ANALISIS NILAI PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA.
36
ANALISIS NILAI PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI
YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh:
ZAKIYYAH S BAZHER 0812010187 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
JAWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(2)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT serta Maha Mendengar
dan maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik , serta Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini
dengan judul : “ANALISIS NILAI PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI
YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan dan dorongan
kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(3)
ii
5.
Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
6.
Keberhasilan ini penulis dedikasikan untuk Alm. Aba tercinta Ir. Salem said
Bazher dan Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kepada Umi
Salmah Bazher tercinta dan adik-adikku yang telah banyak memberikan Do’a ,
motivasi dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis
dapat menyelesaikan study dengan baik.
7.
Tante Mariam Sagran beserta keluarga besar di Timor Leste yang telah
memberikan do’a dan semangat selama ini.
8.
Ucapan terima kasih penulis kepada semua sahabat yang telah banyak
memberikan bantuan dan dorong serta motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan
9.
Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu,kiranya Allah SWT yang bisa membalasnya
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Surabaya, Desember 2011
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(4)
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.
Rumusan Masalah ... 5
1.3.
Tujuan Penelitian ... 5
1.4.
Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1.
Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan... 10
2.2.2. Analisis Rasio ... 15
2.2.2. Nilai Perusahaan ... 21
2.2.3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)... 26
2.2.4. Profitability... 27
2.2.5. Pertumbuhan Laba... 29
2.2.6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan ... 32
2.2.7. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan ... 33
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(5)
iv
2.2.8. Pengaruh Pertumbuhan laba terhadap Nilai Perusahaan ... 33
2.3. Kerangka Pikir... 34
2.4. Hipotesis ... 35
BAB
III METODE PENELITIAN
3.1
Definisi
Operasional
dan Pengukuran Variabel ...
36
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ...
37
3.3 Teknik Pengumpulan Data...
37
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Perusahaan ...
42
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ...
42
4.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia...
44
4.3. Deskripsi Variabel
...
45
4.4. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis...
47
4.4.1.1. Uji Normalitas
...
47
4.4.1.1. Uji Asumsi Klasik...
48
4.4.1.1.1 Autokorelasi
...
48
4.4.1.1.2 Multikolinearitas ...
49
4.4.1.1.3 Heteroskedastisitas...
50
4.4.1.2. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ...
51
4.4.1.3. Hasil Pengujian Uji F dan uji t...
53
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(6)
v
4.5. Pembahasan ...
54
4.5.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan .
55
4.5.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan...
56
4.5.3 Pengaruh Pertumbuhan laba terhadap Nilai Perusahaan ...
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
5.1. Kesimpulan ... 58
5.2. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(7)
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data Ukuran Perusahaan Perusahaan Transportasi
Tahun
2007-2010...45
Tabel 4.2. Data Profitability Perusahaan Transportasi
Tahun
2007-2010...46
Tabel 4.3. Data Pertumbuhan Laba Perusahaan Transportasi
Tahun
2007-2010...47
Tabel 4.4. Normalitas Data Masing-masing Variabel...48
Tabel 4.5. Data Autokorelasi ...49
Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Multikolinieritas ...50
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ...51
Tabel 4.8 Koefisien Regresi...52
Tabel 4.9 : Hasil Uji F ...53
Tabel 4.10 : Hasil Uji t...54
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(8)
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Pikir ...34
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(9)
viii
ANALISIS NILAI PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI
YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
Zakiyyah Salem Bazher
ABSTRAK
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi
akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham, Semakin tinggi harga
saham semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini terjadi dikarenakan beberapa
factor yang mempengaruhi yang diantaranya antara lain : ukuran perusahaan,
profitability dan pertumbuhan laba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitability dan pertumbuhan laba
terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Jasa Transportasi di Bursa Efek
Indonesia
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perusahaan Jasa Transportasi
yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2010, yang berjumlah
12. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Ukuran Perusahaan memberikan
kontribusi terhadap nilai perusahaan hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan
‐
perusahaan besar memiliki kemampuan dan sumber dana lebih besar
sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih besar. Variabel Profitabiltas
memberikan kontribusi terhadap terhadap Nilai Perusahaan, hal ini menunjukkan
hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan profitabilitas, apalagi jika
disertai kenaikan pertumbuhan laba memungkinkan perusahaan memiliki dana
cukup besar untuk membiayai operasinya. Variabel Pertumbuhan Laba tidak
memberikan kontribusi terhadap terhadap Nilai Perusahaan, hal ini menunjukkan
hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan laba sejalan dengan peningkatan
likuiditas, jika terjadi peningkatan laba sehingga growth of earning after tax
meningkat
Keywords : ukuran perusahaan, profitability, pertumbuhan laba dan nilai
perusahaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(10)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Nilai perusahaan dapat mencerminkan nilai asset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan, tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. (Matono dan Agus Harjito, 2005:3)
Menurut badan pemberantasan korupsi (2010), Untuk mencapai keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang, pelaksanaan good corporate governance (GCG) perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman perilaku (code of conduct) yang dapat menjadi acuan bagi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(11)
2
organisasi perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan etika bisnis sehingga bisa menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan dalam rangka mencapai keberhasilan jangka panjang tersebut adalah (Badan Pemberantasan Korupsi, 2010) :
1. Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai visi dan misi perusahaan. oleh karena itu, sebelum merumuskan nilai-nilai perusahaan, perlu dirumuskan visi dan misi perusahaan.
2. Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun dalam merumuskannya perlu disesuaikan dengan sektor usaha serta karakter dan letak geografis dari masing-masing perusahaan.
3. Nilai-nilai perusahaan yang universal antara lain adalah terpecaya, adil, dan jujur.
Selain dipengaruhi ukuran perusahaan, nilai perusahaan juga dipengaruhi oleh profitabilitas, pertumbuhan laba. Peningkatan profitabilitas, apalagi jika disertai kenaikan pertumbuhan laba memungkinkan perusahaan memiliki dana cukup besar untuk membiayai operasinya, sehingga hal ini akan mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. Hal ini dapat tercermin dari harga saham. Selanjutnya, kenaikan harga saham akan menyebabkan kenaikan PBV.
Perusahaan jasa transportasi digunakan dalam penelitian ini, karena industri terbesar didunia adalah pada bidang jasa. Perusahaan ini merupakan kelompok perusahaan yang cukup besar dan berkembang pesat di Indonesia.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(12)
3
Perusahaan jasa transportasi memiliki iklim persaingan yang sangat ketat, karena transportasi merupakan salah satu kebutuhan yang penting untuk mobilisasi dalam menjalankan kegiatan perekonomian Di samping itu, perusahaan ini juga membutuhkan modal yang sangat besar dan kuat untuk mendukung finansial perusahaan, agar dapat bersaing dalam memberikan fasilitas jasa yang terbaik.
Permasalahan yang dihadapi perusahaan jasa transportasi juga dapat dilihat dari laporan keuangan mengalami penurunan nilai PBV atau nilai perusahaan, hal ini diindikasikan karena pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan pertumbuhan laba, dan dapat dilihat dari tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1 : Nilai Perusahaan (PBV) Jasa Transportasi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010
Perusahaan 2007 2008 2009 2010
Arpeni Pratama 1,39 0,40 0,54 0,64
Rig Tenders 0,86 0,38 0,68 0,65
Steady Safe 1,47 0,83 0,94 0,83
Samudera Indonesia 0,71 0,21 0,34 0,35
Pelayaran 1,50 0,51 0,62 0,73
Zebra 1,07 0,73 0,95 1,04
Indonesia Air 0,96 0,57 0,57 0,63
Rukun Raharjo 2,99 0,91 1,68 7,80
Berlian Laju 3,32 0,45 0,62 0,42
Centris Multi 0,24 0,44 0,41 0,38
Humpuss 2,21 1,60 2,05 1,57
Panorama 2,41 0,97 1,50 1,07
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(13)
4
Dari data diatas terlihat dengan jelas bahwa nilai perusahaan dalam hal ini dilihat dari PBV pada perusahaan jasa transportasi dari tahun ke tahun menandakan adanya masalah nilai perusahaan yang cenderung menurun. Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham, Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini terjadi dikarenakan beberapa factor yang mempengaruhi yang diantaranya antara lain : ukuran perusahaan, profitability dan pertumbuhan laba.
Karena apabila terjadi peningkatan profitabilitas dan likuiditas, apalagi jika disertai kenaikan pertumbuhan laba memungkinkan perusahaan memiliki dana cukup besar untuk membiayai operasinya (termasuk untuk membayar dividen pada pemegang saham), sehingga hal ini akan mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. Hal ini dapat tercermin dari harga saham. Selanjutnya, kenaikan harga saham akan menyebabkan kenaikan PBV.
Ukuran perusahaan dapat berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, karena pada perusahaan‐perusahaan besar, pemilik saham pada dasarnya terpisah dari manajemen, sehingga kurang berdaya mengubah manajemen. Ukuran perusahaan juga dapat berpengaruh negatif karena sekalipun perusahaan besar memiliki kemampuan untuk menghasilkan keuntungan lebih besar, namun modal yang digunakan juga besar, sehingga profitabilitasnya bisa jadi tidak terlalu tinggi dibanding perusahaan dengan ukuran lebih kecil. Di sisi lain, ukuran perusahaan juga dapat berpengaruh
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(14)
5
positif terhadap nilai perusahaan karena perusahaan‐perusahaan besar memiliki kemampuan dan sumber dana lebih besar sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih besar. (Rahmawati, 2007:32)
Sejalan dengan peningkatan laba sehingga ROE meningkat, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam mengelola modal untuk menghasilkan laba, sehingga nilai perusahaan yang tercermin dalam PBV akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul "ANALISIS
NILAI PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI YANG TERCATAT DI
BURSA EFEK INDONESIA”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai benkut:
a. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan ? b. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan? c. Apakah pertumbuhan laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(15)
6
b. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan c. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan laba terhadap nilai perusahaan
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Bagi investor dan calon investor penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam proses menjual atau membeli saham.
2. Bagi perusahaan. penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan
3. Dapat memberikan kontribusi terhadap akademisi, dosen, dan mahasiswa sebagai tambaban referensi dalam melakukan penelitian sejenis di masa mendatang.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(16)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Rahmawati, (2007), dengan judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perusahaan Di BEJ periode 2000 – 2004
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan laba, likuiditas, dan inflasi terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan dividen.
Sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka berpikir, maka penelitian ini termasuk penelitian asosiatif sebab akibat (kausal). Penelitian asosiatif sebab akibat bertujuan mencari pengaruh variable-variabel independen Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan laba, likuiditas, dan inflasi tidak berpengaruh, baik secara simultan maupun parsial terhadap kebijakan dividen. Untuk pengaruh ukuran perusahaan dan profitabilitas, hasil penelitian ini masing masing konsisten dengan penelitian Taswan (2003) dan penelitian Tandelilin dan Wilberforce dalam Husnan (2002). Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan laba, likuiditas, inflasi, dan kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.
(17)
8
Secara parsial, hanya profitabilitas dan kebijakan dividen yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Untuk pengaruh positif kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sumani (2005) dan Daryatno (2003). Secara parsial, variabel likuiditas memiliki nilai pengaruh paling besar terhadap nilai
2. Untung Wahyudi Hartini Prasetyaning Pawestri (2006) IMPLIKASI STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN: DENGAN KEPUTUSAN KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Dari uraian latar belakang di atas dapat dikatakan bahwa keputusan keuangan merupakan variabel intervening atas pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan, sehingga dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen?
2. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 3. Apakah keputusan investasi berpengaruh terhadap keputusan pendanaan
dan kebijakan dividen?
4. Apakah keputusan pendanaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen? 5. Apakah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan
(18)
9
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah:
1. Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap keputusan investasi dan keputusan pendanaan tetapi tidak pada kebijakan dividen.
2. Struktur kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan keuangan maupun nilai perusahaan.
3. Keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun melalui keputusan pendanaan
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan persamaan penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada uji hipotesis yang digunakan. Pada penelitian terdahulu menggunakan model persamaan two stage least square karena kondisi identifikasi menunjukkan over dan exactly identified. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda untuk menganalisis variable idependent terhadap variable dependen. Selain itu Periode penelitian yang dilakukan, dimana dalam penelitian terdahulu pada tahun 2002-2006 dan tahun 1995-1996. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode tahun 2007-20010. Persamaannya adalah sama – sama membahas mengenai nilai perusahaan.
(19)
10
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan
Menurut SAK (2007 : 2), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi pelajaran yang merupakan bagian dari integral dari laporan keuangan.
Pelaporan keuangan adalah pengkomunikasian informasi keuangan yang tidak terbatas pada full set laporan keuangan formal saja, akan tetapi termasuk juga informasi keuangan lainnya dan informasi non keuangan sebagai berikut : (Baridwan, Zaki 2004 :20)
a. Full set laporan keuangan formal. b. Informasi keuangan lainnya
Seperti misalnya prediksi dan ekspektasi keuangan yang diharapkan oleh manajemen pada masa yang akan datang, release berita keuangan baru, dan sumber-sumber aktiva, kewajiban, pendapatan, serta timbulnya biaya atau beban perusahaan.
c. Informasi non keuangan
Misalnya informasi mengenai dampak terhadap lingkungan sosial (social environment) dari keberadaan perusahaan dan prospek bisnis mengingat kondisi ekonomi pada umumnya.
Perbedaan antara pelaporan keuangan dan laporan keuangan ini timbul dari kegunaan masing-masing. Informasi tertentu akan lebih baik bila disajikan dalam laporan keuangan, tetapi informasi tertentu lainnya akan lebih baik bila
(20)
11
dilaporkan dalam laporan lain. Laporan keuangan merupakan unsure utama pelaporan keuangan, karena itu tujuan laporan keuangan akan sama dengan tujuan pelaporan keuangan.
Menurut PSAK (kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan termasuk skedul dan informasi tambahan ynag berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis sserta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
2.2.1.2 Karakteristik dan Tujuan Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu : (SAK, 2007 : 7 – 10)
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis.
(21)
12
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kenutuhan pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelainan untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil atas dasar keuangan.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan. Kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar daharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
(22)
13
Menurut PSAK (kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Sedangkan menurut Baridwan, Zaki (2004 : 17) laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan – tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak – pihak di luar perusahaan.
2.2.1.3. Susunan Laporan Keuangan
Menurut Baridwan, Zaki (2004:23), laporan keuangan yang utama terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu (tanggal) tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan. Aktiva adalah sumber-sumber ekonomik (economic resources) yang dikuasai oleh perusahaan dan masih memberikan kemanfaatan di masa mendatang. Utang merupakan pengorbanan-pengorbanan ekonomik (economic
(23)
14
sacrifices) untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas-entitas lain di masa yang akan datang. Modal pemilik adalah hak residu atas aktiva setelah dikurangi dengan hutang.
2. Laporan Laba Rugi
laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu.laporan ini menyajikan pendapatan selama satu periode dan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut pada periode yang sama. Di laporan laba rugi dilaporkan juga untung (gain) dan rugi (lose).
Menurut PSAK No. 1, laporan laba rugi mengandung unsur – unsur sebagai berikut :
a. Penghasilan (income), merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk memasukkan atau menambah aktiva atau penurunan kewajiban yang berasal dari kontribusi penanaman modal.
b. Beban (expense), merupakan penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi tertentu dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal.
(24)
15
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode akuntansi tertentu. Laporan perubahan modal merupakan pelengkap dari laporan laba rugi.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus (aliran) kas menyajikan secara sistematis informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Dalam laporan aliran kas, penerimaan, dan pengeluaran kas diklasifikasi menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan dan kegiatan investasi.
2.2.2. Analisis Rasio
2.2.2.1. Pengertian Analisis Rasio
Analisa rasio merupakan bentuk cara yang umum digunakan dalam menganalisis laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut
(25)
16
dibandingkan dengan rasio perbandingan digunakan sebagai standar.(Munawir, 2000 : 64)
Menggunakan analisa laporan finansiil dari perusahaan, manajer akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansiil dari perusahaan dan akan dapat diketahui hasil-hasil finansiil yang telah dicapai dari waktu lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya diusahakan agar dapat diperbaiki. Analisa yang dilakukan oleh manajer disebut analisis intern (Riyanto, 2001 : 328)
Analisa intern dilakukan oleh kreditur atau investor. Investor berkepentingan terhadap laporan finansiilnya. Suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modal. Para kreditur berkepentingan terhadap kemampuan nasabah untuk dapat memenuhi kewajiban finansiil yang harus dipenuhi (Riyanto, 2001 : 328-329)
2.2.2.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Riyanto (2001 : 331) mengelompokkan rasio finansiil yaitu antara lain :
1) Rasio leverage
Adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
(26)
17
2) Rasio profitabilitas
Adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
2.2.2.3. Kegunaan Analisis Rasio
Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisis yang lain adalah “future oriented”. Oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu itu dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat suatu angka rasio sepertinya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam menginterprestasikan data yang bersangkutan. (Munawir, 2000 : 64)
Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama (Weston, 2000 : 312-313) Yaitu :
1. Manajer, yang menggunakan rasio-rasio tersebut untuk menganalisis mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan. 2. Analisa kredit, seperti petugas kredit bank atau analis yang
menetapkan peringkat obligasi (di AS), yang menganalisis rasio untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan membayar utangnya.
(27)
18
3. Analisa sekuritas, yaitu analisis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan prospek pertumbuhan perusahaan, dan analis obligasi yang berkepentingan atas kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuiditas aktiva dalam hal ini kepailitan.
Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan dikemukaan oleh Harahap (2002 :195-197) sebagai berikut :
a) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa.
b) Dapat menggali informasi yang tidak nampak secara kasat mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implisit).
c) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
d) Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
e) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating)
f) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan.
(28)
19
g) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
h) Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan Standar Industri normal atau Standar ideal.
i) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
j) Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang.
Menurut Dahlan (2004 : 266) Analisis rasio menggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah lainnya. Perhitungan yang digunakan dalam analisis rasio ini sebenarnya relatif sederhana, namun interprestasi terhadap rasio tersebut merupakan masalah yang cukup komplek. Oleh karena itu, efektifnya rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis, sangat tergantung dari kemampuan dan keahlian analisis menginterprestasikan rasio-rasio yang digunakan. Selanjutnya, analisis rasio keuangan dapat memberikan petunjuk dan gejala-gejala serta informasi keuangan lainnya mengenai keadaan keuangan suatu bank.
(29)
20
2.2.2.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap ( 2000 : 298 ), Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keterbatasan yang diharuskan untuk diketahui dalam penggunaan dalam perhitungan. Keterbatasan tersebut antara lain :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yng dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjaga keterbatasan teknik seperti :
Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu hanya mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.
Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak
pada angka rasio.
Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam menghitung rasio.
(30)
21
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bias terjadi kesalahan.
2.2.2. Nilai Perusahaan
Beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan adalah: nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsik, nilai buku dan nilai likuidasi. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham. Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. Sedangkan nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa dihitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan
(31)
22
neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi. Jika mekanisme pasar berfungsi dengan baik, maka harga saham tidak mungkin berada di bawah nilai likuidasi. Karena nilai likuidasi ini hanya dihitung bila perusahaan akan dilikuidasi maka investor bisa menggunakan nilai buku sebagai pengganti untuk tujuan yang sama yaitu memperkirakan batas bawah harga saham.
Sehingga nilai buku dapat digunakan sebagai batas aman mengukur nilai perusahaan untuk keperluan investasi. Namun demikian ada beberapa catatan yang harus diperhatikan dalam memahami konsep nilai buku ini. Pertama, sebagian besar aset dinilai dalam nilai historis. Karena itu pada beberapa aset nilai jualnya bisa jadi jauh lebih tinggi dari nilai bukunya. Kedua, di dalam aset kadang terdapat aktiva tak berwujud, yang dalam likuidasi sering tidak memiliki nilai jual. Ketiga, nilai buku sangat dipengaruhi oleh metode dan estimasi akuntansi seperti metode penyusutan aktiva tetap, metode penilaian persediaan, dan lain-lain. Keempat, ada kemungkinan timbul kewajiban-kewajiban yang tidak tercatat dalam laporan keuangan karena belum diatur pelaporannya oleh standar akuntansi keuangan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep yang paling representatif untuk menentukan nilai perusahaan adalah pendekatan konsep nilai intrinsik. Tetapi memperkirakan nilai intrinsik sangat sulit, sebab untuk menentukannya orang membutuhkan kemampuan mengidentifikasi variabel-variabel signifikan yang menentukan keuntungan suatu perusahaan. Variabel itu berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Selain itu, penentuan nilai intrinsik juga memerlukan kemampuan memprediksi arah kecenderungan yang
(32)
23
akan terjadi di kemudian hari. Karena itulah, maka nilai pasar digunakan dengan alasan kemudahan data juga didasarkan pada penilaian yang moderat.
Manajer yang sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai kekayaannya sebagai individu pemegang saham akan ikut meningkat pula. Penelitian yang mengkaitkan kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan menunjukkan hasil yang berbeda diantara peneliti.
2.2.2.1. Pengertian Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Bringham Gapensi,1996), Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset. Menurut Fama (1978) dalam Untung wahyudi et.al, (2006), nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan
(33)
24
perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
2.2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
Indikator- indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah:
1. PER (Price Earning Ratio) PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham. Mohammad Usman, (2001) dalam Malla Bahagia, (2008). Menurut Basuki Yusuf, 2005 dalam Malla Bahagia, 2008, hubungan faktor-faktor tersebut terhadap PER dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Semakin tinggi Pertumbuhan laba semakin tinggi PER nya, dengan kata lain hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER nya bersifat positif. Hal ini dikarenakan bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan secara efisien. Laba bersih yang tinggi menunjukkan earning per share yang tinggi, yang berarti perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut, sehingga saham-saham dari perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas dan pertumbuhan laba yang tinggi akan memiliki PER yang tinggi pula, karena
(34)
saham-25
saham akan lebih diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya meningkat lebih besar.
b. Semakin tinggi Dividend Payout Ratio (DPR), semakin tinggi PER nya. DPR memiliki hubungan positif dengan PER, dimana DPR menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham dan besarnya dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga saham terutama pada pasar modal didominasi yang mempunyai strategi mangejar dividen sebagai target utama, maka semakin tinggi dividen semakin tinggi PER.
c. Semakin tinggi required rate of return (r) semakin rendah PER, r merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi saham, atau disebut juga sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut ternyata lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan, berarti hal ini menunjukkan investasi tersebut kurang menarik, sehingga dapat menyebabkan turunnya harga saham tersebut dan sebaliknya. Dengan begitu r memiliki hubungan yang negatif dengan PER, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diisyaratkan semakin rendah nilai PER nya. PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
(35)
26
2. PBV (Price to Book Value)
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1999: 92).
2.2.3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Tingkat pertumbuhan perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi struktur modal, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat (Weston dan Brigham, 1994:174) dalam Asuhanrembulan (2008). Pertumbuhan, perusahaan berbanding lurus dengan ukuran perusahaan, sehingga semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal karena perusahaan yang lebih besar akan mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, total penjualan, dan rata-rata total aktiva (Feri dan Jones dalam Masidonda, Maski, dan Idrus, 1999) dalam Asuhanrembulan (2008).
Ukuran perusahaan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan struktur modal. Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal dan dengan kemudahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan (Wahidahwati 2000 dalam Nisa Fidyan, 2003) dalam Asuhanrembulan (2008).
(36)
27
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan, kecenderungan untuk menggunakan hutang menjadi semakin besar (Asuhanrembulan, 2008).
2.2.4. Profitability
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan (Asuhanrembulan, 2008). Arifin (2001) dalam Asuhanrembulan (2008) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil profitabilitas adalah hasil bersih dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan (Riyanto, 1993), sedangkan Machtoedz (1994) dalam Eko (2006) mendefinisikan profitabilitas sebagai suatu indicator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan (Asuhanrembulan, 2008).
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yangdiinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Myers (1984) dalam Taswan (2008) menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order didalam menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang, kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan negatif antara profitabilitas dengan debt ratio. Hasil studi Moh'd et al (1998),
(37)
28
Myers (1984) dan Jensen et at (1992) menemukan bahwa firm profitability mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan debt ratio.
Menurut beberapa ahli pengertian profitabilitas, antara lain:
a. menurut Helfert (2003:126) “profitability is the effectiveness with which management has employed both the total assets and the net assets as recorded on the balance sheet”,
b. menurut Greuning (2005:29) “profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata”.
Berdasarkan bebarapa pengertian dari para ahli sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan.
a. Gross profit margin (GPM). Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi gross profit margin maka semakin baik.
b. Operating profit margin (OPM). Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak.
c. Net profit margin (NPM). Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.
(38)
29
d. Return on assets (ROA). Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.
e. Return on equity (ROE). Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas invesasi di perusahaan.
2.2.5. Pertumbuhan Laba
Brigham dan Houston (2001;39) mengatakan bahwa perusahaan dengan penjualan yang relative stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Penelitian empiris yang dilakukan antara lain oleh Krishnan (1996), Badhuri (2002) (1999) menunjukkan bahwa pertumbuhan laba merupakan salah satu variable yang berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan laba berpengaruh positif terhadap struktur modal.
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) “kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”. Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.
(39)
30
Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi,
b. laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu,
c. laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan,
d. laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan
e. laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
(40)
31
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba.
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000).
Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Besarnya perusahaan.
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
b. Umur perusahaan.
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
c. Tingkat leverage.
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
(41)
32
d. Tingkat penjualan.
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan -laba semakin tinggi. e. Perubahan laba masa lalu.
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
Berdasarkan penelitian terdahulu faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba hanya dilihat dari rasio keuangan. Rasio keuangan yang mempengaruhi pertumbuhan laba pada perusahaan industri barang konsumsi menurut Angkoso (2006) antara lain Debt Ratio dan Return On Equity. Pada perusahaan manufaktur menurut Widiasih (2006) antara lain Gross Profit Margin dan Leverage. Sedangkan pada KPRI Semarang menurut Haryanti (2007) antara lain Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan Return On Investment.
2.2.6. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, karena pada perusahaan‐perusahaan besar, pemilik saham pada dasarnya terpisah dari manajemen, sehingga kurang berdaya mengubah manajemen. Ukuran perusahaan juga dapat berpengaruh negatif karena sekalipun perusahaan besar memiliki kemampuan untuk menghasilkan keuntungan lebih besar, namun modal yang digunakan juga besar, sehingga profitabilitasnya bisa jadi tidak terlalu tinggi dibanding perusahaan dengan
(42)
33
ukuran lebih kecil. Di sisi lain, ukuran perusahaan juga dapat berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan karena perusahaan‐perusahaan besar memiliki kemampuan dan sumber dana lebih besar sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih besar. (Rahmawati, 2007:32)
2.2.7. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Sejalan dengan peningkatan likuiditas, jika terjadi peningkatan laba sehingga ROE meningkat, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam mengelola modal untuk menghasilkan laba, sehingga nilai perusahaan yang tercermin dalam PBV akan meningkat
Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas diproksi dengan Return On Equity / ROE (Kania dan Bacon, 2005:103). Kenaikan profitabilitas kadang‐kadang diikuti kenaikan pembayaran dividen karena kenaikan pembayaran dividen dianggap sebagai sinyal optimisme manajer atas kinerja perusahaan.
2.2.8. Pengaruh Pertumbuhan laba terhadap Nilai Perusahaan
Menurut Pecking Order Theory, semakin tinggi pertumbuhan (Growth) laba Perusahaan, maka perusahaan akan lebih memilih untuk mendanai perusahaan dengan menggunakan modal internal yang berasal dari laba dan pendapatan dari penjualan. Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya, perusahaan yang
(43)
34
mempunyai earnings yang tidak stabil dan unpredictable akan menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk.( Rakhmawati, 2008).
Sama halnya dengan pertumbuhan laba dan sejalan dengan peningkatan likuiditas, jika terjadi peningkatan laba sehingga growth of earning after tax meningkat, maka semakin baik kinerja perusahaan, sehingga nilai perusahaan yang tercermin dalam PBV akan meningkat.
2.3. Kerangka Konseptual
Ukuran Perusahaan (X1)
Profitabilitas (X2)
Pertumbuhan laba (X3)
Nilai Perusahaan
(44)
35
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 2. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 3. Pertumbuhan laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
(45)
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Ukuran Perusahaan(X1)
Ukuran perusahaan adalah jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva). Variabel ini dinyatakan dengan besaran desimal dan dihitung dari total asset
2. Profitability (X2)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba per unit asset, berdasarkan perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan.
3. Pertumbuhan Laba merupakan kenaikan jumlah laba dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Variabel ini diukur dengan membandingkan laba pada tahun ke t setelah dikurangi laba pada periode sebelumnya terhadap laba pada periode sebelumnya. Varibel ini dihitung dengan rumus:
Laba bersih tahun t - Laba bersih tahun t-1 Pertumbuhan Laba =
(46)
37
4. Nilai Perusahaan dalam penelitian ini dilambangkan dengan Price to Book Value (Z) menggambarkan seberapa besar persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Baik buruknya persepsi tercermin dalam perubahan harga pasar saham dibanding nilai bukunya.
3.3 Populasi dan Penentuan Sampel
a. Populasi
Yang dipergunakan sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perusahaan Jasa Transportasi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2010, yang berjumlah 12.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi, (Sumarsono, 2002 : 44) Metode penelitian yang dilakukan adalah sensus karena seluruh anggota populasi merupakan sampel penelitian.
3.4 Tekhnik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari : a. Metode Dokumentasi
Yaitu mempelajari dokumen-dokumen yang berupa laporan keuangan perusahaan.
(47)
38
b. Studi Pustaka
Yaitu membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini dari perusahaan.
3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1 Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi Linier berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji f dengan hipotesis sebagai berikut : 1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat
berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang diperlukan untuk analisis.
2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat
Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut :
(48)
39
3.6.2Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari besaran VIF (Varians Inflation Factor), yaitu : (Ghozali, 2001 : 57)
1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. 2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.
2. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistitas. (Ghozali, 2001 : 60). Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:
(49)
40
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota – anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu ( seperti pada data return waktu atau time series data ) atau yang tersusun dalam rangkaian ruang ( seperti pada data silang waktu atau cross sectional). (Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas ( k ) dan jumlah data ( n ) sehingga diketahui dL dan du maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2001: 61).
Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1 : Autokorelasi
Durbin Watson Kriteria
0 < DW < dL dL < DW < du du < DW < 4-du 4-du < DW < 4-dL 4-dL < DW < 4-
Ada autokorelasi positif Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi negatif Sumber : Ghozali, 2001 : 61
(50)
41
3.6.3 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan Program SPSS 17 dengan uji t yang memiliki prosedur sebagai berikut:
a. Ho : bi = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hi : bi 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Tingkat signifikan 5% = 0,05 c. Kriteria pengujian :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima 2. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak
(51)
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Perusahaan
4.1.1.
Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun
1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk
memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha
yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan
oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia
nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta/SRO
seperti dewasa ini.
Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun
untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil
mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan
masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa
diswastanisasikan (tahun 1992).
Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong
percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia
khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori
pendirian BES pada tahun 1989. BES merupakan Bursa swasta pertama kali
(52)
43
didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian dilanjutkan
dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah
seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992,
Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa
kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993
Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE)
mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi
di luar Bursa (over the counter). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995
BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu
mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan
menengah kecil serta obligasi/ surat utang.
Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI
digabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten
obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir (sejak 2002
hingga sekarang) emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di
bidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami
kemajuan berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian Pemerintah,
dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan
sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah
emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat
diperdagangakan di Bursa. Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh
Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal
2005-2009 yaitu penggabungan BES dan BEJ. Penggabungan kedua Bursa ini
(53)
44
diyakini dapat menghasilkan sinergi sehingga efisiensi pasar modal dapat
tercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Indonesia
pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
4.1.2.
Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia
a.
Visi
Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang
dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan
dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu
keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel,
kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan
tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:
“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive
Bourse”.
b.
Misi
Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu
menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1.
to produce variety of sellable high standard capital market
product.
2.
to provide high technology infrastructures.
3.
to meet customer satisfaction priority.
(54)
45
4.
to strengthen investor’s protection.
5.
to create market integrity and transparency.
6.
to create high competencies and favorable choice for human
resource.
4.2.
Deskripsi Variabel
Berikut ini adalah penjelasan variabel-variabel penelitian, yang
meliputi :
Tabel 4.1. Data Ukuran Perusahaan Perusahaan Transportasi
Tahun 2007-2010
2007
2008
2009 2010
Arpeni Pratama Oceanline
4,930,022
7,294,276
6,771,973
6,509,352
Rig Tenders TBK
950,401
1,155,046
963,082
954,805
Steady Safe TBK
209,422
131,344
116,213
107,282
Samudra Indonesia
3,971,871
5,928,069
5,778,199
5,636,550
Pelayaran Tempuran Emas
996,390
1,292,019
1,608,976
1,524,222
Zebra Nusantar TBK
93,251
76,729
70,587
64,417
Indonesia Air
544,446
603,909
562,170
680,349
Rukun Raharja
77,773
70,751
70,041
70,484
Berlian Laju
20,668,625
24,976,324
23,562,898 24,046,046
Centris Multi Persada
115,307
89,798
68,239
68,136
Humpuss 2,048,315
2,967,702
2,164,501
2,071,901
Panorama 403,298
532,141
485,914
570,893
Sumber : Bursa Efek Indonesia
(55)
46
Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa untuk ukuran
perusahaan pada tahun 2008 yang tertinggi diperoleh PT. Berlian Laju
sebesar 24,976,324, sedangkan yang terendah adalah PT. Zebra Nusantara
sebesar 64,417.
Tabel 4.2. Data Profitability Perusahaan Transportasi
Tahun 2007-2010
2007 2008 2009 2010
Arpeni Pratama 5,11 0,81 9,27 2,80
Rig Tenders 3,76 3,49 4,71 3,85
Steady safe 6,07 8,16 23,86 17,12
Samudera Indonesia 5,88 5,20 0,02 0,50
Pelayaran Tempuran 3,28 12,80 10,62 5,06
Zebra Nusantara 11,59 11,95 17,16 9,00
Indonesia Air 1,03 15,11 7,54 0,72
Rukun Raharjo 0,0002 0,25 0,43 0,41
Berlian Laju 3,72 6,28 11,41 0,95
Centris Multi 21,62 15,59 21,74 1,39
Humpuss 12,87 1,46 1,26 0,86
Panorama 4,34 2,41 2,87 0,86
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa untuk Profitabiltas
perusahaan jasa transportasi pada tahun 2009 yang tertinggi diperoleh PT.
Steady safe sebesar 23,86, sedangkan yang terendah adalah PT. Rukun
Raharjo sebesar 0,0002.
(56)
47
Tabel 4.3. Data Pertumbuhan Laba Perusahaan Transportasi
Tahun 2007-2010
2007 2008 2009 2010
Apeni Pratama 0.163 0.371 -0.496 -3.572
Rig Tenders 0.328 0.178 -0.196 -1.167
Steady Safe 0.487 0.389 0.054 -0.992
Samudera Indonesia -0.057 0.197 -0.198 -1.108
Pelayaran Tempuran 0.093 0.287 -0.185 -1.038
Zebra Nusantar -0.434 0.004 -0.155 -1.021
Indonesia Air 0.060 0.259 -0.224 -1.255
Rukun Raharja -0.216 -0.063 0.091 -1.232
Berlian Laju 0.156 0.480 -0.203 -0.945
Centris Multi -0.113 -0.683 -0.612 -0.821
Humpuss -0.086 0.162 0.056 -3.880
Panorama 0.253 0.277 -0.802 0.998
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat diketahui bahwa untuk
Pertumbuhan Laba pada tahun 2010 yang tertinggi diperoleh PT. Panorama
sebesar
0.480dan yang terendah adalahPT. Humpuss pada tahun 20110
sebesar -3.880.
4.4. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis
4.4.1.1. Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana
apabila nilai signifikansi (probabilitas) yang diproleh lebih besar dari nilai
signifikansi yang telah ditetapkan dalam penelitian (5%) maka data
tersebut telah terdistribusi normal. (Santoso, 2001 : 97)
(57)
48
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah :
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
Tabel 4.4. Normalitas Data Masing-masing Variabel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
UKU.PERUSH PROFIT
PERTUMB.LA BA
NILAI PERUSH
N 46 46 46 46
Normal Parametersa Mean 3.1286E6 6.8057 -.3334 .9352
Std. Deviation 6.00933E6 6.48558 .89514 .61043
Most Extreme Differences Absolute .305 .163 .223 .173
Positive .303 .163 .158 .173
Negative -.305 -.147 -.223 -.121
Kolm ogorov-Smirnov Z 2.069 1.105 1.509 1.177
Asym p. Sig. (2-tailed) .000 .174 .021 .125
Sumber : Lampiran
Dari tabel 4.4 diatas, terlihat bahwa nilai probabilitas setiap
variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi
dari data adalah mengikuti pola distribusi normal.
4.4.1.1. Uji Asumsi Klasik
4.4.1.1.1 Autokorelasi
Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya
autokorelasi adalah dengan metode Uji Durbin-Watson d. Adapun
pengujiannya adalah sebagai berikut :
(58)
49
Tabel 4.5. Data Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .389a .151 .090 .58221 2.117
a. Predictors: (Constant), PERTUMB.LABA, UKU.PERUSH, PROFIT b. Dependent Variable: NILAI PERUSH
Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat
dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson
sebesar 2,117, hal ini menunjukkan adanya gejala autokorelasi.(negative),
tetapi tidak menjadikan sesuatu masalah karena data penelitian ini
merupakan data Pooling (yaitu gabungan data Cross section dan time
series).
Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh
pada penelitian ini telah memenuhi asumsi klasiknya yaitu tidak memenuhi
autokorelasi dan normalitas datanya untuk sebagian variabel,
4.4.1.1.2 Multikolinearitas
Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinier pada
model regresi linier berganda yang dihasilkan dapat dilakukan dengan
menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing
variabel bebas dalam model regresi.
Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier
berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini menunjukkan
tidak adanya gejala multikolinieritas pada semua variabel bebas dimana
nilai VIF pada semua variabel (lebih kecil dari 10). Syarat terjadi
(59)
50
multikolinieritas jika nilai VIF (Variance Inflation Factor)
10
Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.231 .144 8.561 .000
UKU.PERUSH -3.024E-8 .000 -.298 -2.076 .044 .982 1.018
PROFIT -.027 .014 -.285 -1.975 .055 .972 1.028
PERTUMB.LABA .057 .098 .084 .587 .560 .988 1.012
a. Dependent Variable: NILAI PERUSH
Sumber : Lampiran
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada bagian colliniearity
statistics, nilai VIF pada seluruh variabel bebas lebih kecil dari 10, yang
artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala
multikolinier.
4.4.1.1.3 Heteroskedastisitas
Penyimpangan asumsi model klasik yang lain adalah adanya
heteroskedastisitas. Artinya, varians variabel dalam model tidak sama
(konstan). Hal ini bisa diindentifikasi dengan cara menghitung korelasi
Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.
(60)
51
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
UKU.PERU
SH PROFIT
PERTUMB. LABA
Unstandar dized Residual
Spearman's rho UKU.PERUSH Correlation
Coefficient 1.000 -.223 .064 -.077
Sig. (2-tailed) . .136 .672 .610
N 46 46 46 46
PROFIT Correlation
Coefficient -.223 1.000 .044 .055
Sig. (2-tailed) .136 . .773 .715
N 46 46 46 46
PERTUMB.LABA Correlation
Coefficient .064 .044 1.000 .087
Sig. (2-tailed) .672 .773 . .567
N 46 46 46 46
Unstandardized Residual
Correlation
Coefficient -.077 .055 .087 1.000
Sig. (2-tailed) .610 .715 .567 .
N 46 46 46 46
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X1, X2 dan X3,
tidak mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel
bebasnya,(nilai Sig lebih besar dari 0,10 maka hasil analisis ini dapat
disimpulkan seluruh variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas.
4.4.1.2. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda
Hasil analisis mengenai koefisien model regresi adalah seperti yang
tercantum dalam Tabel 4.9 berikut ini.
(61)
52
Tabel 4.8 Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.231 .144 8.561 .000
UKU.PERUSH -3.024E-8 .000 -.298 -2.076 .044 .982 1.018
PROFIT -.027 .014 -.285 -1.975 .055 .972 1.028
PERTUMB.LABA .057 .098 .084 .587 .560 .988 1.012
a. Dependent Variable: NILAI PERUSH
Sumber : Lampiran
Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut, maka model regresi yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
Y =
X
X
X
e
Y = 1.231 - 3.024E-8 X
1- 0.027 X
2+
0.057 X
e
Dengan asumsi bahwa variabel X
1, X
2,X
3adalah nol atau konstan
maka nilai Nilai Perusahaan (Y) adalah sebesar 1.231
Koefisien regresi untuk variabel Ukuran Perusahaan (X
1) diperoleh
nilai - 3.024E-8, hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang
berlawanan arah dengan variabel terikat. Jadi semakin besar nilai Ukuran
Perusahaan (X
1) akan menurunkan nilai Nilai Perusahaan (Y) dengan
asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah konstan.
Koefisien regresi untuk variabel Profitabiltas (X
2) diperoleh nilai
- 0.027 mempunyai koefisien regresi negatif, hal ini menunjukkan
terjadinya perubahan yang berlawanan arah dengan variabel terikat. Jadi
semakin besar nilai Profitabiltas (X
2) akan menurunkan nilai Nilai
(62)
53
Perusahaan (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah
konstan.
Koefisien regresi untuk variabel Pertumbuhan Laba (X
3) diperoleh
nilai 0.057 mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan
terjadinya perubahan yang searah dengan variabel terikat. Jadi semakin
besar nilai Pertumbuhan Laba (X
3) akan meningkatkan nilai Nilai
Perusahaan (Y) dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya adalah
konstan.
4.4.1.3. Hasil Pengujian Uji F dan uji t
Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi
yang dihasilkan dan uji t digunakan untuk menguji pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun hasil dari uji F
dan uji t adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9 : Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.531 3 .844 2.489 .073a
Residual 14.237 42 .339
Total 16.768 45
a. Predictors: (Constant), PERTUMB.LABA, UKU.PERUSH, PROFIT b. Dependent Variable: NILAI PERUSH
Sumber : Lampiran
Berdasarkan
hasil
pengujai
dengan F test, menunjukkan bahwa nilai
signifikansi (Sig) = 0,073 lebih kecil dari 0,10, hal ini dapat disimpulkan
jika penggunaan model regresi dalam penelitian ini adalah tepat.
(63)
54
Tabel 4.10 : Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1.231 .144 8.561 .000
UKU.PERUSH -3.024E-8 .000 -.298 -2.076 .044 .982 1.018
PROFIT -.027 .014 -.285 -1.975 .055 .972 1.028
PERTUMB.LABA .057 .098 .084 .587 .560 .988 1.012
a. Dependent Variable: NILAI PERUSH
Hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa :
1.
Ukuran Perusahaan (X1) berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (Y),
dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,0,044 < 0,10 : signifikan [negatif].
2.
Profitabilitas (X2) berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan (Y), dapat
diterima dengan tingkat [Sig. 0,055 < 0,10 : signifikan [negatif].
3.
Pertumbuhan Laba (X3) berpengaruh terhadap Nilai perusahaan (Y), tidak
dapat diterima dengan tingkat [Sig. 0,560 > 0,10 : Non signifikan
[positif].
4.5. Pembahasan
Berdasarkan uji secara simultan untuk variabel Ukuran Perusahaan
(X
1), Profitabiltas (X
2), Pertumbuhan Laba (X
3) berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan (Y). Sedangkan untuk variabel Ukuran Perusahaan (X
1) secara
parsial tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, variabel Profitabiltas
(X
2) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, variabel
(1)
4.5.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Profitabiltas secara parsial berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa Sejalan dengan peningkatan likuiditas, jika terjadi peningkatan laba sehingga ROE meningkat, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam mengelola modal untuk menghasilkan laba, sehingga nilai perusahaan yang tercermin dalam PBV akan meningkat Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas diproksi dengan Return On Equity / ROE (Kania dan Bacon, 2005:103). Kenaikan profitabilitas kadang‐kadang diikuti kenaikan pembayaran dividen karena kenaikan pembayaran dividen dianggap sebagai sinyal optimisme manajer atas kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan profitabilitas, apalagi jika disertai kenaikan pertumbuhan laba memungkinkan perusahaan memiliki dana cukup besar untuk membiayai operasinya (termasuk untuk membayar dividen pada pemegang saham), sehingga hal ini akan mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. Hal ini dapat tercermin dari harga saham. Selanjutnya, kenaikan harga saham akan menyebabkan kenaikan Nilai Perusahaan. Profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya dengan permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan akan meningkat. Profitabilitas menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin
(2)
57
besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan devidennya, sehingga dengan profitabilitas yang tinggi dapat memberikan nilai tambah kepada nilai perusahaanya.
4.5.3 Pengaruh Pertumbuhan laba terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Pertumbuhan Laba secara parsial tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa menurut Pecking Order Theory, bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.”. Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan unpredictable akan menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk.( Rakhmawati, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa selama ini tidak mencerminkan laba karena beban hutang yang tinggi sehingga meskipun perusahaan memiliki pertumbuhan laba yang tinggi tetapi sumber dana internal masih rendah.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian tentang pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabiltas, Pertumbuhan Laba berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Ukuran Perusahaan memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan hal ini menunjukkan bahwa perusahaan‐perusahaan besar memiliki kemampuan dan sumber dana lebih besar sehingga dapat memperoleh keuntungan lebih besar. 2. Variabel Profitabiltas memberikan kontribusi terhadap terhadap Nilai
Perusahaan, hal ini menunjukkan hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan profitabilitas, apalagi jika disertai kenaikan pertumbuhan laba memungkinkan perusahaan memiliki dana cukup besar untuk membiayai operasinya.
3. Variabel Pertumbuhan Laba tidak memberikan kontribusi terhadap terhadap Nilai Perusahaan, hal ini menunjukkan hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan laba sejalan dengan peningkatan likuiditas, jika terjadi peningkatan laba sehingga growth of earning after tax meningkat,
(4)
59
maka semakin baik kinerja perusahaan, sehingga nilai perusahaan yang tercermin dalam PBV akan meningkat.
5.2. Saran
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya dalam menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang. 1. Perusahaan diharapkan meningkatkan efisiensi dan nilai perusahaan
yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi .
2. Variabel profitabilitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga manajemen harus dapat meningkatkan profit agar nilai perusahaan meningkat.
3. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan faktor lain dalam menguji Nilai Perusahaan sehingga penelitian dapat digeneralisasikan.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robbert , 1997, Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia.
Angkoso, Nandi, 2006. Akuntansi Lanjutan. Penerbit. FE Yogyakarta.
Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Penerbit BPFE, Yogyakarta Belkaoui, Ahmed Riahi. 2001. Teori Akuntansi. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat Brigham, Eugene dan Houston, Joel F., 2001. Manajemen Keuangan. Alih
Bahasa: Ali Akbar Yulianto. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Dahlan, Siamat ; 1993, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia.
Ghozali,Imam. 2001. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro:Semarang
Harahap, Syafri Sofyan , 2002, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Penerbit PT. Raja Garindo Persada, Jakarta.
Haryanti, 2007. Akuntansi dan Perbankan. Penerbit PT. Raja GRafindo Kasmir, 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Martono, Harjito, Agus, 2005, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UI, Yogyakarta
Munawir S, 2000 , Analisis Laporan Keuangan, Liberty, Yogtakarta
Nasir. Mohammad, 2006, Metodologi Penelitian, Jakarta; Ghalia Indonesia. Rahmawati, 2007, Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Dan
Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan-Perusahaan Di Bej Periode 2000 – 2004, Jurnal Riset Akuntansi Volume 6 No. 1, Juni 2007
Riyanto, Bambang, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Riyanto, Bambang. 2000. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
(6)
43
Standar Akuntansi Keuangan, 2007. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan.Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Santoso Singgih, 2001, SPSS Statistik Parametik, Komputindo, Jakarta.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan ”Teori dan Aplikasi”. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Sudarsi, Sri 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal bisnis dan ekonomi.
Sudrajat, 2001, Modul Teori Akuntansi, Cetakan Ketiga, Bandung,Alfabeta. Sumarsono, 2002, Metodologi Penelitian, Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi, UPN
”Veteran” Jawa Timur.
Sumodiningrat, 2002, Metode Statistika, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Sumodiningrat, Gunawan. 2002. Ekonometrika Pengantar. Yogayakarta: BPFE Tandellin, Eduardus. 2001. Pengaruh Investasi dan Manajemen
Portofolio.Yogyakarta: BPFE UGM.
Taswan. 2003. Analisis Integrasi Strategis di LIK dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan serta FaktorFaktor yang Mempengaruhinya.” 2005.
Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE.
Weston, Jeston, Fred, 1990, Manajemen Keuangan, Jilid I Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta.