PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MATERI BERTELEPON MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS III A MI ROUDLOTUL BANAT SEPANJANG SIDOARJO.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA MATERI BERTELEPON MELALUI METODE COOPERATIVE SCRIPT

PADA SISWA KELAS III A MI ROUDLOTUL BANAT SEPANJANG SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

Novita Dewi Anggraini

NIM : D07211020

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Novita Dewi Anggraini. 2015.Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Materi Bertelepon Melalui Metode Cooperative Script Pada Siswa Kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing : Dr. Jauharoti Alfin, M.Si

Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Bahasa Indonesia, Metode Cooperative Script Latar belakang dikarenakan oleh rendahnya keterampilan berbicara siswa karena pengambilan materi yang hanya dari buku paket, pembelajaran yang monoton, serta guru kurang variatif dalam menggunakan metode. Akibatnya, nilai rata-rata kelas hanya 65 karena siswa malas dan mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan dapat berdampak pada keterampilan siswa untuk berbicara menjadi sangat terbatas karena siswa mengalami kesulitan, serta rendahnya nilai keterampilan berbicara siswa yang masih dibawah KKM yaitu .

Rumusan masalah penelitian ini adalah : (1) Bagaimana penerapan metode cooperative script pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat ? (2) Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia materi bertelepon pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat ?

Metode yang dipakai PTK (Peneletian Tindakan Kelas) yang dilaksanakan di MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo pada kelas III A dengan 21 jumlah siswa, yaitu dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian ini menurut Kemmis dan Mag Taggart, yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara, lembar kerja, angket, dokumentasi. Data unjuk kerja siswa dianalisis berdasarkan rumus persentase KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70.

Hasil penelitian menunjukkan penerapan metode cooperative script meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo. Peningkatan keterampilan berbicara siswa terlihat dari keantusiasan siswa dalam proses pembelajaran dari meningkatnya rata-rata kelas yang semula kurang dari KKM yaitu 65 meningkat menjadi 69,28 pada siklus I hasil tersebut tergolong baik dan 80,47 pada siklus II dengan berbantuan media telepon benang hasilnya meningkat menjadi sangat baik. Aspek pada keterampilan berbicara yang dinilai juga mengalami peningkatan, terbukti dengan adanya hasil unjuk kerja siswa yang mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 71,42% menjadi 85,71% pada siklus II. Dengan menerapkan metode cooperative

script dapat meningkatkan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas IIIA MI

Roudlotul Banat, kondisi ini dapat dilihat dari meningkatnya aktivitas siswa sebesar 14%, dari 73% pada siklus I menjadi 87% pada siklus II, dan untuk aktivitas guru meningkat sebesar 6%, dari 87% pada siklus I menjadi 93% pada siklus II.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN... .. v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tindakan Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Lingkup Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Berbicara ... 13

1. Pengertian Berbicara ... 12

2. Tujuan Berbicara ... 14

3. IndikatorKeterampilan Berbicara... ... 19

B. Pembelajaran Kooperatif ... 22

1. Pengertian Kooperatif ... 22

2. Pengertian Cooperative Script ... 25

C. Materi Percakapan Melalui Telepon ... 27

1. Pengertian Bertelepon ... 27

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 30

B. Setting Penelitian ... 32


(7)

D. Rencana Tindakan ... 32

E. Data dan Cara Pengumpulan ... 35

F. Analisis Data ... 45

G. Indikator Kinerja ... 47

H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

B. Hasil Penelitian ... 52

1. Siklus I ... 52

2. Siklus II ... 75

3. Hasil Evaluasi Setelah Menggunakan Metode Cooperative Script ... 92

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 103

RIWAYAT HIDUP ... 104


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah interaksi antara manusia, sumber daya, dan lingkungannya. PBM merupakan proses yang tersusun secara teratur, yang dapat mengubah kemampuan peserta didik dari suatu tingkatan ke tingkatan yang lain yang lebih baik. Hasil PBM dapat dicapai secara maksimal apabila komponen-komponen yang berinteraksi dapat berfungsi secara optimal sehingga perlu diupayakan terciptanya situasi kelas yang memungkinkan.1

Situasi kelas yang termotivasi dapat memperbaiki proses belajar dan perilaku pengajar. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar akan tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan. Untuk menciptakan situasi kelas yang termotivasi menurut Brown(1994) pengajar hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat memberikan ransangan atau tantangan sehingga peserta didik tertarik untuk belajar secara aktif. Keaktifan peserta didik memang sangat diperlukan, karena belajar menuntut aktivitas dari diri sendiri, mental maupun fisik. Pada batas tertentu makin aktif

1

Kundharu Saddhono, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2014), 1.


(9)

2

perilaku belajar seseorang, makin besar hasil belajar yang diperolehnya. Ini menunjukkan bahwa aktivitas atau partisipasi aktif peserta didik sangat menentukan keefektifan belajarnya.2

Peningkatkan partisipasi fisik dan mental pengajar hendaknya tidak mendominasi aktivitas PBM, tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya pada peserta didik untuk berinteraksi, baik terhadap guru maupun peserta didik satu dengan yang lain. Peserta didik diberi kesempatan berlatih saat pendidik menyampaikan pengajaran berupa keterampilan.

Pada pembelajaran bahasa Indonesia, ada empat keterampilan dasar yaitu: mendengar, berbicara, menulis dan membaca. Keempat keterampilan tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Keterampilan tersebut harus dikuasai siswa karena sangat penting tidak hanya dalam bidang pendidikan tetapi juga dalam kehidupan masyarakat. Seperti halnya keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara menduduki tempat utama dalam memberi dan menerima informasi serta memajukan hidup dalam peradaban dunia modern.3

Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut mudah dipahami oleh orang lain. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan

2

Kundharu, Pembelajaran..., 2.

3


(10)

3

berbahasa yang sangat penting karena keterampilan berbicara sangat berhubungan dengan keterampilan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan berbicara senantiasa diikuti kegiatan mendengarkan, keterampilan berbicara menunjang keterampilan menulis dan kegiatan berbicara juga berhubungan erat dengan kegiatan membaca. Seseorang yang memiliki keterampilan mendengarkan dengan baik biasanya akan menjadi pembicara yang baik pula. Pembicara yang baik akan berusaha agar pendengarnya dapat menangkap isi dari pembicaraan.4

Pada kenyataannya, keterampilan berbicara yang terjadi saat ini di MI Roudlotul Banat sangat rendah. Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 70, akan tetapi nilai rata-rata kelas yang diperoleh hanyalah 65. Hal tersebut menunjukkan kalau nilai siswa jauh dari standart nilai yang seharusnya diperoleh, maka kemungkinan indikator ketuntasan belajar siswa belum berhasil.5

Keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa dari 21 jumlah siswa, 9 anak (42%) yang lulus KKM dan 12 (58%) anak tidak lulus KKM, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.6 Faktor-faktor yang dimungkinkan mempengaruhi keterampilan berbicara antara lain dari guru. Pembelajaran

4

Kundharu, Pembelajaran..., 53. 5

Daftar nilai praktek bahasa Indonesia kelas III A.

6

Hasil wawancara dengan ibu Nova Triastuti, S. Si sebagai guru Bahasa Indonesia kelas III A, yang dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2015 di MI Roudlotul Banat.


(11)

4

Bahasa Indonesia oleh guru masih cenderung berorientasi pada transfer pengetahuan semata dengan metode yang monoton yaitu hanya dengan menggunakan metode ceramah saja. Hal inilah yang mengakibatkan kegagalan prestasi belajar siswa. Selain itu, pembelajaran yang digunakan masih menganut perspektif pembelajaran tradisional atau konfensional, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan menjadikan siswa sebagai objek pasif yang harus banyak diisi informasi.

Padahal kenyataannya, siswa yang mempunyai karakter beragam memerlukan sentuhan-sentuhan khusus dari guru sebagai pendidik dan pelatih agar mampu mengambil makna dari setiap informasi yang diterima. Untuk itu guru harus mampu menjadikan mereka semua terlibat dan merasa senang selama proses pembelajaran.7

Faktor lain yang dapat menyebabkan siswa kurang termotivasi adalah pengambilan materi yang hanya dari buku paket, pembelajaran yang monoton, serta guru kurang variatif dalam menggunakan metode, strategi, teknik, dan pendekatan. Akibatnya, siswa menjadi malas dan mengalami kejenuhan dalam kegiatan berbicara. Hal ini akan dapat berdampak pada keterampilan siswa untuk berbicara menjadi sangat terbatas karena siswa mengalami kesulitan.

Melihat dari semua permasalahan dan penyebab permasalahan yang dipaparkan, maka dibutuhkan tindakan yang mampu mencari jalan keluarnya.

7


(12)

5

Salah satu solusi adalah penggunaan metode yang tepat, yaitu metode yang mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran, serta mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa menggunakan bahasa Indonesia. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna menjawab dari permasalahan-permasalan pembelajaran Bahasa Indonesia tersebut, serta untuk lebih mengaktifkan dan meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia, yaitu dengan menggunakan model-model pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah melalui metode cooperative.

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya dengan menyampaikan pendapat secara berkelompok. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.8

8


(13)

6

Berdasarkan penelitian sebelumnya, olehAzzizah Nurlaili (2014) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script, memuat masalah yang sama yaitu peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus I dan siklus II melalui metode cooperative script pada kelas V SDN 03 Gemolong Sragen, rata-rata kelas mengalami peningkatan nilai belajar.9

Pada tahap prasiklus, nilai rata-rata yang dicapai siswa sebesar 63,68 dengan ke-tuntasan klasikal 20,59% atau sekitar 7 siswa yang mempunyai nilai mencapai tuntas, Setelah diadakan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 68,25 dengan ketuntasan klasikal mencapai 70,58% atau 24 siswa sudah mencapai nilai tuntas. Namun, karena indicator kinerja pada penelitian ini belum tercapai, maka dilakukan tindakan pada siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai keterampilan berbicara yang cukup signifikan. Rata-rata nilai keterampilan berbicara pada siklus II meningkat menjadi sebesar 76,73 dengan ketuntasan klasikal mencapai 91,17% atau 31 siswa sudah mencapai nilai tuntas. Dengan tercapainya indicator kinerja yakni

9

Azzizah Nurlaili, Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script Pada Siswa Kelas V SDN 03 Gemolong Sragen. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. 2014


(14)

7

90% siswa mencapai nilai ≥ 67, maka penelitian ini dilakukan hanya sampai siklus II.

Selain itu pada penelitian lain yang dilakukan Ellit Pipop Setiawan (2011) dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Ngijo 01 Melalui Model Cooprative Script Berbantuan Wayang Kulit. Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus I dan siklus II melalui metode cooperative script pada kelas V SDN Ngijo 01, rata-rata kelas mengalami peningkatan nilai belajar.10

Hasil penelitian menunjukkan melalui model Cooperative Script berbantuan wayang kulit meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa SD kelas V. Terbukti dengan peningkatan pada keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran sebesar 20,83 % dari 66,83 % pada siklus I menjadi 87,50 % pada siklus II. Untuk aktivitas siswa meningkat sebesar 12% dari 62% pada siklus I menjadi 74% pada siklus ke II.

Kesimpulan dari kedua penelitian yang telah dipaparkan adalah model

Cooperative Script dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran yang

dilakukan guru, serta dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dengan adanya permasalahan tersebut, idealnya perlu sesuatu inovasi baru dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang diharapkan dapat

10

Ellit Pipop Setiawan, Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Negeri Ngijo 01 Melalui Model Cooprative Script Berbantuan Wayang Kulit. Skripsi. Universitas Negeri Malang. 2011


(15)

8

menunjang motivasi belajar siswa lebih tinggi dari sebelumnya. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan cara yang berbeda, yaitu dengan melakukan percakapan melalui telepon.

Mengingat keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling perlu dimiliki siswa maka semua upaya yang dapat dilakukan untuk membina, mengembangkan, dan meningkatkan keterampilan berbicara. Salah satunya dengan cara menggunakan metode Cooperative Script. Berhasil tidaknya penggunaan model pembelajaran ini tergantung meningkatnya minat siswa untuk berbicara. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana

"Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Materi Bertelepon Melalui Metode Cooperative Script Pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo".

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan materi bertelepon dengan menggunakan metode

Cooperative Script pada siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat ?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia materi bertelepon pada siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat ?


(16)

9

C. Tindakan Yang Dipilih

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka salah satu bentuk alternative yang dapat dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut adalah dengan menerapkan metode Cooperative Script.

Cooperative Script adalah salah satu metode pembelajaran dimana

siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan dalam menyampaikan bagian-bagian materi yang dipelajari. Metode ini ditujukan untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada materi pelajaran. Siswa juga dilatih bekerja sama untuk menemukan ide-ide pokok dari gagasan besar yang disampaikan oleh guru.

Kelebihan penggunaan metode Cooperative Script pada siswa adalah dapat menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, berdaya pikir kritis, memotivasi siswa agar mampu mengungkapkan pemikirannya, memudahkan siswa berinteraksi sosial atau berdiskusi dengan temannya.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan metode Cooperative Script pada siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat.


(17)

10

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia materi bertelepon setelah penerapan metode Cooperative Script pada siswa kelas IIIA MI Roudlotul Banat.

E. Lingkup Penelitian

a. Subyek penelitian diambil di kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo, dengan jumlah 21 siswa, 12 laki-laki dan 9 perempuan.

b. Materi yang dipakai pada penelitian ini hanya terbatas pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi bertelepon.

c. Peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia, diterapkan untuk dapat mengetahui kemampuan siswa dalam berbicara, serta mengetahui motivasi belajar siswa di dalam kelas. Pelaksanaannya dengan menggunakan metode cooperative sricpt.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dari hasil temuan peneliti bagi sekolah, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembelajaran berbicara bahasa Indonesia.


(18)

11

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

1. Guru dapat pengetahuan baru tentang pelaksanaan metodecooperative script pada pembelajaran bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan proses pembelajaran di kelas III A MI Roudlotul Banat.

2. Guru dapat mengoreksi kelemahan dan kelebihan proses pengajarannya selama ini sehingga dapat dijadikan bahan perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.

b. Bagi Peserta Didik

1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa berbicara bahasa Indonesia dengan menggunakan metode cooperative script, khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik dapat menggunakan keterampilan berbicara saat berkomunikasi.

2. Proses belajar mengajar menjadi tidak membosankan bagi peserta didik dan diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. c. Bagi Sekolah

1. Memberikan ide baru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah terkait pembelajaran bahasa Indonesia . 2. Meningkatkan kredibilitas dan kualitas guru dalam mengajar


(19)

12

d. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan pengetahuan peneliti, sebagai bahan untuk memperluas penelitian dalam mempersiapkan diri sebagai calon tenaga pendidik.


(20)

13 BAB II LANDASAN TEORI

A. Keterampilan Berbicara

1. Pengertian Berbicara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. Berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusunnya dalam pikiran. Kegiatan berbicara dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial karena setiap manusia tentunya selalu melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain.11

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud(ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.12 Pendapat lain dikemukakan oleh Tarigan(1990), bahwa

11

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 196.

12

SalehAbbas, PembelajaranBahasa Indonesia yang Efektif di SD, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), 83.


(21)

14

berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sementara itu, Haryadi dan Zamzadi(1996/1997) menyatakan bahwa berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. 13

Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992) kegiatan berbicara senantiasa diikuti kegiatan menyimak, keterampilan berbicara menunjang keterampilan menulis dan kegiatan berbicara juga berhubungan erat dengan kegiatan membaca. Seseorang yang memiliki keterampilan menyimak dengan baik biasanya akan menjadi pembicara yang baik pula. Pembicara yang baik akan berusaha agar penyimaknya dengan dapat menangkap isi dari pembicaraan.14

Berbicara lebih daripada sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen(alat) yang mengungkapkan kepada penyimak.

13

Kundharu,Pembelajaran..., 53.

14


(22)

15

Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal. Kesembilan bagian tersebut sebagai berikut:15

1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang respirokal 2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi

3. Berbicara adalah ekspresi kreatif 4. Berbicara adalah tingkah laku

5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari 6. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman 7. Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala 8. Kemampuan linguistikdan lingkunganberkaitan erat 9. Berbicara adalah pancaran pribadi

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses komunikasi untuk menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan. 2. Tujuan Berbicara

Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi, sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dengan berkomunikasi seorang pembicara dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Pengungkapan ide yang benar

15


(23)

16

dan tepat akan berpengaruh pada komunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu berbicara memiliki peran yang penting dalam komunikasi.16

Kaitannya dengan tujuan berbicara menurut Ochs dan Winkler (1979) menjelaskan secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut :17

a. Mendorong atau menstimulasi

Pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan-kegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian.

b. Meyakinkan

Pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan sikap mental/ intelektual kepada para pendengarnya.

c. Menggerakkan

Pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar dengan terbangkitkannya emosi.

d. Menginformasikan

Pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar, dengan harapan agar pendengar mengetahui tentang sesuatu hal, pengetahuan dan sebagainya.

16

Haryadi dan Zamzadi, Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta:DEPDIKBUD, 1997 ), 54.

17


(24)

17

e. Menghibur

Pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar. Selanjutnya ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yang akan menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan berbicara yaitu faktor pembicara dan pendengar. Penjelasannya sebagai berikut:18

a. Pembicara

Yang harus diperhatikan oleh pembicara adalah :

1. Pokok pembicaraan hendaklah bermanfaat dan menarik, sesuai dengan daya tangkap pendengar dan sedikitnya sudah diketahui oleh pendengar.

2. Bahasa

Kaitannya dengan bahasa terbagi dua yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

a) Faktor kebahasaan

Faktor kebahasaan yang terkait dengan keterampilan berbicara antara lain: (a) ketepatan pengucapan atau pelafalan bunyi;(b) penempatan tekanan, nada ,jeda, intonasi dan ritme;(c) pemilihan kata dan ungkapan yang

18


(25)

18

baik, konkret dan bervariasi;(d) ketetapan susunan penuturan.

b) Faktor NonKebahasaan

Faktor nonkebahasaan mencakup(a) sikap wajar,tenang dan tidak kaku;(b) pandangan yang diarahkan pada lawan bicara;(c) kesediaan menghargai pendapat orang lain;(d) kesediaan mengkoreksi diri sendiri;(e) keberanian mengungkapkan dan mempetahankan pendapat;(f) gerak-gerik dan mimik yang tepat;(g) kenyaringan suara;(h) kelancaran;(i) penalaran dan relevansi;(j) penguasaan topik.

c) Tujuan

Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti memiliki tujuan ingin mendapatkan respons atau reaksi.

d) Sarana

Sarana dalam kegiatan berbicara mencakup waktu, tempat, suasana dan media atau alat peraga. Pokok pembicaraan yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan waktu yang ditentukan. Tempat berbicara sangat menentukan keberhasilan pembicaraan. Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor


(26)

19

lokasi,jumlah pendengar,posisi pembicara dan pendengar, cahaya serta udara. Berbicara pada suasana tertentu pun akan mempengaruhi keberhasilan berbicara seperti pada pagi, siang atau sore hari. Media atau alat peraga pun akan membantu kejelasan dan kemenarikan uraian.

e) Interaksi

Berlangsungnya kegiatan berbicara menunjukkan adanya hubungan interaksi antara pembicara dengan pendengar. Interaksi dapat berlangsung satu arah, dua arah atau multi arah.

b. Pendengar

Pendengar yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Memiliki kondisi fisik dan mental yang baik sehingga memungkinkan dapat melakukan kegiatan mendengarkan memusatkan perhatian dan pikiran kepada pembicara.

2. Memiliki tujuan tertentu dalam mendengarkan yang dapat mengarahkan dan mendorong kegiatan mendengarkan.

3. Mengusahakan agar meminati isi pembicaraan yang didengarkan.


(27)

20

4. Memiliki kemampuan linguistik dan nonlinguistik yang dapat meningkatkan keberhasilan mendengarkan.

5. Memiliki pengalaman dan pengetahuan luas yang dapat mempermudah pengertian dan pemahaman isi pembicaraan. 3. Indikator Keterampilan Berbicara

Berbicara pada dasarnya merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang melibatkan aspek – aspek kebahasaan maupun non kebahasaan. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992) yang termasuk aspek kebahasaan adalah lafal, intonasi serta penggunaan kosa kata atau kalimat. Sedangkan yang termasuk non kebahasaan adalah ekspresi atau mimik.

Aspek–aspek tersebut dalam kegiatan berbicara merupakan indikator yang dijadikan penilaian dalam evaluasi berbicara. Yaitu lafal, intonasi, kosakata atau kalimat, kelancaran serta mimik atau ekspresi. 19

a) Lafal

Pengucapan yang baku dalam bahasa Indonesia yang bebas dari ciri–ciri lafal daerah. Pelafalan bunyi dalan kegiatan bercerita perlu ditekankan mengingat latar belakang kebahasaan sebagian besar siswa. karena pada umumya siswa dibesarkan di lingkungan dengan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Aspek dalam lafal adalah berikut :

19


(28)

21

1) Kejelasan vokal atau konsonan 2) Ketepatan pengucapan

3) Tidak bercampur lafal daerah. b) Intonasi

Penempatan intonasi yang tepat merupakan daya tarik tersendiri dalam kegiatan bercerita, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan bercerita. Suatu cerita akan menjadi kurang menarik apabila penyampaiannya kurang menarik pula. Aspek dalam intonasi adalah berikut :

1) Tinggi rendah suara 2) Tekanan suku kata

3) Nada atau panjang pendek tempo c) Kosakata atau kalimat

Guru perlu mengoreksi pemakaian kata yang kurang tepat atau kurang sesuai untuk menyatakan makna dalam situasi tertentu. Untuk mengawali sebuah cerita dibuka dengan kalimat pembuka kemudian harus ada isi dari cerita tersebut dan dibuat suatu kesimpulan serta diakhiri dengan penutup. Aspek dalam kosakata ini adalah berikut : 1) Jumlah kosakata

2) Terdapat kalimat pembuka, isi, kesimpulan dan penutup 3) Saling koherensi


(29)

22

d) Hafalan

Kelancaran seseorang dalam berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicarannya. Aspek dalam hafalan adalah berikut :

1) Kelancaran 2) Teratur atau urut

3) Kesesuaian hal yang diceritakan e) Mimik atau ekspresi

Mimik muka dapat menunjang dalam keefektifan bercerita karena dapat berfungsi membentu memperjelas atau menghidupkan bercerita. Gerak gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang keefektifan bercerita. Yang termasuk dalam aspek mimik adalah : 1) Gesture atau gerak tubuh

2) Ekspresi wajah 3) Penjiwaan

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Script

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis.20Pembelajaran kooperatif

20

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011), 14-15.


(30)

23

merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap siswa harus saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif belajar dikatakan belum selesai jika satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asah, asih dan asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.

Menurut Anita Lie(2008) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek keterampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa.21

Pada pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan ini disebut ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan mencapai tujuan;(b) saling ketergantungan melaksanakan tugas;(c) saling ketergantungan bahan dan sumber;(d)

21


(31)

24

saling ketergantungan peran,dan(e) saling ketergantungan hasil atau hadiah.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan tentang ciri-ciri pembelajaran kooperatif, yakni :

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Terdapat tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif, sebagaimana dikemukakan oleh Slavin(1995), yaitu :22 a. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, membantu, dan peduli.

22


(32)

25

b. Pertanggung Jawaban Individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Dari keseluruhan uraian tentang pembelajaran kooperatif, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut memerlukan kerja sama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan


(33)

26

tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok.

2. Pengertian dan Ruang Lingkup Metode Cooperative Script

Cooperative Script adalah salah satu metode pembelajaran dimana siswa bekerja secara berpasangan dan bergantian secara lisan dalam menyampaikan bagian-bagian materi yang dipelajari. Metode ini ditujukan untuk membantu siswa berpikir secara sistematis dan berkonsentrasi pada materi pelajaran. Siswa juga dilatih bekerja sama untuk menemukan ide-ide pokok dari gagasan besar yang disampaikan oleh guru.23

Langkah-langkah pembelajaran cooperative script diantaranya:24 a. Guru membagi siswa berpasangan.

b. Guru membagikan naskah wacana atau materi kepada siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.

c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d. Pembicara membacakan ringkasan selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak atau mengkoreksi atau menunjukkan ide-ide

23

Miftahul Hudal, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2013), 213.

24


(34)

27

pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide pokok yang kurang lengkap atau dengan menghubungkan materi sebelumnya.

e. Bertukar peran. Siswa yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.

f. Guru membuat kesimpulan.

Kelebihan penggunaan metode Cooperative Script:25 a. Menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru.

b. Berdaya pikir kritis,memotivasi siswa agar mampu mengungkapkan pemikirannya.

c. Memudahkan siswa berinteraksi sosial atau berdiskusi dengan temannya.

Kekurangan penggunaan metode Cooperative Script :26 a. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.

b. Hanya dilakukan oleh dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas) sehingga koreksi hanya terbatas pada dua orang tersebut.

C. Materi Percakapan Melalui Telepon

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis bertelepon adalah bercakap-cakap melalui pesawat telepon. Telepon merupakan alat

25

Miftahul, Model..., 214. 26


(35)

28

berkomunikasi. Pada zaman sekarang, orang tidak merasa asing dengan alat ini. Mungkin hampir setiap rumah memasang telepon. Telepon selular(atau biasa disebut HP) pun hampir dimiliki oleh setiap orang.27

Berbicara di telepon sebaiknya diatur. Berbicara ditelepon untuk hal-hal yang penting saja. Jika tidak diatur, penggunaan pulsa telepon tidak bisa dikendalikan. Berbicara di telepon sebaiknya menggunakan kalimat yang ringkas, jelas, dan mudah dipahami oleh lawan bicara. Hal yang paling penting, sebaiknya menggunakan bahasa yang santun.28 Berikut adalah tata

cara bertelepon :

a. Mengucap salam

b. Berbicara seperlunya

c. Mengakhiri telepon dengan salam

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikaitkan dengan kompetensi pembelajaran di kelas IIIA sebagai berikut :

Mengungkapkanpikiran, perasaan, danpengalamansecaralisandenganbertelepondanbercerita. : Standar Kompetensi Melakukanpercakapanmelaluitelepon/ alatkomunikasisederhanadenganmenggunakankalimatringkas. : Kompetensi Dasar

1. Membuat teks percakapan bertelepon sesuai tema. :

Indikator

2. Melakukan percakapan melalui telepon di depan kelas. 3. Melakukan percakapan dengan lafal, intonasi, kosakata,

27

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 1661.

28


(36)

29

hafalan, dan mimic wajah yang sesuai.

Berdasarkan uraian tersebut, keterampilan berbicara merupakan keterampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang perlu ditingkatkan. Masalah sebelum diadakan tindakan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah dalam keterampilan berbicara masih kurang. Pembelajaran berbicara juga masih monoton belum menggunakan metode yang bervariasi sehingga menjenuhkan bagi siswa. Kemudian diadakan penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan pembelajaran dengan metode cooperative script.

Teknik berbicara berpasangan dapat melatih siswa saling bekerja sama dengan kelompoknya, siswa juga menjadi lebih aktif dengan kegiatan kelompok. Penggunaan cooperative script dalam pembelajaran ini dikembangkan interaksi antara siswa, pengajar dan bahan pengajaran, siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk berbicara dengan dimulai dari berbicara dengan pasangannya sehingga siswa tidak merasa sendiri dalam berbicara di depan kelas. Dengan dasar tersebut diharapkan dengan penerapan metode cooperative script akan dapat membantu siswa sehingga dapat menuangkan ide-ide melalui berbicara.


(37)

30

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggabungkan penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif, metode kualitatif mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara siswa sebelum dan sesudah diterapkan metode pembelajaran cooperative script pada materi pembelajaran berbicara bahasa Indonesia, sedangkan metode kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan.

Peningkatan kemampuan berbicara tersebut diukur dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Karena dalam penelitian kualitatif memerlukan proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, maka penelitian ini juga menggunakan metode kuantitatif sebagai pengumpulan data statistik anak setelah dilakukan treatmen.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (siklus tindakan kelas). Pada satu siklus dilakukan 1 kali kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran pada siklus pertama mendasari penentuan kegiatan pembelajaran pada siklus kedua dan seterusnya. Demikian juga siklus pertama mendasari penentuan dan pengembangan siklus kedua bila siklus kedua diperlukan.


(38)

31

Pelaksanaan PTK ini, menurut Mc. Taggart dengan langkah pertama melakukan perencanaan kemudian melaksanakan tindakan, observasi dan refleksi. Adapun alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dijelaskan pada Gambar 3.1 sebagai berikut :29

Keterangan:

Siklus I:

a. perencanaan

b. pelaksanaan dan observasi c. refleksi

Siklus II:

a. perencanaan

b. pelaksanaan dan observasi c. refleksi

Gambar 3.1

Desain penelitian menurut Kemmis dan Taggart

Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ketiga, lalu kembali kesatu dan seterusnya. Meskipun sifatnya berbeda, langkah kedua dilakukan secara bersamaan jika pelaksanaan dan pengamatan berbeda.

29

Modul Penelitian Tindakan Kelas, Model-model Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2007), 20.

4 5 2 1 ▼ ◄ ▼ ◄ ▲ 3 ▲ 6


(39)

32

B. Setting Penelitian

1. Tempat : MI Roudlotul Banat Taman Sepanjang Sidoarjo 2. Subyek : Siswa kelas III A MI Roudlotul Banat

3. Waktu : Semester genap tahun ajaran 2014/ 2015

C. Variabel yang Diselidiki

1. Variabel Input : Siswa kelas III A MI Roudlotul Banat 2. Variabel Output : Peningkatan Keterampilan Berbicara

Peserta Didik Pada Materi Bertelepon 3. Variabel Proses : PembelajaranCooperative Script D. Rencana Tindakan

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatf tipe cooperative script. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Guru membagi siswa berpasangan.

b. Guru memberikan tema kepada siswa untuk mengarang sebuah percakapan melalui telepon.

c. Guru menetapkan pasangan yang pertama berperan sebagai pembicara dan pasangan yang kedua berperan sebagai pendengar.

d. Pembicara melakukan percakapan melalui telepon sesuai dengan tema yang diberikan. Sementara pendengar menyimak atau mengkoreksi dan


(40)

33

memberikan tanggapan mengenai kesesuaian isi percakapan dengan tema dan kesesuaian tata cara bertelepon.

e. Bertukar peran. Pasangan yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.

f. Guru membuat kesimpulan.

Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan pada siklus I berdasarkan identifikasi penyebab masalah pada pembelajaran pra siklus guru,kegiatan tersebut yaitu :

a. Menentukan pokok bahasan

b. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) kegiatan pembelajaran.

c. Merancang strategi dan skenario kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. d. Membuat dan menyiapkan tema dan pertanyaan pada media kertas yang

akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

e. Menyusun Lembar Kerja Siswa(LKS) yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

f. Membuat alat pedoman observasi untuk mengetahui kinerja peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai wujud dari pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dijelaskan,dan menetapkan indikator ketercapaian serta menyusun instrumen pengumpulan data.


(41)

34

g. Penyusunan evaluasi belajar siswa.

Perencanaan diatas adalah untuk pemecahan sebuah masalah yang terjadi di kelas.

2. Implementasi Tindakan

Implementasi tindakan yaitu jabaran yang akan dilaksanakan, skenario kerja tindakan perbaikan, dan prosedur tindakan yang akan ditetapkan. Berikut jabaran skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan :

a. Siswa medengarkan penjelasan dari guru tentang bagaimana menyampaikan dan menerima dan manyampaikan pesan melalui telepon.

b. Guru menanyakan kejelasan materi yang disampaikan. c. Guru membagi siswa secara berpasangan.

d. Guru memberikan tema percakapan melalui telepon.

e. Guru membagikan soal LKS untuk dikerjakan secara berpasangan dengan teman sebangkunya yaitu membuat percakapan melalui telepon.

f. Siswa berdiskusi untuk membuat percakapan dengan teman sebangkunya. g. Kemudian siswa disuruh mempraktikkan percakapan melalui telepon di depan

kelas bersama pasangannya.

h. Siswa dengan bantuan guru diminta menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.


(42)

35

3. Observasi

Observasi adalah proses pengambilan data dari obyek yang diamati melalui pengamatan secara langsung peserta didik di kelas III A MI Roudlotul Banat. Pengambilan data observasi yaitu dengan menggunakan instrument observasi aktivitas guru dan siswa yang telah dipersiapkan, serta angket respon siswa. Hasil pengamatan tersebut dapat digunakan sebagai perbaikan pada siklus berikutnya. 4. Refleksi

Refleksi adalah mengulas kembali kegiatan yang telah dilaksanakan dan menganalisis hasil yang dapat diambil dari pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tindakan.

Hasil observasi dan evaluasi akan dianalisis dengan statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran pencapaian masing-masing indikator yang telah ditetapkan. Hasil analisis pemerolehan data dan catatan-catatan deskriptif dari pengamat selama KBM akan direfleksi bersama antara guru dan peneliti. Selama kegiatan refleksi didiskusikan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tindakan.

E. Data dan Cara Pengumpulannya

1. Sumber Data

Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah :

a. Siswa

Siswa kelas III A MI Roudlotul Banat dengan jumlah 21 anak,yang terdiri dari 11 laki-laki dan 9 perempuan berfungsi sebagai


(43)

36

obyek penerapan metode cooperative script. Pada proses penerapan metode tersebut dapat diambil data sebagai sumber data penelitian.

b. Guru

Guru berfungsi sebagai sumber informasi bagi peneliti dan juga berkolaborasi dengan peneliti dalam menerapkan metode cooperatif script. Dari kegiatan tersebut guru dapat melihat tingkat keberhasilan implementasi metode cooperative scriptterhadap kegiatan proses pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berfungsi sebagai sumber pengumpulan data yang ada di sekolah sebagai penunjang informasi. Data tersebut meliputi: a) Daftar nilai praktek siswa.

b) Susunan struktur organisasi sekolah, nama dewan guru, dan data lain yang menunjang selama penelitian.

c) Foto saat kegiatan pembelajaran berlangsung selama siklus I dan siklus II di kelas III A MI Roudlotul Banat.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap berikut:


(44)

37

a. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data tentang keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Indonesia sebelum diberikan tindakan.30Wawancara dengan ibu Nova selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III A, serta siswa-siswi yang perlu digali informasinya terkait pembelajaran bahasa Indonesia. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2015 di MI Roudlotul Banat.Instrument yang digunakan yaitu panduan wawancara. Instrument panduan wawancara terlampir dilampiran.

b. Observasi

Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.31Observasi berfungsi untuk mengetahui proses penerapan metode cooperative script dan juga untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia setelah penerapan metode cooperative script pada siswa kelas III A MI Roudlotul Banat.

30

Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya, (Jakarta:Bumi Aksara,2013), 49.

31


(45)

38

Berikut adalah instrumen observasi kegiatan guru dan siswa terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode cooperative script :

Tabel 3.1

Lembar observasi aktivitas guru

No Indikator / Aspek Yang Diamati

Pengamat

Skor SkorPenilaian

1 2 3

1. Guru memberikan apersepsi/motivasi kepada siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 3. Guru memusatkan perhatian siswa pada materi

pembelajaran yang dipelajari.

4. Guru menjelaskan materi tentang berbicara melalui telepon.

5. Guru membagi siswa berkelompok secara berpasangan

6. Guru memberikan tema percakapan pada siswa 7. Guru mengintruksikan siswa praktek berbicara

melalui telepon dengan pasangannya.

8. Guru mengecek pemahaman siswa dengan bertanya jawab.

9. Guru memberikan tes evaluasi tertulis perorangan sebagai tugas tindak lanjut..

10. Guru bersama siswa membuat kesimpulan Skor perolehan

Persentase = x 100 = x 100 = Skor Maksimal 30


(46)

39

Keterangan :

Skor 1 = kurang ( dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak sesuai waktu )

Skor 2 = cukup ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tidak sesuai waktu ) Skor 3 = baik ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tepat waktu )

Tabel 3.2

Lembar observasi aktivitas siswa

No Indikator / Aspek Yang Diamati

Pengamat

Skor SkorPenilaian

1 2 3

1. Siswa merespon apersepsi/motivasi yang diberikan oleh guru.

2. Siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran disampaikan.

3. Siswa memusatkan perhatian pada materi pembelajaran yang dipelajari.

4. Siswa antusias ketika guru menjelaskan materi berbicara melalui telepon.

5. Siswa melakukan pekerjaan menulis teks percakapan bertelepon sesuai dengan tema yang diberikan guru.

6. Siswa mengerjakan dengan tertib lembar kerja kelompok.

7. Siswa praktek berbicara melalui telepon dengan pasangannya.

8. Siswa member tanggapan saat guru mengecek pemahaman.

9. Siswa mengerjakan dengan tertib saat

dilaksanakan tes evaluasi tertulis perorangan oleh guru.

10. Siswa merespon kesimpulan materi pembelajaran yang disampaikan guru. Skorperolehan

Persentase = x 100 = x 100 = SkorMaksimal 30


(47)

40

Keterangan :

Skor 1 = kurang ( dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak sesuai waktu ) Skor 2 = cukup ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tidak sesuai waktu )

Skor 3 = baik ( dilakukan, sesuai aspek, efektif, tepat waktu ) c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang.32 Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang ada di sekolah sebagai penunjang informasi.Data tersebut meliputi : d) Daftar nilai praktek siswa.

e) Susunan struktur organisasi sekolah, nama dewan guru, dan data lain yang menunjang selama penelitian.

f) Foto saat kegiatan pembelajaran berlangsung. d. Metode non tes ( unjuk kerja )

Dalam penelitian ini metode non tes digunakan untuk menggumpulkan data tentang peningkatan keterampilan berbicara siswa. Tingkat keterampilan berbicara siswa diukur dengan teknik non tes dengan bentuk penilaian unjuk kerja. Adapun kisi-kisi penilaian unjuk kerja adalah sebagai berikut

32

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung :Alfabeta, 2007), 329.


(48)

41

Tabel 3.3

Kisi-kisi Keterampilan Berbicara33

No Indikator Aspek-aspek

1. Lafal a. Kejelasan vokal atau konsonan

b. Ketepatan pengucapan

c. Tidak bercampur lafal daerah.

2. Intonasi a.Tinggi rendah suara

b.Tekanan suku kata

c.Nada atau panjang pendek tempo

3. Kosakataataukalimat a.Terdapat kalimat pembuka, b. Isi, kesimpulan dan penutup c.Saling koherensi

4. Hafalan a. Kelancaran

b. Teratur atau urut c. Kesesuaian hal yang

diceritakan

5. Mimik a.Gesture atau gerak tubuh

b.Ekspresi wajah c.Penjiwaan

Tabel 3.4

Rubrik Penilaian Unjuk Kerja

No Nama Aspek yang dinilai Jumlah

Skor Nilai Lafal Intonasi Hafalan Kosakata Mimik

1. 2. 3.

33

Masing-masing aspek dalam indikator penilaian harus terpenuhi untuk menunjang keberhasilan keterampilan berbicara.


(49)

42

Keterangan acuan skor :

1 = jika 3 poin dalam aspek penilaian ( a,b,c ) hanya satu yang tepat 2 = jika 3 poin dalam aspek penilaian ( a,b,c ) hanya dua yang tepat 3 = jika 3 poin dalam aspek penilain ( a,b,c ) ketiganya tepat

4 = jika 3 poin dalam aspek penilaian ( a,b,c ) ketiganya tepat dan suara terdengar seluruh kelas

e. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui seberapa besar siswa berminat dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode cooperative script. Angket ini diberikan kepada semua siswa kelas III A MI Roudlotul Banat setelah pembelajaran dikatakan berhasil apabila telah memenuhi target yang diinginkan atau setelah akhir siklus. Berikut adalah angket respon siswa terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode cooperative script :

Tabel 3.5 Angket Respon Siswa

Nama :

Kelas : III Hari /Tanggal :

Pelajaran : Bahasa Indonesia Materi : Bertelepon

Petunjuk :


(50)

43

2. Berilahtandacentang (√) padasalahsatujawaban yang sesuaidenganpendapatmu.

No Pernyataan Jawaban

Selalu Sering Kadang-kadang

Tidak pernah

4 3 2 1

1. Saya selalu belajar sebelum mengikuti pelajaran bahasa Indonesia

2. Saya selalu tertarik pada pembelajaran bahasa Indonesia 3. Saya selalu belajar untuk

memperoleh nilai yang tinggi 4. Saya selalu ingin mendapatkan

nilai yang lebih tinggi dari teman

5. Saya selalu belajar untuk dapat terampil berbicara agar dapat berkomunikasi dengan baik 6. Saya senang praktek berbicara

menggunakan telepon 7. Berbicara melalui telepon

membuat saya senang mengikuti pembelajaran berbicara

8. Saya selalu semangat untukterusberlatih berbicara 9. Saya selalu merasa bahwa

kegiatan berbicara melalui telepon adalah kegiatan yang menyenangkan

10. Saya merasa senang jika belajar secara berkelompok 11. Saya selalu bangga jika saya

bisamenjawab pertanyaan dari guru sehingga mendapatkan hadiah (reward)


(51)

44

12. Saya selalu disiplin dan tidak ramai pada saat pembelajaran berbicara

13. Saya selalu merasa nyaman ketika pembelajaran berbicara berlangsung

Jumlah Rata-rata Prosentase

Dari pilihan jawaban angket tersebut, setiap jawaban memiliki nilai skor yang berbeda. Skor dari setiap jawaban angket dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Skor kriteria angket siswa

PilihanJawaban Skor

Selalu 4

Sering 3

Kadang-kadang 2

Tidakpernah 1

3. Analisis Data

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:34 1. Analisis data kuantitatif deskriptif

Data hasil pengamatan pengelolaan kelas untuk pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran cooperative script dianalisis dengan

34


(52)

45

menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif, data secara kuantitatif deskriptif yakni berupa penilaian kemampuan siswa.

Deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan obyek yang diteliti melalui data sampel sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.35

2. Analisis data aktivitas guru dan siswa a. Guru

Guru berperan sebagai tim kolaborasi dengan peneliti dalam menerapkan metode cooperative script pada pembelajaran bahasa Indonesia. Data hasil pengamatan pengelolaan kelas untuk pembelajaran yang menerapkan metode cooprative script dianalisis dengan pendekatan deskriptif kuantitatif.

b. Siswa

Siswa berperan sebagai obyek penerapan metode cooperative script. Hasil pengamatan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung dianalisis dengan menggunakan presentase setiap indikator yang dihitung dengan rumus :

Nilai akhir

35


(53)

46

Keterangan :

80-100 = baik sekali

66-79 = baik

56-65 = cukup

40-45 = kurang

30-39 = gagal

a. Analisis data hasil penilaian unjuk kerja siswa

Kemampuan siswa mengalami peningkatan dalam berbicara bahasa Indonesia dari seluruh siswa di kelas dengan jumlah skor nilai rata-rata. Untuk menghitung ketuntasan dan rata-rata kelas digunakan rumus :36

Keterangan :

P = Prosentase ketuntasan F = Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah seluruh siswa Dengan kriteria :

95% - 100% = sangat baik

75% - 94% = baik

36

Sugiyono, Metode..., 141.


(54)

47

55% - 74% = tidak baik

35% - 54% = sangat tidak baik

Keterangan:

X = Rata-rata

∑ x = Jumlah nilai

N = Jumlah siswa

Dengan kriteria : 80 – 100 = sangat baik 60 – 79 = baik 40 – 59 = tidak baik 0 – 39 = sangat tidak baik

4. Indikator kerja

Melihat latar belakang permasalahan dan persoalan yang terjadi di kelas IIIA, maka peneliti berusaha untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia dengan menggunakan metode cooperative script. Maka diperlukan indikator sebagai berikut :

1. Skor angket respon siswa lebih dari sama dengan 70.

2. Prosentase jumlah siswa yang memenuhi KKM 70 adalah lebih dari atau sama dengan 75%.


(55)

48

3. Skor aktifitas guru dan siswa lebih dari sama dengan 80.

5. Tim Peneliti

Seperti yang telah dipaparkan, bahwa penelitian tindakan kelas ini menggunakan bentuk kolaborasi dengan guru sebagai mitra kerja peneliti (kolaborator). Peneliti bernama Novita Dewi Anggraini adalah seorang mahasiswa semester VIII Program Studi S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam penelitian ini penulis berkolaborasi dengan ibu Nova Triastuti, S.Si selaku guru bahasa Indonesia kelas IIIA MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo. Selain menjadi kolaborator, guru juga berperan sebagai observator bersama-sama dengan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Peneliti dan kolaborator terlibat secara penuh dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya. Berikut peran peneliti dan guru saat pelaksanaan pembelajaran :

a. Peneliti

1) Menyusun instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

2) Menerapkan metode cooperative script pada pembelajaran bahasa Indonesia.

3) Melaksanakan diskusi dengan guru. 4) Menyusun laporan hasil penelitian.


(56)

49

b. Guru

1) Mitra kerja peneliti ikut serta dalam mengumpulkan data yang diperlukan. 2) Selain itu juga sebagai observer kegiatan guru dan siswa saat pelaksanaan


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan dipaparkandata hasil temuan penelitian di lapangan dan pembahasannya dengan judul“Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Materi Bertelepon Melalui Metode Cooperative Script Pada Siswa Kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo” yang telah dilaksanakan di lapangan sebagai berikut :

A.Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah

Lokasi MI Roudlotul Banat terletak di desa Bebekan RT. 22 RW. 06, kecamatan Taman, kabupaten Sidoarjo. Lebih dikenal dengan jalan Pereng Sepanjang, daerah ini merupakan perbatasan kabupaten Sidoarjo dengan kota Surabaya. Status tanah sekolah ini merupakan tanah wakaf, yang kemudian didirikan yayasan oleh Nyai Hj. Masyrifah / KH. Abd Rahman.

Letak sekolah ini jika dilihat dari segi geografis bisa dibilang sangat strategis, karena depan sekolah adalah jalan raya yang merupakan jalur alternatif menuju kota Surabaya jadi banyak kendaraan bermotor berlalu lalang setiap harinya. Sebelah kanan dan belakang sekolah merupakan rumah penduduk, sebelah kiri dan seberang jalan terdapat toko-toko.


(58)

51

2. Kondisi Sekolah

a. Kondisi Fisik Sekolah

Sekolah ini berdiri pada tahun 1947 dengan luas tanah 386 m2 dan luas bangunan 290 m2, dalam satu lingkup sekolah terdapat beberapa jenjang pendidikan yaitu Play Group, RA, MI, MTs dan MA . Pada jenjang MI, dibuka masing-masing dua kelas untuk tiap tingkatan. Status MI Roudlotul Banat sudah mendapat akreditasi A.

MI Roudlotul Banat mempunyai beberapa bangunan sebagai sarana dan prasarana fisik dalam proses pembelajaran. Kondisi bangunan tersebut dalam keadaan cukup. Bangunan tersebut di antaranya yaitu ruang kelas sebanyak 12 kelas, ruang guru, perpustakaan, ruang komputer, kamar mandi untuk guru, dan kamar mandi untuk siswa. Lingkup sekolah tidak terlalu luas, sehingga halaman dan lapangan olah raga sangat sempit. Juga kurangnya penghijuan di lingkungan sekolah.

b. Kondisi Non Fisik Sekolah

Jumlah seluruh siswa-siswi MI Roudlotul Banat yakni sebanyak 259 siswa. Berdasarkan jumlah siswa tersebut dapat diperinci sebagai berikut, untuk kelas I berjumlah 37 siswa, kelas II berjumlah 53 siswa, kelas III berjumlah 42 siswa, kelas IV berjumlah 39 siswa, kelas V berjumlah 44 siswa, dan kelas VI berjumlah 44 siswa.


(59)

52

3. Visi dan Misi Sekolah

Adapun visi dan misi MI Roudlotul Banat adalah sebagai berikut : a. Visi

Berprestasi dilandasi akhlak mulia. b. Misi

Menumbuhkan semangat keunggulan prestasi yang dilandasi akhlak mulia.

4. Tenaga Pendidik

MI Roudlotul Banat memiliki 20 tenaga pendidik yang terdiri dari 5 orang guru laki-laki dan 15 orang guru perempuan. Semua tenaga pendidik merupakan lulusan S1. Setiap guru mengajar mata pelajaran sesuai yang diampuh, kecuali kelas 2 dan kelas 4 karena menggunakan tematik sehingga hanya ada guru kelas dan guru olahraga.

B.Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian diuraikan dalam tiap-tiap siklus. Data juga diperoleh dari luar proses pembelajaran misal, wawancara, observasi, hasil pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Tahapan tiap siklus dilakukan dalam proses belajar mengajar. Berikut uraiannya:

1. Siklus I

Kegiatan siklus I dilakukan pada tanggal 08 Mei 2015. Peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan metode cooperative script sebagai penunjang keberhasilan selama proses pembelajaran.Pada penelitian tindakan


(60)

53

kelas ini dilakukan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit atau dua jam pelajaran. Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi seperti berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Peneliti menyusun RPP kemudian dokumen RPP divalidasikan kepada dosen sebagai validator. Kemudian RPP dipergunakan sebagai perangkat pembelajaran dari tindakan yang akan dilakukan.

2) Menyusundanmenyiapkanpedomanobservasipelaksanaan pembelajaran dan lembar observasi yang terlampir. Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang disiapkan meliputi observasi aktivitas siswa dan observasi kegiatan mengajar guru.

3) Menyusun angket respon siswa. Pengujian angket diberikan kepada siswa pada saat akhir pembelajaran, untuk mengukur seberapa besar respon siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

4) Menyusunpedomanwawancara. Wawancara dilakukan pada saat sebelum siklus dan sesudah siklus. Daftar pertanyaan dibuat oleh peneliti sebelum melakukan wawancara.

Berdasarkan hasil wawancara yang terlampir, siswa masih kurang termotivasi ketika proses pembelajaran. Apalagi dalam hal berbicara,


(61)

54

siswa kurang percaya diri ketika harus berbicara di depan kelas. Saat praktek percakapan guru hanya menggunakan teks yang terdapat dibuku paket.37 Sehingga siswa merasa kesulitan saat harus membuat teks percakapan sendiri. Padahal terdapat aspek-aspek dalam keterampilan berbicara yang harus terpenuhi seperti, intonasi, lafal, hafalan, kosakata, dan mimik. Ini membuktikan bahwa siswa masih perlu dorongan untuk bisa dan mau berbicara.

Pada dasarnya penguasaan keterampilan berbicara sangat diperlukan dalam kehidupan modern saat ini, namun kenyataannya keterampilan berbicara di sekolah kurang mendapat respon positif dari siswa.

5) Membuat lembar kerja sebagai media siswa untuk menulis teks percakapan melalui telepon. Lembar kerja berupa kertas ukuran A4 digunakan sebagai media menulis siswa.

37

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Nova Triastusi, S.Si selaku guru pelajaran bahasa Indonesia kelas III A pada tanggal 03 Maret 2015.


(62)

55

Gambar 4.1 Lembar kerja siswa

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 08 Mei 2015 pukul 08.10-09.20 WIB. Pelaksanaan tindakan penelitian dilaksanakan bersama guru pada jam pelajaran ke 3 dan 4. Kondisi kelas agak gaduh, karena guru belum menyiapkan siswa.38

Gambar 4.2

Kegiatan Awal Pembelajaran

38

Pada saat guru masuk kelas, suasana masih gaduh karena baru saja pergantian jam pelajaran. Siswa perlu dikondisikan supaya tertib, dan pelajaran bisa dimulai.


(63)

56

Guru mengucapkan salam, menanyakan kabar dan menanyakan apakah ada siswa yang tidak masuk pada saat dilaksanakan tindakan (bagaimana kabarnya hari ini, apa ada yang tidak masuk, masih semangat belajar hari ini). Guru tidak mengajak siswa berdoa karena sudah berdoa pada saat jam pelajaran pertama. Berikut uraiannya :

Guru : assalamualaikum.... selamat pagi anak-anak Siswa : waalaikumsalam.... selamat pagi bu

Guru : bagaimana kabarnya hari ini ?

Siswa : alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar...

Guru : alhamdulillah... apa ada yang tidak masuk hari ini ? Siswa : tidak ada bu...

Guru : bagaimana, masih semangat belajarnya ? Siswa : masih bu...

Siswa : capek Siswa : ngantuk


(64)

57

Gambar 4.3

Kegiatan apersepsi melakukan tepuk semangat39

Guru membangkitkan semangat siswa untuk belajar dengan mengajak mereka melakukan "tepuk semangat" (prok...prok...prok...se... prok..prok...prok...ma...prok..prok..prok..ngat..prok...prok..prok...seeee...m angat...prok...prok..prok), dengan antusias siswa bertepuk tangan sambil bernyanyi.Guru bertanya pada siswa tentang materi pelajaran yang kemarin, guru menyampaikan pembelajaran hari ini dan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan pada siswa bahwa hari ini akan belajar tetang bertelepon. Berikut uraiannya :

Guru : ayo kita sama-sama tepuk semangat.. bisa semua anak-anak? Siswa : bisa bu...

Guru : tepuk semangat...(pro..prok..prok..)

39

Pada gambar 4.3 guru memberikan apersepsi pada awal pembelajaran dengan perhatian murid yang antusias.


(65)

58

Siswa :se...(prok..prok..prok..) ma...(prok...prok..prok) ngat... (prok..prok..prok)

Siswa: se... mangaaaat( prok...prok..prok)

Guru : anak-anak masih ingat minggu lalu kita belajar tentang apa Siswa : bercerita bu..

Guru : bagus sekali, anak-anak masih ingat ternyata. Untuk hari ini kita akan belajar tentang bertelepon

Gambar 4.4

Siswa antusias saat guru memberikan motivasi40

Guru menggali pengetahuan siswa mengenai kegiatan bertelepon, siswa tampak antusias saat guru menjelaskan asal mula alat komunikasi. Guru bertanya pada siswa bagaimana cara bertelepon yang baik, siswa secara serempak menjawab pertanyaan guru. Siswa cukup paham

40

Pada gambar 4.4 guru memberikan motivasi pada siswa tentang pentingnya pelajaran hari ini, yaitu melakuakan percakapan melalui telepon. Kegiatan bertelepon merupakan kegiatan yang penting pada era modern ini, karena mempermudah komunikasi jarak jauh.


(66)

59

bagaimana tata cara bertelepon yang baik, yaitu menyebutkan dengan urut cara bertelepon. Berikut uraiannya :

Guru : anak-anak, pernah bertelepon ? Siswa : pernah bu....

Guru : ada yang tau, apakah bertelepon itu? Siswa : berbicara jarak jau bu..

Guru : ayo yang bisa angkat tangan Siswa1 : berkomunikasi jarak jau... Siswa2 : berbicara lewat telepon

Guru : bagus, jawabannya semua benar.

Guru : Jadi bertelepon adalah berbicara jarak jau melalui telepon Guru :anak-anak ada yang tau tidak, sebelum ada telepon kita

berkomunikasi jarak jau menggunakan apa ? siapa yang tau ? ayo angkat tangannya?

Siswa : pakai surat bu...

Guru : ada yang lain anak-anak? Siswa : gak tau bu...

Guru :dulu sebelum ada telepon, kita berkomunikasi jarak jau menggunakan surat, setelah itu muncul alat telegrap, baru muncul telepon, dan sekarang ada handphone dan smartphone yang semakin canggih.

Guru : anak-anak, bagaimana tata cara bertelepon yang benar ? Siswa : diawali dengan salam, bicara seperlunya, diakhiri dengan

salam

Guru : pintar sekali... jadi cara bertelepon yang baik yaitu diawali dengan salam, berbicara seperlunya, dan diakhiri dengan salam penutup.


(67)

60

Gambar 4.5

Guru memberikan lembar kerja siswa

Guru membagikan lembar kerja siswa untuk menulis teks tentang percakapan melalui telepon dengan cara berkelompok dengan teman sebangkunya. Berikut uraiannya :

Guru : anak-anak pernah berbicara lewat telepon ? tentu bisa membuat teks percakapan melalui telepon kan...

Siswa : bisa bu...

Guru : sekarang kalian berkelompok dengan temannya sebangku, untuk membuat teks percakapan melalui telepon.

Siswa : percakapannya terserah ta bu ?

Guru : ibu akan memberikan tema percakapan “ mengajak nonton

wayang”. Anak-anak pernah nonton wayang kan ?

Siswa : pernah bu...

Guru :sekarang kalian berkelompok dengan teman sebangku kalian. Dan nanti hasil diskusi kalian akan dikoreksi oleh kelompok lain, nanti ibu tunjuk. Bisa anak-anak?

Siswa : bisa bu...


(68)

61

Siswa : iya bu...

Gambar 4.6

Siswa berkelompok dengan teman sebangkunya41

Siswa berkelompok dengan teman sebangkunya untuk membuat teks percakapankegiatan bertelepon dengan tema "mengajak nonton wayang". Guru memilih tema "mengajak nonton wayang" karena pelajaran yang diajarkan adalah pelajaran bahasa Indonesia sehingga tema yang diberikan harus berkaitan dengan budaya Indonesia.

Setelah menyusun teks percakapan siswa harus menghafalkan percakapan yang telah dibuatnya untuk praktek bertelepon di depan kelas. Selain mengintruksikan untuk berkelompok, guru juga menyampaikan bahwa nanti teks percakapan yang telah dibuat akan dikoreksi oleh kelompok lainyang telah

41

Siswa berkelompok dengan teman sebangkunya untuk berdikusi membuat teks percakapan kegiatan

bertelepon dengan tema” mengajak nonton wayang”. Guru menentukan tema tersebut karena

pelajaran yang diajarkan adalah pelajaran bahasa Indonesia, jadi harus memuat hal-hal yang sangat Indonesia sekali seperti halnya wayang yang merupakan kesenian tradisional Indonesia.


(69)

62

ditunjuk guru.42 Percakapan yang dibuat harus sesuai dengan kriteria penilaian pada tabel yang tersedia pada lembar kerja siswa.43

Gambar 4.7

Siswa praktek bertelepon di depan kelas

Siswa praktek bertelepon dengan kelompoknya secara bergantian. Siswa cukup antusias,meskipun masih ada beberapa siswa yang malu-malu saat berada di depan siswa itu bernama Erika, Sabrina dan Najwa, sehingga saat praktek bertelepon suaranya tidak terdengar oleh teman-temannya.44

42

Setelah selesai menyusun teks percakapan siswa diminta menukar hasil kerjanya dengan kelompok

lain yang sudah ditentukan oleh guru. Siswa cukup memberikan tanda (√) pada tabel yang tersedia

dilembar kerja siswa. 43

Kriteria penilaian tersebut yaitu : kalimat ringkas dan mudah dipahami, kalimat santun, percakapan urut terdiri dari salam pembuka, isi percakapan, dan salam penutup.

44

Pada gambar 4.7 siswa yang masih kurang percaya diri saat praktek berbicara, terlihat siswa saat praktek dengan merangkul temannya, pandangan tidak fokus, memegangi roknya, dan juga suaranya kurang lantang.


(70)

63

Gambar 4.8

Dua siswa yang masih membutuhkan perhatian khusus di kelas

Terdapat dua orang siswa yang membutuhkan bimbingan khusus saat pembelajaran. Siswa tersebut bernama Tia dan Marcha, mereka berdua duduk satu bangku. Pada saat pelajaran mereka mereka selalu asyik berbicara sendiri, memukul-mukul meja dan tidak memperhatikan guru. Sering kali Tia berteriak-teriak saat berbicara. Terkadang juga mereka membawa mainan saat pelajaran berlangsung. Tapi pada saat disuruh mengerjakan tidak bisa dan selalau bertanya pada guru atau teman-temanya. Peneliti mencari tahu penyebab hal ini kepada gurunya, ternyata kedua siswa tersebut memang sering membuat gaduh dikelas, dan kadang tidak mengerjakan PR. Hal tersebut terjadi karena kedua siswa tersebut kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, karena kedua orang tuanya bekerja jadi tidak ada yang membimbingnya belajar saat dirumah.


(71)

64

Faktor lain yang terjadi karena guru kurang menguasai kelas, sehingga masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.

Pada kegiatan penutup guru bertanya pada siswa apa yang telah mereka pelajari dan menanamkan sikap positif kepada mereka. Siswa merespon dengan aktif pertanyaan dari guru. Berhubung waktu sudah menunjukkan jam istirahat,

maka guru menutup pertemuan dengan ucapan salam tanpa berdo’a. Sebelum

keluar kelas guru meminta siswa mengumpulkan hasil kerjanya. Berikut uraiannya :

Guru : anak-anak tugasnya sudah selesai semuanya? Siswa : sudah bu...

Guru : tadi kalian sudah belajar apa ? Siswa : bertelepon bu..

Guru : iya berbicara melalui telepon. Masih ingat apa itu bertelepon? Siswa : berbicara jarak jau melalui telepon

Guru : bagus, pinter sekali.. Teeeeet... ( bel istirahat berbunyi) Siswa : ayo istirahat bu..

Guru : iya sebentar saya akhiri dulu. Siswa : cepat bu sudah lapar...

Guru : baiklah, marilah sama-sama kita ucapakn hamdallah Siswa : alhamdulillahirobbilalamin...

Guru : anak-anak jangan lupa belajar di rumah ya... Guru : saya akhiri assalamualaikum


(72)

65

Siswa : waalaikumsalam

Guru : jangan lupa sebelum keluar kelas, tugasnya dikumpulkan

Gambar 4.9

Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya45

c. Observasi

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, peneliti melakukan pengamatan kegiatan mengajar guru dan kegiatan aktivitas siswa. Pengamatan dilakukan menggunakan instrumen lembar observasi yang telah disediakan peneliti agar mudah dianalisis. Adapun hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung pada siklus I sebagai berikut:

45

Pada gambar 4.9 menunjukkan siswa sedang mengumpulkan hasil diskusinya dengan teman

sebangkunya yaitu membuat teks percakapan tentang kegiatan bertelepon dengan tema “mengajak nonton wayang”.


(73)

66

1) Hasil observasi aktivitas guru

Tabel 4.1

Lembar observasi aktivitas guru Siklus I

No Indikator / Aspek Yang Diamati

Pengamat

Skor Skor Penilaian

1 2 3

1. Guru memberikan apersepsi/motivasi kepada

siswa.  3

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.  3

3. Guru memusatkan perhatian siswa pada materi

pembelajaran yang dipelajari.  2

4. Guru menjelaskan materi tentang berbicara

melalui telepon.  3

5. Guru membagi siswa berkelompok secara

berpasangan  3

6. Guru memberikan tema percakapan pada siswa  3

7. Guru mengintruksikan siswa praktek berbicara

melalui telepon dengan pasangannya. 

3 8. Guru mengecek pemahaman siswa dengan

bertanya jawab.  2

9. Guru memberikan tes evaluasi tertulis

perorangan sebagai tugas tindak lanjut..  2

10. Guru bersama siswa membuat kesimpulan  2

Skor perolehan 26

Persentase = x 100 = x 100 = 87% Skor Maksimal 30

26

Dari data hasil observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran yang telah diperoleh, guru belum beraktifitas secara maksimal dalam memfasilitasi siswa. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1, prosentase aktivitas guru masih mencapai 87%. Walaupun pada kriteria yang ditentukan peneliti


(74)

67

80% sudah tergolong baik, namun terdapat kendala-kendala yang dapat diusahakan perbaikannya. Dari segi suara guru sudah baik, namun kurang menguasahi kelas sehingga masih ada siswa yang ramai saat pelajaran berlangsung. Guru juga perlu memperhatikan pembagian waktu sehingga dapat menerapkan kegiatan pembelajaran sesuai waktu yang tersedia.

2) Hasil observasi aktivitas siswa siklus I

Tabel 4.2

Lembar observasi aktivitas siswa Siklus I

No Indikator / Aspek Yang Diamati

Pengamat

Skor Skor

Penilaian 1 2 3

1. Siswa merespon apersepsi/motivasi yang

diberikan oleh guru.  3

2. Siswa mendengarkan saat tujuan

pembelajaran disampaikan.  2

3. Siswa memusatkan perhatian pada materi

pembelajaran yang dipelajari.  2

4. Siswa antusias ketika guru menjelaskan

materi berbicara melalui telepon.  2

5. Siswa melakukan pekerjaan menulis teks percakapan bertelepon sesuai dengan tema yang diberikan guru.

 3 6. Siswa mengerjakan dengan tertip lembar

kerja kelompok.  2

7. siswa praktek berbicara melalui telepon

dengan pasangannya.  2

8. Siswa memberi tanggapan saat guru

mengecek pemahaman.  2

9. Siswa mengerjakan dengan tertip saat dilaksanakan tes evaluasi

tertulisperorangan oleh guru.


(1)

97

bahasa Indonesia siswa kelas III A MI Roudlotul Banat, sehingga


(2)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan data tentang analisis peningkatan keterampilan berbicara

bahasa Indonesia materi bertelepon melalui metode cooperative script pada

siswa kelas III A MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo, peneliti dapat

mengambil kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang telah diajukan

dan sesuai dengan hasil dari siklus I dan siklus II, yakni sebagai berikut :

1. Penerapan pembelajaran bahasa Indonesia melalui metode cooperative

script dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa yang terlihat dari

nilai rata-rata siswa siklus I sebesar 69,28 dan siklus II sebesar 80,47.

Prosentase ketuntasan siswa meningkat terlihat dari prosentase ketuntasan

pada siklus I sebesar 71,42% dan siklus II sebesar 85,71%.

2. Penerapan metode cooperative script berjalan dengan baik melalui

perbaikan pada tiap refleksi. Penjelasan ini dapat dilihat dari hasil siklus

aktivitas guru meningkat dari 87% pada siklus I menjadi 93% pada siklus

II. Begitu pula pada aktivitas siswa meningkat dari 73% pada siklus I


(3)

99

B. Saran

Dengan pembuktian bahwa metode cooperative script dapat

meningkatkan keterampilan berbicara siswa, maka beberapa saran yang dapat

disampaikan antara lain :

1. Setiap pembelajaran diharapkan guru di MI Roudlotul Banat tidak hanya

menggunakan metode ceramah saja dan guru diharapkan perlu mempelajari

danmencoba menggunakan berbagai metode, model, teknik, strategi,

maupun menggunakan media pembelajaran yang beragam agar dapat

memberikan cara terbaru dalam menyajikan materi bagi siswa untuk

memacu motivasi belajarnya, sehingga untuk selanjutnya siswa dapat

belajar dengan lebih menyenangkan.

2. Setiap pembelajaran guru perlu memberikan ice breaking sebagai awalan

terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai bias dengan mengajak siswa

bernyanyi atau bermain untuk membangkitkan semangat siswa. Agar

merekatidak merasa bosan saat mengikuti pelajaran.

3. Guru dapat melaksanakan penelitian baru untuk meningkatkan

keterampilan dan motivasi belajar siswa pada materi lain. Sehingga

pembelajaran dapat dilaksanakan dengan maksimal dan materi bias


(4)

100

berguna untuk membangkitkan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Antusias siswa berperan penting dalam keberhasilan proses

pembelajaran, karena tanpa peran aktif siswa proses kegiatan belajar


(5)

101

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabri. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Padang : Quantum Teaching.

Arikunto Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Haryadi dan Zamzadi.1997. Peningkatan Ketrampilan Berbahasa Indonesia.

Jakarta:DEPDIKBUD.

Edi Warsidi dan Farika. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas. Jakarta:

DEPDIKNAS.

Ismoyo. 2007. Aku Bangga Bahasa Indonesia 3. Jakarta: DEPDIKNAS.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Evektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:

Alfabeta.

Isjoni. 2010. Keterampilan berbicara dan Konsep dasar Berbicara. Bandung:

Alfabeta.

Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi

Antar Peserta Didik.Yogyakarta : PustakaPelajar.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Kundharu Saddhono. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Miftahul Huda. 2013. Model-Model Pengajarandan Pembelajaran. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Modul Penelitian Tindakan Kelas. 2007. Model-model Penelitian. Surabaya:


(6)

102

Saleh Abbas. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di SD. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Sugihartono, dkk. 2008. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif

dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan

Pengembangannya. Jakarta :Bumi Akasara.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE DEBAT AKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Debat Aktif pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 3 Purwantoro Ke

0 0 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS V SD N KARANGMOJO BANTUL.

0 8 277

Peningkatan kemampuan menghafal aktivitas ekonomi dan sumber daya alam melalui strategi take and give mata pelajaran IPS pada kelas IVa MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo.

0 0 110

Peningkatan kemampuan menghitung perkalian mata pelajaran matematika materi pecahan biasa melalui metode jarimatika kelas VB MI Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo.

0 12 107

Peningkatan pemahaman materi aktivitas ekonomi dan sumber daya alam pada mata pelajaran IPS metode PQ4R (preview, question, read, reflect, dan review) siswa kelas IV-b Mi Roudlotul Banat Sepanjang Sidoarjo.

0 1 111

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TELEPON PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE THINK TALK WRITE SISWA KELAS III MI AL QODIR WAGE TAMAN SIDOARJO.

0 2 103

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING, AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS V MI ROUDLOTUL BANAT SIDOARJO.

0 0 116

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MATERI PENGALAMANKU MELALUI METODE PROBLEM-POSING LEARNING PADA SISWA KELAS III MI ROUDLOTUL IHSAN KETAPANG SUKO.

0 0 80

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE DEBAT PADA SISWA KELAS V MI TARBIYATUL AKHLAQ GRESIK.

0 0 128

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MEMERANKAN DRAMA PADA SISWA KELAS V A MI AL-ITTIHAD JOMBANG.

13 62 106