Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq Pada Konsep Ekosistem : penelitian tindakan kelas di SMA Daya Utama

(1)

UPAYA MENI

SISWA DEN

TEKNOLOGI M

P

(Peneliti

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI

FERI WAHYUNI NIM : 104016100403

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2009 M/1430 H

ENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLO

ENGAN MODEL PEMBELAJARAN SA

I MASYARAKAT (STM) BERBASIS IM

PADA KONSEP EKOSISTEM

litian Tindakan Kelas di SMA Daya Utama)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI

FERI WAHYUNI NIM : 104016100403

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2009 M/1430 H

BIOLOGI

SAINS

IMTAQ

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI

FERI WAHYUNI NIM : 104016100403

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2009 M/1430 H


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)

BERBASIS IMTAQ PADA KONSEP EKOSISTEM (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Daya Utama Bekasi)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I

(Dr. Zulfiani, S.Si, M.Pd) NIP : 150368741

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H / 2009


(3)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Feri Wahyuni

NIM : 104016100403

Jurusan/Semester : Pendidikan IPA (Biologi)/X

Angkata Tahun : 2004

Alamat : Jl.Tenggilis Rt 02/Rw 09 Kel. Mustika Jaya Bekasi Timur

Menyatakan dengan sesungguhnya

Bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq pada Konsep Ekosistem”, adalah benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan:

Nama : Dr. Zulfiani, S.Si, M.Pd

NIP : 150368741

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri.

Jakarta, 6 Juli 2009 yang menyatakan,


(4)

ABSTRACT

Feri Wahyuni, Improving Value the study in The Biodiversity of Concept Ecosystem on Religious Value with Science, Technology, and Society Approachment (Class Action Research in Daya Utama Senior High School). Biological Department. Faculty of Tarbiyah and Teachers Training. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

He purpose of this class room action research is to improve value the study in the biodiversity of concept base on Imtaq Value with science, technology, and society approachment. The subject of research is the students of X-1 Grade Daya Utama Senior High School Bekasi. The treatment of the research is given science learning by using science technology an society approachment. The learning achievement data colleted by using cognitif test method and through science learning by using observation and questionnaire method. By using quantitative and qualitative analysis. The writer found some results: 1) The data analysis by using N-Gain at the first siclus is 0,50, it is a medium category. In the other hand, at second siclus N-Gain Score better than the first siclus. It is 0,6 include medium category. The t-test data obtained thitung point is 3,3 and ttabel

point is 2,014 at the significance level. It mean that 3,3 thitungis more higher than 2,014 ttabel, or thitung> ttabel. Based on the explanation above, the writer concluded that Ha is accepted and Ho is refused. The fact showed that there is a students significance difference in improving value the study at the first siclus and second siclus. 2) The science learning by using sains technology and society approachment can improve value the study of students. 3) Student response about biodiversity concept base on religious value is positive action.


(5)

ABSTRAK

Feri Wahyuni, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq mela pada Konsep Ekosistem), (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Daya Utama), Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep Ekosistem melalui model pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA Daya Utama Bekasi. Intervensi tindakan (perlakuan) berupa pembelajaran IPA dengan pendekatan STM (sains, teknologi dan masyarakat). Data yang diambil berupa data hasil belajar dikumpulkan menggunakan metode tes objektif dan respon siswa tentang penyisipan nilai imtak dengan metode kuesioner. Dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif, ditemukan: 1) analisis data menggunakan N-Gain diperoleh skor N Gain untuk siklus I sebesar 0,50 berada pada kategori sedang. Sedangkan pada siklus II skor N Gain lebih baik dari siklus I yaitu 0,60 berada pada kategori sedang. Uji t data hasil perhitungan rata-rata N Gain Siklus I dan II diperoleh nilai thitungsebesar 3,3 dan nilai ttabel sebesar 2,014 pada taraf signifikansi 0,05 (5%), jadi thitung 3,3 lebih besar dari ttabel 2,014 atau thitung> ttabel. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan hasil belajar biologi siswa di siklus I dan siklus II. 2) Proses pembelajaran IPA dengan pendekatan STM dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. 3) Respon siswa mengenai konsep ekosistem yang bernuansa nilai imtak bersikap positif.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa mengharapkan keikhlasan, pengampunan, rahmat, dan cinta-Nya, terucap oleh lisan dan berupaya terimplementasi dalam perbuatan sebagai perwujudan atas beragam nikmat-Nya yang masih dipercayakan pada hamba-hamba-Nya. Salawat teriring salam kepada Baginda Rosulullah SAW pembawa dari peradapan dari kegelapan menuju cahaya yang terang salam pun kami curahkan kepada keluarga, sahabat-sahabat-Nya.

Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq pada Konsep Ekosistem” ini dapat diselesaikan oleh penulis. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terim kasih, penghargaan serta rasa hormat kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA. 3. Ibu Nengsih Juanengsih, M. Pd selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA. 4. Ibu Dr. Zulfiani, S.Si, M.Pd selaku Pembimbing yang telah memberikan

masukan serta bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Mama terima kasih atas doa, dukungan, motivasi, serta kasih sayangnya yang telah diberikan selama ini serta adikku Mela dan Adi yang selalu memberikan semangat dan perhatiannya selama ini.

6. Suamiku yang selalu memberikan motivasi, doa serta kasih sayangnya.

7. Kepala Sekolah, guru dan staf di SMA Daya Utama khususnya untuk Ibu Sri selaku guru biologi terima kasih atas bantuannya selama ini.

8. Segenap pimpinan dan karyawan/karyawati perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

9. Teman-teman sekaligus saudaraku dalam kelompok Adnin Azzahra, mba Eva serta teman-teman angkatan 2003, 2004, 2005 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

10. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena adanya keterbatasan kemampuan penulis sehingga diperlukan proses belajar yang lebih baik lagi, namun penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait.

Jakarta, 6 Juli 2009


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN………. x

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Identifikasi Masalah………. 4

C. Pembatasan Masalah……… 4

D. Perumusan Masalah……….. 5

E. Tujuan Penelitian……….. 5

F. Manfaat Penelitian………. 5

BAB II KAJIAN TEORITIS……… 6

A. Kajian Teori ……….. 6

1. Hakekat Belajar dan Hasil Belajar ……….. 6

2. Nilai-nilai Imtaq ………..7

3. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat……… 11

4. Penelitian Tindakan Kelas……….. 14

a. Pengertian Penelitian Tindakan……… 14


(9)

c. Empat Langkah Penting dalam Penelitian Tindakan…………...16

d. Beberapa Model Penelitian Tindakan ………. 16

B. Kerangka Berpikir ………... 18

C. Hipotesis Penelitian Tindakan ………. 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 20

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….…20

B. Tujuan Penelitian ……….….. 20

C. Metode Penelitian ……….….. 20

D. Populasi danSampel ………..…. 20

E. Teknik Pengumpulan Data ……….….… 20

F. Instrumen Penelitian ……… 21

1. Validitas dan Reliabilitas ………. 22

2. Uji TarafKesukaran ………. 22

3. Daya Pembeda Soal ……….. 23

G. Teknik Analisis Data ……….. 24

H. Indikator Keberhasilan ……… 25

I. Prosedur Penelitian ……….. 25

1. Setting Penelitian ………... 25

2. Persiapan Penelitian ……….. 26

3. SiklusI ………... 26


(10)

BAB IV HASILDAN PEMBAHASAN ……….. 30

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/ Hasil Intervensi Tindakan …………30

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ……….. 32

C. Analisis Data ………33

D. Interpretasi Hasil Analisis ………49

E. Pembahasan Temuan Penelitian ……….. 59

F. Keterbatasan dalam Penelitian ……….60

BAB V PENUTUP ……… 61

A. Kesimpulan ………. 61

B. Saran ……… 62

DAFTAR PUSTAKA………63 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

1. Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II ... 31

2. Siswa yang Mencapai KKM ... 35

3. Siklus I ... 36

4. Siklus II ... 37

5. Rekapitulasi Skor Rata-rata Pretes, Postes, dan N Gain ... 37

6. Hasil Perhitungan Normalitas dengan Uji Liliefors... 39

7. Pengujian Hipotesis Uji t N-Gain ... 39

8. Lembar Observasi Guru pada Siklus I ... 40

9. Lembar Observasi Guru pada Siklus II... 43

10. Persentase Respon Siswa Terhadap Pembelajaran STM ... 45

11. Persentase Nilai Religius yang Terkandung pada materi ekosistem... 47

12. Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus I ... 50


(12)

DAFTAR GAMBAR

1. Bagan Penelitian Tindakan Model Ebbut ... 17

2. Bagan Penelitian Tindakan Model Elliot... 17

3. Bagan Penelitian Tindakan Model Mckernan... 17


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bagan Siklus I dan Siklus II pada Model Pembelajaran STM ………. 66

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ………... 67

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ……….. 70

4. RencanaPelaksanaan Pembelajaran III ………77

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV………. 84

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran V ………. 87

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran VI ……… 91

8. Instrumen Tes Ekosistem Siklus I ……… 94

9. Kunci Jawaban Tes Ekosistem Siklus I………... 100

10. Lembar Kerja siswa (LKS) Tentang Ekosistem ……….. 101

11.Instrumen Tes Ekosistem Siklus II ……….. 103

12. Kunci Jawaban Tes EkosistemSiklus II ……….. 104

13. Lembar Observasi Guru……….……….. 105

14.Lampiran Format Observasi Siswa ………. 107

15. Persepsi Siswa Tentang Nilai-nilai yang Terkandung dalam Konsep Ekosistem ………. 109

16.Respon Siswa Terhadap Pembelajaran STM ………. 111

17.Perhitungan Uji Normalitas (Uji Liliefors) Siklus I ………112

18.Perhitungan Uji Normalitas (Uji Liliefors) Siklus II ……….. 114

19. Pengujian Hipotesis Uji t N-Gain ………116

20. Kisi-kisi Soal Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Belajar Biologi Siklus I ………. 117

21. ReliabilitasTes Instrumen Siklus I ……… 122

22. Daya Pembeda Instrumen Siklus I ……….128

23.Tingkat Kesukaran Instrumen Siklus I ………...130

24. KualitasPengecoh Instrumen Siklus I ………132

25. Validitas Instrumen Siklus I………

26.Reliabilitas Instrumen Siklus II ………..


(14)

28. Tingkat Kesukaran Instrumen Siklus II………. 29. Kualitas Pengecoh Instrumen Siklus II……….

30. Validitas Instrumen Siklus II……….

31.Lembar Uji Referensi ……….

32. Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi……….


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, keatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Jika mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut jelas sekali bahwa peran nilai-nilai agama menjadi sangat penting dalam setiap proses pendidikan yang terjadi di sekolah. Karena terbentuknya manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia tidak mungkin terbentuk tanpa peran dari agama.2Peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional tersebut bisa dilakukan oleh guru dengan cara mengkaitkan nilai-nilai imtaq dan iptek ke dalam materi pembelajaran tanpa mengubah kurikulum yang telah ada.

Metode ceramah dan diskusi adalah metode yang sering digunakan oleh guru biologi SMA Daya Utama dalam mengajar. Pada metode ceramah, sumber informasi dan pengetahuan terfokus pada guru, kurangnya model pembelajaran yang sesuai terhadap materi yang disampaikan menyebabkan kurangnya informasi yang diterima siswa. Jika model pembelajaran ini terus dibiarkan maka akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa yang merupakan hasil dari tahapan pembelajaran kognitif, kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh siswa yang merupakan hasil dari tahapan pembelajaran motorik dan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah yang merupakan cakupan tahapan pembelajaran emosional. Selain itu, tanpa disadari siswa akan terbiasa

1

Agus Wasisto Dwi DDW, Pembelajaran Biologi yang Berbasis IMTAQ dengan pendekatan Integratif(Science, Enviorenment, Society, Technology and Religion).(Jakarta:2007)

2


(16)

dengan pola pikir yang konvergen artinya dalam menyelesaikan suatu masalah siswa hanya berpedoman pada apa yang telah diberikan oleh gurunya.

Hasil observasi yang penulis temukan juga bahwa meskipun SMA Daya Utama memiliki predikat sebagai sekolah Islam terpadu namun pada kenyataannya pembinaan imtaq siswa belum dapat dikatakan optimal. Pembinaan imtaq hanya diandalkan pada bidang studi agama islam dan belum diterapkan atau diintegrasikan pada semua bidang studi contohnya biologi. Kurangnya pembinaan terhadap Imtaq siswa pada bidang sains biologi terutama lingkungan menyebabkan kurangnya kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan (membuang sampah sembarangan) yang merupakan salah satu bukti sikap ketidakpedulian siswa terhadap pelestarian lingkungan sekolah yang perlu dijaga sebagai bukti keimanan dan ketakwaan terhadap salah satu ciptaan Allah SWT yang perlu dijaga kelestarian-Nya.

Berdasarkan kenyataan tersebut maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang mencakup kognitif, motorik, emosional dan Imtaq. Pada pendekatan pembelajaran integratif yang penulis gunakan dalam pembelajaran ekosistem disini merupakan modifikasi dari model pembelajaran STM yang ditambah dengan sudut pandang agama (Religion),yang penulis gunakan dalam pembelajaran ini adalah sudut pandangan dari agama Islam yang bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah Rosul. Model pembelajaran (STM) berbasis Imtaq ini merupakan usaha untuk menjadikan lulusan pendidikan setidaknya tahu tentang atau bahkan menyukai Science dan Technology, perkembangan serta implikasinya terhadap lingkungan, masyarakat, peningkatan keimanan dan ketaqwaan. Pada dasarnya pemikiran STM berbasis Imtaq adalah pemikiran yang mendalam tentang keberadaan satu bumi untuk semua, sehingga perhatian utama ditumpukan pada penjagaan pelestarian alam untuk menjamin kestabilan hidup serta keanekaragaman makhluk yang berada di bumi sebagai karunia Allah SWT yang perlu dijaga dan disyukuri bagai umat manusia.

Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran STM berbasis Imtaq pada pembelajaran biologi dapat diawali dengan mengangkat isu-isu yang


(17)

sedang berkembang di masyarakat atau kejadian yang terjadi di lingkungan sebagai dampak kemajuan di bidang teknologi, selanjutnya dihubungkan dengan sains sebagai materi yang akan diajarkan. Siswa akan dilibatkan secara langsung dan bahkan siswa yang akan mencari masalah yang timbul dari lingkungan maupun masyarakat, kemudian menganalisis sebab dan akibatnya dari sudut pandang sains dan religi, serta menyimpulkannya sendiri masalah tersebut.

Peran guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran STM berbasis Imtaq ini diharapkan tidak lagi sebagai sumber informasi, tetapi dapat sebagai fasilitator ataupun motivator bagi para siswa. Guru juga berusaha untuk menyisipkan nilai Imtaq pada materi yang disampaikan sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang ilmu sains semata namun suatu pengetahuan ilmu sains yang dilandasi dengan nilai-nilai religi di dalamnya, selain itu siswa diharapkan dapat memiliki sikap positif terhadap lingkungan yang merupakan anugerah Allah SWT yang perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya.

Model pembelajaran STM berbasis Imtaq ini memungkinkan siswa berbagi pengetahuan untuk saling bertukar informasi. Informasi dan buah pikiran dari hasil diskusi tersebut akhirnya akan terbangun menjadi sebuah konsep. Konsep tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan biologi dan religi. Secara umum dapat dikatakan bahwa model pembelajaran STM berbasis Imtaq memiliki makna pengajaran sains yang dikaitkan dengan unsur lain dalam STM berbasis Imtaq, yaitu Teknologi, masyarakat dan nilai-nilai yang ada pada agama, yang masing-masing unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan saling berkaitan.

Dari permasalahan tersebut peneliti memilih judul penelitian “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Berbasis Imtaq pada Konsep Ekosistem”


(18)

B. Identifikasi Masalah

Dalam latar belakang telah dikemukakan bahwa peranan nuansa imtaq sangat penting dalam setiap proses pendidikan yang terjadi di sekolah dimana hal tersebut akan kita lihat dalam penelitian upaya meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq pada konsep ekosistem.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Strategi apakah yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam rangka mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa?

2. Bagaimanakah merancang proses belajar mengajar biologi dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq pada konsep ekosistem?

3. Bagaimana memperbaiki proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq?

4. Bagaimana meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq?

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka penulis membatasi pada masalah :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq pada materi ekosistem. 2. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPA semester II tahun ajaran

2009-2010.

3. Pengusaan konsep yang diajarkan adalah ekosistem, pada kelas X IPA semester II.


(19)

D. Perumusan Masalah

Berbagai masalah yang ditemukan di lapangan dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaqdapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh peranan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Bagi siswa dapat lebih termotivasi untuk lebih menyenangi pembelajaran biologi, selain itu diharapkan agar siswa menjadi warga masyarakat yang mempunyai literasi sains yang memadai sehingga mereka mampu memecahkan masalah-masalah yang dialami sehari-hari.

2. Bagi guru dapat dijadikan sebagai perbaikan metode belajar dan pada akhirnya khususnya guru bidang studi biologi sebagai bahan informasi dalam menentukan pendekatan yang digunakan pada proses belajar mengajar pada konsep lingkungan demi terwujudnya siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, keatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3. Bagi sekolah dapat dijadikan bahan acuan untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan belajar mengajar yang baik.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Hakekat belajar dan Hasil Belajar

Belajar ialah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya dan berlangsung seumur hidup, sejak kita masih bayi hingga ke liang lahat nanti, seperti sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :

Artinya : “ Belajarlah (carilah ilmu) dari buaian hingga ke liang lahat. Berdasarkan hadist tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dimulai dari bayi, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Salah satu bukti bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.

Sedangkan menurut Ahmad Sabri, belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi.3 Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), atau yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).4 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakkan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perceptual, (d)

3

Ahmad Sabri.Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching.(Jakarta: Quantum Teaching, 2005).

4

Eva Kurniawati. Perbandingan Pemanfaatan Media Spesimen dan Media Gambar Terhadap Penguasaan Konsep Struktur Tubuh Pada Jamur.(Jakarta:Skripsi, 2007).


(21)

keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.5

Proses belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Kemudian belajar merupakan perubahan tingkah laku yang disengaja pada diri seseorang yang disebabkan oleh adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Belajar merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dari aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Belajar yang berhasil adalah jika terjadi suatu perubahan yang optimal dari tingkah laku dalam bentuk prestasi belajar yang meliputi penguasaan, penggunaan, penilaian, dan keterampilan seseorang akan belajar jika tingkah lakunya telah berubah, sebagai akibat dari pengalamannya. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat relatif tetap dan bukan secara kebetulan atau karena pengaruh keadaan sekitarnya.

Belajar biologi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengungkap rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup. Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku yang disengaja, berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam mengungkap rahasia-rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup. Hasil belajar tersebut dapat digunakan untuk membuat suatu kesimpulan tentang aspek-aspek tertentu dari suatu kepribadian seperti sikap, bakat, prestasi akademik dan sebagainya.6

2. Nilai-nilai Imtaq

Pendidikan bersifat futuristik. Orientasi pendidikan adalah kehidupan pada masa yang akan datang. Tidak ada orang yang sekarang demi untuk masa yang sudah lewat. Melalui pendidikan formal (sekolah) dengan berbagai disiplin ilmunya yang sebagai pelaksananya adalah guru, diharapkan dapat mewujudkan

5

Nana Sudjana.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung :Remaja Rosdakarya, 1989).

6


(22)

tujuan pendidikan nasional tersebut. Guru sebagai pendidik dituntut untuk menanamkan sikap dan nilai yang bersumber dari ajaran-ajaran agama melalui kegiatan belajar mengajar pada setiap pokok bahasan yang diajarkannya. Guru sebagai pendidik dan pengajar harus memiliki wawasan yang luas baik terhadap materi mata pelajaran yang diasuhnya maupun materi keagamaannya. Sedangkan guru sebagai pelatih dituntut mampu memberikan keterampilan kepada siswa dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya (Depdikbud, 1991).7 Banyak pakar telah mengembangkan berbagai pendekatan pendidikan nilai. Berbagai pendekatan di antaranya pendekatan penanaman nilai yang di dalamnya terdapat pelaksanaan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Pendekatan penanaman nilai mungkin tidak sesuai dengan alam pendidikan barat yang sangat menjunjung tinggi kebebasan individu. Namun demikian, seperti dijelaskan oleh Superka (1976) disadari atau tidak pendekatan ini digunakan secara meluas dalam berbagai masyarakat, teruatamanya dalam penanaman nilai agama dan nilai-nilai budaya. Bagi penganut-penganutnya, agama merupakan ajaran yang memuat nilai-nilai ideal yang bersifat global dan kebenarannya bersifat mutlak. Oleh karena itu, proses pendidikannya harus bertitik tolak dari ajaran atau nilai-nilai tersebut. Seperti dipahami bahwa dalam banyak hal batas-batas kebenaran dalam ajaran agama sudah jelas, pasti, dan harus diimani. Keimanan merupakan dasar penting dalam pendidikan agama.8

Kata nilai yang berasal dari kata value, berasal dari bahasa valere atau bahasa perancis kuno valoir (Encyclopedia of Real Estate Terms, 2002). Sebatas arti denotifnya, nilai dapat dimaknai sebagai harga. Menurut Mulyana, Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Rujukan itu dapat

7

Ida Bagus Putu Arnyana.Upaya Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) Melalui Pengajaran Biologi Pokok Bahasan Pelestarian Lingkungan Pada Siswa Sekolah Menengah.

(Aneka Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXIII September 2000).

8

Teuku Ramli Zakaria.Pendekatan-pendekatan Nilai dan Implementasi dalam PendidikanBudi Pekerti.(Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,No. 026, Tahun Ke-6, Oktober 2000).


(23)

berupa norma, etika, peraturan undang-undang, adat istiadat, aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang.9

Nilai menurut Manan adalah serangkaian sikap yang menimbulkan atau menyebabkan pertimbangan yang harus dibuat untuk menghasilkan suatu standar atau serangkaian prinsip dan aktivitas yang dapat diukur.10 Kemudian keimanan dan ketaqwaan (selanjutnya disebut Imtaq) merupakan salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya yang hendak dicapai melalui sistem pendidikan nasional sebagaimana dinyatakan dalam GBHN dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.11 Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan amanat UUD 1945 (amandemen) Pasal 31 ayat (3) yaitu ”Tujuan Pendidikan Nasional meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” dan secara tegas dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 bahwa peningkatan Imtaq merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu ”mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan warga warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, dimensi Imtaq merupakan bagian yang terpadu dari tujuan pendidikan nasional. Hal ini mengimplikasikan bahwa pembinaan Imtaq bukan hanya tugas dari bidang kegiatan atau bidang kajian tertentu secara terpisah, melainkan tugas pendidikan secara keseluruhan sebagai suatu sistem. Artinya, sistem pendidikan nasional dan seluruh upaya pendidikan sebagai suatu sistem yang terpadu harus secara sistematis diarahkan untuk menghasilkan manusia yang utuh, yang salah satu cirinya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.12

9

Indra Yenita.Kontruktivisme dalam PembelajaranBahasa Inggris dengan Pengintegrasian Bahasa Inggris dengan Pengintegrasian Nilai Imtaq pada SMP Negeri 1x Koto kelas II.(Jurnal Guru, No. 2 Vol. 2 Desember 2005).

10

Mega Iswari. Pendidikan Nilai untuk Mempersiapkan Anak Menghadapi Era-Globalisasi.

(Jurnal

Ilmu Pendidikan, vol. 1-5 (2, 1-2) 2001-2004).

11

Dedi Supriadi. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. (Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2005)

12


(24)

Selanjutnya dalam Visi Depdiknas yang tertuang dalam Rencana Strategis Depdiknas 2005–2009 disebutkan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna)”. Untuk mencapai visi tersebut Depdiknas telah merumuskan misi ”mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia cerdas komprehensif dan kompetitif dengan melaksanakan misi pendidikan nasional”. Dalam pengertian ini yang menjadi core (inti) tujuan pendidikan nasional adalah manusia yang beriman dan bertaqwa.

Pembelajaran sains bernuansa Imtaq dapat diberikan secara eksplisit ataupun implisit. Pembelajaran sains bernuansa Imtaq secara eksplisit adalah mempelajari sains dengan sistem nilai dan moralnya dikaitkan dengan dalil-dalil ajaran agama, seperti dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits yang relevan untuk melegitimasinya. Pemberian nuansa Imtaq secara eksplisit dilakukan di sekolah-sekolah yang bersifat homogen, seperti madrasah-madrasah, sehingga dapat menambah keyakinan dan keimanan terhadap ajaran agamanya, serta lebih meyakini kebenaran ilmu yang dipelajarinya. Bertambahnya pemahaman dan penghayatan seseorang terhadap sistem nilai dan moral dari materi pelajaran sains, serta akhirnya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang senantiasa ingat adanya Allah, dalam kehidupannya akan terjaga dari perbuatan nista atau terhindar dari perbuatan yang dimurkai oleh Allah, karena ia meyakini bahwa siksa Allah adalah sangat pedih. Dengan demikian pembelajaran sains bernuansa Imtaq diharapkan dapat menghasilkan generasi yang memiliki wawasan Iptek dan menghayati akan nilai-nilai dan moral yang dikandung oleh setiap bahan ajarnya. 13

Keberhasilan siswa yang meningkat sangat dipengaruhi oleh kondisi internal siswa maupun faktor eksternal siswa. Salah satu faktor eksternal yang ikut berpengaruh atas keberhasilan siswa dalam memahami suatu topik pembelajaran yang berasal dari guru adalah kemampuan guru dalam memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga nilai-nilai imtaq bisa mewarnai pembelajaran tersebut.

13

Suroso Adi Yudianto.Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai.(Bandung : Mughni Sejahtera, 2005).


(25)

Upaya peningkatan Imtaq siswa tidak hanya merupakan tugas guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) semata-mata, melainkan juga menjadi tugas guru lain serta seluruh warga sekolah lainnya. Bahkan menjadi tanggung jawab bersama semua pihak yang terkait. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq ke dalam materi pelajaran yang akan diajarkan oleh pendidik. Kandungan nilai-nilai Imtaq dalam semua mata pelajaran juga harus diajarkan kepada para siswa, bukan hanya sampai kepada aspek pengetahuan dan keterampilannya.14

Untuk ini diperlukan upaya peningkatan kompetensi guru, bukan saja dalam hal penguasaan materi pelajaran, tetapi juga penerapan Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq yang terdapat dalam mata pelajaran Biologi.

3. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.

UNESCO memberikan batasan antara sains dan teknologi, bahwa sains tidak identik dengan teknologi, antara satu dengan yang lainnya saling bergantung, tetapi mempunyai aktivitas yang sangat berbeda. Peran sains ialah memberikan pencerahan (enlighten) kepada manusia sedangkan peran teknologi ialah penerapan ilmu pengetahuan untuk membantu manusia. Sains dikatakan sebagai power of investigationdan teknologi merupakan kecakapan kreatif yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.15

Hakekat sains telah dirumuskan dengan berbagai cara. Menurut Conant (1971) mendefinisikan sains sebagai: “Sekumpulan konsep-konsep dan skema konsep yang saling berhubungan yang dikembangkan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi dan bermanfaat untuk eksperimen dan observasi selanjutnya”. Definisi tersebut mengandung dua elemen, yang oleh Kuslan dan Stones (1968) disebut produk dan proses. Produk adalah pengetahuan yang diperoleh sedangkan proses adalah cara memperoleh pengetahuan itu. Sedangkan 14

Agus Wasisto Dwi DDW,Loc. cit 15

Made Alit Mariana.Suatu Tinjauan Tentang Hakekat Pendekatan “ Science, Technology, and Society”dalam Pembelajaran Sains.(Buletin Pelangi Pendidikan, Volume 2 No. 1 tahun 1999/2000)


(26)

Campbell (1953) menyebut produk sebagai a body of knowledge dan proses sebagai metode mendapatkan pengetahuan. Produk di dalam sains meliputi tiga komponen utama: konsep, prinsip, dan teori. Konsep adalah suatu rumusan atau gagasan umum atas suatu fenomena. Contohnya kutub magnet, arus listrik, tanaman, sel, dan bunyi. Prinsip-prinsip ilmiah adalah adalah generalisasi dari beberapa konsep yang saling berhubungan. Contohnya: logam, panas dan memuai. Teori dapat menjelaskan, menghubungkan, dan meramalkan berbagai penemuan percobaan dan pengamatan. Contoh-contoh dari teori adalah: teori evolusi, teori struktur sel, dan teori atom (Carin & Sund, 1989).16

Teknologi merupakan unsur yang ada di dalam STM. Secara etimologi, kata teknologi berasal dari dua kata dari bahasa yunani, yaitu kata techne dan logos. Techne artinya kiat (art) atau kerajinan (craft). Logos artinya kata-kata yang terorganisasi atau wacana ilmiah yang mempunyai makna.17 Sains dan teknologi adalah dua bidang yang saling berkaitan. Pengetahuan ilmiah baru yang ditemukan oleh para ilmuwan seringkali mendorong terciptanya teknologi baru atau modifikasi teknologi lama dengan teori baru ini. Dengan teknologi baru maka terdapat pula kemungkinan mengembangkan alat-alat penelitian yang semakin baik, yang pada gilirannya menjadi alat penemuan pengetahuan ilmiah baru. Dalam upaya meningkatkan penguasaan siswa dan terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains, serta meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa, maka penyajian materi ajar sains di sekolah hendaknya selalu dikaitkan dan disepadankan dengan isu-isu sosial dan teknologi yang terdapat di masyarakat lokal, regional, dan nasional.18

Sepanjang sejarah, sains dan teknologi telah mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat di berbagai tempat. Interaksi langsung di antara sains-teknologi dan masyarakat yang paling kentara adalah dalam hubungan antara teknologi dengan masyarakat. Gaya hidup setiap kelompok masyarakat sangat dipengaruhi 16

T. Sarkim.Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Pengajaran Sains.(Widya Dharma:1998)

17

Made Alit Mariana,loc. cit 18

I Wayan Sadia.Pengembangan Buku Ajar IPA Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Berwawasan Sains Teknologi Masyarakat.(Aneka Widya STKIP Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXII September 1999).


(27)

oleh teknologi yang dipakainya. Penemuan komputer adalah contoh yang sangat jelas untuk mengilustrasikan hubungan itu. Penemuan komputer telah mendorong dikembangkannya sistem manajemen yang berstandar pada penggunaan alat itu. Pengembangan manajemen demikian pada akhirnya juga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak orang-orang yang terlibat di dalamnya.19

Program atau pendekatan STM adalah belajar dan mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman dan kehidupan manusia sehari-hari, dengan fokus isu-isu atau masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat, baik bersifat lokal, regional, nasional, maupun global yang memiliki komponen sains dan teknologi.20Ciri khusus dari pendekatan STM antara lain : (1) difokuskan dengan isu-isu sosial di masyarakat yang terkait dengan sains dan teknologi; (2) diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi ilmiah; (3) tanggap terhadap karier masa depan dengan mengingat bahwa kita hidup dalam masyarakat yang tergantung pada sains dan teknologi; (4) evalusi belajar ditekankan pada kemampuan siswa dalam memperoleh dan menggunakan informasi ilmiah dalam memecahkan masalah (Hidayat, 1992).21 Adapun tahapan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM, diantaranya :22

1. Tahap apersepsi (Inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat dan diamati oleh siswa. 2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengonstruksi

pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimentasi dan diskusi. 3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah yaitu menganalisis isu

atau masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.

19

T. Sarkim,loc. cit 20

La Maronta Galib.Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 034, Tahun Ke-8, Januari 2002).

21

Ni Ketut Rapi.Pengembangan Literasi Sains dan teknologi Siswa Melalui Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat di SLTP.(Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 1 TH. XXXII Januari 1999).

22

Prayekti.Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat tentang Konsep Pesawat Sederhana dalam Pembelajaran IPA di kelas 5 SD.(Jakarta : Balitbang Depdiknas, 2002, jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 039 Thn ke-8).


(28)

4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.

5. Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep. Melalui pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini guru dianggap sebagai fasilitator, dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Menurut Poedjiadi (2000), menghubungkan STM dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :23

1. Sebagai pendekatan dengan mengkaitkan antara sains, teknologi, dengan masyarakat.

2. Sebagai pendekatan dengan menggunakan isu atau masalah pada awal pembelajaran.

3. Membuat program STM dengan skenario tertentu, digunakan sebagai suplemen.

Sebagai contoh : ketika seorang guru akan mengajarkan tentang pencemaran lingkungan misalnya tentang pencemaran perairan yang ada di lingkungan sekolah. Dengan menggunakan metode bermain peran, pada akhir pembelajaran siswa dapat mengkaitkan sains, teknologi, dan masyarakat.

4. Penelitian Tindakan Kelas(Classroom Action Research) a. Pengertian Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan kelas(Classroom Action Research)ialah penelitian yang merupakan paduan antara tindakan (action) dan penelitian (research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Secara umum kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelola oleh guru. Guru sebagai manager kelas dituntut untuk peduli terhadap kualitas pembelajaran di kelasnya. Untuk itu guru harus memiliki kemampuan standar mengajar di samping mempunyai kualifikasi akademik.24

23

Nuryani.Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang :UM Press, 2005)

24

Tatang Suhery.Penelitian tindakan kelas. (Buletin Pelangi Pendidikan, volume 1 No. 2 Tahun 1998/1999)


(29)

Ada beberapa keunggulan, ketika seorang guru melakukan penelitian dengan menggunakan metode tindakan, yaitu sebagai berikut.25

1. Mereka tidak harus meninggalkan tempat kerjanya.

2. Mereka dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan. 3. Bila treatment (perlakuan) dilakukan pada responden maka responden

dapat merasakan hasil treatment (perlakuan) dari penelitian tindakan tersebut. Tiga keunggulan dari penelitian tindakan ini, tidak dimiliki oleh penelitian dengan metode lainnya.

b. Karakteristik Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan mempunyai beberapa karakteristik yang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan penelitian formal lainnya. Beberapa karakteristik penting tersebut diantaranya, seperti:26

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi penelitian dalam kehidupan profesi sehari-hari.

2. Peneliti memberikan perlakuan atautreatmentyang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti. 3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus,

tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.

4. Adanya langkah berpikir reflektif ataureflective thinkingdari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan. Reflective thinking ini penting untuk melakukan retrospeksi (kaji ulang) terhadap tindakan yang telah diberikan dan implikasinya yang muncul pada subjek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.

25

Sukardi.Metodologi Penelitian Pendidikan.(Yogyakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 210

26


(30)

c. Empat Langkah Penting dalam Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan secara garis besar, peneliti pada umumnya mengenal adanya empat langkah penting, yaitu :27

1. Langkah perencanaan yang biasanya berorientasi ke depan, bertujuan untuk meningkatkan apa yang telah terjadi pada saat itu.

2. Langkah tindakan yang terkontrol secara seksama yang didasarkan pada rencana yang rasional dan terukur.

3. Langkah observasi yang intensif untuk dapat mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek.

4. Langkah reflektif, yang merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi.

d. Beberapa Model Penelitian Tindakan

Dalam perkembangannya, penelitian tindakan berkembang sesuai dengan sasaran dan keadaan tempat yang menjadi objek penelitian. Ada sedikitnya empat model penelitian tindakan. Keempat model tersebut sesuai dengan nama pengembangannya, yaitu model Kemmis dan Taggart, model Ebbut, model Elliot dan model McKernan.28

1. Model Kemmis

Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart tahun 1988. Mereka menggunakan empat komponen penelitian tindakan (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam suatu sistem spiral yang saling terkait.

2. Model Ebbut

Model ini terdiri dari tiga tingkatan atau daur.

27

Ibid,hal. 213

28


(31)

Gambar. 2.1 Bagan Penelitian Tindakan Model Ebbut 3. Model Elliot

Gambar. 2.2 Bagan Penelitian tindakan Model Elliot

4. Model McKernan

Gambar. 2.3 Bagan Penelitian Tindakan Model Mckernan

Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3

 Ide awal, identifikasi permasalahan, tujuan dan manfaat

 Langkah tindakan  Monitoring efek

tindakan

 Revisi rencana umum  Langkah tindakan  Monitor efek tindakan

sebagai bahan untuk masuk ke tingkatan ketiga

 Revisi ide umum  Rencana diperbaiki  Langkah tindakan  Monitor efek

tindakan sebagai bahan evaluasi tujuan penelitian

Ide Utama Peninjauan Perencanaan

Tindakan 2 Monitor Tindakan 1

Identifikasi Permasalahan Penetapan hasil 2 Redifinasi permasalahan Hasil

Daur 1 Daur 2 Daur 3

Evaluasi tindakan 1 Penilaian Kebutuhan Tindakan 1 Implikasi tindakan 1 Hipotesis ide Penilaian Kebutuhan Reevaluasi tindakan 2 Implikasi tindakan 2 Hipotesis ide Tindakan 1


(32)

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran sains di sekolah, pada umumnya memiliki sebagian masalah kritis diantaranya: sebagian siswa tidak mampu menggunakan sains yang mereka pelajari; hal ini menyebabkan kurangnya kepedulian siswa terhadap kebersihan lingkungan (membuang sampah sembarangan) yang merupakan salah satu bukti sikap ketidakpedulian siswa terhadap pelestarian lingkungan sekolah yang perlu dijaga. Pembelajaran sains tradisional menyebabkan siswa kurang memiliki rasa ingin tahu, kurang mampu memberikan penjelasan, kurang mampu melaksanakan pengujian hipotesis, dan kurang mampu meramalkan peristiwa yang akan terjadi apabila diberikan suatu perlakuan tertentu (Yager, 1993). Sistem pengajaran Biologi pada dasarnya bertujuan agar siswa mampu memahami konsep-konsep pengetahuan alam, memiliki keterampilan dalam mengembangkan pengetahuannya, mempunyai rasa ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, dan mampu menggunakan teknologi dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan tanpa merusak alam sekitar yang merupakan tanda kebesaran Allah SWT.

Pada pembelajaran lingkungan yang menggunakan model pembelajaran STM ini dirasakan memiliki tanggapan terhadap tantangan dalam pendidikan sains. Pembelajaran STM ini dapat membantu siswa dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan pelaksanaan perannanya sebagai masyarakat. STM berbasis Imtaq ini merupakan modifikasi dari pendekatan STM yang ditambah dengan sudut pandang agama, yang penulis gunakan dalam pembelajaran ini adalah sudut pandangan dari agama Islam yang bersumber pada Alquran dan sunnah rasul. Model pembelajaran STM berbasis Imtaq ini merupakan usaha untuk menjadikan lulusan pendidikan setidaknya tahu tentang atau bahkan menyukai Sains Teknologi perkembangan serta implikasinya terhadap lingkungan masyarakat serta peningkatan iman dan ketakwaannya.


(33)

Gambar. 2.4 Bagan Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Penelitian Tindakan

Berdasarkan uraian kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Terdapat peningkatan hasil belajar biologi siswa dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbasis imtaq pada konsep ekosistem.”

Biologi

Ekosistem Bernuansa Imtaq

Pengetahuan awal

Strategi belajar mengajar

Pembelajaran dengan pendekatan

Sains Teknologi Masayarakat

Hasil belajar biologi


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dipilih sebagai lapangan penelitian adalah SMA Daya Utama Bekasi di Jl. Raya Kota Legenda Kec. Mustika Jaya. Penelitian ini dilakukan pada semester genap mulai bulan Januari hingga Februari 2009.

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa dengan model pembelajaran Sains teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq pada konsep lingkungan.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah collaboration classroom action research, yaitu bekerjasama dengan guru mata pelajaran biologi di sekolah.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti.29

Populasi target adalah seluruh siswa SMA Daya Utama. Subjek penelitian adalah siswa kelas X IPA SMA Daya Utama.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis data yang dikumpulkan untuk dianalisis. Jenis data, teknik pengumpulan data dan instrument dapat dilihat pada tabel.

29


(35)

Sumber Data

Jenis Data Teknik Pengumpulan

Data

Instrumen

Peserta didik

Penguasaan konsep peserta didik sebelum terlibat dalam model pembelajaran STM berbasis Imtaq pada konsep lingkungan

Melaksanakan Tes awal

Butir soal pilihan ganda Penguasaan konsep

peserta didik setelah terlibat dalam model pembelajaran STM berbasis Imtaq pada konsep lingkungan

Melaksanakan Tes akhir

Sikap peserta didik

setelah model

pembelajaran STM berbasis Imtaq

Mengisi kuesioner

Butir pernyataan

Proses KBM Observasi Lembar Observasi

F. Instrumen Penelitian

Data yang menunjukkan bahwa nilai imtaq telah berhasil tersampaikan kepada siswa dan respons siswa terhadap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah angket. Angket yang digunakan bersifat tertutup artinya jawaban telah disediakan dan responden hanya memilih salah satu jawaban yang telah disediakan dengan menggunakan skala likert yang telah dimodifikasi terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS). Sedangkan untuk mengetahui proses pembelajaran adalah melalui lembar observasi (catatan lapangan) dan


(36)

untuk mengetahui penguasaan konsep (domain kognitif) adalah melalui pre-tes dan post-tes.

1. Validitas dan Reliabilitas

Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk dan validitas butir soal. Suatu tes dikatakan memiliki validitas konstruk apabila mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam dalam indikator pembelajaran. Validitas butir soal diuji dengan menggunakan rumus point biserial30:

= − √

Keterangaan : rpbi = koefisien korelasi point biserial yang dianggap koefisisen validitas item.

Mp = Skor rata-rata hitung yang dijawab benar oleh peserta tes Mt = Skor rata-rata total yang dicapai oleh seluruh peserta tes. SDt = Standar deviasi

P = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item. q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item. Reliabilitas instrumen penelitian dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20 sebagai berikut:31

rxx=

 

S

S

x x K

K pq

2 2 1

 

Keterangan : rxx = reliabilitas untuk keseluruhan tes K = jumlah item dalam tes

S2 = varians semua tes X = rerata skor 2. Uji Taraf Kesukaran

Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan

30

Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), cet. 1. h. 67

31


(37)

tidak terlalu sukar. Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran soal : P = …< 0,3 adalah soal sukar

P = 0,3 sampai dengan 0,7 adalah soal sedang P = 0,7 sampai dengan 1,00 adalah soal mudah 3. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal menurut Arikunto (1996), adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Berikut ini cara mencari daya pembeda soal :32

D = Daya Pembeda Soal

Ba = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas Bb = Banyaknya peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah Ja = jumlah peserta tes kelompok atas

P(atas) = Tingkat kesukaran kelompok atas P(bawah) = Tingkat kesukaran kelompok bawah Adapun Kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut : 0,00–0,20 = buruk

0,21–0,40 = cukup 0,41–0,70 = baik 0,71–1,00 = baik sekali

32

Ibid,hal. 213

P= B/JS


(38)

G. Teknik Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif dari tes penguasaan konsep dan hasil pengamatan yang didapat dari setiap siklus. Peningkatan penguasaan konsep siswa diambil dari melalui kenaikan selisih pre-tes dan post-tes pada siklus pertama yang dibandingkan dengan kenaikan selisih pre-tes dan post-tes pada siklus kedua dengan menggunakanNormal Gain.Gainmenunjukkan peningkatan pemahaman dan penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru.33 Dapat dihitung dengan rumus :34

= −

Tiga kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi, yaitu : N-g tinggi : nilai (<g>) > 0,7

N-g sedang : nilai 0,7 > (<g>) > 0,3 N-g rendah : nilai (<g>) < 0,3

Setelah mengetahui Ngain masing-masing siswa pada setiap siklus maka dilakukan uji t. Pengujian uji t digunakan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi antara siklus I dan siklus II. Adapun rumus dengan menggunakan uji t sebagai berikut :

= −

1 1

Dimana

2 = 1− 1 12 + ( 2 − 2) 22

1 + ( 2 − 1)

X1 = rata-rata hasil belajar siswa dari pretes

33

Yanti Herlanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. (Bogor : 2 Juni 2006)

34David E. Meltzer. “The Realitionship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physic: A Possible “Hidden Variable” in Diagnotic Pretes Scores”, dari


(39)

X2 = rata-rata hasil belajar siswa dari postes n1 = jumlah sampel pretes

n2 = jumlah sampel pada postes S12 = varians pretes

S22 = varians postes

t = hasil hitung distribusi S2 = nilai deviasi gabungan

Selain itu data penguasaan konsep siswa dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang diambil dari jumlah siswa yang memiliki nilai post tes yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada setiap indikator pembelajaran. Angket digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui penerimaan siswa terhadap model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat.

H. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi beberapa indikator, yaitu :

1. Peningkatan penguasaan konsep siswa pada setiap siklus, berdasarkan hasil pre-tes dan post-tes.

2. Sekurang-kurangnya 65% siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan untuk setiap indikator pembelajaran.

I. Prosedur Penelitian 1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu pada semester genap bulan pertengahan Januari hingga pertengahan Februari 2009 di SMA Daya Utama. Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran biologi untuk melakukan penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I terdiri dari 4 kali dan 4 tahapan kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi tindakan. Permasalahan


(40)

yang belum dapat dipecahkan pada siklus pertama, direfleksikan pada siklus kedua yang terdiri dari 2 siklus dan 4 tahapan kegiatan, untuk mencari penyebabnya dan penyelesaiannya atau sebagai langkah perbaikan pada siklus yang kedua. Hal itu dilakukan dari satu siklus ke siklus selanjutnya sampai masalah yang dihadapi dapat diselesaikan sampai tuntas.

2. Persiapan Penelitian

Hal-hal yang dibahas dan dikerjakan selama persiapan penelitian ini adalah:

a) Menghubungi kepala sekolah SMA Daya Utama.

b) Melakukan observasi dan asistensi pada proses belajar mengajar yang dilakukan guru biologi di kelas, sekaligus melakukan wawancara kepada guru biologi dan beberapa siswa mengenai proses pembelajaran biologi. c) Memberikan informasi kepada guru biologi mengenai penelitian,

khususnya mengenai nilai-nilai dalam model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq.

d) Menentukan kelas subjek penelitian bersama guru.

e) Menentukan fokus observasi dan aspek-aspek yang akan diamati. f) Menentukan indikator kebehasilan.

g) Membuat instrumen berupa lembar observasi, wawancara, dan kuisioner untuk proses pengumpulan data.

h) Pada pertemuan pertama sebelum siklus dimulai dilakukan pemberian tes awal kepada seluruh subjek penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Selain itu guru juga memberikan penjelasan kepada siswa mengenai langkah-langkah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbasis Imtaq.

3. Siklus I

Pada siklus I dibahas materi mengenai peran komponen ekosistem dalam aliran energi, daur biogeokimia, keterkaitan antara kegiatan


(41)

manusia dengan masalah pencemaran dan pelestarian lingkungan. Pelaksanaan siklus I memiliki tahapan sebagai berikut:

1) Perencanaan tindakan

a. Membuat skenario pembelajaran dan rencana program pembelajaran yang sesuai dengan materi dan model pembelajaran STM berbasis Imtaq.

b. Menyiapkan sumber belajar.

c. Membuat lembar kerja siswa dan lembar kerja kelompok atau menyusun format evaluasi.

d. Mengembangkan format observasi pembelajaran. 2) Pelaksanaan tindakan

Guru melakukan proses pembelajaran dengan pendekatan STM dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menjelaskan tujuan pembelajaran.

b. Menggali pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan disampaikan dan memotivasi siswa.

c. Guru mengadakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM).

1. Tahap apersepsi (Inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat dan diamati oleh siswa.

2. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengonstruksi pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimentasi dan diskusi.

3. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah yaitu menganalisis isu atau masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.

4. Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.


(42)

5. Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep.

d. Guru mengobservasi kegiatan belajar siswa. 3) Observasi Tindakan

a. Melakukan observasi dengan mencatat kegiatan belajar dan mengajar siswa dan guru yang melakukan model pembelajaran STM berbasis Imtaq pada lembar observasi serta catatan lapangan. b. Evaluasi siklus I dilakukan dengan memberikan post tes kepada

siswa di setiap akhir siklus, melakukan diskusi dengan guru biologi, dan memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui nilai Imtaq dan tanggapan siswa tentang proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran STM berbasis Imtaq.

4) Refleksi

a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada siklus I b. Merefleksikan kekurangan yang ada pada pembelajaran di siklus I

sebagai perbaikan dan acuan untuk merencanakan siklus II. c. Menarik kesimpulan dari pelaksanaan siklus I.

4. Siklus II

Pada siklus II dibahas materi mengenai jenis-jenis limbah, daur ulang limbah, dan pengenalan produk daur ulang limbah. Pelaksanaan siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I dan merupakan perbaikan dari kekurangan yang terdapat pada siklus I. Siklus II dilaksanakan sebagai berikut :

1) Perencanaan tindakan

Perencanaan ini dilakukan berdasarkan refleksi dari siklus I dan merupakan perbaikan dari kekurangan yang terdapat pada siklus I. 2) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan perencanaan yang disusun seperti pada siklus I.


(43)

a. Melakukan observasi dengan mencatat kegiatan belajar dan mengajar siswa dan guru yang melakukan model pembelajaran STM berbasis Imtaq pada lembar observasi serta catatan lapangan seperti yang dilakukan pada siklus I

b. Evaluasi siklus II dilakukan dengan memberikan post tes kepada siswa di setiap akhir siklus, melakukan diskusi dengan guru biologi, dan memberikan angket kepada siswa untuk mengetahuai tanggapan siswa tentang proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran STM berbasis Imtaq.

4) Refleksi

a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada siklus II. b. Merefleksi kekurangan pada siklus II.


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan

Model pembelajaran STM merupakan suatu model yang memungkinkan siswa berlatih memadukan antara konsep sains yang diperoleh dari bacaan, dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diberi kesempatan membuat suatu keputusan sederhana yang berkaitan dengan konsep-konsep sains, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat setempat, merumuskan langkah yang akan dilakukan baik individu maupun masyarakat lingkungannya, untuk menanggulangi dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik bahasan.

Seperti halnya penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada tanggal 19 januari 2009–18 Februari 2009 di SMA Daya Utama Bekasi yang mencoba menerapkan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM). Secara garis besar penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan pembelajaran pada siklus pertama tentang komponen ekosistem dalam aliran energi, daur biogeokimia, keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah pencemaran dan pelestarian lingkungan. Sedangkan tindakan pembelajaran pada siklus kedua tentang jenis-jenis limbah, daur ulang limbah dan pengenalan terhadap produk daur ulang limbah.

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan desain intervensi tindakan yang telah disusun pada bab III. Pada siklus pertama kegiatan belajar mengajar menggunakan metode eksperimen, diskusi, ceramah dan penugasan. Sedangkan pada siklus kedua kegiatan belajar mengajar menggunakan metode diskusi, Tanya jawab, ceramah, dan penugasan. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Daya Utama dapat diketahui bahwa dengan menerapkan model pembelajaran STM siswa menjadi lebih aktif dalam menemukan konsep-konsep dari materi yang diajarkan yaitu ekosistem. Aktivitas ini ditunjukan dengan dilakukannya eksperimen dan diskusi yang


(45)

membuat siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang sudah siswa ketahui maupun yang belum siswa ketahui.

Setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran STM nilai tes akhir (post-test) setiap siswa mengalami peningkatan dari nilai tes awal (pre-tes). Siswa lebih mudah memahami dan mengingat konsep yang diajarkan dengan model pembelajaran STM karena siswa diberi kesempatan melakukan kegiatan sendiri untuk memperoleh pengetahuan sehingga terbentuklah konsep-konsep yang telah mereka temukan.

Berdasarkan hasil observasi dan penilaian selama diterapkannya model pembelajaran STM pada konsep ekosistem diperoleh data seperti yang tercantum pada tabel 4.1.

Tabel 4. 1

Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II Skor hasil

Belajar

Rata-rata

Pretes Postes

Siklus I 42,8 70,08

Siklus II 44,7 76,96

Tabel 4. 1 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep ekosistem meningkat setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran STM. Hal ini terlihat dari rata-rata kelas skor postes yang meningkat dari rata-rata kelas skor pretes pada siklus I dan siklus II. Kenaikan rata-rata kelas skor pretes dan postes pada siklus I yaitu 42,8 menjadi 70,8 sedangkan kenaikan rata-rata kelas skor pretes dan postes pada siklus II yaitu 44,7 menjadi 76,96. Setelah melakukan refleksi pada siklus I dan berdasarkan peningkatan hasil belajar pada siklus I, peneliti merasa perlu untuk melanjutkan penelitian ke siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dan untuk menguji keabsahan peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I. Setelah dilakukan siklus II, peneliti memperoleh data yang menujukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini


(46)

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran STM.

Selain hasil belajar siswa berupa penguasaan konsep ekosistem, peneliti juga memperoleh data tentang pengetahuan siswa terhadap nilai-nilai religius yang terkandung dalam konsep ekosistem setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran STM. Adapun data tentang pengetahuan siswa terhadap nilai-nilai religius yang terkandung dalam konsep ekosistem akan disajikan dalam tabel 4.9.

B. Pemeriksaan Keabsahan Data

Langkah pertama yang dilakukan peneliti agar data yang diperoleh teruji keabsahannya adalah melakukan observasi lapangan di SMA Daya Utama Bekasi, yaitu :

1. Bertemu kepala sekolah, meminta izin untuk melakukan penelitian. 2. Mewawancarai guru biologi.

3. Mengamati kondisi sekolah seperti fasilitas sekolah dan kegiatan belajar mengajar khususnya di kelas X IPA dimana peneliti akan melakukan penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang diperlukan untuk penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 1. Soal objektif untuk mengukur hasil belajar siswa. Sebelum tes objektif

digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Soal yang diuji terdiri dari tes objektif siklus I dan siklus II. Tes objektif siklus I dengan subkonsep komponen ekosistem dalam aliran energy, daur biogeokimia, serta keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah pencemaran dan pelestarian lingkungan yang terdiri dari 40 butir soal dengan jumlah soal yang valid sebanyak 13 soal dengan tingkat reliabilitas 0,70. Sedangkan untuk tes objektif siklus II dengan subkonsep jenis-jenis limbah, daur ulang limbah dan pengenalan produk daur ulang limbah yang terdiri dari 40 butir soal yang valid sebanyak 12 butir soal dengan tingkat reliabilitas 0,58. Setelah dilakukan analisis butir


(47)

soal dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan guru sekolah (diantaranya perbaikan redaksi soal) maka peneliti menetapkan menggunkan 60 butir soal sebagai instrument penelitian, 30 butir soal pada siklus I dan 30 butir soal pada siklus II.

2. Lembar observasi siswa dan guru untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas.

3. Kuesioner untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran STM dan nilai religious yang terkandung pada konsep ekosistem.

Data yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Data berupa tes hasil belajar setelah terkumpul dikoreksi oleh peneliti dan guru bidang studi. Tes hasil belajar pada konsep ekosistem terdiri terdiri dari 30 butir soal tiap siklus dan untuk setiap butir soal dengan jawaban benar diberi skor 1. Sedangkan data berupa respon siswa terhadap model pembelajaran STM dan pengetahuan siswa terhadap nilai religius yang terkandung pada konsep ekosistem diperoleh dengan mencari jumlah frekuensi relative terhadap pernyataan.

C. Analisis Data

1. Hasil Belajar Siswa pada Konsep Ekosistem

Tahap analisis dimulai dengan membaca semua data yang diperoleh setelah penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Pada siklus I jumlah siswa yang telah mencapai KKM sebesar 87,5% dan pada siklus II jumlah siswa yang telah mencapai KKM sebesar 100%. Dalam model pembelajaran STM, guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan sains pada siswa, tetapi juga mendorong siswa mengembangkan keterampilan proses, sikap, nilai-nilai sains dan teknologi, dan menyadari keterkaitan antara sains dan bidang studi lain. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, usulan jawaban, pencarian data tambahan, dan menguji ide-ide atau gagasan lebih jauh dari ruang kelas ke komunitas lokal mereka, sehingga proses belajar mengajar sains tidak hanya berlangsung di dalam ruang kelas, tetapi juga berlangsung dalam konteks kehidupan masyarakat dan lingkungan alam


(48)

sekitar sekolah. Dengan kata lain, lingkungan sekitar, isu atau masalah yang dihadapi oleh masyaakat, dan pengalamana siswa dalam kehidupan sehari-hari perlu menjadi bagian dari pembelajaran sains dengan model pembelajaran STM.

Hasil observasi selama berlangsungnya pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut. Pada siklus I, kendala yang dialami guru diantaranya : pertama adalah masalah waktu. Dalam penerapan model pembelajaran STM ini waktu yang digunakan lebih banyak karena selain melibatkan kegiatan di kelas juga melibatkan kegiatan di luar kelas. Kegiatan di dalam kelas diantaranya adalah diskusi kelompok, sedangkan kegiatan di luar kelas adalah pelibatan diri siswa dalam mencari isu-isu sosial yang ada di lingkungan anak berkaitan dengan materi yang diajarkan. Dengan waktu yang cukup, diharapkan kualitas PBM dapat ditingkatkan. Sehingga hal ini dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Pada siklus II, guru membuat rancangan pembelajaran yang lebih efektif dan memerlukan waktu yang lebih efisien diantaranya dengan sistem penugasan kelompok terhadap materi yang lebih kompleks. Dengan mengetahui isu-isu sosial yang terjadi di lingkungan sekitar khususnya yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, siswa diharuskan terlebih dahulu mencari lebih banyak bahan atau data baik melalui buku, Koran maupun internet yang menunjang terhadap materi yang akan dibahas. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membahasnya dalam diskusi kelompok. Sehingga dalam diskusi, siswa menjadi lebih siap, aktif dan merasa senang. Oleh karena itu, dengan perbaikan yang dilakukan oleh guru, skor hasil belajar siswa pada siklus II meningkat dari siklus I. jumlah siswa yang telah mencapai KKM (65%) pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4. 2.


(49)

Tabel 4. 2 Siswa yang Mencapai KKM

No. Nama Postes 1 Postes 2

1 L1 70 80

2 P1 63 73

3 L2 63 80

4 L3 70 70

5 L4 63 80

6 L5 70 77

7 P2 77 80

8 L6 73 77

9 P3 83 70

10 L7 77 73

11 L8 70 70

12 P4 73 77

13 P5 73 80

14 L9 77 80

15 L10 73 73

16 P6 80 80

17 P7 57 (belum tuntas) 80

18 P8 70 80

19 P9 80 77

20 L11 70 80

21 P10 73 70

22 P11 57 (belum tuntas) 70

23 L12 70 80

24 P12 50 (belum tuntas) 80

 21 24

% 87,5% 100%

Keterangan : Pn= perempuan ke-n Ln= laki-laki ke-n

Sesuai dengan tabel 4.2 di atas, skor hasil belajar pada nilai postes telah diintegrasikan sesuai dengan KKM IPA yang berlaku di SMA Daya Utama yaitu ≥ 65. Pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 21 orang (87,5%) sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM sudah mencapai keseluruhan siswa yang mencapai 24 orang (100%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar biologi siswa pada konsep ekosistem.


(50)

Untuk data peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus, data dianalisis dengan menggunakan N Gain. Skor rata-rata pretes, postes, dan nilai N Gain pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 4. 3.

Tabel 4.3. Siklus I

No. Nama Pretes Postes N Gain

1 L1 43 70 0,5

2 P1 47 63 0,3

3 L2 40 63 0,4

4 L3 47 70 0,4

5 L4 40 63 0,4

6 L5 30 70 0,6

7 P2 47 77 0,6

8 L6 57 73 0,4

9 P3 53 83 0,6

10 L7 50 77 0,5

11 L8 33 70 0,5

12 P4 47 73 0,5

13 P5 30 73 0,6

14 L9 60 77 0,4

15 L10 40 73 0,6

16 P6 43 80 0,6

17 P7 47 57 0,2

18 P8 50 70 0,4

19 P9 47 80 0,6

20 L11 40 70 0,5

21 P10 40 73 0,6

22 P11 30 57 0,4

23 L12 37 70 0,5

24 P12 30 50 0,3

Jumlah 1028 1682 11,4

Rata-rata 42,8 70,08 0,5

Keterangan : Pn= perempuan ke-n Ln= laki-laki ke-n


(51)

Tabel 4.4. Siklus II

No. Nama Pretes Postes N Gain

1 L1 47 80 0,6

2 P1 50 73 0,5

3 L2 43 80 0,6

4 L3 40 70 0,5

5 L4 60 80 0,5

6 L5 43 77 0,6

7 P2 53 80 0,6

8 L6 57 77 0,5

9 P3 40 70 0,5

10 L7 47 73 0,5

11 L8 40 77 0,6

12 P4 37 73 0,6

13 P5 47 80 0,6

14 L9 60 80 0,6

15 L10 40 73 0,6

16 P6 30 80 0,7

17 P7 30 80 0,7

18 P8 40 80 0,7

19 P9 43 77 0,6

20 L11 33 80 0,7

21 P10 30 77 0,7

22 P11 60 70 0,3

23 L12 40 80 0,7

24 P12 50 80 0,6

Jumlah 1060 1729 14,1

Rata-rata 44,2 72,04 0,6

Tabel 4.5. Rekapitulasi Skor Rata-rataPretes, Postes, dan N Gain Data Siklus I Siklus II

Pretes Postes NGain Pretes Postes NGain

Maks 60 83 0,6 60 80 0,7

Min 30 50 0,2 30 70 0,3

X 42,8 70,08 0,5 44,17 72,04 0,6 SD 8,25 7,76 0,29 9,07 7,02 0,2

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, hasil pengamatan pada siklus I data hasil belajar biologi diperoleh melalui tes objektif sebanyak 30 butir soal yang diberikan sebelum pembelajaran (pretes) dan setelah pembelajaran (postes). Skor


(52)

pretes yang diberikan sebelum pembelajaran diperoleh nilai N Gain pada setiap siklusnya. Nilai rerata N Gain pada siklus I adalah sebesar 0,5, berdasarkan kategori perolehan skor gain ternormalisasi maka nilai N Gain berada dalam kategori tinggi (0,7 ≥ g ≥ 0,3). Sedangkan pada siklus II nilai rerata N Gain meningkat menjadi 0,6 yakni skor gain ternormalisasi berada pada kategori sedang.

Setelah didapatkan nilai rata-rata N Gain siklus I dan II kemudian dilakukan uji normalitas yang dikenal dengan nama uji Liliefors.

a. Uji Normalitas (Uji Liliefors)

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah Uji liliefors. Kriteria uji normalitas adalah H0 diterima jika Lhitung ≤ Ltabel dan jika Lhitung ≥ Ltabel maka H0 ditolak. Dengan diterimanya H0 berarti data berasal dari populasi berdistribusi normal, sedangkan jika H0 ditolak berarti data penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

Berdasarkan perhitungan uji normalitas dari data N-Gain siklus I diperoleh L0= 0,16 dan Lt =0,176 dengan taraf signifikan 0,05 dan n = 24. Karena L0≤ Lt maka H0 diterima, yaitu data penguasaan konsep pada siklus I berdistribusi normal. Perhitungan normalitas siklus I dapat dilihat pada lampiran.

Sedangkan untuk siklus II diperoleh L0= 0,19830,2 dan Lt= 0,1760,2 dengan taraf signifikan 0,05 dan n = 24. Karena L0≤ Ltmaka H0diterima, yaitu data penguasaan konsep pada siklus II tersebut berdistribusi normal. Perhitungan normalitas Siklus II dapat dilihat pada lampiran. Untuk lebih jelas, hasil uji normalitas siklus I dan siklus II disajikan pada tabel 4.6 di bawah ini :


(53)

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Normalitas dengan Uji Liliefors Lhitung Ltabel Keputusan

Siklus I Siklus II

0.05 0,16 0,190,2 0.1760,2 Ho diterima (Berdistrubusi Normal)

b. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji persyaratan analisis data berupa uji normalitas , diperoleh kesimpulan bahwa kedua siklus berdistribusi normal. Sehingga pengujian dapat diteruskan pada analisis berikutnya yaitu uji “t” untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil belajar siswa. Kriteria pengujian hipotesis :

H0diterima, jika thitungttabel H0ditolak, jika thitungttabel

Dari hasil perhitungan didapat nilai thitungsebesar 3,3. Sedang nilai ttabel pada taraf signifikan 0,05 dan dk = (N1 + N2)-2, maka dk = 46 diperoleh nilai ttabel2,014. Seperti yang terlihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Pengujian Hipotesis Uji t N-Gain

Nilai Dk thitung ttabel Kesimpulan

N-Gain 46 3,3 2,014 H0ditolak

Dari tabel 4.7, nilai-nilai yang diperoleh didistribusikan dengan rumus uji-t dan diperoleh thitungsebesar 3,3 sedangkan tabel dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan 46 sebesar 2,014. Hal ini berarti thitung  ttabel, sehingga H0ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan melalui penerapan model pembelajaran STM berbasis Imtaq pada konsep ekosistem.


(54)

2. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

Selain soal tes objektif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, peneliti juga menggunakan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui kegiatan pembelajaran STM setiap pertemuan.

Tabel 4.8 Lembar Observasi Guru pada Siklus I

Faktor-faktor yang diobservasi

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Pertemuan IV Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

TAHAP 1 : APERSEPSI 1. Menuliskan topik yang akan

dibahas

√ √ √ √

2. Mengajukan pertanyaan yang relevan

√ √ √ √

3. Bertanya secara klasikal √ √ √ √ 4. Bertanya secara individual √ √ √ √ 5. Menanggapi jawaban siswa √ √ √ √

TAHAP II : EKSPLORASI 1. Membimbing siswa

memecahkan masalah yang disajikan

√ √ √ √

2. Membimbing siswa melakukan pengamatan dengan panduan LKS

√ √ √ √

3. Membimbing siswa mencatat data percobaan/pengamatan

√ √ √ √

4. Mendorong siswa berdiskusi dalam kelompok

√ √ √ √

5. Membimbing siswa dalam diskusi kelompok

√ √ √ √

6. Menanggapi pertanyaan siswa selama diskusi kelompok

√ √ √ √

TAHAP III : PEMANTAPAN KONSEP 1. Memberi kesempatan kepada

siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok

√ √

2. Memberi kesempatan siswa/kelompok lain menanggapi

√ √

3. Member i kesempatan siswa bertanya atau mengemukakan pendapat

√ √

4. Mengembangkan materi √ √ 5. Membimbing siswa membuat

kesimpulan

√ √

TAHAP IV : REFLEKSI DAN EVALUASI 1. Mengungkap nilai bahan ajar

(nilai religius)

√ √

2. Mengajukan pertanyaan terhadap materi yang sudah dipelajari


(1)

Luas daerah penghijauan Luas daerah penghijauan

c. d.

Suhu Suhu

Luas daerah penghijauan Luas daerah penghijauan

54. Tidur di daerah hutan pada waktu malam akan terasa udara malam tidak sesegar udara siang hari. Pada pagi hari ditemukan salah seorang rekan dalam keadaan lemas. Kejadian ini disebabkan pada malam hari :

a. Kadar CO2bertambah, kadar O2berkurang b. Kadar O2dan CO2bertambah

c. Kadar CO2berkurang, kadar O2bertambah d. Kadar O2dan CO2berkurang

55. Hutan gundulerosilahan pertanian tandustidak produktif. Kalau kita lihat diagram di atas, tindakan apa yang kita lakukan ?

a. Menanami gunung dengan tumbuhan baru b. Membiarkan begitu saja

c. Membuat hutan arena rekreasi

d. Membuat penyuluhan pada penduduk setempat

56. Kalau terjadi pencemaran insektisida di ekosistem air tawar, maka beberapa tahun kemudian kadar bahan itu yang paling tinggi didapatkan dalam :

a. air tawar c. tubuh serangga air

b. tumbuhan air d. tubuh hewan-hewan karnivor

57. Pencemaran lingkungan dapat menyebabkan kesehatan masyarakat terganggu, maka usaha-usaha untuk mengurangi pencemaran dalam kota adalah dengan : a. pembatasan dari jumlah penduduk kota yang berhak memiliki kendaraan pribadi b. mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi di dalam kota

c. pelarangan mendirikan pabrik/industri di dalam kota d. yang menimbulkan bahaya polusi a dan b benar 58. Komunitas berbeda dengan ekosistem, karena :


(2)

a. komunitas merupakan tempat ekosistem, sedangkan ekosistem organisme yang menempati

b. komunitas merupakan kumpulan berbagai spesies, sedangkan ekosistem merupakan kumpulan satu spesies

c. komunitas terdiri atas kumpulan spesies yang sama sedang ekosistem terdiri atas berbagai spesies

d. komunitas merupakan lingkungan biotiknya sedangkan ekosistem adalah komunitas dengan lingkungan abiotiknya

59. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah menggunakan pestisida untuk memberantas hama. Penggunaan pestisida itu pengaruhnya :

a. baik karena semua hama terberantas

b. baik karena hewan tertentu saja yang akan punah

c. buruk karena bila memasuki rantai makanan susah keluar lagi d. buruk karena semua organisme akan ikut mati

60. Menaikkan produksi pangan yang akan memberikan akibat sampingan buruk : a. menggunakan bibit hasil radiasi

b. memberantas hama tanaman pengganggu dengan herbisida c. mengadakan persilangan dan seleksi


(3)

KISI-KISI SOAL INSTRUMEN TES KEMAMPUAN KOGNITIF BELAJAR BIOLOGI (SIKLUS I) Konsep/sub konsep Indikator Nomor Soal Jumlah Presentase

C1 C2 C3 C4

Konsep Ekosistem

• Menyebutkan istilah yang berkaitan dengan ekosistem

• Menyusun daftar mata rantai makanan dalam suatu ekosistem kolam

• Memilih data yang sesuai dengan konsep yang telah ada

• Membedakan istilah komunitas dengan ekosistem

• Memperkirakan akibat yang akan terjadi dari

penurunan populasi parasit pada ikan besar

• Menghubungkan

akibat yang akan terjadi dari pengambilan ikan secara berlebihan

• Menganalisis suatu permasalahan berdasarkan konsep evolusi 1 3 4 11 2 9 10 28 12 13 14 4 1 2 1 1 1 1 13,3% 3,3% 6,7% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% Manusia dan lingkungan

• Menerapkan konsep keseimbangan ekosistem pada situasi baru

• Menggambarkan


(4)

salah satu komponen abiotik dengan ekosistem darat

• Memperkirakan sebab dan akibat yang terjadi di daerah gurun berdasarkan konsep ekosistem

• Memperkirakan akibat yang terjadi dari pemusnahan salah satu komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem

• Memperkirakan sebab dan akibat yang terjadi dari penambahan salah satu komponen biotik ke dalam lingkungan • Memecahkan masalah untuk menanggulangi kerusakan lingkungan • Menganalisis penyebab suburnya tanaman berkaitan dengan unsur hara yang terkandung di dalam tanah

• Menganalisis data dari suatu hasil penelitian

• Mengaplikasikan pengaruh suatu komponen abiotik terhadap lingkungan

• Memecahkan suatu masalah yang 5 6 7 8 16 17 18 19 20 24 25 21 22 23 1 3 3 2 1 1 1 1 1 3,3% 10% 10% 6,7% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3% 3,3%


(5)

berkaitan dengan lingkungan

Limbah • Memperkirakan dampak negatif dari kegiatan manusia terhadap komponen biotik

• Memecahkan

masalah tentang cara

penanggulangan pencemaran

• Memperkirakan akibat dari penggunaan pestisida terhadap lingkungan

• Memperkirakan akibat dari kegiatan manusia terhadap lingkungan

29

30

27

26 1

1

1

1

3,3%

3,3%

3,3%

3,3%

Jumlah 7 13 5 5 30


(6)

Perhitungan Uji Normalitas (Uji Liliefors) Siklus I

xi fi fixi xi2 fixi2

0,2 1 0,2 0,04 0,04

0,3 2 0,6 0,09 0,18

0,4 7 2,8 0,16 1,12

0,5 6 3 0,25 1,5

0,6 8 4,8 0,36 2,88

Jumlah 24 11,4 0,9 5,72

a. Rerata b. Varians

c. Simpangan Baku

xi fi Zn Zi Zt F(Z) S(Z) F(Z)-S(Z)

0,2 1 1 -2,39 0,49 0,01 0,04 0,03

0,3 2 3 -1,52 0,44 0,06 0,13 0,07

0,4 7 10 -0,65 0,24 0,26 0,42 0,16

0,5 6 16 0,217 0,09 0,59 0,67 0,08

0,6 8 24 1,09 0,36 0,86 1,00 0,14

L0terbesar = 0,16 Zi

F(Z) F(Z) S(Z)


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat pada konsep energi bernuansa nilai terhadap hasil belajar siswa

0 9 72

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ENERGI PANAS.

0 3 51

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) PADA SISWA KELAS V Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Karangkendal Kecamatan M

0 1 17

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP KEGIATAN EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DI KELAS IV SDN JENGGOT 1 KECAMATAN MEKAR BARU KABUPATEN TANGERANG.

0 0 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERISTIWA ALAM YANG TERJADI DI INDONESIA DI KELAS V SD.

0 0 28

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) PADA KONSEP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI:Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Cipete 2 Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten.

0 0 41

PENGGUNAAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV.

0 0 46

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN.

0 0 13

111 Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMPN 3 Mataram

0 0 5

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMPN 3 MATARAM

0 0 10