Komponen cinta pada individu yang telah menikah menurut triangular theory of love.

(1)

Abstrak

Komponen Cinta Pada Individu yang Telah Menikah Menurut Triangular Theory Of Love

Frut Dwi Retnaningtyas 2007

Seiring dengan berjalannya waktu, segala hal yang ada dalam pernikahan dapat berubah, termasuk juga cinta. Cinta bagi Sternberg mengandung tiga komponen, yaitu; keintiman, gairah dan komitmen. Teori cinta Sternberg tersebut dikenal dengan sebutan Triangular theory of love. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komponen cinta yang terdapat pada individu yang telah menikah dengan usia pernikahan 7-9 tahun, menurut Triangular theory of love.

Subjek dalam penelitian ini adalah individu yang memiliki usia pernikahan 7-9 tahun dan sudah memiliki anak. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 6 individu. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, sedangkan metode yang digunakan adalah metode wawancara sebagai metode utama dan observasi untuk mendapatkan tambahan data. Peneliti menggunakan konsep validitas argumentatif untuk mencapai kredibilitas dalam penelitian ini, sedangkan untuk mencapai dependability, peneliti menempuh 2 langkah yaitu mencatat informasi dengan alat perekam dan melakukan pengorganisasian data.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keenam responden masih memiliki ketiga komponen cinta Sternberg, namun komponen cinta pada masing-masing responden mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Jadi pada masing-masing responden ada komponen cinta yang paling menonjol. Kata kunci: Triangular theory of love, individu yang telah menikah, komponen


(2)

Abstract

Love Components of Marriage Person According to Triangular Theory of Love

Frut Dwi Retnaningtyas 2007

During the times elapsed, all thing exist in marriage may changed, including love. According to Stenberg, love has three components, which are: intimacy, passion, and commitment. This theory called Triangular of Love Theory. The aim of this research is to gain a description of love components, according to Triangular of Love Theory, in marriage person that had 7 to 9 years of marriage.

Subject in this research are persons that had 7 to 9 years of marriage and had child/children. There are six persons involved in this research. This research is a descriptive-qualitative research with phenomenological approach. Researcher uses interview method as a main method and observation method to gain additional data. Researcher uses argumentative validity concept to reach research credibility. To gain dependability, researcher undergoes two steps. Researcher record information with recorder tools and does the data organizing.

The result of this research shows that all of these six persons still have all off these three Sternberg’s love components. We also can conclude that these three components have different intensity among these six persons. There are most dominant components in every respondent respectively.


(3)

KOMPONEN CINTA PADA INDIVIDU YANG TELAH MENIKAH MENURUT TRIANGULAR THEORY OF LOVE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Frut Dwi Retnaningtyas NIM : 029114031

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia… Tuhan tahu betapa keras engkau sudah berusaha

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih… Tuhan sudah menghitung air matamu

Jika kau pikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu terasa berlalu dengan begitu saja… Tuhan sedang menunggu denganmu

Ketika kau pikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu berbuat apa lagi Tuhan punya jawabannya

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa pusing atau tertekan Tuhan dapat menenangkanmu

Jika tiba-tiba kau mendapat jejak-jejak harapan Tuhan sedang berbisik padamu

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau dipenuhi ketakjuban Tuhan telah tersenyum padamu

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi Tuhan sedang membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu

Ingat bahwa dimanampun kau atau kemanapun kau menghadap Tuhan tahu…

Karya ini kupersembahkan kepada;

Penciptaku dan sandaran hidupku

Bapak dan Ibukku tercinta

Mba’ku dan Ade’ku yang kukasihi

Dia yang kusayangi dan menyayangiku

Sahabat dan teman-teman yang mengembangkanku


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Bapa, Putra dan Roh Kudus serta Maria sang Bunda atas segenap kurnia yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi dengan judul “Komponen Cinta Pada Individu Yang Telah Menikah Menurut Triangular Theory of Love”.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak, yang memberikan dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang begitu besar, antara lain kepada:

1. Ibu M.L Anantasari S.Psi, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik, yang berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Eddy Suhartanto S.Psi, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi dan seluruh dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah menyumbangkan banyak ilmu kepada penulis selama penulis menempuh kuliah.

3. Segenap staf Fakultas Psikologi, mas Gandung, Bu Nanik, mas Doni dan mas Muji yang memberikan kemudahan dalam segala urusan perkuliahan, serta Pak Gie yang selalu membagikan keceriaan dan semangatnya.

4. Bapak Ed dan Ibu Ev, Bapak Hn dan Ibu En serta Bapak Dg dan Ibu Ss yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan keterangan kepada penulis sebagai data dalam penulisan skripsi ini.


(9)

5. Ibu Juliana Saragih yang bersedia mengirimkan fotocopy buku Triangle of Love yang sangat berguna dalam penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku tercinta, A.Y Sukirno dan Endang B.D.A yang telah memberikan segala hal berguna dalam hidupku dan tidak pernah lelah menjadi pengingat bagiku. Kasih sayang yang begitu dalam dan besar kepadaku, tidak akan sebanding hanya dengan ucapan terima kasih.

7. Mbakku tersayang, Wiwied, yang selalu mengalah kepadaku dan membuatku merasa terlindungi di saat aku merasa takut. Adikku tercinta, Dodot yang selalu siap dimintai bantuan dan selalu mendorongku untuk menyelesaikan skripsi dengan pertanyaan “Dah sampai mana mbak skripsinya? Kapan lulus?” 8. Pria terhebatku, Arie N. Yogiasmoro, yang dengan rela menjadi “tempat

sampah” bagiku dan memberikan kekuatan kepadaku. Trima kasih atas unconditional love-nya….

9. Kakek dan nenek serta saudara-saudara yang menjadi motivator baik secara langsung maupun tidak, agar aku segera menyelesaikan kuliahku.

10. Saudaraku yang manis Nta Cumi, yang selalu berbagi dalam suka, duka, bahkan dalam hal-hal yang konyol. Semua yang pernah kita lalui memiliki arti yang begitu dalam bagiku, tapi nggak cukup sampai disini kan?

11. Sahabatku-sahabatku, Bertus, Medusa, mas Adi dan Handoko yang hampir semua sudah lulus duluan. Kalian membuatku semakin mengerti akan keunikan setiap individu dan arti persahabatan.

12. Teman-teman KKN, Diniy, Fajz, Nune’, Lilis, Lia, Tia dan Edo yang memberiku banyak pelajaran berharga selama KKN.


(10)

13. Teman-teman UK Katolik, PSF dan Kebaya yang memperkaya pengalamanku selama aku kuliah.

14. Segenap kru di Sanggar Cakrawala yang memberikan berbagai latihan dan pengetahuan baru.

15. Teman-teman di P2TKP yang membantuku tetap bertahan dan tidak mudah menyerah dalam menghadapai situasi yang kurang menyenangkan. Makasih sudah memberiku tempat berbagi ketika aku sudah merasa tidak memiliki tempat untuk berbagi.

16. Teman-teman seatapku sejak awal (Nta, Medusa, Spa, (Pinto??), Ira, Mb Piet, Mb Agnes, Ina & Echa yang banyak memberiku pelajaran tentang relasi sosial), pertengahan (Mb Wied, Dhan, Cita, Lia, Fitri & Ayu yang memperlihatkan sisi kehidupan yang berbeda) dan sekarang (Mb Wied, Dhan, Cita, Risa & Anis, jangan permalukan korps kita ya….).

17. Teman-teman seperjuangan yang terlalu banyak untuk kusebutkan satu persatu Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu dengan rendah hati penulis bersedia menerima kritik, saran yang membangun dan sumbangan ide demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini berguna bagi pembaca.

Penulis


(11)

Abstrak

Komponen Cinta Pada Individu yang Telah Menikah Menurut Triangular Theory Of Love

Frut Dwi Retnaningtyas 2007

Seiring dengan berjalannya waktu, segala hal yang ada dalam pernikahan dapat berubah, termasuk juga cinta. Cinta bagi Sternberg mengandung tiga komponen, yaitu; keintiman, gairah dan komitmen. Teori cinta Sternberg tersebut dikenal dengan sebutan Triangular theory of love. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komponen cinta yang terdapat pada individu yang telah menikah dengan usia pernikahan 7-9 tahun, menurut Triangular theory of love.

Subjek dalam penelitian ini adalah individu yang memiliki usia pernikahan 7-9 tahun dan sudah memiliki anak. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 6 individu. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, sedangkan metode yang digunakan adalah metode wawancara sebagai metode utama dan observasi untuk mendapatkan tambahan data. Peneliti menggunakan konsep validitas argumentatif untuk mencapai kredibilitas dalam penelitian ini, sedangkan untuk mencapai dependability, peneliti menempuh 2 langkah yaitu mencatat informasi dengan alat perekam dan melakukan pengorganisasian data.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keenam responden masih memiliki ketiga komponen cinta Sternberg, namun komponen cinta pada masing-masing responden mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Jadi pada masing-masing responden ada komponen cinta yang paling menonjol. Kata kunci: Triangular theory of love, individu yang telah menikah, komponen


(12)

Abstract

Love Components of Marriage Person According to Triangular Theory of Love

Frut Dwi Retnaningtyas 2007

During the times elapsed, all thing exist in marriage may changed, including love. According to Stenberg, love has three components, which are: intimacy, passion, and commitment. This theory called Triangular of Love Theory. The aim of this research is to gain a description of love components, according to Triangular of Love Theory, in marriage person that had 7 to 9 years of marriage.

Subject in this research are persons that had 7 to 9 years of marriage and had child/children. There are six persons involved in this research. This research is a descriptive-qualitative research with phenomenological approach. Researcher uses interview method as a main method and observation method to gain additional data. Researcher uses argumentative validity concept to reach research credibility. To gain dependability, researcher undergoes two steps. Researcher record information with recorder tools and does the data organizing.

The result of this research shows that all of these six persons still have all off these three Sternberg’s love components. We also can conclude that these three components have different intensity among these six persons. There are most dominant components in every respondent respectively.


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

PERNYATAAN KEASLIAN DATA ……… iv

PERSEMBAHAN ……….. v

KATA PENGANTAR ……… vi

ABSTRAK ………. ix

ABSTRACT ……… x

DAFTAR ISI ……….. xi

DAFTAR BAGAN DAN TABEL ……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ……… 5

C. Tujuan Penelitian ……….. 5

D. Manfaat Penelitian ……… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan ………... 7

2. Tahap Penyesuaian Pasangan ……… 8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Perkawinan ………. 10


(14)

B. Triangular theory of Love

1. Pengertian Cinta Menurut Triangular theory of Love …… 12

2. Komponen-komponen Cinta……… 12

3. Variasi Bentuk-bentuk Cinta Triangular theory of Love.… 15 C. Cinta Pada Individu Yang Telah Menikah Menurut Triangular Theory of Love ……… 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………. 21

B. Fokus Penelitian ……… 22

C. Subjek Penelitian ………. 22

D. Metode Pengumpulan Data ……….. 23

E. Panduan Wawancara ……… 25

F. Analisis Data ……… 26

G. Keabsahan Data Penelitian……… 27

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ………. 30

B. Hasil Penelitian 1. Data Demografi Responden ………... 34

2. Latar Belakang Responden ………. 35

3. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 40

4. Dinamika Responden ………. 181


(15)

BABV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……… 249

B. Saran ……… 251

C. Keterbatasan Penelitian ……….... 252


(16)

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

A. SKEMA KOMPONEN CINTA PADA INDIVIDU YANG TELAH

MENIKAH MENURUT TRIANGULAR THEORY OF LOVE

B. TABEL 1. PANDUAN WAWANCARA ELEMEN-ELEMEN CINTA C. TABEL 2.1. RINGKASAN HASIL PENELITIAN RESPONDEN 1 & 2 D. TABEL 2.2. RINGKASAN HASIL PENELITIAN RESPONDEN 3 & 4 E. TABEL 2.3. RINGKASAN HASIL PENELITIAN RESPONDEN 5 & 6


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran 1. Tabel Hasil Wawancara & Koding

1. Responden 1 ………... 256

2. Responden 2 ………... 286

3. Responden 3 ………... 318

4. Responden 4 ………... 363

5. Responden 5 ………... 391

6. Responden 6 ………... 407

B. Lampiran 2. Tabel Hasil Observasi & Koding 1. Responden 1 & 2 ……… 438

2. Responden 3 & 4 ……… 439


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam hidup, manusia mempunyai berbagai kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan akan cinta. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan cinta adalah kebutuhan untuk dicintai dan mencintai orang lain, memberi dan menerima kasih serta terdapat pula perhatian dan penerimaan dari orang lain (Huffman, Vernoy & Vernoy, 1997). Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan menjalin relasi antar sesamanya.

Perasaan cinta yang muncul dalam diri seseorang diawali dengan adanya perasaan suka. Seseorang akan mulai melakukan penyeleksian, setelah berjumpa dengan orang lain, apakah cocok dengan orang tersebut atau tidak, mulai dari fisik, sikap dan kepribadiannya. Individu tersebut akan mulai memelihara dan mengarahkan hubungan yang berawal dari daya tarik fisik menjadi hubungan yang lebih akrab, setelah merasakan adanya minat yang lebih pada seseorang. Beberapa ahli psikologi menemukan bahwa asal mula orang jatuh cinta adalah karena menyukai orang yang mirip dengan dirinya sendiri, mempunyai kedekatan secara sosial dan emosional (keakraban) dan kemiripan, dan akhirnya seseorang akan jatuh cinta (Atkinson, 1992).

Hubungan cinta dengan lawan jenis akan mendorong pasangan untuk menikah. Bentuk cintanya adalah cinta yang romantis atau disebut juga cinta yang bergairah. Cinta tersebut memiliki elemen seksual dan kekanak-kanakan,


(19)

dan seringkali mendominasi bagian awal suatu hubungan cinta. Cinta yang romantis inilah, yang merupakan alasan utama untuk menikah (Santrock, 1995). Cinta membuat mereka ingin terus bersama dalam suatu ikatan, yang disebut dengan pernikahan, meskipun tidak jarang kita temui pernikahan yang tidak dilandasi oleh cinta.

Sternberg (1988) mengemukakan bahwa cinta mengandung tiga komponen penting, yaitu keintiman, gairah dan komitmen. Teorinya disebut dengan Triangular theory of love. Ketiga komponen tersebut harus ada dan berjalan seimbang agar menghasilkan bentuk cinta yang sempurna (consumate love) dalam sebuah hubungan. Bentuk cinta tersebut merupakan bentuk cinta yang paling kuat untuk menjaga stabilitas pernikahan, dan masing-masing komponen memiliki peran yang berbeda-beda dalam sebuah hubungan.

Pada awal pernikahan, segala sesuatunya akan terasa menyenangkan dan terlihat indah karena dilandasi oleh perasaan cinta yang mendalam. Segala kekurangan yang ada dalam diri pasangan sepertinya tidak telihat, tertutup oleh adanya cinta. Perhatian yang besar dicurahkan kepada pasangan dan mereka merasa pasangan mereka unik sehingga mereka ingin terus menggali keunikan dari pasangan mereka (Santrock, 1995).

Seiring dengan berjalannya waktu, daya tarik seksual semakin berkurang, kecemasan terhadap pasangan dan perasaan kasih sayang juga semakin berkurang (Santrock, 1995). Pineo (1961) mengemukakan bahwa lima tahun pertama usia perkawinan merupakan puncak kepuasan perkawinan dan setelah itu akan mulai menurun sampai anak menginjak usia remaja


(20)

(dalam Rybash, Roodin & Santrock, 1991). Selain itu, suatu penelitian di India oleh Gupta & Singh (1982) tentang keromantisan cinta menunjukkan bahwa pernikahan berdasarkan cinta akan mengalami penurunan perasaan cinta setelah usia perkawinan mereka melewati lima tahun dan pada pernikahan yang telah memiliki anak maka perhatian akan lebih terfokus kepada anak daripada pasangan (Myers,1994).

Pada umumnya setelah pernikahan melewati lima tahun, kedekatan emosional antara pasangan mulai berkurang dan masing-masing memiliki dunianya sendiri (Rybash, Roodin & Santrock,1991). Hal tersebut dapat menyebabkan perhatian kepada pasangan semakin berkurang. Tidak tertutup kemungkinan akan terjadi perceraian jika keadaan tersebut berlangsung terus-menerus (Myers, 1994). Keadaan tersebut juga dapat memunculkan keinginan untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain.

Berkaitan dengan Triangular theory of love, ketiga komponen cinta yang ada dapat menghasilkan beberapa bentuk variasi cinta. Hal tersebut dapat terjadi karena kehadiran komponen-komponen cinta dalam sebuah hubungan tidak selalu bersamaan. Jadi ketiga komponen cinta tersebut belum tentu selalu ada dalam setiap pasangan. Besar kemungkinan dalam sebuah hubungan hanya terdapat satu atau dua dari ketiga komponen yang ada.

Beberapa variasi bentuk cinta yang akan terjadi dari ketiga komponen cinta antara lain adalah liking, yaitu salah satu tipe hubungan yang akan terjadi jika hanya ada keintiman. Empty love dapat terjadi jika dalam sebuah hubungan hanya terdapat komitmen. Tipe tersebut terjadi pada pasangan yang


(21)

hanya berkomitmen untuk menjalin hubungan namun tanpa ada keintiman dan gairah (Knapp & Vangelisty, 1996). Hubungan yang kekanak-kanakan dapat terjadi jika dalam sebuah hubungan hanya terdapat elemen gairah saja (Santrock, 1995).

Tipe hubungan lain adalah romantic love, yang akan terjadi jika dalam sebuah hubungan hanya terdapat keintiman dan gairah, sedangkan cinta yang penuh kebersamaan akan terjadi jika hanya terdapat keintiman dan komitmen namun tidak ada atau hanya sedikit gairah. Hubungan tersebut sering ditemukan pada pasangan bahagia yang telah menikah selama bertahun-tahun. Cinta yang konyol (fatuous love) akan terjadi jika tidak ada atau sedikit keintiman namun hanya ada gairah dan komitmen. Hubungan tersebut dapat ditemukan pada pasangan yang memutuskan menikah dalam beberapa hari setelah mereka bertemu (Knapp & Vangelisty, 1996; Santrock, 1995).

Berdasarkan fase yang terjadi dalam pernikahan, maka peneliti ingin mengetahui gambaran komponen cinta yang terdapat pada individu yang telah menikah selama lebih dari 5 tahun khususnya 7-9 tahun. Usia tersebut dipilih karena pada usia tersebut banyak tantangan dalam kehidupan pernikahan.

Hal tersebut merupakan hal yang penting dan unik untuk diteliti karena fase usia perkembangan yang diambil dalam penelitian ini, jarang diungkap. Topiknya pun belum pernah diangkat sebelumnya sehingga dapat memberikan tambahan wawasan yang baru.


(22)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka didapat rumusan masalah:

“Bagaimana gambaran komponen-komponen cinta yang terdapat pada individu yang telah menikah selama tujuh sampai dengan sembilan tahun, menurut Triangular theory of Love?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan komponen-komponen cinta yang terdapat pada individu yang memiliki usia perkawinan tujuh sampai sembilan tahun, menurut Triangular theory of love.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan Psikologi khususnya dalam Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan khususnya tentang dinamika cinta dalam kehidupan perkawinan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi individu dengan usia pernikahan 7-9 tahun sebagai tambahan wacana tentang gambaran komponen cinta yang ada pada usia pernikahan tersebut sehingga dapat digunakan sebagai bahan


(23)

refleksi kehidupan cinta bagi para pasangan. Bagi pasangan yang hendak menikah, dapat digunakan sebagai salah satu wacana tentang gambaran komponen cinta yang diperlukan dalam mempertahankan hubungan suami istri menurut Triangular Theory of Love.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Landis dan Landis (1965) mengatakan bahwa perkawinan merupakan suatu komitmen antara sepasang manusia yaitu laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama.

Pada UU No. 1 tahun 1974 pasal 1, disebutkan bahwa perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (dalam Piet Go, 1990).

Perkawinan merupakan ikatan mesra daripada kehidupan dan cinta kasih suami istri (Cipta Loka Caraka, 1971). Jadi dalam perkawinan diamalkan cinta kasih, yang mempersatukan kehidupan dua pribadi yang sama tinggi, sama derajat dan sama haknya.

Saxton (dalam Risnawaty, 2003) mengemukakan, bahwa perkawinan memiliki dua makna, yakni: pertama, sebagai suatu institusi sosial dimana pernikahan merupakan solusi kolektif terhadap kebutuhan sosial. Kedua adalah makna secara individual, pernikahan memiliki makna yang sama dengan makna sosial, yakni sebagai legitimasi terhadap peran orang tua.

Katini Kartono (1977) mengatakan bahwa perkawinan merupakan manifestasi dari ikatan janji setia diantara pria dan wanita, yang memberikan


(25)

pembatasan-pembatasan dan pertanggung jawaban tertentu, baik pada sang suami maupun pada si istri. Dalam perkawinan terdapat dua unsur yang penting, yaitu simpati dan birahi. Simpati mengandung unsur kasih sayang, ikut merasa/menghayati, perlibatan dua pribadi menjadi satu kesatuan dan kesediaan berkorban, sedangkan dalam birahi terdapat unsur seks dan kekuatan/daya saling tarik menarik antara dua jenis kelamin yang berbeda, yang kemudian menimbulkan relasi seksuil.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin yang mesra dan penuh kasih sayang, serta komitmen yang didalamnya terdapat pertanggungjawaban tertentu, antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup bersama dan membentuk sebuah keluarga.

2. Tahap Penyesuaian Pasangan

Lemme (1995) mengatakan bahwa tahun-tahun awal pernikahan, yaitu antara 1-2 tahun pernikahan merupakan masa untuk membangun kepuasan pernikahan yang saling menguntungkan. Schiamberg dan Smith (1982) menambahkan bahwa selama tahun-tahun awal pernikahan, pasangan berusaha untuk membangun struktur keluarganya sendiri, dimana pada tahun-tahun tersebut masih dipenuhi dengan keromantisan. Selama tahun pertama pernikahan, yang disebut dengan fase blending, mereka belajar untuk hidup bersama dan berpikir bahwa diri mereka


(26)

merupakan bagian yang saling tergantung satu sama lain (Perlmutter & Hall, 1992).

Perlmutter & Hall (1992) mengemukakan bahwa tahun ketiga pernikahan disebut dengan fase nesting, yang merupakan saat sering terjadinya stres dan kekecewaan, pasangan menggali keterbatasan dari kecocokan-kecocokan yang ada dan menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas saling berbagi.

Tahap selanjutnya adalah ketika pernikahan memasuki usia 5 tahun. Pineo (1961) mengemukakan bahwa kepuasan pernikahan akan mencapai puncaknya pada lima tahun pertama pernikahan dan akan menurun melalui periode ketika anak berusia remaja (dalam Rybash, Roodin & Santrock, 1991). Myers (1994) menambahkan, ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa keromantisan cinta akan terus meningkat dari awal pernikahan sampai lima tahun pernikahan dan kemudian akan mulai menurun melalui periode lima sampai sepuluh tahun pernikahan.

Memasuki usia pernikahan 7-8 tahun merupakan tahap dimana anak-anak memasuki usia remaja dan dewasa (Lemme, 1995). Pada tahap tersebut perhatian pasangan masih terpusat pada keluarga, terutama anak-anak (Hurlock, 1980).

Tahap selanjutnya adalah masa ketika anak-anak mulai meninggalkan rumah, yang disebut dengan masa kekosongan (empty nest)


(27)

(Myers, 1994). Hurlock (1980) mengemukakan bahwa setelah anak-anak meninggalkan rumah, maka perhatian kembali berpusat pada pasangan.

Dari berbagai tahapan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun-tahun awal pernikahan yaitu usia 1-2 tahun, merupakan masa untuk membangun kepuasan pernikahan dan penyesuaian untuk hidup bersama yang dipenuhi dengan keromantisan. Kepuasan pernikahan akan mulai menurun setelah melalui periode 5 tahun pertama. Perhatian pasangan akan lebih terpusat pada anak dan ketika anak-anak mulai meninggalkan rumah maka perhatian akan kembali berpusat pada pasangannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelangsungan Perkawinan

Kepuasan dalam perkawinan merupakan hal yang berpengaruh terhadap kelangsungan sebuah perkawinan. Huyk (1982) mengemukakan bahwa ketidakbahagiaan dalam pernikahan dapat diakhiri dengan sebuah perceraian (dalam Perlmutter & Hall, 1992).

Sebuah studi menyatakan bahwa pasangan yang bahagia lebih banyak terdapat pada bentuk hubungan egalitarian, dimana masing-masing pasangan merasa adanya kesamaan kekuasaan, partisipasi yang sama dalam pengambilan keputusan dan kebebasan untuk memulai hubungan seksual (Perlmutter & Hall, 1992).

Lemme (1995) menambahkan bahwa ada beberapa variabel yang berpengaruh dalam hubungan intim jangka panjang, yaitu kesehatan, status keuangan, permintaan akan anak dan proses menuju pensiun.


(28)

Faktor lain yang memberi ciri pada hubungan jangka panjang, seperti pernikahan yang bahagia adalah kestabilan ekonomi, melihat pasangannya sebagai sahabat, menyukai pasangan sebagai seorang manusia, persetujuan pada tujuan-tujuan hidup dan penuh kelucuan, sikap suka bermain (Bengston, Rosenthal dan Burton, 1990 dalam Perlmutter & Hall, 1992). Laswell & Laswell (1987) juga menegaskan bahwa permainan dan penuh kelucuan merupakan unsur yang penting dalam kepuasan pernikahan serta keinginan untuk menghabiskan waktu bersama pasangannya.

Santrock (1995) menambahkan, kelahiran seorang anak akan menyelamatkan pernikahan yang gagal. Hurlock (1980) mengemukakan bahwa lebih banyak perceraian terjadi karena pasangan tidak mempunyai atau hanya mempunyai beberapa anak.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelangsungan perkawinan adalah kesamaan kedudukan dalam perkawinan, kesamaan hak dalam mengambil keputusan, dan kebebasan dalam memulai hubungan seksual. Faktor lain adalah adanya kestabilan ekonomi, kehadiran anak, adanya kedekatan sebagai sahabat, serta adanya kelucuan dan permainan dalam keluarga.


(29)

B.Triangular Theory Of Love

1. Pengertian Cinta Menurut Triangular Theory Of Love

Cinta memiliki pengertian yang berbeda-beda bagi masing-masing individu. Hoyer dan Roodin (2003) mengemukakan bahwa cinta merupakan sebuah perasaan yang mendalam dan terkadang atau sering disertai dengan perasaan-perasaan yang eksklusif.

Sternberg (1988) mengemukakan teori tentang cinta yang diberi nama Triangular Theory of Love. Dalam teori tersebut, Sternberg menyatakan bahwa cinta memiliki tiga komponen utama yaitu gairah, keintiman dan komitmen.

Sternberg (1988) beranggapan bahwa ketiga elemen cintanya, yaitu gairah keintiman dan komitmen, dapat mencakup berbagai elemen-elemen cinta yang lain misalnya komunikasi merupakan salah satu unsur juga yang membangun keintiman. Teori tersebut juga merupakan teori yang lintas waktu dan budaya, sehingga dapat berlaku kapan saja dan dimana saja.

2. Komponen-komponen Cinta

Triangular Theory of Love mempunyai tiga elemen (Sternberg, 1988), yaitu :

a. Keintiman adalah perasaan emosional yang didalamnya terdapat kehangatan, kedekatan, komunikasi, kepercayaan, keinginan untuk berbagi dan dukungan dalam hubungan serta keinginan untuk


(30)

membina hubungan. Menurut Sternberg, keintiman memiliki 10 elemen, yaitu:

1) Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai. Mengamati pasangan dengan baik dan bertujuan untuk mensejahterakan pasangan. Seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintainya melebihi dirinya sendiri namun terdapat pula harapan bahwa orang tersebut akan membalas pada waktunya.

2) Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai

Menikmati kebersamaan dengan pasangan. Ketika mereka melakukan hal-hal bersama, mereka memiliki waktu yang menyenangkan dan menyimpan kenangan-kenangan yang dapat mereka ingat kembali saat-saat sulit.

3) Menempatkan orang yang dicintai pada penghargaan yang tinggi Berpikiran positif dan menghormati pasangannya. Meskipun telah mengetahui kekurangan pasangannya, namun tetap memberikan penghargaan yang tinggi.

4) Mengandalkan orang yang dicintai pada saat-saat dibutuhkan. Merasa bahwa pasangannya selalu ada ketika dibutuhkan. 5) Saling pengertian dengan orang yang dicintai.

Mengerti satu sama lain. Mereka mengetahui satu sama lain kekuatan dan kelemahan dan bagaimana merespon satu sama lain yang dapat menunjukkan empati.


(31)

6) Membagikan diri dan miliknya dengan orang yang dicintai.

Keinginan untuk memberikan diri dan waktunya sebaik mungkin kepada orang yang dicintai.

7) Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai.

Merasa didukung dan bahkan diperbarui oleh orang yang dicintai, khususnya pada saat membutuhkan.

8) Memberikan dukungan emosional kepada orang yang dicintai. Mendukung orang yang dicintai melalui empati dan dukungan emosional, pada saat dibutuhkan.

9) Komunikasi secara intim dengan orang yang dicintai.

Dapat berkomunikasi secara mendalam dan jujur dengan orang yang dicintai. Dapat berbagi mengenai perasaan terdalamnya. 10) Menganggap orang yang dicintai bernilai/berharga.

Marasakan pentingnya kehadiran pasangan dalam hidupnya. b. Gairah adalah ekspresi dari keinginan-keinginan dan

kebutuhan-kebutuhan, seperti kebutuhan atau keinginan untuk harga diri, membantu, berhubungan dengan orang lain, dominasi, kepatuhan dan pemenuhan kebutuhan seksual. Kekuatan dari kebutuhan yang bermacam-macam tersebut berbeda-beda diantara pribadi-pribadi, situasi-situasi dan jenis jenis hubungan percintaan. Gairah muncul dari ketertarikan fisik dan seksual. Dalam hubungannya dengan komponen cinta yang lain, gairah berinteraksi secara kuat dengan keintiman dan saling mengisi satu sama lain.


(32)

c. Komitmen adalah penilaian kognitif berupa keputusan atas hubungan, untuk secara sinambung tetap menjalankan suatu hubungan bersama dan niat untuk memperhatikan hubungan, bahkan ketika menghadapi masalah. Komponen komitmen/keputusan terdiri dari dua aspek, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Aspek jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai orang lain, sedangkan aspek jangka panjang adalah komitmen untuk memelihara cinta tersebut.

3. Variasi Bentuk-bentuk Cinta Triangular Theory of Love

Ketiga komponen cinta dari Sternberg tidak selalu lengkap keberadaannya dalam sebuah hubungan. Kombinasi dari ketiga komponen cinta tersebut dapat membentuk berbagai jenis cinta (Sternberg, 1988). a. Non-love

Bentuk ini adalah jenis hubungan yang tidak mendapat sumbangan sama sekali dari ketiga komponen cinta. Non-Love merupakan karakteristik yang terdapat pada hubungan personal yang interaksinya sedehana dan tidak mengambil bagian dari cinta atau bahkan suka. b. Liking

Bentuk ini merupakan jenis hubungan yang didalamnya hanya terdapat komponen keintiman, tanpa adanya komponen gairah dan komitmen. Liking mendeskripsikan perasaan-perasaan dari pengalaman-pengalaman dalam hubungan persahabatan.


(33)

c. Infatuated love

Suatu bentuk hubungan yang hanya mengandung komponen gairah, tanpa kehadiran komponen keintiman dan komitmen. Bentuk ini biasa terdapat dalam cinta pada pandangan pertama yang muncul karena ketertarikan fisik sehingga cinta model ini biasanya mudah hilang. d. Empty love

Dalam bentuk hubungan ini hanya terdapat komponen komitmen, tanpa adanya keintiman dan gairah. Jenis cinta ini terkadang ditemukan dalam hubungan yang membosankan yang telah berjalan beberapa tahun dan telah kehilangan keterlibatan emosi dan motivasi. e. Romantic love

Suatu bentuk hubungan yang didalamnya terdapat komponen keintiman dan gairah namun tanpa kehadiran komponen komitmen. Pada tipe cinta ini, laki-laki dan perempuan tidak hanya menarik secara fisik satu dengan yang lain tetapi juga terikat secara emosional. Salah satu contohnya dapat dilihat dalam suatu hubungan romantis klasik yaitu Romeo dan Juliet.

f. Companionate love

Suatu bentuk hubungan yang mengandung komponen keintiman dan komitmen namun tidak ada komponen gairah. Pada dasarnya untuk hubungan jangka panjang dan diperlukan dalam melakukan hubungan persahabatan. Biasanya terjadi pada pernikahan-pernikahan dengan unsur seksual yang semakin berkurang.


(34)

g. Fatuous love

Bentuk cinta yang mengandung komponen gairah dan komitmen tanpa adanya komponen keintiman. Bentuk cinta ini biasanya ditemukan pada pasangan yang pada suatu hari bertemu, bertunangan pada dua minggu kemudian dan kemudian menikah. Bentuk hubungan ini dibangun dengan melakukan komitmen antara satu dengan yang lain atas dasar gairah seksual tanpa adanya keterlibatan emosional.

h. Consummate love

Bentuk ini merupakan suatu bentuk cinta yang mengandung ketiga komponen cinta, yaitu keintiman, gairah dan komitmen.

C. Cinta Pada Individu Yang Telah Menikah Menurut Triangular Theory Of Love

Setiap pasangan yang memutuskan untuk menikah, memiliki alasan atau pertimbangan tertentu yang mendasarinya. Saxton (dalam Risnawaty, 2003) mengemukakan bahwa alasan menikah dapat dibedakan menjadi dua sumber, yaitu faktor yang berasal dari diri individu (internal), yaitu kebutuhan internal individu yang bersangkutan, antara lain kebutuhan material (biologis), kebutuhan seksual dan kebutuhan psikologis dan faktor yang berasal dari luar diri (eksternal), yaitu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memilih menikah, antara lain alasan ekonomi, legitimasi terhadap kekerasaan anak dan memenuhi perintah agama.


(35)

Setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda untuk menikah, dimana alasan-alasan itulah yang menentukan keberlangsungan sebuah perkawinan. Cinta merupakan salah satu alasan penting suatu pernikahan. Pada tahun 1980-an, perempuan dan laki-laki setuju bahwa mereka tidak menikah kecuali mereka mencintai, dan lebih dari separo laki-laki dan perempuan masa kini mengatakan bahwa tidak mencintai adalah alasan yang cukup untuk memutuskan suatu pernikahan (Simpson, Campbell & Berscheid, 1986 dalam Santrock, 1995).

Terkait dengan cinta, Sternberg (1988) mengemukakan salah satu teorinya yang sangat terkenal yaitu Triangular Theory of Love. Triangular Theory of Love merupakan teori tentang cinta yang menyatakan bahwa cinta mengandung tiga komponen, yaitu keintiman, gairah dan komitmen.

Bentuk cinta yang mengandung ketiga komponen diatas, disebut dengan cinta sempurna (consummate love). Bentuk cinta yang sempurna dari Sternberg tersebut merupakan bentuk cinta yang sulit untuk dicapai, namun bukan tidak mungkin untuk mencapainya (Knapp & Vangelisti, 1996).

Dalam kehidupan pernikahan, terdapat beberapa tahapan yang dialami oleh individu. Lemme (1995) mengatakan bahwa pada tahun-tahun awal pernikahan merupakan masa untuk membangun kepuasan pernikahan. Schiamberg dan Smith (1982) juga menambahkan bahwa masa tersebut merupakan masa yang penuh keromantisan. Seiring berjalannya waktu, kepuasan terhadap pernikahan pun mulai menurun. Pineo (1961) mengatakan bahwa ketika usia pernikahan melewati lima tahun, maka kepuasan


(36)

pernikahan akan mulai menurun (dalam Rybash, Roodin & Santrock, 1991). Seiring berjalannya waktu, interaksi seksual pun juga mengalami penurunan, menjadi semakin jarang (Udry, 1980 dalam Baron & Byrne, 2005). Gupta & Singh (1982) menambahkan bahwa dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa perasaan cinta akan meulai menurun setelah pernikahan melewati usia 5 tahun (Myers,1994).

Tiap tahapan dalam pernikahan tidak terlepas dari berbagai faktor yang berpengaruh dalam pernikahan, yaitu kedudukan dalam pernikahan, keberadaan anak, suasana humoris dalam pernikahan, keadaan ekonomi dan penghargaan terhadap pasangan (Bengston, Rosenthal & Burton, 1990 dalam Perlmutter & Hall, 1992; Laswell & Laswell, 1987). Pada usia pernikahan yang telah melewati lima tahun, perhatian pasangan mulai berpusat pada anak sehingga perhatian kepada pasangan mulai berkurang (Hurlock, 1980).

Berdasarkan uraian tahapan pernikahan diatas maka dapat diketahui bahwa usia pernikahan setelah melewati 5 tahun merupakan usia yang banyak tantangan khususnya yang menguji romantika cinta dalam pernikahan. Berkaitan dengan cinta, maka dapat pula dilihat bagaimana gambaran komponen cinta yang terdapat pada individu yang telah menikah diatas 5 tahun khususnya 7-9 tahun menurut Triangular theory of love.


(37)

Skema 1. Komponen Cinta Pada Individu yang Telah Menikah Menurut Teori Triangle of Love

Alasan menikah Faktor Internal: - Kebutuhan Biologis - Kebutuhan Seksual - Kebutuhan

Psikologis

Faktor Eksternal: - Ekonomi

- Legitimasi terhadap kekerasan anak - Perintah agama

Pernikahan Dinamika Pernikahan

Usia 7-9 tahun:

- Kepuasan pernikahan mulai menurun - Perasaan cinta mulai

menurun

- Interaksi seksual menurun

- Perhatian lebih besar ke anak

Gambaran komponen cinta Triangular of Love Faktor yang mempengaruhi:

- Kedudukan dalam pernikahan

- Keberadaan anak - Suasana humoris - Keadaan ekonomi - Penghargaan tarhadap


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan tergolong fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan sebagainya (Poerwandari, 1998). Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan pengukuran dengan angka-angka namun hanya melakukan analisis berdasarkan pemahanan tentang argumen maupun deskripsi yang diberikan oleh subyek penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi yaitu suatu metode untuk memeriksa dan menganalisis kehidupan batiniah individu yang berupa pengalaman mengenai sebuah fenomena sebagaimana adanya (Schutz dalam Hasan, 2005).

Peneliti menggunakan pendekatan fenomenologi dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa penelitian ini dapat dilalukan dalam natural setting (Creswell, 1998), artinya individu tidak terpisahkan dari konteks lingkungannya. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat semuanya dalam konteks alamiah atau apa adanya dengan cara mengunjungi secara langsung dan melakukan hubungan personal langsung dengan orang-orang yang diteliti, dalam hal ini adalah individu yang mempunyai usia pernikahan 7-9 tahun.


(39)

Dalam penelitian ini peneliti ingin mendapatkan deskripsi komponen cinta Sternberg yang diperoleh dari pengalaman individu.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah komponen-komponen cinta Triangular of Love yang terdapat pada individu yang telah menikah. Komponen-komponen cinta yang akan disoroti dalam penelitian ini adalah komponen-komponen yang menurut Sternberg terdapat dalam cinta, yaitu keintiman, gairah dan komitmen. Keintiman adalah perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan, komunikasi, berbagi dan dukungan dalam hubungan. Gairah adalah ekspresi dari kebutuhan-kebutuhan akan harga diri, membantu, berhubungan dengan orang lain, dominasi, kepatuhan dan kebutuhan seksual. Komitmen adalah sebuah keputusan yang merupakan penilaian kognitif atas hubungan dan niat untuk memperhatikan hubungan.

Individu yang telah menikah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu yang telah terikat secara lahir dan batin dengan seseorang yang berbeda jenis kelamin, dalam suatu hubungan pernikahan. Usia pernikahan yang dipilih dalam penelitian ini usia 7-9 tahun.

C. Subjek Penelitian

Subjek yang dipilih untuk penelitian ini sebanyak 6 individu yang telah menikah dengan pertimbangan agar mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan mendapat lebih banyak informasi. Individu yang telah


(40)

menikah yang dipilih adalah individu mempunyai usia pernikahan 7-9 tahun dan sudah memiliki anak. Usia pernikahan tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa banyak tantangan yang menguji romantika cinta pasangan, misalnya perhatian pasangan masih berpusat pada anak dan usia tersebut masih berada dalam rentang 5-10 tahun dimana umumnya keromantisan cinta akan mulai menurun melalui periode lima sampai sepuluh tahun.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Wawancara digunakan sebagai alat utama untuk mengumpulkan data, yang dilakukan kepada key informan dengan menggunakan tape recorder sebagai alat bantu. Metode observasi digunakan untuk mendukung data hasil wawancara agar peneliti dapat mengecek kesesuaian jawaban subjek penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 1998). Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu antara pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai (interviewee). Wawancara dilakukan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman mengenai berbagai hal yang terkait seperti misalnya pengalaman, perasaan maupun pikiran individu.


(41)

Model wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka semi terstruktur dengan mengacu pada panduan yang telah dibuat sebelumnya. Panduan ini dimaksudkan agar wawancara lebih terfokus pada permasalahan dan menghindari kemungkinan terlupakannya hal-hal yang hendak diungkap. Panduan wawancara yang telah dibuat kemudian juga dikembangkan lagi sesuai dengan situasi dan kondisi saat pelaksanaan wawancara, sehingga informasi yang didapatkan jauh lebih lengkap.

Penyusunan panduan wawancara dalam penelitian ini didasarkan pada elemen-elemen utama dari cinta Sternberg (1988) yang ingin diungkap. Sebelum pertanyaan-pertanyaan utama disampaikan, peneliti memberikan beberapa pertanyaan umum mengenai latar belakang subjek penelitian agar deskripsi mengenai subjek lebih lengkap.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada subjek penelitian. Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 1998).

Pada penelitian ini, observasi dilakukan pada saat melakukan pendekatan dengan subjek dan bersamaan pula dengan wawancara dengan subjek. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini digunakan sebagai data tambahan untuk mendukung wawancara. Observasi yang dilakukan


(42)

meliputi bagaimana kondisi tempat tinggal subyek dan berbagai perilaku subyek yang dapat mendukung hasil wawancara.

E. Panduan Wawancara

1. Panduan Wawancara Sebelum Try Out Pertanyaan Umum

a. Nama :

b.Pekerjaan : c. Usia pernikahan : d.Jumlah anak :

Pertanyaan Tentang Komponen-komponen Cinta a. Keintiman

1) Hal-hal apa saja yang menunjukkan kedekatan dengan pasangan? 2) Seberapa besar pengaruh pasangan dalam hidup?

3) Dalam hal apa saja ingin berbagi dengan pasangan? b. Gairah

1) Bagaimana proses perkenalan dengan pasangan?

2) Seberapa besar keinginan untuk bersama dengan pasangan? 3) Bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan seksual? c. Komitmen

1) Alasan untuk mempertahankan hubungan? 2) Keyakinan terhadap pernikahan?


(43)

2. Panduan Wawancara Sesudah Try Out Pertanyaan Umum

a. Nama :

b.Pekerjaan : c. Usia pernikahan : d.Jumlah anak :

Pertanyaan Tentang Komponen-komponen Cinta a. Keintiman

1) Bagaimana hubungan kedekatan dengan pasangan? 2) Bagaimana cara menjaga kedekatan dengan pasangan? 3) Seberapa besar pengaruh pasangan dalam hidup?

4) Seberapa besar keinginan untuk berbagi dengan pasangan? b. Gairah

1) Seberapa besar keinginan untuk memiliki pasangan? 2) Bagaimana perwujudan gairah dalam rumah tangga? 3) Bagaimana cara memenuhi kebutuhan seksual? c. Komitmen

1) Alasan mempertahankan hubungan dengan pasangan? 2) Keyakinan terhadap pernikahan?


(44)

4) Cara untuk menyelesaikan konflik dalam rumah tangga?

F. Analisis Data

Analisis data merupakan proses pencandraan (description) dan penyusunan transkrip wawancara serta material lain yang telah terkumpul (Danim, 2002). Nasution (1988) menambahkan, analisis data adalah proses menyusun atau mengorganisasikan data ke dalam suatu tema, pola dan kategori tertentu.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti dalam melakukan analisis data adalah melakukan pengkategorian atau pengorganisasian data. Hal ini bertujuan supaya data yang diperoleh dapat tersusun secara rapid an sistematis sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan analisis. Langkah kedua adalah memberikan kode-kode pada data yang telah diperoleh atau biasa disebut dengan proses koding (Poerwandari, 1998). Langkah awal koding adalah menyusun verbatim atau catatan lapangan dan membuat kolom kosong disebelah kiri dan kanan untuk menuliskan kode atau catatan tertentu. Langkah selanjutnya adalah pemberian nomor pada transkrip atau catatan lapangan. Langkah terakhir dalam koding adalah pemberian nama pada masing-masing berkas dengan menggunakan kode tertentu. Langkah ketiga dalam analisis data adalah interpretasi. Pada tahap ini peneliti melakukan interpretasi terhadap data-data yang telah dikategorikan dan diberi kode


(45)

dengan menuliskannya pada bagian kolom yang kosong sehingga tujuan dari peneliti dapat tercapai.

G. Keabsahan Data Penelitian 1. Kredibilitas

Danim (2002) mengemukakan, penelitian kualitatif merupakan bentuk kerja ilmiah, maka harus memenuhi criteria objektivitas, kesahihan dan keterandalan. Di sisi lain Poerwandari (1998) mengemukakan bahwa kualitas pada penelitian kualitatif adalah kredibilitasnya. Kredibilitas penelitian kualitatif terletak pada keberhasilannya dalam mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok social atau pola interaksi yang kompleks. Pencapaian validitas atau kredibilitas dilakukan melalui orientasi dan upayanya mendalami dunia empiris dengan menggunakan metode yang paling cocok untuk pengambilan dan analisis data.

Pada penelitian ini, konsep validitas yang dipakai adalah validitas argumentatif yang tercapai bila presentasi hasil penelitian dan kesimpulan yang dibuat dapat diikuti dengan baik serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah. Peneliti juga melakukan beberapa hal untuk meningkatkan kredibilitas, sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Patton, Marshall dan Rossman (dalam Poerwandari, 1998), yaitu:


(46)

1. Mencatat hal-hal penting yang mencakup pengamatan objektif terhadap seting, partisipan dan hal lain yang terkait serinci mungkin.

2. Mendokumentasikan data yang terkumpul secara lengkap dan rapi.

3. Menyertakan partner atau orang-orang yang dapat berperan sebagai pengkritik untuk memberikan saran-saran dan pembelaan (devil’s advocate).

4. Melakukan pengecekan dan pengecekan kembali (checking and rechecking) data-data yang ada.

3. Dependability

Dependability sama artinya dengan istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Melalui konstruk dependability peneliti memperhitungkan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagai hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti. Peneliti perlu menyadari kompleksitas konteks yang dihadapinya dengan menggunakan strategi dan desain penelitian yang luwes sehingga peneliti perlu mengkonsentrasikan diri pada pencatatan rinci fenomena yang diteliti, termasuk interrelasi aspek-aspek yang berkaitan (Poerwandari,1998).

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk mencapai dependability penelitian adalah sebagai berikut:

a. Pencatatan informasi dengan menggunakan alat perekam sehingga respon dari responden dapat ditangkap dengan cermat dan jelas.


(47)

b. Pengorganisasian data yang baik dan pemberian uraian deskriptif pada data yang telah diperoleh sehingga memungkinkan pihak lain untuk melakukan penilaian.


(48)

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan beberapa persiapan sebelum memulai untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Beberapa hal telah dipersiapkan peneliti sebelum terjun ke lapangan. Salah satu persiapan yang dilakukan adalah menentukan responden yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini. Sebelumnya peneliti mengumpulkan informasi terlebih dahulu mengenai calon-calon responden yang memungkinkan untuk menjadi responden penelitian kepada orang-orang yang memiliki informasi yang relevan.

Dalam hal ini, peneliti meminta bantuan beberapa teman dan orang lain yang mengenal ataupun mengetahui mengenai pasangan suami istri yang sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan oleh peneliti sebelumnya. Selain berdasarkan kriteria tersebut, peneliti menentukan responden penelitian sebagai subyek penelitian berdasarkan tempat domisili subyek serta kesediaan waktu untuk memberikan informasi dan keterangan yang diperlukan.

Setelah mendapatkan informasi dari berbagai sumber, peneliti mencoba mendatangi rumah beberapa calon responden yang sesuai dengan kriteria, untuk menyatakan maksud peneliti. Peneliti dan


(49)

responden yaitu suami dan istri, membuat janji untuk bertemu, setelah ada persetujuan dan kesediaan dari responden.

Sebelum benar-benar melakukan penelitian, peneliti melakukan try out terlebih dahulu untuk mengetahui kelengkapan panduan pertanyaan yang telah dibuat. Selain itu, try out dilakukan dengan tujuan agar peneliti mempunyai gambaran situasi dalam wawancara sehingga peneliti dapat lebih mempersiapkan diri untuk keadaan-keadaan yang tidak terduga pada saat di lapangan. Hasil yang diperoleh dari try out adalah peneliti menambahkan beberapa pertanyaan yang dianggap penting dan mengubah cara bertanya yang memungkinkan untuk responden memberikan banyak jawaban.

Pengambilan data pertama dilakukan pertama kali di kompleks perumahan TNI AU pada tanggal 30 September 2006. Pada tanggal yang sama, peneliti sekaligus melakukan pengambilan data untuk responden yang kedua. Peneliti mengalami hambatan dalam pengambilan data untuk responden yang terakhir, karena kesulitan untuk mencari waktu luang responden. Selain itu responden juga sering melakukan penundaan janji. Disini, peneliti membagi proses pengambilan data menjadi dua tahap dan pada umumnya, peneliti mengalami hambatan untuk melakukan tahap yang kedua karena kesulitan untuk menentukan waktu dari pihak responden.

Penulisan hasil pengambilan data, dilakukan segera setelah wawancara dan jika ada yang dianggap kurang, peneliti meminta


(50)

keterangan kembali kepada responden dengan membuat janji kembali dengan responden. Pengambilan data wawancara dilakukan dengan menggunakan tape recorder agar pengambilan data lebih efektif.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan Tanggal Tempat

Responden1 30 September 2006, 30 Januari 2007 12 Februari 2007

Blok H

Responden 2 30 September 2006, 30 Januari 2007 12 Februari 2007

Blok H

Responden 3 20 November 2006, 6 Desember 2006,

20 Januari 2007

Gendingsari

Responden 4 20 November 2006, 6 Desember 2006,

20 Januari 2007

Gendingsari

Responden 5 7 November 2006, 21 November 2006,

18 Januari 2007

Blok O

Responden 6 7 November 2006, 21 November 2006,

18 Januari 2007


(51)

Penelitian dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada dan dengan memperhatikan perubahan situasi yang memungkinkan, sehingga peneliti lebih fleksibel. Peneliti melakukan olah data dengan menganalisis data wawancara dan observasi yang telah diperoleh. Data-data tersebut, setelah di koding dilakukan cross check dengan memberikan transkrip wawancara kepada responden.

3. Kancah Penelitian

Responden penelitian dipilih berdasarkan kriteria yang telah peneliti tentukan sebelum proses pengambilan data. Dalam hal ini peneliti mendapatkan responden penelitian yang sesuai dengan bantuan beberapa pihak yang relevan, yaitu berupa informasi lokasi rumah responden.

Berdasarkan proses pencarian, maka diperoleh 6 individu yang telah menikah sebagai responden, yang sesuai dengan kriteria, yaitu:

a. Memiliki usia pernikahan antara 7-9 tahun b. Sudah memiliki anak

Selain berdasarkan kriteria tersebut, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya yaitu berdasarkan tempat domisili responden, yaitu di Yogyakarta, dengan pertimbangan agar lebih mudah untuk mengumpulkan data dan melakukan cross check.


(52)

Peneliti juga memilih responden berdasarkan kesediaan keenam individu tersebut menyisihkan waktu bagi peneliti.

Tempat wawancara dan pengambilan data observasi adalah tempat tinggal masing-masing responden atau menyesuaikan dengan responden. Peneliti datang sebelum waktu janjian sehingga peneliti dapat mempersiapkan diri sebelumnya dan tidak merasa terburu-buru. Selain itu peneliti dan responden dapat ngobrol santai terlebih dahulu agar suasana wawancara juga tidak menjadi kaku.

B. Hasil Penelitian

1. Data Demografi Responden

Keterangan Resp. 1 Resp. 2 Resp. 3 Resp. 4 Resp. 5 Resp.6 Usia 39 tahun 31 tahun 36 tahun 41 tahun 33 tahun 29 tahun Pekerjaan TNI AU Ibu

Rumah Tangga

Montir Guru SD TNI AU Ibu Rumah Tangga Usia

menikah

8 tahun 8 tahun 9 tahun 9 tahun 8 tahun 8 tahun

Jumlah anak

2 2 2 2 1 1

Keenam responden tersebut mempunyai latar belakang usia yang berbeda-beda dengan rentang usia yang juga bervariasi. Hampir semua


(53)

responden memiliki pekerjaan dan hanya 2 orang yang tidak bekerja. Usia pernikahan dari keenam responden berkisar antara 8-9 tahun. Jumlah anak yang dimiliki berkisar antara 1-2 anak.

2. Latar Belakang Responden 1. Responden 1

Ed adalah seorang suami yang memiliki profesi sebagai tentara, yaitu sebagai TNI AU. Dalam profesinya sebagai tentara, Ed dituntut untuk sering tugas luar, baik luar kota maupun luar pulau sehingga Ed sering meninggalkan keluarga. Layaknya sebagai seorang tentara, Ed memiliki badan yang tinggi dan besar. Selain itu Ed memiliki potongan rambut yang cepak. Secara sifat, Ed termasuk orang yang pemalu dan sedikit pendiam, sehingga Ed tidak banyak bicara. Meskipun begitu Ed termasuk orang yang ramah dan cukup terbuka kepada siapa saja. Dalam hal emosi, Ed termasuk orang yang lebih suka mengalah dan tidak mudah marah namun ketika marah, seringkali justru menakutkan.

Dalam keseharian, Ed banyak menghabiskan waktu di tempat kerja. Meskipun begitu, Ed sering meluangkan waktu untuk dapat bermain dengan anak-anak, apalagi ketika hendak bertugas luar. Dalam mengisi waktu luangnya, Ed termasuk orang yang tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan rumah, yang biasanya dilakukan oleh istri.


(54)

2. Responden 2

Ef adalah seorang ibu rumah tangga yang memilih untuk tidak bekerja. Ef memiliki badan yang cukup berisi dan memiliki rambut yang lurus. Secara penampilan, Ef termasuk orang yang selalu menjaga penampilan. Ef selalu mengenakan pakaian yang rapi dan mengenakan riasan wajah meskipun berada di rumah. Secara sifat, Ef termasuk orang yang banyak bicara. Selain itu, Ef memiliki sikap ramah dan mudah terbuka kepada orang lain.

Ef tidak mempunyai pekerjaan lain selain mengurus rumah sehingga sehari-hari Ef selalu berada di rumah, namun Ef termasuk orang yang aktif dalam kegiatan ibu-ibu. Salah satunya adalah, Ef menjadi pengurus arisan ibu-ibu kompleks.

3. Responden 3

Hn memiliki profesi sebagai seorang montir dan saat ini Hn memiliki bengkel motor sendiri yang lokasinya tidak jauh dari tempat kerja istri. Dulu Hn bekerja di sebuah restoran di Bandung dan itu artinya Hn harus hidup jauh dari keluarga. Akhirnya Hn memutuskan untuk pindah bekerja di Jogjakarta karena banyaknya kesulitan yang dihadapi selama menjalani rumah tangga secara terpisah. Berbekal keterampilan yang dimiliki, Hn membuka bengkel motor, yang kemudian dibantu oleh seorang pegawai. Penghasilan yang diperoleh dari usaha bengkel tidak sebanyak


(55)

yang diperoleh sewaktu di Bandung dan tidak menentu, namun Hn lebih merasa senang karena lebih dekat dengan istri dan anak. Hn adalah seorang pekerja keras, setelah bekerja di bengkel, terkadang Hn melakukan pekerjaan sampingan.

Dalam hal sifat, Hn termasuk orang yang suka bercanda dan tidak mudah marah sehingga segala masalah dibawa santai. Selain itu, Hn merupakan orang yang banyak bicara dan senang bercerita sehingga pengalaman sehari-hari selalu diceritakan kepada istri.

4. Responden 4

En adalah seorang guru TK yang memiliki perawakan langsing dan berambut lurus sebahu. Secara penampilan, En terlihat sederhana dengan tidak banyak menggunakan riasan wajah.TK tempat En mengajar, letaknya tidak jauh dari bengkel suami. Sebelumnya En mengontrak rumah di dekat tempat kerjanya namun karena bencara gempa, rumah kontrakan tersebut roboh dan akhirnya En bersama suami memutuskan untuk menempati rumah yang pada waktu itu sedang dibangun dan belum sepenuhnya jadi. Jarak antara rumah dan tempat kerja begitu jauh sehingga harus dicapai dengan kendaraan bermotor sehingga setiap berangkat dan pulang kerja, suami bertugas untuk melakukan antar jemput.


(56)

En memiliki usia yang lebih tua daripada suami namun secara sikap, En merasa bahwa suami lebih dapat bersikap dewasa. Secara sifat, En termasuk orang yang pendiam jadi En tidak begitu suka bercerita kepada orang lain. Selain itu En merupakan orang yang mudah berkecil hati sehingga selalu membutuhkan dorongan dari suami.

5. Responden 5

Dg adalah seorang TNI AU yang dituntut untuk sering meninggalkan rumah karena adanya tugas luar, baik keluar kota maupun keluar pulau. Sebagai seorang tentara yang sering melakukan latihan fisik, Dg memiliki postur tubuh yang tinggi dan besar. Selain itu, layaknya sebagai seorang tentara, Dg memiliki potongan rambut yang cepak. Dg memiliki pekerjaan sampingan selain sebagai seorang tentara yaitu sebagai supir taksi di bandara. Pekerjaan sampingan tersebut dilakukan pada sore sampai malam hari sehingga Dg hanya mempunyai sedikit waktu di rumah.

Dalam hal sifat, Dg termasuk orang yang lugas dan tidak suka banyak bicara. Dg merupakan orang yang tidak mudah marah sehingga ketika ada permasalahan dengan istri dapat cepat terselesaikan. Dalam penyelesaian masalahpun Dg lebih suka mengalah dan diam.


(57)

6. Responden 6

Ss adalah seorang ibu rumah tangga yang tergolong masih muda. Sebenarnya Ss memiliki latar belakang sebagai seorang perawat namun karena permintaan suami dan tidak tega meninggalkan anak maka Ss memutuskan untuk tidak bekerja.

Ss merupakan orang yang banyak bicara dan terbuka sehingga segala hal yang dialami selalu diceritakan kepada suami. Sifat kekanak-kanakan yang dimiliki Ss terkadang membuatnya tidak mau mengalah, bahkan kepada anak sendiri. Ss memiliki kemauan yang keras sehingga Ss tidak akan berhenti berusaha sebelum keinginannya tercapai. Ss termasuk orang yang ekspresif sehingga segala yang dirasakan diekspresikan secara terbuka, khususnya kepada suami. Ss sering ngomel-ngomel kepada suami ketika ada hal yang berjalan tidak sesuai dengan keinginan.


(58)

3. Deskripsi Hasil Penelitian a. Deskripsi Hasil Responden 1

1) Keintiman

a) Keinginan meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan

pasangan yang dilakukan oleh Ed (responden 1) adalah dengan menuruti kemauan pasangan untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya dalam hal ini adalah pakaian. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara yaitu:

Ya kita turuti kemauan si istri. umpama sebagai seorang kepala keluarga kita wajib memenuhi kebutuhan istri, umpama dari segi sandang, ya kita semampunya, misalnya ada arisan atau apa itu kan membutuhkan pakaian ya, kita tanggap, ya saya perhatian sekali.” (W.H 34-43)

“…sebagai seorang kepala keluarga kita wajib memenuhi

kebutuhan istri, umpama dari segi sandang, ya kita semampunya, misalnya ada arisan atau apa itu kan membutuhkan pakaian ya, kita tanggap, ya saya perhatian sekali, mungkin kita cari jalan kesulitannya, jadi kita kita dukung kemudian kita bisa membahagiakan istri..” (W.H 34-43)

Setiap bulan, gaji yang diperoleh Ed, langsung diserahkan kepada pasangan untuk dikelola. Hal tersebut, dilakukan Ed dalam usaha untuk memenuhi kewajiban suami yaitu memberikan nafkah bagi istri. Ed juga berusaha mendukung segala keinginan pasangan. Hal tersebut terungkap dalam hasil wawancara, yaitu:


(59)

“…mencari nafkah untuk anak istri saya.” (W.AC 5-6)

Kalau memenuhi kebutuhan secara fisik, ya sebagai kepala keluarga sudah kewajiban untuk memberi nafkah, kita pegawai negeri kalau gajian kan perbulanan ya, itu langsung kita serahkan kepada pengelolanya, yaitu istri. Kalau istri mempunyai keinginan apa ya kita berusaha untuk mendukung.” (W.BC 35-43)

Dalam mewujudkan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan pasangan, Ed berusaha untuk melindungi dan membantu segala hal yang menjadi keluhan pasangan. Hal tersebut terlihat dalam hasil wawancara, yaitu:

Untuk kebutuhan pasangan tersebut yaitu kita wajib melindungi dan mengajari dimana pasangan yang ada keluhan apa kita wajib membantu.” (W.B 8-12)

Jadi Ed meningkatkan kesejahteraan pasangannya dengan memberikan nafkah kepada pasangan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasangan. Ed juga berusaha untuk melindungi dan membantu apa yang menjadi keluhan pasangan.

b) Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai

Ed (responden 1) mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintainya ketika dapat berkumpul dengan istri dan anak-anaknya serta dapat bercengkerama dan bersenda


(60)

gurau, dimana saat-saat kebersamaan tersebut merupakan saat yang tidak terlupakan. Hal itu dikarenakan Ed sering tugas ke luar kota. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara, yaitu:

”...sampai sekarang masih saya menikmati sekali, dimana waktu berkumpul ini kita bercengkerama, bersenda gurau dan sebagainya...” (W.C 25-29)

Senang sekali saya berkumpul dengan istri anak ini, setelah saya dinas dari luar yang sepuluh bulan atau satu tahun itu kita jarang bertemu, kita hanya komunikasi saja lewat ee apa itu lewat komunikasi lewat telpon atau internet itu aja. Ya sewaktu pulang dari dinas dan bertemu dengan keluarga rasanya itu sangat senang sekali, kemudian rasanya kebersamaan ini tidak akan saya lupakan.” (W.C 34-45)

Sampai sekarang kebahagiaan tersebut masih dapat dinikmati, bahkan ketika melakukan ibadah bersama, kebahagiaan tersebut dapat dirasakan, apalagi sesudah itu Ed dapat mengobrol, bertukar pikiran dan bersantai bersama pasangan. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara, yaitu:

Sampai sekarang dan detik ini saya tetep istilahnya dapat menikmati kebahagiaan.” (W.D 13-15)

Ya umpama kita sholat magrib gitu, kita istri anak sholat berjamaah di ruangan kemudian saling bertukar pikiran, ngobrol-ngobrol bersama kemudian kita saling santai bersama...” (W.G 19-23)


(61)

Kebahagiaan dengan pasangan juga dialami ketika dapat melakukan hubungan seksual dengan pasangan, dimana dengan melakukan hubungan seksual dapat mengurangi beban dan meringankan permasalahan yang sedang dihadapi. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara, yaitu:

Saya bahagia sekali kita bisa melepaskan keadaan kita punya masalah, kita bisa plong istilahnya dengan melakukan hubungan suami istri, mungkin pekerjaan di kantor menumpuk, mungkin pusing, atau segala macem bisa diselesaikan di situ. (W.O 37-44)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ed (responden 1) mengalami saat-saat yang membahagiakan ketika dapat berkumpul bersama istri dan anak-anak serta ketika dapat melakukan hubungan seksual dengan pasangan.

c) Memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang yang dicintai

Pemberian penghargaan yang tinggi kepada pasangannya oleh Ed (responden 1), diwujudkan dengan menganggap wajar, adanya kekurangan ataupun salah paham yang terjadi dalam rumah tangganya. Keyakinan terhadap pasanganpun tidak berubah dan menganggap


(62)

semua itu merupakan bumbu dalam rumah tangga. Hal tersebut nampak dalam hasil wawancara, yaitu:

Kalau mengenai kekurangan, sedikit salah paham itu wajar...” (W.D 45-E1)

Sama sekali saya tidak berubah. dengan keyakinan saya tidak akan berubah meskipun dalam kondisi saya ya dengan kata lain itu kan istilahnya bumbunya rumah tangga.” (W.E 14-21)

Penghargaan yang tinggi tersebut juga ditunjukkan dengan penerimaan dari sifat pasangan yang keras. Pengenalan terhadap pasangan membuatnya menganggap bahwa hal tersebut bukan masalah baginya. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara, yaitu:

“Memang istri saya keras kemauannya kalau tidak dituruti ngambek (sambil tersenyum). Jadi saya sudah tahu istilahnya tingkah laku atau apa, tidak masalah bagi saya (W.AE 35-40)

Penerimaan terhadap keadaan fisik juga menunjukkan penghargaan yang tinggi dari Ed, dimana suami menganggap bahwa bentuk tubuh pasangan tetap menarik meskipun sudah mengalami perubahan setelah melahirkan. Hal tersebut terungkap dalam hasil wawancara, yaitu:


(63)

“Ya dari bentuk postur tubuhnya meskipun setelah melahirkan jadi melar ya tidak selangsing dulu, dari gaya jalannya, bagi saya itu yang menarik dari istri saya.” (W.BC 27-31)

Jadi pemberian penghargaan yang tinggi kepada pasangan dari Ed (responden 1) adalah dengan menerima segala kekurangan dan kelemahan pasangan dan hal tersebut tidak membuat keyakinan terhadap pasangan berubah, bahkan Ed tetap merasa bentuk tubuh pasangan menarik meskipun sudah mengalami perubahan.

d) Mengandalkan orang yang dicintai pada saat-saat dibutuhkan

Sampai sekarang, Ed mengandalkan orang yang dicintainya baik untuk bersenang-senang maupun untuk diajak bertukar pendapat. Hal tersebut nampak dalam hasil wawancara, yaitu:

“Ya sampai sekarang itu saya butuhkan istri disamping saya, itu sewaktu-kita untuk bersenang, ber..bertukar pendapat itu istri juga mengerti kemauan suami.” (W.E 33-37)

Ed juga benar-benar mengandalkan istrinya ketika dia sedang bertugas di luar kota. Segala urusan rumah tangga diserahkan dan dipercayakan kepada istrinya. Hal tersebut nampak dalam hasil wawancara, yaitu:


(64)

Dengan tulus hati saya percayakan sepenuhnya mengurusi rumah tangga ini, saya dinas kemudian saya serahkan seutuhnya pertanggungan rumah tangga ini. Saya kan tidak ada di rumah, jadi seratus persen saya percaya sama istri.” (W.I 29-36)

Ya itu tadi, saya bener-bener bisa mengandalkan istri waktu saya tidak ada di rumah istilahnya waktu di kedinasan, segala urusan mulai dari anak masuk sekolah, istri yang mengurusi segala, dari mulai pendaftaran sampai masuk sekolah, jemput anak, pulang sekolah, kita kan masih di kedinasan jadi tidak bisa apa-apa, mungkin lampu mati, ada genteng-genteng yang bocor…” (W.AD 44-46)

Jadi sikap Ed mengandalkan orang yang dicintai pada saat-saat dibutuhkan, diwujudkan dengan kebutuhannya akan pasangan, bila sewaktu-waktu diajak untuk bersenang-senang dan bertukar pikiran. Selain itu, Ed juga menyerahkan segala urusan rumah tangga kepada istrinya ketika Ed tidak ada di rumah.

e) Saling pengertian dengan orang yang dicintai

Sikap saling pengertian dari Ed diwujudkan dalam sikap mengalah ke istri. Bila istri bersikukuh dengan pendapatnya maka Ed yang mengalah. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara, yaitu:

“…supaya tidak banyak perselisihan pendapat, kita saling

mengalah. Umpama istri bersikukuh, maka sebagai suami mengalah.” (W.Q 30-34)


(65)

Ed dapat menerima dan memahami sifat keras dari pasangan. Bagi Ed, hal itu tidak menjadi masalah. Hal tersebut terlihat dalam hasil wawancara, yaitu:

“Memang istri saya keras kemauannya kalau tidak dituruti ngambek (sambil tersenyum). Jadi saya sudah tahu istilahnya tingkah laku atau apa, tidak masalah bagi saya (W.AE 35-40)

Salah paham dan kekurangan yang ada dalam rumah tangga dianggap wajar oleh Ed dan hal itu dianggap sebagai bumbu dalam rumah tangga. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara, yaitu:

Kalau mengenai kekurangan, sedikit salah paham itu wajar...” (W.D 45-E1)

Sama sekali saya tidak berubah. dengan keyakinan saya tidak akan berubah meskipun dalam kondisi saya ya dengan kata lain itu kan istilahnya bumbunya rumah tangga.” (W.E 14-21)

Sikap pengertian dari Ed juga diwujudkan dalam mengontrol amarah ketika anak sakit. Ed berusaha untuk tidak menyalahkan istri ketika anaknya sakit sedangkan Ed sendiri tidak berada di rumah, supaya tidak lebih memberatkan istrinya. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara, yaitu:


(66)

”Sebenarnya ada itu permasalah sedikit itu tapi gak sampai menjurus ke yang berat mbak, umpama anak sakit trus suami gak ada di rumah, dalam tugas, na itu kan kerepotan sebagai istri, ya walaupun itu masalah kekeluargaan tapi itu juga mempengaruhi dalam kedinasan. Jadi ya itu masalahnya kalau anak sakit kita saling menjaga jangan sampai kita lepas kontrol, kita langsung marah-marah ke istri, jangan sampai malah memberatkan istri, jadi kita ya istilahnya ya harus tahu diri.”(W.BA 20-32)

Berkaitan dengan keinginan istri, tidak jarang Ed sudah mengerti dulu tanpa istri harus mengatakannya secara langsung. Ed juga bisa memahami jika istrinya punya suatu keinginan. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara dengan istri, yaitu:

Mungkin kita punya hasrat sesuatu, itu kadang-kadang suami saya sudah tahu.” (W.E 3-5)

”…punya keinginan untuk memuaskan ya itu tadi, uneg-uneg di pikiran, umpama saya pengen gini, suami saya untungnya paham gitu ya…” (W.I 37-40)

“…trus pengertiannya, pokoknya dia tu tahu apa yang di uneg-uneg saya itu tahu gitu lho, sering mengabulkan kalau saya pengen ini itu tah…” (W.BD 44- BE 3)

Sikap pengertian tersebut juga terwujud dalam hubungan intim dengan istri. Ed dapat mengerti jika istrinya sedang tidak mau melakukan hubungan seksual karena kondisi fisiknya kurang prima dan Ed tidak memaksakan kehendaknya. Hal tersebut ditunjukkan dalam


(67)

Namanya dalam hubungan seks itu harus fit kan, ee fisik kita harus fit, kalau kita sakit atau gak enak gitu alhamdullilah suami saya tahu, ‘o ini diajak kayak gitu belum mau’ gitu, ya saling pengertian aja.” (W.AB 18-24)

Kurangnya pengertian dengan orang yang dicintai dapat terjadi ketika Ed sedang banyak pekerjaan di kantor, yang akhirnya membuat Ed tidak membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Hal tersebut terlihat dalam hasil wawancara, yaitu:

Yang namanya rumah tangga ya ada, apa namanya..mungkin kurang apa, suami mungkin kurang mengerti atau pekerjaan di rumah, mungkin sibuk di kantor, pulang mungkin, atau istri mungkin sedang kecapean itu lupa membantu, suaminya, melakukan pekerjaan rumah, mungkin menyapu halaman rumah atau mungkin bersihkan kaca.” (W.BE 15-25)

Jadi sikap saling pengertian dari Ed terwujud dalam sikap mengalah kepada istri dan mengontrol amarahnya ketika anak sakit. Ed dapat memahami sifat keras pasangan. Kesalahpahaman dan kekurangan dalam rumah tangga dianggap sebagai bumbu dalam rumah tangga. Selain itu, menurut istrinya, suami juga pengertian mengenai keinginan istri. Sikap pengertian tersebut juga diwujudkan dalam hubungan intim suami istri dimana tidak ada paksaan dalam melakukan. Meskipun begitu, kurangnya sikap


(68)

pegertian dapat muncul ketika Ed banyak pekerjaan di kantor.

f) Membagikan diri dan miliknya dengan orang yang dicintai Ed membagikan diri dan miliknya dengan

meluangkan waktunya untuk keluarga. Demi keutuhan keluarga, Ed memberikan waktunya sebaik mungkin untuk keluarganya, khususnya hari Sabtu dan Minggu. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara, yaitu:

Dan alhamdullilah sampai sekarang belum pernah saya itu memberikan waktu yang lebih baik dari pada keluarga, demi Allah, demi niat saya untuk keutuhan rumah tangga ini, yaitu anak istri saya.” (W.C 10-15)

”...umpama hari Minggu, hari Sabtu malam Minggu kita

sempatkan berjalan-jalan, refresing di luar, mungkin kita ke makan di luar...” (W.B 34-38)

Ketika pasangan meminta untuk diantar ke suatu tempat, misalnya ke rumah orang tuanya, Ed berusaha meluangkan waktunya dan menepati janjinya untuk mengantar pasangan agar pasangan tidak marah. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara, yaitu:

Ya itu kerasnya itu dalam hal, umpama dia punya keinginan, pengen pergi mungkin nengok mertua atau apa, ya disanggupi aja, kalau nggak ditepati dia akan marah, dia kesel, jengkel, dia sama suami itu bisa istilahnya ngadu gitu (sambil tertawa), marah gitu.” (W.AE 44-AF 8)


(69)

Ya kita sanggupi aja, o iya, kalau kita ada kesempatan, mungkin ndak dinas ya kita bisa pergi.” (W.AF 6-8)

Dalam membagikan diri dan miliknya dengan orang yang dicintai, Ed mencari nafkah untuk anak dan istrinya, agar semua keperluan rumah tangga dapat terpenuhi. Ed juga berusaha membahagiakan pasangan dengan menuruti keinginan untuk memenuhi kebutuhan pasangan, misalnya adalah pakaian. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil wawancara, yaitu:

“…mencari nafkah untuk anak istri saya.” (W.AC 5-6)

“…sebagai seorang kepala keluarga kita wajib memenuhi

kebutuhan istri, umpama dari segi sandang, ya kita semampunya, misalnya ada arisan atau apa itu kan membutuhkan pakaian ya, kita tanggap, ya saya perhatian sekali, mungkin kita cari jalan kesulitannya, jadi kita kita dukung kemudian kita bisa membahagiakan istri..” (W.H 34-43)

Kalau sampai ‘eyel-eyelan’ itu ya pernah ya sampai ngambek 3 hari karena mungkin masalah kurang, ya mungkin pas lebaran kurang, beli baju anak-anak, duitnya sudah menipis trus ngambek 3 hari itu pernah, ya sebagai jalan keluar, sebagai kepala keluarga ya kita carilah gimana caranya supaya istri itu bisa damai lagi. Ya kita ngalah, kita nuruti apa yang jadi kemauan istri…” (BB3-14)

“Kalau memenuhi kebutuhan secara fisik, ya sebagai kepala keluarga sudah kewajiban untuk memberi nafkah, kita pegawai negeri kalau gajian kan perbulanan ya, itu langsung kita serahkan kepada pengelolanya, yaitu istri. Kalau istri mempunyai keinginan apa ya kita berusaha untuk mendukung.” (W.BC 35-43)


(1)

AN 1 2 3 4 5 6 7 8 9

saya. Wong saya lihat-lihat dia udah kerja ya, udah dewasa pikirannya, ee gak taunya dia dines ke Timor Timur waktu itu, pulang-pulang kok serius gitu, maksudnya ya aku melihat dia itu baik aja, yawis, jadi aku mau aja diajak nikah sama dia, lulus kuliah ya kita married.


(2)

W.R6.BO.20Jan07, 10.00-10.15

No Refleksi Hasil Wawancara Analisis

BA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

Semakin

mengenal suami, membuat

semakin

membutuhkannya

Trus kira-kira ada perubahan gak dari awal nikah sampai sekarang, misalnya dari kebiasaan, sikap atau apa saja?

Kalau perubahan ya, berubah ya mesti ya, dulu aku gak pernah masak, sekarang pagi-pagi aku masak, nyiapin makanan untuk anak, untuk suami, ya itulah. Saya pikir yang namanya ibu rumah tangga ya itu jadi sekarang saya malah menikmati jadi ibu rumah tangga, memang tujuan hidupku dari kecil, dewasanya, gedenya itu seperti ini to? Ngurusin anak, ngurusin suami, ngurusin, sibuk dengan tetangga, maksudnya perkumpulan ibu-ibu, apa di kantor suami, gitu.

Trus kalau dari relasi dengan suami sendiri ada perubahan gak dari awal pernikahan sampai sekarang?

Gak tuh, saya rasa biasa aja. Hubungan dengan suami ya kalau sekarang sih sama suami seperti, gimana ya? Ya semakin mengenal dia aja, semakin mengenal dia trus kalau gak ada dia ya kurang rasanya. Rasanya tu ngadepin hidup ada yang kurang. Kayak waktu ada gempa tadi gak ada suami cuma aku sama anak sendiri rasanya…padahal cuma ditinggal piket to cuma satu hari tapi rasanya gak enak, gak tenang to?

Kalau suami lagi tugas luar trus anak sakit biasanya apa yang dirasakan?

Ya sedih ya, berat, tapi kalau anak saya sakit gitu justru saya itu nggak memberi tahu suami saya. Waktu itu pernah anak saya sampai masuk rumah sakit tapi saya nggak bilang, kasian dia disana, nanti malah jadi

Keinginan meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai (keintiman) Membagikan diri dan miliknya dengan orang yang dicintai (keintiman)

Menganggap orang yang dicintai berharga (keintiman) Mengandalkan orang yang dicintai pada saat-saat dibutuhkan (keintiman) Mengandalkan orang yang dicintai pada saat-saat dibutuhkan (keintiman)


(3)

BB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

Menginginkan pernikahan yang langgeng

Merasa suaminya sudah tidak seromantis dulu

beban, setelah dia pulang baru saya kasi tahu. Jadi kalau lagi kaya gitu saya malah mending manggil orang tua saya aja.

Apa harapan ke depan untuk pernikahan ini?

Ya moga-moga tetep bisa bahagia seperti ini, kalau ada masalah bisa diselesaikan dengan baik-baik, jangan sampai malah menimbulkan pertengkaran besar, apalagi sampai bercerai, jangan sampai. Dalam masalah sekecil apapun selalu kami selesaikan secepat mungkin. Ya sampai sekarang tu aku rasa kami bisa. Meskipun tiap hari tu aku ngomel-ngomel sama dia tapi untungnya suami saya itu hanya diam saja, nggak gantian menanggapi, kalau kayak gitu pasti akan rame, sama kalau aku sama ibukku itu. Kayak tadi itu, ini kan lagi benerin belakang tu ya, lha aku tu kan maunya dibuatin tempat bunga dulu tapi dia malah mau nyelesaiin itu dulu tu, ya udah aku ngomel-ngomel gitu, ya udahlah tak biarin aja dia.

Apakah suami suka menceritakan perasaan-perasaannya?

Gak pernah, saya tu sampe bingung, kok kayaknya dia itu nggak punya perasaan gitu lho, kalau cerita ya paling hal-hal yang biasa-biasa ajalah. Menurutmu apakah ada perubahan dari sikap suamimu?

Sekarang suamiku tu dah gak kayak dulu lagi, sampe aku tu kadang-kadang ngomong gini ke dia, pah mbok sekali-sekali aku tu kalau duduk gitu dipegang tangannya kayak dulu gitu, sekarang udah gak pernah. Gak pernah lagi dibeliin baju, padahal kan seneng ya kalau dibeli-beliin gitu. Dia mesti jawabnya, lha gajiku udah tak kasih kamu semua, kamu kan maunya duit, seneng kalau dikasih duit.

Saling pengertian dengan orang yang dicintai (keintiman)

Tetap

memperhatikan hubungan ketika menghadapi masalah (komitmen)

Turunnya daya tarik seksual (gairah)


(4)

BC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

Pertengkaran kecil lebih sering terjadi karena perbedaan keinginan dan kesalahpahaman

Mengganggap wajar kekurangan suami

Kalau mengenai konflik dengan suami sendiri?

Ya mungkin cuma salah paham aja, dia kurang bisa ngertiin gitu yang kadang-kadang menjadi pemicu timbulnya masalah, misalnya kayak kemaren itu,aku tu kan dah masak pagi-pagi gitu lha trus suamiku tak suruh makan eh malah dianya gak mau, lha aku kan jengkel ya, masak dia gak bisa menghargai, gitu, malah krupuknya di tendang, ya udah sekalian aja tak injek-injek itu krupuknya, gitu aja sih. Lha ak kan juga nggak tau kalau ternyata dia memang lagi nggak mau makan, kalau dia ngomong kan jadi lebih enak, aku lebih bisa menerima gitu lho. Palingan tu ya seperti itu, nanti kalau aku udah kayak gitu trus suamiku mbujuk aku, kalo gak ya aku malah semakin menjadi marahnya, tapi habis itu ya udah baikan lagi. Tapi biasanya tu suamiku gak pernah minta maaf, selalu aku yang minta maaf dulu, dia tu egois, ya memang sih yang suka mangkel-mangkel gitu aku, kalau dia gak pernah.

Apakah hal itu sering terjadi?

Ya gimana ya, lumayan sering juga, karena aku tu kalau sesuatunya gak berjalan sesuai dengan keinginan tu rasanya gak suka aja, apalagi aku ni orangnya cerewet, jadi ya sering juga aku ngomel-ngomel trus kadang aku tu suka ngancem-ngancem gitu kalo gak segera dibujuk, kadang tu ya aku sampe gini, setrum ni setrum ni…ya untungnya suamiku tu ya trus bereaksi gitu lho, wah kalo dibiarin gak tau deh kayak apa.

Bagaimana pendapatmu mengenai kekurangan dari suami?

Kalau menurutku kekurangan itu wajar ya, semua orang kan gak

Saling pengertian dengan orang yang dicintai (keintiman) Kurangnya komunikasi yang intim dengan orang yang dicintai (keintiman)

Memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang yang dicintai (keintiman)


(5)

BD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

Merasa senang dan terlindungi ketika suami memberikan dukungan pada saat mengalami kesulitan dalam hidup

Merasa bahwa suami seksi dengan badan yang tinggi, tegap, berisi dan berpotongan cepak

sempurna, ya aku merasa aku juga punya banyak kekurangan, kalau suami punya kekurangan ya, selama kekurangan itu masih wajar ya ndak menjadikan masalah. Ya sampai sekarang aku bisa menerimanya.

Bagaimana perasaanmu ketika suami memberikan penghiburan ataupun dukungan ketika kamu mengalami saat-saat yang sulit?

Perasaanku ya senang, ya aku merasa senang, merasa terlindungi, ya begitulah gunanya suami, kalau aku kadang gini, kayak aku gak bisa cari uang, aku dikasih kemudahan misalnya pengen apa dibeliin, aku merasa suamiku tu banyak mendukungku dalam segala hal, ya kayak, ya merasa dalam kehidupan sehari-hari aku tu bisa makan semua dari suami, gitu, bisa belanja, bisa minum (sambil tertawa), bisa…itu kan aku merasa di rumah ya, gak nyari uang, gak punya penghasilan apa-apa sedang kita tu dalam rumah tangga tu sehari-hari banyak sekali pengeluaran dari mulai dari anak bayar buku, bayar sekolah, aku perlu makan, perlu baju, perlu sepatu, perlu apa segala kan gak dari orang tua ya, semuanya dari suami, itu menurutku suatu dukungan juga.

Menurutmu sekarang ini apa sih yang menarik dari pasanganmu secara fisik?

Ya aku pernah bilang waktu pertama wawancara kalau aku suka orang yang tinggi tegap, ya itu yang membuatku bertahan sampai sekarang, kalau aku punya suami gak sesuai kriteriaku mungkin aku uring-uringan terus ya, gak bisa lihat yang seksi, kalau aku punya suamiku tu menurutku, dimataku tu seksi, ya dari dulu aku suka yang tinggi…ya gitulah, ya secara fisik tu ya itu yang ada di suamiku itu, ya tinggi,

Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai (keintiman)

Daya tarik fisik (gairah)


(6)

BE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Ingin bersama suami terus

berpotongan cepak karena kalau lihat laki-laki gondrong tu aku geli, ya tegap, badannya berisi, ya gitulah seperti yang ada pada suamiku.

Mengapa sampai sekarang masih tetap ingin bersama pasangan?

Ya karena sampai sekarang aku merasa nyaman. Kalau ada di dekat dia tu aku merasa nyaman, terlindungi, cuman ya gak sempurna ya namanya manusia, tapi kalau menurutku wajar-wajar aja sih gak ada kekurangan soalnya gak pernah marah, gak pernah bentak, malah aku lebih cerewet, biasa-biasa aja, trus bisa melindungi anak, ya itu nyaman jadi ya aku mau bisa sama dia terus.

Hasrat untuk bersatu (gairah) Memberikan pengahargan yang tinggi kepada orang yang dicintai (keintiman)