Efektivitas pemaparan Involuntary Attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa

(1)

EFEKTIVITAS PEMAPARAN

INVOLUNTARY ATTENTION

TERHADAP TINGKAT ATENSI PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Lindi Oktavia Dewi

NIM: 129114121

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN MOTTO

For I know the

plans

I have for

you

, declares the Lord,

plans to

prosper you

and

not to harm you

,

plans to give you

hope

and a

future


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus

Alam Semesta

Papa Didik, Mama Enny, Dikky

Saudara, Sahabat

dan untuk para Guru yang telah mengenalkanku pada

Ilmu Pengetahuan


(6)

(7)

vii

EFEKTIVITAS PEMAPARAN INVOLUNTARY ATTENTION TERHADAP

PERBEDAAN TINGKAT ATENSI MAHASISWA Lindi Oktavia Dewi

ABSTRAK

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemaparan

involuntary attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa. Peneliti memiliki hipotesis bahwa pemaparan involuntary attention berupa video lanskap vegetasi dapat membantu peningkatan direct attention pada mahasiswa dibandingkan video lanskap urban. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 63 mahasiswa kategori dewasa awal. Eksperimen kuasi dengan tipe eksperimen laboratorium ini menggunakan desain within subject dengan dua kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi pemaparan berupa video lanskap vegetasi dan video lanskap urban. Data dianalisis menggunakan uji beda Wilcoxon

menunjukkan adanya perbedaan penurunan milisekon pada fungsi atensi executive control (p = 0,006) dengan demikian hipotesis diterima. Sedangkan pada kelompok video lanskap urban tidak terdapat berbedaan yang signifikan (p = 0,675).

Kata Kunci : involuntary attention, atensi, eksperimen


(8)

viii

EFFECTIVENESS OF EXPOSURE INVOLUNTARY ATTENTION TO UNIVERSITY STUDENT’S ATTENTION LEVEL

Lindi Oktavia Dewi ABSTRACK

This experimental study aim to determine the effectiveness of exposure

involuntary attention to university student’s attention level. Researchers have hypothesized that the exposure of involuntary attention in the form of vegetation video landscape can help to increase direct attention to the students rather than urban landscape video. The subjects in this study were sixty-three early-adult-students. This quasi experiment with type of experiment laboratory used the design from within subject, with two experimenta l groups and one control group. The experimental group was given a presentation in the form of vegetation video landscape and urban video landscape. The data were analyzed using the differential test of Wilcoxon which indicate differences in declining milliseconds within the attention function of executive control (p = 0,006) so that the hypothesis is accepted. In the group of urba n video landscape, there is no significant difference (p = 0,675).


(9)

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan tuntunanNya saya dapat melalui proses penulisan skripsi hingga akhir dan dapat terselesaikan dengan baik. Atas bimbinganNya melalui perantara Dosen pembimbing dan orang-orang yang telah membantu bertukar pikiran, saya dapat menemukan jalan keluar atas segala permasalahan yang saya hadapi selama proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih atas waktu dan bimbingan Bapak saat penulis mengalami kesulitan saat proses penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak TM. Raditya Hernawa, M. Psi., Psi. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang mau mendengarkan dan meluangkan waktunya untuk membimbing saya meskipun di luar jadwal yang seharusnya dan Bapak belum resmi menjadi dosen pembimbing saya. Terima kasih atas motivasi, kepercayaan, dan saran.


(11)

xi

Terima kasih Bapak bersedia bertukar pikiran saat saya menemui kendala dan masalah. Terima kasih juga sudah membantu mencari subjek penelitian. 5. Bapak Dr. Yohannes Babtista Cahya Widiyanto M. Si., selaku Dosen mata

kuliah seminar, terima kasih Bapak sudah tertarik dengan judul saya sehingga saya merasa percaya diri untuk melanjutkan rancangan penelitian saat seminar hingga menjadi judul skripsi.

6. Ibu Maria Magdalena Nimas Eki Suprawati M. Si., Psi., terima kasih Ibu mau membantu saya mendapatkan jurnal utama yang sangat saya butuhkan.

7. Dr. A. Priyono Marwan, S.J., yang telah membantu saya telah meluangkan waktu untuk bertukar pikiran terkait penulisan skripsi saya.

8. Segenap Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan pengetahuan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 9. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta: Pak Gi, Mas Muji, Mas Gandung, dan Bu Nanik dengan ramah membantu saya selama perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini.

10.Dr. Terry Hartig selaku pembuat Perceived Restorativeness Scale (PRS) versi asli dan telah memberikan ijin untuk menggunakan PRS untuk keperluan skripsi saya. Selain itu, juga memberikan jurnal pendukung skripsi saya. 11.William, selaku native speaker yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

mengoreksi bahasa dari skala PRS asli dan skala PRS adaptasi. Abraham Muria S. Ked., yang terlebih dahulu menggunakan Attention Network Test


(12)

xii

12.Bapak Susilo dan mas Chandra selaku Kepala Lab. Komputer Dasar dan asisten Lab. Komputer Dasar yang mau bekerja sama dan mendukung penelitian saya dengan memberikan ijin untuk menggunakan Lab. Komputer Dasar dengan segala fasilitas di dalamnya.

13.Kedua Orang Tua dan Adikku yang menjadi sumber semangat dan selalu menemaniku disaat aku menghadapi masalah, tempatku bercerita tentang permasalahan dan keceriaan yang sedang ku alami selama proses penulisan skripsi ini.

14.Gabriel Gradi yang telah memberikan ide skripsi yang sedikit gila namun akhirnya menjadi kenyataan.

15.Rekan saya selama penulisan skripsi Regina Giovanny Sujadiyanto. Terima kasih atas dukungan, kegilaannya, keluh kesah, deg-degannya, kepanikannya, keceriaannya. Terima kasih sudah mau menjadi pelanggan perpus bersamaku. Terima kasih tidak bosan mendengar kata-kata “Pie ki Ge”, “Pusing aku” dll. 16.Sahabat ku Sesilia Pradita yang selalu memberiku semangat dan tidak pernah

meninggalkan ku dalam keadaan suka maupun duka. Sisilia Paulina yang selalu mengingatkanku untuk membuka laptop dan memberiku semangat saat mengerjakan skripsi.

17.Teman-teman yang mendukung berjalannya eksperimen ini, terimakasih Maria Vita yang menjadi teman berbagi dan bersedia menjadi asisten dalam penelitian ini dan juga Ratna Indraswari, Ari, Shella, Jessica Dhoria, Clara, dan Maria Karina. Tanpa kalian penelitian ini tidak akan berjalan dengan baik.


(13)

(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR SKEMA ... xxi

DAFTAR GAMBAR ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat penelitian ... 10


(15)

xv

2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI ... 12

A. Atensi ... 12

1. Definisi Atensi ... 12

2. Fungsi Atensi ... 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi ... 15

B. Attention Restoration Theory (ART) ... 17

1. Definisi Attention Restoration Theory (ART) ... 17

2. Jenis Atensi dalam Attention Restoration Theory (ART) ... 19

3. Directed Attention Fatigue (DAF) ... 20

4. Komponen Lingkungan yang Berdampak Memulihkan Directed Attention Fatigue (DAF) ... 22

5. Video Lanskap Vegetasi dan Video Lanskap Urban ... 24

C. Micro-break ... 29

1. Definisi Micro-Break ... 29

2. Tipe Micro-Break ... 30

D. Mahasiswa dalam Tahap Perkembangan Kognitif ... 31

E. Dinamika Penelitian ... 33

F. Skema Penelitian ... 38

G. Hipotesis ... 38

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39


(16)

xvi

C. Variabel Penelitian ... 40

1. Variabel Bebas ... 40

2. Variabel Terikat ... 41

3. Upaya Kontrol ... 41

D. Definisi Operasional... 43

1. Atensi ... 43

2. Involuntary Attention ... 43

E. Subjek Penelitian ... 44

F. Metode Pengumpulan Data ... 44

1. Alat dan Bahan Penelitian ... 44

2. Prosedur Persiapan Penelitian ... 44

3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 46

4. Tim Pelaksanaan Penelitian ... 46

G. Alat Pengumpulan Data ... 47

1. Perceived Restorativeness Scale (PRS) ... 48

2. Attention Network Test (ANT) ... 49

H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 52

1. Validitas ... 52

2. Reliabilitas ... 56

I. Metode Analisis Data ... 60

1. Uji Asumsi ... 60

2. Uji Hipotesis ... 61


(17)

xvii

A. Persiapan Penelitian ... 63

1. Persiapan Alat Penelitian ... 63

2. Persiapan Teknis Penelitian ... 66

B. Pelaksanaan Penelitian ... 67

1. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 67

2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 68

3. Observasi Pelaksanaan Penelitian ... 69

C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 70

D. Deskripsi Data Penelitian ... 71

E. Hasil Analisis Data ... 71

1. Uji Normalitas ... 71

2. Uji Homogenitas ... 73

3. Uji Hipotesis ... 73

4. Analisis Tambahan ... 77

F. Pembahasan ... 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan Penelitian ... 86

C. Saran ... 87

1. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 87

2. Bagi Mahasiswa ... 88

3. Bagi Pemerintah ... 88


(18)

xviii


(19)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Desain Eksperimen Efektivitas Pemaparan Involuntary Attention

terhadap Tingkat Atensi pada Mahasiswa... 40

Tabel 2. Blue print Skala Perceived Restorativeness Scale (PRS) ... 49

Tabel 3. Reliabilitas Perceived Restorativeness Scale (PRS) versi adaptasi ... 57

Tabel 4. Uji Normalitas Test-retest Attention Network Test Versi Adaptasi ... 59

Tabel 5. Hasil Korelasi Test-retest Attention Network Test Versi Adaptasi ... 59

Tabel 6. Seleksi Video menggunakan Perceived Restorativeness Scale (PRS) ... 65

Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 68

Tabel 8. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 70

Tabel 9. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 10. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Program Studi ... 71

Tabel 11. Uji Normalitas masing-masing Kelompok Penelitian Berdasarkan Fungsi Atensi ... 72

Tabel 12. Uji Homogenitas... 73

Tabel 13. Deskripsi Statistik masing-masing Fungsi Atensi pada Kelompok penelitian tahap pre-test dan post-test ... 74


(20)

xx

Tabel 14. Uji Beda Wilcoxon masing-masing Fungsi Atensi pada Kelompok Penelitian tahap pre-test dan post-test ... 75 Tabel 15. Uji One Way Anova pada Tiga Kelompok Penelitian ... 76 Tabel 16. Rata-rata Keakuratan (%) Kelompok Penelitian tahap pre-test


(21)

xxi

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Efek Pemulihan dalam Attention Restoration Theory (ART) ... … 18 Skema 2. Skema Penelitian tentang Efektivitas Pemaparan Video Lanskap Vegetasi sebagai stimulus Involuntary Attention dan video lanskap urbanterhadap peningkatan Direct Attention pada Mahasiswa ... 38


(22)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Area Otak yang berkaitan dengan jaringan tiga fungsi Atensi .... 15 Gambar 2. Proses Eksperimen dalam Attention Network Test (ANT) ... 49 Gambar 3. Dasar perhitungan dari tiga fungsi atensi dalam Attention


(23)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Hasil Uji One Way Anova (seleksi video), Uji Reliabilitas

Perceived Restorativeness Scale (PRS) dan Attention Network Test (ANT) ... . 94 LAMPIRAN 2. Hasil Analisis Attention Network Test (ANT) Pre-test

dan Post-test ... 99 LAMPIRAN 3. Hasil Uji Analisis Tambahan ... 106 LAMPIRAN 4. Perceived Restorativeness Scale (PRS) dan instruksi Attention

Network Test (ANT) versi 1.3.0 ... 108 LAMPIRAN 5. Hasil Direct-Translation Perceived Restorativeness Scale (PRS)

dan instruksi Attention Network Test (ANT) ... 112 LAMPIRAN 6. Hasil Back-Translation Perceived Restorativeness Scale (PRS)

dan instruksi Attention Network Test (ANT) ... 115 LAMPIRAN 7. Hasil Pemeriksaan Perceived Restorativeness Scale (PRS)

dan instruksi Attention Network Test (ANT) ... 117 LAMPIRAN 8. Skala Adaptasi PRSdan instruksi Attention Network Test (ANT)

dan tabel hasil ANT ... 123 LAMPIRAN 9. Lembar Informed Consent... 130 LAMPIRAN 10. Deskripsi Data penelitian ... 131 LAMPIRAN 11. Daftar Alamat Video yang diunduh melalui Youtube ... 136


(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perpindahan penduduk dari desa ke kota atau akrab disebut urbanisasi, mengalami peningkatan yang pesat diseluruh dunia. Lebih dari setengah umat manusia kini tinggal di daerah perkotaan. Pada tahun 2050 proporsi ini diperkirakan akan melebihi 70% (Heilig dalam Bratman, Daily, Levy, & Gross, 2015). Menurut catatan Divisi Populasi PBB, hampir dua pertiga dari populasi dunia akan tinggal di daerah perkotaan dalam 30 tahun ke depan (Vlahov & Galea dalam Maas, Verheij, Groenewegen, Vries, & Spreeuwenberg, 2006) sehingga membuat lingkungan tempat tinggal semakin padat dengan berbagai aktivitas dan permasalahan di dalamnya.

Negara berkembang yang mulai mengalami dampak dari urbanisasi adalah Indonesia. Salah satu ciri dari urbanisasi adalah tingginya aktivitas yang menuntut mobilitas yang tinggi sehingga kebutuhan akan sarana transpotasi menjadi penting (Iskandar, 2013). Kepadatan penduduk di Indonesia terlihat dari meningkatnya pemenuhan sarana transportasi yang ditunjukkan dari data perkembangan jumlah kendaraan bermotor oleh Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2013 yang mencapai 104.118.969 buah

(http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1413). Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sejumlah 94.373.324 buah. Tingginya


(25)

jumlah kendaraan, membuat tingkat kemacetan dan kepadatan lingkungan semakin bertambah.

Dampak urbanisasi mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang (Lee, Williams, Sargent, Williams, & Johnson, 2015). Menurut World Health Organization tahun 1948, definisi kesehatan adalah seseorang yang memiliki keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang baik bukan hanya diakibatkan oleh penyakit atau gangguan tertentu (Steg, Van Den Berg, & De Groot, 2013). Kepadatan penduduk dengan banyaknya aktivitas di lingkungan perkotaan, membuat keadaan lingkungan tempat tinggal dan tempat bekerja dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang.

Lingkungan yang “sakit” dapat mengancam kesehatan secara fisiologis maupun psikologis (Largo-Wight, Chen, Dodd, & Weiler, 2011). Dampak fisiologis yang ditimbulkan adalah polusi udara dalam ruangan dan racun yang dapat menyebabkan penyakit seperti Sick Building Syndrome (Samet & Spengler dalam Largo-Wight dkk., 2011). Kemudian, dampak psikologis akibat lingkungan yang tidak sehat, misalnya lingkungan yang padat dan berisik. Lingkungan yang padat dan berisik dapat mengakibatkan kelelahan mental dan stres kronis (Brennan, Chugh, & Kline; Raffaello & Maass dalam Largo-Wight dkk., 2011).

Kelelahan mental yang dialami oleh seseorang yang tinggal di daerah perkotaan dapat menurunkan fungsi kognitif seseorang sedangkan stres kronis dapat menjadi stresor yang mengakibatkan kecemasan, frustasi, kepenatan,


(26)

ketegangan, kemarahan, kebingungan, dan perubahan perilaku (Liu, Mattson, & Kim, 2004).

Penelitian terbaru mengatakan bahwa seseorang yang tinggal di daerah perkotaan dengan segala aktivitas dan permasalahan di dalamnya, membuat pengolahan sistem informasi yang diterima terlalu banyak (Lee dkk., 2015). Seseorang yang mengolah informasi terlalu banyak dapat berpotensi mengalami kelelahan mental sehingga membuat kontrol terhadap atensi menjadi berkurang (Kaplan, Bardwell, & Slakter, 1993).

Fungsi kognitif khususnya atensi, berkaitan dengan otak sebagai bagian dari organ dalam tubuh manusia. Otak memiliki fungsi untuk mengontrol pikiran, emosi, dan motivasi seseorang (Gloor; Rockland; Shephred dalam Sternberg, 2008). Selain itu, otak memiliki sistem saraf yang digunakan sebagai dasar kemampuan seseorang untuk memahami, beradaptasi, dan berinteraksi dengan dunia sekitar (Gazzaniga; Gazzaniga, Ivry, & Mangun, dalam Sternberg, 2008). Sistem syaraf tersebut membuat seseorang dapat menerima, memproses, dan merespon informasi dari lingkungan sekitar (Pinker; Rugg dalam Sternberg, 2008).

Peran atensi dapat dilihat berdasarkan sudut pandang fungsi atensi. Terdapat tiga fungsi atensi yang didasarkan pada fungsi anatomi otak yaitu

Alerting, Orienting, dan Executive Control (Bratman dkk., 2015; MacLeod, McConnell, Lawrence, Eskes, Klein, & Shore, 2010; Berman, Jonides, & Kaplan, 2008; Fan, McCandliss, Sommer, Raz, & Posner, 2002; Emfield & Neider, 2014). Fungsi alerting berkaitan dengan kesiagaan seseorang dalam


(27)

menanggapi rangsangan, kemudian fungsi orienting terkait penyeleksian stimulus dan mengalokasikan perhatian. Terakhir, fungsi executive control

terkait penyelesaian konflik. Dari ketiga fungsi atensi tersebut, fungsi

executive control merupakan fungsi yang paling banyak membutuhkan upaya mental dibandingkan ketiga fungsi lainnya (Bratman dkk, 2015; Berman dkk, 2008).

Atensi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam proses kognitif dan fungsi emosi seseorang (Berman dkk., 2008). Peran atensi ini membantu seseorang dalam proses belajar di sekolah. Disisi lain, atensi juga berperan dalam proses penyimpanan memori jangka pendek (Jonides, Lewis, Nee, Lustig, Berman, & Moore dalam Berman dkk., 2008).

Pada dasarnya atensi dapat mengalami penurunan akibat proses kognitif yang dilakukan secara terus menerus sehingga membuat seseorang dapat mengalami kelelahan mental atau biasa disebut dengan Directed Attention Fatigue (DAF) (Kaplan & Kaplan, 1989; Kaplan, 1995; Varkovetski, 2015). Kelelahan mental juga dapat terjadi karena terlalu banyak isyarat atau stimulus yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Penurunan atensi dapat terjadi akibat kapasitas neurologis seseorang terbatas untuk dapat mendeteksi jutaan stimulus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Seandainya seluruh jutaan stimulus tersebut dapat terdeteksi, otak tidak akan mampu memproses seluruh jutaan stimulus tersebut (Solso, Maclin, & Maclin, 2007).


(28)

Sejak jaman dahulu, unsur alam dipercaya dapat membantu memperbaiki kesehatan fisik maupun psikis seseorang yang tinggal didaerah perkotaan (Olmsted dalam Vivi, 2011). Seseorang rela mengeluarkan biaya yang mahal hanya untuk melihat lautan (Lange & Schaeffer dalam Vivi, 2011). Selain itu, unsur alam dapat membantu pemulihan pasien paska operasi (Ulrich dalam Kaplan & Kaplan, 1989). Pengalaman bersinggungan dengan lingkungan alam atau vegetasi terasa ketika, banyak orang mencari tempat untuk beristirahat dan berekreasi karena tekanan tugas, lingkungan yang gaduh, dan akibat stresor lainnya (Knopf; Schreyer dalam Hartig, Evans, Jamner, Davis, & Garling, 2003).

Respon fisik dan psikis seseorang terhadap vegetasi tidak lepas dari pandangan estetika berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang (Ulrich, 1986). Pandangan estetika menitikberatkan pada beberapa pilihan atau perasaan suka atau tidak suka yang diasosiasikan dengan emosi dan keadaan neurofisiologis seseorang (Berlyn; Ulrich dalam Ulrich, 1986). Dari hasil penelitian berdasarkan pandangan estetika, pengalaman seseorang dengan unsur alam atau vegetasi membuat seseorang jauh lebih positif, baik secara emosi maupun fisik.

Dampak negatif dari lingkungan perkotaan dapat membuat seseorang cenderung mengalami kelelahan mental. Hal tersebut mendorong para peneliti untuk melakukan penelitian yang memanfaatkan kontak visual dengan lingkungan alam atau vegetasi sebagai stimulus untuk memulihkan atensi dari kelelahan mental dan stres yang dialami oleh seseorang (Bratman dkk., 2015;


(29)

Kaplan & Kaplan, 1989; Lee dkk., 2015; Lohr, Pearson-Mims, & Goodwin, 1996; Mancuso, Rizzitelli, & Azzarello, 2006; Pasini, Berto, Brondino, Hall, & Ortner, 2014; Steg dkk., 2013).

Beberapa pendekatan teoritis terkait dengan psikologi lingkungan menjelaskan tentang manfaat lingkungan alam bagi kesehatan psikologis manusia, terlebih dalam memberikan efek pemulihan akibat kelelahan mental dan menurunkan tingkat stres seseorang (Steg dkk., 2013). Kaitan antara lingkungan alam atau vegetasi dengan proses kognitif manusia, dikonsepkan oleh Stephan Kaplan dan Rachel Kaplan dalam Attention Restorative Theory

(ART). ART didasarkan pada terminologi dari William James (1892) membagi atensi menjadi dua yaitu voluntary attention dan involuntary attention (Kaplan & Kaplan, 1989). Proses efek pemulihan akibat kelelahan mental pada ART berfokus pada involuntary attention seseorang (Kaplan & Kaplan, 1989).

Voluntary attention biasa disebut dengan direct attention. Direct attention memiliki peranan penting dalam proses kognitif dan fungsi emosi seseorang (Berman dkk., 2008; Varkovetski, 2015). Kemudian, involuntary attention adalah pemusatan perhatian seseorang terhadap suatu objek tanpa membutuhkan upaya mental. Objek dalam Attention Restorative Theory

(ART) adalah lingkungan yang dapat memberikan efek pemulihan (Kaplan & Kaplan, 1989). Lingkungan yang dimaksud dalam ART adalah lingkungan dengan adanya unsur tanaman, lanskap alam terbuka, vegetasi atau yang sering disebut dengan hutan (Kaplan & Kaplan, 1989).


(30)

Jika involuntary attention berhubungan dengan objek yang menarik dan cenderung tidak membutuhkan upaya mental, maka voluntary attention atau

direct attention memiliki potensi untuk mengalami kelelahan atau Directed Attention Fatigue (DAF) (Kaplan dkk., 1993; Varkovetski, 2015). Jika tidak disadari, DAF memiliki dampak serius pada kualitas hidup seseorang, misalnya mudah mengalihkan perhatian, kurang bersabar, mudah marah, dan cenderung mengambil resiko tanpa memikirkannya terlebih dahulu (Kaplan & Kaplan, 1989; Kaplan, 1995; Kaplan dkk., 1993).

Dalam Attention Restoration Theory (ART) objek untuk memunculkan stimulus involuntary attention berupa lingkungan alam atau vegetasi (Kaplan & Kaplan, 1989). Untuk itu, ART mengkategorikan empat komponen lingkungan yang dapat memberikan efek memulihkan dari kelelahan mental. Empat komponen tersebut adalah pesona(fascination), menjauh(being away),

kesesuaian(compatibility), dan luas (extent) (Kaplan & Kaplan, 1989; Kaplan 1995; Berman dkk., 2008; Kaplan dkk., 1993; Steg dkk., 2013). Fascination

merupakansuatu lingkungan yang membuat seseorang terpesona atau kagum. Selain itu, fascination merupakan komponen utama dalam memunculkan

involuntary attention seseorang. Kemudian being away merupakan gambaran suatu lingkungan yang berbeda dari kehidupan sehari-hari. Selain itu, komponen extent yaitu lingkungan yang membuat seseorang dapat menghabiskan waktu dan bereksplorasi. Terakhir, compatibility yaitu adanya kesesuaian antara tujuan seseorang dengan manfaat yang diberikan oleh


(31)

lingkungan sehingga tidak memerlukan upaya mental yang berlebihan untuk memproses infomasi tentang suatu lingkungan (Steg dkk., 2013).

Banyak penelitian yang memanfaatkan lingkungan alam atau vegetasi untuk memulihkan atensi. Penelitian sebelumnya menggunakan tanaman hidup, kumpulan foto, dan, video tentang lingkungan alam sebagai media memunculkan stimulus involuntary attention (Berto, 2014; Berman dkk., 2008). Seseorang yang melakukan kontak visual, seperti berjalan di taman dengan durasi 55 menit dan melihat gambar lingkungan vegetasi dengan durasi 10 menit secara signifikan dapat mengurangi kelelahan mental (Berman dkk., 2008). Penelitian terbaru mengatakan bahwa dengan melihat screensaver

bergambar taman bunga di atap gedung selama 40 detik dapat meningkatkan atensi (Lee dkk., 2015). Selain berjalan di taman dan melihat gambar, menonton video juga dapat menjadi stimulus involuntary attention. Video dalam penelitian sebelumnya memiliki durasi 10 menit dengan kualitas rekaman yang kurang memadai, khusunya suara (Hartig, Korpela, Evans, & Garling, 1997).

Manfaat yang diberikan oleh lingkungan dengan unsur alam berbanding terbalik dengan dampak visual yang mengaitkan unsur bangunan. Dampak negatif dari lingkungan perkotaan ini muncul karena persepsi seseorang tentang aktivitas di lingkungan perkotaan yang ramai dan penuh dengan keributan (Magi, Rowntree, & Brush dalam Ulrich, 1986). Beberapa fitur buatan manusia, seperti tiang bangunan dan saluran listrik dapat mengurangi daya tarik seseorang (Brush & Palmer, Nasar dalam Ulrich, 1986).


(32)

Manfaat bersinggungan dengan lingkungan alam atau vegetasi sebagai media pemulihan, dapat dirasakan tanpa membutuhkan biaya yang banyak (Berman dkk., 2008; Lee dkk., 2015) dan dapat dilakukan secara efektif. Berdasarkan sudut pandang ergonomi, beristirahat disela-sela waktu mengerjakan tugas merupakan aktivitas yang baik untuk dilakukan (Hedge, 2002). Aktivitas yang digunakan untuk beristirahat biasa disebut dengan

micro-break. Micro-break merupakan salah satu jenis istirahat singkat yang dapat dilakukan oleh seseorang disela-sela waktu mengerjakan tugas (Kim, Park, & Niu, 2016). Jenis micro-break yang digunakan dalam penelitian ini adalah relaksasi, karena pada penelitian sebelumnya relaksasi merupakan salah satu jenis micro-break yang efektif untuk memulihkan diri dari tuntutan pekerjaan (Kim dkk., 2016).

Penelitian ini akan memanfaatkan perangkat komputer sebagai media untuk memunculkan stimulus involuntary attention seseorang. Perangkat komputer dimanfaatkan sebagai media dalam memunculkan stimulus

involuntary attention karena pada era globalisasi ini, aktivitas masyarakat di perkotaan pada umumnya menggunakan peralatan elektronik seperti komputer. Khususnya mahasiswa yang menggunakan komputer untuk mendukung kegiatan perkuliahan, misalnya untuk mengerjakan tugas. Selain itu, komputer juga digunakan untuk mendukung kegiatan operasional di dalam perusahaan, sekolah, maupun instansi pemerintahan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2011


(33)

menunjukkan bahwa 92 % perusahaan di Indonesia telah menggunakan komputer sebagai pendukung kegiatan bisnisnya.

Manfaat berinteraksi dengan lingkungan alam terhadap atensi seseorang, akan diukur oleh peneliti menggunakan Attention Network Test (ANT) versi 1.3.0 yang dibuat oleh Dr. Jin Fan dari Amerika Serikat pada tahun 2002. ANT digunakan untuk mengevaluasi tiga fungsi atensi yaitu alerting,

orienting, dan executive control berdasarkan anatomi dan fungsi bagian otak (Bratman dkk., 2015; MacLeod dkk., 2010; Berman dkk., 2008; Fan dkk., 2002; Emfield & Neider, 2014).

B. Rumusan Masalah

Apakah secara empiris pemaparan involuntary attention berupa video lanskap vegetasi dapat meningkatkan atensi mahasiswa ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemaparan involuntary attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi kognitif, yaitu memberikan


(34)

pengetahuan mengenai efektivitas pemaparan involuntary attention dalam upaya meningkatkan atensi pada mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pembaca, tentang keefektifan pemaparan involuntary attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa.


(35)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Atensi

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai atensi sebagai bagian dari proses kognitif seseorang. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa atensi seseorang dapat mengalami penurunan akibat kelelahan mental. Namun, atensi dapat dipulihkan kembali dengan memanfaatkan lingkungan vegetasi alam. Sebelum kita mengetahui kaitan antara manfaat lingkungan alam dalam memulihkan penurunan atensi akibat kelelahan mental, berikut akan dijelaskan tentang definisi atensi, fungsi atensi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi atensi.

1. Definisi Atensi

Atensi adalah fokus dan konsentrasi dari usaha mental yang biasanya menghasilkan kesadaran oleh rangsangan sensorik eksternal, yang ditangkap melalui panca indra atau pengalaman yang membutuhkan upaya mental (Hill dalam Brown, 2007). Atensi dapat dipahami sebagai sumber daya mental yang sangat terbatas (Anderson, 1980). Definisi lain juga mengatakan bahwa, atensi adalah sumber daya mental yang sangat terbatas dan hanya dapat dialokasikan paling banyak untuk proses kognitif dalam satu waktu tertentu (Anderson, 1980).

Atensi adalah cara kita secara aktif memproses sejumlah informasi yang terbatas dari sejumlah besar informasi yang ditangkap oleh panca


(36)

indra, memori yang tersimpan, dan oleh proses-proses kognitif kita yang lain (De Weerd; Duncan; Motter; Posner & Fernandez-Duque; Rao dalam Steinberg, 2008). Atensi merupakan pemusatan upaya mental pada peristiwa-peristiwa yang membutuhkan upaya mental. (Schneider & Shiffrin dalam Steinberg, 2008).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa atensi adalah suatu cara yang dilakukan seseorang untuk memproses sejumlah informasi yang ditangkap oleh panca indra dan diproses dengan menggunakan sumber daya mental yang terbatas, kemudian diolah oleh proses-proses kognitif lainnya.

2. Fungsi Atensi

Dalam beberapa tahun terakhir, tiga jaringan atensi dijelaskan dari segi anatomi dan fungsi bagian otak. Fungsi tersebut meliputi alerting, orienting, dan executive control (Fan dkk., 2002). Berikut akan dijelaskan mengenai ketiga jenis fungsi tersebut.

a. Siaga (Alerting)

Alerting adalah aktivitas yang melibatkan seseorang dalam menjaga sensitivitas untuk menanggapi rangsangan yang diberikan oleh lingkungan (Ishigami, 2011). Alerting juga diartikan sebagai fungsi untuk mencapai dan mempertahankan perhatian dan terkait dengan kesiagaan seseorang.

Sistem alerting dikaitkan dengan frontal dan bagian parietal pada otak bagian kanan. Performa seseorang terus menerus mengaktifkan


(37)

berbagai tingkat kewaspadaan sehingga otak mengaktifkan frontal dan bagian parietal pada otak bagian kanan. Hal ini diduga juga disebabkan oleh distribusi kortikal sistem norepinefrin otak (NE) (Coull, Frith, Frackowiak, & Grasby; Marrocco, Witte, dan Davidson dalam Fan dkk., 2002).

b. Orientasi (Orienting)

Orienting melibatkan aktivitas dalam menyeleksi stimulus dan mengalokasikan perhatian terhadap rangsangan stimulus yang terjadi di lingkungan (Ishigami, 2011). Jaringan orienting bertanggung jawab untuk gerakan berdasarkan stimulus sensorik yang muncul (McLeod, 2009).

Sistem orienting berkaitan dengan kinerja lobus parietal superior yang berhubungan erat dengan bagian intraparietal lateralis pada monyet, yaitu untuk menghasilkan gerakan mata (Anderson, Synder, Bradley, dan Xing dalam Fan dkk., 2002). Ketika atensi berpindah pada stimulus yang diperhatikan, maka aktivitas otak berpindah pada

junction temporal-parietal (Corbetta dalam Fan dkk., 2002). c. Kontrol Eksekutif (Executive Control)

Kontrol Eksekutif atau Conflict Effect adalah pemantauan suatu peristiwa atau kejadian dan meliputi penyelesaian konflik (Ishigami, 2011). Penyelesaian konflik meliputi berbagai jenis tugas dan aktivitas yang membutuhkan paling banyak usaha mental (Brush dalam Fan dkk., 2002; Berman dkk., 2008). Fungsi Executive Control termasuk


(38)

aktivitas pemantauan dan penyelesaian konflik antara ekspektasi, stimulus, dan respon (MacLeod dkk., 2010). Kontrol eksekutif mengaktifkan anterior cingulate dan korteks prefrontal (Bush, Luu, dan Posner; MacDonald, Cohen, Stenger, & Carter dalam Fan dkk., 2002).

Gambar 1. Area Otak yang berkaitan dengan jaringan tiga fungsi Atensi diadaptasi dari Ishigami, Y. (2011). The Attention Network Test (ANT): Individual Differences Components Of Attention Across The Life Span. 2011. Thesis. Dalhousie University. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi atensi seseorang, diantaranya faktor usia, lingkungan, dan gangguan pada otak. Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi atensi.

a. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi atensi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jennings, Dagenbach


(39)

Engle dan Funke pada tahun 2007, terdapat perbedaan yang signifikan antara orang yang lebih tua dengan orang yang jauh lebih muda dalam hal kesiagaan untuk menanggapi stimulus. Orang yang lebih muda memiliki kesiagaan yang lebih baik dibandingkan pada orang yang lebih tua. Dalam penelitian tersebut kategori usia yang lebih tua adalah 61 sampai 87 tahun sedangkan usia yang lebih muda 18-21 tahun (Jennings, Dagenbach, Engle, Funke, 2007).

b. Lingkungan

Tingkat atensi juga tidak lepas dari faktor lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Lee, Williams, Sargent, dan Williams tahun 2015, lingkungan yang identik dengan suasana perkotaan yang padat bangunan dan aktivitas di dalamnya, dapat menurunkan tingkat atensi seseorang (Lee dkk., 2015). Lingkungan yang memiliki unsur vegetasi dapat meningkatkan atensi seseorang. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bratman, Daily, Levy, dan Gross pada tahun 2015, yang juga mengatakan bahwa tingkat atensi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar (Bratman dkk., 2015).

c. Gangguan pada Otak

Otak adalah pusat fungsi atensi. Jika otak mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada fungsi atensi. Terdapat beberapa penelitian yang mengatakan bahwa individu gangguan atau kerusakan otak maka akan mengalami penurunan fungsi atensi yang diukur


(40)

menggunakan Attention Network Test (ANT). Misalnya individu dengan gangguan klinis memiliki kecenderungan lemah pada fungsi yang lebih spesifik, misalnya lemahnya fungsi executive control terjadi pada individu yang memiliki gangguan Borderline Personality Disorder (Posner, Rothbart, Vizueta, Levy, Evans, Thomas, & Clarkin dalam MacLeod dkk., 2010) kemudian lemahnya fungsi orienting

biasanya terjadi pada individu yang mengalami benturan atau gegar otak (Donkelaar, Langan, Rodriguez, Drew, Halterman, Osternig, & Chou dalam MacLeod dkk., 2010).

B. Attention Restoration Theory (ART)

Attention Restoration Theory (ART) merupakan salah satu teori tentang Psikologi Lingkungan. ART dikonsepkan menjadi sebuah teori oleh Rachel Kaplan dan Stephan Kaplan dalam bukunya yang berjudul The Experience of Nature yang terbit pada tahun 1989. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa lingkungan dapat berpengaruh terhadap sistem kognitif seseorang khususnya lingkungan dengan vegetasi. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi ART, jenis atensi dalam ART, Directed Attention Fatigue, dan komponen lingkungan yang memberikan efek memulihkan.

1. Definisi Attention Restoration Theory (ART)

Attention Restoration Theory (ART) merupakan penjelasan tentang analisis dari berbagai macam lingkungan. Lingkungan dapat mengarahkan seseorang pada suatu pemulihan terhadap atensi yang membutuhkan upaya


(41)

mental (voluntary attention). Voluntary attention dalam ART biasa disebut dengan direct attention (Kaplan & Kaplan, 1989). ART mengidentifikasi bahwa atensi sebagai sumber daya mental yang terbatas sehingga dapat mengalami kelelahan mental. Sedangkan lingkungan alam khususnya vegetasi dapat menyediakan daya tarik yang lembut (involuntary attention) untuk memulihkan atensi seseorang dari kelelahan mental (Kaplan, 1995; Kaplan & Kaplan, 1989; Berman dkk., 2010). ART mengidentifikasi

direct attention sebagai bagian dari mekanisme kognitif dan dapat dipulihkan oleh interaksi seseorang dengan lingkungan alam (Berman dkk., 2008).

Berdasarkan beberapa definisi tentang Attention Restoration Theory

(ART), dapat disimpulkan bahwa ART adalah proses atensi yang membutuhkan upaya mental dan memiliki kecenderungan mengalami kelelahan mental sedangkan stimulus involuntary attention berupa lingkungan alam dimanfaatkan untuk memulihkan diri dari kelelahan mental.


(42)

2. Jenis Atensi dalam Attention Restoration Theory (ART)

ART didasarkan pada terminologi yang dijelaskan oleh William James tentang perbedaan atensi pada manusia (Berman dkk., 2008; Kaplan &Kaplan, 1989). James membagi atensi menjadi dua yaitu voluntary attention dan involuntary attention. Berikut penjelasan mengenai definisi

voluntary attention, dan involuntary attention dalam ART. a. Voluntary Attention

Voluntary attention atau direct attention adalah atensi yang diarahkan oleh kontrol proses kognitif. Direct attention memaksa seseorang untuk memperhatikan sesuatu yang tidak terlalu menarik dan memerlukan usaha yang baik dalam proses kognitif (Kaplan & Kaplan, 1989). Definisi lain mengatakan bahwa direct attention

merupakan proses kognitif bottom-up yang meliputi penyelesaian masalah ketika seseorang berusaha menekan stimulus yang mengganggu (Berman dkk., 2008; Lee dkk., 2015). Direct attention

merupakan salah satu pendukung terjadinya kelelahan mental. Hal ini dapat terjadi karena banyak kegiatan sehari-hari yang menuntut upaya mental (Hartig, Mang, & Evans, 1991).

Dari beberapa definisi tentang voluntary attention di atas, dapat disimpulkan bahwa voluntary attention atau direct attention adalah atensi yang membutuhkan upaya mental berdasarkan proses kognitif

bottom-up yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga berpotensi mengalami kelelahan mental.


(43)

b. Involuntary Attention

Involuntary attention merupakan atensi yang tidak membutuhkan upaya mental dan dipusatkan oleh sesuatu yang berhubungan erat dengan hal-hal yang menarik atau stimulus yang penting, misalnya sesuatu yang bergerak, kata-kata, sesuatu berbahan metal, hewan buas, dll (Kaplan & Kaplan, 1989). Definisi lain menjelaskan bahwa,

involuntary attention merupakan stimulus yang ditangkap oleh atensi seseorang dan atensi tersebut berhubungan erat dengan sesuatu yang menarik atau penting (Berman dkk., 2008; Lee dkk., 2015). Selain itu,

involuntary attention merupakan atensi yang terlibat ketika voluntary attention mengalami kelelahan mental. Involuntary attention juga merupakan aspek penting dalam upaya pemulihan dari kelelahan mental dengan memunculkan stimulus yang mempesona (fascination) (Hartig dkk., 1991).

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

involuntary attention adalah stimulus yang mampu memunculkan atensi dimana atensi tersebut tidak membutuhkan upaya mental karena berhubungan erat dengan sesuatu yang menarik dan mempesona untuk memulihkan direct attention.

3. Directed Attention Fatigue (DAF)

Directed Attention Fatigue atau biasa disingkat dengan DAF berkaitan dengan penggunaan direct attention untuk mendukung kegiatan sehari-hari. Penggunaan direct attention secara berlebihan dapat berdampak bagi


(44)

seseorang. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi DAF dan dampak yang ditimbulkan oleh DAF.

a. Definisi Directed Attention Fatigue (DAF)

Directed Attention Fatigue (DAF) merupakan gejala neurologis atau biasa disebut dengan kelelahan mental yang menyerang sistem otak central executive (Steg dkk, 2013). Definisi lain mengatakan bahwa DAF adalah kelelahan mental yang dialami oleh seseorang akibat penggunaan upaya mental yang terjadi secara berkepanjangan. Intensitas mengerjakan tugas atau bekerja yang tinggi merupakan penyebab dari kelelahan mental (Kaplan dkk., 1993).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kelelahan mental atau DAF merupakan gejala neurologis yang menyerang sistem otak central executive karena disebabkan oleh intensitas bekerja yang tinggi dan berkepanjangan.

b. Dampak Directed Attention Fatigue (DAF)

Directed Attention Fatigue (DAF) memiliki dampak serius pada kualitas hidup seseorang jika tidak disadari. Gejala yang terlihat adalah mudah mengalihkan perhatian, kurang memiliki kesabaran, mudah marah dan cenderung mengambil resiko tanpa memikirkannya terlebih dahulu (Kaplan dkk., 1993). Seseorang yang mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian adalah karakteristik dari kelelahan mental. Kelelahan mental pada seseorang merupakan sesuatu yang dapat memberatkan serta dapat menurunkan performa seseorang.


(45)

Dampak lain yang ditimbulkan adalah prestasi yang memburuk, mudah marah, berperilaku kasar, dan menurunnya tingkat konsentrasi (Ojobo, Mohamad, & Said, 2014).

Dari beberapa penjelasan tentang dampak DAF di atas, dapat disimpulkan bahwa DAF memiliki dampak yang serius bagi kualitas hidup seseorang karena jika seseorang mengalami DAF. DAF dapat menurunkan performa dan konsentrasi seseorang. Selain itu, DAF membuat seseorang kurang memiliki kesabaran, mudah mengambil keputusan tanpa memikirkan resikonya, berperilaku kasar, dan mudah marah.

4. Komponen Lingkungan yang Berdampak Memulihkan Directed Attention Fatigue (DAF)

Setiap orang berpotensi mengalami DAF. Seseorang yang memiliki tugas dan pekerjaan yang berlebihan membuat seseorang ingin beristirahat (Kaplan & Kaplan, 1989). ART merumuskan empat komponen lingkungan sebagai stimulus involuntary attention yang dapat memberikan dampak memulihkan bagi direct attention seseorang. Keempat komponen tersebut adalah Being Away, Extent, Fascination, Compatibility. Berikut penjelasan mengenai keempat komponen tersebut.

a. Menjauh (Being Away)

Istilah “melarikan diri” sering digunakan pada orang-orang yang ingin beristirahat dari tugas dan pekerjaannya. Misalnya ketika seseorang merasakan kesesakan, kegaduhan, atau kebosanan ketika


(46)

melakukan rutinitas sehari-hari. Seseorang berupaya untuk berisitirahat dari kelelahan mental yang dialami akibat proses kognitif saat bekerja. Maka lingkungan yang diciptakan adalah lingkungan yang jauh dari rutinitas sehari-hari.

b. Luas (Extent)

Lingkungan yang memberikan efek memulihkan adalah lingkungan yang melibatkan bentuk dari sesuatu yang sifatya luas, baik dalam hal waktu dan tempat. Hal ini dapat dipersepsikan bahwa seseorang dapat menghabiskan waktu dan dapat berkeliling dan menjelajahi tempat tersebut. Extent atau luas tidak hanya diartikan sebagai suatu hal yang bersifat geografis, namun juga interaksi sosial yang terjadi di lingkungan (Miligram & Jodelet; Stokols & Shumaker dalam Hartig, Korpela, Evans, & Garling, 1997).

c. Mempesona (Fascination)

Komponen fascination merupakan komponen yang penting dan utama dalam menciptakan lingkungan yang memberikan dampak memulihkan. Lingkungan yang dapat memberikan dampak memulihkan adalah lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dari sesuatu yang menyenangkan, memikat, dan menawan. Lingkungan yang memberikan efek memulihkan, dikatakan sebagai daya tarik “lembut”. Misalnya sinar matahari, awan, butiran salju, dan gerakan dauh yang tertiup angin. Dalam ART konsep daya tarik “lembut” ini


(47)

merupakan komponen utama untuk mengistirahatkan direct attention

akibat kelelahan mental. d. Kesesuaian (Compatibility)

Pengalaman seseorang bersinggungan dengan lingkungan alam akan memunculkan efek memulihkan jika terjadi kesesuaian antara tujuan yang dimiliki oleh seseorang dan manfaat lingkungan alam yang dapat diberikan. Kesesuaian ini tidak membutuhkan usaha yang besar dalam hal kognitif dan dapat membantu dalam memberikan efek yang memulihkan. Adanya kesesuaian juga membuat seseorang tidak memerlukan usaha dalam memproses informasi sehingga mampu memberikan efek yang dapat memulihkan.

Dari keempat komponen tersebut, lingkungan alam seperti vegetasi merupakan lingkungan yang dapat menjadi stimulus involuntary attention

seseorang. Unsur tumbuhan yang ada dalam sebuah vegetasi merupakan unsur yang penting untuk mempersepsikan lingkungan alam (Kaplan & Kaplan, 1989).

5. Definisi Video Lanskap Vegetasi dan Video Lanskap Urban

Lingkungan yang dapat memberikan efek memulihkan dalam upaya menciptakan involuntary Attention pada seseorang, akan dihadirkan dalam bentuk video pada perangkat komputer. Berikut penjelasan mengenai definisi video lanskap vegetasi, dan video lanskap urban.


(48)

a. Definisi Video dan Definisi Lanskap

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, video adalah bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi. Video juga dapat didefinisikan sebagai susunan dari serangkaian gambar-gambar yang ditampilkan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga gambar pada layar terlihat hidup (Arsyad, 2014).

Dari kedua definisi video di atas, dapat disimpulkan bahwa video merupakan bagian yang dapat memunculkan serangkaian gambar-gambar yang ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar-gambar pada layar terlihat hidup.

Definisi selanjutnya mengenai lanskap. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lanskap adalah tata ruang di luar gedung. Definisi lain menjelaskan bahwa lanskap adalah daerah yang dipersepsikan oleh banyak orang sebagai hasil dari interaksi dari faktor alam dan atau manusia (Steg dkk., 2013) dan persepsi merupakan bagian utama dari definisi lanskap. Lanskap merupakan bagian penting dari kehidupan seseorang. Lanskap merupakan bentuk yang melatar belakangi aktivitas seseorang dengan lingkungan alam dan kegiatan manusia (Antrop; Council of Europe dalam Steg dkk., 2013).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lanskap adalah tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang sebagai hasil interaksi antara faktor alam atau manusia dan melatar


(49)

belakangi ekspresi yang dinamis dari seseorang dengan lingkungan alam dan kegiatan manusia.

b. Definisi Video Lanskap Vegetasi

Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah (Sastroutomo, 1990). Vegetasi merupakan suatu kumpulan tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis tumbuhan yang hidup bersama-sama pada suatu tempat (Arief, 1994). Tipe vegetasi suatu hutan diperlukan adanya pengetahuan tentang satuan formasi. Satuan formasi didasarkan pada kenampakan (fisiognomi) dan komposisi floristiknya (Arief, 1994).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa video lanskap vegetasi merupakan serangkaian gambar tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang sebagai kumpulan beberapa jenis tumbuhan yang memiliki ciri khas tertentu sesuai dengan komposisi floristiknya. yang ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar pada layar seakan-akan terlihat hidup.

c. Definisi Video Laskap Urban

Urban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kota. Kota merupakan suatu ruang yang berisikan pemukiman dan dihuni sejumlah besar manusia. Aktivitas yang terjadi di dalam kota terkait fungsi ekonomi, fungsi kesehatan, fungsi kemasyarakatan, fungsi pendidikan, fungsi bekerja, dll. Dalam memenuhi fungsi-fungsi tersebut dibutuhkan mobilitas yang dilakukan oleh orang-orang yang


(50)

tinggal di dalam kota (Iskandar, 2013). Kota pada umumnya adalah pusat kekuasaan dimana kota menjadi pusat industri, perdagangan, dan kebudayaan (Sarwono, 1992).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa urban atau kota merupakan ruang yang berisikan sejumlah besar manusia dimana kota sebagai pusat industri, perdagangan, dan kebudayaan sehingga dibutuhkan mobiltas dalam memenuhi fungsi-fungsi yang berkaitan dengan aktivitas di dalamnya.

Stres terhadap lingkungan dirasakan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari, terutama jika mereka tinggal di kota besar. Terdapat lima stresor lingkungan urban secara umum (Steg dkk., 2013) yaitu kebisingan, kesesakan, kualitas pemukiman yang buruk, kualitas lingkungan yang buruk, dan kemacetan.

Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan dan memiliki karakteristik berdasarkan intensitas (decibel), frekuensi (nada), berkelanjutan dan durasi (akut atau kronis). Intensitas kebisingan yang tinggi dapat menimbulkan afek yang negatif seperti kejengkelan (Steg dkk., 2013). Kesesakan adalah keadaan psikologis yang terjadi ketika kebutuhan akan ruang melebihi dari ruang yang telah disediakan. Ketika seseorang merasakan kesesakan, mereka akan menunjukkan afek negatif, ketegangan, kecemasan, dan tanda-tanda nonverbal seperti gelisah (Evans & Cohen dalam Steg dkk., 2013).


(51)

Penelitian menunjukkan korelasi kualitas pemukiman yang buruk dengan permasalahan kesehatan mental seperti gejala kecemasan (Hiscock, Macintyr, Kearns, & Ellaway dalam Steg dkk., 2013) dan depresi (Shenassa, Daskalakis, Liebhaber, Braubach, & Brown dalam Steg dkk., 2013). Karakteristik fisik dari lingkungan yang dapat mengasilkan stress kronis adalah kualitas layanan, rekreasi, lalu lintas, akses transportasi, pemeliharaan sarana dan prasarana yang buruk, kualitas pendidikan, dan kesehatan, kebisingan, kesesakan, dan polusi (Steg dkk., 2013). Tingginya angka kemacetan dapat menyebabkan stes dan memunculkan afek negatif (Kozlowsky, Kluger, & Reich dalam Steg dkk., 2013). Sebuah Penelitian menunjukkan tingkat kemacetan berhubungan dengan stres, afek negatif, dan gangguan motivasi (Novaco, Kliewer, Broquet, 1991 dalam Steg dkk., 2013).

Dari beberapa sumber stres lingkungan urban terdapat kesamaan bahwa lingkungan urban dapat mengancam kesejahteraan seseorang. Lingkungan urban juga berpotensi memunculkan afek negatif dan sumber stres bagi seseorang sehingga dapat mengancam kesehatan fisik maupun psikologis.

Dari beberapa penjelasan di atas, video lanskap urban merupakan serangkaian gambar tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang sebagai hasil interaksi antara faktor alam atau manusia dan melatar belakangi aktivitas dari seseorang dengan lingkungan alam dan kegiatan manusia. Tata ruang tersebut berisi sejumlah besar


(52)

manusia dengan aktivitas yang membutuhkan mobilitas sehingga berpotensi memunculkan stres dan afek negatif bagi seseorang. Gambar tersebut ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar pada layar terlihat seakan-akan hidup.

C. Micro-break

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak lepas dari tuntutan tugas dan pekerjaan. Terkadang, seseorang tidak sempat untuk beristirahat hingga membuat mereka mengalami kelelahan mental. Penelitian ini ingin memanfaatkan micro-break untuk memunculkan stimulus involuntary attention dalam bentuk video. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi

micro-break dan tipe micro-break.

1. Definisi Micro-break

Micro-break adalah istirahat pendek untuk melakukan gerakan, misalnya berdiri, melakukan peregangan, atau melakukan tugas yang berbeda. Istirahat singkat yang dapat dilakukan disela-sela waktu bekerja (Hedge, 2002). Aktivitas micro-break diartikan sebagai aktivitas istirahat pendek yang dilakukan secara sukarela atas dasar kebutuhan untuk beristirahat diantara waktu mengerjakan serangkaian tugas yang dilakukan kurang lebih lima menit (Kim dkk., 2016).

Berdasarkan kedua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa micro-break adalah aktivitas untuk beristirahat dengan waktu yang relatif singkat


(53)

yaitu kurang lebih lima menit dan dilakukan diantara waktu mengerjakan serangkaian tugas.

2. Tipe Micro-break

Micro-break memiliki beberapa tipe yang didasarkan dari berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk melakukan micro-break ini. Terdapat empat tipe memanfaatkan micro-break (Kim dkk., 2016). Berikut akan dijelaskan keempat tipe tersebut.

a. Relaksasi

Relaksasi meliputi kegiatan fisik dan psikologis yang dapat menenangkan pikiran dan tubuh seperti peregangan, berjalan-jalan singkat, mendengarkan musik, dan memandang jendela ruangan. b. Aktivitas Mengkonsumsi Asupan Gizi

Aktivitas mengkonsumsi asupan gizi adalah aktivitas Mengkonsumsi makanan ringan dan minuman atas dasar kebutuhan fisiologis misalnya, kebutuhan untuk memenuhi rasa lapar atau haus.

c. Aktivitas Sosial

Aktivitas sosial adalah aktivitas yang melibatkan seseorang untuk bersosialisasi dengan teman atau rekan kerja melalui berbagai interaksi tentang hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan misalnya, percakapan face to face, berinteraksi melalui telepon, atau jejaring sosial.


(54)

d. Aktivitas Kognitif

Aktivitas kognitif adalah waktu istirahat pendek yang memerlukan proses kognitif dan usaha mental tetapi tidak melibatkan tututan pekerjaan di dalamnya misalnya seperti membaca Koran, membuat rencana pribadi, atau googling.

Dari beberapa tipe micro-break, penelitian ini akan menggunakan tipe relaksasi dalam upaya memunculkan stimulus involuntary attention

dengan media video. Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan, relaksasi meliputi kegiatan fisik sekaligus psikologis yang digunakan untuk menenangkan pikiran. Hal ini sesuai dengan tujuan dari munculnya stimulus involuntary attention sebagai unsur yang memberikan efek pemulihan dari kelelahan mental.

D. Mahasiswa dalam Tahap Perkembangan Kognitif

Penelitian ini akan menggunakan mahasiswa sebagai subjek penelitian. Berdasarkan hasil observasi, peneliti mengamati bahwa kebanyakan mahasiswa mengerjakan tugas menggunakan media elektronik komputer atau laptop. Selain itu, aktivitas mengerjakan tugas menggunakan komputer atau laptop memiliki proporsi yang cukup tinggi. Hal tersebut yang mendasari peneliti memilih mahasiswa sebagai subjek penelitian. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi mahasiswa yang termasuk dalam kategori perkembangan dewasa awal.


(55)

Seseorang yang dikatakan memasuki tahap dewasa awal adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan dalam waktu yang penuh atau kurang lebih tetap. Hal ini biasanya terjadi saat seseorang menyelesaikan sekolah menengah atas untuk sebagian orang, dan untuk sebagian yang lain melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas atau sekolah pasca sarjana (Santrock, 1995). Selain itu, dewasa awal dapat diartikan sebagai periode transisional yang baru diajukan antara masa dewasa, biasanya rentang waktu antara masa remaja akhir, hingga usia pertengahan dua puluh (Papalia, Olds, & Feldman, 2009).

Berdasarkan model rentang kehidupan perkembangan kognitif milik K. Warner Schaei (Schaei & Willis dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2008) dewasa awal adalah seseorang yang berada pada tahap pencapaian (achieving stage). Seseorang tidak lagi mendapatkan informasi bagi kepentingan mereka sendiri melainkan untuk mengejar target seperti karir dan keluarga. Kemudian ditinjau dari perkembangan kognitif, seseorang yang berada pada tahap dewasa awal adalah seseorang yang memiliki pikiran yang semakin rumit serta dapat membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan perkembangan neurologis seseorang yang berada pada tahap dewasa awal adalah mulai terbentuknya hubungan neuron, sinaps, dan dendrite baru (Papalia dkk., 2009).

Dari beberapa definsi di atas dapat disimpulkan bahwa masa dewasa awal adalah seseorang yang berada pada tahap transisional antara masa remaja akhir hingga pertengahan usia dua puluhan dan mulai terbentuknya hubungan


(56)

neuron, sinapsis, dan dendrite baru. Selain itu, seseorang pada tahap dewasa awal adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk membuat pilihan atas pendidikan dan karirnya untuk mengejar target seperti karir dan keluarga.

E. Dinamika Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada proses pemulihan atau restorasi akibat kelelahan mental yang dijabarkan dalam Attention Restoration Theory (ART). ART berpusat pada proses direct attention pada seseorang yang memiliki sumber daya mental terbatas sedangkan lingkungan alam atau vegetasi menyediakan daya tarik atau atensi yang tidak membutuhkan upaya mental, sehingga direct attention dapat dipulihkan kembali.

Berdasarkan terminologi yang dijelaskan oleh William James (1892), atensi memiliki dua jenis yaitu voluntary attention dan involuntary attention

(Kaplan & Kaplan, 1989). Voluntary attention atau direct attention adalah atensi yang membutuhkan upaya mental berdasarkan proses kognitif top-down

yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga berpotensi mengalami kelelahan mental.

Kelelahan mental atau Direct Attention Fatigue (DAF) merupakan gejala neurologis atau kelelahan mental yang menyerang sistem otak eksekutif sentral dan disebabkan oleh intensitas bekerja yang tinggi dan berkepanjangan. DAF memiliki dampak yang serius bagi kualitas hidup seseorang karena jika seseorang mengalami DAF, hal tersebut dapat menurunkan performa, konsentrasi, kurang memiliki kesabaran, mudah


(57)

mengambil keputusan tanpa memikirkan resiko, berperilaku kasar, dan mudah marah.

Menurut definisinya, dewasa awal adalah seseorang yang berada pada tahap transisional antara masa remaja akhir hingga pertengahan usia dua puluhan dan mulai terbentuknya hubungan neuron, sinapsis, dan dendrite

baru. Selain itu, seseorang pada tahap dewasa awal adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk membuat pilihan atas pendidikan dan karirnya untuk mengejar target seperti karir dan keluarganya.

Kemampuan seseorang yang berada pada tahap dewasa awal dilihat dari perkembangan otak yang optimal dan kemampuan kognitif seperti kemampuan dalam membuat pilihan dan memiliki target dalam kehidupannya, membuat seseorang dapat memiliki performa yang baik dalam mengerjakan tugas atau bekerja. Namun, kemampuan tersebut juga dibarengi dengan tuntutan target dan tugas yang cukup tinggi membuat seseorang memiliki kecenderungan untuk mengalami DAF.

Rachel Kaplan dan Stephan Kaplan memanfaatkan lingkungan alam sebagai stimulus untuk memunculkan involuntary attention seseorang yang dapat memberikan efek pemulihan dari kelelahan mental atau DAF.

Involuntary attention adalah stimulus yang mampu memunculkan atensi dan digunakan sebagai media untuk pemulihan dari kelelahan mental karena

involuntary attention tidak membutuhkan upaya mental serta berhubungan erat dengan sesuatu yang menarik dan mempesona (fascination).


(58)

Attention Restoration Theory (ART) membuat empat komponen tentang gambaran suatu lingkungan yang dapat memberikan efek pemulihan Direct Attention Fatigue (DAF). Empat komponen itu adalah menjauh (being away), Luas (extent), Mempesona (fascination), Kesesuaian (compatibility).

Being away sering dikaitkan dengan istilah “melarikan diri”. Lingkungan yang memulihkan adalah lingkungan yang sering digunakan pada orang-orang yang ingin beristirahat dari tugas dan pekerjaannya. Pada komponen extent

Lingkungan yang memberikan efek memulihkan adalah lingkungan yang melibatkan bentuk dari sesuatu yang sifatya luas dalam baik dalam hal waktu dan tempat misalnya, seseorang dapat menghabiskan waktu dan dapat menjelajahi tempat tersebut. Extent juga diartikan sebagai suatu hal yang bersifat geografis namun, juga interaksi sosial yang terjadi di lingkungan tersebut. Komponen fascination merupakan komponen utama untuk mengistirahatkan direct attention akibat kelelahan mental. Dalam menciptakan lingkungan yang memberikan efek melegakan, dikatakan sebagai daya tarik “lembut”. Misalnya sinar matahari, awan, butiran salju, dan gerakan daun yang tertiup angin. Compatibility adalah kesesuaian tujuan seseorang dengan manfaat yang diberikan oleh lingkungan alam. Adanya kesesuaian membuat seseorang tidak memerlukan usaha dalam memproses informasi sehingga mampu memberikan efek yang dapat memulihkan.

Dari keempat komponen tersebut, lingkungan alam seperti vegetasi merupakan lingkungan yang dapat menjadi stimulus involuntary attention


(59)

yang penting untuk mempersepsikan lingkungan alam atau vegetasi (Kaplan & Kaplan, 1989).

Stimulus involuntary attention pada penelitian ini akan menggunakan video lanskap vegetasi, sedangkan video lanskap urban sebagai pembanding. Berdasarkan definisinya video lanskap vegetasi merupakan serangkaian gambar tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang sebagai kumpulan beberapa jenis tumbuhan yang memiliki ciri khas tertentu sesuai dengan komposisi floristiknya dan ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar pada layar seakan-akan terlihat hidup. Media video lanskap vegetasi ini akan memunculkan involuntary attention seseorang yang dapat memulihkan diri dari DAF sehingga direct attention meningkat.

Video lanskap urban memiliki perbedaan dalam definisi maupun pengaruhnya terhadap direct attention seseorang. Definisi video lanskap urban adalah serangkaian gambar tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang sebagai hasil interaksi antara faktor alam atau manusia dan melatar belakangi aktivitas seseorang dengan lingkungan alam dan kegiatan manusia. Tata ruang tersebut berisi sejumlah besar manusia dengan aktivitas yang membutuhkan mobilitas sehingga berpotensi memunculkan stres dan afek negatif bagi seseorang. Gambar tersebut ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar terlihat seakan-akan hidup. Media video lanskap urban ini kurang memiliki pengaruh terhadap munculnya involuntary attention

seseorang. Hal tersebut disebabkan oleh tidak terpenuhinya keempat komponen lingkungan yang memberikan efek melegakan sehingga membuat


(60)

seseorang yang berpotensi mengalami kelelahan mental atau DAF akan semakin mengalami penurunan performa direct attention.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti mengamati bahwa kebanyakan mahasiswa mengerjakan tugas menggunakan media elektronik komputer atau laptop. Selain itu, aktivitas mengerjakan tugas menggunakan komputer atau laptop memiliki proporsi yang cukup tinggi. Berdasarkan usia mahasiswa masuk ke dalam kategori dewasa awal.

Maka penggunaan video lanskap vegetasi mampu membantu mahasiswa untuk memulihkan direct attention akibat memiliki kecenderungan mengalami DAF saat melakukan kegiatan dengan proses kognitif yang membutuhkan upaya mental.

Video lanskap vegetasi dan video lanskap urban akan diputar saat micro-break. Hal ini didasarkan atas pemanfaatan waktu istirahat yang singkat kurang lebih lima menit selama mengerjakan serangkaian tugas. Dari beberapa tipe micro-break, penelitian ini akan menggunakan tipe relaksasi dalam upaya memunculkan stimulus involuntary attention dengan media video. Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan, relaksasi meliputi kegiatan fisik sekaligus psikologis yang digunakan untuk menenangkan pikiran. Hal ini sesuai dengan tujuan dari munculnya stimulus involuntary attention sebagai unsur yang memberikan efek pemulihan dari kelelahan mental.


(61)

F. Skema Penelitian

Skema 2.Skema penelitian tentang Efektivitas pemaparan Video Lanskap Vegetasi sebagai stimulus Involuntary Attention dan video lanskap urbanterhadap tingkat Direct Attention pada Mahasiswa.

G. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah video lanskap vegetasi dapat membantu peningkatan direct attention pada mahasiswa dibandingkan dengan video lanskap urban. Video Lanskap Vegetasi VideoLanskap Urban Direct Attention meningkat Kecenderungan mengalami Kelelahan mental (Directed

Attention Fatigue) pada Mahasiswa Penurunan sumber daya mental mental Direct Attention menurun

Saat

micro-break

Direct Attention

(Voluntary Attention ) pada Mahasiswa

Involuntary Attention dengan 4

komponen lingkungan dalam


(62)

39 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Penelitian eksperimen meneliti hubungan kausal atau hubungan sebab-akibat antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2005). Tipe eksperimen ini menggunakan tipe eksperimen laboratorium yaitu dengan cara mengasingkan penelitian dari kehidupan sehari-hari dengan memanipulasi satu atau lebih perlakuan terhadap variabel bebas dan dalam kondisi yang sudah ditetapkan (Kerlinger, 2006).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah whithin-subject design atau

whithin-participant. Penelitian ini menggunakan desain antar kelompok karena adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, pengaruh ini dapat diketahui dari perbedaan skor variabel tergantung antar kelompok subjek yang diberikan perlakuan berbeda serta memperhatikan adanya perubahan setelah melakukan manipulasi (Seniati dkk., 2005). Teknik kontrol terhadap variabel dalam penelitian ini adalah random assignment.

Teknik random assignment ini digunakan untuk memasukkan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test dan post-test control group


(63)

design. Desain ini akan membantu penelitian ini untuk melihat pengaruh sebelum ada manipulasi dan setelah ada manipulasi. Manipulasi yang diberikan akan berbeda antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tabel 1.

Desain Eksperimen Efektifitas Pemaparan Involuntary Attention terhadap Tingkat Atensi pada Mahasiswa

Pre-test Perlakuan Post-test Kelompok Kontrol Skor Attention Network Test (ANT) Tanpa Video Skor Attention Network Test (ANT) Kelompok Eksperimen Skor Attention Network Test (ANT) Video Lanskap Urban Skor Attention Network Test

(ANT) Perceived Restorativeness Scale (PRS) Skor Attention Network Test (ANT) Video Lanskap Vegetasi Skor Attention Network Test (ANT)

C. Variabel Penelitian

Penelitian eksperimen ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian eksperimen berkaitan dengan variasi dan manipulasi yang akan mengakibatkan perbedaan pada variabel terikat. Penelitian eksperimen ini juga mengupayakan kontrol. Berikut akan dijelaskan mengenai variabel bebas, variabel terikat, dan upaya kontrol yang dilakukan dalam penelitian eksperimen ini.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Maka variabel bebas sering juga disebut sebagai


(64)

memiliki variasi dalam penelitian eksperimen (Seniati dkk., 2005). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah involuntary attention berupa video lanskap vegetasi. Manipulasi dalam penelitian ini menggunakan manipulasi kondisi. Subjek akan diberikan variasi yang berbeda pada variabel bebas (Seniati dkk., 2005). Manipulasi yang akan dilakukan pada kelompok eksperimen yaitu kelompok video lanskap vegetasi dan kelompok video lanskap urban. Pada kelompok kontrol tidak diberikan manipulasi.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan respon subjek yang diukur sebagai suatu akibat yang timbul dari manipulasi variabel bebas (Seniati dkk., 2005). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah atensi yang akan diukur menggunkan Attention Network Test (ANT).

3. Upaya Kontrol

Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti melakukan upaya kontrol untuk memperjelas hubungan sebab akibat dari varibel bebas dan variabel terikat. Selain menggunakan teknik kontrol random assignment, peneliti juga menggunakan teknik konstansi.

Teknik konstansi juga disebut sebagai teknik balancing (McGuigan dalam Seniati dkk., 2005). Teknik konstansi dilakukan untuk menyetarakan kondisi penelitian dan konstansi terhadap karakteristik subjek.


(65)

Peneliti mengatur suhu ruangan, cahaya dan tingkat kebisingan pada laboratorium yang akan digunakan. Selain itu, peneliti mengatur tingkat kecerahan dan intensitas warna pada komputer yang hendak digunakan. Tingkat kecerahan dan intensitas warna diatur pada angka 50 % atau dalam keadaan standar. Upaya kontrol terhadap kondisi ruangan dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa atensi seseorang dapat memproses sejumlah informasi yang ditangkap oleh panca indra. Video juga diputar dengan menggunakan aplikasi pemutar video yang sama, yaitu MPC-HC. Maka peneliti mengupayakan kondisi ruangan yang digunakan relatif sama. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mewujudkan kondisi penelitian yang konstan.

Upaya kontrol lain yang dilakukan oleh peneliti adalah terkait karakteristik subjek. Dalam penelitian ini, karakter subjek adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi atensi, diantaranya usia, lingkungan, dan gangguan pada otak. Pada penelitian ini, peneliti mengontrol usia subjek penelitian yaitu pada usia 18-25 tahun. Kemudian lingkungan yang terdiri dari dua jenis lingkungan yaitu, lingkungan alam dan perkotaan. Terakhir adalah gangguan pada otak. Dalam penelitian ini, peneliti memilih subjek penelitian dengan kategori normal.


(66)

D. Definisi Operasional 1. Atensi

Atensi merupakan kemampuan mahasiswa dalam mengelola sumber daya mental yang terbatas untuk memproses sejumlah informasi yang ditangkap oleh panca indra dan diolah oleh proses-proses kognitif lainnya. Atensi akan diukur menggunakan alat ukur Attention Network Test (ANT) yang mengukur alerting, orienting, dan executive control atau conflict effect. Ketiga fungsi yang diukur menghasilkan data berupa waktu reaksi atau time reaction dalam satuan milidetik.

2. Involuntary Attention

Involuntary Attention merupakan kemampuan mahasiswa dalam merespon stimulus yang dapat memunculkan atensi dimana atensi tersebut tidak membutuhkan upaya mental dan stimulusnya berhubungan erat dengan sesuatu yang menarik dan mempesona. Stimulus involuntary attention dalam penelitian ini berupa video lanskap vegetasi, yang ditinjau dari empat komponen yang memberikan efek memulihkan yaitu being away, fascination, coherence (extent), dan compatibility. Selain itu, peneliti juga menyiapkan video lanskap urban sebagai pembanding.

Video lanskap vegetasi akan diperoleh melalui media sosial Youtube

(terlampir) sedangkan video lanskap urban, peneliti akan merekam kawasan kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Masing-masing video memiliki durasi selama lima menit dan memiliki kualitas High Definition (HD). Video akan diputar pada masing-masing komputer


(67)

menggunakan aplikasi MPC-HC. Terdapat masing-masing tiga video lanskap vegetasi dan tiga video lanskap urban yang akan diseleksi menggunakan Perceived Restoraviness Scale (PRS). Dari enam video tersebut akan dipilih satu video lanskap vegetasi dan satu video lanskap urban yang akan digunakan sebagai manipulasi dalam penelitian eksperimen ini. Seleksi tersebut berdasarkan skor PRS paling tinggi dan skor PRS paling rendah (Pasini dkk., 2014).

E. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sampel yang dianggap dapat mewakili bagian dari suatu populasi (Kerlinger, 2006). Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang tergolong dalam kategori dewasa awal, yaitu berusia 18-25 tahun.

Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dipilih dan dibagi secara acak menjadi tiga kelompok, yaitu dua kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Jenis sampel dalam penelitian ini adalah sampel probabilitas. Sampel probabilitas menggunakan sampling acak (Kerlinger, 2006). Sampling acak adalah metode penarikan sebagian atau seluruh dari sebuah populasi sehingga setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih (Kerlinger, 2006).

F. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini bekerja sama dengan pihak Laboratorium Fakultas Teknik Informatika sebagai tempat dilaksanakannya penelitian eksperimen. Subjek


(68)

penelitian merupakan mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang sedang mengikuti perkulihan semester satu, tiga, lima, atau tujuh. Oleh karena itu, peneliti akan menyesuaikan antara waktu perkuliahan dengan waktu dilaksanakannya eksperimen.

1. Alat dan Bahan Penelitian a. Informed consent

b. Komputer c. Speaker

d. Video Lanksap Vegetasi dan Video Lanskap Urban e. Skala PRS

f. Ballpoint

g. Kertas HVS ukuran A4 yang berisi instruksi dan tabel isian skor ANT h. Skala Perceived Restorativeness Scale (PRS)

i. Daftar hadir

2. Prosedur Persiapan Penelitian

a. Peneliti memilih subjek penelitian dengan cara random sampling. b. Peneliti mempersiapkan alat ukur Attention Network Test (ANT) pada

komputer yang hendak digunakan.

c. Peneliti membagikan video lanskap vegetasi dan video lanskap urban yang telah diseleksi menggunakan Perceived Restorativeness Scale


(69)

3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

a. Subjek mengisi daftar hadir dan mengambil nomor undian yang telah disediakan sebelum memasuki ruangan.

b. Peneliti membagi subjek ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara random. Pada setiap komputer akan ditempel sebuah nomor yang menandakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

c. Peneliti memberikan instruksi untuk mengisi inform consent kepada subjek setelah ia berada ditempat duduk sesuai dengan nomor undian. d. Sebelum melakukan eksperimen, peneliti melakukan rapport kepada

subjek kemudian memberikan instruksi pengerjaan ANT. Peneliti tidak memberitahu tujuan penelitian diawal penelitian kepada subjek, agar subjek tidak memberikan respon yang dibuat-buat saat manipulasi dilakukan.

e. Attention Network Test (ANT) akan dilaksanakan selama kurang lebih 20 menit tahap pre-test dan post-test. Kemudian subjek diberikan waktu beristirahat selama satu menit. Setelah satu menit berlalu, peneliti memberikan instruksi untuk memutar video yang telah disiapkan selama lima menit dan kembali memberikan instruksi untuk mengerjakan ANT. Pada kelompok kontrol saat jeda mengerjakan ANT, peneliti memberikan instruksi untuk beristirahat selama lima menit namun tetap di dalam ruangan dan tidak melakukan aktivitasapapun.


(70)

f. Setelah subjek selesai mengerjakan ANT, subjek diberikan instruksi untuk mengisi tabel hasil ANT yang sudah didapatkan. Proses yang sama akan dilakukan pada saat post-test dilakukan.

g. Pada akhir eksperimen, kelompok eksperimen diminta untuk mengisi

Perceived Restorativeness Scale (PRS).

h. Pada akhir penelitian, peneliti akan memberitahu tujuan penelitian dan memberikan ucapan terima kasih atas partisipasi dari subjek.

i. Pelaksanaan penelitian akan berjalan dengan waktu yang bersamaan dengan suhu yang sama.

4. Tim Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini akan didukung oleh tim penelitian agar dapat berjalan dengan baik. Tim penelitian ini terdiri dari satu orang peneliti dan dua orang asisten peneliti. Peneliti akan memberikan rapport, instruksi, dan menutup aktivitas penelitian. Kemudian dua orang asisten bertugas untuk mengawasi dan mengobservasi selama kegiatan penelitian berlangsung. Dua orang asisten peneliti terdiri dari satu mahasiswa Fakultas Teknik Informatika dan satu orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

G. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan dua alat ukur untuk pengambilan data. Alat ukur yang pertama adalah Perceived Restorativeness Scale (PRS) yang akan digunakan untuk yang akan digunakan untuk mengukur persepsi


(1)

LAMPIRAN 10

Deskripsi Data Penelitian

VEGETASI

PRE-TEST

Inisial Alerting Orienting

Conflict

Mean RT for

Correct Trial

Mean

Accuracy

CY 42 36 133 577 99

TE 57 44 139 593 93

RI 28 47 131 484 97

IN 13 32 117 592 99

YU 69 42 123 592 97

AM 109 100 146 585 99

AG 65 25 132 601 100

DO 50 54 132 556 98

KE 26 48 136 641 99

CL 34 36 153 581 98

VA 57 2 103 608 98

NP 78 64 103 520 98

GA 60 63 69 583 97

YA 18 70 125 454 99

LI 23 57 64 562 97

NI 57 37 106 482 97

KA 47 61 137 487 98

TH 39 21 104 573 99

JO 50 93 131 540 100

AN 62 22 137 594 98

MA 93 69 90 521 98


(2)

VEGETASI

POST-TEST

Skor

Total

PRS

Alerting Orienting Conflict

Mean RT for

Correct Trial

Mean

Accuracy

31 54 108 585 100

54

58 57 130 600 98

51

55 30 142 578 98

47

1 33 68 574 99

45

57 46 115 586 96

57

46 46 128 564 99

43

32 44 122 655 99

45

55 73 109 577 99

56

45 57 119 633 98

54

21 28 126 626 98

53

61 26 81 641 99

47

79 57 122 542 98

58

27 42 82 597 98

46

16 70 97 483 98

44

3 52 64 597 98

51

29 5 78 467 98

43

40 33 128 507 98

51

7 23 89 595 99

44

54 44 86 554 99

53

11 3 136 656 98

52

36 69 99 542 99

52

36.38095 42.47619 106.1429 579 98.38095

49.8095

URBAN

PRE-TEST

Inisial Alerting Orienting Conflict

Mean RT for Correct

Trial

Mean

Accuracy

ST 51 37 160 547 97

YU 40 37 78 561 100

ZE 27 7 101 524 99

PU 54 53 96 576 98

CH 33 26 182 557 100

NP 39 94 116 614 96


(3)

RE 65 46 71 575 97

YO 11 60 109 519 99

BT 42 2 194 534 97

MA 73 40 76 570 99

DE 34 27 183 592 98

IL 41 19 98 612 98

RID 27 26 109 465 97

EL 50 38 92 555 97

AUR 88 34 88 575 98

NE 15 73 94 574 97

PRA 111 85 111 571 99

NUG 22 67 85 664 77

RYA 14 43 75 630 99

NON 57 45 110 630 100

rata-rata

44.57143 42 114.4286 575.5238 97.19048

URBAN

POST-TEST

Skor Total

PRS

Alerting Orienting Conflict

Mean RT for

Correct Trial

Mean

Accuracy

75 31 117 530 99

37

54 31 78 530 100

43

46 33 113 508 100

36

57 54 164 530 98

43

18 39 228 679 100

42

44 75 126 698 100

42

10 31 124 579 99

57

60 41 99 612 99

40

74 86 75 570 99

41

57 26 130 543 98

42

49 31 101 553 99

42

30 51 128 551 100

37

44 26 64 613 98

41

51 36 97 445 96

42

68 59 82 518 98

52

36 28 93 553 99

40

10 70 79 520 99

46


(4)

65 62 66 594 96

47

70 37 97 601 99

48

68 28 136 571 99

40

49.38095 43.7619 112 564 98.71429

43.1429

KONTROL

PRE-TEST

Inisial Alerting Orienting Conflict

Mean RT for

Correct Trial

Mean

Accuracy

PRI

47 46 97 545 99

YU

78 23 101 604 100

LE

12 47 80 446 99

ALD

34 28 130 500 96

WDY

28 54 80 538 99

MAR

60 60 103 507 91

PRA

73 74 91 557 99

ELA

64 57 124 597 99

DS

59 62 121 554 100

VIT

36 38 95 485 94

INA

72 47 130 549 99

YOK

18 47 91 751 98

KA

54 38 95 707 99

TA

49 51 138 562 97

ST

80 57 113 611 99

YO

60 12 83 623 96

BY

62 51 92 590 100

GA

41 49 123 683 99

NP

28 49 160 504 96

MO

52 60 134 569 97

ERA

49 41 159 588 97


(5)

KONTROL

POST-TEST

Alerting Orienting

Conflict

Mean RT for

Correct Trial

Mean Accuracy

70 68 69 517 100

94 63 120 557 99

49 34 56 416 98

34 33 109 476 98

41 68 74 535 100

57 67 113 515 94

56 52 85 530 99

28 36 73 603 100

67 38 97 651 100

46 39 79 491 95

88 75 193 536 99

47 18 58 649 99

38 41 127 688 100

26 57 99 538 98

67 41 124 547 99

21 26 68 569 100

49 59 105 618 100

41 39 111 640 99

24 42 130 577 96

34 70 132 559 99

70 28 134 558 97


(6)

LAMPIRAN 11

Daftar Alamat Video yang diunduh melalui

Youtube

Beautiful Nature Video & Relaxing Music

Echoes of the Forest (HD)

https://www.youtube.com/watch?v=mZb_gat5YCY

“Timeline” Musical & Visual Nature Expe

rience HD Relaxation Video

1080p

https://www.youtube.com/watch?v=gpm7lJoiZr8&t=4s

Beautiful Nature Video & Relaxing Music

Flower (HD)

https://www.youtube.com/watch?v=3zDMsoEj_gU

Skyline trail, Mt. Rainer 20140809 1080p HD

https://www.youtube.com/watch?v=AhSSWZ0dKQc&t=8s

From the album „A walk in the Rainforest‟ –

Beautiful nature sounds

https://www.youtube.com/watch?v=wlB-RsJoOkY&t=1s

The sounds of spring

bird songs

https://www.youtube.com/watch?v=NU9RO_v52e4