Penghitungan harga pokok produksi dengan menggunakan full costing sebagai dasar penentuan harga jual dengan cost plus pricing studi kasus pada UKM Langgeng Roti.

(1)

ABSTRAK

PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN

MENGGUNAKAN FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN

HARGA JUAL DENGAN COST PLUS PRICING

Studi Kasus pada UKM Langgeng Roti

Vita Krisnamurti NIM: 112114023 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penghitungan harga pokok produksi UKM Langgeng Roti selama tahun 2014 dan untuk mengetahui penentuan harga jual roti di perusahaan. Penghitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan penentuan harga jual dengan menggunakan cost plus pricing.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik perusahaan dan catatan penjualan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari biaya-biaya produksi selama tahun 2014.

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa harga pokok produksi yang dihitung sebagai dasar penentuan harga jual menggunakan metode perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan metode full costing. Harga pokok produksi yang dihitung menggunakan metode perusahaan yaitu sebesar Rp2.074 dan menurut metode full costing sebesar Rp2.088. Ini disebabkan dalam penghitungan biaya overhead pabrik perusahaan tidak memperhitungkan biaya depresiasi dan perawatan alat produksi.

Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Full Costing, Cost Plus Pricing.


(2)

ABSTRACT

THE CALCULATION OF PRODUCTION COST BASED ON

FULL COSTING AS THE BASIS FOR DETERMINING THE SELLING PRICE BASED ON COST PLUS PRICING

Case Study on Langgeng Roti SME Klaten

Vita Krisnamurti NIM: 112114023 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

There are two purposes of this study, firstly, analyzing the calculation of production cost and secondly determining the white bread selling price at Langgeng Roti SME in the year 2014. Analyzing the calculation of production cost was based on full costing method and the determination of selling price was based on cost plus pricing method.

There are two different type of data in this study, primary data and secondary data. The primary data was collected through interview and documentation. Secondary data was collected through documentation of production cost in the year 2014.

The result showed that the production cost calculation by the Langgeng Roti SME was lower than that of full costing method. Cost production calculation

by company’s method was Rp2.074 whereas by full costing method was Rp2.088

per unit. Production cost calculation was different because the calculation of the company was not taking into account the depreciation expense and maintenance expense.


(3)

PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN

HARGA JUAL DENGAN COST PLUS PRICING

Studi Kasus pada UKM Langgeng Roti

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi akuntansi

Oleh:

Vita Krisnamurti NIM:112114023

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

SKRIPSI

PENGMTUNGAFT HARGA POKOK PRODUKSI DENGIN

MENGG{'NAKAN FULL C(NTING SEBAGAI DASAR PEI\TENTUAN

HARGA JUAL DENGAI{ COST PLAS PRICING Studi Kasus pada UKM Lmggeng Roti

Pembimbing

M.Si-, Ak., QIA., CA Tanggal : 09 September 2015

Vita Krisnamu

Fq,


(5)

SKRIPSI

PENGIDTUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKANFULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN

HARGA JUAL DENGANCOST PLUS PRICING Studi Kasus pada UKM Langgeng Roti

Dipersiapkan dan ditulis oleh Vita Krisnamurti NlM: 112114023

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tangga128 Oktober 2015

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota

Nama Lengkap

Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Akt., C.A. Lisia Apriani, S.E., M.Si., Akt., QIA., C.A. Ir. Drs. Hansiadi Yuli H., M.Si., Ak., QIA., C.A. Dr. FA. Joko Siswanto, M.M., Akt., QIA Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA.

Tanda tangan

~~r""'akarta, 30 Oktober 2015

~~~ Ekonomi

s Sanata Dharma

iii


(6)

I]N.IYERSITAS SANATA DHARMA

I'AKTILTAS EKONOMI

JURUSAN AI(UNTANSI _ PROGRAM STUDI AI(UNTAI\SI

PERNYATAAIY KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan batrwa skripsi dengan judul: Penghitungan Harga Pokok koduksi Dengan Menggunakan

Full

Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Dengan Cost Plus Pricing (Studi Kasus di UKM

Langgeng Roti Klaten) dan diajukan untuk diuji padatanggal28 Oktober 2015 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulisan aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut

di

atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik stripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. bila kemudian terbulti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan rjasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 0 Oktober 2015 Penulis, 4

VitaKrisnamurti


(7)

PERI{YATAAI\ PERSETUJUAI\I PUBLIKASI KARYA

TIILN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama: VitaKrisnamurti

NIM: 1l2ll4023

Menyatakan bahwa demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyemhkan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya imiatr saya yang berjudul: Penghitungan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakat

Full

Costing Sebagai I)asar Penentuan llarga Jual I)engan Cost Plus Pricing (Studi Kasus di

UKM Langgeng

Roti Klaten). Dengan demikian saya memberikan hak kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

untuk

menyimpan, mengelola, mendistibusikan secaraterbatas, dan mempublikasikannya di intemet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta

izin

dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakart4 30 Oldober 2015 Penulis,

Vita Krisnamurti


(8)

MOTTO

“Jangan pernah merasa bahwa kau seorang yang gagal. Tetapi percayalah bahwa kau ada di jalan menuju

kebenaran” (Ajahn Brahm)

To succeed in life, you need two things: Ignorance and Confidence

(Mark Twain)

Being successfull doesn’t necessarily make you great is

when you

reach back and help somebody else become great.” (Joel Osteen)

I am thankful to all those who said NO. Because of them I did it myself

(Albert Einstein)

We cannot solve our problems with the same thinking we used when we

created them” (Albert Einstein)


(9)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

*Papa…VincentiusYuliRustamaji *Mama…Vincentia UniSovianawati *Kakak…Mutiara Krisnamurti& Wiwid Widjaja

*My Beloved Boyfriend…Raymundus Indra Y


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

a. Drs. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

b. Dr. Herry Maridjo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

c. Drs. YP. Supardiyono, M.Si.,Akt., QIA. CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

d. Ir. Drs. Hansiadi Yuli H., M.Si., Akt., QIA., CA. selaku dosen pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

e. Bp. Rosi selaku pemilik UKM Langgeng Roti yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di UKM miliknya serta kerjasama selama penyusunan skripsi ini.


(11)

(12)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ………...

HALAMAN PERSETUJUAN………...

HALAMAN PENGESAHAN………....

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS………....

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS…………...

HALAMAN MOTTO………....

HALAMAN PERSEMBAHAN………...

KATA PENGANTAR………...

DAFTAR ISI.………...

DAFTAR TABEL... ABSTRAK...

ABSTRACT..………...

BAB I. PENDAHULUAN……….

A.Latar Belakang Masalah………..

B. Rumusan Masalah………

C.Tujuan Penelitian………...

D.Batasan Penelitian………

E. Manfaat Penelitian………...

F. Sistematika Penulisan………...

I ii iii iv v vi vii viii x xiv xvi xvii 1 1 2 3 3 3 4


(13)

BAB II. LANDASAN TEORI...

A.Usaha Kecil Menengah (UKM)...………...

a. Menurut UU No.20/2008 Tentang UMKM. Bab IV Pasal ayat 1-4... b. Menurut World Bank...

B.Biaya dan Penggolongannya………....

C.Harga Pokok Produksi………...………....

a. Manfaat Harga Pokok Produksi………...

b. Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi...………..

D.Metode Pengumpulan dan Penetapan Harga Pokok Produksi... a. Sistem Periodik...…...……… b. Metode Pengumpulan Biaya Produksi...………...……….. c. Metode Penentuan Biaya Produksi

E. Perbedaan Hasil dalam Metode Full Costing dengan Variable Costing…. a. Dengan Menggunakan Full Costing... b. Dengan Menggunakan Variable Costing... F. Sistem Harga Pokok Taksiran ... G.Harga Jual. ... a. Pentingnya Penentuan Harga Jual (Pricing) yang Baik... b. Metode Penetapan Mark Up...

c. Menentukan Harga Jual Dengan Cost Plus Pricing...

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………...

6 6 6 7 8 11 12 14 16 16 16 19 22 22 22 23 24 24 24 27 29


(14)

A.Jenis Penelitian………...

B. Waktu dan Tempat Penelitian………...

C.Subyek dan Obyek Penelitian………...

D.Teknik Pengumpulan Data………...

E. Teknik Analisa Data……...………...

BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN……….

A.Sejarah Singkat Perusahaan………...

B. Lokasi Perusahaan………...

C.Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan………...

D.Struktur Organisasi Perusahaan………...

E. Proses Produksi..………...

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……... A. Analisis Data...………...…...

a. Perbedaan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan Dengan

Metode Full Costing... 1) Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan... 2) Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing...

3) Perbandingan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan Dengan Menurut Metode Full Costing... b. Perbedaan Harga Jual Menurut Perusahaan Dengan Metode Cost Plus

Pricing... 29 29 29 30 30 34 34 35 35 36 36 38 38 38 38 48 54 56


(15)

1) Harga Jual Menurut Perusahaan... 2) Harga Jual Menurut Metode Cost Plus Pricing... 3) Perbandingan Harga Jual Menurut Perusahaan Dengan Menurut

Metode Cost Plus Pricing... B. Pembahasan... a. Harga Pokok Produksi... b. Harga Jual Produk...

BAB VI. PENUTUP………..……..

A. Kesimpulan………

B. Keterbatasan Penelitian...

C. Saran……….………...

DAFTAR PUSTAKA………

56 57

58 62 62 63 65 65 65 65 66


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel5.1: Data Penjualan Tahun 2014... Tabel5.2: Data Biaya Bahan Baku Perusahaan... Tabel 5.3: Data Biaya Tenaga Kerja Perusahaan... Tabel 5.4: Data Biaya Air Perusahaan... Tabel 5.5: Data Biaya Listrik Perusahaan...…………... Tabel 5.6: Data Biaya Plastik... Tabel 5.7: Data Biaya LPG Perusahaan…………... Tabel 5.8: Harga Pokok Produksi Perusahaan...………... Tabel 5.9: Rincian Biaya Bahan Baku Aktual Per Unit... Tabel 5.10: Biaya Tenaga Kerja Perusahaan Tahun 2014... Tabel 5.11: Biaya Air Aktual Tahun 2014... Tabel 5.12: Biaya Listrik Aktual Tahun 2014... Tabel 5.13: Biaya Plastik Aktual Tahun 2014... Tabel 5.14: Biaya LPG Aktual Per Unit Tahun 2014... Tabel 5.15: Biaya LPG Aktual Tahun 2014... Tabel 5.16: Biaya Depresiasi Alat Produksi... Tabel 5.17: Biaya Pemeliharaan dan Perawatan Alat Produksi... Tabel 5.18: Tabel Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing Tahun 2014... Tabel 5.19: Perbandingan Harga Pokok Produksi Metode Perusahaan dengan

38 40 42 43 44 45 46 46 48 49 50 51 52 53 53 54 55 57


(17)

Metode Full Costing... Tabel 5.20: Biaya Produksi Perusahaan Taksiran Tahun 2015... Tabel 5.21: Penentuan Harga Jual Tahun 2015... Tabel 5.22: Harga Jual Menurut Perhitungan Perusahaan Dengan Metode Cost Plus Pricing... Tabel 5.23: Harga Jual Aktual Dengan Metode Cost Plus Pricing...

57 58 59

61 61


(18)

ABSTRAK

PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN

MENGGUNAKAN FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA

JUAL DENGAN COST PLUS PRICING

Studi Kasus pada UKM Langgeng Roti

Vita Krisnamurti NIM: 112114023 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penghitungan harga pokok produksi UKM Langgeng Roti selama tahun 2014 dan untuk mengetahui penentuan harga jual roti di perusahaan. Penghitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan penentuan harga jual dengan menggunakan

cost plus pricing.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik perusahaan dan catatan penjualan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari biaya-biaya produksi selama tahun 2014.

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa harga pokok produksi yang dihitung sebagai dasar penentuan harga jual menggunakan metode perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan metode full costing. Harga pokok produksi yang dihitung menggunakan metode perusahaan yaitu sebesar Rp2.074 dan menurut metode full costing sebesar Rp2.088. Ini disebabkan dalam penghitungan biaya overhead pabrik perusahaan tidak memperhitungkan biaya depresiasi dan perawatan alat produksi.


(19)

ABSTRACT

THE CALCULATION OF PRODUCTION COST BASED ON

FULL COSTING AS THE BASIS FOR DETERMINING THE SELLING PRICE BASED ON COST PLUS PRICING

Case Study on Langgeng Roti SME Klaten

Vita Krisnamurti NIM: 112114023 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

There are two purposes of this study, firstly, analyzing the calculation of production cost and secondly determining the white bread selling price at Langgeng Roti SME in the year 2014. Analyzing the calculation of production cost was based on full costing method and the determination of selling price was based on cost plus pricing method.

There are two different type of data in this study, primary data and secondary data. The primary data was collected through interview and documentation. Secondary data was collected through documentation of production cost in the year 2014.

The result showed that the production cost calculation by the Langgeng Roti SME was lower than that of full costing method. Cost production calculation by company’s method was Rp2.074 whereas by full costing method was Rp2.088 per unit. Production cost calculation was different because the calculation of the company was not taking into account the depreciation expense and maintenance expense.

Keywords: Production Cost, Full Costing, Cost Plus Pricing


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini persaingan antar perusahaan semakin ketat. Setiap perusahaan bersaing untuk mendapatkan konsumen sebanyak mungkin dan meningkatkan penjualan dari tahun ke tahun. Hal ini menuntut adanya manajemen yang memiliki pandangan serta sikap profesional untuk memajukan bisnis tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan adalah menetapkan harga jual produk dengan tepat, namun tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Harga pokok produksi merupakan salah satu data yang penting untuk dipertimbangkan dalam penentuan harga jual produk. Dengan menentukan harga pokok produksi, maka perusahaan dapat mengetahui biaya produksi yang akan dikeluarkan dan lebih mudah menentukan harga jual produk. Laba yang diperoleh perusahaan pun menjadi lebih optimal. Sebab, harga jual yang ditetapkan ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut.

Penentuan harga jual suatu produk tidak lepas dari penghitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Ketepatan penghitungan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan harga jual. Penghitungan harga pokok produksi yang kurang tepat akan menyebabkan harga


(21)

jual produk yang ditetapkan menjadi kurang sesuai, misalnya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Harga jual yang terlalu rendah jelas akan merugikan bagi perusahaan, sedangkan harga jual yang terlalu tinggi akan menyebabkan perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang memproduksi produk serupa.

UKM Langgeng Roti adalah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi roti tawar untuk roti bakar. Perusahaan ini memasarkan hasil produksi melalui pelanggannya yang tersebar di kota Klaten. UKM Langgeng Roti menetapkan harga jual dengan metode naive cost plus pricing, yaitu menetapkan harga apa adanya. Harga ditetapkan dengan menambah mark up

yang dianggap pantas pada kos barang.

Mengingat pentingnya penghitungan harga pokok produksi bagi kemajuan perusahaan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penghitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Full Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual dengan Cost Plus Pricing” dengan

mengambil studi kasus pada UKM Langgeng Roti.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan antara harga pokok produksi yang dihitung menggunakan metode perusahaan dengan harga pokok produksi yang dihitung berdasarkan metode full costing?


(22)

2. Apakah ada perbedaan antara harga jual yang ditetapkan menggunakan metode perusahaan dengan harga jual yang ditetapkan menggunakan metode

cost plus pricing?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara harga pokok produksi yang dihitung menggunakan metode perusahaan dengan harga pokok produksi yang dihitung berdasarkan metode full costing

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara harga jual yang ditetapkan menggunakan metode perusahaan dengan harga jual yang ditetapkan menggunakan metode cost plus pricing.

D. Batasan Penelitian

Kemungkinan kurang tepatnya dalam pengukuran nilai ekonomis untuk alat-alat produksi yang digunakan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang bermanfaat bagi perusahaan khususnya dalam hal penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wacana ilmiah tentang harga pokok produksi dan dapat menjadi koleksi kepustakaan yang dapat


(23)

berguna sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya. Bagi ilmu akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih luas mengenai penghitungan harga pokok produksi di dalam perusahaan manufaktur.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk pengembangan diri dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama masa kuliah ke dalam praktek yang sesunguhnya serta menambah wawasan baru mengenai masalah yang diteliti.

E. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II: Landasan Teori

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang diangkat antara lain: pengertian UKM/UMKM, biaya dan penggolongannya, pengertian harga pokok produksi, metode pengumpulan biaya dan penetapan harga pokok produksi, perbedaan hasil dalam metode full costing dan

variable costing, sistem harga pokok taksiran, harga jual.


(24)

Bab III: Metode Penelitian

Bab ini meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

Bab IV: Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan yang terdiri dari sejarah singkat perusahaan, lokasi perusahaan, visi, misi dan tujuan perusahaan, struktur organisasi perusahaan, serta proses produksi perusahaan.

Bab V: Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan mengenai deskripsi data dan uraian secara terinci mengenai analisis dari penelitian yang telah dilakukan. Bab VI: Penutup

Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran-saran bagi perusahaan.


(25)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Usaha Kecil Menegah (UKM)

Usaha Kecil Menengah (UKM) atau yang juga dikenal dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah salah satu penggerak perekonomian di Indonesia. Tidak sedikit masyarakat yang mulai memilih untuk menekuni usaha ini. Dilihat dari namanya, besarnya modal awal yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Kesuksesan bisnis ini secara garis besar lebih bergantung pada pemilik usaha bisnis tersebut. Misalnya jumlah karyawan yang dimiliki, pangsa pasar yang menjadi sasaran, dan tingkat laba yang ingin dicapai. Berikut beberapa definisi UKM/UMKM menurut UUD dan World Bank:

1. Menurut UU No.20/2008 tentang UMKM. Bab IV pasal ayat 1 - 4

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut (ayat 1):

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut (ayat 2):

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima


(26)

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut (ayat 3):

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2. Menurut World Bank

a. Medium enterprise, dengan kriteria:

1) Jumlah karyawan maksimal 300 orang.

2) Pendapatan setahun hingga sejumlah US$ 15 juta, dan 3) Jumlah aset hingga sejumlah US$ 15 juta.

b. Small enterprise, dengan kriteria:

1) Jumlah karyawan kurang dari 30 orang.

2) Pendapatan setahun tidak melebihi US$ 3 juta, dan 3) Jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta.

c. Micro enterprise, dengan kriteria:


(27)

2) Pendapatan setahun tidak melebihi US$ 100 ribu, dan 3) Jumlah aset tidak melebihi US$ 100 ribu.

B. Biaya dan Penggolongannya

Konsep biaya telah berkembang sesuai dengan kebutuhan akuntan, ekonom, dan insinyur. Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai “suatu nilai tukar, pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada tanggal akuisisi dicerminkan oleh penyusutan atas kas atau aset lain yang terjadi pada saat ini atau di masa yang akan datang.” (Carter: 2009).

Menurut Ony dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya” (2012: 12-15), dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara yang kemudian dikenal dengan konsep “different cost for different purposes

1. Menurut objek pengeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.


(28)

2. Menurut fungsi pokok dalam perusahaan a. Biaya produksi

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost).

b. Biaya pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian pemasaran, biaya contoh (sample) dan lain-lain.

c. Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan koordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. contohnya adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya fotocopy dan lain-lain.

3. Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai a. Biaya langsung (Direct cost)

Biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.


(29)

b. Biaya tidak langsung (Indirect Cost)

Biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu. 4. Menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume

kegiatan:

a. Biaya variabel

Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya: biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya semivariabel

Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

c. Biaya semifixed

Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d. Biaya tetap

Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume tertentu. 5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya

a. Pengeluaran modal (Capital expenditures)

Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi


(30)

besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk.

b. Pengeluaran pendapatan (Revenue expenditures)

Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan adalah biaya iklan dan biaya tenaga kerja.

C. Harga Pokok Produksi

Menurut Iman (2013: 57), harga pokok produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produk merupakan biaya produksi yang telah dinikmati oleh setiap unit produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Harga pokok produk bisa dikatakan sama dengan biaya produksi karena merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik. Biaya tersebut akan melekat pada persediaan sebagai harga pokok produksi sebelum produk tersebut laku dijual. Apabila sudah laku dijual, maka cost berubah menjadi expense yaitu sebagai harga pokok penjualan yang dipertemukan dengan penghasilan pada periode yang bersangkutan. Berikut adalah rumus harga pokok penjualan menurut Harnanto dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya” (1992: 207).


(31)

Harga Pokok Produk Dihasilkan Rpxx

Produk Jadi Awal Periode Rpxx +

Produk Tersedia untuk Dijual Rpxx

Produk Jadi Akhir Periode Rpxx _

Harga Pokok Penjualan Rpxx

1. Manfaat Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2005: 65), dalam perusahaan yang berproduksi massa, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk:

a. Menentukan harga jual produk.

Dengan diketahuinya harga pokok produk total maupun per unit, maka dapat ditentukan pula laba yang diinginkan untuk ditambah ke dalam harga pokok produk tersebut sebagai harga jual. Dari biaya produk yang sebenarnya maka dapat diadakan perbandingan dengan biaya produksi atau harga jual dari perusahaan sejenis lainnya yang merupakan pesaing, kemudian dapat diambil suatu kebijaksanaan harga jual. Bagi produksi yang bersifat massal, maka perlu dikalkulasikan unit

cost atau biaya per unit dari hasil produksi setengah jadi maupun hasil jadi atau barang jadi.

b. Memantau realisasi biaya produksi.

Berdasarkan harga pokok produk yang sesungguhnya, maka dapat diperbandingkan dengan biaya standar yang telah ditentukan sebelum proses produksi dimulai. Dari hasil perbandingan tersebut dapat


(32)

diketahui penyimpangan serta dapat sekaligus mengetahui sampai di mana tingkat efisiensinya

c. Menghitung laba atau rugi periodik.

Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi biaya tersebut untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau rugi bruto, selanjutnya untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi tiap periode.

d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk proses yang disajikan dalam neraca.

Pada penyajian laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan rugi laba, harus ada unsur harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang ada pada tanggal neraca masih dalam proses.

Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode, manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca. Berdasarkan catatan tersebut, manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses penyimpanan.


(33)

2. Unsur – Unsur Harga Pokok Produksi a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1) Biaya Bahan Baku Langsung

Bahan yang dapat dengan mudah dan akurat ditelusuri ke barang jadi. Contoh biaya bahan baku langsung ini adalah kayu dalam pembuatan meja.

2) Biaya Bahan Baku Tidak Langsung.

Bahan baku yang tidak dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke produk. Contoh biaya bahan baku tidak langsung ini adalah paku dalam pembuatan meja.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam pembuatan barang jadi dan pembayaran upahnya berdasarkan unit yang dihasilkan atau berdasarkan jam kerja. Biaya tenaga kerja langsung dapat dengan mudah ditelusuri dengan akurat ke bahan baku.

c. Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung produk. Salah satu biaya overhead

pabrik adalah biaya penyusutan pabrik. Karena biaya overhead pabrik


(34)

merupakan biaya tidak langsung produk, maka tidak dapat secara langsung dibebankan ke produk.

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Atas Dasar Tarif yang Ditentukan di Muka

Menurut Mulyadi (2005: 196), pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan berubah-ubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan satu ke bulan yang lain. Apabila biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dibebankan kepada produk, maka harga pokok produksi per satuan mungkin akan berfluktuasi karena sebab berikut ini: a. Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan.

b. Perubaan tingkat efisiensi produksi.

c. Adanya biaya overhead pabrik yang terjadinya secara sporadik, menyebar tidak merata selama jangka waktu setahun.

d. Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu tertentu.

D. Metode Pengumpulan dan Penetapan Harga Pokok Produksi 1. Sistem Periodik

Menurut Harnanto dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya” (1992: 207), dalam sistem periodik aliran biaya pada perusahaan manufaktur dapat diikhtisarkan seperti dalam gambar 2.1 berikut:


(35)

Gambar 2.1

Aliran Biaya, Pada Sistem Periodik

2. Metode Pengumpulan Biaya Produksi

Menurut Mulyadi (2012: 17), pengumpulan kos produksi sangat ditentukan oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi produk terbagi dua macam, yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi massa. Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan akan melakukan proses produksi hanya jika ada pesanan yang diterima dari pihak luar. Perusahaan yang berproduksi secara massal akan akan berproduksi untuk memenuhi persediaan gudang. Ada dua sistem akuntansi biaya yang biasa digunakan dalam pengumpulan harga pokok produksi, yaitu metode harga


(36)

pokok pesanan/Job Order Costing Method dan metode harga pokok proses/Process Costing Method.

a. Metode Harga Pokok Pesanan/Job Order Costing Method

Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang melaksanakan kegiatan produksinya atas dasar pesanan. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan kos produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan (Mulyadi, 2005: 17).

Karakteristik metode harga pokok pesanan

a. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

b. Biaya produksi harus digolongakn berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

c. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.

d. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya


(37)

terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. e. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai

diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

b. Metode Harga Pokok Proses/Process Costing Method

Metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang berproduksi secara massal. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan kos produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan (Mulyadi, 2005: 17).

Karakeristik Metode Harga Pokok Proses

a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar. b. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.

c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.


(38)

3. Metode Penentuan Biaya Produksi

Menurut Mulyadi (2012: 17), metode penentuan kos produk adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produk terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing dan variable costing.

a. Full Costing Method

Metode full costing adalah metode penentuan kos produk yang memperhitungkan semua biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini.

Biaya Bahan Baku Rp xx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xx

Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp xx +

Kos Produk Rp xx

Kos produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur kos produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).


(39)

Menurut Ony, Sri, dan Donny (2011: 66), dalam full costing,

biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead

pabrik yang sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses akhir dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan barang dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk tersebut telah dijual.

b. Variable Costing Method

Menurut Mulyadi (2012, 18), metode variable costing

merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

Biaya Bahan Baku Rp xx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xx +

Kos Produk Rp xx

Menurut Mulyadi (2012: 19), kos produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur kos produksi variabel


(40)

(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasarann variabel dan biaya administrasi umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).

Menurut Ony, Sri, dan Donny (2011: 67), dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs

dan bukan unsur harga pokok produk sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead tetap di dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

Berdasarkan Harnanto dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya” (1992: 207), dalam sistem periodik aliran biaya pada perusahaan manufaktur dapat diikhtisarkan bahwa harga pokok produk dimasukkan ke dalam proses produksi atau yang dalam buku “Akuntansi Biaya” milik Mulyadi (2012: 17), disebut juga dengan kos produk merupakan hasil penjumlahan dari biaya bahan baku, biaya overhead pabrik dan biaya tenaga kerja langsung. Sementara harga pokok produksi dihasilkan dihitung dengan menambahkan produk dalam proses awal periode dan dikurangkan dengan produk dalam proses akhir periode.


(41)

Penjelasan di atas dapat diringkas seperti dalam rumus dibawah ini: Harga Pokok Produk Dimasukkan ke Dalam Proses Rp xx

Produk Dalam Proses Awal Periode Rp xx +

Harga Pokok Produk dalam Proses Rp xx

Produk Dalam Proses Akhir Periode Rp xx _

Harga Pokok Produk Dihasilkan Rp xx

E. Perbedaan Hasil dalam Metode Full Costing dengan Variable Costing

Pada dasarnya, perbedaan kedua metode tersebut terletak pada waktu (timing) perlakuan fixed overhead cost. Variable costing, beranggapan bahwa

fixed overhead cost harus segera dibebankan pada periode terjadinya. Namun tidak demikan dengan absorption costing, fixed overhead cost harus dibebankan dan dikurangkan dari pendapatan untuk setiap unit yang terjual. Setiap unit produk yang tidak terjual (terdapat fixed overhead cost yang melekat pada unit produk) akan dilekatkan di persediaan dan akan dibawa ke periode berikutnya sebagai aset. Perubahan persediaan merupakan poin kunci untuk memahami perbedaan kedua metode ini.

1. Dengan menggunakan full costing

a. Biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun yang tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.


(42)

b. Selisih biaya overhead pabrik akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

2. Dengan menggunakan variable costing

a. Biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead

pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.

b. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.

F. Sistem Harga Pokok Taksiran

Sistem harga pokok taksiran adalah salah satu sistem harga pokok yang ditentukan di muka untuk mengolah produk atau jasa tertentu dengan jalan menentukan besarnya taksiran biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang diperlukan untuk mengolah produk atau jasa di waktu yang akan datang.

Pembebanan harga pokok sesungguhnya adalah pembebanan harga pokok kepada produk sesuai dengan harga pokok yang sesungguhnya


(43)

dinikmati. Sistem harga pokok sesungguhnya memiliki kelemahan sebagai berikut:

1. Harga pokok produk baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya sesungguhnya dapat dikumpulkan.

2. Sistem ini hanya bermanfaat untuk penentuan harga pokok produk, sedangkan untuk tujuan pengendalian biaya dan sebagai dasar pengambilan keputusan tidak dapat menyajikan informasi yang memadai disebabkan:

a. Tidak ada alat untuk mengukur prestasi pelaksanaan sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran terhadap daya guna danhasil guna yang dicapai.

b. Untuk pengambilan keputusan diperlukan informasi biaya yang diperkirakan akan terjadi untuk menghasilkan produk atau pesanan. Data yang disajikan oleh sistem harga pokok sesungguhnya sudah terlambat atau tidak relevan dengan tujuan tersebut.

G. Harga Jual

Menurut Samryn (2012: 38), harga merupakan salah satu jenis informasi penting yang diterima pelanggan tentang suatu produk. Penetapan harga juga berhubungan dengan seluruh tujuan jangka pendek dan sasaran jangka panjang sebuah perusahaan.

1. Pentingnya penentuan harga jual (pricing) yang baik


(44)

Menurut Gunawan (2011: 112), kelangsungan hidup suatu perusahaan dalam jangka panjang sangat ditentukan oleh keputusan

pricing ini, karena harga jual produk akan mempengaruhi: a. Kesediaan pembeli untuk menggunakan produk perusahaan. b. Daya saing perusahaan menghadapi pesaing-pesaingnya. c. Tingkat penghasilan, biaya dan laba perusahaan.

2. Metode penetapan mark up

Menurut Samryn, (2012: 352), mark up adalah selisih antara harga jual suatu produk atau jasa dengan harga pokoknya. Selisih ini biasanya dinyatakan sebagai persentase dari biaya yang dapat diperhitungkan. Dua pendekatan yang dapat digunakan adalah penetapan mark up atas biaya variabel, dan mark up atas biaya penuh. Jika target harga jual didasarkan pada sejumlah biaya maka pendekatan ini disebut metode harga jual berdasarkan biaya plus. Berikut adalah metode-metode dalam menentukan mark up:

a. Mark up: Harga Pokok Produk/Cost Plus


(45)

c. Mark up: Beban Pemakaian Bahan dan Waktu

Sesuai dengan namanya yang diperhitungkan sebagai elemen biaya dalam metode ini adalah nilai dari komponen waktu tersebut dan nilai bahan langsung seperti suku cadang yang dikonsumsi dalam produksi. Komponen waktu biasanya dinyatakan sebagai tarif tenaga kerja per jam. Tarif ini dihitung dengan menambahkan secara bersama-sama tiga elemen harga jual yang terdiri dari:

Biaya tenaga kerja langsung

Cadangan untuk biaya penjualan, biaya administrasi dan umum organisasi.

Cadangan untuk laba yang diinginkan per jam tenaga kerja. d. Mark up Modal Terpakai: Harga Pokok Penuh

e. Mark up Modal Terpakai: Harga Pokok Variabel


(46)

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi yang lain, tergantung pada spesifikasi pesanaan yang dikehendaki pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut. Formula untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan adalah sebagai berikut:

Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rp xx

Taksiran biaya nonproduksi yang dibebankan kepada pemesan Rp xx +

Taksiran total biaya pesanan Rp xx

Laba yang diinginkan Rp xx +

Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xx

Dari formula tersebut terlihat bahwa informasi taksiran biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan yang diinginkan oleh pemesan dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

Untuk menaksir biaya produksi yang akan dikeluarkan dalam memproduksi pesanan tertentu perlu dihitung unsur-unsur berikut ini:


(47)

a. Taksiran biaya bahan baku Rp xx

b. Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xx

c. Taksiran biaya overhead pabrik Rp xx +

Taksiran Biaya Produksi Rp xx

3. Menentukan harga jual dengan cost plus pricing

Menurut Samryn (2012: 353), cara menentukan harga jual yang paling sederhana adalah menambahkan sejumlah mark up atas harga pokok produk yang akan dijual. Sesuai dengan elemennya pendekatan ini disebut dengan cost plus mark up. Mark up ditetapkan dengan formula umum berikut ini:

Sehingga harga jual dengan cost plus pricing adalah:

Menurut Mulyadi (1992: 265), dalam penentuan harga jual, taksiran biaya penuh yang secara langsung berhubungan dengan volume produk dipakai sebagai dasar penentuan harga jual, sedangkan taksiran biaya penuh yang tidak dipengaruhi oleh volume produk ditambahkan kepada laba yang diharapkan untuk kepentingan persentase mark up.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study). Dimana penelitian dipusatkan pada suatu obyek tertentu. Kesimpulan yang diambil hanya akan berlaku terbatas untuk obyek yang diteliti.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di UKM Langgeng Roti, Pandanrejo, Klaten Tengah, Klaten 57413.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 3. Periode Pengamatan

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil sampel pada periode pengamatan tahun 2014.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek penelitian: Pimpinan Perusahaan.

Obyek Penelitian: Elemen-elemen biaya dan penentuan besarnya harga pokok produk.


(49)

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Data yang dikumpulkan melalui interaksi secara langsung dengan pemilik perusahaan dengan mengadakan tanya jawab guna memperoleh data yang diperlukan. Data yang akan dikumpulkan adalah:

a. Sejarah singkat perusahaan b. Struktur organisasi perusahaan c. Proses produksi roti.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi. Dari teknik ini, data yang akan dikumpulkan adalah:

a. Gambaran umum perusahaan.

b. Data biaya produksi roti yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik selama tahun 2014.

c. Penghitungan harga pokok produksi roti selama tahun 2014. d. Data persentase mark up yang diharapkan selama tahun 2014. e. Data lain yang relevan dengan penelitian selama tahun 2014.

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(50)

1. Analisis rumusan masalah pertama akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan penentuan harga pokok produksi menurut perusahaan dengan menggunakan data penentuan harga pokok produk milik perusahaan.

b. Mendeskripsikan penentuan harga pokok produksi menggunakan metode

full costing dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menghitung biaya aktual bahan baku tahun 2014. 2) Menghitung biaya aktual tenaga kerja tahun 2014.

3) Menghitung biaya aktual overhead pabrik variabel dan biaya overhead

pabrik tetap tahun 2014.

4) Menghitung kos produk selama tahun 2014 dengan metode full costing

seperti di bawah ini:

Biaya Bahan Baku Rp xx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xx

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xx

Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp xx +

Kos Produk/Biaya Produksi Rp xx

Produk dalam Proses Awal Periode Rp xx +

Harga Pokok Produksi dalam Proses Rp xx

Produk Dalam Proses Akhir Periode Rp xx _

Harga Pokok Produksi Dihasilkan Rp xx

5) Menghitung taksiran harga pokok produksi tahun 2015 dengan asumsi akan ada kenaikan untuk biaya produksi.


(51)

c. Membuat tabel perbandingan harga pokok produksi tahun 2014 menurut perusahaan dengan dengan menurut metode full costing.

2. Analisis rumusan masalah kedua akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan penentuan harga jual produk menurut perusahaan dengan menggunakan data penentuan harga jual menurut perusahaan.

b. Mendeskripsikan penentuan harga jual dengan menggunakan metode cost plus pricing dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung Harga Pokok Penjualan tahun 2014 seperti di bawah ini:

Harga Pokok Produk Dihasilkan Rp xx

Produk Jadi Awal Periode Rp xx +

Produk Tersedia untuk Dijual Rp xx

Produk Jadi Akhir Periode Rp xx _

Harga Pokok Penjualan Rp xx

2) Menghitung persentase mark up atas dasar Harga Pokok Produk dengan rumus di bawah ini:

3) Menentukan harga jual dengan cost plus pricing, dengan rumus di bawah ini:


(52)

c. Membuat tabel perbandingan taksiran harga jual tahun 2015 menurut perhitungan perusahaan dan dengan menurut metode cost plus pricing.


(53)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Langgeng Roti merupakan usaha yang didirikan oleh Bapak Rosi bersama dengan istrinya pada bulan Februari tahun 2002 yang berlokasi di Jalan Bali, Gg. Romong No. 2 Pandanrejo, Klaten. Pada awal produksinya UKM Langgeng Roti masih belum sebesar seperti sekarang. Awalnya usaha ini hanya mencoba keberuntungan memproduksi roti tawar untuk roti bakar yang banyak diminiati oleh konsumen pada waktu itu. Melihat peluang yang lumayan besar untuk bisnis roti bakar di Klaten, maka Bapak Rosi mulai mempromosikan usahanya ini melalui mulut ke mulut.

Usaha pembuatan roti tawar yang seaat ini sudah berjalan sekitar 13 tahun ini seiring dengan berjalannya waktu, usaha roti tawar ini semakin berkembang. UKM Langgeng Roti tidak hanya memproduksi roti tawar, namun juga mulai menjual berbagai isian untuk roti bakar seperti meises, keju, dan aneka selai roti. UKM ini pun tidak hanya melayani pesanan roti tawar yang diterima tapi juga menerima pesanan roti keju bila ada yang menginginkan. Jumlah pelanggan yang dimiliki pun semakin bertambah. Hingga sekarang sudah memiliki sekitar 15 pelanggan yang pasti memesan untuk setiap harinya.

Selama 13 tahun menjalankan usaha ini bukanlah hal yang mudah bagi Langgeng Roti. Seperti kebanyakan usaha pada umumnya, UKM Langgeng Roti


(54)

juga mengalami banyak kendala dalam menjalankan serta mempertahankan bisnisnya. Seperti harga bahan baku yang terus melambung tinggi, banyaknya pesaing, serta cuaca yang tidak pasti.

B. Lokasi Perusahaan

UKM Langgeng Roti terletak di Jalan Bali, Gg. Romong No. 2, Pandanrejo, Klaten Tengah, Klaten.

C. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan 1. Visi Perusahaan

a. Mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin dengan tidak

mengesampingkan nilai gizi pada roti yang diproduksi.

b. Menjadi usaha roti yang selalu berkembang dan menjadi kepercayaan masyarakat.

2. Misi Perusahaan

a. Mempersembahkan produk dan pelayanan terbaik dengan tetap mempertahankan tradisi.

b. Menyajikan roti yang berkualitas baik serta selalu konsisten untuk menjaga kepercayaan konsumen atas kualitas roti dari generasi ke generasi.

3. Tujuan Perusahaan

Tujuan awal dari UKM Langgeng roti ini adalah dapat memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari keluarga. Namun seiring berjalannya waktu tujuan perusahaan pun beralih menjadi mengembangkan kreatifitas dalam mengembangkan aneka jenis roti yang diproduksi dan juga selalu berusaha


(55)

memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Dengan demikian bisnis roti tawar pun akan selalu terjalin.

D. Struktur Organisasi Perusahaan

UKM Langgeng Roti tidak memiliki struktur organisasi formal. Usaha yang dijalankan oleh Bapak Rosi beserta istrinya ini memiliki 5 orang karyawan yang setiap harinya membantu proses produksi dari awal hingga akhir. Secara keseluruhan proses produksi dipantau oleh Bapak Rosi dan istrinya. Semua yang terkait dengan jumlah produksi, bahan baku, serta harga jual tergantung pada kebijakan Bapak Rosi sendiri selaku pemilik UKM tersebut.

E. Proses Produksi

UKM Langgeng Roti menerima pesanan dan memproduksi sendiri pesanan yang diterima. Setiap harinya usaha ini mampu memproduksi hingga 450 roti. Namun jumlah produksi tersebut bersifat fluktuatif karena tergantung pada jumlah pesanan yang diterima pada malam sebelumnya. Tempat produksi menyatu dengan rumah pemilik bisnis tersebut, tidak terlalu besar namun sudah cukup untuk menjalankan usaha tersebut. Di dalam pabrik tersebut terdapat beberapa alat yang digunakan untuk proses produksi seperti, mixer, oven dua pintu, dan loyang cetakan sebanyak 216 unit.

Proses pembuaan roti tersebut terdiri dari beberapa tahapan proses. Pertama-tama semua bahan baku seperti tepung terigu, gula, mentega, dry yeast

atau ragi, bread improver atau pengempuk roti, dan juga garam akan dicampur ke dalam mixer. Secara perlahan-lahan adonan akan diaduk dengan sedikit demi


(56)

sedikit memasukan 14 liter air (2 ember hitam kecil). Pengadukan akan terus dilakukan hingga adonan menjadi kalis. Tunggu ±1 jam hingga adonan mengembang. Selanjutnya adonan akan dipindahkan ke wadah sementara sebelum dicetak ke dalam loyang, masing-masing cetakan memiliki berat 300 gram. Setelah ditimbang adonan tidak segera dimasukkan kedalam loyang tapi harus ditunggu ±15 menit terlebih dahulu. Sekiranya sudah 15 menit, masing-masing adonan tersebut akan dimasukkan kedalam loyang yang sudah diolesi dengan mentega sebelumnya. Adonan yang dimasukkan tidak akan segera memenuhi loyang, oleh karena itu perlu ditunggu lagi ±1,5 jam hingga fermentasi

full (adonan mengembang hingga mmenuhi loyang). Setelah adonan terjadi fermentasi full maka bisa segera dimasukkan kedalam oven yang telah dipanaskan sebelumnya ±15 menit. Tahapan terakhir dari proses produksi di UKM Langgeng roti adalah tahap pengemasan. Roti yang sudah matang akan dikeluarkan dari oven dan diletakan diatas meja. Setelah dirasa roti sudah tidak terlalu panas, maka roti siap untuk dikemasi dengan plastik yang berukuran 20 × 35 cm.


(57)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Perbedaan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan dengan Metode Full Costing

a. Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan

Jumlah penjualan roti tawar selama tahun 2014 selalu mengalami perubahan setiap bulannya. Tingkat permintaan dari konsumen yang terus berubah disebabkan karena iklim yang terus berubah-ubah. Data penjualan yang terjadi di perusahaan dapat dilihat dalam tabel 5.1.

Tabel 5.1

Data Penjualan Tahun 2014 Bulan

Produksi (Unit) Januari 13.500

Februari 13.240

Maret 13.260

April 13.155

Mei 13.145

Juni 13.130

Juli 13.135

Agustus 13.135 September 13.330 Oktober 13.400 November 13.450 Desember 13.500

TOTAL 159.380

Sumber: UKM Langgeng Roti


(58)

Dari tabel di atas dapat kita lihat setiap bulannya perusahaan mampu menjual roti hingga diatas angka 13.000 unit. Penjualan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Desember karena pada bulan tersebut terdapat hari raya yang dirayakan semua orang yaitu tahun baru dan perayaan natal. Mengingat produk yang ditawarkan adalah roti tawar untuk roti bakar sehingga banyak diminati masyarakat untuk sekedar teman berkumpul bersama keluarga di hari raya. Penjualan terendah terjadi pada bulan Juni, pada bulan ini diyakini banyak konsumen yang sedang berhemat untuk menyiapkan pendidikan anak-anaknya, namun walaupun demikian jumlah penjualan kembali mengalami peningkatan pada bulan-bulan berikutnya.

1) Biaya Produksi Menurut Perusahaan Tahun 2014

Komponen biaya untuk menentukan harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi roti tawar. Dalam penghitungan harga pokok produksi, cara yang digunakan oleh perusahaan masih sederhana. Hasil dari penghitungan harga pokok produksi ini nantinya tidak hanya akan digunakan sebagai dasar untuk penentuan harga jual namun juga digunakan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh perusahaan selama tahun 2014.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data selama tahun 2014, selama tahun tersebut perusahaan setiap harinya mampu memproduksi hingga ±450 roti tawar. Berikut ini adalah rincian biaya yang digunakan untuk memproduksi roti tawar selama tahun 2014.


(59)

a) Biaya Bahan Baku Tahun 2014

Perusahaan menggunakan beberapa bahan baku dalam proses produksi roti tawar. Bahan baku tersebut antara lain terigu, mentega, gula pasir, bread yeast/ragi, bread improver/pengempuk roti, serta garam. Data biaya bahan baku yang digunakan oleh perusahaan selama tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel 5.2.

Tabel 5.2

Biaya Bahan Baku UKM Langgeng Roti Tahun 2014

Bahan Baku Januari Februari Maret

Nama Harga (Rp)

/Satuan Kuantitas Biaya (Rp) Kuantitas Biaya (Rp) Kuantitas Biaya (Rp)

Terigu 7000/kg 2250 kg 15.750.000 2225 kg 15.575.000 2200 kg 15.400.000

Mentega 10.000/kg 150 kg 1.500.000 147 kg 1.470.000 148 kg 1.480.000

Gula Pasir 10.800/kg 150 kg 1.620.000 147,5 kg 1.593.000 147 kg 1.587.600

Dry Yeast

5000/plastk

(3ons) 180 ons 300.000 177 ons 295.000 177 ons 295.000

Bread Impr

2500/plastk

(2gr) 180 gram 225.000 178 gram 222.500 176 gram 220.000

Garam 1000/buah 150 buah 150.000 148 buah 148.000 147 buah 147.000

Total 19.545.000 19.303.500 19.129.600

Sub Total 57.978.100

Sumber: UKM Langgeng Roti

Tabel 5. 2

Biaya Bahan Baku UKM Langgeng Roti Tahun 2014 (Lanjutan)

Bahan Baku April Mei Juni

Nama Harga (Rp) /Satuan Kuantitas Biaya (Rp) Kuantitas Biaya (Rp) Kuantitas Biaya (Rp)

Terigu 7000/kg 2200 kg 15.400.000 2175 kg 15.225.000 2200 kg 15.400.000

Mentega 10.000/kg 146 kg 1.460.000 146 kg 1.460.000 146 kg 1.460.000

Gula Pasir 10.800/kg 146,5 kg 1.582.200 146 kg 1.576.800 147 kg 1.587.600

Dry Yeast

5000/plastik

(3ons) 177 ons 295.000 177 ons 295.000 171 ons 285.000

Bread Impr

2500/plastik

(2gram) 176 gram 220.000 174 gram 217.500 176 gram 220.000

Garam 1000/buah 146 buah 146.000 146 buah 146.000 146 buah 146.000

Total 19.103.200 18.920.300 19.098.600

Sub Total 57.122.100

Sumber: UKM Langgeng Roti


(60)

Tabel 5.2

Biaya Bahan Baku UKM Langgeng Roti Tahun 2014 (Lanjutan)

Bahan Baku Juli Agustus September

Nama Harga (Rp)

/Satuan Kuantitas Biaya (Rp) Kuantitas Biaya (Rp) Kuantitas Biaya (Rp) Terigu 7000/kg 2175 kg 15.225.000 2200 kg 15.400.000 2225 kg 15.575.000 Mentega 10.000/kg 146 kg 1.460.000 146 kg 1.460.000 148 kg 1.480.000 Gula

Pasir 10.800/kg 145 kg 1.566.000 145,5 kg 1.571.400 148,5 kg 1.603.800

Dry Yeast

5000/plastik

(3ons) 177 ons 295.000 174 ons 290.000 177 ons 295.000

Bread Impr

2500/plastik

(2gram) 176 gram 220.000 174 gram 217.500 178 gram 222.500 Garam 1000/buah 146 buah 146.000 146 buah 146.000 148 buah 148.000

Total 18.912.000 19.084.900 19.324.300

Sub Total 57.321.200

Sesuai dengan data penjualan milik perusahaan (tabel 5.1), maka biaya bahan baku untuk bulan Januari dan Februari adalah yang tertinggi. Hal ini sesuai dengan jumlah penjualan pada bulan tersebut. Biaya bahan baku terbesar terdapat pada terigu sekaligus sebagai bahan pokok utama dan kemudian diikuti dengan gula pasir, mentega, bread yeast/ragi, bread improver/pengembang roti hingga garam.

a) Biaya Tenaga Kerja Tahun 2014

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan tidak membagi proses produksinya kedalam beberapa departemen tertentu. Semua proses produksi dari awal hingga akhir dilakukan secara bersama-sama oleh karyawannya. Proses produksi baru akan dimulai jika bahan baku produksi sudah tersedia seluruhnya.


(61)

Upah karyawan yang diberikan oleh perusahaan disesuaikan dengan Upah Minimum Regional (UMR) setiap tahunnya. Untuk tahun 2014 kota Klaten memiliki tingkat UMR sebesar Rp1.070.000 dengan jumlah karyawan sebanyak 5 orang, maka dapat diketahui biaya tenaga kerja langsung untuk setiap bulannya adalah Rp5.350.000 (Rp1.070.000 × 5 karyawan). Biaya tenaga kerja perusahaan selama tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel 5.3.

Tabel 5.3

Biaya Tenaga Kerja Perusahaan Tahun 2014

Bulan Upah

Januari Rp5.350.000

Februari 5.350.000

Maret 5.350.000

April 5.350.000

Mei 5.350.000

Juni 5.350.000

Juli 5.350.000

Agustus 5.350.000

September 5.350.000

Oktober 5.350.000

November 5.350.000

Desember 5.350.000

TOTAL Rp64.200.000

Sumber: UKM Langgeng Roti

b)Biaya Overhead Pabrik Tahun 2014 1. Biaya Air Langgeng Roti Tahun 2014

Biaya air perusahaan masih menyatu dengan rumah tangga. Namun dalam penentuan harga pokok produksi perusahaan menggunakan air sebanyak 6


(62)

ember hitam kecil (7 liter/ember) dalam satu hari. Ini berarti dalam satu hari perusahaan akan membutuhkan ±42 liter dan ±1260 liter (1,26m3) dalam satu bulan. Pemilik perusahaan menggunakan estimasi harga air dalam penghitungan harga pokok produksi per m3 adalah Rp3.000. Maka biaya air untuk setiap bulannya adalah:

Biaya Air = pemakaian (m3) × estimasi tarif air

= 1,26 × 3000

= Rp3.780

Dari hasil perhitungan di atas diketahui biaya air yang diestimasikan perusahaan untuk setiap bulannya adalah Rp3.780. Biaya air perusahaan dapat dilihat lebih lengkap pada tabel 5.4.

Tabel 5.4

Biaya Air Langgeng Roti Tahun 2014

Bulan Biaya Air

Januari Rp3.780

Februari 3.780

Maret 3.780

April 3.780

Mei 3.780

Juni 3.780

Juli 3.780

Agustus 3.780

September 3.780

Oktober 3.780

November 3.780

Desember 3.780

TOTAL Rp45.360


(63)

2. Biaya Listrik Langgeng Roti Tahun 2014

Biaya listrik yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan selama satu bulan berkisar ± Rp225.000. Biaya listrik yang dikeluarkan tersebut masih berupa biaya listrik gabungan antara listrik rumah tangga dengan listrik untuk perusahaan. Perusahaan mengestimasikan besarnya biaya listrik untuk rumah tangga adalah 70% dan untuk perusahaan adalah 30%, sehingga biaya listrik untuk rumah tangga adalah Rp157.500 (Rp225.000×70%) dan biaya listrik untuk perusahaan sendiri adalah Rp67.500 (Rp225.000×30%). Biaya listrik perusahan dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5

Biaya Listrik Langgeng Roti Tahun 2014

Bulan Biaya Listrik

Januari Rp67.500

Februari 67.500

Maret 67.500

April 67.500

Mei 67.500

Juni 67.500

Juli 67.500

Agustus 67.500

September 67.500

Oktober 67.500

November 67.500

Desember 67.500

TOTAL Rp810.000

Sumber: UKM Langgeng Roti

3. Biaya Plastik Langgeng Roti Tahun 2014

Biaya plastik yang dikeluarkan oleh perusahaan selama tahun 2014 selalu berubah-ubah setiap bulannya mengingat biaya plastik di sini adalah biaya


(64)

variabel, yaitu biaya yang besarnya akan berubah mengikuti jumlah unit yang diproduksi. Perusahaan membeli plastik dalam satuan pack, yang mana dalam 1pack = 1000 lembar plastik. Harga beli setiap 1 pack plastik tersebut adalah Rp50.000. Perhitungan biaya plastik perusahaan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6

Biaya Plastik Langgeng Roti Tahun 2014

Bulan

Kuantitas (Pack)

Biaya

Per Satuan Biaya

Januari 14 Rp50.000 Rp700.000

Februari 13 50.000 650.000

Maret 13 50.000 650.000

April 14 50.000 700.000

Mei 13 50.000 650.000

Juni 13 50.000 650.000

Juli 13 50.000 650.000

Agustus 13 50.000 650.000

September 14 50.000 700.000

Oktober 13 50.000 650.000

November 13 50.000 650.000

Desember 14 50.000 700.000

TOTAL 160 Rp8.000.000

Sumber: UKM Langgeng Roti

4. Biaya LPG Langgeng Roti Tahun 2014

Biaya LPG yang digunakan oleh perusaahaan merupakan biaya variabel, semakin banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin tinggi juga biaya LPG yang dikeluarkan perusahaan. Dalam proses produksi perusahaan menggunakan gas LPG ukuran 12kg. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari perusahaan, 1 tabung gas bisa dimanfaatkan untuk memproduksi roti tawar sebanyak 600 unit roti. Perusahaan membeli LPG


(65)

(12kg) dengan harga per tabungnya adalah Rp100.000. Data biaya LPG perusahan selama tahun 2014 dapat dilihat di dalam tabel 5.7.

Tabel 5.7

Biaya LPG Langgeng Roti Tahun 2014

Bulan

Kuantitas (Tabung)

Biaya per

LPG (12kg) Biaya

Januari 23 Rp100.000 Rp2.300.000

Februari 22 100.000 2.200.000

Maret 22 100.000 2.200.000

April 22 100.000 2.200.000

Mei 22 100.000 2.200.000

Juni 22 100.000 2.200.000

Juli 22 100.000 2.200.000

Agustus 22 100.000 2.200.000

September 22 100.000 2.200.000

Oktober 23 100.000 2.300.000

November 22 100.000 2.200.000

Desember 23 100.000 2.300.000

Total 267 Rp26.700.000

Sumber: UKM Langgeng Roti

Dalam penghitungan harga pokok produksi perusahaan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, serta biaya overhead pabrik yang terdiri dari biaya air, listrik, biaya plastik dan biaya LPG setiap bulannya. Penghitungan harga pokok produksi menurut perusahaan lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 5.8.


(66)

Tabel 5.8

Harga Pokok Produksi Langgeng Roti Tahun 2014 (Dalam Satuan Rupiah)

BIAYA Januari Februari Maret April Sub Total

Biaya Bahan Baku 19.545.000 19.303.500 19.129.600 19.103.200 77.081.300 Biaya Tenaga Kerja 5.350.000 5.350.000 5.350.000 5.350.000 21.400.000 Biaya Overhead Pabrik

-Biaya Air 3.780 3.780 3.780 3.780 15.120

-Biaya Listrik 67.500 67.500 67.500 67.500 270.000

-Biaya Plastik 700.000 650.000 650.000 700.000 2.700.000 -Biaya LPG 2.300.000 2.300.000 2.300.000 2.300.000 9.200.000 Biaya Produksi 27.966.280 27.674.780 27.500.880 27.524.480 110.666.420 Produk Dalam Proses Awal

Periode - - - - -

Harga Pokok Produksi Dalam

Proses 27.966.280 27.674.780 27.500.880 27.524.480 110.666.420

Produk Dalam Proses Akhir

Periode - - - - -

Harga Pokok Produksi Dihasilkan 27.966.280 27.674.780 27.500.880 27.524.480 110.666.420

Juml. Produksi (Unit) 13.500 13.240 13.260 13.155 53.155

Harga Pokok Produksi/Unit

(Pembulatan) Rp2.072 Rp2.090 Rp2.074 Rp2.092

Sumber: UKM Langgeng Roti

Tabel 5.8 (Lanjutan)

Harga Pokok Produksi Langgeng Roti Tahun 2014 (Dalam Satuan Rupiah)

BIAYA Mei Juni Juli Agustus Sub Total

Biaya Bahan Baku 18.920.300 19.098.600 18.912.000 19.084.900 76.015.800 Biaya Tenaga Kerja 5.350.000 5.350.000 5.350.000 5.350.000 21.400.000 Biaya Overhead Pabrik

-Biaya Air 3.780 3.780 3.780 3.780 15.120

-Biaya Listrik 67.500 67.500 67.500 67.500 270.000

-Biaya Plastik 650.000 650.000 650.000 650.000 2.600.000

-Biaya LPG 2.300.000 2.300.000 2.300.000 2.300.000 9.200.000 Biaya Produksi 27.291.580 27.469.880 27.283.280 27.456.180 109.500.920

Produk Dalam Proses Awal - - - - -

Harga Pokok Produksi Dalam

Proses 27.291.580 27.469.880 27.283.280 27.456.180 109.500.920

Produk Dalam Proses Akhir - - - - -

Harga Pokok Produksi

Dihasilkan 27.291.580 27.469.880 27.283.280 27.456.180 109.500.920

Juml. Produksi (Unit) 13.145 13.130 13.135 13.135 52.545

Harga Pokok Produksi/Unit Rp2.076 Rp2.092 Rp2.077 Rp2.090


(67)

Tabel 5.8 (Lanjutan)

Harga Pokok Produksi Langgeng Roti Tahun 2014 (Dalam Satuan Rupiah)

BIAYA (Rp) September Oktober November Desember Sub Total TOTAL Biaya Bahan Baku 19.324.300 19.340.300 19.534.000 19.545.000 77.743.600 230.840.700 Biaya Tenaga Kerja 5.350.000 5.350.000 5.350.000 5.350.000 21.400.000 64.200.000 BOP

-Biaya Air 3.780 3.780 3.780 3.780 15.120 45.360

-Biaya Listrik 67.500 67.500 67.500 67.500 270.000 810.000 -Biaya Plastik 700.000 650.000 650.000 700.000 2.700.000 8.000.000 -Biaya LPG 2.300.000 2.300.000 2.300.000 2.300.000 9.200.000 26.700.000 Biaya Produksi 27.745.580 27.771.580 27.905.280 27.966.280 111.418.720 330.596.060 Produk Dalam

Proses Awal - - - -

Harga Pokok Produksi Dalam

Proses 27.745.580 27.771.580 27.905.280 27.966.280 111.418.720 330.596.060 Produk Dalam

Proses Akhir - - - -

Harga Pokok

Produksi 27.745.580 27.771.580 27.905.280 27.966.280 111.418.720 330.596.060 Jum.Produksi (Unit) 13.330 13.400 13.450 13.500 53.680 159.380 Harga Pokok

Produksi/Unit Rp2.081 Rp2.068 Rp2.075 Rp2.072 Rp2.074

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat harga pokok produksi perusahaan selalu berfluktuasi setiap bulannya, namun meskipun demikian harga pokok produksi relatif konstan karena selama tahun 2014 selalu berada dikisaran Rp2.000 dan Rp2.100 dengan rata-rata harga pokok produksi yaitu Rp2.074.

b. Harga Pokok Produksi Menurut Metode Full Costing 1) Biaya Bahan Baku Aktual Tahun 2014

Harga pokok produksi dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh biaya produksi yaitu biaya bahan bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik. Metode full costing adalah metode yang mengutamakan


(1)

yang lebih tinggi. Perbedaan ini terdapat pada pembebanan biaya overhead pabrik. Perusahaan menggunakan estimasi untuk menetapkan biaya overhead pabrik. Sementara dalam metode full costing menggunakan tarif yang sesungguhnya terjadi pada tahun tersebut. Mengingat metode yang digunakan dalam menghitung harga pokok produksi adalah metode full costing, maka biaya overhead pabrik akan menggunakan tarif biaya overhead pabrik variabel dan tarif biaya overhead non variabel/tetap. Biaya overhead tahun 2015 yang dihitung oleh perusahaan dengan metode full costing memiliki selisih sebesar Rp13/unit dengan biaya overhead masing-masing sebesar Rp279/unit dengan metode perusahaan dan sebesar Rp292/unit dengan metode full costing. Besarnya selisih tersebut tidak hanya ditimbulkan karena metode full costing juga menggunakan biaya tetap, namun juga dalam penghitungan full costing seluruh biaya dihitung menggunakan biaya yang sesungguhnya terjadi. Selisih yang terjadi tersebut dikarenakan timbulnya biaya perawatan alat produksi yang diakui pengeluarannya namun tidak diperhitungkan dalam biaya produksi, sehingga biaya overhead pabrik perusahaan jauh lebih rendah dibandingkan metode full costing yang memperhitungkan biaya perawatan alat produksi. Selisih yang timbul di atas menunjukkan adanya selisih anggaran (budget atau spending variance) dalam perusahaan.

Perusahaan setiap bulannya mampu berproduksi hingga kapasitas 13.500 unit, namun seringkali jumlah unit yang diproduksi tidak mencapai angka tersebut


(2)

setiap bulannya. Penggunaan kapasitas yang berbeda-beda tiap bulannya juga mempengaruhi harga pokok produksi yang dihitung oleh perusahaan setiap bulannya. Hal ini menunjukkan adanya ketidakefisienan dengan biaya overhead pabrik tetap. Apabila perusahaan berproduksi di bawah kapasitas yang dianggarkan (13.500 unit) sementara biaya overhead pabrik tetap perusahaan seperti biaya depresiasi dan perawatan akan selalu memiliki jumlah yang sama setiap bulannya. Hal ini merupakan petunjuk bahwa perusahaan telah mengeluarkan biaya overhead pabrik terlalu besar.

2. Harga Jual Produk

Selama tahun 2014 perusahaan selalu menetapkan harga jual yang sama yaitu pada harga Rp2.700. Perusahaan tidak menentukan besarnya laba yang ingin ditambahkan secara pasti. Perusahaan hanya selalu berusaha agar nilai keluaran selalu lebih tinggi dari nilai masukkan yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran tersebut, sehingga perusahaan tetap dapat menghasilkan laba. Perusahaan berharap dengan laba tersebut perusahaan akan memiliki kemampuan untuk berkembang dan tetap mampu mempertahankan eksistensinya di masa yang akan datang. Perusahaan

Penentuan harga jual dengan cost plus pricing didasarkan pada harga pokok produksi taksiran tahun 2015, karena harga pokok taksiran digunakan untuk memastikan bahwa nilai masukkan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomis yang lebih rendah daripada nilai keluarannya. Nilai masukkan adalah biaya


(3)

adalah pendapatan yang diterima dari hasil penjualan produk yang diproduksi. Berdasarkan hasil penghitungan metode cost plus pricing memberikan penetapan harga jual produk untuk tahun 2015 yaitu sebesar Rp3.163,57 terdapat selisih harga jual sebesar Rp463,57 dengan perusahaan yang menjual dengan harga Rp2.700/unit roti.


(4)

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan:

1. Ada perbedaan antara harga pokok produksi yang dihitung menggunakan metode perusahaan dengan harga pokok produksi yang dihitung berdasarkan metode full costing.

2. Ada perbedaan antara harga jual yang ditetapkan menggunakan metode perusahaan dengan harga jual yang ditetapkan menggunakan metode cost plus pricing.

B.Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, berikut keterbatasan yang timbul di dalam penelitian di antaranya:

1. Biaya listrik dan biaya air dihitung berdasarkan estimasi dari pemilik perusahaan.

2. Biaya depresiasi gedung tidak diperhitungkan dalam penghitungan harga pokok produksi karena peneliti tidak mendapatkan data terkait.

C.Saran


(5)

1. Saran untuk perusahaan

a. Perusahaan sebaiknya memperhitungkan seluruh unsur-unsur biaya overhead pabrik, yaitu biaya depresiasi dan perawatan alat produksi. Ini bertujuan supaya penghitungan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan tepat dan biaya produksi dapat digunakan sebagai dasar penentuan harga jual dengan tepat.

b. Perusahaan sebaiknya menentukan besaran persentase mark up laba yang diinginkan dalam penentuan harga jual. Ini bertujuan supaya perusahaan mengetahui pasti jumlah laba yang diperoleh apakah laba yang diharapkan sudah tercapai.

c. Perusahaan sebaiknya menambah jumlah unit yang diproduksi atau meningkatkan penjualan apabila ingin mencapai laba yang diharapkan. 2. Saran untuk penelitian selanjutnya

a. Sebaiknya peneliti menggunakan analisis biaya volume atau cost volume profit analysis, sehingga peneliti dapat mengetahui volume penjualan atau jumlah unit yang diproduksi untuk dapat mencapai tingkat laba yang diharapkan perusahaan.

b. Peneliti sebaiknya memperhitungkan biaya transportasi dan gedung pabrik kedalam biaya depresiasi dan perawatan aktiva tetap, sehingga menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang lebih akurat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adirianto, Yustinus. (2004). “Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produk Pada Perusahaan Meubel Studi Kasus Pada CV. Panca Perkasa Solo” Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Bustami Nurlela, Bastian. (2006). Akuntansi Biaya. Penerbit Graha Ilmu, Jakarta.

Carter, William K. (2009). Akuntansi Biaya. Buku Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Firmansyah, Iman. (2013). Akuntansi Biaya Itu Gampang, Dunia Cerdas,Bandung.

Garrison, Norren dan Brewer. (2002). Akuntansi Manajerial. Edisi 14. Salemba Empat. Jakarta Selatan.

Hansen & Mowen, Management Accounting 7th Edition, Salemba Empat,

Jakarta.

Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen. Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya. Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta.

Ony, Widilestariningtyas, Sonny W.F, Sri Dewi Anggadini. (2012). Akuntansi Biaya. Graha Ilmu, Bandung

Riwayadi. (2014). Akuntansi Biaya. SalembaEmpat, Jakarta Selatan. Samryn, L.M. (2012). Akuntansi Manajemen. Penerbit Kencana, Jakarta. Siregar, Baldric, Bambang Suripto, Dody Hapsoro, Eko Widodo Lo, Erlina

Herowati, Lita Kusumasari dan Nurofik. (2013). Akuntansi Biaya. Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta Selatan.

Subiyanto, I Suripto.B. (1987). Akuntansi Biaya. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.

Tania, Irna. (2010). “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Roti Dengan Metode Proccess Costing Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Jual

Studi Kasus Pada UKM Edie’s Bakery, Bogor”. Skripsi Tidak

Dipublikasikan. Institut Pertanian Bogor.

Witjaksono, Armanto. (2012). Akuntansi Biaya. Graha Ilmu, Yogyakarta. Wusandari, Nurhayati. (2004). “Evaluasi Penentuan Harga Pokok Produk Studi

Kasus Pada CV. Sahabat Klaten” Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk bandeng presto menggunakan metode full costing sebagai dasar penentuan harga jual (studi kasus:UKM Bandeng Duri Lunak Bu Darmono).

0 7 14

PENENTUAN HARGA JUAL PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING(Studi kasus pada Hotel Puri Artha Yogyakarta).

3 33 21

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING Analisis Penghitungan Harga Pokok Produksi Blangkon Dengan Metode Full Costing (Studi Kasus Pada UKM Kaswanto Kampung Potrojayan, Serengan, Surakarta).

1 2 16

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING Analisis Penghitungan Harga Pokok Produksi Blangkon Dengan Metode Full Costing (Studi Kasus Pada UKM Kaswanto Kampung Potrojayan, Serengan, Surakarta).

0 1 17

Analisis penghitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing sebagai dasar penentuan harga jual (studi kasus di peternakan Seraphine Yogyakarta).

1 15 77

Analisis penentuan harga pokok produksi dan harga jual dengan pendekatan metode cost-plus pricing : studi kasus pada perusahaan Genteng ``MD`` Yogyakarta.

1 3 130

EVALUASI HARGA JUAL DENGAN METODE COST PLUS PRICING PENDEKATAN FULL COSTING Studi Kasus Pada CV Menara Banjarnegara SKRIPSI

0 1 79

PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK BERDASARKAN METODE COST PLUS PRICING PENDEKATAN FULL COSTING Studi Kasus Pada Kerajinan Kayu “Surodjo”, Yogyakarta SKRIPSI

0 0 90

Analisis penentuan harga jual produk dengan menggunakan metode cost plus pricing pendekatan full costing : studi kasus pada PT. Kedamaian Palembang - USD Repository

0 1 118

EVALUASI PENENTUAN HARGA JUAL MENGGUNAKAN METODE COST PLUS PRICING DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING

0 2 104