Pengalaman psikospiritual healing melalui dance pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta.

(1)

vi

PENGALAMAN PSIKOSPIRITUAL HEALING MELALUI DANCE PADA NARAPIDANA WANITA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

WIROGUNAN YOGYKARTA Limijatin

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman psikospiritual healing melalui dance pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengalaman psikospiritual healing melalui dance/movement pada narapidana wanita. Penelitian ini memakai metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan dari penelitian ini sebanyak dua orang. Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur setelah setiap kali diadakan terapi dance .Terapi dance diadakan sebanyak lima kali. Validasi data dilakukan melalui participant validation. Hasil dari penelitian ini yaitu informan mengalami satu pengalaman psikospiritual healing dari sembilan psikospiritual healing yang ada.


(2)

vii

PSYCHOSPIRITUAL HEALING EXPERIENCE THROUGH DANCE TOWARD WOMEN PRISONER IN LEMBAGA PEMASYARAKATAN

WIROGUNAN YOGYAKARTA

Limijatin

ABSTRACT

This research is aimed to find out the psychospiritual healing through dance towards women prisoner in Lembaga Permasyarakatan Wirogunan Yogyakarta. The research question is how are the experiences of psychospiritual healing through dance towards women prisoner. The research used qualitative method with phenomenology approach. There are two people as the informan of the research. Data gathering process was done through semi-structured interview after doing dance therapy. Dance therapy was done for five times. Data validation was done through participant validation. The result of this research is the research informan undergoes one experience of pychospiritual healing of nine psychospiritual healing.


(3)

PENGALAMAN PSIKOSPIRITUAL HEALING MELALUI

DANCE PADA NARAPIDANA WANITA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN WIROGUNAN YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Limijatin 109114156

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

INSPIRATIONAL WORDS

Engkau berharga di mata-KU dan mulia

Dan Aku mengasihi engkau

(Yesaya 43:4a)

To contemplate, live and annonuce God’s

love

(SS.CC Mission)

My Vocation is love

(St Theresia Liseux)

To dance is human and humanity almost universally

expresses itself in dance


(7)

(8)

vi

PENGALAMAN PSIKOSPIRITUAL HEALING MELALUI DANCE PADA NARAPIDANA WANITA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

WIROGUNAN YOGYKARTA Limijatin

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman psikospiritual healing melalui dance pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengalaman psikospiritual healing melalui dance/movement pada narapidana wanita. Penelitian ini memakai metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan dari penelitian ini sebanyak dua orang. Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi terstruktur setelah setiap kali diadakan terapi dance .Terapi dance diadakan sebanyak lima kali. Validasi data dilakukan melalui participant validation. Hasil dari penelitian ini yaitu informan mengalami satu pengalaman psikospiritual healing dari sembilan psikospiritual healing yang ada.


(9)

vii

PSYCHOSPIRITUAL HEALING EXPERIENCE THROUGH DANCE TOWARD WOMEN PRISONER IN LEMBAGA PEMASYARAKATAN

WIROGUNAN YOGYAKARTA

Limijatin

ABSTRACT

This research is aimed to find out the psychospiritual healing through dance towards women prisoner in Lembaga Permasyarakatan Wirogunan Yogyakarta. The research question is how are the experiences of psychospiritual healing through dance towards women prisoner. The research used qualitative method with phenomenology approach. There are two people as the informan of the research. Data gathering process was done through semi-structured interview after doing dance therapy. Dance therapy was done for five times. Data validation was done through participant validation. The result of this research is the research informan undergoes one experience of pychospiritual healing of nine psychospiritual healing.


(10)

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan pada Tuhan Yesus yang telah menyatakan kasihNya pada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. KasihNya sungguh nyata penulis alami dengan berbagai cara melalui :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, serta Ibu Ratri Sunar A., M.Si sebagai Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Para dosen pembimbing akademik selama penulis menuntut ilmu yaitu Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si .(2010-2011) , Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum M.App .(2011-2012) Psych serta Ibu Dra.L. Pratidarmanastiti, MS. (2012-2014)

3. Ibu Dr Tjipto Susana,M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi peneliti.

4. Para dosen dan segenap staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma . 5. Sr Scholastica Ratna,SS.CC selaku pimpinan Kongregasi Suster Hati Kudus

Yesus dan Maria (SS.CC) dan seluruh anggota komunitas suster SS.CC 6. Seluruh anggota komunitas Romo dan frater SS.CC di Yogyakarta khususnya

Romo Pankras, SS.CC.

7. Yuni, selaku fasilitator dance, Widyastuti, Sr Irene dan Sr Wina, FCJ. 8. Teman-teman Psikologi angkatan 2010, khususnya kelas D.

9. Teman-teman seperjuangan “garap skripsi harus semangat”. 10.Sheila Ardistia, Novia Wayangkau dan Fiona Damanik, S.Psi. 11.Orangtua dan anggota keluarga peneliti .


(12)

x

12.Berbagai pihak yang telah memberikan iijin pada penulis untuk melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta (Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda DIY,Dinas Perijinan Kota Yogyakarta, Kanwil Kementrian Hukum dan HAM DIY, Kalapas Kelas IIA Wirogunan DIY).

13.Para petugas Lapas Wirogunan khususnya Ibu Kadi dan Ibu Asih 14.AYS dan LN selaku informan dalam penelitian ini.

15.Semua pihak yang yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu persatu. Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti terbuka terhadap kritik, saran dan masukan dari pembaca demi kemajuan peneliti di waktu yang akan datang. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.


(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN INSPIRATIONAL WORDS ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8


(14)

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengalaman Psikospiritual Healing ... 9

2.2 Dance ... 13

2.2.1 Definisi Dance ... 13

2.2.2 Dance sebagai terapi ... 14

2.2.3 Teori Dance ... 15

2.2.4 Langkah-langkah dalam Dance ... 18

2.2.5 Emosi yang menjadi fokus dalam Dance ... 23

2.3 Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 23

2.4 Stres ... 24

2.4.1 Definisi, efek dan reaksi stres ... 24

2.4.2 Penanganan Stres ... 26

2.5Pengaruh Dance terhadap Stres ... 29

2.6 Definisi Narapidana ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1Jenis Penelitian ... 34

3.2Fokus Penelitian ... 34

3.3Informan Penelitian ... 35

3.4Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5Prosedur Penelitian... 37

3.6Metode Analisis Data ... 38

3.7 Realibilitas Penelitian... 39


(15)

xiii

4.1Proses Penelitian ... 40

4.1.1 Perijinan Penelitian ... 40

4.1.2 Persiapan Penelitian ... 40

4.1.3 Pelaksanaan Penelitian ... 40

4.2 Profil Informan ... 41

4.2.1 Data Diri dan Latar Belakang Informan 1 ... 41

4.2.2 Data Diri dan Latar Belakang Informan 2 ... 43

4.3 Hasil Penelitian ... 46

4.3.1 Informan 1 ... 46

4.3.1.1 Efek positif non psikospiritual ... 46

4.3.1.2 Efek psikospiritual ... 53

4.3.1.3 Dance menstimulasi emosi yang sesuai dengan tujuan terapi 55

4.3.1.4 Efek Musik ... 60

4.3.1.4 Hal-hal yang menghambat proses terapi ... 61

4.3.1.5 Hal-hal yang mendukung proses terapi ... 63

4.3.2 Struktur makna pengalaman psikospiritual healing melalui dance 63

4.3.3 Informan 2 ... 64

4.3.3.1 Efek positif non psikospiritual ... 64

4.3.3.2 Efek psikospiritual ... 67

4.3.3.3 Dance menstimulasi emosi yang sesuai dengan tujuan terapi . 70

4.3.3.4 Efek Musik ... 77

4.3.3.5 Hal-hal yang menghambat proses terapi ... 78


(16)

xiv

4.3.4 Struktur makna pengalaman psikospiritual healing melalui dance 83

4.4 Pembahasan ... 84

4.4.1 Efek positif non psikospiritual ... 90

4.4.2 Efek Psikospritual ... 94

4.4.3 Dance menstimulasi emosi yang sesuai dengan tujuan terapi ... 95

4.4.4 Efek Musik ... 97

4.4.5 Hal-hal yang menghambat proses terapi ... 98

4.4.6 Hal-hal yang mendukung proses terapi ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1Kesimpulan ... 101

5.2Keterbatasan Peneliti ... 101

5.3Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Langkah-langkah dalam dance ... 21

Tabel 2 Panduan Pertanyaan ... 36

Tabel 3 Pelaksanaan wawancara ... 41


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar informasi kepada calon informan ... 107

Lampiran 2 Surat Persetujuan Penelitian ... 110

Lampiran 3 Verbatim Informan 1 ... 114

Lampiran 4 Verbatim Informan 2 ... 146


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Psikologi dan spiritualitas adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Psychology sendiri berasal dari bahasa Yunani, psyche dan logos. Psyche artinya soul dan logos artinya study, yang secara literal berarti ilmu kejiwaan. Soul dalam kamus Webster berarti spiritual part of a person. Oleh karena itu, secara natural psikologi adalah studi spiritualitas manusia, akan tetapi dalam perkembangannya, kebanyakan psikolog menolak studi spiritualitas sebagai bagian dari manusia dan memilih untuk fokus pada perilaku manusia dan pikiran. Akan tetapi ada psikolog-psikolog lain yang menyatakan bahwa spiritualitas adalah bagian esensial dari wellbeing manusia ( Hall, James, & Jung dalam Bernstein & Nash, 2008 ).

Riset dari dua abad yang lalu telah memperlihatkan bahwa spiritualitas dan praktek religius seperti berdoa, meditasi, yoga, retret dll , dapat membantu manusia mengintegrasikan tubuh, pikiran dan roh, selain itu juga menyebabkan keuntungan secara psikologis dan fisik (Gold, 2010 ). Hal ini terlihat pada kaum religius adventis yang memiliki angka kematian semakin rendah dari penyakit kardiovaskular (Fonnebo dalam Gold, 2010 ). Hal-hal positif lainnya adalah dapat mengurangi dampak stres melalui kemampuan koping (Hill dkk, 2010 ). Penelitian-penelitian di atas menunjukan efek spiritualitas terhadap kesehatan jiwa seseorang. Meskipun psikologi adalah ilmu yang mempelajari


(20)

perilaku manusia dan pikiran, akan tetapi berdasarkan penelitian diatas, psikologi tidak dapat dipisahkan dari sisi spiritualitas.

Menurut American Psychological Association (APA) ( dalam Plante , 1999), spiritualitas adalah hal yang penting bagi manusia seperti penyataannya sebagai berikut “ spirituality is a neccesary condition for psychology of human existence and that people are cultural and spiritual being “ . Akan tetapi manusia yang sehat adalah manusia yang seimbang dalam aspek fisik, mental, sosial dan spiritual. World Health Organization (WHO) (dalam Wills, 2007) mendefinisikannya sebagai berikut “health as all embracing including physical, mental, social and spiritual aspect”.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan mental (yang merupakan sisi psikologis manusia) dan spiritualitas adalah dua hal yang saling terkait satu sama lain dan saling mempengaruhi. Ellison ( dalam Baker, 2003) menyatakan bahwa manusia adalah mahkluk psikospiritual dimana spiritualitas adalah kekuatan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh jiwa dan fisik . Ellison menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada kekuatan spiritualitas yang mengintegrasikan atau dorongan/energi yang mempengaruhi semua sistem kehidupan dan kekuatan spiritualitas ini tergantung atau sangat dipengaruhi oleh jiwa dan fisik seseorang. Ketika hidup spiritualitas dikembangkan atau ditingkatkan maka spiritualitas lebih efektif dan berperan dalam menghubungkan dan mendistribusikan semua energi atau kekuatan dalam diri manusia supaya seimbang atau merata, sehingga selanjutnya manusia berkembang secara


(21)

3

maksimal menuju kepenuhan atau menjadi sehat sepenuhnya/utuh atau healing. Jadi psikospiritual healing adalah suatu proses perubahan baik secara fisik dan spiritual yang mengintergrasikan spiritualitas dan psikologi.

Stres yang disebabkan karena hukuman penjara menempati urutan keempat berdasarkan “Life Change Units Scale (LCU)” yaitu suatu alat ukur yang mengukur tingkat stres seseorang terhadap peristiwa tertentu yang dikembangkan oleh Holmes dan Rahe. Stres bagi individu yang menjalani hukuman di penjara dikarenakan adanya tuntutan untuk melakukan penyesuaian tehadap kehidupan di dalam penjara, baik lingkungan fisik seperti ruangan sel dan lingkungan sosial seperti teman sesama napi, para petugas penjara dll (Siswati & Abdurrohim, 2013 ). Hal lainnya adalah kurangnya dukungan sosial, ancaman dan paksaan yang timbul dari lingkungan penjara (Liwarti, 2010 ).

Berdasarkan suatu penelitian, narapidana wanita lebih banyak mengalami ketidaknyamanan dalam hidup di penjara dibandingkan dengan narapidana pria, karena hal-hal tersebut di atas. Mereka juga mengalami tekanan, kecemburuan dan gosip yang diungkapkan secara verbal antar sesama mereka (Giallombardo, 1996). Hal lainnya adalah mereka yang mengalami penahanan di penjara untuk pertama kalinya, pada umumnya mengalami shock dan biasanya tidak dapat berbicara mengenai perasaan dan pikiran mereka waktu itu ( Calgar, Melten, & Ozel, 2005).

Hal-hal tersebut diatas menimbulkan stres pada para narapidana. Stres akan berdampak pada kesehatan mental dan kesehatan mental akan


(22)

mempengaruhi spiritualitas seseorang. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Clear dkk (2000) terhadap para narapidana dalam waktu sepuluh bulan, menyatakan bahwa spiritualitas membantu para narapidana untuk mengatasi stres dan untuk bertahan dalam lingkungan hidup di penjara. Selain itu, berdasarkan penelitiannya pada narapidana wanita ditemukan hubungan yang signifikan antara spiritualitas dan kesehatan mental (Montgomery & Turner, 2013).

Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta, para narapidana hanya melakukan praktek religius saja. Praktek religius yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban- kewajiban ritual dalam agamanya yang mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang dianutnya. Hal tersebut kurang dapat membantu para narapidana untuk dapat mengekspresikan emosi dan perasaan yang tidak nyaman, yang mengakibatkan stres pada diri mereka. Pendekatan yang mungkin paling cocok menurut peneliti untuk mengatasi hal tersebut adalah pendekatan tubuh dan pikiran. Akhir-akhir ini semakin banyak bukti ditemukan bahwa pendekatan ini dapat mengatasi stres dalam kehidupan (O’ Connel, 1985). Sedangkan pendekatan lainnya seperti terapi bicara dirasakan kurang cocok digunakan pada para narapidana pada saat ini.

Terapi bicara (talk therapy) adalah suatu bentuk terapi, dimana individu yang memiliki masalah membicarakan masalahnya dengan teman, sahabat atau terapis. Ada tiga macam bentuk terapi bicara yaitu cognitive therapy, behavioral therapy dan interpersonal therapy


(23)

(www.thehealthcenter.info/talk-5

therapy.htm). Ketiga bentuk terapi tersebut berdasarkan pada teori bahwa masalah emosional merupakan hasil dari perilaku dan cara berpikir yang salah/negatif dan hal tersebut dapat diperbaiki. Terapi ini kurang cocok diterapkan pada para narapidana karena lebih menitik beratkan pada cara berpikir, sedangkan yang mereka alami adalah lebih pada perasaan-perasaan tidak nyaman dan perasaan-perasaan ini sulit untuk diidentifikasi atau diekspresikan dengan istilah-istilah lazim seperti perasaan dikucilkan atau khawatir akan masa depan dll. Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa metode dance mungkin akan lebih sesuai untuk digunakan bagi para narapidana , karena metode ini cocok bagi mereka yang tidak terlalu memberikan respon terhadap terapi bicara .

Dance merupakan sarana penyembuhan dalam budaya primitif karena mereka menyakini bahwa penyakit berasal dari Tuhan dan Tuhanlah penyembuh penyakit. Dance yang digunakan dalam ritual, memiliki peran dalam perkembangan spiritual dan sosial dalam banyak komunitas di dunia terutama dalam budaya afrika. Dance tradisional Afrika berhubungan dengan ritual dan spiritual healing. Bagi orang Afrika, proses fundamental healing terjadi saat individu dapat berkomunikasi dan berhubungan dengan dunia roh. Manusia yang mengalami transformasi spiritual, akan mengalami perubahan tubuh dan jiwa. Transformasi ini mungkin terjadi melalui berbagai macam intervensi seperti doa, puasa, upacara dan tarian.

Dance sebagai intervensi healing untuk mengatasi stres dan penyakit telah digunakan manusia sejak zaman dahulu. Dance sebagai terapi mulai


(24)

berkembang sejak tahun 1940. Terapi dance menggunakan dance sebagai psikoterapi atau sarana healing. Hal ini berdasarkan ide bahwa tubuh dan pikiran tidak terpisahkan. Gerakan tubuh merefleksikan kondisi emosional dan perubahan dalam gerakan dapat merubah jiwa , yang menyebabkan pertumbuhan dan kesehatan. Dance adalah suatu cara yang tidak menakutkan untuk mengkomunikasi sesuatu yang terlalu menyakitkan untuk diungkapkan dengan kata-kata . “Art is a non threatening way to visually communicate that which is toopainful to put into words (Cox & Anderson dalam Pifalo, 2002 ), sehingga mereka yang tidak bisa mengekspresikan perasaannya secara verbal, dapat mengekspresikan perasaan mereka melalui dance ini.

Arti dance disini bukanlah suatu tarian yang teratur dengan langkah-langkah tertentu, melainkan suatu gerakan yang tidak perlu dipelajari, hanya mengikuti interaksi antara tubuh dan musik, jadi siapapun bisa melakukannya dan tubuh individu adalah instrumennya. Dance juga memiliki efek positif pada fisik dan kesehatan mental individu. Secara fisik, dance meningkatkan kekuatan otot, koordinasi, mobilitas dan mengurangi ketegangan otot. Secara emosional, dance yang merupakan bentuk dari terapi, memampukan individu untuk memiliki self awareness, mengurangi stres dan merupakan sarana untuk mengekspresikan emosi dan perasaan.

Sejumlah penelitian di luar Indonesia mengenai dance ini, menunjukkan bahwa dance memberikan dampak psikologis seperti lebih menghargai tubuh, mengekspresikan emosi dan merubah perasaan menjadi lebih positif. Dance juga merupakan suatu dukungan bagi para mereka yang mengalami trauma


(25)

7

karena pelecehan, hubungan yang retak, dan kekerasan dalam komunitas (Leseho & Maxwell, 2009). Selain itu dance memampukan orangtua yang kehilangan anaknya untuk mengekspresikan emosi dan luka psikologis yang mereka derita (Callahan, 2011). Penelitian-penelitian tersebut diatas lebih menekankan dance dari sisi psikologis, akan tetapi penulis belum menemukan penelitian yang membahas dance dari sisi psikospiritual.

Dance adalah jembatan antara pikiran, tubuh dan roh. Pikiran menggerakkan individu melalui tubuhnya untuk dapat mengakses informasi, energi dan emosi yang tersimpan di dalam tubuh dan mengekspresikannya. Ketika individu mengekspresikannya melalui dance, individu tersebut berhubungan dengan rohnya, sehingga pikiran, tubuh dan roh menjadi satu dalam harmoni dan terjadilah transfromasi atau healing dari sisi psikospiritual. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengalaman psikospiritual healing melalui dance pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta . Peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan penelitian kualitatif yang memiliki kelebihan dalam mengeksplorasi, mendeskrispsikan dan mengintepretasikan pengalaman personal dan sosial (Smith, 2008) dengan menggunakan pendekatan fenomenologi.

Pendekatan fenomenologi bertujuan memperoleh intepretasi terhadap pemahaman informan atas fenomena yang tampak dan makna dibalik yang tampak, yang muncul dalam kesadaran informan ( Gunawan, 2013). Pendekatan ini dirasa lebih tepat digunakan karena pendekatan ini bermaksud


(26)

memahami perspektif informan, meskipun pengalaman yang dialami adalah pengalaman yang sama. Melalui dance ini peneliti akan dapat memahami pikiran, perasaan, emosi, dan sensasi yang dialami oleh informan saat melakukan dance dan hal ini tidak dapat dikuantifikasikan.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang mendasari penelitian ini adalah bagaimana pengalaman psikospiritual healing melalui dance pada narapidana wanita?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengeksplorasi secara terperinci pengalaman psikospiritual healing melalui dance pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1.Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan pemikiran dalam ilmu psikologi khususnya bagi dunia kesehatan mental dan psikoterapi mengenai efek terapi dance pada narapidana wanita

1.4.2 Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi di bidang psikoterapi untuk mengembangkan terapi dance sebagai salah satu sarana alternatif terapi untuk menurunkan efek negatif stres pada narapidana wanita.


(27)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengalaman Psikospiritual Healing

Psikospiritual berasal dari gabungan kata psikologi dan spiritual . Konsep dari psikospiritual adalah suatu teritori yang mempertemukan psikologi dan spiritual, dimana dimensi psikologi mempengaruhi pengalaman spiritual dan sebaliknya dimensi spiritual dapat dan saling mempengaruhi psikologi. Pada mulanya psikologi adalah subdisiplin ilmu teologi dan filosofi. Dalam perkembangannya, kebanyakan psikolog menolak studi spiritualitas sebagai bagian dari manusia dan memilih untuk fokus pada perilaku dan pikiran manusia.

Spiritualitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para ahli dan merupakan konsep yang abstrak dan sulit diartikulasikan. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada definisi yang universal mengenai spiritualitas. Berdasarkan dari sisi etimologi, spiritualitas berasal dari bahasa Yunani ; pneuma yang terdapat dalam Kitab suci pada surat rasul Paulus, yang diartikan sebagai wind, breath, life dan spirit. Kata tersebut sinonim dengan ruach yang berasal dari bahasa Ibrani. Sedangkan dalam bahasa Latin; Spiritus berarti breath, courage, life atau vigor. Menurut kamus online Webster spirit berarti

soul, essence,heart,character or core‟.

Psikospiritual sendiri didefinisikan sebagai berikut :” Psychospiritual is defined as a wide range of therapeutic systems which embrace a spiritual


(28)

dimension of the human being as fundamental to psychic health and full human development and which utilized both psychological and spiritual method (such as meditation, yoga, dreamwork, breath work) in a holistic, integrated approach to healing and inner growth.” (Greg dalam Friedman& Hartelius, 2013). James (1902/1997) dalam “The Varieties of religious experience “ menyatakan bahwa psikospiritual adalah suatu fenomena pengalaman yang meliputi transformasi dalam diri seseorang , yang memiliki potensi untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.

Healing, berasal dari bahasa Yunani, holos,” yang artinya whole atau utuh . Healing bukan berarti mengobati akan tetapi healing adalah suatu proses yang terdiri dari suatu perubahan baik besar ataupun kecil. Healing juga bisa berarti suatu cara pandang baru seseorang dalam menghadapi masalahnya (Leveton, 2010). Healing berarti penyembuhan fisik, spiritual atau keduanya. Bagi beberapa orang, healing bukan hanya termasuk penyembuhan secara fisik akan tetapi memperbaiki kerusakan dalam diri sendiri dan dalam relasi, serta perkembangan diri. Tujuan healing adalah keseimbangan pada keempat dimensi manusia yaitu fisik, emosional, mental, spiritual . Secara fisik, healing menyebabkan individu untuk berada pada saat ini, secara emosional, healing menyebabkan individu untuk mengekspresikan emosi, melepaskan ketegangan dan stres. Sedangkan secara mental, healing menyebabkan individu untuk mengorganisasikan dan menghasilkan perspektif dan secara spiritual, healing mengakibatkan individu untuk berhubungan kembali dengan roh.


(29)

11

Oleh karena itu berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa psikospiritual healing adalah suatu proses perubahan melalui sistem teraputik yang menggunakan metode psikologi dan spiritual ( seperti meditasi, yoga, analisis mimpi, tarian dll), dimana dimensi spiritual merupakan hal fundamental bagi perkembangan individu, sehingga terjadi healing atau pertumbuhan.

Tarian sufi adalah contoh dari psikospiritual healing. Tarian Sufi yang dipopulerkan oleh Jaluddin Rumi adalah bentuk meditasi aktif secara fisik sebagai bentuk zikir (mengingat Allah). Tarian ini berawal dari kesedihan Rumi yang disebabkan oleh meninggalnya Syamsuddin Tabriz, sang guru. Rumi mengekspresikan perasaan sedihnya melalui tarian yang berputar. Saat berputar Rumi menanggalkan emosinya serta semua rasa dunia. Hanya satu yang dirasakannya yaitu kerinduan dan kecintaan yang sangat besar pada sang pencipta.

Tarian sufi yang berputar-putar merupakan bentuk menyatukan diri dengan sang pecipta, karena ketika menari seperti itu, penari mengalami ekstase. Ekstase bagi kalangan para sufi, dipahami sebagai tingkat pencapaian perasaan penyatuan dengan Tuhan. Dalam berputar, penari tidak memiliki patokan berapa lama dan berapa cepat putarannya, tetapi penari dituntut terus berputar hingga ia kehilangan emosi dan menyerahkan diri sepenuhnya pada Yang Mahakuasa.


(30)

Pengalaman dari psikospiritual healing meliputi:

a) Otentisitas yaitu hidup secara harmoni dengan apa yang diyakini dan konsisten dalam pikiran, perkataan, perasaan dan perbuatan.

b) Tidak melekat pada masa lalu yaitu bebas dari emosi-emosi negatif di masa lalu terutama rasa bersalah dan sakit hati.

c) Menghadapi ketakutan yaitu tidak menyembunyikan rasa takut serta memiliki keberanian untuk menghadapinya sehingga akan mengurangi rasa kawatir dan meningkatkan rasa damai.

d) Insight yaitu pengertian yang muncul tiba-tiba akan suatu hal

e) Memaafkan yaitu ketika kita memahami diri sendiri dan orang lain secara lebih baik, maka kita belajar untuk memaafkan diri sendiri dan juga orang lain.

f) Cinta dan belas kasihan yaitu kemampuan untuk memberi dan menerima cinta dalam hubungan personal dan memberikannya secara sukarela tanpa mengharapkan balasan, selain itu juga, menemukan sumber cinta dalam diri sendiri.

g) Komunitas yaitu hidup yang berdasarkan pada hubungan saling ketergantungan dengan menghargai diri sendiri dan orang lain apa adanya. h) Awareness yaitu kesadaran terhadap tubuh, pikiran, jiwa, dan roh.

i) Damai yaitu damai dengan diri sendiri, hidup secara harmoni dengan alam dan orang lain

j) Bebas yaitu bebas dari konsep diri yang egosentris dan perhatian pada diri yang berlebihan.


(31)

13

Pengalaman tersebut diatas dapat membantu individu untuk menyadari dan menerima stres sebagai bagian dari dirinya, sehingga stres itu bukan lagi sebagai hal yang menekan hidupnya. Individu tersebut juga akan lebih mampu untuk memandang hidup lebih berarti meskipun stres itu tetap menjadi bagian dari dirinya. Stres adalah bagian yang tak terpisahkan dari individu dalam kehidupan sehari- hari terutama bagi para narapidana wanita. Menurut Maslow (1970) setiap individu dilahirkan dengan kebutuhan akan spiritualitas dan individu yang sehat secara psikologis adalah individu yang memiliki rasa akan spiritualitas dalam dirinya.

2.2Dance / Movement 2.2.1 Definisi dance

Berdasarkan fenomenologi tubuh (Merleau-Ponty, 1994) dance adalah gerakan yang mempunyai arti. Sedangkan menurut Hanna (1987) dance adalah suatu fenomena yang universal, yang dapat didefinisikan dengan berbagai cara, akan tetapi ada juga kebudayaan dan bahasa yang tidak mempunyai konsep mengenai dance. Dalam konteks Barat, dance didefinisikan sebagai irama atau struktur gerakan tubuh (La Mothe, 2004), termasuk semua aktivitas sehari-hari seperti berjalan atau menggantung baju. Dimensi dance lainnya adalah suatu aktivitas tubuh yang memiliki tujuan dan nilai yang melebihi tujuan kegunaannya yaitu sebagai suatu aktivitas estetis.

Dance secara langsung berhubungan dengan tubuh. Instrumen utamanya adalah tubuh, oleh karena itu arti tubuh adalah fundamental


(32)

bagi pengertian dance,dancer dan dancing. Arti kata”dance” bukan berarti melakukan gerakan dengan langkah yang benar, akan tetapi yang dimaksud disini adalah ekspressive dance yang berfokus pada perasaan dan membiarkan perasaan mengekpresikannya melalui gerakan secara spontan. Spontan artinya tidak digerakkan dengan gaya tertentu, akan tetapi mengarahkan seseorang untuk merefleksikan perasaan dan melalui tubuhnya membiarkan emosi keluar atau tersalurkan, serta menyadari dan mengakui perasaannya. Dance adalah manifestasi konkret dari perasaan atau emosi melalui gerak tubuh (Leventhal, 2008)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa dance adalah suatu gerakan spontan yang merupakan ekspresi perasaan dan emosi seseorang.

2.2.2 Dance sebagai terapi

Art therapy muncul dalam bibliografi dengan nama yang berbeda-beda seperti expressive therapies atau creative art therapies seperti terapi musik , terapi drama , dan terapi tari. Secara umum mereka adalah bentuk psikoterapi dimana seni digunakan sebagai alat diagnostik seperti halnya intervensi healing. Dance/movement sebagai teknik psikoterapi diprakarsai oleh C.G Jung pada tahun 1916. Dance dan terapi memiliki korelasi yang kuat dikarenakan dance adalah ekspresi langsung dari pikiran dan tubuh serta memiliki kekuatan yang besar bagi terapi.

Terapi dance tidak menggunakan bentuk dance dengan standar tertentu atau gerakan dengan tehnik tertentu. Kebanyakan terapi dance


(33)

15

adalah gerakan yang berdasarkan improvisasi individu yang menyebabkan individu mengalami kebebasan dalam mengekspresikan perasaannya. Selain itu terapi dance dapat dilakukan tanpa bantuan seorang instruktur yang memiliki lisensi terapi dance.

Dance movement therapy/ DMT memiliki asumsi dasar bahwa tubuh dan pikiran merupakan interaksi timbal balik yang konstan (Schoop dalam Chodorow, 1991), gerakan dan emosi berhubungan secara langsung, yang mana hal ini berdasarkan pada konsep psikologis dan fisiologis yang menekankan pada hubungan antara tubuh dan pikiran. Tujuan utama dari DMT adalah untuk mendapatkan kesehatan yang seimbang antara tubuh dan pikiran, serta perasaan utuh .

2.2.3 Teori dance

Teori mengenai dance sangat dipengaruhi oleh psikoanalis. Kontribusi teori yang paling besar terhadap dance terapi ini berasal dari Jung . Dance/ movement sebagai teknik psikoterapi diprakarsai oleh C.G Jung pada tahun 1916 dengan konsepnya”active imagination” (imaginasi aktif). Imaginasi aktif adalah suatu sensasi dari dalam yang membiarkan impuls mengambil bentuk dalam tindakan fisik dengan mengikuti imaji. Imaginasi aktif menurut Jung, memiliki fungsi diagnostik dan terapi. Jung memahami adanya nilai terapi dalam pengalaman artistik dan hubungan antara emosi dan energi fisik (Chodorow, 1991).

Imaginasi aktif membuka kesadaran dan memberikan kebebasan untuk berfantasi, akan tetapi disaat yang bersamaan tetap berada dalam


(34)

keadaan sadar . Ada dua perspektif tema sebagai bentuk imaginasi aktif yaitu: (1). hubungan antara tubuh and jiwa , (2). perasaan /emosi. Kedua tema ini saling berhubungan satu sama lain, sebab perasaan berfungsi sebagai jembatan antara tubuh dan jiwa . Emosi dan dance adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Dance dimotivasi oleh dan dengan ekspresi emosi. Emosi adalah sumber saat dance dilakukan, yang memberikan energi pada individu, akan tetapi dance juga mempunyai efek pada emosi. Kadang-kadang dance mengakibatkan katarsis, dilain waktu dance mengembangkan, menyempurnakan dan mentransfromasi keadaan emosi individu. Menurut Jung ( dalam Chodorow, 1991), emosi adalah fondasi dari jiwa dan sumber dari energi fisik.

Teori dance berdasarkan asumsi bahwa tubuh dan pikiran adalah tidak terpisah satu sama lain:

a) Tubuh dan pikiran berinteraksi, karenanya apa yang dialami seseorang, akan juga dirasakan oleh tubuhnya.

Menurut Jung, tubuh dan jiwa adalah dua aspek yang berbeda dari suatu kesatuan . Keduanya menyatu melalui pendekatan timbal balik. Menurut Jung, perubahan fisik terjadi ketika dimensi psikologis tersentuh.

b) Gerakan merupakan refleksi kepribadian .

Gerakan adalah manifestasi fisik dari jiwa, dengan kata lain gerakan merupakan cerminan pikiran, perasaan (sadar dan tidak sadar), issue dan insecurity individu . Contohnya seseorang yang berjalan tetapi


(35)

17

tubuhnya cenderung condong ke belakang. Ia kemudian menyadari, meskipun ia melangkah ke depan, akan tetapi ia memiliki sikap menghindar dan menarik diri. Ia ingin menjaga jarak dengan orang lain. Sesungguhnya ada ketegangan dalam dirinya, akan tetapi selama bertahun-tahun ia melakukannnya tanpa sadar. Ketika ia menyadari kecenderungan tersebut, ia mengalami/ menyadari emosinya dan cara berjalannya berubah secara natural.

c) Gerakan merupakan bukti proses ketidaksadaran .

Individu digerakkan oleh impuls dan imaji ketidaksadaran , akan tetapi pada saat yang bersamaan individu berada dalam keadaan sadar. Dalam dance, ketidaksadaran bermanifestasi dalam dua cara yaitu dalam imaji dan sensasi tubuh.

d) Kreasi gerakan melalui improvisasi adalah bersifat teraputik.

Session dalam dance bervariasi satu sama lain, akan tetapi semua session menggunakan improvisasi sebagai pendekatan untuk menemukan ekspresi dalam gerakan. Improvisasi dalam dance bila dibandingkan dalam psikoanalisis adalah asosiasi bebas. Keduanya didesign untuk menyentuh aspek ketidaksadaran . Melalui eksperimen dengan gerakan baru, individu akan semakin menyadari dirinya sendiri secara fisik dan mental dan membangun hubungan

interpersonal. Mereka juga dapat “mendengarkan tubuhnya” dan


(36)

e) Melalui kesatuan tubuh, pikiran dan roh, dance mengakibatkan perasaan utuh pada individu .

Dalam dance individu menyatukan dirinya dengan energi, sehingga individu dan gerakan adalah satu, tidak terpecah-belah akan tetapi merupakan keutuhan . Ketika pertahanan diri lenyap, maka tubuh, pikiran dan roh terintegrasi. Ketika energi diekspresikan dan dilepaskan dalam dance maka level energi secara umum meningkat dan yang terpecah belah dalam diri menjadi berkurang.

2.2.4 Langkah-langkah dalam dance

Berdasarkan American Dance Therapy Association (ADTA) , ada 4 langkah dalam pelaksanaan dance, yaitu :

a) Persiapan

Dalam tahap ini, yang diperlukan adalah mempersiapkan ruang yang aman dan nyaman tanpa adanya gangguan untuk melakukan dance. Setelah ruangan tersedia, informan diajak untuk melakukan pemanasan dengan merenggangkan otot-otot. Selain itu, informan juga dipersiapkan untuk melakukan dance dengan mata tertutup dan berfokus pada dirinya sendiri. Persiapan ini perlu dilakukan agar informan merasa bebas, rileks dan berkonsentrasi penuh saat melakukan dance.


(37)

19

b) Inkubasi

Pada tahap ini, instruktur mengajak informan untuk menarik nafas panjang dan terus menerus selama beberapa saat, sehingga ketegangan fisik akan terlepas dan akan sedikit membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam, serta timbulnya perasaan-perasaan unconscious dan memori. Lalu informan diajak untuk menyadari rasa dalam tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki (penyadaran tubuh). Setelah itu, fasilitator mengajak informan untuk menanti dalam keheningan selama beberapa saat , kemudian mengajak informan untuk masuk ke dalam pengalaman tertentu tanpa perlu merefleksikannya, lalu informan diajak untuk mendengarkan tubuhnya. Ketika informan masuk dalam pengalaman tanpa menghakimi atau menilainya dan mendengarkan tubuhnya, maka informan bertemu dengan perasaannya.

Perasaan menyatukan tubuh dan pikiran , selain itu perasaan juga berelasi dengan sensasi tubuh, karena tubuh dan pikiran berinteraksi sehingga apa yang dirasakan tubuh , akan dirasakan oleh pikiran . Ketika informan menaruh perhatian pada perasaannya, dengan cara menerima dan mengakuinya, maka perasaan tersebut bukan lagi sebagai beban, masalah atau sesuatu yang ingin informan hindari, akan tetapi perasaan itu merupakan suatu hal yang berharga dan bernilai, serta merupakan komponen penting dalam gerakan menuju insight.


(38)

Setelah itu, muncullah imaji atau sensasi tubuh . Informan lalu mengikuti gerak impuls, membiarkan tubuh mengekspresikan imaji ketidaksadaran atau sensasi tubuhnya dalam gerak sesuai dengan improvisasinya. Gerakan tersebut diulang beberapa saat. Bersamaan dengan ekspresi tubuh atau gerakan yang diulang itu, pengalaman informan menjadi sadar dan informan menyadari emosinya. Improvisasi dan pengulangan gerak itu bersifat teraputik karena menyebabkan aspek tidak sadar menjadi sadar . Dalam hal ini informan bergerak dan digerakkan , yaitu dengan sadar bergerak dan membiarkan diri digerakkan oleh impuls, imaji atau sensasi tubuh. Inilah yang disebut imaginasi aktif. Pada saat itu juga tubuh, pikiran dan roh terintegrasi, sehingga informan mengalami perasaan utuh . c) Iluminasi

Pada tahap ini informan melakukan sharing dengan fasilitator. Melalui refleksi, informan menyelami imajinya dan pengalaman gerak yang baru saja informan alami. Informan dapat memilih untuk bersharing aspek pengalaman gerak sesuai kehendak informan . Fasilitator dapat mengarahkan dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: apa yang tubuh lakukan? Apa asosiasi imaji yang muncul? Emosi atau perasaan apa yang timbul?


(39)

21

d) Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan diskusi dari pengalaman dance yang informan alami, sehingga akan ditemukan insight dan relevansinya. Fasilitator dapat memberikan input verbal pada informan.

Keempat langkah dance tersebut dapat dilihat dalam tabel 1 .

TABEL 1.

Langkah-langkah dalam dance berdasarkan ADTA

Langkah-langkah

Kegiatan Tujuan Teori

a.Persiapan Mempersiapkan ruangan.

Pemanasan

Agar informan merasa aman, nyaman dan rilek

b.Inkubasi Menarik nafas panjang dan penyadaran tubuh. Masuk dalam pengalaman. Timbulnya perasaan. Timbulnya imaji Agar membebaskan perasaan-perasaan yang terpendam serta timbulnya perasaan unconscious dan memori

Tubuh dan

pikiran berinteraksi


(40)

Langkah-langkah

Kegiatan Tujuan Teori

Diekspresikan melalui

dance/gerakan dan bersatunya

tubuh,pikiran dan spirit

Agar imaji menjadi nyata serta efektif dalam dance dan adanya integrasi antara tubuh,pikiran dan roh

Gerakan merupakan refleksi

kepribadian dan perasaan utuh

Gerakan diulang-ulang(improvisasi)

Agar apa yang semula tidak disadari menjadi disadari Gerakan bersifat teraputik

c.Iluminasi Refleksi Sharing

Agar semakin memahami pengalamannya d.Evaluasi Diskusi Agar

ditemukan insight dan relevansinya


(41)

23

2.2.5 Emosi yang menjadi fokus dalam dance

Darwin (1872) dalam bukunya “The expression of the emotions in man and animals “ ( Chodorow, 1991) menyatakan ada tiga puluh tujuh emosi manusia berdasarkan perspektif seni dan literatur mengenai otot dan sistem syaraf. Akan tetapi fokusnya adalah emosi fundamental manusia yang terdiri dari: duka atau kesedihan, sukacita, kemarahan, ketakutan, malu dan terkejut. Emosi fundamental ini di akui manusia dari berbagai budaya yang berbeda.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan dan sharing yang sering peneliti dengar dari para narapidana, emosi yang seringkali dirasakan oleh para narapidana wanita adalah kesedihan, kemarahan dan ketakutan. Oleh karena itu, peneliti akan menerapkan dance pada para narapidana wanita dengan ketiga tema tersebut di atas

2.3Penelitian-Penelitian Terdahulu

Sejumlah penelitian di luar Indonesia mengenai dance/ movement tehnik ini, menunjukkan bahwa dance memiliki dampak psikologis bagi mereka yang mengalami trauma karena pelecehan, hubungan yang retak, dan kekerasan dalam komunitas (Leseho &Maxwell, 2009). Selain itu dance memampukan orangtua yang kehilangan anaknya untuk mengekspresikan emosi dan luka psikologis yang mereka derita (Callahan 2011), sedangkan dalam budaya yang memandang kecantikan dalam arti sempit, dance dapat menfasilitasi para wanita untuk mempunyai hubungan yang sehat dengan tubuhnya, dimana mereka dapat membedakan diri mereka dengan penampilan fisik mereka


(42)

sehingga hal tersebut dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan psikologis dan fisik mereka (Leseho & Maxwell, 2010 ).

Penelitian yang dilakukan terhadap 29 wanita yang berasal dari berbagai negara dan latar belakang menemukan bahwa dance memiliki efek healing, memberi daya dan berhubungan dengan kekudusan. Mereka menemukan bahwa dance menfasilitasi perubahan dalam emosional dan menggantikan emosi yang negatif seperti depresi atau dukacita dengan perasaan yang lebih menyenangkan seperti kegembiraan. Perubahan emosional ini menyebabkan beberapa dari mereka memiliki perspektif yang baru mengenai diri dan relasinya. Beberapa wanita yang lain dapat merasakan perubahan energi ketika mereka melakukan dance, karenanya mereka mulai menggunakan dance sebagai salah satu cara koping stres dari emosi yang tidak menyenangkan. Selain itu mereka merasakan transformasi dalam mengindetifikasikan dan mengekspresikan perasaan yang sulit atau tidak nyaman seperti marah, takut dan sedih. Kebanyakan dari mereka juga menyatakan bahwa mereka merasakan perasaan utuh (Leseho &Maxwell, 2010).

2.4Stres

2.4.1 Definisi, efek dan reaksi stres

Stres adalah suatu keadaan yang mengganggu keseimbangan emosi dan fisik individu sehingga menimbulkan reaksi yang tidak menyenangkan atau reaksi stres (Bernstein & Nash, 2008 ). Reaksi stres yang dialami individu biasanya terjadi secara bersamaan yaitu secara psikologis dan fisik. Segi medis menyatakan bahwa stres bukan hanya


(43)

25

fenomena psikologis yang mengakibatkan gangguan emosional saja, akan tetapi stres adalah fenomena psikologis dengan konsekuensi medis seperti mengakibatkan kelemahan, kerusakan organ, dapat menghalangi fungsi imun dan mengakibatkan individu rentan terhadap virus dan infeksi terhadap bakteri (Flinders, 1994).

Efek stres pada tubuh dapat terlihat ketika adanya suatu rangkaian spesifik yang terjadi di dalam tubuh yaitu (1) adanya suatu peristiwa yang menimbulkan stres yang disebut stressor, yang digambarkan sebagai peristiwa apapun yang membawa pengaruh pada organisme manusia. Stressor menyebabkan tubuh harus kembali melakukan penyesuaian. (2) Sebagai akibat penyesuaian kembali yang harus dilakukan, maka terjadilah stres. Stres adalah perubahan biokimia dan fisiologis yang terjadi di dalam tubuh sebagai akibat dari stressor (3) ketika terlalu banyak stressor maka level stres di dalam tubuh dapat melampaui kemampuan untuk beradaptasi dan sebagai akibatnya individu rentan terhadap penyakit fisik.

Reaksi stres secara fisik dan psikologis terjadi bersamaan terlebih jika stressor menjadi kuat. Selain menyebabkan perubahan fisiologis, stressor juga dapat mengakibatkan respon psikologis, terutama perubahan dalam emosi, kognisi dan diikuti dengan perubahan perilaku. Perubahan secara fisiologis dapat dirasakan melalui pernafasan yang tidak teratur, bertambah kerasnya detak jantung dan berkeringat. Sedangkan secara psikologis, reaksi stres yang terjadi dapat dirasakan secara emosional berupa perasaan tegang, jengkel, kesal, atau khawatir. Selain itu, mereka


(44)

mengalami semakin bertambahnya perasaan lelah, depresi dan putus asa. Perubahan kognisi yang terjadi adalah dengan berkurangnya kemampuan berkonsentrasi, berpikir jernih, memiliki pandangan yang sempit sehingga sulit untuk melihat masalah dan jalan keluarnya. Sedangkan perubahan tingkah laku terlihat melalui penampilan, atau saat berbicara seperti ekspresi wajah yang kaku, atau suara yang bergetar/lemah.

Mekanisme respon terhadap stres adalah pengertian akan adanya ancaman, tak peduli apakah ancaman itu benar-benar nyata atau tidak. Kenyataannya, menurut para peneliti, sebenarnya pengertian akan adanya ancaman itulah yang sebenarnya memicu stres. Jika seseorang merasa terancam, sistem syaraf akan bereaksi dengan hormon stress. Jadi jika seseorang tidak merasa terancam ketika menghadapi peristiwa stres, maka sistem syaraf tidak akan memerintahkan tubuh untuk memberikan respon stres. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat memiliki kontrol. Seseorang tidak dapat mengontrol stres yang terjadi disekelilingnya, akan tetapi dia memiliki kontrol sejauh mana stres akan mempengaruhi dirinya. Persepsi, keyakinan dan perilaku seseorang memainkan peranan yang menentukan sejauh mana stres akan berpengaruh terhadap tubuh dan kesehatan.

2.4.2 Penanganan Stres

Ada beberapa pola perilaku tertentu yang dapat menolong individu untuk menyesuaikan diri dan meminimalisasi efek negatif stres, yang disebut koping. Koping adalah segala cara yang sehat, baik yang disadari ataupun tidak, yang digunakan seseorang untuk menyesuaikan diri


(45)

27

dengan tuntutan lingkungan, baik besar ataupun kecil (Halligan, 1995). Ada tiga macam model koping yaitu: koping yang berfokus pada emosi, koping yang berfokus pada kesehatan dan koping yang berfokus pada masalah, yang masing-masing terdiri dari koping internal dan eksternal.

Efisiensi koping tergantung dari masalah yang dihadapi individu. Ketika individu mengalami masalah yang tidak dapat dirubah, koping yang berfokus pada emosilah yang biasanya digunakan untuk mengontrol emosi negatif akibat stres. Koping yang berfokus pada emosi secara internal dilakukan melalui regulasi emosi, terutama dengan menggunakan imaginasi dan partisipasi dalam ekspresi kreatif untuk mengontrol dan membebaskan rasa khawatir, marah dan depresi. Koping eksternal dilakukan dengan mencari dukungan dari orang lain yang dapat membantu meringankan stres yang dihadapi individu.

Koping yang berfokus pada kesehatan secara internal dilakukan dengan cara spiritual seperti doa, meditasi, kontemplasi dll. Sedangkan secara eksternal dilakukan dengan cara memelihara kesehatan tubuh dengan relaksasi, keharmonisan tubuh dll. Koping yang berfokus pada kesehatan ini diperlukan individu saat menghadapi situasi stres, karena ketika indvidu melakukan koping internal, spiritualitas dapat menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi stres. Selain itu, dengan melakukan koping eksternal, individu dapat menjaga stamina tubuhnya sehingga tidak rentan terhadap penyakit ketika menghadapi stres.


(46)

Koping yang berfokus pada pemecahan masalah umumnya digunakan bila masalahnya dapat dirubah sehingga mengganti atau menghilangkan sumber stres. Koping yang berfokus pada pemecahan masalah secara internal dilakukan dengan cara berpikir yaitu dengan merencanakan, menganalisis dan mesintesiskan informasi. Sedangkan secara eksternal dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan melakukan sesuatu untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga akhirnya individu tersebut dapat membuat keputusan untuk masalah yang dihadapinya.

Tidak semua orang menggunakan semua koping tersebut dalam mengatasi stres, tergantung masalah yang dihadapi dan juga disesuaikan dengan kemampuan individu tersebut dalam melakukan koping. Koping yang terbaik adalah ketika individu berperilaku secara realistis dan dengan cara yang fleksibel. Kita dapat menyadari bahwa suatu koping adalah efektif ketika koping itu mampu memecahkan masalah atau mengurangi stres. Seperti yang telah diuraikan dalam bab Pendahuluan, peneliti merasa bahwa dance adalah jenis koping yang cocok dan efektif untuk digunakan bagi para narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta.

Dance merupakan jenis koping yang merupakan gabungan antara koping yang berfokus pada emosi secara internal dan koping yang berfokus pada kesehatan secara internal dan eksternal. Dance memampukan mereka untuk mengeskpresikan perasaan melalui imaji yang


(47)

29

timbul dalam pikiran mereka sehingga menimbulkan harmonisasi antara tubuh dan pikiran serta menyebabkan rileks. Selain itu dance juga menyebabkan mereka berhubungan dengan roh . Oleh karena itu, dance selain dapat membantu individu mengekspresikan emosi negatif, juga memperdalam hubungan individu dengan spiritualitas mereka. Dance dapat memperkuat imun sistem melalui gerakan otot yang mengurangi atau menghilangkan ketegangan, kelelahan atau kondisi-kondisi lainnya yang merupakan efek stres.

Dance meliputi tubuh, emosi dan pikiran. Dimensi tubuh pada dance mengacu pada energi yang bertambah melalui respon otot-kerangka (skeletal) terhadap stimulus yang diterima di otak. Dimensi emosional pada dance mengacu pada perasaan yang dialami ketika terlibat atau mengobservasi dance secara empati . Sedangkan dari dimensi kognitif, dance mengacu pada aktivitas mental seperti memori, imaginasi dan persepsi.

2.5 Pengaruh Dance Terhadap Stres

Satu penemuan yang paling signifikan dalan perkembangan studi tubuh dan pikiran adalah mengenai psychoneuroimmunology (PNI). Riset PNI berfokus pada imun sistem sebagai jembatan antara tubuh dan pikiran. PNI riset menghasilkan suatu bukti akan tubuh sebagai hal subtansial sebagai berikut:(1) tubuh dan pikiran merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisah akan tetapi suatu kontinum dalam interaksi yang konstan dengan konsekuensi baik secara psikologis dan fisiologis, (2) apa yang kita rasakan dan kita


(48)

pikirkan terekam didalam endokrin dan sentral sistem syaraf kita, yang mengakibatkan terjadinya peristiwa dalam syaraf dan biokimia sehingga mempengaruhi imunitas dan healing. Bagian tubuh yang merupakan barisan utama sebagai pertahanan untuk melawan serangan zat (substances) dan mikroorganisme adalah imun sistem. Komponen dari imun sistem adalah untuk membunuh atau menonaktifkan zat yang berbahaya di dalam tubuh seperti virus dan bakteri ( Bernstein & Nash, 2008). Fungsi normal imun sistem adalah untuk mendeteksi dan melawan penyakit, ketika seseorang berada dalam keadaan stres, maka imun sistem menjadi tertekan dan tubuh menjadi rentan terhadap penyakit. Berbagai macam stressor juga dapat menekan imun sistem, efeknya terutama pada orang lanjut usia akan tetapi dapat terjadi pada setiap orang (Bernstein & Nash, 2008).

PNI dan dance memiliki dasar pemikiran yang mirip yaitu adanya kesatuan tubuh dan pikiran , oleh karena itu maka kita dapat melihat hubungan antara keduanya. Dalam dance ada hubungan interdependen antara tubuh dan pikiran, PNI juga menyatakan bahwa proses mental dan emosional dalam pikiran mempengaruhi fungsi fisiologis dalam tubuh (Bernstein & Nash, 2008). Riset memperlihatkan bahwa konstruk psikologis tertentu seperti stres, dukungan sosial, koping, kontrol, self esteem, optimisme dan pesimisme dapat mempengaruhi imun sistem. Emosi dan perasaan-perasaan negatif menyebabkan imun sistem tertekan. Stres juga mengubah imun sistem sedemikian rupa sehingga membuat penyakit semakin bertambah parah (Bernstein & Nash, 2008) . Adanya hubungan timbal balik menyatakan


(49)

31

bahwa fungsi imun dapat ditingkatkan melalui intervensi psikologis. Meskipun peristiwa stres pada kehidupan individual dapat mengubah aktivitas imunologi, kemungkinan juga adanya intervensi dapat melawan/memberantas atau bahkan menolong individu mengatasi stres, juga memiliki pengaruh positif pada fungsi imun.

Stres adalah elemen yang memerlukan penanganan secara efektif agar mengembangkan fungsi fisik dan imun sistem. Gerak tubuh adalah hasil positif secara fisik dan psikologis yang merupakan bagian dari managemen stres . Riset oleh Brown dan Siegel (dalam Bernstein & Nash, 2008) menunjukkan bahwa peristiwa stres diasosiasikan dengan awal mula timbulnya penyakit diantara mereka yang memiliki level gerak tubuh yang rendah. Penemuan ini menyatakan bahwa gerak tubuh dapat digunakan sebagai penyangga melawan efek stres dan gerak tubuh mengurangi potensi untuk stres. Gerak tubuh mengurangi efek negatif stres dalam beberapa cara yaitu membantu imun sistem untuk kembali berfungsi dengan normal segera, dapat memecahkan ketegangan yang terjadi didalam otot, juga dapat meingkatkan kekuatan, fleksibilitas dan stamina untuk menghadapi stressor di masa yang akan datang serta meningkatkan efisiensi sistem kardiovaskular .

Dance adalah merupakan salah satu bentuk gerak tubuh. Dance bukan hanya suatu bentuk gerak tubuh , tapi juga mengurangi level stres. Dalam dance tubuh adalah suatu alat ekspresi dan dance adalah ekspresi dari stimulus mental dan relaksasi (Alkalai dalam Leventhal 2008 ). Individu yang tidak dapat menceritakan trauma atau peristiwa kehidupan tertentu seringkali dapat


(50)

mengekspresikan dan melepaskan emosi yang tersimpan di dalam tubuhnya melalui dance/ gerakan ( Chodorow, 1991), sebab gerakan adalah bahasa pertama individu , menyentuh pusat keberadaan individu yang melampaui perbendaharaan kata. Gerakan mengkomunikasikan jiwa yang terdalam yang tidak dapat diekspresikan melalui kata-kata. Melalui dance, perasaan yang dalam akan muncul, yang dapat menimbulkan katarsis atau mempunyai pengaruh transformasi pada emosi individu, membantu pertumbuhan dan kesehatan secara psikologis (Chodorow, 1991).

Dance dapat mengakibatkan individu mengalami perubahan emosi, kesadaran dan kemampuan fisik. Latihan fisik dalam dance meningkatkan sirkulasi darah yang membawa oksigen pada otot dan otak, sama halnya dengan mengubah level kimia tertentu dalam otak. Ada nilai teraputik dalam dance dimana individu yang dapat mengekspresikan keadaan emosinya melalui dance akan mengalami perubahan suasana hati . Selain itu, dance menyebabkan terlepasnya endorphin untuk memproduksi analgesia dan euphoria (Liebert dalam Hanna 1995). Dance juga memperkuatkan awareness seseorang dan awareness merupakan langkah pertama menuju healing. Awareness menyebabkan seseorang dapat menerima sekaligus memperkuat eksistensi diri, oleh karena itu memampukan seseorang untuk sadar akan tindakannya. Hal ini menunjukkan bagaimana dance merupakan integrasi dari tubuh ke pikiran, pikiran ke roh, roh ke tubuh, karena tubuh dan pikiran berinteraksi.


(51)

33

2.6Definisi Narapidana

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakaratan (Bab 1 ketentuan Umum Pasal 1 No 7). Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan (Bab 1 ketentuan Umum Pasal 1 No 3). Sedangkan menurut peneliti, narapidana adalah indvidu yang kebebasannya dibatasi, baik secara fisiologis dan psikologis untuk waktu tertentu.


(52)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami informan secara personal dan memandang mereka sebagaimana mereka sendiri mengungkapkan pandangannya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui, membuat dan menyusun konsep-konsep yang hakiki seperti perasaan takut, sedih, marah, cinta dan sebagainya, yang sulit untuk dikuantifikasikan (Prastowo, 2014). Penelitian ini memiliki kelebihan dalam mengeksplorasi, mendeskripsikan dan mengintepretasikan pengalaman personal dan sosial (Smith, 2008). Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi bertujuan memperoleh intepretasi terhadap pemahaman informan atas fenomena yang tampak dan makna dibalik yang tampak, yang muncul dalam kesadaran informan ( Gunawan, 2013) atau untuk memahami esensi dari suatu pengalaman.

3.2Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengalaman psikospiritual healing melalui dance/gerakan pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta.


(53)

35

3.3Informan Penelitian

Informan penelitian ini adalah dua orang narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta yang baru saja menjalani penahanannya.. Hal ini dikarenakan, mereka yang baru saja menjalani penahanan masih melakukan banyak adaptasi dengan kehidupan di penjara, sehingga seringkali menimbulkan stres. Melalui dance/gerakan ini peneliti berharap mereka akan mampu mengeskpresikan rasa stres mereka selama mereka menjalani masa hukuman mereka.

3.4Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur ini kadang-kadang dideskripsikan sebagai non direktif, dimana peneliti yang memiliki pertanyaan penelitian mengarahkan wawancara sesuai fokus penelitian (Willig, 2008). Dalam wawancara semi terstruktur ini peneliti memiliki sejumlah pertanyaan yang digunakan sebagai tuntunan atau panduan dalam melakukan wawancara (Smith,2008).

Pertanyaan yang diajukan berfungsi sebagai suatu dorongan bagi informan untuk berbicara. Daftar panduan pertanyaan tersebut dapat berubah atau berkembang sesuai dengan situasi dan jawaban yang diberikan oleh informan saat wawancara dilakukan. Penyusunan panduan pertanyaan ini didasarkan pada fokus penelitian yaitu pengalaman psikospiritual healing melalui dance pada narapidana wanita di LAPAS Wirogunan Yogyakarta. Panduan pertanyaan ini dikaji oleh dosen pembimbing. Selain itu, peneliti


(54)

juga menggunakan metode observasi yang berperan sebagai partisipan penuh yaitu peneliti menyamakan diri dengan orang yang diteliti (Gulo, 2002), sehingga dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam kegiatan informan yang diteliti. Berikut ini adalah daftar panduan pertanyaan:

Tabel 2.

Panduan Pertanyaan Wawancara

No Pertanyaan Tujuan pertanyaan 1 Hal-hal menyenangkan apa saja

yang kamu alami saat melakukan dance?

Untuk mengetahui kelebihan dance

2 Hal-hal tidak menyenangkan apa saja yang kamu alami saat melakukan dance?

Untuk mengetahui kekurangan dance

3 Apa yang dirasakan tubuhmu

saat melakukan dance? Untuk mengetahui adanya interaksi antara tubuh, pikiran dan perasaan 4 Pikiran apa yang muncul saat

melakukan dance?

5 Apa perasaanmu saat melakukan dance?

6 Adakah pengalaman tertentu yang muncul dalam pikiranmu saat melakukan dance?

Untuk mengetahui imaji yang muncul saat melakukan dance

7 Apakah ada gerakan tertentu dalam dance yang memiliki arti bagimu?

Untuk mengetahui apakah ada nilai teraputik dalam dance


(55)

37

No Pertanyaaan Tujuan 8 Kata atau simbol apa yang bisa

mewakili pengalamanmu saat melakukan dance?

Untuk mengetahui pengalaman mereka mengenai dance

9 Apakah kamu sebelumnya sudah pernah melakukan dance?

Untuk mengetahui pengalaman informan

mengenai dance

sebelumnya 10 Jika sudah pernah, apa bedanya

dance yang kamu lakukan sekarang dengan yang sebelumnya kamu lakukan?

Untuk mengetahui perbedaan dance yang pernah mereka lakukan dan yang sekarang mereka lakukan

3.5Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini di awali dengan meminta ijin pada instansi-instasi yang terkait. Setelah ijin didapatkan, peneliti mencari narapidana yang sesuai dengan kriteria sebagai informan penelitian dan membuat perjanjian untuk bertemu. Dalam pertemuan ini, peneliti mengadakan rapport dan menjelaskan maksud dari penelitian ini serta menanyakan kesediaan calon informan untuk mengikuti penelitian ini. Penelitian ini berada dibawah supervisi dosen pembimbing peneliti.

Peneliti memberikan lembar informasi kepada calon informan untuk dibaca yang berisi beberapa informasi yaitu informasi mengenai peneliti, tujuan penelitian, prosedur penelitian , resiko dan manfaat penelitian, jaminan kerahasiaan bagi informan serta nama individu yang dapat


(56)

dihubungi jika terjadi efek samping dan informan membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Calon informan diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal tersebut. Setelah calon informan menyetujui untuk bergabung dengan penelitian ini, mereka menandatangani surat persetujuan penelitian. Peneliti juga memberikan surat persetujuan penelitian kepada fasilitator untuk ditanda tangani yang berisi kesediaan fasilitator untuk menjaga kerahasiaan data/informasi yang di dengar atau di lihat fasilitator selama proses penelitian berlangsung. Selama penelitian berlangsung, fasilitator juga melakukan observasi terhadap informan.

3.6Metode Analisis data

Dalam melakukan analisis data ada dua langkah pokok yang dilakukan (Smith, 2008), yaitu:

1. Mencari tema.

Pada tahap ini adalah penting untuk membaca transkrip berulang-ulang agar menjadi familiar dengan diri peneliti. Semua kata-kata informan memiliki potensi yang akan memberikan insight. Setelah itu, kata-kata informan yang signifikan atau berarti dicatat pada sisi tabel sebelah kiri. Setelah semua transkrip selesai dikerjakan, peneliti lalu kembali ke awal transkrip untuk membuat phrasa-phrasa singkat yang berupa sub tema dari kata-kata informan yang signifikan tersebut. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat menangkap kualitas essensial dari transkrip tersebut. Sub tema-sub tema tersebut ditulis di tabel sebelah kanan. Pada


(57)

39

tahap ini peneliti menggunakan metode inter-rater untuk menyamakan persepsi dan menghindari bias peneliti dalam mengintepretasikan data. 2. Menghubungkan tema

Langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah menulis semua sub tema yang ada berdasarkan urutan kemunculannya dalam transkrip. Setelah itu peneliti melihat hubungan antara sub tema-sub tema yang muncul. Beberapa sub tema yang memiliki hubungan dibuat dalam satu kelompok. Setelah itu dicheck kembali transkripnya untuk menyakinkan akan kebenaran kata-kata informan . Langkah selanjutnya adalah membuat tabel tema. Sub tema-sub tema yang koheren dijadikan satu dan diberi tema.

3.7Kredibilitas Penelitian

Validitas kualitatif adalah suatu upaya untuk memeriksa kembali akurasi hasil penelitian (Creswell, 2008). Validitas yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan memberikan kesempatan kepada informan untuk mengomentari atau mengoreksi laporan akhir dari penelitian. Peneliti juga akan memberikan kesempatan kepada informan untuk memberikan masukan yang disebut participant validation ( Willig, 2008).


(58)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Proses Penelitian 4.1.1 Perijinan Penelitian

Peneliti mengurus surat ijin penelitian di sekretariat Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan menyerahkannya pada instansi-instansi terkait yaitu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, cq Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda DIY, Walikota Yogyakartacq Dinas Perijinan Kota Yogyakarta dan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarta yang masing-masing disertai proposal penelitian.

4.1.2 Persiapan Penelitian

Peneliti menyusun proposal penelitian, yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk mengajukan perijinan penelitian. Peneliti membuat lembar informasi bagi informan dan surat pernyataan kesediaan bagi informan dan fasilitator. Selain itu peneliti juga mempersiapkan alat perekam, yang akan digunakan ketika mewawancarai informan.

4.1.3 Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan wawancara awal kepada informan untuk mendapatkan profil informan sebelum melakukanterapidance pada informan . Wawancara dengan informan dilakukan di ruang konseling lantai II Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.


(59)

41

Proses wawancara dilakukan sebanyak dua kali untuk mendapatkan data yang lengkap mengenai informan .Di bawah ini adalah pelaksanaan wawancara terhadap informan .

Tabel 3.

Pelaksanaan Wawancara Inisial

Informan

Wawancara 1 Wawancara 2

Tanggal Pukul Tanggal Pukul

1 (AYS) 29 Januari 2015 09.10-11.15 WIB 9 Februari 2015 13.20-14.30 WIB 2 (LN) 2 Februari 2015 09.25-11.05 WIB 11 Februari 2015 11.35-12.10 WIB 4.2Profil Informan

4.2.1 Data Diri dan Latar Belakang Informan 1 Nama (inisial) : AYS

Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 21 Mei 1980. Anak ke : 5 dari 5 bersaudara

Pendidikan terakhir : SMA

Tanggal ditangkap : 6 November 2014 Lama hukuman : 1 tahun


(60)

Latar Belakang Informan AYS.

Dalam kehidupan perkawinan mereka, suami informan informan berselingkuh. Perselingkuhan yang dilakukan suami informan sering kali membuat mereka bertengkar dan suami informan sering melakukan kekerasan fisik terhadap informan pada saat bertengkar. Pada saat suami informan melakukan kekerasan tersebut, informan merasa ketakutan, akan tetapi informan tidak melakukan perlawanan dikarenakan suaminya akan semakin kalap bila informan melakukannya. Maka, untuk menghentikan kekerasan suami dan untuk melampiaskan perasaan kesalnya, informan menyakiti diri sendiri dengan berbagai cara seperti membenturkan kepala ke tembok, memukul kepala dengan helm, menusuk perut dengan pisau, menyayat lengan dengan cutter ( informan memperlihatkan bekas sayatan tersebut) dll. Saat informan melakukan hal tersebut informan merasa puas, tidak merasa sakit dan tidak merasa menyesal.

Informan dilahirkan dikeluarga Katolik dan dibaptis sejak kecil. Informan selain rutin ke gereja, ia juga mengikuti kegiatan di gereja seperti koor, lektor dan aktif di mudika . Setelah menikah,informan pergi ke gereja bersama suami dan anak-anak secara rutin. Seringkali mereka berziarah ke gua maria yang ada di sekitar Yogyakarta dan pergi berdoa di Ganjuran secara rutin setiap hari Jumat dan Kamis malam setiap minggu pertama awal bulan. Informan merasakan kedamaian setiap kali berada disana, dan juga


(61)

43

merasakan kedekatan dan kehadiran Tuhan.Baginya “Ganjuran is heaven”.Saat informan mendapat masalah, informan sering berdoa disana dan informan seringkali merasa mendapatkan tuntunan untuk mengatasi permasalahannya.

Informan mengatakan bahwa ia merasakan penyelenggaraan Tuhan yang luar biasa dalam hidupnya. Dalam keadaan suka dan duka informan menyakini bahwa Tuhan selalu bersamanya dan Tuhan punya rencana atas hidupnya. Hal ini membuat informan merasa berharga di mata Tuhan. Oleh karena itu informan berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan tidak mengeluh.

4.2.2 Data Diri dan Latar Belakang Informan 2 Nama (inisial) : LN

Tempat tanggal lahir : Bantul, 23 September 1983 Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Pendidikan terakhir : SMA

Tanggal ditangkap : 16 September 2014 Lama hukuman : 4 tahun 1 bulan. Latar Belakang Informan LN

Semenjak kecil informan di asuh oleh kakek dan neneknya di Bantul dan pada waktu SMP, informan baru mengetahui orangtua kandungnya. Orangtuanya tinggal di Lubuk Linggau bersama 3 orang adiknya. Ayah informanmengatakan bahwa pernikahan mereka tidak disetujui oleh nenek informan (yang merupakan


(62)

orangtua ibu informan ), sehingga pada saat mereka pindah ke Lubuk Linggau, nenek informan tidak mengijikan informan untuk di bawa oleh mereka.

Apabila informan dalam keadaan stres, informan mengatasinya dengan cara pergi ke gunung dan mengunjungi kuburan china. Kebiasaan informan mengunjungi kuburan telah ada sejak informan duduk di bangku SD. Informan merasakan ketenangan saat berada di kuburan. Cara lain informan untuk menghilangkan stres adalah dengan berlari, sekalipun di siang hari.

Saat informan merasa sedih, informan tidak mau orang lain tahu akan perasaannya. Informan ingin terlihat sebagai seorang yang kuat di mata orang lain dan tidak ingin cengeng atau rapuh. Informan malu mendapat julukan itu. Menurutnya, apa penilaian orang terhadap dirinya, apabila dirinya yang berani menggunakan shabu-shabu adalah seorang yang cengeng dan rapuh. Selain itu, sewaktu kecil neneknya mengajarkan padanya, bahwa ia harus berani menaggung akibat dari segala perbuatannya. Neneknya juga mengajarkan pada informan untuk sabar dan tidak marah-marah yang dapat merugikan dan menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Pada waktu kecil,informan pergi ke gereja setiap minggu bersama neneknya.Pada waktu informan duduk di bangku SMP dan SMA,informan bergabung dalam kelompok kontak remaja dan mudika. Sesekali informan mengunjungi Gua Maria di SendangSono


(63)

45

dan Tritis. Informan juga kadang-kadang berdoa di Ganjuran. Akan tetapi sejak tahun 2006 informan tidak pernah lagi berdoa di Ganjuran.

Sejak menikah siri , informan hanya pergi ke gereja pada saat Natal dan Paskah. Suami informan tidak melarang informan untuk pergi ke gereja, akan tetapi suami informan tidak mengijinkan informan untuk membawa anak mereka ke gereja. Suaminya menginginkan anak mereka menjadi muslim.

Sejak di tahan, informan seringkali merasa sedih dan gelisah karena memikirkan anaknya yang informan titipkan pada pemilik rumah kontrakannya. Informan merasa sangat menyesal karena dengan keberadaannya di penjara, informan kehilangan kesempatan untuk mengasuh anaknya yang sedang dalam masa pertumbuhan. Selain itu,informan juga memikirkan orangtuanya yang sudah lanjut usia terutama ibunya yang sakit vertigus dan harus rutin ke dokter serta minum obat.

Informan juga merasa sedih karena tak seorangpun dari adik-adiknya, paman bibi dan saudara-saudaranya datang menjenguknya. Semenjak di LP, cara informan mengatasi perasaan stresnya adalah dengan merajut. Informan juga lebih senang menyendiri, daripada berkumpul bersama teman-temannya sesama tahanan.


(1)

Tema: Penutup

Pertemuan 5 Wawancara

Hari/tanggal : 25 Maret 2015 : 1 April 2015

Waktu : 11.30-13.30 WIB : 10.00-10.10 WIB

Nama (inisial) : LN

No Parafrase Verbatim Sub Tema

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Ketidakmampuan untuk merasakan sedih dan

marahf(3-8) Menangis meninbulkan kelegaan(8-12) Ekspresi emosi menimbulkan dampak pada fisik (12-15) Ketidakmampuan untuk merasakan pengalaman yang menyakitkan(15-21)

T : cobaceritakan pengalamanmu dari pertemuan ke 5

J: yang kelima kemaren, Bu Yuni mengajak saya untuk masuk kembali masuk ke pertemuan-pertemuan sebelumnya, apa marah, emosi,terus sedih, saya sudah ga sanggup lagi suster, saya sudah ga sanggup lagi, saya ga ngomong apa-apa, saya sudah ga sanggup,//tau-tau saya nangis, nangis sejadi-jadinya, nangis, tapi dalam nangis itupun saya ga pukul, saya bisa ngontrol nangis saya, tapi lebih plong lagi karena saya bisa nangis-nangis senangis-nangisnya,//ga cuma meneteskan airmata, sampe saya sesengukan, sesek, sampe kepala juga

kesemuten, tangan kaki, badan dingin semua, kaki juga kaku, disini tuh rasanya dah kesemuten, //saya dah ga bisa ngomong apa-apa sama Bu Yuni, ga bisa ngomong apa-apa, saya dah ga sanggup,

menceritakan yang kemaren-kemaren, untuk mengingat-ngingat yang kemaren, udah berusaha untuk ngelupain itu semua, saya udah ga sanggup masuk lagi untuk mengingat yang kemaren ...

Menimbulkan perasaan tak berdaya

Menimbulkan perasaan lega

Menimbulkan reaksi fisiologis

Menimbulkan perasaan tak berdaya


(2)

22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54

Ketidaksanggupa n mengingat pengalaman karena

menyakitkan (23-26)

Menangis menimbulkan kelegaan (29-32) pikiran dan perasaan akan pengalaman masa lalu menimbulkan tangisan(32-36) ketidakmampuan mengungkapkan secra verbal menimbulkan tangisan (36-40) tubuh menjadi tak nyaman setelah menangis(43-47)

Perasaan lega setelah

berekspresi

(52-T : kenapa kamu ga sanggup?

J : saya ga sanggup, saya ga tau, ya saya ga sanggup, karena saya ga mau mengenang itu semua,

mengenang itu semua, kalo saya kenang nanti saya tambah sakit

T : tapi setelah memangis, sesengukan, apa yang kamu rasakan?

J : plong, plong, saya bisa nangis, saya bisa luapin semua perasaan saya, saya ga bisa ngomong apa-apa sama Bu Yuni, saya ga bisa ngomong apa-apa,Cuma bisa nangis dan nangis//saya dah mau diem, nangis lagi , masih keinget lagi kan,inget nangis

lagi,keinget lagi, nangis lagi, waktu inget,

sayanangis, disaat saya dah mau reda nangis saya inget lagi, saya nangis//, tapi saya ga sanggup untuk ngomong, saya ga sanggup untuk ngomong lagi, suster, saya dah ga sanggup untuk ngomong cuma bisanya nangis, saya dah ga sanggup untuk

ngomong yang kemaren-kemaren, bisanya nangis. T : tapi setelah selesai nangis itu, badanmu

ngerasain apa?

J : badan masih kesemuten sampe setengah jam itu, sampe putih-putih, tangan saya tuh,baru setelah saya, setelah 15 menit kemudian tuh baru normal kemudian, saya pijat-pijat, ini sampe kaku, ini tangan. Sampe pucet, emang .udah ga sanggup lagi, udah mau saya buang lah, udah lah, kalo saat ini untuk mengingat itu masih sakit

T : setelah kembali ke blok, apa perasaanmu atau tubuhmu masih merasakan apa?

J ; perasaan saya lebih lega, lebih plong,lebih enteng, dengan Bu Yuni kemaren lebih lega, lebih plong, lebih plong, ringanlah kayak orang, beban

Menimbulkan perasaan sakit

Menimbulkan kelegaan

Menangis=ekspr esi emosi

Menangis=ekspr esi emosi

Menimbulkan reaksi fisiologis

Menimbulkan kelegaan


(3)

55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

56)

Pemahaman bahwa emosi negatif harus diekspresikan agar tidak berdampak pada tubuh (71-76)

Pemahaman bahwa emosi harus

diekspresikan dengan cara yang positif (77-90)

saya yang disini, kemaren dengan menangis itu, saya kan ga bisa ngomong, udah ringan, sono sini sono sini, tadi sore dapat kabar kalo cs an saya keluar, kesini besuk saya, timbul lagi marah, jadi emosi, saya cuma diam, cuma diam, nangis sih awalnya saya nangis, mbak dapat salam dari Mas Eko tadi kesini, tapi ga bisa masuk, hah apa, saya cuma bilang gitu terus diem, ini jadi inget semuanya lagi, keinget semuanya lagi, sakit, saya cuma diem, menitikan airmata, ga sanggup, nginget-nginget itu setelah denger orangnya kembali keinget, pinginnya ga mau, dengerpun tapi kok yo...saya harus belajar menerima keadaan, terus bisa nerima semuanya. T : terus dari seluruh proses kita yang lima kali, apa pelajaran berharga yang kamu dapat dari sini atau justru tidak ada yang bisa diambil atau apa? J : dari pribadi saya yang tema-tema kemaren saya rasa setiap apapun kondisi kita, keadaan kita dari psikologi, kejiwaan kita dari marah emosi kesedihan , ketakutan itu harus di..di..apa suster..diungkapkan, di tuangkan dalam ...apa ..kalo ga di badan itu kita bener-bener ga sanggup apa lagi kita bisasakit,// saya bisa merasakan itu dari kemaren-kemaren, perasaan semua saya diamkan, ga pernah cerita, ga pernah saya luapkan, jadi dengan kemaren saya berpikir kalo saya seperti ini, seperti ini sedikit banyak harus saya keluarkan energi-energi negatif dari badan saya, dalam artian saya marah, harus saya luapkan, kemaren saya kan cuma diam dan diam terus suster, saya tahan dari semuanya dari

pertemuan-pertemuan kemaren saya bisa dapatkan apapun kondisinya bila kita pingin..dalam artian dengan jalan yang bener ngeluapin itu entah

Pemahaman untuk

mengungkapkan emosi negatif

Pemahaman untuk

mengungkapkan emosi dengan cara yang positif


(4)

88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120

Pemahaman untuk

mengendalikan dan

mengekspresikan emosi negatif ( 112-118) Pola asuh untuk menyimpan

dilampiaskan dengan coret-coret, lari atau yang positif-positif aja, gitu suster, seperti itu yang saya dapatkan.

T : terus kan di awal waktu pertama kali saya ajak dan sekarang sesudah selesai, apa yang kamu alami? J : sangat jauh berbeda, di awal kan suster bilang dance apa psiko dance, saya pikir kita diajarin nari-nari gitu, saya pikir yang suster ajarin di gereja itu, awal bayangan saya, kalo kemaren pas prakteknya, kita nari kan..saya pikir kita di latih seperti itu, ternyata masuk ke tema marah, emosi, takut, sedih dengan ungkapan-ungkapan kalo marah ada yang pukul-pukul, ada yang nangis, dari awal tuh bayangan saya dilatih gerak kalo marah gimana gerakan kamu, gerakan tangannya, saya pikir seperti itu suster..saya marah harus seperti ini, o ternyata kok engga..saya pikir gitu awalnya, saya kan nanya gerakan yang seperti itu toh suster, pernah nanya gitu kok..sistem kerja saya kan dikanan, jadi untuk melakukan yang dikiri ya susah, otomatis ya kanan, pikir saya seperti itu, kita mau mengfungsikan si tangan kiri itu tadi, setelah masuk kok gini.. T ; setelah mendapati kok beda, apa yang kamu dapatkan?

J ; yang saya dapatkan dari pertemuan-pertemuan kemaren ya itu, gimana cara saya bisa menguasai marah, emosi, takut, sedih untuk menyalurkan perasaan saya, sedih , takut, marah, harus

disalurkan, kalo disaat badan ga mau nampung kan jadi ga bagus gitu loh, yang saya dapatkan harus saya keluarkan.//Kemaren setahu saya, sedari kecil pemahaman dari nenek saya, marah ga boleh harus berlebih-lebih, jadi semuanya saya tampung, saya

Pemahaman untuk

mengekspresika n emosi negatif

Pola asuh untuk menyimpan


(5)

121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153

emosi negatif (118-121) Menyimpan emosi

menyebabkan sakit (121-122) Pola asuh untuk sabar dan menahan emosi (126-129)

Tidak

mengekspresikan emosi

negatifmenimbul kan dampak pada tubuh (132-142)

diam-diam, diam //,karena sudah ga kuat..saya jatuh sakit, terus kemaren dengan pertemuan-pertemuan ini ya harus diluapin entah marah, entah susah, entah sedih, kalo ga badan dah ga kuat lagi suster, saya tampung terus, tampung terus, dari kecil saya ga pernah diajarin itu, nenek saya menyuruh saya untuk bersabar dalam segala hal, saya menahan emosi kan juga harus sabar suster, saya dari kecil dilatih untuk sabar, takut apa harus...itunenek saya, jadi sedikit banyak perasaan takut, marah, sedih harus saya luapin entah dengan nangis entah dengan apa, saya sudah mulai berpikir, kalo ga diluapin kok kayak kejadian kemaren kamis itu saya dibesuk cs an saya itu jadi beban pikiran saya juga, itu saya diam,ga saya luapin, saya mungkin mesti berlatih dulu suster karena sudah bawaan dari kecil, saya cenderung diam, saya diam, saya ga cerita sama teman, yang tau ketemu, tanya siapa cs.an saya, terus saya diam, saya diam, saya diam, tapi kepikiran terus suster, tapi akhirnya datang badan meriang, terus batuk, badan sampe demam, sampe demam itu, mungkin saya dah ga kuat lagi. Kemaren yang saya dapet harus saya luapkan, tapi saya luapkan sama apa gitu..kadang seperti itu kemaren..saya kan belum sempet untuk lari-lari untuk apa, merajut aja saya tinggalkan suster, dengan kejadian kamis kemaren saya ketemu cs an saya tuh, nglokro..wis..masih keinget juga..sebenernya sih ga usah diingat, ya tetap aja keinget..untuk tanggalan juga saya dah ga mau tau, saya ga mau lihat tanggalan, sakit..kalo lihat kedepan jauh banget suster, sampe akhir tahun 2016 masih jauh banget

T : ada lagi yang mau ditambahin berkaitan kemaren

emosi negatif. Menimbulkan dampak negatif pada tubuh

Pola asuh untuk sabar dan menahan emosi

menimbulkan dampak negatif pada tubuh.


(6)

154 155 156 157

5 pertemuan. J : udah

T : terima kasih banyak ya untuk semua pertemuan dan wawancara yang kita lakukan.