PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI MENYIAPKAN BENIH SAYURAN : Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI Jurusan Agrobisnis Tanaman Pangandan Hortikultura SMKN 2 Subang.
Jubaidah Sitompul, 2012
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMAKASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ...
BAB I. PENDAHULUAN ... 1.1 LatarBelakangMasalah ... 1.2 IdentifikasiMasalah ... 1.3 BatasanMasalah... 1.4 PerumusanMasalah ... 1.5 TujuanPenelitian ... 1.6 ManfaatPenelitian ... 1.7 Struktur Organisasi ...
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 2.1 KTSP SMK N 2 Subang ... 2.2 Tujuan Kompetensi Lulusan SMK Pertanian Program APTN ... 2.3 Struktur Kurikulum SMKN 2 Subang... 2.4 Belajar dan Pembelajaran ... 2.5 Pembelajaran Berbasis Masalah ... 2.6 Tujuan Pengajaran Pembelajaran Berbasis Masalah ... 2.7 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 2.8 Hasil Belajar ... 2.9 Menyiapkan Benih ... 2.10 Persemaian ... 2.11 Media Semai ...
i ii iii v vii ix x xi 1 1 3 4 5 5 6 7 8 8 9 10 11 12 14 15 17 18 20 21 Halaman
(2)
BAB III.METODOLOGI ... 3.1 PelaksanaanPenelitian ... 3.2 DesainPenelitian ... 3.3 ProsedurPenelitian ... 3.4 Sumber Data ... 3.5 Defenisi Operasional... 3.6InstrumenPenelitian ... 3.7Validasi Instrumen ... 3.8Tehnik Pengumpulan Data ... 3.9Validasi Data ... 3.10 Jadwal Penelitian ...
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4.1 DeskripsiHasilPenelitian ... 4.2 Pembahasan ...
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN 22 22 22 24 30 31 32 33 34 37 38 39 39 68 76 76 77 78 80
(3)
Jubaidah Sitompul, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel2.1 Struktur Kurikulum SMK Negeri 2 Subang ... 10
Tabel2.2 ProsedurPembelajaranBerbasis Masalah ... 16
Tabel3.1KriteriaNormalized Gain ... 35
Tabel 3.2KriteriaObservasi guru ... 35
Tabel 3.3 Kriteria Observasi Siwa . ... 36
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian... . 38
Tabel 4.1 Data Hasil Tes siswa siklus I. ... 48
Tabel 4.2 Hasil Observasi Guru siklus I. ... 49
Tebel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I. ... 50
Tabel 4.4 Data Hasil Tes siswa Siklus II. ... 56
Tabel 4.5 Hasil Observasi Guru Siklus II. ... 58
Tebel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II. ... 58
Tabel 4.7 Data Hasil Tes siswa Siklus III. ... 64
Tabel 4.8 Hasil Observasi Guru Siklus III. ... 65
Tebel 4.9 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus III. ... 65
Tabel 4.10 Daftar Nilai Siswa dari Siklus ke Siklus. ... 70
Tabel 4.11 Jumlah Frekuensi dan Persentase Siswa Tuntas dan Belum Tuntas. ... 72
(4)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Tidakan Kelas ... 23
Gambar4.1 Laporan Ketua Kelas Sebelum Pelajaran dimulai ... 43
Gambar 4.2 Siswa Melakukan diskusi kelompok ... 45
Gambar 4.3 Siswa semakin aktif bertanya kepada guru. ... 54
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Postes Siklus I, II dan III. ... 66
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Persentase KKM Siklus I,II dan III... ... 67
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan nilai N gainSiklus I,II dan III. ... 67
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Persentase KKM Siklus I,II dan III... ... 67
Gambar 4.8 Peningkatan Observasi Guru dan Siswa. ... 75
(5)
Jubaidah Sitompul, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus SMK Negeri 2 Subang ... Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Bahan Ajar dan
Butir Soal serta kunci jawaban Siklus I,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Bahan Ajar dan Butir Soal Serta Kunci Jawaban Siklus II,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Bahan Ajar,
Butir Soal dan Kunci Jawaban Siklus III ... Lampiran 3. Hasil Lembar Observasi Siswa dan Guru ... Lampiran 4. Daftar nilai Siswa ... Lampiran 5. Dokumen Penelitian ... Lampiran 6. Lembar Judgement Ahli ... Lampiran 7. Daftar Hadir Siswa ... Lampiran 8. Surat-surat dan Dokumen Seminar ... Lampiran 9. Contoh jawaban yang diisi oleh siswa ... Lampiran 10. Kartu Bimbingan Skripsi ... Lampiran 11. Riwayat Hidup ...
81
83 121 122 133 134 142 144 154 160 164
(6)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan, dimana dengan pendidikan akan dihasilkan generasi yang berkualitas yang akan berperan dalam pembangunan bangsa dan negara dalam era globalisasi. Dalam dunia pendidikan selain ada masukan (input), proses pendidikan juga ada keluaran (output) pendidikan yang merupakan hasil dari proses pendidikan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan hasil pendidikan satu diantaranya yang harus dikembangkan terletak pada proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Dengan demikian, berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada keberhasilan proses belajar-mengajar. Pada dasarnya tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar dipengaruhi banyak faktor diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode mengajar, materi, sarana dan prasarana, motivasi, alat evaluasi serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya peningkatan hasil belajar siswa. Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah tepat, tetapi jika metode yang digunakan kurang memadai mungkin tujuan
(7)
Jubaidah Sitompul, 2012
yang diharapkan tidak tercapai atau mungkin tujuan tercapai dengan susah payah. Berdasarkan masalah tersebut maka dicari alternatif dalam proses pembelajaran maka dipilih metode yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Kompetensi menyiapkan benih adalah salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk dapat melanjutkan ke sub kompetensi selanjutnya. Kemampuan menyiapkan benih merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa SMK pertanian sesuai dengan tujuan kompetensi yang diharapkan. Kompetensi menyiapkan benih diperlukan pemahaman mengenai konsep dan materi yang saling berkaitan. Apabila siswa gagal dalam kompetensi menyiapkan benih maka kemungkinan untuk kompetensi yang selanjutnya akan mempengaruhi karena inti dunia pertanian adalah benih, ketika salah memperlakukan benih maka hal tersebut akan mempengaruhi hasil produksi dalam dunia pertanian. Hal inilah yang menjadikan kompetensi menyiapkan benih merupakan kompetensi yang sangat penting untuk menunjang tujuan hasil produksi agar tetap optimal.
Menurut hasil observasi yang dilakukan melalui metode wawancara dengan guru mata diklat, selama ini peserta didik kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang ada pada materi kompetensi benih yang disampaikan oleh pendidik. Kesulitan ini disebabkan oleh kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami materi pelajaran serta cara mereka untuk belajar berbeda-beda sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya, selain kesulitan dalam memahami materi kompetensi menyiapkan benih pembelajaran dalam
(8)
kompetensi menyiapkan benih juga kurang menarik karena pembelajaran yang biasa digunakan adalah pembelajaran berbasis produksi sehingga diperlukan alternatif pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa agar siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi pelajaran.
Agar siswa dapat memahami materi dengan baik, maka siswa dituntut untuk menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan yang tepat. Hal ini sejalan dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah. Sesuai dengan permasalah yang ada maka
peneliti memandang perlu untuk meneliti tentang “Penerapan Pembelajaran
Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Menyiapkan Benih Sayuran (Studi kasus pada siswa kelas XI Jurusan Agrobisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura SMKN 2
Subang)”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, muncul beberapa masalah yang memperkuat alasan mengapa permasalahan tersebut diangkat untuk diteliti. Maka peneliti mengidentifikasikan permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar karena kurangnya penguasaan materi oleh siswa dengan rata-rata 70,00.
2. Peserta didik kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang ada pada materi menyiapkan benih sayuran.
(9)
Jubaidah Sitompul, 2012
3. Cara belajar siswa yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi prestasi belajar siswa.
4. Diperlukan pembelajaran yang tepat untuk kegiatan belajar-mengajar. Pembelajaran berdasarkan masalah dapat digunakan oleh siswa agar mempunyai pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan masalah yang tepat.
1.3Batasan Masalah
Untuk menghindari penyimpangan tujuan dan penelitian menjadi lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah pada kelas XI APTN (Agrobisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura).
2. Penerapan pembelajaran berbasis masalah hanya diterapkan pada kompetensi menyiapkan benih kelas XI APTN (Agrobisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura) di SMK Negeri 2 Subang.
3. Hasil belajar siswa adalah nilai dari pretest dan posttest kompetensi menyiapkan benih sayuran.
4. Aktivitas siswaadalah hasil observasi dari setiap siklus
pembelajaran berbasis masalah pada standar kompetensi
menyiapkan benihpada kelas XI APTN (Agrobisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura) SMK Negeri 2 Subang.
(10)
5. Observasi guru merupakan keterlaksanaan sintaks pembelajaran berbasis masalah sesuai dengan lembar observasi.
1.4Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi menyiapkan benih kelas XI APTN (Agrobisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura) SMK Negeri 2 Subang.
1.5Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan sebuah alternatif pada pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan oleh guru di SMK Pertanian untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalahdapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi menyiapkan benih kompetensi menyiapkan benih kelas XI APTN (Agribisnis Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura) di SMK Negeri 2 Subang.
(11)
Jubaidah Sitompul, 2012 1.6Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
Memberikan gambaran umum tingkat efektifitas penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar pada kompetensi menyiapkan benih sayuran.
2. Praktis
a. Dapat memberikan masukan kepada praktisi pendidikan khususnya guru pengajar, jika hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar pada kompetensi menyiapkan benih sayuran.
b. Peneliti mengharapkan, siswa lebih kritis dalam menanggapi masalah yang terjadi dilapangan. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan ide-ide lain kepada peneliti lainya.
(12)
1.7Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam penulisan skripsi tentang pembelajaran berbasis masalah diuraikan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang KTSP SMNK 2 Subang, Tujuan lulusan SMKN 2 Program Studi APTN, Struktur Kurikulum SMKN 2 Subang, Belajar dan Pembelajaran, Pembelajaran berbasi Masalah, Tujuan Pengajaran Pembelajaran Berbasis Masalah, Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah, Hasil Belajar, Menyiapkan Benih, Persemaian, Media Semai. BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang Rencana Penelitian, Desain Penelitian, Metode dan Prosedur Penelitian, Sumber Data, Defenisi Operasional, Instrumen Penelitian, Validasi Instrumen, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data, Validitas Data dan Jadwal Penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang data Hasil Penelitian, Pembahasan Penelitian BAB V KASIMPULAN DAN SARAN
(13)
Jubaidah Sitompul, 2012
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Pelaksanaan Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Subang Kecamatan Pagaden Kebupaten Subang Jawa Barat.
3.1.2 Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah siswa kelas XI SMK Negeri 2 Subang jurusan Agroindustri Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan jumlah siswa 23 orang.
3.2Desain Penelitian
Menurut Ebbutt dalam Kunandar (2011) pengertian PTK adalah Kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tersebut.
Beberapa alasan pemilihan metode penelitian dengan menggunakan PTK adalah hal pertama dikernakan PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Kedua, PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi lebih professional dalam kegiatan proses KBM. Ketiga, dengan melaksanakan tahap-tahap dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
(14)
Keempat, pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang pengajar (guru), karena tidak perlu meninggalkan kelas pada saat KBM berlangsung. Kelima, dengan melaksanakan PTK pengajar menjadi lebih kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan taknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipahaminya Rancangan penelitian yang akan digunakan mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart.Diagram Alur PTK modifikasi dari berbagai sumber dapat dilihat pada Gambar 3.1
Analisis data dan pembuatan laporan
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Perencanaan
Pengamatan
Pelaksanaan
Siklus I
Siklus II
Perencanaan
Siklus III
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
(15)
Jubaidah Sitompul, 2012 3.3Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilaksanakan adalah prosedur PTK yang terdiri dari 4 tahap yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi. Refleksi dalam setiap siklus dilakukan setiap siklus. Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan siswa saat standar kompetensi menyiapkan benih sayuran dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
a. Perencanaan Tindakan (Plan)
Peneliti melakukan perencanaan penelitian yang akan dilakukan di SMK Negeri 2 Subang yang dimulai dari mengidentifikasi masalah kemudian membuat rencana kegiatan pembelajaran berdasarkan analisis masalah yang didapat.Perencanaan tindakan yang dilakukan mencakup melakukan perencanaan secara sistematis dan terperinci terhadap perlakuan yang dilakukan kepada peserta didik, yang meliputi menentukan tempat dan objek penelitian, merundingkan mitra dan kolaborator, perencanaan persiapan siswa, mempersipkan masalah, merancang situasi masalah pembuatan RPP, mempersiapakan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan setiap siklusnya, menyusun pedoman observasi dan merencanakan tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang kurang pada siklus sebelumnya.
Penelitian dilaksanakan dengan III siklus, dimana standar kompetensi yang digunakan adalah menyiapkan benih sayuran,
(16)
menggunakan 2 kompetensi dasar yaitu Mengidentifikasi benih dormansi untuk siklus I dan menguji daya kecambah benih untuk siklus II dan III. Metode yang digunakan dalam setiap siklusnya
adalah menggunakan metode diskusi kelompok untuk
menyelesaikan masalah yang diajukan. b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan merupakan tahap implementasi dari berbagai rencana dan kegiatan praktis yang telah dirancang pada tahap sebelumnya (perencanaan) dan merupakan tindakan yang terkontrol secara seksama.Tindakan yang akan dilakukan sesuai tahap pembelajaran berbasis masalah yaitu dengan 5 tahap yang meliputi, orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,
bimbingan penyelidikan individual maupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.
1. Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilakukan dengan penyampaian materi dasar menyipkan benih yang kemudian dilanjutkan dengan pengajuan beberapa masalah yang sering terjadi dilapangan dengan memberikan beberapa gambar benih dormansi. Setelah pengajuan masalah kemudian siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri dari 4 kelompok dimana setiap kelompok
(17)
Jubaidah Sitompul, 2012
permasalahan yang sama yaitu membahas tentang penyebab benih dormansi serta dampak benih dormansi bila di tanam langsung tanpa perlakuan. Untuk mempermudah siswa dalam memecahkan masalah peneliti menyediakan beberapa jenis benih untuk didentifikasi dan dilakukan eksperimen untuk memecahkan masalah kemudian dilakukan persiapan hasil karya sebagai hasil
dari pemecahan masalah yang ditemukan kemudian
dipresentasikan dan disimak oleh kelompok lain untuk memberikan komentar sesuai pemikiran mereka masing-masing. Tahap-tahap yang dilakukan sesuai dengan sintaks pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut :
Kegiatan pendahuluan diawali dengan membuka pelajaran dengan salam, berdoa, memberikan pretest dan memberikan gambaran materi.
Orientasi siswa pada masalah dimulai dengan menjelaskan Dormansi secara umum dan memberikan beberapa contoh benih dormansi dengan gambar untuk memunculkan masalah.
Mengorganisasikan siswa. Guru membantu siswa membuat
kelompok dan mengidentifikasi tugas belajar terkait dengan permasalahan yang diajukan.
(18)
Membantu investigasi kelompok. Guru memdukung siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melakukan diskusi dan menganalisi masalah dan solusi.
Mengembangkan dan mempresentasikan hasil diskusi. Guru membantu siswa untuk menyiapkan hal-hal yang perlu disampaikan saat presentasi, membuat laporan sederhana.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap investigasi yang mereka lakukan, meluruskan solusi yang kurang tepat dan membantu siswa untuk menarik kesimpulan.
Selama kegiatan berlangsung observer yaitu guru produktif
mencatat segala kegiatan yang ditemukan dalam
pembelajaran dan mengisi lembar observasi baik lembar
observasi kemampuan guru mengelolah sintaks
pembelajaran berbasis masalah maupun lembar observasi hasil belajar siswa pada penerapan pemebelajaran berbasis masalah siswa pada saat KBM.
Pada tahap akhir tindakan dilaksanakan post tes untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa. Proses pembelajaran yang lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran II.
(19)
Jubaidah Sitompul, 2012 2. Siklus II
Pelaksanaan siklus II hampir sama dengan siklus I yaitu pemecahan masalah dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Materi yang disampaikan yaitu pengujian daya kecambah benih. yang diawali dengan penjelasan materi secara umum dan pengajuan masalah dalam bentuk gambar-gambar untuk
dipecahkan dan dianalisis. Setiap kelompok berdiskusi
memecahkan masalah yang ada dengan menggunakan bantuan buku sumber dari perpustakaan dan dari internet. Kemudian siswa
menyiapkan hasil karya yang dibantu oleh guru dan
mempresentasikan hasil pemecahan masalah dan menarik kesimpulan bersama-sama.
3. Siklus III
Pembelajaran pada siklus III menggunakan materi yang sama dengan siklus ke II yaitu menguji daya kecambah benih, dalam siklus ini guru tidak menjelaskan materi tetapi dengan menunjukan beberapa substrat yang digunakan dalam menguji daya kecambah benih. Pada tahap ini guru lebih fokus pada penyempurnaan pembelajaran sebelumnya yaitu pada siklus I dan II.
(20)
c. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (observasi) dilakukan agar mendukung seluruh hasil penelitian. Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Selain itu, dalam pengamatan dilakukan juga analisis. Peneliti akan melakukan analisa berdasarkan pengamatan seluruh pelaksanaan tindakan. Dalam melakukan observasi peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran sebagai observer untuk mengamati seluruh proses belajar mengajar setiap siklusnya. Lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil observasi dalam penelitian ini ialah data yang terdokumentasikan secara langsung selama kegiatan pembelajaran baik dari siklus I, II da III melalui pengamatan observer sesuai panduan lembar observasi yang sudah disediakan. Berdasarkan hasil observasi maka peneliti melakukan diskusi dengan observer untuk meminta masukan-masukan dalam rangka memperbaiki untuk siklus berikutnya.
d. Analisis dan Refleksi
Kegiatan refleksi adalah puncak kegiatan penelitian, pada kegiatan refleksi peneliti mempelajari seluruh hasil penelitian.Dalam tahap ini penulis akan menganalisa dan menginterpretasikan data dari hasil observasi, apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai target yang telah ditentukan atau belum, sehingga dapat ditentukan rencana pembelajaran berikutnya.
(21)
Jubaidah Sitompul, 2012
Refleksi merupakan sarana untuk mengkaji ulang terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap subyek penelitian yang telah dicatat dalam pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas kegiatan dan observasi yang dilakukan. Peneliti memperbaiki proses pembelajaran yang dianggap kurang pada siklus
sebelumnya. Hal-hal yang diperbaiki diantaranya cara
meningkatkan motivasi, pengelolaan waktu pembelajaran, interaksi dengan siswa.
3.4Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa, guru, dan teman sejawat serta kolaborator.
1. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implemetasi pembelajaran berbasis masalah dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
(22)
3.5Defenisi Operasional
Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah menurut Trianto (2011:89) adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. lingkungan memberi masukan kepada lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah membahas permasalahan yang terjadi dilapangan yang relevan dengan kompetensi menyiapkan benih.
Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Sudjana (2001:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengalami pembelajaran pada kompetensi menyiapkan benih.
(23)
Jubaidah Sitompul, 2012 3.6Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lembar Observasi
Lembar obsevasi dapat dilihat pada Lampiran 3, observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan dengan teliti secara sistematis untuk tujuan tertentu, untuk mempermudah proses observasi maka peniliti menggunakan lembar observasi. Observasi dilaksanakan untuk melihat aktivitas siswa serta sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah dalam kegiatan pembelajaran. Observasi dimulai dengan tiga tahap yaitu : observasi deskriptif pada tahap ini peneliti masuk kedalam situasi sosial dan dengan membawa masalah yang akan diteliti, observasi terfokus pada tahap ini observasi sudah dipersempit dan untuk difokuskan pada aspek tertentu dan observasi terseleksi pada tahap ini peneliti sudah mengurai fokus yang ditemukan secara terperinci. Penelitian ini menggunakan observasi untuk mencatat aktivitas siswa, aktivitas guru dan mencatat kegiatan selama pembelajaran berlangsung. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui teknik observasi adalah dapat memperoleh data mengenai pengalaman belajar pada saat itu secara otentik dan mendalam.
(24)
2.Tes
Tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran sebuah contoh perilaku. Tes yang dilakukan terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pretest yang dilakukan sebelum penerapan pembelajaran dan post test dilaksanakan setiap akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test yang diberikan berbentuk esai (uraian) yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan. Untuk menentukan kriteria soal, apakah soal itu termasuk soal mudah, sedang, atau sukar maka digunakan judgement ahli dari guru mata pelajaran. Butir soal dalam setiap sikllusnya terdiri dari 5 butir soal setiap siklusnya sehingga total seluruh soal adalah 15 soal, soal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari, soal tes dapat dilihat pada Lampiran 2 dan lembar jadgement dapat dilihat pada Lampiran 6.
3.7Validasi Instrumen
Validasi instumen Pada penelitian ini, menggunakan judgement expert (validasi pakar) dalam menentukan validasi instrument yang digunakan. validasi pakar adalah validasi kepada para ahli (expert judgement) mengenai instrumen yang akan diujikan kepada para siswa untuk memperoleh data. Ahli yang dilibatkan dalam validasi model evaluasi ahli dalam bidang evaluasi standar kompetensi tersebut yaitu tim guru mata pelajaran standar kompetensi
(25)
Jubaidah Sitompul, 2012
yang digunakan. Sebelum instrumen digunakan untuk mengukur, peneliti terlebih dahulu melakukan diskusi dan meminta masukan kepada para ahli, sehingga instrument tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang harus diukur.
3.8 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data a. Teknik Pengumpulan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan tes. Data yang diperoleh dengan tehnik observasi dan tes tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap pelaksanaan pembelajaran atau setiap siklus.
b. Analisis Data
Penulis menggunakan beberapa teknik dalam mengolah data untuk memperoleh data yang sama. Data yang diperoleh dari hasil pretest dan postest dihitung untuk mengetahui nilai Normal Gain, hal ini dilakukan untuk melihat ada atau tidak peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan Pembelajaran Berbasis masalah, dengan menggunakan rumus:
Rumus Gain:
G = T2– T1 < �>=� 1−�2
� −�2 Dimana :
G = gain
<g> = gain normal T2 = skor pretes
T1 = skor posttest
(26)
Skala nilai yang digunakan pada data N-gain terdapat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Kriteria NormalizedGain
Skor Kriteria
<g>≤ 0,70 Tinggi
0,70 <<g>≤ 0,30 Sedang
<g>< 0,30 Rendah
Observasi guru
Menjumlahkan indikator keterlaksanaan pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah yang terdapat pada lembar observasi, lembar obsevasi dapat dilihat pada Lampiran 3. Lembar observasi yang telah diamati oleh observer dihitung dengan cara:
Skor = � �
�
Menginterpretasikan nilai hasil observasi dengan Tabel 3.2. Tabel 3.2Kriteria Observasi Guru
Interval Kategori
3.5 - 4,0 Baik sekali
2,5 - 3,4 Baik
1,5 – 2,4 Cukup
< 1,5 Kurang
Menghitung presentasi keterlaksanaan dengan rumus sebagai berikut:
(27)
Menghitung observasi aktivitas siswa pada penerapan pembelajaran berbasis masalah. Observasi keaktifan siswa dapat dilihat pada Lampiran 3.
Menjumlahkan keterlaksanaan indikator observasi aktivitas siswa pada penerapan pembelajaran berbasis masalah, lembar observasi yang telah diamati oleh observer dengan cara:
Skor = � �
�
Menginterpretasikan nilai hasil observasi dengan Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kriteria Observasi Siswa
Interval Kategori
3.5 - 4,0 Baik sekali
2,5 - 3,4 Baik
1,5 – 2,4 Cukup
< 1,5 Kurang
Menghitung persentasi keterlaksanaan dengan rumus sebagai berikut:
(28)
3.9 Validasi Data
Untuk menguji kebenaran penelitian PTK, maka setiap data yang diperoleh keabsahannya. Pengecekkan keabsahan data pada penelitian ini adalah dengan cara Member Cek.
a. Members Check
Members check yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan data temuan dengan cara mengkonfirmasikan dengan sumber data. Dalam proses ini, data atau informasi tentang keseluruhan pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti utama dan peneliti mitra dikonfirmasi kebenarannya kepada guru kelas melalui diskusi balikan (refleksi kolaboratif) pada setiap akhir pelaksanaan tindakan lain pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.
(29)
Jubaidah Sitompul, 2012 3.10 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian yang telah dilakukan apat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
NO. KEGIATAN
MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal
2. Bimbingan Proposal
3. Pembuatan instrument
4. Seminar I (Proposal)
5. Revisi Proposal
6. Pengumpulan Data
7. Seminar II/Hasil Penelitian
8. Revisi Seminar hasil
9. Bimbingan Skripsi
10. Penulisan Naskah Skripsi
11. Ujian Sidang Skripsi
(30)
(31)
Jubaidah Sitompul, 2012
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil disimpulkan sebagai berikut :
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa XI jurusan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (APTN) pada kompetensi menyiapkan benih di SMK Negeri 2 Subang. Metode penelitian yang digunakan ialah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan selama tiga siklus. Tahapan penelitian metode yang digunakan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi serta refleksi.
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini terlihat dari naiknya nilai rata-rata kelas dari siklus ke siklus. Rata-rata nilai pada siklus I sebesar 62,04, siklus II 72,27 dan siklus III 85,22. Peningkatan hasil belajar setelah mengalami pembelajaran terlihat dari nilai rata-rata N gain dari nilai pre tes ke nilai post tes. Peningkatan hasil belajar pada siklus I sebesar 0,44 atau masuk dalam kategori sedang. Siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,61 akan tetapi masih termasuk kedalam kategori sedang. Siklus ketiga mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 1 dan masuk ke dalam kategori tinggi. Persentase siswa yang meraih nilai di atas KKM mengalami
(32)
peningkatan dari siklus ke siklus, siklus I 18,18%, siklus II 54,45% dan siklus III 95,45%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kajian terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Peneliti mengemukakan beberapa saran diantaranya sebagai berikut:
1. Diharapkanpenelitianpembelajaranberbasismasalahinidapatdikembangka ndenganmenambahkompetensi dan indikatorpenelitianlainnya.
2. Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran berbasis masalah yang telah dilakukan ada baiknya jika pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru mata diklat dalam sebagai alternatif dalam proses pembelajaran.
(33)
Jubaidah Sitompul, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Anni C.T.(2004). Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES.
Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi aksara Cahyono B. (2003). Timun. Semarang: Aneka Illmu
Desai et al. (1997). Dalam jurnal Pengaruh Perlakuan Benih Secara Hayati Pada Benih Padi Terinfeksi Xanthomonas Oryzae Pv. Oryzae Terhadap Mutu Benih Dan Pertumbuhan Bibit [0nline].Tersedia: http://www.searchqu.com. diunduh pada tanggal 23 Januari 2012 pukul 19.40.
Handayani, S dan Sapir. (2009). Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan Respon Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Malang. JPE-Volume 2, Nomor 1, 2009.
Howey, K.R., et al. 2001. Contextual Teaching and Learning Preparing Teacher to Enhance Student Succes in The Work Place and Beyond. Washinton: Eric Clearinghouse on Teaching and Teacher Education.
Kemmis, S., & McTaggart, R. (1988). The action research planner (3rded).
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Grafindo Persada.
Pelupessi L. (2007). Teknik Semai. Pelatihan Penanaman Hutan di Maluku &
Maluku Utara – Ambon. Ambon. [0nline].Tersedia:
http://www.searchqu.com. diunduh pada tanggal 19 Januari 2012 pukul 13.33.
Rusman. (2001). Mendesain Model-Model Pemebelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.
(34)
Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja rosdakarya
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfa Beta
Supardi dkk.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi aksara
SutopoL. (2004). TeknologiBenih. Jakarta: Rajawali.
Tim Penyusun. (2012). KTSP SMK N 2 Subang. Subang.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Univesity Press UPI
Usman, Moh.Uzer dan Setiawati, L. (1993).Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
(1)
38
Jubaidah Sitompul, 2012
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Kompetensi Menyiapkan Benih Sayuran Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
3.10 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian yang telah dilakukan apat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
NO. KEGIATAN
MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan Proposal 2. Bimbingan Proposal 3. Pembuatan instrument 4. Seminar I (Proposal) 5. Revisi Proposal 6. Pengumpulan Data 7. Seminar II/Hasil Penelitian 8. Revisi Seminar hasil 9. Bimbingan Skripsi 10. Penulisan Naskah Skripsi 11. Ujian Sidang Skripsi 12. RevisiSkripsi
(2)
(3)
76
Jubaidah Sitompul, 2012
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Kompetensi Menyiapkan Benih Sayuran
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil disimpulkan sebagai berikut :
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa XI jurusan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (APTN) pada kompetensi menyiapkan benih di SMK Negeri 2 Subang. Metode penelitian yang digunakan ialah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan selama tiga siklus. Tahapan penelitian metode yang digunakan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi serta refleksi.
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini terlihat dari naiknya nilai rata-rata kelas dari siklus ke siklus. Rata-rata nilai pada siklus I sebesar 62,04, siklus II 72,27 dan siklus III 85,22. Peningkatan hasil belajar setelah mengalami pembelajaran terlihat dari nilai rata-rata N gain dari nilai pre tes ke nilai post tes. Peningkatan hasil belajar pada siklus I sebesar 0,44 atau masuk dalam kategori sedang. Siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,61 akan tetapi masih termasuk kedalam kategori sedang. Siklus ketiga mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 1 dan masuk ke dalam kategori tinggi. Persentase siswa yang meraih nilai di atas KKM mengalami
(4)
peningkatan dari siklus ke siklus, siklus I 18,18%, siklus II 54,45% dan siklus III 95,45%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kajian terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Peneliti mengemukakan beberapa saran diantaranya sebagai berikut:
1. Diharapkanpenelitianpembelajaranberbasismasalahinidapatdikembangka ndenganmenambahkompetensi dan indikatorpenelitianlainnya.
2. Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran berbasis masalah yang telah dilakukan ada baiknya jika pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru mata diklat dalam sebagai alternatif dalam proses pembelajaran.
(5)
78
Jubaidah Sitompul, 2012
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Kompetensi Menyiapkan Benih Sayuran
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anni C.T.(2004). Psikologi Belajar, Semarang: UPT UNNES.
Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi aksara Cahyono B. (2003). Timun. Semarang: Aneka Illmu
Desai et al. (1997). Dalam jurnal Pengaruh Perlakuan Benih Secara Hayati Pada
Benih Padi Terinfeksi Xanthomonas Oryzae Pv. Oryzae Terhadap Mutu
Benih Dan Pertumbuhan Bibit [0nline].Tersedia:
http://www.searchqu.com. diunduh pada tanggal 23 Januari 2012 pukul 19.40.
Handayani, S dan Sapir. (2009). Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar, Hasil Belajar dan Respon Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 2 Malang. JPE-Volume 2, Nomor 1,
2009.
Howey, K.R., et al. 2001. Contextual Teaching and Learning Preparing Teacher
to Enhance Student Succes in The Work Place and Beyond. Washinton:
Eric Clearinghouse on Teaching and Teacher Education.
Kemmis, S., & McTaggart, R. (1988). The action research planner (3rded).
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Grafindo Persada.
Pelupessi L. (2007). Teknik Semai. Pelatihan Penanaman Hutan di Maluku & Maluku Utara – Ambon. Ambon. [0nline].Tersedia: http://www.searchqu.com. diunduh pada tanggal 19 Januari 2012 pukul 13.33.
Rusman. (2001). Mendesain Model-Model Pemebelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.
(6)
Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja rosdakarya
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfa Beta
Supardi dkk.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi aksara
SutopoL. (2004). TeknologiBenih. Jakarta: Rajawali.
Tim Penyusun. (2012). KTSP SMK N 2 Subang. Subang.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Univesity Press UPI
Usman, Moh.Uzer dan Setiawati, L. (1993).Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar