PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN SELF ASSESSMENT UNTUK MENGETAHUI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP.

(1)

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN SELF ASSESSMENT UNTUK MENGETAHUI KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP

Kamilah Kurnia Nurlaeli NIM. 0800677

Pembimbing I: Asep Sutiadi, S.Pd, M.Si Pembimbing II: Hera Novia, M.T

Jurusan Pendidikan Fisika – FPMIPA UPI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi kemampuan pemahaman konsep siswa setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dalam asesmen (penilaian) formatif kemampuan pemahaman konsep siswa. Asesmen formatif pada penelitian ini menggunakan self assessment. Di dalam proses penyelidikannya, peneliti memberikan kontrol berupa model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa maupun guru, lembar self assessment, tes akhir kemampuan pemahaman konsep, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata dan persentase penggunaan self assessment dan tes akhir pemahaman konsep secara keseluruhan berturut-turut sebesar 18.64(69.03%) dan 14.33(53.50%). Sedangkan hasil proses pembelajaran diperoleh persentase 83,5% untuk aktivitas guru dan 76,49% untuk aktivitas siswa pada pertemuan pertama serta 85,2% untuk aktivitas guru dan 81,13% untuk aktivitas siswa pada pertemuan kedua.

Kata Kunci : model pembelajaran inkuiri terbimbing, self assessment, dan kemampuan pemahaman konsep

ABTRACK

This study aimed to gain understanding of the concept of information skills of students after using guided inquiry learning model with self assessment. This study is done in class VII at a Junior High School in the District Bandung. This study uses a quasi-experimental methods in the assessment (assessment) of understanding formative student ability .Assessment formative concepts in this study using self assessment and in the process of investigation, researchers provide a control model of guided inquiry learning. The results were obtained and the average of the percentage use of self-assessment and test final understanding of the overall concept, respectively for 18.64 (69.03%) and 14.33 (53.50%). While the results obtained percent 83 learning process, 5% for all teachers and 76.49% for the activities of students at the first activity, and 85.2% for all teachers and 81.13% for student at the second activity.

Keywords: model of guided inquiry learning, self-assessment, and the ability of understanding the concept.


(2)

(3)

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN SELF ASSESSMENT UNTUK MENGETAHUI KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh

KAMILAH KURNIA N 0800677

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(4)

Contoh Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

Penggunaan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing dengan

Self

Assessment

untuk Mengetahui

Kemampuan Pemahaman Konsep

Fisika Siswa SMP

Oleh


(5)

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilm Pengetahuan Alam

© Kamilah Kurnia Nurlaeli 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(6)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN SELF ASSESSMENT UNTUK MENGETAHUI KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP

Oleh

Kamilah Kurnia Nurlaeli NIM 0800677

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I,

(Asep Sutiadi, S.Pd, M.Si)

NIP. 197009081997021001

Pembimbing II,

(Hera Novia, M.T) NIP. 19681104200112200

Mengetahui,


(7)

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

(Dr. Ida Kaniawati, M.Si) NIP.196807031992032001


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ………... . iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Batasan Masalah ... 4

D.Tujuan Penelitian ... ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Variabel Penelitian ……….... 6

G.Definisi Operasional ………. 6

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING, SELF ASSESSMENT, DAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP A. Model Pembelajaran Inkuiri ……….. ... 8


(9)

v

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ……….. 14

C.Self Assessment dalam Pembelajaran ... 18

D.Kemampuan Pemahaman Konsep ……… . 30

E. Tinjauan Materi pada Pokok Bahasan Pemuaian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ... 39

B.Subjek Penelitian ... 40

C.Prosedur Penelitian ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 44

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Teknik Analisis Uji Coba Tes……… 45

G.Teknik Pengolahan Data ……… 49

H. Hasil Uji Coba Instrumen ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 56

B.Pembahasan ... 84

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 89

B. Keterbatasan Penelitian ……… . 90

C.Saran ... . 90


(10)

LAMPIRAN ………. . 96

DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ……… 17

Tabel 2.2 Perbandingan Self Assessment dengan Penilaian Lain …… 21

Tabel 3.1 Desain Penelitian Posttest Only ……….... 40

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal ……… 46

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas Tes ………. 47

Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda Tes ……… 48

Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ……… 49

Tabel 3.6 Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ……… 50

Tabel 3.7 Tafsiran Harga Persentase ……… 51

Tabel 3.8 Skala Kategori Pemahaman ………. 52

Tabel 3.9 Distribusi Soal Uji Coba Instrumen ……… 52

Tabel 3.10 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ………….... 53

Tabel 4.1 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Guru dan Siswa ………….. 56

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Self Assessment Seluruh Siswa……… 61

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Self Assessment untuk Setiap Kemampuan Pemahaman Konsep ………. 62

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Akhir Seluruh Siswa ……… 63

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Tes Akhir untuk Setiap Kemampuan Pemahaman Konsep ……… 64


(11)

vii

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

Tabel 4.6 Tanggapan Guru terhadap Penggunaan Self Assessment…….. 65 Tabel 4.7 Hasil Wawancara ……….. 65 Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Self Assessment dan Tes Akhir

Setiap Siswa untuk Setiap Item ………... 68 Tabel 4.9 Hasil Self Assessment Setiap Aspek Kemampuan Pemahaman

Konsep Seorang Siswa ………. 71

Tabel 4.10 Hasil Tes Akhir Setiap Kemampuan Pemahaman Konsep

Seorang Siswa ………... 72 Tabel 4.11 Hasil Kesesuaian Self Assessment dan Tes Akhir

Seorang Siswa ……….. 74

Tabel 4.12 Hasil Self Assessment Setiap Kemampuan Pemahaman Konsep

Seorang Siswa ………. 76

Tabel 4.13 Hasil Tes Akhir Setiap Kemampuan Pemahaman Konsep

Seorang Siswa ………... 77 Tabel 4.14 Hasil Kesesuaian Self Assessment dan Tes Akhir

Seorang Siswa ……….. 78

Tabel 4.15 Hasil Self Assessment Setiap Kemampuan Pemahaman Konsep

Seorang Siswa ………. 80

Tabel 4.16 Hasil Tes Akhir Setiap Kemampuan

Pemahaman Konsep Seorang Siswa ………... 81 Tabel 4.17 Hasil Kesesuaian Self Assessment dan Tes Akhir


(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Bagan Hubungan Self Assessment ……… 21

Gambar 2.2 Alur Pelaksanaan Self Assessment ……….. 23

Gambar 2.3 Alat penyelidik muai panjang (Muschenbroek) ……… 34

Gambar 2.4 Alat penyelidik pemuaian zat cair (labu didih) ………. 35

Gambar 2.5 Alat penyelidik pemuaian gas (dilatometer) ……… 36

Gambar 2.6 Keping Bimetal, (a) bimetal saat dipanaskan; (b) bimetal saat mula-mula ………. 38

Gambar 3.1 Alur Penelitian ………. 43

Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Self Assessment dengan Tes Akhir Setiap Item ……….. 70


(13)

ix

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN ………. 96

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN ………. 115

LAMPIRAN C ANALISIS UJI COBA TES DAN ANALISIS

DATA HASIL PENELITIAN ……….. 142


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu. Maka dari itu, sudah selayaknya pembelajaran fisika di kelas diselenggarakan sesuai dengan esensi sains itu sendiri, yaitu mampu mengembangkan produk, proses serta sikap siswa secara seimbang. Bukan hanya itu, pembelajaran sains harusnya merupakan suatu proses aktif. National Science Research Council (1996) menyatakan bahwa pembelajaran sains merupakan sesuatu yang siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan pada siswa. Dalam proses belajar fisika, siswa mendeskripsikan objek dan kejadian, mengajukan pertanyaan, mendapatkan pengetahuan, membangun penjelasan tentang fenomena alam, menguji penjelasan tersebut dalam berbagai cara yang berbeda, serta mengkomunikasikan pendapat mereka kepada yang lainnya.

Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang merupakan pengetahuan tentang fakta dan hukum-hukum yang didasarkan atas pengamatan dan disusun dalam suatu sistem yang teratur. Proses pengamatan yang terjadi dalam fisika banyak berinteraksi dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu tujuan dari mata pelajaran fisika adalah melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi (Depdiknas, 2006).

Kenyataan di lapangan masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran di salah satu SMP Negeri di Bandung diperoleh bahwa keterlibatan belajar siswa selama proses pembelajaran di kelas tersebut masih tergolong rendah sekitar 25% yang aktif.


(15)

2

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

Sedangkan siswa yang lainnya asyik dengan kegiatannya sendiri, seperti mengobrol dan becanda pada saat pembelajaran. Hal ini mengakibatkan suasana dalam kelas menjadi kurang kondusif dan pembelajaran menjadi terganggu. Pada saat pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah dan sesekali melakukan diskusi kelas yang menjadikan pembelajaran dilakukan lebih banyak dengan pemberian konsep secara verbal kepada siswa. Pembelajaran tersebut cenderung lebih menekankan aspek kognitif dan pembelajaran lebih bersifat hafalan sehingga kurang bermakna bagi siswa. Hal ini menjadikan sorotan belajar hanya bertumpu pada aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor kurang terlibat.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika diperlukan perubahan dalam kegiatan proses pembelajaran. Berdasarkan tujuannya, terlihat bahwa dengan belajar fisika siswa dapat mengetahui hubungan yang bermakna antara pengetahuan yang dimiliki, konsep yang dipelajari dan prinsip fisika yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu indikator keberhasilan tujuan proses pembelajaran fisika di sekolah adalah ketika siswa dapat memahami konsep dan prinsip fisika setelah mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Ausubel. Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Dahar, R.W, 1989). Sehubungan dengan itu, maka perlu adanya upaya perbaikan proses pembelajaran yang dapat mengubah suasana belajar agar siswa lebih banyak terlibat dalam pembelajaran. Dengan banyaknya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan memudahkan mereka menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajarinya.

Suatu model pembelajaran dibutuhkan dalam proses pembelajaran fisika sehingga menjadi proses pembelajaran yang aktif serta mampu mentransfer fisika sebagai sesuatu yang bukan hanya berisi produk (konsep, teori, hukum, persamaan, dll), tetapi juga harus bisa memberikan pengalaman ilmiah. Salah satu model pembelajaran yang bisa memfasilitasi itu semua adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. National Research Council (Wenning, 2005)


(16)

3

memberi fakta sedemikian rupa penelitian menunjukkan bahwa membantu siswa dalam membangun pemahaman intelektual melalui inkuiri adalah cara yang paling efektif dalam membawa siswa mempelajari konten pengetahuan secara benar dan susunan yang luas. Hofsein, Shore, dan Klipnis dalam Ali (2009) menemukan bahwa jika dirancang dengan benar, kegiatan inkuiri memiliki potensial untuk memainkan peranan penting dalam mencapai keterampilan kognitif seperti berpikir ilmiah dan kegiatan tersebut mempunyai kapasitas untuk memungkinkan siswa memahami proses ilmiah.

Namun keberhasilan suatu proses pembelajaran fisika yang bermakna, tidak hanya didukung oleh model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Tapi perlu adanya penilaian agar perkembangan belajar siswa dapat dicapai secara optimal. Penilaian yang diperlukan adalah self assessment sebagai salah satu asesmen formatif yang melibatkan peran siswa dimana peserta didik memiliki tanggung jawab untuk menilai pemahaman konsepnya sendiri yang dipandang lebih cocok dalam rangka mencapai kebermaknaan belajar (Marhaeni, 2008).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Rolheiser dan Ross (2005) bahwa self assessment dapat meningkatkan hasil belajar, karena dengan self assessment: a) dapat memusatkan perhatian siswa pada tujuan pembelajaran, b) memberikan informasi pada guru mengenai hal-hal yang masih kurang atau belum tercapai dalam pembelajaran, c) dapat lebih meningkatkan perhatian siswa pada penilaian, d) dapat meningkatkan motivasi dan percaya diri siswa, dan e) dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan belajarnya. Selain kelebihan self assessment juga memiliki kelemahan diantaranya mengakibatkan kekhawatiran jika hasil self assessment diketahui oleh siswa lain dan subjektifitas siswa akan menilai diri terlalu tinggi.

Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa model pembelajaran dan penilaian merupakan satu kesatuan dari sebuah pembelajaran sehingga diharapkan bisa memantau kemajuan belajar peserta didik, seperti dalam hal kemampuan pemahaman konsep, memperbaiki proses dan hasil pembelajaran. Sehingga penulis merasa perlu untuk mengkaji bagaimana kemampuan


(17)

4

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

pemahaman konsep fisika siswa setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment.

Maka dari itu penulis tertarik untuk memilih judul “Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Self Assessment untuk mengetahui Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kemampuan pemahaman konsep fisika siswa SMP setelah menggunakan model inkuiri terbimbing dengan self assessment?”

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka pertanyaan penelitian diatas di uraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana profil proses pembelajaran fisika siswa SMP dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dengan self assessment? 2. Bagaimana profil self assessment siswa SMP dalam pembelajaran

Fisika?

3. Bagaimana profil kemampuan pemahaman konsep siswa SMP dalam pembelajaran Fisika?

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini perlu adanya batasan masalah agar terarah serta tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Hasil proses pembelajaran model inkuiri terbimbing dibatasi dengan gambaran proses pembelajaran pada pokok bahasan pemuaian.

2. Hasil self assessment dibatasi pada gambaran hasil angket self assessment siswa selama proses pembelajaran terkait aspek kognitif


(18)

5

yang meliputi aspek menafsirkan (interpreting), memberi contoh (exemplifying), menyimpulkan (concluding), menjelaskan (explaning). 3. Hasil kemampuan pemahaman konsep yang dimaksud adalah gambaran hasil tes objektif siswa terkait aspek kognitif yang meliputi aspek menafsirkan (interpreting), memberi contoh (exemplifying), menyimpulkan (concluding), menjelaskan (explaning).

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di awal, yaitu untuk memperoleh informasi tentang kemampuan pemahaman konsep siswa SMP setelah menggunakan model inkuiri terbimbing dengan self assessment dalam pembelajaran fisika.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat terhadap kemampuan pemahaman konsep fisika khususnya siswa SMP. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah:

1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengetahui kemampuan pemahaman konsep fisika siswa.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi strategi pembelajaran bervariasi sehingga memperbaiki system pembelajaran di kelas serta membantu guru menciptakan kegiatan belajar yang menarik 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah

menghasilkan siswa yang unggul terutama pemberdayaan kemampuan pemahaman konsep siswa.

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam membekali diri sebagai calon guru fisika yang memperoleh pengalaman penelitian secara ilmiah agar kelak dapat dijadikan modal sebagai guru dalam menjalankan pembelajaran.


(19)

6

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013 F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas dari penelitian ini adalah model inkuiri terbimbing dengan self assessment.

2. Variabel terikat dari penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep siswa.

G. Definisi Operasional

1. Pembelajaran inquiry adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis. Sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Gulo, 2002). Model pembelajaran inquiry yang digunakan dalam penelitian ini bersifat inquiry terbimbing. Tahapan model pembelajaran inquiry yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan yang dikemukakan Eggen dan Kauchak (1996), yaitu 1) menyajikan pertanyaan atau masalah, 2) membuat hipotesis, 3) merancang percobaan, 4) melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, 5) mengumpulkan dan menganalisis data, serta 6) membuat kesimpulan (Trianto, 2007). Penilaian ketercapaian model pembelajaran inquiry dilakukan melalui observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan instrumen berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang disusun berdasarkan indikator-indikator dalam setiap tahapan model pembelajaran inquiry tersebut. 2. Self assessment diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam

mengidentifikasi kriteria dan/atau standar untuk diterapkan dalam belajar dan membuat keputusan mengenai pencapaian kriteria dan/atau standar tersebut. Untuk mengetahui self assessment siswa diukur menggunakan lembar self assessment yang berupa angket berbentuk cheklist yang diberikan pada saat proses pembelajaran berlangsung.


(20)

7

3. Kemampuan pemahaman konsep yaitu kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan untuk mengerti benar suatu konsep sehingga konsep tersebut dapat diinterpretasikan secara benar. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud kemampuan pemahaman konsep adalah keberhasilan siswa setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu pada aspek kognitif yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor. Aspek kognitif pada penelitian ini dibatasi pada aspek berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi (Anderson et. al, 2001) meliputi aspek menafsirkan, memberikan contoh, menyimpulkan, dan menjelaskan. Ketercapaian kemampuan pemahaman konsep diukur melalui tes objektif berupa tes pilihan ganda yang mencakup ke-4 aspek kognitif tersebut.


(21)

39

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Menurut Arikunto (2009) “metode penelitian adalah cara yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.” Lebih lanjut

Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa “metode penelitian diartikan sebagai

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Dari dua kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian untuk menjawab masalah penelitian dengan menggunakan cara dan alat tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.

Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment (Eksperimen Semu). Metode penelitian ini merupakan pengembangan dari True Experiment yang memiliki kelemahan dalam menentukan kelas kontrol. Metode penelitian eksperimen semu mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu objek, yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut. Dalam penelitian ini, pengontrolan variabel tidak dilakukan terhadap seluruh variabel, tetapi hanya pada variabel tertentu yang dianggap paling dominan dalam penelitian, sehingga kemampuan pemahaman konsep siswa seolah-olah hanya dapat diperoleh dari penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment yang diterapkan pada pembelajaran fisika.

Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest Only. Dalam desain ini, kelompok yang menjadi subjek penelitian kelas eksperimen tanpa ada kelas pembanding atau kelas kontrol. Kelompok ini hanya diberi posttest (tes akhir) setelah diberi perlakuan yang diberikan pada siswa sebanyak satu kali. Jika digambarkan maka akan seperti ini:


(22)

40

Tabel 3.1

Desain Penelitian Posttest Only

Treatment (X) Posttest (T’)

X T’

(Sugiyono,2010) Keterangan:

X : perlakuan (treatment) pembelajaran model inkuiri terbimbing dengan self assessment

T’ : tes akhir (posttest) setelah perlakuan pembelajaran diberikan

B. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII A salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung, sebanyak 36 siswa. Sedangkan sampel diambil secara metode sampel bertujuan (purposive sampling). Purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sehingga relevan dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2010).

C. Prosedur Penelitian

Secara umum penelitian ini diselenggarakan dalam tiga tahapan besar yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap akhir penelitian. Tahapan-tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

 Tahap persiapan penelitian

Persiapan-persiapan yang akan dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian adalah sebagi berikut:

1) Studi pendahuluan, perumusan masalah, menentukan tujuan penelitian;

2) Penyusunan proposal dan perbaikan; 3) Kajian literatur dan diskusi dengan dosen

Setelah perumusan masalah dan tujuan, pada tahap ini peneliti mengkaji literatur mengenai model pembelajaran inkuiri terbimbing,


(23)

41

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

self assessment, aspek-aspek pemahaman konsep, dan materi SMP. Literatur tersebut akan digunakan untuk penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen penelitian dan penentuan kriteria self assessment yang akan dilakukan penilaian. 4) Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian;

5) Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan;

6) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan kemudian mengkonsultasikannya dengan dosen pembimbing;

7) Membuat instrumen penelitian berdasarkan hasil kajian literatur dan diskusi dengan dosen tentang self assessment dan tes pemahaman konsep. Instrumen penelitian ini terdiri dari rubrik pelaksanaan self assessment, rubrik self assessment siswa, tes pemahaman konsep, wawancara, dan lembar observasi;

8) Melakukan judgment kepada dosen-dosen yang ditunjuk oleh dosen pembimbing untuk menguji validitas dari instrumen yang akan dilakukan;

9) Melakukan revisi instrumen untuk memperbaiki instrumen setelah melalui proses judgment;

10) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam penelitian;

11) Pembuatan surat-surat perijinan yang diperluakan untuk penelitian; 12) Melakukan uji coba tes pemahaman konsep. Uji coba ini

digunakan untuk menghitung kelayakan butir soal yanga akan digunakan dalam penelitian;

13) Melakukan analisis butir soal terhadap soal pemahaman konsep. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal;

14) Melakukan sosialisasi dan pelatihan penggunaan self assessment sebagai upaya untuk mengenalkan self assessment, mulai dari


(24)

42

pengertian self assessment hingga melakukan pelatihan penggunaan self assessment;

15) Menentukan sampel dan tanggal pelaksanaan penelitian.

 Tahap Pelaksanaan

1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);

2) Melakukan observasi selama pelaksanaan pembelajaran dan mendokumentasikannya sebagai catatan peneliti;

 Tahap Akhir

1) Melakukan penilaian terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa melalui self assessment dan tes pemahaman konsep;

2) Melakukan observasi selama pelaksanaan pembelajaran dan mendokumentasikannya sebagai catatan peneliti;

3) Memberikan angket kepada siswa dalam penggunaan self assessment;

4) Melakukan wawancara kepada guru dan siswa dalam penggunaan self assessment;

5) Melakukan pengolahan terhadap hasil penilaian menggunakan rubrik self assessment, tes pemahaman konsep dan wawancara guru serta catatan peneliti;

6) Mentabulasikan hasil pengolahan rubrik self assessment, tes pemahaman konsep dan wawancara guru serta catatan peneliti ke dalam rubrik penilaian pelaksanaan self assessment;

7) Melakukan analisis data;

8) Membuat kesimpulan dan rekomendasi; 9) Membuat laporan hasil penelitian.


(25)

43

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

Menyusun proposal penelitian

Melaksanakan seminar proposal Menyusun instrumen penelitian

Melakukan revisi proposal

Menentukan subjek penelitian Menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Menyusun instrumen

Melakukan judgment instrumen penelitian

Melakukan uji coba instrumen penelitian Memperbaiki instrumen

Membuat surat izin penelitian

Melakukan sosialisasi dan pelatihan penggunaan self assessment

Penggunaan self assessment pada pembelajaran Kegiatan

pembelajaran dengan model inkuiri

terbimbing

Pemantauan Refleksi

Test

Mengumpulkan seluruh data penelitian Tahap

Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Wawancara guru Tahap


(26)

44

Gambar 3.1 Alur Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari lembar self assessment, wawancara, dan lembar observasi guru dan siswa. Data tersebut digunakan untuk melengkapi informasi mengenai kemampuan pemahaman konsep dan kejujuran siswa dalam mengisi lembar self assessment.

2. Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari tes dan lembar self assessment, digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa setelah penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment dalam pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment. Lembar ini berupa check list yang dinilai oleh observer dengan kriteria yang disesuaikan dengan fase atau tahapan-tahapan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment.

2. Lembar self assessment

Lembar self assessment ini digunakan untuk mengungkap penilaian diri siswa tentang kemampuan pemahaman konsepnya, mengungkap Menarik kesimpulan Melakukan analisis data


(27)

45

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

kejujuran dan percaya diri. Lembar self assessment yang digunakan berupa check list yang diisi oleh siswa dengan kriteria dan pernyataan self assessment yang mencakup ranah kognitif pada aspek menafsirkan (interpreting), menerapkan dengan contoh (exemplifying), menyimpulkan (concluding), dan menjelaskan (explaning). Prosedur penilaian dilakukan dengan cara apabila siswa menjawab merasa paham maka siswa diberi nilai 1 dan merasa tidak paham diberi nilai 0.

3. Tes

Tes ini berisi soal-soal dalam bentuk multiple choice yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi dengan jumlah soal yang digunakan 27 soal. Prosedur penilaian dilakukan dengan cara apabila siswa menjawab dengan benar maka siswa diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Instrumen untuk tes pilihan ganda ini mencakup ranah kognitif pada aspek menafsirkan (interpreting), menerapkan dengan contoh (exemplifying), menyimpulkan (concluding), dan menjelaskan (explaning).

4. Wawancara

Wawancara yang digunakan untuk mengungkap saran, masukan dan respon baik siswa maupun guru dalam penggunaan self assessment.

F. Teknik Analisis Uji Coba Tes

Kualitas instrumen sebagai alat pengambil data harus teruji kelayakannya, misalnya segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukarannya.

1. Validitas Butir Soal

Anderson (Arikunto, 2009:65) mengemukakan “A test is valid if it measures what is purpose to measure”. Pernyataan Anderson tersebut jika diartikan yaitu sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Sehingga, dapat dikatakan bahwa analisis validitas tes merupakan analisis tes yang dilakukan untuk menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen tes dalam mengukur sasaran yang


(28)

46

hendak diukur. Uji validitas butir soal ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi produk momen yang dikemukakan Pearson (Pearson Product Moment), yaitu sebagai berikut:

(3.1)

(Arikunto, 2009)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan X = skor tiap butir soal Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa

Untuk interpretasi nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari perhitungan, digunakan kriteria validitas butir soal seperti yang ditinjukkan pada tabel dibawah ini

Tabel 3.2

Interpretasi Validitas Butir Soal

Nilai rxy Kriteria

0,81 < rxy 1,00 Sangat Tinggi

0,61 < rxy 0,80 Tinggi

0,41 < rxy 0,60 Cukup

0,21 < rxy 0,40 Rendah

0,00 < rxy  0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2009)

2. Reliabilitas Tes

“Realibilitas adalah ketepatan atau keajegan alat dalam mengukur apa yang diukurnya, artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama” (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2010).



 

2 2

2  2

Y Y N X X N Y X XY N rxy       


(29)

47

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

Untuk pengujian reliabilitas instrumen dari satu kali pengukuran, digunakan metode Belah dua (split – half method). Pada saat pemberian skor, tes dibelah menjadi dua sehingga tiap siswa memperoleh dua macam skor, yakni skor yang diperoleh dari soal – soal yang bernomor ganjil dan skor yang diperoleh dari soal – soal yang bernomor genap. Selanjutnya skor ganjil dikorelasikan dengan skor genap, hasilnya adalah koefesien korelasi rgg, atau koefesien korelasi ganjil – genap. Koefisien korelasi ganjil – genap tersebut dikoreksi sehingga menjadi koefisien reliabilitas tes, dengan menggunakan rumus Spearman – Brown :

gg gg r r x r   1 2 11 (Arikunto, 2009) Keterangan :  tt

r koefisien reliabilitas tes

gg

r = koefisien korelasi ganjil – genap

Untuk menentukan koefisien korelasi ganjil - genap digunakan teknik korelasi “Pearson’s Product Moment” yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu:

 

 

 

2 2



2

 

2

   Y Y N X X N Y X Y X N rgg (Arikunto, 2009) Keterangan : gg

r = koefesien korelasi ganjil - genap N = jumlah peserta tes

X = Skor siswa menjawab benar bernomor ganjil

Y = Skor siswa yang menjawab benar bernomor genap

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan kriteria seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.3

Interpretasi Reliabilitas Tes

r11 Interpretasi

….. (3.2)


(30)

48

r11 Interpretasi

0,81 < r11  1,00 Sangat tinggi 0,61 < r11  0,80 Tinggi 0,41 < r11  0,60 Sedang 0,21 < r11  0,40 Rendah 0,00 < r11  0,20 Sangat rendah

(Arikunto,2009)

3. Daya Pembeda

“Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah)” (Arikunto, 2009). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan:

A B

A B

A B

B B

DP P P

J J

   

Keterangan :

DP = Daya pembeda butir soal

A

J = Banyaknya peserta kelompok atas

B

J = Banyaknya peserta kelompok bawah

A

B = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

B

B = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

A

P = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

P = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria seperti pada tabel dibawah ini

Tabel 3.4

Interpretasi Daya Pembeda Tes


(31)

49

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

(Arikunto, 2009)

4. Tingkat Kesukaran Butir Soal

“Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut” (Syambasri Munaf, 2001). Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha memecdahkannya. “Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar jangkauan” (Arikunto, 2009). Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan :

B P

JS

 Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.5

Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai P Kriteria

0,00 Terlalu Sukar

0,00 < P  0,30 Sukar 0,31  P  0,70 Sedang

0,71  P < 1,00 Mudah

Nilai DP Kriteria

Negatif Soal Dibuang

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali


(32)

50

1,00 Terlalu Mudah

(Arikunto,2009)

G. Teknik Pengolahan Data

1. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Aktivitas guru dan siswa dapat dilihat dari keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment yaitu diketahui dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran tersebut. Untuk menghitung persentase keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase keterlaksanaan model tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam tabel dibawah:

Tabel 3.6

Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kategori

Keterlaksanaan Model (%)

Interpretasi

0,0 - 24.9 Sangat Kurang

25,0 - 37,5 Kurang

37,6 - 62,5 Sedang

62,6 - 87,5 Baik

87,6 - 100 Sangat Baik

(Mulyadi dalam Usep Nuh, 2007)

2. Lembar self assessment siswa digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa, pengolahan datanya dilakukan dengan cara:

a. Penjumlahan skor yang diperoleh siswa pada setiap skala dari masing-masing kriteria.


(33)

51

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

b. Pengubahan skor mentah siswa ke dalam nilai persentase dengan menggunakan rumusan berikut (Sudjana, 2010):

Keterangan :

NP = nilai persen yang dicari

f = jumlah skor dari item yang benar N = skor maksimum

c. Hasil perhitungan persentase yang diperoleh ditafsirkan dengan mengacu pada Koentjaraningrat (Ornelia, 2009) sebagai berikut:

Tabel 3.7

Tafsiran Harga Persentase

Harga (%) Tafsiran

0 Tidak satupun

1 - 25 Sebagian kecil 26 – 49 Hampir setengahnya

50 Setengahnya

51 – 75 Sebagian besar 76 – 99 Hampir seluruhnya

100 Seluruhnya

3. Data dari hasil Tes

a) Skor untuk tes ditentukan berdasarkan metode tanpa denda, jawaban benar diberi skor satu, jawaban salah atau tidak menjawab diberi skor nol. Pemberian skor dihitung menggunakan rumus berikut (Arikunto, 2009).

….. (3.7)


(34)

52

Dengan:

S = skor siswa

R = jumlah jawaban benar

b) Untuk mengetahui nilai persentase pemahaman siswa digunakan rumus berikut (Purwanto, 2008).

Dengan:

S = nilai yang dicari

R = jumlah skor dari item yang dijawab benar N = skor maksimum tes

c) Kemudian hasil perhitungan yang telah diperoleh, diinterpretasi pada kategori pemahaman siswa terhadap materi berdasarkan skala kategori pemahaman (Arikunto, 2009).

Tabel 3.8

Skala Kategori Pemahaman

Skala (%) Kategori Pemahaman

80 – 100 Sangat baik

66 – 79 Baik

56 – 65 Cukup

40 – 55 Kurang

30 – 39 Kurang sekali

H. Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen yang diujicobakan berupa tes pemahaman konsep yang digunakan terdiri dari soal-soal yang mencakup dimensi proses kognitif kategori memahami yang berorientasi pada taksonomi Anderson yang meliputi menafsirkan, mencontohkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Distribusi soal berdasarkan aspek-aspek tersebut ditunjukkan pada Tabel 3.9

Tabel 3.9

Distribusi Soal Uji Coba Instrumen


(35)

53

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

No Aspek Nomor Soal Jumlah

Soal

1 Menafsirkan 1,4, 6, 7, 8 5

2 Mencontohkan 11, 17, 19, 20, 23, 26 6

3 Menjelaskan 2, 3,10, 12, 14, 15, 16, 18, 22, 25 10

4 Menyimpulkan 5, 9, 13, 21, 24, 27 6

Uji coba tes dilkukan untuk menghasilkan alat tes yang benar-benar baik dan dapat dipertanggungjawabkan (Nurgiyantoro, 2010). Sebelum tes pemahaman konsep yang berupa pilihan ganda digunakan, terlebih dahulu diuji cobakan pada siswa kelas VII di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung yang telah mempelajari materi pemuaian. Adapun analisis hasil uji coba tes terdiri dari analisis tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, validitas tes dan reliabilitas tes. Untuk rekapitulasi analisis tingkat kesukaran, daya pembeda dan validitas tes pada setiap butir soal, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.10

Tabel 3.10 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

No Soal Klasifikasi Tingkat Kesukaran Klasifikasi Daya Pembeda Klasifikasi

Validasi Soal Keterangan

1 Mudah Jelek Rendah Dipakai

2 Sedang Jelek Rendah Direvisi

3 Sukar Jelek Rendah Dipakai

4 Sedang Cukup Rendah Dipakai

5 Mudah Jelek Rendah Direvisi

6 Mudah Jelek Sangat Rendah Dipakai

7 Sedang Jelek Rendah Dipakai

8 Mudah Cukup Cukup Dibuang

9 Mudah Jelek Sangat Rendah Direvisi

10 Mudah Jelek Cukup Dipakai

11 Sukar Jelek Rendah Direvisi


(36)

54

13 Sukar Jelek Sangat Rendah Dibuang

14 Sukar Jelek Cukup Direvisi

15 Sedang Dibuang Sangat Rendah Dibuang

16 Mudah Jelek Rendah Dipakai

17 Sedang Jelek Rendah Direvisi

18 Sedang Cukup Rendah Dipakai

19 Sukar Jelek Sangat Rendah Direvisi

20 Sedang Baik Tinggi Dibuang

21 Mudah Jelek Sangat Rendah Dipakai

22 Sedang Cukup Cukup Direvisi

23 Sedang Jelek Rendah Direvisi

24 Sukar Jelek Rendah Direvisi

25 Sedang Cukup Rendah Dipakai

26 Mudah Jelek Rendah Dipakai

27 Sukar Dibuang Sangat Rendah Direvisi

28 Sedang Cukup Rendah Dipakai

29 Sedang Jelek Sangat Rendah Direvisi

30 Sedang Cukup Cukup Dipakai

1. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Berdasarkan analisis tingkat kesukaran untuk tiap butir soal yang terdiri dari 30 soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.10 di atas, diperoleh data bahwa yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sukar adalah 7 soal, 14 soal kategori sedang, dan 9 soal termasuk kategori mudah. Dengan demikian, dapat dikatakan pada umumnya tingkat kesukaran soal tes pemahaman konsep yang digunakan memiliki tingkat kesukaran sedang.

2. Daya Pembeda Soal

Berdasarkan analisis daya pembeda yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang kurang mampu atau lemah. Berdasarkan hasil rekapitulasi Tabel 3.10 di atas, jumlah butir soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori baik berjumlah 1 butir soal, 7 butir soal termasuk kategori cukup, 10 butir soal termasuk kategori jelek dan 2 butir soal termasuk kategori harus dibuang. Maka, secara umum seluruh soal dapat dikatakan kurang dapat membedakan


(37)

55

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

antara kelompok siswa berkemampuan tinggi dan rendah dikarenakan daya pembeda soal berada pada kategori jelek.

3. Validitas Tes

Validitas tes diperoleh dengan menentukan koefisien korelasi product moment. Berikut hasil rekapitulasi validitas soal yang ditunjukkan pada Tabel 3.10 di atas, diperoleh 1 soal kriteria tinggi, 5 soal kriteria cukup, 16 soal kriteria rendah, dan 8 soal kriteria sangat rendah. Sehingga secara umum tes pemahaman konsep memiliki validasi dengan kriteria sedang dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kemampuan yang akan diukur.

4. Reliabilitas Tes

Dalam menentukan reliabilitas perangkat instrumen, pada penelitian ini digunakan metode belah dua awal-akhir. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai reliabilitas perangkat instrumen sebesar 0,12. Nilai tersebut dapat dikategorikan reliabilitas perangkat instrumen rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan memiliki keajegan yang rendah.

Hasil uji coba tes pemahaman konsep pada 35 siswa di kelas memiliki karakteristik yang hampir sama dengan kelas yang dijadikan objek penelitian menunjukkan tingkat reliabilitas yang rendah dan mayoritas soal yang diujiakan memiliki tingkat validitas yang rendah. Hal tersebut dimungkinkan karena siswa yang dijadikan objek uji coba tidak siap denga tes yang dilakukan. Siswa tidak diberi tahu sebelumnya bahwa pada hari uji coba, mereka akan melakukan tes. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mempersiapkan tes terlebih dahulu. Soal tes pilihan ganda yang diberikan pun terlalu banyak untk bisa dikerjakan dalam waktu 40 menit.


(38)

(39)

89

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari data yang telah diolah dan dianalisis, maka diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa SMP setelah menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment menunjukkan pada kategori kurang. Hal ini dikarenakan keterlaksanaan pada penerapan tahapan pembelajaran yang kurang optimal diantaranya kegiatan demontrasi yang cenderung masih disajikan tradisional, dan LKS (Lembar Kerja Siswa) masih kurang baik dalam menggiring siswa; kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran yang masih kurang; dan masih kurangnya kemampuan manajemen waktu dan kelas dari peneliti.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Profil proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

inkuiri terbimbing diperoleh persentase aktivitas guru dan siswa. Pada pertemuan pertama diperoleh persentase sebesar 83,5% untuk aktivitas guru dengan kriteria baik dan 76,49% untuk aktivitas siswa dengan kriteria baik. Sedangkan pada pertemuan kedua diperoleh persentase sebesar 85,2% untuk aktivitas guru dengan kriteria baik dan 81,13% untuk aktivitas siswa dengan kriteria baik.

2) Profil self assessment ini menunjukkan siswa dengan persentase sebesar 69.03%, rata-rata 18.64 dan termasuk kategori sebagian besar siswa merasa paham. Hasil self assessment juga meninjau untuk setiap aspek kemampuan pemahaman konsep siswa yang terdiri dari aspek


(40)

90

menafsirkan, mencontohkan, menyimpulkan dan menjelaskan dengan perolehan persentase siswa diantaranya pada aspek menafsirkan 63.33%, aspek mencontohkan 67.59%, aspek menyimpulkan 65.28%, dan aspek menjelaskan 75.00%. Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa keempat kemampuan pemahaman konsep tersebut tergolong kepada kategori sebagian besar siswa merasa paham.

3) Profil tes akhir diperoleh persentase 53.50%, rata-rata 14.33 dan termasuk kategori kurang. Hasil tes akhir juga meninjau untuk setiap kemampuan pemahaman konsep siswa yang terdiri dari aspek menafsirkan memperoleh persentase 50.00%, aspek mencontohkan memperoleh persentase 52.78%, aspek menyimpulkan memperoleh persentase 53.24%, dan aspek menjelaskan memperoleh persentase 54.72%. Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa keempat kemampuan pemahaman konsep tersebut tergolong kurang.

B. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa, maka peneliti akan memberikan saran sebagai berikut:

1. Design penelitian yang dipakai sebaiknya menggunakan pretest agar terdapat pembanding untuk menyatakan kemampuan pemahaman konsep siswa meningkat atau menurun dari penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment.

2. Sebaiknya lembar self assessment diberikan pada setiap akhir pembelajaran kemudian dianalisis agar menjadi refleksi bagi siswa maupun guru untuk pertemuan selanjutnya.


(41)

91

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

3. Perlu optimalisasi penyesuaian dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment dan perlu adanya sosialisasi yang intensif ketika memotivasi siswa pada fase penanaman konsep self assessment.

4. Persiapan yang optimal sebelum melakukan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan self assessment.


(42)

92

DAFTAR PUSTAKA

Anderson et.al. (2001). A Taxonomy For Learning Teching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives) Abridged Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimin. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S & Jabar. (2004). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. (2000). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burgess, H. (2000). Self and Peer Assessment [Online]. Tersedia: http://www.ac.uk/learning/assessment2asp. [03 april 2008].

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2005). Peraturan Pemerintah No 19 tentang Standar Penilaian Pendidikan Pasal 63-64. Jakarta: Depdiknas. Cartono. (2007). Asesmen dalam Pembelajaran Sains. Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamid, M. S. (2011). Standar Mutu Penilaian dalam Kelas. Yogyakarta: Diva

Press.

Haryati, M. (2007). Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.


(43)

93

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

Herdian, M.Pd. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri. [Online]. Tersedia http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri/ [27 Mei 2010].

Huitt, W. (2004). Bloom et al.’s taxonomy of the cognitive domain. Educational Phychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State

University. [Online]. Tersedia:

http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/cogsys/bloom.html. [29 Februari 2008].

Marhaeni, A.A.I.N. (2007). Asesmen Otentik Dalam Rangka KTSP (Satu Upaya Pemberdayaan Guru dan Siswa). Makalah pada Pelatihan KTSP bagi Guru SMP/MTs di Kabupaten Tabanan Tanggal 10-14 September 2007, Bali: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Marhaeni, A.A.I.N. (2008). Pengaruh Evaluasi-Diri Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris. Laporan penelitian, Bali: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Mc. Apline, Don. (2000). Self Assessment: Part 3 of Series on Different Forms ofAssessment.[Online].Tersedia:http://www.tki.org.nz/r/gifted.reading/as sessment/self_e.php. [2 April2011].

Matyas, Marsha Lakes. (2000). Teaching and Learning by Inquiry. Bethesda, MD: The American Physiological Society

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Murtiyasa, Budi. (2001). “Teori dan Konstrksi Alat Penilaian”. Makalah pada Acara Pelatihan Dosen Muda Tanggal 23 Juni 2001, Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual. Jakarta: Bumi Aksara.

National Research Council (1996). National Science Education Standards (NSES). Washington, DC: National academy Press.


(44)

94

Orlich, C., Donal. (2009). Teaching Strategies:AGuide to Effective Instruction. [Online]. Tersedia:http://trove.nla.gov.au/version/47704426

Orsmond, Paul. (2004). Self and Peer Assessment: Guidance on Practice in theBiosciences.[Online].Tersedia:http://www.bioscince.heacademy.ac.uk /Teachingguides/fulltext.pdf. [3 Maret2011].

Panggabean, Luhut P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP

Purwanto, Ngalim (2008). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research Says.

Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Adi Yudiato, S., Achmad, Y., Subekti, R., Siswandi, (2009). Pembelajaran Inquiry. [Online] Tersedia:

http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/11/19/pembelajaran-inquiry/ [13 Juni 2009]

Spiller, Dorothy. (2009). Assessment Matters: Self Assessment and Peer Assessment.[Online].Tersedia:www.waikato.ac.nz/tdu/pdf/booklets/8_Sel fPeerAssessment.pdf. [9Maret2011].

Sudjana,N. & Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, A. (2008). Penilaian Hasil Belajar. [Online]. Tersedia http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/penilaian-hasil-belajar/ [29Februari2008].

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Sunaryo, K, Wowo. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sutiadi, A. (2013). “Workshop Penyusunan Instrumen Soal Kognitif dan KPS”. Bahan Ajar, Bandung.


(45)

95

Kamilah Kurnia Nurlaeli, 2013

Wenning, C.J. (2005a). Levels of Inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry process. Journal of Physics Teacher Education Online, 3-11. Wenning, C.J. (2007). Assesing Inquiry Skills as a component of Scientific

Literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 21-24.

Zulharman. (2007). Self Assessment sebagai Penilaian Formatif dan Sumatif. [Online]. Tersedia: http://zulharman79.wordpress.com/2007/05/29/self-dan-peer-assessment-sebagai-penilaian-formatif-dan-sumatif/. [13 Maret 2011].


(1)

menafsirkan, mencontohkan, menyimpulkan dan menjelaskan dengan perolehan persentase siswa diantaranya pada aspek menafsirkan 63.33%, aspek mencontohkan 67.59%, aspek menyimpulkan 65.28%, dan aspek menjelaskan 75.00%. Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa keempat kemampuan pemahaman konsep tersebut tergolong kepada kategori sebagian besar siswa merasa paham.

3) Profil tes akhir diperoleh persentase 53.50%, rata-rata 14.33 dan termasuk kategori kurang. Hasil tes akhir juga meninjau untuk setiap kemampuan pemahaman konsep siswa yang terdiri dari aspek menafsirkan memperoleh persentase 50.00%, aspek mencontohkan memperoleh persentase 52.78%, aspek menyimpulkan memperoleh persentase 53.24%, dan aspek menjelaskan memperoleh persentase 54.72%. Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa keempat kemampuan pemahaman konsep tersebut tergolong kurang.

B. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa, maka peneliti akan memberikan saran sebagai berikut:

1. Design penelitian yang dipakai sebaiknya menggunakan pretest agar terdapat pembanding untuk menyatakan kemampuan pemahaman konsep siswa meningkat atau menurun dari penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment.

2. Sebaiknya lembar self assessment diberikan pada setiap akhir pembelajaran kemudian dianalisis agar menjadi refleksi bagi siswa maupun guru untuk pertemuan selanjutnya.


(2)

91

3. Perlu optimalisasi penyesuaian dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self assessment dan perlu adanya sosialisasi yang intensif ketika memotivasi siswa pada fase penanaman konsep self

assessment.

4. Persiapan yang optimal sebelum melakukan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan self assessment.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson et.al. (2001). A Taxonomy For Learning Teching, and Assessing (A

Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives) Abridged Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimin. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S & Jabar. (2004). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. (2000). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burgess, H. (2000). Self and Peer Assessment [Online]. Tersedia: http://www.ac.uk/learning/assessment2asp. [03 april 2008].

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2005). Peraturan Pemerintah No 19

tentang Standar Penilaian Pendidikan Pasal 63-64. Jakarta: Depdiknas.

Cartono. (2007). Asesmen dalam Pembelajaran Sains. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamid, M. S. (2011). Standar Mutu Penilaian dalam Kelas. Yogyakarta: Diva

Press.

Haryati, M. (2007). Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan


(4)

93

Herdian, M.Pd. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri. [Online]. Tersedia http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-inkuiri/ [27 Mei 2010].

Huitt, W. (2004). Bloom et al.’s taxonomy of the cognitive domain.

Educational Phychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State

University. [Online]. Tersedia:

http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/cogsys/bloom.html. [29 Februari 2008].

Marhaeni, A.A.I.N. (2007). Asesmen Otentik Dalam Rangka KTSP (Satu

Upaya Pemberdayaan Guru dan Siswa). Makalah pada Pelatihan KTSP

bagi Guru SMP/MTs di Kabupaten Tabanan Tanggal 10-14 September 2007, Bali: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Marhaeni, A.A.I.N. (2008). Pengaruh Evaluasi-Diri Terhadap Kemampuan

Menulis Bahasa Inggris. Laporan penelitian, Bali: Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja.

Mc. Apline, Don. (2000). Self Assessment: Part 3 of Series on Different Forms

ofAssessment.[Online].Tersedia:http://www.tki.org.nz/r/gifted.reading/as

sessment/self_e.php. [2 April2011].

Matyas, Marsha Lakes. (2000). Teaching and Learning by Inquiry. Bethesda, MD: The American Physiological Society

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Murtiyasa, Budi. (2001). “Teori dan Konstrksi Alat Penilaian”. Makalah pada Acara Pelatihan Dosen Muda Tanggal 23 Juni 2001, Solo: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Konstektual. Jakarta: Bumi Aksara.

National Research Council (1996). National Science Education Standards (NSES). Washington, DC: National academy Press.


(5)

Orlich, C., Donal. (2009). Teaching Strategies:AGuide to Effective Instruction. [Online]. Tersedia:http://trove.nla.gov.au/version/47704426

Orsmond, Paul. (2004). Self and Peer Assessment: Guidance on Practice in

theBiosciences.[Online].Tersedia:http://www.bioscince.heacademy.ac.uk

/Teachingguides/fulltext.pdf. [3 Maret2011].

Panggabean, Luhut P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP

Purwanto, Ngalim (2008). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rolheiser, C. & Ross, J. A. (2005) Student Self-Evaluation: What Research

Says.

Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Adi Yudiato, S., Achmad, Y., Subekti, R., Siswandi, (2009). Pembelajaran Inquiry. [Online] Tersedia:

http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/11/19/pembelajaran-inquiry/ [13

Juni 2009]

Spiller, Dorothy. (2009). Assessment Matters: Self Assessment and Peer

Assessment.[Online].Tersedia:www.waikato.ac.nz/tdu/pdf/booklets/8_Sel

fPeerAssessment.pdf. [9Maret2011].

Sudjana,N. & Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudrajat, A. (2008). Penilaian Hasil Belajar. [Online]. Tersedia http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/penilaian-hasil-belajar/ [29Februari2008].

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Sunaryo, K, Wowo. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sutiadi, A. (2013). “Workshop Penyusunan Instrumen Soal Kognitif dan KPS”. Bahan Ajar, Bandung.


(6)

95

Wenning, C.J. (2005a). Levels of Inquiry: Hierarchies of pedagogical practices

and inquiry process. Journal of Physics Teacher Education Online, 3-11.

Wenning, C.J. (2007). Assesing Inquiry Skills as a component of Scientific

Literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 21-24.

Zulharman. (2007). Self Assessment sebagai Penilaian Formatif dan Sumatif. [Online]. Tersedia: http://zulharman79.wordpress.com/2007/05/29/self-dan-peer-assessment-sebagai-penilaian-formatif-dan-sumatif/. [13 Maret 2011].