PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAINS, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) TERHADAP KETERAMPILAN BERTANYA DAN MEMECAHKAN MASALAH SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR : Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Rahayu 5 Kecam

(1)

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAINS, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) TERHADAP KETERAMPILAN BERTANYA DAN MEMECAHKAN MASALAH SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN

IPS DI SEKOLAH DASAR

( Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Rahayu 5 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung )

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh Eni Rohaeni NIM :1102565

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAINS, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) TERHADAP KETERAMPILAN BERTANYA DAN MEMECAHKAN MASALAH SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN

IPS DI SEKOLAH DASAR

( Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Rahayu 5 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung )

Oleh Eni Rohaeni S.Pd UPI Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar

© Eni Rohaeni 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. NIP. 19600121198503 2 001

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M. Pd, MA. NIP. 19620702198601 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M. Pd NIP. 19651001199802 2 001


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Pengaruh Penerapan Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) Terhadap Keterampilan Bertanya dan Memecahkan Masalah Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS di SD ( Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Rahayu 5 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung )” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan ataupun pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya bersedia menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2013 Yang membuat pernyataan

Eni Rohaeni NIM. 1102565


(5)

KATA PENGANTAR

Sujud syukur kehadirat Alloh SWT karena hanya dengan kehendak-Nya segala sesuatu dapat bergulir . Sholawat dan salam senantiasa terlimpah kepada manusia termulia kekasih Alloh, Rosululloh Muhammad SAW.

Tesis ini berjudul PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAINS, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) TERHADAP KETERAMPILAN BERTANYA DAN MEMECAHKAN MASALAH SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR ( Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Rahayu 5 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung ).

Tujuan penyusunan tesis ini adalah untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Dasar, Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tak luput dari salah dan khilaf “tak ada gading yang tak retak”. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap karya tulis ini untuk perbaikan dan pengembangan diri yang lebih baik di masa depan penulis.

Bandung , Juni 2013


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama Penulisan tesis ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunan nya menemui kesulitan, namun hal itu dapat diatasi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada :

1. DR. Hj. Ernawulan Syaodih, M. Pd selaku ketua program studi Pendidikan Dasar yang telah berkenan memberikan kesempatan dan dorongan dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini.

2. Prof. DR. Hj. Enok Maryani, MS, sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi untuk selalu bersemangat dalam menemukan makna permasalahan dan mengkajinya dalam tesis ini serta memberikan pemikian-pemikiran yang sangat berharga bagi penulis.

3. Prof. DR. H. Bunyamin Mafuh , M.Pd, MA, sebagai pembimbing II , terima kasih atas kebaikan dan kesabarannya membimbing penulis.

4. Para staf Dosen Prodi PENDAS yang dengan kesabaran dan kebesaran hati memberikan bekal ilmu kepada kami dari awal sampai akhir perkuliahan. 5. Kedua orangtuaku dan saudara-saudaraku yang telah membimbing dengan

hikmah dan kasih sayang.

6. Suamiku tercinta terima kasih untuk doa dan motivasinya.

7. Kepala sekolah dan bapak/ibu guru SDN Rahayu 5 UPTD TK dan SD Kecamatan Margaasih yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

8. Kepala sekolah dan bapak/ibu guru SDN Rahayu 6 UPTD TK dan SD Kecamatan Margaasih yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

9. Teman-teman program studi pendidikan dasar angkatan 2011-2012 yang telah memberikan dukungan selama perkuliahan.

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat balasan yang berlipat dari Alloh SWT. Jazakumulloh khoiron jaza, Aamiin.


(7)

(8)

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAINS, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) TERHADAP KETERAMPILAN BERTANYA DAN MEMECAHKAN MASALAH SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN

IPS DI SEKOLAH DASAR

( Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Rahayu 5 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung )

Oleh Eni Rohaeni

1102565 ABSTRAK

Penelitian yang dilatarbelakangi oleh hasil kajian dan pengamatan langsung di kelas IV SDN Rahayu 5 dengan gejala-gejala yang muncul adalah siswa cenderung pasif, tidak mau bertanya walaupun mereka belum jelas memahami materi ajar dalam pembelajaran IPS , terdapat sebagian besar siswa yang tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana

pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk

memperbaiki proses pembelajaran IPS adalah pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM). Pendekatan ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan bertanya siswa dan memecahkan masalah sosial siswa antara siswa yang mendapatkan perlakuan pendekatan STM dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD yang berasal dari 2 sekolah yang berbeda. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterampilan bertanya, tes berupa uraian untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah sosial, angket, pedoman wawancara dan lembar pengamatan untuk mengamati aktivitas guru selama pembelajaran STM. Berdasarkan hasil perhitungan skor rata-rata keterampilan bertanya di kelas kontrol termasuk kategori cukup, sedangkan keterampilan bertanya di kelas eksperimen termasuk kategori baik. Hal ini diperkuat dengan hasil uji t yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan bertanya antara siswa yang mendapatkan pembelajaran pendekatan STM dengan yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Begitu jugadengan kemampuan memecahkan masalah sosial siswa hasil perhitungan uji t terhadap skor posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran melalui pendekatan STM berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan bertanya dan memecahkan masalah sosial. Bagi guru SD yang mengajar IPS direkomendasikan untuk menggunakan pendekatan STM.

Kata kunci : Pendekatan STM, Keterampilan Bertanya, Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial


(9)

THE INFLUENCE OF SCIENCE, TECHNOLOGY AND SOCIETY

APPROACH APPLICATION TOWARD STUDENTS’ SKILLS IN

QUESTIONING AND SOLVING SOCIAL PROBLEM IN SOCIAL SCIENCE LEARNING IN ELEMENTARY SCHOOL

(Quasi experiment study toward Students of Class IV, SDN Rahayu 5, Maargaasih Sub District, Bandung Regency)

By Eni Rohaeni

1102565

ABSTRACT

This study is back grounded by the result of inquiry and direct observation in class IV, SDN Rahayu 5 with indications which are appeared are students tend to be passive, unwilling to ask even though they did not understand clearly about teaching material in Social Science learning, there are mostly students who incapable to relate between what they learn and how this knowledge will be utilized in daily life. One of learning approach which can be used to become alternative to improve Social Science learning process is Science, Technology and Society (STS). This approach is intended to bridge the gap among science, knowledge, and technology advance, the abundance of scientific information in education field, and science, knowledge and technology values themselves in society daily life. This study is intended to find out the significant difference

between students’ skills in questioning and solving the problem between students

who get treatment of STS approach and students who get conventional learning. The method used are quasi experiment method. The subject of study are students of class IV of elementary school which belong to 2 different schools. Instrument which are used are observation sheet of questioning skill, test in the form of essay to measure the ability in solving social problem, questionnaire, interview guidance and observation sheet to observe teacher activity during STS learning. Based on the result of average score calculation of questioning skill in control class is included in enough category, whereas questioning skill in experiment class is included in good category. This is strengthen by test t result which state that there is significant difference of questioning skill between students who get STS approach learning and students who get conventional learning. This is similar

with the students’ ability in solving social problem. From the result of t test calculation toward posttest score of experiment class and control class, there is significant difference. This is indicate that learning through STS approach is influential toward the enhancement of questioning and solving problem skills. For elementary school teachers who teach Social Science, it is recommended to use STS approach.


(10)

(11)

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 9

D.Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A.Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) ... 11

1. Hakikat Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) ... 11

2. Pengertian Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) ... 14

3. Tujuan Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) ... 15

4. Penerapan Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) ... 16

5. Kelebihan dan Kelemahan PendekatanSains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) ... 19

6. Langkah-Langkah Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) ... 20


(12)

7. Kesulitan dan Kendala Yang Dihadapi dalam Pendekatan Sains, Teknologi,

dan Masyarakat (STM) ... 24

8. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) dan Kaitannya Dengan IPS ... 27

B.Keterampilan Bertanya ... 31

1. Hakikat Pertanyaan ... 31

2. Fungsi Pertanyaan dalam Pembelajaran IPS ... 33

C.Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial ... 35

D.Peningkatan Kemampuan Bertanya dan Pemecahan Masalah Sosial Melalui Pendekatan STM………...37

E. Teori Belajar yang Mendukung ... 38

F. Penelitian Dahulu yang Relevan ... 45

G.Kerangka Pemikiran ... 47

H.Hipotesis Penelitian ... 48

BAB III METODOLOGI ... 49

A.Metode Penelitian ... 49

B.Desain Penelitian ... 49

C.Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian ... 51

D.Definisi Operasional ... 52

E. Instrumen Penelitian ... 54

F. Teknik Pengumpulan Data ... 58

G.Proses Pengembangan Instrumen ... 59

H.Uji Instrumen Penelitian ... 63

I. Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 67

J. Langkah-langkahPengolahan Data ... 68

K.Teknik Analisis Data ... 72

BA B IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A.Hasil Penelitian ... 73


(13)

C.Pembahasan ... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 126

A.Kesimpulan ... 126

B.Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel

3. 1 Desain Penelitian ... 50

3. 2 Indikator Keterampilan Bertanya ... 54

3. 3 Kategori Keterampilan Bertanya ... 55

3. 4 Kriteria Skor Jawaban Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa ... 56

3. 5 Kategori Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Siswa ... 56

3. 6 Kategori Aktivitas Guru dalam Pembelajaran STM ... 57

3. 7 Teknik Pengumpulan Data ... 58

3. 8 Kategori Validitas Instrumen ... 60

3. 9 Kategori Reliabilitas Instrumen... 61

3. 10 Kategori Tingkat Kesukaran Instrumen ... 62

3. 11 Kategori Daya Pembeda Instrumen ... 63

3. 12 Hasil Uji Validitas Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial ... 64

3. 13 Hasil Uji Reliabi litas Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial ... 65

3. 14 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 66

3. 15 Hasil Uji Daya Pembeda ... 66

3. 16 Kategori Tingkat N-Gain ... 70

4. 1 Data Hasil Keterampilan Bertanya Kelas Eksperimen Sebelum Pembelajaran STM ... 73

4. 2 Distribusi Frekuensi Ket. Bertanya Kelas Eksperimen ... 74

4. 3 Hasil Pengolahan Data Ket. Bertanya Kelas Eksperimen ... 75

4. 4 Data Hasil Keterampilan Bertanya Kelas Eksperimen Setelah Pembelajaran STM ... 76

4. 5 Distribusi Frekuensi Ket. Bertanya Kelas Eksperimen ... 77

4. 6 Hasil Pengolahan Data Ket. Bertanya Kelas Eksperimen ... 77


(15)

4. 8 Distribusi Frekuensi Keterampilan bertanya Kelas Kontrol ... 80 4. 9 Hasil Pengolahan Data Ket. Bertanya Kelas Kontrol ... 80 4. 10 Data Hasil Penilaian Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Kelas

Eksperimen pada Pretes ... 82 4. 11 Distribusi Frekuensi Data Pretest Kemampuan Memecahkan

Masalah Sosial Kelas Eksperimen ... 83 4. 12 Hasil Pengolahan Data Pretest Kemampuan Memecahkan Masalah

Sosial Siswa Kelas Eksperimen ... 83 4. 13 Data Hasil Pretes Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Siswa

Kelas Kontrol ... 84 4. 14 Distribusi Frekuensi Data Pretes Kemampuan Memecahkan Masalah

Sosial Kelas Kontrol ... 85 4. 15 Hasil Pengolahan Data Pretest Kemampuan Memecahkan Masalah

Sosial Siswa Kelas Kontrol ... 86 4. 16 Data Hasil Pretest Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Siswa

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 87 4. 17 Data Hasil Penilaian Kemampuan Memecahkan Masalah

Sosial Kelas Eksperimen pada Pretes ... 88 4. 18 Distribusi Frekuensi DataPretes Kelas Eksperimen ... 89 4. 19 Hasil Pengolahan Data Pretes Kelas Eksperimen ... 89 4. 20 Data Hasil Postest Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Siswa

Kelas Eksperimen ... 91 4. 21 Distribusi Frekuensi Data Postest Kemampuan Memecahkan Masalah

Sosial Kelas Eksperimen ... 92 4. 22 Hasil Pengolahan Data Postest Kemampuan Memecahkan Masalah

Sosial Kelas Eksperimen ... 92 4. 23 Data Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Memecahkan

Masalah Sosial Kelas Eksperimen ... 94 4. 24 Data Hasil Penilaian Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial

Kelas Kontrol pada Pretes ... 95 4. 25 Distribusi Frekuensi Data Pretes Kelas Kontrol ... 96


(16)

4. 26 Hasil Pengolahan Data Pretes Kemampuan Memecahkan

Masalah Sosial Kelas Kontrol ... 96

4.27 Data Hasil Postest Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Kontrol ... 97

4. 28 Distribusi Frekuensi Data Hasil Postest Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Kelas Kontrol ... 98

4. 29 Hasil Pengolahan Data Postest Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Siswa Kelas Kontrol ... 99

4. 30 Data Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Kelas Kontrol ... 100

4. 31 Data Hasil Postest Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 101

4. 32 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran STM Kelas Eksperimen ... 109

4. 33 Hasil Uji t Pretest Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 112

4. 34 Hasil Uji Normalitas Data ... 112

4. 35 Hasil Uji Homogenitas Data ... 113

4. 36 Hasil Uji N Gain Faktor ... 114

4. 37 Hasil Uji t Keterampilan Bertanya Siswa ... 115


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2. 1 Alur Pendekatan STM ... 18 2.2 Kerangka Pemikiran ... 48 3. 1 Alur Penelitian ... 51 4. 1 Histogram Keterampilan Bertanya Kelas Eksperimen

Sebelum Penerapan STM ... 75 4. 2 Histogram Keterampilan Bertanya Kelas Eksperimen

Setelah Penerapan STM ... 78 4. 3 Histogram Data keterampilan Bertanya Kelas Kontrol ... 81 4. 4 Histogram Data Pretest Kemampuan Memecahkan

Masalah Sosial Kelas Eksperimen ... 84 4. 5 Histogram Data Pretest Kemampuan Memecahkan

Masalah Sosial Siswa Kelas Kontrol ... 86 4. 6 Histogram Data Pretest Kemampuan Memecahkan

Masalah sosial Siswa Kelas Eksperimen ... 90 4. 7 Histogram Data Postest Kemampuan Memecahkan

Masalah Sosial Siswa Kelas Eksperimen ... 93 4. 8 Histogram Data Pretest Kemampuan Memecahkan

`Masalah Sosial Kelas Kontrol ... 97 4. 9 Histogram Data Postest Kemampuan Memecahkan Masalah


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A Instrumen Penelitian………. 135

B Hasil Penelitian………..180

C Photo Kegiatan Siswa………193


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Proses pendidikan di Sekolah Dasar (SD) merupakan proses sosialisasi pertama seorang siswa di lingkungan pendidikan formal. Oleh karena itu, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berguna bagi siswa. IPS dapat membantu siswa dalam mempersiapkan diri sebagai calon warganegara dan untuk bersosialisasi di lingkungan masyarakatnya.

Menurut Nu’man Somantri (Sapriya, 2006 : 7) bahwa :

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhanaan disipiln ilmu-ilmu sosial, ideologi Negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Pengorganisasian materi pelajaran IPS di SD/MI dilakukan mulai dari lingkungan terdekat sampai pada lingkungan yang jauh yaitu dari lingkungan keluarga, tetangga, Sekolah, masyarakat sekitar, Indonesia dan dunia.

The National Council for The Social Studies (1994:3) menyatakan bahwa

tujuan utama social studies atau IPS adalah “to help young people develop the ability to make informed and reasond decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world ”. IPS membantu siswa untuk mampu berfungsi sebagai warga negara yang baik dalam suatu bangsa yang demokratis (Maftuh, 2009: 69).

Menurut Arnie Fajar (2004: 85) bahwa:

Tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, nilai, dan sikap serta keterampilan sosial yang berguna bagi dirinya, mengembangkan pemahaman tentang pertumbuhan masyarakat Indonesia masa lampau hingga masa kini sehingga siswa bangga sebagai bangsa Indonesia.


(20)

2

Kunci utama dalam pembelajaran IPS adalah bagaimana membina kecerdasan sosial siswa yang mampu berpikir kritis, analitis, kreatif, inovatif, berwatak dan berkepribadian luhur, bersikap ilmiah dalam cara memandang, menganalisa, serta menelaah kehidupan nyata yang dihadapinya. Oleh karena itu para guru Ilmu Pengetahuan Sosial dituntut untuk mampu merangsang dan merencanakan pembelajaran IPS sedemikian rupa dengan memperhatikan prinsip dan karakteristik IPS sendiri sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Chapin dan Messick (Somantri, 2012 : 33) mengatakan bahwa pekerjaan dan keterampilan siswa harus dipersiapkan ntuk dapat bertahan dalam era modern dan era reformasi pada masyarakat yang cepat berubah. Lebih lanjut sebagai pendidik harus selalu sadar tentang bagaimana kita dapat menolong anak didik supaya dapat hidup dengan sukses di masa depannya, sekarang kita mempersiapkan mereka untuk mengarungi abad dua puluh satu, tidak menunggu sampai abad itu menggilas kita. Dalam keadaan demikian, kedudukan pengajaran IPS begitu unik karena harus mempersiapkan dan mendidik anak didik untuk hidup dan memahami dunianya, dimana kualitas personal dan kualitas sosial seseorang akan menjadi hal yang sangat vital.

Proses pendidikan di SD merupakan proses sosialisasi pertama seorang siswa di lingkungan pendidikan formal. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS sangat berguna bagi siswa. IPS dapat membantu siswa dalam mempersiapkan diri sebagai calon warga negara dan untuk bersosialisasi di lingkungan masyarakatnya.

IPS tidak dapat dipisahkan dengan hakikat pendidikan. Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses sosialisasi yang dialami oleh generasi muda. Dalam proses sosialisasi terjadi internalisasi dari nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat untuk diteruskan oleh generasi-generasi selanjutnya secara berturut-turut, demikian juga yang terjadi pada generasi di era globalisasi ini.

Sapriya (2000:92) menyatakan bahwa:

Globalisasi telah menuntut setiap warga dunia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena dalam era globalisasi ini hanya manusia berkualitaslah yang dapat bertahan atau tetap eksis. Manusia yang


(21)

3

berkualitas adalah manusia yang memiliki wawasan yang luas, kreatif, mampu memecahkan masalah sehari-hari serta memiliki life skill yang bagus.

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, maka sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas harus dipersiapkan sejak dini, hal ini bisa dilakukan bila semua pihak sadar dan berusaha untuk mencapainya. Salah satu cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan adanya pendidikan di sekolah dasar sebagai pondasi pendidikan selanjutnya. Peran pendidikan dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM pada tataran konsep belum sepenuhnya dapat direalisasikan pada tataran praktik. Upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional hingga saat ini masih banyak mengalami kendala.

Memasuki abad ke -21, keadaan SDM Indonesia sangat tidak kompetitif. Menurut catatan Human Development Report tahun 2010 versi UNDP, peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada di urutan 108 jauh di bawah Filipina (97), Thailand (92), Malaysia (57), Brunei Darussalam (37), dan singapura (27). Sementara itu, Indonesia yang disebut-sebut sebagai salah satu bintang negara emerging markets ternyata merupakan negara terkorup dari 16 negara tujuan investasi di Asia Pasifik. Demikian hasil survey bisnis yang dirilis Political & Economic Risk Consultancy atau PERC (Vivanews 2010). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan daya saing bangsa Indonesia masih di bawah negara-negara lain di lihat dari indeks pembangunan manusia, apalagi diperparah dengan keadaan korupsi yang terjadi di bangsa ini. Hal tersebut menjadi indikasi out put dunia pendidikan yang belum mampu melahirkan manusia cerdas dan berempati untuk memajukan bangsa Indonesia di dunia. Oleh karena itu, diperlukan usaha serius untuk memperbaiki sistem maupun proses pendidikan dalam rangka membenahi proses dan hasil belajar siswa.

Era globalisasi saat ini banyak dibanjiri oleh teknologi dan sistem komunikasi yang canggih dan meluas ke seluruh penjuru dunia dengan menipisnya batas-batas


(22)

4

kenegaraan suatu bangsa dan akan tercapai suatu sistem interaksi antar manusia yang lebih intensif dalam dimensi yang lebih luas. Perluasan interaksi antar manusia bukan hanya dalam bentuk jaringan kerja sama yang akan semakin luas, tetapi juga dalam bentuk persaingan yang akan semakin ketat dan berat dengan adanya kesepakatan AFTA yang telah diberlakukan dari tahun 2003 dan adanya kesepakatan APEC untuk berbaur dalam perdagangan bebas dunia pada tahun 2020 mendatang. Disisi lain, proses globalisasi mengakibatkan restrukturisasi dunia disertai banjir informasi serta prooduk teknologi yang berdampak pada kehidupan nyata. Globalisasi tidak terlepas dari perkembangan sains dan teknologi yang dapat menjadi pisau bagi kehidupan manusia itu sendiri, ada peluang yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia dan ada tantangan yang dapat menghancurkan kehidupanmanusia jika tidak dapat dimanfaatkan secara benar.

Salah satu cara mengantisipasi luapan teknologi tersebut dengan penguasaan keterampilan bertanya dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran IPS. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan IPS di Sekolah Dasar bagaimana yang tertuang dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, dengan menguasai ilmu pengetahuan sosial, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut :

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan


(23)

5

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi,bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Keterampilan bertanya dan memecahkan masalah ini sangat penting bagi siswa, karena pada hakikatnya siswa adalah bagian dari masyarakat. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu siswa akan selalu menemukan berbagai masalah dalam kehidupannya, baik masalah sederhana, kompleks, masalah pribadi dan masalah sosial yang harus dihadapi dan dipecahkan, begitu juga dengan keterampilan bertanya pada siswa sangat diperlukan untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan kemampuan berkomunikasi. Oleh karena itu, maka diperlukan usaha sejak dini untuk melatih dan mengembangkan kemampuan anak dalam bertanya dan memecahkan masalah sosial.

Seperti telah dikemukakan di atas, masalah –masalah sosial serta isu-isu sosial yang berkaitan dengan sains dan teknologi dewasa ini tidak dapat dipecahkan hanya dengan pendekatan eksakta saja namun disinilah peranan IPS untuk membelajarkan peserta didik dengan mengangkat isu-isu yang ada di sekitar mereka , guna mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik, Remy (1990) mengemukakan bahwa “ pendidikan untuk warga negara yang baik sebagai salah satu tujuan dalam IPS semakin kompleks dan sulit dicapai akibat kemajuan dalam sains dan teknologi”. IPS sendiri tidak hanya mengkaji dan mempelajari bagaimana saat ini, namun dengan mempelajari sejarah masa lalu, isu-isu berkembang saat ini dan bagaimana mempersiapkan siswa untuk masa yang akan datang dengan tujuan akhir menjadi warga negara yang baik, peka terhadap lingkungannya selaras dengan alam (Ahmad 2011).

Berkaitan dengan penyiapan generasi yang akan datang dengan pendidikan maka proses pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, menantang dan mengaktifkan siswa harus dilakukan oleh semua guru pada semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat, dalam situasi global saat ini dapat memainkan peranan yang sangat penting namun demikian berdasarkan data


(24)

6

keberadaannya dalam mengajarkan IPS didominasi oleh proses belajar mengajar dengan menggunakan buku teks dan cara penyampaian materinya masih bersifat tradisional yaitu hanya dengan menggunakan metode ceramah saja. Tidaklah salah jika dikatakan bahwa pelajaran yang diberikan hanyalah sepintas atau tidak ada signifikansi sama sekali dengan apa yang dihadapi peserta didik dalam kehidupannya di masyarakat (Fajar, 2004 : 86).

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar saat ini terkesan terpisah dari kehidupan nyata siswa, sehingga dirasakan kurang optimal diserap oleh siswa. Selain itu, proses pembelajaran IPS belum memberikan kesempatan yang memadai kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dasar untuk berpikir kritis, logis, rasa ingin tahu, inkuri dan memecahkan masalah.

Berdasarkan pengalaman peneliti di lapangan kondisi serupa dialami pula oleh siswa di sekolah tempat peneliti mengajar di SDN Rahayu 5 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran IPS, siswa cenderung pasif, siswa tidak mau bertanya walaupun mereka belum jelas. Masih terdapat siswa yang memiliki tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahami maksud materi ajar serta masih adanya siswa yang tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu permasalahan yang ditemukan penulis selama di lapangan dalam pembelajaran IPS di kelas keterampilan bertanya siswa dan kemampuan memecahkan masalah sosial masih relatif rendah, sehingga diperlukan salah satu pemilihan pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan dan memecahkan masalah sosial pada siswa.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka usaha perbaikan proses pembelajaran melalui upaya pemilihan pendekatan maupun pendekatan pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilaksanakan, melatih siswa untuk mau bertanya dan memecahkan masalah sosial dalam konteks perkembangan sains dan teknologi agar siswa siap dan responsible terhadap


(25)

7

tantangan globalisasi. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diduga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat.

Pendekatan pembelajaran STM merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara sains dan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat. Adapun tujuan penerapan pendekatan ini menurut Poedjiadi (2007) adalah untuk membentuk individu agar memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. Dengan mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat, konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya maupun masalah sosialnya. Maka untuk mencapai semuanya itu, guru diharapkan selain membekali peserta didik dengan penguasaan konsep dan proses sains, juga membekalinya dengan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, keterampilan bertanya, peduli terhadap lingkungan sehingga mau melakukan tindakan nyata apabila ada masalah yang dihadapinya.

Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi (Poedjiadi, 2005). Berdasarkan latar belakang di atas, diduga bahwa pendekatan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat diterapkan guna meningkatkan keterampilan bertanya dan memecahkan masalah sosial siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap Keterampilan Bertanya dan Memecahkan Masalah Sosial dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”.


(26)

8

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah , bahwa selama pembelajaran IPS di kelas keterampilan bertanya dan kemampuan memecahkan masalah sosial siswa masih relatif rendah, out put pendidikan yang belum mampu bersaing di zaman globalisasi sekarang ini, belum tercapainya tujuan pembelajaran IPS SD, pembelajaran belum mampu mengangkat isu-isu sosial yang terkait dengan sains dan teknologi, Pembelajaran IPS di kelas IV SD belum terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam bertanya belum optimal. Kelemahan ini disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya: siswa, pendekatan dan metode pembelajaran serta guru dalam melakukan pembelajaran kurang menarik dan kurang bervariasi oleh karena itu perlu diterapkan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan bertanya dan memecahkan masalah sosial. Melalui pembelajaran IPS dapat mempersiapkan peserta didik menjadi siap dan

responsible terhadap kemajuan sains dan teknologi di era globalisasi.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, maka untuk lebih fokusnya pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi pembahasan penelitian dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan bertanya antara siswa yang menggunakan pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat dengan siswa yang menggunakan pendekatan konvensional ( ceramah biasa )?

2) Apakah terdapat pengaruh dalam pembelajaran IPS setelah penerapan pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat terhadap keterampilan bertanya siswa?

3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan memecahkan masalah sosial pada siswa yang menggunakan pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat dengan pendekatan konvensional (ceramah biasa)?

4) Apakah terdapat pengaruh dalam pembelajaran IPS setelah penerapan pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) terhadap kemampuan memecahkan masalah sosial siswa?


(27)

9

5) Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran IPS pada saat penerapan pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM)?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui perbedaan keterampilan bertanya pada siswa yang mendapatkan perlakuan pendekatan STM dengan pendekatan konvensional (ceramah biasa).

2) Untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan STM terhadap keterampilan bertanya siswa.

3) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan memecahkan masalah sosial pada siswa yang mendapatkan perlakuan pendekatan STM dengan pendekatan konvensional (ceramah biasa).

4) Untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan STM terhadap kemampuan memecahkan masalah sosial siswa.

5) Untuk mengetahui proses pembelajaran IPS melalui penerapan pendekatan STM.

D.Manfaat Penelitian

1) Manfaat teoritis

Kegunaan uuntuk mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan serta hasil penelitian diharapkan memberikan dukungan terhadap konsep dan teori yang berkaitan dengan pembelajaran model sains teknologi dan masyarakat dalam pembelajaran IPS.

2) Manfaat praktis

a) Bagi guru dapat menjadi sumber rujukan dalam memilih pendekatan pembelajaran dalam mata pelajaran IPS.

b) Bagi siswa dapat memperoleh pengalaman belajar dan keterampilan berharga dalam peningkatan keterampilan bertanya dan memecahkan masalah sosial dalam pembelajaran IPS.


(28)

10

E.Struktur Organisasi

Urutan penulisan tesis ini terdiri dari Bab I pendahuluan yang merupakan bagian awal dari tesis yang berisi uraian latar belakang penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa masalah tersebut diteliti, pentingnya masalah tersebut diteliti, dan pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut baik dari sisi teoritis maupun praktis. Identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

Bab II berisi kajian pustaka yang berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

Bab III yaitu metode penelitian yang berisi metode penelitian, desain penelitian, lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen yaitu pengujian validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan yang merupakan refleksi terhadap teori yang dikembangkan peneliti atau peneliti sebelumnya.

Bab V kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(29)

49

BAB III

METODOLOGI

A.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan metode penelitiannya yakni eksperimen kuasi/semu. Metode eksperimen kuasidipandang relevan digunakan, karena memiliki ciri: a) terpusat pada pemecahan masalah yang aktual, dan b) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis. Selain itu penelitian eksperimen kuasi banyak digunakan dalam bidang pendidikan atau bidang lain yang subjek penelitiannya adalah manusia yang tidak dapat dimanipulasi dan dikontrol secara intensif (Syamsudin & Damaianti, 2009: 23). Dalam penelitian yang menggunakan metode eksperimen kuasi ini, penelitian dilakukan terhadap kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan STM Sedangkan perbandingannya digunakan kelas kontrol yang tidak menggunakan pembelajaran berlangsung secara konvensional (ceramah biasa).

B.Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi/semu. Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat ( Riduwan, 2011 : 50 ).

Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui keterampilan bertanya siswa dan kemampuan memecahkan masalah sosial siswa antara siswa yang mendapatkan pemebalajran dengan pendekatan STM dan yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Dalam desain ini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara acak, tetapi diterima apa adanya subjek yang diteliti. Langkah selanjutnya adalah dilakukan uji pretest pada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, meski diberikan perlakuan yang


(30)

50

berbeda antara kedua kelompok tetapi untuk pengujian baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan perangkat tes yang sama. Kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran dengan pendekatan STM dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konvensional ( ceramah biasa). Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh dua orang guru yang berbeda untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.Secara sederhana desain penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3. 1 Desain penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Keterangan :

X1 : Perlakuan pendekatan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat X2 : Perlakuan berupa pembelajaran biasa yang dilakukan oleh guru yaitu pendekatan konvensional (ceramahbiasa )

O1 : Pretest kelas eksperimen O2 :Postest kelas eksperimen O3 :Pretest kelas kontrol O4 :Postest kelas control

( Scuhumacer, 2001 : 342)

Berdasarkan desain penelitian eksperimen kuasi tersebut, selanjutnya peneliti membuat alur penelitian untuk memudahkan pengecekan dan pemahaman terhadap pelaksanaan penelitian ini. Alur penelitiannya adalah sebagai berikut.


(31)

51

Gambar 3.1 Alur Penelitian

C.Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 1. Lokasi

Identifikasi Masalah

Observasi Awal

Tes Awal

Pembelajaran dengan pendekatan STM

Tes Akhir

Analisis Data

Kesimpulan Pembelajaran

Konvensional

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


(32)

52

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Rahayu 5 yang berlokasi di Jalan terusan permai no 25 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

2. Subjek Populasi/ Sampel Penelitian

Populasi merupakan objek penelitian yang sangat penting, karena tanpa objek yang akan diteliti otomatis tidak akan mendapatkan data atau informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 117) populasi dapat diartikan sebagai: “wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Sudjana (2011: 6) bahwa“populasi tidak terbatas luasnya, bahkan ada yang tak dapat dihitung jumlah dan besarannya sehingga tidak mungkin diteliti”.

Penelitian sampel menurut Surakhmad (1998: 93) adalah “penarikan sebagian populasi untuk mewakili dari seluruh populasi.” Sujana (2011: 71), juga menjelaskan pengertian sampel adalah “proses menarik sebagian subjek, gejala, atau objek yang ada pada populasi”. Begitu juga menurut Arikunto (2010: 174 ) bahwa: “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.Setiap penelitian selalu berhubungan dengan sejumlah objek yang akan diteliti baik berupa benda maupun manusia. “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi” (Sugiyono, 2006: 90). Mengenai berapa besarnya sampel tidak ada ketentuan yang jelas berapa jumlahnya yang akan diteliti yang diambil dari populasi, maka syarat utama dari sampel tersebut adalah mewakili dari populasi yang ada.

Berdasarkan populasi penelitian ini yakni seluruh kemampuan siswa dalam bertanya di kelas IV SDN Rahayu 5 Kecamatan Margaasih yang berjumlah 33 siswa sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa sebagai kelas kontrol yang diambil dari SDN Rahayu 6, selanjutnya penelitian ini dilaksanakan berdasarkan sampel penelitian.


(33)

53

Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam judul maupun isi dalam penelitian ini yang perlu di klarifikasi agar memperoleh kesamaan persepsi, istilah-istilah tersebut antara lain :

1. Pendekatan Sains, Teknologi dan masyarakat (STM) adalah pengindonesiaan dari Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan Australia.

National Science Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan pendekatan ini

sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia.

The idea behind the STS program is to provide a real-world connection for the student between the classroom and socie Dengan volume informasi dalam

masyarakat yang terus meningkat dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka pendekatan STM dapat sangat membantu bagi anak. Oleh karena, pendekatan ini mencakup interdisipliner konten dan benar-benar melibatkan anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

2. Keterampilan bertanya

Pertanyaan dalam kehidupan sehari-hari berbeda dengan pertanyaan dalam proses belajar di kelas. Bertanya dalam kehidupan sehari-hari cenderung untuk kepentingan sipenanya, sedangkan bertanya dalam proses pembelajaran berguna bagi guru maupun siswa.

Nasution (1986:62) mengemukakan bahwa pertanyaan adalah stimulus yang mendorong untuk berpikir dan belajar.Dengan demikian apabila siswa bertanya kepada gurunya berarti siswa sudah melatih untuk memperoleh pengetahan dan meningkatkan kemampuan berpikirnya.Selain itu dinyatakan pula oleh Brown (1975:105) „despite this long history of the use of question, it is rissingly difficult tto


(34)

54

define precisely what constitutes a question„ . Namun secara umum Brown

mendeskripsikan bahwa pertanyaan adalah any statement which test or creates

knowledge in the learner (1975:103).

3. Kemampuan memecahkan masalah sosial adalah kemampuan siswa dalam mengatasi masalah diukur melalui indikator sebagai berikut :

a. mengenal adanya masalah

b. mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk memecahkan masalah c. memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan pemecahan masalah

E.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan empat instrumen yaitu : lembar observasi keterampilan bertanya, tes kemampuan memecahkan masalah sosial siswa, lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran STM,angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran serta pedoman wawancara untuk mengetahui pendapat guru mengenai pembelajaran STM .Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen :

1. Lembar Observasi Keterampilan Bertanya

Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam bertanya.. Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan oleh peneliti untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan pendekatan STMterhadap keterampilan bertanya siswaantara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.Adapun indikator keterampilan bertanya dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini :

Tabel 3.2

Indikator Keterampilan Bertanya

Variabel Indikator

Keterampilan bertanya Mengemukakan pertanyaan secara jelas dan tidak terbata-bata


(35)

55

Mengajukan pertanyaan lanjutan Bertanya tentang materi yang tidak dimengerti atau kurang dipahami

Adapun kriteria skor untuk setiap indikator keterampilan bertanya dapat ditentukan sebagai berikut : skor 1 jika siswa tersebut tidak pernah bertanya, skor 2 jika siswa tersebut bertanya 1 sampai 2 kali selama pembelajaran, dan skor 3 jika siswa tersebut bertanya lebih dari 3 kali selama pembelajaran.Untuk menentukan kriteria penafsiran keterampilan bertanya terhadap skor yang diperoleh siswa maka dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3. 3

Kategori Keterampilan Bertanya

Batasan Kategori

1 – 3 Rendah /kurang

4 – 6 Cukup /sedang

7 – 9 Tinggi /baik

10 – 12 Sangat tinggi/sangat baik

2. Tes Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial Siswa

Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar memecahkan masalah sosial yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, tes digunakan oleh peneliti untuk mengetahui perbedaan pengaruhpenerapan pendekatan STM terhadap kemampuan memecahkan masalah sosial siswaantara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk uraian bebas. Adapun tes yang digunakan dalam teknik pengumpul data penelitian ini adalah:


(36)

56

1) tes awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran memecahkan masalah sosial dengan tanpa perlakuan untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol;

2) tes akhir (postest) adalah tes yang dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran untuk kelas eksperimen melalui pendekatan STM, sedangkan kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional (ceramah biasa).

Langkah penyusunan tes dimulai dari penyusunan kisi-kisi dengan konsultasi pada pembimbing. Perancangan butir soal berpedoman pada taksonomi Bloom yang telah direvisi (Anderson & Krathwohl, dalam Sanjaya 2011: 129). Kisi -kisi yang disusun mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, nomor soal, bentuk soal, dan jenjang kognitif. (Kisi-kisi soal tes memecahkan masalah sosial terlampir).

Untuk penskoran terhadap jawaban yang diperoleh siswa dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Kriteria Skor Jawaban Memecahkan Masalah Sosial

Skor Kriteria

0 Tidak menjawab pertanyaan sama sekali

1 Menjawab pertanyaan, tetapi salah

2 Menjawab pertanyaan yang ada unsur benarnya, tetapi tidak disertai dengan alas an

3 Menjawab pertanyaan dengan lengkap dan benar disertai dengan alas an

Sedangkan untuk menafsirkan jumlah skor mengenai memecahkan masalah sosial yang diperoleh siswa tampak pada Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Kategori Memecahkan Masalah Sosial

Batasan Kategori


(37)

57

7 – 13 Cukup /sedang

14 – 20 Baik

21 – 27 Sangat baik

3. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran STM

Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran melalui pendekatan STM. Aktivitas guru dalam pembelajaran dinyatakan dalam beberapa tahapan kemudian dihitung jumlah dari semua tahapan tersebut. Untuk menafsirkan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran STM tampak pada Tabel 3.6berikut ini (pedoman observasi aktivitas guru terlampir).

Tabel 3. 6

Kategori Aktivitas Guru dalam Pembelajaran STM

Batasan Kategori

1 – 7 Rendah /kurang baik

8 – 14 Sedang /cukup baik

15 – 21 Baik

4. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini bertujuan untuk mengetahui pandangan guru pada pembelajaran IPS mengenai keterampilan bertanya dan pemecahan masalah sosial siswa dengan pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM).Tanggapan guru terhadap penerapan pendekatan STM diperoleh melalui analisis kualitatif sesuai dengan pedoman wawancara yang dibuat (pedoman wawancara terlampir).

5. Angket

Instrumen selanjutnya adalah angket yang diberikan kepada siswa.Maksud dari pemberian angket ini adalah untuk mengetahui tanggapan siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan STM. Dengan penilaian menggunakan skala Linkert dengan alternatif jawaban: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pertanyaan positif dikaitkan dengan nilai


(38)

58

SS= 5, S=4, KS=3. TS= 2 dan STS=1, dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif maka dikaitkan dengan nilai SS=1, S=2, KS= 3, TS=4 dan STS= 5 ( Russefendi, 1998).(angket untuk siswa terlampir). Untuk kategori berdasarkan besarnya persentase dapat dinyatakan sebagai berikut :

 Baik Sekali jika mencapai 81 – 100%  Baik jika mencapai 61 – 80%

 Cukup jika mencapai 41 – 60%  Kurang jika mencapai 21 – 40%  Kurang Sekali jika mencapai < 21%

Sumber : Arikunto & Safrudin, 2008:35

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu tes, wawancara dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini :

Tabel 3.7

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber Data Jenis Data Teknik

Pengumpulan

Instrumen

1 Siswa Kemampuan bertanya Observasi Pedoman observasi 2 Siswa Kemampuan

memecahkan masalah sosial siswa sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan

Pretest dan posttes

Butir soal uraian yang memuat perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi 3 Siswa dan Guru Keterlaksanaan

pendekatan pembelajaran STM Observasi dan wawancara Pedoman observasiselama pembelajaran dan wawancara


(39)

59

(guru) dan siswa (berupa angket)

G.Proses Pengembangan Instrumen

Dalam mengembangkan instrumen penelitian, maka butir-butir pertanyaan dalam tes memecahkan masalah sosialperlu dilakukan uji validitas dan reliabilitasagar hasil penelitian valid dan reliabel. Sehingga pertanyaan yang bermutu dapat membantu guru meningkatkan pembelajaran dan memberikan informasi dengan tepat tentang siswa mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi.

Adapun proses pengembangan instrumen tersebut adalah sebagai berikut.

1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan tingkat ketepatan suatu alat (tes) atau tingkat keabsahan.Uji validitas dilakukan untuk mengetahui instrumen yang digunakan sudah tepat mengukur yang seharusnya diukur atau belum, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi validitas suatu tes, maka alat tes tersebut akan semakin tepatmengenai sasaran. Menurut Riduwan (2010: 109) bahwa, “alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”. Jika alat ukur dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan memiliki validitas tinggi.

Nilai validitas pada dasarnya adalah nilai korelasi. Oleh karena itu, untuk menguji validitas validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, denga rumus

Pearson Product Moment adalah:


(40)

60

Keterangan:

= Koefisien korelasi

∑Xi= Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

N = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

Keterangan:

t = Nilai

r = Koefisien korelasi hasil

n = Jumlah responden

Menurut Riduwan (2010: 110) bahwa, “distribusi (Tabel t) untuk ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kaidah keputusannya adalah jika > berarti valid, sebaliknya jika < berarti tidak valid”.Sedangkan uji validitas dengan kriteria penerimaan jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r)seperti tampak pada Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8

Kategori Validitas Instrumen

Batasan Kategori

0,000 – 0,199 Sangat Rendah (tidak valid) 0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Cukup 0,600 – 0,799 Tinggi


(41)

61

Sumber: Riduwan (2010: 110)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan terhadap hasil suatu pengukuran.Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi merupakan pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur terpercaya (reliable).Untuk uji reliabilitas digunakan metode belah dua (Split Half Method) dari Spearman Brown. Metode belah dua ini dilakukan dengan cara membagi instrumen menjadi dua belahan, bisa ganjil-genap dan bisa pula belahan pertama dan kedua dengan rumus :

=

Keterangan;

= Koefisienreliabilitas internal seluruh instrumen

= Korelasi Product Momentantara belahan (ganjil-genap) atau (awal-akhir)

Kemudian dikorelasikan dengan rumus yang sama seperti uji validitas yaitu:

Keterangan:

= Korelasi Product Moment antara belahan (awal-akhir) ∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden

Sedangkan uji reliabilitas dengan kriteria penerimaan jika instrumen itu reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r)seperti tampak pada Tabel 3.9 di bawah ini.


(42)

62

Tabel 3.9

Kategori Reliabilitas Instrumen

Batasan Kategori

0,000 – 0,199 Sangat Rendah (tidak reliabel)

0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Cukup

0,600 – 0,799 Tinggi

0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

Sumber: Riduwan (2010: 110)

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukara adalah sebagai berikut ( Arifin, 2009 : 272) :

∑B P = N

Keterangan :

P = tingkat kesukaran

∑B = jumlah peserta didik yang menjawab benar N = jumlah peserta didik

Kriteria indeks tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3. 10berikut :

Tabel 3. 10

Kategori Tingkat Kesukaran Instrumen

Batasan Kategori

P > 0,70 Mudah

0,30 ≤ p ≤ 0,70 Sedang


(43)

63

4. Daya Pembeda Soal

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu.Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut :

(WL – WH) DP =

n

Keterangan :

DP = daya pembeda

WL = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah WH = jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas n = 27% x N

Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.11 sebagai berikut.

Tabel 3.11

Kategori Daya Pembeda Instrumen

Batasan Kategori

0,00 < D ≤ 0,20 Kurang

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup


(44)

64

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali Sumber: Riduwan (2010: 110)

H.Uji Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini digunakan instrumen variabel memecahkan masalah sosial berupa item pertanyaan yang terdiri dari 10 item soal berbentuk uraian yang diuji cobakan kepada 20 siswa. Hasil uji validitas ,reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda adalah sebagai berikut.

1. Uji Validitas

Pengujian tingkat validitas tiap item dipergunakan analisis item, artinya mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor item. Menurut Sugiyono (2006) bahwa item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.

Persyaratan minimum agar dapat dianggap valid apabila r = 0,2 sehingga apabila korelasi antar item dengan skor total kurang dari 0,2 maka item dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Adapun hasil uji coba mengenai tingkat validitas butir pernyataan disajikan dalam Tabel 3.12 di bawah ini.

Tabel 3.12

Hasil Uji Validitas Kemampuan Memecahkan Masalah Sosial

No. Item Tingkat Validitas

Keterangan

1 0,667 Valid

2 0,641 Valid

3 0,450 Valid

4 0,695 Valid

5 0,650 Valid

6 0,338 Valid

7 0,700 Valid


(45)

65

9 0,904 Valid

10 0,091 Tidak Valid

Sumber : Lampiran uji validitas

Dari data Tabel 3.12di atas, variabel memecahkan masalah sosialberada di atas 0,200 sebanyak 9 soal sedangkan sebanyak 1 soal tidak valid, untuk itu item soalyang digunakan layak untuk diolah sebagai data penelitian sebanyak 9 soal.

2. Uji Reliabilitas

Dari pengujian reliabilitas teknik split half dengan koefisien internal Spearman Brown nampak bahwa masing-masing instrumen pengukuran adalah reliabel sesuai dengan yang direkomendasikan Sugiyono (2006: 178) yang menyatakan bahwa batas minimum reliabilitas yang dapat diterima adalah koefisien positif.

Persyaratan minimum agar dapat dianggap reliabel apabila r = 0,2 sehingga apabila korelasi antar item dengan skor total kurang dari 0,2 maka item dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak reliabel. Adapun hasil uji coba mengenai tingkat reliabilitas butir soal disajikan dalam Tabel 3.13 di bawah ini.

Tabel 3.13

Hasil Uji Reliabilitas Item Variabel Memecahkan Masalah Sosial

No. Item Tingkat Reliabilitas

Keterangan

1 0,800 Reliabel

2 0,949 Reliabel

3 0,946 Reliabel

4 0,820 Reliabel

5 0,708 Reliabel

6 0,883 Reliabel

7 0.739 Reliabel

8 0,792 Reliabel

9 0,873 Reliabel

10 0,11 Tidak Reliabel


(46)

66

Dari data Tabel 3.13di atas, variabel memecahkan masalah sosial siswayang berada di atas 0,200 sebanyak 9 butir soal dan sebanyak 1 butir soal tidak reliabel, maka yang dijadikan data penelitian sebanyak 9 butir soal.

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah.

Berdasarkan pada uji coba 10 item butir soal yang diujikan kepada 20 siswa diperoleh tingkat kesukaran yang disajikan dalam Tabel 3.14 di bawah ini.

Tabel 3.14

Tingkat Kesukaran Butir Soal

No Butir Jumlah Betul Tingkat Kesukaran (%) Tafsiran

1 15 75 Mudah

2 10 50 Sedang

3 7 35 Sedang

4 11 55 Sedang

5 14 70 Mudah

6 5 25 Sukar

7 12 60 Sedang

8 8 40 Sukar

9 17 85 Mudah

10 2 10 Sukar

Berdasarkan pada tabel di atas diperoleh soal dengan kategori tingkat kesukaran mudah sebanyak 3 butir soal, yaitu soal nomor 1, 5, dan 9. Jumlah soal dengan kategori sedang sebanyak 4 butir soal yaitu soal nomor 2, 3, 4, dan 7. Jumlah soal dengan kategori sukar sebanyak 3butir soal yaiu soal nomor 6,8 dan 10.

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang bekemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.Dari hasil perhitungan daya pembeda tes yang diujicobakan kepada 20 siswa dengan jumlah butir soal sebanyak 10 butir, maka diperoleh hasil perhitungannya pada Tabel 3. 15 di bawah ini.


(47)

67

Tabel 3. 15

Daya Pembeda Butir Soal

No Butir D Keterangan Interpretasi

1 40,56 Baik Digunakan 2 66,67 Baik Digunakan 3 34,33 Cukup Digunakan 4 44,44 Baik Digunakan 5 66,67 Baik Digunakan 6 55,56 Baik Digunakan 7 42,55 Baik Digunakan 8 36,77 Cukup Digunakan 9 77,62 Baik Sekali Digunakan 10 21,10 Jelek Tidak

digunakan

Berdasarkan pada tabel di atas yang termasuk kategori jelek yaitu soal nomor 10, yang termasuk kategori cukup yaitu soal nomor 3 dan 8, yang termasuk kaetegori baik soal nomor 1,2,4,5,6,dan 7. Yang termasuk kategori baik sekali soal nomor 9.

Berdasarkan hasil uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal, dapat disimpulkan bahwa terdapat 9 butir soal yang memenuhi standar untuk diajukan sebagai alat tes penelitian.

I. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Untuk penelitian ini langkah-langkah pengumpulan data dilakukan sebagai berikut.

1. Studi Kepustakaan

Kajian teori diperoleh dari berbagai sumber yang aktual, faktual dan up to date, yakni buku-buku, jurnal, pembimbing penelitian, para pakar, praktisi yang kompeten, narasumber, majalah, surat kabar, dan internet yang ada hubungannya dengan pendekatan STM, keterampilan bertanya dan kemampuan memecahkan masalah sosial.


(48)

68

Tes memecahkan masalah sosial terdiri dari butir tes berbentuk uraian bebas. Hal ini dimaksudkan “menuntut peserta didik untuk mengingat dan mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan) gagasan-gasan pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut” (Arifin, 2011: 127).

3. Observasi

Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan menghimpun data atau informasi yang dilakukan dengan memperhatikan dan mendengarkan orang atau peristiwa, dan hasilnya yang telah terungkap selanjutnya dicatat. Observasi langsung dilakukan terhadap guru dan siswa dalam proses pembelajaran STM. Untuk mengamati variabel keterampilan bertanya siswa menggunakan lembar observasi keterampilan bertanya danobservasi kepada guru terhadap aktivitas dalam pembelajaran STM melalui lembar observasi.

4. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan guru setelah pembelajaran STM. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruhpendekatan STM dalam keterampilan bertanya dan memecahkan masalah sosial. Wawancara dimaksudkan untuk mendeskripsikan tanggapan guru terhadap proses pembelajaran STM.

J. Langkah-Langkah Pengolahan Data

Untuk memperoleh kesimpulan dari penelitian ini diperlukan adanya pengolahan data. Setelah data itu terkumpul dari hasil pengamatan keterampilan bertanya kelas eksperimendan kelas kontrol, hasil pretest dan posttestkemampuan memecahkan masalah sosial siswa, data tersebut diolah menggunakan perhitungan statistik. Hal ini bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai diterima atau di tolaknya hipotesis sesuai dengan signifikansi yang diajukan.

Data yang diperoleh berupa data hasil wawancara,observasi aktivitas guru dalam pembelajaran STM, hasil observasi keterampilan bertanya siswa, hasil pretest dan


(49)

69

posttest memecahkan masalah sosial siswa. Hasil wawancara, angket dan observasi

aktivitas guru dalam pembelajaran STM dianalisis secara deskriptif. Skor hasil pengamatan keterampilan bertanya siswa, skor pretest dan posttestmemecahkan masalah sosialdianalisis dengan uji statistik menggunakan program SPSS 19 for

Windows.

Pengolahan dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Asumsi normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur statistika inferential. Pada penelitian ini asumsi normalitas dieksplorasi menggunakan uji normalitas Lilliefors (Kolmogorov Smirnov) melalui SPSS 19 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : angka signifikan (Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal Ha : angka signifikan (Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value< α maka H0 ditolak dan jika P-value α maka H0 tidak dapat ditolak. Dalam program SPSS 19 digunakan istilah significance yang disingkat Sig untuk P-value, dengan kata lain P-value = Sig.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan cara membandingkan varian terbesar dan varian terkecil dengan menggunakan tabel. Adapun langkah-langkah uji homogenitas sebagai berikut.


(50)

70

Kecil Varian

Besar Varian

FHitung

b. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria; jika Fhitung< Ftabel, maka varians adalah homogen, dan uji komparatif dapat dilakukan.

Jika menggunakan program SPSS, maka dapat dilakukan dengan Analisis

Non Parametrik Tes yaitu denganmenggunakan Two Related Sample Tes yaitu

dengan membandingkan angka signifikan (Sig) dengan nilai alfa (α) dengan kriteria; jika angka signifikan (Sig)< alfa (α), maka Ho ditolak. Sebaliknya, jika angka signifikan (Sig) > alfa (α), maka Ho diterima.Selengkapnya kaidah uji homogenitas dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov adalah sebagai berikut.

Ho : kedua varian populasi adalah tidak homogen.

H1: kedua varian populasi homogen

3. Uji Gain Faktor (N-Gain)

Untuk melihat peningkatan kemampuan memecahkan masalah sosial siswa sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan adalah:

Keterangan:

Spos = skor posttest Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum ideal

Gain yang dinormalisasi (Ngain) ini diinterpretasikan untuk menyatakan perbedaan pengaruh hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap kemampuan memecahkan masalah sosial siswa dapat dilihat pada Tabel 3.16 di bawah ini.

Tabel 3.16 Kategori Tingkat Ngain


(51)

71

Batasan Kategori

00 Tinggi

0,7 > ≥ 0,3 Sedang

00 Rendah

4. Uji Hipotesis dengan Uji-t

Setelah diketahui kedua data berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan menggunakan uji-t.Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu sisi untuk sisi atas.

Pada uji-t ini ini kita juga menggunakan software SPSS 19 dengan uji-t dua

sampel independen. Dengan SPSS ini juga melakukan uji hipotesis Levene’s Test

untuk mengetahui apakah asumsi kedua variance sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesis: H0: terhadap H1 : dimana =variance

group 1 dan =variance group 2. Dari hasil Levene’sTest kita kita dapatkan p-value, jika lebih besar dari maka H0: diterima, dengan kata lain sumsi kedua varians sama besar terpenuhi. Jika dari hasil Levene’s Test didapat p-value lebih kecil maka H1 : diterima atau kedua varians tidak sama besar.

Uji-t dengan SPSS mempunyai dua keluaran yaitu pertama, untuk kedua

varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi; maka menggunakan hasil

uji-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians sama (equal variances assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2. Kedua, untuk kedua varians sama besar tidak terpenuhi (equal variances not assumed); maka kita menggunakan hasil uji-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2.

Pada hasil uji tes ini terdapat keluran nilai tdan p-value, untuk mengetahui hasil hipotesis ada dua cara, pertama membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Kedua membandingkan p-valuedengan tingkat kepercayaan yang kita ambil yaitu .


(52)

72

P-valueyang dihasilkan untuk uji dua sisi, maka hasil p-valuetersebut dibagi dua dan

dibandingkan dengan tingkat kepercayaan yang kita gunakan . Jika

p-value/2 <0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya.

5. Uji Hipotesis dengan Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney (Mann-Whitney Test) merupakan uji Statistik Nonparamaetrik.Uji Mann-Whitney ekivalen dengan Uji Jumlah Peringkat Wilcoxon (Wilcon Rank Sum Test), merupakan alternatif dari uji-t dua sampel independen.Uji

Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan dua sampel independen dengan skala ordinal atau skala interval.

Pada penelitian ini digunakan uji hipotesis satu sisi (one-tailed test) untuk sisi atas dengan hipotesis: H0: η1 ≤ η2 terhadap H1: η1 > η2. Pada uji ini untuk melihat hasil analisis dengan cara mendapatkan nilai p-value, tampilan pada p-value SPSS adalah untuk uji dua sisi (two tail), sehingga untuk uji satu sisi membagi dua menjadi

p-value/2. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai kepercayaan = 0,05. Jika

p-value/2 < 0,05 maka H0: η1 ≤ η2 ditolak atau H1: η1> η2 diterima, begitu juga sebaliknya.

K. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data secara kuantitatif dengan menggunakan teknik statistika berdasarkan hasil keterampilan bertanya dan kemampuan memecahkan masalah sosial siswa.

Langkah-langkah analis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor rata-rata standar deviasi pada pretest dan posttest di kelas kontrol dan kelas eksperimen;

2. Menguji sifat normalitas dan homogenitas data; 3. Menguji Gain Faktor

4. Menguji hipotesis dengan uji perbedaan rata-rata nilai pretest dan posttest atau uji


(53)

(54)

126

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Setelah dilaksanakan tiga kali perlakuan di kelas IV SD Negeri Rahayu 5 dengan menerapkan pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat terhadap keterampilan bertanya dan memecahkan masalah sosial siswa, dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan hasil perhitungan uji t terhadap skor keterampilan bertanya kelas eksperimen dan kelas kontrol menghasilkan t hitung sebesar 10,163.Besaran nilai sig. (2-tailed) adalah 0,000 Ternyata nilai sig. (2-tailed) lebih kecil dibandingkan taraf signifikasi (alfa) 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan bertanya antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM dengan yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional (ceramah biasa). Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran melalui pendekatan STM lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (ceramah biasa) dalam hal mendorong keterampilan bertanya siswa mengenai materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi. 2. Keterampilan bertanya siswa di kelas eksperimen sebelum penerapan

pendekatan STM masih berada pada tahap rendah, cenderung pasif tidak mau bertanya walaupun belum jelas. Akan tetapi setelah penerapan pendekatan STM yang dilakukan selama tiga kali petemuan, keterampilan bertanya siswa mengenai materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi menjadi lebih meningkat dan termasuk ke dalam kategori baik. Dengan diterapkannya pendekatan STM siswa menjadi termotivasi untuk bertanya tentang isu-isu sosial, penyebab serta dampak positif dan dampak negatif dari permasalahan yang diakibatkan dari adanya perkembangan sains dan teknologi terhadap kehidupan manusia. Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran IPS melalui penerapan pendekatan STM berpengaruh untuk


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA Sumber dari Buku :

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Yogyakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto, S & Safrudin, C. (2008).Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta :Bumi Aksara.

Dahar,R.W.(1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta :Erlangga.

Fajar, A. (2002). Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Fajar, A. (2004). Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Janawi.(2011). Kompetensi Guru Citra Guru Profesional. Bandung : Alfabeta. Joyce, Bruce, Weil Marsha and Calhoun, Emily. (1992). Models Of

Teaching.Yoyakarta : PustakaPelajar

Karli, H. (2004), Model - Model Pembelajaran. Bandung, CV Bina Media Informasi

Khoiri-Ahmadi, I dan Amri, S. (2010).Proses Pembelajaran : Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta : PrestasiPustaka.

Maftuh, B. (2009). Pendidikan Umum dan Pendidikan Nilai. Bandung : CV Yasindo Multi Aspek

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Munandir .(1991). Belajar dan Membelajarkan .Jakarta : CV Rajawali Nasution, S. (1986).Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung : Jemmar

(1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito NCSS. (1994). Curriculum Standars For Social Studies. Washington DC


(3)

Nu’man- Somantri, M. dkk. (2010). Inovasi Pembelajaran IPS. Bandung : Rizki Press

Poedjiadi, A. (2007). Sains Teknologi Masyarakat : Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Purwanto.(2011). Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Remy-Richard, C. (1990).The Need For Science/ Technology/Society In The Social Studies. Social Education. April/May: 203-206.

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru- Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung :Alfabeta.

.(2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Riyanto.Y. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana

Ruseffendi . E. T. (1998). Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua, Guru dan SPG. Bandung :Tarsito

Sagala, S. ( 2003 ). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung :Alfabeta

Sanjaya, W. (2009).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran..Jakarta :Kencana Prenada Media Group.

. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran (teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta :Kencana Prenada Media Group.

Santrock.,W.J.(2007). Pekembangan Anak Edisi ke Sebelas. Jakarta :Elangga Santrock,W,J.(2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Elangga

Sapriya. (2002). Studi Sosial : Konsep dan Model Pembelajaran. Bandung : Buana Nusantara.

Sapriya.Sundawa, D dan Siti-Masyitoh, I.(2006). Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung : UPI Press.

Sardiman A.M. (2009), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta, Rajawali pers


(4)

Sudjana, N. (2004). Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta.

Surakhmad, Winarno. (1998) Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Tekhnik. Bandung: Tarsito.

Syamsudin-Makmun, A. (2002). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Syamsudin & Damaianti (2009). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosdakarya.

Tim Bina karya Guru.(2007). IPS Terpadu Untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta :Erlangga.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrukktivistik (Konsep, Landasan Teoritis-Prakis dan

Implementasinya. ). Jakarta : Prestasi Pustaka

Van Cleaf, David. W. (1991).Action In Elementary Social Studies. Massachusets: Allyn & Bacon.

Wahyudin, U. et al. (2008). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung : UPI Press. Sumber Hasil Penelitian :

Aisyah.(2007) Penerapan Metode Pembelajaran Portofolio dengan Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 15 Semarang. Skripsi .Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.

Ahmad. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Science, Technology and Society (STS)Untuk Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Memecahkan Masalah Sosial Siswa.Tesis UPI Bandung : tidak diterbitkan

Fajar, A. (2003). Pengembangan Sikap Nasionalisme dalam Pembelajaran Pkn

melalui Pendekatan STM.Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan

Idris, I. (2009). Kontribusi Penerapan Model Pembelajaran STM Terhadap

Pemahaman Konsep dan Sikap Kepedulian Siswa Pada Mata Pelajar an IPS di SD.Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan


(5)

Kalsum, U .(2002). Pendekatan STM dalam rangka Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi.Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan Mardi, S. (2005).Upaya Menumbuhkan Kemauan dan Kemampuan Bertanya

Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Sains, Teknologi, dan Masyarakat (STM) Dalam Pembelajaran IPS di SD .Tesis UPI Bandung :tidak diterbitkan

Mikdar,S. (2004). Model pembelajaran STM dalam Pendidikan Demokrasi dengan Menggunakan Modul.Tesis UPI Bandung :tidak diterbitkan

Siswoyo, K. (1997). Penggunaan Teknik Bertanya Guru.Tesis Magister PPS UPI IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan

Sumber dari Jurnal :

Yager, Robert E and Akca Hakan.(2007). What Results Indicate Concerning The Succeses with STS Instruction.Science Educator. Spring: Vol. 16 No. 1. Yager, Robert, E. (1990).The Science/Technology/Society Movement In The

United States: Its Origin, Evolution, and Rationale. Social Educationl; April/ May 198-200.

Yager, Robert E (1992).STS Approach Paralels Constructivist Practice.Education International. Vol.3.No 2

Sumber dari Dokumen :

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPS SD/MI. Jakarta : Depdiknas.

Permendiknas No 22 Tahun 2006.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Sumber dari Internet :

Arsip, A. (2012).Keterampilan Bertanya Siswa. [On line]. Tersedia di

:http://gurumtsnu.blogspot.com/2012/03/keterampilan-bertanya siswa .html.[29Januari 2013]


(6)

Foshay, R & Kirkley, J. (2003).Principles for Teaching Problem Solving. [on line]. Tersedia di : www. Plato.com. [10 Oktober 2012]

La de, Deden. (2011). Pendekatan STM Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD. [on line] tersedia di :

http://dedenbinlaode.blogspot.com/2011/05/pendekatan-sains-teknologi-masyarakat.html [23Juli 2013]

Raja, Kenneth,P. (2009). Examintion of the science-technology/society with curriculum approach. [On line]. Tersedia di: http://www.cedu.niu.edu/scied/courses/ciee344/course files kings/sts reading.html. [ 6 Oktober 2012]

Rusmansyah. (2000). Prospek Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) dalam pembelajaran Kimia di Kalimantan Selatan. [Online].Tersedia :http://bubudcitra.wordpress.com/ipm/macam-macam-pendekatan-pembelajaran/ [ 24 November 2012]

UNDP.(2010). Human DevelomentIndexs. [on line]. Tersedia di :http://hdrstats.undp.org/en/countries/profiles/IDN.html [10 Oktober 2012].

Wardani, M. (2013).Pengembangan Model, Pendekatan, Strategi dan Metode.[On line].Tersedia:http://muhammadwardani.blogspot.com/2013/02/pengemba ngan-model-pendekatan-strategi.html.[ 6 Februari 2013].

Widyatiningtyas, R. (2009). Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya.[On line]. Tersedia di :http://educare.e-fkipunla.net.[ 25 September 2012].


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat pada konsep energi bernuansa nilai terhadap hasil belajar siswa

0 9 72

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq Pada Konsep Ekosistem : penelitian tindakan kelas di SMA Daya Utama

2 27 113

Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning tipe Jigsaw terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa : studi kuasi eksperimen pada mata pelajaran IPS Kelas IV dalam pencapaian materi teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi di Sekolah Dasar.

0 0 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 1 15

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR: Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Gugus III Kecamatan Karangsembung Kabupaten Cirebon TahunA

0 0 64

PENGGUNAAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV.

0 0 46

KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASAYARAKAT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP KEPEDULIAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR.

0 0 24

PENGARUH PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM) TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS - repository UPI T PD 1302430 Title

0 0 3

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DI SEKOLAH DASAR

0 1 7

Penerapan pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 18