PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STAD DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 01 SEMARANG.

(1)

i

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS

MELALUI MODEL STAD DENGAN MEDIA

GAMBAR PADA SISWA KELAS V

SDN TUGUREJO 01 SEMARANG

SKRIPSI

Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Tia Widyastini

1401411161

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tia Widyastini

NIM : 1401411161

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 13 April 2015

Tia Widyastini NIM 1401411161


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Tia Widyastini NIM 1401411161 berjudul

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang” telah disetujui oleh

pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Senin

tanggal : 20 April 2015

Semarang, 13 April 2014

Dosen Pembimbing

Masitah, S.Pd., M. Pd. NIP 195206101980032001


(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Tia Widyastini, NIM 1401411161 berjudul

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang” telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Senin

tanggal : 20 April 2015

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd Drs. Moch Ichsan, M.Pd.

NIP.195604271986031001 NIP. 195006121984031001

Penguji Utama

Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd. NIP.195612011987031001

Penguji 1 Penguji 2

Dra. Sumilah, M.Pd. Masitah, S.Pd., M.Pd.


(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO:

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

( Al Insyirah: 6) Sebaik-baiknya manusia yaitu yang bermanfaat bagi manusia lain

(H.R. Thabrani)

PERSEMBAHAN Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT Karya ini saya persembahkan kepada: Bapak dan Ibu tercinta (Sri Widagdo dan Sri Hartini) yang selalu memberi dukungan dan doa


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model

STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang” dengan baik.

Skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar;

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian;

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan untuk menyusun skripsi;

4. Masitah, S.Pd, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama penyusunan skripsi;

5. Drs. Sukarjo, S.Pd. M.Pd., Dosen Penguji Utama skripsi yang telah menguji dengan teliti dan sabar serta memberi masukan dan perbaikan skripsi ini; 6. Dra. Sumilah, M.Pd., Dosen Penguji I skripsi yang telah menguji dengan teliti


(7)

vii

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Sekolah Dasar, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan;

8. Riyatni, S.Pd., Kepala SDN Tugurejo 01 Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam perizinan untuk melakukan penelitian;

9. Indah Dwi Astuti, S.Pd., kolaborator penelitian dan observer yang telah memberikan bimbingan dan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian di kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang;

10.Keluarga besar SDN Tugurejo 01 Semarang yang telah membantu demi kelancaran penyusunan skripsi;

11.Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga semua bantuan dan doa dari berbagai pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini mendapat karunia dari Allah SWT. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman membuat penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, April 2015


(8)

viii ABSTRAK

Widyastini, Tia. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang. Skripsi. Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Masitah, S.Pd, M.Pd

Hasil observasi bersama kolaborator SDN Tugurejo 01 Semarang ditemukan masalah kualitas pembelajaran IPS kelas V masih rendah. Hal ini disebabkan kurangnya optimalimasi penggunaan model pembelajaran inovatif yang berdampak pada keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar rendah. Berdasarkan hasil evaluasi mata pelajaran IPS pada siswa kelas V Semester I SDN Tugurejo 01 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 dari 40 siswa terdapat 25 siswa (62,5%) hasil belajar IPS masih di bawah KKM (65), dan hanya 15 siswa (37,5%) yang tuntas. Diperlukan suatu perbaikan pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran STAD dengan media gambar. Rumusan masalah

penelitian adalah “Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model STAD dengan media gambar pada siswa kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas tiga siklus, setiap siklus terdiri dari satu pertemuan yang terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang sebanyak 40 siswa yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik analisis data terdiri atas data kualitatif dan data kuantitatif.

Hasil penelitian keterampilan guru pada siklus I mendapat skor 32 (baik), pada siklus II mendapat skor 39 (baik), dan siklus III mendapat skor 46 (sangat baik). Aktivitas siswa pada siklus I mendapat rata-rata skor 21,95 (baik), siklus II mendapat rata-rata skor 29,725 (baik), dan siklus III mendapat rata-rata skor 34,125 (sangat baik). Hasil belajar ranah kognitif diperoleh ketuntasan klasikal 62,5%, siklus II 72,5%, dan siklus III 85%. Hasil belajar ranah afektif pada siklus I mendapat rata-rata skor 7,425 (baik), siklus II mendapat rata-rata skor 8,925 (baik), siklus III mendapat rata-rata skor 10,95 (sangat baik). Hasil belajar ranah psikomotor siklus I mendapat rata-rata skor 5 (baik), siklus II mendapat rata-rata skor 6,025 (baik), siklus III mendapat rata-rata skor 7 (sangat baik).

Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran STAD dengan media gambar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang. Saran dari penelitian ini adalah model STAD dengan media gambar dapat dijadikan salah satu alternatif solusi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...iv

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ...v

PRAKATA ...vi

ABSTRAK ...viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR BAGAN ...xvi

DAFTAR DIAGARAM ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ...10

1.2.1 Rumusan Masalah ...10

1.2.2 Pemecahan Masalah ...10

1.3Tujuan Penelitian ...12

1.3.1 Tujuan Umum ...12

1.3.2 Tujuan Khusus ...13

1.4Manfaat Penelitian ...13

1.4.1 Manfaat Teoritis ...13

1.4.2 Manfaat Praktis ...14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...15

2.1 Kajian Teori ...15

2.1.1 Hakikat belajar ...15

2.1.1.1 Pengertian Belajar ...15

2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil belajar ...17

2.1.2 Hakikat Pembelajaran ...18


(10)

x

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran ...19

2.1.3 Kualitas Pembelajaran ...21

2.1.3.1 Keterampilan Guru ...22

2.1.3.2 Aktivitas Siswa ...33

2.1.3.3 Hasil Belajar ...35

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ...43

2.1.4.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ...43

2.1.4.2 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ...45

2.1.4.3 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ...47

2.1.4.4 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan di SD ...48

2.1.4.5 Evaluasi dalam Pembelajaran IPS di SD ...49

2.1.5 Model Kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ....53

2.1.5.1 Pengertian Model Kooperatif ...53

2.1.5.2 Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) ...56

2.1.6 Media Pembelajaran ...61

2.1.6.1 Hakikat Media Pembelajaran ...61

2.1.6.2 Fungsi Media Pembelajaran ...62

2.1.6.3 Klasifikasi Media Pembelajaran ...63

2.1.6.4 Media Gambar ...64

2.1.7 Teori yang Mendasari Model Student Temas Achievement Divisions (STAD) dengan Media Gambar...66

2.1.7.1 Teori Belajar Kognitivisme ...66

2.1.7.2 Teori Belajar Kontruktivisme ...67

2.1.7.3 Teori Belajar Behavioristik ...68

2.1.8 Penerapan Model Student Temas Achievement Divisions (STAD) dengan Media Gambar ...69

2.2 Kajian Empiris ...70

2.3 Kerangka Berpikir ...74

2.4 Hipotesis Tindakan...77

BAB III METODE PENELITIAN ...78


(11)

xi

3.1.1 Perencanaan...79

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan ...80

3.1.3 Observasi ...80

3.1.4 Refleksi ...80

3.2 Perencanaan Tahap Penelitian...81

3.2.1 Siklus I ...81

3.2.1.1 Perencanaan...81

3.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan ...82

3.2.1.3 Observasi ...87

3.2.1.4 Refleksi ...87

3.2.2 Siklus II ...88

3.2.2.1 Perencanaan...88

3.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan ...89

3.2.2.3 Observasi ...94

3.2.2.4 Refleksi ...94

3.2.3 Siklus III ...95

3.2.3.1 Perencanaan...95

3.2.3.2 Pelaksanaan Tindakan ...95

3.2.3.3 Observasi ...100

3.2.3.4 Refleksi ...100

3.3 Subjek Penelitian ...101

3.4 Tempat Penelitian...101

3.5 Variabel Penelitian ...101

3.5.1 Variabel Masalah ...101

3.5.2 Variabel Tindakan ...102

3.6 Data dan Teknik Pengumpulan Data...102

3.6.1 Sumber Data ...102

3.6.1.1 Guru ...103

3.6.1.2 Siswa ...103

3.6.1.3 Data Dokumen ...103


(12)

xii

3.6.2 Jenis Data ...103

3.6.2.1 Data Kuantitatif ...103

3.6.2.2 Data Kualitatif ...104

3.6.3 Teknik Pengumpulan Data ...104

3.6.3.1 Teknik Tes ...104

3.6.3.2 Teknik Non Tes ...105

3.7 Teknik Analisis Data ...107

3.7.1 Data Kuantitatif ...107

3.7.2 Data Kualitatif ...109

3.8 Indikator Keberhasilan ...111

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...113

4.1 Hasil Penelitian ...113

4.1.1 Deskripsi Data Pra Siklus...113

4.1.2 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ...114

4.1.2.1 Perencanaan...114

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan ...115

4.1.2.3 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ...118

4.1.2.4 Refleksi Siklus I ...139

4.1.2.5 Perbaikan Siklus I ...141

4.1.2.6 Rekapitulasi Data Siklus I ...143

4.1.3 Deskripsi Data Pelaksanaan Data Siklus II ...144

4.1.3.1 Perencanaan...144

4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan ...145

4.1.3.3 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ...148

4.1.3.4 Refleksi Siklus II ...168

4.1.3.5 Perbaikan Siklus II ...170

4.1.3.6 Rekapitulasi Data Siklus II ...172

4.1.4 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III ...173

4.1.4.1 Perencanaan...173

4.1.4.2 Pelaksanaan Tindakan ...174


(13)

xiii

4.1.4.4 Refleksi Siklus III ...196

4.1.4.5 Rekapitulasi Data Siklus III ...197

4.2 Pembahasan ...199

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ...199

4.2.1.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru ...199

4.2.1.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ...218

4.2.1.3 Hasil Belajar Siswa ...238

4.2.2 Uji Hipotesa ...246

4.2.3 Implikasi Hasil Penelitian ...247

4.2.3.1 Implikasi Teoritis ...247

4.2.3.2 Implikasi Praktis ...247

4.2.3.3 Implikasi Pedagogis ...248

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...249

5.1 Simpulan ...249

5.2 Saran ...250

5.2.1 Secara Teoritis ...251

5.2.2 Secara Praktis ...251

DAFTAR PUSTAKA ...253


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V ...47

Tabel 2.2 Tahap Perkembangan Kognitif Anak ...49

Tabel 2.3 Sintak Pembelajaran Kooperatif ...56

Tabel 2.4 Pembagian Kelompok Berdasarkan Tingkat Kemampuan ...58

Tabel 2.5 Penetapan Skor Kuis ...59

Tabel 2.6 Kriteria Kelompok ...60

Tabel 3.1 Perencanaan Pembelajaran Siklus I ...82

Tabel 3.2 Perencanaan Pembelajaran Siklus II ...88

Tabel 3.3 Perencanaan Pembelajaran Siklus III ...95

Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Belajar ...109

Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkatan Nilai untuk Menentukan Tingkatan Nilai pada Keterampilan Guru dan Aktivitas Siswa ...110

Tabel 3.6 Kriteria Tingkat Keberhasilan Keterampilan Guru ...111

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Keberhasilan Aktivitas Siswa ...111

Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkatan Nilai Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif ...111

Tabel 3.9 Klasifikasi Tingkatan Nilai Hasil Belajar Ranah psikomotor ...111

Tabel 4.1 Perencanaan Pembelajaran Siklus I ...114

Tabel 4.2 Data Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I ...119

Tabel 4.3 Data Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ...125

Tabel 4.4 Hasil Analisis Tes Evaluasi Siklus I ...131

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I ...133

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus I ...135

Tabel 4.7 Nilai Kuis dan Nilai Kelompok Siklus I ...137

Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Siklus I ...143

Tabel 4.9 Perencanaan Pembelajaran Siklus II ...145

Tabel 4.10 Data Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II ...149

Tabel 4.11 Data Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ...155

Tabel 4.12 Hasil Analisis Tes Evaluasi Siklus II ...161

Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus II ...162 Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor


(15)

xv

Siklus II ...165

Tabel 4.15 Nilai Kuis dan Nilai Kelompok Siklus II ...167

Tabel 4.16 Rekapitulasi Data Siklus II ...172

Tabel 4.17 Perencanaan Pembelajaran Siklus III ...173

Tabel 4.18 Data Pengamatan Keterampilan Guru Siklus III...177

Tabel 4.19 Data Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ...183

Tabel 4.20 Hasil Analisis Tes Evaluasi Siklus III ...189

Tabel 4.21 Hasil Pengamatan Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus III ...190

Tabel 4.22 Hasil Pengamatan Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus III ...193

Tabel 4.23 Nilai Kuis dan Nilai Kelompok Siklus III ...195

Tabel 4.24 Rekapitulasi Data Siklus III ...198

Tabel 4.25 Peningkatan Keterampilan Guru ...199

Tabel 4.26 Peningkatan Aktivitas Siswa ...218

Tabel 4.27 Rekapitulasi Hasil Belajar pada Ranah Kognitif ...240

Tabel 4.28 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif...242

Tabel 4.29 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor ...243


(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir ...76 Bagan 3.1 Tahapan-tahapan dalam Pelaksanaan PTK ...78


(17)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Diagram Keterampilan Guru Siklus I ...120

Diagram 4.2 Diagram Aktivitas Siswa pada Siklus I ...126

Diagram 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I ...132

Diagram 4.4 Diagram Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus I ...133

Diagram 4.5 Diagram Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus I ...136

Diagram 4.6 Rekapitulasi Data Siklus I ...144

Diagram 4.7 Diagram Keterampilan Guru Siklus II ...150

Diagram 4.8 Diagram Aktivitas Siswa pada Siklus II ...156

Diagram 4.9 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Aspek Kognitif ...162

Diagram 4.10 Diagram Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus II ...163

Diagram 4.11 Diagram Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus II ...165

Diagram 4.12 Rekapitulasi Data Siklus II...172

Diagram 4.13 Diagram Keterampilan Guru Siklus III ...178

Diagram 4.14 Diagram Aktivitas Siswa pada Siklus III ...184

Diagram 4.15 Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus III ...190

Diagram 4.16 Diagram Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Siklus III ...191

Diagram 4.17 Diagram Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor Siklus III...193

Diagram 4.18 Rekapitulasi Data Siklus III ...198

Diagram 4.19 Peningkatan Keterampilan Guru ...217

Diagram 4.20 Peningkatan Aktivitas Siswa ...238

Diagram 4.21 Rekapitulasi Nilai Rata-rata, Nilai Terendah, dan Nilai Tertinggi pada Siklus I-III ...240

Diagram 4.22 Peningkatan Presentase Ketuntasan Klasikal Siklus I-III ...241

Diagram 4.23 Peningkatan Hasil Belajar Ranah Afektif ...243

Diagram 4.24 Peningkatan Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siklus I-III ...244


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Penetapan Indikator ...257

Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen ...270

Lampiran 3 Lembar Pengamatan ...276

Lampiran 4 Perangkat Pembelajaran ...297

Lampiran 5 Hasil Pengamatan Keterampilan Guru ...455

Lampiran 6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ...477

Lampiran 7 Hasil Belajar Siswa ...486

Lampiran 8 Hasil Pengamatan Karakter Siswa ...490

Lampiran 9 Hasil Pengamatan Psikomotor Siswa ...499

Lampiran 10 Hasil Catatan Lapangan ...514

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian ...520

Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian ...526

Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian ...527


(19)

1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan upaya pemerintah meningkatkan mutu sumber daya manusia. Pengertian pendidikan menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Suatu sistem pendidikan agar tujuan pendidikan dapat tercapai sesuai dengan rencana maka dibutuhkan suatu pengaturan mengenai pendidikan itu sendiri yang disebut kurikulum. Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1 ayat 19 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang


(20)

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kualifikasi kemampuan lulusan dalam KTSP mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dinamakan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk: (1) pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; (2) kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 36 ayat 1 dan 2).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB, dimana IPS dalam pembelajarannya mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,


(21)

pemahaman, dan kemampuan menganalisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (BNSP 2007: 575).

Tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP, 2007: 575).

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada saat Pengalaman Praktik Lapangan II melalui data evaluasi hasil belajar siswa ditemukan bahwa pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang prestasi belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 65, dikarenakan saat pembelajaran guru cenderung konvensional dalam mengajar, guru kurang optimal dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar. Ditandai dengan belum disampaikannya tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan guru tidak memberikan motivasi pada siswa sebelum pembelajaran dimulai (keterampilan membuka pelajaran). Guru kurang variatif dalam penggunaan media pembelajaran saat pemberian materi pada siswa, guru masih menggunakan papan tulis dan buku siswa sebagai media pembelajaran sehingga proses pembelajaran kurang menarik dan menyenangkan (keterampilan mengadakan variasi dan keterampilan menjelaskan). Selain itu kurangnya


(22)

pengarahan, perhatian dan pemberian penguatan saat diskusi kelas berlangsung menjadikan siswa kurang aktif dalam pembelajaran, bahkan hanya beberapa siswa saja yang aktif melakukan diskusi sedangkan siswa yang lain lebih asyik dengan kegiatannya sendiri seperti bermain sendiri dan bicara dengan temannya (keterampilan mengelola kelas, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan memberikan penguatan). Guru kurang merata saat memberikan pertanyaan secara lisan kepada siswa, hanya pada siswa tertentu sehingga siswa yang lain masih banyak yang belum paham mengenai materi yang disampaikan guru (keterampilan bertanya). Guru juga belum sepenuhnya memberikan perhatian yang merata pada siswa, sehingga masih ada siswa yang gaduh dan mengganggu siswa lainnya (keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan). Saat mengakhiri pelajaran, guru belum optimal dalam mengajak siswa untuk menyimpulkan materi atau menanyakan materi yang telah dipelajari (keterampilan menutup pelajaran).

Aspek aktivitas siswa pada pembelajaran IPS juga belum optimal. Hal ini sesuai dengan hasil refleksi dengan guru kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang diperoleh informasi bahwa siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, karena kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered). Siswa masih kurang dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, yaitu dapat dilihat bahwa banyak siswa yang tidak membawa buku pegangan siswa (aktivitas mental). Siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, dapat dilihat bahwa perhatian siswa saat guru menjelaskan materi masih kurang bahkan siswa sibuk sendiri seperti bicara dengan teman di


(23)

sebelahnya dan membuat gaduh (aktivitas visual, aktivitas mendengarkan, aktivitas emosional, ranah afektif). Pada saat diskusi kelompok, masih banyak siswa yang tidak ikut aktif dalam menjawab soal lembar kerja kelompok yang diberikan oleh guru, hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan soal (aktivitas emosional, aktivitas mental, aktivitas menulis, ranah psikomotor). Siswa cenderung malas mencatat materi atau hal-hal penting yang disampaikan guru, sehingga guru harus mengingatkan siswa agar siswa mau mencatat materi yang disampaikan guru (aktivitas menulis, aktivitas emosional, ranah afektif). Siswa juga kurang aktif dalam bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh guru dan siswa enggan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari (aktivitas lisan, aktivitas mental).

Selain itu, dari hasil evaluasi mata pelajaran IPS pada siswa kelas V semester I SDN Tugurejo 01 Semarang tahun pelajaran 2014/2015 dari 40 siswa terdapat 25 siswa (62,5%) hasil belajar IPS masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 65, dan hanya 15 siswa (37,5%) yang tuntas. Rata-rata nilai ulangan harian sebesar 65,7 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 94. Dapat dilihat bahwa ketuntasan klasikal masih di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sehingga perlu adanya tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa (ranah kognitif).

Pernyataan tersebut didukung temuan kajian di lapangan oleh Depdiknas (2007) ada suatu kecenderungan pemahaman yang salah bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan. Pemahaman seperti ini berakibat pada pembelajaran yang lebih menekankan pada verbalisme. Guru dalam


(24)

menerapkan metode pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang variatif, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah bahkan menyuruh siswa untuk mencatat. Selain itu guru masih berorientasi pada buku teks, dan tidak mengacu pada dokumen kurikulum. Padahal seharusnya guru mampu menjabarkan dan mengembangkan kurikulum agar ketercapaian tujuan pembelajaran dapat maksimal. Hal tersebut menjadikan pembelajaran kurang variatif dan tidak mengaktifkan siswa. Siswa mendengarkan penjelasan guru yang mengejar ketercapaian materi saja tanpa membuat siswa paham. Hal ini kurang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat berpikir kritis.

Berdasarkan data yang diperoleh, permasalahan pembelajaran tersebut merupakan masalah yang sangat penting dan mendesak, sehingga perlu dicarikan alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SDN Tugurejo 01 Semarang. Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, tim kolaborator menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan keterampilan guru. Maka untuk memecahkan permasalahan tersebut dapat menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif, yaitu model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan menggunakan media gambar.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, karena pendekatan kooperatif menekankan pada tugas kelompok. Model Student Teams


(25)

Achievement Divisions (STAD) dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran yang menyenangkan di kelas. Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim menurut Slavin (2015: 143). Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) mengelompokkan siswa secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras dan etnis. Selain melalui diskusi kelompok, siswa juga diuji secara individual melalui kuis-kuis. Dengan demikian model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan keaktifan siswa (Huda, 2013 : 116).

Suatu pembelajaran akan lebih optimal dengan adanya media sebagai pendukung. Hamdani (2011: 73) menyebutkan media pembelajaran harus meningkatkan motivasi siswa. Menurut Hamdani (2011 : 262) secara khusus, media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya menyangkut manusia, peristiwa, benda, tempat, dan sebagainya. Media gambar dapat menunjang pembelajaran IPS sehingga proses pembelajaran berjalan kondusif. Dengan adanya media gambar, diharapkan dapat menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS, sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.

Penerapan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan media gambar akan memberikan dampak positif pada siswa, yaitu siswa menjadi lebih antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran, menumbuhkan motivasi


(26)

belajar siswa, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif siswa, dengan demikian hasil belajar siswa dapat lebih optimal.

Beberapa hasil penelitian yang memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian melalui model STAD dengan media gambar adalah penelitian yang

dilakukan oleh Diah Widoretno dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran IPS Kelas IV SDK YBPK Surabaya”. Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa kelas IV SDK YBPK Surabaya yang berjumlah 15 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Pada pelaksanaan tindakan terhadap 4 tahapan yang harus dilakukan yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan dan evaluasi, (4) analisis dan refleksi.Hasil dari penelitian ini adalah: (1) pada siklus I aktivitas guru mencapai 68,1%, siklus II aktivitas guru mencapai 79,2%, dan siklus III aktivitas guru mencapai 94,4%.; (2) aktivitas siswa pada siklus I mencapai 72,9%, siklus II aktivitas siswa mencapai 79,2% , dan siklus III aktivitas siswa mencapai 95,8%; (3) dan data hasil tes siswa pada siklus I mencapai 66,7%, pada siklus II mencapai 73,3% dan pada siklus III mencapai 86,7%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDK YBPK Surabaya.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Tutik Nuryati dengan judul

“Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas IV SDN Ujung VIII/33 Surabaya”. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SDN Ujung VIII/33


(27)

Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dengan setiap siklus terdapat empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, serta refleksi. Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode observasi untuk mengukur aktivitas guru dan siswa, sedangkan untuk hasil belajar siswa menggunakan alat evaluasi yang berupa tes tertulis yang dilakukan peneliti dan dua observer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas guru pada siklus I sebesar 62,5%, siklus II sebesar 68,18%, dan siklus III sebesar 83,33%. Pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran yaitu siklus I sebesar 60,4%, siklus II sebesar 70,45%, dan siklus III sebesar 83,33%. Sedangkan pada hasil belajar siswa yang diperoleh dari siklus I sebesar 61,34% dengan ketuntasan belajar 44%, siklus II sebesar 67,24% dengan ketuntasan belajar 60%, dan siklus III sebesar 77,2% dengan ketuntasan belajar 84%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media gambar sangat efektif apabila diterapkan pada siswa kelas IV SDN Ujung VIII/33 Surabaya, khususnya pada mata pelajaran IPS. Dengan demikian penggunaan media gambar dalam pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa sehingga kualitas pembelajaran meningkat.

Berdasarkan ulasan tersebut, maka peneliti mengkaji lebih lanjut melalui

penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS

Melalui Model STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang”.


(28)

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH 1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, secara umum dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang ?

Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

a. Bagaimanakah penggunaan model STAD dengan media gambar dalam meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang?

b. Bagaimanakah penggunaan model STAD dengan media gambar dalam meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang?

c. Bagaimanakah penggunaan model STAD dengan media gambar dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Berdasarkan diskusi bersama guru kolaborator, bertolak dari akar penyebab masalah dan didasarkan pada kajian teori maka didapatkan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan media gambar untuk pemecahan masalah.

Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan pendekatan cooperative learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai


(29)

materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Media gambar merupakan media dengan penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut :

a. Guru mempersiapkan rancangan pembelajaran dengan membuat RPP, LKS, bahan ajar, dan media gambar.

b. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan berdoa dan mengajak siswa bernyanyi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa (penyampaian tujuan dan motivasi).

c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa (pembagian kelompok).

d. Guru menjelaskan materi kepada siswa dengan menggunakan media gambar (presentasi dari guru).

e. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang dijelaskan.

f. Guru memberikan lembar kerja siswa (LKS).

g. Guru memberi tugas kelompok kepada siswa (kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)).

h. Siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru. Siswa diminta saling bertukar pendapat dan diskusi sampai semua anggota kelompok memahami materi (kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)).


(30)

i. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa secara individu. Perolehan nilai kuis setiap anggota kelompok menentukan skor yang diperoleh kelompok (kuis (evaluasi)).

j. Siswa menjawab kuis/pertanyaan yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok berlomba-lomba mengumpulkan nilai melalui kuis yang diberikan guru (kuis (evaluasi)).

k. Guru memberikan tanggapan terhadap hasil jawaban siswa.

l. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

m. Guru memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengukur pemahaman siswa.

n. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dan kelompok yang mendapat nilai tertinggi saat kegiatan belajar mengajar (penghargaan prestasi tim).

o. Guru memberikan kesimpulan terhadap kegiatan pembelajaran dan menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang.


(31)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS melalui model STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang.

b. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang.

c. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model STAD dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Tugurejo 01 Semarang.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara lebih rinci diharapkan penelitian ini memberi manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat bagi penulis dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh selama di perkuliahan. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi dalam menindaklanjuti hasil penilaian yang berbeda. Secara teoritis model STAD dengan media gambar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi atau pendukung penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPS.


(32)

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi: a. Guru

Implementasi model STAD dengan media gambar di SD diharapkan dapat mendorong guru dalam mengadakan modifikasi pembelajaran dengan menerapkan dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Guru juga dapat lebih terampil dalam mengelola pembelajaran di kelas.

b. Siswa

Penerapan model STAD dengan media gambar pada pembelajaran IPS di SD diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa di kelas dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan penerapan model STAD diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui kuis/pertanyaan yang diberikan guru. Penggunaan media gambar diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dan menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS di kelas.

c. Sekolah

Dapat menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran di sekolah serta dapat memberikan kontribusi yang lebih baik dalam perbaikan pembelajaran, sehingga mutu sekolah dapat meningkat.


(33)

15 2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Menurut Hamdani (2011: 21) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Rifa‟i dan Anni (2011: 82)

menjelaskan bahwa belajar adalah proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang. Sejalan dengan hal tersebut, Muhibbin (2013: 68) menyebutkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Berdasarkan pengertian belajar tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang belum diperoleh sebelumnya, berdasarkan pengalaman dan latihan yang diperoleh dengan adanya interaksi terhadap lingkungan.

Adapun unsur-unsur yang terdapat di dalam belajar menurut Gagne


(34)

a. Peserta didik

Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga belajar, dan peserta pelatihan. Peserta didik memiliki organ pengindraan yang digunakan untuk menangkap rangsang. Rangsang (stimulus) yang diterima oleh pembelajar kemudian diorganisir dalam bentuk kegiatan syaraf, beberapa rangsangan tersebut disimpan di dalam memorinya. Kemudian memori tersebut diterjemahkan ke dalam tindakan yang dapat diamati seperti gerakan syaraf atau otot dalam merespon stimulus.

b. Rangsangan (stimulus)

Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung dan orang adalah stimulus yang selau berada di lingkungan seseorang.agar pembelajaran mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.

c. Memori

Memori yang ada pada peserta didik berisi pelbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya.

d. Respon

Respon merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori. Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam peserta didik dapat diamati pada akhir proses belajar yang disebut dengan perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance).


(35)

2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Keberhasilan proses belajar seseorang tidak terlepas dari adanya faktor faktor yang mempengaruhi belajar itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2010: 54) dibedakan atas dua kategori, yaitu:

a. Faktor intern (faktor yang berasal dari dalam)

Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1) Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dn kesiapan.

3) Faktor kelelahan, meliputi kelehan jasmani dan kelelhan rohani b. Faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar)

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga

2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, metode belajar.

3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul.

Sardiman (2012: 25) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut:


(36)

a. Faktor internal

Faktor internal dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Faktor fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebaginya.

2) Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motivasi, kognitif dan daya nalar.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Faktor lingkungan, dapat berupa lingkungan fisik atau alam.

2) Faktor instrumental, faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor eksternal ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar diri siswa). 2.1.2 Hakikat Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Rusman, 2014: 134).

Gagne (dalam Rifa‟i dan Anni, 2011: 192) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang


(37)

untuk mendukung proses internal belajar sehingga memungkinkan siswa memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut aliran behavioristik (Hamdani, 2011: 23), pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus.

Berdasarkan pengertian dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar yang dirancang oleh guru baik melalui interaksi langsung maupun interaksi tidak langsung untuk mencapai hasil belajar dengan ditunjukkan adanya perubahan tingkah laku pada siswa.

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran

Suprihatiningrum (2014: 85-92) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, diantaranya siswa, pendidik, tenaga nonpendidik dan lingkungan.

a. Siswa

Pada hakikatnya, siswa adalah manusia yang memerlukan bimbingan belajar dari orang lain yang mempunyai suatu kelebihan. Karakteristik siswa sangat penting diketahui oleh pendidik dan pengembang pembelajaran karena sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Beberapa karakteristik siswa yang perlu diperhatikan adalah: 1) kemampuan; 2) motivasi; 3) perhatian; 4) persepsi; 5) ingatan; 6) lupa; 7) retensi; dan 8) transfer.


(38)

b. Pendidik

Pada hakikatnya, pendidik adalah seseorang yang karena kelebihannya atau kemampuannya diberikan pada orang lain melalui proses yang disebut pendidikan. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik meliputi: kompetensi pribadi, (personal), kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

c. Tenaga Nonpendidik

Tenaga nonpendidik meliputi tiga kelompok, yaitu pimpinan (pengelola), staf administrasi, dan tenaga bantu. Pemimpin bertugas mengelola dan mengendalikan lembaga pendidikan. Tenaga staf administrasi, merupakan tenaga yang membantu secara administrasi pada masing-masing pengelola. Tenaga bantu membantu tugas nonadministrasi .

d. Lingkungan

Lingkungan merupakan situasi dan kondisi tempat lembaga pendidikan itu berada. Lingkungan alami fisik dan nonfisik serta lingkungan buatan akan sangat berpengaruh bagi keberhasilan lembaga pendidikan (keberhasilan belajar) sehingga perlu disesuaikan/ menyesuaikan lembaga dengan lingkungan tersebut. Menyesuaikan dengan lingkungan dengan memberikan batasan-batasan. Misalnya, dekat pasar, lembaga pendidikan tersebut dipagar, membuat peraturan-peraturan yang menguntungkan pembelajarn, disesuaikan dengan cara menciptakan lingkungan baru (lingkungan buatan sehingga dapat dirancang sesuai keperluan pembelajaran).


(39)

2.1.3 Kualitas Pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasaran. Efektivitas belajar meliputi beberapa aspek yaitu peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, perubahan sikap, perilaku, kemampuan adaptasi, peningkatan integrasi, peningkatan partisipasi dan peningkatan interaksi kultural (Hamdani, 2011: 194).

Sejalan dengan pendapat Hamdani, eztoni (dalam Daryanto, 2013: 57) menjelaskan kualitas sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Kualitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah peningkatan tujuan pembelajaran yang meliputi beberapa aspek yaitu peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, perubahan sikap, perilaku, kemampuan adaptasi, peningkatan integrasi, peningkatan partisipasi dan peningkatan interaksi kultural.

Depdiknas (2004: 7) menjelaskan terdapat tujuh komponen kualitas pembelajaran: a. keterampilan guru berupa kecakapan melaksanakan pembelajaran demi tercapainya tujuan yang ditetapkan; b. aktivitas siswa adalah segala bentuk kegiatan siswa baik secara fisik maupun non-fisik; c. hasil belajar siswa yaitu perubahan perilaku setelah mengalami aktivitas belajar; d. iklim mengacu pada interaksi antar komponen seperti guru dan siswa; e. materi disesuaikan dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai; f. media


(40)

merupakan alat bantu untuk memberikan pengalaman belajar pada siswa, dan g. sistem pembelajaran adalah proses yang terjadi di sekolah.

Penelitian ini akan mengkaji kualitas pembelajaran dengan penekanan pada tiga indikator, yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Lebih jelasnya ketiga indikator tersebut akan dijabarkan sebagai berikut: 2.1.3.1 Keterampilan Guru

Guru memiliki peran yang besar selama proses pembelajaran. Guru wajib menguasai berbagai keterampilan dasar dalam mengajar yang dibutuhkan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus guru punyai dalam mengajar. Dengan pemilikan keterampilan dasar mengajar diharapkan guru dapat mengoptimalkan peranannya.

Keterampilan dasar yang harus dimiliki guru menurut Anitah (2009:7.2) bersifat generik, artinya sangat perlu dikuasai oleh seorang guru atau pendidik. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar yang baik, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) merupakan suatu karakteristrik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah berubah bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan professional (Rusman, 2014:80).

Rusman (2014: 80) menjelaskan keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui sembilan keterampilan


(41)

mengajar, meliputi: keterampilan membuka pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, keterampilan pembelajaran perseorangan, dan keterampilan menutup pelajaran.

a. Keterampilan membuka pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memulai pembelajaran. Kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan guru, karena dengan awal yang baik dalam proses belajar akan memengaruhi jalannya kegiatan belajar selanjutnya. Bila berhasil melakukan kegiatan pembukaan, maka sangat dimungkinan kegiatan inti dan penutup akan dapat berhasil pula. Usman (dalam Rusman, 2014: 81) menjelaskan komponen-komponen dalam membuka pelajaran sebagai berikut: 1) menarik perhatian siswa dengan gaya mengajar, penggunaan media pembelajaran, dan pola interaksi pembelajaran yang bervariasi; 2) menimbulkan motivasi, disertai kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memerhatikan minat siswa; 3) memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan didiskusikan, dan mengajukan beberapa pertanyaan; 4) memberikan apersepsi (memberi kaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari) sehingga materi yang dipelajari merupakan suatu kesatuan yang utuh yang tidak terpisah-pisah.


(42)

Menurut Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa yang dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan adalah:

1) Menyiapkan secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran 2) Melakukan apersepsi, yaitu mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan

materi yang akan dipelajari.

3) Menjelaskan tujuan atau kompetensi dasar yang akan dicapai

4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengansilabus dan RPP

b. Keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik. Kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru, tidak hanya bertujuan untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan guru tidak semata-mata bertujuan mendapatkan informasi tentang pengetahuan siswanya tetapi yang jauh lebih penting adalah untuk mendorong para siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Rusman (2014: 82) dalam kegiatan pembelajaran, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa,


(43)

yaitu: 1) meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran; 2) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan; 3) mengembangkan pola berfikir dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya; 4) menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik; 5) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang didiskusikan.

Ada beberapa macam keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru, yaitu:

1) Keterampilan bertanya dasar

Rusman (2014:82-83) menyebutkan komponen keterampilan bertanya dasar meliputi : pengungkapan pertanyaan secara jelas, singkat, dan mudah dipahami siswa, pemberian acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran, penyebaran pertanyaan, pemberian waktu berpikir, dan pemberian tuntutan. 2) Keterampilan bertanya lanjutan.

Komponen bertanya lanjut menurut Joni (1985:43-47) antara lain:

a) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan. Pertanyaan yang dikemukakan guru dapat mengundang proses mental yang berbeda-beda. Ada yang menuntut proses mental yang rendah, dan ada pula pertanyaan yang menuntut proses mental yang lebih tinggi. Oleh karena itu, guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya dapat berusaha mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat yang sekedar mengingat kembali fakta-fakta yang


(44)

telah dipelajari siswa, ke berbagai tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti tingkat pemahaman, tingkat penerapan, analisis, sintetis dan evaluasi.

b) Pengaturan urutan pertanyaan. Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya lebih rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks guru hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa.

c) Penggunaan pertanyaan pelacak. Jika jawaban yang diberikan siswa dinilai oleh guru benar, tetap masih dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna maka guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. Setidaknya ada tujuh tehnik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru, meliputi: klasifikasi, meminta siswa memberikan alasan, meminta kesempatan pandangan, meminta ketepatan jawaban, meminta jawaban yang lebih relevan, meminta contoh dan meminta jawaban yang lebih kompleks.

d) Peningkatan terjadinya reaksi. Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi atau menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral. Guru dapat melakukan dengan dua cara, antara lain: guru mencegah pertanyaannya dijawab oleh seorang siswa, tetapi siswa diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya bersama teman terdekatnya. Cara yang kedua, jika siswa mengajukan pertanyaan, guru


(45)

tidak menjawab pertanyaan tersebut, tetapi melontarkan kembali pertanyaan tersebut kepada siswa untuk didiskusikan.

c. Keterampilan memberi penguatan

Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal, dan nonverbal dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan dan menghindari penggunaan respon negatif.

Rusman (2014: 84) penguatan memiliki pengaruh yang positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut: 1) meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran; 2) merangsang dan meningkatkan motivasi belajar; 3) meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif; 4) menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa; 5) membiasakan kelas kondusif penuh penghargaan dan penguatan.

Komponen-komponen dalam keterampilan memberi penguatan adalah: 1) Penguatan verbal; penguatan ini dapat dinyatakan dalam 2 bentuk yaitu kata

atau kalimat pujian.

2) Penguatan nonverbal; yaitu berupa gerak mendekati, mimik dan gerak badan, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, pemberian simbol atau benda, dan penguatan tak penuh (Anitah, dkk., 2009: 7.25).

d. Keterampilan mengadakan variasi

Variasi merupakan keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam


(46)

pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran bertujuan untuk: 1) menghilangkan kebosanan peserta didik dalam pembelajaran; 2) mening-katkan motivasi peserta didik terhadap materi standar yang relevan; 3) me-ningkatkan minat dan keingintahuan siswa; 4) melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam; 5) meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran (Anitah, dkk., 2009: 7.39).

Guru harus mempunyai keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran, baik dalam bentuk variasi gaya mengajar, variasi interaksi dengan siswa, dan variasi penggunaan media pembelajaran. Setelah guru mempunyai keterampilan bervariasi diharapkan siswa dapat mempunyai motivasi belajar yang tinggi sehingga pembelajaran akan berlangsung secara maksimal.

Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yakni:

1) Variasi gaya mengajar: variasi suara (rendah, tinggi, besar, kecil), memusatkan perhatian, membuat kesenyapan sejenak, mengadakan kontak pandang dengan peserta didik, variasi gerakan badan dan mimic, serta mengubah posisi (di depan kelas, keliling di tengah kelas, dan kebelakang tapi jangan mengganggu suasana pembelajaran).

2) Variasi penggunaan media dan sumber belajar: variasi alat dan bahan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dimanipulasi, srta penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar.


(47)

3) Variasi pola interaksi: variasi dalam pengelompokkan peserta didik, variasi tempat kegiatan pembelajaran, variasi pola pengaturan guru, variasi dalam pengaturan hubungan guru dengan peserta didik.

4) Variasi dalam kegiatan pembelajaran: penggunaan metode pembelajaran, media dan sumber belajar, pemberian contoh dan ilustrasi, interaksi dan kegiatan peserta didik (Joni, 1985: 88 - 90).

e. Keterampilan menjelaskan

Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya suatu hubungan. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan.

Komponen keterampilan menjelaskan meliputi keterampilan merencanakan penjelasan dan keterampilan menyajikan penjelasan, secara rinci yaitu: 1) merencanakan penjelasan meliputi: isi pesan (materi) dan penerima pesan (siswa); 2) menyajikan suatu penjelasan meliputi: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, penggunaan balikan (Rusman, 2014: 87).

Keterampilan menjelaskan harus dikuasai oleh guru agar siswa memperoleh pemahaman yang utuh dan jelas tentang materi yang disampaikan guru. Berkenaan dengan keterampilan menjelaskan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru, antara lain:


(48)

1) Keterkaitan dengan tujuan. Apapun yang dilakukan guru dalam menjelaskan materi pelajaran harus bermuara pada pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2) Relevan antara penjelasan dengan ,ateri dan karakteristik siswa. 3) Kebermaknaan.

4) Dinamis.

5) Penjelasan dilakukan dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan kegiata penutup. f. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan suatu proses belajar yang dilakukan dalam kerjasama kelompok yang bertujuan memecahkan suatu permasalahan, mengkaji konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan keterampilan dasar mengajar yang diperlukan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan guru, agar diskusi kelompok kecil dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran adalah topik yang sesuai, pembentukan kelompok secara tepat, pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat berpartisipasi aktif.

Komponen-komponen yang perlu dikuasai guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu : 1) memusatkan perhatian; 2) memperjelas masalah atau urunan pendapat; 3) menganalisa pandangan siswa; 4) mening-katkan urunan siswa; 5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi; 6) menutup diskusi; 7) menghindari dalam mendominasi diskusi (Rusman, 2014: 89).


(49)

g. Keterampilan mengelola kelas

Anitah, dkk. (2009: 8.43) menjelaskan keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran demi mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal. Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan siswa, dan penciptaan disiplin belajar secara sehat. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, luwes, penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri.

Komponen-komponen dalam pengelolaan kelas adalah: 1) keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal; 2) keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal; 3) menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah (Rusman, 2014: 90).

h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan antara lain: 1) keterampilan untuk mengadakan pendekatan secara pribadi; 2)


(50)

keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran; 3) keterampilan membimbing dan memudahkan belajar siswa; 4) keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Anitah, dkk., 2009: 8.56-8.62).

i. Keterampilan menutup pelajaran

Keterampilan menutup pelajaran merupakan keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa dan mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. Usman (dalam Rusman, 2014: 92) menyebutkan komponen menutup pelajaran, yaitu: 1) meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran; 2) melakukan evaluasi antara lain dengan cara mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri, dan memberikan soal-soal tertulis.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa proses pembelajaran di kelas berkaitan erat dengan keterampilan mengajar guru dalam menciptakan pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Keterampilan mengajar merupakan usaha yang dilaksanakan oleh guru melalui bahan pengajaran yang diarahkan kepada siswa agar dapat membawa perubahan tingkah laku pada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Indikator keterampilan guru yang sesuai dengan model STAD dengan media gambar diantaranya yaitu : 1) mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran); 2) melakukan apersepsi (keterampilan membuka pelajaran); 3) memberikan motivasi


(51)

(keterampilan membuka pelajaran); 4) membacakan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran); 5) membentuk kelompok diskusi secara heterogen (keterampilan mengelola kelas); 6) menyajikan materi pada siswa (keterampilan menjelaskan); 7) menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran (keterampilan menjelaskan dan keterampilan mengadakan variasi); 8) melakukan tanya jawab dengan siswa (keterampilan bertanya); 9) membimbing siswa dalam diskusi kelompok (keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil); 10) memberikan kuis/pertanyaan kepada semua siswa berdasarkan kelompoknya (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan); 11) memberikan penguatan terhadap hasil jawaban siswa (keterampilan memberi penguatan); 12) membimbing siswa menyimpulkan materi (keterampilan menutup pelajaran); 13) menutup pelajaran (keterampilan menutup pelajaran).

2.1.3.2 Aktivitas Siswa

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Apabila ada seseorang yang sedang belajar disuatu ruangan, tetapi pikiran seseorang tersebut tidak fokus terhadap apa yang dipelajari di ruangan itu, hal ini menunjukkan ketidakserasian antara aktivitas fisik dan akifitas mental, jika demikian maka belajar tidak akan maksimal. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus selalu berkait (Sardiman, 2012: 100).

Dierich (dalam Sardiman, 2012 : 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagai berikut:

a. Aktivitas visual (Visual activity)

Komponen-komponennya: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati demonstrasi, pameran, atau mengamati orang lain bekerja atau bermain.


(52)

b. Aktivitas lisan (Oralactivity)

Komponen-komponennya: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. c. Aktivitas mendengarkan (Listening activity)

Komponen-komponennya: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu diskusi.

d. Aktivitas menulis (Writing activity)

Komponen-komponennya: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.

e. Aktivitas menggambar (Drawing activity)

Komponen-komponennya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Aktivitas metric (Motor activity)

Komponen-komponennya: melakukan percobaan, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan pameran, menari dan berkebun.

g. Aktivitas mental (Mental activity)

Komponen-komponennya: melihat hubungan-hubungan, memecahkan masalah, menganalisa, mengambil keputusan.

h. Aktivitas emosional ( Emotionalactivity)

Komponen-komponennya: menaruh minat, gembira, merasa bosan, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa sangat menentukan pola aktivitas belajar. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses belajar baik fisik maupun psikis (mental) yang merupakan satu kesatuan tidak dapat terpisahkan. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, berpendapat, mengerjakan tugas tugas yang relevan, menjawab pertanyaan guru atau siswa dan bisa dengan bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Siswa melakukan aktivitas dengan tujuan memperoleh suatu pengetahuan dan pengalaman.


(53)

Aktivitas siswa dengan model STAD dengan media gambar diantaranya yaitu : visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, mental activities, emosional activites.

Adapun indikator aktivitas siswa yang dibahas dalam penelitian ini adalah : 1) mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran (emotional activity); 2) menunjukkan sikap bersemangat dan gembira dalam pembelajaran (emotional activity); 3) memperhatikan guru menjelaskan materi (listening activity); 4) mengamati gambar yang ditampilkan guru (visual activity); 5) mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran (writing activity); 6) aktif dalam kegiatan diskusi kelompok (mental activity); 7) menjawab setiap kuis/pertanyaan yang diberikan guru (mental activity); 8) bertanya mengenai materi yang belum dipahami (oral activity); 9) memberikan tanggapan terhadap hasil jawaban kuis siswa yang dibacakan (oral activity); 10) melakukan refleksi dan evaluasi terhadap hasil pembelajaran (mental activity dan writing activity).

2.1.3.3 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan

konsep. Rifa‟i dan Anni (2011: 85) menjelaskan perubahan perilaku yang harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan siswa. Menurut Hamalik (2013: 30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar ini akan tampak pada setiap aspek tingkah laku manusia, yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan,


(54)

keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap.

Menurut Suprijono (2012: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut.

a. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual, yaitu emampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya.

d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakuakan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisasi gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan mnerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Hasil belajar mencakup tiga aspek, yaitu : aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bloom (dalam Rifa‟i dan Anni, 2011: 86-91) bahwa tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain). Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),


(55)

penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian (evaluation). Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), pembentukan pola hidup (organization by a value complex). Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti kemampuan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Adapun kategori jenis perilaku dalam ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson adalah persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originality).

a. Ranah kognitif

Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah seperti pengetahuan komperehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif. Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampe tingkat yang lebih tinggi, yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas enam tingkatan yang secara hirarkis berturut dari yang paling rendah ke paling tinggi (Suprihatiningrum, 2014: 38).

Poerwanti (2009: 1.23) secara hirarki tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkatan itu adalah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6).


(56)

1) Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, dan (c) mengekstrapolasi. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyimpulkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.

3) Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan.

4) Analisis (analysis) adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu; (a) analisis unsur, (b) analisis hubungan, (c) analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata-kata operasional yang


(57)

umumnya digunakan antara lain: memperinci, mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan, memilih, dan memisahkan.

5) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme. Kata operasional yang digunakan terdiri dari: mengkatagorikan, memodifikasikan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat design, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan.

6) Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat digunakan antara lain: menafsirkan, menentukan, menduga, mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik.

Ranah Kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan/ kognitif yang diperoleh dari pemahaman siswa terhadap aspek pelajaran IPS yang dilihat dari hasil kerja siswa dalam kelompok, kuis individu dan evaluasi. Indikator ranah kognitif dalam penelitian ini yaitu : 1) menjelaskan tujuan bangsa Belanda datang pertama kali ke Indonesia (C2); 2) menjelaskan bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh penjajah Belanda terhadap rakyat Indonesia (C2); 3) menyebutkan nama tokoh yang berperan melawan penjajahan Belanda (C1); 4) menjelaskan perjuangan tokoh-tokoh daerah dalam upaya mengusir penjajahan Belanda (C2);


(58)

5) memberi contoh sikap menghargai jasa pahlawan dalam kehidupan sehari-hari (C4); 6) menyebutkan propaganda tiga A buatan Jepang (C1); 7) menjelaskan kekerasan yang dilakukan oleh Jepang terhadap rakyat Indonesia (C2); 8) menyebutkan nama tokoh yang berperan dalam pergerakan nasional (C1); 9) menjelaskan ringkasan riwayat hidup tokoh yang berperan dalam pergerakan nasional (C2); 10) memberi contoh sikap pahlawan pergerakan nasional yang dapat diteladani (C4); 11) menjelaskan peristiwa Sumpah Pemuda (C2); 12) menyebutkan isi Sumpah pemuda (C1); 13) menyebutkan nama tokoh yang ikut dalam peristiwa Sumpah Pemuda (C1); 14) menjelaskan peranan tokoh dalam peristiwa Sumpah Pemuda dalam mempersatukan Indonesia (C2).

b. Ranah afektif

Ranah afektif berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Instrumen biasanya berupa non tes misal wawancara, angket, dan lembar observasi sikap. Poerwanti (2009: 1.24) secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya.

Beberapa tingkatan bidang afektif menurut Rifa‟i dan Anni (2011: 87)

adalah sebagai berikut:

1) Penerimaan mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena (aktivitas kelas, buku teks, musik, dan sebagainya). Kepekaan


(59)

ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan.

2) Penanggapan yang mengacu pada partisipasi aktif pada diri siswa dalam pembelajaran. Pada tingkat ini siswa tidak hanya menghadirkan fenomena tertentu tetapi juga mereaksikanya dengan berbagai cara.

3) Penilaian berkaitan dengan nilai yang melekat pada perilaku tertentu pada diri siswa. Penilaian berdasarkan pada internalisasi seperangkat nilai tertentu, namun menunjukkan nilai-nilai yang diungkapkan di dalam perilaku yang ditampakkan oleh siswa.

4) Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai, memecahkan konflik antarnilai, dan menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.

5) Pembentukan pola hidup, pada tingkat ranah afektif ini individu siswa memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.

Indikator ranah afektif dalam penelitian ini meliputi pengamatan pada karakter disiplin, tanggungjawab dan percaya diri.

c. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Instrumen penilaian yang dikembangkan biasanya menggunakan lembar observasi unjuk kerja. Grounlund dan Linn (dalam Purwanto, 2013: 53) mengklasifikasikan


(60)

hasil belajar psikomorik menjadi enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas.

1) Persepsi (perception) adalah kemampuan belajar psikomotorik yang paling rendah. Persepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala yang lain.

2) Kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan.

3) Gerakan terbimbing (guided responce) adalah kemampuan gerakan meniru model yang dicontohkan.

4) Gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.

5) Gerakan kompleks (adaptation) adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan dan irama yang tepat.

6) Kreativitas (orogination) adalah kemampuan menciptakan gerakan-gerakan yang tidak ada sebelumnya atau mengkombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi gerakan baru yang orisinal.

Indikator hasil belajar ranah psikomotor dalam penelitian ini adalah 1) mengikuti petunjuk dari guru saat mengerjakan tugas kelompok dan menjawab kuis (P1); 2) mempresentasikan hasil kegiatan diskusi kelompok dan membacakan jawaban kuis (P2); 3) hasil produk diskusi kelompok

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kumpulan dari pengetahuan, sikap, keterampilan yang dimiliki siswa


(61)

setelah proses pembelajaran. Hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu (1) ranah kognitif yang meliputi: C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (evaluasi); (2) ranah afektif yang meliputi: menerima, menjawab, menilai, organisasi dan pembentukan pola hidup; (3) ranah psikomotorik yang meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan kreativitas.

Hasil belajar berupa perolehan siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran. Pada penelitian ini yang diamati dan diteliti adalah keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.

2.1.4 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2.1.4.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan merupakan sebuah usaha menjadikan manusia berkualitas, menguasai pengetahuan dan teknologi, agar dapat mengembangkan potensi dirinya dan berguna bagi masyarakat. IPS merupakan salah satu pelajaran di SD mengajarkan siswa tentang kehidupan sosial.

Menurut Soemantri (dalam Sapriya, 2009: 11), menjelaskan IPS merupakan penyederhanaan atau adaptasi dari ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogik sebagai tujuan pendidikan.

Menurut Guanawan (2011 : 32) IPS menyiratkan beberapa hal, yaitu: pertama, IPS merupakan disiplin ilmu dari ilmu-ilmu sosial atau disebut sebagai An offspring of the social science, maksudnya merupakan keturunan dari ilmu


(62)

sosial. Kedua, disiplin ini dikembangkan untuk menjadi tujuan pendidikan/pembelajaran baik pada tingkat persekolahan maupun tingkat pendidikan tinggi. Ketiga, oleh karena itu aspek-aspek dari masing-masing disiplin ilmu sosial itu perlu diseleksi sesuai dengan tujuan aspek tersebut.

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi. Materi pelajaran IPS merupakan penggunaan konsep dari ilmu sosial yang terintegrasi dalam tema-tema tertentu (Puskur, 2007: 14).

Pengertian IPS menurut NCSS tahun 1993 (dalam Sapriya, 2009: 10) adalah sebagai berikut :

Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, pshycology, religion and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed ad reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.

IPS merupakan suatu bidang studi yang memadukan ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk mengembangkan kemampuan kewarganegaraan. Dalam program sekokah, IPS mengkoordinasikan bidang studi yang sistematik seperti studi tentang antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, maupun konsep yang berasal dari kemanusiaan, matematika, dan ilmu-ilmu alam. Tujuan utama IPS adalah


(1)

Siswa mengacungkan jari saat menanggapi jawaban hasil presentasi


(2)

Aktivitas siswa saat membacakan hasil pekerjaan kuis di depan kelas


(3)

Gambar SDN Tugurejo 01 Semarang Tampak Depan


(4)

LAMPIRAN 12 SURAT IJIN PENELITIAN


(5)

LAMPIRAN 13


(6)

LAMPIRAN 14


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) BERBANTUAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

4 24 305

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KARANGANYAR 01 SEMARANG

0 20 251

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL NHT DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN SALAMAN MLOYO SEMARANG

0 5 427

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANGKULON 01 KOTA SEMARANG

1 11 323

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING DENGAN MEDIA VIDEO SISWA KELAS V SDN KANDRI 01 KOTA SEMARANG

1 7 270

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STAD DENGAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT PADA SISWA KELAS V SDN SALAMAN MLOYO SEMARANG

0 17 258

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL ROLE PLAYING BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

1 24 287

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 01 KOTA SEMARANG

0 24 337

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STAD DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN TUGUREJO 01 SEMARANG

0 5 179

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN AUDIOVISUAL SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

1 17 287