Pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah di Kabupaten Bengkayang.
xiv ABSTRAK
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP
BELANJA DAERAH DI KABUPATEN BENGKAYANG Gregorius Igna
112114132
Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah yang sah secara individu maupun secara bersama-sama terhadap belanja daerah di Kabupaten Bengkayang dan 2) untuk mengetahui variabel diantara pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang paling dominan berpengaruh terhadap belanja daerah di kabupaten bengkayang
Objek yang diteliti adalah hasil laporan realisasi APBD pemerintah Kabupaten Bengkayang selama enam tahun (2009-2014). Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dan pengolahan data menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah secara bersama-sama berpengaruhpositif dan signifikan terhadap belanja. Semakin tinggi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah maka semakin tinggi juga belanja daerah. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap belanja daerah adalah dana perimbangan.
(2)
xv ABSTRACT
THE EFFECTS OF LOCAL REVENUES, BALANCE FUNDS, AND OTHERS LEGITIMATE INCOME TOWARD REGIONAL
EXPENDITURE ON BENGKAYANG REGENCY Gregorius Igna
112114132
Sanata Dharma University Yogyakarta
The aims of this research are :1) to observe the influence of the local revenues, balance fund, other legitimate income to regional expense 2) to determine the most dominant variable influencing the regional expense between local revenues, balance fund, and other legitimate income.
The object of the study is the realization of regional government budget report for six years (2009-2014). The data used in this research are the secondary data and are analyzed using multiple linear regressions.
This research shows the balance fund and other legitimate income that have a positive significant influence on regional expenses. The higher the balance fund and other income, the higher regional expenses are. The most dominant influence on regional expense is the balance fund.
(3)
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA
PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH TERHADAP BELANJA DAERAH DI
KABUPATEN BENGKAYANG
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh : Gregorius Igna NIM : 112114132
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA
PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH TERHADAP BELANJA DAERAH DI
KABUPATEN BENGKAYANG
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh : Gregorius Igna NIM : 112114132
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
“We can only see a short distance ahead, but we can see plenty there then needs to be done”
(Alan Turing)
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus Keluarga Tercinta Sahabat-sahabat ku
(8)
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah Di Kabupaten Bengkayang dan diajukan untuk diuji pada tanggal 22 Juni 2015adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Juli 2015 Yang membuat pernyataan,
(9)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSUTUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Gregorius Igna
Nomor Induk Mahasiswa : 112114132
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP
BELANJA DAERAH DI KABUPATEN BENGKAYANG
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 31 Juli 2015
Yang menyatakan,
(10)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi dengan judul “ Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bengkayang” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan berbagai bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Herry Maridjo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, Akt., M.Si. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Dra. YFM Gien Agustinawansari Ak, M.M. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
(11)
viii
6. Seluruh bapak ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang sudah membimbing dan memberikan ilmu selama perkuliahan sampai selesai.
7. Kepada orang tuaku Bapak Tarigan dan Ibu Silfiana, kepada kakakku Fransiska Septia Ika, saudara kembarku Frederikus Arie, dan adiku Monica Oentari Sala. Terima kasih atas dukungan doa, semangat, cinta dan perhatiannya yang tidak ternilai.
8. Kepada Brigita Arum Kenyo Prasasti yang memberikan dukungan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabatku : josh, bagus, aan, nico, tora, pascalis, liber, kribo, jeff, koido, yoakim, ira, ayun, rina, angela, pascalis, berto, evan, vita, dani, maurist, muhti, bima, lolita, cecil, hana, tika dan semua yang telah membantu dalam bentuk apapun.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
Yogyakarta, 31 Juli2015
(12)
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Sistematikan Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 7
1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 7
(13)
x
3. Komponen APBD ... 11
4. Belanja Daerah ... 13
5. Pendapatan Asli Daerah ... 18
6. Dana Perimbangan ... 20
7. Pinjaman Daerah ... 23
8. Lain-lain Pendapatan Yang Sah ... 24
9. Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendatapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah ... 25
B. Penelitian Terdahulu ... 25
C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 26
1. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah . 27 2. Hubungan Dana Perimbangan dan Belanja Daerah ... 27
3. Hubungan Lain-lain Pendapatan Yang Sah dan Belanja Daerah ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 29
1. Subjek Penelitian ... 29
2. Objek Penelitian ... 29
C. Jenis dan Sumber Data ... 29
1. Jenis Data ... 29
2. Sumber Data ... 30
D. Variabel Penelitian ... 30
E. Teknik Analisis Data ... 32
1. Uji Asumsi Klasik ... 32
2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 34
(14)
xi
BAB IV GAMBARAN UMUM PEMERINTAH ... 38
A. Sejarah Kabupaten Bengkayang ... 38
B. Kondisi Geografis ... 40
C. Keadaan Penduduk ... 44
D. Perekonomian Daerah ... 46
E. Sumber Pendapatan Kabupaten Bengkayang ... 47
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Deskripsi Data ... 51
B. Analisis Data ... 53
C. Pembahasan ... 65
BAB VI PENUTUP ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Keterbatasan Penelitian ... 69
C. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
(15)
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD ... 8
Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk ... 41
Tabel 3. Jumlah Kelurahan, Desan dan Dusun Kab. Bengkayang... 43
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Bengkayang ... 45
Tabel 5. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009-2014 ... 51
Tabel 6. Realisasi Dana Perimbangan Tahun 2009-2014 ... 52
Tabel 7. Realisasi Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Tahun 2009-2014 ... 52
Tabel 8. Realisasi Belanja Daerah Tahun 2009-2014 ... 53
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas ... 54
Tabel 10. Hasil Uji Multikolinearitas... 55
Tabel 11. Hasil Uji dengan Metode Stepwise ... 56
Tabel 12. Hasil Uji Multikolinearitas dengan Metode Stepwise ... 56
Tabel 13. Hasil Uji Autokorelasi ... 57
Tabel 14. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 59
Tabel 15. Hasil Uji Koefesien Determinasi ... 61
Tabel 16. Hasil Uji F ... 62
Tabel 17. Hasil Uji t ... 63
(16)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 11 Gambar 2. Kerangka Konseptual ... 22 Gambar 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas. ... 58
(17)
xiv ABSTRAK
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP
BELANJA DAERAH DI KABUPATEN BENGKAYANG Gregorius Igna
112114132
Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah yang sah secara individu maupun secara bersama-sama terhadap belanja daerah di Kabupaten Bengkayang dan 2) untuk mengetahui variabel diantara pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang paling dominan berpengaruh terhadap belanja daerah di kabupaten bengkayang
Objek yang diteliti adalah hasil laporan realisasi APBD pemerintah Kabupaten Bengkayang selama enam tahun (2009-2014). Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dan pengolahan data menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah secara bersama-sama berpengaruhpositif dan signifikan terhadap belanja. Semakin tinggi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah maka semakin tinggi juga belanja daerah. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap belanja daerah adalah dana perimbangan.
(18)
xv ABSTRACT
THE EFFECTS OF LOCAL REVENUES, BALANCE FUNDS, AND OTHERS LEGITIMATE INCOME TOWARD REGIONAL
EXPENDITURE ON BENGKAYANG REGENCY Gregorius Igna
112114132
Sanata Dharma University Yogyakarta
The aims of this research are :1) to observe the influence of the local revenues, balance fund, other legitimate income to regional expense 2) to determine the most dominant variable influencing the regional expense between local revenues, balance fund, and other legitimate income.
The object of the study is the realization of regional government budget report for six years (2009-2014). The data used in this research are the secondary data and are analyzed using multiple linear regressions.
This research shows the balance fund and other legitimate income that have a positive significant influence on regional expenses. The higher the balance fund and other income, the higher regional expenses are. The most dominant influence on regional expense is the balance fund.
(19)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahnya untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat yang disebut otonomi daerah. Setelah diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah menjadi berwenang dalam mengatur, menjalankan, dan mengurus rumah tangganya sendiri. Pemerintah daerah mendapatkan bantuan pendanaan atau biaya dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga mendapatkan sumber pendanaan dari pendapatan daerah.
Sebagai konsekuensi di dalam melaksanakan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu membiayai penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan yang menjadi kewenangannya. Pemerintah daerah dapat berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah didukung dengan perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah daerah tidak hanya berfokus kepada dana bantuan dari pusat dalam bentuk dana perimbangan saja tetapi juga
(20)
bagaimana mengembangkan, mengoptimalkan, dan mendayagunakan semua potensi daerah yang digali dari dalam wilayah daerah.
Belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai belanja daerah adalah pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan peneriman lain-lain pendapatan daerah yang sah. Tiga komponen sumber pendapatan daerah merupakan potensi daerah yang dapat dikembangkan dan dioptimalkan. Pendapatan asli daerah (PAD) memiliki beberapa komponen yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Komponen dana perimbangan adalah dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus, kemudian penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap belanja daerah yang akan dikeluarkan oleh pemerintah daerah terlebih dahulu dianggarkan dalam APBD. Dalam UU No 32 Tahun 2004 pasal 192 ayat (3) dinyatakan bahwa pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. Pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain
(21)
pendapatan daerah yang sah merupakan sumber pendapatan daerah, maka pemerintah daerah akan menyesuaikan belanja daerah yang akan dikeluarkan dengan pendapatan asli daerah yang diterima, dana perimbangan yang ditransfer dari pusat dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Tiga Komponen sumber pendapatan daerah tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan tepat sasaran dalam pelaksanaan segala aktivitas atau kegiatan yang dibuat pemerintah daerah. Kurangnya perhatian pemerintah terdapat komponen-komponen ini dapat mempengaruhi perkembangan keuangan pemerintah daerah, serta segala rencana kegiatan atau aktivitas-aktivitas pemerintah daerah tidak seperti yang diharapkan. Pemerintah daerah diharapkan dan dituntut bijaksana dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dengan hal pendapatan daerah dan belanja daerah.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap
(22)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh antara pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah secara individu maupun secara bersama-sama terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bengkayang.
2. Variabel manakah diantara pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang paling dominan berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang.
C. Batasan Masalah
Penelitian difokuskan pada data realisasi APBD Kabupaten Bengkayang periode 2009 – 2014.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah secara individu maupun secara bersama-sama terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Bengkayang.
2. Untuk mengetahui variabel diantara pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah yang paling dominan berpengaruh terhadap Belanja Daerah Kabupaten Bengkayang.
(23)
E. Manfaat Penelitian
1. Pemerintah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam upaya-upaya dan kebijakan yang seharusnya dilakukan dalam penggunaan dan pemanfaatan sumber daya keuangan secara proporsional.
2. Peneliti lain dan pembaca
Menambah pengetahuan dan wawasan yang membaca penelitian ini mengenai pengaruh penerimaan daerah terhadap pengeluaran daerah. Peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi ataupun menambah kepustakaan tentang pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah.
(24)
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Dalam bab ini berisi teori – teori yang digunakan penulis sebagai dasar penelitian, hasil peneliti terhadulu, dan perumusan hipotesis penelitian. Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini membahas jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, jenis dan sumber data, variabel penelitian, dan teknik analisis data Bab VI : Gambaran Umum Pemerintah
Dalam bab ini berisi tentang keadaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang berdasarkan data-data yang diperoleh.
Bab V : Analisis dan Pembahasan
Dalam bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian, analisis data, dan pembahasannya.
Bab VI : Penutup
Dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran yang diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan penelitian berikutnya.
(25)
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBD disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah dan kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (UU 33 Tahun 2004).
Penyusunan APBD
Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015 didasarkan prinsip sebagai berikut (Permendagri No 37 Tahun 2014) :
a. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan urusan dan kewenangannya;
b. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
c. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD; d. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat;
e. Memperhatikan asas keadilan dan kepatutan; dan
f. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
(26)
Tabel 1. Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD
No URAIAN WAKTU LAMA
1 Penyusunan RKPD Akhir bulan Mei 2 Penyampaian Rancangan
KUA dan Rancangan PPAS oleh Ketua TAPD kepada kepala daerah
Minggu I bulan Juni
1 minggu
3 Penyampaian Rancangan KUA dan Rancangan PPAS oleh kepala daerah kepada DPRD
Pertengahan bulan Juni
6 minggu
4 Kesepakatan antara kepala daerah dan DPRD atas Rancangan KUA dan Rancangan PPAS
Akhir bulan Juli
5 Penerbitan Surat Edaran kepala daerah perihal Pedoman penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD
Awal bulan Agustus
8 minggu
6 Penyusunan dan
pembahasan RKA-SKPD dan RKA-PPKD serta penyusunan Rancangan Perda tentang APBD
Awal bulan Agustus sampai dengan akhir bulan September 7 Penyampaian Rancangan
Perda tentang APBD kepada DPRD
Minggu I bulan Oktober
2 bulan
8 Pengambilan persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah
Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan 9 Menyampaikan Rancangan
Perda tentang APBD dan Rancangan Perkada tentang Penjabaran APBD kepada MDN/Gub untuk dievaluasi
3 hari kerja setelah persetujuan bersama
(27)
10 Hasil evaluasi Rancangan Perda tentang APBD dan Rancangan Perkada tentang Penjabaran APBD
Paling lama 15 hari kerja setelah Rancangan Perda tentang APBD dan Rancangan Perkada tentang Penjabaran APBD diterima oleh MDN/Gub 11 Penyempurnaan Rancangan
Perda tentang APBD sesuai hasil evaluasi yang ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPRD tentang penyempurnaan Rancangan Perda tentang APBD
Paling lambat 7 hari kerja (sejak diterima
keputusan hasil evaluasi)
12 Penyampaian keputusan
DPRD tentang
penyempurnaan Rancangan Perda tentang APBD kepada MDN/Gub
3 hari kerja setelah keputusan pimpinan DPRD ditetapkan 13 Penetapan Perda tentang
APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD sesuai dengan hasil evaluasi
Paling lambat akhir Desember (31 Desember) 14 Penyampaian Perda tentang
APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD kepada MDN/Gub
Paling lambat 7 hari kerja setelah Perda dan
Perkada ditetapkan
(28)
2. Fungsi APBD
a. Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. c. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai (mengawasi) apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. e. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilitas memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
(29)
3. Komponen APBD
Menurut Permendagri No 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, komponen APBD adalah sebagai berikut :
1) Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaanya. Komponen Pendapatan Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
2) Belanja Daerah
Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Komponen Belanja Daerah adalah Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.
3) Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Komponen Pembiayaan Daerah adalah Penerimaan
(30)
Pembiayaan, Pengeluaran Pembiayaan, dan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan.
4. Belanja Daerah
a. Pengertian Belanja Daerah
Belanja Daerah menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah dipriorotaskan untuk mendanai urusan pemerintah wajib yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar
Sumber : Permendagri No 13 Tahun 2006
(31)
pelayanan minimal dengan berpedoman pada standar teknis dan standar harga satuan regional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Klasifikasi Belanja Daerah
Klasifikasi belanja daerah berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah :
1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintah terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Belanja menurut urusan pilihan mencakup pertanian, kehutanan, energy dan sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, perindustrian dan transmigrasi.
2) Klasifikasi belanja menurut fungsi
Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari pelayanan umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum,
(32)
kesehatan, pariwisata dan budaya, pendidikan, dan perlindungan sosial.
3) Klasifikasi belanja menurut organisasi
Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing pemerintah daerah. 4) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah. c. Kelompok Belanja Daerah
Klasifikasi belanja menurut kelompok terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
Belanja pegawai adalah belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
2) Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran Bungan uang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
(33)
3) Subsidi
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
4) Belanja Hibah
Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat atau perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. 5) Bantuan Sosial
Bantuan social digunakan untuk menganggarkan permberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. 6) Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(34)
7) Bantuan Keuangan
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.
8) Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
Belanja pegawai dalam hal ini untuk pengeluaran honorarium atau upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.
2) Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari
(35)
12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. 3) Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
Sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai belanja daerah adalah :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) b. Dana Perimbangan
c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 5. Pendapatan Asli Daerah
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pengertian Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipunggut berdasarkan peraturan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No 33 Tahun 2004). Pendapatan Asli Daerah bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah bertujuan
(36)
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
b. Sumber Pendapatan Asli Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari :
1) Pajak Daerah
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2) Retribusi Daerah
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Kekayaan negara yang dipisahkan adalah komponen kekayaan negara yang pengelolaannya diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah. Pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan ini merupakan subbidang keuangan negara yang khusus ada pada negara-negara nonpublik.
(37)
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan bagian dari PAD daerah tersebut, yang antara lain bersumber dari bagian laba dari perusahaan daerah, bagian laba dari lembaga keuangan bank, bagian laba atas penyertaan modal kepada badan usaha lainnya.
4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meliputi :
a) Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan; b) Jasa giro;
c) Pendapatan bunga;
d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
e) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
6. Dana Perimbangan
a. Pengertian Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No 33 Tahun 2004). Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan pemerintah daerah dan antar-pemerintah daerah. Dana Perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.
(38)
b. Komponen Dana Perimbangan a) Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak terdiri atas :
(1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
(2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); (3) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari :
(1) Kehutanan;
(2) Pertambangan umum; (3) Perikanan;
(4) Pertambangan minyak bumi; (5) Pertambangan gas bumi; dan (6) Pertambangan panas bumi.
Pemerintah menetapkan alokasi Dana Bagi Hasil yang berasal dari sumber daya alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan
(39)
daerah penghasil. Penyaluran Dana Bagi Hasil berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan.
b) Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal yang dimaksud adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.
c) Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Besarnya DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN dan dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah. Kegiatan yang dimaksud
(40)
sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Kriteria DAK meliputi :
a) Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD.
b) Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah.
c) Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian negara atau departemen teknis.
Dana Perimbangan yang terdiri atas 3 (tiga) jenis sumber dana, merupakan pendanaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena masing-masing jenis dana perimbangan tersebut saling mengisi dan melengkapi.
7. Pinjaman Daerah
a. Pengertian Pinjaman Daerah
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
(41)
b. Sumber Pinjaman Daerah
1) Pinjaman Daerah bersumber dari: a) Pemerintah;
b) Pemerintah Daerah lain; c) Lembaga keuangan bank;
d) Lembaga keuangan bukan bank; dan e) Masyarakat.
2) Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf a diberikan melalui Menteri Keuangan. 3) Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat sebagaimana
dimaksud pada huruf e berupa Obligasi Daerah diterbitkan melalui pasar modal.
8. Lain-lain pendapatan yang sah
Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat yang bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan daerah selain pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan pinjaman daerah. Pendapatan Hibah yang dimaksud merupakan bantuan yang tidak mengikat dimana hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dan pemberi hibah. Hibah kepada Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah (UU No. 33 Tahun 2004).
(42)
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:
a. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.
b. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam.
c. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota.
d. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.
e. bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
9. Hubungan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah yang terus-menerus meningkat akan mendorong peningkatan pendapatan yang diterima suatu daerah. Semakin besar pendapatan asli daerah yang tinggi maka semakin besar pula belanja daerah yang bisa dilakukan pemerintah daerah. Dana perimbangan yang meningkat ke daerah akan meningkatkan pengeluaran pemerintah daerah melalui APBD. Dana
(43)
transfer yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah berarti memberikan kewenangan sepenuhnya kepada pemerintah daerah untuk menggunakan dana tersebut.
B. Penelitian Terdahulu
Setiawan (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah pada provinsi jawa tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah.
Sasana (2010) meneliti tentang flypaper effect pada dana alokasi umum, dana bagi hasil, dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah pada provinsi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana alokasi umum, dana bagi hasil dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah.
Yansen (2013) melakukan analisis pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap belanja daerah pada pemerintahan kabupaten/kota di wilayah sumatra selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah.
Ferdian (2013) meneliti tentang pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, dana
(44)
perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah.
C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Dari gambar di atas, penulis ingin menguji apakah penerimaan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah berpengaruh terhadap peningkatan Belanja Daerah. Berdasarkan kerangka di atas, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah pengaruh dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah baik secara parsial dan simultan terhadap belanja daerah di kabupaten bengkayang sebagai berikut :
a. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Menurut Mardiasmo (2004), dengan pendapatan asli daerah yang tinggi maka belanja daerah akan semakin besar.
PAD (X1)
Belanja Daerah (Y) Dana Perimbangan
(X2)
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah (X3)
(45)
Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis penelitian :
H1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah
b. Pengaruh Dana Perimbangan dan Belanja Daerah
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah. Riyanto (2005) mengatakan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah daerah era desentralisasi ini lebih disebabkan oleh aliran dana perimbangan yang juga meningkat dari pemerintah pusat ke daerah.
Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis penelitian :
H2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah c. Pengaruh Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dan Belanja Daerah
Lain-lain pendapatan yang sah adalah pendapatan hibah dan dana darurat. Lain-lain pendapatan yang sah diberikan kepada daerah oleh pemerintah pusat dimaksudkan untuk memberi peluang kepada daerah memperoleh pendapatan selain pendapatan asli daerah dan dana perimbangan. Peningkatan lain-lain pendapatan yang sah akan meningkatkan belanja daerah.
(46)
Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis penelitian :
H3 : Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah
(47)
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitan
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas. Penelitian kausalitas adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah orang atau badan yang berhubungan dengan objek penelitian, dan dapat memberikan informasi tentang objek penelitian tersebut. Subjek penelitian ini adalah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bengkayang.
2. Objek Penelitian
Objek Penelitian adalah suatu hal yang menjadi pokok penelitian. Objek Penelitian ini adalah laporan realisasi APBD Kabupaten Bengkayang periode 2009 sampai dengan 2014.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
a. Dilihat dari cara memperoleh, data pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diambil secara tidak
(48)
langsung dari sumbernya, atau data yang diperoleh dari pihak lain. Data ini yaitu laporan realiasi APBD Kabupaten Bengkayang dari tahun 2009 - 2014.
b. Dilihat dari waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series.
c. Dilihat dari sifatnya, data yang digunakan merupakan data kuantitatif yaitu data berupa angka-angka.
2. Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah Laporan Realisasi APBD Kabupaten Bengkayang dari tahun 2009 sampai dengan 2014, yang bersumber dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) D. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah. Belanja daerah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah.
2. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel terikat dan mempunyai pengaruh positif atau
(49)
negatif bagi variabel terikat nantinya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Perimbangan (X2), dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah (X3).
a. Pendapatan Asli Daerah (X1)
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dimana daerah diberikan kewenangan dalam menggali pendanaan.
b. Dana Perimbangan (X2)
Dana perimbangan bersumber dari APBN digunakan daerah dalam mendanai kewenangannya serta untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintah anatara pusat dan daerah.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah (X3)
Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan pendapatan daerah selain dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan pinjaman daerah.
(50)
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak . Uji normalitas dilakukan dengan metode kolmogorov smirnov, dengan tingkat nilai signifikan pada 0,05. Jika nilai signifikan yang dihasilkan > 0,05 maka terdistribusi normal. b. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas berguna untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Menurut Ghozali (2006), variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antara sesame variabel independen sama dengan nol.
Pengambilan Keputusan : a) Melihat nilai Tolerance
(1) Tidak terjadi Multikolinearitas , jika nilai Tolerance lebih besar 0,10.
(51)
(2) Terjadi Multikolinearitas, jika nilai Tolerance lebih kecil atau sama dengan 0,10.
b) Melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)
(1) Tidak terjadi Multikonieritas, jika nilai VIF lebih kecil 10,00. (2) Terjadi Multikonieritas, jika nilai VIF lebih besar atau sama
dengan 10,00. c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2006), Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganguan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi hal tersebut maka digunakan uji statistik Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut:
H0 : Tidak Ada Autokorelasi HA : Ada Autokorelasi
1) Deteksi Autokorelasi Positif :
Jika d < dL maka terdapat autokorelasi positif, Jika d > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif,
Jika dL < d < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak ada kesimpulan yang pasti.
2) Deteksi Autokorelasi Negatif :
(52)
Jika (4 - d) > dU maka tidak terdapat autokorelasi negatif, Jika dL < (4 - d) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak ada kesimpulan yang pasti.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot. Apabila data menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Apabila dalam grafik tersebut terdapat pola tertentu yang teratur dan data tersebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka di identifikasikan tidak terdapat heteroskedastisitas.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan tingkat signifikan 0,05 dengan penerimaan pendapatan asli daerah (X1), dana alokasi umum (X2), dan penerimaan lain-lain
pendapatan daerah yang sah (X3) pada Belanja Daerah (Y) Kabupaten Bengkayang. Persamaan regresi yang digunakan adalah :
Y= α +β1 X1 +β2 X2+β3 X3+βn Xn
Dimana :
Y = Belanja Daerah
X1 = Pendapatan Asli Daerah X2 = Dana Perimbangan
(53)
α = Konstanta
β = Koefesien Regresi 3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefesien Determinasi untuk mengetahui seberapa besar presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Cara yang dilakukan dengan melihat nilai R2 pada output tabel Model Summary.
b. Uji F
Uji F untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara yang dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F table dengan ketentuan sebagai berikut :
Ho = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara simultan (bersama-sama);
Ho > 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara simultan (bersama-sama).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut: 1) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
(54)
lain-lain pendapatan yang sah secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah.
2) Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah.
c. Uji t
Uji t untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial (individu) tehadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho = 0, berarti bahwa tidak ada pengaruh dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara parsial;
Ho > 0 berarti bahwa ada pengaruh dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara parsial.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut: 1) t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara parsial.
(55)
2) t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah secara parsial.
(56)
38 BAB IV
GAMBARAN UMUM PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN BENGKAYANG
A. Sejarah Kabupaten Bengkayang
Kabupaten Bengkayang pada masa penjajahan Belanda merupakan bagian dari wilayah Afdeling Van Singkawang. Pada saat itu, pembagian wilayah administrasi Afdeling yang daerah hukumnya meliputi : Onder Afdeling Singkawang, Bengkayang, Pemangkat dan Sambas (Daerah Kesultanan Sambas), kemudian daerah Kerajaan/Panembahan Mempawah, serta daerah Kerajaan Pontianak yang sebagian daerahnya adalah Mandor. Setelah Perang Dunia ke-II berakhir, daerah tersebut dibagi menjadi daerah otonom Kabupaten Sambas yang ibu kotanya berada di Singkawang, Kabupaten Sambas dan membawahi 4 (empat) kawedanan, yaitu: Kawedanan Singkawang, Kawedanan Pemangkat, Kawedanan Sambas dan Kawedanan Bengkayang.
Pada masa pemerintahan RI, menurut Undang-Undang Nomor 27 tahun 1959 tentang penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 tahun 1953 mengenai pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan Barat, terbentuklah Kabupaten Sambas. Wilayah Kabupaten Sambas ini mencakup seluruh wilayah Kabupaten Bengkayang sekarang. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1999 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Bengkayang, secara resmi mulai tanggal 20 April 1999,
(57)
Kabupaten Bengkayang terpisah dari Kabupaten Sambas. Selanjutnya, pada tanggal 27 April 1999, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah mengangkat Bupati Bengkayang yang pertama kali dijabat oleh Drs. Jacobus Luna. Pada waktu itu, wilayah Kabupaten Bengkayang meliputi 10 Kecamatan.
Keberadaan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Singkawang mengakibatkan Kabupaten Bengkayang dimekarkan kembali dengan melepas 3 kecamatan yang masuk kedalam wilayah pemerintahan Kota Singkawang sehingga tinggal menjadi 7 kecamatan. Kemudian pada tahun 2002, Kabupaten Bengkayang dari 10 kecamatan kembali bertambah dengan 3 kecamatan, yaitu: Kecamatan Monterado, Kecamatan Teriak dan Kecamatan Suti Semarang. Pada awal tahun 2004 dari 10 kecamatan, kembali dimekarkan menjadi 14 kecamatan barunya, yaitu: Kecamatan Capkala, Kecamatan Sungai Betung, Kecamatan Lumar dan Kecamatan Siding. Pada tahun 2006 dari 14 kecamtan tersebut dimekarkan kembali menjadi 17 kecamatan. Adapun 3 kecamatan yang baru terbentuk adalah Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kecamatan Lembah Bawang dan Kecamatan Tujuh Belas.
(58)
B. Kondisi Geografis
Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di sebelah utara Propinsi Kalimantan Barat. Secara geografis, Kabupaten Bengkayang terletak di 0033’00” Lintang Utara sampai 1030’00” Lintang Utara dan 108018’14” Bujur Timur sampai 110010’00” Bujur Timur. Secara administratif, batas-batas wilayah Kabupaten Bengkayang adalah sebagai berikut:
1. Utara : Kabupaten Sambas Serawak (Malaysia Timur) 2. Selatan : Kabupaten Pontianak
3. Timur : Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau 4. Barat : Kota Singkawang dan Laut Natuna
Ada dua kondisi alam yang membedakan wilayah Kabupaten Bengkayang. Kondisi alam yang pertama adalah pesisir pantai. Keseluruhan wilayah pesisir ini termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan Sungai Raya Kepulauan. Kondisi alam yang kedua adalah daratan dan perbukitan yang terdiri dari Kecamatan Capkala, Samalantan, Monterado, Lembah Bawang, Bengkayang, Teriak, Sungai Betung, Ledo, Suti Semarang, Lumar, Sanggau Ledo, Seluas, Jagoi Babang, dan Siding. Ada tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama yang melintasi wilayah Kabupaten Bengkayang, yaitu: DAS Sambas, DAS Sungai Raya, dan DAS Sungai Duri. Dari ketiga DAS tersebut, yang paling besar adalah DAS Sambas yang luasnya meliputi 722.500 hektar sedangkan DAS Sungai Raya sebesar 50.000 hektar dan DAS Sungai Duri hanya sebesar 24.375
(59)
hektar. Secara keseluruhan, luas wilayah Kabupaten Bengkayang adalah sebesar 5.396,30 km2 atau sekitar 3,68 persen dari total luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat. Pada tahun 2009, daerah pemerintahan Kabupaten Bengkayang dibagi menjadi 17 kecamatan. Dari sejumlah kecamatan yang ada, Kabupaten Bengkayang dibagi lagi menjadi 2 kelurahan dan 122 desa definitif. Adapun luas wilayah, jumlah penduduk dan tingkat kepadatan masing-masing kecamatan di Kabupaten Bengkayang adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bengkayang
(60)
Dilihat dari luas masing-masing kecamatan, Jagoi Babang merupakan kecamatan yang paling luas di Kabupaten Bengkayang dengan cakupan wilayah sebesar 655 km2 atau sekitar 12,14 persen dari luas Kabupaten Bengkayang keseluruhan dan kecamatan dengan wilayah terkecil adalah Kecamatan Capkala dengan luas wilayah sebesar 46,35 km2 atau hanya sekitar 0,86 persen dari total luas Kabupaten Bengkayang.
Dilihat dari jarak tempuh terjauh dari ibukota Kecamatan ke ibukota Kabupaten di Kabupaten Bengkayang, Kecamatan Siding adalah Kecamatan dengan jarak tempuh terjauh, yaitu sekitar 103,68 km disusul Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Sungai Raya. Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Bengkayang adalah jenis tanah poldosit merah kuning, yaitu sebesar 322.347 hektar dan yang paling sedikit adalah jenis OGH, yaitu sebesar 6.700 hektar. Walaupun hanya sebagian kecil wilayah Kabupaten Bengkayang yang merupakan wilayah perairan laut, Kabupaten Bengkayang juga memiliki sejumlah pulau, yaitu sebanyak 12 pulau. Dari sejumlah pulau tersebut, ada sebanyak 5 pulau masih belum berpenghuni dan 7 pulau sudah berpenghuni. Semua pulau yang ada terletak di wilayah perairan Laut Natuna. Pulau terbesar yang berpenghuni adalah Pulau Lemukutan dan Pulau Penatah Besar.
(61)
Tabel 3. Jumlah Kelurahan, Desan dan Dusun Di Kabupaten Bengkayang Menurut Kecamatan
Visi dan Misi Kabupaten Bengkayang
1. Visi
Visi adalah merupakan cara pandang jauh ke depan tentang kemana dan bagaimana organisasi akan diarahkan. Berdasarkan kedudukan, tugas pokok dan fungsinya dan kriteria tersebut diatas, maka visi yang ditetapkan Kabupaten Bengkayang adalah ” Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bengkayang Yang Sejahtera, Cerdas, Sehat, Beriman, Demokratis Dan Mandiri Dalam Keberagaman”.
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Desa, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bengkayang
(62)
2. Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Misi Kabupaten Bengkayang adalah :
a. Membangun dan meningkatkan infrastruktur dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup dan mitigasi bencana.
b. Mempercepat pembangunan ekonomi yang berkeadilan melalui pengembangan sektor unggulan.
c. Meningkatkan kualitas SDM, melalui peningkatan iman dan takwa serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Meningkatkan keamanan dan keharmonisan kehidupan masyarakat.
e. Meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan yang prima untuk mewujudkan pemerintahan yang baik.
f. Meningkatkan partisipatif aktif masyarakat. C. Keadaan Penduduk
Jumlah Penduduk Kabupaten Bengkayang mencapai 228.771 orang yang terdiri dari 110.270 wanita dan 118.501 Pria. Perbandingan penduduk pria dan wanita mencapai 1,07:1 yang berarti setiap 1,07 penduduk pria terdapat 1 penduduk wanita. Jika jumlah penduduk dirinci menurut kecamatan maka jumlah penduduk yang paling besar berada di Kecamatan Bengkayang sebanyak 27.155 orang sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit
(63)
berada di Kecamatan Suti Semarang sebanyak 4.778 orang. Namun demikian, dilihat dari kepadatan penduduknya dari rasio penduduk, Kecamatan Sungai Raya memiliki tingkat kepadatan paling tinggi, yaitu sebesar 246 jiwa sedangkan Kecamatan Siding memiliki tingkat rasio paling rendah, yaitu sebesar 11 jiwa.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Bengkayang
(64)
Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013
Pertanian 47,27 47,24 47.58 47,02 46,59
Pertambangan 1,73 1,71 1,66 1,67 1,67
Industri Pengolahan 4,32 4,14 3,94 3,78 3,66
Listrik, Gas, & Air Bersih 0,12 0,12 0,13 0,12 0,12
Bangunan 7,16 7,39 7,66 8,17 8,56
Perdagangan, Hotel, & Restoran 25,57 25,14 24,74 24,55 24,59
Pengangkutan & Komunikasi 2,65 2,71 2,80 2,80 2,80
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,11 4,12 4,10 4,16 4,24
Jasa-Jasa 7,06 7,32 7,39 7,74 7,77
Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang
D. Perekonomian Daerah
Perekonomian Kabupaten Bengkayang pada tahun 2009-2013 didominasi oleh dua sektor. Sektor tersebut adalah pertanian, perdagangan, hotel, dan restoran. Kontribusi sektor pertanian pada PDRB Kabupaten Bengkayang tahun 2013 adalah sebesar 46,59 persen sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sebesar 24,59 persen pada tahun 2013. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Bengkayang masih bersifat agraris karena kontribusi sektor tersebut paling besar dibanding dengan sektor yang lain. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sektor perekonomian yang mempunyai kontribusi pada PDRB Kabupaten Bengkayang masih relatif sama. Sektor lainnya hanya menyumbangkan sedikit seperti pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa.
Sumber perekonomian Kabupaten Bengkayang dilihat dari Produk Domestik Regional tahun 2009-2013 sebagai berikut:
(65)
E. Sumber Pendapatan Kabupaten Bengkayang dari Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
1. Pendapatan Asli Daerah a. Pendapatan Pajak Daerah
1) Hotel / Pengiapan
2) Restoran / Warung Makan 3) Hiburan
4) Reklame
5) Penerangan Jalan
6) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 7) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 8) Pajak Air Bawah Tanah
b. Hasil Retribusi Daerah
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Penggantian Biaya KTP dan Akte Catatan Sipil 3) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
4) Retribusi Pelayanan Pasar
5) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 6) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 7) Retribusi Terminal
8) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga 9) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 10) Retribusi Izin Gangguan/Keramaian
(66)
11) Retribusi Izin Usaha Perikanan
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1) Laba Penyertaan Modal ke Bank Kalbar
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
1) Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan 2) Penerimaan Jasa Giro
3) Penerimaan Bunga Deposito
4) Tuntutan Ganti Kerugian Daerah (TGR) 5) Pendapatan Denda Keterlambatan 6) Pendapatan dari Pengembalian 2. Dana Perimbangan
a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 1) Bagi Hasil Pajak
a) Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan b) Dana Bagi Hasil Pajak PPh
2) Bagi Hasil Bukan Pajak
a) Bagi Hasil dari Iuran Tetap (Land-Rent) b) Bagi Hasil dari Provinsi Sumber Daya Hutan c) Bagi Hasil dari Pungutan Pengusahaan Perikanan d) Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
(67)
2) Bidang Kesehatan 3) Bidang Pendidikan 4) Bidang Pertanian
5) Bidang Infrastruktur Jalan 6) Irigasi
7) Bidang Lingkungan Hidup
8) Bidang Air Minum dan Penyehatan 9) Bidang Kehutanan
10) Bidang Keluarga Berencana
11) Sarana Prasarana Daerah Tertinggal 12) Sanitasi
13) Perdagangan
14) Bidang Keselamatan Transportasi Darat 15) Bidang Sarana dan Prasarana Perbatasan 16) Bidang Prasarana
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
a. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 1) Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor
2) Bagi Hasil Pajak Kendaraan Diatas Air
3) Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 4) Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan Diatas Air 5) Bagi Hasil Penerimaan Partisipasi Pihak Ketiga 6) Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
(68)
7) Bagi Hasil dari Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan
b. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 1) Dana Penyesuaian
a) Dana Tunjangan Profesi Guru PNS SD b) Dana Tunjangan Penghasilan Guru PNS SD
(69)
51 BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bengkayang adalah untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah pada tahun 2009 sampai 2014. Data yang diperlukan adalah data realisasi pendapatan asli daerah, dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah yang sah serta data realisasi belanja daerah dari tahun 2009 sampai 2014. Data diperoleh dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bengkayang. Data yang sudah diperoleh kemudian diolah menggunakan uji asumsi klasik, linier berganda dan uji hipotesis dengan aplikasi SPSS 16.0.
1. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Data realisasi penerimaan pendapatan asli daerah dalam jangka waktu 6 (enam) tahun, yaitu tahun 2009 sampai 2014.
Tabel 5. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009 – 2014
Tahun Realisasi
2009 15,297,587,812.57 2010 11,725,450,409.05 2011 15,459,810,618.11 2012 17,887,747,406.06 2013 22,820,349,134.70 2014 36,644,908,163.35 Sumber: BPKAD Kabupaten Bengkayang
(70)
2. Realisasi Penerimaan Dana Perimbangan
Data realisasi penerimaan dana perimbangan dalam jangka waktu 6 (enam) tahun, yaitu tahun 2009 sampai 2014.
Tabel 6. Realisasi Penerimaan Dana Perimbangan Tahun 2009 – 2014
Tahun Realisasi
2009 366,584,135,604.00 2010 366,621,231,431.00 2011 429,273,733,397.90 2012 494,183,965,599.00 2013 573,787,506,295.00 2014 617,478,031,084.00 Sumber: BPKAD Kabupaten Bengkayang 3. Realisasi Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Data realisasi penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah dalam jangka waktu 6 (enam) tahun, yaitu tahun 2009 sampai 2014.
Tabel 7. Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Tahun 2009 – 2014
Tahun Realisasi
2009 9,618,102,906.51
2010 7,618,840,098.25
2011 16,212,000,000.00
2012 11,713,200,000.00
2013 22,856,200,000.00
2014 98,135,942,640.91
(71)
4. Realisasi Penerimaan Belanja Daerah
Data realisasi penerimaan belanja daerah dalam jangka waktu 6 (enam) tahun, yaitu tahun 2009 sampai 2014.
Tabel 8. Realisasi Belanja Daerah Tahun 2009 – 2014
Tahun Realisasi
2009 447,701,872,343.63 2010 438,373,381,311.09 2011 526,181,757,412.29 2012 541,669,728,689.27 2013 620,299,718,904.21 2014 806,055,374,677.75 Sumber: BPKAD Kabupaten Bengkayang B. Analisis Data
Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan transformasi data logaritma natural
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Uji normalitas dilakukan dengan metode kolmogorov smirnov. Pengujian dengan kolmogorov smirnov digunakan untuk melihat angka yang lebih detail apakah suaru persamaan regresi yang akan dipakai lolos normalitas. Uji Kolmogorov Smirnov dengan tingkat nilai signifikan pada 0,05. Jika nilai signifikan yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka terdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
(72)
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov Smirnov)
Berdasarkan tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov, data berdistribusi normal karena mempunyai nilai signifikan lebih besar daripada 0,05 yaitu 0,906.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui variance inflation factor (VIF). Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIFnya. Jika nilai variance inflation factor (VIF) > 10 dan tolerance
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 6
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .00775928
Most Extreme Differences Absolute .231
Positive .163
Negative -.231
Kolmogorov-Smirnov Z .566
Asymp. Sig. (2-tailed) .906
a. Test distribution is Normal. Sumber: Data diolah
(73)
< 0.10 maka terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) 10.087 1.055 9.563 .011
L_PAD .083 .040 .233 2.086 .172 .046 21.544
L_DP .484 .046 .473 10.538 .009 .288 3.478
L_LLPYS .083 .029 .338 2.905 .101 .043 23.372
a. Dependent Variable: BD
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa variabel independen yaitu pendapatan asli daerah, dan lain-lain pendapataan yang sah memiliki angka Variance Inflation Factors (VIF) lebih besar dari 10,00 dengan angka tolerance yang menunjukkan nilai kurang dari 0,10, dapat dikatakan bahwa model regresi memiliki masalah multikoliniearitas. Untuk mengatasi masalah mulltikolinearitas tersebut, digunakan metode stepwise (Stepwise Method). Metode stepwise merupakan salah satu metode untuk mengatasi adanya multikolinearitas. Metode Stepwise merupakan kombinasi antara metode forward dan backward. Metode stepwise memasukkan variabel bebas yang memiliki korelasi paling kuat dengan variabel terikat. Hasil pengolahan dapat dilihat pada tabel berikut :
(74)
Tabel 11. Hasil Uji dengan Metode Stepwise
Metode Spetwise dimulai dengan memasukkan variabel satu per satu variabel bebas, dan terlihat pada tabel di atas. Dari tiga variabel bebas, ada dua variabel yang layak masuk dalam model regresi.
Tabel 12. Hasil Uji Multikolinearitas dengan Metode Stepwise
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 10.625 1.488 7.139 .006
L_DP .489 .067 .477 7.314 .005 .288 3.471
L_LLPYS .139 .016 .562 8.613 .003 .288 3.471
a. Dependent Variable: L_BD
Sumber: Data diolah
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables
Removed Method
1 L_DP
.
Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= .050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
2 L_LLPYS .
Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= .050, Probability-of-F-to-remove >= .100). a. Dependent Variable: L_BD
(75)
Tabel 12. Hasil Uji Multikolinearitas Metode Stepwise (Lanjutan) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8.523 1.692 5.038 .015
L_PAD .189 .028 .533 6.632 .007 .313 3.199
L_DP .522 .082 .510 6.350 .008 .313 3.199
a. Dependent Variable: L_BD
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 20.628 2.053 10.047 .002
L_PAD .101 .243 .286 .418 .704 .047 21.500
L_LLPYS .169 .169 .685 1.000 .391 .047 21.500
a. Dependent Variable: L_BD
Dari tabel di atas menunjukkan hasil bahwa variabel pendapatan asli daerah tidak masuk kedalam model regresi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel dan nilai VIF berada di atas 10. c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka digunakan uji Durbin-Watson (D-W). Uji DW dilakukan dengan cara membandingkan nilai DW dengan nilai tabel dengan menggunakan
(76)
derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 6 (enam) dan jumlah variabel independen 3 (tiga). Hasil pengujian terhadap autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 13. Hasil Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil dari tabel model summary, angka Durbin-Watson sebesar 2,516. Nilai dL = 0 dan dU = 0 pada tabel durbin-watson dengan α = 0.05. hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terdapat autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual atau pengamatan ke pengamatan lain berbeda, hal itu disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot. Hasil pengujian terjadi tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .999a .999 .997 .01227 2.516
(77)
Gambar 3: Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil grafik scatterplot, terlihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar ke atas dan ke bawah 0 pada sumbu Y, dengan demikian dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
(78)
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis ini menggunakan bantuan program bernama Statistical Package for Social Science (SPSS) 16.0 for windows. Analisis regresi linier berganda hanya menggunakan dua variabel independen yaitu dana perimbangan dan lain-lain pendapatan terhadap belanja daerah. Pada uji asumsi klasik (uji multikolinearitas) didapatkan hasil bahwa pendapatan asli daerah tidak layak masuk kedalam model regresi. Model regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut :
Y= α +β2x2 +β3x3 + βnxn Tabel 14. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.625 1.488 7.139 .006
L_DP .489 .067 .477 7.314 .005
L_LLPYS .139 .016 .562 8.613 .003
Sumber: Data diolah
Dari hasil output model coefficients di atas dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
Belanja Daerah = 10,625 + 0.489L_DP + 0.139L_LLPYS Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa :
(79)
a. Nilai konstanta (α) = 10,625
Artinya bila dana perimbangan (L_DP) dan lain-lain pendapatan daerah yang sah (L_LLPYS) sama dengan nol, maka besarnya belanja daerah (L_BD) sebesar Rp 10,625 satuan.
b. Dana Perimbangan (L_DP) = 0,489.
Artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan dana perimbangan mengalami kenaikan satu persen (1%) maka belanja daerah akan mengalamai peningkatan sebesar 0,489 persen.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah (L_LLPYS) = 0,139
Artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami kenaikan satu persen (1%), maka akan mengakibatkan peningkatan belanja daerah sebesar 0,139 persen
(1)
A.
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 6
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .00775928 Most Extreme Differences Absolute .231 Positive .163 Negative -.231 Kolmogorov-Smirnov Z .566 Asymp. Sig. (2-tailed) .906 a. Test distribution is Normal.
B.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 10.087 1.055 9.563 .011
L_PAD .083 .040 .233 2.086 .172 .046 21.544 L_DP .484 .046 .473 10.538 .009 .288 3.478 L_LLPYS .083 .029 .338 2.905 .101 .043 23.372 a. Dependent Variable: LN_BD
(2)
C.
Uji Multikolinearitas (Metode Stepwise)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 10.625 1.488 7.139 .006
L_DP .489 .067 .477 7.314 .005 .288 3.471
L_LLPYS .139 .016 .562 8.613 .003 .288 3.471
a. Dependent Variable: BD
Sumber: Data diolah
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables
Removed Method
1 L_DP
.
Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= .050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
2 L_LLPYS
.
Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= .050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
(3)
Pendapatan Asli Daerah dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 20.628 2.053 10.047 .002
L_PAD
.101 .243 .286 .418 .704 .047 21.50 0 L_LLPYS
.169 .169 .685 1.000 .391 .047 21.50 0 a. Dependent Variable: L_BD
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 8.523 1.692 5.038 .015
L_PAD .189 .028 .533 6.632 .007 .313 3.199 L_DP .522 .082 .510 6.350 .008 .313 3.199 a. Dependent Variable: L_BD
(4)
D.
Uji Heteroskedastisitas
E.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson 1 .999a .999 .997 .01227 2.516
(5)
F.
Analisis Regresi Linier Berganda
Belanja Daerah = 10,625 + 0.489
DP+ 0.139
LLPYSCoefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.625 1.488 7.139 .006
L_DP .489 .067 .477 7.314 .005
L_LLPYS .139 .016 .562 8.613 .003
Sumber: Data diolah
G.
Koefesien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .998a .996 .994 .01785
(6)
H.
Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .259 2 .129 406.047 .000a
Residual .001 3 .000
Total .260 5
I.
Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.625 1.488 7.139 .006
L_DP .489 .067 .477 7.314 .005
L_LLPYS .139 .016 .562 8.613 .003