Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta

(1)

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN PADA SISWA KELAS IX DI SMP BUDYA

WACANA YOGYAKARTA Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : Natanael Jalung Liah

NIM : 101414075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(2)

i

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN PADA SISWA KELAS IX DI SMP BUDYA

WACANA YOGYAKARTA Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : Natanael Jalung Liah

NIM : 101414075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Jangan tanyakan jawaban atas permasalahan yang kamu

hadapi, tapi tanyakan bagaimana kamu mengatasi masalah

yang kamu hadapi .

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

Tuhan Yusus dan Bunda Maria atas semua berkatnya

Ibu ku tercinta yang selalu mendukung ku

Serly Eka Febriana

dan semua sahabat-sahabat ku.


(6)

(7)

(8)

vii ABSTRAK

Natanael Jalung Liah. 2014. Efektifitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori van Hiele dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Kesebangunan pada Siswa Kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) keefektifan penggunaan teori belajar van Hiele dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa 2) keefektifan penggunaan teori belajar van Hiele dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IX SMP Budaya Wacana Yogyakarta dengan materi kesebangunan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen dan data dianalisis secara kuantitatif. Peneliti membandingkan dua kelas yakni kelas IX A dan IX C di SMP Budya Wacana Yogyakarta. Salah satu kelas melakukan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar van Hiele dan kelas tersebut diberi nama kelas eksperimen. Sedangkan kelas yang lainnya melakukan pembelajaran konvensional dan diberi nama kelas kontrol. Pada penelitian ini, kedua kelas mempelajari materi kesebangunan. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) soal pretest, soal post test, lembar observasi keterlaksanaan teori belajar, dan lembar observasi keaktifan. Peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa dan guru untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran menggunakan teori belajar van Hiele.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah persentase siswa yang lulus KKM di kelas eksperimen yakni 76%. Rata-rata persentase keaktifan siswa di kelas eksperimen yakni sebesar 40% . Selain itu, rata-rata frekuensi keaktifan siswa di kelas eksperimen yakni 13. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran menggunakan teori belajar van Hiele efektif ditinjau dari hasil belajar dan keaktifan siswa. Dengan melakukan perhitungan statistik Mann-Whitney U diperolehsig (2-tailed) = 0,082 > 0,05 yang berarti rata-rata hasil post test di kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori belajar van Hiele lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam pembelajaran matematika pada materi kesebangunan di SMP Budya Wacana Yogyakarta.


(9)

viii ABSTRACT

Natanael Jalung Liah, 2014. Learning Effectiveness which Uses Van Hiele Theory in Mathematic Learning on Congruent Topic on the Students Class IX in SMP Budya Wacana Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program. Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

The purposes of this research are to know 1) the effectiveness of the use of Van Hiele learning theory on mathematics learning towards learning result and activeness of students 2) the effectiveness of the use of Van Hiele learning theory compared with conventional learning on mathematics learning towards the activeness of students class IX SMP Budya Wacana Yogyakarta on the topic of similarity.

The type of the research which was used was quasi experimental research and data was analyzed quantitatively. Researcher compared two classes which were class IX A and IX C in SMP Budya Wacana Yogyakarta. One of the classes did the learning using Van Hiele learning theory and the class named experiment class. While, the other class did the conventional learning and named as control class. On this research, the two classes learned about the topic of congruent. Instrument which was used on this research was learning implementation plan (RPP) pre test question, post test question, observation sheet of learning theory implementation, and observation sheet of activeness. The researcher also did the interview with the student and teacher to know the strengths and weaknesses of learning which was used Van Hiele learning theory.

The result which was got is students’ percentage who passed KKM in experimental class was 76%. The average percentage of the students’ activeness in

experimental class which was 40%. Besides, the average frequency of the students’

activeness in experimental was 13. Therefore, it can be concluded that mathematics learning used Van Hiele learning theory effective towards learning result and activeness of students. By Mann-Whitney U statistic calculation obtainable sig (2-tailed) = 0,082> 0,05 which means the average of post test result in experimental class was higher than control class. Therefore, it can be concluded that Van Hiele learning theory was effectively compared with conventional learning on mathematics learning on the topic of similarity in SMP Budya Wacana Yogyakarta.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang selalu memberikan berkat dan anugerah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi pengarahan dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika. 3. Dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis sehingga

penulis mendapat banyak pengetahuan dan wawasan dalam mengambil dan mengolah data penelitian.

4. Kepala Sekolah SMP Budya Wacana Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Sekolah tersebut.

5. Ibu Nuriawati, kakak Dewi Lianti, Christian Oby, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas motivasi, doa dan dukungan serta cinta kasih yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.


(11)

x

6. Seluruh mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2010 yang telah berjuang dan berdinamika bersama.

7. Seluruh siswa kelas IX A dan IX C SMP Budya Wacana Yogyakarta yang telah bekerja sama menjadi subjek penelitian pada skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, Penulis,


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pemabatasan Masalah... 5


(13)

xii

E. Penjelasan Istilah ... 6

F. Manfaat Penelitian... 8

G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Teori van Hiele... 11

1. Pengertian Teori Belajar van Hiele ... 11

2. Karakteristik dan Sifat-sifat Teori van Hiele ... 13

3. Model Pembelajaran van Hiele ... 16

B. Belajar ... 19

1. Hakekat Belajar ... 19

C. Keaktifan Siswa... 21

D. Hasil Belajar ... 23

E. Materi Pembelajaran... 24

F. Kerangka Berpikir ... 28

G. Hipotesa ... 29

BAB III METODE ANALISA PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel Penelitian ... 32

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 33

1. Variabel Bebas ... 33

2. Variabel Terkait ... 33

E. Bentuk Data ... 33

1. Hasil Belajar ... 33

2. Keaktifan Siswa ... 34

3. Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele ... 34


(14)

xiii

F. Metode Pengumpulan Data ... 35

1. Tes ... 35

2. Pengamatan ... 35

3. Wawancara ... 35

4. Dokumentasi ... 35

G. Instrument Penelitian ... 35

1. Rencana Pelaksanaan Penelitian ... 36

2. Pretest ... 37

3. Post test ... 38

4. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 38

5. Lembar Observasi Keterlaksanaan Teori van Hiele... 40

6. Pedoman Wawancara Guru dan Siswa ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 41

1. Analisis Uji Coba Soal ... 42

2. Tes Hasil Belajar ... 44

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Pelakasanaan Kegiatan Penelitian ... 53

1. Sebelum Pembelajaran ... 53

2. Selama Pembelajaran ... 57

3. Sesudah Pembelajaran ... 69

B. Data Penelitian ... 69

1. Data Hasil Belajar ... 69

2. Data Keterlaksanaan Pembelajaran ... 74

3. Data Keaktifan Siswa ... 79

4. Data Wawancara... 85

C. Analisa Data Penelitian ... 87

1. Analisa Data pretest ... 87

2. Analisa Data post test ... 91


(15)

xiv

4. Analisa Data Keaktifan Siswa ... 97

5. Analisa Data Wawancara Guru dan Siswa ... 101

D. Pembahsan Data Penelitian ... 102

1. Hasil Belajar Siswa dan Keaktifan Siswa ... 102

2. Hasil Belajar dengan Perhitungan Mann Whitney U ... 104

E. Kelemahan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106

1. Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Pembelajaran van Hiele ... 106

2. Perbandingan Hasil Belajar Antara Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran van Hiele ... 107

3. Hasil Tambahan ... 108

B. Saran ... 109


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Metode Eksperimen ... 31

Table 3.2 Kisi-kisi Soal pretest ... 37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal post test ... 38

Tabel 3.4 Observasi Keaktifan Siswa ... 38

Tabel 3.5 Persentase Siswa yang Terlibat Tiap Pertemuan ... 39

Tabel 3.6 Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele ... 40

Tabel 3.7 Koefisien Korelasi ... 43

Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Reliabilitas ... 44

Tabel 3.9 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 46

Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Soal Tes Akhir ... 54

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tiap Soal ... 55

Tabel 4.3 Data Nilai pretest Siswa kelas Eksperimen ... 70

Tabel 4.4 Data Nilai pretest Siswa kelas Kontrol ... 71

Tabel 4.5 Data Nilai post test Siswa Kelas Eksperimen ... 72

Tabel 4.6 Data Nilai post test Siswa Kelas Kontrol ... 73

Tabel 4.7 Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele Pertemuan Pertama ... 74

Tabel 4.8 Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele Pertemuan Kedua ... 75

Tabel 4.9 Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele Pertemuan Ketiga ... 77 Tabel 4.10 Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele Pertemuan


(17)

xvi

Keempat ... 78

Tabel 4.11 Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama ... 79

Tabel 4.12 Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Pertama ... 80

Tabel 4.13 Persentase Keaktifan Siswa Pertemuan Pertama ... 80

Tabel 4.14 Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan kedua ... 81

Tabel 4.15 Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Kedua ... 81

Tabel 4.16 Persentase Keaktifan Siswa Pertemuan Kedua ... 82

Tabel 4.17 Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan Ketiga ... 82

Tabel 4.18 Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Ketiga ... 83

Tabel 4.19 Persentase Keaktifan Siswa Pertemuan Ketiga ... 83

Tabel 4.20 Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan Keempat ... 83

Tabel 4.21 Keaktifan Siswa Kelas Kontrol Pertemuan Keempat ... 84

Tabel 4.22 Persentase Keaktifan Siswa Pertemuan Keempat ... 85

Tabel 4.23 Wawancara Siswa ... 85

Tabel 4.24 Wawancara Guru ... 86

Tabel 4.25 Uji Normalitas Hasil Pretest... 87

Tabel 4.26 Uji Variansi dan Uji Hasil t Pretest ... 88

Tabel 4.27 Uji Normalitas Hasil Post test ... 91

Tabel 4.28 Uji Variansi Hasil Post test ... 93

Tabel 4.29 Uji Rata-rata Nilai Post test dengan Metode Mann-Whitney U ... 94


(18)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Persentase Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele ... 96 Diagram 4.2 Persentase Keaktifan Siswa ... 97 Diagram 4.3 Jumlah Frekuensi Keaktifan Siswa ... 97


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran di Depan Kelas ... L110

Gambar 1.2 Guru Membatu Siswa yang Mengalami Kesulitan... L110

Gambar 1.3 Siswa kelas Eksperimen Mengerjakan Soal di Depan Kelas L111

Gambar 1.4 Siswa kelas Kontrol Mengerjakan Soal di Depan Kelas ... L111

Gambar 1.5 Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran di Depan Kelas ... L112


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

A1 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... L1 A2 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... L2 A3 RPP ... L3 A4 Soal Pretest ... L21 A5 Kunci Jawaban Soal Pretest ... L23 A6 Soal Post Test ... L25 A7 Kunci Jawaban Soal Post Test ... L27 Lampiran B

B1 Soal Uji Coba ... L29 B2 Skor Dan Hasil Uji Validitas ... L32 B3 Perhitungan Validitas ... L34 B4 Perhitungan Reliabilitas ... L44 Lampiran C

C1 Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... L46 C2 Lembar Observasi Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele ... L48 C3 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas Eskperimen

Sebelum Pembelajaran ... L51 C4 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen

Pertemuan Pertama ... L53 C5 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen

Pertemuan Kedua ... L55 C6 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen


(21)

xx

C7 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen

Pertemuan Keempat ... L59 C8 Lembar Observasi Keaktifan Siswa kelas Kontrol

Sebelum Pembelajaran ... L61 C9 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas Kontrol

Pertemuan Pertama ... L63 C10 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas Kontrol

Pertemuan Kedua ... L65 C11 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas Kontrol

Pertemuan Ketiga ... L67 C12 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Kelas Kontrol

Pertemuan Keempat ... L69 C13 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Pertemuan Pertama Obsever 1... L71 C14 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Pertemuan Kedua Obsever 1 ... L74 C15 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Pertemuan Ketiga Obsever 1 ... L77 C16 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Pertemuan Keempat Obsever 1 ... L80 C17 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Pertemuan Pertama Obsever 2 ... L83 C18 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Pertemuan Kedua Obsever 2 ... L86 C19 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran


(22)

xxi

C20 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Pertemuan Keempat Obsever 2 ... L92 Lampiran D

D1 Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... L95 D2 Daftar Nilai Pretest Kelas Kontrol ... L96 D3 Daftar Nilai Post Test Kelas Eksperimen ... L97 D4 Daftar Nilai Post Test Kelas Kontrol ... L98 D5 Lembar Kerja Siswa ... L99 Lampiran E

E1 Foto Pembelajaran ... L110 E2 Surat Ijin Penelitian ... L113


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan dihindari bagi siswa. Banyak siswa yang mencari cara agar terhindar dari pelajaran matematika. Saat ini biasanya siswa hanya mencoba menghafal materi apa yang diberikan oleh gurunya sehingga mereka kurang memahami apa yang menjadi inti sari dari materi yang diberikan tersebut. Siswa menjadi semakin sulit untuk memahami materi yang diberikan selanjutnya karena siswa sendiri sudah mengalami kesulitan dalam memahami konsep awalnya. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa juga bukan semata-mata karena kesalahan siswa tetapi juga bisa karena kurang tepatnya model pembelajaran yang diberikan oleh guru sehingga materi yang diberikan menjadi sulit dimengerti oleh siswa. Oleh karena itu sebagai seorang guru sudah seharusnya dituntut untuk berpikir kreatif sehingga dapat membuat sebuah proses pembelajaran yang menyanangkan, menarik minat siswa untuk belajar dan juga membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.


(24)

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, (E. Mulyasa, 2003 : 32). Menurut pandangan peneliti proses pembelajaran pada saat ini umumnya siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru di depan kelas dan kemudian menyalinnya ke dalam buku tulis. Padahal dalam proses pembelajaran siswa juga dituntut aktif mengikuti pembelajaran agar terjalin interaksi dua arah antara guru dan siswa. Pengalaman peneliti selama menjalani Program Pelatihan Lapangan (PPL) di sebuah sekolah swasta di Yogyakarta terdapat perbedaan antara siswa yang aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang hanya menunggu dan mendengarkan penjelasan dari guru.

Geometri adalah salah satu cabang matematika yang mempelajari tentang titik, garis, bidang dan benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya, dan ukuran-ukurannya. Geometri juga digunakan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Arsitek adalah sebagian kecil contoh profesi yang menggunakan geometri secara reguler.

Geometri sudah diajarkan sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar hal ini bertujuan karena geometri dapat digunakan dalam kegiatas sehari-hari, dalam berbagai profesi, dan juga dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Selain itu geometri juga dapat melatih kemampuan siswa untuk bernalar secara logis (logical reasoning), dan memberikan


(25)

pemahaman pada siswa tentang adanya keterkaitan antara matematika dengan alam sekitar.

Prestasi belajar siswa di Indonesia tentang geometri juga masih rendah. Bukti-bukti empiris di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri, mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan proses pembelajaran yang tepat yang menuntut siswa lebih aktif di dalam setiap proses pembelajaran Geometri agar memperolah hasil belajar yang sudah ditentukan.

Penerapan pembelajaran menggunakan Teori Van Hiele biasanya digunakan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran geometri. Dalam pembelajaran menggunakan teori van Hiele terdapat 5 tahap belajar anak dalam geometri, yaitu tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi informal), tahap 3 (deduksi), dan tahap 4 (rigor). Dengan mengunakan teori pembelajaran van Hiele dalam pembelajaran geometri seorang guru dapat melihat tahap perkembangan berpikir siswa. Tahap perkembangan berpikir siswa itu yang menjadikan acuan bagi guru untuk dapat melanjutkan pembelajaran ketahap selanjutnya sesuai dengan tahap perkembangan berpikir siswa dalam belajar geometri menurut teori van Hiele.

SMP Budya Wacana adalah sebuah sekolah Yayasan Katolik yang berlokasi di Jl. Bung Tarjo (Gayam) No.11 Yogyakarta. Pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan pembelajaran konvensional


(26)

yang mana guru hanya menjelaskan materi pembelajaran dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru mata pelajaran. Pada pembelajaran mengenai materi geometri guru melakukan pembelajaran sesuai dengan buku acuan guru dan menggunakan metode atau teori konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam kesempatan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektifitas teori pembelajaran van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan. Oleh karena itu peneliti mengajukan judul penelitian yang dilakukan adalah

“Efektifitas Pembelajaran yang Menggunakan Teori Van Hiele dalam Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Kesebangunan pada Siswa Kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mencoba merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan teori belajar van Hiele efektif ditinjau dari hasil belajar siswa dan keaktifan siswa pada pokok bahasan kesebangunan di SMP Budya Wacana Yogyakarta Tahun ajaran 2014/2015?

2. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan teori belajar van Hiele lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran dengan mengunakan metode konvensional ditinjau dari hasil belajar siswa


(27)

pada pokok bahasan kesebangunan di SMP Budya Wacana Yogyakarta Tahun ajaran 2014/2015?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis meberikan batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa hanya berdasarkan tes ulangan siswa pada materi kesebangunan yang diberikan oleh peneliti.

2. Materi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kesebangunan dalam geometri.

3. Standar kompetensi pada penelitian ini adalah memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah.

4. Kompetensi dasar pada penlitian ini adalah mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun-bangun dan kongruen dan mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen

5. Penelitian ini hanya membahas mengenai keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan teori pembelajaran van Hiele pada pokok bahasan kesebangunan di kelas IX SMP Budya Wacana Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.


(28)

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kefektifan pembelajaran matematika dengan menggunakan teori belajar van Hiele ditinjau dari hasil belajar siswa dan keaktifan siswa pada pokok bahasan kesebangunan di SMP Budya Wacana Yogyakarta Tahun ajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran matematika dengan menggunakan teori belajar van Hiele dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode konvensional pada pokok bahasan kesebangunan di SMP Budya Wacana Yogyakarta Tahun ajaran 2014/2015.

E. Penjelasan Istilah

1. Efektifitas adalah sebuah kata sifat dari kata dasar efektif. Efektif didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti dapat membawa hasil atau berguna. Jadi efektivitas adalah tercapainya suatu tujuan yang sudah direncanakan secara matang dan membawa hasil yang berguna.

2. Teori pembelajaran Van Hiele adalah sebuah teori pembelajaran yang menjelaskan perkembangan berpikir siswa dalam geometri, dimana siswa akan memalui 5 tahap perkembangan berpikir dalam proses belajar geometri, yaitu tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi informal), tahap 3 (deduksi), dan tahap 4 (rigor).


(29)

3. Kesebangunan adalah sebuah pokok bahasan dari cabang ilmu matematika yang diajarkan pada siswa di Sekolah Tingkat Pertama (SMP). Kesebangunan berarti benda atau bangun datar yang mempunyai bentuk yang sama namun ukurannya belum tentu sama. 4. Keaktifan siswa adalah sikap atau respon yang diberikan oleh siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran. Interaksi dalam pembelajaran dapat menghidupkan suasana pembelajaran. Dengan adanya interaksi dua arah antara siswa dan guru maka akan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan. Jika seluruhnya atau setidaknya sebagian besar murid terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang tidak hanya menunjukan gairah belajar yang tinggi namun juga menunjukan semangat belajar yang besar serta rasa percaya diri yang tinggi maka proses pembelajaran tersebut dapat dikatakan pembelajaran yang berhasil serta berkualitas.

5. Hasil belajar siswa adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk rapor pada setiap semesternya. Hasil belajar didapatkan setelah diadakan suatu tes yang mengukur sejauh mana materi yang diajarkan dapat diterima oleh siswa.


(30)

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari tujuan yang ingin dicapai, diharapkan penelitian ini memiliki manfaat bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menggunakan teori pembelajaran Van Hiele pada materi yang berhubungan dengan Geometri. Dengan menggunakan tahap-tahap pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.

2. Bagi siswa

Dengan menggunakan teori pembelajaran Van Hiele siswa diharapkan dapat dengan mudah menyerap materi-materi yang diberikan. Karena, pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tahap-tahap berpikir siswa sehingga siswa dapat menyerap dan memahami pembelajaran yang dberikan dengan baik.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi pengalaman tersendiri bagi peneliti dalam proses pembelajaran menggunakan teori pembelajaran Van Hiele dan dapat menjadi bekal bagi peneliti untuk terjun ke Dunia Pendidikan nantinya.


(31)

G. Sitematika Penulisan 1. Bagian Awal Skripsi

Pada bagian ini terdiri atas halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman persembahan, pernyataan keaslian karya, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar diagram, daftar gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi Skripsi

Bagian isi skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari : a. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan.

b. Bab II Landasan Teori

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar penulisan yang meliputi teori van Hiele, belajar, keaktifan siswa, hasil belajar, materi pembeajaran, kerangka berpikir dan hipotesa.

c. Bab III Metode Analisa Penelitian

Pada bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, bentuk data, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.


(32)

d. Bab IV Pelaksanaan, Hasil Analisis dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan kegiatan penelitian, data penelitian, analisis data penelitian, pembahasan data penelitian, dan kelemahan penelitian.

e. Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran 3. Bagian Akhir Skripsi

Pada bagian akhir skripsi berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran penelitian.


(33)

11 BAB II

LANDASAN TEORI A. Teori van Hiele

1. Pengertian Teori Belajar van Hiele

Menurut Tim MKPBM (2001:51) Teori van Hiele adalah teori pembelajaran yang hanya digunakan dalam pembelajaran geometri. Teori pembelajaran van Hiele merupakan salah satu teori psikologi pembelajaran kongnitif yang melihat tahap-tahap perkembangan berpikir anak dalam geometri.

Ada tiga unsur penting dalam pembelajaran geometri menurut van Hiele dalam Tim MKPBM (2000:51), yaitu: waktu, materi pembelajaran, dan metode pengajaran yang digunakan. Jika semua unsur itu ditata dengan sedemikian rupa maka akan meningkatkan kemampuan berpikir anak pada tingkatan yang lebih tinggi.

Menurut van Hiele seseorang akan memlalui lima tahap perkembangan berpikir dalam belajar geometri. Di dalam Tim MKPBM (2000:51) lima tahap perkembangan berpikir menurut van Hiele adalah sebagai berikut :

a) Tahap 0 (visualisasi)

Ini merupakan tahap dasar dimana pada tahap ini siswa hanya mengenal bentuk-bentuk geometri dan melihatnya dalam satu kesatuan saja. Pada tahap ini siswa belum mengetahui sifat-sifat dari objek geometri yang diamatinya.


(34)

b) Tahap 1 (analisis)

Pada tahap ini siswa mulai menganalisis konsep dari bentuk geometri dan menyebutkan sifat-sifat dari bentuk geometri yang diamati. Namaun pada tahap ini siswa belum mampu mengetahui hubungan sifat-sifat antara bentuk geometri yang satu ke bentuk geometri yang lainnya.

c) Tahap 2 (deduksi informal)

Pada tahap ini siswa sudah mampu melihat hubungan sifat-sifat suatu bentuk geometri dengan sifat-sifat dari bentuk geometri yang lainnya. Namun perkembangan ini belum berkembang sepenuhnya. Siswa dapat membuat defenisi secara abstrak, menemukan sifat-sifat dari bentuk-bentuk geometri dengan menggunakan pendekatan deduksi informal.

d) Tahap 3 (deduksi)

Pada tahap ini siswa sudah memahami defenisi-defenisi, aksioma-aksioma, dan teorema-teorema dalam geometri. Siswa mampu menemukan bukti-bukti secara formal dengan menggunakan teorema-teorema dan aksioma-aksioma. Dan pada tahap ini siswa mampu mengembangkan bukti lebih dari satu cara.

e) Tahap 4 (rigor)

Tahap ini merupakan tahap terakhir yang akan dicapai oleh anak dalam pembelajaran geometri menurut van Hiele. Pada


(35)

tahap ini siswa bernalar secara formal dalam matematika dan dapat menanlisis konsekuensi dari memanipulasi asksioma dan defenisi. Saling keterkaitan antara bentuk yang tidak didefenisikan, aksioma, teorema, dan pembuktian formal.

2. Karakteristik dan Sifat-sifat Teori van Hiele

Setiap tahap dalam teori van Hiele, menunjukkan karakteristik proses berpikir siswa dalam geometri dan pemahamannya dalam konteks geometri. Kualitas pengetahuan siswa tidak ditentukan oleh akumulasi pengetahuannya, tetapi lebih ditentukan oleh proses berpikir yang digunakan.

Seperti yang dikutip dari (Abudssakir, 2011) Clements & Basttista menyatakan bahwa teori van Hiele mempunyai karakteristik, yaitu :

a. Belajar adalah proses yang tidak kontinu, terdapat “lompatan”

dalam kurva belajar seseorang.

b. Tahap-tahap tersebut bersifat terurut dan hirarki.

c. Konsep yang dipahami secara implisit pada suatu tahap akan dipahami secara ekplisit pada tahap berikutnya.

d. Setiap tahap mempunyai kosakata sendiri.

Karakteristik tersebut sejalan dengan pemikiran Crowley yang ditungkan dalam (Abudssakir,2011). Menurut Crowley dalam Abudssakir (2011) teori van Hiele mempunyai sifat-sifat berikut :


(36)

a. Berurutan

Seseorang harus melalui tahap-tahap perkembangan berpikir dalam geometri sesuai urutannya.

Contohnya :

Pada tahap pertama (visual) siswa hanya mampu melihat bentuk-bentuk geometri berdasarkan bentuk visual dan penampakannya saja tetapi siswa belum dapat menyebutkan sifat-sifatnya. Sifat-sifat dari bentuk geometri yang diamati oleh siswa akan dipelajari pada tahap berikutnya.

b. Intrinsik dan Ekstrinsik

Objek yang masih kurang jelas akan menjadi objek yang jelas pada tahap berikutnya.

Contohnya :

Pada tahap kedua (analisis) siswa sudah mampu menentukan sifat-sifat dari bentuk geometri dengan cara melakukan pengamatan atau pengukuran tetapi siswa masih belum bisa menentukan hubungan dari sifat-sifat bangun geometri yang sudah mereka tentukan.

c. Kosakata

Masing-masing tahap mempunyai kosakata dan sistem relasi sendiri.


(37)

Contohnya :

Pada tahap kedua (analisis) mempunya kosakata yang berbeda dengan tahap ketiga (deduksi informal). Pada tahap kedua (analisis) siswa mampu menyebutkan sifat-sifat dari bentuk geometri dengan caranya sendiri-sendiri, namun pada tahap selanjutnya siswa akan menyebutkan hubungan sifat-sifat dari bentuk geometri dengan bahasa yang lebih formal.

d. Ketidaksepadanan (mismatch)

Ketidaksepadanan terjadi jika seseorang berada pada suatu tahap tertentu dan materi pembelajaran berada pada tahap yang berbeda. Secara khusus yakni jika guru, bahan pelajaran, isi, kosakata dan lainnya berada pada tahap yang lebih tinggi daripada tahap berpikir siswa.

Contohnya :

Ketika siswa berada pada tahap visual yang hanya mampu menyebutkan sifat-sifat dari bentuk geometri yang mereka amati dan mereka diminta untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pembuktian teorema yang ada maka akan terjadi ketidaksepadanan karena siswa belum berada pada tahap tersebut.

e. Kemajuan

Keberhasilan dari tahap ke tahap lebih banyak dipengaruhi oleh isi dan metode pembelajaran daripada usia.


(38)

3. Model Pembelajaran van Hiele

Pembelajaran geometri hanya akan efektif apabila sesuai dengan struktur kemampuan berpikir siswa. Menurut (Ferry,2010) ada lima fase pembelajaran dalam geometri. Kelima fase tersebut sebagai berikut :

a. Fase 1 (Inkuiri/Informasi)

Dengan tanya jawab antara guru dengan siswa, disampaikan konsep-konsep awal tentang materi yang akan dipelajari. Guru mengajukan informasi baru dalam setiap pertanyaan yang dirancang secermat mungkin agar siswa dapat menyatakan kaitan konsep-konsep awal dengan materi yang akan dipelajari. Bentuk pertanyaan diarahkan pada konsep yang telah dimiliki siswa, misalnya Apa itu garis yang sejajar? Apa itu garis yang sama panjang?Apa itu sudut yang sehadap, sepihak, dan bersebrangan? Apa itu segiempat? dan seterusnya.

Informasi dari tanya jawab tersebut memberikan masukan bagi guru untuk menggali tentang perbendaharaan bahasa dan interpretasi atas konsepsi-konsepsi awal siswa untuk memberikan materi selanjutnya, dipihak siswa, siswa mempunyai gambaran tentang arah belajar selanjutnya.

b. Fase 2 (Orientasi Berarah)

Sebagai refleksi dari fase 1, siswa meneliti materi pelajaran melalui bahan ajar yang dirancang guru. Guru


(39)

mengarahkan siswa untuk meneliti objek-objek yang dipelajari. Kegiatan mengarahkan merupakan rangkaian tugas singkat untuk memperoleh respon-respon khusus siswa. Misalnya, guru meminta siswa mengamati gambar yang ditunjukkan berupa macam-macam segiempat.

Siswa diminta mengelompokkan jenis segiempat, sesuai dengan jenisnya, setelah itu menjiplak dan menggambarkan macam-macam segiempat dengan berbagai ukuran yang ditentukan sendiri pada kertas dengan mengunakan media alat tulis. Kemudian menempelkan pada buku masing-masing. Aktivitas belajar ini bertujuan untuk memotivasi siswa agar aktif mengeksplorasi objek-objek (sifat-sifat bangun yang dipelajari) melalui kegiatan seperti mengukur sudut, melipat, menentukan panjang sisi untuk menemukan hubungan sifat-sifat dari bentuk bangun-bangun tersebut. Fase ini juga bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing eksplorasi siswa sehingga menemukan konsep-konsep khusus dari bangun-bangun geometri.

c. Fase 3 (Uraian)

Pada fase ini, siswa diberi motivasi untuk mengemukakan pengalamannya tentang struktur bangun yang diamati dengan menggunakan bahasanya sendiri. Sejauh mana pengalamannya bisa diungkapkan, mengekspresikan dan merubah atau


(40)

menghapus pengetahuan intuitif siswa yang tidak sesuai dengan struktur bangun yang diamati.

Pada fase pembalajaran ini, guru membawa objek-objek (ide-ide geometri, hubungan-hubungan, pola-pola dan sebagainya) ke tahap pemahaman melalui diskusi antar siswa dalam menggunakan ketepatan bahasa dengan menyatakan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun-bangun yang dipelajari.

d. Fase 4 (Orientasi Bebas)

Pada fase ini siswa dihadapkan dengan tugas-tugas yang lebih kompleks. Siswa ditantang dengan situasi masalah kompleks. Siswa diarahkan untuk belajar memecahkan masalah dengan cara siswa sendiri, sehingga siswa akan semakin jelas melihat hubungan-hubungan antar sifat-sifat suatu bangun. Jadi siswa ditantang untuk mengelaborasi sintesis dari penggunaan konsep-konsep dan relasi-relasi yang telah dipahami sebelumnya. Fase pembelajaran ini bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman menyelesaikan masalah dan menggunakan strategi-strateginya sendiri. Peran guru adalah memilih materi dan masalah-masalah yang sesuai untuk mendapatkan pembelajaran yang meningkatkan perolehan berbagai performansi siswa. e. Fase 5 (Integrasi)

Pada fase ini, guru merancang pembelajaran agar siswa membuat ringkasan tentang kegiatan yang sudah dipelajari


(41)

(pengamatan-pengamatan, membuat sintesis dari konsep-konsep dan hubungan-hubungan baru). Tujuan kegiatan belajar fase ini adalah menginterpretasikan pengetahuan dari apa yang telah diamati dan didiskusikan. Peran guru adalah membantu pengiterpretasian pengetahuan siswa dengan meminta siswa membuat refleksi dan mengklarifikasi pengetahuan geometri siswa, serta menguatkan tekanan pada penggunaan struktur matematika.

B. Belajar

1. Hakekat Belajar

Pada saat ini sudah banyak sekali orang yang mencoba

merumuskan pengertian tentang “belajar”. Tetapi tidak dapat

dipungkiri juga bahwa dalam perumusan dan penafsiran tersebut terdapat perbedaan satu sama lainnya. Berikut ini beberapa perumusan

dan penafsiran tentang “belajar” menurut beberapa ahli :

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior throught experiencing). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami (Oemar Hamalik, 2001:27). Oemar Hamalik (2001:29) juga menyebutkan bahwa belajar bukan suatu tujuan tetapi


(42)

merupakan suatu proses untuk mecapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.

Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian social, bemacam-macam keterampilan,dan cita-cita. Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan perilaku (Oemar Hamalik 2001:45).

W.S Winkel (2005:59) mengemukakan bahwa belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai-sikap, perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.

Belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh perhubungan berkondisi antara stimulus dan respon. Bagi seorang behavior, belajar pada dasarnya adalah menghubungkan sebuah respon tertentu pada sebuah stimulus yang tadinya tidak berhubungan. Respon tertentu itu kemudian diperkuat ikatannya melalui berjenis-jenis cara yang berkondisi (Daryanto 2012:45).


(43)

C. Keaktifan Siswa

Belajar aktif ditunjukan dengan adanya ketertiban intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan kemampuannya (Djamarah, 2010:362).

Menurut (Sardiman, 2008:95) Aktifitas diperlukan dalam belajar karena pada perinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Belajar merupakan suatu proses aktif, dan siswa harus berpartisipasi aktif dalam belajar.

Sardiman (2008:100-101) juga menyebutkab bahwa kegiatan siswa dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Visual Activites, meliputi : membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activites, meliputi menyatakan, merumuskan bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi terhadap suatu gagasan.

3. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, dan pidato.


(44)

4. Writing Activities, meliputi menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.

5. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.

6. Motor Activities, melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak.

7. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Seperti yang dikutip dari (Syafaruddin, 2005:215) Siswa dapat dikatakan aktif dalam pembelajaran meliputi aspek-aspek dibawah ini.

1. Perhatian atau respon siswa terhadap penjelasan guru 2. Kemampuan untuk mempelajari materi

3. Mampu berkerjasama dalam kelompok

4. Konsenterasi siswa dalam proses pembelajaran 5. Mampu mempersiapkan materi dengan baik.


(45)

D. Hasil Belajar

Pada hakikatnya hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Nana Sudjana, 1989:3).

Menurut (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3), hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya dan puncak proses belajar. Sedangkan menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Hasil belajar yang diperoleh peserta didik dapat dijadikan sebagai acuan apakah peserta didik tersebut telah memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran.


(46)

E. Materi Pembelajaran 1. Kesebangunan

a. Bangun-bangun yang Sebangun

Segitiga yang sebangun adalah jika dua buah bangun segitiga memiliki sudut yang sama besar dan meliliki sisi-sisi yang bersesuaian proposional (Steve Slavin, 2005:43).

Persyaratan untuk dua bangun yang sebangun adalah : 1) Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, dan 2) Sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan

yang sama.

Jika sebuah bangun datar dapat dipindahkan tepat diatas bangun yang lain sehingga tepat menutupi satu dengan yang lain maka, kedua bangun tersebut kongruen (Laidlaw, 1987:74) Persyaratan untuk dua bangun yang kongruen adalah :

1) Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, dan

2) Sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai panjang yang sama. Dari kesimpulan di atas dapat diterangkan hubungan khusus antara bangun sebangun dan bangun kongruen. Bangun kongruen pasti sebangun, tetapi bangun sebangun belum tentu bangun kongruen.


(47)

Perhatikan gambar di bawah ini.

Belah ketupat ABCD dicerminkan terhadap garis lurus l sehingga terbentuk bayangan belah ketupat A'B'C'D. AB = A'B', BC = B'C', CD = C'D, DA = DA' dengan D tetap. Mengapa D tetap?

Belah ketupat ABCD dan A'B'C'D memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Oleh sebab itu kedua bangun tersebut disebut kongruen atau sama dan sebangun. Ditulis ABCD A'B'C'D.

Bangun datar dikatakan kongruen jika dan hanya jika bangun-bangun datar tersebut mempunyai bentuk ukuran sudut dan ukuran sisi-sisi yang bersesuaian sama besar.

b. Syarat Dua Segitiga yang Kongruen

Dua segitiga dikatakan kongruen jika dan hanya jika semua bagiannya yang bersesuaian sama (Gustaafson, 1985:40). Pernyataan

Gambar 1.2 A

D

C C'

B

A'

B' l


(48)

tersebut juga sejalan dengan yang di tulis Marsigit (2009:11) yang mengatakan jika dua segitiga kongruen, maka :

sisi-sisi yang bersesuaian (seletak) sama panjang sudut-sudut yang bersesuaian (seletak) sama besar.

Jika ∆ABC digeser ke kanan sejauh EF, maka ∆ABC akan

berhimpit atau tepat menutupi ∆DEF. jadi ∆ABC kongruen dengan ∆DEF, ditulis ∆ABC ∆DEF.

Karena∆ABC ∆DEF maka :

CAB = FDE,

ABC = DEF,

BCA = EFD,

AB = EF,

BC = FG, dan

AC = EG. A

F

D E

B C


(49)

Berdasarkan sifat dua segitiga kongruen tersebut, maka dapat menurunkan syarat-syarat lain untuk menentukan dua segitiga kongruen. Dengan menggunakan unsur segitiga (sisi dan sudut) maka dapat menentukan dua segitiga yang kongruen.

Ada beberapa dalil yang dapat digunakan untuk menentukan dua buah segitiga yang kongruen. Menurut Gustafson (1985) dalam menentukan dua buah segitiga yang kongruen dapat menggunakan beberapa dalil, antara lain :

1) Menentukan dua segitiga kongruen dilihat dari ketiga sisinya

Postulate : Jika pada dua segitiga ketiga sisinya (S.S.S) yang

bersesuaian atau sama panjang, maka kedua segitiga tersebut kongruen.

2) Menentukan dua segitiga kongruen dilihat dua sisi dan sudut apitnya

Postulate : Jika dua sisi dan sudut apit dari segitiga pertama sama

dengan dua sisi dan satu sudut apit dari segitiga kedua, maka kedua segitiga tersebut kongruen (S.Sd.S).

3) Menentukan dua segitiga kongruen dilihat dari dua sudut dan sisi yang merupakan persekutuan dua sudut.


(50)

Postulate : Jika dua sudut dan sebuah sisi dari segitiga pertama

sama dengan dua sudut dan sebuah sisi dari segitiga kedua, maka kedua segitiga tersebut kongruen (Sd.S.Sd).

F. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap susah oleh kebanyakan siswa. Tidak sedikit pula siswa yang menghindari pelajaran matematika.

Geometri merupakan salah satu cabang dari mata pelajaran matematika yang mempelajari tentang titik, garis, bidang dan benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya, dan ukuran-ukurannya. Geometri juga sudah dipelajari sejak anak duduk dibangku Sekolah Dasar tetapi banyak juga siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari geometri.

Teori pembelajaran van Hiele merupakan sebuah teori belajar yang dikhususkan untuk membantu anak belajar geometri. Karena dalam teori ini kita dapat melihat bagaimana perkembangan berpikir anak melalui tahap perkembangan berpikir anak dalam geometri menurut van Hiele yaitu : tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (deduksi informal), tahap 3 (deduksi), dan tahap 4 (rigor).

Diharapkan dengan menggunakan teori belajar van Hiele dalam pembelajaran geometri siswa dapat lebih memahami materi yang diberikan. Peneliti merancang materi yang akan diberikan oleh guru


(51)

sehingga sesuai dengan tahap perkembangan berpikir siswa menurut van Hiele. Dengan begitu semua materi yang dijelaskan guru dapat diserap dengan baik oleh siswa. Hal ini juga akan berakibat pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa nantinya sehingga memenuhi kreteria yang sudah ditentukan.

Selain menyesuaikan dengan tahap berpikir menurut van Hiele, proses pembelajaran dengan menggunakan teori belajar van Hiele juga dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa dan siswa harus mengeksplorasi objek-objek yang diberikan oleh guru yang berhubungan dengan pembelajaran.

Oleh karena itu pada penelitian ini peneliti ingin melihat efektivitas penggunaan teori pembelajaran van Hiele terhadap hasil belajarnya dan juga keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada materi kesebangunan.

G. Hipotesa

Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Pada penelitian ini peneliti mengajukan beberapa hipotesis, yakni :

1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan teori belajar van Hiele efektif ditinjau dari hasil belajar siswa dan keaktifan siswa.


(52)

2. Pembelajaran matematika dengan menggunakan teori belajar van Hiele lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran dengan mengunakan metode konvensional ditinjau dari hasil belajar siswa.


(53)

31 BAB III

METODE ANALISIS PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (M. Nazir 1983:74). Sedangkan menurut Iqbal Hasan (2004:10) Penelitian eksperimen adalah adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta diadakannya kontrol terhadap variabel tertentu.

Penelitian eksperimental mempunyai tujuan untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan seba-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan (M. Nazir 1983:75).

Tabel 3.1 Metode Eksperimen

Kelas Awal Perlakuan Akhir

Eksperimen Pretest Pembelajaran dengan

Teori belajar Van Hiele post test

Kontrol Pretest Pembelajaran

konvesional post test

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen (eksperimen semu), yakni dua kelas yang diteliti di ambil dari populasi yang telah dipisahkan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan


(54)

pembelajaran dengan menggunakan teori belajar van Hiele. Pada penelitian ini peneliti menyiapkan sebuah kelas eksperimen yang diberikan perlakuan khusus dan sebuah kelas kontrol sebagai pembandingnya.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2006:130). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas IX SMP Budya Wacana Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

2. Sampel Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas IX A dengan jumlah 25 orang siswa dan siswa kelas IX C dengan jumlah 25 orang siswa di SMP Budya Wacana Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Pembelajaran ini dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 25 Agustus 2014 pada saat jam pelajaran matematika selama 8 jam pertemuan. Penelitian ini di laksanakan di kelas IX SMP Budya Wacana Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.


(55)

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (variable idependen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan/timbulnya variabel terkait. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran geometri yang menggunakan teori belajar van Hiele dan guru mata pelajaran.

2. Variabel Terkait (variable dependen)

Variabel terkait adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terkaitnya adalah hasil belajar siswa yang dilihat dari hasil pretest dan post test dan keaktifan siswa yang dilihat dari keaktifan

siswa dalam pembelajaran.

E. Bentuk Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil dua macam data. Data-data tersebut antara lain:

1. Hasil Belajar

Data yang diperoleh dari hasil pretest yang diberikan sebelum pembelajaran geometri menggunakan teori belajar van Hiele dan hasil post test setelah belajar menggunakan teori pembelajaran van Hiele.

Nilai pretest yang diperoleh akan digunakan sebagai nilai untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas control. Sedangkan nilai post test akan digunakan untuk melihat tingkat keefektifan pembelajaran


(56)

geometri menggunakan teori belajar van Hiele. Nilai pretest dan post test akan dibandingkan anatar kelas eksperimen dan kelas control.

2. Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa dinilai dari skor keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran geometri yang menggunakan teori belajar van Hiele. Penilaian dilakukan saat siswa mengikuti diskusi maupun kerja kelompok di kelas. Penilaian keaktifan siswa dapat diukur menggunakan lembar observasi yang disiapkan oleh peneliti. 3. Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele

Data ini diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan untuk melihat apakah dalam setiap pembelajaran yang dilakukan sudah menggunakan teori belajar van Hiele.

4. Tanggapan Guru dan Siswa

Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan guru dan beberapa siswa mengenai keefektifan pembelajaran geometri menggunakan teori belajar van Hiele. Guru dan siswa akan memberikan pendapatnya mengenai kekurangan dan kelebihan pembelajaran geometri menggunakan teori belajar van Hiele.


(57)

F. Metode Pengumpulan Data 1. Tes

Tes yang diberikan ini bertujuan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Tes akan diberikan sebanyak dua kali yaitu sebelum materi diberikan dan sesudah materi diberikan. Tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki bentuk dan bobot yang sama.

2. Pengamatan

Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan selama siswa mengikuti proses pembelajaran.

3. Wawancara

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk melengkapi hasil penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan guru dan beberapa siswa.

4. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan sebagai bukti dari penelitian, mendokumentasikan proses pembelajaran, dan juga untuk melengkapi data keaktifan siswa yang dapat diamati dari dokumentasi tersebut.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Ada dua


(58)

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Kedua instrumen itu adalah instrumen untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen untuk kegiatan pembelajaran adalah mendesain pembelajaran dan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi kesebangunan. Sedangkan instrumen untuk pengumpulan data berupa pretest, post test, dan lembar pengamatan untuk mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran matetamtika pada materi kesebangunan dengan menggunakan teori belajar van Hiele. Untuk memperkuat data yang didapat, peneliti juga menggunakan instrumen pengumpulan data tambahan yang berupa pertanyaan wawancara mengenai kekurangan dan kelebihan pembelajaran geometri yang menggunakan teori belajar van Hiele.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru harus

mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Di dalam RPP terkandung beberapa komponen-komponen sebagai berikut : nama sekolah, mata pelajaran, materi ajar, kelas, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran, dan penilaian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan pada penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan teori belajar van Hiele. Rencana Pelaksanaan


(59)

Pembelajaran (RPP) dibuat berdasarkan fase-fase pembelajaran pada teori belajar van Hiele, dimana terdapat lima fase pembelajaran dalam belajar geometri menggunakan teori belajar van Hiele. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini digunakan dalam pembelajaran pada kelas eksperimen.

Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) konvensional yang mana berisi pembelajaran dengan metode Tanya jawab, diskusi, dan latihan soal.

2. Pretest

Pretest diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengukur

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan sebelum siswa tersebut mempelajarinya.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal pretest

No. Indikator Banyak soal

1. Menentukan dua bangun yang

sebangun 1

2. Menentukan panjang sisi dua bangun yang sebangun

1 3. Menentukan dua bangun yang

kongruen

1 4. Menentukan dua bangun segitiga yang

sebangun dan panjang sisinya

2 5. Menentukan dua bangun segitiga yang


(60)

3. Post test

Post test diberikan setelah siswa menyelesaikan semua materi

ajar yang diberikan oleh guru. Tes ini dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan teori belajar Van Hiele pada materi kesebangunan.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal post test

No. Indikator Banyak soal

1. Menentukan dua bangun yang

sebangun 1

2. Menentukan panjang sisi dua bangun

yang sebangun 1

3. Menentukan dua bangun yang kongruen

1 4. Menentukan dua bangun segitiga yang

sebangun

2 5. Menentukan dua bangun segitiga yang

kongruen

1

4. Lembar Observasi Keaktifan Siswa

Instrumen penilaian keaktifan siswa ini bertujuan untuk menilai keaktifan siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa yang dinilai dalam penelitian ini akan menggunakan table keaktifan siswa yang diisi oleh peneliti.

Tabel 3.4 Observasi Keaktifan Siswa Nama

Siswa Jenis Keaktifan

Keterangan

Jumlah Frek

A B C D E


(61)

Tabel 3.5 Persentase Siswa yang Terlibat Tiap Pertemuan

No. Kelas Siswa yang Terlibat Frekuensi

Jumlah %

Keterangan :

A : Siswa Bertanya.

Siswa bertanya kepada guru pada saat mengikuti proses pembelajaran.

B : Siswa Menjawab/Memberi Tanggapan.

Siswa menjawab pertanyaan dari temannya atau dari guru. Siswa memberi tanggapan dari penjelasan teman sekelasnya selama pembelajaran.

C : Siswa Memberi Alternatif Penyelesaian.

Siswa mampu menyampaikan suatu cara lain untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah.

D : Siswa Menyatakan Definisi.

Siswa menyampaikan definisi suatu hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran.


(62)

Siswa dikatakan mampu menarik kesimpulan dan merangkum apa yang telah dilakukannya dalam pembelajaran yang telah dilakukan.

Penilaian keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran peneliti meminta bantuan beberapa observer untuk membantu melakukan pengamatan dan mengisi lembar pengamatan keaktifan siswa.

5. Lembar Observasi Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele

Instrumen penilaian keterlaksanaan teori belajar ini bertujuan untuk melihat apakah selama proses pembelajaran sudah sesuai dengan teori belajar van Hiele. Keterlaksanaan teori belajar yang dinilai dalam penelitian ini akan menggunakan table keterlaksanaan teori belajr yang diisi oleh peneliti.

Tabel 3.6 Keterlaksanaan Teori Belajar van Hiele

No Indikator Hal yang Diamati Skor Keterangan

1 2 3 4

Keterangan :

1 : Tidak baik 3 : Baik


(63)

6. Pedoman Wawancara Guru dan Siswa

Wawancara ini dilakukan sebagai pengumpulan data tambahan untuk memperkuat hasil data yang diperoleh oleh peneliti. Wawancara dilakukan kepada beberapa siswa saja karena keterbatasan peneliti. Wawancara ini dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran pada materi yang diteliti. Kisi-kisi pertanyaan wawancara tersebut antara lain :

a. Pendapat tentang teori belajar van Hiele. b. Kelebihan tentang teori belajar van Hiele. c. Kekurangan tentang teori belajar van Hiele. d. Kesulitan tentang teori belajar van Hiele.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian kuantitatif adalah jika data yang dikumpulkan ialah berupa deskripsi, analisis, dan kesimpulan akan disajikan dalam angka-angka dengan menggunakan perhitungan statistika. Sedangka-angkan pada penelitian kualitatif, data yang disajikankan dalam bentuk kata-kata, kalimat, dan gambar. Pada penelitian kualitatif, peneliti mendeskripsikan hasil penelitiannya dengan menekankan pada keadaan yang seadanya dan berusaha mengungkapkan fenomena-fenomena yang ada dalam keadaan tersebut.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Dalam menganalisis data hasil


(64)

belajar dan keaktifan siswa peneliti menggunakan analisis kuantitatif, sedangkan untuk menganalisis data dari hasil wawancara guru dan siswa peneliti menggunakan analisis kualitatif.

Data hasil penelitian yang akan dianalisis sebagai berikut :

1. Analisis Uji Coba Soal

Hasil uji coba akan dianalisis dan siap digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dari kelompok penelitian. Suatu tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur hasil belajar harus memenuhi persyaratan tes yaitu validitas dan reliabilitas.

a. Validitas

Validitas digunakan untuk mengukur apakah soal yang disusun peneliti memenuhi kriteria valid.

Peneliti menggunakan taraf signifikasi 5%. Setiap item di dalam uji validitas dikatakan valid jika r hitung > r table. Pengujian

validitas menggunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai berikut :

= ( ) ( )

( ( ) ) × ( ( ) )

Keterangan :

X = skor pada setiap soal Y = skor total


(65)

Dalam pengujian koefisien digunakan taraf signifikasi 5%. Jika rxy< rtablemaka suatu butir instrumen tidak valid.

Tabel 3.7 Koefisien Korelasi (rxy)

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,800 < rxy ≤ 1,000 Sangat tinggi

0,600 < rxy ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < rxy ≤ 0,600 Cukup

0,200 < rxy ≤ 0,400 Rendah

0,000 < rxy ≤ 0,200 Sangat rendah

Sumber : (Arikunto, 2002:245) b. Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menghitung reliabilitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengujian reliabilitas dengan rumus alpha karena soal berbentuk uraian.

= 1 1

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan n = jumlah siswa

= varian total


(66)

Nilai varian butir dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

=

( ) dan

=

( )

Dengan nilai koefisien reliabilitas r11sebagai berikut :

Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,800 < rxy ≤ 1,000 Sangat tinggi

0,600 < rxy ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < rxy ≤ 0,600 Cukup

0,200 < rxy ≤ 0,400 Rendah

0,000 < rxy ≤ 0,200 Sangat rendah

Sumber: (Arikunto, 2002:245) 2. Tes Hasil Belajar

a. Pretest

Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum mempelajari materi. Soal-soal terdiri dari materi yang akan dipelajari bangun datar yang sebangun dan kongruen, dan segitiga sebangun dan kongruen. Nilai hasil pretest akan dihitung rata-ratanya dan kemudian akan dibandingkan.

Nilai pretest berbentuk skor. Rata-rata nilai pretest kedua kelas akan dihitung normalitas dan variansinya.


(67)

Post test atau tes akhir adalah tes yang diberikan oleh peneliti setelah siswa mengikuti semua proses pembelajaran dengan menggunakan teori belajar van Hiele pada materi kesebangunan.

Tes akhir ini berbentuk skor. Siswa dinyatakan telah tuntas belajar jika siswa memperoleh skor yang mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh masing-masing sekolah. Dalam penelitian ini, KKM yang digunakan adalah 75 sehingga :

1) Siswa dinyatakan telah tuntas belajar jika telah mencapai skor≥ 75.

2) Suatu kelas dinyatakan telah tuntas belajar jika di kelas tersebut rata-rata nilainya≥ 75.

c. Observasi keaktifan siswa

Observasi keaktifan siswa ini digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran baik menggunakan teori belajar van Hiele atau pembelajaran konvensional.

Setiap pertemuan akan diamati dan didata oleh peneliti. Peneliti akan mencatat siswa yang mana saja yang aktif terlibat dalam proses pembelajaran serta frekuensi keaktifannya.


(68)

Kemudian dicari rata-rata siswa yang aktif dengan menggunakan rumus berikut:

% = 100%

Selanjutnya dapat ditentukan kriteria keaktifan siswa secara keseluruhan menggunakan tabel kriteria keaktifan siswa secara keseluruhan, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.9 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan

Interval Kriteria

81 % - 100 % Sangat Tinggi (ST) 61 % –80 % Tinggi (T)

41 %–60 % Cukup (C) 21 %–40 % Rendah (R)

0–20 % Sangat Rendah (SR)

Dari tabel diatas, dapat diambil kesimpulan kriteria keaktifan siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

a) Jika persentase jumlah siswa adalah lebih dari atau sama dengan 81% maka, dapat dikatakan bahwa kriteria keaktifan siswa secara keseluruhan sangat tinggi.

b) Jika persentase jumlah siswa adalah kurang dari 81% atau lebih dari atau sama dengan 61% maka, dapat dikatakan bahwa kriteria keaktifan siswa secara keseluruhan tinggi.


(69)

c) Jika persentase jumlah siswa adalah kurang dari 61% atau lebih dari atau sama dengan 41% maka, dapat dikatakan bahwa kriteria keaktifan siswa secara keseluruhan cukup. d) Jika persentase jumlah siswa adalah kurang dari 41% atau

lebih dari atau sama dengan 21% maka, dapat dikatakan bahwa kriteria keaktifan siswa secara keseluruhan rendah. e) Jika persentase jumlah siswa adalah kurang dari 21% maka,

dapat dikatakan bahwa kriteria keaktifan siswa secara keseluruhan sangat rendah.

Data-data yang diperoleh akan di analisis, analisis yang dilakukan yakni dengan pengujian normalitas, variansi, dan uji perbedaan rata-rata. Ketiga uji ini akan dilakukan pada data hasil belajar siswa.

d. Pengujian Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang diujikan pada kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Selain itu, uji normalitas juga digunakan untuk menentukan jenis pengujian yang harus digunakan pada pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas data yang ada dengan uji Kolmogorov-Smirnov.

Mencari rata-rata skor dan standar devisiasinya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(70)

=

Pada uji normalitas, data pada masing-masing kelas dianalisis terpisah. Pengujian normalitas ini peneliti menggunakan program SPSS Statistic 17.0. Data-data yang akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang ada, yaitu :

1) Pretest

H0: Data pretest pada kelas eksperimen berdistribusi normal.

H1: Data pretest pada kelas eksperimen tidak berdistribusi

normal.

H0:Data pretest pada kelas kontrol berdistribusi normal.

H1:Data pretest pada kelas kontrol tidak berdistribusi

normal. 2) Post test

H0: Data post test pada kelas eksperimen berdistribusi

normal.

H1: Data post test pada kelas eksperimen tidak berdistribusi

normal.

H0: Data post test pada kelas kontrol berdistribusi normal.

H1: Data post test pada kelas kontrol tidak berdistribusi

normal.

Jika sig (2-tailed) > dari taraf signifikasi yang digunakan maka H0diterima.


(71)

Jika sig (2-tailed) < dari taraf signifikasi yang digunakan maka H0ditolak.

e. Uji Variansi

Setelah data diuji normalitasnya data kemudian diuji variansinya. Uji variansi digunakan untuk mengetahui bahwa suatu data atau sampel yang diambil berasal dari varian yang sama. Selain itu, data tersebut juga digunakan untuk menetukan metode yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis.

Untuk menguji variansinya menggunakan statistika

penguji

=

keterangan :

: simpangan baku data pertama

: simpangan baku data kedua

Setelah menemukan Fhitung kemudian hasil Fhitung

dibandingkan dengan Ftabel. Ftabeldiperoleh dari table distribusi F.

Jika Fhitung< Ftabelmaka H0diterima


(72)

Pada uji variansi, data pada masing-masing kelas akan digabungkan untuk dianalisis bersama. Data-data yang dianalisis untuk menguji hipotesis yang ada, yaitu :

1) Pretest

H0 : =

H1:

Keterangan :

: Data pretest pada kelas eksperimen

: Data pretest pada kelas kontrol

2) Post test

H0 : =

H1:

Keterangan :

: Data post test pada kelas eksperimen

: Data post test pada kelas kontrol

Jika data berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama maka menggunakan metode parametik. Tetapi jika salah satu data tidak berdistribusi normal atau tidak memiliki variansi yang sama maka menggunakan metode nonparametik.


(73)

Pada uji perbedaan rata-rata, data kedua kelas akan dihitung rata-ratanya kemudian diuji menggunakan uji t-test atau menggunakan uji mann-whitney test.

Data yang dianalisis untuk menguji hipotesis yang ada, yaitu :

a. Pretest

H0: =

H1:

H0: Rata-rata nilai kedua kelas adalah sama

H1: Ada perbedaan rata-rata nilai pada kedua kelas

b. Post test

H0:

H1: >

H0 : Rata-rata nilai post test kelas eksperimen lebih kecil

atau sama dengan rata-rata nilai post test kelas kontrol.

H1 : Rata-rata nilai post test kelas eksperimen lebih besar


(74)

Jika sig (2-tailed) > dari taraf signifikasi yang digunakan maka H0diterima

Jika sig (2-tailed) < dari taraf signifikasi yang digunakan maka H0ditolak

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan program SPSS Statistic 17.0 untuk membantu menghitung pada uji hipotesis yang ada.


(75)

53 BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan peneliti akan diuraikan dalam tiga bagian, yaitu deskripsi sebelum penelitian, deskripsi selama pelaksanaan penelitian, dan deskripsi setelah penelitian dengan pembelajaran yang menggunakan teori belajar van Hiele.

1. Sebelum Pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti melakukan persiapan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

Pertama-tama peneliti membuat instrumen untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Kemudian mengurus surat ijin di Dinas Pembangunan dan Pendapatan Daerah Yogyakarta (BAPPEDA) untuk melakukan penelitian di SMP Budya Wacana Yogyakarta. Setelah mendapat surat ijin dari Dinas Pembangunan dan Pendapatan Daerah Yogyakarta (BAPPEDA), peneliti meminta dan menyerahkan surat ijin penelitian di SMP Budya Wacana Yogyakarta. Setelah mendapat ijin untuk melakukan penelitian dari SMP Budya Wacana kemudian peneliti bertemu dengan guru bidang studi matematika kelas IX untuk mengetahui keadaan siswa.


(76)

a. Uji Coba Instrumen

Sebelum digunakan instrumen tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini instrumen yang diuji cobakan adalah soal tes hasil belajar. Uji coba tes hasil belajar dilakukan pada hari Selasa, 5 Agustus 2014 pukul 07.00-08.30 di kelas X MIA SMAK Sang Timur Yogyakarta yang berjumlah 11 orang. Uji coba dilakukan pada kelas X karena siswa sudah pernah belajar mengenai materi Kesebangunan. Dari hasil yang diperoleh akan dihitung validitas dan reliabilitas dari soal tersebut dan dilakukan perhitungan secara manual.

1) Uji Validasi

Soal valid jika rhitung> rtabel. Berdasarkan tebel nilai r

dengan n = 11 adalah 0,602. Dari tabel dan perhitungan uji validasi (terlampir hal L32) dapat dihitung menggunakan rumus validitas dengan rtabel= 0,602 maka diperoleh:

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Soal Tes Akhir

No Soal rhitung rtabel Keterangan

1a. 0,637 0,602 Valid

1b. 0,637 0,602 Valid

2a. 0,223 0,602 Tidak Valid

2b. 0,223 0,602 Tidak Valid

3a. 0,564 0,602 Tidak Valid

3b. 0,715 0,602 Valid

4a. 0,735 0,602 Valid

4b. 0,735 0,602 Valid

5 0,731 0,602 Valid


(77)

7a. 0,679 0,602 Valid

7b. 0,679 0,602 Valid

8a. 0,718 0,602 Valid

8b. 0,864 0,602 Valid

Dari perhitungan diatas menunjukan bahwa ada 3 soal yang memiliki nilai rhitung< rtabel yang berarti soal tersebut

tidak valid yaitu nomor 2a, 2b, dan 3a. Sedangkan soal yang memiliki rhitung > rtabel yaitu soal nomor

1a,1b,3b,4a,4b,5,6,7a,7b,8a, dan 8b. Soal yang akan digunkan

dalam penelitian ini yaitu soal nomor

1a,1b,4a,4b,5,6,7a,7b,8a, dan 8b. Langkah perhitungan validitas item dapat dilihat pada lampiran hal.

2) Uji Reliabilitas

Dari tabel perhitungan uji reliabilitas (terlampir hal L33) dapat dihitung menggunakan rumus alpha karena soal berbentuk uraian sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tiap Soal No Soal

1a. 0,545

1b. 0,545

4a. 0,199

4b. 0,199

5 0,764

6 2,566

7a. 0,694


(78)

8a. 0,595

8b. 0,611

7,412

= 1558 1299611 11 = 1558 1181,4511 = 34,23

= 1 × 1

r = 10 1 × 110 (7,412)34,23

= (1,111) × (1 0,216) = (1,111) × (0,783) = 0,870

Dari perhitungan reliabilitas secara manual diperoleh bahwa nilai reliabilitas sebesar 0,870 sehingga dapat dikatakan reliabilitas soal uji coba termasuk kategori sangat tinggi dan dapat digunakan.

b. Pengambilan Data Pretest

Sebelum pembelajaran dilaksanakan peneliti melakukan pretest pada kedua kelas selama 70 menit dalam 1 kali

pertemuan. Pada 35 menit pertama digunakan untuk melakukan pretest dan 35 menit berikutnya digunakan untuk melihat


(79)

melaksanakan penelitian pada salah satu kelas yang menggunakan teori belajar van Hiele.

Data pretest ini akan digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut homogen. Data dari kedua kelas tersebut juga akan digunakan untuk membandingkan antara nilai hasil belajar dan keaktifan siswa sebelum penelitian dengan nilai hasil belajar dan keaktifan siswa setelah penelitian.

2. Selama Pembelajaran

Pembelajaran dilaksanakan selama 16 jam pelajaran yakni 8 pertemuan yang terdiri dari 4 pertemuan di kelas eksperimen dan 4 pertemuan di kelas kontrol. Setiap pertemuan berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Berikut ini akan diuraikan mengenai proses kegiatan belajar pada setiap pertemuan di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pada penelitian ini peneliti sebagai observer pertama dan peneliti dibantu oleh Nia Christie N. L sebagai observer kedua. Guru mata pelajaran sebagai tenaga pengajar yang melakukan proses pembelajaran menggunakan teori belajar van Hiele di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.

Setiap pertemuan diamati oleh observer dan di tuliskan sebagai berikut :


(80)

a. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran 1) Kelas Eksperimen

a) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Agustus 2014 pada jam ke 5-6 yaitu pada pukul 10.30-12.00. Pada awal pembelajaran guru mengawali dengan mengecek kehadiran siswa dan menanyakan siswa yang tidak hadir. Pada pertemuan ini guru menjelaskan akan membahas materi baru yaitu kesebangunan. Guru memberikan penjelasan mengenai apa saja yang akan dipelajari dan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan dan tahapan ini sesuai dengan fase pertama yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele.

Guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok dengan masing-masing anggota 5 orang siswa. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan apa saja macam-macam bentuk bangun datar segi empat dan menyebutkan sifat-sifat dari bangun-bangun tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut sesuai dengan fase kedua dan fase ketiga yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele. Setelah itu guru menanyakan apa pengertian kesebangunan yang


(81)

diketahui siswa, ada beberapa siswa yang menjawab namun masih belum tepat kemudian guru memberikan jawaban yang lebih tepat dan memberikan contoh membuktikan dua bangun yang sebangun.

Untuk mengetahui pemahaman siswa guru kemudian memberikan beberapa soal latihan dan dikerjakan bersama-sama. Kegiatan yang dilakukan guru tersebut sudah sesuai dengan fase keempat yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele. Setelah siswa dianggap mampu memahami materi maka guru melanjutkan dengan menjelaskan cara mencari panjang sisi dari dua bangun yang sebangun. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan bertanya jika merasa tidak jelas. Setelah itu guru kemudian memberikan tugas yang dikerjakan secara berkelompok, guru melaksanakan fase keempat. Guru berkeliling untuk membantu siswa yang masih merasa kesulitan, kemudian guru menunjuk perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka didepan kelas.

Diakhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk membuat rangkuman pembelajaran yang telah mereka lakukan dari awal hingga akhir pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut sesuai dengan fase


(82)

kelima yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele.

b) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 18 Agustus 2014 pada jam ke 5-6 yaitu pada pukul 10.30-12.00. Guru mengawali pembelajaran dengan mengecek kehadiran siswa terlebih dahulu.

Sebelum memulai pembelajaran guru

memberitahu bahwa pertemuan hari ini guru membahas materi tentang dua bangun yang kongruen. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut telah sesuai dengan fase pertama yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele. Kemudian guru memberikan beberapa bentuk bangun data segi empat dan meminta siswa untuk mengidentifikasi bangun-bangun mana saja yang kongruen. Setelah siswa mengelompokkan bangun yang menurut mereka kongruen kemudian guru menanyakan apa pengertian dari kongruen. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut telah sesuai dengan fase kedua yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele. Siswa merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut, kemudian guru


(83)

menjelaskan pengertian kongruen dan syarat dua bangun

yang kongruen serta memberikan contoh

menentukannya.

Untuk menguji pemahaman siswa guru memberikan soal evaluasi tentang materi sebelumnya dan hari ini yang dikerjakan oleh siswa secara individu. Dalam hal ini guru telah melaksanakan fase keempat

Diakhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk membuat rangkuman pembelajaran yang telah mereka lakukan dari awal hingga akhir. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut telah sesuai dengan fase kelima yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele.

c) Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Agustus 2014 pada jam ke 5-6 yaitu pada pukul 10.30-12.00. Guru mengawali dengan mengecek kehadiran siswa terlebih dahulu.

Pada pertemuan ini guru akan membahas materi tentang dua bangun segitiga yang sebangun. Pertama-tama guru meminta siswa untuk menyebutkan macam-macam segitiga. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut telah sesuai dengan fase pertama yang terdapat


(84)

pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele. Kemudian guru memberikan beberapa bentuk segitiga,

guru mengajak siswa bersama-sama untuk

mengidentifikasi sifat-sifat dari segitiga-segitiga tersebut dan meminta siswa untuk menyebutkan sifat-sifat dari bentuk-bentuk segitiga-segitiga yang diberikan. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut telah sesuai dengan fase keduan dan fase ketiga yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele. Setelah itu guru menjelaskan cara membuktikan dua segitiga yang sebangun, karena siswa sudah dapat menentukan dua bangun yang sebangun maka siswa tidak mengalami kesulitan dalam menentukan dua segitiga yang sebangun. Guru melanjutkan dengan menjelaskan cara mengitung sisi dari dua segitiga yang sebangun dan memberi soal latihan kepada siswa. Guru membantu siswa yang masih kesulitan menghitung sisi dua segitiga yang sebangun.

Guru memberikan soal latihan untuk meningkatkan pemahaman siswa. Setelah itu guru meminta siswa untuk maju kedepan mengerjakan soal tersebut dipapan tulis. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut telah sesuai dengan fase keempat yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele.


(85)

Diakhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk membuat rangkuman pembelajaran yang telah mereka lakukan dari awal hingga akhir. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut telah sesuai dengan fase kelima yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele.

d) Pertemuan Keempat

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 25 Agustus 2014 pada jam ke 5-6 yaitu pada pukul 10.30-12.00. seperti biasa guru mengawali pembelajaran dengan mengecek kehadiran siswa terlebih dahulu.

Sebelum memulai pembelajaran guru

menjelaskan bahwa pertemuan hari ini akan membahas materi tentang dua segitiga yang kongruen, kemudian guru menanyakan apa itu kongruen?. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut telah sesuai dengan fase pertama yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele. Guru memberikan contoh menentukan dua segitiga yang kongruen dan yang tidak kongruen. Kemudian guru menjelaskan bahwa dalam dua segitiga kongruen terdapat perbedaan dengan dua bangun yang kongruen.


(86)

Pada dua segitiga yang kongruen terdapat 4 syarat dua segitiga yang dikatakan kongruen, guru menjelaskan syarat-syaratnya, yaitu (S,S,S), (S,sd,S), (sd,S,sd), dan (sd,sd,S) serta memberikan contoh dari masing-masing syarat tersebut.

Guru memberikan soal-soal latihan untuk menambah pemahaman siswa, guru membantu siswa yang masih merasa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut telah sesuai dengan fase keempat yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele. Kemudian guru meminta siswa yang sudah mengerjakan untuk maju kedepan kelas menuliskan jawabannya dipapan tulis dan dikoreksi bersama-sama.

Diakhir pembelajaran guru mengajak siswa untuk membuat rangkuman pembelajaran yang telah mereka lakukan dari awal hingga akhir. Kegiatan yang dilakukan oleh guru tersebut telah sesuai dengan fase kelima yang terdapat pada fase pembelajaran menurut teori van Hiele.


(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

L110


(3)

L111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

L112


(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2

0 5 9

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN KELAS IX SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN

0 3 17

Implementasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam Pembelajaran Prisma dengan menggunakan teori Van Hiele pada siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 0 240

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan paradigma pedagogi reflektif yang mengakomodasi teori van Hiele pokok bahasan balok di kelas VIII E SMP Negeri 1 Yogyakarta.

0 0 369

Efektifitas pembelajaran yang menggunakan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX di SMP Budya Wacana Yogyakarta.

1 2 251

Pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK pada pembelajaran matematika pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX SMP Negeri 2 Jetis, Bantul.

0 8 254

Pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK pada pembelajaran matematika pokok bahasan kesebangunan dan kekongruenan di kelas IX SMP Negeri 2 Jetis, Bantul

0 2 252

Pengembangan Modul Pembelajaran Berdasarkan Teori Van Hiele pada Pokok Bahasan Segiempat untuk Meningkatkan Level Berpikir Geometri Siswa Kelas VII SMPN 1 Selogiri.

0 0 16

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBANTUAN KOMPUTER PADA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA KELAS IX SMP

2 4 17

EFEKTIFITAS PENERAPAN TEORI VAN HIELE PADA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN GEOMETRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 MAKASSAR

0 0 73