FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN YOGYAKARTA.

(1)

FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKANSMARTPHONE

PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Duha Agusta NIM 11104241017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Faktor-faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone Pada Siswa di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta” yang disusun

oleh Duha Agusta, NIM 11104241017 ini disetujui pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 20 Januari 2016 Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rita Eka Izzaty, M. Si Nanang Erma Gunawan, M. Ed


(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya

sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan

mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan

adalah asli, jika tidak asli saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada

periode berikutnya.

Yogyakarta,20 Januari 2016 Yang menyatakan,

Duha Agusta NIM 11104241017


(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “FAKTOR- FAKTOR RESIKO KECANDUAN

MENGGUNAKAN SMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1

KALASAN YOGYAKARTA” yang disusun oleh Duha Agusta, NIM

11104241017 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 Januari 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Dr. Rita Eka Izzaty S, M.Si Ketua Penguji ... ...

Agus Triyanto, M.Pd Sekretaris Penguji ... ...

Farida Harahap, M.Si Penguji Utama ... ...

Nanang E Gunawan, M.Ed Penguji Pendamping ... ...

Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.


(5)

MOTO

“Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri”

(Pramoedya Ananta Toer)

“Mengutuk kegagalan tidak akan memukjizatkan keberhasilan, teruslah bergerak

untuk bertahan daripada diam kemudian terbunuh oleh waktu” (Penulis)


(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

 Kedua orang tua dan saudara laki-laki yang saya cintai

 Almamater saya BK FIP UNY


(7)

FAKTOR-FAKTOR RESIKO KECANDUAN MENGGUNAKAN SMARTPHONE PADA SISWA DI SMK NEGERI 1 KALASAN

YOGYAKARTA

Oleh Duha Agusta NIM 11104241017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kecanduan smartphone yang dominan pada remaja. Penelitian ini dilakukan berdasarkan kebiasaan menggunakan smartphone pada remaja yang berlebihan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Kalasan yang termasuk dalam kategori kecanduan menggunakan smartphone yang berjumlah 55 orang. Instrumen yang digunakan adalah skala kategorisasi kecanduan dan skala faktor penyebab kecanduan smartphone. Alat pengumpulan data berupa skala kategorisasi kecanduan dengan reliabilitas 0,792 dan skala faktor penyebab kecanduan smartphone dengan reliabilitas 0,866. Analisis data yang digunakan adalah dengan teknik analisis kuantitatif deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja yang paling beresiko adalah faktor internal yang terdiri dari aspek perilaku sensation seeking yang tinggi, self-esteem yang rendah dan kontrol diri yang rendah. Faktor kedua yang beresiko menyebabkan kecanduan adalah faktor situasional yang mengandung aspek tentang kondisi psikologis individu. Faktor ketiga yang beresiko menyebabkan kecanduan adalah faktor eksternal yang mengandung aspek tentang bagaimana pengaruh media memaparkan smartphone secara luas. Faktor keempat yang beresiko adalah faktor sosial yang mengandung aspek tentang kebutuhan interaksi sosial remaja menggunakan smartphone.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat rahmat Allah SWT, atas rahmatNya dan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan karya ini. Shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul “ Faktor-faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone Pada Siswa di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta” ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa banuan dan uluran tangan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu penulis perkenankanlah penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan izin penelitian dan telah memfasilitasi kebutuhan akademik penulis selama menjalani masa studi.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan izin dalam penyusunan skripsi.

4. Ibu Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si. dan Bapak Nanang Erma Gunawan, M.Ed. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan segenap ilmu, waktu serta kesabaran dalam memberikan arahan, masukan, kritik, saran dan motivasi yang tiada henti selama penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.

5. Dosen-dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY atas segala ilmu dan pelajaran yang diberikan.

6. Kedua orang tua, Muhammad Husri Yusro dan Fitri Haryani, S.Pd SD yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat serta dukungan moril dan materil. 7. Kakak laki-lakiku Odi Ramadhan, A.Md. dan adikku Robbi Razika yang


(9)

8. Meylinda Hastuti yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan saran kepada peneliti dalam proses penelitian ini.

9. Sahabat-sahabat yang aku banggakan Sigit, Egan, Riyan Okta, Dian, Bang Andri, Tanok, Pak cik Muttaqien, Daeng Akbar Punjung, Jhon, Deni, Arif, Fiqqi yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi, serta yang setiap harinya selalu bersama baik suka mapun duka kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10.Seluruh keluarga besarku yang memberi doa serta dorongan yang memotivasi. 11.Teman-teman BK angkatan 2011 khususnya kelas A yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kesediaannya membagi semangat, keceriaan, juga segala yang hal yang membelajarkan.

12.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalan penulisan tugas akhir skripi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran, komentar ataupun kritik yang membangun. Semoga tugas akhir skripi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 20 Januari 2016 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Pembatasan Masalah ... 13

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan ... Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORI ... 16

A. Kecanduan (Addiction)... 16

1. Pengertian ... 16

2. Kecanduan Smartphone... 18

3. Faktor-faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone.. ... 22

4. Dampak Kecanduan Menggunakan Smartphone ... 25

B. Smartphone ... 27

1. Pengertian ... 27

2. Jenis-jenis Smartphone ... 28

3. Tujuan dan Fungsi Smartphone... 30

C. Remaja... 32

1. Pengertian ... 32

2. Karakteristik Remaja ... 34

D. Kerangka Pikir ... 41

E. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44


(11)

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 44

1. Variabel Penelitian ... 44

2. Definisi Operasional... 45

C. Subyek Penelitian ... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 46

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

F. Instrumen Penelitan ... 49

1. Kisi-kisi Instrumen ... 49

G. Uji Coba Instrumen ... 51

1. Uji Validitas Instrumen ... 51

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 52

H. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Gambaran Lokasi dan Subyek Penelitian ... 57

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 57

2. Gambaran Subyek Penelitian ... 57

B. Deskripsi Data Penelitian ... 58

C. Analisis Data ... 58

D. Pembahasan ... 63

E. Keterbatasan Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Pengguna Smartphone Siswa di SMK Negeri 1 Kalasan ... 4

Tabel 2. Jumlah Penjualan Smartphone Tahun 2009-2012 ... 5

Tabel 3. Data Penjualan Smartphone Triwulan 1-3 Tahun 2013 ... 6

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Penjaringan Kecanduan Smartphone ... 49

Tabel 5. Kisi-Kisi Skala Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone ... 50

Tabel 6. Interval Koefisien r Hitung ... 54

Tabel 7. Kategorisasi Skor Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone ... 55

Tabel 8. Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

Tabel 9. Hasil Penjaringan Siswa yang Termasuk dalam Kategoir Kecanduan Smartphone ... 59


(13)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 1. Analisis Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone ... 61 Grafik 2. Kategorisasi Faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Uji Reliabilitas ... 81

Lampiran 2. Analisis Data Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone ... 82

Lampiran 3. Data Skala Identifikasi Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone pada Remaja di SMKN 1 Kalasan Yogyakarta ... 83

Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 91

Lampiran 5. Hasil Penilaian Ahli Materi ... 100


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya kemajuan teknologi dan informasi saat ini sangat

berpengaruh pada bidang komunikasi dan informasi. Hal ini dikarenakan

banyaknya ditemukan inovasi dalam hal teknologi dan informasi tersebut.

Pada saat ini dunia menjadi tanpa batas setelah adanya kehadiran smartphone

yang memiliki banyak manfaat seperti berkomunikasi satu sama lain walaupun

dengan jarak yang sangat jauh. Perkembangan teknologi yang semakin

berkembang dan menjadi lebih canggih saat ini termasuk dalam

perkembangan dalam bidang komunikasi. Berhubungan dengan teman dan

sanak-saudara yang jaraknya jauh sekarang bukan sebuah masalah lagi

semenjak munculnya smartphone.

Pesatnya kemajuan teknologi dan informasi saat ini sangat

berpengaruh pada bidang komunikasi dan informasi. Hal ini dikarenakan

banyaknya ditemukan inovasi dalam hal teknologi dan informasi tersebut.

Pada saat ini dunia menjadi tanpa batas setelah adanya kehadiran smartphone

yang memiliki banyak manfaat seperti berkomunikasi satu sama lain walaupun

dengan jarak yang sangat jauh. Perkembangan teknologi yang semakin

berkembang dan menjadi lebih canggih saat ini termasuk dalam

perkembangan dalam bidang komunikasi. Berhubungan dengan teman dan

sanak-saudara yang jaraknya jauh sekarang bukan sebuah masalah lagi


(16)

Smartphone adalah telepon yang memiliki kemampuan seperti komputer, biasanya memiliki layar yang besar dan sistem operasinya mampu menjalankan aplikasi-aplikasi yang umum (Kamus Oxford Online dalam Dijey Pratiwi Barakati, 2013: 3). Backer dalam Dijey Pratiwi Barakati (2013: 3) menyatakan bahwa

smartphone adalah telepon yang menyatukan kemampuan-kemampuan canggih; ini merupakan bentuk kemampuan dari Wireless Mobile Device (WMD) yang dapat berfungsi seperti sebuah komputer dengan menawarkan fitur-fitur seperti personal digital assistant (PDA), akses internet, email, dan Global Positioning System (GPS).

Smartphone juga memiliki fungsi-fungsi lainnya seperti kamera, video, MP3 players

dan beberapa fungsi lain sama seperti telepon biasa. Dengan kata lain, smartphone

dapat dikategorikan sebagai mini-komputer yang memiliki banyak fungsi dan penggunanya dapat menggunakannya kapanpun dan dimanapun.

Kemudahan dalam menggunakan smartphone dan banyaknya

fungsi-fungsi yang membantu aktivitas, membuat para remaja saat ini sangat akrab

dengan smartphone, tidak terkecuali para remaja di SMK Negeri 1 Kalasan

Yogyakarta. Kebanyakan pelajar sekolah ini menggunakan smartphone

sebagai alat komunikasi mereka dan beberapa siswa menggunakan lebih dari

satu telepon seluler. Para siswa cenderung menggunakan smartphone karena

berbagai alasan, seperti hanya ingin mengikuti trend, atau untuk menjadi lebih

aktif di media sosial (facebook, twitter, blackberry messenger, path,

instagram). Dengan menggunakan smartphone, para siswa dapat aktif di

media sosial dan dengan mudah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan

orang lain.

Penggunaan smartphone dengan berbagai alasan membuat para siswa


(17)

smartphone yang berlebihan ini akan berdampak yang kurang baik pada siswa

dalam masa perkembangannya. Siswa akan lupa dengan tugas utamanya

sebagai pelajar, yaitu belajar yang giat dan meraih prestasi yang tinggi.

Perilaku penggunaan smartphone secara berlebihan ini akan beresiko

menurunnya prestasi dan tidak tercapainya proses pembelajaran yang optimal.

Menurut Ally dalam Dijey Pratiwi Barakati (2013: 4) nirkabel, mobile,

portbale, dan perangkat genggam perlahan-lahan sedang dan membuat

keberagaman di berbagai sektor, baik di negara maju maupun berkembang.

Nielsen dalam Dijey Pratiwi Barakati (2011: 4) menyatakan bahwa pengguna

smartphone yang sedang berkembang di 39 negara di dunia, 13 di antaranya

yaitu negara-negara di Asia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, penggunaan smartphone sangat banyak. Pada saat ini

penggunaan smartphone di Indonesia cenderung konsumtif (detik.com, 2014).

Konsumerisme itu sendiri adalah paham untuk hidup konsumtif, sehingga

orang dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika

membeli barang melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada

barang tersebut atau konsumsi yang mengada-ada akibat dari pengaruh media

massa baik media cetak maupun media elektronik (Featherstone dalam

Muhammad Fildan, 2014: 3). Hal ini di dukung hasil riset yang dilakukan oleh

Forest dan Sullivan dalam Muhammad Fildan (2014: 2), dikatakan bahwa

orang Indonesia mengganti smartphone mereka setiap delapan bulan sekali.

Di SMK Negeri 1 Kalasan, para siswa yang menggunakan smartphone

dapat dikatakan cukup tinggi. Berikut data pengguna smartphone dan


(18)

Tabel 1.Data Pengguna Smartphone Siswa di SMK Negeri 1 Kalasan

KELAS JENIS

SMARTPHONE % NON-SMARTPHONE %

X 164 55,78% 130 44,22%

XI 160 56,33% 124 43,67%

XII 129 44,94% 58 55,06%

TOTAL 453 157.05% 312 142,95%

RATA-RATA 151 52,35% 104 47,65%

Dari data diatas, jumlah siswa pengguna smartphone merupakan siswa

kelas X, XI dan XII dari tujuh jurusan yang ada di SMK Negeri 1 Kalasan

yaitu Jurusan Akomodasi Perhotelan, Jurusan Tata Boga, Kriya Kayu, Kriya

Tekstil, Kriya Logam, Kriya Kulit dan Kriya Keramik. Berdasarkan data

diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang menggunakan smartphone

di SMK Negeri 1 Kalasan mencapai 453 orang siswa dari total siswa yang ada

yaitu 765 siswa atau sekitar 52,35% dari total keseluruhan siswa. Angka

tersebut dapat dikatakan wajar apabila dilihat dari sejarah dan perkembangan

smartphone yang ada hingga saat ini.

Smartphone telah dikenal sejak tahun 1992 dan banyak digemari

orang-orang di negara-negara maju sejak tahun 2000. Produk smartphone di

Indonesia mulai populer dan meningkat sejak 2009 dengan banyak produk

smartphone yang tersedia dengan berbagai jenis sistem operasi produk

(platform) seperti Android, Blackberry Os, Apple iOS, windows phone dan

symbian.

Fenomena peningkatan minat pengguna smartphone di Indonesia

terlihat dari Tabel 2 berdasarkan survei dan analisis yang dilakukan oleh


(19)

Tabel 2. Jumlah Penjualan Smartphone Tahun 2009-2012

Tahun Jumlah Penjualan Smartphone (dalam juta unit)

2009 2.04

2010 4.50

2011 9.50

2012 13.20

Sumber : International Data Corporation tahun 2012

Berdasarkan data pada Tabel 2 terlihat jelas bahwa tingkat penjualan

smartphone sangat pesat setiap tahunnya. Rata-rata jumlah penjualan

menembus angka dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Adapun sasaran penjualan smartphone di Indonesia dewasa ini adalah

para remaja atau pelajar sekolah dan mahasiswa. Hal ini dikarenakan para

remaja merupakan konsumen yang variaty seeker atau mereka yang selalu

ingin mencoba merek terbaru. Selain itu mereka juga relatif cepat bosan dan

berani mengambil resiko terhadap merek yang belum atau tidak dikenal

sebelumnya. Remaja akan sangat sensitif apabila ada brand tertentu yang

menawarkan smartphone dengan harga murah dan kualitas tinggi, maka

kemungkinan mereka untuk berpindah ke brand tersebut sangatlah besar.

Perilaku digital remaja Indonesia yang seperti itulah yang menjadikan mereka

sasaran empuk pemasaran smartphone pada saat ini (Frontier Consulting

Grup, 2012: 2). Hasil survei tadi juga didukung data penjualan smartphone di

tiga triwulan pertama pada tahun 2013 dari Tabloid News Ponsel edisi XXI

tahun 2013. Berikut adalah data penjualan smartphone dari berbagai merk /

brand di Indonesia pada kalangan remaja pada rentang usia 17-25 tahun di 3


(20)

Tabel 3. Data Penjualan Smartphone Triwulan 1-3 tahun 2013

Merk Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3

Apple 849.250 876.543 921.056

Samsung 698.987 696.872 704.269

Sony 664.998 632.745 654.763

Blackberry 536.451 582.654 578.834

Smartfren 550.847 543.956 551.837

Nokia 659.204 648.029 652.610

TOTAL 3.960.007 3.980.749 4.063.369

Sumber : Tabloid News Ponsel Edisi XXI November 2013

Dari paparan Tabel 3. dapat dikatakan bahwa tingkat penjualan

smartphone dari triwulan 1 sampai dengan triwulan 3 mengalami fluktuasi

yang relatif stabil kecuali pada merk Apple yang terus mengalami

peningkatan. Apabila dilihat dari total penjualan per-triwulannya, angka

penjualan smartphone pada remaja di Indonesia terus mengalami peningkatan

sekitar 20.000 unit setiap triwulannya. Oleh karena itu, bukan hal yang

mengejutkan apabila jumlah siswa pengguna smartphone di SMK Negeri 1

Kalasan mencapai jumlah yang cukup tinggi.

Sebagai buah dari perkembangan teknologi yang multi fungsi pada

smartphone, perangkat canggih ini telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat

saat ini. Multi fungsional pada smartphone tersebut diyakini dapat membantu

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan komunikasi mereka pada saat ini.

Smartphone dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu aktifitas manusia,

mulai dari berkomunikasi sampai dengan menyelesaikan pekerjaan manusia

seperti mengerjakan tugas kantor atau kuliah, mengirim email ataupun

berniaga secara online. Dari segi komunikasi, smartphone kini dilengkapi


(21)

berkomunikasi dengan keluarga, teman atau sahabat yang sulit ditemui atau

sudah lama tidak berjumpa. Oleh karena itu, tidak dipungkiri bahwa

smartphone bisa dikatakan sebagai hal yang tidak bisa dipisahkan dari

manusia saat ini.

Selain dapat membantu aktivitas sehari-hari sebagai dampak positif

yang dihasilkan, bukan berarti smartphone tidak mempunyai dampak negatif.

Manusia akan terbawa dalam perkembangan teknologi yang akan berdampak

pada perilaku yang kurang sehat dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu

dampak negatif dari penggunaan smartphone akan berdampak pada gangguan

kesehatan seperti mengalami gangguan tidur (insomnia), fisik mudah drop,

dan gangguan penglihatan serta gangguan psikologis seperti mudah stress,

tingkat sensitivitas yang tinggi ( Franky Rudiyana, 2012: 1-2).

Pada siswa sekolah menengah keatas, dampak yang akan dirasakan

adalah memungkinkan merosotnya nilai dan prestasi belajar di sekolah. Selain

itu siswa tidak akan fokus pada pelajaran dikelas dikarenakan perhatian siswa

akan beralih pada smartphone yang dimiliki, sehingga daya serap siswa

terhadap pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas akan sulit untuk

dipahami dan dimengerti.

Para remaja yang menjadi sasaran khusus dalam pemasaran maupun

penggunaan smartphone, rata-rata dari mereka menggunakan smartphone

untuk bersosial media dan mengakses situs-situs internet. Hal ini berdasarkan

dari hasil survei Frontier Consulting Group (2012: 4) mengenai perilaku


(22)

Hanya dalam waktu satu tahun saja sudah terlihat perbedaan yang sangat

signifikan. Survei dari Frontier ini dilakukan di enam kota besar di Indonesia

pada tahun 2012. Kelompok responden adalah remaja yang berusia antara 13

hingga 18 tahun, atau mereka yang duduk di bangku SMP dan SMA. Hasil

survei menunjukkan para remaja yang memiliki akun media sosial adalah

91,2% di tahun 2011. Pada tahun 2012, persentase ini meningkat menjadi

97,5%. Peningkatan terbesar adalah perilaku mereka dalam hal melakukan

download atau upload, yang semula hanya 48,8% di tahun 2011, menjadi

71,1% di tahun 2012.

Penggunaan smartphone dan media sosial yang tinggi pada usia

remaja, membuat aktivitas dan pola perilaku keseharian remaja juga berubah.

Hal ini terlihat dari fenomena umum yang terjadi sekarang. Mereka cenderung

asik dengan smartphone dan kehidupan dunia maya mereka daripada

perhatian mereka pada kehidupan nyata. Komunikasipun cenderung lebih

sering terjadi melalui akun-akun media sosial mereka dibanding dengan

intensitas komunikasi secara langsung atau face to face. Perilaku ini seakan

membuat mereka tidak begitu peduli dengan apa yang terjadi di lingkungan

sekitar dan akan membuat mereka menjadi sangat tergantung dengan

smartphone. Hal ini dirasakan langsung oleh peneliti pada saat melaksanakan

observasi lapangan di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta yang melihat siswa

di sana cenderung asyik menggunakan smartphone mereka dan tidak begitu

peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kelas ataupun lingkungan sekolah


(23)

duduk berkelompok dan mulai bermain smartphone mereka tanpa

mempedulikan keadaan sekitar.

Berdasarkan pengakuan beberapa siswa kepada peneliti pada saat

waktu-waktu istirahat, mereka mengaku ketakutan jika terlihat tidak up to date

terhadap hal atau informasi yang terbaru. Mereka juga akan saling bersaing

dalam mengunggah dan memperbarui informasi terbaru bahkan aktifitas

terbaru mereka yang terkadang tidak begitu penting bagi orang lain. Pada

daftar kontak di masing-masing akun sosial media yang mereka miliki,

mereka akan membuat status-status aneh yang bertujuan hanya untuk mencari

perhatian ataupun sering mengganti atau mengubah tampilan profil akun

media sosial mereka dengan intensitas waktu yang sangat cepat.

Sikap atau perilaku seperti ini membuat remaja menjadi individualis

(Kompas.TV, 2015). Remaja yang individualis cenderung asyik terhadap akun

media sosial dan smartphonenya. Mereka tidak bisa lepas dari smartphone di

tangannya dan akan selalu beradu untuk mengunggah aktifitas dan memenuhi

halaman notifikasi pemberithuan terbaru pada akun media sosial mereka.

Mereka juga selalu memeriksa apa yang terjadi pada smartphone mereka.

Rata-rata setiap individu akan memeriksa smartphone mereka sebanyak 150

kali sehari (Riski Amalia, 2013: 1). Hal inilah yang menyebabkan siswa

seolah-olah menjadi tergantung dengan smartphone mereka.

Ditinjau dari adanya dampak yang muncul dari penggunaan

smartphone, para remaja seolah-olah menjadi individu yang terobsesi untuk


(24)

untuk selalu mengupdate smartphone yang mereka miliki dan aktivitas yang

mereka lakukan agar selalu up to date. Selain terobsesi, mereka juga akan

merasa takut apabila smartphone yang mereka miliki tertinggal, mati atau

tidak bisa berfungsi secara optimal. Hal ini sesuai dengan apa yang didapatkan

peneliti pada saat observasi lapangan.

Fenomena kecanduan remaja terhadap smartphone penting bagi orang

tua untuk diketahui. Seperti diketahui, bahwa masa remaja adalah suatu

periode transisi dalam rentang kehidupan manusia, yang menjembatani masa

kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock, 2012: 402). Masa remaja juga

masa yang paling sederhana karena tidak berlakunya aturan. Remaja selalu

mencoba banyak hal, berusaha mencari hal yang cocok dengan dirinya.

Sebagai peserta didik, dalam hal ini siswa SMK mempunyai harapan

yang besar terhadap keberhasilan dari standar pembelajaran yang diharapkan,

sehingga para siswa dapat menjadi siswa lulusan yang mempunyai

keterampilan membaca, menulis, dan menghitung yang memadai. Hal ini

nantinya akan berguna bagi para siswa itu sendiri untuk melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan pada akhirnya memilik keterampilan

yang dibutuhkan dan dapat menjadi warga negara yang berpengetahuan

(informed citizens). Tentunya apa yang menjadi harapan terhadap remaja

untuk menguasai berbagai macam kemampuan dan keterampilan tersebut

memerlukan waktu dan tenaga untuk dapat mencapainya. Oleh karena itu,

orang tua selaku lingkungan utama yang dapat memantau langsung aktivitas


(25)

langsung. Membatasi dan tidak langsung memenuhi kebutuhan anaknya

secara langsung akan sangat membantu untuk mencegah munculnya perilaku

kecanduan atau ketergantungan terhadap smartphone pada anak, karena

kebutuhan smartphone itu sendiri harus didasari dengan kebutuhan yang

proporsional sesuai dengan masa perkembangan mereka.

Kecanduan smartphone pada remaja dipengaruhi oleh empat faktor

penyebab yaitu faktor internal, faktor situasional, faktor eksternal dan faktor

sosial (Yuwanto, 2010: 17-24). Keempat faktor tersebut adalah faktor-faktor

resiko yang menyebabkan kecanduan smartphone. Hasil penelitian dari

Yuwanto yang menyatakan tentang empat faktor penyebab kecanduan

smartphone pada remaja menjadi dasar dari peneliti untuk mengembangkan

instrumen penelitian berupa skala faktor resiko kecanduan smartphone pada

remaja. Selain itu yang menjadi dasar penliti melakukan penelitian ini adalah

belum diketahui faktor yang beresiko dari keempat faktor penyebab

kecanduan smartphone pada remaja yang telah dilakukan oleh Yuwanto

sebelumnya.

Adapun arti penting dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor yang dominan dalam menyebabkan remaja menjadi kecanduan dalam

menggunakan smartphone, sebagai upaya preventif munculnya perilaku

penggunaan smartphone yang tinggi pada pelajar di Yogyakarta karena

maraknya fenomena penggunaan smartphone pada remaja pada saat ini.

Peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian ini dikarenakan


(26)

apabila perilaku ini tidak teridentifikasi dari awal. Penggunaan smartphone

yang tidak terkontrol pada pelajar memungkinkan prestasi mereka menurun

dan kegiatan belajar tidak optimal. Hal ini bertentangan dengan kewajiban

utama seorang pelajar yaitu belajar. Selain hal-hal yang menjadi dasar

pentingnya dilakukan penelitian, selama ini juga belum ada penelitian atau

kajian empirik tentang identifikasi faktor penyebab kecanduan smartphone di

SMK Negeri 1 Kalasan. Fokus penelitian ini adalah untuk mengukur perilaku

pelajar di SMK Negeri 1 Kalasan termasuk kecanduan atau tidak dalam

penggunaan smartphone serta mengidentifikasi faktor penyebabnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka diidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Pesatnya perkembangan penggunaan smartphone dewasa ini membuat

banyak individu terindikasi menjadi kecanduan terhadap smartphone.

2. Penggunaan smartphone dengan berbagai alasan menjadikan individu atau

remaja bergantung dengan smartphone.

3. Terdapat 55 siswa yang teridentifikasi kecanduan dalam menggunakan

smartphone di SMK Negeri 1 Kalasan.

4. Perilaku kecanduan smartphone pada pelajar dapat diasumsikan

menghambat tugas perkembangan pelajar secara optimal.

5. Belum adanya kajian empirik terkait faktor yang beresiko tentang

kecanduan menggunakan smartphone pada remaja di SMK Negeri 1


(27)

C. Batasan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi

penelitian pada sebuah permasalahan yaitu : belum diketahui faktor-faktor

penyebab yang beresiko dalam kecanduan menggunakan smartphone pada

pelajar di SMK Negeri 1 Kalasan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka

permasalahan dirumuskan sebagai berikut: faktor apa saja yang beresiko

menyebabkan kecanduan menggunakan smartphone pada pelajar di SMK

Negeri 1 Kalasan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor resiko

penyebab kecanduan menggunakan smartphone di kalangan pelajar di SMK

Negeri 1 Kalasan Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak, antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritik

Dapat memberikan sumbangan ilmu dalam bidang bimbingan dan

konseling serta pengetahuan baru terhadap perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi khususnya fenomena nomophobia pada siswa


(28)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Bagi pihak jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam

upaya-upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab

ketergantungan smartphone itu sendiri.

b. Bagi Siswa

1) Siswa memahami perkembangan internet agar terhindar dari

dampak negatif penggunaan internet dan media sosial.

2) Siswa bisa mengantisipasi serta waspada agar tidak mengalami

perilaku kecanduan menggunakan smartphone.

3) Siswa mengerti ciri-ciri dan dampak yang ditimbulkan dari

perilaku kecanduan menggunakan smartphone.

c. Bagi Sekolah

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan bagi guru BK, bahwa perilaku kecanduan

menggunakan smartphone.mempunyai dampak negatif yang akan

berimbas pada prestasi belajar siswa, sehingga harus segera

ditanggulangi.

2) Guru dan pihak sekolah dapat melibatkan diri langsung dalam

membimbing siswa dalam penggunaan internet sehingga perilaku


(29)

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini mampu memberikan bahan referensi dalam

mengetahui faktor-faktor dominan penyebab kecanduan menggunakan


(30)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kecanduan (Addiction) 1. Pengertian

Secara umum kecanduan diartikan sebagai ketagihan atau keadaan

dimana tubuh atau pikiran dengan parahnya menginginkan atau

membutuhkan sesuatu agar bekerja dengan baik. Seseorang bisa dikatakan

pencandu apabila memiliki ketergantungan fisik dan psikologis terhadap

sesuatu (Arif Setiawan, 2007: 14). Beberapa ahli lain mengatakan

kecanduan dipandang sebagai keterlibatan terus-menerus dengan sebuah

zat atau aktivitas meskipun hal-hal tersebut mengakibatkan konsekuensi

negatif. Kenikmatan dan kepuasanlah yang pada awalnya dicari, namun

perlu keterlibatan selama beberapa waktu dengan zat atau aktivitas itu agar

seseorang merasa normal (Morrissey, Jenm, Keogh, Doyle, 2008: 489).

Selain definisi yang telah disebutkan, American Society Addiction Medicine (ASAM) (2012) menjelaskan bahwa ketergantungan atau

kecanduan adalah penyakit kronis utama penghargaan terhadap otak,

motivasi, memori dan sirkuit terkait . Disfungsi di sirkuit ini menyebabkan

manifestasi biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang khas. Hal ini

tercermin dalam patologis individu mengejar pahala atau bantuan oleh

penggunaan narkoba dan perilaku lainnya.

Kecanduan ditandai dengan ketidakmampuan untuk secara

konsisten abstain, penurunan kontrol perilaku, keinginan, pengakuan


(31)

hubungan interpersonal, dan respons disfungsi emosional. Seperti penyakit

kronis lainnya, kecanduan sering melibatkan siklus kambuh dan remisi.

Tanpa pengobatan atau keterlibatan dalam kegiatan pemulihan, kecanduan

adalah progresif dan dapat mengakibatkan cacat atau kematian dini.

Definisi kecanduan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012-2015) sendiri berarti

kejangkitan suatu kegemaran hingga lupa dengan hal-hal yang lain,

sedangkan dalam kamus kesehatan kecanduan dikatakan sebagai

kebutuhan yang kompulsif untuk menggunakan suatu zat pembentuk

kebiasaan, atau dorongan tak tertahankan untuk terlibat dalam perilaku

tertentu.

Selanjutnya dijelaskan definisi kecanduan menurut kamus Merriam

Webster (2015) adalah kebutuhan kompulsif untuk dan penggunaan zat

yang membentuk kebiasaan (heroin, nikotin, atau alkohol) ditandai dengan

toleransi dan gejala fisiologis yang terdefinisi pada penarikan luas

penggunaan kompulsif terus-menerus dari substansi yang dikenal oleh

pengguna sangat berbahaya. Dari tinjauan Psikologis, dilansir dari situs

yang terkait dengan kajian Psikologi (Anomim, 2013) dinyatakan bahwa

ketergantungan atau kecanduan dijelaskan suatu kondisi yang terjadi

ketika seseorang mencerna zat (misalnya, alkohol, kokain, nikotin) atau

terlibat dalam suatu kegiatan (misalnya, perjudian, seks, belanja) yang

dapat menyenangkan tetapi terus menggunakan tindakan yang menjadi

kompulsif dan mengganggu tanggung jawab kehidupan biasa, seperti


(32)

bahwa perilaku mereka di luar kendali dan menyebabkan masalah bagi diri

mereka sendiri dan orang lain

Berdasarkan definisi yang telah di jabarkan secara keseluruhan dari

berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa kecanduan adalah kondisi

tubuh atau pikiran seseorang yang terlibat secara terus menerus yang

membentuk kebiasaan dan menjadikan diri mereka merasa ketergantungan

terhadap suatu hal atau aktivitas. Dari definisi yang telah disimpulkan, ada

2 indikator yang mencerminkan individu yang mengalami kecanduan,

yaitu individu tersebut merasa ketergantungan terhadap suatu hal atau

aktivitas sehingga mengabaikan tugas atau kewajibannya, dan memiliki

emosi yang tidak stabil sehingga mengakibatkan kurangnya kontrol

terhadap perilaku.

2. Kecanduan Smartphone

Definisi mengenai kecanduan (addiction) awalnya ditunjukkan

pada kasus penyalahgunaan obat-obatan, tetapi definisi tersebut

memunculkan suatu bentuk kontroversi mengenai konsepsi tersebut.

Kemudian definisi tersebut beralih dengan mengikut sertakan beberapa

tingkah laku yang tidak mengandung sesuatu hal yang memabukkan

seperti halnya bermain video game (Keepers,1990), compulsive gambling

(Griffits,1990), overeating (Lesuire dan Bloome,1993), dan

Television-viewing (Winn) (dalam Ajizah, 2013: 8) karena itu munculah definisi

addiction sebagai aktifitas kompulsif yang tidak terkendali tanpa


(33)

Kwon (2013) menyebutkan bahwa istilah kecanduan smartphone

adalah sebagai perilaku keterikatan atau kecanduan terhadap smartphone

yang memungkinkan menjadi masalah sosial seperti halnya menarik diri,

dan kesulitan dalam performa aktivitas sehari-hari atau sebagai gangguan

kontrol impuls terhadap diri seseorang. Kecanduan smartphone adalah

salah satu jenis dari kecanduan teknologi. Griffits menjelaskan bahwa

kecanduan teknologi sebagai bagian dari perilaku kecanduan yang

melibatkan interaksi manusia-mesin dan bukan interaksi kimiawi.

Selain itu, Park dan Lee (2011 dalam Bian & Leung, 2014)

menyebutkan bahwa definisi kecanduan smartphone (smartphone

addiction) adalah perilaku penggunaan ponsel secara berlebihan yang

dapat dianggap sebagai gangguan kontrol impulsif yang tidak

memabukkan dan mirip dengan judi patologis. Pendapat dari Chiu (2014)

menyebutkan juga bahwa smartphone addiction adalah salah satu

kecanduan yang memiliki resiko lebih ringan dari pada kecanduan alkohol

ataupun kecanduan obat-obatan. Kecanduan smartphone juga memiliki

kesamaan pada teori yang telah dikemukakan oleh Young (2007) dalam

Chiu (2014) bahwa kecanduan smartphone sama halnya akan internet

addiction, individu yang tidak dapat mengontrol dan ketergantungan pada

penggunaan teknologi berbasis internet

Kecanduan smartphone dapat dikategorisasikan sebagai

permasalahan perilaku. Salah satu contoh yang nampak adalah dari segi


(34)

peraturan, proses sosialisasi yang tidak tepat atau bahkan penggunaan

smartphone dalam keadaan yang penuh resiko dan berbahaya, seperti

contoh ketika penggunaan smartphone pada saat mengendarai kendaraan.

Penggunaan smartphone yang menyimpang ini telah terbukti berkaitan

dengan usia, perilaku ekstroversi dan self-esteem yang rendah (Bianchi

dan Philips, 2005). Park dan Lee (2012) juga menjelaskan bahwa

penggunaan smartphone dapat dikaitkan dengan kesepian, depresi, dan

self-esteem berdasarkan penggunaan smartphone mereka dan penelitian

psikologis yang mendalam.

Lee, dkk. (2012) menjelaskan bahwa kecanduan menggunakan

smartphone dapat di definisikan sebagai individu yang kecanduan karena

penggunaan aplikasi yang ada pada smartphone dan kecanduan karena

mengikuti perkembangan smartphone. Individu yang kecanduan

menggunakan smartphone karena aplikasi smartphone disebabkan karena

individu tersebut menemukan kenyamanan dalam kesehariannya sehingga

mereka banyak menghabiskan banyak waktu mereka dengan

menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada pada smartphone untuk

mendapatkan kenyamanan tersebut. Individu yang kecanduan

menggunakan smartphone karena mengikuti perkembangan smartphone

adalah individu yang kecanduan karena persaingan agar tidak terlihat tidak

ketinggalan zaman. Mereka akan terus bersaing dengan cara terus

mengganti smartphone mereka dengan smartphone yang terbaru tanpa


(35)

Huang Son dan Choi (2011) menjelaskan bahwa kecanduan

smartphone berarti ketergantungan individu terhadap smartphone dan

kondisi yang digunakan secara berlebihan, serta menyebabkan

ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan kata

lain, kondisi tersebut yang membuat kehidupan sehari-hari menjadi

terhalang karena orang-orang banyak menghabiskan waktunya dengan

smartphone yang dimiliki.

Penelitian sebelumnya pernah mensurvei hampir 1000 pelajar di

Korea Selatan, di mana 72% dari subyek penelitian tersebut memiliki

rata-rata usia 11-12 tahun yang menggunakan smartphone menghabiskan

waktu mereka rata-rata 4-5 jam per-hari dengan smartphonenya. Hasil

survei menyatakan bahwa 25% subyek penelitian terbukti kecanduan

smartphone. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, menunjukkan

bahwa stres adalah indikator penting yang menyebabkan individu menjadi

kecanduan terhadap smartphone.

Penelitian lain yang dilakukan terhadap pelajar di Universitas

Korea Selatan juga telah membuktikan hubungan antara kecanduan

smartphone dengan kesehatan mental, kehidupan di sekolah, hubungan

personal, kontrol diri dan stress di kehidupan. Berdasarkan pembuktian

dari penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa ahli sepakat

menyimpulkan bahwa terdapat beberapa tanda-tanda awal yang

menunjukkan bahwa individu termasuk dalam kategori kecanduan


(36)

1. Selalu memeriksa smartphone tanpa alasan yang jelas.

2. Merasa cemas atau gelisah jika tidak membawa atau

menggunakan smartphone.

3. Menghindar dari interaksi sosial dan sering menghabiskan

waktu dengan smatphone.

4. Bangun di tengah malam hanya untuk memeriksa smartphone.

5. Penurunan prestasi belajar atau performa kerja sebagai akibat

dari aktivitas penggunaan smartphone yang berkepanjangan.

6. Mudah terpengaruh atau terganggu oleh aplikasi terbaru yang

ada di smartphone.

Berdasarkan tanda-tanda awal diatas, kecanduan smartphone juga

ditemukan sebagai prediktor yang signifikan dari niat individu dalam

menggunakan dan membeli smartphone. Beberapa isu yang timbul dari

kecanduan smartphone telah masuk ke dalam masalah manajemen waktu

dan masalah yang ada dalam dunia pendidikan di sekolah saat ini (Hong

dkk, 2012).

3. Faktor-faktor Penyebab Individu Kecanduan dengan Smartphone Faktor resiko dalam menggunakan smartphone adalah faktor yang

menyebabkan individu menjadi kecanduan dalam menggunakan

smartphone. Yuwanto (2010: 17-24) dalam penelitiannya mengenai

mobile phone addict mengemukakan ada 4 faktor penyebab kecanduan


(37)

a. Faktor Internal

Faktor ini terdiri atas faktor-faktor yang menggambarkan

karakteristik individu, yaitu :

a) Tingkat sensation seeking yang tinggi. Pada dasarnya sikap ini

terbentuk karena adanya aktifitas rutin yang menyebabkan

kebosanan serta kebutuhan untuk mencari perhatian orang lain atau

membuat suasana menjadi gempar (Reeve, 2009: 368). Sifat

sensation seeking ditandai oleh kebutuhan berbagai macam sensasi

dan pengalaman yang baru, luar biasa dan kompleks, serta

kesediaan untuk mengambil resiko baik secara fisik, sosial, hukum

maupun finansial Zuckerman (Rio Agusto 2014 : 3).

b) Self-esteem yang rendah. Self esteem itu sendiri adalah evaluasi diri

individu terhadap kualitas atau keberhargaan diri sebagai manusia.

Individu dengan self-esteem rendah cenderung minder dengan

orang-orang disekitarnya dan akan menilai negatif dirinya atau

cenderung berfkir tidak masuk akal (Anonim, 2010: 19).

Menggunakan telepon genggam akan membuat merasa berharga

dan nyaman saat berinteraksi dengan orang lain. Self esteem

merupakan ukuran keterikatan interpersonal individu yang

mengingatkan seseorang ketika suatu keterikatan mengalami

kemunduran atau kekurangan. Siswa dengan self esteem yang

rendah cenderung mengungkapkan diri mereka secara negatif (May


(38)

c) Kontrol diri yang rendah. Kontrol diri adalah kemampuan individu

untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan

langkah-langkah dan tindakannya untuk mencapai sesuatu yang

diinginkan. Tidak bisa mengatur waktu dan menahan diri dalam

menggunakan smartphone dapat menjadi prediksi kerentanan

individu mengalami kecanduan telepon genggam. Pada saat

dorongan untuk melakukan suatu mencapai puncaknya, kontrol diri

dapat membantu individu mempertimbangkan aspek, resiko dan

norma sosial yang akan dihadapinya (Muhammad Farid, dkk.

2014: 127)

b. Faktor Situasional

Faktor ini terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah

pada penggunaan telepon genggam sebagai sarana membuat individu

merasa nyaman secara psikologis ketika menghadapi situasi yang tidak

nyaman. Dalam hal ini individu akan cepat bertindak ketika berada

pada situasi yang tidak nyaman dan merasa terganggu aktivitas bila

ada situasi yang tidak diinginkan dan mengalihkan perhatian pada

smartphone. Contohnya adalah ketika individu mempunyai masalah

maka individu tersebut akan mengalihkan perhatian kepada

smartphone dan berharap masalah yang dialami akan selesai.

Young (Mohammad Gilang, 2015: 1) menginformasikan

bahwa lebih dari 50% individu yang mengalami kecanduan disebabkan


(39)

sering menggunakan fantasi mereka sebagai pengalihan secara

psikologis terhadap perasaan yang tidak menyenangkan.

c. Faktor Sosial

Terdiri atas faktor penyebab kecanduan telepon genggam

sebagai sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain.

Dalam hal ini individu selalu menggunakan smartphone untuk

berinteraksi dan cenderung malas untuk berkomunikasi secara

langsung dengan individu yang lain. Contohnya pada saat individu

sedang bersama-sama dengan orang lain dalam jarak yang sangat

dekat, maka individu akan menggunakan smartphone untuk

berkomunikasi daripada menemui langsung orang tersebut.

d. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri

individu. Faktor ini terkait dengan tingginya paparan media tentang

telepon genggam dan berbagai fasilitasnya. Hal ini membahas

bagaimana besarnya pengaruh media dalam mempengaruhi individu

untuk memenuhi kebutuhan akan smartphone. Survei dari bidang

pemasaran smartphone Indonesia menyatakan bahwa remaja

merupakan konsumen yang sangat sensitif terhadap perkembangan

smartphone (Frontier Consulting Group, 2012: 2).

4. Dampak Kecanduan Menggunakan Smartphone

Dampak-dampak yang akan ditimbulkan apabila individu menjadi


(40)

positif dan dampak negatif. Adapun dampak positif dan negatif menurut

Salehan (2013) adalah sebagai berikut :

a. Dampak Positif

1. Mempermudah untuk berinteraksi dengan orang banyak melalui

fitur media sosial yang ada.

2. Mempersingkat jarak dan waktu, di era perkembangan smartphone

yang canggih didalamnya terdapat media sosial yang beraneka

ragam sehingga hubungan jarak jauh bukan lagi menjadi suatu

masalah dan halangan.

3. Mempermudah para siswa mengkonsultasikan pelajaran dan

tugas-tugas yang belum dimengerti. Hal ini biasa dilakukan siswa dengan

mengirimkan pesan singkat kepada guru mata pelajaran.

4. Mengetahui informasi-informasi tentang kegiatan, foto yang

berkaitan dengan kegiatan disekolah kemudian membagikannya di

grup kelas atau langsung membagikan kepada orang tertentu.

b. Dampak Negatif

1. Konsumtif, penggunaan telepon genggam dengan berbagai fasilitas

yang ditawarkan penyedia jasa layanan telepon genggam (operator)

membuat individu harus mengeluarkan biaya untuk memanfaatkan

fasilitas yang digunakan.

2. Psikologis, individu merasa tidak nyaman atau gelisah ketika tidak

menggunakan atau tidak membawa telepon genggam.

3. Fisik, terjadi gangguan seperti gangguan atau pola tidur yang


(41)

4. Relasi sosial, berkurangnya kontak fisik secara langsung dengan

orang lain.

5. Akademis/pekerjaan, berkurangnya waktu untuk mengerjakan

sesuatu yang penting atau dengan kata lain berkurangnya

produktivitas sehingga mengganggu kecpatan akademis atau

pekerjaan.

6. Hukum, keinginan untuk menggunakan telepon genggam yang tidak

terkontrol menyebabkan menggunakan telepon genggam saat

mengemudi dan membahayakan bagi diri sendiri dan pengendara lain

atau juga komentar / posting yang melanggar hukum.

B. Smartphone 1. Pengertian

Smartphone merupakan suatu alat komunikasi atau telepon selular

(perkembangan dari telepon selular) yang dilengkapi dengan organizer

digital. Perangkat tersebut dapat juga berfungsi sebagai data organizer,

email client, web browser, pemutar musik, pemutar film, kamera digital,

GPS, menyunting dokumen, dan fungsi lainnya.

Banyak yang menganggap bahwa smartphone sama dengan PDA,

namun sebenarnya keduanya memiliki perbedaan walaupun pada dasarnya

sama-sama dilengkapai dengan organizer digital. PDA phone yang

merupakan singkatan dari Personal Digital Assistant Phone merupakan

pengembangan dari PDA yang bisa juga digunakan sebagai telepon. PDA


(42)

organizer digital dan mudah dibawa kemana saja . Namun dalam

pengembangan selanjutnya, fungsi telepon ditambahkan dalam PDA

sehingga dikenal dengan nama PDA phone. Sebaliknya smartphone

merupakan pengembangan dari telepon selular yang kemudian

ditambahkan fitur dan fasilitas lainnya sehingga menjadi telepon yang

cerdas dan disebut smartphone. Jika dibandingkan, hampir tidak ada

perbedaan antara PDA phone dan smartphone.

2. Jenis-jenis Smartphone

Berbagai jenis smartphone yang sekitaran tahun 2010 mulai masuk

ke Indonesia, saat ini semakin banyak jenisnya bahkan penggunaanya

sudah bukan hal yang asing lagi. Smartphone merupakan perkembangan

jenis ponsel konvensional dengan kemampuan yang memudahkan

kegiatan mobile sehingga lebih fleksibel. Fungsi cerdas smartphone

hampir menyerupai perangkat komputer dengan aplikasi pengembangan

yang dikhususkan untuk perangkat mobile. Kecanggihan smartphone yang

sudah banyak di pakai saat ini terdapat pada sistem operasi yang tertanam

pada smartphone dan aplikasi-aplikasi di dalamnya.

Sistem operasi menjadi faktor terpenting dalam mengintergarasi

kinerja ponsel dengan hardware yang terpasang. Seperti halnya

pengecekan email bisa diakses dengan menggunakan smartphone tanpa

harus menggunakan laptop ataupun PC. Berbagai kemudahan seperti

itulah yang menjadikan smartphone semakin diminati oleh semua

kalangan. Sistem operasi pada smartphone lah yang menjadikannya ponsel


(43)

a. Jenis SmartphoneSymbian

Jenis smartphone yang dikeluarkan oleh brand terkemuka Nokia

ini merupakan awal mula munculnya smartphone. Banyaknya

handphone Nokia berbasis symbian ini membuat OS ini melekat pada

brand Nokia.

b. Jenis SmartphoneAndroid

Jenis smartphone android adalah jenis smartphone yang

semakin digemari, karena perkembangan versi android yang

meningkatkan performa OS tersebut disetiap versinya. Terlebih lagi

android yang dipublikasikan oleh google, sudah memiliki source dunia

maya. Kebanyakan smartphone jenis android yang digemari adalah

keluaran Samsung.

c. Jenis SmartphoneWindows Phone

Jenis smartphone Windows phone adalah brand dari vendor

terkemuka Microsoft. Perusahaan Microsoft ini mengeluarkan OS

untuk perangkat mobile pertama dengan platform windows mobile.

Microsoft merupakan brand besar yang merajai operating system untuk

personal computer dan windows mobile ini merupakan

perkembangannya. Nokia lumia menjadi pengusung windows mobile

pertama di Indonesia.

d. Jenis SmartphoneiOS

Perangkat lunak buatan Apple ini dikenal dengan iPhone OS.


(44)

untuk sistem operasinya seperti iPhone, iPad, iPod touch dan Apple

TV.

e. Jenis SmartphoneBlackberry

Jenis smartphone yang masih menjadi primadona di Indonesia

ini merupakan keluaran RIM dengan nama produk yang sama yaitu

blackberry. Ponsel keypad QWERTY merupakan ciri khas smartphone

ini.

3. Tujuan dan Fungsi Smartphone

Secara umum smartphone adalah pengembangan dari telepon

genggam yang hanya berfungsi sebagai alat bantu komunikasi yang

memudahkan manusia agar bisa berkomuikasi kapan saja dan dimana saja

tanpa adanya batasan waktu. Fungsi dasarnya adalah untuk menerima

telepon dan juga mengirim pesan singkat. Akan tetapi semakin pesatnya

perkembangan zaman yang menuntut manusia untuk berkembang,

membuat teknologi informasi dan komunikasi juga berkembang, sehingga

fungsi awal telepon genggam yang awalnya hanya sebagai alat bantu

komunikasi berkembang menjadi fungsi lainya yakni sebagai pengganti

komputer. Dikatakan sebagai pengganti komputer karena di dalamnya

terdapat fitur-fitur dan aplikasi komputer yang dapat di akses, salah

satunya adalah jaringan internet.

Adanya jaringan internet dan penambahan fitur-fitur lain seperti

email, sosial media, kamera dan sebagainya, memungkinkan manusia

dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan sangat mudah. Aktivitas


(45)

harus membuat janji temu dan bertatap muka secara langsung.

Kemudahan-kemudahan seperti ini lah yang membuat fungsi dan tujuan

smartphone yang dapat mengubah pola dan perilaku manusia.

Diberitakan oleh Techland (2012: 4-6), sebuah survei yang

dilakukan perusahaan komunikasi CloudTalk menunjukkan bahwa

menelepon adalah aktivitas nomor empat dari aktivitas lain yang biasa

dilakukan orang dengan menggunakan smartphone, sedangkan tiga

aktivitas yang lebih banyak digunakan adalah mengirim SMS, mengirim

email, dan chatting di situs jejaringan sosial. Survei warga Amerika

Serikat itu menunjukkan hanya 43% orang yang menggunakan

smartphone untuk menelepon. Sembilan dari 10 responden lebih memilih

mengirim SMS ketimbang telepon. Alasannya, menelepon dianggap

sebagai kegiatan yang boros waktu atau mengganggu, sedangkan survei

warga Indonesia menunjukkan hanya 50% orang yang menggunakan

smartphone untuk menelepon, selebihnya mereka menggunakan

smartphone tersebut untuk mengirim sms atau email, membuka situs

jejaringan sosial, dan chatting di situs jejaringan sosial tersebut. Ada juga

orang yang menggunakan smartphone tersebut bukan cuma untuk

menelepon,mengirim sms atau email, dan membuka situs jejaringan sosial;

melainkan hanya untuk gengsi semata.

Perkembangan yang semakin canggih pada smartphone yang

diperkaya dengan fitur-fitur serta sistem operasi dari sosial media yang

selalu bisa di upgrade dan diunduh setiap waktu, membuat fungsi dasar


(46)

media saja dan menyampingkan fungsi dasar dari smartphone itu sendiri,

apalagi pada era sekarang harga smartphone yang sangat terjangkau

memungkinkan setiap orang memiliki smartphone, terutama remaja yang

menjadi fokus peneliti saat ini. Seperti hasil survei diatas, 50% orang

Indonesia menggunakan smartphone itu sendiri hanya untuk gengsi saja

dan jelas hal ini sudah menggeser fungsi dasar smartphone itu sendiri.

Kemudahan untuk memiliki, mengakses dan menggunkan serta

perilaku konsumtif pada manusia membuat manusia sekarang seolah tidak

bisa terlepas dari smartphone. Smartphone bisa dibilang sudah menjadi

sahabat manusia karena hampir setiap aktivitas manusia selalu

menggunakan dan ditemani smartphone.

C. Remaja

1. Pengertian

Kata remaja berasal dari bahasa Inggris “teenager” yakni manusia

usia 13-19 tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang

artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali Rahman

Hakim, 2009: 22). Sementara itu remaja juga dikatakan suatu masa ketika

individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual

(Sarwono, 2006).

Masa remaja juga merupakan salah satu fase dalam rentang

perkembangan manusia yang terentang sejak anak masih dalam kandungan

sampai meninggal dunia. Masa remaja mempunyai ciri yang berbeda


(47)

mempengaruhinya sehingga selalu menarik untuk di bicarakan (Rita Eka

Izzaty, dkk 2008: 123).

Kata remaja diterjemahkan dari kata bahasa Inggris adolescene atau

adolecene (bahasa latin) yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak,

menjadi dewasa. Dalam pemakaiannya istilah remaja dengan adolecen

disamakan. Adolescene ataupun remaja menggambarkan seluruh

perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual, emosi dan

sosial (Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 123).

Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004: 53) masa remaja

adalah peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami

perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa

adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa

anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

sosial-emosional. Berk (2013: 497) juga menyatakan bahwa awal masa

remaja ditandai dengan pubertas (puberty), sebuah kumpulan peristiwa

biologis yang mengarah pada badan ukuran dewasa dan kematangan

seksual.

Para peneliti umumnya membagi masa remaja menjadi tiga tahap,

yaitu :

a. Masa remaja awal (11-12 hingga 14 tahun) : ini merupakan periode

perubahan pubertas yang cepat.

b. Masa remaja pertengahan (14 hingga 16 tahun) : perubahan pubertas


(48)

c. Masa remaja akhir (16 hingga 18 tahun) : sosok anak muda mencapai

penampilan dewasa sepenuhnya dan mengantisipasi asumsi tentang

peran orang dewasa.

2. Karakteristik Remaja

Saat memasuki masa perkembangan dalam hidupnya terdapat

beberapa tahap dalam masa remaja, salah satunya yaitu tahap operasional.

Pada tahap operasional, formal remaja akan memperlihatkan kualitas

pemikiran abstraknya yang di tandai dengan adanya tendensi untuk

berpikir mengenai pikiran itu sendiri. Pemikiran yang menyertai sifat dasar

abstrak dari pemikiran formal operasional adalah pemikiran yang banyak

mengandung idealisme dan kemungkinan, khususnya di awal tahap

operasional formal yaitu ketika asimilasi mendominasi. Remaja akan

terlibat dalam spekulasi mengenai karakteristik-karakteristik ideal–kualitas yang mereka inginkan terdapat pada dirinya maupun orang lain. Cara

berpikir remaja seperti ini sering membuat remaja membandingkan dirinya

dengan orang lain menurut standar ideal tersebut. Di masa ini juga remaja

mulai berpikir logis dimana remaja cenderung memcahkan masalah

melalui trial dan error (Santrock, 2012: 424)

Pada masa remaja juga terdapat kesadaran diri yang akan muncul

atau dikatakan sebagai egosentrisme remaja. David Elkind dalam Santrock

(2012: 424) berpendapat bahwa egosentrisme remaja mengandung dua

komponen utama yaitu imaginary audience dan personal fable. Audiens

imajiner (imaginary audience) adalah keyakinan remaja bahwa orang lain


(49)

termasuk juga tingkah laku menarik perhatian – berusaha untuk

diperhatikan, terlihat, berada seperti “di panggung”. Maksudnya adalah

ketika seorang pelajar kelas delapan berjalan kedalam kelas sambil berfikir

semua mata tertuju pada wajahnya yang penuh bercak. Penghayatan

seperti ini yang dikatakan bahwa remaja “berada di panggung” di awal remaja, dengan meyakini bahwa mereka adalah aktor utama sedangkan

orang lain adalah penontonnya.

Menurut Elkind dalam Santrock (2012: 424) fabel pribadi (personal

fable) yang merupakan bagian dari egosentrisme remaja mengandung

pernyataan bahwa dirinya unik dan tidak terkalahkan. Penghayatan remaja

yang menyatakan bahwa diri mereka adalah pribadi yang unik membuat

mereka merasa bahwa tidak seorangpun yang dapat memahami perasaan

mereka sebenarnya. Dalam usaha mereka menghayati perasaan mereka

tentang pribadi dirinya yang unik, seorang remaja bisa menjadi ahli kisah

mengenai dirinya yang dipenuhi dengan fantasi sambil menenggelamkan

dirinya kedalam sebuah dunia yang jauh dari kenyataannya. Fabel pribadi

sering kali muncul ke dalam buku harian remaja.

Pada masa remaja juga terdapat perubahan dalam pemrosesan

informasi yang mencerminkan meningkatnya fungsi eksekutif pada

cakupan perkembangan kemampuan remaja dalam mengambil keputusan

dan berfikir kritis. Remaja yang lebih tua mampu mengambil keputusan

yang lebih baik daripada remaja yang lebih muda, yang lebih baik

dibandingkan anak-anak. Meskipun demikian, mampu mengambil


(50)

mampu berbuat demikian dalam kehidupan sehari-hari, dimana

pengalaman yang luas turut berperan. Meningkatnya kecepatan dalam

memproses, otomatisasi, dan kapasitas, maupun bertambahnya isi dan

jangkauan pengetahuan serta spontanitas dalam penggunaan strategi,

memungkinkan kemampuan berpikir kritis pada remaja akan meningkat.

Selain itu perkembangan pada masa remaja juga di pengaruhi dari

lingkungan sekolah remaja itu sendiri. Transisi menuju SMP dan SMA

berlangsung bersama-sama dengan berbagai perubahan sosial, keluarga

dan individual di kehidupan remaja. Transisi ini sering kali akan menekan

remaja. Dalam hal ini akan ada fase atau fenomena top – dog yaitu dimana terjadi perubahan situasi dari menjadi siswa yang paling besar dan paling

kuat di sekolah dasar menjadi siswa yang paling muda, paling kecil dan

paling lemah di sekolah menengah. Hal ini yang akan menjadi salah satu

sumber stress pada remaja. Pada masa ini akan muncul clique dan crowds

yang mempunyai pengaruh dan peran pada masa perkembangan remaja.

Clique dan crowds memainkan peran penting di dalam kehdiupan

remaja dibandingkan anak-anak. Clique adalah kelompok kecil yang

jumlah anggotanya berkisar dari 2 hingga 12 individu dan rata-rata hingga

5-6 individu, biasanya memiliki kesamaan gender dan usia diantara

anggotanya. Klik dapat terbentuk karena adanya aktivitas yang sama dan

juga persahabatan. Sejumlah remaja membentuk klik karena mereka telah

menghabiskan waktu bersama, berbagi minat yang sama dan menikamati


(51)

Berbeda dengan clique, crowds bersifat lebih besar dan kurang

personal. Keanggotaan pada crowds didasarkan pada reputasi, maksudnya

mereka bisa meluangkan banyak waktu bersama namun bisa juga tidak.

Banyak crowd diidentifikasikan sesuai dengan aktivitas yang dilakukan

oleh remaja seperti “jocks”, remaja yang mahir dalam olahraga atau “druggies”, remaja yang menggunakan obat-obat terlarang (Brown dalam Santrock, 2012: 2009). Reputasi yang didasarkan pada crowd sering

muncul pertama kali di masa remaja awal dan biasanya kurang menonjol

di masa remaja akhir (Collins dan Steinberg, 2006) dalam Santrock (2012:

449).

Di beberapa budaya, kawan sebaya memiliki peran yang lebih kuat

dalam kehidupan remaja dibandingkan orang lain (Brown dalam Santrock,

2012: 453). Di sebagian besar negara Barat, kawan sebaya sangat

mempengaruhi kehidupan remaja. Dalam sejumlah kasus, kawan sebaya

mengambil peran yang selayaknya dipegang oleh orang tua. Di kalangan

para remaja jalanan di Amerika Selatan, jaringan kawan sebaya itu dapat

bertindak bagai keluarga yang menelamatkan hidup mereka ketia berada di

situasi yang membahayakan dan menekan. Di belahan dunia lain, seperti

di negara-negara Arab, peran kawan sebaya sangat terbatas, khususnya

untuk perempuan (Booth dalam Santrock, 2012: 453)

Read Larson dkk, dalam Santrock, (2012: 453) telah menyelidiki

bagaimana remaja meluangkan waktunya untuk bermain, bekerja dan

aktivitas pengembangan seperti bersekolah. Baik remaja AS maupun


(52)

menyelesaikan tugas sekoah; terutama karena remaja AS lebih sedikit

menggunakan waktunya unutk pekerjaan rumah.

Remaja-remaja AS memiliki waktu bebas yang lebih banyak

dibandingkan remaja di negara-negara industri lainnya (Larson, Wilson,

dan Rickman, 2009 dalam Santrock, 2012: 453). Sekitar 40 hingga 50

persen dari waktu beraktivitas remaja-remaja AS (tidak termasuk liburan

musim panas) digunakan untuk melakukan aktivitas-aktivitas bebas,

dibandingkan dengan 25 hingga 35 persen di Asia Timur dan 35 hingga 45

persen di Eropa.

Pada masa remaja juga teradapat budaya yang dialamai para remaja

yang tidak hanya melibatkan nilai-nilai budaya, status sosial-ekonomi, dan

etnisitas, tapi juga pengaruh media. Sebuah penelitian nasional

mempelajari lebih dalam kebiasaan anak-anak dan remaja terhadap media

(Rideout, Roberts, dan Foehr, dalam Santrock, 2012: 453). Dengan

mensurvei lebih dari 2.200 anak dan remaja dari usia 8 hingga 18 tahun,

penelitian ini menegaskan bahwa remaja zaman sekarang dikelilingi oleh

media. Rata-rata remaja menghabiskan 6,5 jam perhari atau 44,5 jam

perminggu bersama media, hanya menghabiskan 2,25 jam sehari bersama

orang tua, serta hanya 50 menit sehari untuk mengerjakan pekerjaan

rumah.

Tren utama dalam penggunaan teknologi adalah peningkatan

dramatis pada media multitugas. Perkiraan terbaru mengindikasikan

bahwa ketika media multitugas diperhitungkan, anak usia 8 hingga 18


(53)

dalam Santrock, 2012: 455). Contohnya adalah ketika seorang remaja

menonton TV sambil mengirimkan sms kepada temannya. Contoh lainnya

yang menggambarkan kasus multitugas media adalah ketika remaja

mengirimkan SMS, mendengarkan musik melalui i-Pod dan mengupdate

situs Youtube dilakukan bersamaan ketika mengerjakan pekerjaan rumah.

Sangat sulit membayangkan bahwa hal tersebut bisa membantu melakukan

pekerjaan rumah secara efisien.

Selain itu remaja di seluruh dunia saat ini semakin bergantung pada

Internet, meskipun terdapat perbedaan substansial dalam penggunaanya di

berbagai negara di seluruh dunia dan oleh berbagai kelompok

sosial-ekonomi (Shek, Tang, dan Lo, Subrahmanyan dan Greenfield dalam

Santrock, 2012: 456). Sebagai contoh sebuah penelitian mengungkapkan

bahwa 17 persen remaja Singapura berlebihan menggunakan Internet,

yaitu 5 jam atau lebih per hari (Mythily, Qui, dan Winslow dalam

Santrock, 2012: 456).

Sebuah penelitian juga telah menemukan bahwa sekitar satu dari tiga

remaja lebih membuka diri secara online dibandingkan secara langsung;

dalam penelitian ini remaja laki-laki merasa lebih nyaman membuka diri

secara online dibandingkan remaja perempuan. Sebaliknya remaja

perempuan lebih merasa nyaman secara langsung daripada laki-laki,

sehingga keterbukaan diri remaja laki-laki diuntungkan dengan

berkomunikasi secara online kepada teman-temannya (Valkenburg dan


(54)

Sebuah studi terbaru juga mengungkapkan bahwa remaja yang

penyesuaian dirinya baik pada usia 13 atau 14 tahun cenderung

menggunakan situs jejaring sosial pada usia 20 hingga 22 tahun (Mikami

dalam Santrock, 2012: 456-457). Dalam penelitian ini, kualitas

persahabatan pada remaja muda dan berbagai penyesuaian perilakunya

dapat memprediksi kualitas interaksi pada situs jejaring sosial dan ada

tidaknya masalah perilaku terhadap situs tersebut pada orang yang

beranjak dewasa.

Perhatian khusus diberikan terhadap akses informasi Internet yang

belum diatur pada anak-anak dan remaja (Pujazon-Zazik dan Park dalam

Santrock, 2012: 457). Sebuah survei nasional mengindikasikan bahwa 42

persen remaja usia 10 hingga 17 tahun telah terekspos pornografi melalui

internet beberapa tahun terakhir, dengan 66 persen dari eksposur tersebut

adalah tidak diinginkan (Wolak, Mitchell, dan Finkelhor dalam Santrock,

2012: 457). Selaim itu terdapat juga peningkatan substansial pelecehan

pada remaja dan cyberbullying melalui internet (Subrahmanyam dan

Greenfield dalam Santrock, 2012: 457).

Lingkungan sosial remaja dan remaja yang beranjak dewasa di

internet meliputi chat rooms, e-mail, pesan instan, blog, dan situs web

populer Facebook. Banyak remaja dan orang dewasa awal yang

menggunakan Facebook menyangka bahwa informasi yang mereka

bagikan melalui situs tersebut adalah rahasia. Namun, sebenarnya mudah

bagi siapa saja untuk mengakses informasi tersebut, termasuk orang tua,


(55)

teknologi yang memerlukan pengawasan dan aturan dari orang tua

terhadap remaja yang menggunakannya.

D. Kerangka Berpikir

Di era globalisasi sekarang, manusia dihadapkan pada semua

perkembangan yang ada, salah satu perkembangan tersebut adalah

perkembangan teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi komunikasi

pada saat ini yang masih terus berlanjut salah satunya pada alat untuk

berkomunikasi dan berinteraksi antara sesama individu yaitu smartphone.

Perkembangan smartphone yang terus menerus berkembang membuat pasar

penjualan di berbagai negara tidak terkecuali Indonesia meningkat sangat

pesat. Peningkatan angka penjualan smartphone di Indonesia menunjukkan

sebagian besar konsumennya yaitu pada usia remaja. Tingginya angka

penjualan smartphone pada remaja di Indonesia mengindikasikan remaja yang

menggunakan smartphone di Indonesia menjadi ketergantungan. Atas dasar

tersebut peneliti mencoba untuk mengidentifikasi apa saja faktor-faktor yang

menyebabkan remaja menjadi kecanduan dengan smartphone.

Berdasarkan teori dari Kwon (2013), Bian dan Leung (2014), Lee dkk

(2012), Huang Son dan Choi (2011) tentang kecanduan mengggunakan

smartphone, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa definisi kecanduan

menggunakan smartphone adalah kondisi individu yang menjadi tergantung

dengan smartphone yang ditandai dengan hal sebagai berikut :

1. Selalu memeriksa smartphone tanpa alasan yang jelas.

2. Merasa cemas atau gelisah jika tidak membawa atau menggunakan


(56)

3. Menghindar dari interaksi sosial dan sering menghabiskan waktu

dengan smartphone.

4. Bangun di tengah malam hanya untuk memeriksa smartphone.

5. Penurunan prestasi belajar atau performa kerja sebagai akibat dari

aktivitas penggunaan smartphone yang berkepanjangan.

6. Mudah terpengaruh atau terganggu oleh aplikasi terbaru yang ada

di smartphone.

Teori yang dikemukakan oleh Lee dkk. (2014) merupakan dasar dalam

menyusun instrumen penelitian yang digunakan menentukan individu

termasuk dalam kategori kecanduan menggunakan smartphone atau tidak

sebagai tahap pertama dalam penelitian ini.

Setelah menentukan individu yang termasuk dalam kecanduan

smartphone atau tidak pada tahap pertama, peneliti kemudian melakukan

tahap kedua untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kecanduan

menggunakan smartphone. Dasar teori yang digunakan dalam penyusunan

instrumen adalah teori yang dikemukakan oleh Yuwanto (2010). Yuwanto

(2010) menjelaskan bahwa terdapat empat faktor resiko penyebab kecanduan

menggunakan smartphone, yaitu faktor internal, faktor eksternal, faktor

situasional dan faktor sosial.

Faktor internal adalah faktor yang menggambarkan karakteristik

individu tersebut. Faktor internal ini terdiri dari tiga aspek yaitu sifat

sensastion seeking yang tinggi, self esteem yang rendah dan kontrol diri yang


(57)

tentang smartphone dan fasilitasnya. Faktor situasional adalah faktor yang

terkait dengan penggunaan smartphone sebagai sarana membuat individu

merasa nyaman secara psikologis ketika mengahadapi situasi tidak nyaman.

Faktor sosial adalah faktor yang terkait dengan pola interaksi dan sarana untuk

menjaga komunikasi dengan orang lain.

Selanjutnya empat faktor penyebab tersebut dijabarkan menjadi

indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja

yang beresiko menyebabkan individu kecanduan dalam menggunakan

smartphone.

E. Pertanyaan Penelitian

Apakah faktor-faktor resiko penyebab kecanduan menggunakan


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif

deskriptif dengan teknik survei. Penelitian survei adalah metode penyelidikan

tentang perulangan kejadian, peristiwa atau masalah dalam berbagai situasi

dan lingkungan yang dilakukan untuk memmperoleh keterangan-keterangan

faktual guna atau sebatas mendapatkan informasi tentang variabel dengan

menggunakan insntrumen seperti kuesioner, wawancara atau kadang observasi

(Andi Prastowo, 2014: 177). Ciri khas penelitian survei adalah tidak

melakukan perubahan tindakan (tidak ada perlakuan khusus pada variabel

yang diteliti dan hanya mengungkapkan data dari subjek tertentu) (Masri

Singarimbun, 1995: 25). Oleh karena itu penelitian ini tidak melakukan

perubahan tindakan.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik

dalam jenis maupun tingkatannya (Sutrisno Hadi, 2001: 224). Variabel

juga diartikan sebagai semua faktor yang bervariasi. Menurut Suharsimi

Arikunto (2002: 96) mengemukakan variabel adalah obyek penelitian, atau

apa yang menjadi titik perhatian. Sesuai dengan judul penelitian yaitu

Identiifikasi Faktor penyebab kecanduan smartphone pada remaja di SMK


(59)

variabel tunggal yang akan diukur yaitu faktor penyebab kecanduan

smartphone.

2. Definisi Operasional

Judul penelitian ini adalah “Faktor-faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone pada Remaja di SMK Negeri 1 Kalasan

Yogyakarta”. Untuk menghindari kesalahpahaman serta kekeliruan dalam penafsiran judul tersebut, maka peneliti menjelaskan arti kata atau istilah

yang terdapat dalam judul berdasarkan pengertian umum yang berlaku.

Istilah yang perlu dijelaskan peneliti adalah: faktor resiko kecanduan

menggunakan smartphone. Faktorresiko kecanduan menggunakan

smartphone adalah faktor-faktor yang menyebabkan individu menjadi

kecanduan atau tergantung dengan smartphone sehingga membuat

penggunaan smartphone yang berlebihan dan tidak sesuai dengan fungsi

utamanya..

C. Subyek Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah seluruh individu yang akan dikenai generalisasi

dari sampel-sampel yang diambil dalam suatu peneltian (Sutrisno Hadi,

2001: 70). Suharsimi Arikunto (2006: 108) menjelaskan bahwa populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian. Selain itu Sugiyono (2007: 117)

menyebutkan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

dan subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


(60)

Dari beberapa penjelasan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah semua subjek atau individu yang dapat digeneralisasikan

oleh peneliti sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini populasinya adalah semua siswa SMK Negeri

1 Kalasan Yogyakarta kelas X (Sepuluh) dari jurusan Kriya Logam, Kriya

Tekstil, Tata Boga dan Akomodasi Perhotelan.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 114) subyek penelitian

merupakan sumber untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini yang

menjadi subyek peneliitian atau sumber data adalah siswa SMK Negeri 1

Kalasan Yogyakarta.

Penelitian ini termasuk penelitian sampel, karena seluruh subyek

dalam penelitian ini hanya diambil sebagian. Hal ini sesuai dengan yang

telah dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1998: 107) bahwa subyek

penelitian dapat bersifat penelitian populasi maupun penelitian sampel.

Penelitian yang bersifat penelitian populasi artinya seluruh subyek di

dalam wilayah penelitian dijadikan subyek penelitian, sedangkan

penelitian yang bersifat penelitian sampel artinya hanya sebagian subyek

penelitian yang dipilih dan dianggap mewakili keseluruhan. Sugiyono

(2012: 81) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan

peneliti tidak mugkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat


(61)

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 120) menyatakan bahwa

apabila populasi dalam kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua.

Karena populasi dalam penelitian ini adalah siswa dari 4 kelas yang

berjumlah lebih dari 100, maka perlu dilakukan penentuan subyek.

Penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2007: 124) sampling purposive adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok

digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan

generalisasi. Pertimbangan dalam penelitian ini adalah menentukan subyek

yang termasuk dalam kategori subyek yang kecanduan smartphone bukan

subyek secara general.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi dan waktu penelitian bertempat di SMK Negeri 1 Kalasan

Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 September sampai

dengan 9 Oktober 2015. Peneliti memilih lokasi tersebut karena pada saat

peneliti sedang melakasanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), peneliti

menemukan banyaknya siswa yang sering menggunakan smartphone bukan

pada waktunya (waktu efektif belajar) dan hal ini sesuai dengan permasalahan

yang sedang berkembang sekarang yaitu para siswa terindikasi kecanduan

menggunakan smartphone.

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010: 137) teknik pengumpulan data adalah


(1)

(2)

(3)

(4)

113 Lampiran 6 Surat Izin Penelitian


(5)

(6)