Perilaku Anggota Subak dalam Penggunaan Pupuk Organik pada Budidaya Tanaman Padi Sawah (Kasus di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung).

(1)

1

PERILAKU ANGGOTA SUBAK DALAM PENGGUNAAN

PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI

SAWAH

(Kasus di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung)

SKRIPSI

Oleh :

I MADE SUDIANA

KONSENTARASI PENGENBANGAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

i

PERILAKU ANGGOTA SUBAK DALAM PENGGUNAAN

PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI

SAWAH

(Kasus di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung)

JUDUL

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebangai salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh : I Made Sudiana

1105315086

KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015


(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitka oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sepenuhnya.

Denpasar, ……… Yang menyatakan

Materai Rp. 6.000 I Made Sudiana NIM. 1105315086


(4)

iii ABSTRACT

I Made Sudiana. NIM. 1105315086. “Subak members' behavior in the

application of organic fertilizer in rice cultivation (case Subak Dukuh, desa kapal, kecamatan mengwi, kab. badung)”. Guided by: Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP, M.Si and Ir. I Wayan Sudarta, MS

The negative impact of consuming food containing excess chemical residues becomes a hot issue at the moment. Environmental and food safety issues led to the emergence of lifestyle trend back to nature. Now individuals, groups and organizations begin to implement the environmental movement of agricultural systems that organic farming. It is necessary to do research on the behavior of farmers in the application of organic fertilizer in paddy rice cultivation.

This study aims to (1) determine the level of knowledge of Subak members of the organic fertilizer in paddy rice cultivation (2) knowing the attitude of Subak members of the organic fertilizer in paddy rice cultivation and (3) determine the application of Subak members in the use of organic fertilizers in paddy rice cultivation.

This research conducted in Subak Dukuh at Kapal Village, Mengwi District, Badung Regency. The location of this research is done by purposive. The population of Subak Dukuh are 162 people and the number of respondents used this research are 35 people by using slovin formula.

The results showed that the level of knowledge of farmers on organic fertilizer is high with achieving a score of 71.20 percent, but the level of farmers' attitudes towards organic fertilizer falls into the category of doubtful with achieving a score of 66.20 percent and the level of implementation of farmers to organic fertilizers belonging to the category of medium with achieving a score of 63.80 percent.

Suggestion for the member of Subak Dukuh as program implementers should dare to try the technology in the agricultural granted by the instructor. Because before trying a new technology that given by instructor, farmers will not know the advantages and disadvantages of using these technologies.


(5)

iv ABSTRAK

I Made Sudiana. Nim. 1105315086. Judul “Perilaku Anggota Subak dalam Penerapan Pupuk Organik pada Budidaya Tanaman padi Sawah (Kasus di

Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung)”.

Pembimbing I : Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP, Msi. Pembimbing II : Ir. I Wayan Sudarta, MS.

Dampak negatif mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung residu kimia berlebih menjadi isu kesehatan yang muncul belakangan ini. Masalah lingkungan dan keamanan pangan memunculkan tren gaya hidup back to nature. Beberapa individu, kelompok dan organisasi menyuarakan gerakan sistem pertanian ramah lingkungan yaitu pertanian dengan menggunakan pupuk organik. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai perilaku petani dalam penerapan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) seberapa besar tingkat pengetahuan pengetahuan anggota subak tentang pupuk organik; (2) sikap anggota subak terhadap pupuk organik; dan (3) penerapan anggota subak dalam penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah.

Penelitian dilaksanakan di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Pemilihan kawasan ini sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Populasi dari penelitian ini adalah anggota aktif Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamat Mengwi, Kabupaten Badung yang berjumlah 162 Orang. Ukurang sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, sehingga jumlah responden yang diambil berjumlah 35 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang pupuk organik tergolong dalam kategori tinggi dengan pencapaian skor sebesar 71,20%. Namun, sikap petani terhadap pupuk organik tergolong dalam kategori sedang dengan pencapaian skor 66,20%. Pada penerapan petani terhadap pupuk organik tergolong dalam kategori sedang dengan pencapaian skor 63,80%.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada anggota subak sebagai pelaku seharusnya berani dalam mencoba teknologi dalam bidang pertanian yang diberikan oleh penyuluh. Karena dengan mencoba petani akan lebih mendapat pengalaman baru untuk diterapkan pada usahataninya pada masa mendatang. Kata Kunci : Perilaku, Subak, Pupuk Organik, Tanaman Padi.


(6)

v

RINGKASAN

Dampak negatif dari mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung residu kimia berlebih menjadi isu kesehatan yang muncul belakangan ini. Masalah lingkungan dan keamanan pangan memunculkan tren gaya hidup back to nature. Beberapa individu, kelompok dan organisasi menyuarakan gerakan sistem pertanian ramah lingkungan yaitu pertanian organik.

Sistem produksi pangan organik ini didasarkan pada standar produksi yang spesifik dengan tujuan menciptakan agroekosistem yang optimal, lestari, berkelanjutan baik secara sosial, ekologi, ekonomi dan etika. Pertanian organik merupakan salah satu cara guna memenuhi kebutuhan pangan yang aman dan berkelanjutan.

Pertanian organik mempunyai konsep yang berbeda dengan pertanian konvensional dalam hal kesuburan tanah, penggunaan bibit, pengelolaan hama dan penyakit tanaman, kualitas produk dan kestabilan produksi. Penggunaan bibit yang adaptif terhadap masukan pupuk organik memberikan efek yang baik terhadap sistem perakaran tanaman, menguntungkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan perbaikan kesuburan tanah, kualitas produk lebih baik dan stabilitas produksi jangka panjang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) seberapa besar tingkat pengetahuan pengetahuan anggota subak tentang pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah; (2) sikap anggota subak terhadap pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah; dan (3) penerapan anggota subak dalam penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah.


(7)

vi

Penelitian ini dilaksanakan di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Pemilihan kawasan ini sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu suatu metode penentuan daerah penelitian yang sebelumnya ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Populasi dari penelitian ini adalah anggota aktif Subak Dukuh yang berjumlah 162 Orang. Responden yang digunakan merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang diwakili oleh populasi tersebut. Penentuan ukuran responden dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin sehingga jumlah responden yang diambil berjumlah 35 orang.

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang menyangkut identitas Anggota Subak Dukuh dan responnya terhadap pengunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah, dikumpulkan dengan teknik wawancara. Untuk mendapatkan data yang akurat dilakukan juga wawancara mendalam dengan beberapa informan seperti PPL, Pekaseh, dan Tokoh Masyarakat yang bersangkutan. Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan dari beberapa sumber seperti monografi desa, statistik desa, laporan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dari instansi terkait, dan dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang pupuk organik tergolong dalam kategori tinggi dengan pencapaian skor sebesar 71,20%. Kategori tinggi ini didapat karena rata-rata responden sudah mengetahui tentang waktu pemupukan, jenis pupuk, dosis pupuk, dan cara pemupukan. Namun, sikap petani terhadap pupuk organik tergolong dalam kategori sedang dengan pencapaian


(8)

vii

skor 66,20%. Kategori sikap sedang ini didapat karena beberapa petani masih belum yakin pada inovasi yang diberikan oleh penyuluh. Mereka masih ragu tentang baik dan tidaknya hasil dari inovasi tersebut. Pada tahap penerapan petani terhadap pupuk organik tergolong dalam kategori sedang dengan pencapaian skor 63,80%. Penerapan dengan kategori sedang ini didapat bukan karena petani tidak mau menerapkan pupuk organik. Namun dalam beberapa tahap pemupukan, petani masih menggunakan pupuk kimia jenis urea.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada anggota subak sebagai pelaku seharusnya berani dalam mencoba teknologi dalam bidang pertanian yang diberikan oleh penyuluh. Karena dengan mencoba petani akan lebih mendapat pengalaman baru untuk diterapkan pada usahataninya pada masa mendatang.


(9)

viii

PERILAKU ANGGOTA SUBAK DALAM PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH (Kasus di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten

Badung)

LEMBAR PERSETUJUAN

I Made Sudiana NIM. 1105315086

Menyetujui untuk diujikan.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP., M.Si Ir. I Wayan Sudarta, MS NIP. 19780914 200012 1 001 NIP. 19530924 198103 1 001

Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS NIP. 19630515 198803 1 001


(10)

ix

PERILAKU ANGGOTA SUBAK DALAM PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH (Kasus di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten

Badung)

TIM PENGUJI

Dipersiapkan dan diajukan oleh I Made Sudiana

NIM. 1105315086

Telah diuji dan dinilai oleh tim penguji Pada tanggal 25 April 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana Nomor : 70/UNI14.1.23/DL/2016

Tanggal : 25 April 2016 Tim Penguji Skripsi adalah :

1. ketua : I Made Sarjana, S.P., M.Sc Anggota :

1. Ni Luh Prima Kemala Dewi, S.P., M.Agb 2. Ir. I Wayan Sudarta, M.S


(11)

x

RIWAYAT HIDUP

I Made Sudiana, lahir di Kapal, pada tanggal 21 Mei 1992 yang merupakan anak kedua dari pasangan I Nyoman Sudiara (Ayah) dan Ni Nyoman Padmi (Ibu).

Mulai menempuh pendidikan formal pada Tahun 1998 di SD Negeri 3 Kapal dan menamatkan pendidikan dasar pada Tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan dasar ke SMP Negeri 2 Mengwi dan tamat pada Tahun 2008. Selanjutnya menempuh pendidikan di SMK Pariwisata Mengwitani dan tamat pada Tahun 2011.

Pada Tahun 2011 melanjutkan pendidikan di Universitas Udayana, Fakultas Pertanian, Jurusan/Program Studi Agribisnis, dengan Konsentrasi Pengembangan Masyarakat melalui jalur PMDK.


(12)

xi

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu, Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Penulis telah menyelesaikan satu tahap kewajiban akademis yakni penyusunan skripsi, tugas penelitian sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. skripsi ini berjudul “Perilaku Anggota Subak dalam Penggunaan Pupuk Organik pada Budidaya Tanaman Padi Sawah (Kasus di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung)”. Penulisan tugas ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan meraih gelar di Fakultas Pertanian dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan studikepustakaan.

Penyusunan penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan, perhatian, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak terhormat berikut ini.

1. Prof. Dr. Ir. I Nyaman Rai, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas izin dan kemudahan yang diberikan dalam melakuakn penelitian. 2. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, MSi selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana, atas izin dan kemudahan yang diberikan dalam melakuakan penelitian.

3. Ir. Ria Puspa Yusuf, MEc, selaku Pembimbing Akademik, atau pengarahan dan bimbingannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

4. Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP, MSi, selaku Pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dengan penuh kesabaran hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.


(13)

xii

5. Ir. I Wayan Sudarta, MS selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis dengan penuh kesabaran hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. I Made Sarjana, SP., MSc selaku Ketua Tim Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk menyempurnakan penelitian penulis. 7. Ni Luh Prima Kemala Dewi, SP., M.Agb selaku Tim Penguji I yang telah

memberikan kritik positif dan masukan dalam menyempurnakan penelitian penulis.

8. Segenap pegawai Program Studi Agribisnis kususnya, dan Fakultas Pertanian umumnya atas bantuan dan dukungannya sehingga penulis lebih mudah dalam menyelesaikan penelitian.

9. Bapak I Made Raka, selaku PPL yang bertugas di Subak Dukuh yang telah banyak memberikan informasi dalam melakukan penelitian ini.

10.Bapak I Ketut Dana, selaku Pekaseh yang bertugas di Subak Dukuh yang telah banyak memberikan informasi dalam melakukan penelitian ini.

11.Segenap Anggota Subak Dukuh yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dalam memberikan informasi terkait penelitian penulis.

12.Kedua orangtua saya I Nyoman Sudira dan Ni Nyoman Padmi atas segala pengorbanan dan jerih payah memberikan dukungan moral, dana, dan spiritual yang tiada henti.

13.Kakak tercinta, Ni Putu Ririn Ariani yang selalu mendorong dan mendoakan saya didalam mencapai cita-cita.


(14)

xiii

14.Dewa Saraf, Dewa wik, Aryok, Bracuk, Bola, Oki, Tibo, dan Gung Mabuk yang telah banyak memberikan motovasi edan masukan kepada penulis agar dapat menyelesaikan penelitian ini.

15.Rekan-rekan di Program Studi Agribisnis khususnya, dan Fakultas Pertanian umumnya yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu segala keritik dan saran bersifat membangundari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penelitian ini lebih lanjut. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Akhir kata penulis berucap syukur tidak henti ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Om, Santih, Santih, Santih, Om.

Denpasar, 25 April 2016


(15)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

RINGKASAN ... v

LEMBAR PERSETUJUAN ... viii

TIM PENGUJI ... ix

RIWAYAT HIDUP ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xix I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Perumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

II. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Perilaku ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Definisi perilaku ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Ruang lingkup perilaku ... Error! Bookmark not defined. 2.2 Pupuk Organik ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Pengertian pupuk organik ... Error! Bookmark not defined. 2.2.2 Jenis - jenis pupuk organik ... Error! Bookmark not defined. 2.2.3 Manfaat penggunaan pupuk organik Error! Bookmark not defined. 2.2.4 Kelebihan dan kekurangan pupuk organik .... Error! Bookmark not defined.


(16)

xv

2.2.5 Penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah Error! Bookmark not defined.

2.3 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.

III. METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Sumber dan Jenis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Sumber data ... Error! Bookmark not defined. 3.2.2 Jenis data ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Populasi dan Responden ... Error! Bookmark not defined. 3.5 Variabel dan Batasan Operasional Variabel ... Error! Bookmark not defined.

3.5.1 Variabel penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.5.2 Batasan operasional variabel ... Error! Bookmark not defined. 3.6 Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... Error! Bookmark not

defined.

4.1 Letak Geografis dan Topografi ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Komposisi Penduduk ... Error! Bookmark not defined. 4.3.1 Komposisi penduduk menurut umur Error! Bookmark not defined. 4.3.2 Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan Error! Bookmark not defined.

4.3.3 Komposisi penduduk menurut mata pencaharian . Error! Bookmark not defined.

4.4 Deskripsi Subak Dukuh ... Error! Bookmark not defined. 4.4.1 Letak dan luas wilayah ... Error! Bookmark not defined. 4.4.2 Keadaan anggota, struktur orginisasi, dan pembagian tugas ... Error! Bookmark not defined.

4.4.3 Keadaam Pertanian ... Error! Bookmark not defined. 4.4.4 Kegiatan usahatani padi ... Error! Bookmark not defined.


(17)

xvi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Karakteristik Responden ... Error! Bookmark not defined. 5.1.1 Umur ... Error! Bookmark not defined. 5.1.2 Tingkat pendidikan formal ... Error! Bookmark not defined. 5.1.3 Mata pencaharian ... Error! Bookmark not defined. 5.1.4 Jumlah anggota rumah tangga... Error! Bookmark not defined. 5.1.5 Pemilikan dan penguasaan lahan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Perilaku Petani terhadap Pupuk Organik pada Budidaya Tanaman Padi

Error! Bookmark not defined.

5.2.1 Pengetahuan petani tentang pupuk organik ... Error! Bookmark not defined.

5.2.2 Sikap petani terhadap pupuk organik ... Error! Bookmark not defined.

5.2.3 Penerapan pupuk organik oleh petani ... Error! Bookmark not defined.

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

6.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined. 6.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman 3.1 Variabel Indikator, Parameter, dan Pengukuran Perilaku Anggota Subak Dalam

Penggunaan Pupuk Organik pada Budidaya Tanaman Padi Sawah Di Subak Dukuh ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Distribusi waktu pemupukan, jenis pupuk, dosis pupuk, dan waktu

pemupukan berdasarkan kelompok proses persamaian, pemukan dasar, dan pemupukan ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Kategori Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Penerapan Anggota Subak Dalam

Penggunaan Pupuk Organik pada Budidaya Tanaman Padi Sawah Di Subak Dukuh. ... Error! Bookmark not defined. 4.1 Tata Guna Lahan di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung,

Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Kapal, Kecamatan

Mengwi, Kabupaten Badung, Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined. 4.3 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kapal, Kecamatan

Mengwi, Kabupaten Badung, Tahun 2015. .. Error! Bookmark not defined. 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Kapal,

Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Tahun 2015Error! Bookmark not defined.

5.1 Distribusi Responden menurut Kelompok Umur di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2016Error! Bookmark not defined.

5.2 Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2016 .... Error! Bookmark not defined.

5.3 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Pokok dan Sampingan di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2016 ... Error! Bookmark not defined. 5.4 Distribusi Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden di Subak Dukuh, Desa

Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2016 ... Error! Bookmark not defined.

5.5 Distribusi Responden bedasarkan Rata-rata Status Pemilikan dan Sakapan Lahan di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2016 ... Error! Bookmark not defined.


(19)

xviii

5.6 Perilaku Anggota Subak dalam Penggunaan Pupuk Organik Di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Tahun 2016 ... Error! Bookmark not defined.

5.7 Pengetahuan Petani tentang Pupuk Organik di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2016Error! Bookmark not defined.

5.8 Sikap Petani Terhadap Pupuk Oganik di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2016Error! Bookmark not defined.

5.9 Penerapan Pupuk Organik oleh Petani di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2016Error! Bookmark not defined.


(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran Perilaku Anggota Subak dalam Penggunaan Pupuk

Organik pada Budidaya Tanaman Pasi Sawah Di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan mengwi, Kabupaten Badung. .... Error! Bookmark not defined. 4.1 Struktur Organisasi Subak Dukuh, Tahun 2015Error! Bookmark not


(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuisioner ……… 74

2. Hasil Uji Reliability dan Validitas ………. 81

3. Karakteristik Responden ……… 85

4. Hasil Rekapitulasi Data ………. 87


(22)

(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laju pertambahan penduduk Indonesia sekitar 1,3% pertahun, hasil sensus penduduk 2010 tercatat penduduk Indonesia sebanyak 237.556.363 orang (BPS,2010). Hal ini mendorong perlunya upaya pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri terutama beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia melalui peningkatan produksi hasil pertanian. Selama ini, kegiatan pertanian di Indonesia masih mengandalkan penggunaan input berupa penggunaan bahan kimia dalam kegiatan usahatani yang diadopsi dari teknologi revolusi hijau.

Paket teknologi ini diadopsi secara cepat oleh petani karena dipandang unggul dengan pencapaian swasembada beras pada tahun 1984 dan mampu meningkatan produksi padi nasional sebesar 289 persen selama 30 tahun. Namun setelah tahun 1990-an terjadi perlambatan laju produksi beras karena adanya kemarau panjang, serangan hama penyakit dan fenomena alam (Kurnia, 2004)..

Dampak negatif lainnya terhadap lingkungan berupa pencemaran tanah, air dan penurunan kualitas ekosistem di sawah. Residu nitrat dalam air irigasi di 85% lahan sawah beririgasi mencapai 5,4 ppm (part Per million) pada hal maksimum yang dibolehkan 4,5 ppm, air irigasi juga tercemar pestisida. Varietas padi lokal banyak yang hilang akibat penggunaan varietas unggul, matinya mikroorganisme tanah, ledakan hama baru dan gulma akibat penggunaan pestisida. Isu terbaru adanya pemanasan global, pupuk N (UREA) di tanah mengalami nitrifikasi/denitrifikasi dari NO3 (nitrat) menjadi NO2 (nitrit) ke atmosfer


(24)

2

Isu kesehatan yang muncul belakangan ini berawal dari kekhawatiran terhadap dampak negatif mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung residu kimia berlebih. Masalah lingkungan dan keamanan pangan memunculkan trend gaya hidup back to nature. Beberapa individu, kelompok dan organisasi menyuarakan gerakan sistem pertanian ramah lingkungan yaitu pertanian organik.

Sistem produksi pangan organik ini didasarkan pada standar produksi yang spesifik dengan tujuan menciptakan agroekosistem yang optimal, lestari berkelanjutan baik secara sosial, ekologi, ekonomi dan etika (SNI 6729-2010). Pertanian organik merupakan salah satu cara guna pemenuhan kebutuhan pangan yang aman dan berkelanjutan.

Pertanian organik mempunyai konsep yang berbeda dengan pertanian konvensional dalam hal kesuburan tanah, penggunaan bibit, pengelolaan hama dan penyakit tanaman, kualitas produk dan kestabilan produksi. Penggunaan bibit yang adaptif terhadap masukan pupuk organik memberikan efek yang baik terhadap sistem perakaran tanaman, menguntungkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan perbaikan kesuburan tanah, kualitas produk lebih baik dan stabilitas produksi jangka panjang.

Peluang pasar produk pangan organik, terutama padi organik masih terbuka lebar baik di dalam maupun luar negeri. Kontribusi pasar organik untuk wilayah Asia termasuk Indonesia masih potensial untuk dikembangkan. Pada tahun 2005, pasar beras organik di Indonesia baru mencapai Rp. 28 milyar dengan pertumbuhan sekitar 22% per tahunnya. Volume produksi beras organik nasional meningkat dari 1.180 ton ditahun 2001 menjadi hampir 11.000 ton di tahun 2004. Beras organik


(25)

3

tersebut sebagian besar dipasarkan di supermarket tertentu di kotakotabesar di Indonesia.

Peralihan penggunaan pupuk kimia menuju ke pupuk organik juga dirasakan oleh anggota Subak Dukuh. Subak Dukuh merupakan subak yang terletak di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Subak ini mempunyai total luas lahan yaitu 118 hektar dan mempunyai 162 anggota.

Pada awalnya dalam memenuhi kebutuhan usahataninya, petani menggunakan pupuk yang diproduksi oleh pabrik, yaitu pupuk kimia seperti UREA, TSP (triple super phosphate), dan KCL. Dengan dosis penerapan pupuk organik tersebut telah sesuai dengan anjuran PPL daerah setempat yakni Urea 150 kg/H, TSP 100 kg/H, dan KCL 50 kg/H. Jika dilihat dari hasil panen dapat dikatakan sangat tinggi yaitu tujuh ton per hektar.

Namun kebutuhan akan pupuk tersebut semakin meningkat setiap tahunnya. Perekonomian petani semakin menurun mengingat pupuk yang digunakan harganya mahal. Disamping itu, petani pun merasakan dampak negatif dalam penggunaan pupuk anorganik tersebut. Dampak negatif yang dirasakan adalah rusak lahan pertanian dan mengerasnya struktur tanah. Kesehatan masyarakat pun ikut menurun akibat mengkonsumsi sebagian dari hasil panen yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Kurnia, 2004)..

Setelah kurang lebih 30 tahun mengunakan pupuk anorganik, maka petani mulai beralih mengunakan pupuk organik sejak tahun 2013. Tujuan penggunaan pupuk organik ini tidak lain untuk menjaga keseimbangan alam dan ekosistem di dalamnya, serta turut menjaga kesuburan tanah tersebut.


(26)

4

Pada tahun 2013 Subak Dukuh mendapat penyuluhan tentang pemanfaatan pupuk organik pada budidaya tanaman padi dan mendapat bantuan subsidi pupuk dari pemerintah berupa pupuk organik jenis petroganik yang berbentuk padat dengan butiran kecil (granul) untuk mempermudah dalam penebaran. Selain pupuk organik, petani juga mulai mencampur dengan pupuk yang berasal dari kotoran sapi dan sebagian dari petani juga ada yang mencampurnya dengan pupuk anorganik. Hal ini semata-mata sebagai penyeimbang dalam penggunaan pupuk organik.

Melihat kondisi Subak Dukuh yang mulai mengalihkan pertaniannya dari menggunakan pupuk anorganik menjadi organik, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai perilaku yang meliputi unsur pengetahuan, sikap, dan Penerapan anggota subak dalam penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah di Subak Dukuh.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah tingkat pengetahuan anggota subak tentang pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah ?

2. Bagaimanakah sikap anggota subak terhadap pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah ?

3. Bagaimanakah penerapan anggota subak dalam penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah ?


(27)

5

Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini.

1. Mengetahui tingkat pengetahuan anggota subak tentang pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah.

2. Mengetahui sikap anggota subak terhadap pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah.

3. Mengetahui penerapan anggota subak dalam penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi penyuluh pertanian (baik penyuluh pemerintah, swadaya atau swasta)

hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan atau informasi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran bersama petani

2. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai rekomendasi dan bahan perbandingan.

3. Bagi pembaca diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan pembaca.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup tiga konsep, yaitu tingkat pengetahuan anggota subak tentang pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah, sikap anggota subak terhadap pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah, dan penerapan anggota subak dalam penggunaan pupuk organik pada


(28)

6

budidaya tanaman padi sawah di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Definisi perilaku

Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori ini, terjadinya perilaku didasari oleh adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Oleh sebab itu, teori Skiner ini disebut teori “SOR” atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan respon menjadi dua sebagai berikut. a) Responden respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus tertentu). Stimulus semacam ini disebut

eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

b) Operan respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena memperkuat respon.

Menurut Notoatmodjo (2007), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut.

a) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.


(30)

8

b) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice) yang mudah diamati atau dilihat orang lain.

Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang perilaku yang dikemukakan oleh Machfoedz dan Suryani (2007) : a) Teori Naluri (Instinc Theory)

Menurut Mc Dougall perilaku itu disebabkan oleh naluri. Naluri merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan, dan naluri akan mengalami perubahan karena pengalaman.

b) Teori Dorongan (Drive Theory)

Teori ini mengatakan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan (drive) tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan organisme yang kemudian mendorong organisme tersebut berperilaku untuk memenuhi kebutuhannya.

c) Teori Insentif (Incentive Theory)

Teori ini mengatakan bahwa perilaku timbul karena adanya insentif atau

reinforcement. Terdapat dua Insentif yaitu positif dan negatif. Insentif positif adalah yang berkaitan dengan hadiah, sedangkan insentif negatif berkaitan dengan sanksi atau hukuman.

d) Teori Atribusi

Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku yang terdiri dari faktor internal (motif, sikap, dll) dan faktor eksternal (budaya, geografis, dll).


(31)

9

2.1.2. Ruang lingkup perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang linngkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain ranah atau kawasan yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan, sikap dan penerapan/penerapan (Notoatmodjo, 2007).

a. Pengetahuan

Notoatmodjo (2007) menyataan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dikategorikan menjadi enam tingkat, sebagai berikut.

1. Tahu

Pengetahuan sebagai pengingat sesuatu yang telah dipelajari sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami

Pengetahuan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.


(32)

10

3. Aplikasi

Pengetahuan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang real (sebenarnya). Aplikasi ini diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.

4. Analisis

Pengetahuan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis

Sintesis berkaitan dengan kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, merencanakan, meningkatkan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumus

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi/penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri menggunakan kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau


(33)

11

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya (Notoatmodjo, 2007).

b. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu (Sunaryo, 2004)

Menurut Allport sebagaimana dikutip dalam Notoatmojo (2007), sikap mempunyai tiga komponen pokok, sebagai berikut

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri atas berbagai tingkatan (Notoatmodjo, 2007) sebagai berikut.

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas


(34)

12

dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang petani yang mengajak petani yang lain untuk pergi bersama penyuluh melihat lahan atau mendiskusikan tentang tanaman padi, adalah suatu bukti bahwa petani tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap lahan pertaniannya.

4. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab merupakan bentuk sikap yang paling tinggi atas segala yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek atau juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Pernyataan sikap dapat berisi hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap juga dapat berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap dan bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang unfavourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan


(35)

13

demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2005).

c. Penerapan

Penerapan merupakan aspek perilaku yang berhubungan dengan kemampuan menggerakkan otot atau fisik yang pada akhirnya merupakan pekerjaan badaniah. Penerapan dibagi menjadi tiga tingkat kedalaman (Wiriaatmadja, 1986) antara lain, sebagai berikut.

1. Peniruan (initiatory level)

Orang berbuat sekedar meniru apa yang dilihat, dipercontohkan atau didengar. 2. Pengendalian (prevontime level)

Orang sudah dapat berbuat atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang didapat walaupun masih sedang.

3. Otomatisasi (rountinized level)

Orang dapat bekerja sendiri tanpa berpikir terlalu banyak.

Penerapan adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa penerapan untuk memecahkan atau menjawab persoalan. Penerapan intelektual atau penerapan sosial. Rincian penerapan (psikomotorik) yang sudah dikembangkan (Wiriaatmadja, 1986), sebagai berikut.

1. Kesiapan (Set)

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan


(36)

14

memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan rohani.

2. Respons Terpimpin (Guided Response)

Tahap awal dalam mempelajari penerapan yang komplek, termasuk didalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Respon terpimpin ditunjukkan apabila seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme (Mecanism)

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga baik dengan meyakinkan dan cakap.Ini mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan. Suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa sub penerapan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur.

4. Penyesuaian (Adaptation)

Penerapan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan taraf penerapan yang telah mencapai kemahiran.

5. Penciptaan (Origination)

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. Penciptaan atau kreatifitas adalah mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.


(37)

15

Pengukuran Penerapan dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh individu sebelumnya, dan secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan individu tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Pupuk Organik

2.2.1. Pengertian pupuk organik

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk smua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman (Suryadikarta, dan Simanungkalit, 2006). Dijelaskan pada Peraturan Menteri Pertanian No. 2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, bahwa pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik dari pada kadar haranya. Nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Menteri Pertantian adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral.


(38)

16

2.2.2. Jenis - jenis pupuk organik

Jenis-jenis pupuk organik diantaranya dijelaskan sebagai berikut (Hidayatush, 2011)

1. Pupuk Kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan, baik yang belum terurai (masih baru) ataupun yang sudah mengalami penguraian, seperti yang dijelaskan berikut.

a. Pupuk kandang yang belum terurai masih berbentuk asli, berbau menyengat, dan bercampur dengan urine.

b. Sedangkan pupuk yang sudah terurai memiliki bentuk seperti tanah dan baunya tidak menyengat.

2. Pupuk Hijau adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman yang sengaja dibenamkan langsung ke tanah atau tanaman sengaja ditanam secara tumpang sari, contoh kacang-kacangan (leguminosa).

Pupuk hijau dari Legiminosa memiliki kelebihan sebagai berikut a. Mengandung unsur N yang cukup tinggi

b. Bahan organiknya mudah terdekomposisi

c. Perakaran memiliki nodula yang dapat bersimbiosis dengan bakteri pengikat N bebas di Udara (Rizobium atau Bacilus radicola)

3. Pupuk Kompos adalah pupuk yang berasal dari penguraian campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan aerobik dan anaerobik. Perbedaan pupuk kompos


(39)

17

melalui pengomposan, yaitu proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis oleh mikroba.

4. Pupuk Hayati atau pupuk mikrobiologis adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diaplikasikan akan meningkatkan pasokan nutrisi tanaman dan mendorong pertumbuhan tanaman. Pupuk hayati bukanlah pupuk secara langsung menambahkan nutrisi ke dalam tanah, tetapi melalui proses alami, diantaranya fiksasi nitrogen atmosfer, mengurai fosfor, dan mensintetis zat-zat yang mendukung pertumbuhan tanaman. Contoh pupuk Hayati adalah EM4 (Efektif Mikroorganisme 4, Lactobacillus, Actinomicetes,

ragi, dan jamur)

5. Bokashi (Bahan Organik Kaya Sumber Hayati) adalah Pupuk yang berasal dari campuran sisa tanaman dan kotoran hewan ditambah bahan organik pembawa atau peningkat (misal sekam, dedak) dengan melalui proses fermentasi atau pengomposan dengan menggunakan Mikroorganisme yang digunakan seperti EM4.

Perbedaan Bokashi dengan pupuk kompos adalah sebagai berikut a. Pupuk kompos dari berbagai bahan organik

b. Pupuk kompos dapat melalui proses dekomposisi alami tanpa penambahan EM4.

c. Pupuk kompos tidak ditambahkan bahan pembawa/peningkat bahan organik (sekam, dedak).


(40)

18

6. Pupuk Guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran unggas dan atau kelelawar, berbentuk serbuk atau butiran berbau khas, dengan atau tanpa penambahan unsur hara N, P dan K.

7. Pupuk Kascing adalah pupuk yang berasal dari kotoran cacing. 8. Nightsoil adalah pupuk yang berasal dari (maaf) kotoran manusia.

9. Pupuk Petroganik adalah pupuk yang terbuat dari campuran beberapa jenis pupuk yaitu,pupuk kandang (kotoran sapi, kambing, unggas dll), limbah industri (limbah pabrik gula) limbah kota (sampah rumah tangga). Pupuk ini merupakan produksi oleh PT. Petrokimia Gersik. Proses pembuatannya yakni pupuk kandang, limbah kota dan limbah industri dihaluskan sehingga berbentuk butiran hingga debu dengan cara di crusher dengan mesin crusher atau dengan cara manual dicangkul dan diayak/disaring. Bahan yang telah halus ditimbang sesuai dengan formula yang telah di tetapkan. Setelah dilakukan penimbangan bahan di campur dengan mixtro, suplemen dan air di pan granulator. Bahan yang telah tercampur akan membentuk granule/butiran. Hasil granule bahan kemudian didiamkan selama 2 s.d 3 hari untuk menurunkan kadar air yang terdapat dalam hasil granule. Setelah setengah kering kemudian dilakukan pengeringan. Pengeringan dilakukan pada mesin dryer dengan kapasitas 7 s.d 10 ton perhari dari mesin dryer dilakukan pengayakan pada mesin screen sehingga granule yang diayak bisa sama besarnya. Salah satu keunggulan utama pupuk Petroganik adalah pada kandungan C organik dan unsur haranya yang tinggi terutama yang berasal dari kotoran ternak seperti ayam dan sapi.


(41)

19

2.2.3 Manfaat penggunaan pupuk organik

Menurut Erianto (2009) pupuk organik mempunyai banyak manfaat apa bila diaplikasikan dalam pemupukan lahan tanaman pertanian. Adapaun penekanan pemakaian pupuk organik secara kontinyu dan berkeseimbangan akan memberikan keuntungan dan manfaat dalam pemakaian jangka panjang seperti yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Pupuk organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman

2. Pupuk organik berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan kontinyu sehingga dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai hara yang dapat membuat tanaman menjadi keracunan.

3. Pupuk organik membantu menjaga kelemahan tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah pada akar-akar tanaman

4. Pupuk organik dapat meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel yang berada di dalam tanah lebih stabil dan cenderung meningkat karena struktur tanah sangat berperan dalam pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, aktifitas mikroorganisme menguntungkan, pertumbuhan akar, dan kecambah biji.

5. Pupuk organik sangat membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah yang merupakan lapisan mengandung banyak hara.


(42)

20

6. Pemakaian pupuk organik juga berpean penting dalam merawat/menjaga tingkat kesuburan tanah yang sudah dalam keadaan berlebihan pemupukan dengan pupuk anorganik/kimia dalam tanah.

7. Pupuk organik berperan positif dalam menjaga kehilangan secara luas hara Nitrogen dan Fosfor terlarut dalam tanah.

8. Keberadaan pupuk organik yang tersedia secara melimpah dan mudah didapatkan.

2.2.4 Kelebihan dan kekurangan pupuk organik

Pupuk organik sebenarnya sudah lama digunakan oleh para petani di Indonesia. Karena adanya salah satu kebijakan pada jaman orde baru, penggunaan pupuk organik menjadi barang langka bagi petani. Pengunaannya yang membutuhkan dalam jumlah banyak setiap aplikasi menjadi alasan utama petani jarang menggunakan pupuk organik. Padahal pupuk organik mengandung unsur hara lebih lengkap dari pada pupuk anorganik. Selain dari segi kandungan hara, pupuk organik sangat diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah yang tidak dapat dilakukan oleh pupuk anorganik (Suryadikarta, dan Simanungkalit, 2006).

Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik dibandingkan dengan pupuk anorganik.

1. Perbaikan struktur tanah. Pupuk organik menjadikan tanah lebih remah dan memiliki erasi yang baik. Pupuk organik mampu mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar.


(43)

21

2. Meningkatkan daya serap terhadap air. Pupuk organik memiliki daya serap yang lebih besar terhadap air tanah. Hal ini sangat berhubungan positif terhadap hasil tanaman terutama pada musim kering.

3. Meningkatkan populasi organisme tanah. Organisme tanah memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Pupuk organik yang diberikan pada tanah akan diuraikan terlebih dahulu oleh jasad renik melalui pembusukan atau peragian sebelum diisap oleh akar tanaman.

4. Sebagai sumber hara bagi tanaman. Pupuk organik mengandung kandung hara yang dibutuhkan oleh tanaman dengan komposisi lebih lengkap dibandingkan pupuk anorganik. Jumlah hara pupuk organik lebih sedikit dibandingkan pupuk kimia. Itulah sebabnya pemakaian pupuk organik hendaknya diimbangi dengan pupuk anorganik agar keduanya saling melengkapi.

5. Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik).

6. Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormone dan enzyme yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme. 7. Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang

mempunyai pengaruh yang sanagat baik terhadap sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.

8. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah. 9. Menjadi penyangga pH tanah.


(44)

22

10. Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan. 11. Membantu menjaga kelembapan tanah.

12. Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun. 13. Tidak merusak lingkungan.

Sedangkan kekurangan dari pupuk organik sebagai berikut (agroinformatika.net)

1. Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.

2. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.

3. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan.

2.2.5 Penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah

Setiap menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah, kebutuhannya berbeda-beda sesuai dengan kondisi dari tanah yang akan diberi pupuk. Tanah berpasir, bekas pertambangan, tanah tererosi, atau tanah sangat padat yang mudah retak pada musim kemarau, sebaiknya diberi pupuk organik dalam jumlah besar sebelum digunakan untuk bercocok tanam. Setelah diberi pupuk organik, dilanjutkan dengan pengolahan tanah, Kedua perlakuan tersebut dilakukan


(45)

23

supaya sifat fisik tanah membaik dan pemakaian pupuk kimia menjadi lebih efisien (Hidayatush, 2011)

Kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar seringkali menyulitkan proses penebarannya. Namun, sekarang telah dipasarkan pupuk organik yang dipadatkan dalam bentuk pellet atau granul. Pupuk organik dalam bentuk tersebut lebih mudah diaplikasikan dan dosis yang diperlukan menjadi lebih kecil.

Di daerah penelitian menurut informasi yang diperoleh dari I Made Raka sebagai penyuluh di Subak Dukuh, Pada umumnya dalam menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah ada tiga tahap.

Tahap pertama pada pesemaian disiapkan media pesemaian dengan cara

mencampurkan tanah dengan pupuk organik jenis petroganik. Dosis pupuk yang digunbakan sebanyak 10 kg per are. Pemupukan dilakukan tujuh hari sebelum pesemaian.

Tahap Kedua pada tahap pemupukan dasar yang dilaksanakan pada saat

pengolahan lahan. Urutan dalam mengolah tanah seperti pengolahan pada umumnya yaitu mula-mula tanah dibajak menggunakan traktor atau tenaga sapi. Selanjutnya tanah digaru sambil disebari pupuk organik. Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk organik jenis petroganik dengan dosis 10 kilo per are dan dibagi menjadi dua kali waktu pemupukan dengan dosis lima kilo per are pada saat membajak tanah, kemudian lima kilo per arenya lagi diberikan tujuh hari sebelum bibit padi ditanam. Pada saat menggaru dan meratakan tanah, usahakan agar air tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak hanyut.Setelah tanah diratakan, dibuatkan parit di bagian pinggir dan tengah tiap


(46)

24

petak sawah untuk memudahkan pengaturan air.Agar tanah menjadi baik, maka tanah yang telah diolah dengan pupuk organik didiamkan selama satu minggu.

Tahap Ketiga adalah pemupukan setelah tanam. Pemupukan dilakukan

mulai padi berumur dua minggu setelah tanam atau berumur 10 s.d 15 hari. Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk organik jenis petroganik dengan dosis lima kilo per are dalam setiap kali pemupukan. Selanjutnya pemupukan dilakukan pada saat padi berumur empat minggu setelah taman atau berumur 30 s.d 35 hari dan pada saat padi berumur 40 s.d 45 hari, ditebarkan lagi pupuk organik tersebut dengan dosis yang sama.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pemenuhan kebutuhan akan pangan (padi) di Subak Dukuh Kapal diperlukan suatu upaya meningkatkan produksi beras agar ketahanan pangan terjaga. Pada prosesnya, kebutuhan akan pemenuhan pangan semakin meningkat yang menyebabkan produksi beras akan semakin tinggi. Peralihan usaha tani menuju sistem pertanian organik dengan menggunakan pupuk organik, menjadi suatu jalan untuk meningkatkan pemenuhan pangan tersebut.

Keberhasilan petani dalam menggunakan pupuk organik di Subak Dukuh, perlu ditinjau dari segi pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah, dilakukan analisis secara


(47)

deskriptif-25

kualitatif, dengan alat pengukuran skala berjenjang lima yang terinpirasi dari Skala Likert.

Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjawab permasalahan yang ada seperti pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk organik, Hasil penelitian ini akan di rekomendasikan kepada petugas penyuluhan lapangan yang bertugas di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, dan penerapan petani dalam penggunaan pupuk organik pada budidaya padi sawah di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(48)

26

Gambar 2.1.

Kerangka Pemikiran Perilaku Anggota Subak dalam Penggunaan Pupuk Organik pada Budidaya Tanaman Pasi Sawah Di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan

mengwi, Kabupaten Badung.

1. Jenis pupuk yang digunakan

2. Dosis pemberian

pupuk

3. Waktu pemberian

pupuk

4. Cara Pemupukan

Penerapan 1. Jenis pupuk yang

digunakan 2. Dosis pemberian

pupuk

3. Waktu pemberian pupuk

4. Cara Pemupukan

Sikap Pengetahuan

1. Jenis pupuk yang

digunakan

2. Dosis pemberian

pupuk

3. Waktu pemberian

pupuk

4. Cara Pemupukan

Perilaku Anggota Subak Subak Dukuh di Desa Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten

Badung

Pupuk Organik

Analisis Deskriptif Kualitatif

Simpulan


(1)

2. Meningkatkan daya serap terhadap air. Pupuk organik memiliki daya serap yang lebih besar terhadap air tanah. Hal ini sangat berhubungan positif terhadap hasil tanaman terutama pada musim kering.

3. Meningkatkan populasi organisme tanah. Organisme tanah memanfaatkan bahan organik sebagai makanan. Pupuk organik yang diberikan pada tanah akan diuraikan terlebih dahulu oleh jasad renik melalui pembusukan atau peragian sebelum diisap oleh akar tanaman.

4. Sebagai sumber hara bagi tanaman. Pupuk organik mengandung kandung hara yang dibutuhkan oleh tanaman dengan komposisi lebih lengkap dibandingkan pupuk anorganik. Jumlah hara pupuk organik lebih sedikit dibandingkan pupuk kimia. Itulah sebabnya pemakaian pupuk organik hendaknya diimbangi dengan pupuk anorganik agar keduanya saling melengkapi.

5. Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik).

6. Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormone dan enzyme yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme. 7. Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang

mempunyai pengaruh yang sanagat baik terhadap sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.

8. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah. 9. Menjadi penyangga pH tanah.


(2)

10. Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan. 11. Membantu menjaga kelembapan tanah.

12. Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun. 13. Tidak merusak lingkungan.

Sedangkan kekurangan dari pupuk organik sebagai berikut (agroinformatika.net)

1. Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.

2. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.

3. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan.

2.2.5 Penggunaan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah

Setiap menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah, kebutuhannya berbeda-beda sesuai dengan kondisi dari tanah yang akan diberi pupuk. Tanah berpasir, bekas pertambangan, tanah tererosi, atau tanah sangat padat yang mudah retak pada musim kemarau, sebaiknya diberi pupuk organik dalam jumlah besar sebelum digunakan untuk bercocok tanam. Setelah diberi pupuk organik, dilanjutkan dengan pengolahan tanah, Kedua perlakuan tersebut dilakukan


(3)

supaya sifat fisik tanah membaik dan pemakaian pupuk kimia menjadi lebih efisien (Hidayatush, 2011)

Kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar seringkali menyulitkan proses penebarannya. Namun, sekarang telah dipasarkan pupuk organik yang dipadatkan dalam bentuk pellet atau granul. Pupuk organik dalam bentuk tersebut lebih mudah diaplikasikan dan dosis yang diperlukan menjadi lebih kecil.

Di daerah penelitian menurut informasi yang diperoleh dari I Made Raka sebagai penyuluh di Subak Dukuh, Pada umumnya dalam menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah ada tiga tahap.

Tahap pertama pada pesemaian disiapkan media pesemaian dengan cara

mencampurkan tanah dengan pupuk organik jenis petroganik. Dosis pupuk yang digunbakan sebanyak 10 kg per are. Pemupukan dilakukan tujuh hari sebelum pesemaian.

Tahap Kedua pada tahap pemupukan dasar yang dilaksanakan pada saat

pengolahan lahan. Urutan dalam mengolah tanah seperti pengolahan pada umumnya yaitu mula-mula tanah dibajak menggunakan traktor atau tenaga sapi. Selanjutnya tanah digaru sambil disebari pupuk organik. Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk organik jenis petroganik dengan dosis 10 kilo per are dan dibagi menjadi dua kali waktu pemupukan dengan dosis lima kilo per are pada saat membajak tanah, kemudian lima kilo per arenya lagi diberikan tujuh hari sebelum bibit padi ditanam. Pada saat menggaru dan meratakan tanah, usahakan agar air tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak hanyut.Setelah tanah diratakan, dibuatkan parit di bagian pinggir dan tengah tiap


(4)

petak sawah untuk memudahkan pengaturan air.Agar tanah menjadi baik, maka tanah yang telah diolah dengan pupuk organik didiamkan selama satu minggu.

Tahap Ketiga adalah pemupukan setelah tanam. Pemupukan dilakukan mulai padi berumur dua minggu setelah tanam atau berumur 10 s.d 15 hari. Pupuk organik yang diberikan adalah pupuk organik jenis petroganik dengan dosis lima kilo per are dalam setiap kali pemupukan. Selanjutnya pemupukan dilakukan pada saat padi berumur empat minggu setelah taman atau berumur 30 s.d 35 hari dan pada saat padi berumur 40 s.d 45 hari, ditebarkan lagi pupuk organik tersebut dengan dosis yang sama.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pemenuhan kebutuhan akan pangan (padi) di Subak Dukuh Kapal diperlukan suatu upaya meningkatkan produksi beras agar ketahanan pangan terjaga. Pada prosesnya, kebutuhan akan pemenuhan pangan semakin meningkat yang menyebabkan produksi beras akan semakin tinggi. Peralihan usaha tani menuju sistem pertanian organik dengan menggunakan pupuk organik, menjadi suatu jalan untuk meningkatkan pemenuhan pangan tersebut.

Keberhasilan petani dalam menggunakan pupuk organik di Subak Dukuh, perlu ditinjau dari segi pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk organik pada budidaya tanaman padi sawah, dilakukan analisis secara


(5)

deskriptif-kualitatif, dengan alat pengukuran skala berjenjang lima yang terinpirasi dari Skala Likert.

Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjawab permasalahan yang ada seperti pengetahuan, sikap, dan penerapan petani selama menggunakan pupuk organik, Hasil penelitian ini akan di rekomendasikan kepada petugas penyuluhan lapangan yang bertugas di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, dan penerapan petani dalam penggunaan pupuk organik pada budidaya padi sawah di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(6)

Gambar 2.1.

Kerangka Pemikiran Perilaku Anggota Subak dalam Penggunaan Pupuk Organik pada Budidaya Tanaman Pasi Sawah Di Subak Dukuh, Desa Kapal, Kecamatan

mengwi, Kabupaten Badung.

1. Jenis pupuk yang digunakan

2. Dosis pemberian

pupuk

3. Waktu pemberian

pupuk

4. Cara Pemupukan

Penerapan 1. Jenis pupuk yang

digunakan 2. Dosis pemberian

pupuk

3. Waktu pemberian pupuk

4. Cara Pemupukan

Sikap Pengetahuan

1. Jenis pupuk yang

digunakan

2. Dosis pemberian

pupuk

3. Waktu pemberian

pupuk

4. Cara Pemupukan

Perilaku Anggota Subak Subak Dukuh di Desa Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten

Badung

Pupuk Organik

Analisis Deskriptif Kualitatif

Simpulan