PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK TERBI
PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK TERBIMBING DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA MATERI POKOK KONSEP GEOGRAFI PADA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 10 KENDARI
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X 1 SMA Negeri 10 Kendari
Semester 1 Tahun Ajaran 20152016)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Kependidikan Pada JurusanProgram Studi Pendidikan Geografi
OLEH
MUSLIMAH A1A4 11 102
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2015
MOTTO
Penderitaan merupakan suatu motivasi yang sangat kuat dalam menggapai cita-cita dan kebahagiaan. Dengan penderitaan membuat kita kuat dalam menghadapi tantangan dan rintangan. Dengan penderitaan membuat kita memahami akan pentingnya arti kehidupan. Orang yang pernah mengalami penderitaan akan lebih mengerti perasaan orang lain. Dan kebahagiaan yang sesungguhnya adalah jika kita dapat melewati penderitaan dengan sabar, semangat, berusaha, dan berdoa, karna penderitaan adalah ujian dari sang Maha Pencipta. (“ Muslimah”)
ABSTRAK
Muslimah (2015), telah melakukan penelitian dengan judul ”Penggunaan Metode Diskusi Kelompok Terbimbing dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Geografi pada Materi Pokok Konsep Geografi pada Siswa Kelas X 1 SMA Negeri
10 Kendari”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Bagaimana gambaran aktivitas belajar geografi siswa kelas X 1 SMA Negeri 10
Kendari melalui Penggunaan Metode Diskusi Kelompok Terbimbing pada materi
pokok Konsep geografi ?,2) Bagaimana aktivitas mengajar guru di kelas X 1 SMA
Negeri 10 Kendari dengan menerapkan Metode Diskusi Kelompok Terbimbing Pada materi pokok Lingkungan konsep geografi?,3) Apakah melalui penggunaan metode diskusi kelompok terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar Geografi
siswa kelas X 1 SMA Negeri 10 Kendari Pada materi Konsep geografi ?. Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan gambaran tentang: 1)
Aktivitas belajar siswa kelas X 1 SMA Negeri 10 Kendari melalui Penggunaan
Metode Diskusi Kelompok Terbimbing Pada materi Pokok Konsep Geografi, 2)
Mendeskripsikan aktivitas mengajar guru di kelas X 1 SMA Negeri 10 Kendari
dengan menerapkan metode diskusi kelompok terbimbing Pada materi pokok Konsep geografi, 3) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Geografi siswa
kelas X 1 SMA Negeri 10 Kendari melalui penggunaan metode Diskusi Kelompok Terbimbing Pada materi pokok Konsep geografi. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas X 1 SMA Negeri 10 Kendari yang terdaftar pada semester genap tahun
ajaran 20152016 dengan jumlah siswa sebanyak 29 orang, yang terdiri 20 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Perbaikan Tindakan kelas ini mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas sebagai berikut;1) perencanaan; 2) perbaikan tindakan dan observasi; 3) evaluasi; 4) refleksi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang diperoleh dari lembar observasi dan tes hasil belajar. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: 1) aktivitas siswa dengan penggunaan metode diskusi kelompok terbimbing pada setiap siklus ditunjukkan dengan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,48 yang termasuk pada kategori cukup meningkat pada siklus II menjadi 3,42 yang termasuk pada katergori baik; 2) Aktivitas mengajar guru dengan menerapkan diskusi kelompok terbimbing, ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas guru adalah 2,6 yang termasuk kategori baik dan meningkat pada siklus II menjadi 3,5 yang berkategori baik; 3). Terjadi
peningkatan hasil belajar siswa X 1 SMA Negeri 10 Kendari dari siklus I ke siklus
II. Pada siklus I dari 29 orang siswa hanya 17 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 58 dengan nilai rata-rata 68. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 29 orang siswa ada 25 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 86 dengan nilai rata-rata 81.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pemberi rahmat karena hanya berkat Rahmat dan Taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Penggunaan Metode Diskusi Kelompok Terbimbing
dalam upaya Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa kelas X 1 SMA Negeri
10 Kendari Pada Materi Pokok Konsep Geografi.
Dalam menulis dan menyusun skripsi ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada Drs. La Harudu.,M.Si selaku Pembimbing I dan La Ode Nursalam.,S.Pd.,M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis terutama kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S, selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
2. Prof. Dr. La Iru SH., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
3. La Ode Amaluddin,S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
4. Para dosen dalam lingkup Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.Terima kasih atas ilmu yang bermanfaat, dorongan moril, serta bimbingan yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan.
5. Ruslan.,S.Pd.,M.Si selaku Kepala SMA Negeri 10 Kendari
6. Finda.,S.Pd selaku guru mata pelajaran geografi SMA Negeri 10 Kendari
7. Saudara-saudariku yang tercinta ( Nafilah Nurdin S.Si, Syajaruddin Nurdin, dan Nurul Afdhaliyah ).
8. Terkhusus buat Rahmat oktavianus, terima kasih atas bantuan, dorongan dan motivasi di setiap kesempatan.
9. Teman-teman mahasiswa pendidikan Geografi khususnya Angkatan 2011 Mitra sanjaya S.Pd, Jumiati, Jumina, W.d Liami, Ledy dayana, Sarina aba, Nekaria, Omcen, Sabrina, Ande, Nurazisah, Lilis ardila, Syarni, Ode ida yanti, Alan, Askar) dan masih banyak lagi yang belum sempat saya sebutkan, mereka semua adalah teman-teman seperjuangan penulis dari awal mulai perkuliahan sampai penyelesaian studi penulis
10. Teman-teman semasa KKN 2015 (Sri rahayu, Desi satriana, Abd. Karim, Adi setiawan syamsul, Ervanto enson, Muh. Aval, dan Hidayatullah), terima kasih banyak atas canda dan tawa yang tidak akan pernah di lupakan.
11. Semua teman-teman asrama Salsabila (Ucha, Uchi, Susan, Urva, Linda, dan semua mahasiswa Kabaena) terima kasih banyak kalian telah menjadi bagian dari perjalanan hidupku yang tidak akan pernah di lupakan.
Dan teristimewa rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Yazid Nurdin dan Ibunda Rahmaniar, A.Ma, P.d yang telah membesarkan, mendidik, dan membantu tanpa lelah serta mendoakan penulis Semoga Allah SWT membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tulisan ini . Amin
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak penulis sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini.
Kendari, September 2015
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak lepas dari upaya peningkatan dan pengembangan di bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan dititik beratkan pada mutu setiap jenis dan jenjang pendidikan. Mengingat di era globalisasi sekarang ini membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Namun cukup banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses pemenuhan pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu masalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan dari lembaga pendidikan pada jenjang tertentu dapat dilihat dari kualitas lulusan yang dihasilkannya. Salah satu indikator untuk menilai kualitas pendidikan adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah.
Seiring dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia timbul pula berbagai permasalahan di dalam dunia pendidikan ini. Permasalahan tersebut terutama terletak pada rendahnnya kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di Sekolah baik mulai dari tingkat sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Rendahnya kualitas pembelajaran tersebut berdampak pada hasil belajar yang diraih oleh siswa di berbagai mata pelajaran yang dibelajarkan. Salah satunya adalah mata pelajaran Geografi.
Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas adalah dengan mengganti model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa seperti model pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah. Model pembelajaran ini membuat guru cenderung menjadi sumber informan utama dalam pembelajaran sedangkan siswa cenderung pasif dan jenuh dalam belajar. Suasana pembelajaran seperti ini jauh beerbeda dengan suasana pembelajaran yang diharapkan yaitu menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Suasana pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan observasi awal Di SMA Negeri 10 Kendari pada kelas
X 1 untuk materi pokok Konsep Geografi memang masih menggunakan sistem ceramah maupun sistem guru membaca dan siswa mencatat, yang mengakibatkan siswa tidak diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan memecahkan masalah berkaitan dengan materi pembelajaran yang dibawakan, sehingga saat dilakukan evaluasi banyak siswa yang tidak berhasil mendapatkan nilai belajar yang maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa semester 1 tahun ajaran 20142015 pada materi pokok konsep geografi dimana sebanyak 11 dari 27 jumlah siswa atau sebanyak 44 berada di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70 dalam kurikulum satuan pendididkan. Kondisi seperti ini tentu tidak X 1 untuk materi pokok Konsep Geografi memang masih menggunakan sistem ceramah maupun sistem guru membaca dan siswa mencatat, yang mengakibatkan siswa tidak diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan memecahkan masalah berkaitan dengan materi pembelajaran yang dibawakan, sehingga saat dilakukan evaluasi banyak siswa yang tidak berhasil mendapatkan nilai belajar yang maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa semester 1 tahun ajaran 20142015 pada materi pokok konsep geografi dimana sebanyak 11 dari 27 jumlah siswa atau sebanyak 44 berada di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70 dalam kurikulum satuan pendididkan. Kondisi seperti ini tentu tidak
Untuk memecahkan masalah di atas, guru diharapakan dapat mengembangkan suatu metode pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan aktivitas siswa maupun aktivitas guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan ketiga faktor di atas adalah dengan menerapkan metode pembelajaran diskusi kelompok terbimbing.
Dalam pembelajaran metode diskusi kelompok terbimbing, terdapat suatu proses penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan siswa dapat bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas. Metode diskusi kelompok terbimbing juga merupakan metode yang dianggap tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengutamakan aspek kerjasama dalam belajar. Dalam pembelajaran metode diskusi kelompok terbimbing tidak hanya meningkatkan kerja sama antar siswa, akan tetapi juga bertujuan untuk melancarkan hubungan kerja sama antar siswa agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan secara kolektif. Metode pembelajaran seperti ini akan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang Dalam pembelajaran metode diskusi kelompok terbimbing, terdapat suatu proses penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan siswa dapat bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas. Metode diskusi kelompok terbimbing juga merupakan metode yang dianggap tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengutamakan aspek kerjasama dalam belajar. Dalam pembelajaran metode diskusi kelompok terbimbing tidak hanya meningkatkan kerja sama antar siswa, akan tetapi juga bertujuan untuk melancarkan hubungan kerja sama antar siswa agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan secara kolektif. Metode pembelajaran seperti ini akan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
Menurut Sumarni dkk, dalam diskusi kelompok guru berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat mendelegasikan tugas sebagai pemimpin itu kepada siswa, walaupun demikian guru masih harus mengawasi pelaksanaan diskusi yang dipimpin oleh siswa. Pendelegasian itu terjadi jika siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi. Pimpinan diskusi harus mengorganisir kelompok yang dipimpinnya agar setiap anggota diskusi dapat berpartisipasi secara aktif.
Melalui metode diskusi kelompok siswa dapat belajar melalui keterampilan dan sikap yang telah dipresentasikan oleh guru secara tahap demi tahap melalui metode ilmiah. Hal ini akan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari dan ingin menguasai suatu mata pelajaran di sekolah sehingga nantinya akan bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Penggunaan Metode Diskusi Kelompok Terbimbing dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Geografi pada Materi Pokok Konsep Geografi
Pada Siswa Kelas X 1 SMA Negeri 10 Kendari”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran aktivitas belajar siswa kelas X 1 SMAN 10 Kendari
yang diajar dengan menerapkan metode Diskusi Kelompok Terbimbing pada materi pokok Konsep Geografi ?
2. Apakah melalui penerapan metode Diskusi Kelompok Tebimbing dapat
meningkatkan hasil belajar Geografi siswa kelas X 1 SMAN 10 Kendari
Pada materi pokok Konsep Geografi ?
3. Bagaimana aktivitas mengajar guru di kelas X 1 SMAN 10 Kendari
dengan menerapkan metode Diskusi Kelompok Terbimbing pada materi pokok Konsep Geografi ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk meningkatan aktivitas belajar siswa kelas X 1 SMAN 10 Kendari
yang diajar dengan menerapkan metode Diskusi Kelompok Terbimbing pada materi pokok Konsep Geografi
2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi siswa kelas X 1
SMAN 10 Kendari yang diajar dengan metode Diskusi Kelompok Terbiming pada materi pokok Konsep Geografi
3) Untuk meningkatkan aktivitas mengajar guru di kelas X 1 SMAN 10
Kendari dengan menerapkan metode Diskusi Kelompok Terbimbing pada materi Konsep Geografi
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:
1) Bagi Siswa
a. Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar geografi.
b. Dapat menciptakan suasana belajar yang aktif dengan menerapkan metode diskusi sehingga hasil belajar siswa meningkat.
2) Bagi Guru
a. Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan metode diskusi sebagai metode pembelajaran.
b. Guru Termotivasi untuk menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga proses KBM akan lebih menarik dan menyenangkan.
3) Bagi sekolah
Memberikan masukan yang baik bagi sekolah dalam rangka mengembangkan kurikulum yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
4) Bagi peneliti,
Dapat memberikan pengalaman untuk memperkaya wawasan tentang proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
E. Defenisi Operasional
1. Metode diskusi kelompok terbimbing adalah salah satu metode yang diterapkan dalam pembelajaran yang melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka untuk memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan terhadap materi tertentu yang diajarkan.
2. Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa kelas X 1 SMAN 10
Kendari setelah mengikuti pembelajaran pada materi pokok Konsep Geografi yang diajarkan dengan menggunakan metode Diskusi Kelompok Terbimbing.
3. Aktivitas belajar merupakan peran aktiv siswa dalam bentuk sikap, pikiran, serta perhatian siswa selama proses kegiatan belajar berlangsung yang diajarkan dengan menggunakan Metode Diskusi Kelompok Terbimbing. Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat diketahui dengan melihat jumlah siswa yang bertanya, menjawab, dan berdiskusi antar sesama siswa, dan mendengarkan penjelasan guru.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Konsep Belajar
Muhibin Syah (2000: 101) menyebutkan bahwa belajar adalah kegiatan dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialamai siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Sejalan dengan itu, Komalasari (2010: 2) menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan atau perubahan sementara karena suatu hal. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh seorang pelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh pelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Sardiman (2005: 26) mengemukakan tujuan belajar ada tiga yaitu: Muhibin Syah (2000: 101) menyebutkan bahwa belajar adalah kegiatan dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialamai siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Sejalan dengan itu, Komalasari (2010: 2) menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan atau perubahan sementara karena suatu hal. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh seorang pelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh pelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Sardiman (2005: 26) mengemukakan tujuan belajar ada tiga yaitu:
b. Penanaman konsep dan keterampilan
c. Pembentukan sikap
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat di maknai bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama.
2. Konsep Pembelajaran
Menurut Sriyono (1992: 75), aktifitas pembelajaran adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar siswa-siswanya aktif jasmani maupun rohani. Keaktifan jasmani atau rohani itu meliputi, antara lain:
a. Keaktifan indera, pendengaran, penglihatan, peraba, dan lain-lain.
Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
b. Keaktifan akal, akal-akal anak harus aktif atau diaktifkan untuk
memecahkan masalah, menimbang-nimbang menyusun pendapat dan mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan, pada saat menerima bahan pengajaran yang
disampaikan guru dn menyimpannya dalam kotak, kemudin pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.
d. Keaktifan emosi, dalam hal ini murid hendaknya senantiasa berusaha
mencintai pelajarannya.
Menurut Komalasari (2010: 3), pembelajaran dapat dipandan dari dua sudut, yang pertama pembelajaran di pandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut kelas. Kedua, pembelajaran di pandang sebagai suatu proses maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.
3. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Arikunto bahwa aktivitas siswa merupakan keterlibatan peserta didik dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian. Dan aktivitas dalam kegiatan proses proses pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran (Iskandar, 2012: 128).
Peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu meningkatkan jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, bertanya dan menjawab, saling berinteraksi membahas materi pelajaran. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, indikator dari aktivitas siswa dapat dilihat dari:
a. Mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran
b. Aktivitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik
c. Mayoritas peserta didik dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru
dalam LKS melalui metode pemberian tugas kelompok.
Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah
4. Konsep Hasil Belajar
Oemar Hamalik (1994: 32) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu kegiatan yang setelah dikerjakan, diciptakan secara individu maupun kelompok. Pada bagian ini dikemukakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Pada bagian ini dikemukakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah suatu perubahan dalam individu. Sejalan dengan itu, Sanjaya (2006: 28) mengatakan bahwa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru harus dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa dengan: a) memperjelas tujuan yang ingin dicapai; b) membangkitkan minat siswa; c) ciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran; d) berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa; e) berilah penilaian; f) berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa; dan g) ciptakan persaingan dan kerjasama.
Hamilton (2000: 1) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan belajar yang ditunjukan dalam penampilan yang tetap sebagai akibat dari proses belajar yang terjadi melalui program yang menyediakan fakta-fakta, bukti-bukti, keterangan dan sebagainya. Ukuran keberhasilan Hamilton (2000: 1) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan belajar yang ditunjukan dalam penampilan yang tetap sebagai akibat dari proses belajar yang terjadi melalui program yang menyediakan fakta-fakta, bukti-bukti, keterangan dan sebagainya. Ukuran keberhasilan
Arikunto (2005: 293) menyatakan dalam kegiatan belajar, guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan agar siswa dapat belajar tanpa hambatan dan dapat menguasai apa yang diajarkan oleh guru sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan seseorang dalam memahami materi yang di berikan. Ukuran keberhasilan itu dapat diketahui dari evaluasi yang berbentuk skor untuk kerja seseorang dalam memahami konsep dan bagaimana menggunakan konsep itu dalam bidang ilmu itu sendiri maupun terhadap bidang ilmu lainnya (Poneo: 17)
Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat dimaknai bahwa hasil belajar adalah ukuran keberhasilan seseorang memahami bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap serta hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.
B. Konsep Metode Diskusi Kelompok Terbimbing
1. Metode Diskusi Kelompok Terbimbing
Dalam diskusi kelompok selalu ada pokok persoalan yang perlu di perhatikan bersama. Mulyasa (2005: 117) menyatakan bahwa diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang dijalin sebagai percakapan responsif yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematik
yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah. Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah. Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan pembincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah (Hasibuan dan Moedjiono, 2008: 20).
Metode diskusi kelompok terbimbing adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi dapat saja timbul pertanyaan tersebut tidak direncanakan terlebih dahulu. Dalam diskusi terjadi pertukaran gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Menurut Suryosubroto (2000: 179) metode diskusi dalam proses pembelajaran adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok) untuk mengadakan pembincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas ssuatu masalah.
Metode diskusi dalam proses pembelajaran menurut Kasmadi (1990: 106) mempunyai maksud (1) melibatkan murid sebagai bagian komponen sistem; (2) menstimulasi dan memotivasi murid; (3) melatih
mereka agar kritis dalam menganalisa; dan (4) mengembangkan kemampuan bekerja sama. Diskusi yang baik menurut Kasmadi (1990: 106) bukan semata timbul dari peran guru akan tetapi tepat apabila timbul dari siswa setelah memahami masalah dan situasi yang dihadapinya. Tetapi dalam hal ini guru dapat pula memberikan arahan kepada siswa dalam memperoleh tema atau masalah yang tepat untuk di diskusikan, yang sebelumnya kepada siswa diberikan tugas untuk mempelajari, memahami dan menganalisis masalah yang akan dijadikan topik diskusi. Persoalan yang tepat untuk didiskusikan (1) menarik perhatian siswa; (2) sesuai dengan tingkat perkembangan siswa; (3) memiliki lebih dari satu kemungkinan pemecahan atau jawaban; (4) pada umumnya tidak mencari jawaban mana yang benar, melainkan mengutamakan pertimbangan dan perbandingan.
Dengan demikian, metode diskusi dapat diartikan sebagai salah satu metode yang diterapkan dalam pembelajaran yang melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka untuk memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan terhadap materi tertentu yang diajarkan.
2. Kelebihan, Keuntungan dan Hambatan Pelaksanaan Metode Diskusi
Kelompok Terbimbing
Ada beberapa kelebihan metode diskusi kelompok terbimbing, antara lain: (1) memungkinkan adanya interaksi antara guru dengan Ada beberapa kelebihan metode diskusi kelompok terbimbing, antara lain: (1) memungkinkan adanya interaksi antara guru dengan
Metode diskusi menurut Semiawan, dkk (1988: 76) juga memiliki keuntungan antara lain: (1) mempertinggi peran serta kelas secara keseluruhan; (2) memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain. Suryosubroto (2002: 185) juga mengemukakan bahwa keuntungan metode diskusi cukup banyak, yakni: (1) melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar; (2) setiap siswa apat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing; (3) dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah; (4) dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri; (5) dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
Menurut Tukiran (2011: 29) pada pelaksanaan prakteknya, biasanya metode diskusi mengalami hambatan seperti:
a. Hambatan dari peserta didik. Mengingat bahwa peserta didik berlatar belakang yang bermacam-macam, ada yang rajin dan ada pula yang malas, ada yang pendiam dan ada pula yang banyak bicara dan sebagainya. Tidak jarang kelompok penyaji ketika menyajikan kurang menarik, atau ketika menanggapi pertanyaan dari teman-teman malah a. Hambatan dari peserta didik. Mengingat bahwa peserta didik berlatar belakang yang bermacam-macam, ada yang rajin dan ada pula yang malas, ada yang pendiam dan ada pula yang banyak bicara dan sebagainya. Tidak jarang kelompok penyaji ketika menyajikan kurang menarik, atau ketika menanggapi pertanyaan dari teman-teman malah
b. Hambatan dari materi. Harus ada waktu bagi ketua kelompok beserta anggotanya untuk membahas dan mendiskusikan terlebih dahulu tentang bagian tema yang mereka sajikan, sehingga mereka ada kemantapan dan penguasaan terhadap tema yang menjadi tanggung jawabnya. Guru sebelumnya perlu memberikan penjelasan kepada mereka, serta siap menjadi konsultan apabila ada kelompok yang belum jelas dan mohon penjelasan dari guru terkait tema materi mereka.
c. Hambatan dari media, sarana dan prasarana. Penataan ruangan diupayakan sedemikian rupa agar semua siswa dapat melihat siswa lain, juga tempat duduk pemimpin diskusi, bisa melihat semua peserta diskusi, sehingga lebih komunikatif. Media pembelajaran harus disiapkan lebih dahulu agar presentasi menjadi lebih mantap dan menarik.
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Diskusi Kelompok Terbimbing dalam Pembelajaran
Keberhasilan diskusi sebenarnya tergantung pada kenteks. Ada banyak pendekatan yang memungkinkan diterapkan dalam diskusi, namun semua itu tergantung pada tujuan dan fungsi pembelajaran.
Metode belajar kelompok dirancang sesuai dengan tujuan dan fungsinya untuk menghasilkan suasana pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran. Pemilihan anggota kelompok yang terbaik, pemberian peran-peran dan tanggung jawab yang optimal juga sangat mempengaruhi efektivitas belajar kelompok.
Mulyasa (2005: 90) menyatakan bahwa diskusi kelompok memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) melibatkan sekitar 3 sampai 5 orang peserta dalam setiap kelompok; 2) berlangsung secara informal sehingga setiap anggota kelompok dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lain; 3) memiliki tujuan yang dicapai dengan kerjasama antar anggota kelompok; 4) berlangsung secara sistematis.
Menurut Tukiran (2011: 29) agar diskusi dapat berjalan dengan baik dan hasilnya optimal serta efektif dan efisien, diperlukan pengelolaan sebaik-baiknya, paling tidak berupa langkah-langkah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok dapat diserahkan kepada siswa untuk memilih teman mereka dalam kelompok. Di samping itu, apabila mereka memilih sendiri dimungkinkan mereka sudah saling mengenal dengan baik dan akan dapat bekerja sama dengan sebaik- baiknya. Mereka akan memilih teman yang menurut mereka merupakan teman yang cerdas, mudah diajak kerja sama, cepat, ringan tangan dan sebagainya. Namun, untuk mengefektifkan atau Pembentukan kelompok dapat diserahkan kepada siswa untuk memilih teman mereka dalam kelompok. Di samping itu, apabila mereka memilih sendiri dimungkinkan mereka sudah saling mengenal dengan baik dan akan dapat bekerja sama dengan sebaik- baiknya. Mereka akan memilih teman yang menurut mereka merupakan teman yang cerdas, mudah diajak kerja sama, cepat, ringan tangan dan sebagainya. Namun, untuk mengefektifkan atau
Banyaknya anggota dalam satu kelompok memang tidak ada aturan yan pasti. Tetapi perlu diingat apabila anggota kelompok terlalu banyak biasanya kurang efektif, bahkan dimungkinkan ada beberapa anggota kelompok yang hanya sekedar menumpang nama saja. Tetapi jika terlalu sedikit kemungkinan masukan-masukan pemikiran juga kurang. Oleh karena itu, sebaiknya kelompok terdiri antara 5 orang sampai 7 orang.
2. Pengaturan tempat
Idealnya ada ruang-ruang kecil yang hanya cukup menampung sejumlah anggota kelompok 5-7 orang, sehingga masing-masing kelompok dengan leluasa bekerja sama atau diskusi bersama tanpa gangguan dari kelompok lain. Mereka memilih sendiri ketua kelompok mereka secara musyawarah. Posisi duduk mereka lebih baik membentuk lingkaran, sehingga mereka merasa memiliki derajat, hak, dan kewajiban bersama.
Jika ruangan-ruangan kecil tidak ada, dapat pula disiasati agar mereka mencari tempat yang dirasa konduktof tntuk berdiskusi. Guru memberi kesempatan secara bebas untuk menentukan tempat agar mereka dapat melaksanakan berdiskusi kelompok dengan sebaik-baiknya.
3. Pelaksanaan Diskusi Kelompok Terbimbing
Sebelum mereka menuju tempat-tempat untuk diskusi kelompok, guru menjelaskan dahulu permasalahan yang perlu didiskusikan. Paling tidak guru harus menjelaskan terlebih dahulu tema yang akan mereka diskusikan, sehingga mereka telah memahami permasalahan yang harus mereka diskusikan. Siswa juga harus diberi tahu, agar mereka memilih ketua kelompok dan beberapa lama waktu yang diperlukan untuk diskusi kelompok, dan setelah diskusi kelompok, masing-masing segera kembali ke kelas untuk mempresentasekan hasil diskusi kelompok mereka secara bergantian. Sedangkan yang belum atau sudah menyajikan hasil diskusi kelompok mereka berperan sebagai audien atau peserta yang bertugas untuk memberikan sanggahan, pertanyaan, atau mungkin sasaran atau masukan kepada kelompok penyaji. Posisi tempat duduk sebaiknay diatur sedemikian rupa agar setiap siswa dapat melihat semua temannya, sehingga diharapkan lebih konduktif, dan dapat terjadi interaksi antar semua siswa. Posisi yang sebaiknya adalah bentuk angkare atau U. Sedangkan
kelompok penyaji di depan dan di tengah kelompok-kelompok lainnya yang sedang tidak menyajikan. Kelompok penyaji diberikan waktu secukupnya untuk menyajikan hasil diskusi mereka, misalnya paling lama 7 menit. Dalam hal ini guru dapat bertindah sebagai moderator. Setelah kelompok selesai menyajikan, moderator membuka kesempatan kepada seluruh peserta diskusi untuk mengajukan tanggapan, sanggahan, pertanyaan, saran atau yang lainnya (misalnya tiga orang) kepada kelompok penyaji. Kelompok penyaji diberikan kesempatan untuk menanggapinya. Demikian seterusnya, secara bergantian kelompok berkesempatan untuk mempresentasekan hasil diskusi kelompok mereka.
Apabila penyajian telas selesai, siswa dengan bimbingan guru untuk merumuskan kesimpulan. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan evaluasi tentang pelaksanaan diskusi, terutama tentang kelemahan-kelemahannya sehingga kelemahan tersebut tidak terulang pada diskusi yang akan datang.
Adapun sintaks dari metode diskusi kelompok terbimbing adalah:
a) Pembentukan kelompok
b) Pengaturan tempat
c) Penjelasan materi atau tugas yang akan di diskusikan
d) Pemberian tugas dalam kelompok masing-masing d) Pemberian tugas dalam kelompok masing-masing
masing-masing)
f) Penyajian hasil diskusi kelompok (presentase hasil diskusi
kelompok masing-masing secara bergantian)
g) Umpan balik
h) Merumuskan kesimpulan
i) Evaluasi
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian Marini (2010) dengan judul “penggunaan metode diskusi dalam upaya meningkatkan hasil belajar geografi pada siswa kelas X SMA Negeri 02 Cadasari Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta” dalam penerapannya memiliki dampak yang positif dalam usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus I (72,2574), siklus
II (80,5 ).
Selanjutnya penelitian Fitriani (2011) dengan judul “penggunaan metode diskusi dalam upaya meningkatkan hasil belajar Geografi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Palangga” menunjukan bahwa (1) penggunaan metode
diskusi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini ditunjukan dari hasil pengamatan menggunakan lembar observasi yang menunjukan bahwa aktivitas belajar siswa meningkat pada siklus pertama dalam kategori sedang sebesar 60,25, dan meningkat pada siklus kedua dalam kategori tinggi menjadi 81,00. (2) pencapaian kompetensi dengan menerapkan metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini ditunjukan dari hasil pengamatan menggunakan lembar observasi yang menunjukan bahwa aktivitas belajar siswa meningkat pada siklus pertama dalam kategori sedang sebesar 60,25, dan meningkat pada siklus kedua dalam kategori tinggi menjadi 81,00. (2) pencapaian kompetensi dengan menerapkan metode
D. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya mata pelajaran Geografi adalah mata pelajaran yang membosankan bagi setiap murid. Salah satu faktornya yaitu guru hanya berceramah dengan monoton dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian hasil belajar siswa rendah.
Untuk itu, guru dituntut mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan berbagai model pembelajaran dan pendekatan sehingga siswa cepat dan mudah memahami materi yang diberikan oleh guru di kelas.
Dengan demikian dengan menyikapi kenyataan tersebut maka peneliti berkesimpulan perlu menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam mata pelajaran Geografi yakni dengan menggunakan metode Diskusi. Dengan harapan penggunaan metode diskusi tersebut dapat meningkatkan minat belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 70.
Kerangka berpikir di atas dapat digambarkan melalui bagan berikut ini:
Hasil belajar geografi siswa rendah
Metode pembelajaran
Aktivitas guru
Aktivitas siswa
bersifat monoton dan
monoton
rendah
kurang menarik
Metode pembelajaran
Guru sebagai informan
Siswa hanya mencatat
yang digunakan hanya
tunggal dalam
dan tugas di kerjakan
ceramah
pembelajaran
secara mandiri
Metode Diskusi
Proses pembelajaran di kelas meningkat
Metode
Aktivitas guru meningkat (
Aktivitas siswa meningkat
pembelajaran
informan dan fasilitator)
bervariasi
Hasil belajar geografi siswa meningkat
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah:
1. Hasil belajar Geografi materi Konsep Geografi pada siswa
kelas X 1 SMA Negeri 10 Kendari dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode diskusi kelompok terbimbing.
2. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Geografi materi
Konsep Geografi pada sisa kelas X 1 SMA Negeri 10 Kendari
dapat ditingkatkan melalui penggunaan metote diskusi kelompok terbimbing.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Kendari pada kelas X 1
yang berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 20152016 pada materi pokok Konsep geografi.
B. Subyek Penelitian
Adapun subyek penelitian ini adalah siwa kelas X 1 SMA Negeri 10
Kendari pada semester ganjil tahun ajaran 20152016. Penetapan kelas ini
didasarkan pada pertimbangan karena hasil belajar geografi siswa kelas X 1
SMA Negeri 10 Kendari dalam setahun terakhir masih rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas X
1 SMA Negeri 10 Kendari
maka dilakukan penelitian dengan menerapkan metode diskusi kelompok terbimbing.
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Karakteristik yang khas dari penelitian ini adalah adanya tindakan yang berulang untuk melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar. PTK ini dilakukan dengan menerapkan metode diskusi kelompok
terbimbing, tindakan untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas
X 1 SMA Negeri 10 Kendari.
D. Faktor Yang di Teliti
Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor siswa: pemahaman dan penguasaan materi pelajaran yang telah
disajikan atau dipelajari, serta kemampuan dan keterampilan siswa dalam menerapkan metodependekatan pembelajaran dalam belajarnya.
2. Faktor guru: hal yang diselidiki pada guru adalah mempersiapkan
materi pelajaran dan pengorganisasian siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan penerapan metode diskusi kelompok.
3. Faktor sumber pembelajaran: faktor ini berhubungan dengan perangkat pembelajaran dan sarana lainnya sperti buku siswa, lembar kegiatan siswa, yang sesuai dengan kompetensi siswa.
E. Desain dan Prosedur Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Orientasi perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Orientasi perencanaan Berikut
Perbaikan rencana
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanan tindakan
Pengamatan
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (Iskandar, 2012: 67)
Desain model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri atas 4 (empat) tahap, yakni: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan Refleksi. Secara rinci penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
SIKLUS I
1. Perencanaan ( Planing )
Pada tahap perencanaan kegiatan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran sesuai materi yang diajarkan dengan mengacu pada metode diskusi kelompok terbimbing.
b. Membuat lembar observasi untuk memantau aktivitas guru dalam menerapkan metode diskusi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran (setiap siklus)
c. Menyiapkan perangkat pembelajaran lainnya yang diperlukan.
d. Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan pada setiap siklus.
2. Pelaksanaan Tindakan ( Action)
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan salam
b. Guru mempersiapkan siswa dan mengecek kehadiran
c. Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
2. Kegiatan Inti (70 menit)
a. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dan masing-masing
kelompok terdiri atas 5 sampai 6 orang siswa
b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa selama 5 menit untuk mengatur tempat diskusi
c. Guru menyuruh siswa untuk memilih ketua kelompok masing- masing untuk memimpin jalannya diskusi di tiap-tiap kelompok akan dilaksanakan selama 20 menit
d. Siswa melakukan diskusi kelompok di tiap-tiap kelompoknya dengan bimbingan guru.
e. Setelah diskusi di kelompoknya masing-masing selesai, guru sebagai moderator atau pemimpin jalannya diskusi antar kelompok membuka jalannya diskusi antar kelompok.
f. Guru memanggil salah satu kelompok untuk mempresentasekan hasil diskusi kelompoknya. Posisi tempat duduk kelompok penyaji berada di depan sehingga kelompoknya lain dapat menyimak presentase hasil diskusi kelompok penyaji.
g. Kelompok yang belum atau sudah menyajikan hasil diskusi kelompok mereka berperan sebagai audien atau peserta yang bertugas untuk memberikan sanggahan, pertanyaan, atau mungkin sasaran atau masukan kepada kelompok penyaji.
h. Kelompok penyaji diberikan waktu selama 5 menit untuk menyajikan hasil diskusi kelompok mereka.
i. Setelah kelompok selesa menyajikan, guru sebagai moderator membuka kesempatan kepada seluruh peserta diskusi sebanyak dua orang untuk mengajukan tanggapan, sanggahan, pertanyaan, atau saran kepada kelompok penyaji.
j. Selanjutnya, kelompok penyaji diberikan kesempatan untuk
menanggapi tanggapan, sanggahan, pertanyaan, atau saran. Demikian seterusnya, secara bergantian kelompok berkesempatan untuk mempresentasekan hasil diskusi kelompok mereka.
3. Kegiatan Akhir
a. Setelah pelaksanaan diskusi selesai, siswa dengan bimbingan guru
merumuskan kesimpulan dari hasil diskusi antar kelompok yang telah dilaksanakan.
b. Siswa diberikan keempatan untuk memberikan evaluasi tentang
pelaksanaan diskusi, terutama tentangbkelemahan-kelemahannya sehingga kelemahan tersebut tidak terulang pada diskusi yang akan datang.
c. Guru menutup jalannya diskusi dan menyuruh siswa untuk kembali
mengatur bangku-bangku seperti keadaan semula sebelum pembentukan kelompok.
d. Guru menutup pelajaran dengan salam
3. Pengamatan (Observation)
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kolaborasi. Tahap observasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa yang sesuai dengan skenario pembelajaran. Pada akhir pelaksanaan pembelajaran dan observasi, peneliti melakukan evaluasi tes hasil belajar siswa dengan menggunakan tes tertulis (essay) yang telah dibuat oleh peneliti.
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan peningkatan dari aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran, serta mengetahui peningkatan hasil belajar Geografi siswa setelah dilakukan evaluasi. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah- langkah kegiatan tindakan perbaikan pembelajaran lebih lanjut pada siklus berikutnya.
SIKLUS II
1. Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan kegiatan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Merencanakan penerapan metode diskusi kelompok terbimbing
dalam proses pembelajaran geografi.
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai
c) Membuat lembar kerja siswa (LKS)
d) 4Menentukan skenario pembelajaran dengan metode diskusi
e) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.
f) Membuat format observasi pembelajaran, yaitu format observasi
guru dan format observasi siswa yang terdiri atas observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa.
g) Menyusun soal evaluasi tes hasil belajar siswa siklus I beserta kunci
jawabannya.
2. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3. Pengamatan (Observation)
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan model pengajaran langsung yang telah dirancang sebelumnya.
Pengamatan dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas:
a) Melakukan observasi terhadap aktitiftas guru dan aktivitas siswa
dengan memakai format observasi yang telah disiapkan.
b) Mengevaluasi hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana
penguasaan siswa tentang materi yang diajarkan dengan menggunakan tes hasil belajar.
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran berdasarkan hasil yang didapatkan pada tahap observasi untuk meninjau apakah kegiatan pembelajaran telah efektif serta apakah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada tahap ini peneliti mencari kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan dan memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
F. Indikator Keberhasilan Tindakan