PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESRETA DIDIK KELAS 5 SD KANISIUS PUGERAN MELALUI METODE KUNJUNG KARYA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM.

(1)

i

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS 5 SD KANISIUS PUGERAN MELALUI METODE KUNJUNG KARYA DALAM

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Helvia Sari NIM 12108249003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Harapan muncul hanya dengan usaha dan keinginan. (Penulis)

Jangan mundur sebelum melangkah, setelah melangkah jalani dengan cara terbaik yang bisa kita lakukan (Penulis)


(6)

vi PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis persembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung dan mendoakan kelancaran skripsi ini.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, nusa dan bangsa.


(7)

vii

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESRETA DIDIK KELAS 5 SD KANISIUS PUGERAN MELALUI METODE KUNJUNG KARYA DALAM

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Oleh

Helvia Sari NIM 12108249003

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas 5 SD Kanisius Pugeran melalui metode kunjung karya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif. Desain penelitian yang digunakan yaitu model Kemmis dan Mc Tanggart. Langkahnya terdiri dari, perencanaan, tindakan, refleksi, dan observasi

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Kanisius Pugeran sebanyak 19 siswa. Objek penelitian ini adalah tingkat motivasi belajar siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode kunjung karya dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Peningkatan didasarkan pada hasil siklus I yang menunjukkan bahwa siswa masih ada yang belum aktif dalam belajar kelompok . Pada siklus II, guru menyampaikan materi dan membagi kelompok secara heterogen setelah itu guru membagikan LKS untuk melakukan diskusi secara berkelompok. Kemudian guru meminta setiap kelompok mengirimkan wakil kelompoknya untuk mendapatkan penjelasan materi dari kelompok lain. Setelah itu, wakil kelompok kembali kelompok untuk menjelaskan materi yang diperoleh dari kelompok lain. Peningkatan proses dapat dilihat persentase aktivitas siswa dari siklus I memperoleh 60,9% dengan kategori tinggi, siklus II meningkat menjadi 70,7% kategori tinggi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode kunjung karya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas 5.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Rasa syukur penulis haturkan, atas segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas 5 Sd Kanisius Pugeran Melalui Metode Kunjung Karya Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta dalam mewujudkan masa depan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kemudahan dalam penelitian dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk memaparkan gagasan skripsi ini dan memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Woro Sri Hastuti, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, senantiasa memberi ilmu secara tulus dan penuh kesabaran dalam membimbing penulis menyelesaikan sikripsi ini.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

COVER ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA SD ... 8

B. Karakteristik Siswa SD ... 13

C. Motivasi Belajar ... 17

D. Metode Kunjung Karya ... 21

E. Penelitian yang Relevan ... 22

F. Kerangka Berpikir ... 23


(11)

xi BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian ... 26

1. Jenis Penelitian ... 26

2. Model Penelitian ... 26

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

C. Setting Penelitian ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Teknik Analisis Data ... 38

G. Uji Validitas Instrumen ... 39

H. Indikator Keberhasilan ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur penelitian ... 40

1. Perencanaan …... 40

2. Tindakan penelitian ... 41

3. Refleksi ………... ... 42

B. Hasil penelitian ... 43

1. Deskripsi lokasi penelitian ... 43

2. Deskripsi data hasil penelitian ... 43

3. Observasi ……….. ... 46

4. Refleksi …………. ... 50

C. Pembahasan ……….. . 57

1. Peningkatan motivasi belajar ... 57

2. Bukti peningkatan motivasi belajaar ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ……... ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... ... 67


(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Motivasi Siswa ... 38 Tabel 2. Kriteria Tingkat motivasi belajar siswa dalam % ... 39


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 23 Gambar 2. Tahap Pokok Penelitian Tindakan Kelas ... 31 Gambar 3. Grafik Bukti Peningkatan Motivasi Belajar ... 61


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ... 70

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ... 78

Lampiran 3. Hasil Penelitian Pada Siklus 1 ... 86

Lampiran 4. Hasil Penelitian Pada Siklus 2 ... 88

Lampiran 5. Lembar Observasi ... 90

Lampiran 6. Lembar Observasi Sebelum Melakukan Tindakan ... 92

Lampiran 7. Lembar Instrumen Penelitian... 95

Lampiran 8. Dokumentasi ... 97


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu dan kualitas sebuah pendidikan sepertinya seakan tidak pernah berhenti. Dalam setiap saat mutu dan kualitas pendidikan dapat berubah sewaktu-waktu. Banyak agenda seperti reformasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Beragam program yang bersifat inovatif ikut serta dalam memeriahkan restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangkan perencanaan serta pola mengembangkan manajerial dari sebuah sekolah, pemberdayaan guru dan restrukturisasai model-model pembelajaran Murphy (dalam Abdul Majid, 2011: 3).

Penggunaan metode belajar sangat penting bagi perkembangan peserta didik, karena dalam kegiatan belajar mengajar penggunaan metode belajar yang diterapkan oleh guru menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran yang telah diharapkan. Guru sebaiknya menggunakan metode belajar yang variatif sehingga siswa tidak mengalami kebosanan. Pemilihan metode belajar yang tidak tepat dapat membuat siswa mengalami kebosanan dan menurunkan tingkat motivasi belajar anak.

Permasalahan diatas seperti sebuah parameter dunia pendidikan di negeri ini, permasalahan yang dapat dijumpai hampir di sebagian besar sekolah di negeri ini. Permasalahan ini pula yang dapat ditemukan di SD Kanisius Pugeran, Yogyakarta lebih spesifik lagi pada tingkat kelas 5. Dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di dalam kelas V SD Kanisius Pugeran siswa kurang memiliki


(16)

2

motivasi belajar yang tinggi dikarenakan guru cenderung menggunakan metode pembelajaran yang relatif sama dan monoton sehingga siswa merasa bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mengalami kebosanan dan mempengaruhi tingkat motivasi belajar anak yang menurun, hal tersebut dapat ditunjukan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan oleh siswa saat guru sedang menyampaikan kegiatan pembelajaran berlangsung.

Pemilihan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru memang merupakan metode pembelajaran klasik dimana selama kegiatan belajar mengajar hanya didominasi oleh guru atau hanya bersifat teacher center. Pembelajaran menjadi tidak menarik bagi siswa. Mengikuti undang-undang sistem pendidikan nasional yaitu UU No.20 tahun 2004 kegiatan pembelajaran seharusnya dibuat tidak monoton dan tidak hanya berpusat pada guru semata akan tetapi juga berpusat pada siswa atau lebih dikenal dengan istilah student center.

Permasalahan yang dijelaskan diatas dapat juga ditemui di SD Kanisius Pugeran pada kelas 5, hal tersebut diakui oleh guru kelas 5 SD Kanisius Pugeran dimana metode yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari cenderung sama atau menoton dan kurang variatif. Guru kelas hanya menggunakan metode pembelajaran klasikal yang dianggap membosankan yaitu metode ceramah, tanya jawab dan sesekali diselingi dengan diskusi. Kegiatan belajar mengajar menjadi sangat membosankan terutama bagi siswa, karena siswa dibatasi aktifitas berbicara di dalam kelas. Walaupun terkadang guru menggunakan variasi metode mengajar akan tetapi terkadang kurang efektif karena guru kurang menguasai metode yang direncanakan.


(17)

3

Siswa disaat mengikuti kegiatan belajar mengajar menjadi berkurang tingkat motivasi belajarnya hal tersebut dapat dilihat dari aktifitas siswa siswi saat guru memberikan materi. Beberapa siswa terlihat sibuk mengobrol dengan teman-temannya, ada juga beberapa siswa yang melakukan aktifitas lainnya seperti menggambar dan menjahili temannya. Hal tersebut membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif lagi.

Menurunnya motivasi belajar anak dikarenakan setiap kegiatan pembelajaran siswa selalu merasa bosan dan kurang bersemangat megikuti kegiatan pembelajaran. Dikarenakan monotonnya metode pembelajaran membuat siswa menjadi kurang bersemangat dalam kegiatan proses pembelajaran. Siswa menjadi bosan karena tidak diberikan kesempatan untuk berbicara dan hanya diminta mendengarkan ceramah yang diberikan oleh guru. Hal tersebut jugalah yang kiranya mempengaruhi motivasi belajar anak menurun karena siswa tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa cenderung asik dengan kegiatannya sendiri bersama teman-temannya. Siswa kebanyakan asik mengobrol dengan teman sebangkunya sehingga siswa menjadi tidak fokus dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut terbukkti pada saat dilakukan kegiatan evaluasi pembelajaran banyak siswa yang nilainya tidak maksimal karena siswa tidak mengerti dan memahami materi yang disampaikan guru saat pembelajaran. Permasalahan yang diangkat dalam PTK adalah masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, akan ditemui berbagai problem yang menuntut untuk segera dicarikan solusinya. Begitu pula yang terjadi di Sekolah Dasar Kanisius Pugeran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Siswa selama mata pelajaran IPA terlihat tidak


(18)

4

serius dan kurang motivasi belajarnya, siswa terkadang terlihat aktif sendiri bersama teman-temannya. Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik dan terkesan monoton seperti model pembelajaran tempo dulu yaitu guru ceramah dan mendikte sedang siswa duduk diam, mendengarkan dan mencatat. Metode pembelajaran dengan ceramah murni yang dilakukan oleh guru mengakibatkan siswa menjadi kurang bersemangat, selain itu ceramah yang dilakukan oleh guru kurang komunikatif sehingga siswa kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga sangat berpengaruh terhadap siswa. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Kanisius Pugeran perlu diadakan perbaikan metode pembelajaran agar siswa menjadi lebih termotivasi belajar selama pelajaran IPA.

Metode pembelajaran yang akan digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah metode kunjung karya, merupakan tipe dari pendekatan struktural dari beberapa model pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Metode pembelajaran kunjung karya sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar anak. Melalui metode kunjung karya ini mengedepankan fungsi siswa yang diminta aktif sehingga siswa dapat berperan besar dalam pembelajaran. Penggunaan metode ini sesuai dengan keadaan kelas 5 di Sekolah Dasar Kanisius Pugeran dimana siswa kurang memiliki motivasi belajar yang tinggi, banyak yang sibuk dengan aktifitasnya sendiri seperti menggambar, bercanda dengan teman


(19)

5

sebangku dan juga mengjahili temannya. Oleh karena itu, dengan diterapkannya metode Kunjung karya ini di Sekolah Dasar Kanisius Pugeran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, khususnya lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

B. Identifikasi masalah

Berdasar latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut

1. Kinerja guru belum memuaskan, terlihat dari cara mengajar dengan menerapkan metode klasikal

2. Guru belum sepenuhnya mengasai metode belajar yang akan dilaksanakan guna mendukung proses pembelajaran sehingga menghambat kegiatan belajar mengajar

3. Sikap peserta didik yang kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar.

4. Sarana dan prasarana kurang memadai, masih terdaapat guru yang kurang kreatif membuat media pembelajaran dikarenakan sarana dan prasarana yang kurang memadai

5. Sebagian siswa merasa bosan dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehinga mengurangi motivasi belajar siswa. C. Pembatasan masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih spesifik sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang terarah pada aspek yang diteliti, maka penelitian ini difokuskan pada Peningkatan Metode Kunjung Karya untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Kanisius Pugeran.


(20)

6 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa melalui metode kunjung karya dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Kanisius Pugeran?

E. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui metode kunjung karya siswa kelas V SD Kanisius Pugeran dalam pembelajaran IPA

F. Manfaat penelitian 1) Manfaat teoritis

Sebagai bahan kajian dalam penelitian lanjutan, sebagai bahan perbandingan atau tujuan lain yang masih relevan, serta sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan yang sesuai dengan penelitian ini. 2) Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan langsung,memberikan wawasan lebih mengenai tingkat propesional guru dalam proses belajar mengajar.

b. Bagi guru

Melalui penelitian ini peneliti berhadap guru dapat lebih mengedepankan propesionalisme dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.


(21)

7 c. Bagi kepala sekolah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan sebagai bahan rujukan alternatif bagi kepala sekolah agar siswa siswi di sekolahnya dapat meningkatkan motivasi belajarnya dan sebagai pertimbangan salah satu kegiatan sekolah


(22)

8 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD

1. Hakikat Pembelajaran IPA

Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.

Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya (Hisyam Zaini, 2004: 4).

Berdasar beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang


(23)

9

alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan

IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).

Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu


(24)

10

siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).

Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teoribaru

Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga


(25)

11

perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual, keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan, berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

2. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA di SD memiliki bebertapa tujuan menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan


(26)

12

terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs. Hal tersbut juga sependapat dengan tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Sri Sulistiyorini (2007:40) pembelajaran IPA di SD memiliki beberapa tujuan, antara lain :

1) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.

2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam

kehidupan sehari-hari.

5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.


(27)

13

6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari

B. Karakteristik anak usia SD Kelas Tinggi

Karakteristik peserta didik pada masa sekolah di kelas 5 Sekolah Dasar termasuk kedalam perkembangan peserta didik masa kanak-kanak akhir yaitu pada anak yang berusia mulai usia 6 tahun sampai dengan anak-anak masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak-anak sudah mulai matang untuk mulai meluaskan lingkungan pergaulannya. Siswa siswi mulai dapat bergaul dengan lingkungan sekitar baik di lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, ataupun di lingkungan sekolah. Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir menurut Hiryanto, dkk (2008:103-104) adalah :

1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untukk bermain

2. Sebagai mahkluk hidup yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri

3. Belajar bergaul dengan teman sebaya

4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, menghitung

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari

7. Mengembangkan kata batin, moral, dan skala nilai


(28)

14 9. Mencapai kebebesan pribadi

Guru atau pendidik perlu untuk memahami karakteristik peserta didik bahwa semua peserta didik memiliki kebutuhan meskipun intensitas kebutuhan bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lain atau dengan kata lain setiap peserta didik memiliki perbedaan karakteristik. Kebutuhan siswa juga berbeda dan bervariasi yang didasarkan pada tahapan perkembangannya, meski pada umumnya meliputi kebutuhan fisik, kognitif, emosi, sosial dan intelektual. Hal tersebut menentukan bagaimana siswa dalam masing-masing tahapan akan belajar dan berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Adapun perkembangan yang dialami oleh siswa menurut Hiryanto, dkk (2008) dapat diidntifikasi menjadi 6 perkembangan, yaitu :

1. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (Hiryanto dkk, 2008:105), masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir ( usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah yang aktual, anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret. Kini anak mampu berfikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang.

Massa kanak-kanak akhir menurut Piaget (Hiryanto dkk,2008:106) tergolong pada masa operasi konkret dimana anak berfikir logis terhadap objek yang konkret. Berkurang rasa egonya dan mulai mau memelihara alat permainannya. Mereka mulai banyak memperhatikan dan menerima


(29)

15

pandangan orang lain. Materi yang dibicarakan lebih ditujukan kepada lingkungan sosial, tidak pada dirinya sendiri. Berkembang pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar.

Pada masa operasi konkret anak dapat melakukan banyak pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dapat mereka lakukan pada masa sebelumnya. Pemahaman tentang konsep ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi dan penjumlahan lebih baik. Mereka mempunyai ide yang lebih baik tentang jarak dari suatu tempat ke tempat lain, lama waktu tempuhnya, dan dapat mengingat rute dan tanda-tanda jalan. Keputusan akan sebab akibat akan meningkat.

Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berfikir anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan berfikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ketingkat yang lebih rumit dan abstrak. Pada masa ini anak sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang bersifat konkret. Anak mulai memahami jarak dari satu tempat ke tempat lain, memahami hubungan antara sebab akibat yang ditimbulkan, kemampuan mengelompokan benda berdasar kriteria tertentu, dan menghitung. Guru diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya.

Kemampuan berfikir ditandai dengan adanya aktifitas-aktifitas mental seperti mengingat, memahami dan memecahkan masalah. Pengalaman hidupnya memberikan andil dalam mempertajam konsep. Anak sudah lebih mampu berfikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi, karena proses kognitifnya tidak ada lagi egosentrisme, dan lebih logis. Anak mampu


(30)

16

mengklasifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri-ciri suatu objek. Mengelompokkan benda-benda yang sama kedalam dua atau lebih kelompok yang berbeda. Misalnya mengelompokkan berdasarkan warna maupun ukuran buku.

2. Perkembangan Bahasa

Kemampuan bahasa terus tumbuh pada masa ini. Anak lebih baik kemampuannya dalam memahami dan menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa tampak pada perubahan perbedaharaan kata dan tata bahasa. Bersamaan dengan pertumbuhan perbendaharaan kata selama masa sekolah, anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti memukul, melempar, menendang, atau menampar. Mereka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama dalam pertumbuhan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa untuk komunikasi. Anak kelas satu merespon pertanyaan orang dewasa dengan jawaban yang lebih sederhana, jawaban pendek. Sebagian besar anak usia 6 tahun sudah dapat menceritakan kembali satu bagian pendek dari buku, film, atau pertunjukan televisi.

Belajar membaca dan menulis membebaskan anak-anak dari keterbatasan untuk berkomunikasi langsung. Menulis merupakan tugas yang dirasa lebih sulit daripada membaca bagi anak. Cara belajar menulis dilakukan setahap demi setahap dengan latihan dan seiring dengan perkembangan membaca.


(31)

17

Adapun ciri-ciri emosi pada masa kanak-kanak menurut Hiryanto, dkk (2008:112-113) adalah sebagai berikut :

1) Emosi anak berlangsung relatif lebih singkat (sebentar) 2) Emosi anak kuat atau hebat

3) Emosi anak mudah berubah

4) Emosi anak nampak berulang-ulang 5) Respon emosi anak berbeda-beda

6) Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya 7) Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya

8) Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional 3. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial dapat dipengaruhui oleh perkembangan emosi hal tersebut sering disebut sebagai perkembangan tingkahlaku sosial. Ciri yang membedapakan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah ciri sosialnya. Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana mereka. Dunia sosio-emosional anak menjadi semakin kompleks dan berbeda pada masa ini. Interaksi dengan keluarga dan teman sebaya memiliki peran yang penting. Sekolah dan hubungan dengan guru menjadi hal penting dalam hidup anak. Pemahaman tentang diri dan perbuahan dalam perkembangan gender dan moral menandai perkembangan anak selama masa kanak-kanak akhir.

C. Motivasi Belajar

Motivasi belajar memegang peran yang sangat penting dalam pencapaian prestasi belajar. Motivasi menurut wlodknowsky (dalam Prasetya dkk,1985)


(32)

18

merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.

Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Jika seseorang memiliki motivasi berprestasi maka iaakan berusaha untuk mengungguli orang lain, berprestasi seseuai dengan standar, dan berjuang untuk sekses. Mereka juga mempunyai hasrat untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau efisien dari pada yang dilakukan sebelumnya, menurut Mc.Clelland ( Astaqauliyah, 2006). Hakikat motivasi belajar adalah dorongan eksternal dan internal pada pelajar yang sedang belajar dan mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberap indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peran besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan : adanya hasrat keingin berhasil, adanya dorongan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegitan yang menarik, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif, (Uno,2006).

Biggs dan Telfer (dalam Dimayati dkk,1994) menyatakan bahwa pada dasarnya siswa memiliki bermacam–macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi 4 golongan,yaitu : 1) motivasi instrumental, 2) motivasi sosial, 3) motivasi berprestasi,dan 4) motivasi intrinsik. Motivasi instrumental berarti bahwa siswa belajar karena didorong oleh adanya hadiah atau menghindari hukuman. Motivasi sosial berarti bahwa siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas, dalam hal ini keterlibatan siswa pada tugas menonjol. Motivasi berprestasi berarti bahwa siswa belajar untuk meraih prestasi atau keberhasilan yang telah


(33)

19

ditetapkannya. Motivasi intrinsik berarti bahwa siswa belajar karena keinginannya sendiri.

Motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa antara lain : a. Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi. b. Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belaja. c. Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar

senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang , Keller (dalam presetya, 1997) menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar yang disebut sebagai model ARCS. Dalam model tersebut ada 4 kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan guru agar proses pembelajaran yang dilakukannya menarik,bermakna,dan memberi tantangan pada siswa.

Keempat kondisi tersebut adalah : 1. Attentional (perhatian)

Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh karena itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga siswa selalu memberikan perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan. Agar siswa berminat dan memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan guru dapat menyampaikan materi dan metode secara bervariasi, senantiasa mendorong keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, dan banyak mengunakan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari untuk memperjelas konsep.


(34)

20 2. Relevance (relevansi)

Relevansi menunjukkan adanya hubungan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila siswa menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.

3. Confidence (kepercayaan diri)

Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) mengembangkan konsep tersebut dengan tersebut dengan mengajukan konsep self efficacy. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Self efficacy tinggi akan semakin mendorong dan memotivasi siswa untuk belajar tekun dalan mencapai prestasi belajar maksimal. Agar kepercayaan diri siswa meningkat grur perlu memperbanyak pengalaman berhasil siswa misalnya dengan menyusun aktivitas pembelajaran sehingga mudah dipahami, menyusun kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, meningkatkan harapan untuk berhasil dengan masyarakat persyaratan untuk berhasil, dan memberikan umpan balik yang konstruktif selama proses pembelajaran.

4. Satisfaction (kepuasan)

Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan semakin termotivasi untuk mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan dalam pencapaian tujuan dipengaruhi oleh konsekwensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.


(35)

21

Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat memberi penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan dan sebagainya.

D. Metode Kunjung Karya

Metode kunjung karya ini merupakan penjabaran dari model belajar jigsaw yang mengutamakan komunikasi antar siswa dimana siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan saling bertukar pikiran untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Selain itu metode itu juga memiliki kesamaan dengan metode Dua Tinggal Dua Tamu atau Two Stay Two Stray yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 yang memiliki penekanan pembelajaran dengan memberi kesempataan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Metode ini memungkinkan diterapkan pada semua pembelajaran dan tingkatan umur. Melalui metode ini memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi infomasi dengan kelompok yang lain. Adapun prosedur pelaksanaan metode ini menurut Spencer Kagan (Miftahul Huda,2013:141) adalah sebagai berikut :

1. Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat sebagaimana biasa 2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan

dikerjakan bersama

3. Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota dari kelompok lain


(36)

22

4. Dua orang yang “tinggal” dalam kelompok bertugas mensharing informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka

5. “Tamu” mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain

6. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang peningkatan motivasi belajar pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam pada siswa SD Kanisius Pugeran kelas 5 ini mengacu pada skripsi yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Kunjung Karya Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Pakem Sleman, skripsi tersebut ditulis oleh Diyah Umamah yang merupakan mahasiswa S1 Universitas Negeri Yogyakarta Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Dalam skripsi yang ditulis oleh Diyah Umamah dinyatakan bahwa penggunaan metode kunjung karya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Pakem , hal itu dibuktikan dengan meningkatnya keaktifan siswa. Aspek hasil belajar siswa dalam siklus I sebesar 59,44% siswa, sedangkan pada siklus II meningkat 72,96% siswa, dan pada siklus III meningkat menjadi 74,07%.

Pada tindakan siklus I, jumlah siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran IPS tersebut hanya 13,89 % siswa yang mampu mencapai nilai 75. Sedangkan pada siklus II dengan indikator tersebut di atas 51,42% siswa yang mampu mencapai nilai 75 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus III dengan indikator yang sama 72,22%.


(37)

23 F. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

Proses kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada dasarnya merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang menyenangkan baik itu bagi guru ataupun bagi siswa. Kegiatan pembelajaran berlangsung secara menarik dan juga menyenangkan karena guru dan siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan melalui memberikan pendapat dan juga tanggapan mengenai materi pembelajaran. Namun, dalam prakteknya di sekolah dasar kebanyakan siswa merasa kurang antusias saat kegiatan pembelajaran IPA di dalam kelas, siswa kebanyakan lebih sering bercanda dengan temannya dan tidak terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar. Salah satu kendala yang biasanya dihadapi oleh siswa adalah

Kondisi Tindakan Kondisi

 Model pembelajaran merupakan model klasikal  Siswa kurang

memiliki motivasi belajar yang tinggi  Penerapan Metode pembelajaran Kunjung Karya  Kegiatan pembelajaran tercipta kondisi kondusif  Siswa merasa

memiliki motivasi belajar yang tinggi Identifi kasi Masalah Penerap an Metode Kunjung


(38)

24

kurangnya motivasi belajar pada diri siswa sehingga siswa tidak tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut diperparah oleh siswa lain yang juga tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga memancing teman lainnya untuk bermain dan tidak fokus dalam kegiatan belajar mengajar.

Penggunaan metode pembelajaran kunjung karya merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi seperti kegiatan pembelajaran yang membuat siswa memiliki motivasi belajar rendah. Metode pembelajaran ini cocok untuk digunakan karena dalam metode ini memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain dimana setiap siswa akan berkontribusi berdiskusi didalam kelompok kecil kemudian siswa akan berusaha memecahkan masalah yang dihadapkan bersama kelompok dan nantinya siswa akan berinteraksi dengan teman-teman satu kelasnya. Selain itu jumlah siswa yang terdapat didalam kelas V SD Kanisius Pugeran ini juga berjumlah genap sehingga memudahkan melakukan penerapan metode kunjung karya tersebut. Melalui metode pembelajaran ini diharapkan akan menciptakan iklim belajar yang menyenangkan dimana pembelajaran tidak hanya difokuskan pada guru atau siswa tertentu saja.

Dengan penerapan metode pembelajaran tersebut diharapkan terjadi perbedaan didalam kegiatan pembelajaran sebelum diberikan tindakan dan setelah diberikan tindakan. Setelah diberikan tindakan diharapkan terjadinya peningkatan motivasi belajar siswa siswi dikemudian hari. Siswa juga menjadi lebih aktif dan antusias dalam kegiatan pembelajaran dan tidak terjadi kebosanan saat kegiatan pembelajaran berlangsung.


(39)

25 G. Hipotesis

Berdasar kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut, dirumuskan hipotesis tindakan yaitu dengan melalui proses pembelajaran menggunakan metode kunjung karya dapat meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V SD Kanisius Pugeran.


(40)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Ciri utama dari penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki pelaksanaan praktik pendidikan, khususnya dalam pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kolaboratif. Penelitian tindakan kolaboratif merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pelaksana tindakan (pengajar) dan peneliti bertindak sebagai observer serta perancang tindakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan pada siswa kelas 5 SD Kanisius Pugeran yaitu rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Peneliti bermaksud memecahkan permasalahan tersebut dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research), dengan judul Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas 5 SD Kanisius Pugeran Melalui Metode Kunjung Karya dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 2. Model Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Burns (lewat Madya, 2007: 8), penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan


(41)

27

pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi, dan orang awam. Penelitian tindakan kelas yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah model Penelitian Tindakan Model Kemmis & McTaggart. Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act & observe),

dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-ulang, sampai tujuan penelitian tercapai.

Prosedur penelitian dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus. Berikut ini merupakan penjelasan secara rinci mengenai prosedur penelitian dalam penelitian ini:

1. Pratindakan (Pra Siklus)

Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator dalam hal ini guru, menetapkan alternatif tindakan dalam upaya peningkatan motivasi siswa khususnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Pertama mahasiswa peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran IPA di dalam kelas 5. Hal-hal yang didiskusikan masalah yang dirasakan oleh guru ketika kegiatan pembelajaran sehari-hari.

Dari hasil diskusi, didapat kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, keaktifan siswa masih didominasi oleh beberapa siswa saja. Siswa yang lain yang berada didalam kelas hanya berdiam diri dan tidan banyak aktif terlibat dalam kegiatan diskusi kelas yang dilakukan oleh guru.


(42)

28

Selain berdiskusi, mahasiswa peneliti juga mengadakan observasi untuk mengetahui keadaan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Setelah mengetahui pelaksanaan pembelajaran dan tingkat motivasi siswa saat pembelajaran, guru dan mahasiswa peneliti merancang skenario pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kunjung karya yang dianggap paling sesuai dengan karakteristik siswa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Agar implementasi tindakan sesuai dengan yang diinginkan, guru dan peneliti juga mempersiapkan materi dan sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran. Sarana pendukung yang dipakai adalah penyusunan tempat duduk dan karya siswa.

2. Siklus I

a. Rencana Tindakan

Pada rencana tindakan siklus I ini, peneliti hanya sebagai pengamat dan guru sebagai pelaksana tindakan. Pada tahap ini, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain:

1) Menyusun RPP

2) Menyiapkan media, alat dan bahan yang sesuai dengan materi. 3) Menyusun lembar observasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini guru berperan sebagai pelaksana tindakan sedangkan peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Secara garis besar pelaksanaan tindakan dilakukan sebagai berikut. Pada awal pembelajaran


(43)

29

guru memberikan sedikit penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari oleh siswa pada hari ini, kemudian guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa.

Guru menjelaskan tentang tata cara melaksanakan kegiatan pembelajaran yang akan diikuti siswa. Guru kemudian memberikan sebuah permasalahan yang berbeda pada setiap kelompok kecil siswa. Siswa diminta menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru bersama kelompok kecilnya selama 30 menit. Kemudian setelah kegiatan diskusi oleh kelompok kecil guru meminta 2 orang perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya ke kelompok selanjutnya.

c. Observasi

Saat pembelajaran IPA berlangsung dengan metode kunjung karya,

mahasiswa sebagai peneliti mengamati kegiatan pembelajaran dengan mengamati dengan seksama aktivitas yang menunjukan motivasi belajar siswa, suasana pembelajaran, perilaku siswa dan reaksi siswa terhadap penggunaan metode pembelalajaran kunjung karya dalam kegiatan pembelajaran.

Pengamatan tersebut kemudian didokumentasikan dalam catatan lapangan. Selain dari mahasiswa peneliti, guru juga membuat catatan-catatan mengenai motivasi belajar siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran IPA berlangsung.


(44)

30 d. Refleksi

Tahap refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah tindakan dilaksanakan. Pada tahap ini peneliti dan guru akan menganalisis seberapa jauh tindakan yang telah dilakukan dapat menghasilkan perubahan. Kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru akan memberikan peranan penting dalam memutuskan seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan dan mendiskusikan mengenai hal-hal yang dirasa masih perlu untuk diperbaiki atau dirasa cukup. Apabila masih terdapat kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan, maka peneliti dan guru mengatasinya dengan membuat perencanaan kembali pada siklus selanjutnya.

3. Siklus II

Siklus II harus dilaksanakan apabila siklus I belum dapat memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Tahapan alur pada siklus II yaitu hampir sama dengan tahapan pada alur siklus I. Letak perbedaannya antara siklus II dengan siklus I adalah pada siklus II sudah ada perbaikan dari kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dan setiap tahapan dalam siklus II disusun secara lebih matang dengan memperhatikan hasil refleksi dari siklus I.


(45)

31

Empat tahap pokok dalam Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan Kemmis dan Taggart tersebut secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 2. Tahap pokok penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart.

Berikut penjelasan dari masing-masing tahap dalam penelitian ini: a. Perencanaan

Pada tahap ini dimulai dari penemuan masalah terlebih dahulu, yang selanjutnya peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan. Penjelasan secara rinci terkait langkah-langkah pada tahap ini adalah sebagai berikut. 1) Menemukan permasalahan yang terdapat di lapangan, yaitu:

Peren

SIKL

SIKL Peren

Refle

Act and Act and

Refle


(46)

32

a) Pada tahap ini, sebelumnya peneliti melakukan observasi awal dan diskusi terlebih dahulu dengan guru kelas untuk mengetahui permasalahan apa yang terdapat dalam proses pembelajaran. Dan dapat disimpulkan permasalahan yang terdapat di lapangan pada penelitian ini adalah masih rendahnya motivasi belajar siswa siswi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

b) Selanjutnya bersama dengan guru kelas, peneliti mencoba menganalisis terkait dengan masalah pembelajaran tersebut, yaitu dengan menganalisis motivasi belajar siswa saat kegiatan pembelajaran.

c) Berdasarkan hasil analisa tingkat motivasi belajar siswa, maka akan dapat diketahui kegiatan pembelajaran tidak kondusif dikarenakan sikap peserta didik yang sering ribut sendiri, bermain, dan bercanda dengan teman-temannya dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran perlu ditindaklanjuti melalui penerapan metode pembelajaran kunjung karya yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya.

2) Merancang tindakan yang akan dilakukan.

Setelah permasalahan yang terjadi dapat diketahui dengan jelas, selanjutnya peneliti bersama guru menyusun rencana mengenai tindakan apa yang sebaiknya akan dilakukan untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa sebagai solusi dari permasalahan yang ada.


(47)

33

a) Peneliti terlebih dahulu menentukan alternatif tindakan yang akan dilakukan agar dapat mengatasi masalah yang terdapat pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Solusi yang akan diberikan yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kunjung karya b) Melakukan kegiatan pra siklus yaitu dengan melakukan pengamatan

pada kegiatan pembelajaran IPA sedang berlangsung terhadap siswa terkait dengan sikap dan perilaku siswa. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait langkah-langkah

pembelajaran metode kunjung karya pada siklus I. c) Peneliti menyiapkan instrumen penelitian.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting), dan Observasi 1) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran melalui metode pembelajaran kunjung karya. Guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah guru mata pelajaran IPA kelas 5. Selama pembelajaran berlangsung, guru mengajar berdasarkan RPP yang telah disusun. Sementara itu peneliti mengamati aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti sebelumnya.

2) Observasi

Observasi dilakukan pada saat tindakan sedang dilaksanakan. Observer melakukan observasi terhadap tindakan yang dilakukan


(48)

34

dengan mengisi kolom-kolom pada lembar observasi sesuai dengan petunjuk pengisian. Observer menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran sehingga akan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

c. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari lembar observasi. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pembelajaran dan kemudian memikirkan kemungkinan yang menjadi penyebab kekurangan yang terdapat pada hasil observasi. Hasil observasi tersebut dianalisis penyebab kekurangannya yang kemudian menentukan langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus selanjutnya. B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Kanisius Pugeran, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 19 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Dipilihnya siswa kelas 5 sebagai subjek penelitian ini karena tingkat motivasi belajar siswa kelas 5 SD Kanisius Pugeran Yogyakarta masih rendah. Adapun objek dalam penelitian ini adalah tingkat motivasi siswa khususnya dalam hal motivasi belajar siswa kelas 5 SD Kanisius Pugeran, Yogyakarta.


(49)

35 C. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kelas 5 SD Kanisius Pugeran Tahun Ajaran 2015/2016 yang beralamat di Jalan Suryodiningratan no.7, Pugeran, Yogyakarta. SD Kanisius Pugeran mempunyai beberapa fasilitas, antara lain yaitu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tamu, ruang kelas untuk kegiatan proses pembelajaran, perpustakaan, UKS, laboratorium komputer, koperasi sekolah, ruang musik, ruang tari, ruang doa, kamar mandi, kantin, halaman parkir guru dan siswa. SD Kanisius Pugeran dipimpin oleh seorang kepala sekolah, beliau bernama Ibu Theresia Mardinah. Jumlah guru di sekolah ini berjumlah 19 orang yang terdiri dari 12 orang guru kelas, 2 orang guru mata pelajaran, 2 orang guru agama, 1 orang guru agama Katolik, 1 orang guru olah raga, 1 orang guru komputer, 1 orang guru seni tari, 1 orang guru seni musik. Selain itu, juga terdapat 2 karyawan tenaga administrasi dan 1 tenaga perpustakaan dan seorang penjaga sekolah.

Pada penelitian ini, peneliti memilih kelas 5 dengan jumlah keseluruhan siswa yaitu 19 siswa yang terdiri dari 10 laki-laki dan 9 perempuan sebagai subjek penelitian. Proses pembelajaran dilaksanakan oleh seorang guru mata pelajaran IPA kelas 5 , beliau bernama Bapak Triaskus Daryanto, S.Pd. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan seorang guru mata pelajaran IPA kelas 5 sebagai pelaksana tindakan dengan tujuan untuk meningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPA dan demi kemajuan sekolah.


(50)

36 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan pada semester II tahun ajaran 2015/2016, yaitu pada bulan April 2016. Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal Ilmu Pengetahuan Alam di kelas 5.

D. Teknik Pengumpulan Data

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tindakan kelas tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah memperoleh data (Sugiyanto, 2008:308). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Observasi atau monitoring kelas dilakukan untuk memperoleh data tentang perilaku siswa dan perilaku guru dalam proses pembelajaran. Melalui observasi atau monitoring kelas dapat diketahui bagaimana motivasi, minat dan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu dapat diketahui juga bagaimana aktifitas guru dalam proses mengajar.

Dalam kegiatan observasi atau monitoring kelas peneliti bermaksud untuk memperoleh data mengenai data dari siswa sebelum diberikan tindakan dan setelah dilakukan tindakan. Selain itu juga, melalui observasi ini peneliti bermaksud melihat perilaku siswa saat kegiatan pembelajaran IPA berlangsung.

Observasi kelas dilakukan dengan berpegang pada pedoman observasi dan didukung oleh fotografi, semua peristiwa dalam pembelajaran dicatat dalam catatan lapangan dengan menggunakan panduan catatan lapangan.


(51)

37 E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi, 2006: 160). Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen yang dipakai dalam penelitian ini meliputi hasil observasi atau monitoring kelas, tes, dan dokumentasi yang berupa foto-foto pelaksanaan penelitian .

Dibawah ini adalah kisi-kisi lembar observasi atau monitoring kelas , lembar observasi atau monitoring kelas berfungsi sebagai petunjuk dalam melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dan guru sesuai dengan perencanaan pembelajaran (RPP). Indikator dalam lembar observasi tersebut terdiri dari kesiapan siswa dalam belajar, perhatian siswa, motivasi belajar siswa dalam pelajaran dan minat siswa terhadap pelajaran.

Pada lembar observasi observer hanya perlu memberi tanda Ya/Tidakt

pada 30 indikator yang telah ditentukan pada tiap siswa sesuai dengan kondisi sebenarnya yang kemudian akan dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Presentase motivasi Keterangan :

X= diperolehan skor dari indikator motivasi belajar siswa

Y= diperolehan dari jumlah skor keseluruhan dari indikator motivasi belajar siswa Selain menggunakan pengamatan atau observasi sebelum melaksanan tindakan untuk semakin mendukung dan menguatkan hasil penelitian maka peneliti juga


(52)

38

akan melakukan pengamatan saat setelah siswa diberikan tindakan. Pedoman pengamatan merupakan daftar pernyataan yang akan diamati dalam teknik pengumpulan data melalui pengamatan. Dalam pedoman pengamatan terdapat butir-butir pernyataan yang akan membantu peneliti untuk mengumpulkan data secara lebih mendalam dari suasana pembelajaran di kelas 5 B SD Kanisius Pugeran. Adapun pedoman pengamatan adalah seperti berikut

Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi motivasi belajar siswa

No Indikator Nomer butir

1 Attention 1,2,3,4,5

2 Relevance 6,7,8,9

3 Confidence 10,11,12

4 Satisfaction 13,14,15

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif. Hasil observasi menggunakan teknik analisis data kualitatif. Tujuan analisis ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis data yang factual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena-fenomena yang diselilidiki atau diteliti. Analisis deskriptif adalah menggunakan suatu data yang akan dibuat secara berkelompok (Ridwan dan Akon, 2007:27).


(53)

39 G. Uji validitas Instrumen

Validitas suatu instrumen dapat diuji dengan menggunakan pendapat para ahli (expert jugdement). Pada penelitian ini setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu sesuai dengan materi yang akan diujikan, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahlinya dosen pendidikan Bahasa Indonesia untuk memberikan pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Keputusan para ahli digunakan sebagai acuan oleh peneliti untuk memperbaiki beberapa butir soal yang belum valid. Setelah diadakan perbaikan, instrumen tersebut dikonsultasikan kembali dan para ahli memutuskan bahwa instrumen tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

H. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan proses pembelajaran pada bagian motivasi belajar dapat dilihat dari peningkatan rata-rata yang diperoleh dari presentase (%) motivasi belajar siswa selama siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sebanyak minimal 70% dari jumlah siswa mencapai motivasi belajar pada kategori tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Zainal Aqib (2009:41), apabila rata-rata motivasi peserta didik mencapai 70% sudah mencapai tingkat keberhasilan dalam kategori tinggi.

Tabel 2. Kriteria Tingkat Keberhasilan motivasi belajar Siswa dalam % Tingkat keberhasilan Keterangan

>80% Sangat tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah


(54)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Penelitian

1. Perencanaan

Prosedur penelitian yang pertama kali dilakukan oleh peneliti yaitu tahap perencanaan. Setelah penelitian melakukan pra siklus dan mengetahui kondisi siswa serta mengetahui permasalahan yang terjadi dikelas, peneliti melakukan perencanaan sebelum melaksanakan tindakan penelitian berupa:

a. Pembelajaran dibuat oleh penelitian dengan guru sesuai dengan prosedur penelitian yang berlaku, pada siklus pertama adalah pembelajaran dengan materi lapisan bumi pada pembelajaran siklus I dan batuan pada pembelajaran siklus II.

b. Menyusun kelengkapan pembelajaran, berupa rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ), RPP ini disusun oleh peneliti yang juga memperhatikan pertimbangan dosen dan guru yang bersangkutan disekolah.

c. Membuat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran berupa lembar kerja siswa, lembar kerja digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode kunjung karya.

d. Penilaian yang digunakan yaitu berupa penilaian yang berbentuk non-tes untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa dan yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penilaian adalah lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa


(55)

41 2. Tindakan dan Pengamatan

Setelah peneliti dan guru mengambil keputusan untuk bersepakat menerapkan metode kunjung karya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kemudian guru menentukan waktu pelaksanaan penelitan. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang sudah ada. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut

Kegiatan Hari dan

Tanggal

Waktu Materi

Siklus I

(pertemuan 1)

Selasa, 5 April 2016

07.00-08.30 Lapisan bumi

Siklus I

(pertemuan 2)

Jumat, 8 April 2016

09.00-10.30 Lapisan bumi

Siklus 2

(pertemuan 1)

Jumat, 15 April 2016

09.00-10.30 Batuan

Siklus 2

(pertemuan 2)

Selasa,19 April 2016

07.00-08.30 Batuan

Tindakan yang dilakukan dalam kegiatan ini yaitu: a. Kegiatan awal

Untuk mengawali kegiatan pembelajaran terlebih daulu mengucapkan salam pembuka kemudian dilanjutkan berdoa dan melakukan presensi untuk mengetahui kehadiran siswa. Sebelum memasuki tujuan pembelajaran terlebih dahulu melakukan apersepsi, apersepsi yang dilakukan harus menumbuhkan rasa ketertarikan siswa terhadap pokok bahasan yang akan diajarkan oleh guru. Menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan melakukan tanya jawab dengan siswa atau dapat juga dengan berbagi cerita pengalaman guru kepada siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan.


(56)

42 b. Kegiatan inti

Pada kegiatan ini siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil yang masing-masing berisikan 4 sampai 5 siswa. Setiap kelompok diberikan lembar kerja yang berbeda-beda satu sama lain. Siswa diminta berdiskusi menyelesaikan lembar kerja tersebut. Kemudian setelah selesai setiap kelompok mengirimkan masing-masing wakilnya ke kelompok lain untuk mendengarkan hasil diskusi kelompok lain. Siswa yang masih terdapat dikelompoknya menunggu perwakilan kelompok lain untuk memaparkan hasil diskusi kelompoknya.

c. Kegiatan penutup

Pada akhir pembelajaran, peneliti menyimpulkan bersama siswa tentang materi-materi yang telah dipelajari. Disampaikan pula materi pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan mendatang. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan berdoa dan mengucap salam.

3. Refleksi

Data yang diperoleh pada saat observasi pada siklus I kemudian dianilisi yang akan digunakan untuk memperbaiki sesuatu hal yang kurang pada siklus I dengan menggunakan metode pembelajaran kunjung karya. Kemudian hasil analisisnya akan digunakan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus II. Setelah itu akan diketahui apakah metode pebelajaran kunjung karya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa atau tidak.


(57)

43 B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SD Kanisius Pugeran terletak di Jalan Suryodiningratan no.7, Pugeran, Yogyakarta. Sekolah ini mempunyai 12 kelas. Nama Kepala Sekolah Dasar Kanisius Pugeran adalah Theresia Mardinah. Letak SD Kanisius Pugeran berada di wilayah pemukiman penduduk, bangunan sekolah berada di sebelah selatan jalan yang tidak cukup ramai sehingga cukup kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian ini dimulai pada tanggal 4 April 2016 sampai dengan 19 April 2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 2 kali tindakan. Penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal pembelajaran IPA dalam satu minggu dua kali, yaitu setiap hari Selasa dan Jumat yang berlangsung selama 4x35 menit. Subyek penelitian adalah sisa kelas 5 SD Kanisius Pugeran. Penelitian yang dilaksanakan pada setiap siklus memiliki empat buah komponen, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut ini adalah deskripsi pelaksanaan pembelajaran IPA melalui metode pembelajaran kunjung karyadi SD Kanisius Pugeran.

Materi pokok yang digunakan, yaitu Lapisan Bumi dan Batuan. Standar Kompetensinya, yaitu Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dengan satu Kompetensi Dasar yaitu Mengidentifikasi jenis tanah dan Mendeskripsikan struktur bumi. Materi pertama diselesaikan dalam waktu 1 siklus ( 2 kali tindakan ) dengan


(58)

44

alokasi waktu masing-masing 2x35 menit (4x2 jam pelajaran) dan materi kedua diseelesaikan dalam waktu satu siklus ( 2 kali tindakan ) dengan alokasi waktu masing-masing 2x35 menit ( 4x2 jam pelajaran ). Proses penelitian tindakan secara sistematis dapat dideskripsikan sebagai berikut.

a. Siklus 1

1) Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah yang terjadi di lapangan dengan cara mengamati proses pembelajaran dan hasilnya, kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan. Setelah diadakan pengamatan langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :

1) Membuat instrumen pembelajaran yang terdiri dari satuan pelajaran dan skenario pembelajaran untuk siklus I

2) Membuat instrumen penelitian pembelajaran dan penelitian 3) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan dalam siklus 1 4) Menyiapkan lembar observasi lembar untuk mengamati proses

keaktifan siswa dan pelaksanaan metode pembelajaran. 2) Pelaksanaan Tindakan

Perencanaan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya akan dilaksanakan pada tahap ini. Perencanaan yang dibuat harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Dengan kata lain pelaksanaan bersifat dinamis. Siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu


(59)

45

selama 4 jam pelajaran, yaitu pada tanggal 5 April 2016 dan 8 April 2016. Adapun pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a) Pertemuan 1

(1) Kegiatan awal (10 menit)

Guru Siswa

Guru mengucap salam dilanjtkan meminta siswa berdoa

Siswa menjawab salam dilanjutkan berdoa

Guru meakukan apersepsi denggan melakukan tanya jawab: apa saja yang menyusun bumi?

Sebagian siswa menjawab

tanah,batu. Sebagian siswa lagi menjawab kulit bumi dan inti bumi

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran Struktur lapisan bumi

Siswa mendengarkan guru

(2) Kegiatan inti (50 menit)

Guru Siswa

Guru menjelaskan materi mengenai struktur lapisan bumi

Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru

Guru meminta siswa membaca materi yang terdapat dalam buku

Siswa membaca materi yang terdapat dalam buku, ada beberapa siswa yang tidak membaca

Guru membentuk kelompok yang berjumlah 4 orang berdasar tempat duduk

Siswa berkelompok berdasarkan tempat duduk, masing masing kelompok terdiri dari 4 orang ada satu kelompok terdiri dari 5 orang Guru membagikan tugas LKS yang

berbeda setiap kelompoknya

Siswa menerima dan mengamati soal LKS yang diberikan guru Guru meminta dan mengamati

diskusi kelompok

Siswa bersama kelompoknya melaksanakan diskusi untuk menyelesaikan soal LKS

Guru memperhatikan jalannya diskusi yang dilakukan siswa

Siswa berdiskusi bersama

kelompoknya Guru meminta perwakilan kelompok

untuk berkunjung ke kelompok lain untuk mendapatkan penjelasan materi

Masing-masing kelompok

mengirimkan wakilnya ke

kelompok lain

(3) Kegiatan akhir (10 menit)

Guru Siswa

Guru menyampaikan pesan untuk

pertemuan berikutnya tetap

membawa hasil diskusi pada


(60)

46

pertemuan berikutnya

Guru menutup pembelajaran dengan mengucap salam

Siswa menjawab salam yang diberikan guru

b) Pertemuan 2

(1) Kegiatan awal (10 menit)

Guru Siswa

Guru mengucap salam Siswa menjawab salam

Guru menanyakan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya

Siswa menjawab materi

pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dipelajari

Siswa mendengarkan guru

(2) Kegiatan inti (50 menit)

Guru Siswa

Guru meminta siswa untuk berkumpul bersama kelompoknya

Siswa berkumpul bersama

kelompoknya Guru meminta siswa melanjutkan

berkunjung ke kelompok lain kembali kekelompok awal apa yang diperoleh

Siswa mengirimkan wakil

kelompoknya untuk mendengarkan hasil diskusi kelompok lain

Guru meminta siswa

mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas

Siswa melakukan presentasi didepan kelas dengan kelompoknya

(3) Kegiatan akhir (10 menit)

Guru Siswa

Guru meminta siswa untuk

bersama-sama membuat

kesimpulan

Siswa membuat kesimpulan

pembelajaran yang telah dipelajari Guru memberikan informasi

mengenai materi yang akan dipelajari dipertemuan selanjutnya

Siswa mendengarkan guru

Guru menutup kegiatan

pembelajaran

Siswa mengakhiri kegiatan pembelajaran

3) Observasi

Kegiatan observasi atau pengamatan ini merupakan tahapan kegiatan mengamatu jalannya proses pembelajaran. Pelaksanaan pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap metode pembelajaran dan


(61)

47

pengamatan terhadap motivasi belajar siswa. Kegiatan pengamatan ini dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan, dikarenakan yang diamati merupakan segala sesuatu yang terjadi selama proses tindakan berlangsung. Pengamatan ini dilakukan oleh teman peneliti yang sudah diberikan penjelasan mengenai proses pembelajaran yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini.

Adapun rincian hasil observasi proses pembelajaran siklus I, yaitu sebagai berikut :

a) Pengamatan terhadap metode pembelajaran kunjung karya

Dalam observasi terhadap metode pembelajaran kunjung karyaini guru sudah memenuhi semua indikator yang telah diterapkan, juga dapat diartikan bahwa skenario pembelajaran siklus I telah berjalan dengan lancar. Guru telah berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik hanya saja masih terdapat beberapa kekurangan misalnya kurangnya guru membagi kelompok siswa yang hanya berdasarkan tempat duduk dan guru yang jarang memberikan pujian ketika siswa berhasil menjawab pertanyaan. Observer memberikan catatan bahwa walaupun indikator terlah berhasil dicapai aka tetapi guru masih dirasa kurang maksimal dalam menjalankan metode, observer memberikan saran kepada guru dalam membentuk kelompok lebih baik dibentuk secara acak dengan menggunakan metode hitung agar siswa kelompok lebih bervariasi. Siswa melakukan diskusi bersama teman satu kelompoknya dengan baik dimana masing-masing kelompok memilih


(62)

48

ketua kelompok. Siswa mengerjakan pekerjaan dengan cara berdiskusi dimana setiap siswa memberikan pendapatnya, akan tetapi ada beberapa siswa yang kurang menghargai siswa lain yang sedang berpendapat. Dalam berdiskusi siswa mengerjakan soal penuh antusias. Siswa yang mengunjungi kelompok lain terlihat antusias dalam mendengarkan hasil diskusi akan tetapi siswa hanya mendengarkan saja tidak mencatat hasil kunjungan ke kelompok lain. Siswa tertarik dan antusias dengan pembelajaran menggunakan metode kunjung karya karena sebelumnya metode tersebut belum pernah dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

b) Pengamatan terhadap motivasi belajar siswa

Berdasarkan hasil pengamatan terhaap tingkat motivasi belajar siswa pada siklus I, menunjukan bahwa siswa telah cukup baik dalam hal memiliki motivasi belajar. Berikut perolehan masing-masing indikator dan aspek motivasi belajar siswa, yaitu :

No. Indikator Aspek yang diamati Skor

Ya Tidak %

1. Atentional Siswa memperhatikan saat guru melakukan pembelajaran IPA

8 11 42,1

Siswa tidak berbicara sendiri saat guru melakukan pembelajaran IPA

9 10 47,4

Siswa aktif menjawab pertanyaan 13 6 68,4


(63)

49

/memperhatikan diskusi kelompok

Siswa aktif dalam diskusi kelompok 14 5 73,7 2. Relevance Siswa antusias dengan materi

pembelajaran

11 8 57,9

Siswa meringkas materi pelajaran 14 5 73,7

Siswa bersemangat dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran IPA

12 7 63,1

Siswa merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA

10 9 52,6

3. Confidenc e

Siswa berani mengutarakan pendapat dalam kegiatan diskusi

10 9 52,6

Siswa mau berdiskusi dengan teman sekelompoknya

13 6 68,4

Siswa percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi kepada kelompok lain

15 4 78,9

4. Satisfactio n

Siswa merasa senang dengan kegiatan pembelajaran

14 5 73,7

Siswa mendapat pujian dari guru saat kegiatan pembelajaran

13 6 68,4

Siswa merasa puas terhadap hasil diskusi kelompoknya

9 10 47,4

Siswa mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan rasa senang


(64)

50

Besarnya presentase motivasi belajar siswa pada siklus I, yaitu sebagai berikut :

Jadi besarnya persentase motivasi belajar siswa siklus I adalah 60,8% 4) Refleksi

Refleksi digunakan untuk menganalisis apakah tindakan siklus I telah berhasil atau masih kurang, sehingga dapat menjadi auan dalam melakukan tindakan siklus berikutnya. Ada kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I, yaitu:

a) Masih terdapat beberapa siswa yang enggan menyampaikan pendapatnya saat kegiatan diskusi kelompok berlangsung.

b) Terdapat beberapa anak yang pada saat kegiatan diskusi kelompok masih ramai sendiri dengan berbicara terhadap temannya.

c) Beberapa siswa tampak tidak berani mengutarakan pendapatnya saat kegiatan diskusi kelompok

b. Siklus II

1) Perencanaan Tindakan

Hasil refleksi siklus I digunakan untuk memperbaiki pembelajaran siklus II, maka tindakan perbaikan yang diperlukan adalah :

Indikator keberhasilan

Tindakan Hasil Evaluasi Rencana

Tindakan Siklus II

Jumlah siswa yang

memenuhi kriteria

1) Guru menjelaskan materi pelajaran 2) Guru membentuk

kelompok dengan

Terdapat 47, 4 %

siswa yang

enggan

menyampaikan

Memberikan materi yang berhubungan dengan siswa


(65)

51

ketuntasan lebih dari 70% jumlah siswa

menggunkan metode hitung sehingga terbentuk kelompok yang lebih heterogen 3) Guru membagikan

tugas kelompok dan menjelaskan tugas yang akan dikerjakan dalam kelompok

4) Guru memberikan

pujian dan

penghargaan kepada siswa yang mengutarakan pendapatnya saat diskusi

berlangsung

pendapatnya saat kegiatan diskusi kelompok

berlangsung

sehari-hari

Pelaksanaan siklus II ini berdasarkan hasil refleksi pada siklus I yang menunjukan belum tercapainya target atau standar minimal yang telah ditetapkan sebagai kriteria keberhasilan yaitu 70% dari jumlah seluruh siswa dari aspek motivasi belajar siswa yang masih terletak pada di angka 62,5%.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah menyusun instrumen-instrumen yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian tindakan dan refleksi siklus I. Perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan materi yang akan disampaikan dan akan diberikan dalam kegiatan pembelajaran dengan materi Batuan.


(66)

52

b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan sebagai acuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

c) Mempersiapkan lembar kerja siswa yang akan digunakan untuk diskusi kelompok

d) Menyediakan lembar observasi 2) Pelaksanaan Tindakan

Siklus pertama dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran, yaitu pada tanggal 13 April 2016 dan 17 April 2016. Adapum pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Pertemuan 1

(1) Kegiatan awal (10 menit)

Guru Siswa

Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam

Siswa menjawab salam yang diberikan guru

Guru melakukan apersepsi dengan

menanyakan bahan-bahan yang

digunakan untuk membuat rumah?

Siswa menjawab batu bata, semen, pasir dan batu

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Siswa mendengarkan guru

(2) Kegiatan inti (50 menit)

Guru Siswa

Guru menyampaikan materi pembelajaran Siswa mendengarkan guru Guru membagi siswa dalam 4 kelompok

dengan cara menghitung

Siswa berhitung 1-4 untuk membuat kelompok

Guru meminta siswa untuk berkelompok bersama anggota kelompoknya

Siswa berkelompok bersama kelompoknya

Guru membagikan soal LKS yang akan dikerjakan siswa secara berdiskusi

Siswa menerima soal LKS dan membaca soal yang ada dalam LKS

Guru meminta siswa untuk berdiskusi

bersama kelompoknya untuk

menyelesaikan LKS

Siswa bersama anggota kelompoknya berdiskusi menyelesaikan LKS


(67)

53

semua siswa menyampaikan pendapatnya

Guru meminta setiap kelompok

mengirimkan wakilnya ke kelompok lain untuk mendapatkan penjelasan materi

Setiap kelompok

mengirimkan wakilnya ke kelompok lain

(3) Kegiatan akhir (10 menit)

Guru Siswa

Guru menyampaikan pesan agar hasil diskusi siswa dibawa pada pembelajaran selanjutnya

Siswa mendengarkan

perintah guru

Guru menutup kegiatan pembelajaran Siswa mengakhiri

pembelajaran

b) Pertemuan 2

(1) Kegiatan awal (10 menit)

Guru Siswa

Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam

Siswa menjawab salam yang diberikan guru

Guru melakukan apersepsi dengan menunjukan contoh batu

Siswa memperhatikan

contoh batu yang diberikan guru

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Siswa memperhatikan guru

(2) Kegiatan inti (50 menit)

Guru Siswa

Guru meminta siswa berkelompok berdasarkan kelompoknya

Siswa berkelompok

berdasarkan kelompoknya Guru meminta siswa melanjutkan

mengirimkan wakilnya ke kelompok lain untuk menjelaskan materi dan kembali kelompok awal dan menjelaskan materi yang diperoleh dari kelompok lain

Siswa mengirimkan wakil

kelompoknya untuk

berkunjung kekelompok lain

Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas

Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas secara berkelompok

(3) Kegiatan akhir (10 menit)

Guru Siswa

Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang baru saja dipelajari

Siswa membuat kesimpulan bersama-sama dengan guru Guru memberi informasi materi untuk Siswa mendengarkan guru


(1)

96

No. Indikator Aspek yang diamati Skor

Ya Tidak %

1. Atentional Siswa memperhatikan saat guru melakukan

pembelajaran IPA

Siswa tidak berbicara sendiri saat guru melakukan pembelajaran IPA

Siswa aktif menjawab pertanyaan

Siswa mendengarkan /memperhatikan diskusi kelompok

Siswa aktif dalam diskusi kelompok

2. Relevance Siswa antusias dengan materi pembelajaran

Siswa meringkas materi pelajaran

Siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA

Siswa merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA

3. Confidenc

e

Siswa berani mengutarakan pendapat dalam kegiatan diskusi

Siswa mau berdiskusi dengan teman sekelompoknya

Siswa percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi kepada kelompok lain

4. Satisfactio

n

Siswa merasa senang dengan kegiatan pembelajaran

Siswa mendapat pujian dari guru saat kegiatan pembelajaran

Siswa merasa puas terhadap hasil diskusi kelompoknya

Siswa mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan rasa senang


(2)

97


(3)

(4)

(5)

(6)