METODE PEMBELAJARAN SAXOPHONE PADA KELAS XI DI SMK N 2 KASIHAN BANTUL.

(1)

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Guntur Eko Prasetyo NIM 11208244004

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

“I WANT TO DO IT BECAUSE I WANT TO DO IT” (Amelia Earhart)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk :

Bapak Tri Istanto dan Ibu Siti Nurhayati (Orang Tua) Ardias Guruh Saputra (Adik)


(6)

penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Skripsi berjudul “Metode Pembelajaran Saxophone Pada Kelas XI di SMK Negeri 2 Kasihan Bantul”, disusun guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam menyusun tugas akhir skripsi ini, saya mendapat bantuan, dorongan, dan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Agustianto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktu, memberi bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini;

2. Drijastuti Jogjaningrum, S.Sn., M.A., selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu, memberi bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini;

3. Kepala Sekolah SMK N 2 Kasihan Bantul yang telah memberi ijin pelaksanaan penelitian ini;

4. Drs. Gempur Irianto selaku guru praktik saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul yang telah menjadi narasumber dan banyak membantu demi kelancaran penelitian ini;

5. Siswa-siswi saxophone kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul yang telah menjadi narasumber dan banyak membantu demi kelancaran penelitian ini; 6. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 yang telah memberikan support 7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah


(7)

(8)

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR ISTILAH ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Secara Teoritis ... 4

2. Secara Praktis ... 4

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran ... 6

B. Tinjauan Tentang Saxophone ... 16


(9)

D. Tahap-tahap Penelitian ... 21

1. Tahap Pra-Lapangan ... 22

2. Tahap Lapangan ... 22

3. Tahap Pasca Kegiatan Lapangan... 22

E. Metode Pengumpulan Data ... 23

1. Observasi ... 23

2. Dokumentasi ... 23

3. Wawancara ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 24

G. Triangulasi ... 25

H. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PADA PROSES PEMBELAJARAN SAXOPHONE DI SMK N 2 KASIHAN BANTUL A. Awal Mula Pembelajaran Saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul ... 30

B. Proses Pembelajaran di SMK N 2 Kasihan Bantul ... 31

1. Praktik Individu ... 32

a) Sikap Tubuh ... 33

b) Pemanasan (Warming Up) ... 34

c) Latihan Etude dan Tangga Nada ... 39

d) Latihan Lagu ... 41

2. Praktik Bersama ... 43

a) Ansambel Musik ... 43

b) Orkestra ... 43


(10)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(11)

Gambar 2, 3 : Cara Membawa Saxophone Posisi Berdiri ... 33

Gambar 4 : Cara Meniup Saxophone (ambasir) ... 35

Gambar 5 : Notasi Long Tone ... 36

Gambar 6 : Penjarian ... 37

Gambar 7 : Notasi Teknik Staccato ... 38

Gambar 8 : Notasi Teknik Legato ... 39

Gambar 9,10 : Etude Royal School (Kiri) Etude Universal Method (Kanan) ... 40

Gambar 11 : Proses Pembelajaran Ansambel ... 44

Gambar 12 : Partitur Lagu Autumn Leaves ... 51

Gambar 13 : Partitur Etude Royal School no.12 ... 53

Gambar 14 : Siswa Instrumen Saxophone melakukan praktik pribadi .... 98

Gambar 15 : Siswa melakukan praktik bersama (orchestra) ... 98


(12)

Tabel 2 : Kisi-kisi observasi ... 64 Tabel 3 : Kisi-kisi wawancara ... 66


(13)

Lampiran 3 : Hasil Wawancara ... 68

Lampiran 4 : RPP dan Silabus ... 78

Lampiran 5 : Partitur Lagu dan Etude ... 96

Lampiran 6 : Foto-foto ... 98


(14)

menghasilkan suara saxophone. Woodwind : alat musik tiup kayu.

Entertaintment : hiburan. Long tone : nada panjang.

Embouchure : teknik meniup instrumen tiup. Etude : materi untuk latihan teknik.

Achord : gabungan beberapa nada yang dibunyikan sehingga menciptakan suasana harmonis.

Jamming : bermain musik secara spontan. Fingering : penjarian.

Transposisi : perpindahan nada dasar. High not : nada tinggi.

Staccato : cara memainkan suatu nada pendek-pendek atau terputus-putus.

Legatto : menyanyikan suatu melodi dengan disambung dalam satu waktu.

Sforzando : memainkan satu nada yang kuat pada ketukan pertama.

Style : gaya.

Lento : tempo musik yang sangat lambat. Presto : tempo musik yang cepat sekali. Vivace :tempo musik yang cepat dan girang.

Gazebo : Suatu bangunan terbuka yang ada di taman.

Power : Kekuatan.


(15)

Guntur Eko Prasetyo NIM 11208244004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul. Secara khusus penelitian ini dilakukan pada pembelajaran saxophone kelas XI .

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru pembimbing saxophone kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul. Objek penelitian ini adalah metode pembelajaran saxophone yang digunakan pada kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul. Data diperoleh dengan observasi tanpa berpartisipasi, wawancara, dan dokumentasi untuk kemudian diuji dengan triangulasi data. Data dianalisis dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa metode pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran saxophone kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul adalah metode ceramah, demonstrasi, imitasi dan drill. Pada penelitian ini ditemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran praktik individu saxophone dilakukan di luar ruangan seperti di lapangan, taman sekolah dan gazebo. Pembelajaran luar kelas dilakukan agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran instrumen saxophone, cara ini juga berfungsi untuk melatih power dalam meniup saxophone. Selain itu dalam pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul terdapat juga praktik bersama seperti ansambel, band, dan orkestra. Siswa juga diwajibkan untuk berlatih mandiri dengan iringan band dan piano untuk melatih progresi achord agar siswa terbiasa dan cepat tanggap dalam berimprovisasi.


(16)

Keinginan dalam bermusik sekarang sudah mulai mencakup berbagai kalangan baik anak muda, orang tua, maupun anak-anak. Perkembangan media elektronik yang semakin pesat juga mempengaruhi musik dalam perkembangannya. Hal inilah yang menjadikan musik semakin diminati semua kalangan. Minat dalam bermusik dapat dilihat dari munculnya begitu banyak lembaga-lembaga yang menawarkan pendidikan musik dengan berbagai macam spesifikasi belajar musik yang di tawarkan dari usia dini hingga usia lanjut. Bukan hanya sekolah nonformal saja yang mulai menawarkan pendidikan musik sebagai tambahan pembelajaran musik, bahkan sekolah formal sudah mulai menambahkan musik sebagai ekstrakurikuler dalam pembelajaran.

Sekolah Menengah Kejuruan sudah mulai banyak dipilih karena dianggap dapat mencetak lulusan siap kerja, dan sejak awal sudah diarahkan sesuai dengan minat siswa masing-masing. Salah satunya adalah SMK N 2 Kasihan Bantul Yogyakarta yang dikenal dengan Sekolah Menengah Musik (SMM). Sekolah Menengah Musik (SMM) adalah sekolah kejuruan yang mengajarkan ilmu tentang musik baik secara teori dan praktik. Musik yang menjadi dasar dalam pembelajaran Sekolah Menengah Musik adalah musik klasik. Instrumen yang ditawarkan untuk menjadi minat utama yaitu instrumen gesek, instrumen pukul, instrumen petik, instrumen vokal, dan


(17)

instrumen tiup. Salah satu instrumen tiup yang menjadi minat utama siswa-siswa Sekolah Menengah Musik adalah instrumen saxophone. Saxophone berdasarkan sumber bunyinya merupakan alat musik aerophone, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Aer : udara, dan phone : bunyi. Menurut Hopkin (1996: 61) aerophone dapat diartikan sebagai kelompok alat musik yang sumber bunyinya berasal dari hembusan udara pada rongga. Saxophone merupakan jenis instrumen woodwind.

Masyarakat sudah mulai melihat bahwa instrumen saxophone menjadi instrumen yang populer dan dibutuhkan dimanapun keadaan dan kondisinya, baik dalam pertunjukan musik orchestra maupun pertunjukan musik dengan format kecil yaitu berupa band atau akustik dalam berbagai macam acara. Untuk itulah siswa instrumen saxophone dipersiapkan memiliki ketrampilan yang memadai supaya dapat menjawab permasalahan dan kebutuhan masyarakat saat ini. Diharapkan para lulusan dari SMK N 2 Kasihan dapat menjadi solusi yang tepat dimana musik sudah mulai menjadi hal yang penting di setiap acara di dunia entertainment.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, siswa siswi instrumen saxophone di Sekolah Menengah Musik mempunyai ketrampilan dan spontanitas dalam bermain saxophone dengan baik. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai pembelajaran instrumen saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul, khususnya mengenai metode pembelajaran saxophone.


(18)

Dalam proses pembelajaran baik secara teori maupun praktik, metode pembelajaran sangat penting. Metode yang digunakan dapat digunakan sebagai pengukur sejauh mana keberhasilan seorang pengajar dalam mengajarkan suatu hal. Proses inilah yang diterapkan dalam pembelajaran musik baik secara formal maupun non-formal. Metode dasar yang digunakan dalam pembelajaran musik adalah metode latian dan demonstrasi. Metode ini sangat umum digunakan dalam pembelajaran musik karena metode ini cukup relevan untuk diterapkan.

Untuk itulah penulis memilih penulisan tentang metode yang digunakan dalam pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul, sehingga menghasilkan lulusan-lulusan yang mampu bermain musik dengan baik, karena di lembaga inilah awal dari pendidikan musik secara formal. Penulisan ini difokuskan pada kelas XI karena kelas ini merupakan fase lanjutan dari kelas X pada pembelajaran saxophone yang ada di SMK N 2 Kasihan Bantul dan pada kelas ini praktik instrumen pokok lebih diunggulkan daripada di kelas X. Sedangakan pada kelas XII sudah fokus di ujian akhir dimana praktik instrumen saxophone hanya difokuskan pada materi ujian akhir saja.

Berdasarkan paparan di atas penulis ingin mendiskripsikan metode pembelajaran saxophone ini, khususnya metode pembelajaran saxophone kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal musik konvensional. Penulisan ini berjudul “Metode Pembelajaran Saxophone Pada Kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul”


(19)

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dikaji dalam penulisan ini adalah metode pembelajaran saxophone yang digunakan pada kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul.

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan fokus masalah, tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan metode pembelajaran saxophone pada kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul.

D. Manfaat Penulisan 1. Secara Teoritis

a. Untuk memberikan tambahan pengetahuan bagi pemerhati musik, pecinta musik, dan pelaku seni.

b. Dapat digunakan sebagai referensi kajian pustaka untuk penulisan selanjutnya.

2. Secara Praktis

a. Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi siswa dan guru supaya dapat saling memahami metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.


(20)

b. Sebagai wawasan dan bahan apresiasi bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Musik FBS UNY, khususnya mahasiswa instrumen saxophone.


(21)

Metode yaitu cara yang sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai (Pasaribu & Simanjuntak, 1993: 13-14). Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikan untuk membantu peserta didik melakukan belajar (Isjoni, 2010: 12). Lebih lanjut, menurut Hutabarat (1986: 100) pembelajaran adalah totalitas aktifitas belajar-mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi yang selanjutnya ditindak lanjuti dengan follow up.

Hamalik (1994: 57) berpendapat bahwa pembelajaran adalah

”proses dan cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun atas unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan sebuah aktivitas belajar-mengajar yang pengelolaannya sudah tersusun untuk suatu peningkatan yang positif dan hal itu biasanya ditandai dengan dengan perubahan perilaku dari setiap individu.”

Pembelajaran diartikan sebagai proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukan tingkah tertentu, sebagai respon terhadap situasi tertentu pula (Mukmin, 2004: 5). Sedangkan Mulyasa dalam Ismail (2008: 10) berpendapat bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut


(22)

banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas maka kesimpulan yang dapat diambil adalah pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang mengarah pada perubahan yang lebih baik.

Menurut Sanjaya (2008: 58) di dalam proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan satu dengan yang lain : tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi. Adapun komponen-komponen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar-mengajar. Tujuan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam satu kali pertemuan (Sanjaya, 2008:68).

Menurut pendapat di atas tujuan pembelajaran adalah kemampuan yang harus dicapai peserta didik setelah peserta didik melakukan proses pembelajaran.


(23)

b. Materi Pembelajaran

Yang dimaksud dengan materi pembelajaran adalah bahan ajar yang disiapkan untuk disajikan dan dilatihkan kepada siswa. Materi pelajaran adalah bahan pelajaran yang merupakan isi dari proses interaksi (Suryobroto, 1986:12).

Menurut pendapat diatas materi merupakan bahan ajar yang dirancang oleh pengajar untuk dibelajarkan kepada siswa atau peserta didik.

c. Metode Pembelajaran

Berasal dari bahasa Yunani, metha (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara). Secara umum metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau strategi untuk mencapai tujuan dan kegunaan tertentu (Hasibuan, 2002: 19). Suryobroto (1986: 3) berpendapat bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Semakin tepat metode yang digunakan diharapkan semakin efektif pencapaian tujuan tersebut.

Pasaribu dan Simanjuntak (1982: 17) menjelaskan bahwa metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dalam kaitannya dengan sekolah, Winarno Surachmad (1961: 38) mengatakan bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.


(24)

Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa metode adalah cara sistematik yang dalam fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.

Ismail (2008: 8) mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah “suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Selain itu metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.”

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran berdasarkan rencana yang sudah disusun sedemikian rupa.

Ada bermacam-macam metode pembelajaran yang dapat digunakan seorang guru dalam menyampaikan materi. Penggunaan lebih dari satu metode pembelajaran akan membuat kegiatan belajar-mengajar akan lebih bervariasi dan meminimalisir kejenuhan siswa. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Jamalus (1988: 31) yang mengatakan bahwa metode pembelajaran itu bermacam-macam jenisnya dan dapat dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Beberapa metode pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran di antaranya :

1. Metode Ceramah

Menurut Sanjaya (2008: 147) metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau


(25)

penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Winarno Surakhmad (dalam Suryosubroto, 2002: 165) juga mengemukakan, ceramah sebagai metode mengajar penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Metode ceramah merupakan kombinasi dari metode hafalan, diskusi dan tanya-jawab (Muhaimin,dkk, 1996: 83).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi dari guru kepada siswa untuk menyampaikan materi pembelajaran melalui penerangan dan penuturan secara lisan. Di dalamnya terdapat kombinasi beberapa metode yaitu metode hafalan, diskusi, dan tanya-jawab.

2. Metode Tanya-jawab (Respons)

Menurut Sudjana (2005: 78) metode tanya jawab adalah

“metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two ways traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Metode tanya jawab hampir sama dengan metode ceramah karena alatnya adalah bahasa lisan. Bedanya dengan metode ceramah yaitu siswa ikut berpikir dalam usaha menyerap ilmu yang disampaikan. Jadi siswa lebih aktif daripada belajar dengan metode ceramah”

Menurut Ismail (2008: 20) kelebihan dari metode tanya-jawab adalah “Guru dan murid sama-sama aktif, siswa lebih mudah berkonsentrasi terhadap pelajaran, tidak terikat pada waktu dan tempat, serta murah biayanya. Sedangkan kekurangannya adalah tidak mudah menyusun pertanyaan karena pertanyaan-pertanyaan itu selalu dibedakan antar pertanyaan fakta, definisi, alasan, kesimpulan, dan menyangkut pengertian (konsep). Manfaat terpenting dari metode tanya-jawab adalah guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan”


(26)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas jadi kesimpulannya bahwa metode tanya-jawab adalah metode yang dapat menciptakan suasana aktif dalam pembelajaran. Kedua pihak sama-sama diuntungkan, guru menjadi mengerti sejauh mana siswa menangkap materi yang sudah disampaikan dan siswa menjadi lebih terbuka untuk bertanya kepada guru.

3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Djamarah, 2000: 10). Menurut Muhibbin Syah (dalam Feni. K, 2011: 11) metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Sehingga dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dengan memperagakan barang, kejadian atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang berkenaan dengan materi pelajaran baik secara langsung maupun menggunakan media pembelajaran yang sudah diselesaikan. 4. Metode Drill

Menurut Sagala (2005: 217) metode drill adalah metode pembelajaran dengan cara mengulang-ulang, metode ini pada


(27)

umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari. Pada metode ini siswa harus ikut serta dalam proses pembelajaran. Sedangkan Ismail (2008: 21) mengatakan bahwa latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode latihan adalah pembelajaran dengan cara diulang-ulang dengan tujuan agar peserta didik memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari dan dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.

5. Metode Diskusi

Diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan problematik (Sagala, 2005: 208). Sedangkan menurut Suryosubroto (2002: 179) metode diskusi adalah :

“Suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai pemecahan atas suatu masalah.”

Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi ini dimaksudkan untuk menampung sejumlah pendapat kemudian memecahkan masalah yang sedang dihadapi dengan beberapa pendapat dari anggota kelompok diskusi.


(28)

6. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar yang kemudian harus dipertanggungjawabkan (Sagala, 2005: 219). Lebih lanjut Ismail (2008: 21) mengatakan bahwa tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.

Berdasarkan dua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pembelajaran oleh guru dengan memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar untuk kemudian dipertanggungjawabkan, dan dapat merangsang anak untuk aktif belajar secara individu maupun kelompok.

7. Metode Eksperimen

Menurut Sagala (2005: 220) metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu alam, ilmu kimia, dan sejenisnya (Ismail, 2008: 20). Biasanya digunakan terhadap ilmu-ilmu alam yang


(29)

di dalam penelitiannya menggunakan metode yang sifatnya obyektif, baik yang dilakukan di dalam / di luar kelas maupun di dalam suatu laboratorium tertentu.

8. Metode Hafalan

Metode hafalan dalam pembelajaran umum termasuk salah satu metode yang membentuk kombinasi metode ceramah (Muhaimin, dkk, 1996: 83). Metode ini lebih sering digunakan pada bidang pembelajaran umum yang membutuhkan kemampuan menghafal untuk kemudian bisa memahami konsep dari materi yang diajarkan. Contoh bidang pembelajaran yang menggunakan metode hafalan adalah Bahasa Indonesia, Ilmu Sains, dan Matematika untuk menghafal rumus.

Dari pendapat di atas metode hafalan adalah metode dimana peserta didik harus hafal dan paham materi yang telah disampaikan oleh pembimbing.

9. Metode Imitasi

Metode imitasi merupakan salah satu metode pembelajaran dengan cara menirukan perkataan guru. Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Menurut Ahmadi (2003: 14) faktor imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Dalam proses pembelajaran, metode imitasi berarti siswa terdorong untuk menirukan perkataan atau gerakan yang dilakukan guru. Menurut Gerungan (1966: 36) imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkan


(30)

dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi terhadap apa yang diimitasi. Imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang ikut berperan. Metode imitasi adalah salah satu tindakan yang dilakukan dimana guru tersebut memberikan contoh agar siswa mendapatkan gambaran mengenai kualitas bermain musik yang baik dan benar. Menurut Ahmadi (2003:16) metode imitasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun yang menjadi kelebihan metode tersebut adalah mudah dilaksanakan dan dapat diterapkan dalam segala kondisi, misalnya dalam kondisi keterbatasan. Sedangkan kekurangan dari metode imitasi adalah pengetahuan hanya dapat bersifat peniruan dan bukan berdasarkan pemahaman, sukar memberikan tugas yang membutuhkan pemahaman yang tinggi, dan kreativitas rendah.

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode imitasi adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dengan cara memberi contoh yang kemudian diikuti dengan cara menirukan apa yang telah dicontohkan.

d. Media Pembelajaran

Media merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Yuwono, 2011: 10).

Menurut Supriyanto (2008: 9) media pembelajaran adalah

”Alat untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang akan digunakan oleh pendidik atau guru dalam menyampaikan materi pelajaran.


(31)

Memilih dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.”

Menurut pendapat di atas media pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan pendidik untuk menyampaikan materi supaya tujuan dari pembelajaran berhasil.

e. Evaluasi Pembelajaran

Dengan adanya evaluasi terhadap hasil pembelajaran yang teratur akan memudahkan pendidik untuk mengontrol tingkat perkembangan peserta didik sehingga pencapaian tujuan pendidikan dapat dioptimalkan (Yuwono, 2011: 10).

Menurut Suryobroto (1986: 12) evaluasi merupakan

”Barometer untuk mengukur tercapainya proses interaksi, dengan mengadakan evaluasi dapat mengontrol hasil belajar siswa dan juga dapat mengontrol ketepatan suatu metode yang digunakan oleh guru, sehingga pencapain tujuan pembelajaran dapat dioptimalkan.”

Dari pendapat di atas evaluasi pembelajaran adalah suatu proses dimana pendidik melakukan pengecekan terhadap peserta didik agar perkembangan dari peserta didik terkontrol dan tujuan pembelajaran dapat berhasil dengan baik.

B. Tinjauan Tentang Saxophone

Menurut Teal Larry (1963 : 13) saxophone adalah salah satu instrumen yang diciptakan. Sedangkan instrumen modern lainnya mempunyai sejarah panjang dan awalnya sulit dilacak, sejarawan setuju Adolph Sax, pembuat


(32)

instrumen dari Brasil, merancang dan menciptakan saxophone di awal 1840an. Adolph Sax, terkenal untuk perancang instrumen woodwind, memutuskan menggabungkan 2 keluarga instrumen dengan memasang mouthpiece reed tunggal dengan tubuh kuningan berbentuk kerucut dengan mekanik penjarian tipe woodwind. Desain dasar dari instrumen ini belum pernah berubah, meskipun sudah banyak perbaikan yang telah dibuat.

Sax dianggap penemuan barunya lengkap pada tahun 1846, untuk itu maka ia ingin pergi ke Paris untuk memperoleh hak paten untuk itu. Dipertimbangkan sebagai instrumen gabungan dari woodwind dan brass. Percobaan instrumen saxophone pertama di lakukakan di band militer Perancis.

Keluarga Saxophone : 1. Soprano In Bb 2. Alto In Eb 3. Tenor in Bb 4. Baritone In Eb 5. Bass In Bb


(33)

Gambar Keluarga Saxophone (Dokumen H. & A. Selmer, Inc.)

Semua jenis saxophone mempunyai sistem penjarian yang sama, perbedaan struktural adalah ukurannya. Tidak ada perubahan besar dari teknik yang diperlukan untuk beralih dari satu jenis saxophone ke jenis yang lain. Meskipun ambasir membutuhkan sedikit penyesuaian, tetapi konsep dasar produksi nada tetap sama. yang berbeda terutama adalah ukuran mouthpiece dan reed.

Semua notasi untuk saxophone ditulis dalam kunci G, bahkan untuk instrumen baritone dan bass. Saxophone adalah instrumen tranposisi, score ditulis dalam kunci saxophone, bukan kunci piano. Untuk mnggambarkan ini, C tengah pada piano akan dinotasikan dengan cara berikut


(34)

Range nada saxophone :

Menurut penngertian di atas, saxophone ditemukan pada tahun 1840an dan di patenkan pada tahun 1846. Pertama kali di coba pada band militer Perancis. Saxophone masuk dalam kategori instrumen woodwind.

C. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian Octavina Kris Naramy (2014) yang berjudul “Metode Pembelajaran Rebab Pada Kelas X dan XI di SMKN 1 Kasihan Bantul”, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa proses pembelajaran rebab di SMK N 1 Kasihan Bantul menggunakan beberapa metode pembelajaran yaitu metode ceramah, demonstrasi, tanya-jawab, latihan, imitasi, tafsir, menghafal dan pemberian tugas. Selain itu peneliti juga menemukan metode pembelajaran yang unik yaitu metode menghafal dan tafsir. Meskipun digunakan pada pembelajaran rebab, tidak menutup kemungkinan metode menghafal digunakan pada pembelajaran ricikan gamelan yang lainnya.

Penelitian Yuliantoro Eko Yuwono (2011) yang berjudul “Metode Pembelajaran Musik Ensembel Yang Diterapkan Dalam Komunitas


(35)

(Pe)Musik Akustik B-01 Di Gereja Benteng Yogyakarta”, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran musik ansambel yang diterapkan dalam komunitas (Pe)musik B-01 adalah metode latihan bersama menggunakan metode Kodaly dengan memilih pendekatan Rhytm duration syllables untuk membantu menunjang pembelajaran musik yang lebih memfokuskan pada kesamaan ketukan pada saat permainan bersama. Metode ceramah, metode demonstrasi dan metode latihan individu ata drill.

Penelitian Martha Ratnaningtyas Dwi Savitri (2010) yang berjudul “Metode Pembelajaran Vokal Pada Paduan Suara Vocalista Angels di Klaten”, hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan pada paduan suara Vocalista Angels adalah metode khusus pembelajaran musik yaitu metode Analisa-sintesa yang dalam pelaksanaannya menggabungkan beberapa metode pembelajaran seperti metode ceramah, metode tanya-jawab, metode demonstrasi, metode drill, metode imitasi, metode membaca dan metode menghafal/berfikir.

Adapun relevansi dengan penelitian ini adalah pada metode pembelajaran, namun terdapat perbedaan pada objek penelitiannya yaitu metode pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul, sehingga penelitian ini masih termasuk penelitian yang orisinil.


(36)

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Menurut Arikunto (1992: 303), “penelitian deskriptif merupakan penelitian mengenai keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan hanya menggambarkan apa adanya mengenai suatu variabel, gejala suatu keadaan”.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus tahun 2015, dalam 1 minggu dilakukan penelitian 4-5 kali di SMK N 2 Kasihan Bantul.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran saxophone yang digunakan pada kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul.

D. Tahap-tahap Penelitian

Menurut Sujarweni (2014:34) tahapan penelitian kualitatif terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:


(37)

1. Tahap Pra-lapangan

Sebelum melakukan penelitian tentang metode pembelajaran saxophone pada kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul, tahap pra-lapangan yang dilakukan adalah menyusun pertanyaan yang akan diajukan saat wawancara dengan expert. Hal lain yang perlu dipersiapkan adalah perlengkapan penelitian seperti alat tulis dan alat perekam.

2. Tahap Lapangan

Memasuki tahap kegiatan lapangan peneliti melakukan wawancara kepada expert yaitu Drs. Gempur Irianto selaku pengajar mayor saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul, Drs. Samsuri Nugroho selaku kepala sekolah SMK N 2 Kasihan Bantul, dan siswa kelas XI mayor saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul. Pada proses wawancara, fungsi peneliti adalah mengarahkan pembicaraan agar terfokus pada pokok bahasan dan tidak melebar ke pokok bahasan lain. Peneliti juga melakukan analisis dasar pada saat wawancara sehingga proses wawancara dapat berkembang dan lebih mendalam.

3. Tahap Pasca Kegiatan Lapangan

Pasca kegiatan lapangan, peneliti kemudian melakukan analisis data terhadap data-data yang telah didapat dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari analisis data tersebut nantinya akan digunakan dalam menyusun laporan penelitian tentang metode pembelajaran saxophone pada kelas XI di SMK N 2 Kasihan Bantul.


(38)

E. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode, yaitu : 1. Observasi

Sugihartono,dkk (2007: 158) observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dengan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi dalam penelitian ini yaitu mengamati materi pembelajaran berupa etude dan lagu sebagai bahan pembelajaran dilanjutkan pengamatan tentang metode yang digunakan dalam pembelajaran, yang terakhir mengamati media apa saja yang digunakan oleh guru di SMK N 2 Kasihan Bantul.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Oleh karena sebenarnya sejumlah fakta dan data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi Bungin (2007:121). Data-data yang dikumpulkan melalui metode dokumentasi adalah sebagai berikut :

a. Dokumentasi berupa rekaman video pembelajaran pada penelitian ini adalah saat proses pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan, video diambil pada saat proses pembelajaran individu, ansambel, Latihan iringan band, dan orkestra. Video diambil pada tanggal 20 Agustus 2015.


(39)

b. Dokumentasi berupa foto-foto yang diambil saat pembelajaran saxophone, berupa foto etude/partitur, foto tempat pembelajaran. Foto-foto diambil saat proses penelitian pada tanggal 1 Agustus – 31 Agustus 2015.

c. Dokumentasi lainya berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul yang dibuat oleh guru.

3. Wawancara

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interviewee) Bungin (2001:155). Pada tahap ini peneliti memilih Bapak Gempur Irianto selaku pembimbing saxophone dan siswa-siswa instrumen saxophone sebagai informan yang dianggap mampu memberi data secara jelas sehingga mampu menambah kelengkapan data penelitian. Wawancara dilakukan bertahap pada tanggal 1 – 31 Agustus 2015.

F. Instrumen Penelitian

Peneliti kualitatif sebaga human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data membuat kesimpulan atas temuannya. Menurut pendapat Nasution dalam Sugiyono (2008: 223)


(40)

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan daripada menjadikan manusia sebagai instrumen peneliti utama. Alasannya isalah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian.”

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dimana peneliti sendirilah yang melakukan pengumpulan data-data tertulis maupun merekam dari para narasumber maupun informan. Pada kondisi yang tidak pasti, membuat peneliti itu sendiri sebagai satu-satunya yang dapat mencapainya. Jadi sangat jelas dengan adanya uraian tersebut bahwa peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif

G. Triangulasi

Triangulasi data berarti menguji validitas data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi selama penelitian. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 242) :

Triangulasi data dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan. Triangulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan sumber dan metode, artinya peneliti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Gambar 1. Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data (Bermacam-macam Cara


(41)

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk kepentingan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data Moleong (2006: 178). Menurut Denzin dalam Moleong (2006: 178) ada empat macam teknik triangulasi yaitu dengan memanfaatkan sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini teknik pemeriksa keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informas yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan, orang berada, orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan Dari kelima cara tersebut, maka cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Membandingkan data observasi, hasil pengamatan dengan hasil wawancara, dalam hal ini peneliti sudah melakukan wawancara dengan Guru dan siswa siswi praktik instrumen saxophone SMK N 2 Kasihan Bantul pada


(42)

tanggal 1 – 8 Agustus 2015 dan dibandingkan dengan hasil pengamatan pada tanggal 9 – 31 Agustus 2015 memperoleh hasil yang relevan.

2) Membandingkan hasil pengamatan dengan data dari narasumber, hal ini peneliti membandingkan data-data berupa materi dan metode pembelajaran yang digunakan dengan kondisi nyata saat proses pembelajaran dilaksanakan diperoleh hasil yang relevan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik deskriptif kualitatif, yang dilakukan dengan memaparkan data-data melalui kata-kata atau kalimat-kalimat untuk memperoleh kesimpulan. Sesuai apa yang dilakukan oleh Miles dan Huberman (1992: 21), “hasil analisis data kualitatif disajikan dalam bentuk kata-kata dan bukan serangkaian angka-angka.

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu dimanadata dianalisis dan dideskripsikan dengan kenyataan yang sebenarnya. Sebelum peneliti menjelaskan tentang proses analisis data, terlebih dahulu memahami tentang analisis data. Menurut Suprayoga dan Tabroni (2001: 191) “Analisis data adalah rangkaian kegiatan pebelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah Moleong (2006: 248) berbendapat bahwa “Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengoragnisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola,


(43)

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.”

Proses analisis data secara umum dikelompokan menjadi 4 tahap, yaitu analisis pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan memberikan kesimpulan atau verifikasi (Suprayoga dan Tabroni, 2001: 192).

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :

1. Proses pertama adalah pengumpulan data, pada proses ini antara lain setelah peneliti mendapatkan fokus tentang metode pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan, selanjutnya peniliti mulai membuat draf pertanyaan bersifat sementara yang pasti akan berkembang selama penelitian berlangsung, seperti materi pembelajaran berupa etude dan lagu apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran, metode yang digunakan guru dalam mengajar, lalu media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Setelah itu peneliti menetapkan pertanyaan wawancara dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan.

2. Setelah tahap pertama selesai dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu reduksi data. Menurut Miles dan Huberman dalam Suprayoga dan Tabroni (2001: 193) reduksi data dapat diartikan sebagai “proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan.” Dari data yang telah terkumpul tersebut dilakukan pemilahan, langkah ini dilakukan agar


(44)

Dalam hal ini penelitian difokuskan untuk mendeskripsikan metode pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul. Data-data yang penting dan sesuai dengan penelitian diambil dan dikategorisasikan, sedangkan data-data yang tidak penting atau tidak sesuai dengan penelitian ini dibuang.

3. Alur penting berikutnya dalam analisis data adalah penyajian data (Data Display). Menurut Miles dalam Suprayoga dan Tabroni (2001: 193) “Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.” Display atau pemaparan data diperlukan untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan tentang data-data yang telah direduksi dan dikategorisasikan. Data-data tersebut kemudian disusun sesuai dengan subjek yang diteliti sehingga menampilkan data-data yang terstruktur. Pemaparan ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengambil kesimpulan.

4. Tahap akhir dari proses ini menurut Suprayoga,dkk (2001: 195) yaitu menarik kesimpulan dan verifikasi data sejak data diperoleh selama penelitian berlangsung. Kemudian kesimpulan dikembangkan sejalan dengan berkembangnya data yang terkumpul. Kesimpulan dibatasi pada data yang relevan dengan tujuan penelitian. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proporsi.


(45)

A. Awal Mula Pembelajaran Saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul.

Pembelajaran saxophone sudah ada di SMK N 2 Kasihan Bantul sejak tahun 2005. Karena berbasis musik klasik maka instrumen saxophone tidak masuk dalam kategori pembelajaran di SMK N 2 Kasihan dari sejak awal berdirinya SMK N 2 Kasihan. Awalnya siswa instrumen saxophone pada tahun 2005 hanya 4 orang, namun dengan berkembangnya pengetahuan tentang musik maka siswa saxophone semakin meningkat, sampai tercatat pada tahun 2015 ada 12 siswa saxophone yang diterima di SMK N 2 Kasihan. Alasan diadakannya pembelajaran saxophone adalah karena peminat instrumen di dunia kerja meningkat. Sejak ada pembelajaran saxophone, hanya ada satu tenaga pengajar saxophone yang ada di SMK N 2 Kasihan.

Untuk menjadi siswa SMK N 2 Kasihan dan mengambil bidang keahlian instrumen saxophone siswa juga diberikan pelajaran solfegio, solfegio sangat berguna bagi para siswa instrumen saxophone karena pelajaran solfegio adalah pelajaran yang melatih kemampuan pendengaran atau ketajaman pendengaran musik, baik ketepatan ritmik maupun ketepatan nadanya. Solfegio dianggap penting untuk para siswa instrumen saxophone karena pada permainan saxophone membutuhkan pendengaran yang peka sehingga siswa dapat berimprovisasi dengan baik. Selain pelajaran solfegio yang menjadi tambahan bagi para siswa SMK N 2 Kasihan siswa juga


(46)

diberikan trambahan pengetahuan musik melalui pelajaran teori musik. Pelajaran teori musik merupakan pelajaran berjenjang di setiap semesternya. Pembelajaran teori musik inilah yang didalamnya siswa diperkenalkan dengan progresi achord. Progresi achord perlu dimengerti oleh siswa instrumen saxophone dikarenakan siswa dituntut dapat berimprovisasi dengan saxophone saat guru memainkan progresi achord, disinilah letak perbedaan instrumen saxophone dengan instrumen yang lain. Selain dapat membaca notasi balok siswa instrumen saxophone juga dituntut untuk mahir dalam berimprovisasi.

B. Proses Pembelajaran Saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul.

Pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul dibagi menjadi dua yaitu praktik bersama dan praktik individu. Praktik individu menjadi fokus utama dalam penelitian ini menurut hasil pengamatan pada tanggal 30 Juli praktik individu yang dilakukan oleh kelas XI dalam satu minggu terdapat tiga kali pertemuan dengan guru pengampu instrumen saxophone. Berikut jadwal keseluruhan pelajaran instrumen saxophone :

Tabel 1. Jadwal Pembelajaran Saxophone di SMK N 2 Kasihan

Hari Jam Mata Pelajaran Kelas Jumlah

Jam

Senin

5 – 6 Saxophone XI 2

7 – 8 Saxophone XII 2


(47)

Rabu

7 – 8 Saxophone XI 2

9 –

10 Saxophone XII 2

Kamis 5 – 6 Saxophone X 2

Sabtu

5 – 6 Saxophone X 2

7 – 8 Saxophone XI 2

Keteranngan : Merah : Kelas XI Kuning : Kelas XII Hijau : Kelas X

1. Praktik Individu

Proses Pembelajaran Saxophone siswa di SMK N 2 Kasihan dilakukan dengan beberapa tahapan. Mulai dari pemanasan hingga memainkan lagu. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Gempur Irianto guru Instrumen Pilihan Tiup khususnya saxophone di SMK N 2 Kasihan mengatakan :

“Dalam pembelajaran saxophone pada pelajaran instrumen pilihan tiup saxophone , siswa harus melakukan beberapa tahapan sebelum memainkan saxophone yaitu pemanasan, etude dan tangga nada, kemudian masuk ke dalam pembahasan lagu, yang terakhir latihan pengiring. Hal ini dilakukan diluar jam mata pelajaran tiup khususnya saxophone. (Wawancara, 1 Agustus 2015)”.


(48)

Sesuai dengan hasil wawancara di atas, dalam kelas pembelajaran

saxophone dimulai dengan tahapan sebagai berikut

a) Sikap Tubuh

Sebelum siswa diajak untuk melakukan praktik instrumen saxophone guru selalu megecek perihal sikap dalam membawa saxophone karena sikap sangatlah penting dan apabila dilakukan dengan salah akan mengakibatkan tidak nyaman saat memainkan alat musik saxophone. Hasil observasi pada tanggal 29 Juli – 31 Agustus 2015 siswa diajarkan tentang bagaimana cara membawa instrumen atau posisi duduk dan berdiri ketika memainkan saxophone dengan benar. Ketika meniup saxophone posisi saxophone boleh di kanan badan kita atau di depan.

Gambar 2 dan 3.

Cara Membawa Saxophone Posisi Berdiri (Kiri) Cara Membawa Saxophone Posisi Duduk (Kanan)


(49)

Sikap tubuh saat membawa saxophone jika dilakukan dengan baik dan benar maka akan berdampak baik pula bagi pemain saxophone. Menurut hasil wawancara dengan guru saxophone bahwa posisi berdiri yang baik adalah pada saat membawa saxophone posisi badan tegak santai seperti berdiri pada biasa (tidak bungkuk), berikut kutipan wawancara dengan guru saxophone bapak Gempur Irianto pada tanggal 1 Agustus 2015:

Peneliti : “Menurut bapak bagaimanakah posisi yang baik membawa saxophone saat berdiri ?”

Guru : “Simpel saja, berdiri wajar saja, kepala agak merunduk tapi pandangan mata lurus kedepan, saxophone agak dimiringkan ke kiri dengan menempelkan bagian bawah saxophone pada pinggul sebelah kanan. Itu sangat membantu keleluasaan gerak jari-jari dan menjaga supaya saxophone tidak banyak bergerak pada waktu dimainkan.”

b) Pemanasan (Warming Up)

Pemanasan sangat dibutuhkan dalam permainan saxophone. Sama seperti halnya dengan olahragawan sebelum melakukan kegiatan perlu dilakukannya pemanasan otot-otot agar tidak terjadi cidera, begitu juga dengan bermain saxophone. Pemanasan pada saat sebelum bermain saxophone dilakukan agar melatih mahasiswa membentuk tone nada yang baik dan pembentukkan embrouche (posisi bibir pada mouthpiece).


(50)

Gambar 4. Cara Meniup Saxophone (ambasir) (Dok. Guntur, 2015)

Menurut hasil penelitian tanggal 1 Agustus – 31 Agustus 2015 dalam proses ini guru mendemonstrasikan dan mencontohkan cara meniup saxophone dengan benar dan siswa mengikutinya. Untuk melatih ambasir perlu dilakukan tiupan long note setiap hari minimal 30 menit. Hal ini sangat diperlukan untuk pemanasan (warming up) sebelum dilanjutkan ke latihan teknik penjarian. Jika pemain meniup dengan ambasir yang kurang tepat maka suara yang dihasilkan akan pecah. Posisi ambasir yang tepat adalah letakkan gigi atas pada bagian atas dari mouthpiece, lekatkan bagian dalam dari bibir di sekeliling mouthpiece, sekaligus memajukan rahang bawah seperti sikap menggigit (gigi bawah sejajar dengan gigi atas). Pemanasan sendiri dilakukan dengan berbagai macam bentuk latihan sehingga


(51)

mahasiswa lebih terlatih lagi dalam memainkan instrument saxophone antara lain dengan latihan-latihan sebagai berikut:

1) Tiupan Nada Panjang (Long Tune)

Menurut hasil observasi tanggal 1 Agustus – 31 Agustus 2015 long tone selalu dilakukan saat siswa akan melaksanakan pembelajaran praktik individu. Guru selalu memeberi waktu selama 15 menit untuk melakukan long tone. Fungsi dari Long Tone adalah untuk menghasilkan suara yang bulat, tone yang tebal yang menjadi ciri khas dari suara saxophone itu sendiri. Selain itu long tone juga berfungsi untuk menguatkan rahang dan bibir dalam membentuk embouchure (posisi bibir pada mouthpiece) yang baik sehingga tiupan yang dihasilkan dapat baik pula.

Gambar 5. Notasi Long Tone (Dok. Guntur, 2015)

2) Penjarian (Fingering)

Penjarian dilakukan untuk melatih kecepatan jari siswa tiup dalam memainkan Saxophone. Menurut hasil observasi tanggal 1 Agustus – 31 Agustus 2015 dalam proses


(52)

pembelajaran saxophone secara individual latihan penjarian ini dilakukan dengan memainkan achord atau tri nada dari setiap tangga nada mulai dari tangga nada 1# sampai 7# hingga 1b sampai 7b baik tangga nada mayor maupun tangga nada minor. Latihan penjarian ini sangat membantu dalam memainkan nada-nada yang cepat, misalnya nada-nada-nada-nada 1/4, nada-nada-nada-nada 1/8, dan nada-nada 1/16. Selain itu penjarian yang baik dapat juga membantu siswa dalam memainkan teknik-teknik slur dan arpeggio.

Gambar 6. Penjarian (Dok. Guntur, 2015)


(53)

3) Latihan Teknik Tiupan

Dalam saxophone, banyak sekali terdapat teknik tiupan. Teknik-teknik tersebut dilakukan agar permainan dan kualitas suara yang dikeluarkan dari saxophone baik dan jelas. Hal ini disebabkan karena pada saat memainkan genre musik atau lagu tidaklah sama teknik peniupannya pada saxophone.

Menurut Hasil Observasi pada tanggal 1 Agustus – 31 Agustus 2015, teknik-teknik tiupan yang biasanya dilatih pada saat pemanasan adalah sebgai berikut :

a. Teknik Stacato

Tiupan dilakukan dengan cara memainkan lidah pada saat meniup Saxophone. Pada saat meniup, pemain seolah-olah mengatakan Tuth pada setiap nada.

Gambar 7. Notasi Teknik Staccato (Dok. Guntur, 2015)

b. Teknik Legato

Pada teknik ini, tiupan dilakukan dengan cara memainkan sedikit lidah tetapi tidak seperti teknik staccato, lidah di gunakan hanya untuk memulai nada awal atau aksen di awal meniup saxophone. Pada saat meniup, pemain seolah-olah mengatakan “Tha” dan “Ya”. Tha


(54)

dilakukan diawal nada yang akan dileggato dan “Ya” pada pertengahan nada yang dileggato.

Gambar 8. Notasi Teknik Legato (Dok. Guntur, 2015)

c) Latihan Etude dan Tangga Nada

Untuk menambah ketrampilan dalam memainkan instrumen saxophone dibutuhkan etude  Etude adalah lagu-lagu singkat atau pendek yang dimainkan untuk melatih penjarian, pernafasan dan membaca notasi balok pada saat bermain saxophone. Scale adalah tangga nada dapat juga disebut sebuah suksesi nada. Skala umumnya digunakan dalam musik Barat adalah skala diatonis, yang terdiri dari langkah-langkah utuh dan setengah dalam urutan tertentu. Latihan scale dimaksudkan untuk melatih penjarian dari semua tangga nada yang ada dalam musik. Ini bertujuan untuk mempermudah mahasiswa dalam memainkan lagu dari semua tangga nada juga membantu mahasiswa dalam memainkan lagu dalam bentuk ansambel atau orkestra.Pada mata kuliah tiup, etude dirangkum dalam sebuah buku diktat dimana tiap diktat berisi etude-etude yang berbeda tiap


(55)

tingkatan. Hasil observasi pada tanggal 29 juli – 31 Juli 2015 sebagai berikut :

1) Etude

Etude yang digunakan dalam proses pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul menggunakan Etude Royal School from ABRSM (Asociated Board of the Royal School of Music) dan universal method for Saxophone by Paul de Ville. Untuk buah lagu biasanya diambil dari Real Book Volume 7. Tetapi dalam membaca etude dan buah lagu memerlukan proses lama, karena pada tahap ini kemempuan dalam teori musik sangat diperlukan, terutama kebiasaan dalam primavista.

Gambar 9 dan 10. Etude Royal School (Kiri) Etude Universal Method (Kanan)


(56)

Etude Royal School seperti gambar diatas digunakan dalam pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan karena sudah standar International selain itu untuk melatih intonasi. Sedangkan etude Universal Method untuk melatih penjarian dan speed pada permainan saxophone.

Peneliti : “kenapa yang dipakai etude tersebut pak” Guru : “pertama memang royal school itu jelas

sudah standar ya, bahkan standar internasional, selain itu etude itu juga melatih penjarian karena nada-nadanya punya interval yang ekstrim. Dari C atas langsung ke C bawah gitu. Kalau Universal Method itu sebenernya dipakai belum lama, itu etudenya gruping-gruping gitu jadi melatih penjarian dan speed dalam memainkan saxophone.” (wawancara 1 Agustus 2015)

2) Tangga Nada

Ketika posisi jari sudah tepat selanjutnya mempelajari tangga nada, tangga nada yang dipelajari yaitu tangga nada 1# - 7# dan 1b – 7b baik itu Mayor ataupun minor (diatonis, harmonis, melodis, zigana).

d) Latihan Lagu

Pada tahapan ini, masing-masing siswa diberikan tugas oleh guru mata pelajaran saxophone bahan lagu yang akan dinilai pada ujian akhir semester. Menurut hasil observasi bahan lagu yang diberikan oleh guru berbeda antara siswa satu dengan siswa lainnya. Hal ini dikarenakan kemampuan individu antar siswa tidaklah sama,


(57)

sehingga pembagian bahan lagu untuk diujikan pun disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Gempur Irianto sebagai guru instrumen Tiup Saxophone tanggal 1 Agustus 2015 yang mengatakan “Pembagian lagu pada tiap siswa itu berbeda. Tidaklah mungkin tiap siswa memiliki kemampuan bermain saxophone yang sama, pasti berbeda-beda. Berdasarkan tingkat kemampuan merekalah saya membagi bahan-bahan lagu untuk ujian akhir. Tiap siswa bertanggung jawab terhadap bahan lagunya masing-masing”.

Bahan-bahan lagu yang diberikan oleh guru mata pelajaran tiup saxophone akan dilatih secara bersama-sama dengan guru instrumen saxophone. Berdasarkan hasil penelitian tanggal 1 Agustus sampai 31 Agustus 2015 latihan bersama dengan guru ini cukup membantu siswa, karena siswa dapat langsung bertanya kepada guru tentang kendala-kendala apa saja yang didapatkan dalam memainkan bahan lagu yang dimainkannya. Latihan bersama ini dilakukan hanya beberapa pertemuan saja yaitu tiga kali pertemuan, setelah itu mahasiswa akan berlatih bahan lagu secara mandiri tetapi tetap dengan pengawasan guru. Setiap pertemuan, guru akan memeriksa atau melihat sudah sejauh mana perkembangan siswa selama berlatih mandiri dalam memainkan bahan lagunya masing-masing. Jika terjadi kekurangan dalam memainkan bahan lagu, maka guru akan membantu mengatasi kendala-kendala yang dihadapai setiap mahasiswa.


(58)

2. Praktik Bersama a) Ansambel Musik

Setelah guru memberikan tugas berupa etude dan lagu proses berikutnya adalah siswa diberi tugas untuk membuat ansambel musik dengan format band, format kwartet tiup, ataupun bigband. Menurut hasil penelitian pada tanggal 1 Agustus – 31 Agustus siswa membuat ansambel musik dengan format band dengan instrumen gitar, bass, drum, dan keyboard. Pada proses tersebut siswa diiringi dengan temannya dan membawakan lagu masing-masing atau biasanya sekedar jamming membawakan lagu-lagu baru. Menurut observasi hal itu dilakukan untuk melatih spontanitas. Disinilah kemampuan siswa dapat dilihat dalam berimprovisasi dan membawakan lagu yang telah dipelajari dengan guru. Iringan band sangat penting dalam pembelajaran saxophone karena lagu yang dibawakan oleh para siswa biasanya bergenre pop dan jazz.

b) Orkestra

Selain itu di SMK N 2 Kasihan terdapat pembelajaran orkestra, pembelajaran ini juga salah satu praktik bersama. Untuk itu maka pihak sekolah memfasilitasi siswa untuk mulai terbiasa tampil dengan cara SMK N 2 Kasihan selalu mengadakan concert yang dilakuikan tiga kali dalam satu tahun yaitu welcome concert, home concert, dan farewell concert. Acara tersebut diperuntukan bagi para siswa agar dapat lebih mengasah rasa percaya diri sehingga para siswa saat


(59)

selesai menempuh pembelajaran di SMK N 2 Kasihan, siswa menjadi siap terjun di masyarakat.

c) Praktik Industri

Ketika kelas XI diadakan juga Praktik Industri (PI) dimana siswa satu angkatan harus menggelar pementasan keluar kota, itu termasuk salah satu program untuk menambah pengalaman dan jam terbang para siswa. Pementasan-pementasan ini juga dilakukan dengan harapan supaya siswa dapat memiliki jaringan luas untuk menjalin hubungan kerja, baik selama masih menjadi siswa maupun setelah lulus.

Gambar 11. Proses Pembelajaran Ansambel (Dok. Guntur, 2015)


(60)

C. Pembahasan

Dalam menyampaikan berbagai materi yang akan guru berikan pada proses pembelajaran saxophone, peniliti melihat beberapa metode didalamnya. Setiap proses pembelajaran guru selalu mendampangi siswa, guru memberikan arahan yang bersifat individu, guru juga memberikan materi yang berbeda pada setiap siswa, guru juga menganjurkan untuk latihan mandiri di luar jadwal praktek. Dari beberapa tahapan pembelajaran guru menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diberikan.

1. Pembelajaran pada pertemuan pertama

Pada tahap ini guru menggunakan metode ceramah, metode demonstrasi diikuti dengan metode imitasi.

a. Metode Ceramah

Metode ini digunakan guru ketika menerangkan secara lisan tentang ambasir (embrouche), fingering, transposisi. Guru

menjelaskan secara lisan tentang bagaimana ambasir yang baik, yaitu meletakkan gigi atas pada bagian atas dari mouthpiece, lekatkan bagian dalam dari bibir di sekeliling mouthpiece, sekaligus memajukan rahang bawah seperti sikap menggigit (gigi bawah sejajar dengan gigi atas). Dilanjutkan guru menerangkan tentang posisi-posisi jari untuk high not seperti G oktaf 3, G# oktaf 3, A oktaf 3, A# oktaf 3, B oktaf 3, dan C oktaf 3. Guru


(61)

menjelaskan bahwa nada-nada yang sudah dijelaskan di atas memiliki posisi rumit. Selanjutnya karena instrumen saxophone adalah alat transposisi jadi guru juga menjelaskan bagaimana

mentranspose partitur terompet ke saxophone secara langsung.

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi ini digunakan ketika guru memperagakan materi satu per satu dimulai dari embrouche (ambasir), dalam hal ini guru memperagakan sambil memberikan arahan bahwa

embrouche (ambasir) untuk high not tidak seperti embrouche

(ambasir) biasa atau saat embrouche (ambasir) untuk meniup nada-nada tengah. Berikutnya guru memperagakan posisi jari untuk nada-nada high not.

c. Metode Imitasi

Metode imitasi ini digunakan ketika guru selesai mendempnstrasikan materi kemudian siswa mengikuti seperti apa yang guru contohkan. Selanjutnya guru memberikan partitur terompet in Bes kepada siswa dan harus dibaca dengan saxophone in Es, guru menjelaskan bahwa ketika partitur terompet dibaca dengan saxophone nada yang tertulis harus dinaikan 5 atau kwint. 2. Pembelajaran pada pertemuan kedua

Pada pembelajaran pertemuan kedua guru membahas teknik


(62)

saxophone dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan imitasi.

a. Metode Ceramah

Pertama-tama guru menjelaskan tekhnik staccato, legatto dan sforzando. Bahwa ketika melakukan teknik staccato lidah seperti mengatakan ta, ketika teknik legatto lidah seperti ta-ya-ya-ya dan ketika sforzando memberikan aksen staccato dengan volume keras pada ketukan pertama langsung lembut dan perlahan mengeras. Pada proses ini peneliti melihat guru menggunakan metode ceramah.

b. Metode Demonstrasi

Metode ini dipergunakan ketika guru memperagakan bagaimana cara memainkan teknik staccato, legatto dan sforzando yang tepat menggunakan saxophone yang di bawa oleh guru. Pada tahap ini siswa memperhatikan dengan seksama.

c. Metode Imitasi

Metode imitasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul yaitu pertama-tama guru menjelaskan bahwa ketika ingin bisa berimprovisasi dengan baik siswa harus mengerti dan memahami tentang achord dan style lagu. Pertama guru meminta salah satu siswa untuk memainkan progresi achord I – IV – V – I pada piano, kemudian guru memperagakan dengan cara memainkan melodi-melodi bersamaan


(63)

progresi achord yang dimainkan pianis. Kemudian siswa memperagakan seperti yang dicontohkan guru.

3. Pembelajaran pada pertemuan ketiga

Pada pertemuan ini guru memberikan materi pembelajaran etude dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, imitasi dan drill. Ijabarkan Metode pembelajaran saxophone pada pertemuan ketiga dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Metode Ceramah

Metode ceramah yang dilakukan guru dalam pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul yaitu pertama-tama guru menerangkan istilah-istilah musik seperti lento, presto, vivace, dalam memberikan pengertian tentang istilah musik tersebut guru hanya menjelaskan secara lisan saja bahwa tempo lento memiliki tempo yang sangat lambat. Guru juga menjelaskan tempo presto adalah tempo yang cepat sekali begitu juga penjelasan tempo

vivace guru hanya menjelaskan tempo yang cepat dan girang.

Peneliti menemukan bahwa guru hanya menjelaskan secara lisan mengenai tempo lento, presto, vivace, dan tidak memberikan contoh, hal ini dapat dikatakan bahwa guru menggunakan metode ceramah di awal pembelajaran pada pertemuan ketiga.

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi yang digunakan pada pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul yaitu pertama-tama guru


(64)

memerintahkan siswa untuk membuka etude universal method. Setelah siswa menyiapkan etude yang sudah dimiliki setiap anak guru membuka salah satu halaman dalam etude tersebut dan memerintahkan siswa untuk membuka dan menyimak halaman yang sama sesuai dengan halaman yang guru pilih. Selanjutnya guru memainkan etude menggunakan saxophone yang di bawa oleh guru. Dalam tahap ini siswa menyimak permainan etude dari guru. Pada proses ini peneliti menemukan adanya metode demontrasi dalam proses pembelajaran saxophone karena guru memainkan etude yang dipilih lalu siswa menyimak dengan seksama maka dapat dilihat bahwa metode demontrasi digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran saxophone

c. Metode Imitasi

Dalam tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca sekaligus menirukan bagaimana guru memainkan etude yang sudah di contohkan, karena siswa sudah menyimak dengan seksama sekaligus melihat yang dicontohkan oleh guru, siswa menjadi lebih mudah dalam memainkan etude yang dipilih, baik tempo, notasi, maupun fhrasering atau pemenggalan kalimat nada maupun ekspresi dalam etude tersebut. Pembelajaran semacam ini adalah pembelajaran dengan metode imitasi karena siswa menirukan guru dalam memainkan etude


(65)

d. Metode Drill.

Metode ini digunakan setelah guru mencontohkan dan siswa sudah menirukan dengan seksama, guru memerintahkan siswa untuk terus mengulang-ulang etude yang sudah dimainkan oleh siswa. Guru memerintahkan agar siswa mengulang-ulang sehingga siswa bukan hanya bisa memainkan namun siswa dapat menghafal etude tersebut. Pembelajaran yang dilakukan dengan terus menerus inilah yang menjadi temuan penelitian bahwa metode drill juga digunakan dalam pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul.

4. Pembelajaran pada pertemuan keempat

Pada pertemuan keempat ini guru membahas tentang lagu dengan menggunakan metode demonstrasi, imitasi dan drill. Proses pembelajaranya dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Metode Demonstrasi

Dalam tahap ini siswa diberikan lagu yang berbeda sesuai dengan kemampuan siswa masing masing. Pada proses pembelajaran saxophone tahap ini guru mencontohkan lagu secara bergantian seperti salah satu lagu yang dicontohkan oleh guru berjudul Autumn Leaves yang diambil dari Real Book. Guru memberikan contoh cara memainkan lagu Autumn Leaves baik secara notasi yang harus dimainkan dengan benar, sampai dengan


(66)

cara membawakan lagu tersebut. Saat guru mencontohkan lagu tersebut siswa diperintahkan untuk menyimak agar siswa yang mendapat lagu tersebut dapat mengerti bagaimana cara memainkan lagu tersebut dengan baik dan benar. Dalam tahap ini ditemukan teknik demonstrasi karena guru mencontohkan lagu Autumn

Leaves dan siswadiperintahkan untuk menyimak.

Gambar 12. Partitur Lagu Autumn Leaves (Dok. Guntur, 2015)

b. Metode Imitasi

Metode imitasi yang dilakukan guru pada pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul yaitu siswa diperintahkan


(67)

untuk menirukan bagaimana guru memainkan lagu Autumn Leaves. Saat siswa sedang memainkan lagu tersebut guru terkadang menghentikan permainan siswa karena guru memberikan masukan-masukan agar lagu tersebut dapat dimainkan dengan baik, kemudian siswa diperintahkan kembali untuk menirukan bagaimana lagu tersebut dimainkan. Dalam proses ini terdapat metode imitasi dimana siswa diperintahkan untuk mengikuti apa yang sudah guru contohkan.

c. Metode Drill

Dalam tahap ini guru memerintah siswa untuk terus mengulang-ulang lagu yang sudah dimainkan. Setiap siswa diberi kesempatan untuk mengulang sampai tiga kali putaran setiap memainkan jatah lagu, hal ini bertujuan agar siswa nantinya dapat menghafalkan lagu baik secara teknik maupun pembawaan dalam memainkan lagu tersebut. Dalam tahap ini metode drill dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran saxophone.

5. Pembelajaran pada pertemuan kelima

Pada pertemuan kelima ini guru membahas tentang lagu dan

etude dengan menggunakan metode demonstrasi, ceramah, imitasi dan drill. Proses pembelajaranya dapat dijabarkan sebagai berikut.


(68)

a. Metode Demonstrasi dan Ceramah

Dalam tahap ini guru langsung memulai proses pembelajaran dengan memberikan etude tambahan yaitu etude

Royal School kemudian guru langsung membuka nomor 12 yang

dipilih untuk dipelajari lalu guru memerintahkan siswa untuk menyimak dengan seksama karena guru langsung mencontohkan bagaimana cara memainkan nomor 12 yang ada didalam etude

Royal School tersebut.

Guru juga menjelaskan bahwa etude tersebut melatih not triul dan 1/16an, selain itu juga melatih singkup dan permainan nada hias, sehingga ketika memainkan lagu Autumn Leaves dapat berimprovisasi dengan lebih mudah dan variatif. Dalam pertemuan kelima ini peneliti melihat kembali metode demontrasi dan ceramah dalam proses pembelajaran saxophone.

Gambar 13. Partitur Etude Royal School no. 12 (Dok. Guntur, 2015


(69)

b. Metode Imitasi

Metode imitasi yang digunakan guru pada tahap ini yaitu memberikan contoh cara memainkan etude guru memrintahkan sisiwa untuk memainkan sesuai dengan apa yang sudah di contohkan oleh guru, hal ini sama dengan yang dilakukan di pertemuan sebelumnya bahwa guru masih menggunakan metode imitasi dalam pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul.

c. Metode Drill.

Dalam tahap ini guru memerintahkan untuk memainkan etude yang sudah dicontohkan dengan memainkan dengan berulang-ulang. Dalam penelitian yang dilakukan di pertemuan ini masih sama dengan pertemuan sebelumnya yaitu peneliti melihat guru masih menggunakan metode drill dalam pembelajaran saxophone

6. Pembelajaran pada pertemuan keenam

Pada pembelajaran pertemuan yang keenam guru hanya bertugas untuk mengecek siswa dalam bermain teknik, etude dan lagu dengan metode ceramah, drill, dan metode hafalan.

a. Metode Ceramah dan Drill.

Pada pertemuan ini guru hanya mengecek siswanya dalam memainkan teknik, etude dan lagu. Jadi siswa satu per satu praktek


(70)

memainkan teknik, etude, dan lagu kemudian jika terjadi kesalahan atau ketidak tepatan kadang guru menghentikan untuk memberi kritik dan saran secara lisan. Kemudian guru mempersilahkan siswa untuk memainkan berulang-ulang, hal ini bertujuan agar siswa nantinya dapat menghafalkan lagu, baik secara teknik maupun pembawaan dalam memainkan.

b. Metode Hafalan

Pada proses memainkan repertoar lagu metode hafalan diperlukan untuk menghafal melodi-melodi, tempo, nada hias, dan istilah musik yang ada di dalamnya.

D. Respon Siswa Terhadap Penerapan Metode Yang Guru Berikan Setelah peneliti mengamati bagaimana tahapan pembelajaran dan metode pembelajaran saxophone di kelas, sesuai dengan rumusan masalah yang dijelaskan peneliti perlu melakukan wawancara pada siswa guna untuk mengetahui bagaimana respon siswa dalam penerapan metode yang guru berikan dalam proses pembelajaran saxophone. Setelah melakukan wawancara dengan siswa dan melihat proses pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan, peneliti melihat tanggapan yang begitu baik dari siswa terhadap pembelajaran saxophone. Menurut hasil wawancara tanggal 5 Agustus 2015, siswa merasa senang dan cocok dengan metode pembelajaran dari guru. Seringkali guru mengadakan pembelajaran di luar kelas seperti di lapangan, di gazebo dan di taman sekolah, hal ini membuat


(71)

siswa tidak jenuh dalam menerima materi pembelajaran. Selain itu guru juga menyarankan untuk latihan dengan pengiring agar siswa terbiasa dengan iringan materi pembelajaran seperti etude dan lagu. Berikut adalah ungkapan hasil wawancara dengan siswa :

“belajar saxophone disini tu santai kak, nyenengin. Mungkin karna bawaannya pak Gempur santai kali ya, jadi kita juga ga spaneng. Pelajaran itu serasa ngobrol jadi kita bisa obrolin apa yang menjadi masalah kita kak, darisitu kita dapet ilmu deh kak. Hehe...” (wawancara 6 Agustus 2015).

Berdasarkan wawancara tadi peneliti menarik kesimpulan bahwa siswa merespon dengan baik ketika sedang melakukan pembelajaran. Berikut ini kutipan wawancara dengan guru :

“ya memang saya lebih suka ngobrol, jadi supaya siswa terbuka sama saya apa yang menjadi hambatannya. Nah, darisitu kan saya bisa tau dan memberi solusi. Saya sih lebih suka siswa saya jadikan seperti teman biar lebih nyaman dan akhirnya saya bisa menyampaikan materi dengan mudah dan bisa diterima dengan baik”. Drs. Gempur Irianto sebagai guru saxophone di SMK N 2 Kasihan (wawancara 8 Agustus 2015).

Dari pemaparan hasil wawancara yang telah di uraikan diatas bahwa guru sudah menyiapkan strategi dan metode yang benar-benar tepat agar siswa merasa senang, nyaman, dan santai dalam proses pembelajaran seperti yang terjadi di SMK N 2 Kasihan.


(72)

Respon positif yang siswa tunjukan bukan hanya pada masalah non teknis saja, tetapi dalam respon yang berhubungan dengan teknispun siswa juga dapat menunjukannya. Hal ini terlihat siswa dapat menyerap materi yang guru berikan dengan cepat. Dampak dari respon positif yang siswa tunjukan yaitu siswa dapat memainkan saxophone dengan baik dan benar, tentu saja siswa juga merasa bahwa semakin lama semakin berkembang.

E. Hambatan Proses Pembelajaran Saxophone

Kendala yang dialami selama proses mencapai tujuan adalah pada kepemilikan instrumen. Pada awal mula pembelajaran saxophone, siswa sangat dianjurkan untuk memiliki instrumen saxophone sendiri, dengan tujuan supaya siswa dapat berlatih individu dimanapun mereka berada tanpa harus mengandalkan instrumen yang ada di sekolah. Namun, beberapa siswa masih belum mampu membeli saxophone sendiri. Bahkan ada orangtua yang memiliki pemikiran bahwa siswa tidak memerlukan saxophone sendiri, yang penting mereka bisa mempelajari saxophone dengan peralatan yang ada di sekolah. Pemikiran seperti itu tentu dapat menghambat kemajuan siswa dalam mengasah ketrampilan bermain saxophone.

Dengan adanya kendala ini, sekolah lalu membuat suatu langkah untuk mengatasinya. Langkah yang diambil adalah sekolah membeli saxophone yang nantinya akan digunakan oleh siswa yang belum


(73)

mempunyai saxophone, sistemnya adalah meminjamkan alat ketika pembelajaran berlangsung atau di sewakan, tentu saja dengan biaya rendah. Tetapi karena sekolah juga tidak mempunyai instrumen saxophone dengan jumlah banyak maka sekolah membatasi dalam penyewaan alat tersebut, maksimal 1 tahun, karena alat itu diprioritaskan untuk disewakan siswa baru.


(74)

  PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian lapangan tentang metode pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul kelas XI yang mencakup penerapan metode pembelajaran dan proses pembelajaran maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul memiliki tujuan untuk mencetak pemain saxophone yang baik, profesional, dan berkompeten. Selain saxophone, siswa juga diharapkan dapat bermain piano dan bermain bersama di orkes tiup maupun orkestra lengkap.

Proses pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul menggunakan beberapa metode pembelajaran yaitu metode ceramah, demonstrasi, imitasi dan drill. Pemilihan metode ini berdasarkan pada jenis pembelajaran yang ada di SMK N 2 Kasihan yaitu pembelajaran praktik. Metode ceramah diterapkan pada saat menjelaskan materi yang berhubungan dengan definisi dari suatu istilah dan penyajian digunakan pada saat guru memberi contoh memainkan saxophone. Metode demonstrasi diterapkan ketika guru mencontohkan materi-materi yang sulit dan tidak dimengerti oleh siswa. Selanjutnya metode imitasi diterapkan ketika guru mendemonstrasikan suatu materi kemudian siswa mengikuti seperti apa yang sudah guru contohkan. Kemudian metode drill adalah salah satu metode unggulan dari pembelajaran saxophone, karena


(75)

mempersilahkan siswa untuk mengulangi terus menerus supaya siswa paham dan hafal. Pada dasarnya saat pembelajaran saxophone metode hafalan juga diperlukan untuk mengahafal repertoar lagu yang digunakan untuk ujian.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran praktik individu saxophone dilakukan di luar ruangan seperti di lapangan, taman sekolah dan gazebo. Pembelajaran luar kelas dilakukan agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran instrumen saxophone, cara ini juga berfungsi untuk melatih power dalam meniup saxophone. Siswa juga diwajibkan untuk berlatih mandiri dengan iringan band dan piano untuk melatih progresi achord agar siswa terbiasa dan cepat tanggap dalam berimprovisasi.

Selain itu guru juga memberikan repertoar berbeda-beda antara siswa satu dengan yang lainnya karena guru menyadari tone color dan karakter siswa masing-masing berbeda.

B. Saran

Karena penelitian ini hanya di fokuskan pada metode pembelajaran saxophone saja , maka peneliti menyarankan agar pembaca yang memiliki minat terhadap pembelajaran saxophone dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran saxophone baik di SMK N 2 Kasihan Bantul maupun di tempat pendidikan formal atau non-formal lainnya.


(76)

Banoe, P. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Budiningsih, A. (2005 ). Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Budaya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Djamarah, S. B. (2000). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Gerungan, W. A. (1966). Psychologi Sosial. Bandung: PT. Eresco.

Hamalik, O. (1994). Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hasibuan, S. (t.thn.). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Hopkin, B. (1996). Musical Instrument Design. Tucson Arizona: See Sharp Press. Hutabarat, D. (1986). Cara Belajar. Jakarta : Gunung Mulia.

Irawan, P. (2006). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk ilm-ilmu sosial. Jakarta: DIA FISIP UPI.

Isjoni, H. (2010). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Gunung Mulia. Jamalus, D. (1981). Metode Pembelajaran Musik. Jakarta: Proyek Pengembangan


(77)

Khan, Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing.

Kholil, S. (2006). Metodologi Penelitian Komunikasi . Bandung: Citapustaka Media.

Miles, M. &. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.

Moleong, L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhaimin, M. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV. Citra Media. Muhsin, W. S. (2008). Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius. Mukminan. (2004). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Program Pascasarjana

(Universitas Negeri Yogyakarta).

Mulyasa, E. (2008). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Pasaribu, I. d. (1982). Pendidikan Nasional: Tinjauan Pedagogis Teoritis.

Bandung: Tarsito.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain sistem pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Sudjana, N. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugihartono, d. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2006). Teknik Penelitian. Yogyakarta: Pines.


(78)

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprayoga, I. d. (2001). Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Supriyanto, I. (2008). Metode Pembelajaran ANsambel Drum Anak-Anak DR. Ensemble Surakarta. Yogyakarta: FBS (Universitas Negeri Yogyakarta). Surachmad, W. d. (1961). Metodologi Pengadjaran. Djakarta: UI Press.

Suryobroto. (1986). Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalam Proses Belajar-Mengajar. Yogyakarta: Amarta.

Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Teal, L. (1963). The Art Of Saxophone Playing. USA: Alfred Music. Utomo, B. (2011). Tekhnik Dasar Saxophone. Bandung: CV. Alfabeta.

Yuwono, Y. E. (2011). Metode Pembelajaran Musik Ensembel yang Diterapkan Dalam Komunitas (Pe)musik Akustik B-01 di Gereja Benteng Yogyakarta. Yogyakarta: FBS (Universitas Negeri Yogyakarta).


(79)

(80)

LAM PI RAN 1


(81)

PEDOMAN OBSERVASI 1. Tujuan

Observasi dilakukan untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul.

2. Pembatasan

Fokus penelitian pada proses pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul. Aspek-aspek yang diamatri meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi dan langkah-langkah pembelajaran.

3. Tabel 2. Kisi-kisi observasi

No. Aspek yang diamati Hasil Pengamatan

1. Tujuan pembelajaran -

2. Materi pembelajaran -

3. Metode pembelajaran -

4. Evaluasi pembelajaran -

5. Langkah-langkah pembelajaran -

No. Aspek yang diteliti Hasil Penelitian

1. Materi pembelajaran -

2. Metode pembelajaran -

3. Sarana / prasarana pembelajaran - 4. Langkah-langkah pembelajaran -


(82)

LAM PI RAN 2


(83)

PEDOMAN WAWANCARA 1. Tujuan

Tujuan dari studi wawancara adalah untuk mencari., mengetahui dan mengelola data secara lisan melalui tanya-jawab secara mendalam dengan responden dan untuk mendapatkan data-data yang valid guna memperkuat penelitian sehingga memperkuat pertanyaan. Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh data yang relevan tentang proses pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul.

2. Pembatasan

a. Dalam pelaksanaan wawancara, dibatasi oleh beberapa hal yaitu : 1) Sejarah dan perkembangan SMK N 2 Kasihan Bantul.

2) Tujuan pembelajaran yang diterapkan di SMK N 2 Kasihan Bantul. 3) Materi pembelajaran yang diberikan di SMK N 2 Kasihan Bantul. 4) Metode pembelajaran yang diterapkan di SMK N 2 Kasihan Bantul. 5) Evaluasi pembelajaran yang diterapkan di SMK N 2 Kasihan Bantul. b. Responden atau narasumber

1) Kepala sekolah SMK N 2 Kasihan Bantul. 2) Guru pembimbing saxophone


(84)

No. Aspek yang diamati Hasil Pengamatan

1. Tujuan pembelajaran -

2. Materi pembelajaran -

3. Metode pembelajaran -

4. Evaluasi pembelajaran -

5. Langkah-langkah pembelajaran -

No. Aspek yang diwawancara Kisi-kisi pertanyaan 1. Sejarah berdirinya SMK N 2 Kasihan

Bantul

a. Awal mula berdirinya SMK N 2 Kasihan Bantul.

b. Kurikulum yang digunakan SMK N 2 Kasihan Bantul.

c. Pembelajaran yang ada di SMK N 2 Kasihan Bantul.

2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran saxophone.

a. Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan Bantul.

b. Dengan metode tersebut,

pembelajaran sudah berhasil atau belum.

3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran saxophone.

a. Kendala apa saja yang dihadapi selama proses pembelajaran saxophone di SMK N 2 Kasihan


(85)

b. Cara mengahadapi perbedaan kemampuan siswa memainkan saxophone.

4. Materi yang digunakan dalam proses pembelajaran saxophone.

a. Etude atau lagu-lagu apa saja yang dipelajari selama proses

pembelajaran saxophone. b. Apakah etude atau lagu-lagu

tersebut sudah memenuhi standar pembelajaran saxophone?

5. Proses pembelajaran saxophone a. Proses awal kegiatan pembelajaran saxophone.

b. Proses selama berlangsungnya pembelajaran saxophone. c. Proses akhir pembelajaran


(86)

LAM PI RAN 3


(1)

LAM PI RAN 6

FOT O-FOT O


(2)

Gambar 14. Siswa Instrumen Saxophone melakukan praktik pribadi (Dokumen Guntur 2015)

Gambar 15. Siswa melakukan praktik bersama (orchestra) (Dokumen Guntur 2015)


(3)

99 

 

   

Gambar 16. Siswa melakukan praktik bersama (ansamble) (Dokumen Guntur 2015)

                           


(4)

LAM PI RAN 7


(5)

100                                                         


(6)