Pembuatan Larutan Kontrol

Kontrol yang digunakan pada uji aktivitas antibakteri ini terdiri dari kontrol suspensi CMC-Na 0,1% , kontrol etanol 70 % serta kontrol antibiotik (Amoksisilin) 0,03 %. Kontrol amoksisilin dibuat dengan cara melarutkan 0,03 gram dalam 10 mL akuades steril.

g. Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi padat dan tehnik penanaman bakteri menggunakan tehnik pour plate. Tahap pengujiannya sebagai berikut :

1) Menyiapkan media uji MHA disterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit kemudian didinginkan hingga 40°C.

2) Suspensi bakteri uji dicampurkan secara aseptis ke dalam media MHA yang bersuhu 40°C dengan perbandingan 1:100 (bakteri : media) kemudian dihomogenkan.

3) Menuang media ke dalam cawan petri sebanyak 15 mL dan dibiarkan memadat.


(49)

4) Membuat lubang sumuran dengan menggunakan pelubang gabus dengan diameter lubang sebesar 6 mm pada media padat.

5) Memasukkan 20 µ L seri konsentrasi ekstrak dan larutan kontrol ke dalam masing-masing lubang, kemudian diberi label dan diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 24 jam. Masing-masing konsentrasi ekstrak dan larutan kontrol dilakukan replikasi sebanyak 2 kali.

6) Mengukur diameter daya hambat dengan pengukuran dari 3 sisi tiapmlubang. Kemudian nilai diameter dirata-rata.

7) Membandingkan nilai diameter daya hambat antar bakteri uji. Diagram alir pengujian aktivitas antibakteri dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Buah Pepaya terhadap Bakteri Hasil Isolasi dari Plak Gigi

Suspensi bakteri

Dicampur ke media MHA bersuhu 40-50ºC

Dituang ke petri

masing-masing 15 mL Media memadat

Dibuat lubang sumuran dengan diameter 6mm

Dimasukkan 20 µL seri konsentrasi ekstrak dan larutan kontrol

Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC Replikasi 2 kali

Diukur diameter daya hambat


(50)

F. Analisis Hasil

Hasil berupa bakteri hasil isolasi dari apusan plak gigi yang dianalisa dari bentuk dan susunan sel serta sifat gramnya yang kemudian digunakan sebagai bakteri uji aktivitas antibakteri. Hasil dianalisa secara deskriptif dengan mengukur diameter daya hambat pada uji aktivitas antibakteri. Apabila diameter daya hambat yang terbentuk berupa lingkaran sempurna maka pengukuran cukup dilakukan 1-2 kali. Sedangkan apabila diameter daya hambat yang terbentuk berupa lingkaran yang tidak sempurna maka pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Makin besar nilai diameter daya hambat dapat menunjukkan ekstrak etanol biji buah pepaya memiliki aktivitas antibakteri yang optimal.


(51)

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi dan Pengumpulan Sampel

Determinasi tanaman dilakukan di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Setia Budi, Mojosongo-Surakarta. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam famili Caricaceae dan merupakan spesies Carica papaya. Hasil determinasi dapat dilihat di Lampiran 1. Biji buah pepaya diambil dari buah pepaya matang. Sampel biji yang digunakan sejumlah 3kg berat basah.

B.Ekstraksi

Biji buah pepaya disortasi, dicuci, ditiriskan dan dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan dua macam cara yakni pengeringan alamiah dan pengeringan buatan. Pengeringan alamiah dilakukan dengan cara menjemur biji di bawah sinar matahari dan dilapisi dengan kain hitam sedangkan pengeringan buatan dilakukan dengan dioven pada suhu 40-50ºC hingga biji kering optimal. Proses pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air dan menghentikan reaksi enzimatik yang mungkin dapat menguraikan senyawa bioaktif dan menurunkan mutu atau merusak simplisia. Simplisia kering akan lebih awet, tidak rusak dan dapat digunakan atau disimpan dalam jangka waktu relatif lama

Penggunaan kain hitam pada proses pengeringan alamiah bertujuan menyerap panas sinar matahari dan menghalangi sinar UV dari matahari


(52)

mengenai biji buah pepaya secara langsung. SinarUV dapat merusak senyawa aktif yang terkandung dalam bagian tanaman yang dipanen. Biji buah pepaya yang telah kering disebut simplisia biji buah pepaya. Simplisia biji dipisahkan dari bahan asing seperti bagian tanaman selain biji yang masih tertinggal. Proses ini disebut sortasi kering. Simplisia biji buah pepaya diserbuk atau dihaluskan menggunakan alat penggiling. Penyerbukan ini bertujuan untuk memperluas permukaan partikel yang berinteraksi dengan pelarut sehingga penetrasi pelarut ke dalam jaringan tanaman berlangsung efektif, hal ini mempermudah melarutkan metabolit sekunder serta senyawa lainnya sehingga dapat terekstrak dengan sempurna (Cannel,1998). Serbuk simplisia biji buah pepaya diayak untuk menyeragamkan ukuran serbuk sehingga interaksi antar serbuk dengan pelarut sama. Hasil pengayakan didapatkan serbuk simplisia biji buah pepaya sebesar 700 gram.

Proses ekstraksi pada penelitian ini, menggunakan etanol 70% sebagai cairan penyari sesuai penelitian Srivastava et al (2010) yang menyatakan bahwa ekstrak biji pepaya mentah dengan pelarut etanol 70% dapat menghambat berbagai jenis bakteri. Etanol bersifat inert, tidak toksik, mudah didapat. Selain itu etanol 70% bersifat polar sehingga efektif menyari senyawa polar yang terkandung dalam biji pepaya.

Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah maserasi. Selain sederhana dan mudah dilakukan, metode ini efektif untuk menjaga kualitas senyawa bioaktif yang tidak tahan panas. Maserasi dilakukan selama 3 hari disertai pengadukan yang bertujuan untuk mempermudah kontak pelarut pada


(53)

rongga sel tumbuhan, sehingga senyawa yang terkandung di dalamnya dapat ditarik keluar oleh pelarut. Pengadukan dapat menimbulkan sirkulasi pelarut sehingga ekstraksi dapat berlangsung optimal (Ristiningsih, 2009). Hasil maserasi disaring menggunakan kain flanel dan didapatkan filtrat yang berwarna coklat kehitaman. Filtrat dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator dengan suhu 55ºC dan kecepatan putar 5rpm. Proses pengentalan dilanjutkan dengan menggunakan waterbath sehingga didapatkan ekstrak kental sejumlah 24,86 gram.

C. Pengambilan Apusan Plak Gigi dan Pembiakan

Spesimen plak gigi diambil dari plak gigi dua pasien di Medical Center UNS dengan bantuan dokter gigi. Pengambilan sampel dilakukan secara aseptis. Masing-masing pasien diambil plak giginya pada bagian atas sebelah kanan dan kiri. Plak yang diambil adalah plak supragingival yakni plak yang terdapat di atas atau tepi gusi. Plak pada posisi tersebut mudah terlihat sehingga memudahkan proses pengambilannya. Plak gigi yang telah diambil selanjutnya dilarutkan dalam garam fisiologis (NaCl 0,9%) untukmengaktifkan (refresh) kembalisel-sel bakteri hasil apusan, melarutkan komponen plak gigi sehingga memudahkan pengapusannya ke media NA sebagai media biakan. Biakan apusan diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24jam.


(54)

D. Isolasi dan Pengecatan Gram Bakteri Plak Gigi

Dari total pertumbuhan biakan apusan plak gigi, dipilih 7 koloni yang berbeda kemudian dipisahkan dan ditanam di media NA. Pemilihan koloni didasarkan pada perbedaan bentuk dan warna koloni. Biakan koloni dibuat stok dalam media agar miring untuk dilakukan pengecatan gram. Koloni bakteri apusan plak gigi dan hasil pengecatan gram dapat dilihat di Gambar 4 dan Gambar 5 serta Tabel V.

Gambar 8. Koloni bakteri dari apusan plak gigi


(55)

Tabel V. Hasil Pengecatan Gram dan Pengamatan Morfologi7 Koloni Bakteri dari Apusan Plak Gigi

Tabung

Hasil Pengecatan

Jenis Bakteri Media Isolasi Tahap II Bentuk Sel Susunan Sel Sifat

Gram

A Coccus

(Bulat)

Bergerombol

Positif Staphylococcus sp. Agar Darah

Berderet Streptococcus sp.

B Coccus

(Bulat)

Bergerombol

Positif Staphylococcus sp. Agar Darah

Berderet Streptococcus sp.

C Coccus

(Bulat)

Bergerombol

Positif Staphylococcus sp. Agar Darah

Berderet Streptococcus sp.

D Coccus

(Bulat)

Bergerombol

Positif Staphylococcus sp. Agar Darah

Berderet Streptococcus sp.

E Coccus

(Bulat) Berderet Positif Streptococcus sp. - F

Coccus

(Bulat) Berderet

Positif

Streptococcus sp.

Nutrient Agar

(NA) Bacillus

(Batang) Berderet Bacillus sp.

G Coccus

(Bulat) Berderet Positif Streptococcus sp. -

a. Tabung B b. Tabung E

c. Tabung F

Gambar 9. Hasil Pengecatan Gram dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri dari Apusan Plak Gigi


(56)

Proses pengecatan gram menggunakan 4 macam cat. Cat A yang terdiri dari kristal violet, alkohol dan amonium oksalat berfungsi sebagai pewarna primer. Cat B yang terdiri dari iodium, kalium iodida berfungsi sebagai penguat warna. Cat C yang terdiri dari aseton dan alkohol 90% berfungsi sebagai peluntur dan pembeda. Cat D yang terdiri dari safranin, alkohol dan akuades berfungsi sebagai pewarna kontras. Hasil pengecatan gram menunjukkan bahwa terdapat tiga bakteri yang semuanya bersifat Gram positif dengan parameter sel berwarna ungu (Pelczar & Chan,1988). Bakteri Gram positif dapat berwarna ungu karena memiliki dinding sel yang lebih tebal dengan kandungan lemak lebih sedikit dan peptidoglikan yang lebih banyak dibandingkan dengan bakteri Gram negatif. Pada pemberian alkohol, dinding sel bakteri mengalami dehidrasi sehingga ukuran pori-pori dan permeabilitas dinding sel berkurang dan warna ungu (primer) tidak luntur dan sel tetap berwarna ungu (Tarigan, 1988).

Dari hasil pengamatan morfologi,dalam satu stok biakan terdapat dua jenis koloni bakteri sehingga dilakukan isolasi untuk mendapatkan koloni tunggal. Isolasi bakteri menggunakan media agar darah dan media Nutrient Agar. Media agar darah merupakan media diferensial untuk membiakkan Streptococcus sp. karena Streptococcus mempunyai sifat khas yaitu mampu menghemolisis darah sedangkan Staphylococcus tidak dapat menghemolisis darah. Adanya aktivitas hemolisis darah ditunjukkan dengan munculnya zona bening di sekitar pertumbuhan Streptococcus sp. (Jawetz et al,2005). Media Nutrient Agar digunakan untuk memisahkan Bacillus dengan Streptococcus. Pada media NA, Bacillus mempunyai ciri koloni yang khas, umumnya berwarna krem keputihan commit to user


(57)

atau krem kekuningan, pinggiran yang rata dapat menjadi bergelombang atau tidak beraturan ketika umur sel bertambah. Koloni muda dapat berbentuk bulat, atau tidak beraturan dengan permukaan licin pada koloni umur 24-48 jam,tetapi menjadi kering, berpati (starchy) dan berkerut pada usia koloni yang lebih tua (Jamilah, 2011). Kemudian untuk memastikan bentuk dan susunan sel serta sifat Gram ketiga bakteri dilakukan pengecatan Gram kembali. Hasil pengecatan Gram dan pengamatan morfologi dapat dilihat pada Gambar 7.

Tabel VI. Hasil Pengamatan Koloni Bakteri Hasil Pemisahan pada Media Agar

No. Bakteri Bentuk

Koloni Tepi Koloni

Warna Koloni

Media

Biakan Keterangan

1. Bacillus sp. Bulat Bergelombang Krem

keputihan

Nutrient Agar

-

2. Staphylococcus

sp. Bulat Rata

Krem keputihan Agar Darah Tidak menghemo-lisa darah

3. Streptococcus

sp. Bulat Rata

Putih kekuningan Agar Darah Menghemo-lisa darah


(58)

Gambar 10. Koloni dari ketiga Bakteri Uji

a) Bacillus sp. b) Staphylococcus sp.

c) Streptococcus sp.

Gambar 11. Hasil Pengecatan Gram Bakteri Hasil Isolasi (Bakteri Uji)


(59)

E. Uji Aktivitas Antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji buah pepaya menggunakan media MHA (Mueller Hinton Agar) dikarenakan memiliki kandungan nutrisi yang cukup untuk kultur kebanyakan spesies bakteri. Mueller Hinton (MH) menunjukkan hasil keterulangan tinggi yang baik. MHA juga direkomendasikan oleh FDA (Food and Drug Administration), WHO (World Health Organization), NCCLS (National Comitte for Clinical Laboratory

Standards) untuk uji terhadap kontaminasi bakteri aerob dan bakteri fakultatif

anaerob pada makanan dan alat-alat kesehatan. Mueller Hinton (MH) telah digunakan sebagai standarisasi uji kepekaan antibakteri seperti yang dinyatakan oleh Bauer et al (1966).Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran. Metode ini digunakan karena lebih mudah mengukur luas daerah hambat yang terbentuk karena efek penetrasi senyawa aktif tidak hanya di permukaan atas media tetapi juga sampai ke bawah (Listari, 2009).

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji buah pepayaterhadap Bacillus sp, Staphylococcus sp dan Streptococcus sp. gram positif dapat dilihat

pada tabel VII.


(60)

Tabel VII. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Buah Pepaya terhadap

Bacillus sp. , Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. Gram Positif

Konsentrasi Ekstrak (% b/v)

Diameter Daya Hambat (mm)

Bacillus sp.

Staphylococcus sp.

Streptococcus sp.

Radikal Irradikal

0 - - - -

10 - - - 3,773

20 - - 1,963 5,257

30 2,802 1,433 10,659 7,023

40 3,263 1,757 11,245 6,173

50 3,812 3,143 12,987 6,105

60 3,582 3,053 12,494 6,013

70 3,972 3,460 14,945 5,827

80 3,925 3,328 13,025 4,577

90 3,320 4,59 15,537 5,008

Larutan Kontrol

CMC-Na 0,1% - - -

Etanol 70% - - -

Amoksisilin 0,03% 4,882 5,71 30,193

Keterangan :

Diameter daya hambat terbesar

a) Bacillus sp. b) Staphylococcus sp.

c) Streptococcus sp.

Gambar 12. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Buah Pepaya

(Carica papaya) terhadap Bacillus sp., Staphylococcus sp. dan


(61)

Pada Staphylococcus sp., terbentuk dua daerah hambat yakni daerah hambat bening (radikal) dan daerah hambat yang keruh yang menunjukkan masih ada sedikit pertumbuhan koloni bakteri (irradikal). Terbentuknya dua daerah hambat dalam satu lubang dapat disebabkan kultur bakteri yang masih campuran (Stephen & Cavalieri, 2005). Kemungkinan terdapat lebih dari 1 jenis bakteri Staphylococcus dalam kultur bakteriuji. Nilai diameter daya hambat yang

digunakan untuk diinterpretasikan dan dibandingkan dengan bakteri lain adalah nilai diameter daerah radikal. Hal ini dikarenakan pada kedua bakteri uji yang lain hanya terdapat daerah radikal dan daerah radikal menunjukkan penghambatan pertumbuhan bakteri secara nyata dan jelas.

Penentuan daya atau potensi hambat ekstrak etanol biji buah pepaya terhadap bakteri pada plak gigi berdasarkan Davis & Stout (1971) serta hasil pengukuran diameter daya hambat, menunjukkan ekstrak etanol biji buah pepaya memiliki daya hambat lemah terhadap Bacillus sp., Staphylococcus sp. dan memiliki daya hambat sedang terhadap Streptococcus sp. Perbedaan nilai diameter daya hambat antara ketiga bakteri uji menunjukkan ketiga bakteri uji memiliki perbedaan kepekaan terhadap senyawa antibakteri. Menurut Durmas et al.(2006), perbedaan aktivitas antibakteri suatu zat antibakteri tergantung pada

tipe ekstrak, spesies tanaman, dan spesies bakteri itu sendiri.

Pada umumnya, diameter daya hambat cenderung meningkat sebanding dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Tetapi hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan diameter daya hambat pada beberapa konsentrasi ekstrak yang lebih besar. Menurut Elifah (2010), diameter daya hambat tidak selalu naik


(62)

sebanding dengan naiknya konsentrasi antibakteri. Hal ini terjadi dimungkinkan karena perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri pada media agar. Richardson et al. (1986) menyatakan, jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri yang berbeda akan memberikan diameter daya hambat yang berbeda pada lama waktu tertentu.

Kontrol etanol 70% dan kontrol CMC-Na tidak menunjukkan adanya zona hambat. Hal ini membuktikan bahwa etanol 70% dan larutan CMC-Na 0,1% tidak berpengaruh pada uji antibakteri. Kontrol Amoksisilin 0,03% memiliki diameter hambat terbesar. Aktifitas penghambatannya tergolong dalam kategori aktivitas sangat kuat terhadap Streptococcus sp. aktivitas lemah terhadap Bacillus sp. dan aktivitas sedang terhadap Staphylococcus sp. Amoksisilin merupakan turunan penisilin yang mempunyai spektrum luas (dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif). Mekanisme kerja amoksisilin adalah menghambat sintesis dinding sel bakteri (Mycek et al.,1997). Amoksisilin merupakan antibiotik semisintetik yang mengandung cincin β-laktam. Cincin β -laktam merupakan analog struktural dari L-alanin-D-alanin alami yang secara kovalen diikat oleh PBP (Protein Pengikat Penisilin) pada situs aktif. Setelah amoksisilin terhubung pada PBP, reaksi transpeptidase dapat dihambat. Akibatnya dinding sel lemah dan karena turgor dari dalam, dinding sel akan pecah sehingga bakteri mati (Katzung, 2001).

Nilai diameter daya hambat (DDH) kontrol Amoksisilin 0,03% tergolong kecil. Hal ini dapat disebabkan penggunaan pelarut dalam pembuatan larutan amoksisiln kurang tepat yang berakibat amoksisilin kurang larut atau tidak larut


(63)

sempurna sehingga kerja amoksisilin kurang optimal. Pada penelitian ini, aquades steril digunakan sebagai pelarut larutan kontrol amoksisilin. Menurut Farmakope Indonesia edisi keempat (1995) kelarutan amoksisilin adalah sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam kloroform, karbon tetraklorida dan benzena. Menurut Ricouleau (2006), Amoksisilin dapat larut dan stabil dalam larutan buffer pH 8. Pada penelitian ini, pelarut kontrol Amoksisilin menggunakan akuades steril, yang umumnya memiliki pH 7 atau netral. pH pelarut yang lebih kecil dari pH 8 menyebabkan kurang larutnya amoksisilin dalam akuades dan daya antibakteri amoksisilin kurang optimal.


(64)

49

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Bentuk dan susunan sel bakteri yang diisolasi dari plak gigi antara lain : batang (Bacillus sp.), bulat bergerombol (Staphylococcus sp.) dan bulat berantai (Streptococcus sp.).

2. Ketiga bakteri yang diisolasi dari plak gigi merupakan bakteri gram positif. 3. Ekstrak etanol biji buah pepaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap

pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari plak gigi.

4. Konsentrasi ekstrak etanol biji buah pepaya yang optimal menghambat bakteri uji adalah konsentrasi 30% terhadap Streptococcus sp., 70% terhadap Staphylococcus sp. dan 90% terhadap Bacillus sp.

B. Saran

1. Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai spesies bakteri pada plak gigi. 2. Perlu dilakukan partisi, isolasi dan purifikasi terhadap golongan senyawa ekstrak

etanol biji buah pepaya dan aktifitas antibakterinya.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan pembanding antibiotik lain dan pelarut yang sesuai.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme penghambatan senyawa antibakteri ekstrak etanol biji buah pepaya.


(1)

E. Uji Aktivitas Antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji buah pepaya menggunakan media MHA (Mueller Hinton Agar) dikarenakan memiliki kandungan nutrisi yang cukup untuk kultur kebanyakan spesies bakteri. Mueller Hinton (MH) menunjukkan hasil keterulangan tinggi yang baik. MHA juga direkomendasikan oleh FDA (Food and Drug Administration), WHO (World Health Organization), NCCLS (National Comitte for Clinical Laboratory Standards) untuk uji terhadap kontaminasi bakteri aerob dan bakteri fakultatif anaerob pada makanan dan alat-alat kesehatan. Mueller Hinton (MH) telah digunakan sebagai standarisasi uji kepekaan antibakteri seperti yang dinyatakan oleh Bauer et al (1966).Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran. Metode ini digunakan karena lebih mudah mengukur luas daerah hambat yang terbentuk karena efek penetrasi senyawa aktif tidak hanya di permukaan atas media tetapi juga sampai ke bawah (Listari, 2009).

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji buah pepayaterhadap Bacillus sp, Staphylococcus sp dan Streptococcus sp. gram positif dapat dilihat pada tabel VII.


(2)

Tabel VII. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Buah Pepaya terhadap Bacillus sp. , Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. Gram Positif

Konsentrasi Ekstrak (% b/v)

Diameter Daya Hambat (mm) Bacillus

sp.

Staphylococcus sp.

Streptococcus sp.

Radikal Irradikal

0 - - - -

10 - - - 3,773

20 - - 1,963 5,257

30 2,802 1,433 10,659 7,023

40 3,263 1,757 11,245 6,173

50 3,812 3,143 12,987 6,105

60 3,582 3,053 12,494 6,013

70 3,972 3,460 14,945 5,827

80 3,925 3,328 13,025 4,577

90 3,320 4,59 15,537 5,008

Larutan Kontrol

CMC-Na 0,1% - - -

Etanol 70% - - -

Amoksisilin 0,03% 4,882 5,71 30,193

Keterangan :

Diameter daya hambat terbesar

a) Bacillus sp. b) Staphylococcus sp.

c) Streptococcus sp.

Gambar 12. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Buah Pepaya (Carica papaya) terhadap Bacillus sp., Staphylococcus sp. dan Streptococcus spcommit to user .


(3)

Pada Staphylococcus sp., terbentuk dua daerah hambat yakni daerah hambat bening (radikal) dan daerah hambat yang keruh yang menunjukkan masih ada sedikit pertumbuhan koloni bakteri (irradikal). Terbentuknya dua daerah hambat dalam satu lubang dapat disebabkan kultur bakteri yang masih campuran (Stephen & Cavalieri, 2005). Kemungkinan terdapat lebih dari 1 jenis bakteri Staphylococcus dalam kultur bakteriuji. Nilai diameter daya hambat yang digunakan untuk diinterpretasikan dan dibandingkan dengan bakteri lain adalah nilai diameter daerah radikal. Hal ini dikarenakan pada kedua bakteri uji yang lain hanya terdapat daerah radikal dan daerah radikal menunjukkan penghambatan pertumbuhan bakteri secara nyata dan jelas.

Penentuan daya atau potensi hambat ekstrak etanol biji buah pepaya terhadap bakteri pada plak gigi berdasarkan Davis & Stout (1971) serta hasil pengukuran diameter daya hambat, menunjukkan ekstrak etanol biji buah pepaya memiliki daya hambat lemah terhadap Bacillus sp., Staphylococcus sp. dan memiliki daya hambat sedang terhadap Streptococcus sp. Perbedaan nilai diameter daya hambat antara ketiga bakteri uji menunjukkan ketiga bakteri uji memiliki perbedaan kepekaan terhadap senyawa antibakteri. Menurut Durmas et al.(2006), perbedaan aktivitas antibakteri suatu zat antibakteri tergantung pada tipe ekstrak, spesies tanaman, dan spesies bakteri itu sendiri.

Pada umumnya, diameter daya hambat cenderung meningkat sebanding dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Tetapi hasil penelitian menunjukkan terdapat penurunan diameter daya hambat pada beberapa konsentrasi ekstrak yang lebih besar. Menurut Elifah (2010), diameter daya hambat tidak selalu naik


(4)

sebanding dengan naiknya konsentrasi antibakteri. Hal ini terjadi dimungkinkan karena perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri pada media agar. Richardson et al. (1986) menyatakan, jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri yang berbeda akan memberikan diameter daya hambat yang berbeda pada lama waktu tertentu.

Kontrol etanol 70% dan kontrol CMC-Na tidak menunjukkan adanya zona hambat. Hal ini membuktikan bahwa etanol 70% dan larutan CMC-Na 0,1% tidak berpengaruh pada uji antibakteri. Kontrol Amoksisilin 0,03% memiliki diameter hambat terbesar. Aktifitas penghambatannya tergolong dalam kategori aktivitas sangat kuat terhadap Streptococcus sp. aktivitas lemah terhadap Bacillus sp. dan aktivitas sedang terhadap Staphylococcus sp. Amoksisilin merupakan turunan penisilin yang mempunyai spektrum luas (dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif). Mekanisme kerja amoksisilin adalah menghambat sintesis dinding sel bakteri (Mycek et al.,1997). Amoksisilin merupakan antibiotik semisintetik yang mengandung cincin β-laktam. Cincin β -laktam merupakan analog struktural dari L-alanin-D-alanin alami yang secara kovalen diikat oleh PBP (Protein Pengikat Penisilin) pada situs aktif. Setelah amoksisilin terhubung pada PBP, reaksi transpeptidase dapat dihambat. Akibatnya dinding sel lemah dan karena turgor dari dalam, dinding sel akan pecah sehingga bakteri mati (Katzung, 2001).

Nilai diameter daya hambat (DDH) kontrol Amoksisilin 0,03% tergolong kecil. Hal ini dapat disebabkan penggunaan pelarut dalam pembuatan larutan amoksisiln kurang tepat yang berakibat amoksisilin kurang larut atau tidak larut


(5)

sempurna sehingga kerja amoksisilin kurang optimal. Pada penelitian ini, aquades steril digunakan sebagai pelarut larutan kontrol amoksisilin. Menurut Farmakope Indonesia edisi keempat (1995) kelarutan amoksisilin adalah sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam kloroform, karbon tetraklorida dan benzena. Menurut Ricouleau (2006), Amoksisilin dapat larut dan stabil dalam larutan buffer pH 8. Pada penelitian ini, pelarut kontrol Amoksisilin menggunakan akuades steril, yang umumnya memiliki pH 7 atau netral. pH pelarut yang lebih kecil dari pH 8 menyebabkan kurang larutnya amoksisilin dalam akuades dan daya antibakteri amoksisilin kurang optimal.


(6)

49

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Bentuk dan susunan sel bakteri yang diisolasi dari plak gigi antara lain : batang (Bacillus sp.), bulat bergerombol (Staphylococcus sp.) dan bulat berantai (Streptococcus sp.).

2. Ketiga bakteri yang diisolasi dari plak gigi merupakan bakteri gram positif. 3. Ekstrak etanol biji buah pepaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap

pertumbuhan bakteri yang diisolasi dari plak gigi.

4. Konsentrasi ekstrak etanol biji buah pepaya yang optimal menghambat bakteri uji adalah konsentrasi 30% terhadap Streptococcus sp., 70% terhadap Staphylococcus sp. dan 90% terhadap Bacillus sp.

B. Saran

1. Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai spesies bakteri pada plak gigi. 2. Perlu dilakukan partisi, isolasi dan purifikasi terhadap golongan senyawa ekstrak

etanol biji buah pepaya dan aktifitas antibakterinya.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan pembanding antibiotik lain dan pelarut yang sesuai.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme penghambatan senyawa antibakteri ekstrak etanol biji buah pepaya.