Post ebe288d7ce4e561d

(1)

SKRIPSI

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM AL-

QUR’AN

(untuk anak usia 0-12 tahun)

Disusun Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH :

NURUNIYAH

111 08 032

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)


(2)

(3)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. (0298) 323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id. E-mail administrasi@stainsalatiga.ac.id

Oktober 2013 NOTA PEMBIMBING

Lamp. :

Hal : Naskah Skripsi

Saudari Nuruniyah

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga

Di Salatiga ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Nuruniyah

NIM : 111 08 032

Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam

Judul : PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM AL-QUR‟AN (untuk anak

usia 0-12 tahun)

Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

WASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB.

Pembimbing

Siti Rukhayati, M. Ag NIP.19770403 200312 2 003


(4)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. (0298) 323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id. E-mail administrasi@stainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM AL-

QUR’AN

(untuk anak usia 0-12 tahun)

DISUSUN OLEH:

NURUNIYAH NIM: 11108032

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam (PAI), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 04 Maret 2013 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna

memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji: Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd

Sekretaris Penguji : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd Penguji I : Drs. Juz‟an, M. Hum

Penguji II : Beny Ridwan, M.Hum Penguji III : Siti Rukhayati, M.Ag

Salatiga, 04 Maret 2014

Dr. Imam Sutomo , M.Ag Nip: 19580827 198303 1002


(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : NURUNIYAH

NIM : 11108032

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 3 Februari 2014

Yang menyatakan,


(6)

Motto

Kegagalan adalah awal dari keberhasilan

Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya

Tiga hal dalam hidup yang tidak akan pernah kembali yaitu waktu,

perkataan dan kesempatan

Dua hal dalam kehidupan yang harus dilupakan: kebaikan kita

kepada orang, kesalahan orang kepada kita


(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1.

Kedua orang tuaku Bapak Romli & Ibu Umzah tersayang yang

telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran.

2.

Dosen pembimbing ibu Siti Rukhayati, M. Ag yang dengan

sabar membimbingku dalam menyelesaikan skripsi ini.

3.

Keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi dan

dukunganya buat saya.

4.

Kedua keponakan kecilku Jihan Ananda Mayasari & Alifia

Rahmadani, yang telah memberi suport kepada tante.

5.

Sahabat

Sahabatku yang

selalu memberikan do‟a dan memberi

semangat untuk aku.

6.

Keluarga Besar

“PAI A „08” yang bikin kangen dan Selalu

memberikan motivasi kepada teman-teman seperjuangan yang

lain.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua. Solawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya.

Alhamdulillahirobbil‟alamin, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, melalui bantuan, dorongan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak yang terkait.

Oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih setulus-tulusnya atas terselesaikannya skripsi ini kepada :

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga

2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga.

3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran. 5. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Semoga semua yang telah mereka berikan, dicatat sebagai amal soleh di sisi Allah SWT, dan mendapatkan balasan yang terbaik.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segala kemampuan yang ada, namun demikian penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca, agama, nusa, dan bangsa. Amin

Salatiga, 13 Februari 2014 Penulis

Nuruniyah NIM. 11108032


(9)

ABSTRAK

Nuruniyah. 2013. Pendidikan Akhlak Anak Dalam Al-Qur’an (untuk anak usia 0 -12 tahun). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Siti Rukhayati. M.Ag.

Kata kunci: Pendidikan, Akhlak, Anak, Al-Qur‟an

Pendidikan akhlak anak pada usia 0-12 tahun sangat lah penting karena anak yang baru lahir di ibaratkan seperti kertas putih yang belum terdapat coretan-coretan. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menguraikan tentang 1. Bagaimana urgensi Pendidikan akhlak bagi anak?, 2. Bagaiman konsep Al-Qur‟an mengenai anak?, 3. Bagaimana pendidikan akhlak anak berdasarkan Al-Qur‟an?.

Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan murni sehingga dibutuhkan data-data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang ada, baik diambil dari kitab al-qur‟an, Hadis, tafsir dan buku-buku lain yang menunjang kemudian menelaahnya.

Hasil penelitian menunjukkan 1. Tabi‟at, perangai harus dibina untuk memilih keutamaan, kebenaran, keburukan dan cinta kebaikan. Dan akan muncul perbuatan yang baik dengan mudah, apabila tabi‟at, perangai tidak dibina maka akan muncul keburukan-keburukan yang tidak diinginkan. 2. Al-qur‟an banyak menjelaskan mengenai anak maupun tata kehidupan keluarga, misalnya: dalam hal etika rumah tangga, hak dan kewajiban keluarga, hukum waris, masalah pernikahan dan segala hukum yang terkait. 3. Pendidikan akhlak anak dalam Al-Qur‟an harus berdasarkan kaidah-kaidah dasar pendidikan anak, yang meliputi sifat-sifat asasi pendidik, kaidah-kaidah pokok dalam pendidikan anak.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LOGO ii

NOTA PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v

MOTTO vi

PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang Masalah 1

B.Rumusan Masalah 5

C.Tujuan Penulisan 5

D.Penegasan Istilah 5

E. Metode Penelitian 8

F. Sistematika Penulisan Skripsi 9

BAB II TELAAH PENDIDIKAN AKHLAK (KAJIAN TEORI) 11

A.Pendidikan Akhlak 11

1. Pengertian 11

2. Dasar dan Tujuan 13

B. Pendekatan Dalam Mendidik 18


(11)

BAB III TELAAH MENGENAI ANAK 23

A. Pandangan Al-Qur‟an 23

1. Kedudukan Anak Menurut Al-Qur‟an 23

2. Nas Al-Qur‟an yang berhubungan dengan Anak 25

B. Masalah Hak-Hak Anak 27

C. Sifat Keagamaan Pada Anak 34

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK

DALAM AL-QUR‟AN 37

A.Kaidah-Kaidah Dasar Pendidikan Anak 37

B.Analisis Metode Pendidikan Akhlak Anak 54

C.Materi Pendidikan Akhlak 59

BAB V PENUTUP 63

A. Kesimpulan 63

B. Saran 64

C. Penutup 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup 2. Laporan SKK

3. Nota Dosen Pembimbing Skripsi 4. Lembar Konsultasi


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu hal yang utama dalam pembentukan peradaban umat manusia. Pendidikan seperti semacam pelita yang menerangi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia mampu mengerti dan memahami akan kesejatian dirinya sebagai makhluk bumi yang memiliki eksistensi.

Pendidikan yang dimiliki seseorang akan menentukan arah hidup dan cara pandang mengenai kehidupan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, akan lebih mudah untuk memahami tentang kehidupan yang nyata, sehingga manusia akan menjalani kehidupan dengan baik. Sementara orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk memahami tentang kehidupan yang sesungguhnya, dan akan menyulitkan mereka menentukan arah masa depan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah kebutuhan dasar yang menjadi hak asasi manusia.

Akhlak merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengoptimalkan sumber data potensi untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia baik didunia maupun diakhirat. Oleh karena itu, bagaimana manusia dalam menggunakan sumber daya potensi yang tersedia untuk meningkatkan kehidupan lebih baik. Karenanya diperlukan alat yang digunakan untuk menganalisis sekaligus membuktikan konsep Al-quran dan Hadits yang secara langsung maupun tidak langsung bersentuhan dengan masalah akhlak (Mansur, 2007: 227). Akhlak


(14)

sangat berkait dengan kebiasaan, maka pihak orang tua harus ber-akhlakhul karimah sebagai teladan bagi anak. Menurut Al-Ghozali, apabila anak-anak dididik dan dibiasakan pada kebaikan maka, anak-anak akan tumbuh pada kebaikan itu dan apabila dibiasakan untuk berbuat keburukan maka ia pun akan tumbuh sebagaimana yang diberikan dan dibiasakan kepadanya dan memelihara anak yang baik adalah dengan mendidik dan mengajarkan akhlak yang mulia kepadanya (Musthofa, 2007:90).

Rasulullah diutus sebagai pembawa risalah terakhir tiada lain untuk menyempurnakan akhlak, baik akhlak terhadap Al Khaliq (Allah) maupun terhadap makhluk-Nya (alam semesta). (Halim, 2000:9)

Puncak tertinggi martabat manusia selain pada ketakwaannya adalah pada kemuliaan akhlaknya. Allah Ta‟ala menjadikan akhlak yang baik sebagai sarana untuk mendapatkan surga tertinggi. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Surat Ali Imran:133-134 sebagai berikut:











































“ Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Depag, 1987:98)

Untuk mencapai itu semua diperlukan tarbiyyah untuk setiap generasi muslim. Al-Qur‟an menekankan pentingnya memberikan tarbiyyah


(15)

(pendidikan dan pembinaan) untuk menyelamatkan generasi manusia dari kehancuran moral. Dalam firman Allah surat at tahrim ayat:6































“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At Tamriin:6)

Pembinaan dan pendidikan yang berhasil haruslah dimulai dari pendidikan sejak dini. Islam mengenal konsep fitrah manusia. Bahwa manusia yang lahir itu suci. Bayi lahir ibarat kertas putih, sehingga hitam dan merahnya kertas itu tergantung warna apa yang akan diberikan kepadanya. Oleh karena itu pembinaan, pendidikan dan pengarahan akhlak haruslah dimulai sejak usia sedini mungkin (masa kanak-kanak).

Mengenai masalah akhlak, menurut Habib Thoha dalam bukunya IAIN Walisongo (1999:109) kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari

khuluqun yang menurut bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Jadi jika tabiat tersebut dibina untuk memilih keutamaan, kebenaran, cinta kebaikan dan keindahan serta benci keburukan, maka akan muncul perbuatan baik dengan mudah. Sebaliknya jika tabi‟at itu disia-siakan tidak dibina dengan pembinaan (tarbiyyah) yang proporsional, bibit-bibit kebaikan di dalamnya tidak dikembangkan, melainkan dibina dengan pembinaan yang buruk, sehingga keburukan itu menjadi sesuatu yang dicintainya dan kebaikan


(16)

menjadi hal yang dibencinya. Dengan demikian perkataan maupun perbuatan buruk yang muncul dari padanya sangat mudah.

Mengenai permasalahan anak, dalam Al-Qur‟an banyak ayat yang dalam konteksnya membicarakan masalah anak. diantaranya digambarkan bahwa anak di satu sisi adalah sebagai amanah yang harus dididik sebagai perhiasan dunia yang terdapat dalam surat Al Kahfi ayat 46, sementara disisi yang lain anak dapat juga menjadi musuh dan fitnah atau cobaan yang terdapat dalam surat Al Anfal ayat 28 dan surat At Taghabun ayat 14-15.

Berdasarkan dari permasalahan di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengangkat tulisan ini dengan judul “PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM AL-QUR‟AN.” Agar sasarannya jelas, penulis membatasi untuk anak usia 0-12 tahun.

B.RUMUSAN MASALAH

Sehubungan dengan judul dan uraian dalam latar belakang permasalahan di atas, maka ada beberapa rumusan permasalahan, antara lain:

1. Bagaimana urgensi Pendidikan Akhlak bagi Anak? 2. Bagaimana Konsep Al-Qur‟an mengenai Anak?

3. Bagaimana Pendidikan Akhlak Anak dalam Al-Qur‟an?


(17)

Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengungkapkan urgensi mengenai Pendidikan Akhlak bagi Anak 2. Mengkaji dan mengungkapkan Konsep Al-Qur‟an mengenai Anak 3. Mendiskripsikan Pendidikan Akhlak Anak berdasarkan Al-Qur‟an D.PENEGASAN ISTILAH

Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah di dalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar maupun tidak sadar yang dapat diperoleh dalam lembaga formal maupun non formal di mana di dalamnya merupakan proses pengembangan diri. Pengembangan diri di sini bisa diartikan proses menjadi lebih baik pada jasmani maupun rohani. Dan dapat diartikan juga sebagai upaya untuk merubah sikap dan perilaku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang berlangsung di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

2. Akhlak

Akhlak mempunyai beberapa pengertian yang diantaranya sebagai berikut:

Menurut Habib Thoha dalam bukunya IAIN Walisongo (1999:109) kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.


(18)

Sedangkan menurut Al Ghozali:

ج حريغ نمرسي

سب عفأ ر صت س ر يسف ل يف ي نع ر ع قل ل ف

ي ر ر ف يلأ

Artinya : Akhlak, perangai adalah sifat yang tertanam dalam jiwa menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”

Arti diatas (tabi‟at, perangai) selanjutnya sering disepadankan dengan kata etika, moral, kesusilaan, tata krama atau sopan santun. Abdul Halim memberikan penjelasan bahwa akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, melainkan juga tata aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan terhadap alam semesta. (Halim, 2000:8)

3. Anak

Anak adalah subyek yang belum dewasa, yakni masih memerlukan pertolongan dari orang yang sudah dewasa, agar ia dapat tumbuh dan berkembang menuju proses kedewasaan. (Winkel, 1985:149).

Anak dapat dikatakan sebagai WALADUN yang artinya anak kecil umurnya dibawah 12 tahun dan bersifat umum, anak siapa saja termasuk waladun. Ibnun pun bagian dari waladun, jadi waladun mencakup ibnun dan yang lainnya. Sedangkan IBNUN dapat diartikan sebagai anak kandung. (hmalatiefbukhori.blogspot.com)

Sedangkan DZURRIYAH berasal dari kata kerja dzara yang artinya mencipta dan berarti juga membanyakkan, atau bisa diambil dari kata dzarara yang artinya anak-anak kecil, kata Dzurriyah dipergunakan untuk


(19)

arti anak-anak dan keturunannya hingga hari kiamat tidak terbatas hanya pada anak langsung. (banihasyim.wordpress.com)

SHOBIY adalah bayi yang membutuhkan ASi, terkadang umum mencakup bayi dan juga anak-anak yang belum baligh. (assaabiquunalawwalun.blogspot.com)

Ayat Al-Qur‟an tentang Baniy adalah surat Al-Luqman ayat 16 :



















Artinya : (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui (Q.S Al-Luqman : 16)

Ayat Al-Qur‟an tentang Dzurriyah adalah Surat An-Nisaa Ayat 09 :























Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar (Q.S An-Nisaa : 09)

Ayat Al-Qur‟an tentang Waladun Adalah Surat Al-Baqoroh Ayat 233 :


(20)



















……

Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf…… ( Q.S Al-Baqoroh : 233)

4. Al-Qur‟an

Definisi Al-qur‟an menurut Abu Bakar Al Jazairi:

“Al-Qur‟an adalah firman Allah yang diturunkan kepada manusia terbaik, nabi terbaik, rasul mulia, Muhammad SAW. Al-Qur‟an adalah kitab yang mengandung undang-undang rabbani terbesar.”

Al-Qur‟an adalah kitab satu-satunya yang dijamin bersih oleh Allah dari kekurangan, penambahan, pergantian dan perubahan serta menjamin abadi hingga dia mengangkatnya pada akhir usia kehidupan ini.

E.METODE PENULISAN SKRIPSI

Skripsi ini adalah penelitian kepustakaan murni sehingga dibutuhkan data-data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang ada, baik diambil dari kitab Al-Qur‟an, Hadits, Tafsir dan buku-buku lain yang menunjang kemudian menelaahnya.

Adapun penelaahan dan pembahasan menggunakan metode sebagai berikut:


(21)

1. Metode pengumpulan data a. Sumber data primer

Sumber data yang berkaitan langsung dengan obyek riset. Sumber utama diambil dari Al-Qur‟an

b. Sumber data sekunder

Sumber penunjang yang dipergunakan untuk alat bantu analisa terhadap masalah yang muncul baik dari hadits maupun buku keislaman lainnya.

2. Metode diskriptif analitik

Yaitu metode yag berupa usaha pengumpulan data, menyusun data kemudian adanya analisis dan interpretasi data tersebut. (Surachmat, 1990:139)

F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Penulisan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Penegasan Istilah, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II : TELAAH PENDIDIKAN AKHLAK (KAJIAN TEORI)

Pada bab ini berisi tentang: (A) Pendidikan Akhlak, yang berisi: (1) Pengertian, (2) Dasar dan Tujuan, (3) Materi Pendidikan Akhlak, (B) Pendekatan dalam Mendidik, (C) Proses Terbentuknya Akhlak.


(22)

BAB III : TELAAH MENGENAI ANAK

Pada bab ini berisi tentang: (a) Pandangan Al-Qur‟an: Kedudukan Anak menurut Al-Qur‟an, Nas Al-Qur‟an yang Berhubungan dengan Anak (b) Masalah Hak-Hak Anak (c) Sifat Keagamaan Pada Anak

BAB IV : ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM AL-QUR‟AN

Pada bab ini berisi tentang: (a) Kaidah-Kaidah Dasar Pendidikan Anak (b) Analisis Metode Pendidikan Akhlak Anak (c) Materi Pendidikan Akhlak

BAB V : PENUTUP A.Kesimpulan B.Saran


(23)

BAB II

TELAAH PENDIDIKAN AKHLAK (KAJIAN TEORI) A.Pendidikan Akhlak

1. Pengertian

a. Pengertian Pendidikan

Menurut M. Arifin Pendidikan adalah usaha manusia untuk mengembangkan dan mengarahkan fitrahnya agar dapat berkembang sampai titik optimal untuk menciptakan tujuan yang dicita-citakan (Arifin, 1988:12).

Menurut Dra. Zuhairini, pendidikan adalah menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang baik serta berpribadian yang utama. (Zuhairini, 1983:27)

Menurut Drs. AD Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani serta rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama. (Marimba, 1989:19).

Dalam ayat Al-Qur‟an juga dijelaskan mengenai pendidikan, Seperti yang terdapat dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 berikut ini:













































Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila


(24)

dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.( Q.S Al-Mujadalah : 11)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah akan meninggikan orang-orang yang berilmu pengetahun beberapa derajat dibandingkan dengan orang yang kurang berilmu atau tidak mempunyai ilmu apapun.

Selain itu juga terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 berikut ini:





















Artinya : 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S Al- Alaq :1-5 ).

Ayat diatas menjelaskan perintah untuk belajar membaca Al-Qur‟an dengan menyebut nama Tuhan.

b. Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak menurut Habib Thoha dalam bukunya IAIN Walisongo (1999:109) kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari

khuluqun yang menurut bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Definisi tersebut hampir sama dengan pendapat Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali sebagaimana kutipan berikut ini:


(25)

نمرسي

سب عفأ ر صت س ر يسف ل يف ي نع ر ع قل ل ف

ي ر ر ف يلأ ج حريغ

Artinya : Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”

Arti diatas (tabi‟at, perangai) selanjutnya sering disepadankan dengan kata etika, moral, kesusilaan, tata krama atau sopan santun. (Halim, 2000:19)

Jadi jika tabiat itu dibina untuk memilih keutamaan, kebenaran, cinta kebaikan dan keindahan serta benci keburukan, maka akan muncul perbuatan baik dengan mudah. Sebaliknya jika tabi‟at itu disia-siakan tidak dibina dengan pembinaan (tarbiyyah) yang proporsional, bibit-bibit kebaikan di dalamnya tidak dikembangkan, melainkan dibina dengan pembinaan yang buruk, sehingga keburukan itu menjadi sesuatu yang dicintainya dan kebaikan menjadi hal yang dibencinya.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah satu usaha sadar sebagai pembinaan dan penanaman tabi‟at manusia, agar tabi‟atnya berkembang dan terarah pada kebaikan dan kemuliaan.

2. Dasar dan Tujuan

a. Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar merupakan fundamen suatu bangunana yang menjadikan sumber kekuatan. Dalam sebuah bangunan dasarnya adalah fundasi sedangkan dasar pendidikan disini adalah pandangan pandangan yang melandasi seluruh aspek aktifitas pendidikan, baik dalam rangka


(26)

penyusunan teori, perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan. Dasar yang melandasi seluruh kegiatan pendidikan itu hakikatnya adalah nilai-nilai luhur yang bersifat transendental dan universal.

Al-Qur‟an sebagai sumber hukum islam dan dasar pendidikan akhlak, telah mengisyaratkan nilai keagungan dari akhlak tersebut. Sebagaimana sanjungan Allah terhadap Rasul-Nya:





“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS. Al Qalam:4)

Allah telah memperingatkan akan pentingnya melakukan pendidikan terhadap anak, sebagaimana dalam firmannya surat An Nisa:9























“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (QS. An Nisa:9)

Yang dimaksud dengan anak-anak lemah di atas adalah lemah dari sisi jasmani, rohani, mental dan terutama lemah dari sisi keimanannya. Oleh karena itu Al-Qur‟an mengajarkan keharusan bertaqwa serta berkata sesuai dengan kebenaran.


(27)

b. Tujuan pendidikan akhlak

Tujuan akhlak adalah mencapai kebahagiaan hidup umat manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat.

Selain itu tujuan yang paling mendasardari pendidikan akhlak adalah:

1. Mempertahankan fitrah manusia sebagai hamba Allah

Pada dasarnya manusia sejak lahir itu memiliki kecenderungan bertauhid, serta mempunyai kecenderungan tunduk pada aturan Allah yang lurus. Hal ini dapat kita cermati dari firman Allah berikut ini:



































“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar Ruum: 30)

Maksud dari ayat di atas adalah: Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

Selain ayat diatas, terdapat pula hadis nabi yang diriwayatkan oleh imam Al-Bukhori:


(28)

بأ

رير

يضر

ه

ع

ق

:

ق

سر

ه

لص

ه

يلع

نم م ملس

ل م

ا

ل ي

لع

رطفل

.

ب ف

ي

ن

ن رص ي

ن سجمي

.

( ر ل ر)

Artinya: “Dari Abu Hurairah Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada anak kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau me-majusikannya. (HR. Al-Bukhori :185)

Berdasarkan dalil-dalil diatas, maka yang dimaksud dengan Fitrah Allah adalah ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

2. Memperoleh derajat yang tinggi

Yang dimaksud derajat tinggi di sini bukanlah kedudukan duniawi, pangkat, jabatan atau status sosial melainkan lebih mulia dari itu semua. Seperti dalam firman Allah surat Al Hujurat: 13

























“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat:13)

Selain itu ketaqwaan adalah bekal untuk mencapai surga Allah. Oleh karena itu perlu adanya proses tarbiyyah (pembinaan dan


(29)

pendidikan). Di antara bidang pembinaan itu adalah akhlak, yang meliputi akhlak terhadap Al Khaliq dan akhlak manusia beserta alam semesta (makhluq).

Jadi tujuan dari pendidikan akhlak tersebut adalah untuk membentuk anak-anak yang shalih serta shalihah, memiliki kepribadian yang bersih dan bertakwa kepada Allah, disamping terbina jiwanya dari segi akal fikiran, segi sosial, jasmani dan rohani yang harus tetap dijalankan. Dalam hal ini pendidikan akhlak adalah sesuatu yang esensial untuk terus dikembangkan serta ditingkatkan.

Sebagaimana telah diuraikan di awal bahwa tabi‟at, perangai itu diibaratkan sebuah institusi, jika institusi tersebut dibina untuk memilih keutamaan, kebenaran, cinta kebaikan dan keindahan serta benci keburukan. Dengan demikian akan muncul perbuatan baik dengan mudah. Sebaliknya jika institusi itu disia-siakan tidak dibina dengan pembinaan (tarbiyyah) yang proporsional, bibit-bibit kebaikan di dalamnya tidak dikembangkan, melainkan dibina dengan pembinaan yang buruk, sehingga keburukan menjadi sesuatu yang dicintainya dan kebaikan menjadi hal yang dibencinya. Dengan demikian perkataan serta perbuatan buruk muncul dari padanya dengan mudah. (Jabir, 2000:217)

Oleh karena itu pendidikan akhlak adalah suatu sarana untuk pembinaan, bimbingan serta pengarahan jiwa agar peserta didik menjadi anak yang mempunyai kepribadian yang utama dan mulia.


(30)

B.Pendekatan dalam Mendidik Anak

Dalam melakukan suatu proses pendidikan tersebut diperlukan adanya pendekatan dengan maksud agar mempermudah untuk mencapai sasaran atau tujuan yang dikehendaki. Dalam hal ini ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan:

1. Mengisi akal dengan pengetahuan

Al-Qur‟an mengisyaratkan pentingnya menggali ilmu pengetahuan tersebut. Seperti dalam QS. Yunus ayat 101 berikut:



















“ Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (QS. Yunus:101)

Selain itu juga diperintahkan untuk senantiasa membaca atas segala yang telah diajarkan oleh Rabb baik yang terdapat dalam Al-Qur‟an maupun yang terbentang luas di alam (QS. Al „Alaq:1-5)

2. Mempelajari kisah orang-orang terpuji

Allah mengajarkanumat manusia untuk mempelajari kisah orang-orang yang diabadikannya dalam Al-Qur‟an. Seperti dalam QS Yusuf ayat 111 berikut:


(31)

























“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”(QS. Yusuf:111)

Dengan mempelajari kisah-kisah tersebut dapat mendapatkan hikmah, pelajaran serta keteladanan yang baik.

3. Merubah kebiasaan buruk

Pada diri anak-anak kadang telah ada sifat-sifat buruk yang kurang terpuji, baik sifat itu datang dari keluarga maupun dari lingkungan sekitar, sehingga sifat-sifat buruk ini harus diarahkan agar dapat berubah ke arah yang baik atau sifat yang terpuji.

4. Meninggalkan sifat pemalas

Al-Qur‟an telah mengajarkan mengenai penting dan bernilainya waktu. Seperti dalam ayat Al-Qur‟an Surat Al Ashr ayat 1-3 berikut:

































“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr:1-3)


(32)

5. Bergaul dengan orang baik

Terhadap peserta didik haruslah sedini mungkin mulai ditanamkan bahwa memilih teman bergaul dan berkumpul akan besar pengaruhnya. Teman bergaul yang buruk dapat mempengaruhi dan menjerumuskan kedalam keburukan, sedangkan teman yang baik dan mulia akan berkemungkinan besar melatih jiwa menjadi lembut dan mulia pula.

Kriteria orang-orang yang dapat dijadikan teman baik ini terdapat dalam Al-Qur‟an surat An Nisa ayat 69 berikut ini:





































“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama -sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.”(QS. An Nisaa‟:69)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kriteria orang-orang yang baik yaitu: orang-orang yang Amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan Inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat.

C.Proses Terbentuknya Akhlak

Terbentuknya akhlak seorang anak itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor utama yang dapat mempengaruhi serta dapat membentuk karakter akhlak anak tersebut adalah sebagai berikut:


(33)

1. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan proses pendidikan informal. Keluarga juga dapat mempengaruhi proses terbentuknya akhlak anak. Hal ini erat kaitannya dengan masalah peran orang tua selaku pemimpin keluarga. 2. Lingkungan Sekolahan

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan resmi atau disebut sebagai pendidikan Formal. Dalam institusi sekolah ini melibatkan pengaruh dari guru, siswa, peraturan sekolah itu sendiri.

3. Lingkungan Masyarakat

Dalam masyarakat juga terjadi proses pendidikan yang dapat mempengaruhi karakter dan pola tingkah laku seorang anak. berbagai unsur dapat terlibat dalam proses tersebut, di antaranya adalah warga masyarakat, media massa, sarana hiburan, sarana pendidikan pondok pesantren dan lain-lain. Proses pendidikan pada masyarakat ini sering disebut sebagai pendidikan non formal.

Di antara tiga lingkungan pembentuk karakter anak tersebut, lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling dominan khususnya untuk anak-anak. sebab sifat imitasi anak masih cukup besar sementara hubungan dengan keluarga adalah hubungan yang mempunyai intensitas terbesar pada masa tersebut.

Oleh karena itu keluarga, khususnya orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter dan tabiat anak tersebut. Selain


(34)

ayat di atas, terdapat pula hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori berikut:

بأ

رير

يضر

ه

ع

ق

:

ق

سر

ه

لص

ه

يلع

نم م ملس

ل م

ا

ل ي

لع

رطفل

.

ب ف

ن

ي

ن رص ي

ن سجمي

).

( ر ل ر

Artinya: “Dari Abu Hurairah Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada anak kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau me-majusikannya. (Al-Bukhori,185).

Pendidikan agama anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Seseorang yang pada masa itu tidak dapat dididikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka ia nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama. (Daradjat, 1970:58)

Pendidikan agama dalam keluarga, sebelum anak masuk sekolah terjadi secara tidak formil. Pendidikan agama pada umur ini melalui aemua pengalaman anak, baik melalui ucapan yang didengarnya, tidakan, perbuatan yang dilihatnya, maupun perlakuan yang dirasakannya.


(35)

BAB III

TELAAH MENGENAI ANAK

A.Pandangan Al-Qur’an

Al-Qur‟an adalah kitab yang mengandung undang-undang rabbani terbesar. Al-Qur‟an menyangkut masalah ibadah, akhlak, syariat, muamalah dan termasuk di dalamnya undang-undang keluarga. Dalam menyampaikan sesuatu hukum atau ketentuan Al-Qur‟an adakalanya menyampaikan secara global, namun tidak sedikit yang disampaikan secara terperinci.

Undang-undang keluarga adalah salah satu masalah yang cukup terperinci dalam nas Al-Qur‟an. Meskipun ada beberapa yang dijelaskan dalam Hadis Nabi. Dalam Al-Qur‟an banyak menjelaskan mengenai tata kehidupan keluarga, misalnya: dalam hal etika rumah tangga, hak dan kewajiban keluarga, hukum waris, masalah pernikahan dan hukum yang terkait dengannya, selain itu juga ada masalah mengenai anak.

Dalam hal ini penulis mencoba meneliti dan menggali dari ayat-ayat Al-Qur‟an yang ada kaitannya dengan masalah anak.

1. Kedudukan Anak menurut Al-Qur‟an

Dalam beberapa ayat yang berpisah Al-Qur‟an memandang anak dari berbagai segi. Dari segi haknya, Al-Qur‟an menegaskan bahwa anak memiliki hak hidup untuk tetap dipelihara dan diperhatikan kesejahteraannya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat yang menegaskan larangan membunuh anak, sebagaimana ayat-ayat berikut:


(36)

















“Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak mengetahui dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-An‟am:140)

Selain itu juga dapat ditemukan di dalam surat Al Isra‟:31, Al An‟am:151, 137 dan Al Mumtahanah:12.

Dalam surat Al Baqarah ayat 233 juga menjelaskan tentang hak anak mendapatkan perawatan dan pemeliharaan yang layak. Dalam beberapa tempat anak dipandang sebagai perhiasan yang menyenangkan seperti ayat berikut ini:



























“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al Kahfi:46)

Selain itu, Al-Qur‟an memperingatkan bahwa anak itu sebagai fitnah (cobaan atau ujian), bahkan ada kalanya dapat menjadi musuh terhadap orang tuanya. Seperti dalam surat Al Anfal ayat 28 berikut ini:












(37)

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfaal:28)

2. Nas Al-Qur‟an Yang berhubungan dengan anak a. Hak-hak bagi Anak

Al-Qur‟an juga menjelaskan tentang hak yang semestinya diberikan kepada anak dari orang tua mereka. Di antara ayat tersebut adalah sebagai berikut:

















“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.”

Ayat lain yang sepadan terdapat dalam surat Ath Thalaq ayat 6. Selain itu anak memiliki hak waris sebagaimana diuraikan dalam surat An Nisa ayat 11 berikut:











































“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu


(38)

seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta...” (QS An Nisa:11)

b. Eksistensi Tentang Anak

Al-Qur‟an menguraikan kedudukan anak di hadapan orang tuanya. Di satu sisi lain Al-Qur‟an mengatakan bahwa anak adalah suatu kekayaan yang berharga, perhiasan dunia yang menyenangkan. Pada bagian yang berbeda, secara jelas Al-Qur‟an juga mengungkapkan sisi lain dari seorang anak. Di sini Al-Qur‟an memperingatkan bahwa anak dapat menjadi fitnah (ujian atau cobaan) bahkan ada kalanya dapat menjadi musuh bagi orang tuanya sendiri. Berikut adalah ayat-ayat yang menjelaskan mengenai permasalahan tersebut:



























“ Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al Kahfi:46)











“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfal:28)
























(39)

“Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(QS. At Thaghaabun:14)

Berkaitan dengan masalah pendidikan perlu juga diperhatikan berkaitan dengan masalah karakter anak sebagai obyek pendidik, orang tua selaku subyek pendidik dalam keluarga perlu juga memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan anak sebagaimana banyak diterangkan dalam ayat Al-Qur‟an seperti yang telah di jelaskan di atas.

Terpenuhi dan tidaknya hak anak akan berpengaruh terhadap pendidikan, baik sedikit maupun banyak. Guru sebagai tenaga pendidik perlu untuk mempertimbangkan dan memperhatikan hal ini.

Dengan demikian seorang pendidik akan memahami akan timbulnya berbagai karakter dan tabiat yang berbeda-beda dalam satu lingkungan pendidikan. Dari sini pula guru akan dapat menentukan sikap dan strategi dalam pendidikannya.

B.Masalah Hak-hak Anak

Pembahasan tentang hak-hak anak berarti terkait pula dengan apa yang harus dikerjakan orang tua. Orang tua memegang peran yang penting dalam membentuk kepribadian anak-anak mereka.

Akhlak husain menjelaskan bahwa anak-anak bersikap menurut tindak-tanduk dari orang tuanya. (Husain, 2000:47). Para orang tua hendaknya sangat berhati-hati mengenai tindak-tanduk mereka terhadap anak-anak. Jika mereka diperlakukan tidak sama dengan anak-anak yang lain maka mereka akan


(1)

Dalam kaidah ikatan pendidik harus menanamkan pada jiwa anak hakekat iman kepada Allah, iman kepada para Malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada dua pertanyaan malaikat dan adzab kubur, hisab, surga, neraka dan hal-hal ghaib lainnya.

B.Saran

1. Menempatkan, memandang dan mendudukkan anak sebagaimana Al-Qur‟an mendudukkan dan mengarahkan

2. Senantiasa belajar, membaca dan terus membaca. Terutama membaca ayat-ayat Al-Qur‟an dan mengamalkannya.

3. Senantiasa mewaspadai musuh-musuh Islam. Musuh yang akan datang memangsa kita, memangsa anak-anak kita dan seluruh generasi muslim yang akan mencampakkan ke dalam jurang kehancuran akhlak. Tanpa adanya akhlak kita akan terjerumus kepada hal-hal yang negatif. C.Penutup

Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa Al-Qur‟an tidak ada keraguan di dalamnya dan merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Selain itu Al-Qur‟an dapat menjadikan pendidikan mental spiritual anak, pendidikan fisik maupun pendidikan sosial. Jadi pada masa yang akan datang, dapat menjadikan manusia yang shalih, beriman, berakhlak dan mempunyai risalah untuk mencapai tujuan akhir, yaitu mencari Ridha Allah swt.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Baihaqi. 1990. Syu’abul Iman Juz VI. Libanon: Darul Kutub. Al-Ghazali. T. th. Ihya’ Ulumudin III. Semarang: Toha Putra.

Aljazairi, Abu Bakar Jabir. 1999. Minhajul Muslim. Beirut: Darul Fikr.

Arifin, M. 1988. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Dilingkungan Sekolah dan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.

Assabiqunalawwalun.blogspot.com Banihasyim.wordpress.com

Daradjat, Zakiyah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Depag RI. 1987. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta.

Dirgen Binbaga Islam. 1995. Pelajaran Aqidah Akhlak. Jakarta: Depag RI. Djatnika, Rahmad. 1996. Sistem Etika Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas. Halim, Nipan Abdul. 2000. Menghias diri Dengan Akhlak Terpuji.

Yogyakarta: Mitra Pusaka. Hmalatiefbukhori.blogspot.com

Husain, Akhlak. 2000. Menjadi Orang Tua (Muslim) Terhormat. Surabaya: Risalah Gusti.

Imam Muslim. T. th. Shohih Muslim Juz II. Semarang.

Jabir, Abu Bakar. 2000. Ensiklopedi Muslim. Jakarta: Darul Falah.

Marimba, AD. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al ma‟arif

Shadily, Hasan. T. th. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve.


(3)

Surachmat, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Ulwan, Abdullah Nashih. 1993. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Semarang. Asy-Syifa‟.

Winkel, WS. 1985. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Era Media.

Zuhairini, Abdul Ghofir & Slamet. 1983. Metodhik Khusus Pendidikan Agama. Malang. IAIN Sunan Ampel.


(4)

(5)

(6)