Pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah di Kota Balikpapan.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP BELANJA

DAERAH DI KOTA BALIKPAPAN

Yohanes Eko Adventino NIM: 122114034 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah di kota Balikpapan

Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi. Data yang didapat bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota Balikpapan dari tahun 2010 – 2015. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwaPendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah. Pendapatan Daerah kota Balikpapan yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami penurunan dan kurang mampu membiayai Belanja Daerah yang mengalami peningkatan.

Kata kunci: pendapatan asli daerah, dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah yang sah, belanja daerah


(2)

ABSTRACT

THE EFFECTS OF LOCAL REVENUES, BALANCE FUNDS, AND OTHER LEGITIMATE INCOME TOWARD REGIONAL EXPENDITURE

ON BALIKPAPAN CITY

Yohanes Eko Adventino NIM :122114034 Sanata Dharma University

Yogyakarta

The aims of this research is to observe the influence of the Local Revenues, Balance Funds, and Other Legitimate Income toward Regional Expense on Balikpapan city.

Data obtained by the documentation. Data obtained from the reports on the realization of the budget revenues and expenditures on Balikpapan City for six years (2010-2015). Analysis tool used was multiple linear regressions.

The result shows that the Local Revenues, Balance Funds, and Other Legitimate Income do not affect the Regional Expense. Regional Revenues of Balikpapan city which consisted of Local Revenues, Balance Funds and Other Legitimate Income had been decreasing and could not finance Regional Expenses which where increasing.


(3)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA

PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAHTERHADAP BELANJA DAERAH DI KOTA

BALIKPAPAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Yohanes Eko Adventino NIM: 122114034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA

PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAHTERHADAP BELANJA DAERAH DI KOTA

BALIKPAPAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Yohanes Eko Adventino NIM: 122114034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

Skripsi

PENGARUHPENDAPATANASLIDAERAH,DANAPERllWBANGAN,DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP BELANJA

DAERAHDIKOTABALmPAPAN

Oleh:

Yohanes Eko Adventino

NIM: 122114034

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing

Dra. YFM. Gien Agustinawansari, MM., Ak., CA

11


(6)

Skripsi

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP

BELANJA DAERAH DI KOTABALIKPAPAN

Dipersiapkan dan ditulis oleh Yohanes Eko Adventino

NIM: 122114034

Telah dipertahankandi depan Dewan Penguji Pada Tangga115 Juni 2016

Dan dinyatakan Mememihi Syarat

Susunan Dewan Penguji Nama Lengkap

Ketua Dr. Fr. Reni Retno Anggraini. M.Si., Ak., CA

Sekretaris Lisia Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA

Tanda Tangan

Anggota Anggota Anggota

Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Ak., CA Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA JosephineWoo, S.E., M.Si.


(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa

berkas-berkasnya” (Mazmur 126: 5-6)

Try Not To Become A Man Of Success, But Rather Try To Become A Man Of Value

- Albert Einstein -

You

ll Never Walk Alone

- Liverpool FC -

Kupersembahkan Skripsi Ini Kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Kedua Orang Tuaku, Markun Indarto & Rosali Kumarurung Adikku, Riky Antonius Penyemangatku, Nungky Windasari Sahabat dan Teman-teman Akuntansi 2012 Kelas A


(8)

l;;h;

•.~j

.-~ -n ..~••~

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP BELANJA DAERAH DI KOTA BALIKPAPAN

Dan diajukan lmtuk diuji pada tanggal 15 Juni 2016 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan seslmgguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara meyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tim, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya temyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olall hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasall yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima

Yogyakarta, 29 Juli 2016 Yang membuat pemyataan,

1f

Yohanes Eko Adventino


(9)

LEMBARPERNYATAANPERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama

Nomor Induk Mahasiswa (NIM)

: Yohanes Eko Adventino : 122114034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya berikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP BELANJA

DAERAH DI KOTA BALIKPAPAN

Beserta perangkat yang dipedukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa pedn meminta izin dari saya maUptID memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan seharusnya.

Yogyakarta, 29 Juli 2016

Yohanes Eko Adventino


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP BELANJA DAERAH DI KOTA BALIKPAPAN. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberi karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

3. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, MM., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi arahan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Balikpapan yang telah

memberikan ijin pada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Ibu Herda yang telah meluangkan waktu untukmembantu penulis memperoleh data dalam proses penelitian.

6. Orangtua tercinta, Bapak Markun Indarto dan Mama Rosali Kumarurung serta Riky Antonius, teman berantem di rumah atas dukungan doa, semangat, cinta dan perhatiannya pada penulis yang tak ternilai.


(11)

7. Ntmgky Windasari yang selalu mengingatkan, mendukung dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat dan teman seperjuanganku Akuntansi 2012 Kelas A, "perusuh" grup Akt A Wisuda Santai, dan ternan-ternan Akuntansi 2012 lainnya terima atas pelajaran hidup, persaudaraan, kebersamaan, dan petualangan roller coaster yang indah. 9. Semua pillak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungan kepada

penulis secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 Juli 2016

1f

Penulis


(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN LEMBAR PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Keuangan Daerah ... 8

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 9

3. Belanja Daerah ... 15

4. Pendapatan Asli Daerah ... 21

5. Dana Perimbangan ... 25

6. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ... 28

B. Penelitian Terdahulu ... 29


(13)

x

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja

Daerah ... 33

2. Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah ... 34

3. Pengaruh Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah ... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 38

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

D. Jenis dan Sumber Data ... 39

E. Definisi Operasional Variabel ... 39

F. Desain Penelitian ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

H. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM PEMERINTAH ... 50

A. Sejarah Kota Balikpapan ... 50

B. Kondisi Geografis ... 52

C. Keadaan Penduduk ... 59

D. Perekonomian Daerah ... 61

E. Sumber Pendapatan Daerah Kota Balikpapan ... 62

F. Alokasi Belanja Daerah Kota Balikpapan... 66

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Deskripsi Data ... 68

B. Analisis Data ... 71

C. Pembahasan ... 87

BAB VI PENUTUP ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Keterbatasan Penelitian ... 92

C. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(14)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

di Kota Balikpapan ... 57

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Balikpapan ... 60

Tabel 4.3 Sumber Perekonomian Kota Balikpapan ... 62

Tabel 5.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2010-2015 ... 69

Tabel 5.2 Realisasi Dana Perimbangan Tahun 2010-2015 ... 70

Tabel 5.3 Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Tahun 2010-2015 ... 71

Tabel 5.4 Realisasi Belanja Daerah Tahun 2010-2015 ... 71

Tabel 5.5 Statistics Descriptive ... 72

Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov–Smirnov) ... 78

Table 5.7 Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 79

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 81

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 82

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 83

Tabel 5.11 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ... 85


(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur APBD ... 12

Gambar 2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 14

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ... 32


(16)

xiii ABSTRAK

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH TERHADAP BELANJA

DAERAH DI KOTA BALIKPAPAN

Yohanes Eko Adventino NIM: 122114034 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah di kota Balikpapan

Data diperoleh dengan melakukan dokumentasi. Data yang didapat bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota Balikpapan dari tahun 2010 – 2015. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwaPendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah. Pendapatan Daerah kota Balikpapan yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami penurunan dan kurang mampu membiayai Belanja Daerah yang mengalami peningkatan.

Kata kunci: pendapatan asli daerah, dana perimbangan, lain-lain pendapatan daerah yang sah, belanja daerah


(17)

xiv ABSTRACT

THE EFFECTS OF LOCAL REVENUES, BALANCE FUNDS, AND OTHER LEGITIMATE INCOME TOWARD REGIONAL EXPENDITURE

ON BALIKPAPAN CITY

Yohanes Eko Adventino NIM :122114034 Sanata Dharma University

Yogyakarta

The aims of this research is to observe the influence of the Local Revenues, Balance Funds, and Other Legitimate Income toward Regional Expense on Balikpapan city.

Data obtained by the documentation. Data obtained from the reports on the realization of the budget revenues and expenditures on Balikpapan City for six years (2010-2015). Analysis tool used was multiple linear regressions.

The result shows that the Local Revenues, Balance Funds, and Other Legitimate Income do not affect the Regional Expense. Regional Revenues of Balikpapan city which consisted of Local Revenues, Balance Funds and Other Legitimate Income had been decreasing and could not finance Regional Expenses which where increasing.


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Indonesia telah memasuki babak baru dalam kehidupan masyarakatnya dengan diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No. 32 Tahun 2004). Implikasi dari kebijakan otonomi daerah tersebut adalah daerah diberikan tanggung jawab dan wewenang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta kewenangan untuk memanfaatkan peluang untuk menggali segala potensi daerah yang dimiliki guna mendukung kemampuan keuangan daerah sebagai modal pembiayaan dan penyelenggaraan pemerintah di daerah.Pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah berdampak baik bagi perkembangan pembangunan daerah-daerah di Indonesia yang berimplikasi pada peningkatan pelayanan publik, kesejahteraan, dan jaminan hidup masyarakat yang lebih baik.

Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah didukung pula oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebagaimana tertuang dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


(19)

2

Keuangan antara Pemerintah Pusat-Daerah. Dalam UU tersebut yang dimaksudkan dengan perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah adanya suatu sistem pembiayaan pemerintah, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan di setiap daerah.

Wujud dari perimbangan keuangan tersebut adalah adanya Dana Perimbangan yang berasal dari pusat. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepala daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan antara pemerintah daerah (Darise, 2008). Untuk beberapa daerah yang memiliki PAD relatif kecil, jalannya roda pemerintahan akan bergantung pada tersedianya Dana Perimbangan (Bawono dan Novelsyah, 2012: 16-17). Dana Perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Selain berasal dari Dana Perimbangan, pemerintah daerah dapat memanfaatkan potensi daerah yang dimilikinya melalui Pendapatan Asli Daerah yang dijadikan sumber pendapatan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan


(20)

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah dianggap sebagai alternatif sumber pendanaan daerah yang dipergunakan oleh daerah sebagai pengeluaran untuk melaksanakan pemerintahan dan pembangunan guna memperkecil ketergantungan daerah terhadap subsidi dari pemerintah pusat.

Kedua jenis pendapatan daerah tersebut akan bersama-sama dengan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah yang juga merupakan pendapatan daerah akan digunakan pemerintah daerah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terdiri daripendapatan Hibah, Pendapatan Dana Darurat, Dan Pendapatan Lainnya. Dengan demikian, pemerintah daerah diharapkan lebih mengerti dan dapat memenuhi aspirasi masyarakat, selain itu pemerintah daerah diharapkan dapat lebih memanfaatkan pendapatan daerah yang diterima sehingga dapat membiayai pengeluarannya untuk pelaksanaan belanja daerahnya.

Belanja Daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang tediri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan (PP No. 58 Tahun 2005). Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak


(21)

4

dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Sementara itu, urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan daerah. Belanja daerah menurut program dan pelaksanaannya terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.

Untuk menjalankan roda pemerintahannya, pemerintah daerah harus menganggarkan terlebih dahulu segala kebutuhannya dalam APBD dan harus disesuaikan dengan pendapatan daerah yang diterima. Setiap daerah mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama dalam mendanai kegiatan-kegiatannya. Oleh karena itu, pemerintah daerah dituntut untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam membelanjakan kebutuhannya secara efektif dan efisien demi kelangsungan hidupnya serta untuk mensejahterakan masyarakatnya di daerah, mengingat sumber pendapatan daerah yang diterima juga memiliki keterbatasan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(22)

Apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah berpengaruh terhadap Belanja Daerah di kota Balikpapan?

C. Batasan Masalah

Penelitian difokuskan pada data realisasi APBD kota Balikpapan periode 2010 – 2015.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah terhadap Belanja Daerah di kota Balikpapan.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam upaya-upaya dan kebijakan untuk mengelola keuangan daerah dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah demi kesejahteraan masyarakat.


(23)

6

2. Bagi Peneliti Lain dan Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. Peneliti lain juga dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi tentang pengaruh antara pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah di kota atau kabupaten lain di Indonesia.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis untuk membuat penelitian selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini dikelompokkan menjadi enam bab, yaitu bab pendahuluan, bab tinjauan pustaka, bab metode penelitian, bab gambaran umum pemerintah, bab analisis data dan pembahasan, serta bab penutup. Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(24)

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang terdiri atas: tinjauan pustaka, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, serta perumusan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian

Bab ini terdiri atas: jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, definisi operasional variabel, desain penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV : Gambaran Umum Pemerintah

Bab ini menjelaskan secara garis besar tentang keadaan Pemerintah Kota Balikpapan berdasarkan data-data yang diperoleh.

Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini terdiri atas: deskripsi data, analisis data, serta pembahasan.

Bab VI : Penutup

Bab ini berisi mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.


(25)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Keuangan Daerah

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut (UU No. 32 Tahun 2004). Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pasal 66 Ayat (1) disebutkan bahwa keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperlihatkan keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat. Secara umum, konsep ekonomis, efisien, efektif (value for money), transparan, dan akuntabilitas (tanggung jawab) publik merupakan tiga dari delapan karakteristik tata kelola yang baik (good governance) versi United Nations Development Programme (UNDP) yang dapat diperankan akuntansi sektor publik (Mardiasmo, 2002).

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,


(26)

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah (Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005). Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan terdapat dalam APBD secara langsung maupun tidak langsung mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat.

Penyelenggaraan fungsi Pemerintah Daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan Pemerintah diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada UU No.33 Tahun 2004 yang besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pusat dan Daerah. Keuangan daerah di Indonesia meliputi keuangan Provinsi, Kabupaten/Kota, serta Kecamatan dan Kelurahan. Pemerintah Daerah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan berbagai usaha guna melayani kepentingan masyarakat dan menjalankan program-program pembangunan yang sudah direncanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah dituntut untuk dapat memperoleh dana yang cukup, untuk membiayai setiap pengeluaran Pemerintah Daerah.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh


(27)

10

pemerintah daerah dan Dewan Pewakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah (UU No. 33 Tahun 2004). Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah mengisyaratkan agar laporan keuangan semakin informatif. Untuk itu, APBD dalam bentuk yang baru terdiri dari tiga bagian, yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Adanya pos pembiayaan merupakan upaya agar APBD semakin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dari pendapatan daerah.

Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Dengan demikian, anggaran mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah dalam suatu periode tertentu yang biasanya mencakup periode tahunan. Namun, tidak tertutup kemungkinan disiapkannya anggaran untuk jangka waktu lebih atau kurang dari setahun.

Berdasarkan Permendagri No. 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terdiri atas beberapa komponen, yaitu:


(28)

a. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimanya. Komponen Pendapatan Daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pedapatan Daerah Yang Sah.

b. Belanja Daerah

Belanja Daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Komponen Belanja Daerah terdiri atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung

c. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada


(29)

12

tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Komponen Pembiayaan Daerah adalah Penerimaan Pembiayaan, Pengeluaran Pembiayaan, Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan.

Gambar 2.1: Struktur APBD Sumber: Darise (2008: 134)

Gambar 2.1 merupakan uraian Struktur APBD antara pendapatan, belanja dan pembiayaan. Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran Belanja Daerah mengakibatkan terjadinya suplus atau defisit APBD. Surplus anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran Belanja Daerah. Defisit anggaran

STRUKTUR APBD

A. Pendapatan Daerah xxx

B. Belanja Daerah xxx (-)

Surplus/Defisit xxx (-/+)

C. Pembiayaan Daerah

1. Surplus → Pengeluaran Pembiayaan a. Transfer ke dana cadangan b. Penyertaan modal

c. Pembayaran hutang jatuh tempo d. Pemberian pinjaman

e. Sisa lebih tahun berjalan 2. Defisit → Penerimaan Pembiayaan

a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu b. Penggunaan dana cadangan

c. Penerimaan pinjaman

d. Hasil penjualan asset daerah yang dipisahkan e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman atau


(30)

terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran Belanja Daerah. Surplus dalam APBD digunakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/daerah, transfer ke Dana Cadangan dan Sisa Lebih Tahun Anggaran Berjalan yang disebut Pengeluaran Pembiayaan. Defisit dalam APBD ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut yang diantaranya bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Lalu, penggunaan Dana Cadangan, penerimaan pinjaman, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.


(31)

14

Gambar 2.2: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sumber: Permendagri No. 13 Tahun 2006 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Aloksi Khusus

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Hibah

Dana Darurat

Dana Bagi Hasil Pajak Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus Bantuan Keuangan Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Bunga Subsidi Hibah Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Bantuan Keuangan Belanja Tak Terduga

Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Pembiayaan Daerah Penerimaan Pembiayaan SILPA Pencairan dana cadangan Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Pemerimaan pinjaman daerah Penerimaan kembali pemberian pinjaman Penerimaan piutang daerah Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan dana cadangan Penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah Pembayaran pokok utang Pemberian pinjaman daerah


(32)

3. Belanja Daerah

a. Pengertian Belanja Daerah

Belanja Daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, dimana merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang tediri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan (PP No. 58 Tahun 2005).

Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah seperti, pelayanan dasar kepada masyarakat antara lain pelayanan bidang di bidang pendidikan, kesehatan, dan pengadaan infrastruktur sarana prasarana daerah. Sementara itu, urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan daerah seperti, daerah yang berada di kawasan pesisir pantai akan mengembangkan potensi


(33)

16

dalam bidang perikanan dan kelautan (Bawono dan Novelsyah, 2012:19)

b. Kategori Belanja Daerah

Berdasarkan penjelasan Pasal 70 Ayat (3) UU No. 33 Tahun 2004 dalam Bawono dan Novelsyah (2012: 20-22), kategori belanja daerah adalah sebagai berikut:

1) Belanja Daerah menurut organisasi

Perincian Belanja Daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan perangkat daerah, lembaga teknis daerah, dan struktur organisasi pemerintah daerah. Organisasi pemerintah daerah diantaranya: DPRD, Kepala dan Wakil Kepala Daerah, Sekretariat Dewan, Sekretariat Daerah, Badan, Dinas, Kantor, Kecamatan, Lembaga Teknis, dan Kelurahan

2) Belanja Daerah menurut fungsi

Perincian Belanja Daerah menurut fungsi merupakan pengklasifikasian Belanja Daerah sesuai kewenangan daerah untuk menjalankan fungsi-fungsi utama pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi tersebut meliputi: layanan umum, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan sosial.


(34)

3) Belanja Daerah menurut jenis belanja meliputi:

a) Belanja Pegawai, merupakan belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil, pimpinan anggota DPRD, kepada daerah dan wakil kepala daerah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Contoh: gaji dan tunjangan, honorarium, lembur, uang representasi, dan sejenisnya.

b) Belanja Barang dan Jasa, merupakan belanja yang digunakan untuk pengeluaran pembelian atau pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. Contoh: bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus, dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, serta perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

c) Belanja Modal, merupakan belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian atau pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang


(35)

18

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta aset tetap lainnya.

d) Bunga, merupakan pembayaran bunga atas cicilan atau angsuran pokok pinjaman (utang). Contoh: bunga utang kepada pemerintah pusat, bunga utang kepada pemerintah daerah, dan bunga utang kepada bank atau lembaga keuangan.

e) Subsidi, merupakan belanja yang digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan atau lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

f) Hibah, merupakan belanja yang digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat atau perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. Belanja hibah merupakan bantuan yang tidak bersifat mengikat atau tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.


(36)

g) Bantuan Sosial, merupakan belanja yang digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan kepada partai politik merupakan salah satu contoh dari bantuan sosial.

h) Belanja Bagi Hasil, merupakan belanja yang digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

i) Belanja Bantuan Keuangan, merupakan belanja yang digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. Contoh: belanja bantuan keuangan, yaitu Alokasi Dana Desa (ADD). Alokasi Dana Desa merupakan dana dari APBD yang dialokasikan ke desa sebagai


(37)

20

bantuan dari pemerimtah kabupaten/kota kepada pemerintah desa.

j) Belanja Tidak Terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang, seperti halnya penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

c. Kelompok Belanja

Kelompok belanja jika dikaitkan dengan program dan kegiatannya, diklasifikasikan menjadi dua jenis, terdiri atas:

1) Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung meliputi: Belanja Pegawai (upah dan honorarium), Belanja Barang/Jasa, dan Belanja Modal. Belanja tersebut dilaksanakan untuk menjalankan program dan kegiatan pemerintahan daerah dianggarkan pada belanja SKPD berkenaan. 2) Belanja Tidak Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan

tidak terkait secara langsung dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak Langsung meliputi: Belanja Pegawai (gaji dan tunjangan, uang representasi), Belanja Bunga, Belanja Subsidi,


(38)

Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan Keuangan, dan Belanja Tidak Terduga. Belanja-belanja tersebut yang termasuk dalam Belanja Tidak langsung hanya dapat dianggarkan oleh SKPD.

4. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No. 33 Tahun 2004). Menurut Halim (2007), Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut Siahaan (2005), Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan.

Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang bertujuan memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah adalah wujud representasi kemampuan daerah dalam menggali potensi yang dimiliki. Semakin besar PAD yang dihasilkan, maka semakin mandiri daerah


(39)

22

tersebut secara finansial dalam membiayai pemerintahannya dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Penerimaan PAD yang besar juga merupakan tolak ukur keberhasilan dari otonomi daerah.

Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah, disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari:

a. Pajak Daerah

Pajak Daerahadalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No. 28 Tahun 2009).

Pajak Daerah dirinci menjadi Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/kota. Pajak Provinsi terdiri atas: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok. Sedangkan Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan


(40)

Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

b. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan (UU No. 28 Tahun 2009). Jenis-jenis Retribusi Daerah terdiri atas: Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu

c. Hasil Pengelolaan Kekayan Daerah Yang Dipisahkan

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan merupakan hasil atas pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dari pengelolan APBD. Jika ada laba BUMD yang kemudian dibagihasilkan kepada pemerintah daerah sebagai hasil dari penyertaan modal pemerintah daerah, hal tersebut merupakan PAD diperoleh dari pengelolaan kekaayaan daerah yang dipisahkan. Penyertaan modal pemerintah daerah tidak terbatas pada badan usaha milik daerah (BUMD) saja, tetapi dapat pada badan usaha milik negara (BUMN), perusahaan milik swasta, atau kelompok usaha masyarakat (Bawono dan Novelsyah, 2012: 15-16).


(41)

24

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 pada bagian Ketiga pasal 26 (3) bahwa jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup: (1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD;

(2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milikpemerintah/BUMN; dan

(3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta ataukelompok usaha masyarakat.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 mengatakan bahwa jenis Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup :

(1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; (2) Jasa giro;


(42)

(4) Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uangasing;

(5) Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat daripenjualan dan/ataupengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;

5. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33 Tahun 2004). Pada intinya, Dana Perimbangan merupakan dana alokasi dari pemerintah pusat yang berfungsi untuk mendorong otonomi daerah. Untuk beberapa daerah yang memiliki PAD relatif kecil, jalannya roda pemerintahan akan bergantung pada tersedianya Dana Perimbangan. Dana perimbangan terdiri dari: a. Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil adalah dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil merupakan himpunan atas hasil setoran pendapatan pajak dan nonpajak dari daerah yang kemudian dibagikan kembali ke daerah melalui persentase. Dana Bagi Hasil bersifat proporsional untuk setiap daerah, dalam arti penerimaan DBH setiap


(43)

26

daerah tidak sama, tergantung pada kontribusi setiap daerah dalam meningkatkan pendapatan negara.

DBH merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah yang bukan berasal dari PAD selain DAU dan DAK. Pola bagi hasil penerimaan tersebut dilakukan dengan persentase tertentu yang didasarkan atas daerah penghasil. Penerimaan DBH pajak bersumber dari : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25, PPh Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, dan PPh Pasal 21. Sedangkan penerimaan DBH nonpajak berasal dari sumber daya alam bersumber dari: Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan, Pertambangan Minyak Bumi, Pertambangan Gas Bumi, Pertambangan Panas Bumi (UU No. 33 Tahun 2004).

b. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Fungsi DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal dengan jumlah keseluruhan yang ditetapkan


(44)

sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dengan potensi daerah (fiscal capacity). Dana Alokasi Umum digunakan untuk menutup celah yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada.

c. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Pelayanan dasar masyarakat meliputi pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan prasarana pemerintah daerah. Sementara itu, untuk bidang teknis tertentu, seperti bidang kelautan dan perikanan, bidang pertanian, bidang lingkungan hidup, dan lain-lain. Sesuai Pasal 41 UU No. 33 Tahun 2004, pemerintah daerah penerima DAK wajib menganggarkan dan menyediakan dana sekurang-kurangnya 10% dari alokasi DAK dalam APBD. Meski demikian,


(45)

28

wilayah dengan pengeluaran lebih besar dari penerimaan tidak perlu menyediakan dana penyesuaian. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua daerah menerima DAK karena DAK bertujuan untuk pemerataan dan untuk meningkatkan kondisi infrastruktur fisik yang dinilai sebagai prioritas nasional.

6. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah merupakan pendapatan yang diterima oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari pendapatan hibah danpendapatan dana darurat. Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup:

a. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/ organisasi swastadalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat; b. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan

korban/kerusakan akibat bencana alam;

c. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;

d. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan

e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya. Pendapatan hibah merupakan bantuan yang berupa uangdan/atau jasa yang berasal dari Pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalamnegeri


(46)

atau luar negeri.Pendapatan dana darurat merupakan bantuan Pemerintah Pusat dari APBNkepada Pemerintah Daerah untuk mendanai keperluan yang mendesak yang diakibatkan peristiwa tertentu yang tidak dapat ditanggulangi APBD. Bagi daerah,pemasukan kas daerah dari sumbangan pendapatan lain-lain memang tidak begitubesar, namun diharapkan mampu membiayai pengeluaran pembangunan yangakan dilaksanakan. Penghasilan yang termasuk dalam pendapatan lain-lain adalah:Jasa giro, angsuran cicilan rumah dinas, angsuran cicilan kendaraan bermotor rodadua dan roda empat, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, pelelanganiklan, setoran pembinaan lembaga keuangan daerah, dan lain-lain pendapatan.

B. Penelitian Terdahulu

Yanti (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah terhadap belanja daerah di Kota Cimahi tahun anggaran 2005-2014. Untuk mengelola dan menganalisa data menggunakan metode statistik analisis regresi linier, koefisien korelasi dan determinasi, dan pengujian hipotesis dengan ui F dan uji T. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah.


(47)

30

Farizi (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap belanja daerah pada 9 pemerintah kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2013. Pengujian statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, analisis korelasi, koefisien determinasi, dan uji hipotesis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana perimbangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah.

Igna (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah di Kabupaten Bengkayang dengan periode data tahun 2009-2014. Pengolahan data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah.

Wulansari (2015) meneliti tentang pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap belanja daerah serta analisis flypaper effect studi kasus pada pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat tahun 2012-2013. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAD, DAU, dan DBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah, sedangkan DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. Hipotesis kelima


(48)

menunjukkan bahwa terdapat flypaper effect pada belanja pemerintah di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, hal ini terjadi karena pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh PAD terhadap belanja daerah.

Ferdian (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah pada kabupaten dan kota di Sumatera Barat dengan periode data tahun 2007-2011. Analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan uji t statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah.

C. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Semakin besar pendapatan asli daerah yang diterima suatu daerah, akan menentukan tingkat kemampuan keuangannya untuk membiayai Belanja Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah. Dana Perimbangan yang meningkat ke daerah juga akan meningkatkan pengeluaran pemerintah daerah melalui APBD. Peningkatan pengeluaran pemerintah pada era desentralisasi ini


(49)

32

juga disebabkan oleh aliran dana yang meningkat dari pusat ke daerah. Selain itu, pemerintah daerah juga mendapatkan pemasukan yang berasal dari Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah berupa pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat yang nantinya akan membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam belanja daerah yang tertuang dalam APBD.

Gambar 2.3: Kerangka Konseptual Pendapatan Asli Daerah

(X1)

Dana Perimbangan (X2)

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah (X3)


(50)

Berdasarkan kerangka di atas, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah baik secara parsial dan simultan terhadap Belanja Daerah di kota Balikpapan sebagai berikut:

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah

Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang bertujuan memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Semakin besar PAD yang dihasilkan maka semakin mandiri daerah tersebut secara finansial dalam membiayai pemerintahannya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Penelitian mengenai pengaruh pendapatan daerah terhadap pengeluaran daerah sudah pernah dilakukan antara lain oleh Aziz et al. (2000), Blackley (1986), Joulfaian dan Mokeerjee (1990), Legrenzi dan Milas (2001), Von Furstenberg et al. (dalam Sukriy dan Halim, 2003). Beberapa penelitian tersebut, hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan daerah mempengaruhi anggaran belanja pemerintah daerah disebut dengan


(51)

34

pemerintah daerah dalam menganggarkan belanja daerah disesuaikan dengan pendapatan daerah yang diterima.

Ferdian (2013), Yanti (2016) dan Wulansari (2015) mengemukakan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Semakin tinggi pendapatan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, maka semakin tinggi pula pengeluaran untuk Belanja Daerah.

Melihat dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang bersumber dari daerah itu sendiri dan merupakan elemen penting suatu daerah dalam memenuhi kebutuhan belanjanya dan melaksanakan penyelenggaraan pemerintah di daerah. Jika Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat maka akan meningkatkan Belanja Daerah yang juga akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan publik, peningkatan infrastruktur, dan pembangunan daerah itu sendiri.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka ditarik hipotesis: H1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

2. Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam


(52)

rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33 Tahun 2004). Dana Perimbangan merupakan dana alokasi dari pemerintah pusat yang berfungsi untuk mendorong otonomi daerah. Untuk beberapa daerah yang memiliki Pendapatan Asli Daerah relatif kecil, jalannya roda pemerintahan akan bergantung pada tersedianya Dana Perimbangan (dana transfer).

Gamkhar dan Oates (1996) dalam Prakosa (2004), menyatakan studi tentang pengaruh transfer atau grants dari pemerintah terhadap keputusan pengeluaran atau belanja daerah sudah berjalan lebih dari 30 tahun. Menurut Bradford dan Oates (1971) dalam Prakosa (2004), secara teoritis respon tersebut mempunyai efek distributif alokatif yang tidak berbeda dengan sumber pendanaan lain, misalnya pendapatan pajak daerah. Namun, dalam studi empiris hal tersebut tidak selalu terjadi, artinya stimulus terhadap pengeluaran daerah yang ditimbulkan oleh transfer dana perimbangan atau

grants tersebut sering lebih besar dibandingkan dengan stimulus dari

pendapatan (pajak) daerah sendiri (flypaper effect).

Wulansari (2015) dan Ferdian (2013) mengemukakan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah yang artinya jika Dana Perimbangan meningkat maka Belanja Daerah juga meningkat.

Berbagai literatur ekonomi dan keuangan daerah menyatakan bahwa hubungan pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas sejak


(53)

36

akhir dekade 1950-an dan berbagai hipotesis tentang hubungan diuji secara empiris menyatakan bahwa pendapatan mempengaruhi belanja. Holtz-Eakin, et al (1985) dalam Prakosa (2004) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat dengan Belanja Pemerintah Daerah. Riyanto (2005) dalam Ferdian (2013) menyatakan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah daerah pada era desentralisasi ini disebabkan oleh aliran dana perimbangan yang juga meningkat dari pemerintah pusat ke daerah.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka ditarik hipotesis: H2 : Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

3. Pengaruh Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah Lain-lain pendapatan daerah yang sah menurut UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 164 Ayat (1) tentang Pemerintah Daerah merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan Dana Perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan Pemerintah. Melalui hibah, pemerintah daerah menerima pendapatan melalui bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri. Sedangkan pendapatan dana darurat diterima dari pemerintah pusat melalui APBN kepada pemerintah daerah untuk membiyai keperluan yang mendesak yang diakibatkan oleh


(54)

peristiwa tertentu yang tidak bisa ditanggulangi oleh APBD. Peningkatan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah akan meningkatkan alokasi belanja daerah pemerintah daerah dalam APBD.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferdian (2013) dan Igna (2015) menunjukkan bahwa Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah yang artinya jika lain-lain pendapatan daerah yang sah meningkat maka belanja daerah juga akan meningkat.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka ditarik hipotesis:

H3 : Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah berpengaruh terhadap Belanja


(55)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus di Pemerintah Daerah kota Balikpapan. Studi kasus adalah jenis penelitian terhadap suatu objek tertentu dimana hasil penelitian tersebut hanya berlaku pada tempat dimana penelitian dilakukan dan pada waktu tertentu.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bertindak sebagai pemberi informasi tentang objek penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) kota Balikpapan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah hal yang menjadi pokok penelitian. Objek penelitian yang diteliti adalah laporan realisasi APBD kota Balikpapan periode 2010 sampai dengan 2015.


(56)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) kota Balikpapan yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman RT. 13 No. 1 Kelurahan Klandasan Ulu Kecamatan Balikpapan Kota, Kalimantan Timur pada bulan April – Mei 2016.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala secara numerik. Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain dan tidak langsung didapatkan oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Wiyono, 2011: 131). Data yang digunakan berupa data rentet waktu (time series) yaitu Laporan Realisasi APBD Pemerintah kota Balikpapan Tahun 2010-2015 yang bersumber dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) kota Balikpapan.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen (Wiyono, 2011: 31). Variabel terikat dalam penelitian ini


(57)

40

adalah Belanja Daerah. Belanja Daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan (UU No. 33 Tahun 2004).

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab terjadinya perubahan terhadap variabel dependen (Wiyono, 2011: 31). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Perimbangan (X2), Lain-lain Pendapatan Daerah Yang

Sah (X3),

a. Pendapatan Asli Daerah (X1)

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No. 33 Tahun 2004). Pendapatan Asli Daerah dalam penelitian ini adalah penerimaan Pendapatan Asli Daerah dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2010-2015 kota Balikpapan.

b. Dana Perimbangan (X2)

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No. 33 Tahun 2004).Dana Perimbangan dalam penelitian ini adalah


(58)

penerimaan Dana Perimbangan dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2010-2015 kota Balikpapan.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah (X3)

Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah merupakan pendapatan yang diterima oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari pendapatan hibah danpendapatan dana daruratUU No. 32 Tahun 2004. Lain-lain pendapatan daerah dalam penelitian ini adalah penerimaan Lain-lain pendapatan daerah dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2010-2015 kota Balikpapan.

F. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap belanja daerah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan realisasi APBD kota Balikpapan Tahun 2010 sampai dengan 2015 yang bersumber dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) kota Balikpapan. Data tersebut dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dalam angka-angka. Alat analisis data digunakan adalah regresi linier berganda.


(59)

42

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, dengan mengumpulkan, mempelajari, dan menganalisis data sekunder. Data variabel Belanja Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sahmenggunakan laporan realisasi APBD kota Balikpapan Tahun 2010-2015 yang bersumber dari Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) kota Balikpapan.

H. Teknik Analisis Data 1. Pengujian Data

Pengujian data dilakukan dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik bertujuan untuk menguji data-data (variabel) yang akan dimasukkan ke dalam model penelitian. Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik yang terdiri dari:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen, keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Model regresi yang baik harus mempunyai distribusi normal atau mendekati normal, Ghozali (2006). Pengujian dilakukan dengan analisis grafik (scatterplot) yaitu


(60)

dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Untuk memperkuat pengujian, uji normalitas yang dapat digunakan adalah uji Smirnov (K-S). Jika hasil

Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan diatas 0,05 maka data residual

terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan dibawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali,2006).

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2006). Uji multikolinearitas ini digunakan karena pada analisis regresi terdapat asumsi yang mengisyaratkan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi antar variabel independen.

Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas atau tidak yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation


(61)

44

Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Pengambilan keputusan:

Tolerance value< 0,10 atau VIF > 10 : terjadi multikolinearitas. Tolerance value> 0,10 atau VIF < 10 : tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan

residual periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan, menjadi tidak layak untuk dipakai. Menurut Ghozali (2006), untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi bisa menggunakan Uji

Durbin-Watson (DW test). Kriteria pengujian Durbin Watson sebagai

berikut:


(62)

(2) Jika angka statistik D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

(3) Jika angka statistik D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. d. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2006), uji heteroskedastisitas bertujuan apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat heteroskedastisitas.

Cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat menggunakan uji glejser. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

Jika nilai Sig variabel independen < 0,05 terjadi Heterokedastitas. Jika nilai Sig variabel independen > 0,05 tidak terjadi Heterokedastitas. 2. Analisis Regresi Linier Berganda

Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan tingkat signifikan 0,05 untuk melihat pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah. Persamaan regresi yang digunakan adalah:


(63)

46

Keterangan :

Y = Belanja Daerah

X1 = Pendapatan Asli Daerah

X2 = Dana Perimbangan

X3 = Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi e = eror

3. Uji Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilaikoefisien determinasi, nilai statistik uji F dan nilai statistik uji t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerahkritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai ujistatistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima (Ghozali, 2006).

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi atau koefisien penentu R2merupakan suatu bilangan yang dinyatakan dalam bentuk persen, yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi R2digunakan untuk mengukur


(64)

kebenaran hubungan dari model yang dipakai yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians/penyebaran dari variabel independen yang menerangkan variabel dependen. Besarnya nilai

R2adalah 0 ≤ R2≤1, dimana semakin mendekati 1 berarti model tersebut dapat dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen, demikian sebaliknya (Ghozali, 2006).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji signifikansi simultan atau sering kali disebut uji F bertujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2006). Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi (Sig.) F yang dibandingkan dengan batas signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Cara yang dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

Ho = 0, berarti tidak ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah secara bersama-sama.

Ho > 0, berarti ada pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah secara bersama-sama.


(1)

PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN

RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN

TAHUN ANGGARAN 2014

No

ANGGARAN SETELAH

PERUBAHAN REALISASI LEBIH/(KURANG) (%)

4 2,243,422,215,087.00 2,498,540,496,958.47 255,118,281,871.47 111.37 4 .1 638,630,681,123.00 752,582,581,776.47 113,951,900,653.47 117.84 4 .1 .1. 496,803,855,927.00 575,567,514,291.74 78,763,658,364.74 115.85 4 .1 .2. 59,547,489,715.00 68,312,178,262.58 8,764,688,547.58 114.72 4 .1 .3. 22,000,000,000.00 18,557,696,204.15 (3,442,303,795.85) 84.35 4 .1 .4. 60,279,335,481.00 90,145,193,018.00 29,865,857,537.00 149.55 4.2. 1,176,771,223,989.00 1,321,528,732,432.00 144,757,508,443.00 112.30 4.2.1. 718,799,721,989.00 863,557,230,432.00 144,757,508,443.00 120.14 4.2.2. 449,982,262,000.00 449,982,262,000.00 - 100.00 4.2.3. 7,989,240,000.00 7,989,240,000.00 - 100.00

4.3. 428,020,309,975.00 424,429,182,750.00 (3,591,127,225.00) 99.16 4.3.1. 8,000,000,000.00 3,830,000,000.00 (4,170,000,000.00) 47.88 4.3.3. 211,256,756,000.00 210,276,878,775.00 (979,877,225.00) 99.54 4.3.4. 106,432,639,000.00 107,991,389,000.00 1,558,750,000.00 101.46 4.3.5 102,330,914,975.00 102,330,914,975.00 - 100.00

2,243,422,215,087.00 2,498,540,496,958.47 255,118,281,871.47 111.37

5 3,171,727,528,472.00 2,499,585,182,573.13 (672,142,345,898.87) 78.81 5.1. 855,194,718,790.00 783,390,898,940.53 (71,803,819,849.47) 91.60 5.1.1. 688,854,158,040.00 649,441,896,540.53 (39,412,261,499.47) 94.28 5.1.3. 800,000,000.00 800,000,000.00 - 100.00 5.1.4. 145,740,560,750.00 120,659,576,081.00 (25,080,984,669.00) 82.79 5.1.5 9,000,000,000.00 6,980,371,500.00 (2,019,628,500.00) 77.56 5.1.7 800,000,000.00 751,529,845.00 (48,470,155.00) 93.94 5.1.8 10,000,000,000.00 4,757,524,974.00 (5,242,475,026.00) 47.58

5.2. 2,316,532,809,682.00 1,716,194,283,632.60 (600,338,526,049.40) 74.08 5.2.1. 219,210,991,999.00 194,751,340,985.87 (24,459,651,013.13) 88.84 5.2.2. 596,771,691,501.00 488,636,554,844.34 (108,135,136,656.66) 81.88 5.2.3. 1,500,550,126,182.00 1,032,806,387,802.39 (467,743,738,379.61) 68.83 3,171,727,528,472.00 2,499,585,182,573.13 (672,142,345,898.87) 78.81 (928,305,313,385.00) (1,044,685,614.66) 927,260,627,770.34 0.11

6 928,305,313,385.00 936,740,689,745.46 8,435,376,360.46 100.91 6.1. 964,765,313,385.00 964,305,689,745.46 (459,623,639.54) 99.95 6.1.1. 964,765,313,385.00 964,305,689,745.46 (459,623,639.54) 99.95

964,765,313,385.00 964,305,689,745.46 (459,623,639.54) 99.95

6.2. 36,460,000,000.00 27,565,000,000.00 (8,895,000,000.00) 75.60 6.2.2. 36,460,000,000.00 27,565,000,000.00 (8,895,000,000.00) 75.60

36,460,000,000.00 27,565,000,000.00 (8,895,000,000.00) 75.60 928,305,313,385.00 936,740,689,745.46 8,435,376,360.46 100.91 - 935,696,004,130.80 (935,696,004,130.80) JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN

PEMBIAYAAN NETTO SILPA Tahun Berkenaan SILPA Tahun Sebelumnya

JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN

PENGELUARAN DAERAH

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kab/Kota Belanja Tak Terduga

BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Barang & Jasa Belanja Modal JUMLAH BELANJA JUMLAH SURPLUS/DEFISIT

PEMBIAYAAN DAERAH Belanja Bantuan Sosial Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Propinsi dan Pemda lainnya

JUMLAH PENDAPATAN

BELANJA DAERAH BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai

Belanja Subsidi Belanja Hibah Pendapatan Hibah PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah DANA PERIMBANGAN

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi khusus

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH PENDAPATAN


(2)

PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

UNTUK TAHUN YANG TERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015

TAHUN ANGGARAN 2015

1 3 4 5 7

1. 2,529,001,945,784.00 2,198,750,825,394.15 330,251,120,389.85 86.94 1.1. 539,892,356,090.00 547,744,846,650.15 (7,852,490,560.15) 101.45

1.1.1. 353,408,000,000.00 385,494,515,123.31 (32,086,515,123.31) 109.08 1.1.2. 54,013,679,440.00 48,395,714,264.63 5,617,965,175.37 89.60 1.1.3. 28,560,000,000.00 17,124,595,484.65 11,435,404,515.35 59.96

1.1.4. 103,910,676,650.00 96,730,021,777.56 7,180,654,872.44 93.09 1.2. 1,430,910,142,069.00 1,145,301,044,119.00 285,609,097,950.00 80.04 1.2.1. 1,030,844,276,069.00 747,602,272,119.00 283,242,003,950.00 72.52 1.2.2. 388,230,396,000.00 388,230,396,000.00 - 100.00 1.2.3. 11,835,470,000.00 9,468,376,000.00 2,367,094,000.00 80.00 1.3. 558,199,447,625.00 505,704,934,625.00 52,494,513,000.00 90.60

1.3.1. 4,500,000,000.00 1,185,000,000.00 3,315,000,000.00 26.33 1.3.3. 252,545,976,625.00 222,438,963,625.00 30,107,013,000.00 88.08

1.3.4. 146,023,971,000.00 146,023,971,000.00 - 100.00 1.3.5. 155,129,500,000.00 136,057,000,000.00 19,072,500,000.00 87.71 2. 3,431,637,949,914.80 2,897,353,662,621.07 534,284,287,293.73 84.43 2.1. 1,078,027,912,885.80 990,651,523,663.37 87,376,389,222.43 91.89 2.1.1. 751,747,192,385.80 694,001,022,970.37 57,746,169,415.43 92.32 2.1.3. 800,000,000.00 800,000,000.00 - 100.00 2.1.4. 280,395,720,500.00 264,504,384,697.00 15,891,335,803.00 94.33 2.1.5. 9,000,000,000.00 6,254,308,000.00 2,745,692,000.00 69.49 2.1.7. 1,085,000,000.00 998,806,796.00 86,193,204.00 92.06

2.1.8. 35,000,000,000.00 24,093,001,200.00 10,906,998,800.00 68.84 2.2. 2,353,610,037,029.00 1,906,702,138,957.70 446,907,898,071.30 81.01 2.2.1. 291,345,136,300.00 250,712,015,643.57 40,633,120,656.43 86.05 2.2.2. 711,907,692,678.00 565,563,910,700.85 146,343,781,977.15 79.44 2.2.3. 1,350,357,208,051.00 1,090,426,212,613.28 259,930,995,437.72 80.75 (902,636,004,130.80) (698,602,837,226.92) (204,033,166,903.88) 77.40 3. 968,756,004,130.80 965,876,004,130.80 2,880,000,000.00 99.70 3.1. 935,696,004,130.80 935,696,004,130.80 - 100.00 3.1.1. 935,696,004,130.80 935,696,004,130.80 - 100.00

3.2. 33,060,000,000.00 30,180,000,000.00 2,880,000,000.00 91.29 3.2.2. 33,060,000,000.00 30,180,000,000.00 2,880,000,000.00 91.29

902,636,004,130.80 905,516,004,130.80 (2,880,000,000.00) 100.32 - 206,913,166,903.88 (206,913,166,903.88)

-%

Anggaran Anggaran

Kode Rekening

Jumlah Realisasi Sisa

Uraian Anggaran

PENDAPATAN 330,251,120,389.85

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

(7,852,490,560.15)

2 6

Prognosis

Pendapatan Pajak Daerah (32,086,515,123.31) Pendapatan Retribusi Daerah 5,617,965,175.37 Pendapatan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

11,435,404,515.35

Lain-lain PAD Yang Sah 7,180,654,872.44 DANA PERIMBANGAN 285,609,097,950.00 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil

Bukan Pajak

283,242,003,950.00

Dana Alokasi Umum (DAU)

-Dana Alokasi Khusus (DAK) 2,367,094,000.00 LAIN-LAIN PENDAPATAN

DAERAH YANG SAH

52,494,513,000.00

Pendapatan Hibah 3,315,000,000.00 Dana Bagi Hasil Pajak dari

Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

30,107,013,000.00

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

-Bantuan Keuangan 19,072,500,000.00

BELANJA 534,284,287,293.73

BELANJA TIDAK LANGSUNG 87,376,389,222.43 Belanja Pegawai 57,746,169,415.43

Belanja Subsidi

-Belanja Hibah 15,891,335,803.00 Belanja Bantuan Sosial 2,745,692,000.00 Belanja Bantuan Keuangan

Kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintahan Desa dan Partai Politik

86,193,204.00

Belanja Tidak Terduga 10,906,998,800.00 BELANJA LANGSUNG 446,907,898,071.30 Belanja Pegawai 40,633,120,656.43 Belanja Barang dan Jasa 146,343,781,977.15 BELANJA MODAL 259,930,995,437.72 SURPLUS/(DEFISIT) (204,033,166,903.88)

PEMBIAYAAN 2,880,000,000.00

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

-Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya -PENGELUARAN PEMBIAYAAN 2,880,000,000.00 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah 2,880,000,000.00

PEMBIAYAAN NETTO (2,880,000,000.00) SISA LEBIH PEMBIAYAAN

ANGGARAN (SILPA)


(3)

Hasil Output SPSS

A.

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

PAD

6

143796987897

752582581776

417317801696.70 220837036701.757

DP

6

844535994856

1339024155296 1180605024837.83 184481601087.960

LLPDYS

6

254947162700

669955801300

464332069610.83 137406897554.291

BD

6

1377337385051

2897353662621 2065733966583.54 620439944431.479

Valid N

(listwise)

6

B.

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N

6

Normal Parameters

a,b

Mean

.0002848

Std. Deviation

144575679798.

58655000

Most Extreme Differences

Absolute

.247

Positive

.247

Negative

-.137

Kolmogorov-Smirnov Z

.604

Asymp. Sig. (2-tailed)

.858

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


(4)

C.

Uji Multikolinearitas

D.

Uji Autokorelasi

Model Summary

b

Mode

l

R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1

.972

a

.946

.864 2285942212

15.364

1.742

a. Predictors: (Constant), LLPDYS, PAD, DP

b. Dependent Variable: BD

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error

Beta

Tolerance

VIF

1

(Constant)

2406664

559460.

523

772388

955751.

336

3.116

.089

PAD

2.984

.621

1.062

4.803

.041

.555 1.801

DP

-2.503

.993

-.744

-2.521

.128

.311 3.212

LLPDYS

2.949

1.109

.653

2.659

.117

.450 2.222


(5)

E.

Uji Heteroskedastisitas

F.

Analisis Regresi Linier Berganda

Belanja Daerah = 2,407E12 + 2,984PAD

2,503DP + 2,949LLPDYS

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

(Constant)

39371884

2295.096

13077640

0525.503

3.011

.095

PAD

.274

.105

.897

2.606

.121

DP

-.537

.168

-1.467

-3.192

.086

LLPDYS

.522

.188

1.062

2.780

.109

a. Dependent Variable: ABS_RES

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

2.407E+12 7.724E+11

3.116

.089

PAD

2.984

.621

1.062

4.803

.041

DP

-2.503

.993

-.744

-2.521

.128

LLPDYS

2.949

1.109

.653

2.659

.117


(6)

G.

Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

b

Model

R

R

Square

Adjusted

R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Durbin-Watson

1

.972

a

0.946

0.864 2.29E+11

1.742

a. Predictors: (Constant), LLPDYS, PAD, DP

b. Dependent Variable: BD

H.

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVA

a

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

1.820E+24

3

6.067E+23

11.611

.080

b

Residual

1.045E+23

2

5.226E+22

Total

1.925E+24

5

a. Dependent Variable: BD


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana Alokasi Umum (Dau), Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Dana Bagi Hasil (Dbh) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2010-2013

3 91 94

Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau

12 97 86

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal Dengan Dana Alokasi Khusus Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

2 91 90

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil Terhadap Kemandirian Daerah Melalui PDRB Per Kapita (Studi Kasus Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara)

1 55 108

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Tingkat Kemandirian Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

4 37 108

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 40 75

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, dan Produk Domestik Regional Bruto pada Belanja Daerah serta Deteksi Ilusi Fiskal.

0 0 12

Pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap belanja daerah di Kabupaten Bengkayang.

1 9 97