Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau

(1)

SKRIPSI

PENGARUH RASIO EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN

DANA BAGI HASIL TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU TAHUN 2008-2012

OLEH

SARTIKA NURMINCE SIAGIAN

120522139

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

ABSTRAK

PENGARUH RASIO EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASIL

TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, serta Dana Bagi Hasil merupakan beberapa faktor yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui apakah daerah tersebut dapat dikatakan sebagai daerah yang memiliki kemandirian keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) , Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh secara signifikan positif terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

Populasi pada penelitian ini adalah kabupaten / kota di Provinsi Riau yang mempublikasikan laporan APBD dan Laporan Realisasi APBDnya di situs Departemen Keuangan periode tahun 2008-2012 yang berjumlah 12 kabupaten/kota. Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan purposive sampling method. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Variabel independen yang digunakan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangkan variabel dependen adalah Tingkat Kemandirian Keuangan .

Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah , (2) Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, (3) Dana Alokasi Khusus (DAK) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah, (4) Dana Bagi Hasil (DBH) secara parsial tidak berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah, (5) PAD, DAU, DAK,DBH secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu tingkat kemandirian keuangan daerah.

Kata Kunci : Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH)


(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF LOCAL OWN REVENUE EFFECTIVITY RATIO, GENERAL ALLOCATION FUND, SPECIAL ALLOCATION FUND, SHARE ALLOCATION FUND TOWARD REGIONAL FINANCIAL INDEPENDENCE

IN REGENCY / CITY AT RIAU PROVINCE

Local Own Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, and Share Allocation Fund are the factors to knows the regency / city who have financial idependence.

The purpose of this research is to examine the significant impact of Local Own Revenue Effectivity Ratio, Share Allocation Fund, General Allocation Fund and Special Allocation Fund toward Regional Financial Independence in regency / city at Riau Province.

The population in this research is the regency / city at Riau Province are publish their financial statement in Financial Department of the Republic Indonesia and this research is done for 2008-2012. There are twelve regency/city. The sample in this research is taken by using purposive sampling method. The type of data that is used is secondary data. Independent variable Local Own Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, and Share Allocation Fund, while the dependent variable is Regional Financial Independence .

Technical data analysis used is multiple linear regression analysist. The result of this research show that partially Local Own Revenue Effectivity Ratio had no significant effect on the level of Regional Financial Independence , the General Allocation Fund impact positively significantly effect on the level of Regional Financial Independence, the Special Allocation Fund impact positively significantly effect on the level of Regional Financial Independence, and Share Allocation Fund had no significant effect on the level of Regional Financial Independence.

Local Own Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, and Share Allocation Fund have the positive and significant effect to the dependent variabel namely Regional Financial Independence in Regency / City at Riau Province.

Key Words: Regional Financial Independence, Local Own Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, and Share Allocation Fund.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah pemilik kehidupan yang telah mengaruniakan anakNya Yesus Kristus untuk segala anugrah dan berkat yang masih boleh diterima dan yang telah memberikan pengetahuan, kesehatan, dan kesempatan untuk boleh menikmati masa- masa perkuliahan sampai akhirnya dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan satu diantara syarat penyelesaian pendidikan Strata 1 pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum., Mec. Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi.,Ak., CA., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan masukan yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak., selaku dosen pembanding yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini dan Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku dosen penguji yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.


(5)

6. Teristimewa terima kasih penulis kepada Ayahanda tercinta B. Siagian dan Ibunda tersayang D. br Tambunan yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, serta Abang kakak dan adik (Abang Dolok, Kakak Sanggul, Abang Renol, Kakak Siska, Daniel) yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi yang luar biasa melalui doa, kasih sayang yang selalu diberikan dengan tulus selama ini.

7. Sahabat- sahabat terkasih yang sudah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini Bebeth, Ichan, Kakak Lisda, Ribka, Susi, Yulinda, Eny, Jessi, Kakak Lopiani, Kakak Cenzy, Reni, dan yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu.

8. Seluruh teman- teman pelayanan di YAKPM BPC-Medan.

Penulis telah berusaha dengan maksimal untuk menghasilkan skripsi yang terbaik. Namun untuk kebaikan pengembangan ilmu penulis tetap menerima kritik dan saran. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

Sartika Nurmince Siagian


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Rasio Efektivitas PAD ... 8

2.1.2 Dana Alokasi Umum (DAU) . ... 8

2.1.3 Dana Alokasi Khusus (DAK)... 10

2.1.4 Dana Bagi Hasil (DBH) ... 11

2.1.5 Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah ... 12

2.1.6 Review Penelitian Terdahulu ... 13

2.3 Kerangka Konseptual ... 15

2.4 Hipotesis ... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Batasan Operasional ... 20

3.4 Defenisi Operasional ... 20

3.4.1. Variabel Independen ... .. 21

3.4.2. Variabel dependen ... ... 22

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

3.5.1. Populasi Penelitian ... . 23

3.5.2. Sampel Penelitian ... 24

3.6 Jenis Data ... 25

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.8 Teknik Analisis Data ... 26

3.9 Pengujian Asumsi Klasik ... 27

3.9.1 Uji Normalitas ... 28

3.9.2 Uji Heteroskedastisitas ... 30


(7)

3.9.4 Uji Heteroskedasitas ... 32

3.10 Pengujian Hipotesis ... 3.10.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 33

3.10.2 Uji Statistik t (Uji Parsial) ... 3.10.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 37

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 39

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 39

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 40

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 40

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 45

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 46

4.2.2.4 Uji Heteroskedatisitas ... 47

4.2.3 Analisis Linear Berganda ... 49

4.2.4 Uji Hipotesis ... 52

4.2.4.1 Uji Signifikasi Simultan (Uji-F) ... 52

4.2.4.2 Uji Signifikasi Parsial (Uji- t) ... 53

4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi ( R2) ... 55

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Keterbatasan ... 61

5.2 Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Tabel perbandingan PAD dan Transfer pusat ... 2

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 13

3.1 Skala Pengukuran Variabel ... 22

3.2 Hubungan antar variabel Koefisien Determinasi ... 36

4.1 Nama Ibukota serta Luas Wilayah di Provinsi Riau ... 38

4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 39

4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 44

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 45

4.5 Hasil Uji Run Test ... 48

4.6 Hasil Uji Glejser ... 49

4.7 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 50

4.8 Hasil Uji Simultan (Uji-F) ... 52

4.9 Tabel F tabel ... 53

4.10 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 54

4.11 Hasil Pengujian Variabel ... 56

4.12 Hubungan Antar Variabel ... 56


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 16

4.1 Grafik Histogram Tidak Normal ... 41

4.2 Grafik P- Plot Tidak Normal... 41

4.3 Grafik Histogram Normal ... 42

4.4 Normal P-Plot Normal ... 43


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Daftar Sampel Penelitian... 1

F tabel ... 2

t tabel ... 3

Data SPSS 17 ... 4


(11)

ABSTRAK

PENGARUH RASIO EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASIL

TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI RIAU

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, serta Dana Bagi Hasil merupakan beberapa faktor yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui apakah daerah tersebut dapat dikatakan sebagai daerah yang memiliki kemandirian keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) , Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh secara signifikan positif terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

Populasi pada penelitian ini adalah kabupaten / kota di Provinsi Riau yang mempublikasikan laporan APBD dan Laporan Realisasi APBDnya di situs Departemen Keuangan periode tahun 2008-2012 yang berjumlah 12 kabupaten/kota. Sampel dalam penelitian diambil dengan menggunakan purposive sampling method. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Variabel independen yang digunakan adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangkan variabel dependen adalah Tingkat Kemandirian Keuangan .

Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah , (2) Dana Alokasi Umum (DAU) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, (3) Dana Alokasi Khusus (DAK) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah, (4) Dana Bagi Hasil (DBH) secara parsial tidak berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah, (5) PAD, DAU, DAK,DBH secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu tingkat kemandirian keuangan daerah.

Kata Kunci : Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH)


(12)

ABSTRACT

THE EFFECT OF LOCAL OWN REVENUE EFFECTIVITY RATIO, GENERAL ALLOCATION FUND, SPECIAL ALLOCATION FUND, SHARE ALLOCATION FUND TOWARD REGIONAL FINANCIAL INDEPENDENCE

IN REGENCY / CITY AT RIAU PROVINCE

Local Own Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, and Share Allocation Fund are the factors to knows the regency / city who have financial idependence.

The purpose of this research is to examine the significant impact of Local Own Revenue Effectivity Ratio, Share Allocation Fund, General Allocation Fund and Special Allocation Fund toward Regional Financial Independence in regency / city at Riau Province.

The population in this research is the regency / city at Riau Province are publish their financial statement in Financial Department of the Republic Indonesia and this research is done for 2008-2012. There are twelve regency/city. The sample in this research is taken by using purposive sampling method. The type of data that is used is secondary data. Independent variable Local Own Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, and Share Allocation Fund, while the dependent variable is Regional Financial Independence .

Technical data analysis used is multiple linear regression analysist. The result of this research show that partially Local Own Revenue Effectivity Ratio had no significant effect on the level of Regional Financial Independence , the General Allocation Fund impact positively significantly effect on the level of Regional Financial Independence, the Special Allocation Fund impact positively significantly effect on the level of Regional Financial Independence, and Share Allocation Fund had no significant effect on the level of Regional Financial Independence.

Local Own Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, and Share Allocation Fund have the positive and significant effect to the dependent variabel namely Regional Financial Independence in Regency / City at Riau Province.

Key Words: Regional Financial Independence, Local Own Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, and Share Allocation Fund.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemandirian keuangan daerah merupakan salah satu tujuan dari otonomi daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintahan daerah (Bratakusumah dan Solihin, 2001 : 169).

Dalam bidang keuangan daerah , fenomena umum yang dihadapi oleh sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia adalah relatif kecilnya peranan (kontribusi) Pendapatan Asli Daerah (PAD) didalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan kata lain, peranan/kontribusi penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat dalam bentuk sumbangan dan bantuan, bagi hasil pajak dan bukan pajak, mendominasi susunan APBD (Tambunan, 2002 :2).

Berdasarkan data dari tingkat kemandirian keuangan daerah adalah ketergantungan pemerintah daerah yang tinggi terhadap pemerintahan pusat, yang dapat dilihat dari aspek keuangan. Ketergantungan terlihat dari relatif rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan


(14)

dominannya transfer dari pusat. Fenomena tersebut dapat dilihat dari data keuangan pada daerah - daerah di provinsi Riau dengan data sebagai berikut:

Tabel 1.1

Perbandingan PAD dan Transfer dari Pemerintah Pusat

No Nama Kabupaten

Tahun 2006 (dalam jutaan rupiah) PAD

Transfer dari Pemerintah Pusat

1 Kab. Bengkalis 110.688,83 2.398.658,13 2 Kab. Indragiri Hilir 36.959,54 775.888,50 3 Kab. Indragiri Hulu 11.183,49 675.979,06 4

Kab.Kuantan

Singingi 21.390,33 658.375,37

5 Kab. Pelalawan 24.580,90 661.508,45 6 Kab. Rokan Hilir 71.614,67 1.535.683,14 7 Kab. Rokan Hulu 21.049,35 665.208,93 8 Kab. Siak 140.415,93 1.575.184,09

9 Kota Dumai 40.866,58 579.765,28

10 Kota Pekanbaru 104.462,32 723.134,39

Sumber :

Begitu pula dengan keuangan daerah tersebut, adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mencapai suatu kemandirian keuangan daerah guna lebih meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah (Halim, 2007 : 232).

Kemandirian keuangan daerah dapat dilihat dari besarnya PAD yang diperoleh oleh tiap Pemkab/Pemko sehingga perlu dilihat efektifitas PAD tersebut


(15)

dengan membandingkan antara PAD yang dianggarkan dengan realisasi PAD sehingga dapat diketahui kondisi riil daerah.

Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan Pemda dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Semakin tinggi rasio efektifitas, kemampuan daerah semakin baik (Halim, 2008 : 234). PAD yang memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan bantuan yang diberikan Pemerintah Pusat pada Pemkab/Pemko maka daerah tersebut dapat dikatakan mandiri. Apabila struktur PAD sudah kuat, boleh dikatakan daerah tersebut memiliki kemampuan pembiayaan yang kuat juga.

Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain seperti bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. Selain PAD, kemandirian keuangan daerah juga disebabkan oleh banyak faktor diantaranya dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

PAD selalu dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk mengukur ketergantungan suatu daerah kepada pusat, pada prinsipnya semakin besar sumbangan PAD kepada APBD maka akan menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat. Dengan demikian maka suatu daerah yang kinerja keuangannya dinyatakan baik berarti daerah tersebut memiliki kemampuan keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah.

Penelitian mengenai tingkat kemandirian keuangan daerah telah banyak dilakukan, dimana menunjukkan hasil temuan yang berbeda-beda. Penelitian yang


(16)

dilakukan Muliana (2009) menunjukkan bahwa PAD mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, sedangkan DAU dan DAK mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan Ersyad (2011) menunjukkan bahwa PAD mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan Julitawati (2012) menunjukkan bahwa PAD dan dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Penelitian yang dilakukan Reza (2013) menunjukkan bahwa PAD berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, DBH dan DAU tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, sedangkan DAK berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.

Dari beberapa peneliti terdahulu tersebut, maka PAD yang memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kemandirian keuangan apabila daerah artinya PAD meningkat maka kemandirian keuangan daerah juga meningkat, sebaliknya jika PAD rendah maka kemandirian keuangan daerah juga rendah. DAU yang dialokasikan pemerintah terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, jika DAU yang dialokasikan pemerintah pusat ke daerah relatif besar maka daerah tersebut masih mengandalkan dana dari pemerintah sebagai penerimaan utamanya.

DAK yang berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah berarti semakin besar DAK yang diterima oleh daerah maka kemandirian


(17)

keuangan daerah semakin rendah, sebaliknya semakin kecil DAK yang diterima maka kemandirian keuangan semakin besar.

Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Bagi Hasil (DBH) serta transfer lainnya dari pemerintah pusat hanya bersifat pendukung bagi pelaksanaan pembangunan di daerah.

Keempat jenis dana tersebut yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan sumber dana daerah yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan di tingkat daerah. Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan transfer dana dari pemerintah. Transfer dana tersebut bagi pemerintah daerah merupakan sumber pendanaan dalam melaksanakan kewenangannya, sedangkan kekurangan pendanaan dapat digali dari PAD. Transfer dari pemerintah pusat merupakan sumber utama pemerintah daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari. Sehingga dengan adanya fenomena tersebut yang menyebutkan bahwa, ketergantungan pemerintah daerah yang tinggi terhadap pemerintahan pusat dengan keadaan lebih besarnya transfer dana dari pemerintah pusat dibandingkan pendapatan asli daerah ingin maka ingin dilakukan pengujian terhadap keadaan tersebut.

Penelitian terdahulu tersebut memiliki perbedaan hasil penelitian sehingga dengan adanya perbedaan hasil yang didapatkan, oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian sejenis dengan mengambil sampel pada pemerintahan Kabupaten / Kota di Provinsi Riau.


(18)

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus serta Dana Bagi Hasil terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Riau”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah : “ Apakah Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada pemerintahan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau baik secara parsial maupun simultan ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada pemerintahan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau baik secara parsial maupun simultan.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain : bagi peneliti, bagi pemerintah daerah, dan bagi peneliti selanjutnya.

1.4.1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Riau serta untuk membandingkan teori yang didapat dari studi kuliah dengan yang sebenarnya.

1.4.2. Bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus serta pengaruhnya terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.

1.4.3. Bagi penelitian selanjutnya , diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang dapat membantu penelitian selanjutnya khususnya tentang tingkat kemandirian keuangan daerah.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

Menurut Halim (2007:234), “Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah”, dengan rumus :

Efektifitas = ������������������������� �������������������������������

����������������������

× 100%

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugasnya dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Namun demikian semakin tinggi rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik karena semua rencana benar-benar terlaksana dan hal itu berarti bahwa kinerjanya terbukti.

2.1.2. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari penerimaan anggaran pendapatan dan belanja negara yang dialokasikan kepada daerah dalam bentuk block grant yang pemanfaatannya diserahkan sepenuhnya kepada daerah. Variabel ini diukur melalui besarnya target DAU yang diperoleh daerah kabupaten/kota pada setiap tahun anggaran.


(21)

Menurut Halim (2004 : 160), “Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum mempunyai bagian-bagian. Bagian-bagian tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut.

1. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Provinsi.

2. Dana Alokasi Umum untuk daerah Kabupaten/Kota.

DAU ditetapkan minimal 25% dari penerimaan dalam negeri. 10% untuk DAU daerah provinsi, 90% untuk DAU daerah kabupaten/kota.

DAU Provinsi = �����ℎ���������ℎ�������� ×bobotdaerahprovinsiyangbersangkutan

bobotseluruhdaerahprovinsi DAU Kab/kota =�����ℎ���������ℎ����������� ×����������ℎ���������������������������

�����������ℎ�����ℎ�����������

Menurut Saragih (2003 : 104) “ Bagi daerah yang relatif minim Sumber Daya Alam (SDA), DAU merupakan sumber pendapatan penting guna mendukung operasional pemerintah sehari-hari serta sebagai sumber pembiayaan pembangunan.”

Menurut Saragih (2003 :132) tujuan DAU di samping untuk mendukung sumber penerimaan daerah juga sebagai pemerataan atau equalization kemampuan keuangan pemerintah daerah.

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan block grant yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan fiskalnya, dan didistribusikan dengan formula berdasarkan prinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa daerah


(22)

miskin dan terbelakang harus menerima lebih banyak daripada daerah yang kaya. Dengan kata lain, tujuan penting Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik antar pemerintah daerah di Indonesia”. (Kuncoro, 2004 : 30)

Mengacu pada PP No.104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan (Mardiasmo, 2007: 157) tujuan Dana Alokasi Umum (DAU) terutama adalah untuk horizontal equity dan suffeciency. Tujuan horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka melakukan distribusi pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan antar daerah. Sementara itu, yang menjadi kepentingan daerah adalah kecukupan (sufficiency), terutama adalah untuk menutup fiscal gap.

2.1.3 Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.

Menurut Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, “Dana Alokasi Khusus selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu


(23)

mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.”

DAK dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan dana dalam APBN. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan rumus atau komitmen atau prioritas nasional.

2.1.4. Dana Bagi Hasil (DBH)

Menurut Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah (2005:108) “Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”. Dana bagi hasil ini bersumber dari pajak dan kekayaan daerah.

Dana bagi hasil merupakan komponen dana perimbangan yang memiliki peranan penting dalam menyelenggarakan otonomi daerah karena penerimaannya didasarkan atas potensi daerah penghasil sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah yang bukan berasal dari pendapatan asli daerah selain dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

Oleh karena itu, jika pemerintah daerah menginginkan transfer bagi hasil yang tinggi maka pemerintah daerah harus dapat mengoptimalkan potensi pajak dan


(24)

sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing daerah, sehingga kontribusi yang diberikan dana bagi hasil terhadap pendapatan daerah dapat meningkat.

2.1.5.Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah

Menurut Halim (2004 : 20) ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari “keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Keuangan daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)”.

Beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD menurut Halim (2002 : 128) adalah dengan Rasio Kemandirian (otonomi fiskal). Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.

Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam


(25)

pembangunan daerah. Semakin tinggi tingkat rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen PAD. Semakin tinggi masyarakat yang membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi.

2.1.6. Review Peneliti Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu Nama dan

tahun

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Muliana (2009)

1. Variabel dependen: Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. 2. Variabel Independen:

Rasio PAD, DAU, DAK

1. Secara parsial bahwa rasio efektivitas PAD berpengaruh secara signifikan positif terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah , sedangkan DAU, DAK berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah .

2. Secara simultan, bahwa Rasio efektivitas PAD, DAU dan DAK berpengaruh secara signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah .


(26)

Ersyad (2011)

1. Variabel dependen : Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah 2. Variabel Independen :

PAD, DAU, DAK.

1. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh secara signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah

2. DAK dan DAU berpengaruh secara signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah,

Julitawati, et al(2012)

1. Variabel dependen: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah 2. Variabel

Independen: PAD dan Dana

Perimbangan

1. PAD dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan positif secara simultan terhadap kinerja keuangan pemerintah

2. PAD dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan positif secara parsial masing-masing terhadap kinerja keuangan pemerintah.

Marizka (2013)

1. Variabel dependen: Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah 2. Variabel Independen :

PAD, Dana Bagi Hasil, DAU, DAK.

1. Secara simultan, bahwa Rasio efektivitas PAD, DAU dan DAK dan DBH berpengaruh secara signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah . 2. Secara parsial PAD berpengaruh


(27)

signifikan positif terhadap kemandirian keuangan daerah, DAU berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah, DAK berpengaruh signifikan negatif terhadap kemandirian keuangan daerah, DBH berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah.

2.2. Kerangka Konseptual

Penelitian ini menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil terhadap kemandirian keuangan daerah pada kabupaten/kota di Provinsi Riau pada tahun 2008 - 2012.

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah. Pemerintah daerah yang efektif dalam mengelola pendapatan PAD, maka akan memperbesar atau meningkatkan PAD yang diperoleh sehingga Pemerintah Pusat tidak perlu lagi mengalokasikan dana kepada pemerintah daerah sehingga daerah tersebut dikatakan mandiri.


(28)

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah menjelaskan antara pengaruh variabel dependen dengan variabel independen yang dijelaskan dalam uraian berikut.

1. Penelitian terdahulu menjelaskan Pendapatan Asli Daerah akan mempengaruhi tingkat kemandirian keuangan suatu daerah, bahwa apabila Pendapatan Asli Daerah yang dihasilkan pada suatu daerah tertentu, hal tersebut akan mempengaruhi kemandirian keuangannya sebab jika PAD yang dihasilkan tinggi, maka tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal akan semakin rendah dan membuktikan bahwa daerah tersebut mandiri. PAD yang dihasilkan rendah, maka tingkat

RASIO EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH (X1)

DANA ALOKASI UMUM (X2)

DANA ALOKASI KHUSUS (X3)

TINGKAT KEMANDIRIAN

KEUANGAN DAERAH (Y)


(29)

kemandirian keuangannya masih rendah karena daerah tersebut akan bergantung kepada dana transfer dari pemerintah pusat.

2. Dana Alokasi umum juga akan berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa apabila DAU yang diterima oleh suatu daerah lebih besar dibandingkan dengan PAD yang dihasilkan daerah tersebut maka hal tersebut berarti tingkat kemandirian keuangan daerah tersebut masih belum dapat dikatakan mandiri sebab dalam membiayai kegiatan fiskalnya, daerah tersebut masih bergantung pada DAU dari pemerintah pusat.

3. Dana Alokasi Khusus juga berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah. Dari penelitian sebelumya disebutkan bahwa apabila DAK yang diterima oleh suatu daerah lebih besar dibandingkan dengan PAD yang dihasilkan daerah tersebut maka hal tersebut berarti tingkat kemandirian keuangan daerah tersebut masih belum dapat dikatakan mandiri sebab dalam membiayai kegiatan fiskalnya, daerah tersebut masih bergantung pada DAK dari pemerintah pusat.

4. Dana bagi hasil tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah . Dana bagi hasil merupakan komponen dana perimbangan yang memiliki peranan penting dalam menyelenggarakan otonomi daerah . Pemerintah daerah yang menginginkan dana bagi hasil yang tinggi maka harus mengoptimalkan


(30)

potensi pajak dan sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing daerah, sehingga kontribusi yang diberikan dana bagi hasil terhadap pendapatan daerah meningkat.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka peneliti membuat hipotesis yang digunakan dalam penelitian.

H1 : rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus serta Dana Bagi Hasil secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah pada pemerintahan Kota/Kabupaten di Riau.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisa data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien dan sistematis yang hasilnya berguna untuk mengetahui persoalan atau keadaan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah.

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya (Umar, 2003 : 30). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Riau dalam jangka waktu 2008 - 2012. Provinsi Riau dipilih sebagai Provinsi penelitian dikarenakan untuk memudahkan pengumpulan data selain itu Riau termasuk salah satu Provinsi yang menjadi penyumbang pajak dari sektor perkebunan yang terbesar di Indonesia termasuk Sumatera Utara.


(32)

3.3. Batasan Operasional

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini memberikan batasan operasional untuk menghindari kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan. Batasan operasional yang dimaksud yang sesuai dengan perumusan masalah diuraikan dalam pernyataan berikut.

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus serta dana bagi hasil sebagai variabel yang digunakan untuk mencari seberapa besar tingkat kemandirian keuangan daerah dalam wilayah provinsi Riau pada tahun 2008 - 2012 dalam penelitian ini.

3.4. Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2004) Operasional Variabel adalah salah satu cara untuk mengukur suatu konsep dan bagaimana konsep harus diukur sehingga terdapat variabel-variabel yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Variabel – variabel ini digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti, dimana data yang diperoleh, dikumpulkan dan dianalisis kemudian dibandingkan dengan landasan teoritis yang diperoleh dari literature dan kemudian ditarik kesimpulan.


(33)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 3.4.1. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang dianggap berpengaruh terhadap variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini akan diuraikan dalam pernyataan dibawah ini.

3.4.1.1. Pendapatan Asli Daerah (X1)

Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang berasal dari dalam daerah yang bersangkutan yang merupakan hasil pajak, hasil retribusi daerah, hasil laba perusahan milik daerah dan juga pendapatan lainnya yang sah. Variable independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (X1). Variabel ini diukur berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Pendatan dan Belanja Daerah Provinsi Riau tahunan di situs Departemen Keuangan. Dengan menggunakan satuan dalam rupiah.

3.4.1.2. Dana Alokasi Umum (X2)

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

3.4.1.3. Dana Alokasi Khusus (X3)

Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus.


(34)

3.4.1.4. Dana Bagi Hasil (X4)

Dana bagi hasil merupakan komponen dana perimbangan yang memiliki peranan penting dalam menyelenggarakan otonomi daerah karena penerimaannya didasarkan atas potensi daerah penghasil sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah yang bukan berasal dari pendapatan asli daerah selain dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

3.4.2. Variabel dependen (Y)

Variabel dependen (Dependent Variabel) merupakan variabel yang tergantung atau dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat Kemandirian Keuangan.

Tabel 3.1

Skala Pengukuran Variabel

Variabel Pengukuran Skala

Independen Rasio Efektivitas PAD

������������

����������� � 100%

Rasio

Dana Alokasi Umum

������������

�����������������������������ℎ � 100 % Rasio

Dana Alokasi

Khusus ������������

�����������������������������ℎ � 100%


(35)

Dana Bagi Hasil ������������

�����������������������������ℎ � 100%

Rasio

Dependen Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah

������������

�����������������������������ℎ � 100%

Rasio

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya ditujukan hanya untuk orang tetapi juga objek dan benda-benda alami yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik / sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut (Sugiyono, 2004). Populasi penelitian ini adalah Laporan APBD dan Laporan Realisasi APBD dari 10 Kabupaten dan 2 Kota yang ada di Provinsi Riau untuk tahun 2008-2012.


(36)

3.5.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2003:13). Sampling adalah proses memilih sejumlah elemen dari populasi yang mencukupi untuk mempelajari sampel dan memahami karakteristik elemen populasi. Sampel yang baik pada umumnya memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut ialah (Kuncoro, 2003:105). 1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti mengambil keputusan yang

berhubungan dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang dikehendaki.

2. Sampel yang baik mengindentifikasikan setiap probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel.

3. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh dalam pemilihan sampel daripada harus melakukan sensus. 4. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat

kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu “teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu.” (Sugiyono. 2004;78). Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah terdapat dalam keterangan sebagai berikut.


(37)

1. Kabupaten/kota di Provinsi Riau yang mempublikasikan laporan APBD dan Laporan Realisasi APBDnya dalam situs Departemen Keuanga

2. Kabupaten/Kota di Provinsi Riau yang mempublikasikan laporan APBD dan Laporan Realisasi APBDnya selama periode 2010-2012. Berdasarkan kriteria sampel tersebut, didapatkan sebanyak 8 sampel yang memenuhi kriteria yang terdiri dari 6 Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Riau, sehingga jumlahnya 40 sampel (8 dikali 5 tahun).

3.6. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lainnya. Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pooled data yaitu kombinasi antara data time series dengan data cross section. Data time series merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu, misalnya dalam mingguan, bulanan atau tahunan, sedangkan data cross section adalah sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam suatu kurun waktu. Sumber data dalam penelitian ini peneliti peroleh dari


(38)

3.7. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan Teknik Dokumentasi, yakni peneliti melakukan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari situs pengumpulan data juga dilakukan dengan studi kepustakaan. Studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan cara melakukan pengamatan data dari literatur-literatur dan buku-buku yang mendukung dalam penelitian.

3.8. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diteliti sudah terkumpul, maka dilakukanlah analisis data. Analisis data ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran jawaban atas variabel-variabel yang diteliti dari data yang sudah terkumpul terkait dengan rumusan dan hipotesis yang yang diajukan.

Untuk menguji hipotesis, maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, karena menyangkut tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau untuk memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.

Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formula sebagai berikut :


(39)

Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3X3 +b4X4 + e Y = Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah

a = Konstanta

X1 = Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah X2 = Dana Alokasi Umum

X3 = Dana Alokasi Khusus X4 = Dana Bagi Hasil

b1 = Koefisien Regresi Efektivitas Pendapatan Asli Daerah b2 = Koefisien Regresi Dana Alokasi Umum

b3 = Koefisien Regresi Dana Alokasi Khusus b4 = Koefisien Regresi Dana Bagi Hasil e = Error (pengganggu)

3.9. Pengujian Asumsi Klasik

Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS 17.0 for windows

(Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menghindari atau mengurangi bias atas hasil penelitian yang diperoleh (Erlina 2011:99).

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda. Setidaknya ada empat uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias denganta varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE),


(40)

yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Berikut ini adalah uji asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh model regresi.

3.9.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik, memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut Priyatno (2008:28) jika analisis menggunakan metode parametric, maka persyaratan normalitas harus dipenuhi, yaitu data berasal dari distribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah

statistic nonparametrik. Statitsik parametrik merupakan metode analisis yang digunakan untuk jenis data skala interval dan rasio dengan ukuran sample yang relative. Pengujian normalitas dilakukan untuk menghindari terjadinya bias pada model regresi. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekat normal.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Analisis yang menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak terdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik non parametric. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan


(41)

dengan uji statistik. Test statistik yang digunakan antara lain: analisis grafik histogram, normal probability plots dan Kolmogorov Smirnov test (Ghozali, 2005). Pengujian normalitas ini dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik.

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat membingungkan, khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat

normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah diuraikan dalam penyataan berikut.

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(42)

2. Analisis Statistik

Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnov test (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Ho = Data residual terdistribusi normal Ha = Data residual tidak terdistribusi normal Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S.

a. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho ditolak, yang berarti data terdistibusi tidak normal.

b. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka Ho diterima, yang berarti data terdistibusi normal.

3.9.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homokedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedasitas.

Model regresi yang baik adalah yang homokedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).

Dasar analisis yang digunakan dalam uji heterokedastisistas dijelaskan sebagai berikut.


(43)

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik –titik yang membentuk suatu pola tertentu teratur, bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola tertentu serta titik–titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Analisis dengan grafik

plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan, semakin sulit untuk mengintepretasikan hasil grafik plot.

Uji statistik diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat menjamin keakuratan, salah satunya dengan uji Glejser (Ghozali, 2005). Dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas melalui uji Glejser.

1. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan statistik, yang berarti data empiris yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas.

2. Apabila probabilitas nilai test tidak signifikan statistik, maka berarti data empiris yang diestimasi tidak terdapat heteroskedastisitas.

Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan, semakin sulit untuk mengintepretasikan hasil grafik plot.


(44)

3.9.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya, biasanya dijumpai pada data deret waktu (time series). Konsekuensi adanya autokorelasi dalam model regresi adalah variance sample tidak dapat menggambarkan variance populasinya, sehingga model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai independen tertentu (Ghozali, 2005). Kriteria pengujian Autokorelasi dengan menggunakan uji Run Test (Ghozali, 2006).

1. Apabila nilai Asymp. Sig pada output run test lebih besar dari 5% maka data tidak mengalami autokorelasi.

2. Apabila nilai Asymp. Sig pada output run test lebih kecil dari 5% maka data mengalami autokorelasi.

3.9.4. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005), uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi di antara variabel-variabel independen dalam model regresi tersebut. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika terdapat korelasi antara variabel independen, maka


(45)

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen adalah nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Sebagai dasar acuannya diuraikan dalam pernyataan berikut.

1. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

2. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.10. Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Model pengujian yang dilakukan adalah uji F dan uji t.

3.10.1.Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.


(46)

Bentuk pengujiannya adalah:

Ho artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus serta dana bagi hasil terhadap kemandirian keuangan daerah. Ha artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus serta dana bagi hasil terhadap kemandirian keuangan daerah.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F>0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig.F < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya yaitu:

Ho diterima dan Ha ditolak jika Fhitung< Ftabel untuk α = 5% Ho ditolak dan Ha diterima jika Fhitung> Ftabel untuk α = 5%

3.10.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.t > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan


(47)

terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig.t < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel.

Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:

Ho diterima dan Ha ditolak jika thitung<ttabel untuk α = 5% Ho ditolak dan Ha diterima jika thitung> ttabel untuk α = 5%

3.10.3.Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat (dependent variabel) yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variabel). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien derminasi multiple R2 (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Apabila nilai R2 suatu regresi mendekati satu maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen. Adjusted R square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk memastikan tipe hubungan antar variabel dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini.


(48)

Tabel 3.2

Hubungan Antar Variabel

Nilai Interpretasi

0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat

0,2 – 0,39 Tidak Erat

0,4 – 0,59 Cukup Erat

0,6 – 0,79 Erat

0,8 – 0,99 Sangat Erat (Situmorang 2008:113)


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Provinsi Riau

Berdasarkan data dari Kanwil Badan Pertanahan Nasional Propinsi Riau, Propinsi Riau memiliki luas area sebesar 8.867.267 hektar. Propinsi Riau terletak pada koordinat 01° 05’ 00” Lintang Selatan -° 25’ 00” Lintang Utara atau antara 100° 00’ 00” -105° 05’ 00” Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Di sebelah Barat dengan Propinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara Di sebelah Timur dengan Propinsi Kep. Riau dan Selat Malaka

Di sebelah Utara dengan Selat Malaka dan Propinsi Sumatera Utara Di sebelah Selatan dengan Propinsi Jambi dan Sumatera Barat

Wilayah provinsi Riau yang terbentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka terbagi menjadi wilayah daratan, dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 89.150 km2 .

Jumlah penduduk provinsi Riau menurut hasil olah cepat tercatat sebesar 5.538.637 jiwa. Penduduk Riau terkonsentrasi di Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi dengan jumlah penduduk 897.767 jiwa atau sekitar 16,21 persen dari seluruh penduduk Riau. Sedangkan Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah kabupaten kepulauan Meranti sebesar 176.290 jiwa.

Wilayah provinsi Riau secara administratif terbagi dalam 10 kabupaten dan 2 kota yaitu :


(50)

Tabel 4.1

Nama – nama Ibukota dan Luas Wilayah Kabupaten / Kota Nama Kabupaten/ Kota Ibukota Luas (Ha) Kabupaten Bengkalis Bengkalis 843.720 Kabupaten Indragiri

Hilir

Tembilahan 1.379.837

Kabupaten Indragiri Hulu

Rengat 767.627

Kabupaten Kuantan Singingi

Taluk Kuantan 520.216

Kabupaten Pelalawan Pangkalan kerinci 1.240.414 Kabupaten Rokan Hilir Bagan siapi-api 896.143 Kabupaten Rokan Hulu Pasir pengarayan 722.978 Kabupaten Siak Siak si Indrapura 823.357 Kabupaten Kep. Meranti Selat panjang 360.703

Kota Dumai Dumai 203.900

Kota Pekanbaru Pekanbaru 63.301 Provinsi Riau Pekanbaru 8.915.016

Sumber :

Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive judgement sampling method yaitu berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan metode tersebut diperoleh sampel penelitian yaitu sebanyak 8 kabupaten dan kota yang terdapat di provinsi Riau, periode penelitian tahun 2008-2012 yaitu sebanyak 5


(51)

4.2 Analisis Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif digunakan untuk mengeksplorasi data yang telah dikumpulkan, membuat kesimpulan dan mendeskripsikan data tersebut. Deskripsi variabel ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, serta standar deviasi data yang digunakan dalam penelitian. Tujuan adanya statistik deskriptif adalah untuk memudahkan membaca data serta memahami maksudnya. Deskripsi variabel dari hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan dengan pernyataan dibawah ini. a. Variabel Kemandirian Keuangan Daerah (Y) memiliki sampel (N)

sebanyak 40, dengan nilai minimum 0,65 dan nilai maksimum 3,18 serta nilai rata-rata 1,6854. Standard Deviation variabel ini adalah 057088.

Tabel 4.2 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

LNKKD 40 .65 3.18 1.6854 .57088

LNPAD 40 3.35 5.99 4.7352 .48408

LNDAU 40 1.58 3.87 3.3077 .44813

LNDAK 40 -.97 3.14 .7080 .87569

LNDBH 40 1.33 4.30 2.5162 .80157


(52)

b. Variabel Efektifitas PAD (X1) memiliki sampel (N) sebanyak 40, dengan nilai minimum 3,35 dan nilai maksimum 5,99 serta nilai rata-rata 4,7352.

Standard Deviation variabel ini adalah 0,48408.

c. Variabel DAU (X2) memiliki sampel (N) sebanyak 40, dengan nilai minimum 1,58 dan nilai maksimum 3,87 serta nilai rata-rata 3,3077.

Standard Deviation variabel ini adalah 0,44813 .

d. Variabel DAK (X3) memiliki sampel (N) sebanyak 40, dengan nilai minimum -0,97 dan nilai maksimum 3,14 serta nilai rata-rata 0,7080.

Standard Deviation variabel ini adalah 0,87569 .

e. Variabel DBH (X4) memiliki sampel (N) sebanyak 40, dengan nilai minimum 1,33 dan nilai maksimum 4,30 serta nilai rata-rata 2,5162.

Standard Deviation variabel ini adalah 0,80157 .

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, dan variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji ini akan dideteksi melalui dua cara, yaitu analisis grafik (histogram dan Normal P-Plots) dan analisis statistik (Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov).

1. Analisis Grafik

Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram dan grafik normal P-Plots berikut ini :


(53)

Sumber : Hasil olahan SPSS 17.00, 2014

Gambar 4.1

Histogram Dependent Variabel

Pada gambar 4.1 di atas dapat disimpulkan bawa variabel tidak terdistribusi secara normal. Hal ini dikarenakan kurva histogram yang tidak memiliki keseimbangan ke kiri dan ke kanan atau berbentuk seperti lonceng.

Sumber: Hasil Olahan SPSS 17.00, 2014 Gambar 4.2

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.2 memperlihatkan garis normal probability plot dimana variabel tidak terdistribusi secara normal. Hal ini dikarenakan titik-titik penyebaran data


(54)

Menurut Erlina (2011) ada beberapa cara yang dapat digunakan mengatasi data yang tidak normal diantaranya:

1. Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya. Pelanggaran asumsi normalitas biasanya disebabkan bentuknya menceng (skew), sehingga untuk mengubah bentuk yang menceng tersebut dapat mengubah nilai atau mentransformasikan niali ke dalam bentuk logaritma natural.

2. Lakukan trimming. Trimming adalah membuang data yang outlier.

3. Lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu. Melakukan winsorizing yaitu mengubah nilai observasi yang outlier menjadi nilai maksimum dan minimum yang diizinkan.

Dalam penelitian ini cara yang digunakan yaitu dengan melakukan transformasi data ke dalam bentuk logaritma natural (Ln), dimana data yang ditransformasikan adalah kemandirian keuangan daerah, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, serta dana bagi hasil. Analisis grafik menggunakan histogram dan normal P-Plots setelah dilakukan transformasi data yaitu:

Sumber: Hasil olahan SPSS 17.00, 2014 Gambar 4.3

Histogram Dependent Variabl

Gambar 4.3 ini menunjukkan kurva histogram yang memiliki kemiringan seimbang ke kiri dan ke kanan atau tidak condong kekiri dan kekanan, melainkan ketengah dengan bentuk seperti lonceng, sehingga data dengan pola seperti ini memiliki distribusi normal. Hasil kesimpulan normal atau tidaknya data hanya


(55)

dilihat dari grafik histogram, maka hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal probability plot. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat normal probability plot dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber : Hasil Olahan SPSS 17.00, 2014 Gambar 4.4

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.4 ini merupakan kurva P-Plot yang menunjukkan penyebaran titik-titik data disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini berarti data pada variabel yang digunakan, yaitu variabel kemandirian keuangan daerah berdistribusi normal.


(56)

1. Uji Statistik Kolmogorov- Smirnov.

Uji normalitas dengan metode statistik menggunakan uji kolmogorov – smirnov. Uji ini dilakukan untuk memastikan apakah plotting data residual yang menyebar disekitar garis diagonal terdistribusi normal atau tidak.Distribusi data dikatakan normal apabila nilai asymptonic significance lebih besar dari 0.05(� > 0.05). Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat data yang outlier yang dapat mengakibatkan hasil penelitian menjadi bias sehingga dapat digunakan untuk memprediksi Kemandirian Keuangan Daerah yang ad diprovinsi Riau pada tahun 2008-2012.

Untuk lebih jelas Hasil uji Kolmogorov – Smirnov dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized

Residual

N 40

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .40675129

Most Extreme Differences

Absolute .092

Positive .092

Negative -.059

Kolmogorov-Smirnov Z .584

Asymp. Sig. (2-tailed) .885 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Hasil olahan SPSS 17.00, 2014


(57)

nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,885 atau probabilitas diatas 0,05. Hal ini berarti bahwa H0 diterima, yang berarti data residual berasal dari distribusi normal. Setelah dilakukan pengujian melalui analisa grafik dan statistik maka diperoleh hasil normal sehingga asumsi normalitas terpenuhi dan dapat dilanjutkan dengan pengujian asumsi klasik berikutnya pada data.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya terbebas dari korelasi di antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF) dan

tolerance. Suatu model dikatakan terbebas dari korelasi apabila VIF < 10 dan

tolerence > 0,1. Dari pengujian model regresi diperoleh hasil untuk masing- masing variabel yang ditampilkan pada tabel 4.4

Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai tolerance dan VIF dari variable Pendapatan Asli Daerah adalah sebesar 0,930 dan 1,075. Untuk variabel Dana

Tabel 4.4 Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

LNPAD .930 1.075

LNDAU .983 1.017

LNDAK .901 1.110

LNDBH .844 1.185


(58)

Alokasi Umum adalah sebesar 0,983 dan 1,017. Variabel Dana Alokasi Khusus adalah sebesar 0,901 dan 1,110. Variabel Dana Bagi Hasil adalah sebesar 0,844 dan 1,185. Oleh karena itu, dapat disimpulkan dalam model ini tidak terdapat masalah multikolinearitas antara variabel bebas karena nilai tolerance berada di bawah 1 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10.

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Run Test. Uji run test sebagai bagian dari statistik non parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antara residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antara residual tidak terdapat hubungan korelasi, maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis)


(59)

Tabel 4.5

Hasil Uji Run Test KKD Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.07321

Cases < Test Value 20

Cases >= Test Value 20

Total Cases 40

Number of Runs 19

Z -.481

Asymp. Sig. (2-tailed) .631

Sumber : Hasil olahan SPSS 17.00, 2014

Hasil output SPSS pada tabel 4.4 menunjukkan nilai test -0,07321 dengan nilai asymptonic significance sebesar 0,631. Nilai ini lebih besar dari 0,005 (ρ > 0,05). Hal ini menunjukkan distribusi data residual dalam penelitian bersifat random atau tidak terjadi autokorelasi antara nilai residual untuk model regresi terhadap variabel dependen KKD.

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dalam rangkaian suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Salah satu uji untuk menguji heteroskedastisitas ini adalah


(60)

dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (Scatterplot).

Sumber : Hasil Olahan SPSS 17.00, 2014 Gambar 4.5

Scatterplot Standardized Predicted Value

Pada gambar 4.5 diatas terlihat penyebaran residual cenderung tidak teratur, terdapat beberapa plot yang berpencar dan tidak membentuk pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi dalam penelitian ini. untuk memperoleh tingkat uji heteroskedastisitas yang lebih signifikan, maka dalam penelitian ini juga dilakukan uji glejser. Apabila signifikansi dari variabel bebas lebih besar dari taraf nyata 5%, maka dianggap tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dan begitu juga sebaliknya.


(61)

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam pengujian ini tidak ada terjadi heterokedastisitas.

4.2.3. Analisis Regresi Linear Berganda

Tabel berikut ini menunjukkan hasil estimasi regresi melalui pengolahan data dengan SPSS 17.00 for Windows

Tabel 4.6 Hasil Uji Glejser

Model T Sig.

1 (Constant) 5.313 .000

Pendapatan Asli Daerah

-1.747 .089

Dana Alokasi Umum -2.631 .013

Dana Alokasi Khusus -.159 .875

Dana Bagi Hasil -1.152 .257 a. Dependent Variable: absut


(62)

Sumber : Hasil olahan SPSS 17.00, 2014

Tabel 4.7 pada kolom unstandardized coefficients beta dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = 3,568+0,86X1-0,640X2-0,305X3+0,18X4+e

Dimana :

Y = Kemandirian Keuangan Daerah X1 = Pendapatan Asli Daerah

X2 = Dana Alokasi Umum X3 = Dana Alokasi Khusus X4 = Dana Bagi Hasil e = Standard Error

Dari persamaan regresi maka dapat diinterpretasikan beberapa hal berikut. Tabel 4.7

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.568 .931 3.831 .001

LnPAD .086 .147 .073 .582 .564

LnDAU -.640 .155 -.503 -4.138 .000

LnDAK -.305 .083 -.467 -3.682 .001

LnDBH .018 .093 .025 .193 .848


(63)

a. Nilai konstanta persamaan di atas adalah 3,568 yang menunjukkan apabila semua variabel independen dianggap konstan atau nol maka nilai dari harga saham adalah sebesar 3,568.

b. Variabel pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap kemandirian keuangan daerah dengan nilai koefisien sebesar 0,86. Artinya jika pendapatan asli daerah naik sebesar 1% maka kemandirian keuangan daerah akan mengalami penurunan sebesar 0,86 dengan asumsi bahwa nilai variabel lain dianggap tidak konstan.

c. Variabel dana alokasi umum berpengaruh negatif terhadap kemandirian keuangan daerah dengan nilai koefisien sebesar -0,640. Artinya jika dana alokasi umum naik sebesar 1% maka kemandirian keuangan daerah akan mengalami penurunan sebesar 0,640 dengan asumsi bahwa nilai variabel lain dianggap konstan.

d. Variabel dana alokasi khusus berpengaruh negatif terhadap kemandirian keuangan daerah dengan nilai koefisien sebesar -0,305. Artinya jika dana alokasi khusus naik sebesar 1% maka kemandirian keuangan daerah akan mengalami penurunan sebesar 0,305 dengan asumsi bahwa nilai variabel lain dianggap tidak konstan.

e. Variabel dana bagi hasil berpengaruh positif terhadap harga saham dengan nilai koefisien sebesar 0,18. Artinya jika naik sebesar dana bagi hasil 1% maka kemandirian keuangan daerah akan mengalami kenaikan sebesar 0,18 dengan asumsi bahwa nilai variabel lain dianggap konstan.


(64)

4.2.4 Pengujian Hipotesis

4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik F (uji F), dengan menggunakan tingkat signifikan

(α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig.F < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya yaitu:

Ho diterima dan Ha ditolak jika Fhitung< Ftabel untuk α = 5% Ho ditolak dan Ha diterima jika Fhitung> Ftabel untuk α = 5% Berdasarkan output di bawah ini terlihat bahwa :

Tabel 4.8 ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 6.258 4 1.565 8.486 .000a

Residual 6.452 35 .184

Total 12.710 39

a. Predictors: (Constant), LnDBH, LnDAU, LnPAD, LnDAK Sumber : Hasil olahan SPSS 17.00, 2014


(65)

4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji parsial (Uji t) dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Pengaruh dari masing-masing variable pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus serta dana bagi hasil terhadap kemandirian keuangan daerah dapat dilihat dari arah tanda dan Pada tabel 4.8 menunjukkan hasil Fhitung sebesar 8,486 dengan perhitungan berikut:

F hitung

=

��������������������

������������������

=

1,565

0,184

= 8,486

sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan α = 0,05 dengan df1 = k-1 = 5-1=4 dan df2 = n-k = 40-5=35 adalah sebesar 2,64. Dengan keterangan sebagai berikut: df = derajat kebebasan

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel (variabel bebas dan variabel terikat)

Fhitung (8,486) > Ftabel (2,64) yang dapat dibuktikan hasil F tabel pada lampiran, maka H0 ditolak dan Ha diterima dan tingkat signifikansi 0,000 < α = 0,05 artinya antara pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus serta dana bagi hasil memiliki terhadap kemandirian keuangan daerah . Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah pada Kabupaten / Kota di Provinsi Riau.


(66)

tingkat signifikansi. Variabel berpengaruh signifikan terhadap harga saham ketika nilai signifikansi < 0,05. Pengujian untuk menyatakan apakah hipotesis diterima atau ditolak digunakan ketentuan dengan melakukan perbandinga antara t hitung dan t tabel . Untuk t hitung disajikan pada tabel 4.10 sedangkan untuk t tabel disajikan pada lampiran 2 dengan ketentuan pengambilan keputusan menggunakan taraf nyata

5% untuk uji 2 (dua) arah (α / 2 = 0,05/2 = 0,25) dengan derajat bebas (df) = n-k = 40-5= 35. Nilai tabel dengan taraf nyata 0,25 dan df=35 adalah 2,030.

Sumber : Hasil olahan SPSS 16.00, 2014

Berdasarkan tabel diatas disimpulkan sebagai berikut.

a. Pengujian Pendapatan Asli Daerah (X1) terhadap Kemandirian Keuangan Daerah (Y) , menunjukkan signifikansi 0,564 > 0,05 dan thitung < ttabel (0,582 < 2,030), maka H0 diterima dan Ha ditolak . Untuk tingkat signifikansinya yang ditunjukkan oleh variabel Pendapatan Asli Daerah adalah 0,564 yang berarti variabel PAD berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.

Tabel 4.10 Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.568 .931 3.831 .001

LnPAD .086 .147 .073 .582 .564

LnDAU -.640 .155 -.503 -4.138 .000

LnDAK -.305 .083 -.467 -3.682 .001

LnDBH .018 .093 .025 .193 .848 a. Dependent Variable: LnKKD


(67)

b. Variabel Dana Alokasi Umum (X2) terhadap Kemandirian Keuangan Daerah (Y), menunjukkan signifikansi 0,000 < 0,05 dan thitung < ttabel (-4,138 < 2,030), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Untuk tingkat signifikansinya yang ditunjukkan oleh variabel Dana Alokasi Umum adalah 0,000 yang berarti variabel DAU berpengaruh signifikan negatif terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.

c. Variabel Dana Alokasi Khusus (X3) terhadap Kemandirian Keuangan Daerah (Y), menunjukkan signifikansi 0,001 < 0,05 dan thitung < ttabel (-3,682 < 2,030), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Untuk tingkat signifikansinya yang ditunjukkan oleh variabel Dana Alokasi Khusus adalah 0,001 yang berarti variabel DAK berpengaruh signifikan negatif terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.

d. Variabel Dana Bagi Hasil (X4) terhadap Kemandirian Keuangan Daerah (Y), menunjukkan signifikansi 0,848 > 0,05 dan thitung < ttabel (0,193 < 2,030), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Untuk tingkat signifikansinya yang ditunjukkan oleh variabel Dana Bagi Hasil adalah 0,848 yang berarti variabel DBH berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.


(1)

Hasil Uji Normalitas Melalui Histogram (Setelah Transformasi)

Hasil Uji Normalitas Melalui Normal P-Plots (Sebelum Transformasi)


(2)

Hasil Uji Normalitas Melalui Normal P-Plots (Setelah Transformasi)

Hasil Uji Normalitas Melalui Kolmogorov-Smirnov

Tabel 4.3.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 40

Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation .40675129 Most Extreme

Differences

Absolute .092

Positive .092

Negative -.059

Kolmogorov-Smirnov Z .584

Asymp. Sig. (2-tailed) .885

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


(3)

Uji Multi Kolinearitas

Coefficientsa

Model

Standardized Coefficients

t Sig.

Beta

1 (Constant) 3.831 .001

LnPAD .073 .582 .564

LnDAU -.503 -4.138 .000

LnDAK -.467 -3.682 .001

LnDBH .025 .193 .848

a. Dependent Variable: LnKKD


(4)

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .702a .492 .434 .42937

a. Predictors: (Constant), LnDBH, LnDAU, LnPAD, LnDAK b. Dependent Variable: LnKKD

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Standardized Coefficients

t Sig.

Beta

1(Constant) 3.831 .001

LnPAD .073 .582 .564

LnDAU -.503 -4.138 .000

LnDAK -.467 -3.682 .001

LnDBH .025 .193 .848


(5)

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .702a .492 .434 .42937

a. Predictors: (Constant), LnDBH, LnDAU, LnPAD, LnDAK b. Dependent Variable: LnKKD

Hasil Uji t

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.568 .931 3.831 .001

LnPAD .086 .147 .073 .582 .564

LnDAU -.640 .155 -.503 -4.138 .000 LnDAK -.305 .083 -.467 -3.682 .001

LnDBH .018 .093 .025 .193 .848


(6)

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.258 4 1.565 8.486 .000a

Residual 6.452 35 .184

Total 12.710 39

a. Predictors: (Constant), LnDBH, LnDAU, LnPAD, LnDAK b. Dependent Variable: LnKKD


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 90 92

Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau

12 97 86

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Jambi

6 89 104

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pada Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

4 50 84

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Tingkat Kemandirian Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

4 37 108

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

4 59 87

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah - Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Jambi

0 0 12